Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar Baru, Pusat

Abiram Benhard Mauliate, Triarko Nurlambang, dan Djamang Ludiro

Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Kecamatan Johar Baru merupakan suatu daerah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk dan jumlah pemukiman kumuh yang tinggi. Tingginya kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh akan berdampak terhadap timbulnya konflik kekerasan yaitu tawuran. Tawuran antar geng sudah membentuk wilayah-wilayah tawuran di Kecamatan Johar Baru. Namun, tidak semua wilayah di Kecamatan Johar Baru merupakan wilayah tawuran, terdapat wilayah-wilayah damai tawuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil Penelitian menunjukkan bila wilayah tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tinggi dan pemukiman kumuh yang ditandai adanya wilayah kekuasaan geng. Sedangkan, wilayah damai tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang rendah dan pemukiman tidak kumuh yang tidak memiliki wilayah kekuasaan geng.

The Brawl and Area of Peace in Kecamatan Johar Baru, Abstract

Kecamatan Johar Baru is a region which has a high population density and a high number of slums. The high number of population density and slums will have an effect on conflict such as brawl. Brawl between gangs has already caused a forming of brawl area at Kecamatan Johar Baru. However, not all of the region in Kecamatan Johar Baru are brawl area, there are even peaceful area. This research is to find out the factors that may cause the brawl area and the peaceful area at Kecamatan Johar Baru. The result of the research shows that brawl area is located at an area with high population density and slums that marked the gang’s territory. On the other hand, the peaceful area is located at on area with has low population density and is not considered a slums that not have gang’s territory.

Keywords: Population Density, Slums, Brawl, Brawl Area, Peace Area.

Pendahuluan Kecamatan Johar Baru adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi di Kotamadya Jakarta Pusat yang dihuni oleh 116.261 jiwa dengan luas wilayah 237,70 hektar. Tingginya kepadatan penduduk akan menyebabkan suatu wilayah memiliki potensi konflik yang sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya penamaan pada Kecamatan Johar Baru yakni “Kampung Tawuran”. Tawuran di Kecamatan Johar Baru didominasi oleh Tawuran antar Geng.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 Tawuran yang sering terjadi di Kecamatan Johar Baru adalah tawuran antar geng. Tingginya tingkat tawuran akan membentuk wilayah konflik yang dapat disebut sebagai Wilayah Tawuran. Namun, bukan hanya wilayah tawuran saja yang ada di Kecamatan Johar Baru, melainkan wilayah damai tawuran pun ada di wilayah kecamatan ini. Dalam tawuran geng ini tergambar berbagai geng yang terbentuk dari solidaritas sosial yang kuat, baik berdasarkan ruang sosial maupun perasaan senasib menjadi kendala bagi para anggota geng untuk dapat memiliki kehidupan sosial yang lebih baik. Geng-geng yang sangat banyak bermunculan menjadi pemeran dalam kekerasan kolektif.

Tawuran yang sudah menjadi konflik di Johar Baru mendapatkan penyelesaian, salah satunya dengan membangun upaya damai. Damai yang didambakan oleh seluruh warga johar baru sampai sekarang belum bisa terwujud apabila setiap geng masih melakukan tawuran. Tawuran di Kecamatan Johar Baru telah berlangsung lama dan hampir menjadi budaya, karena sangat sering dilakukan, sehingga banyak terdapat lokasi-lokasi yang sering menjadi arena tawurang geng. Lokasi-lokasi tawuran geng sebagian besar terletak di jalan-jalan yang berdekatan dengan pemukiman yang kumuh dan miskin. Namun, disamping banyaknya lokasi-lokasi baik jalan maupun wilayah yang menjadi wilayah tawuran, terdapat pula wilayah-wilayah aman dan tidak terkena konflik yang dapat dikatakan wilayah tersebut menjadi wilayah damai dari kejadian tawuran. Dalam penelitian ini memiliki 2 rumusan masalah yaitu :

1. Dimanakah lokasi wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru? 2. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru.

Tinjauan Teoritis Tawuran adalah termasuk tingkah laku kolektif yang dilakukan para individu yang biasanya dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku normal, dalam arti selalu tunduk hukum, taat terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku. Para individu yang biasanya bertingkah laku pro sosial tersebut kemudian terlibat dalam tindak kekerasan yang bukan merupakan karakter kepribadiannya adalah karena di bawah pengaruh kerumunan

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 (Mustofa, 1998:57). Miller (1982) mendefinisikan geng adalah suatu asosiasi diri yang dibentuk dari individu-individu yang disatukan oleh kepentingan bersama yang memiliki pemimpin dan organisasi internal yang bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan tertentu. Termasuk pelaksanaan kegiatan ilegal dan pengontrolan suatu wilayah tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tawuran geng adalah perkelahian yang yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh kelompok geng yang bertujuan untuk menguasai wilayah, menyakiti dan merusak. Curry dan Spergel (1988) juga berpendapat bahwa geng yang terorganisir secara kompleks akan terlibat dalam berbagai kejahatan kekerasan, konflik dengan geng lainnya dan sering menunjukkan wilayah kekuasaan/wilayah khas dan tanda-tanda geng.

Peristiwa tawuran yang menjadi suatu tindakan kriminal berkaitan dengan Enviromental Criminology, adalah suatu teori yang mencari suatu keterkaitan antara kejadian kriminal dengan kondisi sekitar dimana kejadian itu berlangsung (Wortley dan Mazerolle, 2008). Environmental Criminology menjelaskan bahwa suatu kejadian kriminal harus dipahami sebagai gabungan dari pelaku, korban atau target kriminal, dan hukum yang berlaku dalam suatu situasi spesifik di waktu dan tempat tertentu (Brantingham dan Brantingham, 1991 dalam Wortley dan Mazerolle, 2008). Environmental Criminology bertujuan bukan untuk menjelaskan mengapa seorang penjahat melakukan suatu kejahatan tapi untuk memahami berbagai aspek yang ada dalam suatu kejadian kriminal untuk mengidentifikasi pola perilaku dan faktor lingkungan yang membuat munculnya kesempatan untuk tindak kejahatan dan aktivitas yang tidak diinginkan lainnya (Brantingham dan Brantingham, 1990 dalam Boba, 2008).

Melihat Tawuran dari sudut pandang kriminologi yang sosiologis, konflik sosial dapat dibagi menjadi dua perspektif, yaitu konflik dianggap sebagai sesuatu yang selalu eksis dan mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan struktur sosial. Perspektif yang kedua ialah pertikaian yang terbuka yaitu tawuran. Contoh lain dari konflik kedua (pertikaian terbuka) yaitu perang, gerakan pemberontakan, aksi mogok dan pergerakan revolusi ( Kuper & Jessica Kuper, 2000). Tawuran ini merupakan fenomena laten, yang suatu saat bisa muncul kapan, dimana dan tiba-tiba (Sheila, 2001). Tawuran memang bukan hanya fenomena yang terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di kota-kota besar di negara-negara lain pun perilaku ini menjadi persoalan dari zaman ke zaman.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 Melihat tawuran dalam hubungannya dengan wilayah sama dengan mengakui kehadiran suatu kaitan erat antara berbagai gejala tersebut dan struktur perkotaan. Fanneman (1916) mengatakan wilayah adalah area yang mempunyai karakteristik kenampakan permukaan yang sama dan kenampakan ini sangat berbeda dengan kenampakan-kenampakan lain di daerah sekitarnya. Wilayah tawuran adalah suatu area yang memiliki kesamaan pada tindak kekerasan dalam bentuk perkelahian antar kelompok. Terbentuknya wilayah tawuran geng tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat membentuk wilayah tersebut. faktor-faktor pembentuk wilayah tawuran yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal • Wilayah Kekuasaan Geng Kelompok geng berada diantara kelompok kriminal dan kelompok masyarakat, mereka mencoba untuk mendapatkan kontrol atas wilayah dan untuk mengawasi kegiatan kriminal didaerah tersebut dan untuk melindungi orang-orang yang tinggal di daerah mereka. Mereka akan memberi perlawanan apabila ada sesuatu hal yang ikut campur dalam wilayah mereka (Oliver Bangerter, 2010). Hampir setiap geng yang ada di suatu wilayah bertujuan agar geng yang mereka bentuk mendapat pengakuan dari masyarakat dan geng lainnya. Ridwan (2006) menyatakan, alasan terlibatnya para remaja dalam tawuran adalah keinginan untuk diakui oleh teman sekelompoknya. Mereka mengharapkan pengakuan akan keberadaannya terhadap orang lain, terutama di lingkungan pertemanan dan tempat mereka tinggal. Karena dengan melakukan tawuran, mereka akan mendapat perhatian lebih dan menjadi lebih oleh kalangan teman-temannya dan geng-geng lain, yang hal ini dinilai sebagai tindakan positif oleh para pelaku tawuran. Wilayah kekuasaan geng akan menjadi perbatasan wilayah antar geng. Dimana tawuran dapat terjadi apabila salah satu dari geng melakukan sesuatu hal yang negatif di wilayah geng lainnya. Wilayah kekuasaan geng dapat ditunjukan berdasarkan tempat kumpul geng dan simbol-simbol geng. 2. Faktor Eksternal • Kondisi Sosial-Ekonomi Kondisi tempat tinggal dan lingkungannya adalah faktor eksternal yang menjadi rangsangan terhadap respon yang muncul pada individu dan kelompok

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 tertentu. Bagaimana individu atau kelompok menyikapi kualitas tempat tinggalnya akan menyebabkan terjadinya perbedaan perilaku yang timbul pada masing–masing individu dan kelompok. Baik buruknya kondisi lingkungan fisik tempat tinggal merupakan salah satu unsur dalam membangun interaksi antara remaja sebagai subyek dan lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003). Berdasarkan definisi kondisi tempat tinggal yang ada, karakteristik remaja dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak berkualitas, kumuh dan miskin, kepadatan penduduk yang tinggi, kurang memenuhi prasyarat kesehatan, serta tingkat kriminalitas tinggi atau dapat dikatakan buruk akan menyebabkan kecenderungan remaja untuk mengikuti atau mencontoh perlakuan yang ada dalam lingkungan mereka semakin besar. Durkheim (1912) mengatakan bahwa kepadatan penduduk yang maksimal mengakibatkan persaingan dan kompetisi dikalangan penduduk menjadi sangat ketat. Kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan menjadi meningkat pula. Nilai tekanan penduduk yang sudah mencapai ambang batas akan berpotensi menimbulkan beberapa ancaman permasalahan seperti konflik agraria, konflik politik, konflik kekerasan, kemiskinan, sulitnya mencari kerja, bencana alam, dan masalah lain. Berdasarkan definisi tersebut persaingan dan kompetisi ditimbulkan oleh tingginya tingkat kesesakan dan persenggolan antar penduduk disuatu wilayah. Persaingan dapat menimbulkan dampak negatif dan dampak positif. Dampak positif persaingan dapat menimbulkan proses asosiatif yang berupa kerjasama, akomodasi dan lainnya. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari persaingan adalah proses disosiatif yang berupa konflik, pertengkaran, perang, dan tindak kekerasan lainnya. Duska dan Whelan (1982) menyatakan bahwa, mutu lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan kepada cepatnya perkembangan penalaran moral dan tingkatan perkembangan yang dicapai seseorang. Remaja yang tinggal di lingkungan konflik perkelahian akan cenderung untuk meniru dan mengikuti perilaku kekerasan yang dilihatnya. Realitas ini perlu mendapat perhatian tersendiri, karena perkembangan akhlak, watak, kepribadian dan moral seseorang akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya (Mardiya, 2005).

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 Umumnya coping strategi dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. dan coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun ingat coping bukanlah suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi yang menekan, karena tidak semua situasi tertekan dapat benar-benar dikuasai. Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan lurus, tenang, penuh kegembiraan, dan kebahagiaan. Kadangkala manusia diharuskan menghadapi berbagai persoalan, rintangan, hambatan dan konflik dalam kehidupannya. Beberapa dari persoalan tersebut sederhana dan dapat diselesaikan, tetapi ada juga beberapa persoalan yang sangat sulit untuk diatas sehingga dapat menimbulkan tekanan psikologis dan keadaan yang tidak seimbang. Menurut Parry (1992) keadaan tersebut membuat suatu individu maupun kelompok melakukan berbagai usaha yang bertujuan untuk dapat menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai tekanan yang dialaminya. Berbagai usaha tersebut dikenal dengan istilah coping.

Coping juga diperkuat dengan adanya antisipasi dan akomodasi yang dilakukan oleh suatu individu maupun kelompok untuk dapat menyesuaikan diri dengan suatu stress. Menurut Soekanto (2005), akomodasi sebuah bentuk usaha untuk mengurangi pertentangan antara orang perorang atau kelompok-kelompok di dalam masyarakat akibat perbedaan paham atau pandangan. Sedangkan antisipasi adalah suatu perhitungan tentang hal-hal yang belum terjadi, penyesuaian mental terhadap peristiwa yang akan terjadi KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan terbentuknya tindak antisipasi dan akomodasi yang tepat maka konflik pun diharapkan dapat berkurang demi terciptanya wilayah yang aman, tentram dan damai.

Semua manusia yang ada di dunia ini sangat menginginkan kehidupan yang tentram, aman dan nyaman. Menurut (Johan Galtung, 1967) damai memiliki dua wajah. Pertama, damai yang negatif. Damai yang negatif adalah ketidakadaan perang atau kondisi tanpa konflik langsung (absent of conflict). Kondisi tanpa konflik ini bukanlah kondisi yang tercipta dengan sendirinya, namun membutuhkan prasyarat- prasyarat agar konflik tidak terjadi, yaitu tidak adanya sebab-sebab yang mendorong terjadinya konflik. Wajah kedua dari perdamaian, menurut Galtung adalah damai positif (positive peace). Damai yang positif adalah suasana dimana terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan keadilan. Sebabnya, damai hanya dapat terjadi jika terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan keadilan di dalam masyarakat. Tanpa itu tidak akan pernah terjadi kedamaian yang sesungguhnya di dalam masyarakat.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 Dalam membentuk dan membangun suatu wilayah yang damai tidak terlepas dari kerjasama lingkungan pada wilayah tersebut. Pembangunan perdamaian adalah kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk mengkonsolidasikan atau menginstitusi-onalisasikan perdamaian. Semenjak tahun 1990-an kajian pembangunan perdamaian semakin meluas yang meliputi berbagai aspek, seperti menciptakan atau memperkuat penegakan hukum dan keamanan, institusionalisasi perdamaian, perbaikan ekonomi, dan penyediaan pelayanan- pelayanan publik dasar bagi penduduk (Betrand, 2008). Terbentuknya wilayah damai tawuran tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat membentuk wilayah tersebut. Faktor-faktor pembentuk wilayah damai tawuran yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal • Pencegahan Konflik

Fisher (2000) mengatakan bahwa pencegahan konflik adalah suatu upaya untuk mencegah timbulnya konflik yang keras. Sedangkan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 3 mengatakan bahwa pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya Konflik dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan sistem peringatan dini. Dengan demikian, pencegahan konflik di satu sisi mengacu pada strategi-strategi untuk mengatasi konflik laten dengan harapan dapat mencegah meningkatnya tindak kekerasan seperti tawuran. Pencegahan konflik berperan sebagai tindakan antisipasi dan akomodasi yang dilakukan oleh masyarakat sebelum terjadinya konflik tawuran. Adanya tindakan antisipasi dan akomodasiterhadapa konflik ini akan membentuk suatu wilayah yang tentram, aman dan damai.

2. Faktor Eksternal • Kondisi Sosial-Ekonomi Damai adalah sebuah kondisi yang diharapkan oleh setiap manusia untuk memenuhi hak dasar terhadap kebutuhan sosial dan ekonominya dengan baik serta memiliki rasa aman. Damai merupakan kondisi dalam masyarakat yang tidak mengalami konflik pada komunitasnya dan hidup secara selaras serasi seimbang. Baik buruknya kondisi lingkungan fisik tempat tinggal merupakan salah satu unsur dalam membangun interaksi antara remaja sebagai subyek dan

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003). Lingkungan tempat tinggal yang baik akan membuat masyarakat terhindar dari suatu konflik seperti tawuran. Lingkungan yang dapat baik dapat terlihat dari tingkat kriminalitas yang rendah, sanitasi lingkungan yang sehat dan nyaman, dan rendahnya tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. Tingkat kemiskinan secara langsung dapat terlihat dari kemampuan ekonominya dalam bentuk fisik rumah di lingkungan tersebut. Pada umumnya fisik rumah semi permanen dan non-permanen menunjukkan ekonomi yang rendah, sedangkan fisik rumah permanen menunjukkan tingkat ekonomi yang tinggi.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian participatory acation research,menggunakan metode wawancara, pemetaan lokasi kognitif dan rekaman suara. Untuk menjaga validitas dan realibilitas diterapkan triangulasi data.

1. Pengumpulan data primer : a) Wawancara Kuisioner ini berisikan pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh anggota geng yang mejadi pelaku tawuran di kelurahan masing- masing. Dalam kuisioner ini narasumber diharapkan dapat menjawab pertanyaan seputar kejadian tawuran, nama-nama geng pelaku tawuran, permusuhan antar geng dan dapat memberi gambaran tentang wilayah damai tawuran. b) Peta Kognitif Peta ini dibuat untuk mengetahui tingkat awareness dan pemahaman wilayah oleh anggota geng untuk dapat menggambarkan lokasi nongkrong geng, wilayah tawuran dan wilayah-wilayah kekuasaan geng pada setiap kelurahan. Peta yang digunakan yaitu peta jaringan jalan di setiap kelurahan, dan kemudian anggota-anggota geng dapat menggambarkan wilayah kekuasaan geng mereka dan wilayah kekuasaan geng yang lain. Dalam peta ini juga akan menggambarkan lokasi wilayah-wilayah tawuran yang berada pada setiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru. c) Rekaman Suara Rekaman suara ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang tawuran, wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 dari rekaman ini akan dibuat naskah yang berbentuk teks verbatim berupa percakapan antara peneliti dan narasumber. 2. Pengumpulan data sekunder : a) Kepadatan Penduduk Data ini dapat menunjukkan wilayah padat yang berpotensi terjadinya tawuran. b) Pemukiman Kumuh (RW Kumuh) Data ini dapat menjadi gambaran kondisi sosial-ekonomi penduduk Kecamatan Johar Baru. 3. Pengolahan Data : a) Pengelompokan Geng Pengelompokan geng bertujuan untuk dapat mengetahui geng yang melakukan tawuran pada suatu wilayah kelurahan. Dalam pengelompokan ini dapat akan terlihat geng-geng yang saling bermusuhan dan membentuk aliansi b) Faktor-faktor Pemicu Wilayah Tawuran Mengolah variabel-variabel yang dapat memicu terjadinya tawuran yaitu : Wilayah Kekuasaan Geng, Tempat Nongkrong Geng, Simbol Geng (Graffiti) dan Kondisi Sosial-Ekonomi. c) Faktor-faktor Pemicu Wilayah Damai Tawuran Mengolah variabel-variabel yang dapat membentuk wilayah damai tawuran yaitu : Pencegahan Konflik, Keamanan Lingkungan dan Kondisi Sosial- Ekonomi. 4. Analisis wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran. Dilakukan analisis mengenai persebaran wilayah-wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran berdasarkan variabel-variabel yang digunakan. Sehingga dapat mengetahui kondisi-sosial di kedua wilayah tersebut.

Hasil Penelitian a. Kondisi Sosial-Ekonomi Kecamatan Johar Baru

Kondisi sosial-ekonomi dapat dikatakan sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah. Tinggi rendahnya kondisi ini dapat berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat tersebut. Kecamatan Johar Baru adalah salah satu contoh wilayah dengan kondisi sosial-ekonomi rendah. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi sosial-

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 ekonomi dikatakan oleh para anggota geng sebagai faktor eksternal pemicu tawuran. Tawuran yang terjadi di Kecamatan Johar Baru tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk yang tinggi serta kualitas fisik dan lingkungan wilayah yang sangat buruk. Pertumbuhan Penduduk dapat terlihat dari tingginya jumlah kepadatan penduduk pada setiap wilayah kelurahan di Kecamatan Johar Baru. Sedangkan, kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah dapat terlihat dari pemukiman yang berada pada wilayah tersebut.

Kepadatan penduduk dapat diartikan sebagai jumlah penduduk pada luas wilayah tertentu. Tingginya jumlah penduduk pada suatu wilayah akan menimbulkan kesesakan penduduk pada wilayah tersebut. Kesesakan akan membuat kesempatan bersenggolan yang tinggi antar penduduk. Akibat tingginya tingkat persenggolan antar penduduk seringkali dapat menimbulkan suatu konflik. Konflik yang ada pada Kecamatan Johar Baru sangat beragam, tetapi terdapat suatu konflik yang sudah sejak lama terjadi di wilayah ini yaitu tawuran geng. Pada gambar 1 terlihat kepadatan penduduk tiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan.

Baik buruknya kondisi lingkungan fisik tempat tinggal merupakan salah satu unsur dalam membangun interaksi antara individu sebagai subyek dan lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003). Kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah pemukiman perlu diketahui karena memiliki peranan penting pada suatu pemukiman, karena apabila suatu wilayah memiliki kulitas fisik dan lingkungan yang baik, maka berpengaruh baik pula terhadap berbagai macam aspek yang ada pada wilayah tersebut. Sebaliknya, apabila kondisi fisik dan lingkungan tidak baik, maka akan berpengaruh negatif terhadap berbagai aspek yang ada di wilayah tersebut.

Jumlah Kepadatan Penduduk Per Kelurahan

100,000.00 80,000.00 60,000.00 40,000.00 Tahun 2010 20,000.00 Tahun 2012 0.00 Johar Baru Kampung Tanah Tinggi Galur Rawa

Gambar 1. Kepadatan Penduduk Kec. Johar Baru Tahun 2010 & 2012

Kondisi fisik dan lingkungan yang buruk dapat terlihat jelas pada pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri- cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang,

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 kepadatan penduduk dan bangunan yang tinggi, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo 1997). Berdasarkan hasil observasi lapang, Kecamatan Johar Baru memiliki banyak jumlah pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh terlihat menyebar diseluruh wilayah kecamatan (lihat Gambar 1). Dalampengelompokan pemukiman kumuh, kecamatan mengelompokkan pemukiman-pemukiman tersebut kedalam satuan RW (Rukun Warga) yang disebut sebagai RW Kumuh. Berikut adalah data RW Kumuh per kelurahan di Wilayah Kecamatan Johar Baru :

• Kel. Johar Baru : RW. 01, 02, dan 03 • Kel. Kampung Rawa : RW. 01, 02, 03, 04, 06, dan 07 • Kel. Galur : RW. 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07 • Kel. Tanah Tinggi : RW. 01,03, 04, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12,13, dan 14 Buruknya kualitas fisik dan lingkungan di Kecamatan Johar Baru dapat mempengaruhi perilaku dan mental masyarakat saat berada pada lingkungan sosialnya. Apabila kualitas fisik dan lingkungan rendah maka mental dan perilaku masyarakat akan rendah pula. Sehingga, masyarakat yang berada pada lingkungan kumuh dan penuh dengan tindak kekerasan akan cenderung mengikuti dan meniru perilaku kekerasan yang dilihatnya. Sedangkan, masyarakat yang berada pada kualitas fisik dan lingkungan yang tinggi, sebagian besar menciptakan keamanan dan ketentraman untuk dapat mencapai hubungan sosial yang baik di kalangan masyarakat. b. Keberadaan Geng menjadi Penyebab Tawuran Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa anggota geng pada masing- masing kelurahan di Kecamatan Johar Baru, terdapat nama-nama geng yang sering melakukan tawuran. Dalam hasil wawancara yang mendalam dengan informan dari anggota geng di masing-masing kelurahan, terdapat 40 geng yang sering melakukan tawuran. Pada gambar 5.4 menunjukkan persebaran lokasi-lokasi tempat nongkrong geng di seluruh wilayah Kecamatan Johar Baru. Geng yang berada di Kelurahan Tanah Tinggi yaitu : Gang 10, Gang 12, Kota Paris, Baladewa, Ghambrenk, Andepol, Pelbak, Tamper, Abapon, LapOne, Bambu Kuning, Pingrel, Margalung, Amabrul, Anak Liar. Geng yang berada di Kelurahan Galur yaitu : Madesu, Agapa, Rawa Sawah, Intan, Biduri, Galur, Topaz Atas dan Bawah. Geng yang berada di Kelurahan Kampung Rawa yaitu: Gembrong, Kampung Rawa 2, Gogat, Bonekar, Kuncir,

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 Gading Gajah, Bhengal, Sadigo, Gang T. Geng yang berada di Kelurahan Johar Baru yaitu: Kramat Jaya, Jotet, Gempal, Pantai, PBR, Bonawi, Oblack. Umumnya geng-geng ini terbentuk karena adanya kebiasaan pemuda untuk “nongkrong” atau berkumpul di sekitar daerah tempat tinggalnya. Para pemuda di Kecamatan Johar Baru sangat terkenal dengan “nongkrong malam” atau dapat disebut berkumpul dari malam hari hingga dini hari biasanya dimulai dari jam 19.00 - 04.00 Wib. Kegiatan yang biasa dilakukan pemuda saat nongkrong yaitu merokok, berbicara tentang pertandingan bola, berbicara tentang wanita-wanita yang biasanya lewat didepan “tongkrongan” (tempat kumpul) mereka, dan apabila hari sudah semakin malam para anggota geng biasa meminum minuman ber-alkohol dan mengkonsumsi narkoba. Geng-geng yang ada di Kecamatan Johar Baru membentuk wilayah kekuasaan geng. Adanya wilayah kekuasaan geng menunjukkan penguasaan wilayah oleh geng dan akan menjadi perbatasan wilayah antar geng. Tujuan utama geng membentuk wilayah kekuasaan adalah untuk mendapat pengakuan dari masyarakat dang geng lainnya. Pada gambar 2 Wilayah kekuasaan geng ditandai dengan adanya lokasi tempat berkumpulnya geng dan simbol-simbol dari geng. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota geng, menunjukkan bahwa Kelurahan Tanah Tinggi memiliki jumlah geng yang lebih banyak dibandingkan dengan kelurahan lain. Besarnya jumlah geng yang berada pada suatu kecamatan berpengaruh pada wilayah kekuasaan geng, apabila semakin meningkatnya jumlah geng, maka wilayah-wilayah kekuasaan juga akan ikut meningkat. Wilayah kekuasaan geng terbagi menjadi dua yaitu : wilayah kekuasaan sendiri dan wilayah kekuasaan bersama. Dimana wilayah kekuasaan sendiri dimiliki hanya oleh satu geng, sedangkan wilayah kekuasaan bersama dimiliki oleh beberapa geng. Setiap geng di setiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru memiliki musuh yang berbeda-beda. Namun, banyak pula geng-geng yang melakukan aliansi dan menyatukan kekuatan untuk melawan geng lain. Dimana pada saat tawuran antar dua geng terjadi, maka tidak jarang aliansi dari geng yang bertikai datang membantu sehingga tawuran akan berkembang menjadi tawuran yang lebih besar. Hal ini sudah menjadi tradisi dan dendam dalam waktu yang cukup lama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang ada dalam suatu geng tersebut. Dimana setiap geng akan tawuran dengan geng lawan yang sama pada waktu yang berulang-ulang.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Gambar 2. Wilayah Kekuasaan Geng, Kec. Johar Baru Gambar 3. Permusuhan Geng, Kec. Johar Baru

Pada gambar 3, dapat terlihat adanya permusuhan antar geng-geng di Kecamatan Johar Baru. Pada Kelurahan Tanah Tinggi Geng Gang 10 paling banyak memiliki musuh berjumlah 5 geng yaitu : Geng Gang 12, Margalung, Amabrul, Tamper, dan Pingrel. Pada Kelurahan Kampung Rawa Geng Gogat paling banyak memiliki musuh berjumlah 4 geng yaitu : Geng Kota Paris, Madesu, Bhengal, dan Gembrong. Pada Kelurahan Johar Baru Geng Kramat Jaya yang memiliki banyak musuh berjumlah 4 geng yaitu : Geng PBR, Gempal, Jotet, dan Bonawi. Sedangkan pada Kelurahan Galur terlihat permusuhan geng terlihat lebih sedikit dibandingkan kelurahan lainnya.

Adanya fakta bahwa permusuhan antar geng bisa terjadi bukan karena hanya dalam satu kelurahan yang sama, melainkan lintas kelurahan dan bahkan lintas kecamatan. Dalam gambar3, menunjukkan adanya permusuhan pada lintas kelurahan yaitu antara Geng Kota Paris (Kelurahan Kampung Rawa) dan Geng Baladewa (Kelurahan Tanah Tinggi). Sedangkan pada lintas luar Kecamatan Johar Baru Geng Gang 10 sering bermusuhan dengan anak-anak

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 geng daerah Kecamatan dan Kecamatan , seperti yang dituturkan oleh informan sebagai berikut :

“Ya, kita juga pernah tawuran tapi bukan sama anak-anak sini.. Contohnya aja neh yang paling deket tuh Kecamatan Senen, sering kita ribut sama anak-anak kwitang situ, tongkrongannya di gang listrik yang paling gede.. Kalo mau lebih jauh lagi nih kita juga ribut sama anak pejambon di monas, kadang kita yang nyamperin kesana.. (Informan Bennay, anggota geng Gang 10, Kelurahan Tanah Tinggi)

Gambar 4. Aliansi Geng, Kec. Johar Baru

Pada gambar 4, terdapat gambaran dari aliansi-aliansi yang dibentuk geng pada setiap kelurahan. Garis aliansi yang terlihat dalam gambar, menunjukkan bahwa aliansi- aliansi memiliki pola yang sama yaitu berdekatan dengan geng-geng aliansinya. Telihat pada Gang 12 yang mempunyai aliansi dengan geng yang berdekatan yaitu geng : tamper, amabrul, dan margalung. Geng 12 melakukan aliansi dikarenakan sedikitnya anggota geng dan untuk pertahanan wilayah saat tawuran dengan Geng Gang 10. Jarak aliansi antar geng memiliki jarak yang cukup dekat di dalam suatu wilayah kelurahan. Hal ini dapat terjadi bukan karena adanya solidaritas pertemanan yang kuat di antara geng, melainkan aliansi ini dibentuk untuk mempertahankan wilayah dari serangan apabila tawuran semakin besar. Apabila terjadi tawuran yang besar, maka anggota geng bersiap-siap dan berjaga jaga di daerah mereka

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 masing-masing untuk mencegah pelaku tawuran masuk, melempari, dan merusak wilayah mereka. c. Pencegahan Konflik Sebagai Penghalang Tawuran Menurut Johan Galtung (1967) damai yang negatif dapat diartikan dengan tidak adanya perang atau kondisi tanpa konflik langsung. Tidak adanya suatu konflik tidak dapat tercipta dengan sendirinya, namun membutuhkan syarat-syarat agar konflik tidak dapat terjadi, yaitu tidak adanya sebab-sebab yang mendorong terjadinya konflik. Wajah yang kedua yaitu damai positif yaitu adalah suasana terdapat adanya kesejateraan, kebebasan, dan keadilan di dalam masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, Kecamatan Johar Baru memiliki wilayah damai negatif yang dapat dikatakan sebagai wilayah damai tawuran. Namun wilayah damai ini pun tidak mudah untuk dapat terbentuk. Berdasarkan definisi damai negatif, suatu wilayah harus memiliki syarat-syarat untuk dapat mengurangi sebab-sebab terjadinya suatu konflik agar kasus seperti tawuran tidak terjadi berulang-ulang di Kecamatan Johar Baru. Para anggota geng memberi pengertian menurut mereka tentang wilayah damai sebagai berikut :

Wilayah yang pemuda nongkrongnya sedikit, yang tidak ada konflik masalah terhadap kelompok nongkrong yang lain. Menurut Saya lokasi tersebut jarang terlibat tawuran karena orangtua anak tersebut mengajarkan yang positif agar berperilaku baik terhadap lingkungan sekitarnya, sedangkan dengan wilayah yang kelompok nongkrong yang terlibat tawuran perbedaannya kelompok nongkrong yang negatif. Kenapa saya bilang negatif karena kelompok nongkrong tersebut ada yang setiap malamnya berpestas minuman ber-alkohol dan ada yang menghisap ganja dan ada yang mengkonsumsi obat-obatan menurut saya merekalah yang terlibat tawuran di Kecamatan Johar Baru (Informan Rey, Anggota Geng Gogat, Kelurahan Kampung Rawa)

Dimana suatu warga merasa aman dan nyaman, suatu geng saling menghormati, dan mengadakan hal-hal yang berbau positif (Informan Cylle, Anggota Geng Gang 10, Kelurahan Tanah Tinggi)

Berdasarkan ungkapan yang diberikan para anggota geng, dapat menunjukkan bahwa wilayah damai dapat terbentuk dengan adanya suatu syarat yaitu tidak adanya konflik, adanya keberadaan geng, dan adanya usaha yang dilakukan untuk mencegah adanya konflik. Hal ini sejalan dengan adanya strategi coping pada wilayah Kecamatan Johar Baru. MacArthur (1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun psikologis, yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stress. Tawuran merupakan sumber stress dan perlu diberikan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dan meminimalisir dampak-dampak yang terjadi dari tawuran tersebut.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 Gowan (1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stres. Untuk dapat mengurangi stress diperlukan adanya tindakan antisipasi dan akomodasi. Untuk dapat mengurangi stress diperlukan adanya tindakan antisipasi dan akomodasi. Antisipasi adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk dapat mencegah tawuran terjadi, sedangkan akomodasi adalah sebuah bentuk tindakan untuk mengurangi terjadinya tawuran. Bentuk tindakan antisipasi dapat terlihat berdasarkan keamanan lingkungan dan tindak akomodasi yaitu denan adanya penolakan masyarakat terhadap adanya geng di Kecamatan Johar Baru Adanya tindakan pencegahan konflik dapat membentuk wilayah-wilayah yang dapat dikatakan sebagai wilayah damai. Wilayah ini ditandai dengan tidak adanya keberadaan geng dan konflik antar geng. Namun, tindakan pencegahan konflik bukan semata sebagai faktor yang dapat membentuk wilayah damai tawuran.

Pada gambar 5, Kondisi sosial-ekonomi wilayah juga mempunyai pengaruh yang menjadi acuan suatu wilayah dapat dikatakan sebagai wilayah damai tawuran. Dengan tidak adanya pemukiman kumuh dan rendahnya jumlah kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat menggambarkan wilayah tersebut dikatakan sebagai wilayah yang damai. Berdasarkan hasil penelitian, wilayah Kelurahan Johar Baru berpotensi sebagai wilayah yang damai. Pada kelurahan ini memiliki jumlah pemukiman kumuh yang sedikit dan memiliki kepadatan penduduk yang rendah. d. Wilayah Tawuran dengan Kondisi Sosial-Ekonomi Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan berpotensi menimbulkan suatu konflik. Durkheim (1912) mengatakan bahwa kepadatan penduduk yang maksimal mengakibatkan persaingan dan kompetisi dikalangan penduduk menjadi sangat ketat. Kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan tekanan penduduk terhadap wilayah menjadi meningkat pula. Nilai tekanan penduduk yang sudah mencapai ambang batas akan berpotensi menimbulkan beberapa ancaman permasalahan seperti konflik agraria, konflik politik, konflik kekerasan, kemiskinan, sulitnya mencari kerja, bencana alam, dan masalah lain. Pada Kecamatan Johar Baru yang notabene adalah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga persaingan-persangan akan timbul lebih banyak. Persaingan yang ada di Kecamatan Johar Baru bukan termasuk persaingan yang positif, melainkan persaingan negatif yang ditandai dengan adanya tindakan kekerasan seperti tawuran. Berdasarkan gambar 6, terlihat bahwa Kelurahan Kampung Rawa merupakan kelurahan yang

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 memiliki kepadatan penduduk paling tinggi sebesar 88.013 Jiwa/Km2, dan pada peringkat kedua yaitu Kelurahan Tanah Tinggi sebesar 72.243 Jiwa/Km2 pada tahun 2012. Pada urutan ketiga yaitu Kelurahan Galur sebesar 69.384 Jiwa/Km2, dan Keluraha Johar Baru yang memiliki kepadatan penduduk yang paling rendah dibanding kelurahan lainnya sebesar 36.698 Jiwa/Km2.

Gambar 5. Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru Gambar 6. Kepadatan Penduduk pada Wilayah

Tawuran, Kec. Johar Baru

Berdasarkan hasil penelitian (lihat gambar 6) terdapat 6 wilayah tawuran di Kelurahan Kampung Rawa, 4 wilayah tawuran berada di bagian barat dan tengah wilayah kelurahan dan 2 wilayah tawuran lainnya berada pada perbatasan Kelurahan Johar Baru. Pada Kelurahan Johar Baru yang terdapat 5 wilayah tawuran, 2 wilayah berbatasan dengan Kelurahan Kampung Rawa dan sisanya berada di sebelah barat wilayah Kelurahan Johar Baru. Pada Kelurahan Galur hanya terdapat 2 wilayah tawuran. Pada Kelurahan Tanah Tinggi terdapat 7 wilayah tawuran yang tersebar, wilayah Kelurahan Tanah Tinggi memiliki jumlah wilayah tawuran yang lebih besar, hal ini terjadi karena tingginya kepadatan penduduk dan didukung jumlah geng yang banyak di Kelurahan Tanah Tinggi. Berdasarkan data tersebut

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 dapat menunjukkan bahwa kepadatan penduduk berpengaruh sebagai pemicu persaingan negatif hingga membentuk konflik tawuran yang terjadi di Kecamatan Johar Baru Buruknya kualitas fisik dan lingkungan di pemukiman kumuh turut membuat pengaruh yang buruk pula terhadap tumbuh kembang pemuda di kecamatan ini. Para anggota geng yang sering melakukan tawuran umumnya tinggal pada wilayah yang kumuh dan penuh dengan konflik. Tindak kekerasan dan wilayah-wilayah kekuasaan yang yang ada pada wilayah Kecamatan Johar Baru menjadi suatu bukti adanya pengaruh dari kualitas fisik dan lingkungan yang buruk pada wilayah ini.

Gambar 7. Konfidi Fisik dan Lingkungan Wilayah Gambar 8. Kondisi Sosial-Ekonomi Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru Tawuran, Kec. Johar Baru

Pada gambar 7, dapat terlihat bahwa hampir seluruh wilayah-wilayah tawuran di berada pada kawasan pemukiman kumuh yang dikelompokkan ke dalam RW Kumuh.. Tingginya tingkat kemiskinan pada Kecamatan Johar Baru juga dapat terwakilkan berdasarkan data RW Kumuh. Berdasarkan kondisi sosial-ekonomi wilayah di masing masing kelurahan, dapat menggambarkan bahwa wilayah-wilayah tawuran tersebar pada wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan berada pada fisik dan lingkungan

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 pemukiman kumuh di Kecamatan Johar Baru. Wilayah-wilayah tawuran juga terbentuk dengan adanya konflik antar geng yang dapat dibuktikan bahwa wilayah-wilayah tawuran berada pada perbatasan dari wilayah-wilayah kekuasaan geng di Kecamatan Johar Baru. e. Wilayah Damai Tawuran dengan Kondisi Sosial-Ekonomi Berdasarkan hasil dari penelitian wilayah damai dapat terbentuk oleh rendahnya persaingan negatif berupa tawuran pada suatu wilayah. Pemicu persaingan negatif tersebut salah satunya adalah kepadatan penduduk. Situasi kepadatan penduduk yang tinggi akan menimbulkan kesesakan pada suatu wilayah dan menjadikan wilayah tersebut menjadi sangat rentan terkena konflik, sedangkan kepadatan penduduk yang rendah dapat bertahan untuk tidak terkena konflik seperti tawuran. Pada gambar 5, menunjukkan wilayah damai mendominasi pada wilayah Kelurahan Johar Baru. Wilayah ini dapat terbentuk karena tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Kepadatan penduduk yang rendah menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di Kelurahan Johar Baru juga rendah. Jumlah kepadatan penduduk di Kelurahan Johar Baru pada tahun 2012 yaitu sebesar 36.698 Jiwa/Km2, lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk di kelurahan lain (lihat gambar 1). Dalam kurung waktu 2 tahun mulai pada 2010-2012 Kelurahan Johar Baru hanya mengalami kenaikan 4.590 Jiwa/Km2. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah dapat terlihat dari citra pemukiman di wilayah tersebut. Maka penilaian kualitas fisik dan lingkungan dapat diketahui berdasarkan status pemukiman yang ditempati. Berdasarkan Duska dan Whelan (1982) menyatakan bahwa, mutu lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan kepada cepatnya perkembangan penalaran moral dan tingkatan perkembangan yang dicapai seseorang. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, tindak kekerasan, distribusi narkoba dan minuman keras. Remaja yang tinggal di lingkungan konflik perkelahian akan cenderung untuk meniru dan mengikuti perilaku kekerasan yang dilihatnya. Bila dilihat berdasarkan teori menunjukkan (lihat gambar 8) bahwa wilayah damai ditandai dengan kondisi fisik dan lingkungan yang baik, berada pada RW (Rukun Warga) yang tidak kumuh, dan sebagian besar RW yang tidak kumuh berada pada wilayah Kelurahan Johar Baru. Wilayah-wilayah damai mengelompok di bagian selatan wilayah Kelurahan Johar Baru yang dominan berada pada RW Non-Kumuh. Hal tersebut juga didukung dengan tidak adanya keberadaan geng pada wilayah tersebut, dengan demikian wilayah-wilayah damai dapat terbentuk di Kelurahan Johar Baru.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 f. Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Faktor-faktor pembentuk wilayah tawuran yaitu ditandai dengan adanya konflik geng yang berada pada wilayah tersebut. Berdasarkan adanya wilayah kekuasaan geng, simbol- simbol geng dan kondisi sosial-ekonomi yang buruk dan didukung dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan kondisi fisik dan lingkungan yang buruk pula maka dapat membentuk wilayah-wilayah yang rawan menjadi wilayah konflik. Sedangkan pada faktor- faktor pembentuk wilayah damai yaitu ditandai dengan tidak adanya konflik geng yang berada pada wilayah tersebut. Berdasarkan adanya tindakan pencegahan konflik berupa tindakan antisipasi dan tindakan akomodasi berdasarkan strategi coping. Pada wilayah damai juga ditandai dengan kondisi sosial-ekonomi yang baik yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang rendah dan kondisi fisik dan lingkungan yang baik pula.

Gambar 9. Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru Terlihat Pada gambar 9, yang menunjukan batas wilayah tawuran dan wilayah tawuran di Kecamatan Johar Baru. Berdasarkan hal tersebut maka wilayah tawuran dan wilayah damai dapat dideliniasi menjadi kedua wilayah yang ada dalam wilayah Kecamatan Johar Baru yang saling bertolak belakang yaitu wilayah yang memiliki konflik tawuran dan wilayah yang tidak

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014 memiliki konflik tawuran. Sehingga terdapat batas diantara kedua wilayah tersebut, dengan mengacu pada faktor-faktor yang dapat membentuk kedua wilayah.

Kesimpulan

Wilayah tawuran tersebar pada perbatasan antar wilayah kekuasaan geng yang ditandai dengan adanya simbol-simbol geng dan wilayah tersebut memiliki kondisi sosial- ekonomi yang buruk dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan termasuk kedalam pemukiman kumuh. Wilayah damai tawuran mengelompok pada wilayah yang tidak berbatasan dengan wilayah kekuasaan geng yang ditandai dengan adanya tindakan pencegahan konflik dan keamanan lingkungan dengan kepadatan penduduk yang rendah dan tidak termasuk kedalam pemukiman kumuh.

Daftar Referensi

Adjis, Chairil Anwar. 2003. "Tawuran antar Geng di Mallbog": Tinjauan berdasarkan perspektif juvenille gang, Tesis. Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok.

Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Pusat. 2013. Kecamatan Johar Baru Dalam Angka 2013. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota Sensus Penduduk 2010. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Bangerter, Olivier. 2010. Territorial Gangs and Their Consequences for Humanitarian Players. International Review of the Red Cross, Volume 92, Number 878. Switzerland: International Committee of the Red Cross.

Darmajanti, Linda. 2012. ”The Art Of Violence”:Arts Renconstruction Of Violence Culture In Multicultural Community Urban Poor Jakarta. Depok : Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Galtung, Johan. 1967. Theories of Peace : A Synthetic Approach to Peace Thinking. Oslo: International Peace Research Institute.

Miller, W.B. (1982). Crime by youth gangs and groups in the United States . Report to The Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention, National Institute for Juvenile Justice and Delinquency Prevention. Washington, D.C : U.S. Department of Justice

Tadie, Jerome. 2009. Wilayah Kekerasan di Jakarta. Depok: Masup Jakarta.

Wood, Jane. et.al. 2010. Street gang theory and research: Where are we now and where do we go from here. University of Kent: Aggression and Violent Behavior 15 (2010) 100–111.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014