Januari 2019 - I edisi #5 KAREBA KORO KABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG

Warga Desa Tondo melakukan jitupasna. Foto: Evan/ERCB LIBATKAN MASYARAKAT UNTUK JITUPASNA Masuk bulan ke tiga pascabencana gempa, tsunami dan “Agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), pengkajian kebutuhan pascabencana, serta mampu menyusun Tengah, tim Emergency Response Capacity Building (ERCB) dokumen rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca memasuki tahap selanjutnya yaitu melakukan Kajian Kebutuhan bencana,” kata Titik Susana Ristiyawati dari Lembaga Pascabencana (jitupasna). Adapun saat ini ERCB sedang Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) saat menjelaskan melakukan jitupasna di 7 desa dari 15 desa yang direncanakan alasan keterlibatan masyarakat dalam jitupasna. yang tersebar di Pasigala. Mohamad Fauzan, salah satu fasilitator ERCB dari Yayasan “Jitupasna merupakan suatu rangkaian kegiatan pengkajian Merah Putih (YMP) yang melakukan jitupasna di dua desa dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan, mengungkapkan, masyarakat antusias mengikuti jitupasna yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana aksi rehabilitasi karena dilibatkan dalam merumuskan kebutuhan di wilayah dan rekonstruksi. Jitupasna mengkaji kerusakan, kerugian, tempat tinggalnya. gangguan akses, gangguan fungsi, peningkatan risiko, dan “Respons masyarakat semangat untuk mengikuti jitupasna kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sosial,” Agung karena berharap wilayah mereka dapat disentuh oleh pihak-pihak Prasetyo dari Bina Swadaya yang juga menjadi juru bicara ERCB yang akan membantu nantinya,” ujar Fauzan yang melakukan menjelaskan. jitupasna di Desa Loli Pesua dan Panau. Menggunakan metode focus group discussion (FGD) yang Keterlibatan masyarakat dalam proses jitupasna dinilai dilakukan bersama lapisan masyarakat, diharapkan melalui penting, karena dalam metode FGD warga dilibatkan saling jitupasna masyarakat dapat mengetahui secara bersama mengungkapkan pemikiran maupun pendapat. Selain itu, jika kebutuhan pascabencana di desanya. Jitupasna yang diikuti nantinya ada program bantuan atau dampingan di desa tersebut lapisan masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun, tokoh maka dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. masyarakat hingga para ibu rumah tangga juga bertujuan Bersambung ke halaman 7... memperkuat SDM pada bidang rehabilitasi dan rekonstruksi. MASA TRANSISI DARURAT SULTENG DIPERPANJANG

Warga mencoba menyelamatkan barang yang masih bisa digunakan di bekas rumah mereka di Petobo. Foto: Martin Dody/ERCB

PALU — Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah memperpanjang Data itu meliputi jumlah korban jiwa, korban luka, jumlah masa transisi darurat selama 60 hari dari 25 Desember 2018 pengungsi, kebutuhan huntara, dan kondisi penyintas saat ini. menjadi 23 Februari 2019. Ini adalah perpanjangan kedua yang Data-data korban dan penyintas harus lengkap dengan nama dilakukan pemerintah. dan alamat, agar penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran. Sebelumnya, masa transisi darurat diperpanjang dari 26 “Saya minta bulan ini sudah selesai. Karena data tersebut akan Oktober 2018 menjadi 25 Desember 2018. direkap dan dilaporkan kepada Presiden,” kata Longki. Hal itu diputuskan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola Ketua Satuan Tugas Kementerian PUPR untuk Rehabilitasi dan dalam Rapat Koordinasi Forkompinda bersama Badan Nasional Rekontruksi Pascabencana Sulteng, Arie Setiadi, mengatakan, Penanggulangan Bencana (BNPB), Pekerjaan Umum dan pihaknya mengharapkan perpanjangan masa transisi darurat Perumahan Rakyat (PUPR), Pemerintah Kabupaten Donggala dan karena pembangunan huntara belum tuntas. Sigi, Jumat (21/12) di ruang kerja gubernur. Saat ini, Kementerian PUPR baru menyelesaikan 110 unit dari Keputusan memperpanjang masa transisi darurat setelah target 1.200 unit. mendengarkan masing-masing pemangku kepentingan dan “Sementara 220 unit huntara di Palu, 193 unit di Sigi dan perkembangan di lapangan. 140 unit di Kabupaten Donggala masih proses,” kata Arie, "Sejumlah stakeholder seperti para bupati dan BNPB meminta sebagaimana siaran pers dari Humas Pemprov Sulteng. perpanjangan karena masih banyak hal yang harus dibenahi," kata Perpanjangan transisi darurat juga diminta oleh Kepala Dinas Longki. Sosial Propinsi Sulawesi Tengah Ridwan Mulu, Kepala Dinas Dalam rapat itu juga, Longki meminta kepada bupati Donggala, Binamarga dan Tata Ruang Syaifullah Djafar, dan juga Deputi Sigi dan walikota Palu untuk segera menyelesaikan pendataan Logistik BNPB Rudi Phadmanto. sebelum akhir bulan Desember disertai Surat Keputusan Bupati/ Perpanjangan transisi darurat itu bertujuan, untuk Walikota. mempermudah akses distribusi bantuan terhadap pemulihan Data tersebut penting sebagai acuan untuk menyalurkan dampak bencana. (Patarudin/Ika Ningtyas. Sumber: Kabar bantuan, dana stimulan, santunan, pembagian huntara (hunian Sulteng Bangkit) sementara) dan hunian tetap.

KAREBA PALU KORO 02 MELAYANI DENGAN Gede Arya Wibawa sedang merawat HATI penyintas. Foto: Martin Dody/ERCB Masnani dan Risnawati terlihat ceria ketika ditemui kembali oleh Kareba Palu Koro di posko pengungsian di Desa Panau hari Rabu, 26 November lalu. Sangat berbeda dengan kondisinya ketika ditemui 5 hari sebelumnya. Saat itu Masnani terlihat berada di bilik kamar hunian sementaranya. Sedangkan Risnawati hanya bisa duduk dengan bersangga pada tangan kanannya karena kaki kiri dan tangan kirinya mengalami pergeseran sendi.

Masnani dan Risnawati adalah penyintas bencana tsunami “Keterlibatan Pakde dengan PERDHAKI dimulai saat terjadi yang melanda desanya di wilayah Kelurahan Panau. bencana alam tsunami di pada Desember 2004,” kata Irene “Saya sempat timbul tenggelam di air,” kata Masnani Kusuma, Manajer Program PERDHAKI. mengingat kejadian tsunami September 2018 lalu. “Kemudian ikut pula dalam respons gempa Nias bulan Maret “Saya pasrah saja, tubuh saya terhantam barang-barang. 2005, gempa bulan Mei 2006, dan gempa Sumatera Bahkan ada paku menancap di tubuh saya,” tambahnya. Barat bulan Maret 2007,” tambahnya. Benturan-benturan itulah yang mungkin menyebabkan kaki Setelah pensiun dari RS Borromeus Bandung, Pakde menjadi kiri Masnani mengalami pergeseran sendi, serta sakit di bagian pengajar di salah satu akademi keperawatan dan menjadi asisten pinggangnya. bedah di sebuah klinik swasta. Saat bencana gempa, tsunami, Lain halnya dengan Risnawati, ia bercerita bahwa dirinya dan likuifaksi melanda Sulawesi Tengah, Pakde terpanggil untuk terlempar dari rumah dan tubuhnya terbentur sesuatu yang kembali bergabung dalam tim medis PERDHAKI, membantu para keras. penyintas agar mendapatkan layanan medis yang sesuai standar. “Sakit sekali tubuh bagian kiri ini, saya tidak bisa bergerak,” “Intinya adalah pelayanan. Bagaimana kita melayani katanya. Tangan kirinya mengalami pergeseran sendi yang cukup masyarakat, dalam hal ini warga terdampak, dengan sepenuh parah. Kaki kiri dan tangan kanannya tidak terlalu parah. hati,” kata Pakde kepada Kareba Palu Koro. Mengetahui hal tersebut, Gede Arya Wibawa pun segera “Melihat senyum mereka yang disembuhkan adalah suatu meluncur menuju ke Desa Panau untuk menemui keduanya. kebahagian tersendiri yang tidak dapat dinilai dengan apapun, Gede Arya Wibawa yang lebih akrab dipanggil dengan rasa capai dan lelah sirna seketika,” katanya. Pakde memiliki keahlian khusus dengan cara mengurut dan Disamping piawai dalam hal keperawatan, beliau juga ahli menyalurkan tenaga penyembuh. Pakde berada di Palu bersama dalam penyembuhan energi prana. Tidak sedikit penyintas yang Persatuan Karya Dharma Kesehatan (PERDHAKI) yang mengalami kesembuhan dari cidera atau pergeseran sendi akibat membantu penyintas di bidang kesehatan dan tergabung dalam bencana. konsorsium Emergency Response Community Building (ERCB) “Saya menggunakan teknik ini (perawatan medis dan tenaga pada respons bencana di Sulawesi Tengah. prana) untuk mengurangi penggunaan obat dalam proses Gede Arya Wibawa lahir di , tepatnya di kota Tabanan, penyembuhan,” kata Pakde. 03 Juli 1957. Setelah lulus SMP, Pakde melanjutkan ke Akademi “Selain itu, saya ingin orang yang saya bantu merasa nyaman. Keperawatan (AKPER) St. Borromeus Bandung. Karena prestasi Nyaman dalam hal bisa beraktivitas kembali. Rasa sakit pasti ada, dan kecekatannya, lulus dari AKPER St. Borromeus langsung tapi paling tidak sudah banyak berkurang,” tambahnya. ditempatkan di kamar operasi. Bersambung ke hal. 6...

03 KAREBA PALU KORO ERCB Belajar dari Proses

Sejak awal keterlibatan, konsorsium Emergency Response Capacity Building (ERCB) telah melakukan intervensi di 15 desa dan kelurahan yang tersebar di tiga wilayah kabupaten di Sulawesi Tengah selamat kurang lebih 3 bulan ini. Untuk melihat lebih dalam proses dan capaian yang telah dilakukan, selama dua hari, 17-18 Desember 2018 ERCB melakukan rapat evaluasi selama dua hari di Yogyakarta. “Kita akan berbagi pengalaman dari masing-masing organisasi selama merespons bersama di Palu kemarin, suka dukanya bagaimana, kita berikan waktu untuk bapak ibu bisa share disini,” kata Johan Rachmat Santosa, Koordinator Program KARINA Yogyakarta. M. Fauzan dari Yayasan Merah Putih sedang memaparkan hasil diskusi Pertemuan ini dihadiri oleh semua anggota konsorsium kelompok. Foto: Martin Dody/ERCB ERCB: Yayasan Pusaka Indonesia (YPI), Bina Swadaya, Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP), Persatuan Dharma lokal pun diberi peningkatan kapasitas oleh YPI sehingga mereka Karya Kesehatan Indonesia (Perdhaki), termasuk para mitra lokal mampu mendampingi anak-anak. yakni Yayasan Merah Putih (YMP) dan Karsa Institute. Proses Pertemuan ini juga menghasilkan beberapa rekomendasi evaluasi membahas capaian yang telah dilakukan dan proses yang dari masing-masing organisasi, kesepakatan tentang perbaikan telah dijalani, dan apa yang akan dilakukan selanjutnya. koordinasi, perbaikan data dan proses pendataan, serta “Kita sudah melakukan sesuatu yang luar biasa dengan begitu peningkatan kecepatan respon. Protokol bersama ERCB pun banyak barang yang harus kita distribusikan, program yang harus dibahas kembali untuk merefleksikan tugas dan peran masing- kita kerjakan dengan orang-orang yang terbatas,” kata Sutikno masing dalam konsorsium ERCB. Sutantio dari KARINA Yogyakarta selaku Koordinator ERCB. “Jadi di dalam protokol bersama kita akan melihat kira-kira apa Dalam perjalannya, ERCB telah memberikan bantuan food items yang sudah kita lakukan apakah sudah sesuai jika sudah sesuai berupa 100 ton beras untuk 4.000 kepala keluarga (KK), 12.164kg kita lihat lagi pembagian perannya,” kata Johan. minyak goreng untuk 3.041 KK, dan 618,5kg ikan asin untuk Belajar dari pengalaman penanganan di beberapa wilayah 2.474 KK. Non-food items berupa 2.175 paket hygiene kit untuk bencana yang dikemukakan dalam pertemuan ini, ERCB 2.175 KK, 323 paket family kit untuk 323 KK. Di sektor water and bersiap melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas secara sanitation (WATSAN), ERCB memberikan 35 unit tangki air di 17 kelembagaan. desa, 297 unit water purifier di 15 desa, 25 paket tempat sampah Masing-masing anggota konsorsium ERCB juga menyatakan di 2 kelurahan. Yang masih dalam proses penyelesaian di sektor ini komitmen untuk terus terlibat dalam fase selanjutnya yakni adalah pembangunan 17 unit fasilitas MCK (11 unit sudah selesai) rehabilitasi dan rekonstruksi. untuk 9 desa dan 9 titik pemipaan di 7 desa (4 titik sudah selesai). Saat ini ERCB sedang melakukan Kajian Kebutuhan Pasca Untuk rencana pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mini Bencana (JITUPASNA). Wilayah kajian ini berada di 15 desa/ dialihkan menjadi pembelian 1 unit truk sampah beserta bak kelurahan di tiga wilayah kabupaten yang terdampak. Kajian akan sampahnya karena berdasarkan kajian akan lebih bermanfaat. berlangsung hingga Januari 2019. Sekitar 3.110 orang warga terdampak telah mendapatkan Hasil dari kajian inilah yang nantinya akan menjadi dasar untuk pelayanan kesehatan dan sekitar 2.000 orang mendapatkan melakukan intervensi kedepannya. layanan psikososial melalui tim dari Perdhaki. Lalu dari Sebagai partner lokal YMP dan Karsa Institute dalam pertemuan Perlindungan anak ada 7 Ruang Ramah Anak yang memberi ruang evaluasi ini juga menyatakan komitmen untuk terus terlibat dalam untuk bermain dan belajar untuk 631 anak. 25 orang pendamping program-program yang dijalankan oleh ERCB. (mf/mdk)

KAREBA PALU KORO 04 RRA SALUA, BANGKIT

Suasana tenda RRA di Desa Salua. Foto: Martin Dody/ERCB

Semangatku hancur secara perlahan, padaku: Bu, kapan kita bisa bermain di Kurang lebih seminggu pasca bencana cita-citaku untuk memberikan yang RRA lagi? Bu, masih adakah puzzle dan banjir bandang yang menerjang Desa terbaik pada anak-anak di desaku seperti bola yang bisa kita mainkan?” tambahnya. Salua, RRA sudah kembali berdiri. meleleh dan hanyut bersama lumpur- Kondisi RRA pasca banjir bandang Peralatan untuk belajar dan bermain anak- lumpur yang menghantam Dusun 3, tidak dapat digunakan lagi. Tenda dan anak pun kembali disediakan. Sebanyak desa kami. Pandanganku nanar melihat bangunan sudah rata dengan tanah. sekitar 160 anak kembali belajar dan tumpukan dan puing-puing bangunan Hampir sebagian besar mainan rusak dan bermain di RRA yang baru. ruang ramah anak (RRA) yang baru dua hancur. Untuk membangun kembali RRA “Senangnya saya, melihat keceriaan bulan ini berjalan dengan suka cita. Masih di tempat yang sama tidak memungkinkan anak-anak yang kembali muncul, setelah tergambar jelas dimataku, anak-anak karena dianggap rawan jika kembali dua kali desa kami dilanda bencana, yang bermain hula hoop, puzzle, belajar terjadi banjir. gempa dan banjir bandang. Terima membaca menulis dan berhitung di Marjoko dan Khairul Amri, selaku kasih untuk semua pihak yang telah bawah tenda yang penuh dengan balon pelaksana tim di lapangan mencoba mewujudkan mimpi anak-anak Desa dan pita-pita. berdiskusi dengan Kepala Desa Salua, Salua untuk kembali bermain dan belajar,” Ungkapan Dewi Fatimah, guru Taman Yohanis Romang, serta beberapa pihak ungkap Dewi. Kanak-kanak Pelangi Salua yang juga yang terkait tentang pembangunan Desa Salua, terutama Dusun 3 sendiri menjadi relawan di RRA yang dikelola kembali RRA tersebut. Diputuskan lokasi masih terkendala untuk menyediakan Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) melalui pembangunan RRA baru di Dusun 1. huntara maupun merelokasi warga konsorsium ERCB. “Seperti yang lalu, partisipasi warga maupun fasilitas umum yang berada di Sebelumnya, pada Selasa petang kami dorong dalam pembangunan dusun tersebut. tanggal 11 Desember 2018, banjir kembali RRA di Salua. Saling berbagi peran “Kepala sekolah TK, SD, dan SMP pun bandang kembali menerjang Desa Salua, dalam hal penyediaan bahan, peralatan, bertanya tentang kemana fasilitas sekolah Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, dan tenaga tukang untuk pembangunan sebaiknya direlokasi, karena kebetulan khususnya RT 1 dan RT 2 Dusun 3. Akibat RRA tersebut,” kata Marjoko. fasilitas-fasilitas sekolah tersebut dan juga banjir bandang tersebut, fasilitas RRA YPI sendiri juga memberikan bantuan pasar terletak di Dusun 3 yang terkena yang berada di Dusun 3 hanyut, sehingga pembiayaan selain memberikan bantuan banjir bandang,” kata Yohanis. pelayanan untuk bermain dan belajar anak logistik untuk sekitar 80 kepala keluarga Terjadi bencana gempa ataupun tidak, pun terhenti. yang terdampak banjir bandang. Warga Desa Salua terutama Dusun 3 terancam “Lebih tiga hari aktivitas RRA berhenti, Desa Salua dengan suka rela menyisihkan banjir hampir di setiap tahunnya ketika kegiatan anak-anak bermain dan belajar bahan baku serta peralatan yang ada musim hujan datang. Dibutuhkan tidak berjalan,” kata Dewi. untuk pembangunan kembali RRA, pemikiran dan solusi yang tepat untuk “Yang paling perih adalah aku tak demikian juga untuk tenaga tukangnya. meminimalkan ancaman tersebut mampu untuk memandang serta Beberapa lembar terpal disediakan oleh terhadap masyarakat yang tinggal di menjawab ketika anak-anak bertanya kepala desa. wilayah itu. (mdk)

05 KAREBA PALU KORO Infografis sebaran respons gempa tsunami dan likuifaksi di Kabupaten Donggala, Sulteng.

Melayani... Sambungan halaman 3... melaksanakan tugas dan rutinitas pelayanan medis namun juga Keinginan untuk berbagi juga memotivasi Pakde untuk selalu menyapa serta berempati kepada para penyintas. terlibat dalam tugas-tugas kemanusiaan di lokasi-lokasi bencana. “Satu kebahagian bagi tim saat melihat penyintas yang “Saya sudah pensiun, keluarga sudah diberi kecukupan. Selagi kesakitan saat bangun atau berjalan bisa tersenyum dan berjalan saya mampu, saya ingin berbuat sesuatu untuk sesama. Selain itu, setelah pengobatan yang diberikan,” kata Pakde. menjadi suatu kebanggaan tersendiri buat saya ketika bersama Masnani dan Risnawati pun menyampaikan rasa terima kasih tim Perdhaki mampu membuat pelayanan menjadi lebih hidup,” mereka kepada Pakde. Tanpanya, rasa sakit Masnani dan Risnawati ungkap Pakde. tak berkurang. (mdk) Yang dimaksud dengan hidup disini adalah tidak hanya sekedar

KAREBA PALU KORO 06 Berita Foto

Anak-anak di Kelurahan Mamboro, Palu Utara, Sulteng bermain karet di tempat pengungsian. Foto: Martin Dody/ERCB

Libatkan... Sambungan dari halaman 1... “Jitupasna bertujuan agar upaya-upaya pemulihan pascabencana berorientasi pada pemulihan harkat dan martabat manusia secara utuh,” kata Agung. Titik menambahkan, “Hasil jitupasna yang dilakukan tim ERCB juga berguna untuk membantu pemerintah maupun pihak swasta lain, dan juga LSM yang akan melakukan pendampingan di desa tersebut dalam tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.” “Diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dan pihak swasta lainnya dalam melakukan verifikasi dampak kerusakan dan perhitungan kebutuhan pasca bencana. Jika seandainya kita hanya bisa di 3 desa, maka (lembaga) lain bisa membantu di desa lainnya melihat hasil jitupasna tim ERCB,” ujar Titik. Kegiatan jitupasna ditargetkan di 15 desa yang menjadi lokasi intervensi ERCB. Di Kabupaten Sigi sebanyak 7 desa (Boladangko, Bolapapu, Tangkulawi, Omu, Tuva, dan Lewara), Kabupaten Donggala sebanyak 5 desa (Loli Pesua, Loli Saluran, Lampo, Limboro, dan Salumbone), dan Kota Palu sebanyak 4 kelurahan (Panau, Tondo, Lambara, dan Buluri). Adapun 7 lokasi desa yang telah dilakukan Jitupasna saat ini yaitu Kelurahan Panau, Kelurahan Tondo, Desa Loli Pada, Desa Lampo, Desa Tangkulowi, Desa Boladangko dan Desa Bolapapu. “Sejauh ini sudah terlaksana pelatihan pertama (sosisalisasi alat jitupasna) pada tanggal 30 November 2018 yang diikuti oleh 30 peserta dari mitra lokal ERCB (Karsa, Awam Green dan YMP),” tambah Ilham Syaiful Huda dari LPTP. Tujuan dari pelatihan ini agar peserta paham tujuan jitupasna, mampu menerapkan metode dan tool jitupasna. Selain itu, pelatihan kedua (evaluasi hasil Jitupasna) juga telah terlaksana pada tanggal 11 Desember 2018, diikuti oleh 25 peserta dari mitra lokal ERCB (Karsa, Awam Green dan YMP) di Villa Sutan Raja, Kelurahan Mantikulore, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu. Tujuannya agar peserta paham alur, target dan mampu menyusun dokumen jitupasna. Jitupasna ini nantinya tidak sekedar kajian kebutuhan pascabencana tetapi juga akan dilakukan PDRA (Participatory Disaster Risks Appraisal) guna mendukung adanya kajian risiko yang menyeluruh terhadap kondisi saat ini yang akan digunakan dalam memberikan rekomendasi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang lebih memperhatikan risiko bencana yang ada. (ta/mdk)

07 KAREBA PALU KORO REDAKSIONAL INFOGRAFIS DISTRIBUSI Kareba Palu Koro adalah media penyebaran informasi terkait penanganan bencana di Sulawesi BANTUAN ERCB DI Tengah yang dikelola oleh Jaringan Emergency Response Capacity Building (ERCB) pada MARAWOLA BARAT masa tanggap darurat hingga masa rehabilitasi pasca bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Media ini didukung oleh pendanaan dari SHO dan Cordaid dan terbit dua mingguan.

Pemimpin Redaksi: Arfiana Khairunnisa (KARINA Yogyakarta)

Redaksi: Martin Dody Kumoro, Thomas Aquinus (Bina Swadaya), M. Fauzan (Yayasan Merah Putih)

Saran dan masukan dapat dikirimkan melalui [email protected] atau dialamatkan ke Jl. Karanja Lembah, Lorong BTN Polda, Samping Perum Kelapa Gading Desa Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Sulteng

Infografis distribusi bantuan Konsorsium ERCB di Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah sampai dengan 9 Desember 2018. Bantuan yang diberikan untuk 11 desa berupa bahan makanan seperti beras, ikan asin, dan juga non-food item seperti tangki air, terpal serta pelayanan kesehatan. (mdk)

KAREBA PALU KORO 08