Islam dan Pluralisme di Indonesia: Pandangan Sejarah Ay*g UtrizaNWAY

- Islam dan Pluralisme

" Masalah Pluralisme hersoaian kehidupan berbangsa dan bernegara dalam beberapa lJ,"h,r, belakangan ini sedikit terganggu' karena adanya beberapa (Orsospol) I kelompok Islrt, apakah itu organisasi sosial politik mencoba ,*rp,rn organisasi kemasyarakatan (Ormas), yang tampaknya' n:mbawa ,r.g"r, ini ke arah 'penyeragaman' baik dalam tingkatan tingkat Nasional' :rfE:iruran, -i.rp,rn kehidupan sosial, baik dalam r:: rinsi, maupun Kotamadya/ Kabup aten' RUU APP (Anti-Porno grafi dianggap ,',' Pornoaksi) y-g didukung oleh 'mayoritas' umat Islam' pihak' e;.r satu bentuk uPaya penyeragaman itu' Akibatnya' banyak akan memberangus e=:rasuk di dalamnya budayawan, menilai RUU APP umat Islam ,rir:gaman bangsa dan negara ini' Bahkan, ada yang menuduh RUU ini' *-, negara ini menjadi negara Islam lewat Payung -.-b"*a "Perda 'i;- belakangan, isu ini men8uaP begitu saja' Fenomena i,-i'ah' y*g ,*-"i dibicarakan juga dituding sebagai upaya mengarahkan negara Islam dengan le:rra ini rc aA"* bentuk Penyeragaman, yaitu :..:jadikan hukum Islam sebagai sumber hukum' Beberapa Provinsi' kewajiban r-:::madya dan Kabupaten menerapkan peraturan' seperti pela- :r=rakai kerudung, ,rl"t jrr-"t dan melarang praktik perjudian' beralasan bahrva :--.n, peredaran minuman keras dan narkoba' Mereka 302 I Boyong-boyong Fonoiisisme

mereka melakukannya karena bagian dari tugas implementasi otonom: Daerah berdasarkan undang-Llndang No. 25 tahun 1999 (berlaku tahu:: 20oo). Ttjuan yang ingin dicapai di balik itu semua cukup bagus: mencip- takan tatanan hidup bernegara yang lebih baik. Namun, yang menjai persoalan adalah mengapa suatu peraruran yang diambil dari keyakinar agama tertentu (Islam) berlaku dan diterapkan bagi mereka yang berke- yakinan lain? Terlebih, dasar pengambilan hukum tersebut berasal da:: fiqh yang masih banyak ragam pendaPat dan aneka perdebatan mengen' suatu hal. Misalnya, bagaimana status hukum non-Muslim yang kedapata: minum minuman keras, sementara tidak ada larangan dalam agaman\-'i Bulan tidak mungkin Peraturan lain akan menyusul mengenai hal-h- lain. Dan lagi-lagi akan memunculkan masalah yang tidak mudah: r mana status dan posisi non-Muslim dalam hukum Islam? Demikian jus-' dengan RUU APP yang mewajibkan perempuan menutup aurat. Batasa: aurat menurut agama apa? Terlepas dari tujuan positifyang ingin dicap- aneka persoalan di atas membawa kita berpikir pada: apakah Islam anc- pluralisme (anti-kemajemukan)? Apakah Islam menafikan perbedaan carn pandang, keagamaan, keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di mas\?- rakat Indonesia? Apakah Islam tidak sesuai dengan semangat pluralisme Menghadapi persoalan ini, kita mencoba untuk tidak melakuka; yang dalam istilah Prancis disebut, placage,yaitu sebuah upaya yang seri'- tak-disadari, di mana kita menyambungkan dua dunia (Islam dan Plu-ra- lisme) yang berbeda untuk menyatukantya agar tampak berkaitan tit- masuk akai dalam sebuah pengetahuan. Dua kata ini, Islam dan pluralisn-. iaiah contoh konotasi semantik dari dua istilah yang saling bertentange- Kata mana dari dua kata itu yang lebih aktif dan lebih menentuk:-': Islam atau pluralisme? Apakah agama yang membuat, menciptak'- pluralisme dan mensakralkannya? Atau, sebaliknya, pluralisme v'-: memengaruhi dan membuat sejarah Agama menjadi pluralis, sehin=: aBama terlibat dalam proses pluralisme? Jika demikian agama meni;r sebuah ideologi pluralisme ? Kita bisa terjebak dalam upaya Pldcdg€ YZ:+ beroperasi dalam dua hal berbeda, tapi hasilnya sama: kita dapat n:.:- takkan wacana modern (pluralisme) di atas latar yang lama (Islam)' :--a;r j--:r sebaliknya, mengambil wacana lama (Islam) diletakkan di atas latar lslom don Plurolisme di Indonesio I 3A3

Llisme). Jika demikian, kita akan mengalami fenomena distorsi (keka- karena latar ), yang kita tanamkan di atasnya apakah sebuah wacana r atau lama bukanlah wacana yang kita tanamkan itu, tapi ia merupa- campuran (hibrida). Hal ini disebut oleh Darnrsh Shayegan, M*t ri studi perbandingan India dan Filsafat di Universitas Gheran regard ,'un mutil/ sebuahcara pandangyang rerpotong_potong, cacrr uk u1ht. Jika kita penanyakan apaloh piuralisme "da fk -r;.rlrforrl Islam? Harus dikatakan seqra jujur ini pun sebuah p.r.*y"* :ih karena pluralisme adalah isdlah dan fenomena modern yang bersamaan dengan demolrasi dan Hak Asasi Manusia lHafvg. Islam telah berumur lebih tua dari modernitas itu sendiri.

Islam Pluralis Syed HashimAIi, mantan Rektor UniversitasAligarh India, menya- r bahwa pluralisme (kemajemukan) adalah kondisi -""yrr"k"t di berbagai macam ernis, agama dan budaya hidup d"-"i berdam_ r dalam satu bangsa. Dari definisi ini, kita bertanya aparrah Isram an semangar pluralisme di mana masyarakat kita bisa hidup damai latar belakang agama, budaya dan etnis yang berbeda? Apakah Islam meniadakan semangar pluralisme, ataul

Di dalam QS. al-Baqarehl2:256,Allah secara jelas berfirman: b g--*ll.i ;rti " T;dak ada pahsaan (memasuki) untuh agama (Islam) . . . "

I Daryush Shayegan, pays Le Regard Mutili, Traditionnek Face b Ia rnitC, Paris, UAube, 1996, lihat khususnya Bab Ii. 304 I Boyong-boyong Fonolisisme

Ini berarti Islam memberikan kebebasan sepenuhnya dalam berag;=a Allah kembali menegaskan dalam QS. Y0nus/lO:99,Ia berfirman: L , ,!, a.- j.Ai;T.rGi 6- "&L u.i\ii c; bi all;c ,, ,$ 5-'rJji ilS.--

" DaruJihaku Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua ordng.\,N{ di muka bumi seluruhryn. Maka apahah hamu (hendah) memahsa mzne,w sapq)a mereha menjadi orang-oranglang beiman semuanya?"

'oStl.t:, €) 5,*ti1 i'+5fl ;.6i ;:t,.*1;a --, " /ihaku Tilhanmu menghendaki, tentu dia menjadihan manusia u-,w yang sdtu, tetapi mereha senantiasa berselisih pendapaf' (QS. H-a 11:118).

Ayat-ayat ini secara tegas mengatakan bahwa seandainyaAllah hencas menjadikan manusia seluruhnya Muslim, Ailah pasti bisa, tapi Allah nc;w berkehendak, sebab kalau pun semua manusia di bumi ini menia,a Muslim, mereka tetap berkelahi dan berbeda pendapat. Oleh karena i.. Allah menciptakan manusia berpuak-puak, bersuku-suku dan berba_ry. macam ras untuk saling mengenal dan mernbangun kerjasama atas dasa kebaikan: &\st ,y ifu Gy ;tti |- I

"Hai manusia, sesungubn1a hami menciptahan kamu dari seorang hr:-

laki dan seorang?erem?ultn dan menjadihan kama berbangsa-bangsa o,..xt bersuhu-suhu supald kamu saling henal-mengenal. Sesunguhn)ra or6ry yang paling mulia di antara hamu di sisi Alkh iahh orang yng pa;:ly taqzua di antara kamu. SesungguhnlaAlkh Maha Mengetahui kgi hl;.,t Mengenal' (QS. al-Huju rtul 49 :13).

Kerjasama antarumar manusia tanpa melihat larar belakang agar:^L etnisitas dan kelornpok adalah tujuan yang dianjurkan dalam Islam, a-.;; lslom don Plurolisme di lndonesio I 305

*tiap individu ataupun kelompok saling berlomba dalaq kebajikan untuk membangun duniayanglebih ramah, seperti firmanAllah di dalam QS. d-Baqar#2:148. 'ffr $".,iUt;* c ii1pr;ttib:"",1i iG: rt {@iri ,i'$ U?'iit'"1 't; . "Dan bagi tiap+iap amat ada kibhtqta (t'od'n) yng ia mengbadap hepadanla Maka berlomba-lornbakh (dakrn membaat) kebdikan. di *ooo raia kamu beradapasti Alkh akan mengurnpulkan hamu sekalian (pala hai kiamat). sesungguhn\a Alkh Maha l(uasa atas segah sesuafri."

Ifbih jauh lagi, dalam urusan beragama, Allah mempersilahkan hpada semue manusia untuk memilih antara beriman atau kafir, r*agaimana firmannya dalam QS. el-Kahfil8:29: t:3aii;";

Di dalam ayat ini jelas sekali rerbaca, bahwa Allah membebaskan Ayat ini juga mengandung lnmbanya untuk menjadi kafir atau beriman' ralna i.rrir"t bahwa manusia mempunyai "hak untuk berbuat dosd' r*agaimana ma&hab teologi Qidiriyyah meyakininyaz. Di dalam al-

2 Tentang kebebasan beragama yang dijamin oleh Islam lihat misalnya Talbi ah artiki bagus dari pe-ikl. Islam Liberal Tunisia Mohamed 305 I Boyong-boyong Fonoiisisme

Qur'in tidak ada saru pun ayat yangmelarang orang mengganti agare Dan yang perlu ditegaskan: tidak ada saru pun ayar yang menyeburr*o hukuman orangyang mengganri agama dengan hukuman mad. Nam::?- walaupun kebebasan beragama telah dijamin oleh Allah, hal ini dies menghalangi para ahli hukum Islam klasik (fuqahfi untuk mengarlcrir hukuman murtad dengan kematian. Hukuman murtadyang dibuar o.m ahli hukum Islam sangat bertentangan dengan kebebasan beragama i-;rr diberikan Islam3. Thk heran jika Abu-Sahlieh menyatakan bah*r sesungguhnya kebebasan beragama dalam Islam hanya punya sxtu m:ir-; unik kebebasan masuk agama Islam dan dilarang keluara. Sikap seperti itu rentu bertentangan dengan semangat pluralism sebagaimana dinyatakan Allah dalam QS. al-Baqarah G2. r );.b11+<. rj,j O.iyS:*rci*tr $ ry O_;'\ ,i:D :r#6y-'i;t :ry iit,4u,fr Gi" ;1; $..W !:; " Sesungguhnya orang-orang muhmin, orang-orang yahudi, orangirw Nasrani dan orang-omng Shlbikn, siapa saja di antara maekayng be*v- benar beiman kepada Allah, hai hemudian dan beramal salzh, mer?Es akan menerimapahak dai Tithan mereka, tidah ada kekhataatiran hry,w mereha, dan tidak (pula) mereha bersedih hati' (eS. al-Baqarahl2:62

Buya Hamka dengan sangat mengagumkan menafsirkan ayat ini. k menulis "Kesan pertama yang dibawa oleh ayat ini ialah perdamaian dr- hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk sekalian agama d:- dunia ini [...]. Ayat ini sudah jelas menganjurkan persaruan agama, jangz: agama dipertahankan sebagai golongan, melainkan hendaklah sela,u menyiapkan jiwa mencari dengan otak dingin, manakah dia hakikr

"Religious Liberry: A Muslim Perpective." Islamochristiana (Roma)Xl (19g j : p.99-113. 3Ayang Urriza, "Kebebasan Beragama dalam Islam dan praktiknlz _ Negara-Negara Islam," Mimbar Jurnal Agama dan Budaya UIN Sy.a:-: Hidayatullah , Volume 22, no. 4,2005. a Sami A. Aldeeb Abu-Sahlieh, "Le dilit d'apostasie aujourd'hui er scs consiquences en droit Arabe et Musulman." Islamochristiana (Roma) y. (t994): p. 93-116, h. 95. lslom don Plurolisme di lndonesio I 307 kbenaran. Iman kepada Allah dan Hari Akhirat, diikuti oleh amal saleh. Ifita tidak akan bertemu suatu penuh dengan toleransi ^yatyarrgbegini &n lapang dada, hanyalah dalam al-eur'An! Suau hal yrrr! p.rl,, ".rrt dalam d,nia modern-" Lebih jauh Buya Hamka mengudp hadits yang diriwayatkan dari Ibn Abi Hdtim dari Salman al-Farisl yang benanya a Rasulullah tenrang agama mana yang paling benar dari semua yang pernah dimasuki olehnya: Maj0si, Nasrani dan Islam. ah menjawab dengan QS.2:62 tersebut5. Oleh karena itu, Buya menolak pendapat Ibn 'AbbAs yang mengatakan bahwa eS.2:62 dihapus (nasahh) oleh ayat di bawah ini: ,s&r:.tii 6;afi akx, "fr.Jc,": et*fip e,i, ' " Barangsiapa mmcai agama sebin agama hlam, maka sekari-kali tidakkb ahan diterirna (agama i@ danpadanya, dan dia di ah h imt termasuh orang- orang yng rugi' (QS. Alu-'ImrAn/3:85).

Buya Hamka menyatakan 'Kalau dikatakan bahwa ayat ini usikhken (dihap,s) oleh ayat 85 suratAhl 'Imran itu, yang akan tumbuh & fanatik; mengakui diri Islam, walaupun tidak pernah mengamal- Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja [...]u." Ini berarti walaupun seseorang mengaku beragama Islam, yang hanya alkan dua kalimat syahadat, tetapi tidak pernah menjalanl.mn Islam, maka ia tidak akan pernah mendapat ganjaran dari Allah, surga. Sebaliknya jika ada non-Muslim yang reut dan patuh ajeran agamanya, walaupun tidak mengucapkan dua kalimat maka dia akan mendapatlan ganjaran dari Allah: surga. Adapun firmanAllah di bawah ini harus dipahami sebagai eyaryang i QS.2:62: t1 )*b$l+s.fiijri airts,*tl;ilr{.fi A G,tfbt ,€) ;rli6; ii _ly i'i r4Efr Gr"#.,9. A;u j.+

t Hamka, TafiirAl-Azhaa (Jakarta:pustaka panjimas, 19g2), Juz I, hlm.- 216. ' Hamka, op.cit., h. 21 6-217. 308 I Boyong-boyong Fonotisisme

"sesunguhnya agama (1ang d.iridai) disisi Alkh haryahh Isbrn' ti* benelisih orang-orang yang telah dibei Alhitab hecuali sesudah ddq pengetahuan kepada mereha, harena hed'engkian (yang ada) di antn mereka. barangsiapa yng hafi.r terhadap aldt-alat Allah, mab sesunguhryra Allah sangat cep at h isab'Nya" (QS. Alir-'Imian/3' t 9)'

Ayat ini mengesankan bahwa hanya agama Islam saja yang p"linE benar, tetapi sebenarnya ddaklah demikian.Ayrt ini juga tidak berm' tangan dengan QS.2:62 di atas. Islam di sini berarti penyerahan diri peol* kepadaAllah. Artinya, semua aBama yang menyerahkan semuanya kepedt afrf, ,a1"ft Islam. Oleh karena itu, sejak Ad"- hingga Muhamme[ termasuk Mtsi dan 'isA, adalah agama Islam. Buya Hamka menegaslm bahwa,,w'alaupun seseorang mengaku Islam, ibu-b ep^nyelslam, tinffiI di dalam negara Islam, kalau akal dan hatinya tidak bersih, selain Allah' maka tidaklah sesuai nama yang dipakainya dengan hakikat yanS sebenarnya.T" Ini bermakna bahwa walaupun mengaku Islam, tetapi gadl kenyataannya tidak pernah melakukan yang diwajibkan Islam dn menjauhi aP^yengdilarang Islam, yaitu hanya Islam keturunan, mall Dengan demiki"q keislamannya Percuma dan tidak bermakna aPe'aPa.' pluralis bagi uIE* QS.2:62 dapat dijadikan sebagai landasan bersikap Islam dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang majemuk iul

3. Pluralisme dalam Sejarah Islam Ketika teks al-Qur'An mengandung banyak ey?ltyang secara n)"rrl mendukung pluralisme, sejarah Islam juga memberikan banyak elerner pluralisme.

A. Piagam Madinah Ketika Nabi Muhammad tiba di Madlnah, pertama kali yang dilakukan adalah menyanrkan masyarakat yang memiliki latar belrk tlB pa5s["ll* berbeda baik agdma maupun etnis. Formula yang dilakukan pertama kali ialah menjajaki komposisi demografis agama dan sosial.l.ti pendudukMadinah. Kedua, Nabi melakuan sensus penduduk. Menunr

, 7 Hamka, Thfiir A['Azhar, Jakarta:Pustaka Panjimas, 1994, Juzu III' h 130-131. plurolisme lslom don di lndonesis f 309

cara terakhir ditemukan 10 ribu penduduli: 1.500 kaum Muslimain, l0 ribu Yahudi, dan 4.500 kaum musyriks. Ini afiinya, Madinah adalah kota nultiagama dan multietnik. setelah menyarukan umat Islam di Madinah nang terdiri dari Muhajirin dan Anshar, Nabi, mengadakan perjanjian ;*as dasar kesatuan dan kebebasan beragama dalam sebuah perjan;ian iang dikenal dengan "Piagam Madi nari' (shafuifah Madtnah atau al-MitsiL i-Madinah')e.

Di dalam piagam Madinah ini terkandung nilai-nilai persarnaan, &ebebasan beragama, hak asasi manusia, musyawarah dan demokrasir'. Saiah satu pasal dalam piagam Madinah, yaitu pasal 2J, mengenai cebebasan beragama, berbunyi "Kaumyahudi dari Banu Awfadalah satu yahudi umat dengan mukminin. Bagi kaum agama mereka dan bagi kaum mukminin agama mereka. Pasal ini dengan sangar jelas menunjukkan Lomitmen pluralisme.

ts. Perjanjian St. C,atherine

Pada tahun 7 H.l62B M., Nabi Muhammad saw. menjamin ke_ bebasan beragama untuk Gereja st. Catherine yang terletak di kaki gunung \{tts6'(fubalMisA yang dibangun sekitar ebadke-4M. Gereja tersebur menjadi sangat terkenal ketika seorang biarawati berna.ma catherine menolak $akm masuk ke dalam agama yahudi. Akibamya biarawari catherine dihukum mati. untuk mengabadikan perjuaagan mempena-

8 AIi Bulac, "Piagam Madinah" daiam Charlez Kuruman (ed,.), \yacana lskm Liberal: Pemihiran Islarn lhnternporer tentang Isa-isu Ghbal, Jakarm: Faramadina, 2001, h. 265-6. e Naskah piagam Madinah ditulis lengkap oleh Ibn Hisytm (w.218 H.), rjarahwan Islam klasik dari Persia, dalam kitabnya al-Strah al-Nabawi1ryah, dan ia membeginya menjadi 47 pasal,lihat Abir Muhammad Abd al-Mafik xbn HisyS-m al-Mu aqqiri, al-sirah al-Nabaw{yah,ed. Sayyid Muhammad al- tr-iham, Beirut :DAr al-Filir, 2OOl Mt L42t H..,iilid II, h. i 1i-t 13. Terjemah rcks Piagam Madinah yang lengkap dalam bahasa Indonesia lihatAbdul Azis (er'aJ-) Dahlan Ensiklnpedi Hukum Iskm, Jakara: Ichtiar Baru \&.n Hoeve, 1997, cet. I, jilid II, h. 1029-1031. r0, Lihat Ayang Lltriza, "Demokrasi dalam piagam Madinah: Arkeologi Demokrasi dalam Islarn', Jurnal TashwiralAftar, no, 16 .ohunZA04,h.93_ 109. 310 I Boyong-boyong Fonotisisme

hankan keimanan sang biarawati ini, namanya diabadikan menjadi .."t, gereja. Dan sekarang, gunung M0.si,. (the mzunt ofMousa) lebih te-"-.',t dengan sebutan St. Catherine. Letak gunung Musa dan gereja ini di r.-g* gurun pasir Propinsi Sinai, di Mesirll. Ketika Islam muncul pada rmi abad ke-1 H.l7M., gereja St. Catherine masih berdiri dan aktif r;,":n" kegiatan peribadatan Iftistiani. Dan ketika kekuatan politik umat ism dapat menguasai Mesir, maka umat lGisten mendapat jaminan kebebeum dan perlindungan dari Rasulullah saw. Salah satu bentuk penghar*m. Islam terhadap eksistensi agama lain adalah piagam perjanjian yans iir berikan Nabi M,hammad kepada komunitas Kristen St. Catherine- Fir. ini jauh berbeda dengan sikap agama Yahudi yang memberangus r* beradaan gereja tersebut hingga memakan korban. Perjanjian itu mencakup semua hak asasi manusia seperti p€il@- dungan umat lGisten, kebebasan beribadah, kebebasan menenrurnm. hakim sendiri dan memiliki dan mengatur harta benda milik mgsek:;

Ini adakh pesan dai Mu hammad lbn Abdulhh, sebagai perlanj ian hc:w sernua orang lang rnenganut agama Kisten, yng dehat mdilpltn W iauh, kita benama mereha. Bahuasanya, saya, pembantu, penohng, danpengikuthu ahan melind*wr mereha, karenaumat Kristen adakh penduduhhu, dan DemiAlkh! Ju,rc akan membeh terhadap apa?un lang mengangu mereha. Tidak ada pahsaan hepada mereha. Hahim mereka tidah dipecat dari pekerjaan mereka. Para biarawan mr@t iuga tidak dipindahhan dari biara mereka. Tak seorangpun dapat menghancurhan ramah peribadatan, merusahcw atau memindahhan apapun dari dalamnla he rumah seorang Muslir.. /iha ada seseorang lang melahukan ini, ia ahan merusak perjanjian ,4*w dan tidak menaati RasulNlta. Sesunguhnya mereha semua adalah sehurta dan mendapat jaminan heamanan terhad.ap apa yang mereha benci.

rr Penulis secara pribadi pernah ke Gereja St. Catherine, dan cerira -- disampaikan oleh para guide wisara. '' Dr. A. Zahoor and Dr. Z. Hrq: Prophet Muhammad's Charter :i Privileges to Christians: Letter to the Monks of Saint Catherine Monastr-^ dikutip dari Syed Hashim Ni, Islam and Pluralism, dipresentasikan dal;-: seminar di the Universiry of Chicago, 26 Aprl|1998. I

lslom plurolisme don di lndonesio t 311

Ticlah ada satu pun yang memahsa mereka untuk berpergian atau mewajibha' mereha untuh berperang. (Imat Isram ba?;erang uoirh *rrrkn. Jika seorang perempaan Kristen menihah dengan ur*of U^ti*, t;dak akan dilaksanakan tdn?a ?ersetujuannyt. Dia tidak ahan dilarang menganjungi gereja unnh berdna. Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka juga tidak dihakngi untuk memperbaiki gereja-gereja itu dan kesucian perjanjian mereha. Tidak ada satu pun bangsa (umat Iskm) yang rnelnngar perjanjian ini hinga hari kiamat.

Dari piagam perjanjianyang dibuar untuk umag FGisten ini nampak nngat jelas betapa Nabi saw. ingin meletakkan dasar-dasar Isram dengan nilai-nilaipenghargaan rerhadap agama lain sebagai bagian tak te.prr^r** dari keyakinan dan sikap agama Islam.

C. '[Jmar ibn KhaththAb dan Kristen yerussalem Pada tahun 15 H.1636 M. Khalirah 'LImar ibn Khaththab beserra prsukan menaklukkan yerussarem (bayt ar-naqdis), yang sekarang t .r.t k 4i Palesdna. Yerussalem saat itu dihuni oreh mayori,"r" ,r-r.'r.r"..*r. r.rika ia masuk Aelia yerussarem, (iriyi), narna kuno umar membuat perjanjian yang isinya menjamin keamanan dan kebebasan beribadah dan prrghargaan terhadap rumah ibadah umat Nasrani.

Dengan nama Allah yang Maha pemurah kgi Mahi peryayarug. Inikh apa yang hamba Alkh,(Jmar Amirul Muininin, brr;kan k$ada pZard"t Aelia, yaitu keamanan. ,[Imar memberikan jaminan keamanan untuh hidup, harta benda, gerga-gereja dan salib_salib mereha, oroogyoog b*oh, orang merdrha dan seyua dgamd. Gereja_gereja mereka ,*n)\nno;, tidzh dihancurhan, tidak ada yang sesuatu yang dihurangi dari grrria ;tu dan dari kmpatuld; tidak juga salib, tidah harta benda"*urhn, penduduknya tidah dipaksakan untuh menjaknkan agama mereha, dan tidah dla satu orang pun yang dilukai"..t3

t3 Abfr Muhammad Ji'far Ibn Jarir ar-Thabari, Ttrik h a t- Thabart: Tdrilert *Lrmam wa al-Mulih, Beirut:Dir ar-Kutub ar-'Ilmiyyah, rggT M../1417 H., lt III, h.449. 312 I Boyong-boYong Fonotisisme

be: Sikap penghargaan dan perlindungan terhadap kebebasan untuk umat lain benar-benar dipraktikkan oleh generasi pengganti 'Umar umat Rasulullah, yaitu Khulafr al-Rasyidin' Sikap terhadap ini merupakan wujud nyata dari uPaya membumikan alann z Islam, yaitu kebebasan beragama.

D. KatolikNestorian dan Khilafah Abbisiyyah Kerjasama dan hubungan baikantara KatolikNestorian dan 'Abbasiyyah sepanjang satu abad 132'236H'1750-550 M" di l Irak, menunjukkan betapa hubungan harmonis antarumat beragaml masa Abt pl bawah pemerintahan Islam sangat terjamin, yaitu pada al-Mahdi ( 1 al-tvtarrsht r (137 -1 59 H. I 7 5 4-7 7 5 M), Muhammad H.t775-785 M.), Mtua al-Hadi (169't7oH'1785-7s6 M')' Harto Rasld (170'194[.1786-809 M') dan Abddlah al-Ma'mfrn (1 H./813-333 M.). Bahkan pada masa Khalifah at-Mahdt dan PatriarkhTimoti I dialog agama antara pemimpin kaum muslimin dan pemimpin Katolik Nestorian itu, sekitar tahun 184 H'/800 M'' mengenai trinitas, kematian Yesus di atas salib, alasan mengaPa umat Nasrad menerima Muhammad sebagai Nabi, apa pendapat Nasrani Muhammad dan seterusnyara. Sebuah dialogyang jujur antardua pin umat. Dialog yang penuh dengan rasa ingin tahu, saling mengh' menghargai dan saling memberi informasi dari masing-masing Or*g-o.-g BGisten Nestorian ini juga berjasa dalam penyebaran p.rrgorh,r* dan filsafatYunani kepada dunia Islam sebagai penerjeu i<.4r.rt", antara dua agama ini berjalan di berbagai bidang' I Islam gambaren harmonis yangdapat dijadikan rujukan bagi umat melakukan kerjasama yang baik dalam bidang aPaPun'

14 Hans Putman, L'Egtise et I'Islarn sous Timothie I (780'823)' Etu&t ddjior, t'Eglise Nestorienne ouTtr*p, des Premiers Abbasidu.' avec^nouvelle (Beyrouth: Dar tr""d.r"tio., du dialogue entre Timothde et Al-Mahdi, Machreq, 1975). DiJog antara al-Mahdi dan Timoti I diterbitkan.dalz* bahasa : Arab dan Prancis. 15 Lihat OemarAmin Hoesin, Kultur Ishm,Jakarta:Bulan Bintang; 1 T

lslom don Plurolisme di lndonesio I 313

Warisan m. Islam dan Pluralisme di Nusantara: Sebuah

nyata terhadap pluralisme lslam dan sejarah Islam memberikan dukungan Islami' yaitu masyarakat g*, -.*bangun 'angan-angan m1y1*at adalah penting untuk mencari pijakan pf *A*. U.rtukLrrteks"Indonesia, dan bernegara di *i*rft guna dijadikan sebagai sikap hidup berbangsa ,*. ,l,i plrrjir^.. P."oJ"' yang mendasar untuk bangsa Indonesia pluralisme dalam rpakah ,.j"rrh bangsa kita memiliki pengalaman L:eberagamaan? karena.setiap kali kita Pertanyaan ini penting dijawab secara ringkas' pengalaman ai.rr" rrr"r"l"h pl.r.rlirm.li k'do"'ia' kita selalu mengutip Seakan-akan kita kehilangan aegara-negara di Eropa atau Amerika' dapat menjumpai sejarah *j""k* P-adahal, Pada abad XVI-XVII' kita dan menghormati *rrr*g kebebasan t.rrgr*" dan saling menghargai Abad tersebut' terdapat *ta, fe*.luk agama di Nt"*'"'a' Sepanjang Demak' p.-.rirrt*h"r, t l"r., (kesultanan), antara lain: ' Banten' Kesultanan-kesultanan I{ataram, Makassar, Banjar dan Ternate-Tidore' Belanda' Prancis' Inggris' rni banyak dikunjungi pedagang dari ' untuk melakukan aktifitas Thailand, India, Cina,;"b, PJsia dan Tifki Islam tidak mendapatkan *onomi. Para pedagang yang bukan beragama *a"n * y*g U.ar. fufttttt" bebas menjalankan agarnadan keyakinan akan melihat pluralisme keagamaan yang mereka anut. Di bawah ini, kita Artinya' bahan ,li lirrr*,"r" berdasarkan kesaksian oranB-orang Eropa' adalah kesaksian para pelancong' ri'ang kita gunakan untuk penulisan di sini melihat dan *i.]r, .r.J.r., yang dirulis secara langsung oleh orang yang mengamati Peristiwa tersebut' Prancis dan Menurut Marc Bloch (1886'1944M')' sejarawan besar (1878'1956 M')' ada pendiri Madzhab Annales bersama Lucien Febvre (la narratiue) dan ir'r* ,,r*b., penulisan sejarah: sumber naratif source adalah sumber tulisan yang sesaksian (le timoigruage)' Stl-btt narratif memberikan bingkai lronologi' ealing istimewa b*gi ,""j""-* karena menjadi sumber kedua' seperti ;# arsip. Jika tidak ada, maka kesaksian daerah' Ialu melukiskan apa pr-,, pa"rr.on gyangberkunjung ke sebuah Bloch' Lgiitihr, dJ, dir*ati d'1'- *"t"" hariannya' Kesaksian' kata karena kita nemiliki kelemahan jika ada kesalahan atau kebohongan' Padahal kesaksian setiap idak bisa *.r.rp.rb"iki atau mengetahuinya' 314 I Boyong-boyong Fonotisisme

orang bisa jadi berbeda saru sarna lain dan berjumlah banyak. masih kata Bloch, kesaksian itu lebih baik ketimbang kita tidak tahu sam sekali atau tidak pasti tentang suatu hal yang kita akan tulisr6. Bahan yang saya miliki di sini adalah kesaksian para peziarah asiq ke Nusantara. Seperti kata Bloch, bisa jadi cataran itu mengandung la" lemahan, misalnya para peziarah ini tidak mengenal adat-istiadat .h budaya daerah yang dikunjunginya, tidak mengerti bahasa setempar, walr kunjungan yang singkat dan mereka ddak mengerti Islam. Fakto ini sangat mempengaruhi kesaksiannya. Oleh karena itu, sikap lrids kehati-hatian harus tetap dikedepankan.

A. Kesultanan Banten vincent k Blanc seorang pengembara asal prancis pada abad ){vr pernah mengunjungi Banren, kira-kira pada masa ayah Sultan Affi Tirtayasa, yaitu Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (159& 1651 M.). Dalam catatan perjalanannya ke Banten ada saru hal yary sangat membekas di hati vincenr yaitu toleransi dan kebebasan beragarro yang diberikan oleh Sultan BantenrT. vincent, yang berasal dari Marseille itu, menulis bahwa sultan Baun memberikan kebebasan sangat besar dan sangar adil bukan saja terhad? rakyatnya, tetapi juga orang asing yang datang ke Banten. Vincenr rrc' nyaksikan sultan Banten memberikan izin kepada orang-orang cina png tinggal di Banten untuk mendirikan klenteng sebagai tempar ibad* mereka. vncenr menulis "zes chinois ont un temple oil ik adorenl'(orang, orang cina mempunyai klenteng rempat di mana mereka beribadah). selain Konghucu, sultan Banten juga memberikan izin kepada umr Katolik untuk menjalankan ibadah mereka. Saat itu ada beberapa pendere Katolik yang berada di Banten. Mereka meminta izin ke sultan unn* mengadakan ritual keagamaan. sultan Banten dan pangeran menerimr mereka dengan hangat dan memberikan izin kepada mereka. Bahhr sultan mengatakan dengan senang hati untuk membantu jika diperlulcn-

16 Marc Bloch, Apologie pour L'histoire ou Mitier d'Historien, ed. Etienm Bloch, Paris:Armand Collin, 1993, h. 107-10g. r7 Pierre Bergeron, (ed.) Les voyages Fameux du sieur vincent te BIw Marseillais, III iilid, Paris : Gervais Clousier, 164g , jilid I, h. l4g-149. lslom don Plurolisme di lndonesio I 315

Sikapnya yang bijak itu, mungkin, memberikan keamanan bagi para ped,agang asingyang datang dari berbagai macam bangsa seperti Portugai, Sngris, Prancis, Belanda, Persia, Turki, Arab, India, Malaka dan lain- hin. Dengan berlimpahnya orang asing datang ke Banten menjadikan Banten menjadi salah satu pusat perdagangan yang besar di kepulauan liusantara saat itu.

B. Kesultanan Makassar Nicolas Gervaise, seorang pendeta Katolik Prancis pada paruh kedua &d XVII yang berdiam di Thailand, mencatat sikap toleransi yang sangat tiaggi yang diberikan Sultan Makassar terhadap umat Katolik Portugis, rbagaimana yang diceritakan kepadanya oleh orang-orang yang ber- htj*gke sana18. Pendeta yang lahir di Paris itu menulis bahwa Sultan Makassar, dia ddak menyebutkan siapa sultan itu, memberikan kebebasan bagi umat Katolik untuk mempraktikkan ibadah mereka di tempat publik. Gervaise menulis "...i1 leur donna aussi ln liberti d'yfaire I'exercice public de hur vligion. (...di" [Raja Makassar] memberikan kepada mereka [orang-orang hrtugis] kebebasan menjalankan agama mereka [Katolik] di tempat urnum). kbih dari itu, Sultan Makassar juga membangunkan sebuah gereja rang indah dan besar bagi umat Katolik dari Portugal ini. Gervaise menulis "...i1 leurft bitir une iglise magnifque dans une uille qu'il donna anx ;archands de cette naion ltour itablir leur czmmerce" (Raja Makassar men- dirikan sebuah gerejayang menakjubkan di dalam kota Makassar yang dia berikan kepada para pedagang dari Portugal untuk melancarkan rydagangan mereka). Bahkan para misionaris Katolik dan orang Portugis yang telah menetap di Makassar tetap menikmati kebebasan beragama yang diberikan oleh Sultan Makassar. Gervaise menulis " Quand aux Portugais et aux qrissiorunaire qui dtaierut uenus iitablir dans le Macassan ik conseruirent *ujours les bonnes grices du roi et le libre exercice de leur religioru" (Adapun orang-orang Portugis dan para Missionaris yang datang dan menetap di

18 Nicolas Gervaise, Description Historique du Royaume de Macassar, ediror 'lean-Pierre Duteil, (Paris : Kimd, 1688, cetak ulang 2003), hlm. 105-106. 316 I Boyong-boYong Fonotisisme

dari ct: Makassar, mereka tetap terus mendapatkan kemurahan hati rq kebebasan menjalankan agama mereka)'

C. Kesultanan Aceh dialos Di kesultanan Aceh, pada awal abad xwl, telah ada indikasi melakukan kon:er antara agama. James Lancaster, orang Inggris yang drgrtg d.rrgan Aceh, pada tahun i01 1 H'/i 602 M' menceritakan bahoz ini ia-= ada ulama besar (biihop) di kesultanan Aceh. Ulama besar bercerita bah** Syamsuddin al-Sumatrd i (w. 1 039 H. / 1 63 0M.). Lancaster agama lftiste- al-sumatrdi mengajak berdiskusi Jenderal Inggris mengenai datang ke Aceh untuk berdaga-ns Thpi Jenderal itu menolak, karena ia itu t:s dan bukan untuk berdiskusi masalah agamale' \Talaupun' dialog i 1 Ll' terjadi, akan tetapi, paling tidak, kita tahu bahwa pada awal abad antar-irna:- 17 M. sudah ada usaha dan upaya membuka ruang dialog dalam hal ini Islam-lftisten.

D. Kesultanan Bima Selain catatan perjalanan orang Eropa, sumber lokal pun menyajik;: Isla= dara bahwa tidak ala diskriminasi agama pada masa pemerintahan Su-lu: itu. Bo,sangaji l{ai, catatankerajaan Bima, menceritakan bahwa br- Hasanuddin Muhammad Syah menerapkan kebij akan yang tidak mem dakan.bedakanagama.DidalamUUBeadanCukai(UUBandarBima Salah sa. disahkan 25 Maret 1760 M. tidak ada diskriminasi agama. dibayar o1= pasal dalam uu itu menyebutkan bahwa bea cukai harus ,.*,r, orang baik orang Islam mauPun Nasrani'20

III. Sejarah: Upaya Menjawab Persoalan

raksasa t--:: Fernand Braudel (1907-1985 M.), sejarawan besar Prancis, dua gu-r-:- la nouuelle histoire (selarahbaru) Mazhab Annalesyangdidirikan

re "The Voyage Made to East-lndie by Master Jara James Lancaster, First Purch'o Lancaster," di dalam Purchas His Pilgrimes, diedit oleh Samuel (London:'lfilliam Stansby, 1625), h' 156' 20 Henri Chambert-Loir & Siti Maryam R' Salahudin (ed')' Oakar-r EFEOS.YOI, 2000), h. 109. T

lslom don Plurolisme di lndonesio I 317 nya Bloch dan Febvre, dan pendiri Ecole des Hautes Erudzs en Sciences &ciales (EHESS) Paris, mengungkapkan bahwa sejarah itu ada dua: sejarah masa kini (histoire recent) dan sejarah masa lampat (histoire lointain), dan seorang sejarahwan bekerja dan berfikir tentang masa lalu. Menulis sejarah kontemporer sama dengan membayangkan kata al&ir (le mot de kf.n) sebab kejadian masa /ang tengah ditulis belum selesai. Sementara menulis sejarah masa lalu sudah ada kata akhirnya, karena kejadian telah selesai. Karena itu, sejarawan tidak mungkin memperkirakan masa depan". Dengan demikian, saya tidak bisa memprediksi bagaimana nasib pluralisme ke depan di Indonesia. Y*g dapat kita lakukan adalah kita mengambil p elqatanpenting dari sejarah di masa lampau untuk dijadikan cermin kehidupan bangsa ini. 'W'alaupun catatan sejarah pluralisme keagamaan di Nusantara baru o.kadar serpihan-serpihan kecil, tapi bukan tidak mungkin kajian yang lebih luas akan membuka tabir kebhinekaan pada masa lampau. Masih diperlukan kerja keras untuk mengkaji lembaran sejarah bangsa ini. )iamun demikiar, paling tidak, dari kesaksian para pengembara Eropa &n sumber lokal itu, nampak bahwa pada masa kerajaan Islam dulu, para kesultanan memberikan kebebasan beragama terhadap para ralqyat dan para pendatang yang beragama bukan Islam. Menghargai perbedaan €ama dan keyakinan yang dianut adalah warisan bangsa. Ini adalah rarisan termahal yangpatut dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia mnpa terkecuali. Pengetahuan dan kesadaran akan setiap peristiwa yang ptrnah terjadi dalam sejarah bangsa ini harus menjadi sikap hidup ra.lryat lndonesia. Mengetahui sejarah bangsa ini adalah sangat penting, karena ftecenderungan bangsa Indonesia yang ahistoris atau anti-seiarah. Bangsa Indonesia suka melupakan sejarahnya sendiri. Seakan-akan setiap periode eian masa tertentu di Indonesia memiliki sejarahnya sendiri-sendiri dan rrpisah-pisah. Bangsa Indonesia tidak pernah melihat sejarah bangsanya secara menyeluruh dan sempurna. Dari uraian di atas nampak jelas bahwa pengetahuan akan sejarah masa lampau baik Islam, apalagi Indonesia adalah penting. Sehingga reham pluralisme tidak dianggap sebagai barang impor baru dari Eropa

2r Fernand Bratsdel, Gramrnaire des Ciuilisation, (Paris:Flammarion, 1993), L 27-28. 318 f Boyong-boyong Fonotisisme

dan Amerika. Pluralism e yang diharamkan Majelis Ulama In (MUI) pada tahun 2003 yangJiidentikkan sebagai ateisme tentu serampangan, karena pluralisme yang diketemukan baik dalarn maupun di Indonesia merarui sudut pandang sejarah bukanrah hal tetapi sebaliknya merupakan ruh ajaranlslam dan sejalan dengan bangsa Nusanrara sejak dahulu hingga sekarang.

ru Penutup

Agama, dalam hal ini Islam, membentuk dan mensakralkan plur (kemajemukan). Bukan pluralisme yang membuar agama _.rryra; muk (pluralis). Agama m.ryebrrkrrr*Lna pruralisnie. Dd"- waktu, pesan ;.; pluralisme agama itu bertemu dengan *r.*" yangmerupakan it* anakkandungdari modernitas di E opr. Nilai;lu agama pada akhirnya mendapatkan pijakan yanglebih kurt. Oi.h itu Islam tifaklah anti pluralism., ,.,rlrh sebalikiya m."drk;;r; me. Sejarah Islam membul

plurolisme lslom don di lndonesio I 319

Nusantara oleh para pedagang Arab yang kemudian diranjutkan oreh pendahvah =ara profesional menunjukkan sikap mereka yang santun, Sembut dan akomodatif yang menjadi ciri pluralis-.. K.y"kirr"r, :erhadap agama apapun adalah hak setiap orang, dan hak r.ti"p orrrrg ;rtuk berbagi pengalamannya pada orang lain. Tentunya, adalah irwajiban setiap orang untuk menghargai pengaraman orang lain dan krwajiban setiap orang juga untuk tidak memak* p..rd"prirya pada orang lain, selama tidak membahayakan nilai moral dan hati nurani. Sehingga sejarah yang tertulis adalah sejarah gemirang kehidupan dalam keragaman. sejarah membuktikan bahwa negara ini berdiri di atas gondasi pluralisme. Artinya, pluralisme bukan rintangan tapi potensi. Tlrgantung bagaimana kita akan tetap merestarikan nirai itu ,.hir,gg, ekan dipandang sebagai sejarah berharga di masa mendatang.t.J

Referensi

Ab0 Ja'far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari, Tnibh al-Thabari: Ttrthh al- umam ua al-Mulfik, BeirurDir al-Kutub al-'Ilmiyyah, L997 M.lr4r7 H., jilid II. {bt Muhammad Abd al-Malik Ibn Hisynm ar-Mu'aqqiri, al-sirih al- Nabawi1ryah,ed. sayyid Muhammad ar-Liham, Bei.ut ,bar al-Fikx, 200l Mt 142t H., jilid II. Abdul Azis Dahlan (er.al.) Ensiklopedi Huhum Iskm, Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet.I, jilid iI, hlm. 1029-1031. "Piagam lli Bulac, Madinah" dalam charlez Kurzman (ed.), wacana Iskm Li beral : Pem i h i ran Is lzm Ko ntemp orer tentang Isu-isu G b bal, Jakarta: Paramadina, 200 l. "Demokrasi piagam Ay'ang utriza, dalam Madinah: Arkeologi Demo&rasi dalam Islam", Jurnal TashtairutAjhar, no. L6 tahun 2004I Avang utriza, "Kebebasan Beragama dalam Islam dan praktiknya di Negara- Negara Islam", Mimbar Jurnal Agama dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Volume 22, no. 4,2005. Darlnrsh shayegan, Le Regard Mutili, pays Tiaditionners Face I k Moderniti, Paris:LAube, 1996.

Fernand Braudel, Grammaire des paris:Flammarion, ciuilisation, 1 993. 320 I Boyong.bovong Fonotisisme

Pan i mas, I 9 82, uz I' Hamka, Taf i r Al4 zh a r, J akar ta:P ustaka I J 19 4, uz Hamka, TaS i r A I-A zh a r, Jakat ta;Pustaka Panj imas, 9 J III' Hans Putman, L',iglise et I'Islam sous Timothde I (750-823), Etude sur I'E& Nestorienne au Temps des Premiers Abbasida, avec nouvelle ddirio. r traduction du dialogue entre Timothde et Al-Mahdi, Beirut : Da: a Machreq, 1975: Henri chambert-Loir & Siti Maryam R. Salahudin (ed.), Bo'sangali i;. Jakarta: EFEO&YOI, 2000' by Master James Lancaster, "The First Voyage Made to East-Indie J'-o* Lancaster," di dalam Purchas His Pilgrimes,diedit oleh Samuel Purr-:,E London: \Tilliam StansbY, 1625. Marc Bloch, Apologie pour l'Histoire ou Mitier d'Historien, ed. Etienne Bl':"2" Paris:Armand Collin, 1993. Mohamed Talbi "Religious Liberry: A Muslim Perpective." Is lamoch ii::-w (Roma) XI (1985): p.99-113. Nicoias Gervaise, Description Historique du RoYaume deMacassar, editor-la- Pierre Duteil, Paris : Kimd, 1588, cetak ulang 2003' Oemar Amin Hoesin, Kubur Iskm,Jakana:Bulan Bintang, 1975' Pierre Bergeron, (ed.) La voyga Fameux du sieur vincent b Blanc Marsa-* III jilid, Paris : Gervais Clousier, 1649' jllidl. Sami A. Aldeeb Abu-Sahlieh, "Le ddlit d'apostasie aujourd'hui et -,s cons6quences en droit fuabe et Musulman." Iskmochistiana ( ..-"t' )o((1994): p.93-t16. Syed Hashim Ni, Islarn and Pluralism, dipresentasikan penulis dalam s:-s. seminar diadakan di the Universiry of Chicago,26 April, 1998