ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL HICHO

KARYA EIJI YOSHIKAWA

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH :

ELLY LEANDRO BONTOR HUTASOIT

120708046

DEPARETEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISIS MORALITAS BUSHIDO DALAM NOVEL NARUTO HICHO KARYA EIJI YOSHIKAWA

NARUTO HICHO TO IU YOSHIKAWA EIJI NO SAKUHIN NI OKERU DOUTOKUTEKINA OSHIE NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Siti Muharami Malayu,M.Hum. AdrianaHasibuan,S.S.,M.Hum. NIP : 19610628 200604 2 001 NIP.19620727 198703 2005

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, Januari 2018 Program Studi Sastra Jepang Ketua

Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph. D NIP. 19580704 198412 1 001

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL NARUTO

HICHO KARYA EIJI YOSHIKAWA” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra program studi Sastra Jepang pada Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Budi Agustono, M.S selaku dekan FIB USU yang telah

memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS, Ph.D selaku Ketua Jurusan

Sastra Jepang FIB USU yang telah memberikan kelancaran pelayanan

dan urusan Akademik.

3. Dr. Hj. Siti Muharami Malayu, M.Hum selaku dosen Pembimbing I

dan Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum. selaku dosen Pembimbing II yang

telah membimbing saya dan memberikan dorongan dalam penulisan

skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Kak Putri selaku tata usaha Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara,

yang telah memberikan kelancaran pelayanan dan urusan Akademik.

6. Ibu tercinta yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual yang

tak ternilai harganya dan juga kepada saudara – saudara saya Petra,

Bistok dan Kesita atas dukungan dan doanya.

7. Sahabat saya Febrina angelly dan Nita yang selalu mensupport saya

dan selalu menjadi kisah indah yang pernah ada di pengerjaan skripsi

ini.

8. Teman-teman seperjuang AOTAKE 2012 dan POLSUSPAS 17 teman-

teman yang sangat membantu dalam hal dukungan maupun tindakan.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

disini, yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Tuhanlah yang membalas semua kebaikan anda sekalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.

Medan, Janurai 2018 Penulis,

Elly Leandro Bontor

NIM. 120708046

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... iii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang Masalah...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 6

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...... 7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...... 8

1.4.1 Tinjauan Pustaka ...... 8

1.4.2 Kerangka Teori ...... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 11

1.5.1 Tujuan Penelitian ...... 11

1.5.2 Manfaat Penelitian ...... 11

1.6 Metode Penelitian ...... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ETIKA MORAL NOVEL

NARUTO HICHO………………………………………………… 13

2.1 Definisi Moral …...... 13

2.2 Pengertian moral dalam karya sastra ...... 14

2.3 Nilai – nilai moral dalam masyarakat Jepang ...... 15

2.3.1. Chu ...... 16

2.3.2. Ko ...... 17

2.3.3. Nimmu ...... 17

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.4 Prinsip Moral Bushido ...... 18

2.5 Definisi Novel ...... 23

2.6 Unsur – unsur Novel Naruto Hicho ...... 24

2.7 Biografi Pengarang ...... 32

BAB III ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL NARUTO HICHO

...... 33

3.1 Sinopsis Cerita Naruto Novel Hicho ...... 33

3.2 Analisis Pesan Moral Naruto Hicho ...... 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...... 43

4.1 Kesimpulan...... 43

4.2 Saran ...... …...... 44

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial

(Damono 1979:1). Namun Eagleton (1988:4) berpendapat bahwa Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang didapatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.

Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, baik dalam sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.

Karya sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media cetak lain) atau lisan (diwariskan dari generasi ke generasi dan sering berubah dari waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita rakyat). Salah satu karya sastra berupa tulisan adalah novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Hal ini juga berlaku pada novel Jepang. Pada umumnya novel Jepang merupakan karya imajinatif yang menceritakan riwayat kehidupan seseorang

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang juga dapat memberikan wawasan tentang kehidupan, moral maupun kebudayaan bagi para pembacanya.

Jepang yang merupakan negara yang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam dan masih terus dilestarikan hingga sekarang ini.

Bangsa Jepang umumnya dikenal sebagai bangsa yang mampu mengambil manfaat dari hasil budi daya bangsa lain, dan disebarkan kepada rakyat tanpa mengorbankan kepribadianya sendiri.

Kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990:309 ) merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan adalah segala perubahan yang mencakup unsur – unsur tersebut.

Suseno mengatakan (1987:19) bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menetukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan yang dapat dilihat melaui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat terpuji dan baik secara lahiriyah akan dinilai memiliki niai moral yang baik.

Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Moral adalah perbuatan atau tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama.

Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda – beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.

Hal ini juga dapat dilihat dalam etik moralBushidoyang terdapat pada masyarakat Jepang. Bushi merupakan orang yang dipersenjatai atau kaum militer.

Bushi atau samurai bertugas untuk melindungi dan mengabdi pada tuanya.

Suryohadiprojo (1982:48) Bushido atau sikap hidup seorang samurai merupakan suatu kode etik kaum samurai yang tumbuh sejak terbentuknya samurai.

Permulaan munculnya semangat Bushido dapat dilihat dari masa keshogunan Tokugawa. Pada saat itu pegawai pemerintah dan anggota angkatan bersenjata adalah samurai yang memegang semangat Bushido dengan teguh sehingga secara tidak langsung mempengaruhi individu-individu pada masyarakat

Jepang. Bushido yang berarti jalan hidup seorang prajurit memiliki nilai-nilai budaya dan etika yang penting pada jaman Tokugawa.

Suryohadiprojo (1982:49) Bushido mengandung keharusan seorang samurai untuk senantiasa memperhatikan : 1. Kejujuran(rectitude), 2. Keberanian, 3.

Kemurahan hati, 4. Kesopanan, 5.Kesungguhan(sincerity), 6. Kehormatan atau harga diri(honour), dan 7. Kesetiaan(loyality) Untuk itu semua diperlukan pengendalian diri (self control).

Bushido tak dapat dipisahkan dari sikap samurai dalam menjalankan kepercayaanya, karena itu hidup dan mati bukanlah dua keadaan yang berbeda.

Apabila seorang samurai merasa kehormatanya terganggu ataupun tak dapat menjalankan tugas – tugasnya, maka lebih baik ia memilih keadaan mati

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Situmorang(1995 : 21) Bushido dapat ditandai dengan pengabdian diri yang mutlak dari anak buah terhadap tuannya. Hal ini dapat dilihat dari keberanian mereka melakukan junshi (bunuh diri mengikuti tuannya), ataupun juga mampu mewujudkan adauchi (balas dendam tuanya).

Hal – hal di atas juga tak lepas dari kuatnya rasa berhutang budimasyarakat

Jepang.Mereka senantiasa diliputi rasa berhutang budi(on)kepada tuanya.

Sehingga orang Jepang merasa berkewajiban untuk membalas budi baik tersebut, rasa berkewajiban tersebut dinamakan gimu. Rasa berhutang budi ini harus di wujudkan dengan membalas sikap atau kebaikan yang telah diterima dengan setimpal, perwujudan ini disebut giri(Suryohadiprojo 1982: 48)

Berdasarkan uraian di atas moral bushido merupakan suatu budaya yang mempunyai banyak keunikan dan juga ciri khas tersendiri untuk dipahami dan dipelajari. Ciri – ciri kebudayaan ini juga dapat dilihat dalam perwujudan nyata baik dalam kehidupan ataupun disampaikan atau diungkapkan melalui karya – karya sastra yang dalam hal ini adalah novel. Dalam novel Naruto Hicho karya

Eiji Yoshikawa, banyak sekali menyampaikan pesan yang mengandung etika bushido tersebut.

Pada penelitian kali ini, penulis akanmenganalisis pesan moral ingin disampaikan oleh pengarang Eiji Yoshikawa melalui karyanya yang berjudul

Naruto Hicho.Disamping itu penulis juga akan mengaitkan pesan tersebut dengan etika tradisional bangsa Jepang yaitu moral Bushido.

Banyak diantara novel – novel terkenal Yoshikawa merupakan revisi terhadap karya – karya terdahulu khususnya kisah – kisah klasik yang olehnya

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dikisahkan kembali dalam bahasa yang mudah dicerna. Yoshikawa menciptakan banyak karya dengan tujuan menumbuhkan minat baru terhadap sejarah. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa ia menggambarkan kehidupan terdahulu di

Jepang melalui bukunya.

Novel Naruto Hicho menceritakan kisah perjuangan para samurai pada masa feodalismeJepang dalam mempertahankan keshogunan Tokugawa dari ancaman para daimyo Awa yang merencanakan pemberontakan agar Jepang kembali dipimpin oleh kekaisaran. Novel ini mendapatkan pujian karena menggambarkan dengan jelas tokoh – tokoh sesuai dengan masa feodalisme di Jepang.

Setelah membaca novel ini, penulis meringkas sebuah cuplikan tentang seorang samurai bernama Koga Yoami. Yoami adalah samurai yang ditahan oleh pihak negeri Awa. Selama ia ditahan ia menulis catatan rahasia tentang pemberontakan tersebut, ia menulis catatan tersebut menggunakan darahnya.

Dalam keadaan tersebut Yoami tetap berusaha menyelesaikan tugasnya, meskipun pada akhirnya ia mati namun catatan tersebut berhasil ia selesaikan. Penulis menganalisis hal tersebut sebagai deskripsi tentang semangat etik bushido yaitu moral kesungguhan. Dengan kesungguhan dan tekad yang kuat suatu tugas yang dibebankan akan dapat diselesaikan meskipun berada dalam kondisi yang tidak mendukung untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Dalam novel samurai ini masih terdapat banyakindeksikal moralitas bushido yang muncul pada para tokoh samurai yang dapat dijadikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembacanya. Disamping itu juga penulis tertarik untuk mengetahui pesan – pesan yang tersiratyang berhubungan langsung

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan etika tradisional bangsa Jepang yaitu moral Bushido. Untuk itu penulis membahasnya dalam skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PESAN MORAL

DALAM NOVEL NARUTO HICHO KARYA EIJI YOSHIKAWA”

1.2.Rumusan Masalah

Novel “Naruto Hicho” merupakan novel kisah klasik yang oleh pengarang

Eiji Yoshikawa menceritakan secara langsung kehidupan para tokoh samurai pada zaman feodalisme di Jepang. Sebagai golongan pejuang militer, kaum samurai senantiasa memelihara apa yang dinamakan bushido atau sikap hidup seorang samurai. Hal ini juga dapat dilihat dari kesetiaan dan pengabdian diri para samurai kepada masing – masing tuanya. Dalam novel samurai ini, banyak terdapat etika moral yang muncul dari diri para tokoh – tokohnya seperti kesungguhan, kesetiaan, keberanian dan sebagainya. Hal tersebut juga menggambarkan dengan jelas prinsip etika moral tradisional Jepang, yaitu moral Bushido.

Dari uraian latar belakang di atasdiungkapkan masalah yang timbul dalam novel Samurai ini. Bentuk – bentuk pengabdian diri seorang samurai tentunya berbeda – beda baik yang berada di kota maupun di desa. Sikap yang berbeda juga di tunjukkan melalui posisi atau kedudukan samurai baik yang berada di bawah keshogunan hingga di bawah kedaimyoan. Hal tersebut juga berimbas pada tingkah laku samurai baik kepada atasanya maupun sesamanya, sehingga diperlukan penjelasan tentang fokus moral yang dilakukan oleh samurai tersebut.

Berdasarkan alasan -alasan tersebut dan berkaitan dengan moralitas Bushido dalam penelitian ini, maka rumusan masalahnya dalam bentuk pertanyaan adalah:

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Bagaimana gambaran moral dalam setting cerita yang terdapat dalam novel

Naruto Hicho karya Eiji Yoshikawa?

2. Bagaimana bentuk pengabdian diri dalam novel Naruto Hicho, yang erat

kaitanya dengan etika moral Bushido?

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan

Ditinjau dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahannya yaitu pada hal - hal yang yang tersaji melalui serangkaian peristiwa yanghanya berkaitan dengan etika moral bushido. Moral tersebut akan ditunjukkan dan dijelaskan melalui cuplikan-cuplikan yang memiliki indikasi moral bushido yang dilakukan oleh tokoh-tokoh utama yang ada dalam novel Naruto Hicho karya Eiji Yoshikawa.

Analisis pesan juga difokuskankepada pesan-pesan moral yang bersifat eksplisit di dalam novel ini. Secara umum, eksplisit mempunyai makna : tegas, jelas, tidak memiliki arti tersembunyi.Hal tersebut diperlukan agar pesan tersebut dapat dianalisis secara terarah dan terfokus.

Disamping itu penulis akan menjelaskan unsur – unsur yang terdapat dalam novel Naruto Hicho karya Eiji Yoshikawa, seperti setting cerita hingga biografi pengarang Eiji Yoshikawa.Setelah itu penulis akan mendeskripsikan pesan yang

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA disampaikan melaluiperwujudan etika moral bushidoyang dilakukan oleh bushiterutama dilihat dari sikap, tingkah laku, serta ucapan tokoh-tokoh bushi yang terdapat dalam cerita ini.

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian suatu karya ilmiah.

Suatu penelitian dilakukan karena telah ada hal yang menjadi acuan dasar yang menjadi titik tolak untuk melakukan penelitian.

Haryono mahasiswa Sastra Jepang Universitas Jendral Soedirman (2013), dalam penelitianya yang berjudul “Semangat bushido dalam novel Musashi Karya

Eiji Yoshikawa” Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran semangat bushido dalam novel Musashi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode teknik analisis isi dengan melihat satuan-satuan analisisnya dalam bentuk paragrap yang disesuaikan dengan konstruksi kategorinya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terkandung nilai keadilan, kebenaran, kebaikan, kesopanan, kesungguhan hati, kehormatan, kesetiaan dan disiplin.

Persamaan penelitian yang dilakukan Haryono dengan penelitian kali ini adalah sama-sama mengkaji tentang etika moral bushido yang terdapat dalam karya milik Eiji Yoshikawa. Perbedaan terletak pada judul novelyang dijadikan objek kajian. Pada penelitian Haryono novel yang menjadi objek kajian berjudul

Musashi, sedangkan novel yang menjadi objek dalam penelitian kali ini berjudul

Naruto Hicho.

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam penelitian yang dilakukan oleh Asri Sartika mahasiswa Sastra Jepang

Universitas Sumatera Utara (2015) dalam skripsinya berjudul “Analisis pesan moral dalam novel Furinkazan karya Yasushi Inoue”. Dalam penelitian tersebut terdapat pesan moral yang meliputi giri, ninjo, moral kejujuran dan kesetian yang disampaikan lewat beberapa tokoh utama dalam novel Furinkazan.

Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan Asri Sartika dengan penelitian kali ini, yaitu sama-sama mengangkat pesan moral, dan juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Sedangkan perbedaan terletak pada judul objek yang dijadikan bahan kajian.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam melakukan suatu penelitian, teori diperlukan guna membantu penulis meneliti dan menarik analisis dari suatu permasalahan yang tersaji dalam sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan moral.

Pendekatan moral bertolak dari penyampaian tentang kehidupan yang dirasakan oleh sastrawan yang dituangkan melalui sebuah cerita dalam suatu karya sastra. Kehadiran karya sastra tersebut bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Pada umumnya karya sastra membawa pesan atau amanat bagi para pembacanya. Pesan-pesan tersebut juga dapat dikatakan sebagai moral. Dimana moral tersebut dapat terlihat melalui prilaku dan ucapan yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh dalam karya tersebut.

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Karya sastra juga merupakan salah satu sarana pembawa kebudayaan yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi meskipun akan terdapat perubahan dari waktu ke waktu. Jepang adalah negara yang selalu menjaga dan melestarikan kebudayaanya. Banyak kebudayaan Jepang yang saat ini masih ada dan dilaksanakan oleh masyarakat Jepang, salah satunya adalah moralitas bushido.

Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik-buruknya perbuatan manusia. (W.Poespoprojo, 1998: 18)

Moral dapat diartikan sebagai batasan pikiran, prinsip, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia tentang nilai-nilai baik dan buruk atau benar dan salah.

Moral merupakan suatu tata nilai yang mengajak seorang manusia untuk berperilaku positif dan tidak merugikan orang lain. Seseorang dikatakan telah bermoral jika ucapan, prinsip, dan perilaku dirinya dinilai baik dan benar oleh standar-standar nilai yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.Bushidomerupakan suatu sistem moral, sehingga etika yang terkandung adalah etika moral. Etika moral yang terdapat dalam etika moral

Bushidoberpusat pada konsep kemanusiaan.

Selain teori pendekatan moral, teori lain yang penulis gunakan adalah teori semiotik. Semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. (Littlejohn, 2009 : 53)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan kondisi dan sikap para tokoh ke dalam tanda. Setiap ucapan, tindakan maupun perbuatan yang dilakukan para

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tokoh yang terdapat dalam novel kemudian akan dipilih bagian mana saja yang mencerminkan etika moralbushido.

1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan – permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah.

1. Untuk mendeskripsikan pesan yang mengandung etikabushido yang

disampaikan Eiji Yoshikawa melalui novel “Naruto Hicho”

2. Untuk mendeskripsikan perilaku yang mengandung etika moralbushido yang

terdapat dalam novel “Naruto Hicho”

1.5.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah wawasan

dalam memahami aspek moral bushido dalam karya sastra.

2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bidang ilmu Sastra Jepang

terutama dalam kajian etika moral didalam novel Jepang terjemahan.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.6.Metode Penelitian

Penelitianpada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam melaksanakan suatu penelitian dibutuhkan sebuah metode penunjang untuk mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam memecahkan permasalahan penelitian ini, penulis mengumpulkan keseluruhan data yang ada yang berupa data tulisan. Data utama yang digunakan penulis adalah novel Naruto Hicho Karya Eiji Yoshikawa (buku 3).Selain itu penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas seperti Perpustakaan Umum

Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Departemen Bahasa dan Sastra Jepang, pemanfaatan buku-buku pribadi penulis, serta websiteatau situs -situs yang menunjang dalam proses pengumpulan data-data dalam penelitian ini.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis kali ini adalah studi pustaka. yaitu dengan menyelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan buku- buku dan referensi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Data yang diperoleh dari berbagai referensi tersebut kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ETIKA MORAL NOVEL NARUTO

HICHO

2.1.Defenisi Moral

Pengertian moral KBBI (2008: 929) adalah “ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, dan budi pekerti”.

Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita. Hal ini berarti pengarang menyampaikan pesan-pesan moral kepada pembaca melalui karya sastra baik penyampaian secara langsung ataupun tidak langsung..

Kehidupan manusia di masyarakat tidak terlepas dari tatanan kehidupan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Tatanan kehidupan itu dapat berupa peraturan maupun larangan tertentu yang telah disepakati bersama. Agar tatanan itu dapat hidupdan berkesinambungan dari generasi ke generasi, maka setiap individu harus melaksanakan dan melestarikannya. Usaha melestarikan tatanan tersebut diharapkan sesuai dengan dinamika kehidupan di masyarakat.

Moral pada kenyataannya membicarakan tentang persoalan benar atau salah, apa yang perlu dilakukan dan ditinggalkan atas sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan timbulnya “pengadilan” dari masyarakat mengenai tindakan yang telah dilakukan oleh seorang individu.

Pertimbangan moral tergantung kepada suasanaatau keadaan yang membentuk individu tersebut. Misalnya sistem sosial, kelas sosial, dan

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepercayaan yang dianut. Moralitas dalam diri manusia merupakan kesadaran tentang baik buruk, tentang larangan, tentang yang harus dilakukan, dalam setiap tindakan manusia secara tidak langsung dibebani tanggung jawab moral yang harus selalu dipatuhi.

Moral yang berlaku di masyarakat bersifat mengikat terhadap setiap individu pada segala lapisan masyarakat yang ada. Setiap individu dalam bersikap, bertingkah laku, dan bergaul dalam masyarakat haruslah memperhatikan tatanan yang ada, selain melakukan apa yang ditugaskan kepadanya oleh kehidupan sosial dan oleh nasib pribadinya.

2.2.Pengertian Moral Dalam Karya Sastra

Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri tidak berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik-buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, moral cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yangbersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan dengan pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tingkah laku dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, Sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu konsep kehidupan berupa saran atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita, ditujukan kepada pembaca. Berdasarkan pemahaman tema tertentu, moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat atau pesan. Unsur amanat itu merupakan gagasan yang menjadi dasar penulisan sebuah karya, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan.

Karya sastra ditulis oleh pengarang untuk, antara lain, menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Karya sastra mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral.

Hal itu didasarkan pada pesan moral yang disampaikan melalui cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan yang lewat tulisan non fiksi.

Pengarang dalam menyampaikan moral melalui cerita merupakan proses imajinasi dari hasil pengamatan terhadap kehidupan masyarakat. Fenomena- fenomena yang terjadi, diamati oleh pengarang dan selanjutnya dengan penuh ketelitian pengarang akan menceritakan kehidupan yang diamati dalam bentuk karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra bukan tiruan atau jiplakan.dari alam semesta.

2.3.Nilai-Nilai Moral Dalam Masyarakat Jepang

Suryohadiprojo (1982:49) Di masa lampau, ketika orang Jepang belum banyak dipengaruhi oleh modernisasi, dalam hubungan antar individu dengan satuan sosial yang lebih tinggi dan hubungan individu dengan kelompok yang dianggap begitu penting, mereka senantiasa diliputi rasa berhutang budi (on), kewajiban membalas budi (gimu) dan membalas kebaikan yang diterima dengan

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA setimpal (giri) yang dilakukan kepada orang tua, para penguasa, masyarakat dan

Negara.

On adalah konsep kebaikan seseorang yang berkedudukan lebih terhormat memberikan bantuan kepada orang lain. Gimuadalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati. Bahwa kebaikan yang telah diterima tersebut harus dibalas tanpa memikirkan untung rugi (Situmorang, 1995 : 66).

On yang diterima dengan pembayaran kembali secara Gimu sama sekali tidak dapat dihindari oleh setiap orang Jepang. Namun karena tidak ada ketentuan mengenai bentuk, cara dan waktu pembayarannya, maka seseorang tidak merasa keberatan untuk menerima on dengan resiko gimu ini. Artinya tidak ada rasa terpaksa dan keengganan di dalam melakukan pembayaran terhadap on yang diterima.

Kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar (Chu), kepada orang tua

(Ko), dan terhadap pekerjaan (Nimmu). Jenis kewajiban ini merupakan suatu keharusan dan merupakan bentuk pembayaran terhadap on yang diterima seseorang. Peristiwa-peristiwa dalam hidup seseorang dapat mengubah detail- detail gimu orang tersebut, tetapi secara otomatis Gimu terdapat pada semua orang dan berada di atas semua kejadian yang tidak disengaja.Jenis gimu diatas adalah jenis Gimu tanpasyarat. Jenis kewajiban Gimu ada tiga yaitu: Chu, Ko dan

Nimmu.

2.3.1. CHU Chu adalah salah satu jenis kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar, hukum dan negara.Kewajiban Gimu Chu adalah konsep balas budi dari pengikut terhadap tuan, bukan balas budi terhadap orang tuanya. Dalam zaman edo konsep

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Chu adalah balas budi bushi terhadap tuan, balas budi tuan terhadap shogun, sehingga konsep Chu ini bertumpuh ditangan shogun (Situmorang 1995:67).

2.3.2. KO Ko adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang (yang dimaksud terhadapketurunannya), Benedict (1982:125).

Kewajiban Gimu Ko adalah pembayaran On kepada orang tua sendiri, yaitu setiap orang Jepang telah menyadari telah menerima On dari orang tuanya masing-masing. On tersebut adalah segala hal yang telah dilakukan oleh orang tuanya untuk membesarkannya hingga mampu mandiri. Di Jepang tidak ada ungkapan yang mengatakan “gimu bapak terhadap anak-anaknya” dan semua tugas seperti itu dicakup oleh Ko kepada orang tua dan kepada orang tuanya orang tua (leluhur). Kepala keluarga bertugas mencari nafkah kepada anak-anaknya, mendidik putra-putranya dan adik-adik lelakinya mengurus pengolahan tanah keluarga, tempat berlindung kepada sanak keluarga yang memerlukan.

2.3.3. Nimmu

Nimmu adalah kewajiban terhadappekerjaan. Yang dimaksud disini adalah bertanggung jawab atas pekerjaan yang di tugaskan kepadanya sampai tuntas.

Mengutamakan kepentingan umum dibandingkan kepentingan individu atau perseorangan. Contoh perilaku yang mencerminkan adanya budaya Gimu khususnya di Jepang adalah karoshi. Karoshi adalah mati karena bekerja berlebihan atau overtime working. Para karyawan melakukan karoshi ini adalah karena mereka merasa berkewajibanatau merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas demi perusahaan mereka

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.4.Prinsip Etika Moral Bushido

Bushidomerupakan suatu sistem moral, sehingga etika yang terkandungadalahetika moral. Etika moral yang terdapat dalam etika moralBushidoberpusatpada konsep kemanusiaan.

Suryohadiprojo (1982:49) Bushido mengandung keharusan seorang samurai untuk senantiasa memperhatikan kejujuran/真/ makoto, keberanian/勇/ yuu, kebajikan atau kemurahanhati/仁/ jin, kesopanan atau hormat/礼/ rei, keadilan/ kesungguhan hati atauintegritas /義/ gi, kehormatan atau martabat/名誉/ meiyo, dan kesetiaan/忠義/chuugi.

2.4.1. Kejujuran/真/ Makoto

Kejujuran/ makoto adalah tentang bersikap jujur kepada diri sendirisebagaimana kepada orang lain. Artinya, bertingkah laku yang benar secara moraldan selalu melakukan hal-hal dengan kemampuan terbaik.

Kejujuran merupakan keyakinan dalam kode etik Samur ai. Di dalam dirisamurai tidak ada yang lebih buruk dari pada curang dalam pergaulan danperbuatan yang tidak wajar.

Ajaran Bushido mendefinisikan kejujuran sebagai suatu kekuatan resolusi, kejujuran adalah kekuatan pasti pada setiap tingkah laku tanpa keragu-raguan.

Samurai siap mati jika dianggap pantas untuk mati dan berhenti sebagai samurai jika dianggap sebagai kebenaran.

Konsep kejujuran dalam Bushido adalah pembuatan keputusan yang benardengan alas an yang tepat. Alasan yang tepat ini adalah Giri. Giri lah yangmerupakan alasan seseorang untuk memutuskan berbuat sesuatu dan bersikap

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan orang tua, kepada masyarakat luas. Menurut Nitobe (dalam Sipahutar,

2007: 30), kejujuran adalah sifat yang wajib dimiliki oleh samurai.

Jika seseorang memiliki sifat jujur dan berjalan di atas jalan lurus, dapat dipastikan bahwa ia seorang yang pemberani. Berani tidak saja mengacu kepada keberanian dalam berperang tetapi juga berani menghadapi berbagai cobaan hidup.

Kejujuran dikalangan samurai merupakan etika yang tidak bisa diragukanlagi. Ia harus tegas ketika menghadapi kapan harus mati dan kapan harus membunuh, asalkan demi kebenaran yang dianutnya. Keberanian seorang samurai harus didasari oleh kejujuran serta akal sehat, tanpa kecerobohan maupunkecurangan.

2.4.2. Keberanian /勇/ yuu

Keberanian / yuu merupakan kemampuan untuk mengatasi setiap keadaan dengan keberanian dan keyakinan. Keberanian ini dapat dilihat dari sikap orang

Jepang dalam mempertahankan kelompoknya, mereka rela mati dalammempertahankanataupun membela kelompoknya. Untuk dapat membela kebenaran, diperlukan rasa keberanian dan keteguhan hati. Seorang samurai tidak dibenarkan ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya, jika seorang samurai ragu- ragu dalam melaksanakan suatu hal akan membuat mereka menjadi terlihat tidakmempunyai pendirian dalam mengambil keputusan atau pun dalam melaksanakantugas.

Dalam ajaran Konfutsu, keberanian itu adalah melakukan hal yang dianggap benar. Namun keberanian itu juga dibedakan antara berani karenamembela atau

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA karena mempertahankan prinsip keberanian dengan keberanian yang ada pada tingkah laku kejahatan (Napitupulu, 2007:21)

2.4.3. Kebajikan atau Kemurahan Hati /仁/ Jin

Kebajikan/ Jin merupakan gabungan antara kasih sayang dan kemurahanhati. Prinsip ini terjalin dengan Gi dan menghindarkan samurai dari penggunaankeahlian mereka dengan congkak atau untuk mendominasi.

Simpati dan rasa belas kasihan diakui menjadi unsurtertinggi dalamkebajikan. Kebajikan merupakan semangat dalam membangun pribadi kaum samurai dan mencegah mereka berbuat sewenang-wenang.

Menurut Nitobe (dalam Sipahutar, 2007:31), rasa kasih sayang yangdimiliki oleh samurai tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki rakyat biasa, tetapipada seorang samuraiharus didukung oleh kekuatan untuk membela danmelindungi.

2.4.4. Kesopanan atau Hormat/礼/ Rei

Kesopanan/ Rei adalah hal yang berkenaan dengan kesopanan dan perilakuyang pantas kepada orang lain. Prinsip ini berarti menghormati semua orang.

Menurut Nitobe (dalam Napitupulu, 2008 :22), mengatakan bahwa diJepang penghayatan musik merdu dan sajak-sajak indah merupakan kurikulumpendidikan untuk membangun perasaan dan jiwa lembut, yang kemudian akanmenggugah penghayatan terhadap penderitaan orang lain. Kerendahan hati untukmemahami orang lain adalah akar dari sikap sopan santun.

Kemudian menurut Nitobe (dalam Sipahutar, 2007: 31-32), mengatakanbahwa etika kesopanan bangsa Jepang sudah di kenal di dunia.Dan sikap inimerupakan unsur kemanusiaan tertinggi dan hasil terbaik dari

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hubunganmasyarakat. Kesopanan yang tercermin pada masyarakat Jepang bermula dari tata cara yang bersifat rutinitas. Bagaimana seseorang harus berjalan, duduk, mengajar,dan diajardengan penuh kepedulian.

2.4.5. Keadilan/ Kesungguhan atau Integritas/義/ Gi

Keadilan/ Gi merupakan kemampuan untuk membuat keputusan yangbenar dengan keyakinan moral, dan untuk bersikap adil serta sama kepada semua orang tanpa memperdulikan warna kulit, ras, gender, ataupun usia. Keadilan berfungsi untuk menegakkan hak-hak dan mensejajarkan derajat manusia tampa membeda- bedakan yang kaya , yang miskin, dari jabatan maupun dari kalangan. Keadilan dilakukan agar setiap orang merasa tidak dirugikan ataupun dikhianati.

Dalam melaksanakan tugasnya seorang Bushi atau samurai harusmemandang sama semua golongan, hal ini juga ada agar para samurai tidaksemena-mena ataupun menggunakan kekuasaan atau kekuatannya untuk hal- halyang tidak sewajarnya.

2.4.6. Kehormatan atau Martabat/名誉/ Meiyo

Kehormatan/ Meiyo dicapai dengan sikap positif dalam berpikir dan hanyaakan mengikuti perilaku yang tepat. Selain itu, kehormatan merupakan implikasidari satu kesadaran hidup akan martabat individu yang berharga.

Menurut Nitobe (dalam Sipahutar 2007: 32), seorang samurai yang lahirdan dibesarkan dengan nilai-nilai kewajiban dan keistimewaan profesi mereka,sadar benar bahwa kehormatan adalah kemuliaan pribadi yang mewarnai jiwa mereka.

2.4.7. Kesetiaan /忠義/ Chuugi

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kesetiaan/ Chuugi merupakan dasar dari semua prinsip, tanpa dedikasi dankesetiaan pada tugas yang sedang dikerjakan dan kepada sesama, seseorang takdapat berharap akan mencapai hasil yang diinginkan.

Kesetiaan merupakan sifat yang harus dimiliki olehseorang samurai.Kesetiaan muncul dari adanya rasa solidaritas yang memunculkan rasa kebersamaan dalam kehidupan sosial untuk mempertahankan daerah atau wilayahmereka dari serangan musuh.

Kesetiaan untuk kepentingan bersama dan tuannya merupakan pemenuhankewajiban untuk samurai untuk menaati nilai-nilai kemasyarakatan dengan caramengabdi sepenuhnya kepada tuan dan mewujudkan pengabdian itu dengan caraberprestasi sebaik mungkin.

Kesetiaan yang diajarkan Bushido merupakan kesetiaan seorang

Bushidalammenjalankan tugas yang diberikan oleh tuannya. Dalam menjalankan tugasnya ini mereka dituntut untuk tunduk terhadap aturan-aturan yang ditetapkanoleh tuannya.

Sedangkan di dalam Konfusionisme makna kesetiaan menjadi bernuansamoral, nilai moral yangterkandung di dalamnya meliputi nilai moral sosial, yang mendasarkan ajarannya dengan adanya hubungan antara anak dengan orang tua,kakak dengan adik, antar sesama, terhadap pejabat pemerintah, dan terhadap kaisar.

Bentuk lain dalam moral kesetiaan dapat dilihat dari keberanian samurai dalam melakukan seppuku.Sagara dalam Situmorang (1995 : 27) mengatakan bahwa bushido merupakan jalan menuju kematian. Hal ini menandakan bahwa

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA untuk mewujudkan bushido harus dibayar dengan pengorbanan diri baik dalam pertempuran atau pun dalam ritual-ritual khusus seperti seppuku.

Seppuku adalah suatu bentuk ritual bunuh diri yang dilakukan oleh samurai di Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. Seppuku adalah bagian dari kode kehormatan bushido, dan dilakukan secara sukarela oleh samurai yang menginginkan mati terhormat daripada tertangkap musuh (dan disiksa), atau sebagai bentuk hukuman mati untuk samurai yang telah melakukan pelanggaran serius, atau dilakukan berdasarkan perbuatan lain yang memalukan. Samurai juga umumnya melakukan tindakan seppuku hanya kalau diizinkan oleh tuannya.

2.5.Defenisi Novel

Novel adalah bentuk dari karya sastra berbentuk prosa dan didalamnya terkandung beberapa unsur yaitu unsur intrinsik dan juga estrinsik, asal dari novel pun berasal dari bahasa Italia novella berartikan cerita atau kisah. Dalam hal ini bisa kamu mengerti bahwa novel sangat identik dengan berbagai macam cerita.

Seorang penulis yang menulis pada sebuah novel disebut sebagai novelis.

Novel bisa dikatakan jauh lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan isi dalam sebuah cerpen dan tidak ada batasan sajak dan juga struktur.

Pada novel pun akan novelis akan berusaha membuat pembaca tidak bingung dan memberikan beberapa pesan yang tersembunyi dan kebanyakan menceritakan realita kehidupan yang ada. Dalam sebuah novel ada emosi, impresi dan juga efek, alur yang ada pada setiap novel akan lebih kompleks, cerita yang ada pada novel

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA akan lebih luas, didalam novel jelas akan ada deskripsi dan dalam hal ini sangat menggambarkan kondisi dan juga situasi pada cerita yang ada, cerita yang ada pada novel sangat lebih panjang namun untuk setiap kalimat yang ada pada cerita selalu berulang-ulang.

2.6.Unsur – Unsur Dalam Novel Naruto Hicho

Unsur-unsur yang membangun novel terdiri dari unsur ektrinsik dan intrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan dari karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik merupakan segala faktor yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Unsur ektrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan cerita yang dihasilkan oleh pengarang. Unsur ekstrinsik meliputi tradisi dan nilai-nilai, struktur kehidupan sosial, keyakinan dan pandangan hidup, suasana politik, lingkungan hidup, agama dan sebagainya. Sedangkan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan karya itu hadir. Unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, alur

(plot), penokohan dan latar (setting)

2.6.1. Tema

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial agama, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

Tema yang diungkapkan dalam novel Naruto Hicho adalah perjuangan tokoh utama Gennojo dalam perjuanganya menyelamatkan samurai lainya jugamendapatkan catatan rahasia tentang pergerakan Daimyo Awa untuk menggulingkan keshogunan.

2.6.2. Alur

Alur dikenal juga dengan istilah plot. Alur (plot) merupakan unsur terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi seperti novel. Menurut

Stantondalam Nurgiyantoro (1998:113) bahwa alur (plot) adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun tetap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain.

Alur awal yang terdapat dalam novel Naruto Hicho bercerita tentang tokoh utama yang bernama Norizuki Gennojo yang tinggal di wilayah Edo atau Tokyo.

Gennojo juga merupakan keturunan yang sudah lama menjadi pegawai

Keshogunan. Suatu ketika Gennojodiberikan tugas untuk menyelamatkan seorang samurai bernama Yoami yang di tahan di Gunung Tsurugi. Namun dalam perjalananya Gennojo juga mendapatkan perlawanan dari pihak Daimyo Awa yang dipimpin klan Hachisuka. Di alur ini juga di ceritakan para samurai serta adanya bangsawan yang mendukung Negeri Awa. Salah satu bangsawan yang ikut mendukung bernama Takeya Arimura. Bersama klan Hachisuka, mereka berniat menjunjung tinggi kekaisaran di Jepang.

Pada alur tengah diceritakan tentang perjalanan Gennojo untuk mencapai wilayah gunung Tsurugi di wilayah Tokushima. Sesampainya di gunung Tsurugi,

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ia harus bertempur dengan samurai Negeri Awa. Dalam pertempuran itu Koga

Yoami berhasil dibunuh dan mengetahui ada catatan rahasia yang dituliskanya, sehingga terjadi perebutan catatan tersebut antara Gennojo dengan samurai Negeri

Awa. Pertarungan yang begitu sulit sejak awal karena perbedaan jumlah, membuat Gennojo tersudutkan. Akan tetapi masih ada saja pihak yang melindungi dan membela Gennojo.

Pada alur terakhir Gennojo berhasil mendapatkan catatan rahasia, namun ia merobek dan memberikan separuh catatan rahasia tersebut demi membalas budi sebagai samurai. Berkat separuh catatan rahasia tersebut, Klan Hachisuka dan

Negeri Awa terhindar dari hukuman pemusnahan. Perseteruan antara kekaisaran dengan bangsawan tak terlalu dipersoalankan. Hanya Shigeyoshi Hachisuka yang terpaksa menyerahkan kedudukan dan hartanya kepada anaknya Senmatsumaru.

2.6.3. Penokohan

Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan.

Jonesdalam Nurgiyantoro (1998:165) mengemukakan bahwa penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Ada terdapat banyak tokoh dalam sebuah cerita. Tokoh cerita digambarkan sebagai media untuk menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.

Tokoh utama dalam novel ini bernama Norizuki Gennojo. Gennojo merupakan samurai yang tangguh dan ahli dalam menggunakan pedang, juga sangat setia kepada Keshogunan. Gennojo merupakan samurai yang dapat bertahan dalam keadaan yang genting, Sebagai mata-mata, Gennojo juga mempunyai bakat dalam hal diplomasi dengan gaya bicaranya khas, yang

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA membuat ia selalu dapat mengelabuhi pihak - pihak yang ingin menggulingkan

Keshogunan. Faktor - faktor inilah yang membuat Keshogunana Tokugawa tertarik untuk mempercayakan tugas mata-mata kepada dirinya. Disamping itu

Gennojo juga selalu ingat akan balas budi kepada pihak - pihak yang sudah membantunya. Meskipun perseteruan antara Keshogunan dan Negeri Awa mereda karena balas budi ini, namun hal inipulalah yang membuat Gennojopada akhirnya menolak untuk pulang kembali ke Edo yang dikarenakan balas budinya kepada ketua Harashi dari pihak Negeri Awa.

Tokoh-tokohpendukung lainnya yang terdapat dalam cerita adalah samurai negeri Awa Magobee, Tendo Ikaku,Tabikawa Shuma dan Keinosuke. Kemudian putri Otsuna, seorang putri yang merupakan putri dari Yoami. Si tua Ryuji yang merupakan ketua Harashi dari pihak Awa.

2.6.4. Latar (Setting)

Latar (setting) mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.

Dalam karya sastra, latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar bukan hanya menunjukkan tempat saja tetapi juga ada hal-hal lainnya seperti waktu, keadaan sekitar dan sebagainya. Latar dan unsur-unsur lain saling melengkapi agar bisa menampilkan cerita yang utuh.

Di dalam novel Naruto Hicho terdapat beberapa setting seperti latar tempat, latar waktu dan latar budaya.

2.6.4.1. Latar Waktu

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Biasanya dapat dihubungkan dengan waktu faktual atau waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah

Latar waktu terjadinya novel Naruto Hicho yaitu berlangsung pada zaman feodal di Jepang yaitu pada periode zaman Edo (1600-1867). Zaman Edo juga merupakan periode awal zaman modern Jepang yaitu pada masa Jepang di bawah pemerintahan Keshogunan Tokugawa. Hal ini dapat dilihat melalui cuplikan

“belakangan dia diperbolehkan pulang ke Awa, namun tetap tidak diizinkan bergerak bebas, hidup sebagai tahanan rumah selama sekitar 42 tahun, dari usia 35 sampai 70 tahun lebih, dan meninggal dunia di tempat tahanan pada bulan Maret, tahun ke-14 Bunka (1817 Masehi)” hal 371.

Berdasarkan cuplikan tersebut, salah satu era dalam novel Naruto Hicho yaitu terjadi pada era Bunka. Periode Bunka berlangsung sekitar tahun sekitar

1804 – sekitar 1818. Dan periode berlangsungnya zaman Edo yaitu tahun 1600 –

1867. Dengan begitu, era yang disebutkan di dalam novel ini juga merupakan salah satu era di Jepang.

2.6.4.2. Latar Tempat

Latar tempat menjelaskan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra. Di dalam novel Naruto Hicho, adapun latar tempat terjadinya peristiwadi dalam cerita seperti provinsi Awa, kota Edodan tempat lainnya dapat ditemui dalam beberapa cuplikan sebagai berikut :

1. Provinsi Awa

Provinsi Awa adalah nama provinsi lama Jepang yang sekarang menjadi bagian dari Prefektur Tokushima di pulau Shikoku. Kadang-kadang ia disebut

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ashū. Provinsi Awa berbatasan dengan provinsi Tosa, Sanuki dan Iyo. Di dalam novel dapat ditemui melalui cuplikan halaman 7.

“Setelah Shigeyoshi pulang ke kastelnya di Negeri Awa, wisma Hachisuka di tepi sungai Aji kini kosong dan sunyi senyap bagai kuil besar”.

2. Tokushima

Kota Tokushima adalah ibu kota Prefektur Tokushima di Pulau Shikoku,

Jepang. Kota ini terletak di bagian timur laut Prefektur Tokushima tepatnya di muara Sungai Yoshino. Cuplikan halaman 126.

“Aku tidak menjelaskan panjang lebar, tapi pamanku mengenal arus laut di sekitar Tokushima berdasarkan pengalaman berenang dan teknik mengendalikan kapal.”

3. Gunung Tsurugi

Gunung Tsurugi merupakan gunung yang memiliki tinggi sekitar 1.954m yang berbatasan dengan kota miyoshi, mima dan naka di provinsi Tokushima.

“Keesokan harinya, setelah tidur yang singkat di hutan Maki, Daikan membentangkan peta Gunung Tsurugi dan memperlihatkanya kepada Gennojo.”

Cuplikan halaman 144.

4. Kota Naruto

Kota Naruto adalah sebuah kota di Jepang yang terletak di ujung timur laut

Provinsi Tokushima. Kota ini berada di sebelah barat Selat Naruto, tepatnya di ujung timur Pulau Shikoku. Wilayah kota juga mencakup tiga buah pulau, yaitu

Ohgejima, Takashima, dan Shimada. Kota Naruto merupakan pintu gerbang ke

Pulau Shikoku.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Di seberang Selat Naruto terdapat Pulau Awaji. Jembatan Ōnaruto yang membentang di atas Selat Naruto menghubungkan Kota Naruto dengan Kota

Minami Awaji di Pulau Awaji. Di perairan laut Selat Naruto terdapat objek wisata pusaran air Naruto. Cuplikan halaman 79.

“Dalam keadaan seperti ini, angin buritan akan berembus di laut; barangkali pelayaran kali ini tidak terlalu dipersulit oleh ombak di Naruto

5. Pulau Awaji

Pulau Awaji adalah nama sebuah pulau di Jepang yang terletak bagian timur

Laut Pedalaman Seto. Pulau ini berada di wilayah Kinki dan merupakan wilayah

Prefektur Hyogo. Bekas wilayah Provinsi Awaji pada masa pembagian provinsi lama. Pulau Awaji dihubungkan dengan Pulau Honshu dengan Jembatan Akashi

Kaikyo, dan dihubungkan dengan Pulau Shikoku dengan Jembatan Ohnaruto.

Cuplikan halaman 155.

“Saat perahu mendekati sebuah pulau, saya bertanya, di mana ini? Ternyata kami berada di Nushima dekat Pulau Awaji.”

6. Kyoto

Kyoto adalah kota yang terletak di Pulau Honshu, Jepang. Kota ini merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Kyoto memiliki banyak situs bersejarah dan merupakan ibu kota Prefektur Kyoto. Cuplikan halaman 314.

“Sesuatu akan terjadi. Suasana menegangkan kian meliputi Kyoto”.

7. Osaka

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Osaka adalah sebuah kota di wilayah Kansai, Jepang dan merupakan ibu kota Provinsi. Kota ini terletak di pulau Honshu, di mulut Sungai Yodo di Teluk

Osaka. Di sebelah timur, Osaka bertetangga dengan Kyoto dan Nara, dan di sebelah barat dengan kota Kobe. Cuplikan halaman 188.

“Oh, ternyata Tabikawa sudah sampai di Kota Osaka”

8. Tokyo

Tokyo asalnya merupakan desa perikanan kecil yang bernama Edo. Pada tahun 1590, Tokugawa Ieyasu berbasis di Edo, dan setelah menjadi shogun pada tahun 1603, kota ini menjadi pusat administrasi tentaranya untuk seluruh negara.

Pada zaman Edo, Edo menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan jumlah penduduk mencapai sejuta orang menjelang abad ke-18.

Edo menjadi ibukota di Jepang, meskipun kaisar tinggal di Kyoto, ibu kota kerajaan. Setelah sekitar 263 tahun, pemerintah shogun digulingkan di bawah bendera pemulihan pemerintahan kaisar. Pada tahun 1869, ketika Kaisar Meiji pindah ke Edo di usia 17 tahun, Tokyo sudah menjadi pusat politik dan kebudayaan negara, kemudian dijadikan ibu kota kerajaan de facto oleh istana sementara bekas Istana Edo menjadi Istana Kerajaan. Kota Tokyo didirikan lalu tetap menjadi ibu kota negara sehingga status kotanya dicabut pada tahun 1943 untuk digabungkan dengan "Wilayah Metropolitan" Tokyo. Cuplikan halaman

267.

“Sambil mengincar kesempatan, Shuma berencana pergi ke Edo”.

2.6.4.3. Latar Budaya

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Yang menjadi latar budaya cerita novel Naruto Hicho yaitu saat Jepang berada di zaman konfusiusme di bawah Keshogunan Tokugawa. Dimana saat itu

Jepang membagi dalam beberapa kelas masyarakatnya. Samurai merupakan alat untuk memegang kekuasaan, yang juga merupakan bawahan dari Daimyo. Para

Daimyo sepenuhnya dikuasai oleh Shogun.

2.7.Biografi Pengarang

Eiji Yoshikawaadalah seorang pengarangnovelsejarahJepang yang mungkin adalah salah satu pengarang terbaik dan paling terkenal di genre tersebut. Banyak di antara novel-novel terkenalnya merupakan revisi terhadap karya-karya terdahulu.

Ia terpengaruh oleh kisah-kisah klasik seperti Kisah Heike (Heike Monogatari),

Kisah Genji (Genji Monogatari), Batas Air, dan Kisah Tiga Negara, yang selanjutnya banyak ia kisahkan kembali. Sebagai contoh, manuskrip asli Taiko yang sebanyak 15 jilid dikisahkan kembali olehnya dalam bahasa yang lebih mudah dicerna serta buku Musashi.

Buku-buku karyanya yang lain juga bertujuan serupa dan walaupun sebagian besar novelnya bukanlah cerita asli, ia menciptakan sangat banyak karya dan menumbuhkan minat baru terhadap sejarah. Ia dianugrahi berbagai penghargaan seperti Penghargaan Budaya (Bunka Kunshō) pada tahun 1960 serta Penghargaan

Harta Berharga(Zuihōsho) sebelum kematiannya karena kanker pada tahun 1962

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL NARUTO HICHO

3.1.Sinopsis Cerita Novel Naruto Hicho

Novel Naruto Hicho pada awalnya menceritakan samurai bernama Norizuki

Gennojo yang diperintahkan oleh Keshogunan Tokugawa untuk menyelamatkan seorang mata-mata bernama Koga Yoami. Di samping itu Gennojo juga ditugaskan untuk menyelidiki gerakan-gerakan yang ingin menggulingkan keshogunan Tokugawa agar jepang dipimpin oleh kekaisaran. Salah satu pihak yang sudah merencanakan pemberontakan adalah para Daimyo dari Negeri Awa.

Gennojo adalah seorang samurai yang tangguh, pelindung dan juga setia kepada Keshogunan. Ia merupakan pegawai Keshogunan yang mendapat tugas untuk menjadi mata – mata guna menyelidiki gerakan yang menyerukan kekaisaran Jepang.Pada awalnya Keshogunan menugaskan Yoami sebagai mata – mata, namun ia tertangkap dan di tahan di gunung Tsurugi. Gennojo mendapatkan tugas untuk itu, bersama anak perempuan Yoami yang bernama Otsuna, mereka berdua pergi ke gunung Tsurugi untuk membebaskan Yoami. Selama perjalanan,

Gennojo melalui berbagai pertarungan dengan para samurai dari pihak negeri

Awa.

Di pihak Negeri Awa menugaskan dua orang samuraiagar menangkap dan membunuh Gennojo yang berusaha menyelamatkan Yoami dari Gunung Tsurugi.

Negeri Awa yang dipimpin Shigeyoshi, memerintahkan Tendo Ikakku dan Takeya

Arimura. Arimura adalah bangsawan Negeri Awa. Ikakku dan Arimura juga membawa dua orang samurai lainnya yang bernama Ojuya Magobee dan

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabikawa Shuma. Pengarang menciptakan Magobee sebagai sosok samurai rupawan dengan rambut diikat gaya khas Ronin. Magobee juga merupakan sosok yang menakutkan karena kejahatanya yang begitu banyak.

Selama diperjalanan Gennojo dihadapkan dengan pertempuran melawan samurai dari negeri Awa. Awalnya pertempuran terjadi di kapal saat Gennojo menuju pulau Shikoku, namun ia berhasil lolos. Bersama Otsuna ia melompat ke dalam ombak lautan demi menghindari para samurai. setelah sampai di negeri

Awa, Gennojo dan Otsuna kembali menyamar menjadi warga biasa. Namun

Gennojo kembali dihadapkan dengan pertempuran. Berkat keahlian dan ketangguhanya, ia berhasil melewati berbagai rintangan hingga pada akhirnya ia sampai di Gunung Tsurugi.

Sesampainya di gunung, gennojo kembali mendapatkan perlawanan. Kali ini Magobee beserta teman – temannya menjadi lawannya. Di gunung, mereka berhasil membunuh Yoami dan mendapatkan catatan rahasia yang dituliskan

Yoami. Di saat terjepit, Gennojo bertemu ketua Harashi si tua Ryuji, mereka melakukan sedikit diplomasi. Akhirnya Gennojo di lumpuhkan oleh Ryuji namun tidak sampai mati.

Setelah para samurai Awa mendapatkan catatan rahasia, terjadi persekongkolan terhadap beberapa samurai yang menginginkan keuntungan melalui catatan rahasia ini. Mengetahui hal ini Magobee mencoba menghentikan langkah Shuma yang mencoba mendapatkan keuntungan tersebut. Namun

Gennojo yang belum mati justru kembali demi mendapatkan catatan itu.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setelah gennojo mendapatkan catatan itu, ia kembali dihadapkan dengan kegelisahan atas apa yang ia dapatkan dari si tua Ryuji. Ia merasa harus membalaskan perbuatan baik tersebut. Dan akhirnya Gennojo membagi dua catatan rahasia tersebut. Surat yang terbagi tersebut ia berikan kepada kedua pihak, hingga tidak terjadi perselisihan yang lebih besar lagi. Meskipun pada akhirnya Gennojo tidak kembali pulang ke Edo karena harus membalas budi baik dari lawanya tersebut.

3.2.Analisis Pesan Moral Pada Novel Naruto Hicho

3.2.1. Analisis Moral Kesetiaan

Cuplikan Halaman 104

“Takeya Arimura cepat – cepat beranjak pergi ke gudang kapal. Tetapi

Keinosuke berlari menghampirinya. “Tuan Arimura..” katanya sambil tiarap dekat kaki arimura.

“apa belatung?”

”saya sungguh malu”

“lalu kenapa?”urat berwarna biru menonjol di dahi Arimura.

“saya sungguh – sungguh menyesal atas kesalahan saya. Seharusnya saya seppuku di hadapan semua orang….”

“benar. Tentu saja.” “tapi tanpa izin tuanku, saya tak boleh mati seenaknya.”

“baiklah!” “tapi…”

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “tidak masalah, akulah yang akan melapor kepada tuan Hachisuka. Tuan

Hachisuka takkan menyesal kehilangan seorang anak buah yang pandai.” “ya tapi demi tekad samurai..”

“kau akan ditertawakan orang kalau menggunakan kata – kata itu.” “ya.”

Keinosuke putus asa, menegakkan punggung lantas mengatupkan kedua tangan seolah berdoa di depan Takeya Arimura.”

Berdasarkan cuplikan di atas, Keinosuke menunjukkan moral kesetiaannya melalui keberaniannya melakukan seppuku. Bushido bushido merupakan jalan menuju kematian. Keinosuke yang sudah melakukan perbuatan memalukan meminta izin kepada takeya arimura untuk melakukan seppuku. Hal ini juga bentuk pengabdian diri Keinosuke kepada Daimyo, tuan Hachisuka. Samurai juga umumnya melakukan tindakan seppuku hanya kalau diizinkan oleh tuannya.

Cuplikan Halaman 182

“Sudah belasan tahun dia hidup di penjara gunung ini dan tubuhnya menjadi kurus kering, terlebih lagi sejak mulai menulis dengan darah, dia mulai menyerupai tulang hidup, seperti hantu. Saat tenaganya habis untuk menulis sebaris kalimat, atau darahnya mongering setelah setengah kalimat, Yoami keluar dari gua, matanya yang cekung berkaca-kaca.

Kemudian dia memakan buah anggur dan stroberi gunung, dan menggigit batang rumput bagaikan Preta. Dia akan berjongkok di sungai kecil dan memasukkan ikan kecil bahkan serangga air ke mulutnya. Dia makan bukan karena didorong naluri untuk hidup, tetapi demi menghasilkan darah yang digunakanya sebagai tinta. Itulah keadaan Yoami saat ini”.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Keadaan dari cuplikan tersebut menunjukkan Indeksikal moral Bushido pada tokoh Yoami yaitu Kesetiaan. Meskipun ia dihadapkan akan kematian,

Yoami yang di tahan di Gunung Tsurugi, tetap menjalankan tugasnya menulis catatan untuk keshogunan. Hal ini ia lakukan demi niatnya mengabdi kepada

Keshogunan.

Cuplikan Halaman 184

“Cukup.” Dia mengangguk-angguk sedih, tidak ada jalan selain menyerah. “Cukup dengan begitu….” Sekali lagi dia berkata kepada diri sendiri.

“Kelak, saat para samurai Awa menemukan catatan itu pada mayatku, mereka akan tahu betapa kuatnya tekadku untuk menjunjung tinggi tugas mata-mata dari

Ruang Daun Bambu di Kastel Edo, betapa kukuhnya semangat mata-mata, tidak seperti samurai biasa. Dan suatu hari nanti kematianku akan disampaikan dari mulut ke mulut hingga terdengar sampai ke Edo”

Sekali lagi, cuplikan tersebut menunjukkan moral kesetiaan Bushido yang ada pada tokoh Yoami. Meskipun ia akan mati, Yoami masih tetap menjalankan tugasnya yang merupakan bentuk dari pengabdian dirinya untuk Keshogunan. Hal itu dapat dilihat melalui perkataanya “Kelak, saat para samurai Awa menemukan catatan itu pada mayatku, mereka akan tahu betapa kuatnya tekadku untuk menjunjung tinggi tugas mata-mata dari Ruang Daun Bambu di Kastel Edo, betapa kukuhnya semangat mata-mata, tidak seperti samurai biasa.”

Cuplikan Halaman 221

“Oh, di atas ini ada penjara mata-mata.”

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “benar,” Magobee menyahut. “tempat ini punggung gunung.” “terdengar bunyi air dengan jelas” “kalau berjalan terus, ada sungai kecil, lalu bias mendaki terus sambil menyusuri sungai kira-kira satu kilometer. Setelah itu kelihatan penjara mata-mata.”

“Oh, begitu,” kata si tua, lantas menghentikan gerakan tongkatnya. “Terima kasih. Dari sini aku jalan sendiri. Kalian pulang saja.”

“tapi kami ikut sampai lebih ke atas.”

“tidak usah Khawatir.”

“Bukanya kami khawatir, tapi kalau tidak keberatan kami mau ikut sampai menemukan sosok Gennojo.”

“Jangan , kalian malah akan mengganggu.” Sambil melambaikan tangan si tua

Ryuji mulai berjalan seorang diri.

Cuplikan di atas menunjukkan kesetiaan Magobee dan teman-temanya kepada atasanya. Kesetiaan Bushido ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan seorang samurai tidak saja saat pimpinanya dalam keadaan sukses dan berkembang, bahkan dalam keadaan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, pimpinan mengalami banyak beban permasalahan, seorang samurai tetap setia pada pimpinanya dan tidak meninggalkanya.

Cuplikan Halaman 293

“Oh… lukanya sakit lagi?” terdengar suara Otsuna. Meski Otsuna hendak menghampirinya. Gennojo menahannya, matanya tertuju ke depan.

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Tidak, jangan khawatir!” tepisnya tajam “catatan itu! Catatan rahasia itu!

Jangan biarkan Tabikawa Shuma lolos.”

Cuplikan di atas menunjukkan moral kesetiaan pada tokoh Gennojo.

Meskipun dalam keadaan yang tidak diinginkan Gennojo tetap mengutamakan tugasnya. Kesetiaan seorang samurai ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Hal itu dapat dilihat melalui perkataanya untuk tidak mengkhawatirkannya meskipun ia dalam keadaan terluka, justru Gennojo lebih mengkhawatirkan catatan rahasia yang menjadi tugas untuk memperolehnya.

3.2.2. Analisis Moral Keberanian

Cuplikan Halaman 116

“Sambil mengayunkan pedang kea arah Ojuya yang hendak menerkam,

Norizuki Gennojo yang merangkul Otsuna terjun ke dalam ombak menggila yang bergulung-gulung”.

Berdasarkan cuplikan diatas, Norizuki Gennojo menunjukkan nilai

Keberanian Bushido yang terdapat di dalam dirinya sebagai samurai. Keberanian

Bushido yaitu kemampuan untuk menangani setiap situasi dengan gagah berani dan percaya diri. Keberanian tidak hanya diartikan secara fisik tetapi juga melakukan suatu keberanian secara benar, dilakukan pada saat yang tepat.

Cuplikan Halaman 206

“Koga Yoami yang tadi kelihatan rela menjumpai ajal, seketika mengubah sikap dengan menggila. “Aku takkan mati! Belum saatnya!” Dengan tenaga

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersisa, Yoami meronta untuk membebaskan diri dari lengan Magobee. “Jangan melawan!” “Ugh! Selisih sedetik saja…”

Dalam cuplikan tersebut indeksikal yang terlihat adalah keberanian.

Yoami yang sudah terlihat sekarat tetap melakukan tindakan keberanianya, karena keberanian adalah kemampuan untuk menangani setiap situasi dengan gagah berani dan percaya diri, juga melakukannya secara benar, dan dilakukan pada saat yang tepat.

3.2.3. Analisis Moral Kerendahan Hati

Cuplikan Halaman 271

“Maaf, aku yang salah,” ujarnya sambil menunduk. “Bukan gara-garamu.

Gara-gara kesalahanku, sake tidak terasa enak malam ini.” Karena Shuma mengalah, suasana hati Ojuya membaik.

Berdasarkan cuplikan di atas, indeksikal moral kerendahan hati terlihat pada tokoh Tabikawa Shuma. Kemurahan hati adalah kombinasi kasih saying dengan belas kasih. Kemurahan hati diterapkan bersama keadilan yang akan membuat seorang samurai bisa meredam keinginan untuk menggunakan kemampuan mereka secara arogan atau untuk mendominasi orang lain.

3.2.4. Analisis Moral Keadilan

Cuplikan Halaman 355

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Baiklah tentang Magobee, kau boleh melakukan semaumu,Gennojo berkata tanpa ragu, lalu memberikan setengah catatan rahasia yang terbelah dua itu kepada si kerdil.

Ini?

“ini tanda kenangan kecil dari Gennojo kepada si tua Ryuji. Kalau kau pulang ke Awa, bersama dengan kepala Magobee, serahkan kepadanya tanpa penjelasan apa pun.”

Oh ternyata begitu, pikir Mankichi dan Kozan yang sempat kaget bukan kepalang. Mereka memahami isi hati Gennojo yang tidak diucapkan.

“Otsuna dan Gennojo diselamatkan si tua Ryuji di saat mereka tidak mungkin lolos dari Gunung Tsurugi. Walaupun si tua Ryuji melakukannya atas keyakinnanya sendiri, demi menyelamatkan nasib Klan Hachisuka, bagi mereka berdua perbuatan itu merupakan utang budi yang besar.”

Cuplikan di atas menunjukkan nilai moral keadilan. Keadilan merupakan kemampuan untuk membuat keputusan yangbenar dengan keyakinan moral dan untuk bersikap adil serta sama kepada semua orang. Gennojo yang sudah di selamatkan oleh si tua Ryuji merasa harus melakukan balas budi yang di anggap adil baik bagi keshogunan maupun kepada si tua Ryuji. Karena dengan berlaku adil, orang lain tidak akan merasa dikhianati ataupun dirugikan.

3.2.5. Analisis Moral Kejujuran

Cuplikan Halaman 359

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Gennojo berkata lagi, “Saya kelihatan seperti orang yang sungguh- sungguh memihak Keshogunan, tetapi sebenarnya saya tidak benar-benar setia.

Tuan-tuan pasti mengetahui kenyataan itu dari perbuatan saya yang tidak masuk akal, karena merobek catatan rahasia dan sebagianya dibiarkan di bawa ke

Awa.” Gennojo bersikeras menolak permintaan Kozan.”

Cuplikan di atas menunjukkan moral kejujuran oleh tokoh Gennojo.

Kejujuran merupakan sikap moral Bushido yang berarti bersikap jujur terhadap diri sendiri, selain juga bersikap jujur kepada orang lain. Juga berarti bertindak benar secara moral, dan selalu melakukan suatu hal dengan kemampuan terbaik.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Setelah memaparkan data dan menganalisisnya, dapat dilihat adanya nilai - nilai moral yang terkandung dalam novel cerita tersebut. Nilai moral yang berhubungan langsung dengan konsep moral etika bushido, dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari - hari.Terdapat beberapa kesimpulan di dalam novel ini:

1. Di dalam cerita, gambaran nilai moral yang mengajarkan kesetiaan ditunjukkan oleh sifat Gennojo. Dia menunjukkan kesetiaanya dengan mematuhi perintah yang di berikan keshogunan kepadanya. Meskipun pada akhirnya

Gennojo tidak membawa Yoami dalam keadaan hidup, ia akhirnya mendapatkan setengah catatan rahasia yang ditulis Yoami. Di samping itu Yoami juga menunjukkan kesetiaanya lewat catatan yang dituliskannya. Meskipun Yoami di tahan di penjara, ia tetap sebuah menuliskan catatan rahasia dengan menggunakan darahnya hingga akhirnya ia pun mati.

Nilai moral yang mengajarkan bahwa sebagai manusia harus bersikap adil karena dengan berlaku begitu orang lain tidak akan merasa dikhianati ataupun dirugikan. Seperti di dalam cerita, Gennojo merobek separuh catatan rahasia yang di perolehnya dan memberikannya kepada lawannya yang sudah memberikanya kesempatan. Hal ini dilakukannya atas dasar hutang budi yang pada akhirnya harus ia balaskan agar memberikan rasa adil untuk lawan yang sudah menyelamatkanya. Atas tindakan ini, Gennojo berhasil menyelamatkan nasib

Klan Hachisuka dari hukuman pemusnahan.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Sifat Gennojo dan Yoami dalam menjalankan tugasnya merupakan bentuk dari pengabdian diri mereka kepada keshogunan. Karena kesetiaan merupakan nilai etika moral Bushido yang erat kaitanya dengan pengabdian. Begitu juga

Keinosuke yang menunjukkan moral kesetiaannya melalui keberaniannya yang akan melakukan seppuku. Hal ini juga bentuk pengabdian diri Keinosuke kepada

Daimyo, tuan Hachisuka.

4.2.Saran

Skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan, baik dalam segi isi, penulisan, analisa serta pemahaman. Setelah membaca dan memahami isi dari skripsi ini, diharapkan kepada pembaca agar dapat mengambil manfaat, yaitu:

1. Ada baiknya jika mahasiswa Sastra Jepang menambah pengetahuan

mereka tentang Jepang, karena pada umumnya dalam hasil karya sastra

Jepang, isinya selalu disangkut pautkan dengan unsur kebudayaan Jepang.

2. BagiparapembacayangjugainginmenelititentangpesanmoralJepangyangada

dalamkaryasastra,makadisarankanagardapatmemahamikonsep -

konsepmoralyangdimilikibangsaJepangdenganbaikdanbenar,sertamelakuk

anpeninjauanterhadapdata –

datayangakuratagardapatmenghasilkanpenelitianyanglebihbaiklagi

nantinya.

3. Penulis berharap melalui karya sastra ini, menjadi lebih banyak orang yang

mengerti pentingnya nilai-nilai kepribadian moral, sehingga ketika kita

telah memahaminya, akan menjadikan kita sebagai manusia yang dapat

bertindak lebih baik dan bijaksana dalam menjalani hidup.

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Nurgiyantoro. 1998. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar

Ringkas.Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Eagleton, Terry. 1988. Teori Kesusastraan Suatu Kesusastraan. Ku- ala Lumpur :

Dewan Bahasa dan Pustaka

Haryono. 2013. Semangat bushido dalam novel Musashi Karya Eiji Yoshikawa.

Semarang. FISIP Universitas Jendral Soedirman

Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika

Poespoprodjo, W. 1988. Filsafat Moral : Kesusilaan Dalam Teori Dan Praktek.

Bandung : Remadja Karya

Sartika, Asri. 2015.Analisis pesan moral dalam novel Furinkazan karya Yasushi

Inoue. Medan. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Situmorang, Hamzon. 1995. Perubahan Kesetiaan bushi dari Tuan Kepada

Keshogunan dalam Feodalisme Zaman Edo di Jepang (1603-1868).

Medan : USU Pres

Suryohadiprojo, Sayidiman. 1982. Manusia Dan Masyarakat Jepang Dalam

Perjoangan Hidup. Jakarta: UI Press

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Suseno, Frans. 1987. Etika Dasar : Masalah – Masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta : Kanisius

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press

Yoshikawa, Eiji. 2015. Naruto Hicho Catatan Naruto Yang Hilang (buku 3).

Jakarta : Kansha Publishing

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

ANALISIS PESAN MORAL DALAM NOVEL NARUTO HICHO KARYA

EIJI YOSHIKAWA

Sastra merupakan gambaran kehidupan, yang di dalamnya menggambarkan suatu kenyataan sosial.Karya sastra seperti novel adalah karangan yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Novel Jepang merupakan karya imajinatif yang menceritakan riwayat kehidupan seseorang yang juga dapat memberikan wawasan tentang kehidupan, moral juga kebudayaan bagi para pembacanya.

Pengarang dalam menyampaikan moral melalui cerita merupakan proses imajinasi dari hasil pengamatan terhadap kehidupan masyarakat. Fenomena- fenomena yang terjadi, diamati oleh pengarang dan selanjutnya dengan penuh ketelitian pengarang akan menceritakan kehidupan yang diamati dalam bentuk karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra bukan tiruan dari alam semesta.

Moral adalah suatu konsep kehidupan berupa saran atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita, ditujukan kepada pembaca. Berdasarkan pemahaman tema tertentu, moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat atau pesan. Unsur amanat itu merupakan gagasan yang menjadi dasar penulisan sebuah karya, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan

Moral adalah tolak ukur untuk menetukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya.Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan yang dapat dilihat melaui perbuatan.Perbuatan yang dapat terlihat terpuji

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan baik secara lahiriyah akan dinilai memiliki nilai moral yang baik.Hal ini juga dapat dilihat dalam etik moral Bushido yang terdapat pada masyarakat Jepang.

Bushi merupakan orang yang dipersenjatai atau kaum militer. Bushi atau samurai bertugas untuk melindungi dan mengabdi pada tuanya. Bushido atau sikap hidup seorang samurai merupakan suatu kode etik kaum samurai yang tumbuh sejak terbentuknya samurai.

Untuk menjelaskan pesan – pesan moral yang terdapat dalam novel, maka diperlukan teori Semiotik untuk menganalisisnya. Semiotik merupakan teori yang menjelaskan kondisi dan sikap para tokoh ke dalam tanda.Setiap ucapan, tindakan maupun perbuatan yang dilakukan para tokoh yang terdapat dalam novel kemudian akan dipilih bagian mana saja yang mencerminkan etika moral.

Novel Naruto Hicho karya Eiji Yoshikawa merupakan novel samurai pada zaman Edo.Zaman Edo merupakan zaman konfusiusme dimana Jepang masih berada di bawah kekuasaan keshogunan.Tokoh utama dalam novel ini bernama Norizuki Gennojo.Gennojo merupakan samurai yang tangguh dan ahli dalam menggunakan pedang, juga sangat setia kepada Keshogunan.Gennojo merupakan samurai yang dapat bertahan dalam keadaan yang genting.Sebagai mata-mata, Gennojo juga mempunyai bakat dalam hal diplomasi dengan gaya bicaranya khas, yang membuat ia selalu dapat mengelabuhi pihak - pihak yang ingin menggulingkan Keshogunan. Disamping itu, masih banyak tokoh – tokoh lainnya yang menunjukkan sifat dan karakter dari moral bushido.

Di dalam novel ini juga terdapat nilai balas budi (gimu) seperti balas budi kepada kaisar (chu), kepada orang tua (ko) dan kepada pekerjaan (nimmu).

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Di samping itu nilai - nilai moral bushido yang di gambarkan melalui perwatakan tokohnya seperti moral kesetiaan, keberanian, kejujuran, kemurahan hati, kesopanan, keadilan dan kehormatan dapat dijadikan wawasan yang bermanfaat di dalam kehidupan sosial.

Bentuk - bentuk pengabdian diri seperti melakukan seppukumerupakan bentuk dari moral kesetiaan. Hal ini didasari pada balas budi (gimu). Kesetiaan yang diajarkan Bushido merupakan kesetiaan seorang Bushidalammenjalankan tugas yang diberikan oleh tuannya. Dalam menjalankan tugasnya ini mereka dituntut untuk tunduk terhadap aturan-aturan yang ditetapkanoleh tuannya.Hal ini menandakan bahwa untuk mewujudkan bushido harus dibayar dengan pengorbanan diri baik dalam pertempuran atau pun dalam ritual-ritual khusus seperti seppuku.

Di dalam novel, nilai moral yang kesetiaan ditunjukkan oleh tokoh Gennojo.

Dia menunjukkan kesetiaanya dengan mematuhi perintah yang di berikan keshogunan kepadanya. Meskipun pada akhirnya Gennojo tidak membawa Yoami dalam keadaan hidup, ia akhirnya mendapatkan setengah catatan rahasia yang ditulis Yoami. Di samping itu Yoami juga menunjukkan kesetiaanya lewat catatan yang dituliskannya. Meskipun Yoami di tahan di penjara, ia tetap sebuah menuliskan catatan rahasia dengan menggunakan darahnya hingga akhirnya ia pun mati.

Nilai moral yang mengajarkan bahwa sebagai manusia harus bersikap adil karena dengan berlaku begitu orang lain tidak akan merasa dikhianati ataupun dirugikan. Seperti di dalam cerita, Gennojo merobek separuh catatan rahasia yang di perolehnya dan memberikannya kepada lawannya yang sudah memberikanya

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesempatan. Hal ini dilakukannya atas dasar hutang budi yang pada akhirnya harus ia balaskan agar memberikan rasa adil untuk lawan yang sudah menyelamatkanya. Atas tindakan ini, Gennojo berhasil menyelamatkan nasib

Klan Hachisuka dari hukuman pemusnahan.

Sifat Gennojo dan Yoami dalam menjalankan tugasnya merupakan bentuk dari pengabdian diri mereka kepada keshogunan. Karena kesetiaan merupakan nilai etika moral Bushido yang erat kaitanya dengan pengabdian. Begitu juga

Keinosuke yang menunjukkan moral kesetiaannya melalui keberaniannya yang akan melakukan seppuku. Hal ini juga bentuk pengabdian diri Keinosuke kepada

Daimyo, tuan Hachisuka.

Etika moral Bushido dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari – hari.

Diaharapkan lebih banyak orang yang mengerti pentingnya nilai-nilai kepribadian moral, sehingga ketika kita telah memahaminya, akan menjadikan kita sebagai manusia yang dapat bertindak lebih baik dan bijaksana dalam menjalani hidup.

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA