JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KONDISI TEMPAT TUMBUH KANTONG SEMAR ( spp.) DI KAWASAN HUTAN GUNUNG SELINDUNG DESA TWI MENTIBAR KECAMATAN SELAKAU KABUPATEN SAMBAS

(Species diversity and the habitat condition of pitcher (Nepenthes spp.) in forest area of Gunung Selindung Twi Mentibar Village Selakau Sub-District Sambas Regency)

Gusdiarto, Dwi Astiani, Ratna Herawatiningsih Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124 Email: [email protected]

Abstract There is a complex vegetation structure that creates a different living environment and has its diverse plant species, habitat of in tropical rain forest is one of them. This forest has its rich in terms of flora species in Indonesia, one of them is Nepenthes spp. Nepenthes spp. is a unique plant that grows in forests. Its diverse colors and forms make it as an ornamental plant with high economic value. The aim of this study is to determine the variety of Nepenthes spp. and to assure the condition of the place where it grows in natural forest. This research was conducted by using field survey method, with multiple plot. Plot placement on the field was done with purposive sampling. Based on results of the research of secondary forest it is found three types of Nepenthes spp. The species found in this secondary forest are Druce, Nepenthes ampullaria Jack and Nepenthes reinwardtiana Miq. These 3 species found with each density of 318, 89 and 636 m/ha, each dominance index is <1. The micro climate ranges result on the habitat are, the air temperature: 16.67 0C - 24,67 0C, humidity: 65,33% - 70,33%, soil temperature: 250C - 26,6 0C, soil moisture: 30% - 34,33% and light intensity: 25,94 Lux- 32,94 Lux. Keywords: Diversity of nepenthes, Gunung Selindung, habitat, nepenthes. PENDAHULUAN sesuai dengan habitatnya. (Kurata, 2001) Nepenthes spp. merupakan tanaman menjelaskan bahwa Nepenthes spp. unik yang berasal dari hutan yang menjadi tersebar luas didaerah tropis dan trend sebagai tanaman khas komersil di kebanyakan terdapat di Asia Tenggara. Indonesia. Di Sumatera sendiri, trend ini Nepenthes spp. diperkirakan berasal dari mulai berlangsung sejak tahun lalu dan Asia Timur dan saat ini banyak dijumpai semakin marak saat ini, karena bentuknya di Asia Tenggara, Sampai saat ini sekitar yang unik, sehingga tanaman ini mulai 80 jenis Nepenthes spp. yang ditemukan diperjualbelikan oleh masyarakat. Namun, didunia lebih dari 50 jenis diantaranya kebanyakan yang diperjualbelikan berasal dari Indonesia, yang tersebar di khususnya di Sumatera masih merupakan Jawa (2 jenis), Sulawesi (10 jenis), Nepenthes spp. yang diambil langsung dari (28 jenis), Maluku (4 jenis), Irian alam, bukan dari hasil penangkaran atau (9 jenis) dan Kalimantan (32 jenis) budidayanya (Azwar dkk, 2007). (Mansur, 2006). Nepenthes spp. untuk hidup Puspitaningtyas et al. (2007) memerlukan kondisi alam yang ideal melaporkan keunikan Nepenthes spp.

371 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

terlihat dari bentuk dan warna kantongnya dengan Kecamatan Selakau sehingga letak yang beranekaragam sehingga menjadikan kedua Desa tersebut saling berdekatan. tanaman ini sebagai tanaman hias yang Ketinggian Gunung Selindung berkisar bernilai ekonomi tinggi, sebagai contoh antara 16-260 mdpl dengan topografi yang Negara Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Landai antara 0-2% dan memiliki curam Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka antara 15-40 %. Namun dengan budidaya Nepenthes spp. sudah berjalannya waktu telah terjadi suksesi di berkembang menjadi skala industri, kawasan hutan Gunung Selindung menjadi bahkan menjadi penyumbang devisa hutan sekunder dan telah ditetapkan negara di Belanda (Azwar et al. 2007 dan statusnya lahannya sebagai kawasan hutan Dariana, 2010). Hidayat (2015) lindung. melaporkan bahwa nilai ekonomi lain dari Tujuan dari penelitian ini adalah tumbuhan Nepenthes spp. adalah untuk mengetahui informasi kandungan enzim dan zat anti bakteri di keanekaragaman jenis dan kondisi tempat dalam kantong yang saat ini dalam proses tumbuh Nepenthes spp. pada kawasan pengembangan sebagai zat antibiotika. hutan Gunung Selindung dihabitat hutan Kalimantan terdapat 32 jenis sekunder. Nepenthes spp. dari 64 jenis yang ada di METODE PENELITIAN Indonesia. Sampai dengan saat ini tercatat Penelitian ini dilakukan dengan terdapat 103 jenis Nepenthes spp. yang menggunakan metode survey lapangan sudah dipublikasikan (Firstantinovi dan dengan menggunakan petak ganda. Karjono, 2006). Tumbuhann Nepenthes Peletakan petak dengan cara purposve spp. didaerah Kalimantan Barat seringkali sampling atau sengaja diletakan pada di panggil dengan nama entuyut, periuk lokasi yang terdapat banyak Nepenthes kera, cangkir kera, kantong dan tarukun, spp. Penjelajahan dan pengambilan sampel dalam bahasa inggris disebut dilakukan pada 7 petak contoh. Masing- (Listiawati dan Siregar, 2008). masing 7 petak berukuran 20 m x 20 m Gunung Selindung merupakan salah dengan penentuan petak pengamatan ini satu kawasan hutan lindung yang secara berdasarkan survey awal di Gunung administrasi berada di Desa Twi Mentibar Selindung dengan melihat indikasi Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas. keberadaan Nepenthes. Petak yang kawasan Gunung Selindung kondisi berukuran 20 m x 20 m dibagi lagi kawasan yang gersang. Informasi dari menjadi menjadi sub petak berukuran 5 m masyrakat mengatakan bahwa kawasan x 5 m sebanyak 16 sub petak dengan luas hutan Gunung Selindung dulu kondisinya kawasan 51 Ha. Tujuan dari peletakan bekas kebakaran lahan dan ladang petak ini adalah untuk mempermudah berpindah sehingga banyak di tumbuhi peneliti untuk mengamati tumbuhan alang-alang. Kawasan Gunung Selindung Nepenthes spp. dan vegetasi lain yang berbatasan langsung dengan dua terdapat didalam petak tersebut. Kecamatan yaitu, Kecamatan Salatiga

372 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Jumlah Petak di temukannya Suatu Jenis Parameter yang diamati untuk = keanekaragaman jenis adalah jenis Luas Jumlah Petak Seluruhnya Frekuensi Relatif : Nepenthes spp. dan jumlah individu. Frekuensi Suatu Jenis = x 100 Untuk mengidentifikasi jenis Nepenthes Frekuensi Seluruh Suatu Jenis spp. parameter yang diamati adalah berupa c. Kerapatan (K) foto-foto, karakteristik morfologi, batang, Kerapatan jenis menunjukan jumlah kantong, akar, tendril warna, tempat hidup suatu jenis Nepenthes spp.pada setiap jenis di atas atau menggantung (upper pitcher) setiap petak contoh. dan di bawah (lower pitcher) serta data Kerapatan : Jumlah Individu Suatu Jenis yang didapatkan di lapangan akan = diidentifikasi dengan menggunakan buku Luas Contoh Kerapatan Relatif : pedoman determinasi: Nepenthes yang Kerapatan Suatu Jenis = x 100 Unik. Kerapatan Seluruh Jenis Parameter yang diamati untuk habitat d. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’). atau kondisi tempat tumbuh Nepenthes Merupakan suatu indeks spp. yaitu, suhu udara, kelembaban udara, keanekaragaman secara keseluruhan suhu tanah, kelembaban tanah, intensitas dalam suatu komunitas atau habitat yang cahaya dan lain-lain. Analisis data dari dapat ditentukan dengan rumus Shannon- jenis-jenis Nepenthes spp. dapat dihitung Wiener (Ferianita Fachrul, M. 2007) dengan menggunakan rumus, INP (Indek sebagai berikut : Nilai Penting), Indeks keanekaragaman jenis, Indeks dominansi, dan Indeks ni ni H’ = - ∑ ( ) log ( ) kemerataan jenis. N N a. Indeks Nilai Penting (INP). Dimana : Indek nilai penting (Importance Value H’= Indeks keanekaragaman jenis keseluruhan. Indeks) diperoleh dengan cara ni = Jumlah individu. menjumlahkan parameter kerapatan relatif N = Jumlah individu seluruh jenis. (KR) dan frekuensi relatif (FR) dengan H’ < 1 keanekaragaman jenis rendah. mmenggunakan rumus: H’ 1-3 keanekaragaman jenis sedang. H’ > 3 keanekaragaman jenis tinggi. INP =FR + KR e. Indeks Dominansi (C). Dimana: Indeks dominansi digunakan untuk FR : Frekuensi Relatif menentukaan dominansi suatu jenis yang KR : Kerapatan Relatif terpusat dalam komunitas, dapat b. Frekuensi (F) menggunakan rumus Odum (1993) : Frekuensi merupakan perbandingan ni banyaknya petak yang terisi oleh suatu C = ∑ ( ) 2 N jenis tumbuhan terhadap jumlah petak Dimana : seluruhnya, yang biasa dinyatakan dengan C = Indeks dominansi. persen. ni = Nilai penting dari jenis i. N = Total nilai pening. Frekuensi :

373 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Nilai C indeks Dominansi jenis ini Nepenthes mirabillis Druce memiliki berkisar antara 0-1, jika nilai C mendekati daya adaptasi yang tinggi terhadap 0 berati tidak ada jenis yang menominasi lingkungannya, sehingga jenis Nepenthes dan apabila nilai C mendekati 1 berarti ini dapat hidup diberbagai habitat pada terdapat jenis yang mendominasi lainnya. tempat-tempat basah maupun kering. f. Indek Kemerataan Jenis (e). Habitat atau tempat tumbuh Nepenthes Indek kemerataan jenis dipengaruhi mirabillis Druce adalah dari pinggir laut oleh keanekaragaman jenis dan jumlah hingga ketinggian 1.500 mdpl. Biasanya jenis. digunakan untuk mengetahui dijumpai ditempat-tempat terbuka yang kemerataan jenis. Untuk itu digunakan basah dan rawa-rawa, juga hidup rumus indeks Evenness menurut Odum, ditempat-tempat terbuka pada tebing- 1993 : 4 sebagai berikut: tebing dipinggir jalan, pinggir sungai, 퐻′ e = pinggir hutan sekunder, dan pinggir danau Log 푠 serta umumnya tumbuh ditanah podsolik Dimana : merah (Mansur, 2006). e = Indeks kemerataan jenis. H’ = Indeks keanekaragaman jenis. Menurut Mansur (2006), Nepenthes S = Jumlah dari jenis. mirabillis Druce memiliki bentuk batang Berdasarkan indeks kemerataan jenis silinder, daunnya tipis berbentuk lonjong, dapat didefinisikan sebagai berikut: Morfologi helai daun halus membulat, E = 0, kemerataan jenis antara spesies penyisipan sulur ke helai daun sederhana, rendah, artinya kekayaan individu sayap kantong sederhana, elemen bantalan yang dimiliki masing-masing pinggiran multiseluler, tekstur helai daun spesies sangat jauh berbeda. biasanya melontar, lampiran helai daun E =1, kemerataan antara spesies relatif batang sederhana, atau jarang memanjang merata atau jumlah individu untuk 1/3 panjang ruas, massa jenis masing-masing jenis relatif sama. kelenjar dibagian bawah kantong berkisar HASIL DAN PEMBAHASAN 1.600-2.500/cm2, posisi pangkal kantong 1. Jenis Nepenthes spp. pada kantong atas dibawah ½ kantong, Berdasarkan hasil penelitian pada posisi pangkal kantong pada kantong hutan sekunder ditemukan tiga jenis bawah dibawah ¾ kantong dan lanset, Nepenthes spp. Jenis-jenis yang terdapat bertangkai, pinggiran daun pada hutan sekunder ini adalah Nepenthes bergerigi/berbulu, mempunyai bentuk akar mirabilis Druce, Nepenthes ampulria Jack serabut, dan mempunyai tandan biji yang dan Nepenthes reinwardtiana Miq. lebat. Kantong berbentuk oval, warnanya a. Deskripsi Nepenthes spp. hijau hingga hijau kemerahan, memiliki bentuk mulut dan penutup kantong bundar.

374 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Gambar 1. Nepenthes mirabillis Druce

Menurut Mansur (2006) dari buku bervariasi, mulai dari hijau polos Nepenthes yang Unik, Nepenthes sampai merah tua, dengan banyak ampullaria Jack biasanya hidup di kombinasi lain juga ditemukan. N. tempat yang lembab, hutan teduh ampullaria dari Sumatra dan sampai ketinggian 2.100 m di atas Semenanjung Malaysia hampir rata-rata permukaan laut. Nepenthes biasanya berwarna hijau polos yang berwarna hidup di tanah yang datar seperti di merah polos justru banyak ditemukan di hutan kerangas, hutan rawa gambut, dan . Kantong terbesar yang pernah hutan rawa yang terdegradasi, di ditemukan berasal dari Papua Nugini. ketinggian 0 sampai 1000 m. Nepenthes Pada permukaan daun biasanya ampullaria Jack tumbuh sampai di selalu ditutupi oleh sesuatu seperti ketinggian 1.100 m pada tanah datar tepung berwarna kecoklatan, dan pada seperti di hutan yang hangat, padang pucuk-pucuk tanaman juga ditumbuhi rumput, belukar, hutan rawa gambut, oleh bulu-bulu halus berwarna coklat hutan rawa yang terdegradasi, sampai di yang semakin banyak apabila tanaman sawah padi. Pada daerah Papua Nugini berada pada habitat yang dingin seperti jenis yang dominan ditemukan di di pegunungan. Keunikan lainnya yang hutan . Jenis ini juga tidak dimiliki oleh Nepenthes lain ditemukan di hutan sekunder, tempat adalah kemampuan menghasilkan terbuka dengan vegetasi berdaun kecil, "kelompok kantong" yaitu dan di tanah berpasir. segerombolan kantong-kantong tanpa Kantong bawah berukuran kecil, daun yang tumbuh pada batang tegak jarang bisa melebihi 10 cm dan tinggi 7 atau di atas tanah hingga menyerupai cm. Kantong atas jarang dihasilkan, karpet tebal di lantai hutan atau di rawa- biasanya ukurannya lebih kecil dari rawa yang sering kali pada saat musim kantong bawah. Warna kantong kemarau.

375 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Gambar 2. Nepenthes ampullaria Jack

Nepenthes reinwardtiana Miq adalah menandakan ciri-ciri khas yang terdapat jenis Nepenthes yang memiliki keunikan didalam dinding kantong dibawah warna dan mempunyai dua buah spot mata permukaan mulut kantong, mempunya yang unik. Biasanya Nepenthes spp. ini warna yang merah dan bercampur dengan mempunyai warna yang merah kecoklatan warna hijau, didalam mulut kantong dan hijau muda, tumbuhan ini sering bewarna kuning serta mempunyai katup terdapat didataran rendah seperti lembah, yang bewarna coklat kemerahan, hutang kerangas, hutan lumut dan rawa batangnya berbentuk segitiga, tinggi dan gambut yang memiliki ketinggian mulai panjang batang lebih dari 16 cm (Phillipps dari 2-100 m dpl. Dua buah spot mata and Lamb, 1996).

Gambar 3. Nepenthes reinwardtiana Miq

b. Bentuk Kantong Nepenthes spp. kantong dari jenis-jenis yang terdapat Mansur (2006) mengemukakan pada lokasi penelitian ditemukan bahwa bentuk ukuran dan warna adanya variasi yang menarik antara

376 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

kantong dan warna Nepenthes spp. Pada Berdasarkan warna kantong yang jenis N. mirabilis Druce ditemukan didapatkan di lokasi petak penelitian adanya tiga bentuk kantong yaitu ada warna hijau dan sedikit bercampur bentuk silinder, corong, dan pinggang. warna merah. Warna merah pada N. Berdasarkan ukuran kantong ditemukan mirabilis Druce diduga pengaruh N. mirabilis Druce relatif beda lingkungan tempat tumbuhnya yang besarnya, namun rata-rata ditemukan terkena sinar matahari secara langsung pada hutan sekunder ada yang dilokasi penelitian. Bentuk kantong menggantung diatas simpur dan ada yang didapatkan di lapangan seperti yang dipermukaan lantai hutan. pada Gambar 4.

a b c a Gambar 4. Bentuk-bentuk kantong mirabilis Druce (Picture 4. forms of pouch mirabilis Druce). Pada lokasi penelitian Nepenthes terkena cahaya matahari secara langsung, reinwardtiana Miq juga memiliki tiga yang tertutup oleh tegakan pohon dari bentuk kantong yang berbeda-beda dari hutan sekunder, maka warnanya paling ktiga bentuk tersebut memiliki perbedaan dominan merah tua dan bercampur sedikit yang sangat besar sebab warna khas dari warna hijau. Pada umumnya perbedaan jenis reinwardtiana Miq adalah merah tua kedua warna reinwardtiana Miq tetapi saat dilakukan penelitian di lapangan disebabkan oleh faktor lingkungan seperti ternyata terdapat dua perbedaan warna dari faktor kondisi tempat tumbuh, serta tinggi jenis tersebut. Pada jenis reinwardtiana rendahnya tempat tumbuh dan tipe tutupan Miq yang melilit dipohon inangnya dan yang terdapat pada kawasan hutan terkena sinar matahari secara langsung, sekunder. Bentuk kantong yang dapat maka warna yang paling dominan adalah didapat di lapangan seperti pada Gambar hijau bercampur dengan bercak merah, 5. sedangkan jika Nepenthes ini yang tidak

377 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

a b c

Gambar 5. Bentuk-bentuk kantong reinwardtiana Miq (Picture 5. forms of pouch reinwardtiana Miq).

Jenis Nepenthes spp. banyak Selindung. Kawasan hutan Gunung ditemukan bergelantungan disimpur Selindung merupakan suatu habitat (Dillenia indica) dan kemunting hutan sekunder yang memiliki berbagai (Rhodomyrtus tomentosa) dibandingkan vegetasi yang berasosiasi dengan vegetasi lainnya. Vegetasi merupakan Nepenthes spp. antara lain, simpur faktor biotik yang perlu diperhatikan ((Dillenia indica), resam (Gleichenia dalam mempelajari kondisi tempat linearis), dan kemunting (Rhodomyrtus tumbuh suatu jenis di hutan alam. tomentosa) yang sering didapati Vegetasi yang dimaksud adalah jenis- terdapat Nepenthes spp. Beberapa petak jenis yang berasosiasi dengan penelitian, bahwa Nepenthes Nepenthes spp. dalam petak reinwardtiana Miq banyak ditemukan pengamatan dilokasi penelitian. Jenis- tumbuh dibawah kemunting hutan jenis yang berasosiasi tersebut dapat meskipun lilitannya tidak terlalu tinggi dilihat dari indeks nilai penting tertinggi dibatangnya. dari masing-masing jenis. Indeks nilai 2. Keanekaragaman Jenis Nepenthes penting merupakan parameter yang spp. dapat digunakan untuk mengetahui a. Jumlah Individu dan Kerapatan/ha salah satu faktor lingkungan atau tempat Nepenthes spp. tumbuh Nepenthes spp. pada kawasan Jumlah setiap jenis Nepenthes spp. hutan Gunung Selindung. Kondisi suhu yang terdapat pada tipe habitat hutan udara yang tinggi membuat vegetasi sekunder pada kawasan hutan gunung lebih mudah berkembangbiak dan lebih selindung dengan luas contoh 0,28 Ha besar persebarannya di habitat Gunung dapat dilihat pada tabel 1.

378 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Tabel 1. Jenis dan jumlah individu Nepenthes spp. yang ditemukan pada petak pengamatan di kawasan hutan Gunung Selindung Desa Twi Mentibar (Species and number of individuals Nepenthes spp. found in the observation plot in the Gunung selindung forest area of the village of Twi Mentibar). Jenis Individu Jumlah Individu Kerapatan/ha N. mirabilis Druce 89 317,8 N. reindwadtiana Miq 178 635,7 N. ampullaria Jack 25 89,3 Jumlah 292 1042,9 Hasil analisis 1, jumlah individu N. b. Indeks Nilai Penting (INP) reinwardtiana Miq lebih tinggi Hasil analisis INP setiap jenis dibandingkan ke dua Nepenthes spp. Nepenthes spp. pada kawasan hutan lainnya. Hal ini dikarenakan jenis Gunung Selindung desa Twi Mentibar Nepenthes ini dapat beradaptasi pada kecamatan selakau kabupaten sambas kondisi tempat tumbuhnya di hutan dapat dilihat pada Tabel 2. sekunder (Indriyanto, 2006). Tabel 2. INP Nepenthes spp. pada kawasan hutan Gunung Selindung Desa Twi Mentibar (Importance Value index Nepenthes spp. in the forest area of Gunung selindung of the village Twi Mentibar). Jenis Individu INP N. mirabilis Druce 22,14% N. reindwadtiana Miq 29,28% N. ampullaria Jack 5,21% Jumlah 56,63% Hasil analisis Tabel 2, menunjukan dengan indeks nilai penting yang tinggi. INP pada jenis N.reninwadrtiana Miq Jenis yang memiliki indeks nilai penting INP=29,28, ini lebih tinggi dibandingkan yang tertinggi menunjukan bahwa jenis dengan N. mirabilis Druce INP=22,14%, tersebut dapat hidup dan berkembang dan N. ampullaria Jack INP=5,21%. dengan baik dalam suatu kawasan hutan Beragamnya nilai INP menunjukan adanya Gunung Selindung. pengaruh lingkungan tempat tumbuh c. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) seperti suhu dan kelembaban udara, suhu Indek keanekaragaman jenis tanah, kelembaban tanah, pH tanah serta digunakan untuk mengetahui tingkat intensitas cahaya yang tidak mampu dalam keanekaragaman jenis. Hasil dari indeks perebutan zat hara pada habitat hutan keanekaragaman jenis Nepenthes spp. sekunder. Menurut Soerianegara dan untuk tipe habitat hutan sekunder dapat Indrawan (1980), jenis yang mempunyai dilihat pada tabel 3. peran dalam suatu kawasan hutan dicirikan

379 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Nepenthes spp. pada kawasan hutan Gunung Selindung Desa Twi Mentibar (Index of species diversity(H’) Nepenthes spp. in the forest area of Gunung selindung of the village Twi Mentibar). Jenis Individu H' N. mirabilis Druce 0,1058 N. reindwadtiana Miq 0,1222 N. ampullaria Jack 0,0413 Jumlah 0,2693 Hasil analisis data dari Tabel 3, dapat Nepenthes. Selain itu masyarakat setempat disimpulkan bahwa keanekaragaman jenis juga masih memanfaatkan Nepenthes dari tipe habitat hutan sekunder pada untuk membungkus ketupat. kawasan hutan Gunung Selindung rendah, Menurut Krebs 1985, apabila suatu karena nilainya kurang dari 1 (0,2693). komunitas hanya terdiri dari sedikit jenis Indeks keanekaragaman jenis dikatakan dan jumlah individu maupun distribusinya tinggi jika nilai indeksnya mencapai 3. tidak merata maka komunitas tersebut Suatu komunitas yang memiliki nilai H’< memiliki nilai indeks keanekaragaman 1 maka dikatakan komunitas tersebut tidak jenis yang rendah. stabil atau rendah sedangkan jika nilai H’ d. Indeks Dominansi (C) antara 1-3 dikatakan komunitas tersebut Indeks dominansi digunakan untuk stabil atau sedang, sedangkan jika nilai H’ menentukan dominansi suatu jenis yang > 3 maka dikatakan nilai tersebut sangat terpusat dalam suatu komunitas. Hasil dari stabil atau tinggi (Fachrul, 2006). indeks dominansi jenis Nepenthes spp. Rendahnya tingkat keanekaragaman jenis untuk tipe habitat hutan sekunder dapat Nepenthes spp. diakibatkan karena adanya dilihat pada Tabel 4. Indeks dominansi kegiatan perambahan hutan dan pada kawasan penelitian dapat dikatakan penebangan secara liar yang tinggi, apabila nilai C adalah 1 (C=1). mengakibatkan rusaknya habitat Tabel 4. Indeks Dominansi (C) Nepenthes spp. pada kawasan hutan Gunung Selindung Desa Twi Mentibar (Dominance index (C) Nepenthes spp. in the forest area of Gunung selindung of the village Twi Mentibar). Jenis Individu C N. mirabilis Druce 0,0123 N. reindwadtiana Miq 0,0214 N. ampullaria Jack 0,0007 Jumlah 0,0344 Hasil analisis data pada Tabel 4, nilai indeks dominansinya kurang dari 1 diketahui bahwa indeks dominansi dari (0,0344). Tidak terpusatnya indeks tipe habitat hutan sekunder pada kawasan dominansi yang dominan pada habitat hutan Gunung Selindung rendah, karena hutan sekunder disebabkan adanya

380 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

kerusakan yang disebabkan oleh bencana indeks dominansi dalam suatu komunitas alam pada lingkungan tempat tumbuh hutan juga dipengaruhi oleh faktor Nepenthes spp. Menurut Gopal dan lingkungan hutan yang menjadi Bhardwaj (1979), mengemukakan bahwa persaingan dalam memperebutkan hutan sekunder merupakan suatu wilayah kebutuhan ruang tempat tumbuh yang awal mulanya bervegetasi sempurna, Nepenthes spp. kemudian mengalami kerusakan oleh e. Indeks Kemerataan Jenis (e) bencana alam maupun aktifitas manusia, Indeks kemerataan jenis dipengaruhi tetapi bencana itu tidak sampai merusak oleh keanekaragaman jenis dan jumlah total tempat tumbuh sehingga masih ada jenis. Hasil dari indeks kemerataan jenis substrat lama dan kehidupan. Rendahnya Nepenthes spp dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Indeks Kemerataan Jenis (e) Nepenthes spp. pada kawasan hutan Gunung Selindung Desa Twi Mentibar (Type equity index (e) Nepenthes spp. in the forest area of Gunung selindung of the village Twi Mentibar) Jenis Individu E N. mirabilis Druce 0,0543 N. reindwadtiana Miq 0,0543 N. ampullaria Jack 0,0295 Jumlah 0,1381 Hasil analisis data Tabel 5, 3. Kondisi Tempat Tumbuh Nepenthes diketahui indeks kemerataan jenis spp. Nepenthes spp. di tipe habitat hutan Faktor-faktor yang diamati pada sekunder tidak merata atau tingkat kondisi tempat tumbuh adalah suhu kemerataanya rendah karena tidak udara, kelembaban udara, suhu tanah, mencapai 1 (0,1381). Tidak meratanya kelembaban tanah, pH tanah dan Nepenthes spp. di habitat hutan intensitas cahaya. Kondisi tempat sekunder disebabkan adanya perbedaan tumbuh ini hanya merupakan indikator tapak tumbuh. Tapak tumbuh sementara dari iklim mikro, karena merupakan suatu kondisi yang penting hanya terjadi pada jangka waktu pendek dalam mempertahankan pertumbuhan selama penelitian berlangsung, namun Nepenthes spp. dengan baik. Tapak belum menunjukan rerata tahunan. tumbuh banyak dipengaruhi oleh faktor Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel lingkungan yang menyebabkan tingkat 6. kemerataan jenis Nepenthes spp. menjadi rendah.

381 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Tabel 6. Kondisi Tempat Tumbuh Pada Kawasan Hutan Gunung Selindung Desa Twi Mentibar (The condition of the place grows on the forest area of Gunung Selindung village Twi Mentibar). No Kondisi Tempat Tumbuh Nepenthes spp Hari Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Intensitas Udara Udara Tanah Tanah Cahaya (0C) (%) (0C) (%) (Lux) 1 23,67 66,33 26,33 31,00 26,37 2 24,00 70,00 26,33 33,33 25,94 3 22,33 65,33 26,00 32,33 29,39 4 23,33 66,67 25,67 33,33 30,03 5 22,00 69,00 25,67 32,67 32,94 6 23,00 68,67 26,33 32,67 27,23 7 16,67 70,33 25,67 32,67 28,42 8 24,33 65,33 26,33 34,33 27,56 9 23,33 67,00 25,00 30,00 31,32 10 23,67 68,67 26,33 31,33 30,35 11 24,33 70,33 26,33 32,00 32,72 12 23,67 69,67 26,33 31,33 31,43 13 24,67 67,00 25,33 30,67 31,75 14 23,00 65,67 26,33 30,67 28,42 15 22,67 69,00 26,67 30,00 27,88 Rata-rata 23,43 67,93 26,04 31,89 29,45 Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke tipe hutan sekunder menyebabkan rata-rata ketujuh (7), menunjukan suhu udara pada harian pada kelembaban tanah semakin habitat hutan sekunder rendah, hal ini lembab sekitar 31,89%. Pada kelembaban disebabkan tingginya curah hujan pada tanah yang tinggi juga membuktikan lokasi penelitian yang mengakibatkan bahwa ada jenis-jenis Nepenthes spp. yang pertumbuhan tidak bisa berkembang bisa hidup dengan tapak tumbuh yang dengan baik. Sedangkan pada kelembaban lembab, salah satunya adalah N. udara pada hari pertama (1) penelitian ampularia Jack. N. ampullaria Jack jenis sampai hari ke kelima belas (15), yang mampu hidup dengan kelembaban menunjukan rata-rata selama penelitian yang tinggi seperti pada hutan primer yang kelembaban udara sangat rendah, hal ini masih mempunyai tegakan tajuk yang karenakan kondisi lingkungan yang rapat. Jika dibandingkan dengan tempat disebabkan oleh curah hujan dan tutupan tumbuh pada habitat hutan sekunder yang tajuk yang jarang mengakibatkann suhu sudah terdegradasi jenis N. ampullaria udara kurang maksimal. Curah hujan yang Jack juga bisa ditemukan, tetapi jumlah tinggi biasanya terjadi pada bulan individunya sedikit. Nepenthes spp. November sampai dengan bulan Maret, umunya tumbuh secara berkelompok tingginya curah hujan yang terdapat pada kemudian berkembang hampir di setiap

382 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

tipe vegetasi, terutama tanah yang tidak intensitas cahaya yang diperlukan subur, tanah gambut atau tanah vulkanis, Nepenthes spp. sebesar 50%. Besarnya tanah podsolik putih, serta puncak bukit intensitas cahaya yang diperlukan yang memiliki tingkat kerapatan tajuk Nepenthes spp. dapat mempengaruhi yang jarang (Trihandayani dan perubahan terhadap pertumbuhan kantong Syamsuddin, 1998). Nepenthes spp. Menurut Kinnaird, (1997); Metthews Hasil penelitian ini menunjukan dan Kitching, (1994), menjelaskan bahwa bahwa dari ketiga Nepenthes spp. yang Nepenthes spp. cenderung hidup pada ditemukan di kawasan hutan Gunung tempat yang miskin dengan zat hara, pH Selindung yaitu N. reinwardtiana Miq tanah yang rendah dan miskin nitrogen. lebih cocok hidup pada hutan sekunder Pada kawasan hutan Gunung Selindung di yang terletak diatas bukit. Kehadiran jenis habitat hutan sekunder memiliki pH netral vegetasi yang dominan merupakan (pH 6). Menurut Mansur (2006), petunjuk bahwa Nepenthes spp. menjelaskan bahwa umumnya Nepenthes menemukan tempat tumbuh yang cocok spp. hidup pada pH < 4. Hal ini atau sesuai terhadap keadaan tempat membuktikan bahwa tumbuhan Nepenthes tumbuh di habitat hutan sekunder. Odum spp. dapat tumbuh pada berbagai kondisi (1993), menjelaskan bahwa jenis yang habitat tempat tumbuh. Keberadaan dominan itu ketika jenis tertentu berjumlah tumbuhan di suatu habitat dipengaruhi besar dan tersebar merata pada suatu oleh faktor ekologi, berupa iklim dan kawasan. faktor biotik. Faktor iklim meliputi suhu Kesimpulan dan kelembaban udara, suhu dan Ditemukannya tiga jenis Nepenthes kelembaban tanah, pH tanah, intensitas, spp. di kawasan hutan Gunung Selindung curah hujan, topografi, dan geologi. Desa Twi Mentibar yaitu, Nepenthes Sedangkan faktor biotik yang meliputi mirabillis Druce, Nepenthes ampullaria segenap tumbuhan dan hewan, interaksi Jack dan Nepenthes. reinwardtiana Miq. antara organisme, pemangsaan, Ketiga (3) jenis ini ditemukan dengan dekomposer, simbiosis, parasitisme, kerapatan masing-masing 318, 89 dan 636 manusia dan lain-lain (Ewusie, 1990: Rost m/ha, namun indeks keanekaragaman dkk., 1989: Krebs, 1985). Selain pH tanah, jenis, indeks dominansi, dan indeks intensitas cahaya juga sangat berpengaruh kemerataan jenis masih < 1. Ketiga (3) dalam pertumbuhan Nepenthes spp. sebab jenis Nepenthes spp. ini mampu hidup pada kawasan hutan Gunung Selindung di dengan kondisi tempat tumbuh dengan habitat hutan sekunder ketiga jenis suhu udara rata-rata 23,430C, kelembaban Nepenthes spp. ada yang membutuhkan udara rata-rata 67,93%, suhu tanah rata- intensitas cahaya secara langsung di rata 26,040C, kelembaban tanah 31,89%, lapangan dan juga ada yang secara tidak pH tanah 6 serta intensitas cahaya 29,45 langsung bawah tutupan tajuk yang jarang. lux. Mansur (2006), mengatakan bahwa

383 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

DAFTAR PUSTAKA Kinnaird MF. 1997. Sulawesi Utara, Sebuah Panduan Sejarah Alam. Azwar F, Kunarso A, Rahman TS. 2007. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kantong semar (Nepenthes spp.) di Wallacea. hutan sumatera, tanaman yang unik semakin langka. Prosiding Seminar Krebs CJ. 1985. Ecology experimental Nasional ekspose hasil-hasil analysis of distribution and penelitian konservasi dan abudance. Chicago: University of rehabilitasi sumber daya hutan. Chicago Press. Padang, 20 september 2006. 173- Kurata S. 2001. Two new spesies 181. nepenthes pyriformis from west Dariana. 2010. Keanekaragaman Sumatra (indonesia) and nepenthes Nepenthes dan pohon inang di mindanaonsis from Mindanao taman wisata alam sicikeh-cikeh (Philippines). The jurnal of the Kabupaten Dairi Sumatra. Tesis. insectivorous plant society 52 (2): Universitas Sumatra Utara. Medan. 30-35. Ewusie JY. 1990. Ekologi Tropika. Listiawati A, Siregar S. 2008. Entuyut Penerjemah A.Tanuwidjaya (Nepenthes spp.) Asal Kalimantan Bandung: ITB. Barat. Pontianak: Untan Perss. Firstantinovi ES, Karjono. 2006. Populasi Metthews EG, Kitching RC. 1994. Insect dan pola penyebaran kantong semar Ecology. Queensland: University of () di Rhino Camp Queensland Press. Resort Sukaraja atas kawasan Odum EP. 1993. Dasar-dasar ekologi. Taman Nasional Bukit Barisan Terjemahan oleh Tjahjono Selatan (TNBBS). Jurnal Sylva Samingan dari buku Fundamentals Lestari 5 (3): 12-21. of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Fachrul MF. 2006. Metode Sampling Mada University Press. Bioekologi. Jakarta: PT. Bumi Puspitaningtyas MD, Wawaningrum H. Aksara. 2007. Keanekaragaman nepenthes Ferianita FM. 2007. Metode Sampling di suaka alam sulasih talang- Bioteknologi. Jakarta. PT. Bumi sumatra barat. Jurnal Biodiversitas Aksara. 8 (2): 152-156. Gopal B, Bhardwaj N. 1979. Element of Phillipps & Lamb. 1996. Pitcher plants of ecology. India Department of borneo. Natural history publication Botany: Rajasthan University (Borneo) Sdn, Bhd. Kota Kinabalu Jaipur. Rost TL, Barbour MG, Thornton RM, Hidayat Y. 2015. Isolasi bakteri penghasil Weier WE, Stocking CR. 1989. antibiotika dari cairan kantong Botany a brief introduction to plant semar (Nepenthes spp.) cagar alam biology. Ed Ke-2. New York: John lembah harau Sumatra Barat. Jurnal Wiley and Sons. bioCONCETTA 1 (1): 20-31. Soerianegara I, Indrawan A. 1988. Ekologi Indryanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Hutan Indonesia. Bogor: PT Bumi Aksara. Labolatorium Ekologi Hutan

384 JURNAL HUTAN LESTARI (2018) Vol. 6 (2) : 371 - 385

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian. Trihandayani, T dan Syamsudin. 1998. Warta Kebun Raya. Flora of java 2 (3): 1-3. Mansur M. 2006. Nepenthes Kantong Semar Yang Unik. Jakarta: Penebar Swadaya.

385