PENGARUH PERAN GERAKAN MAHASISWA KRISTEN (GMKI) TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PEMUDA DI SUMATERA UTARA

TESIS

Disusun Oleh :

SWANGRO LUMBANBATU

NIM. 147003049/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERAN GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA (GMKI) TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PEMUDA DI SUMATERA UTARA

TESIS

Disusun Oleh :

SWANGRO LUMBANBATU

NIM. 147003049/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

i

Telah diuji pada Tanggal: 30 April 2018

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph. D Anggota : Dr. Rujiman, M.A Prof. Dr. Erika Revida, M.S Prof. Dr. H.B. Tarmizi, S.E, S.U

Dr. Agus Purwoko, S.Hut

Universitas Sumatera Utara

ii

PERNYATAAN

Judul Tesis PENGARUH PERAN GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA (GMKI) TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PEMUDA DI SUMATERA UTARA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa hasil tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan adalah benar merupakan karya tulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis atau adanya plagiat dalam bagian- bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Perjalanan dalam menentukan tesis ini juga terlampir

Medan, April 2018 Penulis,

Swangro Lumbanbatu

Universitas Sumatera Utara

iii

Lampiran Surat Pernyataan

1. Tesis ini berjudul “Peran Pemuda Dalam Pemanfaatan Kawasan Danau Toba Untuk

Pengembangan Wilayah Kabupaten Samosir”disetujui pada tanggal 10 Maret 2016.

Dengan pembimbing pertama yakni Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D dan Dr.

Ir. Mukhlis, MS.

2. Pada tanggal 14 Maret 2016 Bapak Dr. Ir. Mukhlis, MS minta digantikan dengan

dosen pembimbing yang lain. Adapun bapak tersebut mengatakan “Saya tidak ahli

PWD jadi mohon digantikan dengan yang lain.” Setelah berkoordinasi dengan

bapak Ir. Supriadi, MS maka digantikan dengan Dr. Rujiman, MA. Dengan judul

“Peran Pemuda Dalam Pemanfaatan Kawasan Danau Toba Untuk Pembangunan

Pariwisata Ditinjau dari Aspek Lingkungan (Kecamatan Sianjur Mula-Mula,

Harian, Sitio-tio) Kabupaten Samosir.

3. Pada tanggal 25 April 2016 dikeluarkan SK tentang Pengangkatan Komisi

Pembimbing Tesis Program Magister (S2) Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

4. Kemudian penulis mengikuti bimbingan selama tiga (3) kali kepada dosen

pembimbing utama dan kedua. Setelah bimbingan banyak revisi dan saran terkait

dengan tesis.

5. Pada bimbingan yang keempat, draft proposal tesis diminta oleh dosen pembimbing

untuk direvisi dan mengajukan bimbingan kepada dosen tersebut. Hasilnya tidak

memuaskan dengan judul “Peran Pemuda Dalam Pemanfaatan Kawasan Danau

Toba Untuk Pembangunan Pariwisata Ditinjau dari Aspek LIngkungan (Kecamatan

Sianjur Mula-Mula, Harian, Sitio-tio) Kabupaten Samosir dan dosen pembimbing

tersebut meminta untuk diganti judulnya.

6. Oleh karena itu, dosen pembimbing tersebut meminta penulis untuk membuat surat

perjanjian melalui Pegawai/ Tata Usaha SPS PWD USU. Universitas Sumatera Utara

iv

7. Pada tanggal 6 Februari 2017, penulis membuat surat pernyataan bebas dari plagiat

dan akan mengerjakan tesis dengan sungguh-sungguh serta bersedia menerima

sanksi sesuai dengan kesalahan yang diperbuat. Dengan judul yang diganti kembali

yakni “Peran Pemuda Dalam Program Danau Toba Bersih Untuk Pembangunan

Ditinjau Dari Aspek Lingkungan (Kecamatan Sianjur Mulamula, Harian, Sitio-tio)

Kabupaten Samosir.”

8. Kemudian penulis melakukan bimbingan selama empat (4) kali dengan judul “Peran

Pemuda Dalam Program Danau Toba Bersih Untuk Pembangunan Ditinjau Dari

Aspek Lingkungan (Kecamatan Sianjur Mulamula, Harian, Sitio-tio) Kabupaten

Samosir.”

9. Pada bimbingan yang kelima dengan judul “Peran Pemuda Dalam Program Danau

Toba Bersih Untuk Pembangunan Ditinjau Dari Aspek Lingkungan (Kecamatan

Sianjur Mulamula, Harian, Sitio-tio) Kabupaten Samosir.” Dosen pembimbing

menyarankan penulis sudah menganggap tentang Danau Toba dan sudah banyak

yang membahas tentang topik tersebut. Akhirnya pembimbing pun menyarankan

untuk kembali mengganti judul tesis.

10. Setelah berdiskusi, dosen pembimbing menyarankan saya mengambil topik tesis

terkait dengan GMKI apalagi penulis berlatar belakang aktivis GMKI.

11. Akhirnya penulis dan dosen pembimbing bersepakat dengan judul “Pengaruh

GMKI terhadap Kualitas Peningkatan Sumber Daya Manusia Pemuda di Sumatera

Utara.” Karena, topik ini sudah lebih menguasai dan mengetahui lebih dalam terkait

GMKI.

12. Setelah pengesahan judul tersebut, penulis sudah melakukan empat kali bimbingan

dengan judul “Pengaruh GMKI terhadap Kualitas Peningkatan Sumber Daya

Manusia Pemuda di Sumatera Utara.” Pada bimbingan kelima judul disahkan dan

dipersiapkan untuk mengikuti seminar kolokium.

Universitas Sumatera Utara

v

13. Pada tanggal 29 November 2017 penulis melaksanakan Seminar Kolokium dengan

judul “Pengaruh GMKI terhadap Kualitas Peningkatan Sumber Daya Manusia

Pemuda di Sumatera Utara.”

14. Pada tanggal 20 April 2018, penulis melaksanakan Seminar Hasil dengan judul

“Peran GMKI Terhadap Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pemuda Di

Sumatera Utara.” Setelah itu banyak revisi dan perbaikan yang diberikan oleh dosen

pembimbing dan dosen penguji.

15. Pada tanggal 3 Mei 2018, penulis melaksanakan Sidang Meja Hijau dengan judul

“Pengaruh GMKI terhadap Kualitas Peningkatan Sumber Daya Manusia Pemuda di

Sumatera Utara.”

16. Akhirnya saya pun mengucapkan Terima kasih kepada dosen pembimbing utama

dan kedua yang telah membimbing saya dan dosen penguji dalam memberikan

saran dan rekomendasi. Terima Kasih.

Universitas Sumatera Utara

vi

ABSTRAK

Organisasi pemuda memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda, baik sebagai agent of change, agent of development maupun sebagai agent of modernization. Pemuda yang merupakan tumpuan dari segala perubahan ini juga salah satu faktor pendorong bertumbuhnya pembangunan. GMKI yang merupakan salah satu anggota dari kelompok Cipayung juga turut mempengaruhi tiap pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

Jenis penelitian ini adalah penelitian kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran GMKI sebagai agent of change, agent of development dan agent of modernization dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda di Sumatera Utara. Populasi penelitian adalah anggota GMKI di Wilayah Sumatera Utara yang berumur 16-30 tahun sebanyak 3.190 orang sedangkan Sampel penelitian adalah anggota GMKI yang terdiri dari lima cabang berikut yakni GMKI Cabang Medan, GMKI Cabang Pematang Siantar- Simalungun, GMKI Cabang Tarutung, GMKI Cabang Padang Sidempuan dan GMKI Cabang Gunung Sitoli yang berjumlah 93. orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda dan secara kualitatif dengan analisis deskriptif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peran GMKI sebagai agent of change, agent of development dan agent of modernization berpengaruh signifikan terhadap kualitas SDM pemuda di Sumatera Utara. Besarnya peran GMKI Sumut terhadap peningkatan kualitas SDM pemuda adalah sebesar 62.7%. Kendala yang dihadapi GMKI Sumut dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda Sumut terutama adalah luasnya cakupan pengembangan kualitas SDM sehingga memerlukan program kerja yang terencana dan berkesinambungan. Kendala lainnya adalah masih terbatasnya tenaga personil GMKI Sumut terutama dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda. Kepada GMKI Sumut disarankan untuk lebih meningkatkan kualitas pendampingan pemuda agar kualitas SDM pemuda Sumut dapat lebih dimaksimalkan Kepada anggota GMKI Sumut, disarankan untuk lebih meningkatkan aktifitas pemberdayaan pemuda sebagai bagian dari komponen masyarakat agar kualitas SDM pemuda dapat lebih dimaksimalkan

Kesimpulan penelitian adalah Gerakan Pemuda Kristen Indonesia memberi kontribusi penting sebagai organisasi kepemudaan dalam meningkatkan kualitas SDM di Sumatera Utara.

Kata kunci : Pengaruh, peran Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Kualitas SDM

Universitas Sumatera Utara

vii

ABSTRACT

Organizations of youth play an important role in improving the quality of human resources of the youth both as agent of change, agent of development and as agent of modernization. Youth which is the foundation of all these changes is also one of the factors driving the growth of development. GMKI which is one of the members of Cipayung group also influences on any program of development conducted by the government

The present study is a combination of quantitative and qualitative aimed at analyzing the influence of GMKI as agent of change, agent of development and agent of modernization in improving the quality of youth human resources in North Sumatra. The population of teh study included all the members of GMKI in North Sumatera ranging 16-30 years old as of 3190 persons while the sample included those members five branches of Medan, Pematang Siantar-Simalungun, Tarutung, Padang Sidempuan and Gunung Sitoli as of 93 persons.The data were collected by using questionnaires and the collected data were then analyzed quantitatively using a multiple linear regression analysis and qualitatively with descriptive analysis

The result of the study shown that the role of GMKI as Agent of Change, agent of development and agent of modernization has a significant effect on the quality of youth human resources in North Sumatra. The magnitude of GMKI North Sumatra's role in improving the quality of youth human resources is 62.7%. Constraints faced by GMKI North Sumatra in improving the quality of North Sumatra youth human resources is mainly the breadth of the scope of the development of quality human resources that require a planned and sustainable work program. Another obstacle is still limited manpower GMKI North Sumatra personnel, especially in improving the quality of youth human resources. It is suggested to GMKI Sumut to further improve the quality of youth assistance so that the quality of North Sumatra youth human resources can be maximized nd also, it is suggested to the members of GMKI Sumut to increase the activity of youth empowerment as part of community component so that the quality of youth human resources can be maximized

The conclusion of the study is the Indonesian Christian Youth Movement made an important contribution as a youth organization in improving the quality of human resources in North Sumatra

Universitas Sumatera Utara

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi di Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berjudul “Pengaruh Peran Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia Pemuda di Sumatera Utara”. Selama penelitian dan penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bantuan baik moril dan materil dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia beserta jajarannya yang telah memberikan beasiswa S2 di Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 4. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg Sirojuzilam, SE Selaku ketua program studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara 5. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Rujiman, MA selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tesis ini sampai selesai. 6. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS., Bapak Prof. Dr. H.B. Tarmizi, SE.SU dan Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si., selaku komisi pembanding atas saran dan kritikan yang membangun.

Universitas Sumatera Utara

ix

7. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis diantaranya; Prof. Dr. Ir. Sumono, MS., Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D., Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE., Prof. Dr. Badaruddin, MS., Prof. Erlina, SE, M.Si, PhD, Ak, CA., Prof. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si., Prof. Dr. H.B. Tarmizi, SE.SU., Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP., Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si., (Alm) Dr. Kasyful Mahalli, SE. M.Si., Dr. Beby Karina Fauzea, SE, M.Si., Dr. Rujiman, MA., Dr. Arlina Nurbaity, SE, M.Si., Dr. Isfenti Sadalia, SE M.Si., Agus Suriadi, S. Sos, M.Si., Dr. Ir. Hendra Noer, Msi., Edi Rizlianto (Direktur Utama PT Bank Sumut), Drs. Zulkarnaen Lubis, M.Si (Kepala Bappeda Kota Medan). 8. Kepada staff pegawai dan pekerja yang berada di lingkungan PWD USU yang sedikit banyak telah berperan dan membantu penulis menyelesaikan studi. 9. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa PWD USU kelas Kemenpora Angkatan II Tahun 2014 atas keakraban, kekeluargaan dan kerjasama selama ini. 10. Secara khusus penulis ucapkan terimakasih Kepada Jindar Lumbanbatu dan Rosmauli Pasaribu, Ayahanda dan Ibunda tercinta atas didikan, bimbingan dan cinta kasih serta telah membesarkan selama ini. 11. Kepada saudara-saudari saya Timbul Ganda Lumbanbatu beserta istri, Dewi Pika Lumbanbatu, S.H., dan Buntora Lumbanbatu. 12. Kepada Lied Apriani Sitorus, S.kep, Ners. yang selalu memberi semangat dan bantuan doa serta motivasintya dalam menyelesaikan studi ini. 13. Kepada Keluarga Besar Op. Ristama Lumbanbatu yang selalu setia mengingatkan dan mengajari serta memotivasi dalam menyelesaikan studi ini . 14. Kepada keluarga besar Senior Members/Friends GMKI atas bantuan, doa dan motivasinya terhadap penulis. 15. Kepada keluarga besar GMKI Wilayah I NAD-SUMUT atas bantuan, doa dan dorongannya terhadap penulis

Universitas Sumatera Utara

x

16. Kepada keluarga besar GMKI Cabang Medan, BPC GMKI Medan dan GMKI Komisariat Universitas Darma Agung dan Pengurus Komisariat atas bantuan, doa dan dorongannya terhadap penulis. 17. Kepada Pengurus Pusat GMKI MB 2016-2018 atas bantuan, doa dan dorongannya terhadap penulis. 18. Kepada Kakanda H. Baharuddin Siagian, M.Si Selaku Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga atas bantuan, doa dan motivasinya. 19. Kepada Kakanda Ir. Juliski Simorangkir, MM yang selalu setia membantu penulis dalam penyelesaian studi. 20. Kepada Kakanda Senior Nelson Parapat dan Landen Marbun, Amangtua Donald Lumbanbatu dan Amanguda John Eron Lumbangaol, atas nasehat, semangat dan motivasi dalam penulisan tesis. 21. Kepada Prihartini Simbolon, atas bantuan dalam penulisan tugas tersebut. 22. Kepada Dien Nova Sinaga, Susi Manalu , Dwi Novia Sirait dan Nikita Sibarani atas bantuan dan doanya. 23. Kepada Jeffrianto Sihotang, Rasi Kasim Samosir, Samuel Sirait, Benget Eduard Simamora, Anugrah Ompusunggu, Rommel Hutapea, David Lumbangaol, Edi Situmeang, Piki Pardede, atas bantuan dan doanya. 24. Kepada Supriadi Narno, Ruben Panggabean, Ruth Sonya Siahaan dan BPC GMKI Medan MB 2013-2015 yang telah merekomendasikan penulis untuk menjalani S2 di Universitas Sumatera Utara. 25. Kepada Keluarga Besar Generasi Muda-Mudi Toga Marbun Kota Medan dan Kost Remix atas bantuan dan doanya. 26. Kepada seluruh pihak yang namanya tak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, doa dan semangatnya selama ini. Akhirnya atas perhatian dan bantuan dari semua pihak penulis ucapkan terima kasih.

Medan, April 2018 Penulis

Swangro Lumbanbatu

Universitas Sumatera Utara

xi

RIWAYAT HIDUP

SWANGRO LUMBANBATU, dilahirkan pada tanggal 10 Januari 1988 di

Baneara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, sebagai anak Pertama dari empat orang bersaudara ( Timbul Ganda Lumbanbatu, Dewi Pika

Lumbanbatu,Buntora Lumbanbatu), dari orang tua Jindar Lumbanbatu dan

Rosmauli Pasaribu.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Baneara

Kecamatan Harian selesai pada tahun 2000, penulis diberangkat sekloah ke medan untuk melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta Parulian II dan

Parulian I di Medan. Karena di kampung belum ada sekolah SLTP, pada Tahun

2003 selesai di sekolah swasta Parulian I. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

14 Medan selesai pada Tahun 2006.

Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan S-1 Jurusan Teknik Sipil di

Politeknik Negeri Medan, namun pada tahun 2009 transfer di Universitas Dharma

Agung selesai pada Tahun 2013.

Pada tahun 2014 penulis memperoleh beasiswa Kementerian Pemuda dan Olahraga di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan yang direkomendasikan oleh GMKI.

Banyak kesibukan yang harus mengabdi di organisasi yang diselesaikan, beasiswa dari Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya dibiayai selama 2 tahun.

Universitas Sumatera Utara

xii

Namun saya tidak tepat waktu dalam menyelesaikan, semangat dan tanggungjawab harus dipaksa untuk menyelesaikan studi. Pada tahun 2018 menyelesaikan studi di

Sekolah Pascasarjana Perencanaan Pembangunan Wilayah (PWD) dan perdesaan

Universitas Sumatera Utara (USU).

Universitas Sumatera Utara

xiii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... iv DAFTAR LAMPIRAN ...... v

BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 4 1.3. Tujuan Penelitian...... 4 1.4. Manfaat Penelitian...... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...... 6 2.1 Peran Pemuda ...... 6 2.1.1. Pengertian Pemuda ...... 6 2.1.2. Peran Pemuda ...... 9 2.2 Pemberdayaan ...... 10 2.2.1 Pengertian Pemberdayaan ...... 10 2.2.2. Model Pemberdayaan Masyarakat ...... 12 2.3 Konsep Pendampingan Masyarakat ...... 13 2.3.1 Pengertian Pendampingan ...... 13 2.3.2 Semangat Kehidupan Berkelanjutan ...... 16 2.4 Kualitas Sumber Daya Manusia ...... 17 2.4.1. Pengertian Sumber Daya Manusia ...... 17 2.4.2. Pentingnya Kualitas SDM ...... 20 2.5 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ..... 24 2.5.1. Sejarah GMKI ...... 24 2.5.2. Visi dan Misi GMKI...... 30 2.6. Kerangka Berpikir ...... 31 2.7. Hipotesis Penelitian...... 32

BAB III. METODE PENELITIAN...... 33 3.1. Jenis Penelitian ...... 33 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...... 33 3.3 Populasi dan Sampel ...... 34 3.3.1 Populasi ...... 34 3.3.2 Sampel Penelitian ...... 34 3.4. Teknik Pengumpulan Data ...... 36 1. Data Primer ...... 36 2. Data Sekunder ...... 36

3.5. Jenis dan Sumber Data ...... 36 3.6. Definisi Operasional...... 38

Universitas Sumatera Utara

ix

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...... 39 3.7.1. Uji Validitas Instrumen ...... 39 3.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen...... 40 3.8. Analisis Data ...... 42 3.8.1 Analisis Linier Berganda ...... 42 3.8.2 Uji Asumsi Klasik ...... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 47 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...... 47 4.2. Karakteristik Responden ...... 50 4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .. 50 4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 51 4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...... 52 4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...... 53 4.3. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ...... 54 4.3.1. Analisis Deskriptif Agent of Change...... 54 4.3.2. Analisis Deskriptif Agent of Development .. 56 4.3.3. Analisis Deskriptif Agent of Modernization 59 4.4. Hasil Analisis Asumsi Klasik ...... 63 4.4.1. Hasil Uji Normalitas...... 63 4.4.2. Hasil Uji Multikolinieritas...... 64 4.4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ...... 65 4.5. Hasil Uji Hipotesis ...... 66 4.5.1. Hasil Uji F Secara Simultan ...... 66 4.5.2. Hasil Uji-t Secara Parsial...... 67 4.5.3. Hasil Uji Deterinasi R...... 69 4.5.4. Persamaan Regresi...... 69 4.5. Pembahasan ...... 70 4.5.1. Analisis Kuantitatif...... 70 4.5.2. Analisis Kualitatif Tentang Kendala yang Dihadapi dalam Peningkatan Kualitas SDM Pemuda Sumut...... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 80 5.1. Kesimpulan ...... 80 5.2. S a r a n ...... 81

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Perhitungan Sampel Berdasarkan Metode Proportional Stratified Sampling ...... 34 Tabel 3.2. Penjabaran Definisi Operasional Variabel Penelitian ...... 38 Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas ...... 40 Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas...... 42 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 50 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...... 51 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan ...... 52 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan...... 53 Tabel 4.5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Agent of Change 55 Tabel 4.6. Kategori Agent of Change 56 Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Agent of Development ...... 57 Tabel 4.8. Kategori Agent of Development...... 58 Tabel 4.9. Analisis Deskriptif Agent of Modernization ...... 59 Tabel 4.10. Kategori Agent of Modernization...... 60 Tabel 4.11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas SDM .... 61 Tabel 4.12. Kategori Kualitas SDM ...... 63 Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas ...... 63 Tabel 4.14. Hasil Uji Multikolinieritas ...... 64 Tabel 4.15. Hasil Uji Heterokedastisitas ...... 65 Tabel 4.16. Hasil Uji F Secara Simultan ...... 66 Tabel 4.17. Hasil Uji-t Secara Parsial ...... 67 Tabel 4.18. Hasil Uji Determinasi R...... 69

Universitas Sumatera Utara

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian...... 32

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 51

Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis

Kelamin...... 52

Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan

Pendidikan ...... 53

Gambar 4.4. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan

Pekerjaan...... 54

Gambar 4.5. Grafik PP Normalitas Data Penelitian...... 64

Universitas Sumatera Utara

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner...... 82

Lampiran 2. Master Data ...... 85

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data ...... 87

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era modernisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, diantaranya adalah pembangunan. Menurut perkembangannya, pembangunan yang terjadi di masyarakat saat ini dapat dilihat secara nyata melalui pembangunan secara fisik.

Pembangunan bangsa terdapat dalam pembukaan Undang Undang Dasar

1945 alinea ke 4 (empat) yakni mensejahterakan masyarakat. Selain bertujuan untuk mensejahterakan rakyat, pembangunan yang dilakukan harus berorientasi pada kelestarian dan keseimbangan alam. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan

Sumber Daya Alam (SDA) demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat harus tetap berorientasi pada kelestarian dan keseimbangan alam sehingga dapat digunakan berkelanjutan (Rosida, 2014).

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang sedang getol dalam perihal pembangunan. Baik itu infrastruktur, pariwisata maupun ekonomi. Akan tetapi hilir dari semuanya itu adalah perubahan menuju yang lebih baik. Sumatera utara yang terdiri dari 33 kabupaten/kota. Memiliki keindahan dan keunikannya masing- masing. Begitupun dalam perkembangan pembangunan yang terjadi di provinsi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2

Pemuda sebagai agen perubahan akan mampu melakukan inovasi yang signifikan berupa sistem atau perangkat - perangkat pendukung. Organisasi adalah sarana paling efektif untuk menginisiasi dan melakukan perubahan tersebut. Terkait dengan hal tersebut peran organisasi yang konsisten tentu saja sangat mendukung perubahan atau inovasi yang diharapkan masyarakat.

Strategi pembangunan pemuda Indonesia agar profesionalisme pemuda dapat berkembang dapat dilakukan dengan cara: (1) membangun moral dan budi pekerti luhur dan suci, (2) membangun sarana prasarana fisik dan nonfisik dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok atau golongan, (3) membangun sumber daya manusia dengan keteladanan, solidaritas, gotong royong, sopan santun, ramah tamah, saling menghormati, dan saling menghargai, dan memelihara kepekaan sosial, (4) membangun semangat juang dan cinta tanah air, dan (5) membangun future mapping sebagai blue print for nation character building.

Pergerakan mahasiswa di Indonesia mulai berdiri sejak lahirnya Boedi

Oetomo. Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908 yang merupakan sebuah wadah perjuangan bagi kaum intelektual Jawa yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Organisasi ini dimotori oleh para pemuda pelajar dan mahasiswa Jawa yang berasal dari lembaga pendidikan STOVIA, sebuah sekolah kedokteran di . Boedi Oetomo juga unik karena meskipun sangat dipengaruhi oleh obsesi kebesaran budaya Jawa dan aksi-aksi atau gerakannya hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Pulau Madura saja, tapi kehadirannya merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan bagi kaum intelektual khususnya

Universitas Sumatera Utara

3

intelektual kampus terhadap lingkungan sosialnya, sehingga isu perjuangannya bersifat universal.

Pada tahun 1908, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di

Belanda juga membentuk sebuah organisasi perhimpunan yang dinamakannya

Indische Vereeniging. Semula organisasi ini hanya merupakan pusat kegiatan diskusi bagi para mahasiswa tentang perkembangan situasi tanah airnya, Hindia

Belanda.

Pemuda yang merupakan tumpuan dari segala perubahan ini juga salah satu faktor pendorong bertumbuhnya pembangunan. Pemuda yang notabene adalah mahasiswa berbondong-bondong mencoba memperbaiki segala regulasi yang ada hadir dalam pembangunan di Sumatera Utara. Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan mulai menampakkan kediriannya dalam setiap kebijakan pemerintah. Salah satu dari organisasi kemahasiswaan tersebut adalah

GMKI. GMKI yang merupakan salah satu anggota dari kelompok Cipayung juga turut mempengaruhi tiap pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Terutama pembangunan di wilayah Sumatera Utara yang dilakukan oleh mahasiswa Sumatera

Utara. Maka dengan itu, penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Peran

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Terhadap Kualitas Sumber Daya

Manusia Pemuda di Sumatera Utara”.

Universitas Sumatera Utara

4

1.2 Rumusan Masalah

Peran GMKI yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberdayaan yang dilakukan GMKI bagi peningkatan kualitas SDM pemuda di Sumatera Utara.

Oleh karena itu, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengaruh GMKI sebagai agent of change terhadap kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) di Sumatera Utara?

2. Apakah pengaruh GMKI sebagai agent of development terhadap kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) di Sumatera Utara?

3. Apakah pengaruh GMKI sebagai agent of modernization terhadap kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) di Sumatera Utara?

4. Apa kendala yang dihadapi GMKI dalam peningkatan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) di Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh GMKI sebagai agent of

change terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Sumatera

Utara

2. Untuk mengetahui dan menganalisis GMKI sebagai agent of

development terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di

Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

5

3. Untuk mengetahui dan menganalisis GMKI sebagai agent of

modernization terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di

Sumatera Utara

4. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi GMKI

dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Sumatera

Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

upaya untuk konsep tentang peran GMKI dalam menjaga pembangunan di

Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi dan gambaran umum bagi pemerintah daerah

tentang peran GMKI dalam menjaga pembangunan di Sumatera Utara .

3. Sebagai bahan dokumentasi bagi organisasi yang terkait yakni GMKI dalam

pendokumentasian perjalanan organisasi.

4. Bagi peneliti lain, dapat digunakan menjadi sebagai bahan referensi ilmiah

yang akan melakukan penelitian tentang perencanaan dan pembangunan

wilayah, terutama di sektor kepemudaan dan pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Pemuda

2.1.1. Pengertian Pemuda

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.

Mulyono (2011) mengemukakan bahwa pemuda lebih dilihat pada jiwa yang dimiliki oleh seseorang. Jika orang tersebut memiliki jika yang suka memberontak, penuh inisiatif, kreatif, anti kemapanan, serta ada tujuan lebih membangun kepribadian, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemuda

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pemuda sebagai berikut:

Orang yang masih muda; orang muda. Penjabaran lebih luas tentang definisi pemuda terdapat dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 1 butir (1) yaitu: “Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.”

Sejarah telah membuktikan bahwasanya pemuda adalah salah satu pilar yang memiliki peran besar dalamperja lanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran

Universitas Sumatera Utara

7

dan kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut. Begitu juga dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial dalam tatanan masyarakat, sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa, karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.

Pemuda atau generasi muda, adalah konsep-konsep yang sering diberati oleh nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena keduanya bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi sering lebih merupakan pengertian ideologis dan kultural. Pemuda harapan bangsa, pemuda pemilik masa depan, atau pemuda harus dibina dan lain sebagainya, memperlihatkan betapa saratnya nilai yang begitu melekat pada kata pemuda tersebut (Abdulah: 1974). Terminologi pemuda tidak hanya melekat pada usia tertentu, melainkan jauh dari itu, sebagai jiwa yang melahirkan perubahan dan sebagai harapan bangsa di sisi yang lain. Sejatinya, pemuda indonesia merupakan komponen bangsa yang hadir sebagai ikon perubahan.

Pemuda sebagai agen perubahan akan mampu melakukan inovasi yang signifikan berupa sistem atau perangkat - perangkat pendukung. Organisasi adalah sarana paling efektif untuk menginisiasi dan melakukan perubahan tersebut. Terkait dengan hal tersebut peran organisasi yang konsisten tentu saja sangat mendukung perubahan atau inovasi yang diharapkan masyarakat.

Strategi pembangunan pemuda Indonesia agar profesionalisme pemuda dapat berkembang dapat dilakukan dengan cara: (1) membangun moral dan budi pekerti luhur dan suci, (2) membangun sarana prasarana fisik dan nonfisik dengan

Universitas Sumatera Utara

8

mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok atau golongan, (3) membangun sumber daya manusia dengan keteladanan, solidaritas, gotong royong, sopan santun, ramah tamah, saling menghormati, dan saling menghargai, dan memelihara kepekaan sosial, (4) membangun semangat juang dan cinta tanah air, dan (5) membangun future mapping sebagai blue print for nation character building. (Ambarita, 2013)

Adapun potensi-potensi yang ada pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut : 1) Idealisme dan Daya Kritis. Secara sosiologis pemuda belum mapan dalam tahapan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru, 2)

Dinamika dan Kreatifitas. Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreatifitas, yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan dan pembaharuan, 3) Keberanian

Mengambil Resiko. Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan, 4) Optimis dan Kegairahan

Semangat. Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat.

Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi, 5) Sikap Kemandirian dan Disiplin.

Murni generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya, 6) Terdidik. Generasi muda semakin meningkatnya tingkat pendidikan maka semakin berkualitas pemikiran yang ada dalam diri pemuda baik dalam segi kualitatif maupun arti kuantitatif, 7) Keanekaragaman dalam Persatuan

Universitas Sumatera Utara

9

dan Kesatuan. Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif, 8) Patriotisme dan

Nasionalisme. Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda perlu digalakkan.

2.1.2. Peran Pemuda

Pemuda adalah salah satu episode perkembangan jiwa manusia yang sedang berada pada titik tertingginya. Pada fase ini, sangat ideal bagi seseorang untuk melakukan apapun dalam hidupnya. Pemuda digambarkan sebagai sosok manusia yang bersemangat tinggi, bertenaga dan berintelektualitas sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga ia memiliki peran cukup besar dalam sebuah peradaban yang besa

Pemuda memiliki peran besar dalam terjadinya perubahan-perubahan sosial di lingkungan sekitar maupun pada rana yang lebih luas. Namun sebelum pemuda mencoba untuk memposisikan diri sebagai agent of change, maka meraka harus memastikan diri telah siap menjadi generasi pengubah, bukan malah menjadi objek masalah yang terjadi di lingkungannya. Pemuda harus memulai menggali karakter khas yang dimilikinya, karena pada dasarnya setiap pemuda memiliki sifat-sifat khas, antara lain kreatif, kritis, optimis, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.2.1. Pemuda sebagai agent of change

Sebagai agen perubahan, pemuda dapat berkontribusi dengan sikap kritis dan rasa optimistisnya untuk mempengaruhi masyarakat dalam melakukan perubahan melalu aksi nyata. Ia melakukan gerakan penyadaran bagi diri dan masyarakat sehingga dapat menyentuh langsung persoalan sosial.

Dalam setiap organisasi perlu ada peran Agent of change yaitu orang yang mampu melakukan perubahan dalam lingkungan organisasinya. Pada dasarnya ketika Anda ditunjuk sebagai leader atau Pimpinan suatu organisasi, maka bersama itu juga melekat tanggungjawab sebagai The Agent of change karena di tangan seorang agent of change terdapat kewenangan untuk mengambil keputusan- keputusan penting tentang tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misinya.

2.1.2.2. Pemuda sebagai agent of development

Sebagai agen pembangunan, pemuda bisa berkontribusi dalam pembangun fisik maupun non-fisik. Dengan jumlah pemuda di Indonesia yang cukup banyak, mereka dapat saling berkolaborasi, terutama dalam kegiatan pembangun yang bersifat kepedulian sosial dan kemanusiaan.

Padahal hakikatnya masa depan suatu bangsa terletak di tangan pemuda, artinya merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa . Oleh karena itu mereka perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan dengan cara memberikan mereka pendidikan baik formal maupun informal, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi sesduai dengan peran pemuda sebagai agent of development.

Universitas Sumatera Utara

11

Pembangunan yang dilakukan oleh generasi muda merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kemajuan. Didalam pembangunan nasional, bukan hanya pembangunan fisik saja yang diperlukan melainkan membawa mereka agar terciptanya perubahan sosial. Dalam hubungannya dengan sosialisasi generasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, peran agent of development memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pemuda.

2.1.2.3. Pemuda sebagai Agent of modernization

Pemuda sebagai agen modernisasi, pemuda dapat menjadi pelopor dalam pembaharuan. Pemuda hari ini hidup dalam teknologi yang serba canggih dan merupakan dari digital native sehingga mereka dapat beradaptasi dengan cepat.

Dengan begitu, mereka dapat membantu memperkenalkan teknologi yang baik dan buruk.

Dalam melaksanakan peranannya sebagai agent of modernization, pemuda dituntut untuk lebih proaktif dalam menyikapi segala persoalan bangsa. Pemuda bertugas atau melancarkan atau melaksankan pembangunan di segala bidang, baik bersifat fisik maupun non fisik. Terutama dalam menjalankan peranannya sebagia agent of modernization pemuda harus bertindak dan bertugas sebagai pelopor dalam pembaharuan. Maksudnya pemuda pemuda dapat memilih mana yang perlu diubah dan mana yang masih tetap dipertahankan. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anak-anak, secara fundamental.

Tidak ada generasi yang menganggap dirinya pelindung generasi

Universitas Sumatera Utara

12

sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas keselamatan kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan dating.Kalaupun perbedaan dalam kematangan befikir, dalam menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya saja.

Melainkan perbedaan antara kelompok-kelompok yang ada, antara generasi tua dan generasi muda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup tanggung jawabnya.

2.2. Pemberdayaan

2.2.1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendororng, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.13 Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka. Pemberdayaan masyarakat petani adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usaha secara berkelanjutan.

Dengan kata lain, pemberdayaa adalah menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat

Universitas Sumatera Utara

13

berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.14

Pemberdayaan sosial ekonomi pada intinya dapat diupayakan melalui berbagai kegiatan antara lain pelatihan, pendampingan, penyuluhan, pendidikan dan keterlibatan organisasi demi menumbuhkan dan memperkuat motivasi hidup dan usaha, serta pengembangan pengetahuan, keterampilan hidup dan kerja (Yayasan,

2001)

2.2.2. Model Pemberdayaan Masyarakat

Secara teoritis, ada beberapa model pemberdayaan masyarakat yang dikenal luas yakni :

1. Model Pengembangan Lokal (Locality Development Model)

Model pengembangan lokal memasyarakatkan bahwa perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan secara bila melibatkan partisipasi aktif yang luas disemua spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahap penentuan tujuan

Universitas Sumatera Utara

14

maupun pelaksanaan tindakan perubahan. Pembagunan masyarakat adalah proses yang dirangcang untuk menciptkan kondisi-kondisi social-ekonomi yang lebih maju dan sehat bagi seluruh masyarakat melalui partisipasi aktif mereka, serta berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap prakasa mereka sendiri.

2. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model)

Model ini menekankan proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial yang substantif, seperti kenakalan remaja, perumahan (pemukiman), kesehatan mental dan masalah sosial lainnya. Selain itu juga, model ini menganggap betapa pentingnya menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yag terkendali yakni untuk mencapai tujuan akhir secara rasional. Perencanaan dilakukan dengan sadar dan rasional, dalam pelaksanaannya juga dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi.

3. Model Aksi Sosial (Social Action Model)

Model ini menekankan tentang betapa pentingnya penanganan kelompok penduduk yang tidak beruntung secara terorganisasi, terarah, dan sistematis. Juga, meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat yang lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial dan demokrasi. Model ini bertujuan mengadakan perubahan yang mendasar didalam lembaga utama atau kebiasaan masyarakat. Model aksi sosial ini menekankan pada pemerataan kekuasaan dan sumber-sumbernya, atau dalam hal

Universitas Sumatera Utara

15

pembuatan keputusan masyarakat dan mengubah dasar kebijakan organisasi- organisasi formal

2.3. Konsep Pendampingan Masyarakat

2.3.1. Pengertian Pendampingan

Pendampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh fasilitator atau pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program. Fasilitator juga seringkali disebut fasilitator masyarakat (community facilitator/CF) karena tugasnya lebih sebagai pendorong, penggerak, katalisator, motivator masyarakat, sementara pelaku dan pengelola kegiatan adalah masyarakat sendiri.

Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari alternative pemecahan masalah yang dihadapi. Kemampuan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap kegiatan pendampingan. (2005,h.93) mengurakan bahwa pendampingan merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat, selanjutnya dikatakannya pula dalam kutipan Payne (1986) bahwa pendampingan merupakan strategi yang lebih mengutamakan “making thebest of theclient’sresources”.

Keterlibatan masyarakat sebagai sumber daya manusia untuk memberdayakan dirinya, merupakan potensi untuk mencapai tujuan masyarakat, yaitu dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Seperti yang

Universitas Sumatera Utara

16

dikatakan dalam Pedoman Umum Penyuluhan Kehutanan (2004, h.2) bahwa pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama masyarakat dalam mencermati persoalan nyata yang dihadapi di lapangan selanjutnya mendiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan kearah peningkatan kapasitas produktivitas masyarakat. Selanjutnya dikatakan bahwa pendampingan berintikan sebagai upaya menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.

Berkaitan dengan itu pendampingan berarti bantuan dari pihak luar, baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan. Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri. Jadi pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh, dan untuk anggota, serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam rangka menumbuhkembangkan kesadaran sebagai manusia yang utuh, berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Konsep pemdampingan masyarakat merupakan wacana pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep sendiri, partisipasi jaringan kerja dan keadilan.

Pada dasarnya diletakkan pada kekuatan tingkat individu sosial dimana partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga mereka

Universitas Sumatera Utara

17

dapat memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru yaitu dengan proses secara komulatif yangmengakibatkan pada pertumbuhan semakin banyak ketrampilan yang dimiliki seseorang sehingga semakin baik kemampuan berpartisipasinya

Keberdayaan merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki. kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.

Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses belajar.

Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri. Berkaitan dengan hal ini, bahwa keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandiriannya dapat dicapai melalui proses pemberdayaan. Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan.

Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses sumberdaya produktif atau masyarakat terpinggirkan dalam pembangunan. Tujuan akhir dari proses pemberdayaan masyarakat adalah untuk memandirikan warga masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya (Sumidiningrat, 2000)

Universitas Sumatera Utara

18

Perlu dipikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran pemberdayaaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan ini good governance yang telah di elu-elukan sebagai suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tatanan pemerintahan secara luas dalam menjalankan fungsi pembangunan. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik merupakan suatu kondsi yang menjalin adanya proses kesejahtraan, kesamaan, kohesi dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah, rakyat dan usahawan swasta

2.3.2. Semangat Kehidupan Berkelanjutan

Penghidupan keberlanjutan (Sustainable Livelihood) merupakan cara berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan.

Livelihood akan berkelanjutan (sustainable) jika penghidupan yang ada memampukan orang untuk menghadapi dan pulih dari tekanan dan guncangan, memampukan orang untuk mengelola dan menguatkan kemampuan (capabilities) dan kepemilikan sumber daya untuk kesejahteraannya saat ini (sekarang) maupun kehidupan dimasa mendatang, serta tidak menurunkan kualitas sumber daya alam yang ada (Sebastian, 2007)

Sustainable Livelihood berusaha mengidentifikasi hambatan hambatan paling besar yang dihadapi oleh, dan peluang-peluang yang paling menjanjikan dan terbuka bagi, masyarakat, terlepas dari mana asalnya (misalnya di sektor mana, pada wilayah mana atau tingkat apa, dari lokal sampai internasional). Sustainable

Universitas Sumatera Utara

19

Livelihood dibangun di atas pengertian atau definisi masyarakat sendiri mengenai hambatan dan peluang tersebut dan, bila memungkinkan, pendekatan ini selanjutnya bisa membantu masyarakat membicarakan/menyadari hambatan dan peluang tersebut

Pendekatan kehidupan berkelanjutn ini berusaha memahami dan belajar dari perubahan sehingga bisa mendukung pola-pola perubahan yang positif dan membantu menghilangkan pola-pola yang negatif. Meskipun kita sering mendengar dan menggunakan istilah “pendekatan livelihoods” (yaitu menghapuskan kata

“sustainable”), ide keberlanjutan adalah kunci bagi pendekatan ini. Ide ini tidak boleh diabaikan atau dikesampingkan. (Sebastian, 2007)

2.4. Kualitas Sumber Daya Manusia

2.4.1. Pengertian Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah orang-orang yang ada dalam organisasi yang memberikan sumbangan pemikiran dan melakukan berbagai jenis pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi. Sumbangan yang dimaksud adalah pemikiran dan pekerjaan yang mereka lakukan di berbagai kegiatan dalam perusahaan. Dalam pengertian sumber daya manusia, yang diliput bukanlah terbatas kepada tenaga ahli, tenaga pendidikan ataupun tenaga yang berpengalaman saja tetapi semua tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya.

Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara

Universitas Sumatera Utara

20

makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah memasuki angkatan kerja, baik yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun memperoleh pekerjaan. Di samping itu SDM secara makro berarti juga penduduk yang berada dalam usia produktif, meskipun karena berbagai sebab dan masalah masih terdapat yang belum produktif karena belum memasuki lapangan kerja yang terdapat di masyarakatnya.

SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Sedang secara lebih khusus SDM dalam arti mikro di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan pengertiannya dapat dilihat dari tiga sudut:

a. SDM adalah orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi

yang dapat dihitung jumlahnya.

b. SDM adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi.

c. Manusia sebagai sumber daya adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa, sebagai penggerak organisasi berbeda dengan sumber

daya manusia diperlakukan secara berlainan dengan sumber daya

lainnya.

Penjelasan mengenai manusia sebagai sumber daya menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik dan komplek, yang dalam bekerja di lingkungan sebuah perusahaan harus diperlakukan dengan kualitas kehidupan kerja yang baik agar memungkinkannya bekerja secara efektif, efisisen, produktif dan berkualitas.

Universitas Sumatera Utara

21

Di antaranya dalam bentuk memberikan kesempatan untuk berpartisipasi mengembangkan karirnya, diperlakukan adil dalam menyelesaikan konflik yang dihadapinya, disupervisi secara jujur dan obyektif, memperoleh upah yang layak dan lain-lain.

Sumber daya manusia adalah seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografis, social maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya. Potensi manusia menyangkut dua aspek yaitu aspek kuantitas dan kualitas. Karakteristik demografi merupakan aspek kuantitatif sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk menggambarkan jumlah dan pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk dan komposisi penduduk.

Karakteristik sosial dan ekonomi berhubungan dengan kualitas (mutu) sumber daya manusia. Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara, sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang ada baik secara fisik mapun mental. Sumber daya manusia atau penduduk menjadi aset tenaga kerja yang efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang melimpah tidak akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi manusia apabila sumber daya manusia yang ada tidak mampu mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang tersedia. Demikianlah kita harus memahami betapa pentingnya mengupayakan agar sumber daya alam berkualitas tinggi sehingga tidak menjadi beban bagi pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

22

Daya manusia adalah energi istimewa yang berfungsi sebagai input kerja.

Kerja diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan yang ada.

SDM yang telah terikat pada suatu organisasi (formal, perusahaan, industry) berdasarkan suatu kontrak kerja, atau telah berhubungan kerja dengan suatu organisasi berdasarkan suatu kerjasama, disebut SDM pada status mikro (SDM

Mikro, pegawai, karyawan, staf) dan SDM yang masih bebas atau belum terikat kontrak kerja atau kerjasama dengan suatu organisasi, disebut SDM Makro. SDM mempunyai dua sisi atau aspek, yaitu aspek sumber daya (SD) dan aspek manusia

(M).

2.4.2. Pentingnya Kualitas SDM

Keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas manusianya, bukan oleh melimpah ruahnya kekayaan alam. Manusia merupakan titik sentral yang menjadi subyek dan perekayasa pembangunan serta sebagai obyek yang direkayasa dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur, di antaranya melalui pendidikan

Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya. Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-

Universitas Sumatera Utara

23

masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu jasmaniah dan rohaniah. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu ditentukan oleh rohaniah yang bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk mencapai SDM berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri, hal ini dapat diambil contoh seperti kepatuhan masyarakat terhadap hukum ditentukan oleh aspek rohaniah ini. Dalam hal ini pendidikan Islam memiliki peran utama untuk mewujudkannya.

Kemampuan dasar tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber daya manusia atau disingkat dengan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim, seperti dikutip oleh Anggan Suhandana, disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik.

Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya.

Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai-nilai

Universitas Sumatera Utara

24

tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas (borderless world) yang berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-batas ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain; profesionalisme, kompetitif, efektif dan efisien dalam tata kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar sebagai agent of knowledge akan tetapi harus mampu mengakomodir pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai globalisasi dalam satu paket pendidikan. Dengan demikian orientasi pendidikan harus terkait dan sepadan link and match dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dengan berbagai sektor kebutuhan, terutama dunia industri dan dunia usaha. Sehingga perlu adanya pandangan baru tentang manusia berkualitas dalam pendidikan di abad globalisasi ini.

Menurut Nanang (2000), SDM terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif. Dimensi kualitatif mencakup berbagai potensi yang terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif sedangkan dimensi kuantitatif adalah terdiri atas prestasi dunia kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlah waktu belajar. Jika pengeluaran untuk meningkatkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktivitas dari SDM tersebut akan menghasilkan nilai balik (rate of return) yang positif

Tinggi rendahnya kualitas SDM antara lain ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan atau kelompok. Permasalahan ini akan dapat diatasi

Universitas Sumatera Utara

25

apabila SDM mampu menampilkan hasil kerja produktif secara rasional dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas SDM.

Dalam perkembangannya, konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang ketika diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber daya bahkan sebagai sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur jumlah, seperti terkesan dari pengertian tentang penduduk, tetapi juga mutu, dan mutu ini tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar pengetahuannya, pengalaman atau kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang dimilikinya.

Sumber daya manusia yang berkualitas dan pengembangan kualitas SDM bukan lagi merupakan isu atau tema-tema retorik, melainkan merupakan taruhan atau andalan serta ujian setiap individu, kelompok, golongan masyarakat, dan bahkan setiap bangsa. Pengembangan SDM berkualitas adalah proses kontekstual, sehingga pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja pada saat ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat pada lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun dari luar lembaga yang bersangkutan. Fungsi dan orientasi pendidikan dan

Universitas Sumatera Utara

26

peningkatan kualitas SDM telah dibuat dalam suatu kebijakan Depdiknas dalam tiga strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu: 1) Pemerataan kesempatan pendidikan, 2) Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan dan 3)

Peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, proses pengembangan sumber daya manusia itu terdiri dari perencanaan (planning), pendidikan dan pelatihan (education and training), dan pengelolaan (management).

2.5. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

2.5.1. Sejarah GMKI

Pertama kali adalah School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di

Jakarta. Pada mulanya berdiri sebagaiSekolah Mantri Cacar Jawa tahun 1851, kemudian berkembang menjadi Sekolah Kedokteran Tinggi (1927). Lalu

Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) tahun 1913 di Surabaya. Sekolah

Kedokteran Hewan tahun 1914 di Bogor, Sekolah Teknik Tinggi tahun 1920 di

Bandung dan Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta pada tahun 1924.

Setelah berdiri beberapa perguruan tinggi di Indonesia, yang bagi berbagai pihak dunia internasional dipandang cukup terlambat, tibalah pengaruh-pengaruh baru. Perhatian khusus kepada komunitas mahasiswa di Indonesia itu datang dari

World Student Christian Federation (WSCF), yang sudah berdiri sejak tahun 1895.

Suatu organisasi mahasiswa Kristen yang dibentuk oleh organisasi mahasiswa

Kristen yang dibentuk oleh organisasi mahasiswa Kristen dari berbagai negara dengan misi gerakan oikumene. Dikemudian hari WSCF sangat berperan memeprsatukan gereja-gereja dalam satu wadah yakni Dewan Gereja-Gereja

Universitas Sumatera Utara

27

Sedunia, yang berdiri tahun 1942. Selain itu lembaga lain yang turut memperhatikan perkembangan ini ialah Nederlandsch Christelijke Studenteen

Vereniging (Persekutuan Mahasiswa Kristen Belanda). Misi utama dukungan lembaga-lembaga mahasiswa internasional tersebut adalah pekabaran injil melalui dunia universitas ke seluruh penjuru dunia agar semua mahasiswa Kristen menjadi satu adanya. Amsal misi anggota NSCV tiba di Jakarta.orang itu dikenal sebagai ahli pertanian dan ekonomi, Ir. C.L Van Doorn. Mengawali tugasnya menjalankan misi itu, mengadakan penyelidikan lapangan bidang pertanian di Bogor sambil membangun banyak jaringan dengan berbagai kalangan di sekitar kehiduoan perguruan tinggi termasuk di Jakarta.

Berjalannya proses interaksi dan acara-acara diskusi itu sungguh menarik perhatian. Bahkan beberapa mahasiswa lain uga menjadi sangat tertarik sehingga seringkali mereka menjadi bagian dalam kelompok kecil itu. Mereka antara lain

Tine A.L Franz, Amir Syarifuddin dan , dimana diskusi itu sungguh menarik perhatian. Bahkan beberapa mahasiswa lain juga menjadi bagian dalam kelompok kecil itu. Mereka antara lain Tine A.L Franz, Amir Syarifuddin dan Mohammad Yamin, dimana kemudian hari sebagian dari orang-orang muda ini juga muncul sebagai founding fathers and mothers bangsa Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan proses itu muncullah suatu impian di antara komunitas mahasiswa Kristen. Harapan akan berdirinya sebuah organisasimahasiswa Kristen di Pulau Jawa yang akan menjalankan misi persekutuan dan pekabaran injil. Di samping munculnya semangat nasionalisme yang membuka wacana berpikir tentang kebangsaan dan persatuan nusantara.

Universitas Sumatera Utara

28

Kesadaran ini pula yang menggerakkan Johannes Leimena untuk turut menghadiri

Kongers Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928. Sebuah kongres pemuda pribumi yang dipersiapkan oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).

Pada momen penting yang seluruh pesertanya hanya sekitar tiga puluh ornag itu, dengan semangat berani telah mengucapkan sumpah: “satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa”. Ir. C.L Van Doorn juga turut hadir pada kesempatan bersejarah itu sebagai satu-satunya orang Belanda, selaku peninjau karena mendapat kepercayaan dari PPPI.

Tahun-tahun berikutnya kegiatan kelompok kecil mahasiswa Kristen di

Jawa semakin matang. Komunitas ini telah memiliki aturan-aturan sederhana dalam rangkaian menjalan program-programnya. Begitu juga dengan proses kelahiran organisasi baru ini tidak mengalami banyak halangan. Pada suatu ibadah Natal yang hikmat di Kaliurang tanggal 28 Desember 1932 resmilah berdirinya Christelijke

Vereniging op Java (CSV Op. Java). Peresmian ini dihadiri sekitar 50 orang mahasiswa Kristen dari Jakarta, , Jogjakarta, Solo dan Surabaya. Juga hadir para utusan dari World Student Christian Federation (WSCF) dan

Nederlandsch Christelijke Studenten Vereniging (NSCV) sebagai lembaga yang turut meresmikan.

Demikian halnya CSV Op. Java, nama itu pun tidak relevan lagi. Dalam suasana seperti itu ia berubah nama menjadi Persekutuan Mahasiswa Kristen

Indonesia (PMKI). Nama baru ini kelak akan terus dipakai hingga tahun 1950.

Perubahan nama ternyata juga menimbulkan pengaruh bagi aktivitas persekutuan.

Universitas Sumatera Utara

29

Terlebih sesudha gedung Student Center Kebon Sirih dirampas oleh tentara Jepang untuk dijadikan kantor pusat pengadaan logistic amunisi mereka di Jakarta.

Terlebih setelah tanggal 27 Desember 1949, dimana dunia internasional secara resmi mengakui kedaulatan negara kesatuan R.I, keadaan berangsur-angsur lebih stabil. Kenyataan ini pula mendorong percepatan prose rekonsiliasi bagi

PMKI dan CSV Baru. Opini untuk melebur menjadi satu menguat dan menjadi harapan bagi para anggotanya. Ketika masa itu, CSV Baru di Jakarta, Bandung,

Surabaya dan Makassar berjumlah sekitar 300 orang. Sedangkan PMKI di Jakarta diperkirakan sekitar 30 orang saja.

Ketika pihak Belanda memasuki Indonesia bersama-sama dengan Inggris, mereka membebaskan tawanan perang, termasuk bekas tentara KNIL. Maka muncullah perkelahian-perkelahian (kadang-kadang berdarah), antara bekas KNIL ini dengan para pemuda, pembunuhan-pembunuhan pun mulai merajalela terutama terhadap orang-orang Kristen dari Indonesia timur. Salah satu tempat yang sangat rawan adalah dekat Prapatan 10, sekitar Pasar Senen dan Kramat Jaya. Untuk menanggulangi hal ini, antara lain Jaksa Agung Kasman Singodimejo, meminta kesediaan Frans Patiasina dan O.E. Engelen untuk menentramkan Senen. Tetapi mereka hanya bisa berbuat apa yang dapat mereka perbuat.

Akan tetapi, kemudian masing-masing mulai mencari kelompoknya yang sealiran dan sependapat. Perpecahan mulai Nampak antara penghuni asrama

Menteng 31 yang umumnya terdiri dari para pemuda dan para mahasiswa Prapatan

10. Para mahasiswa bekas CSV pun mulai memikirkan sikap mereka. Untuk itu

Universitas Sumatera Utara

30

mereka mengirim antara lain O.E. Engelen dan Frans Patiasina kepada Dr. Leimena yang pada waktu itu memimpin sebuah poliklinik di . Mereka membahas perkembangan-perkembangan terakhir yang datang fan pergi seecara beruntun dengan cepat sekali. Pada waktu itu ternyata Dr. Leimena sepakat dengan mereka untuk meneruskan perjuangan membela Proklamasi. Landasan persatuan nasional harus pula tetap dipupuk di kalangan mahasiswa.

Setahun kemudian, tepat pada tanggal 9 Februari 1950 di rumah kediaman dr. Johannes Leimena, jalan 36 Jakarta,diadakanlah sebuah iabadah syukur bersama. Pertemuan ini menpunyai tujuan tunggal, yakni meresmikan persatuan antara PMKI dan CSV Baru. Pada tahap puncak ini terlihat adanya kesadaran untuk saling menerima dan merangkul sebagai satu keluarga, satu iman, satu bangsa dan satu negara.

Dalan tahun-tahun pertama ini GMKI hanya terdiri dari 5 cabang saja, yaitu

Jakarta, Bandung, , Surabaya dan Ujung Pandang.Bandung dan Jakarta merupakan organisasi yang sudah bertradisi CSV, demikian pula Surabaya.

Yogyakarta muncul dimasa revolusi, sedangkan cabang Ujung Pandang baru didirikan sekitar tahun 1952. Kemudian dalam tahun 1953, muncul pula cabang- cabang Bogor, Medan dan cabang Pematang Siantar menyusul setahun kemudian.

Lima cabang pertama di atas mengadakan konferensi lagi di Sukabumipada tahun 1952. Konferensi ini sangat penting dilihat dari dua segi. Pertama, dalam

Konferensi ini GMKI berhasil menyusun Anggaran Rumah Tangganya. Kedua, sejak Konferensi GMKI mulai memakai tema-tema tertentu untuk merangkul

Universitas Sumatera Utara

31

segala aspirasi, program, serta strateginya. Selain itu Konferensi Sukabumi 1950 dan 1952 kemudian dianggap sebagai Kongres GMKI Pertama dan Kongres GMKI

Kedua.

Segera setelah negara kesatuan pulih kembali dari perjuangan kemerdekaanya, muncul suatu permasalahan yaitu dasar-dasar negara. Menurut

Undang-Undang Dasar, dasar Negara RI adalah . Tetapi belum banyak yang memahaminya ketika itu. Setiap aliran politik mempunyai tapsirannya sendiri yang juga berbeda dari masa ke masa. Malah ada juga yang sama sekali menolak dasar-dasar negara itu sehingga ditafsirkan hendak membentuk negara lain.

Sebagai organisasi mahasiswa, sudah tentu GMKI ingin tahu permasalahan- permasalahan yang menyangkut dasar-dasar negara. Untuk itu sejak bulan April

1950 mulai dipersiapkan suatu pertemuan. Dalam pertemuan yang dilangsungkan di Sukabumi pada bulan Desember 1950, dan kemudian dinamakan Kongres GMKI

I, masalah ini dibahas dengan panjang lebar.

Sebagai anggota PPMI (Federasi Gerakan-gerakan Mahasiswa Indonesia),

GMKI memainkan peranan yang aktif. Wakil-wakil GMKI yang tetap dalam PPMI adalah mula-mula Leo Radjahaba, kemudian Hutajulu dan sejak tahun 1954, Sabam

Siagian. Terutama dalam tahun-tahun inilah mulai nampak polaritas dalam kehidupan gerakan-gerakan mahasiswa di Indonesia. Karena GMKI tidak pernah memperlihatkan sikap yang ekstrim ke kiri maupun ke kanan, maka fungsi itu secara ideal memang harus diserahkan kepada GMKI. Sabam Siagian dan Sabam

Sirait pernah memegang fungsi itu.

Universitas Sumatera Utara

32

Situasi ini memang mempunyai akibat yang luas dalam GMKI.Kemelut

GMKI di masa ini mula-mula datang dari situasi daerah-daerah yang bergolak seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Utara dimana GMKI mempunyai cabang- cabang yang kuat. Daerah konsentrasi umat Kristen itu mendesak GMKI untuk mengambil sikap pula. Hal ini juga sangat dirasakan dalam DGI yang menerima laporan-laporan gereja-gereja anggotanya yang berada di beberapa daerah pergolakan.

2.5.2. Visi dan Misi GMKI

Visi misi organisasi GMKI adalah visi organisasi ini adalah terwujudnya perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih. Misi GMKI yakni:

a. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi lainnya kepada

pengenalan akan Yesus Kistus selaku Tuhan dan Penebus dan

memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari;

b. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah

mahasiswa dan perguruan tinggi dalam kesaksian memperbaharui

masyarakat, manusia dan gereja;

c. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dna bertanggung

jawab dengan menjalankan panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara,

gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan menjad sarana bagi

Universitas Sumatera Utara

33

terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran, dan cinta

kasih di tengah-tengah manusia dan alam semesta.

Pendidikan kader GMKI Medan dipahami sebagai suatu proses yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Dalam konteks itu peletakan fondasi dasar bagi sistem pendidikan dasar menjadi bagian yang sangat penting.

Melalui visi dan misi akan menghasilkan kader yang memiliki nilai spiritualitas, intelektualitas dan profesionalitas yang tinggi. Melalui spiritualitas dengan bersaksi bersekutu dan melayani. Menghasilkan kader yang berintegritas yang jujr, setia dan disiplin rajin. Menghasilkan kader profesionalitas yang memiliki kepemimpinan, manajerial, berpikir metodologi dan belajar efektif. Nilai-nilai diataslah yang dikelompokkan menjadi beberapa pelatihan yang harus diikuti oleh anggota GMKI yakni meliputi LDK (latihan dasar kepemimpinan), KLK (kursus latihan kepemimpinan) dan TOT (training of trainer).

2.5.3 Sejarah Kelompok Cipayung

Motivasi kelahiran Kelompok Cipayung dilatarbelakangi oleh kekosongan bagi gerakan kemahasiswaan untuk menghadapi situasi sosial yang menyimpang dari asas keadilan dalam sistem kenegaraan. Situasi sosial kemasyarakatan pada masa Orde Baru terlihat adanya gejala-gejala untuk memperkuat kekuasaan tanpa unsur demokratis, padahal pada awal berdirinya pemerintahan pada masa itu menjanjikan bahwa tatanan kenegaraan akan didasari oleh kedaulatan rakyat dan demokrasi yang lebih baik dibandingkan pelaksanaan Orde Lama.

Universitas Sumatera Utara

34

Tanggal 10 Januari 1972, bertepatan dengan hari ulang tahun Tritura (Tiga

Tuntutan Rakyat), bertempat di Margasiswa I PMKRI Jl.Samratulangi No.1

Menteng Jakarta Pusat, keempat pimpinan pusat organisasi mahasiswa yang diantaranya PB HMI (Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam), PP PMKRI

(Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), DPP

GMNI (Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), dan PP

GMKI (Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) mengadakan suatu pertemuan bersama. Kesimpulan pertemuan tersebut berupa Evaluasi 10 Januari

1972 yang isinya antara lain penilaian terhadap proyek Miniatur Indonesia (Taman

Mini Indonesia Indah) mencakup keprihatinan yang mendalam atas kehidupan bangsa, masyarakat, dan negara.

Penyelenggaraan pertemuan dilaksanakan pada tanggal 19-22 Januari 1972 di Desa CipayungJawa Barat, dengan mengambil tema yang berjudul "Indonesia yang Kita Cita-Citakan". Pertemuan tersebut menghasilkan suatu kesepakatan yang berisi 7 butir tentang Indonesia yang Kita Cita-Citakan. Kesepakatan itu diberi nama KESEPAKATAN CIPAYUNG:

Kami, generasi muda bangsa sebagai penerus dan pewaris bangsa di

masa depan, belajar dari sejarah masa lampau, bahwa disorientasi selalu

terjadi dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa, selalu akan

menghambat kemajuan bangsa. Oleh karenanya kesatuan perjuangan

generasi muda untuk membangun negeri ini adalah merupakan tuntutan

bangsa secara mutlak. Kecintaan terhadap negara dan bangsa yang

tumbuh dari generasi ini, adalah manifestasi dari kecintaan akan

Universitas Sumatera Utara

35

Indonesia di masa depan, oleh karena itu generasi ini merindukan

Indonesia yang Kita Cita-citakan sebagai berikut:

1. Bahwa Indonesia yang kita cita-citakan adalah Indonesia yang digambarkan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, masyarakat adil dan makmur, spiritual dan material berdasarkan Pancasila.

2. Bahwa Indonesia yang kita cita-citakan adalah Indonesia yang kuat bersatu, Indonesia yang cerdas dan modern, Indonesia yang demokratis dan adil, Indonesia yang menjunjung tinggi martabat manusia dan wibawa hukum, Indonesia yang sehat dan makmur, Indonesia yang bebas dari ketakutan dan penindasan, Indonesia yang berperanan dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia, Indonesia yang layak bagi tempat dan kehidupan manusia selaku makhluk Tuhan.

3. Bahwa Indonesia yang kita cita-citakan hanya mungkin dicapai dari pembangunan ke pembangunan dengan bekerja keras, jujur, hemat, yang dilandasi semangat pioner melalui pengorbanan.

4. Indonesia yang kita cita-citakan hanya dapat dibangun atas pikiran dan tekad bersama, yang erat dan terarah dari generasi ke generasi bangsa

Indonesia dengan tidak mengenal perbedaan agama, suku, daerah, umur, dan golongan, karena tekad pikiran yang demikian inilah yang mencetuskan Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945 dan Orde Baru kita sekarang ini.

Universitas Sumatera Utara

36

5. Dalam rangka membangun masa depan dalam Indonesia yang kita cita- citakan, maka pembentukan dan pembinaan generasi pembangunan selaku generasi penerus adalah mutlak. Kita bercita-cita membangun masa depan yang lebih baik dari masa kini dan masa kemarin, karena itu generasi pembangun memerlukan keberanian melihat dan menilai dasar- dasar pembangunan masa depan dan meninggalkan pola-pola lama, ikatan-ikatan lama, yang menghalangi usaha pembangunan masa depan yang baru. Generasi pembangun itu mempunyai ciri-ciri khas, yaitu bebas dan terbuka, positif, kritis, dinamis, jujur, berdedikasi, dan radikal. Ciri- ciri khas itu merupakan unsur dalam melihat masa depan, serta menilai masa kini dan masa lampau.

6. Generasi pembangun mutlak turut menentukan isi, bentuk, corak, dan watak dari Indonesia yang kita cita-citakan, dengan memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk menyampaikan pikiran-pikiran, pendapat-pendapat dan tenaga melalui kebebasan yang bertanggung jawab, yang dijamin atas dasar hukum, dan untuk itu pembinaan generasi pembangun menjadi kewajiban bersama.

7. Generasi pembangun ini, akan mempunyai peranan bila dalam generasi pembangun itu sendiri ada inisiatif untuk mengubah dan mempersiapkan diri menerima dan memikul tanggung jawab masa depan dalam mencapai

Indonesia yang kita cita-citakan itu. Inisiatif itu berbentuk usaha membuka diri dalam memahami pada artinya anugerah Tuhan untuk kita hidup di

Indonesia, mempergunakan ilmu dan teknologi dalam

Universitas Sumatera Utara

37

memecahkan persoalan-persoalan masyarakat, menerima pikiran-pikiran

yang beraneka ragam dari berbagai golongan generasi muda dalam

masyarakat, dan kesediaan mempersiapkan diri mengabdi kepada

masyarakat, bangsa, dan negara.

Disepakati bersama, dan ditandatangani oleh :

Akbar Tandjung, Ketua Umum PB HMI;

Chris Siner Key Timu, Ketua Presidium PP PMKRI;

Soerjadi, Ketua Umum DPP GMNI;

Binsar Sianipar, Ketua Umum PP GMKI.

Menyadari sangat berarti dan bermanfaatnya hasil pertemuan tersebut, terutama menyusuri cita-cita bangsa berupa memorandum Kesepakatan Cipayung tahun

1972 maka, Abduh Paddare, Ketua Umum PB PMII (Pengurus Besar Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia) menyetujui bahwa PMII harus masuk ke dalam pertemuan multilateral sebagai anggota penuh.

Universitas Sumatera Utara

38

2. 6. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran dalam hal ini merupakan rangkaian pemikiran yang menjadi alur dalam penulisan pembahasan penelitian peran GMKI dalam pembangunan pemuda di Sumatera Utara. Untuk mengetahui kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Agent of change

Agent of development Kualitas SDM Pemuda

Agent of modernization

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2. 8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis yang menjadi pedoman dalam penelitian yaitu:

a. Agent of change berpengaruh terhadap kualitas SDM pemuda di

Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

39

b. Agent of development berpengaruh terhadap kualitas SDM pemuda di

Sumatera Utara c. Agent of modernization berpengaruh terhadap kualitas SDM pemuda di

Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah, melalui prosedur yang telah

ditetapkan. Penelitian dilakukan dengan cermat dan teliti, agar hasil yang diperoleh

tepat dalam penelitian kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan seksama dalam

menentukan jenis data, sumber data, cara pengumpulan data, tujuan penelitian, dan

teknik analisis data.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kombinasi antara kuantitatif dan

kualitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem

pemikiran pada suatu kelas penelitian pada masa sekarang. Penelitian deskriptif

kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan

berbagai kondisi, situasi, fenomena menurut kejadian sebagaimana adanya

(Sugiyono, 2005).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada sebelas kota di Sumatera Utara yakni

Medan, Sidikalang, Siantar, Tarutung, Kabanjahe, Padang Sidimpuan, Sibolga,

Teluk Dalam, Gunung Sitoli dan Rantau Prapat.Tempat penelitian ditentukan

Universitas Sumatera Utara

41

secara purposive, berdasarkan pertimbangan kota-kota dimana GMKI bertumbuh

dan memiliki eksistensi. Terlihat dari keaktifannya secara organisasi dan

kegiatannya.

Objek tempat penelitian dilakukan di Kota Medan, Kota Siantar, Kota

Tarutung, Kota Padang Sidimpuan, dan Kota Gunung Sitoli. Penelitian akan

dilaksanakan antara bulan Desember 2018 – Februari 2018.

3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah anggota GMKI di Wilayah Sumatera Utara yang

berumur 16-30 tahun sebanyak 3.190 orang.

Tabel 3.1.

Perhitungan Sampel Berdasarkan Metode Proportional Stratified Sampling

Jumlah nggota Jumlah Sampel No. Nama Cabang Perhitungan (Orang) Representatif

1. GMKI Medan 2327 x93=67.84 2327 3190 68

2. GMKI Tarutung 266 x93=7.75 266 3190 8

3. GMKI Gunung Sitoli 260 x93=7.57 260 3190 7

Universitas Sumatera Utara

42

4. GMKI Pematang Siantar 136 x93=3.964 136 3190 4

5. GMKI P. Sidempuan 201 x93=5.85 201 3190 6

Total 3190 93

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah anggota GMKI yang terdiri dari lima cabang

berikut yakni GMKI Cabang Medan, GMKI Cabang Pematang Siantar-

Simalungun, GMKI Cabang Tarutung, GMKI Cabang Padang Sidempuan dan

GMKI Cabang Gunung Sitoli. Memiliki profil sebagai berikut, yang sudah

mengikuti pelatihan dasar GMKI dan memiliki pekerjaan di bagian Pemerintahan.

Alasan pemilihan kelima cabang ini sebagai lokasi penelitian adalah karena kelima

cabang ini merupakan cabang yang strategis dan sudah memiliki jenjang yang lama

dalam hal pengorganisasian.

Menurut Undang-undang Kepemudaan Republik Indonesia No. 40 tahun

2009 pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting

pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) tahun sampai 30

(tiga puluh) tahun.Dalam penelitian ini yang diteliti adalah lima (5) cabang lokasi

penelitian,

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap

dapat menggambarkan populasi. Pengambilan sampel ini dimaksudkan untuk

Universitas Sumatera Utara

43

mengefisienkan waktu tenaga dan biaya (Arikunto, 2006). Metode pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan sampel acak sederhana, yaitu metode pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Pada penelitian ini perhitungan sampel akan menggunakan rumus perhitungan Frank Lynch:

N.Z 2 .P(1 − P) n = Nd 2 + z 2 P(1 − P) n = 3190. .0,50 (1-0,50)

3190 + . 0,50 (1-0,50) n = 3064,4

32.86 n = 93,25

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah populasi

Z = Nilai normal dari variable (1.96) tingkat kepercayaan 95 %

P = Harga patokan tertinggi (0,50)

d = sampling error (0,10)

Universitas Sumatera Utara

44

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua (2) teknik yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung

ke lokasi penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat

dilakukan melalui kuisioner. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data

berdasarkan daftar pertanyaan dalam beberapa item dan pilihan yang akan

dijawab oleh responden.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dari

tiap cabang GMKI di Sumatera Utara.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan pada saat melaksanakan penelitian di lapangan berupa pengamatan langsung dan kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang merupakan hasil pengumpulan orang atau instansi dalam bentuk publikasi, laporan, dokumen, dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data primer yang diteliti menggunakan kuisioner dengan mengujinya menggunakan skala Likert, dengan Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu

Universitas Sumatera Utara

45

(R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP)yangbergerak dari poin

5,4,3,2, dan 1 .Skala Likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau respon seseorang terhadap suatu objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala

Likert sangat populer di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap pertanyaan tersebut dapat diberikan angka

(skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan. Skala Likert tidak hanya terdiri dari satu stimulus atau satu pernyataan saja melainkan selalu berisi banyak item

(multiple item measure). Dalam hal ini masyarakat responden penelitian dapat memilih jawaban sesuai dengan kondisi objektif apa adanya dari pengamatan mereka terhadap objek yang diteliti. Nilai jawaban masyarakat responden ini diukur dengan memberikan nilai jawaban (scoring) terhadap lima alternatif jawaban antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat

Tidak Penting (STP)yangbergerak dari poin 5,4,3,2, dan 1. Oleh karena itu pernyataan yang dibuat untuk mengukur sikap harus dirancang dengan hati-hati.

Stimulus harus ditulis dan dipilih berdasarkan metode konstruksi yang benar dan skor terhadap respons seseorang harus diberikan dengan cara-cara yang tepat. Skala

Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan.

Universitas Sumatera Utara

46

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.2. Penjabaran Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Hasil Ukur Skala Pengukuran

Variabel bebas

Pemuda Individu yang berumur 16-30 18-23 tahun tahun yang berada di lima cabang GMKI di Sumatera Utara. Ordinal

Agent of change Peran pemuda GMKI sebagai Baik, jika mendapat skor pembawa perubahan bagi >mean peningkatan kualitas SDM pemuda Cukup, jika mendapat skor = mean Ordinal

Kurang, jika mendapat skor

Agent of Peran pemuda GMKI sebagai Baik, jika mendapat skor development pembawa pengembangan bagi >mean kualitas SDM pemuda Ordinal Cukup, jika mendapat skor = mean

Kurang, jika mendapat skor

Agent of Peran pemuda GMKI sebagai Baik, jika mendapat skor modernization pembawa modernisasi bagi >mean peningkatan kualitas SDM pemuda Cukup, jika mendapat skor = mean Ordinal

Kurang, jika mendapat skor

Variabel terikat

Kualitas SDM Kompetensi SDM yang dimiliki Baik, jika mendapat skor pemuda berdasarkan >mean pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan Cukup, jika mendapat skor = mean Ordinal

Kurang, jika mendapat skor

Universitas Sumatera Utara

47

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.7.1 Uji Validitas Instrumen Sugiyono (2012:172) mengemukakan bahwa instrmen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukut. Uji validitas instrument dalam penelitian ini adalh dengan menbandingkan nilai Correalated Item-Total Correlation (rhitung)ada setiap butir pertanyaan dengan nilai r tabel.

Menurut Ghozali (2005) jika nilai r hitung> r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid. Untuk melakukan uji validitas instrumen dengan SPSS (Software Statistical for Social Science) 16. Hasil uji validitas terhadap ke-21 item pertanyaan tentang peranan pemuda terhadap kesejahteraan pemuda dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Item pertanyaan r-hitung validitas r-tabel Kesimpulan

Change of Agent (X1_ Change1 .505 0.36 Valid

Chang2 .596 0.36 Valid Chang3 .526 0.36 Valid

Chang4 .635 0.36 Valid

Chang5 .507 0.36 Valid

Change of Development (X2) Develop1 .475 0.36 Valid

Develop2 .550 0.36 Valid Develop3 .412 0.36 Valid

Develop4 .616 0.36 Valid Develop5 .466 0.36 Valid

Change of Modernization (X3)

Modern1 .417 0.36 Valid

Universitas Sumatera Utara

48

Modern2 .469 0.36 Valid

Modern3 .402 0.36 Valid

Modern4 .604 0.36 Valid

Modern5 .507 0.36 Valid Kualitas SDM

SDM1 .578 0.36 Valid SDM2 .435 0.36 Valid

SDM3 .370 0.36 Valid SDM4 .510 0.36 Valid

SDM5 .631 0.36 Valid SDM6 .557 0.36 Valid

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa nilai r-hitung validitas ke-25 item pertanyaan adalah lebih besar dari r-tabel (0.36) sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-21 item pertanyaan adalah valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji Reliabilitas untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran instrumen dapat dipercaya. (Ghozali, 2005). Reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner dari indikator variabel. Kuesioner dikatakan reliabel, jika jawaban respoden terhadap pertanyaan dari waktu ke waktu konsisten. Ghozali

(2005) mengemukakan bahwa pengukuran realibilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

Universitas Sumatera Utara

49

a. Repeated Measure, yaitu pengukuran ulang dilakukan dengan cara

memberikan kuesioner (pertanyaan) yang sama pada waktu yang berbeda,

dan kemudian dilihat apakah responden tetap konsisten dengan

jawabannya.

b. One Shot atau pengukuran sekali saja dilakukan dengan cara hanya sekali

saja kuesioner diberikan kepada responden dan kemudian hasilnya

dibandingkan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antarjawaban

pertanyaan.

Pada penelitian ini menggunakan cara one shot dengan alasan apabila menggunakan Repeated Measure membutuhkan waktu yang lebih lama. Sugiyono,

2012:183-184 mengemukakan bahwa pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Test –retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Instrumen sama, responden sama, dan waktu berbeda. Ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama. Gabungan adalah test-retest dan ekivalen.

Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Dalam hal ini teknik yang digunakan untuk menguji reabilitas adalah Cronbach’s Alpha. Pada uji ini dinilai reliabel jika lebih besar dari 0,6 dimana kriteria sebagai berikut :

α > 0,6 artinya instrumen reliabel

α < 0,6 artinya instrumen tidak reliabel

Universitas Sumatera Utara

50

Hasil uji reliabilitas terhadap ke-4 variabel penelitian memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel r-hitung r-tabel Kesimpulan reliabilitas

1 Change of Agent 0.774 0.6 Reliabel 2 Change of Development 0.734 0.6 Reliabel

3 Change of Modernization 0.714 0.6 Reliabel 4 Kualitas SDM 0.758 0.6 Reliabel

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah) Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa ke-4 variabel penelitian memiliki nilai r- hitung reliabilitas lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-4 variabel penelitian adalah reliable

3.8 Analisis Data

3.8.1. Analisis Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear ganda, dengan formulasi sebagai berikut :

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ µ di mana :

Y = Kualitas SDM Pemuda

X1 = Peran pemuda agent of change

Universitas Sumatera Utara

51

X2 = Peran pemuda agent of development

X3 = Peran pemuda agent of modernization

a = konstanta

b = koefisien regresi variabel

µ = Efek error

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima, digunakan uji F (F-test) dan uji t (T-test).

1. Uji F Secara Simultan

Uji signifikansi simultan (uji statistik F) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2011:44). Cara pengujian simultan terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikan < 0,05 : maka hipotesis diterima. Ini berarti bahwa

secara simultan keempat variabel independen tersebut tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan > 0,05 : maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara

simultan kempat variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji t Secara parsial

Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

52

1. Jika Sig < 0,05 dan t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Jika Sig > 0,05 dan t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:46).

3.8.2. Uji Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, mulikolinearitas, dan heteroskedastisitas, serta Autokorelasi (Ghozali,

2006).

3.8.2.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Data

Universitas Sumatera Utara

53

yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji

Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu sisi, yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu, yaitu apabila nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal dan bila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka data terdistribusi secara normal (Ghozali, 2006)

3.8.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mengandung korelasi kuat diantara variabel independen (Erlina, 2008). Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan:

1. Melihat angka collinearity statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance

inflation Factor (VIF). Jika angka VIF < 10, maka variabel bebas yang ada tidak

memiliki masalah multikolinieritas.

2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak

menunjukkan nilai > 1 akan memberikan kenyataan bahwa, tidak terjadi

masalah multikolinieritas.

Universitas Sumatera Utara

54

3.8.2.3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar analisisnya dapat dilihat : a) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi hetero

kedastisitas. b) Sebaliknya, Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas. Dengan

kata lain, tidak terdapat gejala heterokedastisitas dalam data penelitian.

Universitas Sumatera Utara

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatera, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota Medan. Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah

(KND), Provinsi Sumatera kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu:

Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan penggabungan dari tiga daerah administratif yang disebut keresidenan yaitu: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan

Keresidenan Tapanuli.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10

Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan Provinsi

Sumatera Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi

Provinsi Sumatera Utara.

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100°

Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Batas wilayah

Provinsi Sumatra Utara adalah :

Universitas Sumatera Utara

56

- Sebelah utara, berbatasa n den an Provinsi Aceh dan Selat Malaka 52 - Sebelah selatan berbatsan dengan Provinsi Riau, Sumatera Barat dan

Samudra Indonesia

- Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Samudra Indonesia

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke

Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51% seluas 8,64 % dan diatas

40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57

%. Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang.Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis. Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau

65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan

Universitas Sumatera Utara

57

kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa 2 danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik

Batas Administrasi Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan

Internasional, dekat dengan dua Negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) Provinsi, dengan batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan

Provinsi Sumatera Barat. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

Penduduk Sumatera Utara terdiri dari berbagai suku, yaitu Melayu, Batak,

Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan telah beragama. Walaupun berbeda Agama dan adat istiadat, kehidupan bersama berlangsung rukun dan damai dengan

Pancasila sebagai pedoman hidup. Jumlah Penduduk Pada tahun 2003, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berjumlah 11.890.399 jiwa, terdiri dari

5.942.682 laki-laki dan 5.947.717 perempuan, dengan kepadatan rata-rata 166

Jiwa/Km². Sekitar 56,75 % penduduk bertempat tinggal di pedesaan dan 43,25 % bertempat tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2007, penduduk Provinsi

Sumatera Utara bertambah jumlahnya menjadi 12.834.371 jiwa yang terdiri dari

6.405.076 jiwa penduduk laki-laki atau sebesar 49,91 persen dan 6.429.925 jiwa penduduk perempuan atau sebesar 50,09 persen, dengan kepadatan rata-rata 179

Jiwa/Km².

Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan Penduduk Sumatera

Utara selama kurun waktu Tahun 1990 – 2000 adalah 1,20 persen pertahun, dan

Universitas Sumatera Utara

58

pada Tahun 2000 – 2005 menjadi 1,35 persen pertahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi antara Tahun 2000 – 2005 terdapat di Kabupaten Tapanuli

Tengah sebesar 2,96 persen pertahun, hal ini kemungkinan karena letak Kabupaten

Tapanuli Tengah sebagai daerah transit bagi Kabupaten di sekitarnya seperti

Kabupaten Nias dan Tapanuli Selatan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah ada di Kabupaten Toba Samosir, yang tercatat sebesar negatif 0,96 persen pertahun. Berdasarkan struktur usia keseluruhan terdiri dari 33,68 persen berusia dibawah 15 Tahun; 42,06 persen wanita usia subur dan 18,17 persen usia diatas 45

Tahun (termasuk 3,3 persen diatas 64 Tahun).

4.2. Karakeristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik usia, , jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan

4,2,1, Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia dalam penelitian ini digolongkan kedalam 3 kategori yakni <20 tahun, 20-25 tahun dan 26-30 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut ;

Tabel. 4.1.

Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah (n) Persentase (%) 1 <20 tahun 15 16.1 2 20-25 tahun 44 47.3

3 26-30 tahun 34 36.6

Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)`

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 15 orang

(16.1%) berusia dibawah 20 tahun, 44 orang (47.3%) berusia antara 20-25 tahun, dan 34 orang (36.6%) berusia antara 26-30 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden berusia antara 20-25 tahun yakni sebanyak 44 orang (47.3%). Berikut adalah grafik lingkar distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan usia

Gambar 4.1

Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ;

Tabel. 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin No Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%) 1 Laki-laki 35 37.6 2 Perempuan 58 62.4

Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 35 orang

(37.6%) adalah laki-laki dan 58 orang (62.4%) adalah perempuan. Dengan demikian, mayoritas responden adalah perempuan yakni sebanyak 58 orang

(62.4%). Berikut adalah grafik lingkar distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Kompsosi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

38%

62% Perempuan Laki-laki

Gambar 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini digolongkan kedalam 4 kategori yakni

SMP, SMA, D3 dan S1 dengan distribusi frekuensi sebagai berikut ;

Tabel. 4.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) 1 SMP 25 26.9 2 SMA 49 52.7 3 D3 11 11.8 4 S1 8 8.6

Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)`

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 25 orang

(26.9%) berpendidikan SMP, 49 orang (52.7%) berpendidikan SMA, 11 orang

(11.8%) berpendidikan D3 dan 8 orang (8.6%) berpendidikan S1. Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan SMA yakni sebanyak 49 orang

(52.7%). Berikut adalah grafik lingkar distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan pendidikan

Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan

9% 12% 27%

SMP 52% SMA D3 S1

Gambar 4.3

Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan dalam penelitian ini digolongkan kedalam 3 kategori yakni pegawai swasta, pedagang dan freeland dengan distribusi frekuensi sebagai berikut

;

Universitas Sumatera Utara

62

Tabel. 4.4. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) 1 Peg.swasta 16 17.2

2 Freelance 45 48.4

3 Pedagang 32 34.4 Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)`

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 16 orang

(17.2%) bekerja sebagai pegawai swasta, 45 orang (48.4%) bekerja sebagai freelance dan 32 orang (34.4%) bekerja sebagai pedagang. Dengan demikian, mayoritas responden bekerja sebagai Freelance yakni sebanyak 45 orang (48.4%).

Berikut adalah grafik lingkar distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan

Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan

17% 34%

Peg.swasta 49% Freelance Pedagang

Gambar 4.4

Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

63

4.3. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis deskriptif variabel penelitian meliputi 3 variabel bebas yakni agent of change, agent of development dan agent of modernization serta 1 variabel terikat yakni kualitas SDM pemuda

4.3.1. Analisis Deskriptif Agent of change

Agent of change dalam penelitian diukur dengan 5 pertanyaan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.5.

Distribusi Jawaban Responden Tentang Agent of change

No Pernyataan Jawaban

SS S KS TS STS

f % f % f % f % F % 1 Sebagai agent of change GMKI selalu mendorong 5 5.4 82 88.2 4 4.3 - - 2 2.2 perubahan pola pikir lama dikalangan pemuda

2 Sebagai agent of change, GMKI senantiasa memotivasi pemuda untuk 1 1.1 73 78.5 14 15.1 2 2.2 3 3.2 merubah persepsi tradisional tentang hidup 3 Sebagai agent of change, GMKI tidak selalu 3 3.2 63 67.7 23 24.7 1 1.1 3 3.2 mensupport pemuda untuk mengadakan perubahan 4 GMKI terus memotivasi pemuda untuk beradaptasi - - 74 79.6 15 16.1 2 2.2 2 2.2 dengan perubahan tuntutan hidup 5 Sebagai agent of change, GMKI mendorong 3 3.2 77 82.8 12 12.9 - - 1 1.1 pemuda untuk tidak takut terhadap perubahan

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

64

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa ditinjau dari aspek Agent of change, mayoritas responden (88.2%) menjawab setuju pernyataan-1 bahwa Sebagai agent of change GMKI selalu mendorong perubahan pola pikir lama dikalangan pemuda.

Mayoritas responden (78.5%) menjawab setuju pernyataan-2 bahwa Sebagai agent of change, GMKI senantiasa memotivasi pemuda untuk merubah persepsi tradisional tentang hidup. Mayoritas responden (67.7%) menjawab setuju pernyataan-3 Sebagai agent of change, GMKI tidak selalu mensupport pemuda untuk mengadakan perubahan. Mayoritas responden (79.6%) menjawab setuju pernyataan-4 bahwa GMKI terus memotivasi pemuda untuk beradaptasi dengan perubahan tuntutan hidup. Mayoritas responden (82.8%) menjawab setuju pernyataan-5 bahwa Sebagai agent of change, GMKI mendorong pemuda untuk tidak takut terhadap perubahan. Hal ini berarti bahwa pada umumnya responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of change cukup baik dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda

Selanjutnya, berdasarkan rekapitulasi jawaban responden tentang Agent of change tersebut di atas, maka tingkatan Agent of change dapat dikategorikan kedalam 3 kategori yakni baik (jika mendapat skor > mean), cukup (jika mendapat skor = mean) dan kurang (jika mendapat skor <.mean) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel. 4.6. Kategori Agent of change

No Agent of change Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 32 34.4

2 Cukup 45 48.4

3 Kurang 16 17.2 Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 32 orang

(34.4%) menyatakan peran GMI sebagai Agent of change adalah baik, 45 orang

(48.4%) menyatakan cukup baik dan 16 orang (17.2%) menyatakan kurang baik.

Dengan demikian, mayoritas responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of change adalah cukup baik yakni sebanyak 45 orang (48.4%).

4.3.2. Analisis Deskriptif Agent of development

Agent of development dalam penelitian diukur dengan 5 pertanyaan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

66

Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Agent of development

No Pernyataan Jawaban

SS S KS TS STS

f % f % f % f % F % 1 Sebagai agent of development GMKI siap 3 3.2 79 84.9 3 3.2 7 7.5 1 1.1 mengembangkan pemuda agar lebih kreatif 2 GMKI kurang memotivasi pemuda untuk - - 58 62.4 17 18.3 12 12.9 6 6.5 mengembangkan diri sesuai kemajuan teknologi

3 Sebagai agent of development, GMKI selalu mendukung 1 1.1 40 43.0 36 38.7 14 15.1 2 2.2 pengembangan cara pemuda menyikapi kemajuan teknologi 4 GMKI sebagai agent of development tidak pernah - - 48 51.6 32 34.4 7 7.5 6 6.5 apatis terhadap perkembangan pemuda

5 Sebagai agent of development, GMKI selalu berusaha - - 72 77.4 16 17.2 2 2.2 3 3.2 mengoptimalkan pengembangan diri pemuda

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah) Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa ditinjau dari aspek Agent of development, mayoritas responden (84.9%) menjawab setuju pernyataan-1 bahwa Sebagai agent of development GMKI siap mengembangkan pemuda agar lebih kreatif. Mayoritas responden (62.4%) menjawab setuju pernyataan-2 bahwa GMKI kurang memotivasi pemuda untuk mengembangkan diri sesuai kemajuan teknologi.

Mayoritas responden (43.0%) menjawab setuju pernyataan-3 Sebagai agent of development, GMKI selalu mendukung pengembangan cara pemuda menyikapi

Universitas Sumatera Utara

67

kemajuan teknologi. Mayoritas responden (51.6%) menjawab setuju pernyataan-4 bahwa GMKI sebagai agent of development tidak pernah apatis terhadap perkembangan pemuda. Mayoritas responden (77.4%) menjawab setuju pernyataan-5 bahwa Sebagai agent of development, GMKI selalu berusaha mengoptimalkan pengembangan diri pemuda. Hal ini berarti bahwa pada umumnya responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of development cukup baik dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda.

Selanjutnya, berdasarkan rekapitulasi jawaban responden tentang Agent of development tersebut di atas, maka tingkatan Agent of development dapat dikategorikan kedalam 3 kategori yakni baik (jika mendapat skor > mean), cukup

(jika mendapat skor = mean) dan kurang (jika mendapat skor <.mean) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel. 4.8. Kategori Agent of development

No Agent of development Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 40 43.0 2 Cukup 37 39.8

3 Kurang 16 17.2 Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 40 orang

(43.0%) menyatakan peran GMKI sebagai Agent of development adalah baik, 37 orang (39.8%) menyatakan cukup baik dan 16 orang (17.2%) menyatakan kurang

Universitas Sumatera Utara

68

baik. Dengan demikian, mayoritas responden menyatakan peran GMKI sebagai

Agent of development adalah baik yakni sebanyak 40 orang (43.0%).

4.3.3. Analisis Deskriptif Agent of modernization

Agent of modernization dalam penelitian diukur dengan 5 pertanyaan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Agent of modernization

No Pernyataan Jawaban

SS S KS TS STS

f % f % f % f % F %

1 Sebagai agent of modernization GMKI siap mengadakan pembaharuan 14 15.1 74 79.6 2 2.2 3 3.2 persepsi dan tindakan pemuda

2 GMKI sebagai agent of modernization, senantiasa mengingatkan pemuda 16 17.2 59 63.4 10 10.8 5 5.4 3 3.2 untuk mengembangkan potensi diri

3 Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengingatkan 19 20.4 41 44.1 20 21.5 9 9.7 4 4.3 pemuda untuk menyikapi kemajuan teknologi

4 GMKI sebagai agent of modernization selalu mengingatkan pemuda 15 16.1 49 52.7 20 21.5 5 5.4 4 4.3 pentingnya mengikuti arus perkembangan sains dan teknologi

5 Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengoptimalkan 17 18.3 66 71.0 10 10.8 - - - - pengembangan diri pemuda sesuai dengan kemajuan teknologi

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

69

Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa ditinjau dari aspek Agent of modernization, mayoritas responden (79.6%) menjawab setuju pernyataan-1 bahwa

Sebagai agent of modernization GMKI siap mengadakan pembaharuan persepsi dan tindakan pemuda. Mayoritas responden (63.4%) menjawab setuju pernyataan-

2 bahwa GMKI sebagai agent of modernization, senantiasa mengingatkan pemuda untuk mengembangkan potensi diri. Mayoritas responden (44.1%) menjawab setuju pernyataan-3 Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengingatkan pemuda untuk menyikapi kemajuan teknologi. Mayoritas responden (52.7%) menjawab setuju pernyataan-4 bahwa GMKI sebagai agent of modernization selalu mengingatkan pemuda pentingnya mengikuti arus perkembangan sains dan teknologi. Mayoritas responden (71.0%) menjawab setuju pernyataan-5 bahwa

Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengoptimalkan pengembangan diri pemuda sesuai dengan kemajuan teknologi. Hal ini berarti bahwa pada umumnya responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of modernization cukup baik dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda.

Selanjutnya, berdasarkan rekapitulasi jawaban responden tentang Agent of modernization tersebut di atas, maka tingkatan Agent of modernization dapat dikategorikan kedalam 3 kategori yakni baik (jika mendapat skor > mean), cukup

(jika mendapat skor = mean) dan kurang (jika mendapat skor <.mean) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

70

Tabel. 4.10. Kategori Agent of modernization

No Agent of modernization Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 35 37.6

2 Cukup 30 32.3

3 Kurang 28 30.1 Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 35 orang

(37.6%) menyatakan peran GMI sebagai Agent of modernization adalah baik, 30 orang (32.3%) menyatakan cukup baik dan 28 orang (30.1%) menyatakan kurang baik. Dengan demikian, mayoritas responden menyatakan peran GMKI sebagai

Agent of modernization adalah baik yakni sebanyak 35 orang (37.6%).

4.3.4. Analisis Deskriptif Kualitas SDM

Kualitas SDM dalam penelitian diukur dengan 6 pertanyaan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas SDM

No Pernyataan Jawaban

SS S KS TS STS

f % f % f % f % F % 1 Sikap GMKI sebagai agent of change GMKI 9 9.7 82 88.2 1 1.1 - - 1 1.1 berpengaruh terhadap kualitas SDM pemuda 2 Motivasi GMKI sebagai agent of change 11 11.8 63 67.7 13 14.0 - - 6 6.5 berpengaruh terhadap kualitas SDM

3 Peran GMKI sebagai agent 10 10.8 61 65.6 14 15.1 5 5.4 3 3.2 of development memberi

Universitas Sumatera Utara

71

kontribusi penting terhadap kualitas SDM 4 Fungsi GMKI sebagai agent of development, 9 9.7 68 73.1 10 10.8 4 4.3 2 2.2 sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM 5 Peran GMKI sebagai agent of modernization memberi 11 11.8 67 72.0 13 14.0 - - 2 2.2 dampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM

6 Fungsi GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif 4 4.3 69 74.2 15 16.1 4 4.3 1 1.1 terhadap peningkatan kualitas SDM pemuda

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa ditinjau dari aspek Kualitas SDM, mayoritas responden (88.2%) menjawab setuju pernyataan-1 bahwa Sikap GMKI sebagai agent of change GMKI berpengaruh terhadap kualitas SDM pemuda.

Mayoritas responden (67.7%) menjawab setuju pernyataan-2 bahwa Motivasi

GMKI sebagai agent of change berpengaruh terhadap kualitas SDM. Mayoritas responden (65.6%) menjawab setuju pernyataan-3 bahwa Peran GMKI sebagai agent of development memberi kontribusi penting terhadap kualitas SDM.

Mayoritas responden (73.1%) menjawab setuju pernyataan-4 bahwa Fungsi GMKI sebagai agent of development, sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM.

Mayoritas responden (72.0%) menjawab setuju pernyataan-5 bahwa Peran GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM. Mayoritas responden (74.2%) menjawab setuju pernyataan ke-6 bahwa Fungsi GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM pemuda. Hal ini berarti bahwa pada umumnya responden menyatakan Kualitas SDM pemuda cukup baik setelah mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

72

pemberdayaan oleh GMKI sebagai agent of change, agent of development dan agent of modernization.

Selanjutnya, berdasarkan rekapitulasi jawaban responden tentang Kualitas

SDM tersebut di atas, maka tingkatan Kualitas SDM dapat dikategorikan kedalam

3 kategori yakni baik (jika mendapat skor > mean), cukup (jika mendapat skor = mean) dan kurang (jika mendapat skor <.mean) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

73

Tabel. 4.12 Kategori Kualitas SDM

No Kualitas SDM Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 49 52.7

2 Cukup 26 28.0

3 Kurang 18 19.4 Total 93 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2018 (data diolah)

Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa dari 93 responden penelitian, 49 orang

(52.7%) memiliki kualitas SDM baik, 26 orang (28.0%) memiliki kualitas SDM cukup baik dan 18 orang(19.45) memiliki kualitas SDM kurang baik. Dengan demikian, mayoritas responden memiliki kualitas SDM yang baik yakni sebanyak

49 orang (52.7%).

4.4. Hasil Analisis Asumsi Klasik

4.4.1 Hasil Uji Normalitas

Pengujian normalitas variabel digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak baik dengan menggunakan uji normalitas maupun dengan pendekatan grafik dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.13 memperlihatkan bahwa nilai residual probabilitas (asymp.sig. 2- tailed) adalah 0.596, lebih besar dari sig-α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi secara normal. Hal yang sama juga dikonfirmasikan oleh grafik P-P normalitas berikut :

Universitas Sumatera Utara

74

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 93 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Dev iation 1.47347930 Most Extreme Absolute .080 Dif f erences Positive .080 Negativ e -.062 Kolmogorov-Smirnov Z .768 Asy mp. Sig. (2-tailed) .596 a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.

Hasil Uji Normalitas

Gambar 4.5. Grafik PP Normalitas Data Penelitian Grafik di atas memperlihatkan bahwa titik titik data tersebar di sepanjang garis diagonal membentuk simetris kiri dan kanan. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian berdistribusi normal.

Universitas Sumatera Utara

75

4.4.2. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas yang dilakukan memperlihatkan hasil seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.14.

Hasil Uji Multikolinieritas

a Coefficients

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 Agent of Change .737 1.358 Agent of Development .883 1.132 Agent of Modernization .815 1.227 a. Dependent Variable: Kualitas SDM

Tabel 4.14 memperlihatkan bahwa nilai tolerance ke-3 variabel bebas secara berturut turut adalah 0.737, 0.883, dan 0.815 ketiganya lebih kecil dari 1, dan nilai VIF ke-3 variabel adalah 1.358, 1.132, dan 1.227 ketiganya lebih kecil dari 10 sehingga disimpulkan data penelitian tidak mengandung gejala multikolinieritas.

4.4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut heteroskedastisitas dengan hasil sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel 4.15. Hasil Uji Heterokedastisitas

a Coeffi cients

Unstandardized Standardized Coeff icients Coeff icients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) -2.810 1.984 -1.416 .160 Agent of Change .089 .084 .124 1.052 .295 Agent of Development .030 .069 .048 .441 .661 Agent of Modernization .087 .031 .317 2.818 .006 a. Dependent Variable: abs_res_1

Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa nilai asymp.sig (2-sided) setiap variabel adalah 0.295, 0.661 dan 0.006 dimana ketiga variabel bebas memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga hasil perhitungan ini memenuhi uji persyaratan gejala heterokedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengandung gejala heterokedastisitas. Dengan kata lain, tidak ada hubungan korelasi kuat antar variabel bebas dalam penelitian ini. Hal yang sama dapat diperlihatkan oleh grafik heterokedastisitas berikut

Gambar 4.4 Grafik Heterokedastisitas

Universitas Sumatera Utara

77

4.5. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan uji –F secara simultan dan uji-t secara parsial dengan hasil sebagai berikut;

4.5.1. Hasil Uji F Secara Simultan

Uji F secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah ke-4 variabel bebas memberi pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat Y (kualitas

SDM pemuda)

Tabel 4.16. Hasil Uji F Secara Simultan

b ANOVA

Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. a 1 Regression 353.180 3 117.727 52.455 .000 Residual 199.745 89 2.244 Total 552.925 92 a. Predictors: (Constant), Agent of Modernizat ion, Agent of Dev elopment, Agent of Change b. Dependent Variable: Kualitas SDM

Tabel 4.16 memperlihatkan bahwa nilai F-hitung = 52.455 dengan nilai signifikansi (p-value) =0,000. Jika dibandingkan dengan nilai F-tabel = 2.47 (untuk

N = 93 atau df=89), dapat diketahui bahwa F-hitung (52.455) > F-tabel (2.47) dan sig- p (0,000) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-4 variabel bebas memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (kualitas SDM pemuda) .

Universitas Sumatera Utara

78

4.5.2. Hasil Uji-t Secara Parsial

Untuk mengetahui pengaruh masing masing variabel bebas terhadap variabel terikat Y (kualitas SDM pemuda), dilakukan uji-t secara parsial dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.17. Hasil Uji-t Secara Parsial

a Coefficients

Unstandardized Standardized Coeff icients Coeff icients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 3.708 3.131 1.184 .239 Agent of Change .905 .133 .504 6.795 .000 Agent of Development .376 .108 .236 3.478 .001 Agent of Modernization .212 .049 .305 4.326 .000 a. Dependent Variable: Kualitas SDM

Interpretasi :

1). Pengaruh Agent of change Terhadap Kualitas SDM Pemuda

Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X1 (Agent of change) = 6.795 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel

(N=93 atau df=89) sebesar 1.96 dan sig- =0,05, dapat diketahui bahwa t-hitung X1 (6.795)

> t-tabel (1.96) dan p-value (0,000) <0,05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value < 0,05, berarti Ha diterima atau

Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Agent of change) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (kualitas SDM pemuda).

Universitas Sumatera Utara

79

2). Pengaruh Agent of development Terhadap Kualitas SDM Pemuda

Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X2 (Agent of development)

= 3.478 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,001. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel (N=93 atau df=89) sebesar 1.96 dan sig- =0,05, dapat diketahui bahwa t-hitung

X2 (3.478) > t-tabel (1.96) dan p-value (0,001) <0,05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value < 0,05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X2

(Agent of development) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y

(kualitas SDM pemuda)

3). Pengaruh Agent of modernization Terhadap Kualitas SDM Pemuda

Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa nilai t-hitung X3 (Agent of modernization)

= 4.326 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel (N=93 atau df=89) sebesar 1.96 dan sig- =0,05, dapat diketahui bahwa t-hitung

X3 (4.326) > t-tabel (1.96) dan p-value (0,000) <0,05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan uji hipotesis dimana jika t-hitung > t-tabel dan p-value < 0,05, berarti Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel X3

(Agent of modernization) memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y

(kualitas SDM pemuda).

Universitas Sumatera Utara

80

4.5.3. Hasil Uji Determinasi R

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Y (kualitas SDM pemuda), dilakukan uji determinasi R dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.18.

Hasil Uji Determinasi R

b Model Summary

Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate a 1 .799 .639 .627 1.49811 a. Predictors: (Constant), Agent of Modernization, Agent of Development, Agent of Change b. Dependent Variable: Kualitas SDM

Tabel 4.18 memperlihatkan bahwa nilai adjusted r-square = 0,627, hal ini berarti besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Y (kualitas SDM pemuda adalah sebesar 0,627 x 100% = 62.7 %. Dengan kata lain, sebesar 62.7% variabel kualitas SDM pemuda dapat dijelaskan oleh variabel Agent of change, agent of development dan agent of modernization sedangkan selebihnya (37.3%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

4.5.4. Persamaan Regresi

Persamaan regresi dapat disusun sesuai dengan nilai koefisien hasil perhitungan berikut :

Universitas Sumatera Utara

81

Y = a + b1X1 + b2X2 + + b3X3 + e

Y = 3.708 + 0.905X1 + 0.376X2 + 0.212X3 + e

Bentuk persamaan ini berarti bahwa jika faktor lain dianggap tetap, maka setiap peningkatan Agent of change sebesar 1 point akan dapat mempengaruhi kualitas SDM pemuda sebesar 3.708 + 0.905 point. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya.

4.5. Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini meliputi hasil analisis kuantitatif dan hasil analisis kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi pengaruh pendampingan GMKI

Sumut (Agent of change, pembimbingan dan penguatan) terhadap kualitas SDM pemuda. Sedangkan analisis kualitatif adalah meliputi analisis deskriptif tentang kendala kendala yang dihadapi GMKI Sumut dalam meningkatkan kualitas SDM.

4.5.1. Analisis Kuantitatif

1). Pengaruh Agent of change Terhadap Kualitas SDM pemuda

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of change adalah cukup baik yakni sebanyak 45 orang (48.4%) mayoritas responden memiliki kualitas SDM yang baik yakni sebanyak 49 orang (52.7%). Hal ini berarti bahwa ada hubungan linier positif antara Agent of change sebagai peran GMKI Sumut dengan kualitas SDM pemuda.

Dengan kata lain, semakin baik Agent of change yang diperankan GMKI Sumut semakin baik pula kualitas SDM pemuda. Hal yang sama juga dikonfirmasi

Universitas Sumatera Utara

82

oleh hasil analisis kuantitatif dimana Agent of change memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM. Hal ini diindikasikan oleh nilai bahwa t-hitung X1 (6.795) > t-tabel (1.96) dan p-value (0,000) <0,05

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asep Suryana, dengan judul

Pengaruh Atribut Agen Perubahan (Agent of change) Pendamping Program

Keluarga Harapan (PPKH) terhadap Perubahan Sikap Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM) Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Bandung

(Studi Kuantitatif terhadap Implikasi Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kabupaten Bandung). Hasil penelitian menunjukkan: (1) Perubahan sikap peserta program keluarga harapan (PKH) dipengaruhi oleh kredibilitas agen perubahan pendamping program keluarga harapan (PPKH) serta faktor perantara internal.

Dentgan kata lain, peran agent of change memberi pengaruh signifikan terhadap perubahan sikap peserta.

Fungsi Agen Perubahan adalah meyakinkan target perubahan untuk mengadopsi “idea atau teknologi” yang ditawarkan dengan meyakinkan manfaat / keuntungan teknologi baru bagi mereka dan sekaligus memonitor proses adopsi teknologi dan membuktikan keuntungannya serta menjadikan kelompok masyarakat target perubahan menjadi Agen Perubahan (baru) bagi masyarakat lainnya. Bagi Agen perubahan wajib memahami “channel of communication” agar mampu menyampaikan pesan perubahan melalui orang – orang yang tepat dengan model komunikasi yang mudah dipahami oleh mereka sehingga proses adopsi idea

/ teknologi berjalan efektif dan memberi keuntungan / benefit yang nyata bagi para masyarakat pengadopsi (adopter) idea / teknologi baru tersebut

Universitas Sumatera Utara

83

Keberhasilan Agen Perubahan melakukan perubahan sikap dan perilaku

Komunitas Sosial target perubahan bergantung pada seberapa jauh upaya Agen

Perubahan melakukan pendekatan pada komunitas target perubahan. - Ethos Kerja

Agen Perubahan (Change Agent Effort) Agen Perubahan akan berhasil melakukan perubahan sikap / perilaku komunitas sosial target perubahan sejalan dengan seberapa sering mereka berhubungan dengan kelompok social target perubahan, semakin tinggi frekuensi hubungan Agen Perubahan dengan Komunitas Sosial target perubahan akan semakin tinggi keberhasilan Agen Perubahan

Konsep pemdampingan masyarakat merupakan wacana pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep sendiri, partisipasi jaringan kerja dan keadilan.

Pada dasarnya diletakkan pada kekuatan tingkat individu sosial dimana partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga mereka dapat memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru yaitu dengan proses secara komulatif yang mengakibatkan pada pertumbuhan semakin banyak ketrampilan yang dimiliki seseorang sehingga semakin baik kemampuan berpartisipasinya.

SDM adalah modal dasar pembangunan yang terdiri atas dimensi kuantitatif yaitu jumlah dan struktur penduduk, serta dimensi kualitatif yaitu kualitas hidup penduduk. Kualitas SDM merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa seperti telah dibuktikan oleh beberapa negara yang disebut Bank Dunia sebagai ”The East Asian Miracle”. Kebangkitan ekonomi Asia

Universitas Sumatera Utara

84

yang berhasil mendorong kemajuan ekonomi secara spektakuler tersebut tidaklah bertumpu pada kekayaan alam yang melimpah ataupun ketersediaan tenaga kerja murah. Kuncinya adalah investasi human capital yang akan memberi dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Perlu pembenahan yang terencana dan terintegrasi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan disinilah pendidikan memegang peranan penting. Permasalahan pengetahuan, pemahaman, karakter dan mentalitas tidak dapat diselesaikan hanya dengan pemberian BLT, otokrasi kebijakan ataupun dengan membuat bangunan – bangunan fisik.

Bagaimanapun, pendidikan akan membentuk sikap dan daya juang serta kapasitas personal yang penting guna meningkatkan daya saing secara komunal.

2). Pengaruh Agent of development Terhadap Kualitas SDM Pemuda

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of development adalah baik yakni sebanyak

40 orang (43.0%) mayoritas responden memiliki kualitas SDM yang baik yakni sebanyak 49 orang (52.7%). Hal ini berarti bahwa ada hubungan linier positif antara

Agent of development sebagai peran GMKI Sumut dengan kualitas SDM pemuda.

Dengan kata lain, semakin baik Agent of development yang diperankan GMKI

Sumut semakin baik pula kualitas SDM pemuda. Hal yang sama juga dikonfirmasi oleh hasil analisis kuantitatif dimana Agent of development memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM. Hal ini diindikasikan oleh nilai bahwa t-hitung X2

(3.478) > t-tabel (1.96) dan p-value (0,001) <0,05

Universitas Sumatera Utara

85

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Warul Walidin (2014) dengan judul Arah Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam Dimensi Pendidikan Islam dimana hasil penelitian membuktikan bahwa agent of development berperan dalam mengembangkan kualitas SDM.

Keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas manusianya, bukan oleh melimpah ruahnya kekayaan alam. Manusia merupakan titik sentral yang menjadi subyek dan perekayasa pembangunan serta sebagai obyek yang direkayasa dan menikmati hasilhasil pembangunan. Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur, di antaranya melalui pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya. Dalam hal pengembangan SDM, pendidikan memiliki nilai strategis dan mempunyai peran penting sebagai suatu investasi di masa depan.

Karena secara teoretis, pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan ekonomi, dasar dari perkembangan sains dan teknologi, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam pendapatan, dan peningkatan kualitas peradaban manusia pada umumnya

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nikodemus Thomas

Martoredjo dengan judul Peran Dimensi Mentoring Dalam Upaya Peningkatan

Kualitas Sumber Daya Manusia dimana hasil penelitian membuktikan bahwa mentoring dengan berbagai modelnya dapat digunakan secara efektif untuk pengembangan sumber daya manusia agar mendukung organisasi untuk lebih kompetitif menghadapi kemajuan dan tuntutan globalisasi. Meskipun ada tantangan

Universitas Sumatera Utara

86

dalam menerapkan kegiatan mentoring, dengan perencanaan yang baik serta evaluasi berkala, hasil yang maksimal dapat dicapai.

Salah satu cara untuk mengembangkan sumber daya manusia adalah dengan kegiatan mentoring. Berdasarkan pengalaman, pelatihan formal yang disediakan organisasi biasanya kurang memberi dampak yang cukup baik dalam membekali sumber daya manusia dengan pengetahuan, keterampilan, sikap atau hal lainnya.

Karena itu Kaswan (2012:11) menganggap bahwa mentoring dan juga coaching merupakan cara yang sangat efektif membantu mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi pada zaman milenium ini. Mentoring akan meningkatkan kualitas kinerja dan efektivitas kerja dari anggota organisasi melalui percakapan intensif, pengarahan diri, dan peningkatan kepercayaan diri dalam berkontribusi positif pada organisasi. Tren dalam dunia bisnis yang berkembang saat ini membuat kegiatan mentoring menjadi sesuatu yang tidak hanya sangat diperlukan tetapi menjadi hal yang pokok dalam mencapai kesuksesan bagi organisasi maupun sumber daya manusia yang ada di dalamnya (Janasz et al,

2009:336).

Mentoring adalah identik dengan pembimbingan, yang merupakan suatu strategi yang umum digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa kemampuan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

87

3). Pengaruh Agent of modernization Terhadap Kualitas SDM Pemuda

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyatakan peran GMKI sebagai Agent of modernization adalah baik yakni sebanyak 35 orang (37.6%) mayoritas responden memiliki kualitas SDM yang baik yakni sebanyak 49 orang (52.7%). Hal ini berarti bahwa ada hubungan linier positif antara Agent of modernization sebagai peran GMKI Sumut dengan kualitas SDM pemuda. Dengan kata lain, semakin baik Agent of modernization yang diperankan

GMKI Sumut semakin baik pula kualitas SDM pemuda. Hal yang sama juga dikonfirmasi oleh hasil analisis kuantitatif dimana Agent of modernization memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM. Hal ini diindikasikan oleh nilai bahwa t-hitung X3 (4.326) > t-tabel (1.96) dan p-value (0,000) <0,05

Pemuda adalah salah satu episode perkembangan jiwa manusia yang sedang berada pada titik tertingginya. Pada fase ini, sangat ideal bagi seseorang untuk melakukan apapun dalam hidupnya. Pemuda digambarkan sebagai sosok manusia yang bersemangat tinggi, bertenaga dan berintelektualitas sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga ia memiliki peran cukup besar dalam sebuah peradaban yang besar. Pemuda memiliki peran besar dalam terjadinya perubahan- perubahan sosial di lingkungan sekitar maupun pada rana yang lebih luas. Namun sebelum pemuda mencoba untuk memposisikan diri sebagai agent of change, maka meraka harus memastikan diri telah siap menjadi generasi pengubah, bukan malah menjadi objek masalah yang terjadi di lingkungannya. Pemuda harus memulai menggali karakter khas yang dimilikinya, karena pada dasarnya setiap pemuda

Universitas Sumatera Utara

88

memiliki sifat-sifat khas, antara lain kreatif, kritis, optimis, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Sebagai agen perubahan, pemuda dapat berkontribusi dengan sikap kritis dan rasa optimistisnya untuk mempengaruhi masyarakat dalam melakukan perubahan melalu aksi nyata. Ia melakukan gerakan penyadaran bagi diri dan masyarakat sehingga dapat menyentuh langsung persoalan sosial.

Sebagai agen pembangunan, pemuda bisa berkontribusi dalam pembangun fisik maupun non-fisik. Dengan jumlah pemuda di Indonesia yang cukup banyak, mereka dapat saling berkolaborasi, terutama dalam kegiatan pembangun yang bersifat kepedulian sosial sementara pemuda sebagai agen modernisasi, pemuda dapat menjadi pelopor dalam pembaharuan. Pemuda hari ini hidup dalam teknologi yang serba canggih dan merupakan dari digital native sehingga mereka dapat beradaptasi dengan cepat. Dengan begitu, mereka dapat membantu memperkenalkan teknologi yang baik dan buruk.

Dengan semangat, energi yang luar biasa dan ilmu maka pemuda diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam perubahan sosial di lingkungan sekitarnya melalui aksi kepedulian. Indonesia dengan datangnya ‘Bonus

Demografi’, yaitu fase di mana jumlah penduduk didominasi oleh jumlah usia produktif alias pemuda. Dengan fakta ini, maka sudah seharusnya pemuda dapat menjadi ujung tombak kebangkitan suatu bangsa dan dimulai dengan peran pemuda.

Universitas Sumatera Utara

89

4.5.2. Analisis Kualitatif Tentang Kendala Yang Dihadapi Dalam

Peningkatan Kualitas SDM Pemuda Sumut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengurus GMKI Sumut , diketahui bahwa kendala utama dalam melaksanakan program peningkatan kualitas

SDM adalah karena luasnya cakupan kualitas SDM itu sendiri sehingga memerlukan program kerja yang kontinu dan berkesinambungan. Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya.

Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu jasmaniah dan rohaniah. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu ditentukan oleh rohaniah yang bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk mencapai SDM berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri. Hal ini sesuai dnegan pendapat yang mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani.

Oleh sebab itu, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim, seperti dikutip oleh Anggan Suhandana, disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik.

Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan

Universitas Sumatera Utara

90

individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas ranah psikomotorik dicerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi.

Kendala lainnya adalah kesulitan dalam meningkatkan kualitas SDM adalah peran lembaga sebagai agent of change, agent of development dan agent of modernization memerlukan tenaga personil yang benar benar spesialis dalam bidangnya, sementara dalam kenyataannya, GMKI Sumut masih kekurangan tenaga personil yang berkualitas dalam meningkatkan kualitas SDM pemuda khususnya di

Sumut.

Universitas Sumatera Utara

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh Program

Pendampingan (Agent of change, agent of development dan agent of modernization)

GMKI Sumut terhadap kualitas SDM pemuda, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Agent of change secara parsial memberi pengaruh signifikan terhadap

terhadap kualitas SDM pemuda.

2. Agent of development secara parsial memberi pengaruh signifikan terhadap

terhadap kualitas SDM pemuda.

3. Agent of modernization secara parsial memberi pengaruh signifikan

terhadap terhadap kualitas SDM pemuda.

4. Kendala yang dihadapi GMKI Sumut dalam meningkatkan kualitas SDM

pemuda Sumut terutama adalah luasnya cakupan pengembangan kualitas

SDM sehingga memerlukan program kerja yang terencana dan

berkesinambungan. Kendala lainnya adalah masih terbatasnyata tenaga

personil GMKI Sumut terutama dalam meningkatkan kualitas SDM

pemuda.

Universitas Sumatera Utara

92

5.2. Saran

1. Kepada agent of change disarankan untuk lebih meningkatkan kualitas

pendampingan pemuda agar kualitas SDM pemuda Sumut dapat lebih

dimaksimalkan.

2. Kepada agent of development, disarankan untuk lebih meningkatkan

aktifitas pemberdayaan pemuda sebagai bagian dari komponen masyarakat

agar kualitas SDM pemuda dapat lebih dimaksimalkan.

3. Kepada agent of modernization, disarankan untuk lebih meningkatkan

pemuda untuk lebih proaktif dalam menyikapi segala persoalan bangsa.

4. Kepada peneliti lainnya, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis

dengan skala penelitian yang lebih luas untuk memperoleh hasil penelitian

yang lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

93

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1974. Pemuda dan Perubahan Social. LP3ES: Jakarta.

Ambarita, B. 2013. Generasi Kampus. Volume.6, No.2 :1.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta :

Jakarta.

Azwar, Saifuddin. 2016. Aplikasi Mudah Statistika Non-Parametrik. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Erlina, 2008. Metode Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi ke

dua cetakan pertama.USU Press: Medan.

Hutapea, Adele, 2000. Agar Semua Menjadi Satu. Jakarta. PT. Bumi Intitama

Sejahtera

Jayadinata, Johara T. 2006. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung.

ITB.

Lewis, Arthur. 1994. Perencanaan Pembangunan. Jakarta. Rineka Cipta.

Lubis, Solly, 1996. Dimensi-dimensi Manajemen Pembangunan. Bandung. Mandar

Maju.

Nasir, Budiman. 1996. Pengantar Kebijakan Publik, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Universitas Sumatera Utara

94

Pengurus Pusat. 2006. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Dalam Gejolak

Perubahan Dari Zaman Ke Zaman. Pengurus Pusat.

Sirojuzilam. 2011. Problematika Wilayah Kota dan Daerah. Medan. USU Press.

Soemantri, Sri. Muhammad Adnan. Sketsa Pergolakan GMNI.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV.

Alfabeta: Bandung.

Sujarto, Djoko. 2001. Pilihan Strategis; Suatu teknik pengambilan keputusan

dalam perencanaan wilayah dan kota. Bandung. ITB

Supriana. Tavi. 2016. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Medan. USU Press.

Tarigan, Robinson, 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta. Bumi

Aksara.

Todaro, Michael P. 2000. Buku Ekonomi Pembangunan. Jakarta.

Todaro, Michael P. 1994. Economic Deplopment. Edisi Ke-5. Bab 2. New York

and Essex: Longman.

Warul Walidin Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-

Raniry Banda Aceh dengan judul Arah Pengembangan Sumberdaya

Manusia Dalam Dimensi Pendidikan Islam

Sebastian Saragih, Jonatan Lassa, Afan Ramli.(2007).Kerangka Penghidupan

Universitas Sumatera Utara

95

Yayasan SPES, Pengembangan Berkelanjutan, (Jakarta : PT Pustaka, Pustaka

Utama, 1992), 245. Sumudiningrat, G., Visi dan Misi pembangunan

Pertanian Berbasis Pemberdayaan,(Yogyakarta : IDEA, 2000), 82

Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2000), hal. 6

Universitas Sumatera Utara

95

KUESIONER PERAN GMKI TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PEMUDA DI SUMATERA UTARA

I. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Usia : Pendidikan : Pekerjaan : Berilah satu jawaban pada setiap pernyataan yang ada dibawah ini dengan memberi tanda √ (Checklist).

Keterangan jawaban :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Universitas Sumatera Utara

95

PERAN GMKI A1. AGENT OF CHANGE

No Pernyataan Jawaban SS S KS TS STS 1 Sebagai agent of change GMKI selalu mendorong perubahan pola pikir lama dikalangan pemuda 2 Sebagai agent of change, GMKI senantiasa memotivasi pemuda untuk merubah persepsi tradisional tentang hidup 3 Sebagai agent of change, GMKI tidak selalu mensupport pemuda untuk mengadakan perubahan 4 GMKI terus memotivasi pemuda untuk beradaptasi dengan perubahan tuntutan hidup 5 Sebagai agent of change, GMKI mendorong pemuda untuk tidak takut terhadap perubahan

A2. AGENT OF DEVELOPMENT

No Pernyataan Jawaban SS S KS TS STS 1 Sebagai agent of development GMKI siap mengembangkan pemuda agar lebih kreatif 2 GMKI kurang memotivasi pemuda untuk mengembangkan diri sesuai kemajuan teknologi 3 Sebagai agent of development, GMKI selalu mendukung pengembangan cara pemuda menyikapi kemajuan teknologi 4 GMKI sebagai agent of development tidak pernah apatis terhadap perkembangan pemuda 5 Sebagai agent of development, GMKI selalu berusaha mengoptimalkan pengembangan diri pemuda

Universitas Sumatera Utara

95

A3. AGENT OF MODERNIZATION

No Pernyataan Jawaban SS S KS TS STS 1 Sebagai agent of modernization GMKI siap mengadakan pembaharuan persepsi dan tindakan pemuda 2 GMKI sebagai agent of modernization, senantiasa mengingatkan pemuda untuk mengembangkan potensi diri 3 Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengingatkan pemuda untuk menyikapi kemajuan teknologi 4 GMKI sebagai agent of modernization selalu mengingatkan pemuda pentingnya mengikuti arus perkembangan sains dan teknologi 5 Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengoptimalkan pengembangan diri pemuda sesuai dengan kemajuan teknologi

B. KUALITAS SDM

No Pernyataan Jawaban SS S KS TS STS 1 Sikap GMKI sebagai agent of change GMKI berpengaruh positif terhadap kualitas SDM pemuda 2 Motivasi GMKI sebagai agent of change berpengaruh terhadap kualitas SDM 3 Peran GMKI sebagai agent of development memberi kontribusi penting terhadap kualitas SDM 4 Fungsi GMKI sebagai agent of development, sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM 5 Peran GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM 6 Fungsi GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif terhadap upaya peningkatan kualitas SDM pemuda

Universitas Sumatera Utara

95

Universitas Sumatera Utara

101

Lampiran 2 : MASTERDATA PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

102

Universitas Sumatera Utara

103

Lampiran 3 : HASIL PENGOLAHAN DATA Frequency Table KARAKTERISTIK RESPONDEN

Usia

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid <20 tahun 15 16.1 16.1 16.1 20-25 tahun 44 47.3 47.3 63.4 26-30 tahun 34 36.6 36.6 100.0 Total 93 100.0 100.0

Kelamin

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Perempuan 35 37.6 37.6 37.6 Laki--laki 58 62.4 62.4 100.0 Total 93 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SMP 25 26.9 26.9 26.9 SMA 49 52.7 52.7 79.6 D3 11 11.8 11.8 91.4 S1 8 8.6 8.6 100.0 Total 93 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Peg.swasta 16 17.2 17.2 17.2 Freelance 45 48.4 48.4 65.6 Pedagang 32 34.4 34.4 100.0 Total 93 100.0 100.0 Frequency Table AGENT OF CHANGE

Sebagai agent of change GMKI selalu mendorong perubahan pola pikir lama dikalangan pemuda

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 5 5.4 5.4 5.4 Setuju 82 88.2 88.2 93.5 Kurang setuju 4 4.3 4.3 97.8 Sangat tidak setuju 2 2.2 2.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

104

Sebagai agent of change, GMKI senantiasa memotivasi pemuda untuk merubah persepsi tradisional tentang hidup

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 1 1.1 1.1 1.1 Setuju 73 78.5 78.5 79.6 Kurang setuju 14 15.1 15.1 94.6 Tidak setuju 2 2.2 2.2 96.8 Sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0 ebagai agent of change, GMKI tidak selalu mensupport pemuda untuk mengadaka perubahan

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 3 3.2 3.2 3.2 Setuju 63 67.7 67.7 71.0 Kurang setuju 23 24.7 24.7 95.7 Tidak setuju 1 1.1 1.1 96.8 Sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

GMKI terus memotivasi pemuda untuk beradaptasi dengan perubahan tuntutan hidup

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 74 79.6 79.6 79.6 Kurang setuju 15 16.1 16.1 95.7 Tidak setuju 2 2.2 2.2 97.8 Sangat tidak setuju 2 2.2 2.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Sebagai agent of change, GMKI mendorong pemuda untuk tidak takut terhadap perubahan

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 3 3.2 3.2 3.2 Setuju 77 82.8 82.8 86.0 Kurang setuju 12 12.9 12.9 98.9 Sangat tidak setuju 1 1.1 1.1 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

105

Agent of Change

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Baik 32 34.4 34.4 34.4 Cukup 45 48.4 48.4 82.8 Kurang 16 17.2 17.2 100.0 Total 93 100.0 100.0 Frequency Table AGENT OF DEVELOPMENT

Sebagai agent of development GMKI siap mengembangkan pemuda agar lebih kreatif

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 3 3.2 3.2 3.2 Setuju 79 84.9 84.9 88.2 Kurang setuju 3 3.2 3.2 91.4 Tidak setuju 7 7.5 7.5 98.9 Sangat tidak setuju 1 1.1 1.1 100.0 Total 93 100.0 100.0

GMKI kurang memotivasi pemuda untuk mengembangkan diri sesuai kemajuan teknologi

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 58 62.4 62.4 62.4 Kurang setuju 17 18.3 18.3 80.6 Tidak setuju 12 12.9 12.9 93.5 Sangat tidak setuju 6 6.5 6.5 100.0 Total 93 100.0 100.0

Sebagai agent of development, GMKI selalu mendukung pengembangan cara pemuda menyikapi kemajuan teknologi

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 1 1.1 1.1 1.1 Setuju 40 43.0 43.0 44.1 Kurang setuju 36 38.7 38.7 82.8 Tidak setuju 14 15.1 15.1 97.8 Sangat tidak setuju 2 2.2 2.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

106

GMKI sebagai agent of development tidak pernah apatis terhadap perkembangan pemuda

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 48 51.6 51.6 51.6 Kurang setuju 32 34.4 34.4 86.0 Tidak setuju 7 7.5 7.5 93.5 Sangat tidak setuju 6 6.5 6.5 100.0 Total 93 100.0 100.0

Sebagai agent of development, GMKI selalu berusaha mengoptimalkan pengembangan diri pemuda

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 72 77.4 77.4 77.4 Kurang setuju 16 17.2 17.2 94.6 Tidak setuju 2 2.2 2.2 96.8 Sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Agent of Development

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Baik 40 43.0 43.0 43.0 Cukup 37 39.8 39.8 82.8 Kurang 16 17.2 17.2 100.0 Total 93 100.0 100.0 Frequency Table AGENT OF MODERNIZATION

n

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 14 15.1 15.1 15.1 Setuju 74 79.6 79.6 94.6 Kurang setuju 2 2.2 2.2 96.8 Sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

107

GMKI sebagai agent of modernization, senantiasa mengingatkan pemuda untuk mengembangkan potensi diri

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 16 17.2 17.2 17.2 Setuju 59 63.4 63.4 80.6 Kurang setuju 10 10.8 10.8 91.4 Tidak setuju 5 5.4 5.4 96.8 Sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Sebagai agent of modernization, GMKI selalu mengingatkan pemuda untuk menyikapi kemajuan teknologi

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 19 20.4 20.4 20.4 Setuju 41 44.1 44.1 64.5 Kurang setuju 20 21.5 21.5 86.0 Tidak setuju 9 9.7 9.7 95.7 Sangat tidak setuju 4 4.3 4.3 100.0 Total 93 100.0 100.0

GMKI sebagai agent of modernization selalu mengingatkan pemuda pentingnya mengikuti arus perkembangan sains dan teknologi

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 15 16.1 16.1 16.1 Setuju 49 52.7 52.7 68.8 Kurang setuju 20 21.5 21.5 90.3 Tidak setuju 5 5.4 5.4 95.7 Sangat tidak setuju 4 4.3 4.3 100.0 Total 93 100.0 100.0 ebagai agent of modernization, GMKI selalu mengoptimalkan pengembanga diri pemuda sesuai dengan kemajuan teknologi

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 17 18.3 18.3 18.3 Setuju 66 71.0 71.0 89.2 Kurang setuju 10 10.8 10.8 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

108

Agent of Modernization

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Baik 35 37.6 37.6 37.6 Cukup 30 32.3 32.3 69.9 Kurang 28 30.1 30.1 100.0 Total 93 100.0 100.0 Frequency Table KUALITAS SDM

Sikap GMKI sebagai agent of change GMKI berpengaruh positif terhadap kualitas SDM pemuda

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 9 9.7 9.7 9.7 Setuju 82 88.2 88.2 97.8 Kurang setuju 1 1.1 1.1 98.9 Sangat tidak setuju 1 1.1 1.1 100.0 Total 93 100.0 100.0

Motivasi GMKI sebagai agent of change berpengaruh terhadap kualitas SDM

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 11 11.8 11.8 11.8 Setuju 63 67.7 67.7 79.6 Kurang setuju 13 14.0 14.0 93.5 Sangat tidak setuju 6 6.5 6.5 100.0 Total 93 100.0 100.0

Peran GMKI sebagai agent of development memberi kontribusi penting terhadap kualitas SDM

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 10 10.8 10.8 10.8 Setuju 61 65.6 65.6 76.3 Kurang setuju 14 15.1 15.1 91.4 Tidak setuju 5 5.4 5.4 96.8 Sangat tidak setuju 3 3.2 3.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

109

Fungsi GMKI sebagai agent of development, sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas SDM

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 9 9.7 9.7 9.7 Setuju 68 73.1 73.1 82.8 Kurang setuju 10 10.8 10.8 93.5 Tidak setuju 4 4.3 4.3 97.8 Sangat tidak setuju 2 2.2 2.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Peran GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas SDM

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 11 11.8 11.8 11.8 Setuju 67 72.0 72.0 83.9 Kurang setuju 13 14.0 14.0 97.8 Sangat tidak setuju 2 2.2 2.2 100.0 Total 93 100.0 100.0

Fungsi GMKI sebagai agent of modernization memberi dampak positif terhadap upaya peningkatan kualitas SDM pemuda

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sangat setuju 4 4.3 4.3 4.3 Setuju 69 74.2 74.2 78.5 Kurang setuju 15 16.1 16.1 94.6 Tidak setuju 4 4.3 4.3 98.9 Sangat tidak setuju 1 1.1 1.1 100.0 Total 93 100.0 100.0

Kualtias SDM

Cumulativ e Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Baik 49 52.7 52.7 52.7 Cukup 26 28.0 28.0 80.6 Kurang 18 19.4 19.4 100.0 Total 93 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

110

Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .774 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted Change1 12.2333 8.116 .505 .749 Chang2 12.3000 6.631 .596 .715 Chang3 12.0000 7.103 .526 .740 Chang4 12.2333 6.047 .635 .702 Chang5 12.1667 7.937 .507 .747 Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .734 5

Universitas Sumatera Utara

111

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted Develop1 12.1667 8.006 .475 .699 Develop2 12.2000 6.579 .550 .667 Develop3 12.0667 7.375 .412 .723 Develop4 12.2000 6.166 .616 .637 Develop5 12.1667 8.213 .466 .704 Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .714 5

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted Modern1 12.1667 7.454 .417 .688 Modern2 12.2667 6.340 .469 .671 Modern3 12.1667 6.971 .402 .696 Modern4 12.2333 5.840 .604 .606 Modern5 12.2333 7.426 .507 .662 Reliability Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N % Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Universitas Sumatera Utara

112

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .758 6

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted SDM1 15.2333 9.978 .578 .706 SDM2 15.3333 9.747 .435 .743 SDM3 15.1667 10.075 .370 .761 SDM4 15.3333 9.195 .510 .722 SDM5 15.2667 10.064 .631 .699 SDM6 15.1667 9.730 .557 .709 HASIL UJI NORMALITAS NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 93 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Dev iat ion 1.47347930 Most Extreme Absolute .080 Dif f erences Positive .080 Negativ e -.062 Kolmogorov-Smirnov Z .768 Asy mp. Sig. (2-tailed) .596 a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data. PPlot Unstandardized Residual

Universitas Sumatera Utara

113

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

a Coefficients

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 Agent of Change .737 1.358 Agent of Development .883 1.132 Agent of Modernization .815 1.227 a. Dependent Variable: Kualitas SDM HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

a Coefficients

Unstandardized Standardized Coeff icients Coeff icients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) -2.810 1.984 -1.416 .160 Agent of Change .089 .084 .124 1.052 .295 Agent of Development .030 .069 .048 .441 .661 Agent of Modernization .087 .031 .317 2.818 .006 a. Dependent Variable: abs_res_1

Universitas Sumatera Utara

114

Charts

Regression

b Model Summary

Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate a 1 .799 .639 .627 1.49811 a. Predictors: (Constant), Agent of Modernization, Agent of Development, Agent of Change b. Dependent Variable: Kualitas SDM

Universitas Sumatera Utara

115

b ANOVA

Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. a 1 Regression 353.180 3 117.727 52.455 .000 Residual 199.745 89 2.244 Total 552.925 92 a. Predictors: (Constant), Agent of Modernizat ion, Agent of Dev elopment, Agent of Change b. Dependent Variable: Kualitas SDM

a Coeffi ci ents

Unstandardized St andardized Coef f icients Coef f icients Model B St d. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 3.708 3.131 1.184 .239 Agent of Change .905 .133 .504 6.795 .000 Agent of Dev elopment .376 .108 .236 3.478 .001 Agent of Modernization .212 .049 .305 4.326 .000 a. Dependent Variable: Kualitas SDM

a Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 17.2551 27.2198 23.1075 1.95931 93 Residual -3.09745 5.75013 .00000 1.47348 93 Std. Predicted Value -2.987 2.099 .000 1.000 93 Std. Residual -2.068 3.838 .000 .984 93 a. Dependent Variable: Kualitas SDM Charts

Universitas Sumatera Utara

116

Universitas Sumatera Utara