Adaptasi Tampilan Bangunan Indis Akibat Perubahan Fungsi Bangunan......

ADAPTASI TAMPILAN BANGUNAN INDIS AKIBAT PERUBAHAN FUNGSI BANGUNAN Studi Kasus: Resto Diwang dan De

Sukawi , Dhanoe Iswanto Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

Abstrak Arsitektur Indis yang lahir dari kebudayaan lokal dan pendatang, memilki karakteristik yang khas. Selain dari itu, arsitektur Indis sudah terbukti mampu beradaptasi dengan corak budaya dan iklim lokal (iklim tropis). Hal inilah yang menjadikan orang- orang Belanda bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, pun sebaliknya orang lokal atau pribumi dapat menerima gaya arsitektur tersebut. Oleh sebab itu, dirasa perlu adanya pemahaman dan pelestarian yang lebih baik terhadap gaya arsitektur Indis, khususnya terhadap bangunan berarsitektur Indis yang masih tersisa. Saat ini jumlah bangunan Indis yang masih tetap kokoh berdiri di Kota Semarang semakin berkurang dari waktu ke waktu. Di koridor Jl. S. Parman sendiri yang masih merupakan kawasan yang dirancang Thomas Kaarsten hanya tinggal tersisa beberapa bangunan Indis yang terpelihara hingga saat ini. Bangunan Indis yang masih tersisa dan berubah fungsi merupakan bekas rumah tinggal vila,ataupun rumah dinas peninggalan kaum priyayi (pembesar pribumi), pejabat pemerintahan, dan pengusaha. Hal ini dapat diketahui dari gaya arsitekturnya dan massa bangunannya, berikut ragam hias dan detail bangunannya. Fasad kedua bangunan cenderung telah meninggalkan simbol- simbol arsitektur khas Belanda, karena arsitektur Indis tidak hanya mengadaptasi nilai asal dan nilai lokal suatu daerah, namun juga mampu menyesuaikan dengan karakteristik kebutuhannya, sesuai perkembangan jaman. Dari penelitian ini ditemukan telah terjadi perubahan tampilan fasad bangunan akibat alih fungsi bangunan dan renovasi yang mengikuti perkembangan jaman. Perubahan yang terjadi bervariasi satu dengan yang lain. Namun umumnya berupa penambahan kanopi, tritisan, yang disesuaikan dengan tema restorannya.

Kata Kunci : Adaptasi, Arsitektur Indis, Perubahan fungsi

Pendahuluan menerangkan, terutama untuk rumah tinggal Bangunan merupakan salah satu unsur ada tiga tipe atau bentuk yang khas. Ketiga tipe pembentuk kota, selain ruang- ruang terbuka itu adalah bangunan rumah tinggal mewah gaya dan dalam sebuah kota kolonial Belanda, tentu Indis Kuno ( Het in oud Indische stijl ), bangunan-bangunan yang ada mempunyai ciri- bangunan rumah bergaya Belanda Kuno ciri kolonial. Bangunan kolonial adalah bangunan (Hollandsche stijl ), dan bangunan mewah yang arsitekturnya bercorak kolonial yang bergaya Kompeni ( Compagniestijl ). dimanfaatkan untuk kegiatan fungsional di Arsitektur Indis yang lahir dari zaman kolonial (Radjiman, 1997:4). Ciri-ciri kebudayaan lokal dan pendatang, memilki umum bangunan yang bersifat kolonial adalah karakteristik yang khas. Selain dari itu, arsitektur bangunan tinggi, kokoh, dan beratap datar untuk Indis sudah terbukti mampu beradaptasi dengan gedung serta atap miring untuk perumahan corak budaya dan iklim lokal (iklim tropis). Hal biasa dan memiliki detail-detail tertentu. inilah yang menjadikan orang- orang Belanda Pengaruh arsitektur kolonial yang bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berkembang di Indonesia pada akhirnya disebut berbeda, pun sebaliknya orang lokal atau dengan arsitektur atau gaya bangunan Indis. pribumi dapat menerima gaya arsitektur Gaya bangunan indis adalah gabungan antara tersebut. Oleh sebab itu, dirasa perlu adanya gaya bangunan budaya lokal dengan gaya pemahaman dan pelestarian yang lebih baik bangunan budaya pendatang (Soekiman, terhadap gaya arsitektur Indis, khususnya 1997:3). Lebih lanjut Djoko Soekiman

89 ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.2 Agustus 2011

terhadap bangunan berarsitektur Indis yang adalah karya Ir. Henri Maclaine Pont pada tahun masih tersisa. 1918 yaitu gedung Technische Hogeschool Saat ini jumlah bangunan Indis yang (ITB). Kehadiran gedung ini menjadi masih tetap kokoh berdiri di Kota Semarang diskusi yang spesifik terhadap bentuk Indische . semakin berkurang dari waktu ke waktu. Di Perdebatan ini dilakukan oleh Ir. Henri Maclaine koridor Jl. S. Parman sendiri yang masih Pont, CP Wolf Schoemaker dan Herman Thomas merupakan kawasan yang dirancang . Kaarsten hanya tinggal tersisa beberapa Kepekaan arsitek Belanda terhadap iklim bangunan Indis yang terpelihara hingga saat ini. dan lingkungan tropis, terlihat dari elemen- Tujuan yang ingin dicapai dalam elemen konsrtuksi untuk mengatur penghawaan pengkajian ini adalah mengkaji fasad depan dan pencahayaan dan juga perlindungan bangunan rumah tinggal Indis di koridor Jl. S. terhadap hujan. Hampir semua bangunan Parman berkaitan dengan perubahan fungsi mempunyai gang yang mengelilingi ruang-ruang bangunan dari rumah tinggal menjadi restoran pada bagian luar. Bagian ini mempunyai fungsi (tempat usaha) sehingga untuk menemukan ganda, sebagai penghubung, isolasi panas dan perubahan apa saja dan analisis mengenai fasad sinar matahari langsung. Demikian juga atap bangunan. besar dengan kemiringan yang tajam dan kadang disertai dengan celah untuk mengalirkan panas. Pengertian Arsitektur Indis. Ruang-ruang yang berplafon tinggi juga menjadi Kata Indis berasal dari bahasa Belanda salah satu cara untuk menghindari panas dalam “Nederlandsch Indie” atau Hindia Belanda yaitu ruang (Sumalyo, 1993). nama daerah jajahan Belanda diseberang lautan Menurut disertasi Thomas Nix yang secara geografis meliputi jajahan di “Stedebouw in Indonesie en de kepulauan yang disebut Nerlandsch oost Indie. Stedebouwkundige Vormgeving” (Town Design Bentuk bangunan rumah tempat tinggal para in Indonesia and Form-giving on Town – Design ). pejabat pemerintah Belanda yang memiliki ciri- Villa-villa besar Belanda dan istana-istana dapat ciri perpaduan antara bentuk bangunan Belanda dilacak kembali ke istana di Perancis pada dinasti dan rumah tradisional oleh Berlage disebut Lodewijk pada abad XVIII. Istana Perancis pada dengan istilah Indo Europeesche Bouwkunst , van saat tersebut mempunyai bangunan utama yang de Wall menyebutnya dengan istilah Indische dibuat secara simetris, lebih ke belakang dari Huizen dan Parmono Atmadi menyebutnya jalan daripada bangunan service. Ini Arsitektur Indis (Soekiman, 2000). memperlihatkan cara hidup aristokrat yang Arsitektur Indis merupakan pekerjaan menghindari kesibukan kota. Umumnya rumah- adaptasi, bangunan yang menampakkan rumah untuk bangsawan di Belanda tidak penyesuaian, merupakan prinsip arsitektur terdapat ruangan depan atau front court. Diluar Belanda sebagai konsep pada cara membangun kota ada kemungkinan banyak situasi terbuka dan merespon social culture dan iklim. Bangunan yang terpisah dengan bangunan service. didesain dengan arsitektur Belanda dan Rumah utama mempunyai verandah konsekuensinya mengunakan bahan-bahan lokal terbuka yang lebar di depan dan belakang, dengan mempertimbangkan bangunan koridor yang luas menghubungkan dua verandah vernicular dan tradisional (Atmadi P,1988). dan kamar tidur yang dirancang disebelah kiri Menurut Sidarta (1997) Arsitektur Indis dan kanan koridor. Banyak rumah yang dimiliki sebenarnya berarti Arsitektur yang dibangun orang Belanda memiliki rancangan seperti selama waktu pemerintahan kolonial Belanda di diatas. Verandah banyak dibangun karena benar- Indonesia antara abad 17 sampai tahun 1942 benar sempurna dalam iklim tropis lembab. Ia yang dipengaruhi oleh arsitektur Belanda. menahan sinar matahari langsung dan membuat Dalam Handinoto (1996) pengembangan ruangan menjadi dingin. Selanjutnya karena bentuk arsitektur yang menempatkan tradisi alasan fungsional rancangan simetris tersebut arsitektur tradisional yang layak adalah diabaikan, untuk kamar mandi, lavatory, dapur arsitektur indische. Usaha yang cukup berhasil

90 Adaptasi Tampilan Bangunan Indis Akibat Perubahan Fungsi Bangunan......

yang merupakan bangunan service dirancang rumah tinggal yang dibangun bangsa Portugis diluar bangunan utama (Sidharta, 1997). yang dating lebih awal. Mereka memahami perlunya memperhatikan kesehatan dengan Ciri Arsitektur Indis menyesuaikan diri dengan alam sekeliling pulau Menurut Charles Prosper Wollf Jawa. Untuk melindungi diri dari panas, Schoemaker, guru besar arsitektur Technische dibuatlah dinding- dinding tembok yang tebal Hogeschool Bandoeng (ITB) tahun 1924-1938, dari batu alam atau batu bata. Untuk menangkal ciri bangunan berlanggam arsitektur Indo-Eropa udara basah dan lembab dibuat tempat tinggal ini relatif mudah dikenali. Pencarian bentuk bertingkat atau dengan berbatur yang tinggi di arsitektur yang responsif terhadap kondisi iklim atas permukaan tanah. Selama itu dibuat pula dan geografis setempat inilah yang membawa semacam ubin untuk lantai- lantai bangunan pada seni bangunan baru, yakni Arsitektur gudang, atau tempat tinggal para budak. Indisch. Pada tahun 1730-an bangunan rumah Bangunan kompleks Sekolah Tinggi mewah sepertiga bagian dari pintu dari daun Teknik Bandung merupakan kehadiran arsitektur pintu dipahat dengan a’jour relief yang indah. Indonesia yang memberikan arti penting dalam Lubang kunci atau engsel- engsel juga diukir perkembangan arsitektur Belanda di Indonesia. sangat bagus, seperti rumah orang Arab. Panel- Melalui jajak pendapat dan deskripsi oleh para panel daun pintu dipahat sangat halus, dengan ahli, ciri dari langgam arsitektur Indisch relatif ragam berupa sulur tumbuh- tumbuhan mudah dikenali. berselang- seling, dan berbeda. Hal ini untuk Ciri-cirinya antara lain dapat ditemui petunjuk seseorang adalah orang miskin, bila pada bangunan Technische Hogeschool Bandung pintunya tanpa panel berukir indah. yaitu : Bentuk jendela dengan penutup rotan 1. Bangunan pada umumnya simetris yang dianyam seperti anyaman kursi. Cara ini 2. Ritme vertikal dan horizontal relatif sama semula dari bangsa Portugis yang meniru karya kuat orang pribumi. Bentuk ini merupakan kompromi 3. Kontruksi disesuaikan dengan iklim tropis, antara jendela terali dari batangan besi dengan terutama pada : jendela tertutup dari petak- petak kaca. a. Pengaturan ruang Kelemahannya adalah tidak melindungi ruang b. Pengaturan sirkulasi udara dalam dari hujan dan panas matahari yang terik, c. Pemasukan pencahayaan sinar matahari juga dari terpaan angin. Bila ditutup, ruangan d. Perlindungan terhadap curah hujan menjadi gelap dan pengap. Anyaman rotan halus pada jendela Tata Ruang Bangunan Indis bermaksud sedikit dapat mengatasi gangguan Rumah tempat tinggal Belanda pada sinar matahari, hujan, dan angin walau hanya masa awal di Jawa mempunyai susunan mendapat sinar yang remang- remang; tetapi tersendiri yang secara umum mirip dengan yang orang masih mendapat udara segar. Namun terdapat di negeri asalnya. Sementara itu rumah akhirnya jendela kaca yang menjadi pilihan mewah ( landhuizen ) dan rumah tinggaldi luar walaupun sangat mahal saat itu. benteng dibangun dengan lingkungan alam Kira- kira tahun 1750 terjadi perubahan Dunia Timur, yaitu Pulau Jawa. Adapun hasilnya dengan penggunaan jendela yang megah, yaitu adalah bentuk campuran, yaitu tipe rumah jendela yang lebar dan tinggi, yang Belanda dengan rumah pribumi Jawa. Sebagai keseluruhannya dengan petak- petak kaca. Daun hasil akhir berdirilah bangunan rumah bergaya jendela dan pintu ada yang dipahat krawangan Indis dalam abad XVIII sampai dengan runtuhnya (a’ jour relief ) pada sisi luar. pemerintahan kolonial Belanda di bawah Ciri menonjol pada rumah Belanda ialah pimpinan balatentara Jepang pada tahun 1942. adanya telundak ( stoep ) yang lebar di depan Ada dugaan bahwa bangsa Belanda yang rumah. Telundak tersebut bukan hanya bagian dating pertama kali di dunia Timur (Asia), juga dari bangunan, tetapi juga memiliki arti khusus, melihat dengan mata kepala sendiri bangunan yaitu untuk hubungan antartetangga, bahkan

91 ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.2 Agustus 2011

hingga sat ini masih terus berlangsung sebagai • Perlindungan curah hujan tempat bertemu antarkeluarga dan tetangga. e) Bentuk atap Telundak yang lebar kebanyakan untuk duduk f) Tampilan dinding bersantai dan menghirup udara segar di sore g) Kusen, daun pintu dan jendela hari. Pada masa kemudian, ditambahkan bangku h) Ornamen dan ragam hias yang digunakan pada sudut- sudutnya. Sebuah pagar rendah dibuat untuk memisahkan dari trotoar jalan De Joglo Resto (yang kemudian dihilangkan untuk memberi ruang yang lebih luas). Seringkali bangku dibuat permanen dengan diplester semen. Dari peninggalan catatan kuno, ruang tengah yang terletak di belakang raung depan disebut voorhuis . Pada ruangan ini terpajang berbagai macam hiasan. Di dalam ruang zaal diletakkan kelengkapan rumah seperti meja makan dan kelengkapannya, yaitu almari tempat rempah- rempah ( de spijskats ) dan meja teh (thee-thafel ). Pada masa kejayaan Kolonial, ruang zaal mendapat perhatian istimewa.. Hiasan dan ukiran mewah pada tangga, pintu, dan jendela dapat menunjukkan status sosial pemilik rumah. Sementara itu, luasan permukaan atap yang terkadang lebih tinggi dan luas daripada Gambar : De Joglo Resto. luas bangunan rumah, dimaksudkan untuk menjadikan rumah teduh. Masalah lain, selain Perpaduan gaya arsitektur Indis yang ada : Jawa- sinar matahari dan udara segar ialah tentang Belanda. Massa bangunan dan kesimetrisannya: sumur yang berkaitan erat dengan air tanah. Merupakan bangunan jamak, dengan bangunan Pada rumah yang berukuran besar induk dan bagunan tambahan di bagian terdapat bangunan samping yang digunakan belakang. Kesimetrisan yang tampak adalah untuk gudang, tempat menyimpan kayu bakar, kesimetrisan per bagian massa bagunan. Ritme tendon air minum,beras, minyak, dsb. Biasanya vertikal dan horizontal : Seimbang, tidak terlihat bangunan samping ( bijgebouwen ) bertingkat, elemen bangunan yang menonjol untuk kesan ruang tingkat atas digunakan untuk tempat horizontal maupun vertikal. tinggal para budak. Penyesuaian konstruksi terhadap iklim tropis yang meliputi : Sirkulasi udara: Kisi- kisi Fasad Bangunan Indis pada daun jendela mengoptimalkan sirkulasi Untuk studi tipologi fasad bangunan udara terutama saat jendela ditutup. Bouven di Indis di koridor Jl. S. Parman , Semarang akan atas kusen dan lubang ventilasi di bagian bawah diambil sampel dari bangunan Indis yang masih atap mendukung ventilasi silang dan mengurangi ada di sepanjang Jl. S. Parman. Sementara untuk penumpukkan udara panas di bagian atas analisis yang dilakukan terhadap fasad ruangan. bangunan meliputi : Pencahayaan alami : Cahaya matahari a) Perpaduan gaya arsitektur Indis yang ada dapat masuk ke dalam ruang secara optimal b) Massa bangunan dan kesimetrisannya melalui bukaan pada dinding terutama saat c) Ritme vertikal dan horizontal jendela dibiarkan terbuka. Jendela kaca (yang d) Penyesuaian konstruksi terhadap iklim ada kemudian) mengimbangi pencahayaan alami tropis yang meliputi : saat siang hari walau jendela-jendela dalam • Sirkulasi udara posisi tertutup. • Pencahayaan alami

92 Adaptasi Tampilan Bangunan Indis Akibat Perubahan Fungsi Bangunan......

Perlindungan curah hujan : Tritisan yang berdenah segidelapan dan mempunyai dua ada memang terlihat tidak terlalu lebar untuk lantai. Bangunan tersebut diapit oleh massa dapat melindungi sisi bangunan dari tempasan bangunan dengan satu lantai.Masing- masing air hujan, namun dengan jendela dengan kisi-kisi bagian massa bangunan memiliki gaya desain dapat mengurangi masuknya tempasan tersebut. yang berbeda, terutama dengan adanya Di beberapa bagian saat ini terlihat ditambahkan tambahan kanopi bergaya oriental di sisi depan kanopi tambahan yang berfungsi juga sebagai Ritme vertikal dan horizontal : Kesan bagian estika bangunan restoran. Bentuk vertikal terlihat lebih kuat melalui ukuran atap : Limasan dan pelana. ketinggian dinding dan kusen. Namun pada sisi Tampilan dinding : Polos tanpa ornamen. kiri atas fasad terlihat lebih rendah bila Untuk sisi bawah dinding melebar dengan warna dibandingkan sisi kanan atas fasad. Profil di hitam dan aksen garis horizontal yang bagian tengah membantu membatasi kesan merupakan pondasi talud batu alam. Kusen, menjulang bangunan, demikian dengan daun pintu dan jendela : Kusen kayu tanpa perapatan letak jendela. ornamen, daun pintu dan jendela sebagian Penyesuaian konstruksi terhadap iklim menggunakan kisi- kisi, sebagian lainnya tropis yang meliputi : Sirkulasi udara : Sebagian menggunakan kayu dan kaca. Pintu bertipe besar jendela yang tertutup kaca menyulitkan ganda dengan panel kayu dan kaca. Seperti pada terjadinya ventilasi silang bila semua jendela bangunan rumah tinggal lain yang ada dalam posisi tertutup. Dengan adanya bouven disepanjang jalan S.Parman, jendela rumah ini dan rooster di beberapa bagian sangat terdiri dari kaca-kaca yang berwarna.Terdapat membantu bila hal tersebut terjadi. Ketinggian bouven dan rooster di sisi- sisi atas kusen pintu ruangan juga mendukung minimalisasi dan jendela. Ornamen dan ragam hias yang bertumpuknya udara panas dan lembab. digunakan : Tidak terlihat pada fasad. Pencahayaan alami : Tampilan fasad yang polos tanpa penghalang memungkinkan Diwang Resto masuknya cahaya matahari secara maksimal ke dalam ruang, terutama bila semua jendela kisi- kisi terbuka. Namun tidak tertutup kemungkinan masuknya sinar matahari yang terik. Untuk itulah jendela tidak seluruhnya terdiri dari petak- petak kaca. Perlindungan curah hujan : Secara umum terlihat minim dalam perlindungan curah hujan terutama pada bagian bawah. Tritisan yang kurang lebar dan tidak ternaunginya jendela (meski telah dibuat agak menjorok ke dalam) membuat bangunan ini riskan terhadap tempasan air hujan. Bentuk atap : Bangunan ditutup dengan atap pelana, dan atap perisai segi delapan. Bahan penutup adalah genteng. Listplank dilengkapi dengan talang. Tampilan dinding : Polos tanpa ornament dengan aksen warna horizontal Gambar : Diwang Resto. dengan warna berbeda di bagian tengah. Kusen, Perpaduan gaya arsitektur Indis yang daun pintu dan jendela : Kusen kayu tanpa ada : Dominan Belanda (Eropa) dengan ornamen, daun pintu dan jendela sebagian tambahan aksen Oriental. Massa bangunan dan menggunakan kisi- kisi, sebagian lainnya kesimetrisannya : Bangunan tunggal. Tidak menggunakan petak- petak kaca. Terdapat terlihat adanya kesimetrisan dalam tampilan bouven dan rooster di sisi- sisi atas kusen pintu fasadnya. Gubahan massa berupa bangunan dan jendela. Ornamen dan ragam hias yang

93 ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.11 No.2 Agustus 2011

digunakan : Terdapat tambahan ornamen dan ditambahkan kemudian. ragam hias oriental di beberapa bagian yang

Tabel 1. Analisis Fasade Pada Rumah Tinggal Indis (Sumber: Analisis, 2011). No Tipologi Fasad De Joglo Resto Diwang Resto

1. Gaya Arsitektur Jawa dan Belanda Dominan Belanda 2. Massa Bangunan : Tunggal/ jamak a)Tunggal a)Tunggal Kesimetrisannya b)Tidak simetris b)Tidak simetris 3. Ritme Vertikal & Seimbang Cenderung vertikal Horizontal 4. Penyesuaian Konstruksi Tropis : a) Penghawaan Baik Baik Pencahayaan Baik Kurang baik c) Curah Hujan Baik Kurang baik

5. Bentuk Atap Limasan dan pelana Limasan, dan atap perisai segi delapan 6. Tampilan Dinding Polos tanpa ornamen Polos tanpa ornamen 7. Kusen, Pintu, dan Jendela dobel. Bahan kayu Jendela dobel. Bahan kayu Jendela dan kaca. Menggunakan kisi dan kaca. Menggunakan kisi (kripyak), bouven, dan (kripyak), bouven, dan rooster . rooster . 8. Ornamen dan Ragam Tidak terlihat pada fasad Ornamen dan ragam hias Hias Oriental yang ditambahkan kemudian.

Dari perbandingan tersebut dapat ditemukan Indis. Bentuk atap umumnya limasan. gaya arsitektur Indisnya umumnya merupakan Dipengaruhi budaya Jawa dan menyesuaikan pencampuran budaya Jawa dan Belanda. Massa iklim tropis. Tampilan dinding polos tanpa bangunan umumnya tunggal dan tidak simetris. ornamen. Bukan ciri arsitektur Indis awal yang Bukan ciri arsitektur Indis awal yang umumnya masih kental dengan ornamen dan ragam hias jamak (rumah orang golongan atas) dan simetris. pada tiap elemen bangunan. Ritme vertikal dan horizontal umumnya Kusen, pintu, dan jendela merupakan seimbang. Ciri khas bangunan rumah tinggal jendela dobel. Bahan kayu dan kaca.

94 Adaptasi Tampilan Bangunan Indis Akibat Perubahan Fungsi Bangunan......

Menggunakan kisi (kripyak), bouven, dan rooster . Dari penelitian ini ditemukan telah Ciri adaptasi arsitektur Indis terhadap iklim lokal terjadi perubahan tampilan fasad bangunan di Jawa. Ornamen dan ragam hias khas Belanda akibat alih fungsi bangunan dan renovasi yang tidak terlihat. Sudah merupakan ciri arsitektur mengikuti perkembangan jaman. Perubahan Indis modern yang mengesampingkan ornamen yang terjadi bervariasi satu dengan yang lain. dan ragam hias (dengan simbol tertentu) yang Namun umumnya berupa penambahan kanopi, dirasa tidak fungsional. tritisan, yang disessuaikan dengan tema Kesimpulan restorannya. Bangunan Indis yang masih tersisa dan Pada restoran de joglo yang menonjol berubah fungsi merupakan bekas rumah tinggal adalah adanya tritisan atau kanopi yang vila,ataupun rumah dinas peninggalan kaum berbentuk lengkung yang terbuat dari kain priyayi ( pembesar pribumi ), pejabat merah. Sedangkan pada restoran Di Wang, pemerintahan, dan pengusaha. Hal ini dapat perubahan yang menonjol adalah bentuk kanopi diketahui dari gaya arsitekturnya dan massa depan atau teras depan yang mengadopsi bangunannya, berikut ragam hias dan detail arsitektur cina yang disesuaikan dengan tema bangunannya. restoran. Bangunan Indis ini tampak kentara unsur lokal Jawa dan tropisnya dengan sebagian besar DAFTAR PUSTAKA minim akan ragam hias dan ornamen khas Joe, Liem Thian.1933. Riwayat Semarang . bangunan kolonial. Hal ini dapat terlihat dari Semarang : Boekhandel- Ho Kim Yoe. hampir tidak ditemukannya simbol- simbol Nix, Thomas. 1949. Stedebouw In Indonesia En ornamen khas Eropa maupun Belanda pada De Stedebouwkundige Varmgeving . Rotterdam : khususnya. En De Toors- Heemstede. Fasad kedua bangunan cenderung telah Soekiman, Djoko. 2000. Kebudayaan Indis . meninggalkan simbol- simbol arsitektur khas Semarang : Yayasan Bentang Budaya. Belanda, karena arsitektur Indis tidak hanya Sumalyo,Yulianto. 1993. Arsitektur Kolonial mengadaptasi nilai asal dan nilai lokal suatu Belanda di Indonesia . Yogyakarta : Gadjah Mada daerah, namun juga mampu menyesuaikan University Press. dengan karakteristik kebutuhannya, sesuai Sumalyo,Yulianto. 1997. Arsitektur Modern Akhir perkembangan jaman. Abad XIX dan Abad XX . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

95