Manajemen IKM, September 2009 (236-243) Vol. 4 No. 2 ISSN 2085-8418

Pengembangan Usaha Industri dan Minuman PD. Budi Lestari di

Tanjung Prasetyo*1, Daniel R.O. Monintja2, Fransisca R. Zakaria3 1Universitas Sahid Jakarta 2Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor 3Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

The aim of this study is to identity successful business conducts carried out by the company. The successful business conducts identified are: (1) Employing skillful marketing personnel, (2) Having a wide marketing channels, (3) Application of production contract, (4) Utilizing brokers in marketing the product, (5) Utilizing secondhand containers to reduce cost. The method used from this study is SWOT analysis with primary and secondary data, which are collected through literature and interview. Based on the results of the SWOT analysis, there were some suggestions to PD. Budi Lestari in order to develop its business by : (1) Increasing working capital, (2) Increasing the quality of human resources, (3) Making promotions, (4) Increasing the machine technologies utilizing, (5) Finding new bottles using altenatives in solving problem of getting used bottles, (6) Using labels that includes the special qualities of the drinks to explain the characteristic and quality from each product made, (7) Selecting the distribution of used bottles facilities. Beside that, suggestions given from this study can be an input to the company in raising its sales volume as an effort to fulfill market’s demand, includes mini and super markets.

Key words: business conducts, SWOT, market’s demand

PENDAHULUAN 1996. Modal tersebut digunakan untuk menyewa sebidang tanah seluas 750 m2 lengkap dengan PD. Budi Lestari adalah sebuah perusaha- bangunan 4 lokal dengan posisi “O”, harga sewa an kecil yang bergerak di bidang produksi dan Rp 500.000,- per bulan dengan cara kontrak satu penjualan minuman Jamu Jagotra, Temulawak tahun, dibayar setiap akhir bulan dan saat ini dan Gula Asem (GULAS). Minuman jamu produk sewanya sudah dinaikkan menjadi Rp 1.700.000/ PD. Budi Lestari adalah jamu yang sudah bulan. Sedangkan modal selebihnya digunakan dikemas dalam botol siap minum dan tidak perlu untuk menambah alat-alat dan perlengkapan menyeduh lebih dahulu saat akan diminum. produksi berupa mesin gas CO2, mesin press Produk minuman jamu dari PD. Budi Lestari ini, manual, tong kayu tungku, botol dan krat. Dana macam/jenis jamunya tidak banyak variasinya Rp 15.000.000,- dihabiskan untuk pengadaan seperti jamu yang diproduksi oleh perusahaan- tempat usaha dan perlengkapannya, sehingga perusahaan besar seperti PT. Jamu Air Mancur modal usaha untuk penyediaan bahan baku Solo, PT. Jamu Cap Jago , PT. Jamu minumannya terpaksa meminjam dari tukang Mustika Ratu Jakarta dan lain-lain. sayur gendong kenalan Pak Amir utama sebesar Keterbatasan macam atau jenis jamu yang Rp 75.000,-. diproduksi oleh PD. Budi Lestari akibat minimnya Dari hal yang dikemukakan seluruh usaha modal usaha yang dimiliki, disamping Pak Amir utama terus berjalan hingga saat ini, ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang dan selama 2 tahun penuh, karena keuntungan terbatas. Namun demikian, sekalipun usaha PD. usahanya tidak diambil untuk kebutuhan pribadi, Budi Lestari relatif masih cukup muda dan banyak tetapi terus difokuskan untuk membiayai orang menyatakan usahanya cukup sukses, usahanya. Hal ini dilakukan untuk menutupi karena sejak berdiri tahun 1996 hingga tahun kebutuhan ekonomi keluarganya dan juga 2004, usahanya masih tetap berjalan dan bahkan memasarkan langsung hasil produksinya ke semakin maju, sekalipun dikelola oleh tenaga warung-warung, sehingga yang digunakan untuk berpendidikan rendah. menutup keperluan ekonomi keluarga adalah dari Usahanya digolongkan sebagai usaha kecil, keuntungan atau komisi penjualan jamu dan karena bermodal awal Rp. 15.000.000,- PD. Budi bukan dari keuntungan perusahaan. Usaha Lestari sudah memulai usahanya di awal tahun minuman jamu PD. Budi Lestari ini digolongkan ______sebagai usaha kecil menurut UU No. 9 tahun *) Korespondensi: 1995. Usaha Kecil merupakan kegiatan ekonomi Mutiara Depok Estate Blok GA/6 Sukmajaya, Depok rakyat berskala kecil, memiliki kekayaan bersih E-mail: [email protected] kurang dari Rp 200.000.000,- dan bentuk usahanya perseorangan. Pengembangan Usaha 237

Dari latar belakang yang telah diuraikan HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: (a) Bagaimana potensi usaha minuman Aspek Ekonomi jamu ini dalam meningkatkan pendapatan bagi PD. Budi Lestari dapat dikategorikan perusahaan dan pengelolanya?, (b) Bagaimana sebagai usaha kecil, karena kriteria yang dimiliki, tanggapan konsumen terhadap produk jamu PD. sesuai UU RI No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Budi Lestari dan jenis produk mana yang diminati Kecil, yaitu PD. Budi Lestari ”tidak memiliki hasil konsumen jamu PD. Budi Lestari? (c) Bagaimana penjualan tahunan melebihi Rp. 1 Milyar dan tidak cara kiat sukses perusahaan agar usaha memiliki kekayaan bersih diluar tanah dan minuman jamu dapat berkembang? bangunan Rp. 200 juta, serta berdiri sendiri dan Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini bukan merupakan anak perusahaan”. adalah (a) Mengenal lebih jauh mengenai usaha Salah satu kelebihan yang dimiliki usaha minuman jamu dan potensinya dalam kecil yang bergerak disektor industri pengolahan, meningkatkan pendapatan bagi perusahaan dan termasuk usaha PD. Budi Lestari adalah bahan para pengelolanya, serta (b) Mengetahui mentah atau bahan baku sebagai bahan untuk tanggapan konsumen terhadap jenis produk membuat minuman jamu tidak banyak minuman jamu PD. Budi Lestari yang paling menggunakan bahan mentah impor dan bahan diminati konsumen. mentahnya sangat mudah di peroleh dipasar lokal

dalam negeri seperti di pasar Jatinegara.

Bahan baku mudah didapat didalam negeri METODOLOGI dan tidak tergantung dari impor, maka usaha PD.

Budi Lestari tetap eksis dan tidak tergoyahkan Lokasi kajian terletak di Jalan Bhakti 89 No. oleh krisis ekonomi yang pernah melanda di 87 RT. 001/004 Kelurahan Cipedak, Kecamatan negeri ini. Dalam hal ini, dampak usaha PD. Budi Jagakarsa Jakarta Selatan. Jenis data yang Lestari yang dirasakan masyarakat banyak dikumpulkan adalah data primer dan data adalah: sekunder dengan rincian sebagai berikut: 1. Memberikan peluang kerja bagi masyarakat 1. Data Primer adalah data yang bersumber dari lingkungannya dengan peningkatkan obyek yang diteliti, dilakukan dengan pendapatan Rp 300.000, – 1.000.000,- bagi mengadakan penyelidikan secara langsung tenaga kerja bulanan dan harian berikut: pada kegiatan usaha “PD. Budi Lestari”, a. Gaji pimpinan Rp 1.000.000,-/bulan meliputi proses produksi, pemasaran, volume b. Gaji seorang apoteker Rp 750.000,-/ penjualan dan laba rugi perusahaan. bulan 2. Data Sekunder adalah data pendukung yang c. Gaji kepala bagian dan administrasi Rp bersumber dari kepustakaan, literatur majalah 750.000,-/bulan dan lain-lain. Metode ini disebut metode d. Gaji staf keuangan dan administrasi (4 kepustakaan. orang) masing-masing Rp 500.000,- Metode yang digunakan adalah metode e. Gaji mandor (2 orang) @ Rp 337.500,- diskriptif, yaitu analisis kualitatif dengan model 2. Memberikan peluang kerja dan pendapatan SWOT (Rangkuti, 2004): bagi tenaga kerja borongan pekerjaan 1. Strength (kekuatan) keunggulan sumber pencucian botol dan penutupan botol yang daya, hasil atau mutu produk, segmen pasar, setiap harinya diperoleh tidak kurang dari Rp lokasi tempat usaha, strategi pemasaran hasil 10.000,- dan dengan jumlah tenaga kerja dan lain-lain. borongan 18 orang. 2. Weaknesses (kelemahan) sarana dan 3. Memberikan peluang kerja dan pendapatan prasarana yang berkaitan dengan proses bagi 8 orang tenaga harian daya upah per produksi, kemasan, permasalahan, dan lain- hari Rp 8.000,- lain. 4. Memberikan peluang kerja dan pendapatan 3. Opportunities (kesempatan) adalah situasi bagi 44 orang tenaga kerja lepas dari bagian utama yang menguntungkan perusahaan, pemasaran yang menjajakan hasil produk seperti promosi hasil produk dan lain-lain. minuman jamu PD. Budi Lestari kewarung- 4. Threats (ancaman) adalah situasi utama yang warung, dengan tingkat rataan pendapatan tidak menguntungkan perusahaan, seperti setiap bulan Rp 800.000,- misalnya pesaing usaha, bahan baku, bentuk atau model kemasannya dan lain-lain. Aspek Teknis dan Produksi

Penggunaan botol bekas sebagai kemasan Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif minuman jamu produk PD. Budi Lestari menggunakan pendekatan finansial seperti nampaknya tidak akan membawa kemajuan penjualan dan laba. usaha dalam jangka panjang, karena

menggunakan botol bekas sebagai kemasan

minuman jamu, perusahaan hanya memenuhi

permintaan 40%, karena:

Vol. 4 No. 2 238 Pengembangan Usaha

1. Kebanyakan konsumen lebih menyukai botol 2) Dijual berikut botol Rp 500,- (harga baru bening sebagai kemasan jamu. botol Rp 300,-) 2. Kebanyakan botol bekas pakai, makin lama b. Harga pedagang pemasok kepada makin sulit didapat, karena banyaknya botol warung bekas dilabur kembali menjadi botol baru. 1) Dijual isi Rp 400,-/botol 2) Dijual berikut botol Rp 700,-/botol Kesulitan perusahaan untuk memperoleh c. Harga pedagang warung kepada botol-botol bekas saat ini, telah memberi peluang konsumen perusahaan di masa mendatang, untuk 1) Dijual isi Rp 1.000,- meningkatkan permintaan konsumen sampai 2) Dijual berikut botol Rp 1.300,- 100% dengan menggunakan botol-botol baru 3. Wilayah Pemasaran bening untuk kemasan minuman jamu. Wilayah pemasaran minuman jamu Kondisi saat ini, volume penjualan minuman produk PD. Budi Lestari meliputi seluruh jamu PD. Budi Lestari 3.490.676 botol atau baru wilayah Jabotabek, dengan sistem dapat memenuhi 40% seluruh permintaan. Di pembayaran hasil penjualannya dilakukan masa depan perusahaan dapat memenuhi secara tunai, yaitu pagi hari dimana peningkatan permintaan 60% atau volume pedagang mengambil barang dan sore penjualannya akan menjadi 5.236.014 botol harinya pembayaran tunai ke perusahaan. (60/40 x 3.490.676), dengan syarat penghentian 4. Omset Penjualan penggunaan botol bekas diganti baru. Rataan omset penjualan minuman jamu Produk minuman jamu yang dihasilkan PD. Budi Lestari pada tahun 2000-2004 dapat terdiri dari: dilihat dalam Tabel 1. 1. Minuman jamu Temulawak 2. Minuman jamu Jagotra (cap Dua Banteng) Tabel 1. Omset rataan penjualan bulanan 3. Minuman jamu GULAS minuman jamu PD. Budi Lestari tahun Teknis pengerjaan atau produksinya masih 2000-2004 dilakukan secara tradisional, yaitu dikerjakan Omset Rataan Penjualan dengan tangan-tangan terampil karyawannya dan No. Tahun belum menggunakan mesin-mesin. Dengan Botol Rp. demikian, jumlah hasil produksi setiap bulannya 1. 2000 254.145 45.746.100 sangat tergantung oleh tangan-tangan terampil 2. 2001 266.252 47.923.360 karyawan-karyawannya. 3. 2002 410.226 97.864.371 4. 2003 278.104 53.535.200 Aspek Pemasaran 5. 2004 223.747 43.712.975

1. Jalur/Saluran Pemasaran Dari Tabel 1, terlihat bahwa rataan omset Jalur saluran pemasaran minuman penjualan pada tahun 2000-2004 terus jamu PD. Budi Lestari dimuat pada Gambar meningkat, namun pada tahun 2003-2004 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa PD. Budi mulai menurun. Menurunnya rataan omset Lestari dalam memasarkan hasil produksinya penjualan pada tahun 2003-2004 disebabkan ke konsumen peminum jamu, menggunakan hal-hal berikut: perantara pedagang pemasok/grosir. Hal ini a. Adanya tambahan produk baru minuman dikenal sebagai sistem pemasaran 2 level jamu Jagotra dan Gula Asem. Produk (Swasta dan Irawan, 1990). minuman jamunya bertambah, namun produk jamu lainnya seperti Temulawak

Perusahaan Pedagang pemasok/Grosir untuk sementara dikurangi. b. Menurunnya omset rataan penjualan bulanan pada tahun 2004 disebabkan pencatatan data dilakukan pada saat

Penjual eceran/ Warung penelitian awal bulan Nopember 2004.

Dalam pemasaran hasil, prinsip perusahaan hanya menjual isi dan botol Konsumen peminum jamu kemasan minuman disediakan sendiri oleh pedagang. Namun demikian untuk memper- mudah penanganan untuk meningkatkan Gambar 1. Jalur pemasaran omset penjualan, perusahaan membuat suatu kebijaksanaan dalam bentuk penyediaan 2. Harga botol bekas bagi pedagang dengan Harga penjualan minuman jamu PD. pembayaran kas oleh pedagang pada saat Budi Lestari adalah: mengambil barang dagangannya di a. Harga perusahaan kepada pedagang perusahaan. Harga botol bekas yang 1) Dijual isi saja Rp. 180 - 200,-/botol ditetapkan perusahaan Rp. 300, sehingga

PRASETYO DKK Manajemen IKM Pengembangan Usaha 239

pada saat pedagang mengambil barang menaikkan omset penjualan minuman jamu Gula dagangannya di perusahaan, pedagang wajib Asem. membayar Rp 500, yaitu isi Rp 200 dan Omset penjualan bulanan Minuman Jamu botolnya Rp 300. Bahkan untuk pedagang Temulawak tahun 2004 dapat dilihat dalam Tabel yang baru memulai usaha, dapat pinjaman 2. botol dari perusahaan sebanyak 1.000 botol dengan pembayaran secara angsuran. Tabel 2. Omset penjualan bulanan minuman Langkah perusahaan yang memberikan Jamu Temulawak pinjaman botol bekas sebagai upaya mening- No. Bulan Botol katkan omset penjualan, nampaknya sangat berpengaruh terhadap perputaran modal 1. Januari 200.732 usaha perusahaan yang sebagian tertanam 2. Februari 162.972 dalam botol. Dari 44 orang pedagang 3. Maret 239.204 pemasok, 34 orang diantaranya masih 4. April 301.717 mempunyai tunggakan hutang botol bekas 5. Mei 276.552 dengan total sisa pinjaman Rp. 43.830.985 6. Juni 262.533 (catatan sampai 13 Desember 2004) adalah 7. Juli 250.466 suatu jumlah yang tidak sedikit dan kalau 8. Agustus 296.870 dibiarkan atau setidak-tidaknya kebijakan ini 9. September 307.554 diteruskan berlanjut tanpa ada usaha lain 10. Oktober 248.016 untuk memaksimalkan tagihan, maka modal 11. Nopember 138.347 perusahaan yang tertanam dibotol bekas 12. Desember - semakin menumpuk. Sebagai ilustrasi, Jumlah 2.684.963 persentase pengendalian pinjaman botol bekas: Tabel 2 menunjukkan bahwa pada bulan a. Dari jumlah pinjaman Rp. 45.520.985 September penjualan produk minuman jamu sampai dengan tanggal 13 Desember Temulawak menduduki peringkat tertinggi, yaitu 2004 jumlah yang diangsur baru Rp. 307.554 botol, dengan peningkatan produksi 2.090.000 atau baru 4,6% terjadi sejak Agustus 2004. Volume penjualan b. Dari jumlah 34 orang penunggak terdapat terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 2 orang penunggak yang sama sekali 162.972 botol, kemudian seterusnya mulai bulan tidak mengangsur tunggakan Rp. Maret hingga bulan September naik terus, tetapi 1.144.300 dalam bulan November turun kembali di bawah volume penjualan bulan Februari 2004. Hal Analisis Laporan Penjualan demikian terjadi karena adanya jenis produk minuman Jagotra dan Gula Asem. Omset Dalam periode tahun 2004, PD. Budi penjualan bulanan minuman Jamu Jagotra tahun Lestari telah menjual tiga jenis minuman, dengan 2004 dapat dilihat dalam Tabel 3. total penjualan 3.490.676 botol senilai Rp 671.955.130 atau rataan penjualan setiap Tabel 3. Omset penjualan bulanan minuman bulannya 290.890 botol, rataan penjualan tiap Jamu Jagotra satuan jenis minumannya adalah: a. Minuman jamu Temulawak, dengan omset No. Bulan Botol penjualan pada tahun 2004 sebesar Rp 1. Januari 46.826 2.684.963 botol atau 76,9% dari total 2. Februari 35.658 penjualan 3.490.676 botol. 3. Maret 52.074 b. Minuman jamu Jagotra, dengan omset 4. April 59.074 penjualannya pada tahun 2004 sebesar 5. Mei 59.289 545.980 botol atau 15,64% dari total 6. Juni 52.029 penjualan 3.490.676 botol. 7. Juli 56.723 c. Minuman jamu Gula Asem, dengan jumlah 8. Agustus 63.763 penjualan tahun 2004 sebanyak 259.733 9. Sepetember 53.308 botol atau 7,45% dari total penjualan 10. Oktober 45.967 3.490.676 botol. 11. November 21.269 12. Desember - Dari tiga jenis minuman tersebut, jumlah Jumlah 545.980 satuan unit produk terbanyak adalah minuman Jamu Temulawak (76,9%), kontribusi sedang Tabel 3 terlihat adanya peningkatkan minuman Jamu Jagotra (15,64%) dan kontribusi permintaan pada bulan Agustus sebanyak 63.763 terkecil adalah minuman Jamu Gula Asem botol. Hal ini menunjukkan mulai adanya (7,45%). Kondisi tersebut membuat perusahaan tanggapan konsumen terhadap produk minuman mengambil langkah-langkah strategik guna jamu Jagotra, tetapi pada bulan-bulan berikutnya jumlah permintaan semakin menurun.

Vol. 4 No. 2 240 Pengembangan Usaha

Nampaknya tingginya permintaan minuman jamu Tabel 4. Omset penjualan bulanan minuman Jamu Jagotra bulan Agustus, dikarenakan konsumen Gulas ingin coba-coba, sehingga permintaan naik, No. Bulan Botol kemudian pada bulan-bulan berikutnya mulai menurun kembali. Untuk itu, perusahaan harus 1. Januari 8.854 cukup waspada dan perlu mengambil kebijakan 2. Februari 6.949 baru agar permintaan dapat kembali naik. Omset 3. Maret 14.656 penjualan bulanan minuman Jamu Gula Asem 4. April 20.229 tahun 2004 dapat dilihat dalam Tabel 4. 5. Mei 24.629 Tabel 4 menunjukkan permintaan pasar 6. Juni 26.338 terhadap produk minuman GULAS tertinggi jatuh 7. Juli 25.293 pada bulan September 2004 sebesar 49.497 8. Agustus 34.052 botol, kemudian menurun tajam pada bulan-bulan 9. Sepetember 49.497 berikutnya. Untuk itu, perusahaan harus 10. Oktober 32.864 mengetahui mengapa hal ini terjadi dan 11. November 16.372 bagaimana solusi untuk mengatasinya. 12. Desember - Hasil wawancara penulis dengan 40 orang Jumlah 259.733 responden menunjukkan bahwa konsumen lebih banyak menyukai jamu Temulawak sebanyak 24 orang, dan lebih menyukai Jagotra 9 orang, serta Analisis Laba Penjualan yang menyukai Gulas 7 orang. Mengapa paling Pada tahun 2004, total keuntungan yang menyukai Temulawak dan tidak menyukai diperoleh PD. Budi Lestari dari ketiga jenis minuman lainnya, alasannya sebagai berikut : minuman Rp 80.382.279,-. Keuntungan terbesar 1. Minuman Jagotra, ditangani sebagai diperoleh dari minuman Jamu Temulawak Rp minuman pekerja berat, seperti sopir, tukang 60.887.800,- dan keuntungan terendah diperoleh becak, kuli bangunan dan lain-lain. dari minuman Jamu Gulas Rp 6.617.279,-. 2. Minuman Gulas adalah minuman dengan Rincian total keuntungan dan rataan rasa asem-asem sedikit, kurang diminati perolehan keuntungan tiap jenis minuman setiap 3. Minuman temulawak paling banyak disukai bulannya dapat dilihat dari Tabel 5. orang, karena dianggap sebagai minuman bergengsi yang sudah cukup dikenal sejak nenek moyang.

Tabel 5. Total laba penjualan dan rataan perolehan keuntungan tiap jenis minuman Laba Rataan Persentase Laba Jenis No. Penjualan/tahun Laba/bulan Penjualan dari Total Minuman (Rp) (Rp) Laba (%) 1. Temulawak 60.887.800,- 5.073.983,- 54,74 2. Jagotra 12.877.200,- 1.073.100,- 16,02 3. Gula Asem 6.617.279,- 551.439,- 8,23 Sumber : PD. Budi Lestari, 2004.

Dari Tabel 5 terlihat bahwa jenis minuman mengambil langkah-langkah kedepan bagaimana jamu temulawak memberikan konstribusi laba solusi terbaik agar minuman gula asem ini terbesar dalam setiap bulannya Rp 5.073.983,- permintaan dari masyarakat menjadi meningkat. (75,74%) dan terendah minuman Gulas Rp Langkah-langkah ini perlu segera dilakukan, 551.439 (8,23%). karena konstribusi keuntungan yang diperoleh Pada tahun 2004 perusahaan telah dari minuman Gulas hanya 8,2%. memproduksi tiga jenis minuman dengan total penjualan 3.490.676 botol senilai Rp Analisis SWOT 671.955.130,- dan total keuntungan Rp Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai 80.382.279,-. Rataan setiap bulan perusahaan faktor secara sistematis untuk merumuskan dapat menghasilkan minuman 290.890 botol strategi perusahaan (Rangkuti, 2004). Analisis ini dengan nilai rataan laba setiap bulan Rp didasarkan pada logika yang dapat 6.700.000,- (Rp 80.382.279,- : 12 bulan). memaksimalkan kekuatan dan peluang dan Dari ketiga jenis minuman tersebut, tampak secara bersamaan dapat meminimalkan jelas bahwa minuman Gulas memberikan kelemahan dan ancaman. Profil SWOT usaha konstribusi laba terkecil dan dari hasil minuman jamu PD. Budi Lestari di Jakarta dapat pengamatan di lapangan, memang pada dilhat dalam Tabel 6. dasarnya permintaan minuman Gulas sangat sedikit, maka sepatutnya perusahaan mulai

PRASETYO DKK Manajemen IKM Pengembangan Usaha 241

Tabel 6. Profill SWOT usaha minuman jamu PD. Budi Lestari

Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Armada pemasaran yang kuat dan 1. Ketergantungan botol bekas sebagai kemasan berpengalaman 2. Modal usaha banyak tertanam dalam pinjaman 2. Penempatan satu orang apoteker sebagai botol bekas. pengawas mutu minuman 3. Lokasi perpakiran di tempat usaha kurang 3. Terdaftarnya minuman di Dep. Kesehatan banyak menampung kendaraan. 4. Proses produksi masih sangat sederhana 4. Promosi belum dijalankan 5. Harga produk terjangkau 5. Khasiat minuman temulawak dan gula asem belum ditulis dalam label Peluang (O) Ancaman (T) 1. Baru terlayani permintaan pasar 40%, maka 1. Persediaan botol bekas di pasaran semakin ada peluang 60% menipis jumlahnya 2. Dukungan dari pemerintah setempat sangat 2. Citra produk minuman Gulas belum banyak positif dikenal masyarakat luas. 3. Hubungan perusahaan dengan pedagang 3. Persaingan ke depan semakin meningkat pemasok sangat baik 4. Pesaing semakin canggih 4. Masih terbatasnya pelaku usaha sejenis di 5. Ketergantungan pada satu pemasok bahan wilayah kerja baku. 5. Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan industri kecil

Alat yang dapat dipakai untuk menyusun pembahasan atas aspek ekonomi, teknik dan faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik produksi, serta pemasaran secara deskriptif dan SWOT yang dalam hal ini dituangkan dalam analisis kualitatif dengan analisis SWOT, analisis matriks SWOT Tabel 7. Matriks ini dapat didapatkan informasi dan fakta bahwa usaha menggambarkan secara jelas bagaimana peluang minuman PD. Budi Lestari sangat pofensial untuk dan ancaman eksternal yang dihadapi dikembangkan lebih lanjut dengan alasan: perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan a. Secara komersial, usaha minuman PD. Budi dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat Lestari mendapatkan respon yang cukup menghasilkan empat kemungkinan alternatif bagus dari konsumen. Sekalipun pesaingnya strategi berikut: banyak, namun di daerah tersebut hanya 1. Strategi SO terdapat dua pesaing perusahaan sejenis. Hal Strategi ini dibuat berdasarkan jalan lainnya, usaha PD. Budi Lestari mempunyai pemikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan daya saing tinggi, karena : seluruh kekuatan untuk merebut dan 1) Pengolahan minuman jamu temulawak- memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. nya menggunakan air panas mendidih. 2. Strategi ST 2) Penempatan satu orang apoteker sebagai Strategi ini digunakan untuk menggalang pengawas mutu. kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam 3) Dapat memenuhi permintaan konsumen mengatasi ancaman. 40%, sehingga masih ada potensi 3. Strategi WO permintaan konsumen yang dapat Strategi ini diterapkan berdasarkan dikembangkan lebih lanjut. pemanfaatan peluang yang ada dengan cara b. Secara teknis proses pengolahan minuman meminimalkan kelemahan yang ada. masih sangat sederhana (manual). Dengan 4. Strategi WT dukungan modal yang kuat sebagai upaya Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang memenuhi permintaan konsumen, bersifat defensif dan berusaha meminimalkan penghentian penggunaan botol bekas diganti kelemahan yang ada, serta menghindari dengan botol baru untuk kemasan minuman ancaman. jamu sebagai hal yang bijaksana. c. Setiap kelemahan yang terjadi dalam internal Dari matriks SWOT pada Tabel 7, dapat perusahaan maupun ancaman yang mungkin dilihat bahwa strategi (Si,Oi) atau (Si,Ti) atau terjadi dari eksternal perusahaan, dipastikan (Wi,Oi) atau (Wi,Ti) merupakan kombinasi faktor dapat diatasi melalui berbagai strategi dalam internal dengan faktor ekternal yang matriks SWOT. menghasilkan pilihan strategi. Dari hasil

Vol. 4 No. 2 242 Pengembangan Usaha

Tabel 7. Matrik SWOT usaha minuman jamu PD. Budi Lestari tahun 2004

Faktor kekuatan (S) Faktor kelemahan (W) Faktor Internal S1 Armada pemasaran yang W1 Ketergantungan botol bekas kuat dan berpengalaman. sebagai kemasan. S2 Penempatan satu orang W2 Modal usaha banyak tertanam Apotekersebagai pengawas dalam peminjaman botol bekas. mutu minuman. W3 Lokasi permohonan tempat S3 Terdaftarnya minuman di usaha kurang didukung sarana Dep. Kesehatan transportasi. S4 Proses produksi masih W4 Promosi belum dijalankan Faktor Eksternal sangat sederhana W5 Khasiat minuman belum ditulis S5 Harga produk terjangkau dalam label

Faktor peluang (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi) O1 Baru mengisi permintaan 1. Penggunaan botol baru yang 1. Pinjaman botol bekas dibatasi pasar 40% bening putih untuk kemasan kepada pedagang pemasok yang O2 Dukungan dari Pemda sesuai dengan permintaan memenuhi usaha. setempat cukup positif banyak konsumen. 2. Penulisan khasiat minuman dalam O3 Hubungan dengan pedagang 2. Memberi fasilitas sewa label sebagai usaha meningkatkan pemasok sangat baik. kendaraan kepada pedagang omset penjualan. O4 Masih terbatasnya pelaku usaha pemasok yang tidak memiliki 3. Rencana penghentian penggunaan sejenis kendaraan sendiri. botol bekas dengan botol baru O5 Kebijakan pemerintah yang 3. Memaksimalkan hasil produk yang putih bening. mendukung perkembangan dengan mutu memadai. industri kecil

Faktor ancaman (T) Strategi ST(diferensiasi) Strategi WT(defensif) T1 Persediaan jumlah botol bekas 1. Promosi hasil produk 1. Memanfaatkan lembaga keuangan dipasar semakin menepis perusahaan segera dijalankan. sebagai pengunjung kegiatan jumlahnya 2. Peningkatan pengawasan mutu industri. T2 Citra produk meminum Gulas sebagai usaha memperluas 2. Meningkatkan pengenalan label dan cap dua banteng belum pemasaran hasil. produk untuk menjaga eksistensi banyak dikenal masyarakat luas. 3. Pemberdayaan SDM dan atau industri Kecil. T3 Persaingan kedepan semakin merekrut SDM bermutu. meningkat. T4 Teknologi pesaing semakin canggih. T5 Ketergantungan pada satu pedagang pemasok bahan baku

KESIMPULAN DAN SARAN Saran

1. Sebagai upaya untuk menjadikan usaha PD. Kesimpulan Budi Lestari lebih sukses dan semakin 1. Kiat sukses usaha PD. Budi Lestari adalah: berkembang menjadi usaha besar, diperlukan a. Memiliki tenaga pemasaran yang handal upaya berikut: dengan jaringan pemasaran luas. a. Pertambahan modal usaha. b. Bekerja dengan sistem borongan. b. Peniingkatan mutu sumber daya c. Penggunaan air matang dalam manusia. pengolahan minuman jamu untuk c. Promosi hasil produk. meningkatkan permintaan jamu. 2. Kesulitan memperoleh botol bekas sebagai d. Penggunaan perantara pedagang grosir kemasan minuman jamu diatasi dengan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan botol baru. meningkatkan keuntungan perusahaan. 3. Perlu meningkatkan penggunaan label e. Penggunaan botol bekas sebagai bertuliskan khasiat minuman untuk kemasan minuman jamu menjadikan memperjelas cirri-ciri dan mutu setiap jenis harga relatif terjangkau oleh konsumen. produk yang dihasilkan. 2. Minuman jamu Gula Asem kurang diminati 4. Penggunaan teknologi mesin sebagai alat konsumen. pengolahan minuman jamu dapat 3. Hal lainnya, pengolahan minuman jamu meningkatkan jumlah produksi minuman yang masih tradisional, sehingga mengalami dihasilkan. kesulitan dalam mengembangkan produk untuk memenuhi permintaan pasar.

PRASETYO DKK Manajemen IKM Pengembangan Usaha 243

DAFTAR PUSTAKA Swasta, B. dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty, . PD. Budi Lestari. 2004. Company Profile. Jakarta. Umar, H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode & Kasus, Cetakan Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Pertama, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT. Umum, Jakarta. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

Vol. 4 No. 2