Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung “Margo Wening” di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung

Vinna Primakusuma Dewi [email protected]

Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga

Abstract

Inter-religious tolerance in modern times is very good and has been proven in the village Balonggarut Krembung District of Sidoarjo. In the village where there is new Balonggarut temple located in the township that the majority of the villagers are Muslims. Pura Penataran "Margo Wening" is a temple founded by a native to Hindus for worship of Hindus in the village Balonggarut, originally Hindus in the village of Balonggarut worship from house to house other Hindus. This research explains how the building functions Penataran "Margo Wening" related to the concept of Hindu architecture. Because every building temple in has a different architectural forms. The method used in the form of field research using qualitative methods to collect data through observation, interviews, and documentation. Bronislaw K. Malinowski functional theory was used to analyze the data obtained from the research. The conclusion of the research results obtained show that every building architecture in Indonesia certainly has the function of each building.

Keywords: Pura, function, building

Abstrak

Toleransi antar umat beragama pada jaman modern ini sangatlah baik dan telah terbukti di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Dimana di Desa Balonggarut disana terdapat Pura yang berada di dalam perkampungan yang mayoritas penduduk Desa beragama Islam. Pura Penataran Agung “Margo Wening” merupakan Pura yang didirikan oleh untuk umat Hindu asli Jawa untuk ibadah umat Hindu di Desa Balonggarut, semula umat Hindu di Desa Balonggarut beribadah dari rumah ke rumah umat Hindu lainnya. Penelitian ini menjelaskan bagaimana fungsi bangunan Pura Penataran Agung “Margo Wening” yang berkaitan dengan konsep arsitektur Hindu. Karena setiap bangunan Pura di Indonesia memiliki bentuk arsitektur yang berbeda- beda. Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian lapangan yang menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori fungsional Bronislaw K. Malinowski digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa setiap arsitektur bangunan di Indonesia pasti memiliki fungsi dari setiap bangunannya.

Kata Kunci: Pura, fungsi, bangunan

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 260

Pendahuluan kebudayaan: Negara Indonesia adalah “keseluruhan sistem Negara yang mempunyai berbagai gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka macam suku bangsa, dari berbagai kehidupan masyarakat yang macam suku bangsa tersebut dijadikan milik diri manusia dengan belajar didalamnya terdapat unsur- unsur “(Koentjaraningrat, 1980). kebudayaan yang tidak sama Berbagai konsep-konsep diantaranya adalah bahasa, sistem tentang kebudayaan telah banyak pengetahuan, organisasi sosial, dikemukakan oleh para antropologi, sistem peralatan hidup dan teknologi, dan dari konsep yang telah di sistem mata pencaharian, sistem deskripsikan oleh Koentjaraningrat religi, dan kesenian. Dari bermacam- ini berbeda dengan apa yang telah macam kebudayaan di Indonesia ini didefinisikan oleh Bronislaw Negara Indonesia disebut dengan Malinowski, sedangkan menurut Negara multikultural, dan dari Bronislaw Malinowski kebudayaan perbedaan yang dimiliki oleh dari sebenarnya memuaskan suatu setiap suku tersebut yang menjadi rangkain kebutuhan naluri manusia tanda masing- masing bagi setiap yang berhubungan dengan suku yang ada di Indonesia. kehidupannya. Kebutuhan itu Dari adanya berbagai macam meliputi kebutuhan primer (biologis) bentuk kebudayaan dari setiap suku, maupun kebutuhan sekunder bahwa kebudayaan yang mereka (psikologis), kebutuhan yang peroleh melalui suatu pengetahuan mendasar yang muncul dari yang dijadikan sistem belajar oleh kebutuhan itu sendiri. manusia itu sendiri, bahkan dalam Kebudayaan sebagai bentuk tindakan kajian Ilmu Antropologi bahwa suatu dan proses belajar manusia, dan unsur kebudayaan ini adalah suatu suatu wujud dari hasil karya manusia macam tindakan untuk analisa adalah suatu bentuk kebudayaan penelitian. Seperti gagasan yang juga. Seperti wujud bangunan yang dikemukakan oleh ahli antropologi terdapat di daerah-daerah, bentuk yaitu Koentjaraningrat tentang pembangunannya dari mulai ukiran,

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 261 pola bangunan, bentuk tata letak, yang terukir dari setiap bagian fungsi bangunan dan hiasan-hiasan bangunan yang mereka dirikan. ini adalah bentuk dari hasil karya Seperti pada bangunan yang terdapat manusia yang bisa disebut cipta, di daerah Krembung ini adalah rasa, karya, dan karsa adalah proses bangunan Pura Penataran Agung dari kebudayaan yang ada. Dalam “Margo Wening”, dalam bangunan karya yang berbentuk bangunan ini Pura ini setiap bagian yang berupa adalah suatu bentuk arsitektur dari pola bagian bangunan dan tata letak dalam diri manusia itu sendiri yang ukiran yang ada di dalam Pura ini menjadi nilai dalam masyarakat yang memiliki fungsi di dalam kehidupan menjadi cerminan dalam kebudayaan masyarakat Hindhu yang ada di sana. masyarakat itu sendiri. Fungsi di setiap bagian yang berada Antropologi Arsitektur adalah di Pura tersebut adalah bukti dari kajian yang mendeskripsikan tentang kepercayaan dan kesunguhan umat suatu bangunan itu memiliki nilai Hindhu kepada tuhan mereka yang dan fungsi tertentu dalam setiap pola diwujudkan dalam bentuk bangunan yang ada dalam bangunan yang ber- Pura ini. sangkutan, menurut Y.B Mangun- Pada bangunan Pura Pena- wijaya (1988) arsitektur adalah ba- taran Agung “Margo Wening” ini ngunan yang membentuk dan untuk yang memiliki fungsi pada setiap mewadahi kehidupan manusia, ba- bagian bangunannya adalah arti ngunan arsitektur tidak hanya dari tertentu dari perwujudan manusia wujudnya saja tetapi pada jiwa yang dan tuhannya, selain itu Pura membentuk sikap budaya dari yang dibangun dengan adanya ungkapan membangun dan tidak jauh dari sesuatu yang bertujuan ibadah dan sistem guna dan citra. Arsitektur juga untuk penyatuan manusia dan bangunan yang dibangun oleh tuhannya lewat bangunan yang manusia ini tidak hanya sekedar memiliki arti. Yang mana dalam pembangunan saja tetapi dari kajian ini peneliti menfokuskan bangunan yang mereka dirikan penelitian ini karena jarangnya fokus memiliki suatu makna atau simbol penelitian yang membahas mengenai

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 262 fungsi bangunan dari bagian Pura lainnya. Pola interaksi dalam Penataran “Margo Wening” ini, masyarakat karena proses adaptasi selain itu Pura yang terletak di dan juga dalam bentuk adaptasi baik daerah Kecamatan Krembung ini terhadap individu lain maupun adalah Pura yang didalam dengan bangunan yang ada di kebudayaannya masih tertanam dan sekitarnya. menggunakan percampuran dari adat Dari adanya pura tersebut di dalam masyarakat lainnya yaitu mendatangkan dua kebudayaan yang Jawa dan Hindu salah satunya dalam saling memahami satu sama lain, acara sembahyang yang dilakukan yaitu kebudayaan suku bangsa Bali umat hindu, mereka masih yang mana bahwa sekelompok menggunakan adat istiadat baik dari masyarakat yang saling terikat akan masyarakat Jawa maupun kesatuan kebudayaan, dan agama masyarakat Bali. Dari percampuran Hindu yang terintegrasi adanya budaya di pura ini mereka kedalam kebudayaan Bali ini sangat memahami bahwa dalam suatu merasakan memperkuat unsur bentuk keseragaman budaya kita kesatuan. Sedangkan dalam harus bisa saling menghargai budaya kebudayaan masyarakat Jawa sendiri satu dengan yang lainnya, karena dimana masyarakat ini adalah dari wujud budaya itulah yang akan masyarakat yang sistem menjadi suatu proses interaksi, dan kemasyarakatannya yang mana juga pada masyarakat daerah Desa masih saling adanya sedikit Balonggarut Kecamatan Krembung pembedaan, dan didalam masyarakat ini, bahwa masyarakat yang memiliki Jawa sendiri juga adanya sistem adat Jawa itu minoritas di sana , dan penggolongan dalam masyarakatnya adat istiadat dari masyarakat Bali yang menimbulkan adanya hak dan sebagai mayoritas. Interaksi bisa kewajiban. Meskipun memiliki dideskripsikan sebagai suatu proses penggolongan dan pembedaan dalam yang berkaitan dengan adanya pola kemasyarakat mereka, tetapi mereka untuk saling menyamakan dan saling juga adalah masyarakat yang saling memahami antara satu dengan yang menghargai perbedaan manusia dan

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 263 juga menghargai adanya hak dan memiliki fungsi di dalam setiap kewajiban dari masyarakat dan suku bangunannya dan juga membawa ke lain. Adanya dua perpaduan antara dalam suatu arti, antara lain adalah kebudayaan Jawa dan kebudayaan dalam penempatan mandalanya atau Hindu bisa terlihat pada wujud biasanya disebut dengan bangunan yang berdiri di daerah Djabe(Djobo), dalam mandala ini Kabupaten Sidoarjo salah satunya di dimana untuk masuk kedalam pura daerah Kecamatan Krembung yaitu “Margo Wening” ini harus dalam Pura penataran Agung “ Margo keadaan suci dan tidak mengalami Wening ”. rasa sedih ataupun dalam keadaan Proses kebudayaan yang ada berduka, karena pura ini adalah di masyarakat tidak hanya terwujud sebagai tempat ibadah dan tempat dari aturan-aturan ataupun hukum- yang dianggap suci, dalam bangunan hukum yang ada pada suatu daerah, Nista Mandala adalah suatu tempat tetapi kebudayaan juga bisa yang hanya bisa dilewati untuk orang dihasilkan dari suatu bangunan yang yang sedang cunthake (sedang tidak memiliki nilai arsitektur yang baik, suci badannya) atau Djabe luar, karena bentuk arsitektur adalah mereka tidak boleh masuk kedalam dimana suatu proses dan bentuk Mandala Madya, karena pada interaksi antara kebudayaan manusia Mandala Madya ini sudah dianggap dengan alam, dan bangunan adalah tempat yang dalam zona suci. Dan suatu hasil yang di produksi manusia Mandala Madya atau Djabe tengah didalam pandangannya untuk biasanya tempat yang digunakan pengabdian. Makna dari setiap untuk melakukan acara pertunjukan bangunan memiliki arti masing- kesenian atau musik- musik kesenian masing dari cara yang di artikan di dalam Pura tersebut, sedangkan masyarakat itu sendiri, sama halnya Mandala Utama atau Djabe Jeron Pura penataran agung Margo Wening yang biasanya digunakan untuk yang dahulu bernama “Jagad Natha melakukan acara-acara sakral seperti Margo Wening” ini terdapat berbagai ritual-ritual keagamaan. Dan dalam macam unsur arsitekturyang penempatan patung dan dupa yang

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 264 terletetak dalam berbagai pintu penelitian ini tertarik untuk masuk ke dalam mandala ini pasti mendeskripsikan mengenai Fungsi memiliki penafsiran suatu makna Bangunan yang ada pada Pura yang berujung pada simbol-simbol Penataran Agung “Margo Wening” yang mana didalam kajian ini akan di yang berada di Desa Balonggarut deskripsikan dan dibahas oleh Kecamatan Krembung. Penelitian ini peneliti sehingga akan penting dilakukan karena mengetahui menyimpulkan pengetahuan tentang kurangnya pengetahuan masyarakat fungsi dari setiap bangunan Pura luar dengan adanya letak Pura Penataran Agung”Margo Wening”. Penataran Agung “Margo Wening”. Adapun referensi dari penelitian terdahulu yang berkaitan Metode dengan tema skripsi ini salah satunya Suatu penelitian, yang sering adalah penelitian dari Fajar Alam dilakukan pastinya menggunakan Pawaka (2010) S1 Antropologi metode penelitian yang tepat dengan Universitas Airlangga dengan judul topik penelitian yang dibahas. “Nilai Simbolik Pada Arsitektur Metode penelitian adalah suatu betuk Tradisional Pendhapa Pura Agung cara yang digunakan untuk mengacu Mangkunegaran (Studi Deskriptif pada suatu data penelitian untuk Nilai Simbolik Arsitektur Tradisional menghasilkan laporan yang akurat. Pendhapa Pura Agung Dan dalam penlitian tentang fungsi Mangkunegaran)” yang terletak di bangunan Pura Penataran Agung daerah .Hasil dari “Margo Wening”, peneliti penelitian ini dapat diketahui bahwa menggunakan metode penelitian pada pada setiap bangunan- kualitatif. bangunan Pura yang ada di Indonesia Metode penelitian kualitatif memiliki arti ataupun fungsi yang adalah suatu penelitian yang mana diterapkan pada setiap bangunan menggunakan suatu prosedur yang terletak didalamnya. analisis, bukan dalam bentuk Berdasarkan latar belakang kuantitatif tetapi suatu penelitian tersebut, maka peneliti melalui yang bermaksud untuk memahami

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 265 fenomena tentang apa yang dialami penelitian di daerah Kabupaten oleh subjek peneliti misalnya dalam Sidoarjo, tepatnya daerah Krembung bentuk perilaku, persepsi, motivasi, adalah karena di daerah tersebut tindakan, yang secara holistik, dan terdapat suatu bangunan pura yang dengan cara deskriptif dalam bentuk berdiri sangat indah, selain itu karena kata- kata dan bahasa, pada suatu adanya bangunan pura yang terdapat konteks khusus yang alamiah dan disana juga karena banyak orang memanfaatkan metode yang kurang tahu, dan akses jalan alamiah(Moleong 2005:6). yang di tempuh untuk menuju Didalam penelitian seorang kesana melewati persawahan, dan peneliti yang ingin meneliti suatu juga karena letaknya yang kurang dari segi prosesnya dan digunakan strategis.Dan pura tersebut belum untuk mendeskripsikan suatu hal banyak orang yang kurang tahu secara mendalam, dan melalui mengenai bangunan pura tersebut. karakteristik penelitian. Penelitian ini Maka dari itu peneliti mengambil merupakan tipe penelitian deskriptif, topik bahasan tersebut, agar lebih karena penelitian ini secara teoritis banyak orang yang mengenal pura telah menggambarkan dan juga tersebut, dan alasan yang kedua menguraikan fenomena yang telah adalah karena peneliti sudah tahu ada pada masyarakat. Dalam metode daerah tersebut, dan sudah mengenal kualitatif peneliti menggunakan daerah tersebut sehingga metode pengamatan, wawancara, mempermudah menganalisis dan atau penelaah dokumen.Penelitian mengambil data. Menurut Moleong kualitatif ini memahami suatu bentuk (2005:128) pertimbangan penentuan kebudayaan yang ada dalam diri lokasi akan letak geografis, waktu, masyarakat tersebut, serta mengenai biaya yang dijangkau untuk fungsi bangunan Pura yang dapat mencapai lokasi, dan tenaga. Maka ditelitidengan menggunakan metode dari itu sesuai dengan apa yang penelitian kualitatif. sudah dijelaskan diatas, peneliti Dalam suatu penelitian, memutuskan untuk memilih pura peneliti mengambil suatu lokasi penataran Agung Margo Wening

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 266

Krembung sebagai suatu analisis suatu deskripsi tentang kebudayaan pencarian data. (Spradley, 1993:35&61). Penelitian mengenai fungsi Teknik analisis data bangunan Pura Penataran Agung dilakukan peneliti dengan cara “Margo Wening” di Daerah Desa pengambilan data dengan Balonggarut, Kecamatan Krembung, pengamatan langsung dan mencatat Kabupaten Sidoarjo. Dalam upaya semua data sesuai dengan hasil pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara dilapangan mewawancarai beberapa orang yang dan menggunakan alat bantu seperti mampu memberikan informasi yang kamera dan juga dokumen yang akurat tentang fungsi bangunan Pura tersedia dilapangan dan bahan Penataran Agung “Margo Wening” bacaan yang berhubungan dengan yang biasa disebut informan. fokus permasalahan yang akan Teknik pengumpulan data diteliti oleh peneliti. dilakukan melaui wawancara dan Langkah selanjutnya peneliti observasi mendalam pada subyek menganalisis lebih lanjut dengan penelitian dengan mengidentifikasi menggunakan teori fungsional lima persyaratan dalam memilih Bronislaw Malinowskiuntuk informan yang baik yaitu enkulturasi menjelaskan fungsi bangunan Pura penuh, keterlibatan langsung, Penataran Agung “Margo Wening” suasana budaya yang tidak dikenal, yang berada di Desa Balonggarut memiliki cukup waktu, dan non Kecamatan Krembung Kabupaten analitik dengan menentukan tujuan Sidoarjo. Data tersebut kemudian serta syarat yang dirumuskan peneliti dihubungkan untuk dipadukan dimana seorang informan yang sehingga membentuk struktur yang terlibat dan mengetahui langsung sistematis. Hasil dari pengolahan situasi budaya tetang arsitektur data tersebut dijadikan untuk fungsi bangunan Pura Penataran menarik kesimpulan. Karena Agung “Margo Wening” dan juga kesimpulan merupakan jawaban atas suatu peneliti harus bekerja sama permasalahan yang diteliti oleh dengan informan demi mendapatkan peneliti. Yang akan disajikan dalam

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 267 bentuk laporan dengan harapan dapat arsitektur dari dalam diri manusia itu dipahami oleh pembaca. sendiri yang menjadi nilai dalam masyarakat yang menjadi cerminan Pembahasan dalam kebudayaan masyarakat itu Menurut Bronislaw sendiri.Pura Penataran Agung Malinowski di dalam buku teori “Margo Wening” yang digunakan budaya ( David Kaplan, 2002) masyarakat umat Hindu untuk kebudayaan sebenarnya memuaskan sembahyang di Desa Balonggarut suatu rangkain kebutuhan naluri Kecamatan Krembung Kabupaten manusia yang berhubungan dengan Sidoarjo. kehidupannya. Kebutuhan itu Seperti pada Pura Penataran meliputi kebutuhan primer (biologis) Agung “Margo Wening” adalah tepat maupun kebutuhan sekunder ibadah umat Hindu yang berada di (psikologis), kebutuhan yang Desa Balonggarut Kecamatan mendasar yang muncul dari Krembung Kabupaten Sidoarjo yang kebutuhan itu sendiri. memiliki suatu “Fungsi Bangunan” Kebudayaan sebagai bentuk dalam setiap tata letaknya. Pura tindakan dan proses belajar manusia, Penataran Agung “Margo Wening” dan suatu wujud dari hasil karya termasuk Pura Tri Mandala. Tri manusia adalah suatu bentuk Mandala adalah tiga tempat yang kebudayaan juga. Seperti wujud terdapat dibagian Pura, diantaranya: bangunan yang terdapat di daerah- daerah, bentuk pembangunannya dari 1) Nista Mandala mulai ukiran, pola bangunan, bentuk Nista Mandala banguna Pura tata letak, fungsi bangunan dan yang terletak diluar atau yang hiasan-hiasan ini adalah bentuk dari biasa disebut jaba pisan, hasil karya manusia yang bisa bangunan ini tidak disebut cipta, rasa, karya, dan karsa sikakralkan karena bangunan adalah proses dari kebudayaan yang ini dianggap masih kotor. ada. Dalam karya yang berbentuk Setiap orang bisa memasuki bangunan ini adalah suatu bentuk Pura tersebut walau dalam

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 268

keadaan cuntake (haid). oleh umat Hindu, biasanya Bangunan yang terdapat pada Madya Mandala dalam Nista Mandala adalah: terdapat bangunan a) adalah diantaranya: tempat untuk menaruh a) Bale Agung tempat kulkul atau yang digunakan umat kentongan, yang Hindu untuk digunakan untuk melakukan rapat. tanda pemberitahuan b) Bale Pagongan yang ketika ada kegiatan di digunakan untuk Pura. menyimpan b) Bale tempat atau alat- alat yang digunakan untuk kesenian. melakukan sekolah c) Bale Pawerangan keagamaan. tempat yang c) Pengadang Sakti digunakan sebagai berfungsi untuk tempat untuk mencegah makhluk membuat sesaji pada yang datang kedalam upacara keagamaan. Pura dengan niat d) Pengadang Sakti jahat. berfungsi untuk 2) Madya Mandala mencegah makhluk Madya Mandala merupakan yang datang kedalam bangunan yang terletak di Pura dengan niat bagian tengah Pura yang jahat. biasa disebut jaba tengah, 3) Utama Mandala dibagian ini umat Hindgu Utama Mandala yang biasa sudah mulai memfokuskan disebut Jeroan adalah bagian diri untuk menghadap dalam Pura yang sangat Sanghyang Widi Wasa. disakralkan dari segala hal Bangunan ini disakralkan karena ketika didalam Utama

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 269

Mandala sudah memiliki lagu- lagu suci pada upacara hubungan antara manusia keagamaan. dengan Tuhan yang Maha c) Bale Perslang untuk Esa. Ketika ingin masuk musyawarah keluarga atau kedalam Utama Mandala tamu. umat Hindu harus bersifat d) Bale Pewedan Pemangku baik dan suci seperti digunakan oleh Mangku disimbolkan warna hitam dan memuja . putih atau antara baik dan e) Bale Panyimpenan untuk buruk., ketika kedalam menyimpan benda yang Utama Mandala sudah bisa sakral atau disucikan, seperti membedakan dan kitap suci dan senjata. mengendalikan diri, f) Aling-aling digunakam segai membuang yang tidak baik penghalang luar dari Utama dalam pikiran yang bersih, Mandala . ketika masuk kedalam Utama g) Panglurah digunakan tamu Mandala harus diikat dan melapor seperti di Desa memakai udeng karena ketika ada tamu yang datang simbol untuk pengendalian harus lapor. diri. Dan pikiran juga h) Bale Pepelik digunakan untuk terfokus kepada Tuhan Yang memyembah Dewa Dewi Maha Esa. Didalam Utama Batara Batari. Mandala terapat bangunan i) Petirtaan 16 tempat sumber diantaranya: air yang ada didalam Pura a) Bale Pewedan diguanakan yang disakralkan umat untuk khusus untuk pendeta mandi, tempat persucian roh- memuja dalam proses roh suci. upacara keagamaan. j) Padmasanatempat yang b) Bale Pesantilan yang digunakan untuk memuja digunakan untuk melantuntan Shanghyang Widi Wasa.

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 270 k) Kori Agunguntuk pintu Simpulan masuk Sanghyang Widi Pura Penataran Agung “Margo Wasa, tapi hanya dibuka pada Wening” adalah Pura yang tergolong saat acara piodalan saja dalam Pura umum yang memiliki ciri karena pada saat piodalan siapa saja boleh masuk dalam para umat yakin bahwa melakukan pemujaan kepada Tuhan Tuhan datang dan melewati Yang Maha Esa. Pura yang terletak pintu Kori Agung, Kori di Desa Balonggarut dibangun pada Agung memiliki pengertian tahun 1971 dan terwujud pada tahun bahwa masuk kedalam 1992, dan pada tahun 2004 Pura Utama Mandala harus benar- Penataran agung “Margo Wening” di benar menyatu antara tenaga, relokasi. Dalam pembangunan Pura perkataan, dan pikirannya saat itu memiliki banyak kendala untuk menghadap Sanghyang baik secara internal maupun Widi Wasa. eksternal, tetapi kendala itu l) Bebetelan digunakan untuk terselesaikan karena umat Hindu asli pintu masuk umat untuk Desa balonggarut tidak memiliki melakukan sembayang atau Pura untuk sembahyangan, dan sejak melakukan upacara-upacara adanya Pura Penataran keagamaan. Agung”Margo Wening” di Desa Balonggarut umat Hindu dari luar Pada bagian Pura Penataran daerah Desa Balonggarut ikut Agung “Margo wening” di memeriahkan ketika ada upacara dalam tiga bagian tersebut keagamaan. Pura Penataran masing- masing memiliki Candi Agung“Margo Wening” di Desa Bentar sebagai pembatas antara Balonggarut Kecamatan Krembung Nista Mandala dan Madya Kabupaten Sidoarjo termasuk Pura Mandala. Tri Mandala yang “Fungsi

Bangunan” padabagian Pura

Penataran Agung “Margo Wening”

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 271

Daftar Pustaka

David, Kaplan (2002)Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fajar, Alam. (2010). Nilai Simbolik Arsitektur Tradisonal Pendhapa Pura Agung Mangkunegaran.Skripsi, Surabaya: Antropologi FISIP Universitasa Airlangga.

Koentjaraningrat.(1980) Sejarah Antropologi.Jakarta: Universitas Indonesia

Mangunwijaya, Y. B. (2003)Wastu Citra. Jakarta: IKAPI

Moleong, Lexy J. (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif. : Remaja Rosda Karya

AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 272