PEMIKIRAN MARIA ULLFAH SANTOSO TENTANG HAK PILIH PEREMPUAN INDONESIA (1938-1941)

MARIA ULLFAH SANTOSO’S THOUGHT ON INDONESIAN WOMEN’S SUFFRAGE (1938-1941)

Laksmita Hestirani Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Kampus UI Depok, Indonesia [email protected] | [email protected]

Diterima tanggal 11 Januari 2020 Disetujui tanggal 13 April 2020

ABSTRACT This paper discusses the history of Maria Ullfah Santoso’s thought in struggling for Indonesian women’s suffrage during the Dutch colonial era. Until the beginning of 1930s, Indonesian women didn’t have suffrage yet and still distanced themselves from political participation. As a jurist with active involvement in Indonesian women’s movement, Maria Ullfah actively campaigned for Indonesian women’s suffrage through writings and speeches. The main problems of this paper were how Maria Ullfah’s thought was formulated, and its influence in the struggle for Indonesian women’s suffrage. By using historical research method and intellectual history approach, the author found that Maria Ullfah argued that every part of society, including women, had to have suffrage. In her opinion, passive suffrage was essential, so that Indonesian women could sit in representative councils to fight for Indonesian women’s interests. Likewise, active suffrage was also essential, so that Indonesian women could choose their own representatives without having to rely on other people. The influence of Maria Ullfah’s thought was visible in Indonesian women’s struggle for representation in the People’s Council (Volksraad), as well as in the success of Indonesian women in obtaining active suffrage for the first time in 1941.

Keywords: suffrage, women’s movement, intellectual history, and Maria Ullfah Santoso.

ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang sejarah pemikiran Maria Ullfah Santoso dalam memperjuangkan hak pilih perempuan Indonesia pada masa kolonial Belanda. Hingga awal dekade 1930-an, perempuan Indonesia belum memiliki hak pilih serta masih menjauhkan diri dari partisipasi politik. Sebagai seorang ahli hukum yang memiliki keterlibatan aktif dalam pergerakan perempuan Indonesia, Maria Ullfah aktif mengampanyekan hak pilih perempuan Indonesia melalui tulisan dan pidato. Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pemikiran Maria Ullfah tentang hak pilih perempuan diformulasikan serta pengaruhnya dalam perjuangan hak pilih perempuan Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan sejarah pemikiran, penulis 123 DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 124 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 menemukan bahwa Maria Ullfah berpendapat bahwa setiap golongan masyarakat, termasuk perempuan, harus memiliki hak pilih. Menurutnya, hak pilih pasif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat duduk di dewan-dewan perwakilan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan Indonesia. Adapun hak pilih aktif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat memilih wakil-wakilnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Pengaruh pemikiran Maria Ullfah terlihat dalam usaha kaum perempuan Indonesia untuk memiliki perwakilan di Dewan Rakyat (Volksraad), serta keberhasilan perempuan Indonesia dalam mendapatkan hak pilih aktif untuk pertama kalinya pada tahun 1941.

Kata kunci: hak pilih, pergerakan perempuan, sejarah pemikiran, dan Maria Ullfah Santoso.

A. PENDAHULUAN dunia politik. Perempuan Indonesia Sejak kemerdekaan Indonesia pada dapat memilih wakil-wakil di lembaga tahun 1945, kedudukan perempuan dan legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) laki-laki yang setara di dalam hukum maupun pemimpin-pemimpin di dan pemerintahan telah diakui. lembaga eksekutif (presiden, gubernur, Kesetaraan ini dijamin dalam Pasal 27 dan walikota atau bupati). Perempuan ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia juga dapat duduk di dalam (Indonesia 1945). Perempuan Indonesia lembaga-lembaga tersebut, termasuk memiliki hak-hak yang sama dengan sebagai pemimpin tertingginya kaum laki-laki, termasuk dalam hal hak (Indonesia 2017). pilih. Berbeda dengan masa Hak pilih merupakan hak yang kemerdekaan, pada masa kolonial dimiliki oleh seorang warga negara Belanda kedudukan perempuan untuk memilih (hak pilih aktif) anggota Indonesia berada di bawah kaum dewan perwakilan maupun kepala laki-lakinya, termasuk dalam hak pilih. daerah dan kepala negara, serta untuk Kaum perempuan Indonesia harus dipilih (hak pilih pasif) sebagai berjuang untuk mendapatkan hak pilih anggota dewan perwakilan maupun tersebut. kepala daerah dan kepala negara. Hak Pada masa kolonial, dewan-dewan ini merupakan suatu perwujudan perwakilan memiliki fungsi legislasi, kedaulatan rakyat di Indonesia. anggaran, dan pengawasan seperti Kedaulatan rakyat diakui dalam Pasal parlemen pada umumnya, namun 1 ayat (2) UUD 1945 (Indonesia 1945), kewenangannya terbatas karena sedangkan hak pilih diatur dalam keputusan-keputusan yang dihasilkan Undang-Undang Pemilihan Umum tidak wajib diikuti oleh pemerintah (Indonesia 2017). (Blackburn 1999:208). Meskipun Oleh karena kedudukan perempuan begitu, dewan-dewan tersebut tetap yang setara dengan laki-laki dalam memiliki manfaat karena para hal hak pilih tersebut, perempuan anggotanya dapat menyampaikan Indonesia dapat berpartisipasi aktif di aspirasi rakyat secara langsung kepada

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 125 pemerintah. Hal ini terlihat misalnya dewan-dewan perwakilan dapat melalui kiprah tokoh-tokoh nasionalis memberikan pengaruh yang positif bagi seperti M.H. Thamrin dan M. Yamin pergerakan perempuan Indonesia. yang berjuang untuk membela Sebagai perempuan Indonesia kepentingan bangsa Indonesia melalui pertama yang menjadi sarjana hukum Volksraad. (Anon 1933a:103), Maria Ullfah Di setiap dewan yang ada, ketiga menyadari bahwa salah satu per- golongan penduduk di Hindia Belanda masalahan utama yang menyebabkan yang terdiri atas golongan Eropa, lemahnya kedudukan perempuan Timur Asing, dan Indonesia memiliki Indonesia adalah karena ketentuan- wakilnya masing-masing. Meskipun ketentuan hukum yang berlaku begitu, yang memiliki hak pilih seringkali tidak berpihak pada aktif maupun pasif di dewan-dewan perempuan. Melalui partisipasi di tersebut hanya laki-laki (Blackburn dewan-dewan perwakilan, perempuan 2004a:81). Keadaan ini tidak terlepas Indonesia memiliki akses untuk dari kedudukan perempuan Indonesia mengubah keadaan tersebut sekaligus saat itu yang masih sangat mem- dapat menyampaikan aspirasi prihatinkan. perempuan Indonesia secara langsung Hingga awal abad ke-20, kepada pemerintah. perempuan Indonesia masih merasa Dalam historiografi Indonesia, bahwa partisipasi politik, termasuk Maria Ullfah dikenal sebagai dalam hal hak pilih, merupakan perempuan Indonesia pertama yang “wilayah laki-laki” (Blackburn menjadi menteri (1946-1947) maupun 2004a:87). Selain itu, juga belum ada sebagai seorang tokoh pergerakan perempuan Indonesia yang memiliki perempuan Indonesia yang juga pernah kualifikasi secara akademis untuk menjabat sebagai Ketua Sekretariat berpartisipasi aktif dalam bidang Kongres Wanita Indonesia (1950- politik. 1961). Perjuangannya dalam meng- Namun pada dekade 1930-an, usahakan Undang-Undang Perkawinan pandangan perempuan Indonesia untuk melindungi kedudukan kaum terhadap partisipasi politik mulai perempuan Indonesia telah cukup berubah. Muncul tokoh-tokoh banyak dibahas. Meskipun begitu, perempuan generasi baru seperti Maria pemikiran Maria Ullfah dalam Ullfah Santoso yang telah menikmati kaitannya dengan hak pilih perempuan pendidikan tinggi serta memiliki Indonesia belum pernah dikaji secara kualifikasi secara akademis untuk khusus dan mendalam. berpartisipasi aktif dalam bidang politik. Ia melihat bahwa hak pilih dan keterwakilan perempuan Indonesia di

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 126 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 pilih perempuan Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi kaum perempuan Indonesia untuk terus meningkatkan kesadaran hukumnya serta mem- perjuangkan perbaikan kedudukan perempuan Indonesia melalui partisipasi aktif di dunia politik. Gambar 1. Maria Ullfah Santoso. Maria Ullfah pernah dikaji dalam Sumber: Anon 1939d:7. publikasi berjudul Maria Ullfah Berdasarkan uraian latar belakang Subadio: Pembela Kaumnya yang di atas, maka pokok permasalahan yang ditulis oleh Gadis Rasid (1982). Buku dibahas dalam penelitian ini adalah ini merupakan biografi Maria Ullfah bagaimana rumusan pemikiran Maria dan menceritakan tentang kisah Ullfah tentang hak pilih perempuan dan hidupnya sejak masa kecil hingga bagaimana pengaruhnya dalam awal dekade 1980-an. Buku ini perjuangan hak pilih perempuan membahas kiprah dan kontribusi Maria Indonesia? Ullfah dalam pergerakan perempuan Ruang lingkup penelitian ini adalah Indonesia, namun tidak menyinggung pemikiran Maria Ullfah tentang pemikiran yang terkait dengan hak pilih hak pilih perempuan Indonesia. Tahun perempuan Indonesia. 1938 diambil sebagai titik awal Nama Maria Ullfah kerap dimuat karena pada tahun tersebut Maria dalam historiografi bertema perempuan Ullfah untuk pertama kalinya seperti Sejarah Perempuan Indonesia: menyatakan pemikirannya tentang Gerakan dan Pencapaian karya Cora hak pilih perempuan Indonesia. Tahun Vreede-De Stuers (2017), Sexual 1941 diambil sebagai titik akhir Politics in Indonesia karya Saskia karena pemikiran Maria Ullfah Wieringa (2002), Women and the State yang menginginkan agar perempuan in Modern Indonesia karya Susan Indonesia memiliki hak pilih aktif dan Blackburn (2004b), serta The Women’s pasif, terwujud untuk pertama kalinya Movement in Post-Colonial Indonesia: pada tahun tersebut. Gender and Nation in a New Tujuan penelitian ini adalah Democracy karya Elizabeth Martyn untuk menjabarkan dan menganalisis (2005). Sayangnya, dalam uraian- pemikiran Maria Ullfah tentang hak uraian tersebut, kiprah Maria Ullfah pilih perempuan Indonesia, yang juga hanya dibahas secara terbatas karena terkait dengan partisipasi politik lingkup pembahasan karya-karya perempuan Indonesia. Penelitian ini tersebut mencakup topik-topik yang menunjukkan sumbangan pemikiran cukup luas. Dalam karya-karya Maria Ullfah dalam perjuangan hak tersebut, peran Maria Ullfah sebagai

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 127 salah satu tokoh sentral yang mendapatkan proporsi yang lebih menggerakkan dan memperjuangkan seimbang dibandingkan pada tulisan- kemajuan perempuan Indonesia diakui, tulisan Locher-Scholten. Blackburn namun belum ada satupun yang mengakui peran organisasi-organisasi mengkaji detail-detail pemikiran Maria perempuan Indonesia dan Kongres Ullfah secara khusus dan mendalam. Perempuan Indonesia dalam perjuang- Adapun pembahasan tentang hak an hak pilih perempuan Indonesia. pilih perempuan Indonesia pada masa Meskipun begitu, pemikiran Maria kolonial pernah dikaji oleh Elsbeth Ullfah sebagai salah satu tokoh sentral Locher-Scholten (1999, 2000:151-86) dalam perjuangan tersebut tidak dan Susan Blackburn (1999, 2004a). disinggung sama sekali. Locher-Scholten melihat bahwa Di luar tulisan-tulisan di atas, perjuangan hak pilih perempuan di beberapa penulis seperti Cora Vreede- Hindia Belanda merupakan per- De Stuers (2017), Elizabeth Martyn panjangan tangan dari perjuangan (2005), Kumari Jayawardena (2016), hak pilih perempuan di Negeri Susan Blackburn (2004b, 2010), dan Belanda, yang berhasil didapatkan pada Saskia Wieringa (2002) menyinggung tahun 1919. Perempuan golongan tentang hak pilih perempuan dalam Belanda di Hindia Belanda, terutama lingkup pembahasan tentang yang tergabung dalam Vereeniging pergerakan perempuan Indonesia, voor Vrouwenkiesrecht (VVV), namun tidak membahas pemikiran menginginkan hak yang sama seperti Maria Ullfah. Oleh karena itu, yang telah didapatkan di Negeri penelitian yang mengkaji pemikiran Belanda. Maria Ullfah tentang hak pilih Selain usaha-usaha yang dilakukan perempuan Indonesia secara khusus oleh perempuan golongan Belanda, dan mendalam masih diperlukan. Locher-Scholten juga menonjolkan Penelitian ini dilakukan dengan peran Volksraad. Pemikiran dan peran menggunakan pendekatan sejarah kaum perempuan Indonesia pada pemikiran (intellectual history). umumnya maupun Maria Ullfah pada Sejarah pemikiran merupakan khususnya tidak dibahas secara studi tentang para pemikir, pemikiran, mendalam karena hanya dilihat sebagai dan pola pemikiran dalam suatu “pemeran pendukung” dari perjuangan waktu (Gordon 2012:1). Sejarah para “pemeran utama” yang terdiri atas pemikiran berusaha untuk memahami perempuan golongan Belanda dan para bagaimana suatu pemikiran muncul dan anggota Volksraad. berkembang dalam konteks sejarah. Adapun dalam tulisan-tulisan Sejarah pemikiran juga berusaha untuk Blackburn, peran kaum perempuan menelusuri pemikiran tersebut dalam Indonesia dalam perjuangan hak pilih lingkup masyarakat dan budaya yang perempuan pada masa kolonial membentuknya, maupun yang dibentuk olehnya (Young 2006:2). DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 128 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 B. METODE Substansi dan esensi yang didapatkan Penelitian ini dilakukan dengan dari tahap verifikasi dan interpretasi menggunakan metode penelitian terhadap sumber-sumber ini disajikan sejarah yang terdiri atas empat tahap. dalam bentuk fakta-fakta sejarah yang Yang pertama, pengumpulan sumber dituliskan dalam artikel ini. atau heuristik; kedua, kritik sumber atau verifikasi; ketiga, analisis C. HASIL DAN BAHASAN dan sintesis atau interpretasi; dan 1. Latar Belakang Maria Ullfah terakhir, penulisan atau historiografi Santoso (Kuntowijoyo 1995:89). Lahir di Serang, pada tanggal Sumber-sumber primer dalam 18 Agustus 1911, Maria Ullfah bentuk hardcopy berupa buku, majalah, merupakan anak dari pasangan priayi dan surat kabar sezaman diperoleh dari Banten, R. A. A. Mohamad Achmad Perpustakaan Nasional Republik dan R. A. Hadidjah Djajadiningrat Indonesia dan Perpustakaan Pusat (Rasid 1982:7). Ayahnya merupakan Universitas Indonesia. Sumber- Bupati Kuningan periode 1923-1939 sumber primer dalam bentuk softcopy (Anon 1939c:8), sedangkan ibunya berupa peraturan perundang-undangan, merupakan bagian dari keluarga elite dokumen, dan surat kabar sezaman Djajadiningrat yang memegang banyak diperoleh dari situs KITLV dan Delpher. posisi penting di dalam pemerintahan Tulisan-tulisan maupun pidato- Hindia Belanda (Rasid 1982:12). pidato Maria Ullfah yang dimuat dalam berbagai majalah dan surat kabar sezaman menjadi sumber utama yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan gambaran mengenai pemikiran beliau tentang hak pilih perempuan Indonesia. Sementara untuk memahami keadaan dan semangat zaman (zeitgeist) pada masa itu, penulis juga meneliti berbagai artikel majalah dan surat kabar sezaman yang membahas tentang keadaan sosial- Gambar 2. Maria Ullfah (tengah) mendampingi ayahnya (kanan) saat politik di Indonesia saat itu, terutama menghadiri sidang pembukaan parlemen yang berkaitan dengan perjuangan hak Belanda di Den Haag, September 1929. pilih perempuan Indonesia. Sumber: Anon 1929:20. Pengecekan silang berbagai sumber yang ada dilakukan untuk Pada bulan September 1929, Maria memastikan kredibilitas data yang Ullfah menjadi mahasiswa fakultas dimuat oleh masing-masing sumber. hukum Universitas Leiden, universitas

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 129 tertua dan terbaik di Belanda Kongres Perempuan Indonesia II (Rijksuniversiteit te Leiden 1930:167). menjadi debut Maria Ullfah dalam Ia lulus tepat waktu pada bulan Juni pergerakan perempuan Indonesia. 1933, menjadi perempuan Indonesia Sejak saat itu, ia aktif menyebarluaskan pertama yang menyandang gelar pengetahuannya kepada masyarakat, sarjana hukum (Anon 1933a:103). baik melalui tulisan maupun pidato. Ia juga menjadi satu dari dua Sebagai ahli hukum perempuan orang mahasiswa di angkatannya Indonesia yang pertama, Maria Ullfah yang dianugerahi Kanaka-Prijs, berada dalam posisi yang strategis penghargaan bergengsi yang hanya untuk membantu menumbuhkan diberikan kepada lulusan-lulusan kesadaran hukum perempuan Indonesia terbaik Universitas Leiden serta memberikan pemahaman yang (Rijksuniversiteit te Leiden 1934: lebih dalam terhadap ketentuan- 167-68). ketentuan hukum yang berlaku. Hal Maria Ullfah pulang ke Indonesia tersebut juga ia lakukan dalam pada bulan November 1933 kaitannya dengan hak pilih. (Anon 1933b:187) dan menetap di sejak pertengahan tahun 1934 2. Hak Pilih Pasif pada Masa (Rasid 1982:37). Status Maria Ullfah Kolonial sebagai ahli hukum perempuan Dewan-dewan perwakilan di Hindia Indonesia yang pertama membuatnya Belanda terdiri atas Volksraad cepat dikenal di kalangan tokoh-tokoh (Dewan Rakyat) pada tingkat nasional pergerakan. Ia pun diajak oleh Sri dan dewan-dewan perwakilan daerah. Mangunsarkoro untuk ikut serta dalam Di Pulau Jawa, dewan-dewan Kongres Perempuan Indonesia II yang perwakilan daerah terdiri atas diadakan pada bulan Juli 1935 Provincialeraad (Dewan Provinsi), di Jakarta (Subadio 1981:9). Regentschapsraad (D ew an Kabupaten), dan Gemeenteraad (Dewan Kota) (Centraal Kantoor voor de Statistiek 1941:540-42). Di luar Pulau Jawa, dewan-dewan perwakilan daerah terdiri atas Plaatselijkeraad (Dewan Lokal), Groepsgemeenschapsraad (Dewan Komunal), dan Gemeenteraad (Dewan Gambar 3. Maria Ullfah (berdiri paling Kota). Contoh Dewan Lokal adalah belakang, no. 7 dari kiri) bersama para Minahasaraad (Dewan Minahasa) dan peserta Kongres Perempuan Indonesia II di Ambonraad (Dewan Ambon), Jakarta, Juli 1935. Sumber: Anon 1935b:122. sedangkan contoh Dewan Komunal adalah Minangkabauraad (Dewan

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 130 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Minangkabau) dan Banjarraad (Dewan Ullfah diminta sebagai pembicaranya. Banjar) (Centraal Kantoor voor de Pertemuan tersebut tidak hanya dihadiri Statistiek 1941). oleh kaum perempuan Indonesia, Terdapat dua cara untuk menjadi namun juga oleh tokoh-tokoh seperti anggota dewan perwakilan. Yang Dr. Pijper, yang menjabat sebagai pertama melalui pemilihan (election), penasihat pemerintah kolonial (Anon sedangkan yang kedua melalui 1938b:2). pengangkatan (appointment). Dalam Maria Ullfah mengawali pidatonya pemilihan, untuk Regentschapsraad dengan membahas tentang hak pilih dan Gemeenteraad dilakukan perempuan di negara-negara Barat, pemilihan langsung (direct election) terutama Negeri Belanda yang berhasil oleh orang-orang yang memiliki hak mendapatkan hak pilih umum pada pilih aktif (Centraal Kantoor voor de tahun 1919. Dengan hak pilih umum, Statistiek 1941). Adapun untuk maka semua orang, baik laki-laki Volksraad dan Provincialeraad maupun perempuan, memiliki hak pilih dilakukan pemilihan tidak langsung aktif dan pasif (Santoso 1938a:7). (indirect election) oleh para anggota Maria Ullfah juga membahas Regentschapsraad dan Gemeenteraad tentang hak pilih perempuan di negara- (Centraal Kantoor voor de Statistiek negara yang memiliki banyak penduduk 1941). Muslim, seperti Turki dan India. Di negara-negara tersebut, kaum a. Perempuan Indonesia di perempuan juga telah memiliki hak Gemeenteraad pilih serta berpartisipasi aktif di dunia Hingga tahun 1937, hanya laki-laki politik (Santoso 1938b:6). yang memiliki hak untuk duduk sebagai Setelah membahas tentang hak anggota di semua dewan perwakilan pilih perempuan di luar negeri untuk daerah. Namun pada awal tahun 1938, memberikan gambaran umum, Maria pemerintah kolonial untuk pertama Ullfah memulai pembahasan tentang kalinya membuka keanggotaan hak pilih di Indonesia. Ia menyatakan Gemeenteraad untuk perempuan bahwa di Indonesia belum ada hak pilih (Anon 1938d). umum seperti di Negeri Belanda. Di Dalam rangka menyambut Indonesia, yang memiliki hak pilih pemilihan anggota Gemeenteraad hanya laki-laki, itupun dalam bentuk periode 1938-1942, beberapa organisasi hak pilih tidak umum karena hanya perempuan Indonesia memutuskan laki-laki yang memenuhi persyaratan untuk mengadakan pertemuan untuk yang dapat memiliki hak tersebut memberikan penerangan kepada kaum (Santoso 1938b). perempuan Indonesia tentang hak Mengenai hak pilih pasif di tersebut. Pertemuan diadakan pada Gemeenteraad yang baru saja tanggal 3 Juli 1938 di Jakarta dan Maria didapatkan oleh kaum perempuan,

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 131 Maria Ullfah menyambut baik hal … apabila peraturan yang bertalian tersebut. Menurutnya, sebagai anggota dengan hal itu sudah diubah, Gemeenteraad seorang perempuan perempuan di negeri ini akan mendapat baik hak [untuk] memilih dapat: maupun hak [untuk] dipilih bagi … memperhatikan kepentingan Gemeenteraad, maka dapatlah perempuan, misalnya memperluas perempuan beramai-ramai ikut kesempatan kerja dalam Gemeente berlomba dalam pemilihan. Hal yang bagi perempuan [dan] berdaya upaya demikian berarti kemenangan yang memperbanyak sekolah bagi gadis … lebih besar lagi, karena perempuan dan selain itu ia mendapat hak [untuk] laki-laki dalam pemilihan anggota- memilih lid-lid [anggota-anggota] anggota Gemeenteraad akan sama Provincialeraad dan Volksraad. benar haknya. (Santoso 1938b) (Santoso 1938b) Namun harapan Maria Ullfah tidak Namun meskipun perempuan hanya sampai di situ. Untuk dewan- telah memiliki hak pilih pasif di dewan perwakilan daerah lainnya yang Gemeenteraad, jalan untuk menembus masih tertutup bagi perempuan, ia dewan tersebut masih terjal selama hak menyatakan: pilih aktif belum didapatkan: Akan maju selangkah lagi jika Oleh karena perempuan hanya bagi kaum istri dibuka juga mempunyai hak [untuk] dipilih, pintunya [untuk] menjadi anggota bukan dia lah yang dapat menentukan Regentschapsraad d a n apakah dalam Gemeenteraad akan Provincialeraad. Jika pintu itu duduk seorang lid [anggota] telah dibuka, maka sepenuh-penuhnya perempuan atau tidak. Oleh karena hak kaum perempuan disamakan haknya [untuk] memilih hanya diberikan dengan kaum laki-laki. (Santoso kepada laki-laki, mereka lah yang 1938b) dapat menentukan apakah seorang Pada akhir pidatonya, Maria Ullfah perempuan akan terpilih atau tidak. Bagi perempuan, dalam hal ini tidak kembali memberikan dorongan kepada banyak yang dapat kita kerjakan selain kaum perempuan Indonesia untuk berseru kepada kaum laki-laki bahwa berjuang menembus dewan-dewan sekarang sudah tiba waktunya, bahkan perwakilan: amat perlu perempuan turut duduk juga dalam raad. (Santoso 1938b) Marilah kita meminta kepada saudara- saudara lelaki supaya pada tahun ini Maria Ullfah mengharapkan agar kaum perempuan dapat menjadi ketentuan hukum yang masih pincang anggota Gemeenteraad dan Volksraad. tersebut diubah, sehingga perempuan Karena [dengan] itu kita, kaum juga memiliki hak pilih aktif di perempuan akan diberi kesempatan untuk memperlihatkan kepada umum Gemeenteraad: bahwa kita, kaum perempuan dalam soal ini tak usah kalah pada kaum laki- laki. (Santoso 1938b)

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 132 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Surat kabar Pemandangan dalam Volksraad ialah rakyat negeri liputannya menyatakan bahwa pidato Belanda yang telah cukup 25 tahun Maria Ullfah “mendapat sambutan baik umurnya, penduduk Hindia Belanda, dan seterusnya. Kata “laki-laki” sekali dari kaum istri” (Anon 1938b). (mannelijk) tidak tertulis di dalamnya. Pidato tersebut merupakan pidato (Santoso 1938b) pertama yang membahas secara lengkap tentang hak pilih perempuan Oleh karena itu, kaum perempuan Indonesia serta disampaikan oleh telah memiliki hak pilih pasif di seorang perempuan Indonesia. Volksraad. Namun karena anggota Dalam pemilihan anggota Volksraad dipilih secara tidak langsung Gemeenteraad pada bulan Agustus oleh para anggota dewan perwakilan 1938, tiga orang perempuan Indonesia daerah, sedangkan hingga memasuki berhasil terpilih: Emma Poeradiredja tahun 1938 semua dewan tersebut di Bandung, Ny. Soenarjo hanya diisi oleh laki-laki, maka Mangoenpoespito di Semarang, dan kesempatan bagi perempuan untuk Ny. Soedirman di Surabaya dipilih sebagai anggota Volksraad (Anon 1938a:90). Meskipun begitu, sangat tipis. perempuan Indonesia belum berhasil Namun menurut Maria Ullfah, menembus puluhan Gemeenteraad kesempatan tersebut dapat diperbesar lainnya, termasuk Jakarta (Anon bila kaum perempuan menduduki kursi- 1938c:5). Kenyataan ini sejalan dengan kursi di Gemeenteraad, karena: pemikiran Maria Ullfah bahwa Bukankah lid-lid [anggota-anggota] perempuan Indonesia juga harus Provincialeraad dan Volksraad itu memiliki hak pilih aktif agar dapat dipilih oleh lid-lid Gemeenteraad dan menentukan nasibnya sendiri. Regentschapsraad? Hal itu bagi Provincialeraad tidak berfaedah b. Perempuan Indonesia di Volksraad sedikitpun, sebab yang boleh menjadi lid Provincialeraad hanya laki-laki. Dalam pidatonya tentang hak pilih Akan tetapi untuk memilih lid-lid perempuan Indonesia, Maria Ullfah Volksraad ada faedahnya, sebab menyatakan bahwa meskipun dewan- bukankah hak perempuan juga boleh dewan perwakilan daerah seperti menjadi lid Volksraad? Dalam Regentschapsraad dan Provincialeraad pemilihan lid-lid Volksraad, mungkin masih tertutup untuk perempuan, oleh lid-lid perempuan Gemeenteraad namun: itu dipilih kandidat perempuan pula. (Santoso 1938b) Batas itu tidak diadakan bagi Volksraad. Dalam susunan negeri Hindia Belanda (Wet op de Staatsinrichting van Ned. Indie) Pasal 55, dinyatakan bahwa yang boleh dipilih atau diangkat menjadi anggota

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 133 luas terlihat saat ia bukan hanya dicalonkan oleh organisasi-organisasi di Pulau Jawa seperti Isteri Indonesia (Anon 1939b:12), namun juga oleh organisasi-organisasi di luar Pulau Jawa seperti Serikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS). Mereka memutuskan untuk Gambar 4. Gedung Volksraad (kini Gedung memilih Maria Ullfah yang berasal dari Pancasila) di Jln. Pejambon, Jakarta. Sumber: Anon 1939g:6. Jawa dibandingkan kandidat-kandidat lainnya yang berasal dari Sumatra Selain melalui pemilihan, cara lain karena Maria Ullfah: untuk menjadi anggota Volksraad … dipandang [sebagai] seorang yang adalah melalui pengangkatan. Pada cukup pengetahuannya tentang tahun 1935, Ny. Razoux Schultz, Indonesia seumumnya. Cukup seorang perempuan golongan Belanda, pengertiannya [tentang keanggotaan menjadi anggota perempuan pertama di Volksraad] yang akan dijabatnya dan cukup pula dikenal orang namanya di Volksraad setelah diangkat oleh seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, Gubernur Jenderal (Anon 1935a:91). boleh diharapkan bahwa beliau itu Meskipun Ny. Razoux Schultz akan dipilih orang. (Anon 1939f:1-2) menyatakan bahwa dirinya mewakili semua perempuan di Hindia Belanda, Majalah perempuan Doenia Kita namun pandangan Ny. Razoux Schultz mengamini keputusan SKIS dengan dalam berbagai isu yang dibahas di menyatakan: Volksraad seringkali bertentangan … kami mengetahui benar bahwa dengan aspirasi perempuan Indonesia nyonya itu, terutama sebagai anggota (Anon 1937a:5). dari perkumpulan Isteri Indonesia, Kaum perempuan Indonesia tidak kurang mempunyai perhatian membutuhkan seorang perempuan kepada segala keadaan yang mengenai Indonesia untuk mewakili mereka di bangsa dan kaumnya, hingga beliau memang sudah pada tempatnya jika Volksraad. Oleh karena itu, menjelang duduk di dalam Volksraad. pemilihan anggota Volksraad Selanjutnya kami mengetahui dengan berikutnya pada tahun 1939, organisasi- tegas, bahwa di kota Betawi [Jakarta] organisasi perempuan Indonesia inipun banyak benar kaum ibu dari gencar mengampanyekan agar tanah Sumatra yang sangat menyetujui Gubernur Jenderal mengangkat seorang jika Ny. Mr. Maria Ullfah Santoso perempuan Indonesia untuk menjadi dapat menduduki kursi di Volksraad, karena mereka berpendapat bahwa anggota Volksraad. dalam lingkungan mereka sendiri Nama Maria Ullfah menjadi belum ada putri yang lebih layak kandidat terkuat di kalangan dikandidatkan daripada Ny. M.U. perempuan Indonesia. Dukungan yang

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 134 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Santoso untuk mewakili dengan jujur kaum ibu Indonesia di dalam Volksraad. (Anon 1939f)

Keoetamaan Isteri, sebuah organisasi perempuan yang juga berada di Sumatra, juga menyatakan dukungannya terhadap Maria Ullfah:

Kita tidak kekurangan kandidat untuk Gambar 5. Rapat protes yang diadakan di wakil kita di dalam Dewan Rakyat itu. Jakarta, Agustus 1939 karena tidak ada Kaum puteri kita sudah banyak satupun perempuan Indonesia yang diangkat bilangannya yang cerdas dan menjadi anggota Volksraad. Sumber: Anon 1939a:10-11. terkemuka dalam masyarakat, seperti Ny. Dt. Toemenggoeng, Ny. Emma Poeradiredja, Ny. Soedirman, Ny. Memasuki tahun 1941, dalam Soenarjo, Ny. Abdul Rachman, Ny. keadaan Hindia Belanda yang darurat Goenawan, dll. perang akibat Perang Dunia II, sudah Akan tetapi dengan tidak mengurangi ada dua orang perempuan golongan harga nyonya-nyonya tersebut di atas, Belanda di Volksraad, namun belum dalam hal perwakilan ini, suara kita ada satupun anggota dari kaum lebih tertarik kepada persoon Ny. Mr. Maria Ullfah, sebab menurut perempuan Indonesia. Oleh karena itu, pandangan kami, beliau lah yang Maria Ullfah kembali menegaskan paling cukup mempunyai syarat-syarat bahwa sudah saatnya perempuan untuk menjadi wakil kita di dalam Indonesia memiliki perwakilan di Volksraad. (Anon 1939d) Volksraad:

Sayangnya, keinginan kaum Jadi Ny. Neuyen-Hakker diangkat perempuan Indonesia untuk diwakili (benoemd) menjadi anggota Dewan oleh Maria Ullfah di Volksraad periode Rakyat untuk mewakili kaum 1939-1943 tidak terwujud karena tidak perempuan Belanda karena pekerjaannya di lapangan sosial dan ada satupun perempuan Indonesia yang Ny. Goudswaard-Knipscheer menjadi diangkat oleh Gubernur Jenderal (Anon anggota Dewan Rakyat untuk 1939g). Namun dukungan yang luas mewakili salah satu partai politik dari berbagai organisasi perempuan Belanda [yaitu] Vaderlandsche Club. Indonesia kepada Maria Ullfah Sudah terang bagi para pembaca, menunjukkan pengakuan dan apresiasi bahwa perempuan Belanda sudah mereka terhadap pemikiran dan cukup diwakili di Dewan Rakyat. kontribusi Maria Ullfah dalam Sekarang belum ada seorang perempuan Indonesia yang duduk di pergerakan perempuan Indonesia pada Dewan Rakyat. Kapankah perempuan umumnya maupun perjuangan hak pilih kita mempunyai wakil di Pejambon? perempuan Indonesia pada khususnya. (Santoso 1941e:5)

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 135 3. Hak Pilih Aktif pada Masa aktif di dewan-dewan tersebut Kolonial (Santoso 1941f:7-8). Hak pilih aktif di Hindia Belanda Kewenangan dewan-dewan per- merupakan suatu hak yang terbatas. wakilan kolonial maupun hak pilih Berbeda dengan hak pilih umum yang rakyat Indonesia yang sangat terbatas, memberikan hak pilih kepada semua menggerakkan beberapa tokoh orang tanpa persyaratan khusus, hak nasionalis untuk mendirikan Gabungan pilih aktif pada masa kolonial hanya Politik Indonesia (GAPI) pada tahun diberikan kepada mereka yang 1939. GAPI terdiri atas berbagai partai memenuhi persyaratan berupa tingkat dan organisasi di Indonesia serta pendidikan atau pendapatan tertentu. mengusung tuntutan “Indonesia Salah satu persyaratan yang terpenting Berparlemen”, yang meminta kepada adalah bahwa orang tersebut harus pemerintah kolonial agar didirikan dapat membaca dan menulis (melek parlemen Indonesia yang sejati dengan huruf) (Blackburn 2004a). kewenangan yang kuat (Anon Persyaratan melek huruf sangat 1939h:11). membatasi jumlah orang yang dapat Saat GAPI mengadakan Kongres memiliki hak pilih aktif, karena dari Rakyat Indonesia (KRI) pada bulan sekitar 60 juta orang Indonesia pada Desember 1939 di Jakarta untuk dekade 1930-an, yang melek huruf membicarakan “semua soal yang hanya 6,3% atau kurang dari 4 juta penting bagi masyarakat Indonesia”, orang (Centraal Kantoor voor de Maria Ullfah ikut hadir sebagai salah Statistiek 1935). Namun jumlah satu perwakilan Isteri Indonesia. Ia pemegang hak pilih aktif yang kecil menyatakan kekecewaannya karena masih lebih baik dibandingkan tidak hanya ada dua organisasi perempuan, ada sama sekali, karena paling tidak yaitu Isteri Indonesia dan Pasoendan orang-orang yang memiliki hak tersebut Isteri, yang ikut serta dalam Kongres dapat mewakili aspirasi kaumnya di tersebut (Santoso 1940:2). dewan-dewan perwakilan. Hal inilah yang diperjuangkan oleh kaum perempuan Indonesia, termasuk Maria Ullfah. a. Hak Pilih Perempuan dalam “Indonesia Berparlemen” Hingga akhir dekade 1930-an, hanya laki-laki yang memiliki hak pilih aktif di semua dewan perwakilan daerah. Gambar 6. Suasana Kongres Rakyat Sebaliknya, belum ada satupun Indonesia di Jakarta, Desember 1939. perempuan yang memiliki hak pilih Sumber: Anon 1939e:12.

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 136 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Kongres menyatakan bahwa Maria Ullfah mengkritik sikap mereka akan mengadakan aksi untuk pemerintah kolonial yang masih belum mencapai parlemen Indonesia yang mau memberikan hak pilih aktif kepada sejati, sejalan dengan tuntutan perempuan Indonesia, padahal Kongres “Indonesia Berparlemen” yang diusung Perempuan Indonesia III pada tahun oleh Gapi. Maria Ullfah menyatakan 1938 telah memperlihatkan bahwa dukungannya karena: kaum perempuan Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap hak Jika di tanah air kita ini diadakan parlemen yang tulen seperti di Negeri tersebut. Oleh karena itu, Maria Ullfah Belanda (Staten Generaal), ini berarti mengapresiasi sikap GAPI yang bahwa rakyat Indonesia, jadi juga kita menunjukkan dukungan terhadap hak kaum perempuan Indonesia, mendapat pilih perempuan Indonesia: hak pilih, baik hak untuk memilih (actief kiesrecht) maupun hak untuk … kami girang sekali bahwa Gapi dipilih (passief kiesrecht) dengan memperdengarkan dan memperhati- seluas-luasnya. Karena akan diadakan kan permintaan kami walaupun KPI hak pilih untuk rakyat Indonesia, tentu sendiri tidak termasuk dalam GAPI. saja beberapa putri Indonesia akan Memang itu sudah sebagaimana duduk dalam parlemen yang dicita- mestinya: Bukankah itu sudah menurut citakan oleh rakyat Indonesia pada aturan kerakyatan (democratisch waktu ini, dan kaum perempuan juga stelsel) dan bukankah kaum akan membicarakan soal-soal yang perempuan dan kaum laki-laki penting bagi masyarakat Indonesia. Indonesia senantiasa harus harga- (Santoso 1940). menghargai? (Santoso 1941i) Pada bulan Februari 1941, GAPI Menjelang Kongres Perempuan menyampaikan memorandum kepada Indonesia IV pada bulan Juli 1941 di pemerintah kolonial tentang susunan Semarang, Maria Ullfah menyatakan tata negara Indonesia yang diharapkan dukungannya terhadap isu parlemen oleh GAPI (Anon 1941c:4-5). Maria Indonesia yang akan dibicarakan dalam Ullfah menyatakan dukungannya Kongres tersebut: terhadap hak pilih umum yang Bahwa soal parlemen Indonesia juga termasuk di dalam memorandum akan dibicarakan dalam KPI IV, itu tersebut: sudah pada tempatnya, berhubung dengan memorandum GAPI yang Yang menarik hati kami, kaum telah diajukan … Soal ini bukan saja perempuan, ialah actief kiesrecht penting bagi kaum laki-laki, akan (hak memilih) harus diberikan kepada tetapi juga bagi kaum perempuan. para penduduk negeri ini, baik kepada Maka dari itu sudah semestinya, KPI kaum laki-laki maupun kepada kaum [selaku] badan yang tertinggi dalam perempuan. Di sini terlihat, bahwa pergerakan perempuan Indonesia, GAPI juga memperhatikan keinginan membicarakan soal parlemen itu. kami, perempuan Indonesia. (Santoso (Santoso 1941d:5) 1941i:2)

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 137 Partisipasi dan dukungan Maria Perempuan Indonesia III di Bandung? Ullfah dalam tuntutan “Indonesia Dan semua anggota KPI setuju, jika Berparlemen” menjadi contoh dari diadakan actief kiesrecht bagi kaum perempuan di negeri ini. kerja sama yang baik antara kaum laki- Kami di sini dapat memberi contoh laki dan perempuan Indonesia dalam lain, bahwa soal kiesrecht itu pada perjuangan untuk mencapai tujuan masa ini memang telah dipelajari oleh bersama. Hak pilih umum yang kaum perempuan Indonesia … Kaum dimasukkan ke dalam memorandum perempuan Minangkabau minta GAPI juga menunjukkan bahwa kaum supaya pintu Dewan Minangkabau laki-laki telah mengakui dan (Minangkabauraad) juga dibuka bagi perempuan dan permintaan itu sudah mendukung hak pilih perempuan diteruskan kepada Dewan Rakyat oleh Indonesia. wakil dari Minangkabau. Bukankah itu juga suatu bukti, bahwa di kalangan b. Hak Pilih Aktif Perempuan di perempuan kita soal hak pilih itu telah Gemeenteraad dipelajari dan dibicarakan dengan Hingga memasuki tahun 1941, sungguh-sungguh? (Santoso 1941i) pemerintah kolonial belum juga Dalam tulisan lainnya, Maria mengabulkan desakan kaum Ullfah menegaskan bahwa hak pilih perempuan Indonesia agar terdapat perempuan bukanlah hal yang asing perwakilan perempuan Indonesia di dalam hukum adat di Indonesia: Volksraad, maupun tuntutan “Indonesia Berparlemen” agar didirikan parlemen Menurut hukum adat Indonesia yang sejati. Kekecewaan Minangkabau, seorang mamak harus bermufakat terlebih dahulu dengan Maria Ullfah semakin besar saat perempuan dewasa jika mengadakan pemerintah kolonial berencana untuk tindakan yang penting. Di Pulau Jawa, memberikan hak pilih aktif di di beberapa tempat kepada kaum Gemeenteraad kepada perempuan perempuan diberikan hak untuk golongan Belanda, namun tidak kepada memilih kepala desa jika misalnya perempuan Indonesia (Santoso 1941i). mempunyai sebidang sawah, dan juga di Pulau Jawa kita telah mengalami Pemerintah kolonial berdalih ada kepala desa perempuan. Jadi bahwa kaum perempuan Indonesia menurut hukum adat kita, perempuan tidak memberikan perhatian terhadap berhak untuk bermufakat dengan kaum hak pilih dan tidak memandang perlu laki-laki tentang soal-soal yang hak tersebut. Hal ini ditampik oleh penting. (Santoso 1941f) Maria Ullfah: Dalam perayaan Hari Kartini pada Kami amat heran … bukankah soal bulan April 1941 di Jakarta, Maria hak pilih itu, baik hak memilih (actief Ullfah menyampaikan pidatonya kiesrecht) maupun hak dipilih (passief tentang kedudukan perempuan kiesrecht) telah dibicarakan dengan Indonesia serta kembali menyinggung panjang lebar pada Kongres tentang hak pilih perempuan Indonesia

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 138 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 yang belum juga diberikan oleh pemerintah kolonial mengajukan pemerintah kolonial. Pidato Maria rancangan ordonansi kepada Volksraad Ullfah tersebut dihentikan oleh untuk memberikan hak pilih aktif di dinas intelijen kolonial (Politieke Gemeenteraad kepada perempuan Inlichtingen Dienst atau PID) yang golongan Belanda, namun tidak kepada melarang topik tersebut karena “sudah perempuan Indonesia. Maria Ullfah, menginjak lapangan politik” (Anon yang saat itu menjabat sebagai Ketua 1941d:2). Isteri Indonesia, bergerak cepat dalam memobilisasi Kongres untuk meng- intervensi rancangan ordonansi tersebut:

… kita memandang perlu, soal [hak pilih aktif perempuan] itu dibicarakan pada Kongres, karena itu soal yang hangat dan penting. Walaupun usul- usul anggota KPI telah disiarkan, pada Gambar 7. Maria Ullfah (paling kanan atas) rapat KPI IV oleh wakil Isteri berpidato dalam perayaan Hari Kartini di Indonesia diminta kepada pimpinan Jakarta, April 1941. Para peserta (bawah) KPI IV supaya rancangan tersebut mendengarkan dengan seksama. dibicarakan dalam Kongres dan Sumber: Anon 1941d:2. supaya KPI IV mengambil mosi, Larangan tersebut tidak men- supaya juga kepada kaum perempuan Indonesia diberikan hak memilih itu. ciutkan semangat Maria Ullfah. Dalam Kongres menerima permintaan itu dan sebuah tulisannya, ia menegaskan rancangan ordonansi tersebut bahwa hak pilih aktif maupun pasif dibicarakan dengan panjang lebar .… merupakan hak dasar perempuan (Santoso 1941b:2-3) Indonesia:

Kita berpendapat bahwa kepada kaum ibu Indonesia sepatutnya harus diberikan hak pilih, baik hak memilih (actief kiesrecht) maupun hak dipilih (passief kiesrecht). Bukankah kita kaum perempuan, sebagai suatu golongan dari masyarakat, juga berhak atas itu? Kita bukan saja mempunyai kewajiban dalam masyarakat ini, akan tetapi juga hak-hak. (Santoso 1941h:1-2) Gambar 8. Maria Ullfah (paling kiri) saat Pada bulan Juli 1941, berdekatan menghadiri Kongres Perempuan Indonesia IV dengan waktu dimulainya Kongres di Semarang, Juli 1941. Perempuan Indonesia IV di Semarang, Sumber: Anon 1941b:3.

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 139 Sebagai hasil dari pembicaraan perempuan? Bukankah sekarang saat dalam Kongres Perempuan Indonesia yang paling tepat untuk memberikan IV, Kongres memutuskan untuk hak yang sama kepada semua perempuan, tanpa melihat golongan? mengirim mosi kepada Volksraad Hak istimewa untuk suatu golongan melalui Fraksi Nasional, yang tertentu sudah tidak sesuai lagi dengan beranggotakan tokoh-tokoh nasionalis masa sekarang ini [masa darurat seperti Muhammad Yamin. Mosi perang]. (Volksraad 1942:1215) tersebut menyatakan bahwa “hak memilih (actief kiesrecht) anggota Ny. Neuyen-Hakker juga mengutip Dewan Gemeente dari golongan tulisan Maria Ullfah yang menjabarkan Indonesia juga harus diberikan kepada usaha-usaha yang telah dilakukan oleh perempuan Indonesia” (Anon 1941b). kaum perempuan Indonesia untuk Rancangan ordonansi tentang hak mendapatkan hak pilih. Dengan pilih aktif perempuan di Gemeenteraad berbagai usaha yang telah dilakukan mulai dibicarakan dalam sidang tersebut, Ny. Neuyen-Hakker merasa Volksraad pada tanggal 4 September bahwa Maria Ullfah memang pantas 1941. Maria Ullfah turut hadir untuk untuk bertanya, “Apa lagi yang harus menonton sidang bersama kaum kami lakukan untuk menunjukkan perempuan Indonesia lainnya dari kepedulian kami?” (Volksraad 1942). tribun penonton (Santoso 1941c:1-3). Ny. Neuyen-Hakker bahkan Pembicara yang pertama adalah menyatakan bahwa perempuan Ny. Neuyen-Hakker, yang menyatakan golongan Belanda perlu mengambil bahwa walaupun ia merasa senang contoh dari kaum perempuan Indonesia bahwa perempuan golongan Belanda dalam hal perjuangan hak pilih. Bila akan diberikan hak pilih aktif di membandingkan antara jumlah Gemeenteraad, namun ia juga merasa perempuan Indonesia dengan kecewa karena hak tersebut tidak perempuan golongan Belanda yang diberikan kepada perempuan golongan hadir untuk menonton sidang Volksraad lainnya. Ny. Neuyen-Hakker meng- pada hari itu, juga terlihat bahwa gambarkan kekecewaan kaum perhatian kaum perempuan Indonesia perempuan Indonesia dengan mengutip terhadap hak pilih tampak lebih besar tulisan Maria Ullfah dalam sebuah surat dibandingkan perempuan golongan kabar berbahasa Belanda: Belanda (Anon 1941e:1). Pembicara selanjutnya, Mengapa hanya untuk perempuan Muhammad Yamin dari Fraksi golongan Belanda? Bukankah kami Nasional, juga menyatakan dukungan- [kaum perempuan Indonesia] telah nya terhadap hak pilih aktif perempuan menunjukkan perhatian yang besar terhadap hak pilih perempuan? Indonesia di Gemeenteraad. Bukti Bukankah kami telah selalu berusaha nyata dari perhatian yang besar untuk mendapatkan hak pilih aktif bagi terhadap hak tersebut adalah mosi

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 140 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Kongres Perempuan Indonesia IV yang telah disampaikan kepada Volksraad. Yamin mengakui kepemimpinan Maria Ullfah dalam Kongres tersebut, serta menyebut Maria Ullfah sebagai “ahli hukum Indonesia yang handal, yang telah menyelesaikan pendidikan Gambar 9. Maria Ullfah (duduk no. 4 dari kanan) saat menghadiri sidang Volksraad Leiden” (Volksraad 1942). pada tanggal 10 September 1941. Anggota-anggota Volksraad Sumber: Anon 1941f:15. lainnya seperti Otto Iskandar Dinata, Samsoedin, dan juga Saat kaum perempuan Indonesia menyatakan dukungannya terhadap hak masih menunggu keputusan pemerintah pilih aktif perempuan Indonesia di kolonial terhadap amandemen Gemeenteraad. Mereka menggunakan Volksraad, surat kabar Bataviaasch mosi Kongres Perempuan Indonesia IV Nieuwsblad pada tanggal 13 September untuk menunjukkan bahwa kaum 1941 memuat tulisan seorang jurnalis perempuan Indonesia memang ingin perempuan golongan Belanda bernama dan siap memiliki hak pilih aktif di Helen yang menyatakan bahwa ia tidak Gemeenteraad. Dari semua anggota setuju bila hak pilih aktif diberikan Volksraad, hanya tiga orang yang kepada perempuan Indonesia. menyatakan penolakan terhadap hak Menurutnya, hanya perempuan yang tersebut (Volksraad 1942). termasuk ke dalam “kaum ekstrimis” Pembahasan tentang hak pilih yang diuntungkan bila hak tersebut aktif perempuan di Gemeenteraad dimiliki oleh perempuan Indonesia dilanjutkan pada tanggal 9 dan 10 (Helen 1941:10). September 1941, yang juga dihadiri Maria Ullfah tidak tinggal diam. oleh Maria Ullfah (Santoso 1941c). Ia menulis surat untuk Helen, yang Dalam sidang yang terakhir, Volksraad dimuat dalam surat kabar yang sama sepakat untuk mengajukan amandemen pada tanggal 17 September 1941. Maria terhadap rancangan ordonansi Ullfah menyindir tulisan Helen tentang pemerintah kolonial. Amandemen “kaum ekstrimis”: tersebut memberikan hak pilih aktif di [Menurut Helen] … semua perempuan Gemeenteraad kepada perempuan dari Indonesia yang mengerahkan seluruh semua golongan, jadi termasuk tenaganya untuk memperbaiki nasib perempuan Indonesia (Volksraad kaumnya, termasuk ke dalam “kaum 1942). Sekarang tinggal menunggu ekstrimis”. Segala usaha kami untuk apakah pemerintah kolonial menyetujui berkontribusi dalam pemberantasan amandemen tersebut atau tidak. buta huruf merupakan tindakan ekstrimis. Segala usaha kami untuk mendirikan layanan konsultasi bagi

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 141 perempuan dan anak-anak merupakan pemilihan Gemeenteraad. Berdasarkan tindakan ekstrimis. Segala usaha kami ordonansi tersebut, maka semua untuk meningkatkan kemampuan perempuan yang memenuhi persyaratan ekonomi perempuan, mendirikan dapat mendaftarkan dirinya sebagai sekolah-sekolah, dan lain-lain, semuanya merupakan tindakan pemilih dalam pemilihan anggota ekstrimis. Gemeenteraad (Santoso 1941g:2-4). Helen ini tidak memahami, atau tidak Setelah hak pilih aktif di ingin memahami, bahwa semua yang Gemeenteraad resmi dimiliki oleh kami lakukan ini berkaitan dengan perempuan Indonesia, Maria Ullfah cita-cita luhur perempuan Indonesia, menyatakan harapannya agar “mudah- bahwa kami setiap hari harus mudahan hak memilih yang baru menghadapi permasalahan- permasalahan ini, dan sekarang kami diberikan kepada kita akan berfaedah tidak sabar menunggu keputusan dan berhasil bagi rakyat kita umumnya pemerintah tentang apakah kami akan dan bagi perempuan Indonesia memiliki kesempatan untuk khususnya”. Ia mengajak kaum menyampaikan aspirasi kami di perempuan Indonesia untuk dewan-dewan perwakilan. Kami menggunakan hak tersebut serta berpegang teguh bahwa yang paling membangun kerja sama yang baik memahami aspirasi kami adalah perempuan Indonesia itu sendiri. dengan kaum laki-laki Indonesia: (Santoso 1941a:6) Kaum perempuan Indonesia yang insaf Maria Ullfah menyatakan bahwa dan sadar, tidak boleh tinggal diam saja di rumahnya. Seperti diterangkan tulisan Helen bukan hanya memiliki dalam maklumat KPI IV, kita argumen yang lemah, namun juga sepatutnya jangan mengabaikan hak “berpikiran sempit” dan merendahkan memilih itu … kita bersama-sama kaum perempuan Indonesia. Selain itu, harus bekerja untuk nusa dan bangsa. Maria Ullfah melayangkan sindiran Kaum ibu dan kaum bapak harus bahwa ia tidak keberatan dicap sebagai memikirkan soal ini dengan benar- “kaum ekstrimis” bila ia juga benar, supaya nanti pada tahun 1942 pada waktu ada pemilihan anggota- diperbolehkan untuk mengecap sikap anggota Dewan Gemeente, ada Helen sebagai “mentalitas kolonial” samenwerking [kerja sama] yang (Santoso 1941a). sebaik-baiknya antara kaum ibu dan Untungnya, perdebatan tidak perlu kaum bapak. (Santoso 1941c) berlanjut karena pada tanggal Dalam tulisan lainnya, Maria 20 September 1941 pemerintah Ullfah menjabarkan pasal-pasal kolonial akhirnya menyetujui ordonansi yang perlu diperhatikan dan amandemen Volksraad. Amandemen dipahami oleh kaum perempuan tersebut dimasukkan ke dalam Indonesia bila ingin mendaftarkan diri Staatsblad van Nederlandsch-Indie sebagai pemilih dalam pemilihan 1941 No. 451 tentang ordonansi anggota Gemeenteraad. Ia kembali

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 142 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 mendorong kaum perempuan Indonesia dalam berbagai kesempatan, baik untuk menggunakan hak tersebut: melalui tulisan maupun pidato. Ia melihat bahwa hak pilih merupakan Karena [pada] tahun 1942 buat pertama kalinya kita, kaum perempuan suatu hak yang harus dimiliki oleh Indonesia, boleh memilih anggota- setiap golongan masyarakat, termasuk anggota Dewan Gemeente, maka kita, kaum perempuannya. Apabila kaum yang telah lama mempelajari hak pilih perempuan di negara-negara lain telah itu pada kongres-kongres kita memiliki hak pilih serta berpartisipasi (Kongres Perempuan Indonesia) dan aktif di dunia politik, maka kaum juga sudah lama meminta hak pilih perempuan Indonesia juga patut dengan seluas-luasnya bagi perempuan Indonesia, wajib memakai hak memperjuangkan hak tersebut. memilih (actief kiesrecht) itu dan Maria Ullfah melihat bahwa memperlihatkan kepada umum perempuan Indonesia memerlukan hak [tentang] kegiatannya perempuan pilih pasif agar mereka dapat duduk di Indonesia dalam hal ini. dewan-dewan perwakilan untuk Sudah lama kita meminta hak pilih itu menyampaikan aspirasi perempuan dan sekarang telah diberikan kepada Indonesia secara langsung kepada kita oleh pemerintah. Maka dari itu kita tidak boleh tinggal diam, akan pemerintah, serta memperjuangkan tetapi harus ikut memilih anggota- kepentingan perempuan Indonesia anggota Dewan Gemeente bangsa kita. dalam berbagai bidang. Sedangkan (Santoso 1941g) Maria Ullfah melihat bahwa perempuan Indonesia memerlukan hak Pemilihan anggota Gemeenteraad pilih aktif agar mereka dapat yang seharusnya diadakan pada menentukan nasibnya sendiri serta pertengahan tahun 1942 tidak pernah memilih wakil-wakilnya sendiri tanpa terlaksana karena Hindia Belanda telah harus bergantung pada orang lain. jatuh ke tangan Jepang pada bulan Pengaruh pemikiran Maria Ullfah Maret 1942. Meskipun begitu, hak pilih tentang pentingnya keterwakilan pasif dan aktif yang telah dimiliki oleh perempuan Indonesia di dewan- perempuan Indonesia di Gemeenteraad dewan perwakilan terlihat saat menjadi bukti bahwa hak pilih kaum perempuan Indonesia aktif perempuan Indonesia telah diakui, mengampanyekan agar pemerintah serta membuka jalan menuju hak pilih kolonial mengangkat seorang umum pada masa kemerdekaan perempuan Indonesia untuk menjadi (Blackburn 2004a). anggota Volksraad. Munculnya nama Maria Ullfah sebagai kandidat terkuat D. SIMPULAN untuk mewakili kaum perempuan Melalui penelitian ini, dapat diketahui Indonesia di dewan tersebut menjadi bahwa Maria Ullfah aktif mengampa- bukti bahwa kaum perempuan nyekan hak pilih perempuan Indonesia

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 143 Indonesia mengakui kontribusi Maria majalah-majalah perempuan dan Ullfah. rubrik-rubrik perempuan dalam surat Mosi Kongres Perempuan kabar. Sumber-sumber ini perlu digali Indonesia IV tentang hak pilih aktif lebih jauh terutama dalam penulisan perempuan Indonesia di Gemeenteraad sejarah perempuan, agar “suara” tidak akan terwujud tanpa inisiatif dan kaum perempuan dalam historiografi dorongan dari Maria Ullfah. Pengaruh Indonesia, yang hingga saat ini masih pemikiran Maria Ullfah juga terlihat sangat male-oriented, dapat lebih dalam sidang Volksraad, saat anggota- terdengar. anggota seperti Ny. Neuyen-Hakker dan M. Yamin mengutip tulisan maupun F. UCAPAN TERIMA KASIH menyinggung kontribusi Maria Ullfah Penulis mengucapkan terima kasih sebagai bagian penting dari kepada Departemen Sejarah Fakultas argumentasi mereka bahwa kaum Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas perempuan Indonesia telah siap dan Indonesia (FIB UI), tempat penulis mampu untuk memiliki hak pilih aktif. menjalani pendidikan S2 Ilmu Sejarah. Penelitian ini menunjukkan bahwa Penulis juga mengucapkan terima kasih hak pilih perempuan Indonesia bukan kepada segenap tim layanan di merupakan suatu hak yang didapatkan Perpustakaan Nasional Republik begitu saja, melainkan harus Indonesia, tempat penulis mendapatkan diperjuangkan dengan segenap tenaga. sebagian besar sumber primer yang Pemahaman terhadap perjuangan diperlukan untuk penelitian ini. tersebut, terutama melalui pemikiran Maria Ullfah Santoso sebagai salah satu DAFTAR SUMBER tokoh sentralnya, diharapkan dapat Anon. 1929. “De Opening Der Staten- meningkatkan apresiasi terhadap hak Generaal.” Arnhemsche Courant, pilih umum yang dimiliki oleh kaum September, 20. perempuan Indonesia masa kini. Hak tersebut patut digunakan dengan Anon. 1933a. “Jang Pertama.” sebaik-baiknya untuk kepentingan Pedoman Isteri, Juni, 103. bangsa dan negara pada umumnya, Anon. 1933b. “Onze Eerste Mr. in de maupun kepentingan perempuan Rechten!” Pedoman Isteri, Indonesia pada khususnya. November, 187. Anon. 1935a. “Kaoem Isteri Dalam E. REKOMENDASI Volksraad.” Pedoman Isteri, Mei, Melalui penelitian ini, penulis 91. merekomendasikan penggunaan sumber-sumber sejarah yang Anon. 1935b. “Kongres Perempoean menempatkan perspektif perempuan Indonesia Jang Ke-2.” Pedoman sebagai fokus utamanya, seperti Isteri, Juli, 120–22.

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 144 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Anon. 1937a. “Ngawoer.” Anon. 1939g. “Pinta Beloem Terkaboel, Pemandangan, Juli, 5. Kehendak Beloem Berlakoe.” Anon. 1937b. “Wakil Kita Di Keoetamaan Isteri, Juli, 5–6. Pedjambon.” Pemandangan, Juli, Anon. 1939h. “Seroean Gaboengan 5. Politiek Indonesia.” Keoetamaan Anon. 1938a. “Kaoem Isteri Dalam Isteri, Oktober, 11. Gemeenteraad.” Pedoman Isteri, Anon. 1941a. “Bersi…ap! Ke Agustus, 90. Kongres… KPI!” Keoetamaan Anon. 1938b. “Perempoean Dalam Isteri, Juni, 6–7. Raad-Raad.” Pemandangan, Juli, Anon. 1941b. “Hasil Kongres 2. Perempoean Indonesia IV.” Doenia Anon. 1938c. “Pintjang.” Kita, Agustus, 3–4. Pemandangan, Agustus, 5. Anon. 1941c. “Memorandum GAPI Anon. 1938d. Staatsblad van Tentang Soesoenan Tata Negara Nederlandsch-Indie 1938 No. 88. Indonesia.” Pembangoen, Februari, 4–5. Anon. 1939a. “Amat Sedih Tidak Masoek Ke Volksraad.” Anon. 1941d. “Peringatan R.A. Pembangoen, Agustus, 10–11. Kartini.” Pemandangan, April, 2. Anon. 1939b. “Andjoeran Pengoeroes Anon. 1941e. “Tegenstelling.” De Besar Isteri Indonesia.” Isteri Indische Courant, September, 1. Indonesia, Maret, 12. Blackburn, Susan. 1999. “Winning the Anon. 1939c. “De Regent van Vote for .” Koeningan.” Bataviaasch Australian Feminist Studies Nieuwsblad, Agustus, 8. 14(29):207–18. Anon. 1939d. “Kaoem Poeteri Kita Ke . 2004a. “Women’s Suffrage Volksraad.” Keoetamaan Isteri, and Democracy in Indonesia.” Februari, 7–8. Hlm. 79–105 dalam Women’s Suffrage in Asia: Gender, Anon. 1939e. “Kongres Rakjat Nationalism and Democracy, Indonesia Ke-1.” Pembangoen, disunting oleh L. Edwards and M. Desember. Roces. London: Routledge Curzon. Anon. 1939f. “Njonja Mr. Maria . 2004b. Women and the State Ullfah Santoso Dan Kaoem Iboe in Modern Indonesia. Cambridge: Soematera.” Doenia Kita, Februari, Cambridge University Press. 1–2. . 2010. “Feminism and the Women’s Movement in the World’s

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Pemikiran Maria Ulfah Santoso tentang Hak Pilih (Laksmita Hestirani) 145 Largest Islamic Nation.” Hlm. 21- Pertama. : Perikatan 33 dalam Women’s Movements Perempoean Indonesia. in Asia: Feminisms and Kongres Wanita Indonesia. 1986. Transnational Activism, disunting Sejarah Setengah Abad Kesatuan oleh M. Roces and L. Edwards. Pergerakan Wanita Indonesia. Abingdon: Routledge. Jakarta: Balai Pustaka. Centraal Kantoor voor de Statistiek. Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu 1935. Indisch Verslag 1935: II. Sejarah. Yogyakarta: Bentang. Statistisch Jaaroverzicht van Nederlandsch-Indie over het Jaar Locher-Scholten, Elsbeth. 1999. “The 1934. Jakarta: Landsdrukkerij. Colonial Heritage of Human Rights in Indonesia: The Case of the Vote Centraal Kantoor voor de Statistiek. for Women, 1916-1941.” Journal 1941. Indisch Verslag 1941: II. of Southeast Asian Studies Statistisch Jaaroverzicht van 30(1):54–73. Nederlandsch-Indie over het Jaar 1940. Jakarta: Landsdrukkerij. Locher-Scholten, Elsbeth. 2000. Women and the Colonial State: Gordon, Peter. 2012. Diunduh Essays on Gender and Modernity Desember, 2019 (https:// in the Netherlands Indies, 1900- ces.fas.harvard.edu/uploads/files/ 1942. Amsterdam: Amsterdam Reports-Articles/What-is- University Press. Intellectual-History-Essay-by- Peter-Gordon.pdf). Martyn, Elizabeth. 2005. The Women’s Movement in Post-Colonial Helen. 1941. “Vrouwen Gaan over Indonesia: Gender and Nation in de Tong: De Discussies in a New Democracy. Abingdon: Den Volksraad.” Bataviaasch Routledge Curzon. Nieuwsblad, September, 10. Rasid, Gadis. 1982. Maria Ullfah Indonesia. 1945. Undang-Undang Subadio: Pembela Kaumnya. Dasar Republik Indonesia Tahun Jakarta: Bulan Bintang. 1945. Rijksuniversiteit te Leiden. 1930. Indonesia. 2017. Undang-Undang Jaarboek Der Rijksuniversiteit Te Republik Indonesia No. 7 Tahun Leiden 1930. Leiden: SC van 2017 Tentang Pemilihan Umum. Doesburgh. Jayawardena, Kumari. 2016. Feminism Rijksuniversiteit te Leiden. 1934. and Nationalism in the Third Jaarboek Der Rijksuniversiteit Te World. London: Verso. Leiden 1934. Leiden: SC van Kongres Perempoean Indonesia. Doesburgh. 1928. Congresnummer Congres Perempoean Indonesia Jang DOI: 10.33652/handep.v3i2.104 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 146 Vol. 3, No. 2, Juni 2020, hlm. 123-146 Santoso, Maria Ullfah. 1938a. “Kaoem Santoso, Maria Ullfah. 1941h. “Soal Iboe Dalam Badan-Badan Hak Pilih.” Isteri Indonesia, Perwakilan (I).” Pemandangan, Agustus, 1-4. Juli, 7. Santoso, Maria Ullfah. 1941i. “Soal Santoso, Maria Ullfah. 1938b. “Kaoem Hak Pilih dan Memorandum Gapi.” Iboe Dalam Badan-Badan Pemandangan, Februari, 2. Perwakilan (II).” Pemandangan, Subadio, Maria Ullfah. 1981. Juli, 6. Perjuangan Untuk Mencapai Santoso, Maria Ullfah. 1940. “Sedikit Undang-Undang Perkawinan. Tentang Kongres Rakjat Jakarta: Yayasan Idayu. Indonesia.” Isteri Indonesia, Volksraad. 1942. Handelingen van Den Januari, 2. Volksraad: Zittingsjaar 1941-1942. Santoso, Maria Ullfah. 1941a. “Aan Vreede-De Stuers, Cora. 2017. Sejarah Helen!” Bataviaasch Nieuwsblad, Perempuan Indonesia: Gerakan September, 6. dan Pencapaian. Depok: Santoso, Maria Ullfah. 1941b. “Dari Komunitas Bambu. Tanggal 1 Sjawal 1359 Sampai 1 Wieringa, Saskia. 2002. Sexual Politics Sjawal 1360.” Isteri Indonesia, in Indonesia. New York, NY: Oktober, 2–3. Palgrave Macmillan. Santoso, Maria Ullfah. 1941c. “Hak Yayasan Kawedri. 1992. Dari Sekolah Pilih Bagi Perempoean.” Isteri KW III Ke Yayasan Kawedri. Indonesia, September, 1–3. Jakarta: Sinar Agape. Santoso, Maria Ullfah. 1941d. Young, Brian. 2006. “Introduction.” “Kongres Perempoean Indonesia Hlm. 1–7 dalam Palgrave IV.” Pemandangan, April, 5. Advances in Intellectual History, Santoso, Maria Ullfah. 1941e. disunting oleh R. Whatmore and B. “Perempoean Dalam Dewan Young. New York, NY: Palgrave Rakjat.” Pemandangan, Januari, 5. Macmillan. Santoso, Maria Ullfah. 1941f. “Perempoean Dan Dewan2.” Keoetamaan Isteri, April, 7–8. Santoso, Maria Ullfah. 1941g. “Sjarat- Sjarat Oentoek Mendjadi Kiezer Pada Pemilihan Anggauta- Anggauta Dewan Gemeente.” Isteri Indonesia, November, 2-4.

DOI: 10.33652/handep.v3i2.104