Putra, etc. ANUBHAVA: ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Jurnal Komunikasi Ilmu Komunikasi Hindu Vol. Hindu01 No. Vol.01 (2021) 01 No. 01 (2021) 71 - 79

Contents list available at Anubhava

JURNAL ILMU KOMUNIKASI HINDU Journal Homepage ejournal.uhnsugriwa.ac.id/index.php/anubhavaan

JARGON POLITIK AGAMA DAN BUDAYA PASANGAN CALON KOSTER-ACE SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI POLITIK DALAM PEMILIHAN GUBERNUR 2018

Dewa Putu Agus Sanjaya Putraa,1 I Nyoman Yoga Segara a I Gede Sutaryaa

a Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar 1 Corresponding Author, email [email protected] (Putra)

ARTICLE INFO ABSTRACT

Since the year 1999, the election method applied in Indonesia was Article history: representative election. A great change occurred when Law number 32 year 2004 was legalized. As a result, politics in Indonesia also changed. The head of a region Received: 27-01-2021 is directly elected by all people. During Balinese governor election in 2018, politic Revised: 19-02-2021 communicators start to focus the style of their politic communication by using Accepted: 09-03-2021 cultural and religious political jargons to gain Balinese sympathy. Based on the Published: 31-03-2021 illustration above, this research focuses on discussing about (1) the constructive material of political jargons which uses religion and culture as political communications during Balinese governor election 2018, (2) electors’ perception towards the use of religion and culture as political jargons during Balinese Keywords: governor election 2018, (3) political communication models using religion and

Political jargon, culture during Balinese governor election 2018. The theories applied in analyzing religion and culture, research problems are dramaturgy theory by Erving Goffman. This research political employs qualitative method. By applying qualitative method, the data being analyzed is descriptive data in the form of written and verbal words and communication observable behavior performed by politicians. The study reveals the following results. First, the material of religious and cultural political jargons used by the candidates of Balinese governor are the use of Balinese alphabets, color symbols, and traditional clothes which are used as a tool in political dramaturgy during

the campaign. Second, the electors’ perceptions on the use of political jargons as communicative media during Balinese governor elections is a positive thing. The result of the survey shows that the electors are interested in electing the candidate because of the religion and cultural jargons as political communicative media. Third, there are positive and negative outputs for the political communication model.

PENDAHULUAN sempat dilakukan dengan sistem perwakilan Pemilihan kepala daerah (Pilkada) terus yakni Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan mengalami perubahan. Bahkan dari tahun 1999, Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota penggung demokrasi di Indonesia telah dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat mengalami perubahan. Pemilihan kepala daerah Daerah (DPRD). Kemudian di tahun 2014

71 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 perubahan kembali terjadi yakni menggunakan Sementara diperhelatan Pilgub Bali tahun pola pemilihan kepala daerah yang dipilih secara 2018 tersebut, masyarakat Bali cendurungan langsung oleh masyarakat yang sudah memiliki lebih memilih pasangan nomor urut 1 yakni hak pilih dalam. Koster-Ace dengan jargon politik Nangun Sat Berdasarkan dari dinamika aturan tersebut, Kerthi Loka Bali sebagai visi dan misinya, jargon komunikasi politik aktor Pilkada juga ikut tersebut lebih memberikn filosofi mendalam berubah. Mereka ereka tidak hanya meraih pada konsep agama Hindu dan menjadi bagian simpati para anggota DPRD, tapi kepada seluruh propaganda politik mereka. Konsep anasir masyarakat didaerah pemilihannya. Hal ini juga agama dan budaya ini pun mejadi media dalam tak terlepas di wilayah Bali yakni Pemilihan komunikasi politik memenangkan Pilgub Bali Gubernur (Pilgub) Bali 2018, fokus komunikator tahun 2018. Selain itu, faktor lain juga politik pun berubah untuk mendapat simpati mendukung kemenagan calon yang diusung masyarakat Bali. Pertarungan Politik dalam empat parpol ini diantaranya kesolidan partai Pilgub Bali tidak saja bertarung antara figure dalam memangakan pasangan tersebut serta isu calon dengan idiologi partai politik pengusung, pemerataan pembangunan diseluruh Bali tapi juga pertarungan dalam menunjukan melalui penjabaran visi-misi Nangun Sat Kerthi idiologi para calon sebagai masyarakat Bali yang Loka Bali. Dari data KPU Bali pada Pilgub 2018 perduli dengan Bali. Hal yang cukup menjadi lalu, Paslon Koster-Ace unggul sebesar kontra diktif adalah meskipun Undang-Undang 1.213.075 suara dibandingkat Pasangan Ida Pilkada tersebut telah mengatur terkait politik Bagus Dharmawijaya Mantra yang hanya identitas atau pengaturan propaganda terhadap memperoleh 889.930 suara. Untuk lebih jelas suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) lihat table 1 kemenganan Koster-Ace di setiap sesuai dengan pasal 69 huruf b, namun fakta- Kabupaten di Bali, (sumber hasil rekapitulasi fakta dilapangan penggunaan politik identitas ini KPU Bali tahun 2018). masih terjadi dalam Pilkada dan ini juga terjadi Mengingat keterbatasan waktu penelitian, dalam Pilgub Bali 2018. Tapi jika dicermati penelitian ini fokus pada satu calon saja yakni pasal 69 tersebut disana hanya mengatur bahwa Koster-Ace dengan jargon politik anasir agama dalam masa kampanye dilarang menghina dan budaya untuk mendompleng seseorang, ataupun SARA. Kata menghina SARA kemenangannya di Pilgub Bali tahun 2018 lalu. tersebut jika dipersepsikan sangat luas Peristiwa ini pun cukup menarik untuk diteliti sementara Undang-Undang Pilkada tidak mengingat, para calon kepala daerah dalam mendetailkan kata menghina tersebut. komunikasi politik tidak hanya menjadi Untuk menunjukkan kedua pasang calon komunikator infrastuktur dan janji kepentingan (Paslon) Pilgub Bali ini sangat peduli dengan politik semata. Namun, komunikasi politik yang nasib Bali kedepan, mereka Dr. Ir. I Wayan disajikan dalam jargon yang menggunakan Koster – Dr. Tjokorda Oka Artha Ardana anasir agama dan budaya pada Pilgub Bali 2018 Sukawati (Koster-Ace) dan Paslon, Ida Bagus Rai ini para calon kepala daerah juga berperan Wijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) sebagai dharma pracaraka dalam tersebut mengeluarkan sejumlah visi misi yang mendesiminasikan konsep ajaran Hindu seperti melindungi Bali serta jargon-jargon politik yang jiwa Ksatriya Varna. Kewajiban Ksatriya Varna berbasis agam dan budaya dalam komunikasi menurut Bhagawad Gita XVIII.43 yakni Saurya: politik mereka, seperti visi misi Koster-Ace pemberani memiliki sifat kepahlawanan, Teja: yakni, Nangun Sat Kerthi Loka Bali sementara perkasa berwibawa, Drhti: tabah hati dan teguh pasangan Mantra-Kerta menggunakan visi misi hati, Yuddheca’palaayanam: tidak pernah Nawa Candra. mundur dalam pertarungan, Daanam: 72 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79

dermawan dan Isabhawa: memiliki bakat Jargon Politik pemimpin. Selain itu, penelitian ini penting Sebagai komunikator politik banyak sekali dilakukan karena hasil kajian ini akan mampu jargo-jargon dilontarkan oleh para elit politik memberikan rekomendasi dan refrensi yang apa sebenarnya kata Jaron tersebut. Dari inovatif kepada seluruh sipil (civil society) baik penelususran penulis melalui Kamus Besar masyarakat pemilih, partai politik, konsultan Bahasa Indonesia versi dalam jaringan (online), politik, lembaga riset, tim sukses, lembaga Public kata jargon berarati kosakata khusus yang Relations maupun aktor politik saat bertarung digunakan dalam bidang kehidupan tertentu. dalam Pemilu. Sementara Sufyanto (2015:5) mengatakan Dalam konteks penelitian ini, penulis jargon merupakan suatu idiom-idiom yang melakukan penelitian pada Pemilihan Gubernur dipergunakan sejumlah komunikator baik Bali, karena pemilihan kepala daerah serentak komunikator politik untuk mengasumsikan dilaksankan tanggal 27 Juni 2018 dan Pilkada sesuatu baik itu ideologi, memonopoli identitas. Provinsi Bali masuk didalamnya. Para calon Hal ini sering dilihat dalam perhelatan pemilihan dalam Pilgub tersebut menggunakan jargon umum maupun pemilihan kepala daerah anasir agama dan budaya dalam penyamapain termasuk di Pilgub Bali 2018. Jargon berbasis visi dan misi mereka baik dalam propaganda agama -budaya sangat kental digunakan maupun kegiatan kampanye di sejumlah wilayah terutama dalam menyampiakan pesan visi misi di Bali. Tak hanya itu, penulis tertarik melakukan calon kandidat. penelitian ini adalah masih minimnya literatur Jargon Politik dapat disimpulkan suatu yang membahas mengenai komunikasi politik idiom-idiom atau gabungan kata yang bermakna yang berkasanah konsep hindu, kebanyakan khusus untuk bisa memonopoli identitas dalam literatur yang penulis temukan adalah agenda-agenda politik. Jargon politik ini membahas komunikasi politik secara umum. biasanya digunakan oleh para calon kepala daerah baik yang petahana maupun non- Rumusan Masalah petahana. Biasanya bagi calon petahana Sesuai paparan tersebut peneliti dapat menggunakan jargon politik berupa bahasa atau merumuskan masalah dalam artikel ini yakni ; kalimat “Melanjutkan Pembangunan” sedangkan 1. Bagaimana materi konstruksi jargon politik non-petahana biasanya menggunakan Bahasa dengan mengunakan agama dan budaya yang bermakna “perubahan” atau kalimat sebagai komunikasi politik dalam Pilgub “Kearah yang Lebih Baik”. Tapi, dalam hal ini 2018 ? yang mejadi benang merah penelitian ini adalah 2. .Bagaimana persepsi pemilih terhadap jargon politik yang menggunakan anasir agama penggunaan agama dan budaya sebagai dan budaya baik berupa Bahasa, pakaian dan jargon politik dalam Pilgub Bali 2018 ? iklan. 3. Bagaimana model komunikasi politik dengan menggunakan agama dan budaya dalam Anasir Agama dan Budaya Pilgub Bali 2018? Perhelatan politik lokal, pencitraan berbasis dimensi agama dan budaya untuk menarik Penelitian memiliki tujuan untuk simpati masyarakat masihlah sangat diminati mengetahui bentuk komunikasi politik yang oleh para aktor politik. Dalam Pilgub Bali 2018 dikembangkan dan dikemas dalam jargon calon kadidat sangat kental menggunakan anasir politik berbasis agama dan budaya sebagai agama dan budaya Bali. Menurut Greet Hofstede media komunikasi politik dalam Pilgub Bali yang disadur oleh Lustig & Koester (2010;113), 2018. manusia membawa suatu program di dalam 73 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 benaknya yang berperan sebagai software of the Teori Dramaturgi Erving Goffman mind. Program mental ini memuat berbagai ide Sebutan Dramaturgi dalam benak dan mengenai suatu budaya dan diekspresikan pikiran pasti tertuju pada kegiatan drama melalui nilai-nilai dominan. maupun teater diatas panggung. Dimana para Di Bali, budaya sangat identik dengan agama aktor sedang melakukan seni pertunjukan dan agama hindu di Bali juga merupakan anasir dengan memainkan berbagai karakter kebudayaan Bali itu sendiri. Dari pendapat seseorang. Konspe Teori Dramaturgi Erving Hofstede, penulis menyumpulkan bahwa anasir Goffman terdiri dari Front stage (panggung agama dan budaya dalam Pilgub Bali ini adalah depan) dan Back Stage (panggung belakang). sebuah komunikasi politik indentitas dengan (sufyanto,2015:52) penggunaan konteks agama Hindu Bali dan Front Stage (panggung depan) yaitu konsep Budaya Bali. ini dalam pertunjukan memiliki fungsi mendefinisikan situasi pemndagan fisik. Front Komunikasi Politik stage ada dua bagian yakni;. Pertama, Pengertian komunikasi politik ada sejumlah penggambaran suasana yang mesti dilakukan literarur yang ditemukan diantaranya dari sang aktor memainkan perannya, Dan kedua Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Front Personal yaitu berbagai macam Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari pesan terhadap dua orang atau lebih dan maksud sang aktor. Menurut Goffman (1974) , “first tere pesan tersebut dapat dipahami (Departemen is ‘setting’, involving furniture, décor, pshical Pendidikan Nasional,2015:721). Selain itu pakar layout, and other background items which supplay Komunikasi Hafied Cangara menjabarkan, the scenery and stage props for the spate of human komunikasi politik adalah suatu proses action played out before, within or upon it”. komunikasi yang memiliki implikasi atau (Goffman,1974:32-33) konsekuensi terhadap aktifitas politik. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang Komunikasi politik memiliki pesan yang dimana disitulah berjalan skenario pertunjukan bermualan politik (Cangara, 2016;30). oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur Sementara B. Aly (2010:63) menyatakan, pementasan masing-masing aktor). Goffman komunikasi politik merupakan suatu kegiatan mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Ia penyampaian pesan politik yakni aktor politik menggali segala macam perilaku interaksi yang atua Kamunikan Politik kepada masyarakat atua dilakukan dalam pertunjukan kehidupan kita pemilihnya secara timbal balik. Respon sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri Kounikan politik yang diharapkan yang dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor diharapkan seperti terjadinya pengambilan menampilkan karakter orang lain dalam sebuah keputusan politik secara demokratis, pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti transparan. mengacu kepada kesamaan yang berarti ada Dari definisi sejumlah ahli tersebut penulis pertunjukan yang ditampilkan.( menyimpulkan Komunikasi Politik adalah salah Goffman,1974:50-51) satu aktivitas komunikasi yang tujuannya untuk Landasan teori ini cukup mampu mengirimkan pesan politik dan dapat diterima menjelaskan fenomena jargon berbasis agama mapun ada timbal balik dari masyarakat atau dan budaya sebagai media komunikasi politik pemberi suara (vote). dalam Pilgub Bali 2018 dimana dalam menegosiasikan keinginan dan tujuan politisi dengan konstituen pemilihnya menggunakan

material jargon politik berupa iklan politik dan 74 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 kandidat kontestan politik harus mampu Pusat (DPP) PDI Perjuangan. Bahkan saat itu membawa dirinya pada situasi sosial, sekalipun Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati meraka harus menyembunyikan performa diri Sukarno Putri didampingi Sekjen DPP PDI yang sesungguhnya dan mengganti identitas diri Perjuangan, Hasto Kristianto memberikan sebagi politisi secara langsung rekomendasi tersebut di Kantor DPP PDI Perjuangan di . METODE PENELITIAN Sasaran subjek dalam penelitian ini adalah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Paslon Koster-Ace yang mengikuti Pilkada Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri juga serentak 2018. objek penelitian adalah jargon sempat memberikan alasan mengapa ia berbasis agama dan budaya sebagai modal memberikan rekomendasi tersebut kepada komunikasi politik calon Gubernur dan Wakil kedua pasangan itu pada Pemilihan Gubernur Gubernur pada pemilihan kepala daerah Bali 2018. Menurut Megawati saat itu, salah satu langsung atau Pilgub Bali tahun 2018. Di alasannya adalah latar belakang Koster yang penelitian ini akan mengambil satu pasang calon pernah menjadi anggota dewan selama tiga saja yang telah berhasil memenagkan Pilgub Bali. periode. Dengan latar belakang anggota dewan, Hal ini dilakukan untuk membatasi penelitian maka seorang calon pemimpin daerah juga telah agar tidak terlalu meluas. mengerti aturan perundangan-undangan dan Jenis penelitian tesis ini menggunakan tata kelola pemerintahan. pendekatan kualitatif karena bersifat realitas, Ketua BSPN PDI Perjuangan Propinsi Bali, I pendekatan kualitatif mengandung persepsi Ketut Suiasa mengatakan, Wayan Koster kala itu subjektif bahwa realitas (komunikasi) bersifat sebelum menjadi calon Gubernur Bali menjabat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah), sebagai anggota Komisi X DPR RI. Wayan Koster dikontruksikan, dan holistik; kebenaran realitas lahir di Singaraja tanggal 20 Oktober 1962. Dia bersifat relatif (Mulyana, 2001:147). Dalam memulai pendidikan dasar di Bali sebelum penelitian ini, pendekatan kasus yang diamati akhirnya melanjutkan perguruan tinggi di yakni Jargon berbasis Agama dan Budaya Institut Teknologi (ITB). Selepas Pasangan Calon Koster-Ace sebagai media menamatkan jenjang universitas, ia kemudian Komunikasi Politik Pilgub Bali tahun 2018. melanjutkan kiprah di dunia pendidikan. Peneliti berusaha mengamati, memahami, dan Tercatat, ia pernah menjadi peneliti Badan menganalisis jargon anasir agama dan budaya Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) yang dijadikan Komunikasi Politik calon Departemen Pendidikan dan Kebudayaan antara Gubernur dan Wakil Gubnernur pada Pilgub Bali tahun 1988 hingga 1944. tahun 2018. Sementara calon wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Arta Ardana Sukawati, kiprahnya HASIL DAN PEMBAHASAN dalam dunia birokrasi juga sangat dikenal. Pria Rekomendasi Koster-Ace dalam Pilgub Bali yang akrab disapa Cok Ace ini pernah menjadi 2018 Sabtu 11 November 2017 merupakan hari Bupati Gianyar selama dua periode yakni 2003- bersejarah bagi pasangan calon Gubernur Bali 2008 dan 2008-2013. Tokoh Puri Ubud, dan wakil Gubernur Bali, I Wayan Koster dengan Kabupaten Gianyar ini juga merupakan akadeisi Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Koster- ternama di Bali. Cok Ace menempuh S1 jurusan Ace). Dihari tersebut, merupakan turunnya Arsitektur dan S2 jurusan Kajian Budaya di rekomendasi pasangan itu untuk bertarung Universitas Udayana. Dia juga mengambil dalam Pilgub Bali 2018 dari Dewan Pimpinan program S3 dan lulus menjadi Doktor Kajian Budaya di universitas yang sama dan kini ia telah 75 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 memperoleh status guru besar di Institus Seni Berthes (1957), pakar semiotoka tentang Indonesia Denpasar. Cok Ace juga salah satu perikilnan yakni sebuah iklan centak tentang dosen di universitas tersebut. Selain bidang gaya hidup yakni sebuha iklan merek anggur pemerintahan dan akademik, Cok Ace juga berkarbonasi Marilyn Peace yang ditemukan pelakon seni dan praktisi pariwisata. Dia terpilih dibanyak majalah eropa beberapa tahun lalu. sebagai Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Tujuan utama dari sebagian besar periklanan Indonesia (PHRI) Bali selama dua periode. Ia kontemporer adalah mengajak secara tak juga pada April 2017 silam sempat menjabat langsung ikut berpikir dalam alam bawah sadar sebagai Konsul Kehormatan Malaysia untuk Bali. yang meihat iklan tersebut, (Danies :2011;305). Selain latar belakang mencerminkan nasionalis, Konstruksi Meteri Jargon Politik Agama dan ada penanda lain yang memperkuat jadi diri Budaya dalam Pilgub Bali 2018 paslon Koster Ace seolah-olah memberikan Jargon politik sering sekali berkaitan dengan pesan jargon agam dan budaya masuk dalam budaya politik citra dalam panggung pemilihan iklan tersebut yakni warna tulisan huruf dan kepala daerah maupun pemilihan umum yang angka dominan merah, putih hitam ini juga datang tiap lima tahun sekali. Bahkan jargon sebagai simbol budaya dan agama Hindu politik dijadikan bagian dalam iklan politik yang masyarakat Bali. Warna merah, putih dan hitam sudah menjadi agenda penting dalam rangkaian ini sebagai simbol tridatu yakni tiga elemen kegiatan politik. Disadari maupun tidak jargon dalam konsep agama Hindu di Bali. politik ini memudahlan calon dalam Tak hanya bagian iklan cetak, busana yang menjabarkan visi dan misi mereka para calon digunakan Pasangan calon Koster-Ace juga kepala daerah yang sedang bertarung dalam menjadi salah satu jargon Agama dan Budaya perhelatan demokrasi baik di pusat maupun di yang dilakukan saat kampanye Pilgub Bali 2018. daerah. Selama kampanye maupaun menghadiri Untuk di pemilihan kepala daerah di Provinsi kegiatan resmi dan non resmi di Bali kedua Bali jargon politik agama dan budaya sebagai pasangan ini menggunakan busana adat Bali. media komunikasi politik sangat kental terlihat Bahkan didalam foto yang dipakai sebagai surat dalam iklan kampnaye mereka. Peneliti suara juga menggunakan busana adat Bali menemukan sejumlah iklan politik calon kepala dengan busana adat madya. daerah untuk media cetak (spanduk yang Calon Gubernur Bali, Wayan Koster dipasang oleh KPU Privinsi Bali) kususnya mengenakan pakaian putih dan mengenakan pasangan Nomor urut 1, Dr. Ir. I Wayan Koster, udeng jejateran atau babidakan. Sementara MM (Cagub) dan Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Calon Wakil Gubernur Tjok. Oka Artha Ardana Ardana Sukawati, M.Si (Cawagub) termuat Sukawati menngunakan pakaian hitam dan sejumlah konten dan tulisan yang kental dengan udeng dara kepek. Dalam konsep tradisi budaya agama dan budaya. Bali ada beberapa jenis udeng, diantaranya Latar belakang merah dengan degradasi udeng atau destar jejateran, dara kepek dan putih serta latar belakang foto bendera merah destar bablatungan., Namun dalam pembahasan putih dalam iklan berupa spanduk yang dipasang konsep jargon agama dan budaya dalam KPU Bali dapat dikonotasikan semangat berpakaian adat Koster-Ace peneliti hanya nasionalis. Pesan latar belakang iklan tersbeut membahas dua udeng saja yang digunakan secara tak langsung meberikan penanda dalam dalam busana pencitraan yang digunakan kedua pikiran bawah sadar, bahak pangangan tersebut pasanang tersebut. memiliki idiologi nasionalis yang tinggi. Pesan ini Dari sisi konsep penggunaan udeng Calon pun juga sempat menjadi bahasan Roland Gubernur Bali Wayan Koster, bahwa udeng 76 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 jejateran itu merupakan simbul dalam umat pertama dalaha menjaga dan memilihara Hindu Bali sebagai pengikat manah kelestraian busana adat Bali dalam rangka (memusatkan pikiran) dan bisanya udeng ini meneguhkan jati diri, karakter, dan budi pekerti. digunakan untuk kegiatan persembahyangan. Kedua adalah menyelaraskan fungsi busana adat AA Ayu Ketut Agung mengatakan, simbul udeng Bali dalam kehidupan masyarakat sejalan jejteran ini adalah mencari peningkatan hidup dengan arahan pemajuan kebudayaan Bali dan spiritual dan bisanya sering digunakan pada saat Indonesia. Ketiga adalah mengenali nilai-nilai ke pura atau persembahyangan (Ketut Agung; estetika, etika, moral dan spiritual yang 2018;56). terkandung dalam budaya Bali untuk digunakan Sementara konsep udeng dara kepek yang sebagai upaya pembinaan dan pengembangan digunakan Calon Wakil Gubernur Tjok. Oka kebudayaan Nasional. Tujuan keempat, adalah Artha Ardana Sukawati menyimbolkan warna mendorong peningkatan pemanfaatan produk kestria. Udeng ini memberikan konsep seorang dan industry busana lokal Bali. Sementara pemimpin yang senantiasa mengayomi waktu dan tempat penggunaan dilakukan setiap rakyatnya. Udeng ini bisangan dipakai oleh para hari Kamis,Purnama, Tilem, dan Hari Jadi tokoh-tokoh puri di bali yeng mengisyaratkan Provinsi Bali pada tanggal 14 Agustus. budaya busada seorang tokoh puri sekaligus seorang budayawan. Pakar Busana Adat Bali, AA Persepsi Pemilih terhadap Penggunaan Ayu Ketut Agung juga menyebutkan, Agama dan Budaya sebagai Jargon Politik penggunaan udeng-udeng dara kepek ini bisanya Menurut Ketut Suiasa, persepsi di digunakan oleh orang-orang yang memiliki masyarakat dalam penggunaan komunikasi kedudukan dan status sosial tertentu seperti politik dengan konten agama dan budaya masih budayawan, upareka, kelihan dan sering relevan di digunakan di Bali, karena kultur memiliki pikiran dinamis. (Ketut pemilih di Bali sangat khas dengan adanya Agung;2018;57) kedekatan agama budaya. “Kebetulan calon kami Selain itu, dalam pengunaan busana adat Bali bisa melakukan kombinasi dalam mengangkat berupa udeng, Tjok. Oka Artha Ardana Sukawati nilai kearifan lokal yang dimiliki Bali sebagai juga menggunakan bunga pucuk rejuna di udeng. jargon, yakni budaya dan agama. Meski terlihat Selain sebagi simbul budaya masyarakat Bali, menyatu, namun konsepnya untuk menarik pucuk ini juga sebagai perlambang maskot masyarakat dalam ikut dalam gerakan Kabupaten kelahiran Cok Ace di Gianyar. Bunga melakukan hak politinya dalam hal ini ikut pucuk rejuna juga dilambangkan kewibawaan memilih saat Pilkada lalu bukanlah hal yang dan kangungan dalam berbusana. salah. Dan saya yakin masyarakat mengenatui Konsep Agama dan budaya dalam komunikasi politik yang kita lakukan mengarah berpakaian adat ini tidak saja masuk hanya pada kemana dan bukan ke unsur pelanggaran atau saat melakukan kampanye di Pilgub Bali, namun SARA” (wawancara, Suiasa, 2 Oktober 2019) setelah mereka lolos menjadi Gubernur dan Untuk menguatkan pernyataan Ketut Suiasa Wakil Gubernur Bali, Koster-Ace melanjutkan dan mengenatui persepsi pemilih terhadap penggunaan busana adat Bali dalam bentuk penggunaan agama dan budaya sebagai jargon pembuatan Peraturan Gubernur Nomor 79 politik, peneliti melakukan survei terharap 100 tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana responden secara acak di kawasan perkotaan Adat Bali yang telah ditetapkan pada 26 dan pedesaan, dengan menyebarkan kuesioner September 2018. Sesuai dengan Pergub tersebut ke delapan kabupaten dan satu kota se-Bali. ada sejumlah tujuan yang dituangkan dalam hari Kegiatn survey yang peneliti lakukan bukan penggunaan busana adat Bali diantaranya sebagai alat untuk melakukan analisis, namun 77 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 sebagai display data untuk menguatkan apa yang menganjurkan orang lain untuk ikut memilih dikatakan oleh narasumber kunci peneliti. calon tersebut dalama Pilgub Bali. Karena, penelitian ini bersifat kualitatif. Hasil survei masyarakat dalam tahap Meminjam pemikirannya Philip Kotler dalam menyadari adanya jargon politik agama budaya bukunya Marketing 4.0, Jargon Politik Agam dan sebagai media komunikasi politik dalam Budaya peneliti ibaratkan sebagai brand atau Pemililihan Gubernur Bali 2018 yakni ; 92.8 merek maupun produk. Kotler membuat konsep persen menyadari adanya iklan jargon politik lima A dalam pemetaan pelanggan untuk agama budaya tersebut digunakan sebagai melakukan survei brand atau produk yakni media komunikasi politik dalam Pimilihan Aware (menyadari ada iklan jargon agama Gubernur 2018 dan 8,2 persen belum atau tidak budaya tersebut), Appeal (Tertarik dengan iklan benyadari hal itu. Hasil survei ketertarikan jargon agama budaya), ask (bertanya), act masyarakat dengan adanya jargon politik agama (bertindak) dan advocate (menganjurkan) budaya dalam Pemilihan Gubernur 2018 (Kotler, 2019: 59). menunjukan hal positif, yakni dengna hasil 78,1 Menurut Kotler, kerangka lima A adalah alat persen mengaku tertarik dengan penggunaan fleksibel yang bisa diterapkan pada semua jargon politik agam dan budaya tersebut dan industri. Bila digunakan untuk menggambarkan 21,9 persen tidak tertatik dengan sajian jargon perilaku pelanggan bahkan persepsi masyarakat politi agama budaya sebagai media komunikasi terhadap suatu produk alat ini membuat gambar politik dalm Pemilihan Gubernur 2018. Hasil yang mendekati dengan jalur pelanggan yang survei masyarakat ingin mencari tahu sebenarnya (Kotler, 2019:63). Disini peneliti pun penggunaan jargon agama budaya sebagai media menggunakan kerangka lima A tersebut dalam komunikasi politik dalam Pilgub Bali sepertinya melakukan survei persepsi peilih dalam Pilgub cukup besar yakni 78, 4 persen dan masyarakat Bali terhadap iklan jargon agama budaya Koster- yang tak ingin mencari tahun sebesar 21,6 Ace yang sempat dijadikan media komunikasi persen. Hasil survey masyarakat seteah mencari politik dalam kampanye Pilgub Bali 2018 lalu. tahu serta melihat jargon agama budaya dalam Dari pemetaan Lima A tersebut ada lima Pemilihan Gubernur Bali 2018, partisiapsi pengukuran yang dilakukan terhadap jargon memilih masyarakat meningkat. Masyarakat politik agama budaya dalam persepsi yang disurvei mengaku tertarik memilih dalam masyarakat atau pemilih saat Pilgub Bali. Pemilihan Gubenrnur Bali salah satunya adanya Pertama adalah aware. Sejauhmana masyarakat jargon agama budaya. Ada sebanyak 87,6 persen tahun akan keberadaan jargon politik agama mengaku tertarik untuk memilih dalam Pilgub budaya tersebut. Kedua adalah appeal. Hal ini Bali utamanya calon nomor 1 Paslon Koster-Ace mengukur apakah masyarakat tertarik dengan dan 12,4 persen tidak tertarik memilih. Bahkan iklan jargon agama budaya tersebut. Ketiga Tim pemenagan Koster-Ace, Ketut Suiasa adalah Ask, elemen ketiga ini adalah untuk menyatakan, hal ini juga bagian dari strategi mengukur persentase masyarakat yang disurvei dalam menarik pemilih saat Pemilihan Gubernur keingintahuan mereka terhadap jargon politik 2018 lalu. Sementara survey mengenai agama budaya ini. Kepempat adalah Act, yakni masyarakat menyarankan orang lain ikut untuk mengukur sejauhmana masyarakat memilih setelah melihat jargon politik agama melakukan tindakan untuk memilih calon dari dan budaya sebagai media Komunikasi Politik di jargon agama budaya tersebut. Kelima adalah Pemilihan Gubernur 2018, sepertinya tidak advocate. Hal ini mengukur sejauh mana sepedan dengan jumlah masyarakat dalam masyarakat yang telah memilih akibat melihat melakukan pemilihan langsung. Seperti hasil jargon agama budaya Koster-Ace ikut untuk survey dibawah ini yakni hanya 55,7 persen 78 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79 yang menyarankan ke orang lain untuk memilih Pierre Bourdieu (1984) dalam karyanya Koster-Ace saat menggunakan jargon agama Distinction: A Social Critique of the Judgment of budaya tersebut dan 44,3 persen tidak Taste, yang disadur dalam bukunya Sufyanto menyarankannya. (2015;15) ”Selebritisasi Politik” menjelaskan praktek seorang dalam dunia sosial diantara Model Komunikasi Politik dengan habitus, modal, dan ranah (field), sebagaimana Menggunakan Agaman dan Budaya dalam dapat digambarkan dengan rumusan (habitus x Pilgub Bali 2018 modal) + ranah = praktik. Bourdieu berpendapat Komunikasi Politik para calon dalam selera digunakan untuk melegitimasi Pemilihan Gubernur Bali tahun 2018, para calon perbedaan-perbedaan sosial sehingga ke kelas menggunakan media jargon agama budaya yang dominan maupun kelas yang didominasi dalam kampanye politiknya untuk menggaet dapat dilihat dari seleranya. Misalnya kehalusan pemilih. Jargon agama budaya tersebut ternyata bahasa, tata bahasa pengucapan, busana dan dilapangan ditemukan persepsi output postif gaya merupakan modal budaya yang dijadikan dan output negatifnya. Pada output negatifnya faktor mobilitas sosial. Ini menjadi atribut aktor ada kekhawatiran dari lembaga agama terhadap politik dan dapat didalami secara mendalam penggunaan jargon agama budaya tersebut dalam jargon agama dan budaya sebagai modal sehingga lembaga agama kususnya dari PHDI komunikasi politik dalam Pilgub Bali. melarang jika ada simbol agama dipakai sebagai politik praktis. SIMPULAN Namun saluran output negatif ini bisa Berdasarkan hasil penelitian, analisi data dikendalikan dengan penggunaan jargon agama dan pembahasan tentang Jargon Politik Agama budaya dengan mengangkat sisi kearifan dan Budaya sebagai Media Komunikasi Politik lokalnya , bukan dari sisi yang menimbulkan dalam Pemilihan Gubernur Bali dapat konflik SARA. Salah satunya yang dilakukan oleh disimpulkan sebagai berikut; Pasangan Calon Koster-Ace, yeng lebih 1. Jargon politik agama budaya memang mengedepankan konsep kearifan budaya Bali menjadi media komunikasi politik para dalam memperbaiki alam Bali dengan jargon pasangan calon dalam Pemilihan Gubenrnur Nangun Sat Kertih Loka Bali. Bali 2018. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah Sedangkan output postif dalam jargon agama material dalam mekukan komunikasi politik budaya tersebut dikembangkan oleh para calon untuk mengkampanyekan pasangan calon untuk meyakinkan pemilih yakni dengan dalam Pemilihan Gubernur 2018 yang dalam mengupas jargon agama budaya tersebut masuk penelitian ini adalah pasangan calon I Wayan pada visi dan misi calon dalam kampanye. Koster-Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. Sehingga, jargon agama budaya ini tidak sekedar Unsur-unsur penggunaan jargon komunikasi media komunikasi politik semata tapi juga politik tersebut terlihat dalam penggunaan sebagai media dalam pencapain program kerja iklan saat kampanye, busana yang dikenakan yang harus dilaksankan ketika mereka terpilih. yakni adat Bali tersebut menggunakan konsep Tidak sampai disitu pengembangn juga kerifan lokal yakni Nangun Sat Kerthi Loka dilakukan dari segi penampilan (dalam Bali. Selain itu, dalam analisis Teori berbusana). Sebagai aktor politik, penampilan Dramaturgi Erving Goffman, jargon politik juga mempengaruhi dalam melegitimasi seorang agama budaya ini sebagai salah satu bagian calon terkesan baik di mata publik sehingga dari panggung sandiwara politik dalam menjadi bagian modal atau selera budaya dalam panggung depannya digunakan sebagai iklan ranah politik. politik dangan adanya sejumlah manipulasi 79 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79

dalam pembuatan iklan tersebut. Simpulan ini DAFTAR PUSTAKA

berdasarkan hasil temuan dilapangan serta Aly, B.,2010, Komunikasi Pembangunan dengan wawancara mendalam narasumber kunci Aksentuasi Komunikasi Politik. Jurnal dalam pembuatan iklan jargon tersebut. Komunikasi Pembangunan. Volume 08 2. Jargon politik agama budaya ini menjadi daya Nomor 2. tarik tersendiri di masyarakat atau pemilih di Akhirul, Aminulloh,2010, Komunikasi Politik Bali. Hal ini berdasarkan hasil servei yang Dakwah Partai Keadilan Sejahtera ,Jurnal dilakukan peneliti terhadap respon pemilih Ilmu Komunikasi, Universitas dalam Pemilihan Gubernur tahun 2018 lalu Pembangunan Nasional Veteran dengan respon 87,6 persen mengaku tertarik . untuk memilih dalam Pilgub Bali karena salah satunya adanya jargon agama budaya. Selain Cangara,Hafied,2016, Komunikasi Politik itu publik juga merespon terhadap jargon :Konsep, Teori dan Strategi, Rajagrafindo politik agama budaya tersebut dengan ingin Persada, Jakarta. tahun seperti apa saja jargon politik agama Chris Barker,2014, Kamus Kajian budaya yang digunakan. Bahkan dari survei Budaya,Kanisius,Yogyakarta. yang dilakukan ke 100 responden di Bali secara acak, peneliti menemukan sebanyak Erving Goffman, 1974, The Presentation of Self ini 78, 4 persen responden ingin mencari tahu Everyday Live, The Pinguin Press, London. penggunaan jargon agama budaya sebagai Effendi, Onong Uchjana,2017, Ilmu Komunikasi media komunikasi politik dalam Pilgub Bali. Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bahkan dari 100 renponden ada sebanyak Bandung. 55,7 persen ikut menyarankan untuk memilih Kaelan, M.S.,2010,Metode Penelitian Kualitatif setelah mencari tahu apa saja jargon politik Interdisipiner-Metode Penelitian Ilmu agama budaya yang digunakan. Agama Inter Koneksi Inter Disipliner 3. Komunikasi politik yang menggunakan media dengan Ilmu Lain, Paradigma,Yogyakarta. jargon agama budaya dalam Pemilihan Gubernur ini bisa menimbulkan dua sisi Kaelan, M.S., 2012,Metode Penelitian Kualitatif pandangan dalam penggunaanya. Hal ini bisa Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, menimbulkan hasil negatif dan hasil postif Filsafat, Agama dan bagi pemilihnya. Tergantung, kemana arah Humaniora,Paradigma,Yogyakarta. penggunaan jargon agama budaya tersebut, Kunandar, Alip Yog, 2017, Memahami apakah untuk media dalam dalam kampanye Propaganda (Metode, Praktik dan Analisis), hitam untuk menimbulkan SARA atau lebih Kanisius, Yogyakarta. mengupas jargon agama budaya tersebut Moleong, 2017, Metodelogi Penelitian Kualitatif, kedalam hal nilai-nilai postif kearifan lokal Remaja Rosdakarya, Badung. untuk membangun persatuan dan perbaikan alam Bali kedepannya. Selain itu, model Mkikmat, 2010, Desertasi Komunikasi Politik komunikasi politik berbasis kearifan lokal, Calon Kepala Daerah Pada Pemilihan budaya, agama sesuai dengan karaksteristik Langsung, Unversitas Islam Negeri Sunan kebudayaan Bali. Hal ini terlihat kosep yang Gunung Djati Bandung. digunakan pasangan calon Koster-Ace dalam Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (2009), jargon Nangun Sat kertih Loka Bali. Handbook of Qualitative Research (Edisi

80 Putra, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 01 (2021) 71 - 79

Bahasa Indonesia), Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Riris,Loisa &Yugih Setsyanto,2012, makalah Mencari Bentuk Kampanye Politik Khas Indonesia: Pencitraan Berbasis Dimensi Budaya, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara. Sarwono,Sarlito W., 2018, Pengantar Psikologi Umum,Rajawali Pers, Depok. Susanto, Eko Harry, 2013, Dinamika Komunikasi Politik Dalam Pemilihan Pemilu, Jurnal Kajian Komunikasi volume 1, nomor 2, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanegara Jakarta. Sufyanto ,2015,Selebritisasi Politik Kajian Dramaturgi, Habitus dan Tindakan Komunikatif Aktor Politik,Nusa Media, Bandung. Suharto,2013, Urgensi Komunikasi Politik Dakwah, Jurnal Dakwah Tabligh, Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Walgito,Bimo,2010,Pengantar Psikologi Umum, ANDI, Yogyakarta. W.J.S Poerwadaminta ,1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia cet. XII, Balai Pustaka, Jakarta. Wiana I Ketut ,2015, Berpolitik menurut Hindu, Paramita, Surabaya.

81