KONTROVERSI KETERLIBATAN SOEHARTO DALAM PENUMPASAN G30S/PKI 1965

Oleh: Andrianto* *Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

ABSTRAK

Gerakan 30 September (disingkat G.30.S/PKI) atau Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi Kamis malam tanggal 30 September menjelang tanggal 1 Oktober 1965 dan enam Perwira Tinggi militer Indonesia menjadi korban. Masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah kontroversi keterlibatan Soeharto dalam penumpasan G 30 S/PKI 1965? Penelitian ini menggunakan metode historis, yaitu kegiatan mengkaji suatu masalah secara teliti dan teratur, dengan cara menyusun gagasan yang terarah dan terkonsep untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi peneliti. Hasil penelitian: (1) Kontroversi merupakan perbedaan pandangan yang muncul mengenai Gerakan 30 September 1965 G.30.S/PKI adalah peristiwa pembunuhan yang terjadi pada tanggal 30 September menjelang 1 Oktober 1965. (2) Pada 30 September 1965, enam Jendral Senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana. (3)Pengangkatan Mayjend Soeharto sebagai panglima operasi pemulihan keamanan dan ketertiban serta pembentukan komando operasi pemulihan keamanan dan ketertiban (Kopkamtib).

Kata Kunci: Sejarah kontroversi, G30S/PKI.

A. PENDAHULUAN 1965, dengan meletusnya pemberontakan Sebelum meletusnya pemberontakan Gerakan 30 September Partai Komunis G30S (Gerakan 30 September) tanggal 30 Indonesia atau G.30.S/PKI tahun 1965 di September 1965, Partai Komunis Indonesia bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung (PKI) telah berhasil menjadikan dirinya dan Brigadil Jenderal Supardjo, (Sudirjo, sebagai salah satu partai yang terbesar di 1977:50). Indonesia. Dengan pimpinan dan anggota- Gerakan 30 September (dahulu juga anggotanya yang militan, didukung pula disingkat G.30.S/PKI), Gestapu (Gerakan oleh negara-negara besar komunis lainnya. September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa telah merangkul Presiden Soekarno, yang terjadi Kamis malam tanggal 30 mempengaruhi dan membina sejumlah September menjelang tanggal 1 Oktober besar perwira-perwira Angkatan Bersenjata 1965 dan enam perwira tinggi militer Republik Indonesia (ABRI) dan menguasai Indonesia menjadi korban (Samsudin, sebagian besar organisasi-organisasi 2004:44). nasional vital yang ada di negara kita. Menurut Sucipto, (2013:112-113) Selain usaha membina sejumlah perwira- sejak pertengahan Agustus 1965, perwira Angkatan Darat (AD), juga kesehatan Soekarno menurun, sampai menyebar perpecahan di kalangan menjelang terjadinya Gerakan 30 Angkatan Darat (AD) dan membuat fitnah- September telah beredar kabar sakit fitnah untuk menyingkirkan pimpinan parahnya Soekarno. Menurut Roeder, Amerika Serikat (AS) yang ada dengan (1987:35) telah menjadi kebiasaan menggantinya dengan tokoh-tokoh perwira sebelumnya bahwa apabila Panglima yang pro-komunis. Usaha PKI itu mencapai Angkatan Darat berhalangan, Panglima puncaknya pada akhir bulan September

1 Komando Strategis Angkatan Darat sudah tahu kejadian tersebut, melalui (KOSTRAD) ditunjuk sebagai penjabatnya. pertemuannya dengan Untung dan Latief. Menurut Sucipto, (2013:125) Sehingga ia menjadi orang yang paling siap mengingat Soekarno adalah Pemimpin menghadapi sesuatu yang akan terjadi. Besar Revolusi (PBR), beliau Kesiapan Soeharto inilah yang menjadi mengumumkan dan memanggil semua senjata yang untuk menumpas Partai panglima angkatan bersenjata bersama Komunis Indonesia (PKI) dan merebut wakil perdana menteri dan pejabat penting kekuasaan dari Soekarno lainnya. Pimpinan angkatan darat langsung (Roeder,1987:74). berada di tangan beliau dan tugas-tugas Menurut Pambudi, (2006:202) belum sehari-hari dijalankan oleh Mayjen Pranoto jelas siapa dalang Gerakan 30 September, Reksosamodra, sedangkan Mayjen namun implikasi yang ditimbulkannya Soeharto Panglima Komando Strategi sangatlah jelas, Mayor Jenderal Soeharto Angkatan Darat (KOSTRAD) ditunjuk untuk berhasil mengambil alih Komando Strategis melaksanakan pemulihan keamanan dan Angkatan Darat (KOSTRAD) ketertiban. Maka dari itu Soeharto menjadi sepeninggalan Letnan Jenderal Ahmad sosok penting dalam penumpasan Yani yang gugur dalam usaha perebutan pemberontakan 30 September yang kekuasaan di Lubang Buaya. Setelah melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mayor Jenderal Soeharto berhasil Adapun pandangan lain menyatakan menumpas komplotan Untung, target Soeharto terlibat dalam pemberontakan itu, berikutnya membersihkan kekuasaan Kolonel Latief tahanan politik Orde Baru Presiden Soekarno. Penekanan Presiden yang menjabat Komandan Brigade Infanteri untuk membubarkan Partai Komunis I Kodam V Jaya, saat peristiwa Gerakan 30 secara resmi, adalah jalan dipilihnya. September tahun 1965 meletus, Soeharto adalah seseorang yang mengetahui B. METODE PENELITIAN rencana peristiwa Gerakan 30 September Metode Penelitian merupakan tahun 1965. Pemberontakan G.30.S/PKI rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan telah dilaporkannya kepada Soeharto pada penelitian yang didasari oleh asumsi- 28 September 1965, dua hari sebelum asumsi dasar, pandangan-pandangan penculikan para jenderal terjadi. Tetapi filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu- Soeharto selaku Panglima Komando isu yang dihadapi (Sudharmono, 2010: 52). Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) tidak Menurut Priyadi, (2012:67-70) Untuk menggagalkan peristiwa yang menghasilkan suatu karya atau kisah membahayakan Soekarno selaku presiden. sejarah seseorang harus berpegangan Menurut Wertheim dalam Sucipto, pada metode historis, ada beberapa (2013:174) mengatakan bahwa tanggal 1 langkah perlu di patuhi oleh seorang Oktober 1965, terjadi pertemuan antara peneliti. Soeharto, Latief dan Untung (pimpinan 1. Tahap Heuristik penculikan ketujuh Jenderal). Asumsinya, Tahapan pertama yaitu mencari dan dengan pertemuan itu, Soeharto mengumpulkan sumber yang berhubungan sebenarnya memahami tentang rencana dengan topik yang akan dibahas dalam tersebut, karena melihat kedekatan dan penelitian ini, yakni “Keterlibatan Soeharto pertemuan yang terjadi. Tetapi para ahli dalam penumpasan G.30.S/PKI”. Secara sejarah dan politik yang berpendapat harfiah, heuristik berasal dari bahasa bahwa Soeharto bukan tipe orang yang Yunani yang berarti menemukan. Jadi pintar yang bisa merancang kudeta secara heuristik adalah tahap untuk menemukan sistematis. Soeharto hanyalah orang yang sumber-sumber sejarah sehingga diperoleh

2 data yang mendukung dan relevan dan menggantinya menjadi negara terhadap judul penelitian yang akan di teliti. komunis. Beruntunglah pada saat itu Muso Untuk memperoleh data-data tersebut, dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap seorang peneliti harus melakukan dan kemudian ditembak mati sehingga pengumpulan pustaka, arsip-arsip atau pergerakan PKI dapat dikendalikan dokumen di perpustakaan maupun (Sucipto, 2013:42). melakukan tinjauan langsung ke lapangan. Pada bulan Juli 1959, Presiden 2. Tahap Interpretasi Soekarno mengumumkan berlakunya Kemudian dilakukan interpretasi atau demokrasi terpimpin. Tujuannya semula penafsiran terhadap fakta sejarah yang adalah untuk mengatasi pertentangan- diperoleh dari arsip, buku-buku yang pertentangan yang tak berkesudahan dari relevan dengan Keterlibatan Soeharto partai-partai politik yang sudah ada. Partai terhadap G.30.S/PKI. Interpretasi adalah Komunis Indonesia (P.K.I) dengan penafsiran terhadap fakta sejarah yang pintarnya memanfaatkan keadaan ini. kemudian dirangkai menjadi sebuah Terlebih lagi dengan adanya ajaran dari kesatuan yang harmonis serta masuk akal. presiden Soekarno tentang Nasakom Dalam tahap interpretasi harus bersifat (Nasional, Agama, Komunis) yang sangat objektif. Selain itu juga harus bersifat menguntungkan PKI karena selektif, artinya bahwa semua fakta tidak menempatkannya sebagai bagian yang sah dimasukan semuanya melainkan diambil dalam politik Indonesia. Hal ini hanya akan yang sesuai dengan topik yang akan membukakan jalan bagi PKI untuk dibahas (Priyadi, 2012:69). melancarkan rencana-rencananya. Yang salah satunya sudah terbukti adalah 3. Tahap Historiografi pemberontakan G-30-S-PKI yang dipimpin Menurut Priyadi, (2012:70) oleh DN.Aidit. Pemberontakan itu bertujuan historiografi merupakan tahap dalam untuk menyingkirkan TNI-AD sekaligus penulisan sejarah. Ini merupakan tahap merebut kekuasaan pemerintahan (Sudirjo, terakhir dari serangkaian tahap penelitian 1977:1). sejarah. Penulisan sejarah harus searah Sebenarnya pada saat itu keburukan atau sesuai dengan interpretasi yang PKI sudah akan terbongkar dengan dilakukan. Menurut Moleong dalam ditemukannya dokumen-dokumen Margono, (2009:36) Penelitian Kualitatif perjuangan PKI yang berjudul ”Resume adalah prosedur penelitian yang Program dan Kegiatan PKI Dewasa ini”. menghasilkan data deskriptif berupa kata- Dalam dokumen tersebut nampak jelas kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan disebutkan bahwa PKI akan melancarkan perilaku yang dapat diamati (Margono, perebutan kekuasaan. Akan tetapi Ir. 2009:18). Soekarno tidak mempercayai hal itu dan tetap mendukung PKI (Adam, 2006:83). C. HASIL PENELITIAN DAN Menurut Sudirjo, (1977:39-42) Selain PEMBAHASAN karena ingin merebut kekuasaan, ada juga Pemberontakan PKI tanggal 30 faktor lain yang membuat mereka September 1965 bukanlah pertama kali melakukan pemberontakan itu, yakni : bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 Angkatan Darat Menolak Pembentukan PKI sudah pernah mengadakan Angkatan Kelima pemberontakan di Madiun. Pemberontakan Dalam rangka peningkatan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin pelaksanaan strategi dan taktiknya, PKI dan Muso. Tujuan dari pemberontakan itu menuntut agar buruh dan tani dipersenjatai adalah untuk menghancurkan Negara RI dengan kedok alasan mendukung

3 konfrontasi dengan Malaysia. Gagasan ini dilakukan pada masa itu (Sucipto, ditolak oleh Jenderal , karena 2013:33). dengan adanya angkatan ke V jelas akan Adanya Nasakomisasi hanya akan menimbulkan kekacauan di dalam menguntungkan kedudukan PKI untuk yang komando dan pengawasan, di samping itu kesekian kalinya. ajaran nasakom, dilihat juga biayanya sangat besar (Sudirjo, dari asal kata pembentukan katanya saja 1977:41). Di dalam keterangannya kepada sudah ganjil, yakni “nasional, agama, para wartawan pada tanggal 14 Januari komunis”. Untuk kata nasional dan agama 1965, Ketua D.N. Aidit mengatakan bahwa mungkin masih dapat kita cerna dengan partainya menuntut kepada Pemerintah baik. Akan tetapi untuk kata ”komunis” agar kaum buruh dan tani dipersenjatai. membuat kita berfikir dua kali untuk Tuntutan PKI itu ditampung oleh Front menyetujui ajaran ini. Apalagi setelah Nasional dan dirubah bentuknya sehingga banyaknya kerusuhan yang dilakukan seakan-akan tuntutan itu datangnya dari partai ini hingga timbulnya korban jiwa. semua kekuatan politik yang ada pada Keputusan TNI-AD memang sangat tepat waktu itu, melalui suatu pernyataan yang menolak nasakomisasi tersebut (Sudirjo, disebut “Kebulatan Tekad” (Sudharmono, 1977:39). 1985:20). Kebulatan tekad tersebut Dapat disumpulkan bahwa Nasakom berbunyi antara lain: singkatan dari Nasionalis-Agama-Komunis, “Menyerukan dan mendesak Pemerintah adalah ajaran Bung Karno yang dan alat-alatnya yang berwenang untuk mengharuskan adanya persatuan “nasional segera melatih dan mempersenjatai progresif revolusioner” dengan ketiga sokoguru-sokoguru revolusi, sebagai golongan politik tersebut sebagai “poros”- jaminan utama guna mencegah dan nya. Ajaran Nasakom ini oleh PKI diusahan mengalahkan tiap bentuk agresi Inggris dan harus diterapkan secara struktural, yaitu agresi Nekolim pada umumnya” bahwa dalam setiap badan dan kegiatan (Sudharmono, 1985:20). negara, termasuk ABRI, golongan komunis Angkatan Kelima adalah unsur harus diikutsertakan. pertahanan keamanan Republik Indonesia yang diduga merupakan gagasan Partai Angkatan Darat Menolak Poros - Komunis Indonesia (PKI). Angkatan Peking Kelima ini diambil dari kalangan buruh dan Hal ini merupakan suatu langkah petani yang dipersenjatai. Namun versi yang bijak menyangkut adanya Poros yang lain menyebutkan bahwa Angkatan Jakarta-Peking hanya akan membantu Kelima sebenarnya merupakan ide dari Cina meluaskan semangat revolusi Presiden Soekarno untuk menambah komunisnya di Asia Tenggara, dan akan angkatan bersenjata di Indonesia karena merusak hubungan baik dengan negara- menerima bantuan dari luar negri (Sucipto, negara tetangga (Sudirjo,1977:41). 2013:109-110). Terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi Angkatan Darat Menolak Nasakomisasi cenderung condong pada salah satu poros. Mulai tanggal 1 sampai dengan 10 Saat itu Indonesia memberlakukan politik Juni 1965 di berbagai tempat di seluruh konfrontasi yang lebih mengarah pada Indonesia diadakan pendidikan kilat kader negara-negara kapitalis seperti negara Nasakom. Pendidikan ini diselenggarakan Eropa Barat dan Amerika Serikat. Politik oleh Front Nasional dan merupakan satu konfrontasi tersebut dilandasi oleh diantara berbagai usaha indoktrinasi pandangan tentang Nefo (New Emerging (antara lain Kursus Kader Revolusi) yang Forces) dan Oldefo (Old Established

4 Forces) (Sudirjo,1977:41). Nefo merupakan Angkatan Darat dibunuh dan diculik dari kekuatan baru yang sedang muncul yaitu tempat kediaman masing-masing, (Sucipto, negara-negara progresif revolusioner 2013:112-114). (termasuk Indonesia dan negara-negara Menurut Sudharmono (1985:43) komunis umumnya) yang anti imperialisme Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, PKI dan kolonialisme (Sudirjo,1977:41). Oldefo menculik dan membunuh para perwira merupakan kekuatan lama yang telah yang dianggap menjadi perintang besar mapan yakni negara-negara kapitalis yang terhadap cita-citanya. PKI berhasil neokolonialis dan imperialis (Nekolim). menculik perwira-perwira Angkatan Darat di Untuk mewujudkan Nefo maka Jakarta. Sebagian perwira tersebut dibunuh dibentuk poros Jakarta-Phnom Penh- dirumahnya, yang lain mereka di aniaya, Hanoi-Peking-Pyong Yang. Dampaknya kemudian mereka di bunuh. Para perwira ruang gerak Indonesia di forum yang berhasil mereka culik dan dibunuh internasional menjadi sempit sebab hanya adalah : berpedoman ke negara-negara komunis. Penculikan dan Pembunuhan Terhadap Pemberontakan G30S/PKI Mayor Jendral Ahmad Yani Menjelang terjadinya peristiwa Pasukan yang bertugas menculik G.30.S/PKI, tersiar kabar bahwa kesehatan Men/Pangad Letjend TNI A. Yani dipimpin Presiden Soekarno menurun dan oleh Mukidjan berangkat dari Lubang kemungkinan akan lumpuh atau meninggal. Buaya pukul 03.00 tanggal 1 Oktober 1965. Mengetahui hal tersebut Dipa Nusantara Setiba di rumah Letjend TNI A.Yani di jalan Aidit langsung memulai gerakan. Rencana Latuharhary 6 Jakarta, beberapa anggota gerakan diserahkan kepada Kamaruzaman penculik segera masuk pekarangan rumah. alias Syam yang diangkat sebagai ketua Regu pengawal yang sama sekali tidak Biro Khusus Partai Komunis Indonesia menaruh curiga atas kedatangan mereka (PKI) dan disetujui oleh Dipa Nusantara seketika itu dilucuti. Sebagian pasukan Aidit. Biro khusus ini menghubungi penculik menuju kekediaman Letjend kadernya dikalangan Angkatan Bersenjata A.Yani dan mengetuk pintu yang dibukakan Republik Indonesia (ABRI) , seperti Brigadil oleh seorang pembantu, Isteri A. Yani Jenderal Supardjo, Letnan Kolonel Untung malam itu sedang berada di kediaman dari Cakrabirawa, Kolonel Sunardi dari resmi Men/Pangad di Taman Suropati. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Sementara puteri kedua Letjend A. Yani (TNI AL) , Marsekal Madya Omar Dani dari terbangun mendengar adanya keributan, Angkatan Udara (AU) dan Kolonel Anwar tetapi tidak berani keluar kamar, yang dari Kepolisian. Menjelang pelaksanaan keluar dari kamarnya adalah putera beliau Gerakan 30 September 1965, pimpinan PKI yang berumur 11 tahun, yang segera telah beberapa kali mengadakan membangunkan ayahnya, dan beliaupun pertemuan rahasia. Tempat pertemuan keluar dari kamarnya (Sucipto, 2013:139). terus berpindah dari satu tempat ke tempat Dapat disimpulkan bahwa Letnan yang lain. Kolonel Untung sebagai Jenderal A. Yani selalu berbeda paham pemimpin dari Gerakan G.30.S/PKI tahun dengan PKI. Ia menolak keinginan PKI 1965, memerintahkan kepada seluruh untuk membentuk “Angkatan Kelima” yang anggota gerakan untuk siap dan mulai terdiri dari kaum buruh dan tani yang bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965 dipersenjatai. Oleh karena itu, ia diduga untuk melakukan serangkaian penculikan sebagai salah satu target PKI yang diculik dan pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan dibunuh. dan seorang perwira pertama dari

5 Penculikan dan Pembunuhan Terhadap pintu depan, di luar telah menunggu para Mayor Jendral Suprapto penculik yang mengatakan bahwa beliau Pasukan yang bertugas menculik dipanggil oleh presiden. Beliau mengatakan Mayjend TNI dipimpin oleh akan memenuhi panggilan tersebut dan Serda Sulaiman. Berangkat dari Lubang kembali ke kamarnya untuk berganti Buaya Tanggal 1 Oktober 1965 pukul pakaian. Dua orang penculik mengikutinya 03.00. pasukan penculik ini memasuki dari belakang. Beliau minta agar mereka halaman rumah Mayjend Soeprapto di jalan menunggu di ruang tengah saja, tetapi Besuki 19, Jakarta dan mengetuk pintu. mereka tidak mengindahkannya (Sucipto, Beliau terbangun dan setelah pasukan 2013:144). penculik menyatakan dari Cakrabirawa, Istri S. Parman mulai curiga akan beliau keluar dari kamarnya dan membuka tingkah laku mereka yang demikian kasar. pintu. Diteras sudah menunggu beberapa Beliau menanyakan surat perintah pasukan penculik. Serda Sulaiman panggilan dari Istana Presiden, seorang mengatakan bahwa Mayjend Soeprapto menjawab bahwa surat perintah tersebut diperintahkan untuk menghadap presiden ada pada Pelda Yanto di luar. Usaha Ny. S. dengan segera. Oleh beliau diperintahkan Parman untuk melihat surat perintah untuk menunggu karena akan berganti tersebut tidak berhasil. Karena surat pakaian. Para penculik melarangnya perintah itu memang tidak pernah ada. dengan kasar, bahkan mendorong serta Bahkan beliau ditodong dengan sangkur. memaksanya keluar. Beberapa orang Dengan berpakaian lengkap Mayjend S. penculik memegangi tangannya dan Parman keluar kamar, sambil melangkah menaikkannnya dengan paksa ke dalam beliau meminta kepada istrinya agar sebuah truk, kemudian mereka kembali menelpon Letjend A. Yani, untuk menuju ke Lubang Buaya (Sucipto, melaporkan kejadian tersebut. Ternayata 2013:143). kabel telepon telah diputus. Mayjend S. Dapat disimpulkan bahwa beliau Parman dimasukkan ke dalam kendaraan gugur sebagai Pahlawan Revolusi untuk pasukan penculik dan dibawa ke Lubang mempertahankan . Pangkatnya Buaya (Sucipto, 2013:146). yang sebelumnya masih Mayor Jenderal Kejadian di atas disebabkan karena dinaikan satu tingkat menjadi Letnan PKI mengusulkan agar kaum buruh dan Jenderal sebagai Penghargaan atas jasa- tani dipersenjatai atau yang disebut jasanya. Angkatan Kelima. Ia bersama sebagian Perwira Angkatan Darat lainnya menolak Penculikan dan Pembunuhan Terhadap usul tersebut. Mayor Jendral S.Parman Pasukan yang bertugas menculik Penculikan dan Pembunuhan Terhadap Mayjend TNI S. Parman dipimpin oleh Mayor Jendral M.T. Haryono Serma Satar. Berangkat dari Lubang Buaya Pasukan yang bertugas menculik Tanggal 1 Oktober 1965 pukul 03.00. Mayjend TNI Haryono dipimpin oleh Serma pasukan penculik ini memasuki Bungkus. Berangkat dari Lubang Buaya kediamannya di jalan Samsurizal 32, Tanggal 1 Oktober 1965 pukul 03.00. Jakarta. Mereka memasuki pekarangan setibanya di kediaman Mayjend Haryono di rumah dengan melompat pagar. Karena jalan Pramabanan 8, Jakarta. Serma keributan itu Mayjend S. Parman terbangun Bungkus memberi tahu Ny. Haryono bahwa dan menduga ada perampokan di rumah Mayjend Haryono dipanggil oleh presiden. tetangganya. Beliau keluar kamar dengan Ny. Haryono yang tidak menaruh curiga maksud memberi bantuan ketika membuka kepada mereka kemudian membangunkan

6 Mayjend Haryono, beliau menaruh curiga Beliau dipukul dengan popor senjata dan melaui isterinya beliau meminta agar hingga jatuh. Pada saat itu juga dua orang kembali lagi sekitar pukul 08.00. Serma anggota penculik yang lain menembaknya Bungkus memaksa agar beliau berangkat dengan senjata otomatis. D.I Panjaitan pada malam itu juga. Karena menyadari gugur pada saat itu juga dan jenazahnya sesuatu hal yang tidak wajar beliau dimasukkan dalam satu kendaraan yang meminta kepada isteri dan anak-anaknya telah disediakan. Sementara itu, seorang pindah ke kamar sebelah. Sementar itu anggota polisi berpangkat agen polisi Serma bungkus dan beberapa anggota (Bharada) Sukitman yang sedang penculik berteriak-teriak meminta agar melaksanakan tugas patroli, karena beliau keluar (Sucipto, 2013:146-147). mendengar letusan senjata api, Karena beliau tidak memenuhi mendatangi tempat kejadian. Setibanya permintaan tersebut, mereka melepaskan ditempat itu ia langsung ditangkap oleh tembakan ke pintu yang terkunci. Pintu para penculik dan ikut dibawa pula ke terbuka dan mereka memasuki kamar tidur. Lubang Buaya (Sucipto, 2013:151). Pada saat beliau berusaha merebut senjata salah seorang anggota penculik, tetapi Penculikan dan Pembunuhan Terhadap gagal dan bersamaan dengan itu beliau Brigadir Jendral ditusuk beberapa kali dengan sangkur. Pasukan yang bertugas menculik Beliau roboh bermandikan darah dan Brigjen TNI Sutojo dipimpin oleh Serma kemudian diseret keluar dan dimasukkan Surono. Berangkat dari Lubang Buaya kedalam truk lalu kembali ke lubang buaya Tanggal 1 Oktober 1965 pukul 03.00. (Sucipto, 2013:148). Sebagian anggota penculik memasuki bagian belakang rumah kediaman beliau di Penculikan dan Pembunuhan Terhadap jalan Sumenep 17, Jakarta melalui garasi Brigadir Jendral D.I Panjaitan sebelah kanan. Dengan todongan sangkur Pasukan yang bertugas menculik mereka meminta kepada pembantu untuk Brigjend dipimpin oleh Serda Sukardjo. menyerahkan kunci pintu yang menuju ke Berangkat dari Lubang Buaya tanggal 1 kamar tengah, setelah membuka pintu, Oktober 1965 pukul 03.00. para penculik penculik menerobos masuk dan mngatakan membuka pintu kediamannya yang berada kepada Brigjend Sutojo, bahwa beliau di Jalan Hasanudin 53 Jakarta dengan dipanggil Presiden, kemudian para penculik paksa, kemudian menembak kedua membawa beliau dengan paksa keluar keponakan beliau yang saat itu sedang rumah dan membawanya ke Lubang Buaya tidur di lantai atas. Salah seorang (Sucipto, 2013:151). diantaranya tewas, setelah itu para Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo penculik berteriak memanggil Brigjend D.I adalah Pahlawan Revolusi yang difitnah Panjaitan agar keluar untuk menghadap PKI akan membentuk dewan jenderal dan Presiden. Semula beliau tidak mau keluar, akan mengadakan kudeta militer terhadap tetapi karena adanya ancaman dari para kepemimpinan Presiden Soekarno. Fitnah penculik yang akan membunuh seisi rumah tersebut yang menjadi alasan PKI menculik jika tidak mau keluar, maka beliau keluar dan membunuh beliau. dan menuruni tangga dengan mengenakan PKI juga berusaha menculik Jendral pakaian seragam lengkap (Sucipto, A.H. Nasution, usaha mereka gagal karena 2013:150). Jendral A.H. Nasution dapat meloloskan Setiba di halaman, beliau tidak dapat diri dari kepungan. Namun, putri Jendral menahan amarahnya atas sikap para A.H. Nasution, Ade Irma Suryani Nasution anggota pasukan penculik terhadapnya. dan Letnan Piere Tendean, ajudan Jendral

7 A.H. Nasution dan Brigadir Polisi Karel Angkatan Darat. Di bawah pimpinan Satsuit Tubun telah menjadi korban. Kolonel Sarwo Edhi Wibowo Studio Radio Di Yogyakarta, PKI juga Republik Indonesia (RRI) pusat, gedung mengadakan aksi. PKI telah membunuh besar telekomunikasi dapat direbut Kolonel Katamso Dharmokusumo dan kembali, serta penangkapan terhadap Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto. pemberontakan. Pembunuhan dilakukan dengan cara Sudharmono, (1985:46) dalam kejam. Sebelumnya, para perwira minggu pertama bulan Oktober 1965 rakyat Pancasila itu disiksa dengan keji. Indonesia dikejutkan oleh serangakaian Jenazahnya diseret dan dibuang ke dalam berita Radio Republik Indonesia (RRI) sumur di Lubang Buaya (Sudharmono Jakarta tentang terjadinya pergolakan pada 1985:43) tingkat tertinggi pemerintahan ibukota Menurut Sudirjo, (1977:57) tanggal Jakarta. Pada hari Jum’at tanggal 1 30 September 1965 lewat tengah malam, Oktober 1965 secara berturut-turut RRI terjadi penculikan dan pembunuhan atas Jakarta menyiarkan empat berita penting. beberapa orang perwira tinggi Tentara Siaran pertama, sekitar pukul 07.00 pagi, Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI memuat berita bahwa pada hari Kamis AD). Penculikan dan pembunuhan itu tanggal 30 September 1965 di Ibukota dilakukan oleh Cakrabirawa dan satuan Republik Indonesia, Jakarta telah terjadi lainnya yang pro-PKI, yang dipimpin oleh “gerakan militer dalam Angkatan Darat” Letnan Kolonel Untung. Selain itu, gedung yang dinamakan “Gerakan 30 September”, Telekomunikasi dan Radio Republik dipimpin oleh Letkol Untung, Komandan Indonesia (RRI) Pusat diduduki. Gerakan Bataliyon Cakrabirawa, pengawal pribadi 30 September/Partai Komunis Indonesia Presiden Soekarno. Sejumlah besar merupakan sebuah pemberontakan yang Jenderal telah ditangkap, alat-alat mengambil alih gerakan pengamanan komunikasi yang penting-penting serta Presiden atau Panglima Tinggi Angkatan obyek penting lainnya sudah dikuasai Bersenjata Republik Indonesia dari coup Gerakan tersebut dan “Presiden Soekarno “Dewan Jenderal” Namun, Pancasila telah selamat dalam lindungan Gerakan 30 memperlihatkan kesaktiannya. Hanya 1 September”. Gerakan tersebut ditujukan hari G.30.S dan PKI sanggup bertahan di kepada Jenderal-jenderal anggota apa Ibu kota. Tanggal 2 Oktober seluruh Ibu yang menamakan dirinya Dewan Jenderal. kota berikut kompleks Lapangan Udara Komandan Gerakan 30 Sepetember itu Halim Perdana Kusuma telah dapat menerangkan bahwa akan dibentuk Dewan dibersihkan dari satuan-satuan Revolusi Indonesia ditingkat pusat yang pemberontakan, berkat kesigapan dikuti oleh tingkat kabupaten, kecamatan pimpinan dan pasukan-pasukan Tentara dan desa. Nasional Indonesia Angkatan Darat dan Menurut Sudharmono, (1985:46-47) kerjasama antar rakyat dengan angkatan- siaran kedua, sekitar pukul 13.00 hari itu angkatan yang setia terhadap Pancasila. juga memberitakan “Dekrit No.1 tentang Pembentukan Dewan Revolusi Indonesia Tindakan Penumpasan G30S/PKI dan keputusan No.1 tentang susunan Menurut Sudirjo, (1977:6) operasi Dewan Revolusi Indonesia”. Baru dalam penumpasan G.30.S/PKI dilancarkan pada siaran kedua ini diumumkan “Komando hari Jumat tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Gerakan 30 September”, yaitu Letnan Jenderal Soeharto yang menjabat Kolonel Untung sebagai komandan dengan Panglima Komando Strategis Angkatan wakil ketua Brigadir Jenderal Supardjo, Darat (Kostrad) mengambil alih Komando Letnan Kolonel (Udara) Heru, Kolonel

8 (Laut) Sunardi, dan ajun komisaris besar semenjak beberapa tahun sebelum polisi anwas sebagai wakil komandan. terjadinya pemberontakan. Setelah Keputusan kedua mengenai penghapusan pimpinan pemberontakan PKI mengalami pangkat Jenderal dan mengenai pangkat kegagalan dengan diserbunya Lapangan yang tertinggi dalam ABRI letnan kolonel. Udara Halim Perdana Kusuma oleh satuan Mereka yang berpangkat di atas letnan Resimen Para Komando Angkatan Darat kolonel harus menyatakan kesetiaanya dan Panglima Komando Strategis kepada Dewan Revolusi, untuk selanjutnya Angkatan Darat pada tanggal 2 Oktober baru berhak memakai tanda pangkat letnan 1965, diputuskan untuk segera kolonel. sedangkan bintara dan tamtama meninggalkan Lapangan Udara Halim ABRI yang ikut melaksanakan Gerakan 30 Perdana Kusuma. Di Jawa Tengah Aidit September, pangkatnya dinaikan satu bersama teman-temannya bermaksud akan tingkat dan yang ikut gerakan pembersih meneruskan petualangannya secara “Dewan Jenderal” dinaikan dua tingkat. gerilya. Untuk mengejar gembong- Pada saat-saat genting sekitar bulan gembong G30S/PKI ini, pimpinan Angkatan September 1965 muncul isu adanya Dewan Darat telah mengerahkan satuan-satuan Jenderal, yang mengungkapkan bahwa Resimen Para Komando Angkatan Darat para petinggi Angkatan Darat tidak puas yang dipimpin oleh Kolonel Edhie Wibowo. terhadap Soekarno dan berniat untuk Ternyata misi yang dilakukan oleh menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Angkatan Darat berhasil baik berkat Soekarno memerintahkan pasukan kerjasama dan bantuan rakyat Jawa Cakrabirawa untuk menangkap dan Tengah. Perlawanan Aidit, Ir. Sakirman, membawa mereka untuk diadili. Namun Letnan Kolonel Usman dan tokoh-tokoh secara tak terduga, dalam operasi pemberontak lainnya dapat dihancurkan penangkapan tersebut para jenderal dalam waktu yang singkat. tersebut terbunuh (Sucipto, 2013:114). Pemberontakan PKI dengan Menurut Sudharmono, (1985:47-48) siaran Gerakan 30 Septembernya ternyata telah ketiga, pada pukul 19.00, RRI menyiarkan matang dipersiapkan dan tidak terbatas pidato radio Panglima Komando Cadangan hanya di Jakarta saja. Di berbagai daerah, Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Mayor PKI dan anggota-anggota ABRI yang telah Jenderal Soeharto, yang menyampaikan dibina oleh PKI melakukan perebutan bahwa gerakan 30 September tersebut kekuasaan. Berdirinya Dewan Revolusi di adalah golongan kontra revolusioner, yang Yogyakarta diumumkan melalui RRI (Radio telah menculik beberapa perwira tinggi Republik Indonesia) pada tanggal 1 angkatan darat, dan telah mengambil alih Oktober 1965. Dewan Revolusi di daerah kekuasaan negara. Dengan prosedur tetap Yogyakarta diketuai oleh Mayor Mulyono, angkatan darat, Mayor Jendral Soeharto kepala seksi Teritorial Korem mengumumkan bahwa untuk sementara 072/Yogyakarta. Komandan Korem 072, pimpinan Angkatan Darat dipegang oleh Kolonel Katamso dan Kepala Staf Korem beliau. 072 Letnan kolonel Sugiyono, masing- masing diculik dari rumah dan markas Penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah Korem 072 pada sore hari tanggal 1 Menurut Sudirjo, (1977:80) di Jawa Oktober 1965 (Sudharmono, 1985:48). Tengah terdapat kekuatan massa Partai Komunis Indonesia yang besar sekali, dan Pemulihan Keamanan dan Ketertiban terdapat sejumlah besar Perwira Tentara dari Pemberontakan G30S/PKI Nasional Indonesia Angkatan Darat yang Sore hari tanggal 2 Oktober 1965 telah berhasil dibina oleh Biro Khusus PKI setelah berhasil menguasai kembali

9 kekuasaan kota Jakarta, Mayend Soeharto tanggal 11 Oktober 1965, ditangkap pula menemui Presiden di Istana Bogor. Dalam Letnan Kolonel Untung yang berusaha pertemuan tersebut presiden memutuskan melarikan diri. untuk secra langsung memegang tampuk Menurut Sudirjo, (1977:28) Pimpinan Angkatan Darat yang semenjak berdasarkan wewenang yang bersumber tanggak 1 Oktober 1965 untuk sementara pada Supersemar, Letnan Jenderal Mayjend. Soeharto. Sebagai pelaksana Soeharto atas nama Presiden menetapkan harian presiden menunjuk Mayjend Pranoto pembubaran dan pelarangan PKI, termasuk Reksosamudro untuk menyelenggarakan semua bagian-bagian organisasinya dari pemulihan keamanan dan ketertiban tingkat pusat sampai ke daerah beserta seperti sedia kala ditunjuk Mayjend semua organisasi yang Soeharto, panglima Kostrad (Sudharmono, berlindung/bernaung di bawahnya, 1985:51). keputusan tersebut dituangkan dalam Keputusan tersebut disiarkan oleh Keputusan Presiden/Pangti Presiden dalam Pidato melalui RRI Pusat ABRI/mandataris MPR/PBR no.1/3/1966 dini hari pukul 01.30 tanggal 3 Oktober tanggal 12 Maret 1966 dan merupakan 1965. Pengangkatan Mayjend Soeharto tindakan pertama Letnan Jenderal sebagai panglima operasi pemulihan Soeharto sebagai pengembangan perintah keamanan dan ketertiban serta 11 Maret atau Supersemar. Keputusan pembentukan Komando operasi pemulihan pembubaran dan pelarangan PKI itu keamanan dan ketertiban (Kopkamtib) diambil oleh pengembangan Supersemar kemudian diatur dengan Kepres/Pangti berdasarkan pertimbangan bahwa PKI ABRI/Koti Nomor 142/Koti/1965 tanggal 1 telah nyata-nyata melakukan perbuatan November 1965, Nomor 162/Koti/1965/ kejahatan dan kekejaman. Bukan itu saja, tanggal 12 November 1965 dan Nomor tetapi telah dua kali pengkhianatan 179/Koti/1965 tanggal 6 Desember 1965 terhadap negara dan rakyat Indonesia yang (Sudharmono, 1985:51). sedanag berjuang. Seluruh rakyat yang Tugas pokok Kopkamtib adalah menjunjung tinggi landasan falsafah dan memulihkan keamanan dan ketertiban dari ideologi Pancasila waktu itu serentak akibat-akibat peristiwa Gerakan 30 menuntut dibubarkannya PKI. Oleh karena September serta menegakkan kembali itu, keputusan pembubaran PKI itu kewibawaan pemerintah pada umumnya disambut dengan gembira dan perasaan dengan jalan operasi fisik, militer dan lega oleh seluruh rakyat Indonesia. mental. Dalam usaha penumpasan gerakan Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden pemberontakan ini, di mana-mana ABRI mengeluarkan surat perintah kepada Letjen mendapat bantuan dari rakyat dan Soeharto, menteri/pangad, yang pokoknya bekerjasama dengan organisai-organisasi berisi perintah kepada Letjen Soeharto politik dan organisasi-organisasi masa yang untuk atas nama presiden/Pangti setia kepada pancasila (Sudharmono, ABRI/peminpim besar Revolusi, mengambil 1985:51). segala tindakan yang dianggap perlu guna Menurut Sudharmono, (1985:60) terjaminnya keamanan dan ketenangan pembersihan sisa-sisa Gerakan 30 serta kesetabilam pemerintahan September terus dilanjutkan. Seorang demi (Sudharmono,1985:89). seorang tokoh-tokoh G.30.S/PKI dapat ditangkap, antara lain Kolonel Latief, bekas Peranan Soeharto dalam Penumpasan Komandan Brigadir Infantri I atau Kodam V G30S/PKI Jaya, berhasil ditangkap pada tanggal 9 Mayor Jenderal Soeharto, Panglima Oktober 1965. Dua hari kemudian, pada Komando Strategis Angkatan Darat, pada

10 tanggal 2 Oktober diberi tugas untuk Lima bulan setelah itu, pada tanggal memulihkan keamanan dan ketertiban. 11 Maret 1966, memberi Dengan keputusan Presiden No. kekuasaan tak terbatas melalui Surat 142/KOTI/1965 Tanggal 1 November 1965, Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah penugasan tersebut lebih dipertegas Suharto untuk mengambil "langkah-langkah dengan pengangkatan sebagai Panglima yang sesuai" untuk mengembalikan Operasi Pemulihan Keamanan dan ketenangan dan untuk melindungi Ketertiban, (Sudharmono,1985:52). keamanan pribadi dan wibawanya. Soeharto menyusun rencana untuk Kekuatan tak terbatas ini pertama kali menumpas gerakan pengkhiatan tersebut. digunakan oleh Soeharto untuk melarang Beliau segera mengkonsolidasikan dan PKI. Kepemimpinan PKI terus mengimbau menggerakkan personil Markas Komando massa agar menuruti kewenangan rejim Strategis Angkatan Darat dan satuan- Soekarno-Soeharto. Aidit, yang telah satuan lain di Jakarta yang tidak melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh mendukung Gerakan 30 September, TNI pada tanggal 24 November, tetapi disertai dengan usaha menginsyafkan pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris kesatuan-kesatuan yang digunakan oleh Kedua PKI, Nyoto. Karena situasi politik Gerakan 30 September. Setelah pasukan- yang memburuk setelah meletusnya G-30- pasukan yang di pengaruhi oleh S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret G.30.S/PKI berhasil disadarkan, maka 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat langkah selanjutnya adalah merebut Radio Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Republik Indonesia di Jakarta dan Kantor Kedua, Maret 1968 Besar Telkom yang sejak pagi-pagi (Sudharmono,1985:105). diduduki oleh pasukan Kapten Infantri Suradi yang berada dibawah komando Kontroversi keterlibatan Soeharto dalam Kolonel Infantri A. Latief (Gayo, 2013:92) . Penumpasan G30S/PKI 1965 Untuk mengisi kekosongan pimpinan Saat ini keterlibatan Soeharto Angkatan Darat pada tanggal 14 Oktober banyak dipertanyakan, sehingga 1965 Mayor Jenderal Soeharto diangkat keterlibatannya menjadi kontroversi. sebagai mentri atau Panglima Angkatan Namun adapun pengakuan Kol. A. Latief Darat. Pelantikan Mayor Jenderal Soeharto (gembong PKI) bahwa dua kali ia sebagai Men/Pangad dilakukan oleh memberitahukan kepada Soeharto tentang Presiden Soekarno pada tanggal 16 rencana penindakan terhadap sejumlah Oktober 1965 di Istana Negara Jenderal. Dalam bahasa laten (Sudharmono,1985:64). Beberapa hari menghadapkan Dewan Jenderal kepada sebelum kedudukannya sebagai Panglima Presiden. Namun Soeharto yang pada saat Operasi Pemulihan Keamanan dan itu menjadi Panglima Kostrad tidak Ketertiban Mayor Jenderal Soeharto telah mengambil inisiatif melapor kepada mengeluarkan seruan kepada seluruh atasannya. Dia diam saja dan hanya rakyat Indonesia untuk meningkatkan manggut-manggut mendengar laporan itu keamanan di lingkungan wilayah masing- (Sucipto, 2013:110). masing, mengamankan alat-alat produksi, Fakta bahwa sebagai perwira tinggi distribusi, dan komunikasi, menumpas dengan fungsi pemandu di bawah Pangab gerombolan petualangan G 30 S, dan Jenderal A. Yani, Soeharto tidak termasuk meningkatkan semangat/aksi sasaran G 30 S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, pengganyangan unsur-unsur kontra mengingat strategisnya posisi Kostrad revolusi. apabila negara dalam keadaan bahaya. Jika betul Soeharto tidak berada dalam

11 inner circle gerakan, kemungkinan besar ia 3. Gerakan 30 September 1965 termasuk dalam daftar korban penculikan. mempunyai makna besar bagi Adapun fakta-fakta lain yang mampu keberadaan Indonesia. Gerakan 30 mengungkap kebenaran ini, tidak hanya September juga merupakan suatu sebatas fakta internal. Lebih dari itu pembuktian terhadap dunia kebenaran yang mulai terkuak dan amat internasional bahwa Indonesia mengejutkan masyarakat awam adalah merupakan negara yang kuat. ternyata Soeharto juga mempunyai Terbukti dengan adanya eksistensi hubungan dengan CIA. Hal ini terbukti Tentara Nasional Indonesia dalam dengan adanya satu kompi batalyon 454 mempertahankan Negara Republik Diponegoro Jawa Tengah dan satu kompi Indonesia. batalyon 530 Brawijaya Jawa Timur, yang secara terselubung digunakan Soeharto DAFTAR PUSTAKA sebagai penggerak (Sucipto, 2013:112). Adam, Asvi Warman. 2006. Sisi Gelap Soeharto disebut-sebut terlibat dalam Sejarah Indonesia. Yogyakarta: peristiwa tragis itu. Oleh saksi dan Ombak. sejumlah pelaku sejarah, serta sejarawan, Gayo, Iwan. 2013. Buku Pintar Seri Junior. dikatakan Soeharto mengetahui rencana Jakarta Selatan: Pustaka Warga penculikan para Jenderal. Tapi, tidak Negara. berusaha mencegahnya. Itulah salah satu Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian titik kontroversi yang dimuat dalam buku 44 Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Tahun G.30.S/PKI, Antara Fakta dan Pambudi, A. 2006. SUPERSEMAR. Rekayasa yang terbit tahun 1999 (Sucipto, Yogyakarta: Media Pressindo. 2013:113). Priyadi, Sugeng. 2012. Sejarah Lokal. Konsep, Metode dan Tantangannya. D. SIMPULAN Yogyakarta: Ombak. 1. Soeharto memiliki peranan yang Roeder. 1987. Anak Desa, Biografi besar dalam perjuangan Presiden Soeharto. Jakarta: Gunung mempertahankan kemerdekaan Agung. Indonesia. Salah satu peranan Samsudin. 2004. Mengapa G30S/PKI Soeharto adalah dalam Peristiwa Gagal?. Jakarta: Yayasan Obor Gerakan 30 September 1965. Indonesia. Soeharto merupakan seseorang Sucipto, Dwi Herman. 2013. Kontroversi yang berperan penting dalam G30S. Yogyakarta: Palapa. Gerakan 30 September 1965. Sudharmono. 1985. 30 Tahun Indonesia 2. Dengan bantuan Pahlawan Revolusi Merdeka. Jakarta: Gita Karya. dan rakyat Indonesia yang setia Sudirjo, Radik Utoyo. 1977. Supersemar pada Pancasila maka Gerakan 30 (Surat Perintah Sebelas Maret). September dapat ditumpas dan Jakarta : Departemen Penerangan orang-orang yang beraliran PKI R.I Direktorat Penerangan Rakyat. (Partai Komunis Indonesia) dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dengan berakhirnya Gerakan 30 September, berakhir pula rakyat Indonesia yang dijajah dan disiksa secara keji demi suatu kedudukan atau kepemimpinan.

12