e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra , Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA NASKAH MONOLOG: SURAT KEPADA SETAN KARYA PUTU WIJAYA

Ni Nyoman Anna Pratiwi, Ni Made Rai Wisudariani, I Nengah Martha

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) bentuk implikatur percakapan pada naskah monolog Surat kepada Setan karya Putu Wijaya (2) fungsi implikatur percakapan pada naskah monolog Surat kepada Setan karya Putu Wijaya dan (3) implikasi naskah monolog Surat kepada Setan karya Putu Wijaya terhadap situasi politik Indonesia. Jenis penelitian ini ialah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah naskah drama monolog Surat kepada Setan karya Putu Wijaya. Objek penelitian ini adalah bentuk dan fungsi implikatur percakapan Searle.Dari 46 tuturan pada naskah Surat kepada Setan, terdapat 25 tuturan yang mengandung implikatur percakapan. (1) Terdapat 16 tuturan yang berbentuk asertif, 4 tuturan direktif, 2 tuturan berbentuk komisif, 16 tuturan dengan bentuk ekspresif, dan 1 tuturan dengan bentuk deklaratif. (2) Fungsi implikatur percakapan yang diungkapkan oleh Searle pada naskah Surat kepada Setan sebagian besar berfungsi mengritik, mengeluh, berpendapat, menasihati, menawarkan, dan menetapkan sesuatu. Fungsi implikatur percakapan yang dominan pada naskah Surat kepada Setan karya Putu Wijaya ialah fungsi mengritik dan berpendapat. (3) Implikasi naskah Surat kepada Setan terhadap kondisi politik Indonesia menunjukkan sebuah pertanyaan tentang siapa setan dalam kehidupan bangsa dan bernegara. Implikasi yang ada pada naskah merupakan sebuah refleksi kepada pembaca maupun penontonnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika mencari maksud atau pesan sebuah karya sastra ketika akan dipentaskan. Selain itu, hasil penelitian ini direkomendasikan agar dijadikan salah satu bahan pembelajaran materi implikatur. Kata Kunci: implikatur percakapan, naskah monolog

Abstract

This research aimed to describe (1) the form of conversational implicatures on the monologue Surat kepada Setan by Putu Wijaya (2) the function of speech implicatures on the monologue Surat kepada Setan by Putu Wijaya and (3) the implications of the monologue Surat kepada Setan by Putu Wijaya on the Indonesian politics’ situation. The type of this research is qualitative descriptive. The subject of this research is the script of monologue drama Surat kepada Setan by Putu Wijaya. The object of this research is form and function of Searle conversational implicature. Data were collected by documentation method and interview. Of the 46 speech in the text of the Surat kepada Setan, there are 25 speeches that contain conversational implicatures. (1) There are 16 speeches in the form of assertive, 4 directive speeches, 2 commissive speeches, 16 speeches with expressive form, and 1 speech with a declarative form. (2) The function of speech implicatures disclosed by Searle on the Surat kepada Setan largely serves to criticize, complain, argue, advise, offer, and establish something. The dominant conversation implicature function of the Putu Wijaya Surat kepada Setan script is a criticizing and argument function. (3) The textual implications of the Surat kepada Setan on the political condition of Indonesia show a question of who the devil is in the life of the nation and the state and then of the text are a reflection to the reader as well as the audience. The result of this study can be taken into consideration when looking for e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

the purpose or message of a literary work when it will be staged. In addition, the result of this study is recommended to be used as one material learning material implicature. Keywords: conversational implicatur, monologue script.

PENDAHULUAN Sastra tidak dapat terlepas dari dinamik. Nilai imajinatif pada sebuah karya kehidupan sosial masyarakat karena sastra sastra bukan semata-mata sebagai hiburan mewakili perasaan, kehidupan, dan kosong semata melainkan mengandung kenyataan yang terjadi di masyarakat.Hal ini pesan-pesan kritis yang ditujukan bagi juga dipertegas oleh pernyataan Artika pembaca.Sejalan dengan hal tersebut (2016:38) yang menyatakan bahwa Prijanto, dkk (dalam Endraswara, 2013:14) hubungan antara sastra dan masyarakat mengatakan sastra dapat memperlihatkan terjadi karena masyarakat merasa diwakili pandangan suatu masyarakat.Sastra oleh sastra.Menurut Sumardjo dan Saini sebagai media komunikasi, sastra dijadikan (dalam Rokhmansyah, 2009:2) sastra sebagai media kritik sosial. Sastra dapat adalah ungkapan pribadi yang merupakan berfungsi sebagai pembaharu karena sastra penjiplakan suatu kenyataan yang adalah ruang yang dinamis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan yang menciptakan sesuatu yang baru. disertai dengan imajinasi sehingga Karya sastra juga difungsikan sebagai memberikan nilai estetika terhadap media untuk merenungkan nilai-nilai isinya.Pengalaman, pemikiran, perasaan, terdalam dari pembaca.Salah satu nilai ide, dan semangat keyakinan dapat menjadi yang menjadi lahan kritik sastrawan ialah sumber terjadinya kegiatan sastra dan pada bidang politik. Hal ini juga ditegaskan menghasilkan sebuah produk seni.Selain oleh Rosidi (1969: 177) bahwa sastra dan itu, perpaduan antara keadaan lingkungan politik adalah suatu kenyataan sejarah pengarang dan psikologi isi hati pengarang sudah sejak awal pertumbuhannya mengiringi daya kreativitas yang tinggi sastrawan-sastrawan Indonesia terhadap sebuah karya yang telah menunjukan perhatian yang serius kepada diciptakan.Hal tersebut dipertegas pula oleh politik.Politik merupakan lahan kritik yang Wellek dan Warren (1993:3) yang paling terlihat di Indonesia mengingat menyatakanbahwa sastra adalah suatu kebijakan-kebijakan pemerintah yang kegiatan kreatif, sebuah karya seni. dilanggar oleh penggagasnya sendiri, Berdasarkan sifatnya yang universal, contohnya isu SARA dan KKN. Isu-isu karya sastra dapat dijadikan media tersebut pun menjadi perhatian khusus oleh komunikasi sosial.Situmorang (1983:204) sastrawan-sastrawan Indonesia sejak menegaskan kesusastraan dalam artinya dahulu.Salah satu karya sastra yang yang asli adalah alat komunikasi sosial. mengangkat mengenai isu sosial Pada sebuah karya sastra pengarang masyarakat yang paling mudah dikenali mengemukakan realitas berdasarkan ialah drama. pengamatan dan pengalaman dalam Drama dikenal sebagai seni pertunjukan kehidupannya dan dapat dijadikan sebagai yang kompleks karena mencakup berbagai sebuah renungan bagi pembacanya.Hal ini hal.Hal tersebut juga didukung dari dipertegas oleh pernyataan George Lukas pengertian drama berdasarkan (dalam Priyatni, 2012:12) yang menyatakan etimologinya, drama mengutamakan bahwa karya sastra merupakan sebuah perbuatan, gerak, yang merupakan inti cermin yang memberikan kepada kita hakikat setiap karangan yang bersifat sebuah refleksi realitas yang lebih besar, drama (Tarigan, 2011:70). lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

Monolog merupakan salah satu bagian secara tersirat. Untuk memahami teks dari drama.Monolog berasal dari bahasa sastra pada naskah lakon, menurut Teuuw Yunani yang terdiri dari kata mono artinya (dalam Priyatni, 2012:25) pembaca harus satudan legein yang artinya berbicara.Jadi, memiliki pengetahuan tentang sistem kode pengertian monolog adalah hanya satu rumit yaitu kode bahasa, kode sosial, dan orang saja yang berbicara dan hanya dia kode sastra. yang menentukan pokok bahasan dan Salah satu sastrawan yang memiliki lainnya.Sejalan dengan pengertian karya kepekaan terhadap kritik sosial dengan sastra, persoalan-persoalan yang diangkat bahasa yang tidak langsung ialah Putu dalam naskah drama atau pun naskah Wijaya. Putu Wijaya memiliki nama lengkap drama monolog merupakan persoalan- I Gusti Ngurah Putu Wijaya, lahir di Puri persoalan sehari-hari di masyarakat.Di Anom, Tabanan, pada tanggal 11 April samping itu, pemaparan bahasa dalam 1944. Putu Wijaya dikenal sebagai seorang karya sastra drama monolog berupa dramawan, novelis, cerpenis, esais, actor, pemakaian petunjuk lakuan yang sutradara, seniman, dan penulis skenario menggambarkan suasana dan lakuan yang produktif sejak tahun 1959.Putu tokoh-tokohnya. Wijaya merupakan sastrawan yang celang Hal lain yang membedakan dan terhadap kondisi sosial masyarakat sekaligus menjadi daya tarik drama khususnya politik dan budaya.Hal ini monolog ialah dilihat dari cara aktor terbukti dari naskah-naskah yang telah mendobrak dirinya untuk memerankan ditulis, seperti naskah drama Bila Malam beberapa tokoh dengan gestur bahkan Bertambah Malam (1970). Naskah ini bahasa yang berbeda. Andalan plot dalam menceritakan tentang kehidupan di Bali pertunjukan drama atau pun monolog yang mempermasalahkan tentang kasta sepenuhnya terletak pada kemampuan yang harus tetap dipertahankan hingga aktor mewujudkan hasil penafsirannya atas saat ini sehingga terjadi perbedaan tokoh yang diperaninya (Tambajong, pendapat antara ibu dan anak (Muntu, 1981:20). Pada drama monolog, aktor 2013:II). Selain itu, naskah drama Putu dituntut untuk melakukan berbagai adegan Wijaya yang lain ialah Lautan Bernyanyi beserta dialog dengan dirinya sendiri. (1967). Naskah drama ini masih Sebuah pertunjukan drama ataupun menceritakan tentang kehidupan bajak laut drama monolog memerlukan naskah dan kebudayaan masyarakat Bali. sebagai media utamanya.Hal ini senada Tidak hanya kebudayaan yang menjadi dengan yang dikemukakan oleh Goenawan fokus dari karya-karya Putu Wijaya. Dilihat Mohammad (dalam Satoto, 2012:7) semua dari beberapa naskah drama monolog yang produksi drama bertolak dari naskah lakon telah diciptakan seperti naskah Demokrasi sebagai “pralakon”.Pada naskah lakon (2010)yang berisikan kritikan Putu Wijaya tentunya menggunakan bahasa sebagai dalam menyikapi persoalan demokrasi di medianya, hanya saja bahasa yang Indonesia. Naskah lainnya yang digunakan disebut dengan bahasa membuktikan keaktifan Putu Wijaya dalam sastra.Menurut Priyatni (2012:26) bahasa menulis naskah drama monolog ialah sastra memiliki keunikan yang berbeda naskah yang berjudul Surat kepada Setan dengan bahasa sehari-hari, yakni bersifat (2005).Naskah ini secara kompleks estetis, konotatif, simbolik, dan juga menggambarkan kepekaan Putu Wijaya kontemplatif.Senada dengan hal itu terhadap kondisi sosial Indonesia. Hal ini Nurgiyantoro (1994:273) mengatakan pertegas oleh hasil penelitian dari Hanna bahwa ciri-ciri bahasa sastra termasuk dan Ali Imron (2015:218) yang naskah yakni mengandung unsur emotif menyebutkan kritik sosial yang terdapat dan bersifat konotatif, dengan demikian dalam naskah tersebut adalah hilangnya naskah cenderung menyampaikan pesan kepercayaan pada produk nasional, korupsi, e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

penyimpangan wewenang oleh wakil Implikatur merupakan salah satu kajian rakyat,media massa yang kurang IlmuPragmatik.Implikatur berarti sesuatu berkualitas, kesejahteraan TKW, yang diimplikasikan dalam suatu kesetaraan gender, dan sifat manusia yang percakapan (Nadar, 2013:60). Implikatur menyerupai sifat setan. Hal inilah yang mampu menjembatani jurang pemisah menjadi daya tarik tersendiri dari naskah antara apa yang secara nyata diucapkan drama monolog Surat kepada Setan karya dengan apa yang sesungguhnya Putu Wijaya karena isinya yang kompleks dimaksudkan (Nurgiyantoro, 1994:315). dan menggelitik.Selain itu, nilai tambah Selain itu, Rohmadi dan Wijana (2009:222) pada naskah ini ialah akhir cerita yang tidak menegaskan implikatur adalah ujaran atau terduga dan bahasa yang digunakan pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berkulit. berbeda dengan yang sebenarnya Naskah drama monolog Surat kepada diucapkan.Implikatur dapat dikatakan Setan yangditulis oleh Putu Wijaya sebagai informasi lebih dari sesuatu yang mengandung kritik sosial yang sangat disampaikan.Konsep implikatur kali pertama kental. Namun, Putu Wijaya tidak secara dikenalkan oleh H.P. Grice (1975) langsung menyampaikan kritikan- (Wisudariani, 2013:39).Grice membagi kritikannya.Hal itu dikemas dengan implikatur menjadi dua jenis, yakni menggunakan bahasa sastra yang tetap implikatur percakapan dan implikatur mampu dipahami oleh pembaca.Selain itu, konvensional.Implikatur konvensional yaitu menurut Emzir dan Rohman (2015:7) kata implikasi Pragmatik yang diperoleh dalam sastra seringkali mengungkapkan langsung dari makna kata, bukan dari hal-hal yang bersifat ambigu atau taksa prinsip-prinsip percakapan.Implikatur atau bertentangan.Penyampaian pesan konvensional tidak harus terjadi dalam yang tersirat tersebut mengharuskan percakapan, dan tidak bergantung pada pembaca menduga-duga untuk mengetahui konteks khusus untuk maksud yang ingin disampaikan Putu menginterpretasikannya (Yule, 2014:78). Wijaya. Implikatur percakapan menitik beratkan Guna memeroleh pengetahuan yang pada ujaran yang menyiratkan sesuatu tepat tentang maksud yang ingin yang berbeda dengan apa yang sebenarnya disampaikan pengarang, dibutuhkan Ilmu diujarkan. Implikatur percakapan memiliki Pragmatik untuk mampu memahami makna makna dan pengertian yang lebih bervariasi yang tersirat pada naskah monolog Surat karena pemahaman terhadap hal “yang kepada Setan karya Putu Wijaya.Yule dimaksudkan” sangat bergantung kepada (2014:3) mengatakan Pragmatik adalah konteks terjadinya percakapan (Rahayu, studi tentang makna yang disampaikan oleh 2011:15).Pada implikatur percakapan penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh terdapat kesepakatan yang tidak tertulis.Hal pendengar (atau pembaca). Manfaat belajar ini ditegaskan oleh Rahardi (dalam bahasa melalui Pragmatik ialah bahwa Purwanti, 2016:8) bahwa di dalam seseorang dapat bertutur kata tentang penuturan yang sesungguhnya penutur dan makna yang dimaksudkan orang lain, mitra tutur dapat secara lancar asumsi mereka, maksud atau tujuan berkomunikasi karena mereka memiliki mereka, dan jenis-jenis tindakan yang semacam kesamaan latar belakang tentang mereka perlihatkan ketika mereka sedang sesuatu yang dipertuturkan itu. berbicara (Yule, 2014:5). Pragmatik mengaji Berkaitan dengan konsep implikatur maksud penutur dalam menuturkan sebuah percakapan, untuk memahami makna satuan lingual tertentu pada sebuah dalam naskah monolog, dapat digunakan bahasa.Kajian dalam Pragmatik adalah teori implikatur percakapan khususnya teori makna (Dia, 2012:2). bentuk dan fungsi implikatur. Searle (dalam Leech, 1993:164) membagi bentuk e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

implikatur percakapan menjadi lima A.A. Wiyat S. Ardhi, danpenelitian dari Ida kategori, yaitu asertif, direktif, komisif, Ayu Putu Nikke Widhi Arianiyang berjudul ekspresif, dan deklaratif. Selain itu, fungsi Implikatur pada Iklan Layanan Masyarakat. implikatur percakapan yang dikemukakan Penelitian di atas memiliki persamaan ialah menyatakan pendapat, melaporkan, terhadap penelitian yang peneliti lakukan. mengusulkan, membual, mengeluh, Persamaannya, yaitu sama-sama mengemukakan pendapat, meminta, menggunakan implikatur untuk membedah memerintah, memohon, berjanji, berkaul, subjek. Hal yang membedakan penelitian mengritik, mengecam, dan menetapkan. di atas dengan penelitian ini adalah subjek Berkaitan dengan hal tersebut, teori bentuk yang dibedah. Penulis menggunakan subjek dan fungsi implikatur yang dikemukakan penelitian berupa percakapan atau tuturan oleh Searle digunakan untuk mengupas dalam naskah monolog karangan Putu maksud tersirat yang ada pada naskah Wijaya. Dari hasil pengamatan penulis, Surat kepada Setan karya Putu Wijaya belum ada penelitian implikatur naskah mengingat maksud kritik sosial yang monolog khususnya karya Putu Wijaya terdapat pada naskah tersebut tidaklah yang berjudul Surat kepada Setan. Dengan dipaparkan secara gamblang. demikian penelitian ini merupakan Pada naskah tersebut cenderung penelitian baru.Untuk itulah penelitian ini disampaikan kritikan-kritikan menggunakan penting dilakukan guna menyikapi tuturan- pilihan bahasa yang masih perlu dikuliti lagi. tuturan pada naskah monolog secara Hal-hal tersirat yang terdapat pada karya cerdas dan kritis, serta memahami maksud Putu Wijaya pun merupakan implikatur tuturan berdasarkan konteks tuturan percakapan, karena dalam tersebut. menginterpretasikan suatu tuturan Penelitian ini memiliki kebaruan dari sebenarnya merupakan usaha-usaha untuk penelitian sebelum-sebelumnya, yakni pada menduga-duga yang disebut dengan subjek dan objek yang diteliti. Subjek dalam implikatur percakapan. Pada naskah penelitian ini percakapan atau tuturan monolog tersebut berisikan sindiran-sindiran dalam naskah drama monolog Surat tajam terhadap masyarakat dan kepada Setan karya Putu Wijaya pemerintahan Indonesia yang tersirat sedangkan objeknya adalah teori bentuk diungkapkan oleh Putu Wijaya tepat pada implikatur Searle yang akan diterapkan Hari Ulang Tahun RI ke-60. Teori bentuk pada percakapan atau tuturan-tuturan dan fungsi implikatur percakapan digunakan dalam naskah drama monolog Surat untuk mencari makna tersirat pada naskah kepada Setan karya Putu tersebut karena menurut Nadar (2013:61) Wijaya.Sepengetahuan peneliti belum ada implikatur memberikan penjelasan eksplisit yang detail menggunakan subjek maupun tentang cara bagaimana dapat objek penelitian yang peneliti gunakan mengimplikasikan lebih banyak dari apa sehingga dapat dipertanggungjawabkan yang dituturkan. Sehubungan dengan hal keasliannya. tersebut, maka penelitian ini berjudul Tahap analisis/ pengajian terhadap Implikatur Percakapan pada Naskah suatu karya sastra akan lebih baik jika Monolog: Surat kepada Setan Karya Putu diawali dengan membaca karya tersebut Wijaya. secara keseluruhan. Sebuah karya sastra Sejauh ini terdapat beberapa penelitian terlahir tidak mungkin dalam keadaan sejenis, yakni penelitian dari Kd. Nita kosong atau terlahir dari Kristina yang berjudul Implikatur dalam kekosongan.Luxemburg, dkk (1989:23) Wacana Bang Podjok Bali Post: Kajian menyebutkan bawha sastra dipandang Teori Grice, penelitian dari Ida Ayu Purnami sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang yang berjudul Implikatur Percakapan dalam ditulis pada suatu kurun waktu tertentu Naskah Drama Gong Gusti Ayu Klatir Karya langsung berkaitan dengan norma-norma e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

dan adat istiadat zaman itu.Menurut Semi maknanya dengan apa yang sebenarnya (dalam Siswanto 2008:67) sastra lahir oleh diucapkan. dorongan manusia untuk mengungkapkan Di dalam sebuah dialog (percakapan) diri, tentang masalah manusia, sering kali penutur (penulis) tidak kemanusiaan, dan semesta.Sastra dapat mengutarakan maksudnya secara dikatakan sebagai sarana pengetahuan langsung. Hal yang diucapkan (ditulis) yang memiliki budi, imajinasi, dan bahkan sama sekali berbeda dengan emosi.Kreativitas pada karya sastra maksud ucapannya (tulisan). Artinya, dimanfaatkan sebagai alat refleksi apabila ingin menelisik maksud tuturan dari emosional dan pengetahuan pembaca sebuah ujaran dapat menggunakan teori ataupun pengarang. implikatur percakapan yang dikemukakan oleh Searle, khususnya mengenai bentuk Naskah merupakan salah satu karya implikatur percakapan dan fungsi implikatur sastra yang berasal dari realitas lingkungan percakapan pada naskah tersebut.Dengan pengarang dengan tujuan untuk demikian, naskah tersebut dapat ditafsirkan dipentaskan.Ketika sebuah karya sastra lebih dalam dan dapat disampaikan dengan tidak terkecuali naskah monolog baik dalam bentuk sebuah pementasan di dipentaskan tentunya ada pesan dan masuk atas panggung. yang ingin disampaikan oleh pengarang.Bukan hal yang mudah ketika METODE PENELITIAN harus memaknai sebuah karya Jenis penelitian ini adalah deskriptif sastra.Bahasa yang imajiner dan tidak kualitatif.Subjek penelitian pada penelitian jarang berkulit membuat pembacanya harus ini adalah naskah drama monolog Surat memutar otak untuk memakna maksud kepada Setan karya Putu Wijaya. Adapun pada naskah. objek dari penelitian ini adalah teori Putu Wijaya merupakan salah satu bentuk implikatur percakapan sastrawan Indonesia yang masih betah Searle.Data kualitatif dalam penelitian menggunakan bahasa berkulit dalam ini berupa tuturan pada naskah Surat karyanya.Pada naskah Surat kepada Setan kepada Setan secara utuh dalam bentuk Putu Wijaya tidak sedikit membahas mengenai kondisi Indonesia yang sarat naskah. dengan konflik social.Namun, Data-data tersebut dikumpulkan dengan pemaparannya pada naskah dengan menggunakan metode pengumpulan maksud yang ingin disampaikan tidak data.Sesuai dengan karakteristik data, jarang berbeda.Dibutuhkan pemahaman metode pengumpulan data yang digunakan lebih dalam menafsirkan naskah Putu dalam penelitian ini adalah metode Wijaya tersebut dokumentasi dan wawancara.Metode Teori Impliatur percakapan cocok dokumentasi digunakan untuk menjawab digunakan dalam menganalisis maksud dari rumusan masalah pertama dan kedua. tuturan-tuturan yang ada pada naskah Dokumentasi adalah proses pengumpulan, tersebut, mengingat pada implikatur pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan percakapan terdapat kesepakatan bersama data-data atau informasi. Melalui metode yang tidak tertulis dan keterkaitan makna dokumentasi, peneliti melakukan percakapan juga tidak terungkap pada pengumpulan data, pemilihan, pengolahan, kalimat yang diucapkan secara dan penyimpanan data-data atau informasi literar.Dengan demikian pemahaman yang berupa percakapan-percakapan atau terhadap hal “yang dimaksud” sangat tuturan-tuturan dalam naskah drama bergantung pada konteks terjadinya monolog Surat kepada Setan karya Putu percakapan. Implikatur percakapan Wijaya. dimaksudkan sebagai tuturan yang berbeda e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

Metode wawancara dilakukan untuk kemampuan seseorang dalam hal ini tokoh menjawab rumusan masalah nomor 3 Aku mengemukakan apa yang dirasakan terkait implikasi naskah terhadap kondisi dan dipikirkan terhadap hal disekitarnya politik di Indonesia.Metode wawancara ini menyangkut cara merayakan hari nantinya akan mendukung hasil penelitian kemerdekaan Indonesia. Namun, cara peneliti terhadap apa yang ingin penyampaian yang dilakukan tokoh aku disampaikan pengarang kepada pembaca masih tetap menjaga dan menghargai hak- melalui naskahnya. hak orang lain. Direktif, berarti suatu pendekatan HASIL DAN PEMBAHASAN dengan cara langsung pada pokok HASIL intinya.Untuk membuat mitra tutur Bentuk Implikatur Percakapan yang melakukan sesuatu atau tidak melakukan Terdapat dalam Dialog pada Naskah sesuatu, maka seorang penutur akan Surat kepada Setan karya Putu Wijaya menggunakan tuturan yang mengandung Berdasarkan identifikasi data, tuturan- implikatur berbentu direktif. Salah satu tuturan dalam dialog pada naskah Surat tuturan yang berbentuk direktif dengan kepada Setan telah diklasifikasikan ke fungsi meminta ialah sebagai berikut. dalam bentuk implikatur percakapan yang “Mulutku asem, harus olah raga sebab disebutkan oleh Searle, yaitu asertif, direktif, perutku gembung kebanyakan angin.Aku komisif, ekspresif, dan deklaratif. Kelima harus mengunyah, kalau tidak makan bentuk implikatur yang dikemukakan oleh badanku lemes.Kalau lemes bagaimana Searle seluruhnya terkandung pada naskah aku bisa jaim?” Surat kepada Setan.Ada pun Komisif, adalah bentuk implikatur pemaparannya ialah sebagai berikut. percakapan yang mendorong penutur Asertif, Asertivitas merupakan suatu melakukan sesuatu. Perbedaannya dengan kemampuan untuk mengomunikasikan direktif ialah pada bentuk implikatur apa yang diinginkan, dirasakan, dan percakapan ini sedikit banyak terikat pada dipikirkan kepada orang lain namun suatu tindakan di masa depan atau tidak dengan tetap menjaga dan menghargai harus dilakukan saat itu.Salah satu tuturan yang berbentuk komisif ialah sebagai hak-hak serta perasaan pihak lain. berikut. Terdapat 16 tuturan yang berbentuk “Ya, itu terserah.Ini negeri demokrasi. asertif pada naskah monolog tersebut, Bapak kan hanya menunjukkan peluang, salah satunya ialah sebagai berikut. silakan berjuang. Mainkan saja bolanya “HARI ini usiaku 60 tahun.Radio mengobral yang sekarang siap ditendang, aku masih lagu-lagu kebangsaan sejak subuh buta. banyak urusan.” Sementara rumah-rumah sederhana di Konteks dalah mengenai peluang yang sepanjang rel kereta api membuat sungai sudah diberikan oleh gubernur kepada merah putih yang berliku panjang. Rakyat tokoh aku. Peluang tersebut diberikan jelata berlomba naik pohon pinang. Ibu-ibu kebebasan oleh gubernur kepada tokoh Aku rumah tangga tarik tambang.Penyandang kapan akan dilakukan. cacat bertanding voli duduk.Bapak-bapak Ekspresif, bentuk ini ialah main sepak bola dengan memakai mengungkapkan atau mengutarakan sikap daster.Gadis-gadis kecil berlomba psikologis penutur terhadap keadaan yang menangkap belut.” tersirat dalam ilokusi, seperti mengucapkan Pada tuturan tersebut berkonteks terimakasih, mengucapkanselamat, peristiwa perayaan hari kemerdekaan mengecam/mengritik, memuji, Indonesia yang ke-60 tahun. Tuturan (1) mengucapkan belasungkawa, dan berbentuk asertif karena sesuai dengan sebagainya yang berhubungan dengan pengertian asertif yang merupakan menimbulkan sebuah inspirasi.Salah satu e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

tuturan yang berbentuk ekspresif ialah Implikasi Naskah Monolog Surat kepada sebagai berikut. Setan karya Putu Wijaya terhadap Situasi “Ini campur sari.Kalau serius terus kita bisa Politik Indonesia cepat mampus.Ngurus rakyat yang Implikasi pada naskah Surat kepada semuanya mau enak sendiri, itu makan Setan terhadap kondisi politik di Indonesia hati.Kalau tidak hati-hati, aku bisa mati tidak dapat dilihat apabila hanya dari berdiri.” tuturan-tuturannya saja akan tetapi harus Bentuk IP yang terimplikasi pada tuturan dianalisis sebagai satu kesatuan naskah. tersebut ialah Ekspresif dan fungsinya Tuturan yang terdapat pada naskah mengritik sikap malas masyarakat.Kritikan tersebut merupakan hasil dari pengalaman yang terimplikasi pada kutipan dialog langsung maupun tidak langsung dari tersebut ialah mengungkap mengenai sikap pengarang.Sebuah karya sastra tercipta masyarakat Indonesia yang jarang sekali yang mengandung implikatur berperan mau berupaya melakukan sesuatu untuk sebagai bentuk protes, sindiran, ataupun kehidupannya. Hal yang dilakukan hanyalah saran yang diberikan oleh pengarang mengeluh terhadap kinerja pemerintah. kepada pembaca. Masyarakat selalu menuntut negara untuk Untuk lebih mumpuni dan lebih sejalan, memberikan kehidupan yang layak akan maka dari itu peneliti melakukan wawancara tetapi tidak ada upaya untuk maju dari dengan salah satu sastrawan Bali yang pribadi masyarakat itu sendiri. cukup terdengar gaungnya, yaitu Cok Deklaratif, deklarasi merupakan tuturan Sawitri.Beliau merupakan seorang yang dimaksudkan penuturnya untuk sastrawan Bali yang masih kukuh pendirian menciptakan hal (status, keadaan, dan untuk tidak membina sebuah komunitas sebagainya) yang baru.Berhasilnya atau pun sekadar mengajar di sekolah- pelaksanaan ini akan mengakibatkan sekolah karena menurut beliau, kegiatan adanya kesesuaian antara isi proposisi seni yang dilakukan merupakan kegiatan dengan realitas, seperti membaptis, dari hati bukan untuk memenuhi kebutuhan menghukum, memecat, finansial. menetapkan,memberi maaf, memberi Cok Sawitri lebih jelasnya mengatakan nama, membuang, mengangkat, bahwa “naskah ini justru bertanya, siapa sih membatalkan, mengabulkan, menizinkan, setan itu? Apakah memang pejabat?Tokoh mengampuni. agama?Atau kamu sendiri?” demikianlah teror dari naskah ini terhadap pembaca atau pun bagi penonton yang sudah Fungsi Implikatur Percakapan yang menyaksikan naskah ini dalam bentuk Terdapat dalam Dialog pada Naskah pentas monolog. Cok Sawitri juga Surat kepada Setan menegaskan bahwa sebuah karya sastra Berdasarkan bentuk implikatur tidak dapat dianalisis hanya pada satu sisi percakapan yang dikemukakan oleh Searle akan tetapi harus dianalisis menjadi satu sebelumnya dapat diklasifikasikan ke dalam kesatuan karya tersebut dan diakitkan beberapa fungsi yang terimplikasi pada dengan tahun atau kapan terciptanya karya tuturan yang terdapat pada dialog naskah tersebut. Surat kepada Setan. Ada pun beberapa fungsi implikatur percakapan yang terdapat PEMBAHASAN pada naskah tersebut ialah sebagai Berdasarkan hasil penelitian dapat pengungkapan pendapat, kritikan, keluhan, dikatakan bahwa sebuah karya sastra meminta, penawaran, pernyataan, bukanlah sesuatu yang kosong melainkan menasehati, dan menetapkan sesuatu. suatu hal yang mengandung maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh pengarang.Ilmu pragmatik dapat mengupas e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

maksud dari tuturan yang terdapat dalam yang kompleks. Pada naskah terlihat naskah monolog Surat kepada Setan karya membahas hampir seluruh peristiwa yang Putu wijaya pada setiap tuturannya.Bentuk terjadi pada tahun 2005, yang di antaranya dan fungsi implikatur percakapan yang mengenai kasus TKW yang kurang dikemukakan oleh Searle terdapat pada mendapat perhatia dari pemerintah, kasus naskah tersebut.Ada pun bentuk yang korupsi, kasus para PNS yang membandel, sering muncul ialah asertif dan ekspresif. bahkan juga menyiratkan petinggi negara Selain bentuk asertif, bentuk eskpresif yang selalu menggalakkan ‘anti korupsi’ juga salah satu bentuk IP yang paling namun itu dilakukan sendiri oleh banyak terdapat dalam naskah penggalaknya. Menurut Cok Sawitri yang tersebut.Bentuk ini merupakan perwakilan saat ini masih tetap aktif menulis entah itu psikologis seseorang dalam menanggapi dalam bentuk buku maupun status di sesuatu, salah satu fungsinya yang sering facebook, pada naskah Surat kepada Setan muncul pada naskah ialah kritikan. Kritikan ini tidak menunjukkan siapa dan apa ‘setan’ yang terdapat dalam naskah tidak semata- yang dimaksud. Semua hal yang terdapat mata kritikan langsung tetapi dibalut dengan pada naskah ini merupakan narasi atau susunan kalimat atau ujaran yang bahkan realita yang dikisahkan dalam bentuk tidak ada kaitannya sama sekali dengan naskah. Keunikan dari naskah-naskah kritikan. Implikatur percakapan pada naskah monolog Putu Wijaya lainnya ialah tidak tersebut terimplikasi dalam tuturan- menggunakan kaidah menulis dialog pada tuturannya.Ilmu Pragmatik lebih mengaji umumnya akan tetapi menuliskannya dalam maksud yang ingin disampaikan oleh bentuk narasi. pengarang pada setiap tuturannya.Lain halnya dengan teori sastra yang mengaji sebuah sastra secara kesatuan. SIMPULAN Fungsi IP Searle yang terdapat pada Berdasrkan hasil dan pembahasan naskah sebagian besar sebagai kritikan dan seperti yang disajikan, pada bagian ini ungkapan pendapat dari seorang disampaikan simpulan sebagai temuan pengarang melalui symbol-simbol tokoh penelitian, yang ada pada prinsipnya pada naskah.Hal ini sejalan dengan teori merupakan jawaban terhadap masalah- yang menyatakan bahwa karya sastra lahir masalah yang telah dirumuskan.Butir-butir tidak dari sebuah kekosongan.Pada simpulan yang disampaikan itu disajikan mulanya sastra menjadi media tranformasi dalam paparan berikut ini. kenyataan menjadi karya sastra.Bisa pula Bentuk implikatur percakapan yang karya sastra menjadi media pengungkapan diungkapkan oleh Searle pada naskah pesan kepada masyarakat (Artika, Surat kepada Setan ialah asertif, direktif, 2016:105). Selain berfungsi sebagai kritikan komisif, ekspresif, dan deklaratif.Seluruh dan pendapat, fungsi-fungsi implikatur bentuk IP yang diungkapkan oleh Searle percakapan Searle yang ditemukan pada terkandung dalam naskah karya Putu naskah Surat kepada Setan karya Putu Wijaya ini. Terdapat 16 tuturan yang Wijaya juga terdapat tuturan berIP yang berbentuk asertif, 4 tuturan direktif, 2 berfungsi mengeluh, menasihati, tuturan berbentuk komisif, 16 tuturan menawarkan, dan menetapkan sesuatu. dengan bentuk ekspresif, dan 1 tuturan Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bentuk deklaratif. sastra bisa dipandang sebagai media Fungsi implikatur percakapan yang komunikasi yang kompleks dan berlapis- diungkapkan oleh Searle pada naskah lapis. Surat kepada Setan sebagian besar Naskah Surat kepada Setan ini berfungsi mengritik, mengeluh, merupakan salah satu karya Putu Wijaya berpendapat, menasihati, menawarkan, dan menetapkan sesuatu. Fungsi implikatur e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

percakapan yang dominan pada naskah penggiat sastra agar dapat menjadikan Surat kepada Setan karya Putu Wijaya ialah hasil penelitian ini sebagai pedoman fungsi mengritik dan berpendapat. dalam mencari maksud naskah. Bagi Berdasarkan analisis bentuk dan fungsi peneliti lain diharapkan melakukan implikatur percakapan Searle, ada pun kajian yang lebih mendalam terhadap implikasi naskah monolog Surat kepada pementasan dari naskah-naskah karya Setan karya Putu Wijaya terhadap situasi politik Indonesia didapat dari proses Putu Wijaya. wawancara dengan Cok Sawitri salah satu sastrawan Bali yang masih sangat aktif di DAFTAR PUSTAKA bidang sastra. Menurut beliau, implikasi dari Arikunto, Suharisimi. 1998. Prosedur naskah Surat kepada Setan ini bukanlah Penelitian. : Bina Aksara. sebuah kritikan langsung menohok pada Artika, I Wayan. 2016. Sastra dan pokok sindirannya tetapi pembaca Kenyataan. Denpasar: Pustaka diarahkan untuk mencari-cari dan menerka- Larasan. nerka maksud dari dialog yang ada pada Dia, Eri Eva. 2012. Analisis Praanggapan. naskah.Kritikan atau sindiran yang ada Malang: Madani. merupakan sebuah refleksi kepada Endraswara, Suwardi. 2013. Sosiologi pembaca maupun penontonnya.Naskah ini Sastra: Studi, Teori, dan Interpretasi. bersifat bertanya kepada pembacanya : Ombak. “siapakah sujatinya setan yang Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra dibicarakan?”Tidak ada batasan khusus Indonesia: Respons dan Analisis. yang dipaparkan mengenai sosok setan Padang: Dian Dinamika Press. pada naskah. Huda, Nurul. 2014. Dongeng Mirna Refleksi Berdasarkan hasil temuan penelitian Kejahatan Seksual dalam Monolog. yang telah disajikan sebagai simpulan : ISI Surakarta. berikut disampaikan saran yang Leech, Geoffrey. 1983. The Principles of berkaitan dengan manfaat penelitian, Pragmatics. London:Longman. baik yang bersifat teoritis, berupa upaya Margono. 2003. Metodologi Penelitian. pemberian sumbangan bagi Yogyakarta: Bumi Aksara pengembangan pelaksanaan Maulina, Oktalifa Hanna & Ali Imron. 2015. pendidikan dan pengajaran Bahasa Kritik Sosial dalam Naskah Drama Indonesia. Monolog Surat kepada Setan karya Bagi dosen pengampu mata kuliah Putu Wijaya: Telaah Sosiologi Sastra Pragmatik, hasil penelitian ini dapat dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Surakarta: digunakan sebagai salah satu acuan/ Universitas Muhammadiyah. bahan dalam pembelajaran materi Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Implikatur. Untuk keperluan mengaji Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip karya sastra menggunakan teori Analisis Wanana.Yogyakarta: Tiara Pragmatik, disarankan kepada para Wacana. pakar bahasa dan pakar pengajaran Nurgiyantoro.Burhan. 1994. Teori bahasa agar memanfaatkan temuan Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah peneliti mengenai bentuk dan fungsi Mada University Press. implikatur yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro.Burhan. 1995. Teori Searle ini sebagai sumbangan agar Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah lebih mengembangkan disiplin ilmu Mada University Press. Pragmatik pada karya sastra.Bagi e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017

Priyatni, Endah Tri. 2012. Membaca Sastra Wellek, Rene & Austin Warren. 1993. Teori dengan Ancangan Literasi Kritis. Kesustraan. Jakarta: Gramedia. Jakarta: Bumi Aksara. Wisudariani, Ni Made Rai. 2013. Buku Ajar: Purwanti, Made Nita. 2016. Analisis Pragmatik. Singaraja. (tidak Implikatur Novel Tarian Bumi karya diterbitkan) Oka Rusmini dan Perannya bagi Wendra, I.W. 2014. Buku Ajar: Penulisan Komunikasi Sastra. Singaraja: Karya Ilmiah. Singaraja. (tidak UNDIKSHA. diterbitkan) Rokmansyah, Alfian. 2014. Study dan Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pengkajian Sastra: Perkenlan Awal Pustaka Pelajar. terhadap Ilmu Sastra. Semarang: Graha Ilmu. Rosidi, Ajip. 1969. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:Percetakan Cikapundung. Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta: Ombak. Setiawan, Budi. 2006. Analisis Wacana. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial.Bandung: PT Refika Aditama Situmorang, B.P. 1983. Puisi.Teori Apresiase Bentuk dan Struktur. Ende- Flores: Nusa Indah. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sulaeman, Otong. 2015. Estetika Resepsi dan Intertekstualitas: Perspektif Ilmu Sastra Terhadap Tafsir AL-Qur’an. Syamsudin & Vismaia Damaianti. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tambajong, Japi. 1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Bandung: PT Harapan. Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Analisis KesalahanBerbahasa. Bandung: Angkasa. Tommy F. Awuy et.al._. 1999. Teater Indonesia: Konsep, Sejarah, Problema. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.