TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR FEATURE ACARA TEMPOE DOELOE Eps. “GANJEL REL LEGENDARIS ” Mifta Udin, Mukaromah Program St u di P e n y i a r an-D3 , Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula1 No. 5-11 Semarang, Kode Pos 50131 Telp: (024) 3517361, Fax: (024) 3520165 E-mail : [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Keanekaragaman etnis suku dan budaya merupakan ciri khas suatu negara di dunia. merupakan negara yang mempunyai beranekaragam etnis suku dan budaya terbanyak di dunia. Oleh karena itu Indonesia memiliki beragam makanan khas tradisional daerah. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki keberagaman menu tradisional adalah kota Semarang. Ganjel Rel adalah salah satu makanan tradisional yang dapat dijumpai di kota Semarang. Proyek Akhir ini mengambil topik tentang kuliner Roti Ganjel Rel Semarang dalam format feature dengan judul “Ganjel Rel Legendaris Semarang” tujuan dari proyek ini adalah untuk menyampaikan dan memberikan informasi seputar makanan khas kota Semarang melalui feature Kuliner “TEMPOE DOELOE” khususnya menu liputan seputar “Roti Ganjel Rel” jenis makanan ini lebih diketahui oleh masyarakat umum, maupun pengunjung dari luar daerah kota Semarang. Pelaksanaan proyek akhir ini membutuhkan waktu seperti halnya riset, observasi, wawancara dan pengambilan gambar di berbagai tempat di Semarang hingga akhirnya menjadi sebuah karya feature “Tempoe Doeloe Eps. Ganjel Rel Legendaris Semarang” selama ±20 menit yang menyajikan informasi seputar makanan alternatif khas kota Semarang. Hasil dari proyek akhir ini dapat menjadi salah satu cara untuk melestarikan makanan-makanan tempo dulu yang sekarang mulai tergerus oleh makanan luar negeri yang lebih instan.

Kata Kunci: Feature Kuliner, Roti Ganjel Rel, Kameramen, Kota Semarang, Indonesia

ABSTRACT

Ethnic and cultural diversity was a hallmark of a country in the world. Indonesia was a country that had the largest diverse ethnic and culture in the world. Because of that, Indonesian had a variety of typical traditional regional food. One of area that had a diversity of Indonesian traditional menu was Semarang. Ganjel Rel was one ofthe traditional foods that could be found in Semarang. This final project took about culinary topics Ganjel Rel Bread Semarang in the format feature with the title Ganjel Rel Legendaris Semarang. The objective of this project was to deliver and provide information about the typical food Semarang through Culinary "TEMPOE DOELOE" feature in particular coverage menu regarding "Ganjel Rel Bread" so that these types of food were more known to the general public, as well as visitors from outside Semarang. This final project implementation takes time as does the research, observation, interviews and shooting at various locations in Semarang until it became a feature showcase "Tempoe Doeloe Eps. Ganjel Rel Legendary Semarang" for ± 20 minutes which presents information about alternative the typical food of Semarang. Results of this final project can be one way top reserve foods in the past that are now starting to be eroded by instant foreign food.

Keyword : Culinary Feature, Ganjel Rel Bread, Cameraman, Semarang city, Indonesia

1. PENDAHULUAN khas tradisional daerah. Beranekaragam Indonesia merupakan salah satu negara makanan khas atau tradisional tersebut dengan etnis suku dan budaya terbanyak di merupakan kekayaan kuliner yang dunia yang memiliki beragam makanan sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memperkaya keberagaman khas Indonesia. gula aren, minyak dan rempah-rempah, Keberagaman makanan khas tradisional sedangkan orang Belanda salah satu tersebut kurang mendapat perhatian karena bahanya untuk membuat roti tersaingi oleh produk-produk makanan menggunakan mentega. modern yang ditemukan di pasaran. Filosofinya orang-orang duhulu menyebut Salah satu wilayah Indonesia yang roti Ganjel Rel ada kaitanya dengan memiliki keberagaman menu tradisional Dugderan menjelang puasa di Masjid adalah kota Semarang. Di Semarang dapat Agung Semarang. Ganjel dalam bahasa dijumpai berbagai macam menu khas Jawa dengan harapan bahwa nanti selama seperti Tahu Pong, Lunpia, Bandeng puasa tidak mengalami suatu ganjalan Presto, Tahu Gimbal, Babat. yang disimpan didalam hati sehingga Berbagai menu khas kota Semarang puasa yang dijalankan lancar, kemudian tersebut, biasanya yang dikenal secara dari kata Rel itu menjadi Relo dalam umum oleh masyarakat, namun terdapat bahasa Jawa yang artinya rela atau ikhlas. berbagai macam makanan khas lain di kota Karena dikaitkan pada bulan puasa Semarang yang tak kalah enaknya serta sehingga orang yang menyantap Ganjel memiliki nilai sejarah yaitu Roti “Ganjel Rel itu rela atau ikhlas menjalani puasa Rel”. Disebut roti Ganjel Rel karena dengan harapan tidak ada ganjalan- bentuknya memanjang kotak cokelat dan ganjalan dan dipercaya roti Ganjel Rel ini keras sehingga orang mengasumsikan roti mengandung bahan-bahan yang baik untuk itu seperti Ganjel Rel, tetapi ada juga yang tubuh dan menguatkan saat puasa karena menyebutnya sebagai roti Gambang, tekstur keras sehingga orang memakan seperti yang terdapat di salah satu alat sedikit menjadi kenyang, gula yang musik yang ada di Semarang, tapi menjadikan kalori tinggi, kemudian biji sekarang masyarakat umum lebih populer wijen dan juga rempah-rempah untuk menyebutnya sebagai roti Ganjel Rel menghangatkan yang itu dijadikan sebagai karena asosiasinya yang memanjang kotak simbol orang dahulu menghadapi puasa dan keras. (sumber: Dra. Titiek Suliyati, MT Dosen sejarah FIB Universitas Diponegoro). Roti Ganjel Rel di pengaruhi oleh roti Belanda Ontbijtkoek yang biasa Penulis menyadari sebagai bagian dari disebut roti rempah dari Belanda. Gandum tanggung jawab untuk ikut mencintai hitam merupakan bahan yang paling produk dalam negeri, khususnya makanan penting sebagai pewarna cokelat muda, tradisional Roti Ganjel Rel, dalam proyek sering dibumbui dengan cengkih, kayu akhir ini, penulis akan mengambil liputan manis, jahe, dan kapulaga. Perbedaan roti “Feature” yang mengupas tema tentang Ganjel Rel duhulu dengan sekarang tentu makanan khas tradisional Semarang yang berbeda dari mulai bahan yang di gunakan, berjudul “Tempoe Doeloe”. karena duhulu pada saat pembuatan roti Ganjel Rel menggunakan tepung gaplek Program ini akan disajikan kedalam format yang terbuat dari singkong yang dikupas feature, feature sendiri adalah karangan lalu dikeringkan dan ditumbuk menjadi yang menyajikan permasalahan yang halus, dari warnanya pun tidak putih menarik, bertolak dari data dan fakta yang karena singkong telah dikeringkan dan akurat dan lengkap, namun disajikan berwarna agak kecokelatan dan itu yang secara khas dan santai serta memberikan dipakai untuk bahan roti Ganjel Rel hiburan (Ermanto, 2005 : 86). Secara fisik sehingga roti yang dihasilkan keras tidak feature memiliki kesamaan dengan seperti dari bahan tepung terigu. Roti reportase yaitu terdiri dari judul (head Ganjel Rel yang asli dibuat orang Jawa line), teras (lead) , dan tubuh (body). Yang atau Indonesia terbuat dari tepung gaplek, membedakannya adalah pada pemilihan judul dan penyajiannya yang lincah, enak unik dan membuat penonton penasaran dibaca, tidak formal, dan memberikan dari segmen kesegmen berikutnya. hiburan. Treatment Feature memiliki berbagai jenis, diantaranya adalah feature kuliner tentang SEGMENT 1 makanan tradisional atau makanan khas apapun yang patut diketahui pemirsa Segment 1 merupakan awal langkah seperti, bentuk teksturnya, kandungan rasa, penonton untuk mengenal objek. Pada dan bagaimana cara membuatnya. tahap ini berisi narasi singkat penjelasan Kemasan feature ini disesuaikan dengan lokasi dimana Tempoe Doeloe berada dan gaya berbeda dan lokasi penjual atau establis Kota Semarang untuk memancing masakan tersebut. daya tarik penonton. Video yang disajikan masih berkaitan dengan tema yang akan Berdasarkan latar belakang tersebut diusung, kemudian setelah itu host penulis akan membuat program feature membuka program acara di Tugumuda dalam bentuk feature kuliner dengan judul dengan latar belakang Lawang Sewu, “Tempoe Doeloe ”. setelah host selesai membuka acara kemudian dilanjutkan dengan voxpop LANDASAN TEORI dengan masyarakat kota Semarang 1.1 Sinopsis mengenai tahu gak sih makanan khas kota Setiap daerah memiliki keberagaman Semarang? kemudian tahu gak Roti Ganjel kuliner khas yang patut diketahuioleh Rel itu apa? dilanjutkan host berjalan masyarakat dan mampu menarik perhatian menuju kerumah produksi Roti Ganjel Rel wisatawan untuk berkunjung ke suatu dan bertemu dengan pemilik sekaligus daerah dengan kulinernya masing-masing, pembuat roti khas tradisinal Ganjel Rel dengan mengusung tema makanan tersebut dan berbincang-bincang mengenai tradisional khas jaman duhulu yang ada di proses pembuatan roti Ganjel Rel. Indonesia dengan dipandu oleh 1 Host. Keunggulan program acara terletak pada SEGMENT 2 pembawaan konsep acara kuliner Segment 2 diawali dengan video tapping tradisional khas jaman duhulu dengan gaya kota Semarang jaman dulu dan bahasa modern atau kekinian, tetapi juga menceritakan sejarah kota Semarang tetap dengan bahasa yang sopan sehingga dengan berbagai keajaiban alam dan membuat orang menonton ingin tahu sejarah yang patut untuk dikunjungi karena program acara ini juga mempunyai setelah itu menyambung lagi ke dalam sejarah kuliner masakan khas tradisional perbincangan tetapi pada segmen ini host Indonesia didalamnya, selain menampilkan berbincang dengan salah satu pembuat roti kuliner bersejarah, juga menginformasi, ganjel rel dan mengajak permirsa untuk mengedukasi dan menghibur penonton. membuat roti khas tradisional Ganjel Rel. Program ini taya n g setiap seminggu sekali SEGMENT 3 dengan durasi 20 menit, menampilkan sisi unik serta konten yang berbeda setiap Segmen 3 ini mulai fokus pada asal-usul minggunya. dan sejarah mengenai roti Ganjel Rel dengan mewawancarai dua narasumber Episode Kali ini Tempoe Doeloe Eps. yang mengerti dan tahu dalam Ganjel Rel Legendaris Semarang Setiap menjelaskan asal-usul sejarah tersebut dari segmen membahas tentang makanan mulai bagaimana proses pembuatan, kuliner khas kota Semarang yang namanya kemudian bahan apa saja yang dipakai dari pembuatan jaman dulu dengan pembuatan [4] Syahputra, Iswandi. (2006). yang sekarang, kemudian perbedaan roti “Jurnalistik Infotainment, kancah baru jaman dulu dan sekarang, kemudian roti jurnalistik dalam industri televisi”, ganjel rel ini dipengaruhi oleh beberapa dilengkapi dengan Kode Etik Jurnalistik, roti yang sudah ada, kemudian filosofi dari nama Ganjel Rel yang dikaitkan dengan Yogyakarta: Pilar media. acara dugderan menjelang bulan puasa di masjid kauman semarang. [5] Dennis, G Fitrian. 2008. Bekerja SEGMENT 4 sebagai Pengarah Acara. Erlangga Grub. . Di segment 4 ini stok shoot pengambilan [6] Hanoch, Tahapory. 2002. Komposisi gambar di festival makanan Semarang di Gambar TV – Suatu Pengantar. Jakarta . Kaligarang dibagian segmen ini Balai Diklat TVRI. menjelaskan bagaimana upaya untuk mengenalkan, mempublikasi dan [7] Warsihna, Jaka dkk. (2009) ”Pedoman sekaligus untuk lebih diketahui oleh Pemanfaatan Siaran Televisi masyarakat umum, maupun pengunjung Edukasi”. Jakarta. Departemen Pendidikan dari luar daerah kota Semarang. karena N a s io n a l. Pusat Teknologi Informasi dan disegmen 4 ini merupakan upaya dari KomunikasiPendidikan.www.tvedukasi.org pembuat roti Ganjel Rel untuk melestarikan makanan khas tradisional [8] Wibowo, (2007), ”Teknik Produksi kota semarang agar tidak tergerus oleh Program Televisi”, Yogyakarta: Pinus persaingan makanan-makanan modern Book Publisher yang saat ini banyak dijumpai dengan mudah dipasaran, kemudian agar warisan kuliner daerah ini tetap ada sebagai kuliner Sumber Lain, Media Online : khas Nusantara. [9]http://feelmcreative.blogspot.com/- DAFTAR PUSTAKA camera-slider/, diakses pada tanggal 22 [1] Asep Syamsul M. Romli. 1999-2000. Juni 2015 Jurnalistik Praktis.Jakarta. Remaja Rosda Karya [10]http://gloriaentertainment.blogspot.co m/-Mikroponkondeser/, diakses pada [2] Dra. Titiek Suliyati, MT (2015) tanggal 22 Juni 2015 “Dosen sejarah FIB Universitas Diponegoro” Semarang. [11]https://musa666.wordpress.com/2012/ [3] Redaktur Senior Majalah Gatra, 10/02/program-Acara-televisi-/, diakses pada tanggal 16 Mei 2015 Yudhistira A.N.M. Massardi, April 22

(2009) (terjemahan dari Asep Syamsul M. Romli. (1999-2000). Jurnalistik Praktis. Jakarta, Remaja Rosdakarya).