TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI KECELAKAAN BUS (Studi Pada PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh : Pima Claudia Markezia NIM: 130200445

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI KECELAKAAN BUS (Studi Pada PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno- Hatta)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Pima Claudia Markezia NIM: 130200445

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh : Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof.Dr.Hasim Purba.,SH,M.Hum NIP : 196603031985081001

Pembimbing I Pembimbing II

Sinta Uli Pulungan,SH.,M.HUM Rabiatul Syahriah,SH.,M.HUM NIP. 195506261986012001 NIP. 195902051986012001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA : PIMA CLAUDIA MARKEZIA NIM : 130200445 DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHU- SUSAN PERDATA BW JUDUL SKRIPSI : TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN BANDARA TERHADAP PENUM- PANG YANG MENGALAMI KECELAKAAN BUS (STUDI PADA PERUM DAMRI KANTOR CABANG ANGKUTAN BANDARA SOEKARNO-HATTA)

Dengan ini menyatakan: 1. Skripsi yang saya tulis adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah dari orang lain. 2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawab saya. 3. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 2017

Pima Claudia Markezia 130200445

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas Kasih

Karunia-Nya penulis dapat menyelsaikan penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelsaikan studi untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Doa serta motivasi dari keluarga, sahabat merupakan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Tanggungjawab PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara Terhadap

Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada PERUM DAMRI

Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Timur)”. Penulisan skripsi ini berawal ketika saya tertarik dengan judul yang berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan angkutan terhadap penumpang, karena menurut saya pada era globalisasi sekarang ini, semakin majunya teknologi, dan mobilitas masyarakat yang tinggi membuat angkutan umum merupakan salah satu kebutuhan masyarakat , khususnya angkutan bandara yang sangat dibutuhkan saat seseorang akan menuju bandara tanpa ada kendaraan yang aman, nyaman, dan harga terjangkau. Terjadinya suatu kecelakaan bus dengan tujuan

Bandara Soekarno-Hatta yang tidak dapat dihindari perusahaan angkutan berupa luka-luka pada penumpang hingga kematian menjadi tanggungjawab yang perusahaan angkutan dalam pelayanannya terhadap masyarakat.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk membuat skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Prof.Dr.Budiman Ginting,SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Dr.OK Saidin,SH,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan,S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr.Jelly Leviza,S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

5. Prof.Dr.H.Hasim Purba,SH,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Sinta Uli Pulungan,S.H.,M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Program Kekhususan Hukum Dagang Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Dosen sekaligus Pembimbing I yang telah sabar

mengajari dan membimbing penulis dan banyak meluangkan waktunya di

dalam memberikan bimbingan dan arahan-arahan di dalam proses skripsi ini;

7. Ibu Rabiatul Syahriah,S.H.,M.Hum, selaku Seketaris Departemen Hukum

Keperdataan sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah sabar mengajari dan

membimbing penulis untuk menulis dengan tata cara yang baik dan benar, dan

banyak meluangkan waktunya di dalam memberikan bimbingan dan arahan-

arahan di dalam proses skripsi ini;

8. Prof. Sulaiman, S.H., selaku Dosen Penasihat Akademik penulis;

9. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis

selama proses belajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini serta

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA segenap staf administrasi fakultas yang telah banyak membantu dalam proses

perkuliahan;

10. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan juga penghargaan yang

setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang

tercinta yang sangat luar biasa, Ir. Martin Sembiring dan Yemima br.Ginting.

Mereka merupakan motivator dan yang paling setia selalu mendukung dan

berdoa untuk masa depan dan cita-cita penulis tanpa henti-hentinya dan

mereka yang tetap memberikan kasih sayang tiada hentinya, selalu

memahami, mendukung, dan menerima penulis dalam keadaan susah maupun

senang;

11. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada adik tercinta Teguh Persada

yang selalu ada saat saya dalam menulis skripsi dia tetap menyemangati saya

dari candatawa dan sabar menghadapi setiap emosi dan kemarahan saya;

12. Terima Kasih juga penulis ucapkan kepada pada teman-temanku Naomi

S.Tanida, Ruth Diyantika, Rachel Yovani yang selalu memberi dukungan;

13. Terima kasih juga saya ucapkan kepada pihak PERUM DAMRI KANTOR

cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur, yang telah bersedia

memberikan informasi sedalam-dalamnya terkait penulisan skripsi ini;

14. Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman Grup E yang telah

banyak memberi kenangan dari awal semester saat memasuki bangku

perkuliahan;

15. Untuk terakhir kalinya penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Demikian yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2017 Penulis

Pima Claudia Markezia NIM : 130200445

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... v

ABSTRAK ...... vii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang...... 1

B. Permasalahan ...... 8

C. Tujuan Penulisan ...... 8

D. Manfaat Penulisan ...... 9

E. Metode Penelitian ...... 10

F. Keaslian Penulisan...... 11

G. Sistematika penulisan ...... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN ...... 14

A. Pengertian Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan ...... 14

B. Jenis-Jenis dan Dasar Hukum Pengangkutan ...... 21

C. Asas-Asas Hukum Pengangkutan...... 25

BAB III TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI

ANGKUTAN BANDARA DENGAN PENUMPANG BUS ...... 30

A. Prinsip-Prinsip Tanggungjawab di Bidang Angkutan ...... 30

B. Hak dan Kewajiban PERUM DAMRI sebagai Pengangkut .. 40

C. Hak dan Kewajiban Penumpang Bus DAMRI...... 46

BAB IV TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN

BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGALAMI KECELAKAAN BUS ...... 49

A. Eksistensi PERUM DAMRI sebagai Angkutan Bandara ...... 49

B. Tanggungjawab PERUM DAMRI sebagai Angkutan

Bandara terhadap penumpang yang Mengalami Kecelakaan 62

C. Pihak-Pihak yang dapat Meminta Pertanggungjawaban

PERUM DAMRI dalam Kecelakaan Bus ...... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 79

A. Kesimpulan ...... 79

B. Saran ...... 80

DAFTAR PUSTAKA ...... 82

LAMPIRAN ...... 85

1. Surat pengantar riset kepada Pihak PERUM DAMRI kantor cabang Jakarta Timur ...... 85

2. Surat balasan riset dari PERUM DAMRI kantor cabang angkutan Bandara Soekarno- Hatta Jakarta-Timur ...... 86

3. Hasil wawancara dengan pihak PERUM DAMRI cabang Soekarno-Hatta 87

4. Berita acara permintaan keterangan (BAPK ...... 89

5. Surat pernyataan bersama ...... 92

6. Surat pernyataan asuransi PT. Jasa Raharja kepada rumah sakit (RS) untuk biaya perawatan/pengobatan korban ...... 93

7. SOP (Standart Operating Prosedure) pengemudi PERUM DAMRI cabang Bandara Soekarno-Hatta ...... 94

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Perusahaan Umum (PERUM) DAMRI ...... 97

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Pima Claudia Markezia* Sinta Uli** Rabiatul Syahriah***

Angkutan khusus bandara secara khusus belum memiliki definisi yang secara tegas dan universal, merupakan salah satu usaha pemerintah untuk solusi semakin tingginya tingkat mobilitas masyarakat di Indonesia, dimana pada saat seseorang akan melakukan perjalanan melalui transportasi udara/pesawat harus ada transportasi yang membawa mereka menuju bandara. Semakin tingginya penggunaan angkutan khusus bandara DAMRI maka tingkat kecelakaan (accident) juga semakin meningkat. Skripsi yang berjudul “Tanggungjawab PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara Terhadap Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus (Studi Pada PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur). Membahas permasalahan mengenai bagaimanakah eksistensi PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara, bagaimana tanggungjawab PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan, dan pihak-pihak mana saja yang dapat meminta pertanggungjawaban PERUM DAMRI dalam kecelakaan bus. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum Normatif dan Empiris. Penelitian hukum normatif, dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi, sedangkan penelitian hukum empiris dilakukan melalui kajian di lapangan yaitu PERUM DAMRI kantor cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur. Eksistensi PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara hingga sekarang dapat terus maju dan berkembang karena usaha mereka untuk melayani penumpang dengan sebaik-baiknya sesuai harapan dan keinginan para penumpang, ketepatan waktu keberangkatan, kebersihan armada, dan keramahan para crew untuk melayani penumpang dengan selamat sampai tujuan. Pengaturan PERUM DAMRI diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tentang Perusahaan Umum (PERUM) DAMRI. PERUM DAMRI berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dalam pelaksanaan pengangkutan. Tanggungjawab PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan sangatlah besar, karena setiap penumpang yang diangkut diikat oleh perjanjian dalam bentuk tiket dan setiap penumpang yang berada di dalam bus angkutan khusus bandara DAMRI diproteksi dengan asuransi kecelakaan lalu lintas, sehingga saat kecelakaan santunan dapat segera diberikan kepada korban. Pihak yang termasuk dapat meminta pertanggungjawaban PERUM DAMRI dalam kecelakaan bus adalah pihak ketiga yaitu pihak yang berada di luar perjanjian pengangkutan tetapi terkena dampak dari kecelakaan diakibatkan oleh bus dan juga berupa santunan dari PT.Jasa Raharja sebagai asuransi kecelakaan.

*) Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum UniversitasSumateraUtara ***) Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologis, transportasi berasal dari bahasa latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain; dan portare berarti mengangkut atau membawa. Transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Hal ini berarti bahwa transportasi merupakan jasa yang diberikan guna menolong orang atau barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sehingga transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.1

Sarana transportasi pada era globalisasi, merupakan salah satu penunjang dalam mewujudkan proses kelancaran dalam penyelenggaraan pengangkutan orang maupun barang dan menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas. Transportasi tersebut akan menjadi alat penghubung untuk pengangkutan orang maupun barang menuju suatu tempat. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai, dan danau, serta tingkat mobilitas masyarakat yang begitu tinggi yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Rosa Greaves dalam bukunya yang berjudul “E C Transport Law” ditulis bahwa “The transport industry is a difficult one to regulate. Not only are there three main sectors, inland transport, sea, and air transport, each with their

1http://cherylcarissa.blogspot.co.id/2015/04,resume-hukum-pengangkutanhtml/m=1 diakses 4 Juni 2016, pukul 12.00.

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

own special features, but there are other general factors which make the transport industry different in economic terms from other industrial sectors. Geographical factors have also had in impact on the mode of transport each member state has developed and encourage”.2

Hal lain yang tidak kalah pentingnya akan kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan di berbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya; sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. Fungsi pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa fungsi pengangkutan adalah sebagai jembatan penghubung waktu dan ruang yang memisahkan antar para pembeli dan para penjual/ konsumen dengan pelaku usaha (In other words, it is the function of transport to bridge the time and space gaps separating buyers and sellers), atau (to move passengers or things from where they are to where they would prefer to be or to where their relative value is greater).3

Mengingat akan pentingnya peran lalu lintas dan angkutan jalan yangmenguasai hajat hidup orang banyak, maka kepentingan masyarakat umumsebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang baik dari penyedia jasa transportasi maupun pemerintah.

Salah satu usaha pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, terutama pada saat

2Rosa Greaves, EC TRANSPORT, Pearson Education Limited, England, 2000, hal 1. 3Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat: Jalan dan Kereta Api, Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, hal 3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

seseorang itu melakukan perjalanan jauh menggunakan transportasi udara/pesawat dan mereka sulit menemukan transportasi yang akan membawa mereka ke bandara dengan aman, nyaman, harga terjangkau, dan mudah untuk menemukannya, maka salah satu usaha pemerintah adalah dengan menggunakan angkutan bus khusus bandara yaitu DAMRI. DAMRI adalah kepanjangan dari

Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia yang dibentuk berdasarkan

Makloemat Kementrian Perhoeboengan RI No.01/DAMRI/46 tanggal 25

November 1946 dengan tugas utamanya menyelenggarakan angkutan orang dan barang di atas jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Perkembangan selanjutnya sebagai Perusahaan Umum (Perum), nama

DAMRI sebagai produk dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga saat ini masih tetap konsisten menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan pengangkutan orang dan barang dengan menggunakan bus dan truk. Hingga saat ini, DAMRI memiliki pelayanan yang tersebar hampir seluruh wilayah di

Indonesia dan salah satu pelayanan PERUM DAMRI adalah angkutan khusus bandara. Angkutan bandara merupakan salah satu segmen pelayanan yang beroperasi dari dan ke bandara. Segmen angkutan bandara ini tidak hanya melayani wilayah Ibu Kota Jakarta saja, namun sudah hampir menjangkau bandara-bandara yang ada di wilayah Indonesia. Pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan ini akan terus memberikan pelayanan terbaiknya dengan tarif relatif murah, aman, dan nyaman.Mudahnya menemukan bus DAMRI menjadi kenikmatan tersendiri bagi penumpang, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih bus DAMRI untuk menuju bandara. Pada saat tiba malam hari di bandara penumpang tidak perlu khawatir bila tidak ada kendaraan untuk melanjutkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

perjalanan karena transportasi ini memberikan pelayanan bus angkutan khusus bandara hingga malam hari.4

Masalah ataupun kendala yang sering terjadi dalam pengangkutan salah satunya adalah kecelakaan (accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak; terjadi sebelum, dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan manusia atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang, bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut.5

Pihak PERUM DAMRI sendiri pun juga menghadapi masalah kecelakaan yang tak terduga seperti ini yang tidak dapat dihindari. Peristiwa kecelakaan dapat diakibatkan dari faktor manusia (karena salahnya, faktor mekanik) dan alam

(cuaca, jalan yang rusak) yang dapat terjadi kapan saja, dimana saja, sehingga menimbulkan rasa tidak aman. Sehingga dalam penyelenggaran pengangkutan,

PERUM DAMRI mempunyai tanggungjawab penuh terhadap keselamatan penumpang, adanya rasa tanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukan ada kaitannya dengan hukum yang berlaku dimana agar tercapai keadilan antara kedua belah pihak.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan, menyatakan bahwa Pasal 189 yang menentukan “perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan tanggungjawabnya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 188”, Pasal 237 yang menentukan (1) “perusahaan angkutan umum wajib

4http://damri.co.id/produk/angkutan-bandara diakses 18 Mei 2016 pukul.22.00. 5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, , 2008, hal 225.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggungjawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan” dan (2) “perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan”. 6

PERUM DAMRI pun tidak luput dari hal tersebut, sehingga bekerjasama dengan pihak PT. Jasa Raharja sebagai asuransi kecelakaan lalu lintas jalan terhadap korban kecelakaan dijalan. Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut

Insurance. 7 Ada 2 (dua) pihak yang terlibat dalam asuransi, yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian kerugian yang akan mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak penanggung.8

Koordinasi terkait adanya korban kecelakaan yang membutuhkan pengobatan dan perawatan diakibatkan oleh bus DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta selalu dilakukan oleh pihak PT. Jasa Raharja dengan

DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta, sehingga asuransi terhadap korban kecelakaan dapat terus ditindaklanjuti dengan adanya keterangan dari rumah sakit dan kepolisian.9Adapun tugas dan fungsi khusus PT. Jasa Raharja

6 Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal 294. 7 J.C.T. Simorangkir, Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 182. 8 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT.Intermasa, Jakarta, 2001, hal 217-218. 9 Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

adalah memberikan pertanggungan dalam bidang asuransi tanggungjawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk reasuransi tanggung jawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang.10

Dengan adanya program asuransi sosial dengan Undang-Undang Nomor 34

Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, maka tugas dan fungsi utama PT. Jasa Raharja adalah menghimpun dana dari masyarakat dengan cara mengadakan iuran wajib yang dipungut dari penumpang umum yang sah dari kendaraan bermotor umum sesuai dengan Pasal 3 Sub 1a dan sumbangan wajib dari para pihak pemilik kendaraan bermotor, dimana pemilik angkutan lalu lintas diharuskan memberi sumbangan wajib setiap tahunnya (Pasal

2 sub 1) pembayaran dilakukan saat pendaftaran dan perpanjangan Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) berdasarkan Undang-Undang Nomor 33

Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Wajib Penumpang.

Iuran dan sumbangan wajib tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat yang menjadi korban dari kerugian yang timbul akibat kecelakaan lalu lintas untuk mengurangi beban masyarakat sesuai dengan yang diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964, yaitu jaminan sosial untuk masyarakatlah yang menjadi tujuan pokoknya. Dalam pemberian santunan oleh Jasa Raharja harus disertakan dengan laporan kepolisian, karena bila tidak ada laporan dari pihak kepolisian terkait kecelakaan bus maka santunan tidak akan diberikan oleh pihak Jasa Raharja.11

Tanggungjawab terhadap penumpang dipandang secara material maupun

10http://www.jasaraharja.co.id/, di akses tanggal 16 Juli 2016, pukul. 17.00. 11 Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai tujuan usaha. Dengan demikian, upaya–upaya untuk memberikan tanggungjawab yang memadai terhadap kepentingan penumpang merupakan suatu hal yang penting untuk dicari segera solusinya terutama di Indonesia, mengingat permasalahan yang menyangkut tanggungjawab terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan bus begitu kompleks dan menyangkut nyawa seseorang.

Indonesia sendiri telah memberlakukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tanggungjawab perusahaan pengangkutan umum terhadap penumpang, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964

Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 1964 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas Dan Angkutan Jalan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2012 Tentang Sumber Daya Manusia Di

Bidang Transportasi ikut mengatur mengenai sumber daya manusia dalam transportasi, ini erat kaitannya dalam pengawasan terhadap pengemudi bus dalam mengemudikan bus sehingga penumpang dapat merasa aman dan nyaman.

Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dan utama dalam penyelenggaraan transportasi untuk dapat menjalankan peran transportasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tanggungjawab perusahaan bus dalam era globalisasi menjadi yang utama, karena penumpang sebagai konsumen di samping mempunyai hak-hak yang bersifat universal juga mempunyai hak-hak yang bersifat spesifik (baik situasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8

maupun kondisi). Sehingga perusahaan bus dan pemerintah tidak hanya melihat dan mementingkan hak-haknya saja yang harus dipenuhi, akan tetapi melaksanakan kewajibannya sepenuhnya terhadap penumpang pemakai jasa bus angkutan khusus bandara.

Berkenaan dengan hal di atas maka akan dibahas masalah yang berhubungan dengan: “Tanggungjawab PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara Terhadap

Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus” (Studi Pada PERUM DAMRI

Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta).

Berkenaan dengan pembahasan ini dapat diketahui masalah-masalah yang berkaitan dengan tanggungjawab pihak PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara dalam memberikan tanggungjawab kepada penumpang yang mengalami kecelakaan bus. Hal ini yang merupakan alasan untuk memilih judul tersebut di atas.

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan ini dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah eksistensi PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara?

2. Bagaimana tanggungjawab PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara

terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan?

3. Pihak-pihak mana saja yang dapat meminta pertanggungjawaban PERUM

DAMRI dalam kecelakaan bus?

C. Tujuan Penulisan

Dimaksudkan untuk menerangkan sejelas mungkin mengenai persoalan-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

persoalanyang timbul secara detail untuk menghindari timbulnya keraguan terhadap permasalahan yang diterangkan dalam skripsi ini. Adapun yang menjadi tujuan penulisan daripada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1 Untuk mengetahui bagaimanakah eksistensi PERUM DAMRI sebagai

angkutan bandara.

2 Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab PERUM DAMRI sebagai

angkutan bandara terhadap penumpang yang mengalami kecelakaan.

3 Untuk mengetahui pihak-pihak mana saja yang dapat meminta

pertanggungjawaban PERUM DAMRI dalam kecelakaan bus.

D. Manfaat Penulisan

Tulisan ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoretis

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam bidang ilmu

hukum bagi kalangan masyarakat guna mengetahui dan memberi pemahaman

lebih lanjut tentang perkembangan hukum pengangkutan darat terutama

mengenai pertanggungjawaban PERUM DAMRI terhadap penumpang yang

mengalami kecelakaan bus.

2. Secara Praktis

Tulisan ini menerapkan secara praktis agar masyarakat, perusahaan, dan

pemerintah serta para pihak yang berkaitan langsung dengan aktivitas PERUM

DAMRI dapat memahami tata cara penyelenggaraan, pemberian pelayanan

dan pertanggungjawaban PERUM DAMRI sebagai angkutan bandara terhadap

penumpang bus yang mengalami kecelakaan. Sehingga menjadi bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

masukan kepada pihak yang bersangkutan dalam memberikan pelayanan

angkutan bandara yang baik, nyaman, dan aman terhadap penumpang bus

bandara dan tanggungjawab bagi penumpang yang mengalami kecelakaan bus.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan empiris.

Penelitian hukum normatif, dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi sedangkan penelitian hukum empiris, dilakukan melalui kajian di lapangan (PERUM

DAMRI kantor cabang angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur).

2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama, yakni perilaku

warga masyarakat, melalui penelitian.

b. Data sekunder

Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-

buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan

seterusnya.12

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Library research (studi kepustakaan) yaitu mempelajari dan menganalisa

buku-buku, peraturan perundang-undangan, catatan kuliah, dan sumber

lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2005, hal 11-12.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

b. Field research (studi lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan secara

langsung ke lapangan, perolehan ini dilakukan dengan cara wawancara

langsung kepada pihak PERUM DAMRI kantor cabang angkutan Bandara

Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

4. Analisis Data

Seluruh data, informasi, sumber pustaka yang digunakan dalam penulisan skripsi ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data yang secara jelas diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh data yang jelas yang berhubungan dengan skripsi penulis. Dalam hal ini data diperoleh dari bahan literatur, kepustakaan, dan hasil wawancara terhadap pihak

PERUM DAMRI.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian terdahulu, penelitian terhadap “TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI

ANGKUTAN BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI

KECELAKAAN BUS (Studi Pada PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan

Bandara Soekarno-Hatta)” belum pernah dilakukan sebelumnya pembahasan permasalahan yang sama. Beberapa penelitian sebelumnya ada ditemukan skrispsi yang berkaitan dengan tanggungjawab pada transportasi darat, yaitu:

1. Juwanda Ginting (110200270) Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang

Sebagai Pengguna Jasa Angkutan Umum Pada Pengangkutan Darat (Studi

Pada CV. PAS TRANSPORT). Membahas tentang bagaimana perlindungan

hukum terhadap penumpang sebagai pengguna jasa angkutan umum pada

pengangkutan darat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

2. Khairunisa (060200086) Tanggungjawab Perusahaan Angkutan Barang

Terhadap Barang Kiriman Menurut UU No.22 Tahun2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi pada Perusahaan Angkutan CV. Sempurna).

Membahas tentang bagaimana tanggungjawab perusahaan angkutan barang

terhadap barang kiriman menurut UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas

dari angkutan jalan.

3. Christian Mikhael Parsaoran Damanik (100200089) Aspek Hukum

Perlindungan Anak dan Wanita Sebagai Penumpang Angkutan Umum (Studi

pada PERUM DAMRI cabang Medan). Membahas tentang bagaimana aspek

hukum perlindungan anak dan wanita sebagai penumpang angkutan umum

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di perpusatakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa Judul skripsi tentang

“Tanggungjawab PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara Terhadap

Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan Bus” (Studi Pada PERUM DAMRI

Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur) belum ada yang menulis dengan permasalah yang sama. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa isi dari tulisan ini asli, sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam lima bab. Setiap bab menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan secara terperinci adapun bagiannya yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

Pada bab ini menguraikan tentang: latar belakang, permasalahan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

Setelah penguraian bab satu yang mempunyai fungsi sebagai

pengantar dari pembahasan ini, maka dalam bab ini menguraikan

tentang pengertian pengangkutan dan dasar hukum pengangkutan,

jenis-jenis dan dasar hukum pengangkutan, asas-asas hukum

pengangkutan.

BAB III: TANGGUNG JAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN

BANDARA DENGAN PENUMPANG BUS

Dalam bab ini memuat tentang prinsip-prinsip tanggungjawab di

bidang angkutan, hak dan kewajiban PERUM DAMRI sebagai

pengangkut, dan hak dan kewajiban penumpang bus DAMRI.

BAB IV: TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN

BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI

KECELAKAAN BUS

Dalam bab ini akan menguraikan tentang eksistensi PERUM DAMRI

sebagai angkutan bandara, tanggungjawab PERUM DAMRI sebagai

angkutan bandara terhadap penumpang yang mengalami

kecelakaan,dan pihak-pihak yang dapat diminta pertanggungjawaban

PERUM DAMRI dalam kecelakaan bus.

BAB V: KESIMPULAN dan SARAN

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan

1. Pengertian Pengangkutan

Beberapa ahli, memberikan pengertian mengenai pengangkutan di antaranya: a. Menurut Abdulkadir Muhammad pengangkutan adalah kegiatan pemuatan ke

dalam alat pengangkut, pemindahan ke tempat tujuan dengan alat pengangkut,

dan penurunan/pembongkaran dari alat pengangkut baik mengenai penumpang

ataupun barang.13 b. Menurut Sinta Uli pengangkutan suatu kegiatan perpindahan tempat, baik

mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak

diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.14

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari suatu tempat pemuatan

(embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan penumpang atau pembongkaran barang muatan. 15 Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan:

1) Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;

2) Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan;

3) Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

13 Sri Ambarwati, “Realisasi Tanggung Jawab Perdata Pengangkut Udara Terhadap Penumpang Penerbangan Domestik Pada PT. Garuda Indonesia (persero), Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2008, hal 15. 14 Sinta Uli, Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USU press, Medan, 2006, hal 20. 15 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.,hal 42-43.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan ini merupakan suatu kesatuan proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat dirumuskan dalam arti sempit. Dikatakan dalam arti sempit karena hanya meliputi kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/ bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan.

Untuk menentukan pengangkutan itu dalam arti luas atau arti sempit bergantung pada perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh para pihak-pihak, bahkan kebiasaan masyarakat. Pada pengangkutan dengan kereta api, tempat pemuatan dan penurunan penumpang atau pembongkaran barang disebut stasiun. Pada pengangkutan dengan kendaraan umum disebut terminal, pada pengangkutan dengan kapal disebut pelabuhan, dan pada pengangkutan dengan pesawat udara sipil disebut dengan bandara. Dengan demikian, proses yang digambarkan dalam konsep pengangkutan berawal dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara pemberangkatan dan berakhir di stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan, kecuali apabila ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.

Menurut Abdulkadir Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Hukum

Pengangkutan Niaga” ditulis bahwa konsep pengangkutan meliputi 3 aspek, yaitu:

(a) Pengangkutan sebagai usaha (business)

Pengangkutan sebagai usaha (business) adalah kegiatan usaha di bidang jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Kegiatan usaha tersebut selalu berbentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum. Karena menjalankan perusahaan, usaha jasa pengangkutan bertujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba. Perusahaan bidang jasa pengangkutan lazim disebut perusahaan pengangkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

(b) Pengangkutan sebagai perjanjian (agreement)

Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang/pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang atau pengirim.

Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak di tempat pemberangkatan hingga sampai ke tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat. Sebagai imbalan, pengangkut berhak memperoleh sejumlah uang jasa atau uang sewa yang disebut biaya pengangkutan. Sedangkan kewajiban penumpang atau pengirim adalah membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan memperoleh hak atas pengangkutan sampai di tempat tujuan dengan selamat.

(c) Pengangkutan sebagai proses penerapan (applying process).

Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan.Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai unsur-unsur sistem, yaitu:

1.1 Subjek pelaku pengangkutan

Yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan dan pihak yang berkepentingan

dengan pengangkutan.

1.2 Status pelaku pengangkutan

Khususnya pengangkut selalu berstatus perusahaan perseorangan,

persekutuan, badan hukum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

1.3 Objek pengangkutan

Yaitu alat pengangkut, muatan, dan biaya pengangkutan, serta dokumen

pengangkutan.

1.4 Peristiwa pengangkutan

Yaitu proses terjadi pengangkutan dan penyelenggaraan pengangkutan serta

berakhir di tempat tujuan.

1.5 Hubungan pengangkutan

Yaitu hubungan kewajiban dan hak antara pihak-pihak dalam pengangkutan

dan mereka yang berkepentingan dengan pengangkutan.

1.6 Tujuan pengangkutan

Yaitu tiba dengan selamat di tempat tujuan dan peningkatan nilai guna, baik

barang dagangan maupun tenaga kerja.16

HMN Purwosutjipto, mendefinisikan pengangkutan sebagai suatu

“perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim ialah membayar ongkos angkut”.

Berdasarkan definisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang harus diketahui yaitu bahwa:

1. Sifat perjanjiannya adalah timbal balik, baik antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim barang (pengguna jasa), masing-masing mempunyai hak dan kewajibannya sendiri-sendiri. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan berhak atas biaya angkutan, sedangkan kewajiban pengirim barang atau penumpang adalah membayar uang angkutan dan berhak untuk diangkut ke suatu tempat tujuan tertentu dengan selamat. Pengangkut dan penumpang dan/atau pengirim barang mempunyai hak dan

16Ibid, hal 1-2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

kewajiban yang seimbang, maka sifat hubungan hukum yang terjalin antar pengangkut pengguna jasa adalah bersifat campuran, yaitu bersifat pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa dengan upah. Hal ini berarti antara pengangkut dengan pengguna jasa mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sederajat (koordinasi), dan perjanjiannya dapat dilakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang, jika mereka membutuhkan pengangkutan, jadi tidak terus menerus dan upah yang diberikan berupa biaya atau ongkos angkut. 2. Penyelenggaraan pengangkutan didasarkan pada perjanjian, hal ini berarti antara pengangkut dengan penumpang dan/atau pengirim barang harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menyebutkan; “Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, kata sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat suatu perikatan; suatu hal yang tertentu dan sebab yang halal”. Kesepakatan dan kecakapan merupakan syarat subjektif, jika dilanggar menyebabkan dapat dibatalkannya perjanjian, sedangkan suatu hal yang tertentu dan sebab yang halal merupakan syarat objektif, jika dilanggar menyebabkan batalnya perjanjian. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian pengangkutan tersebut tidak disyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan saja, asalkan ada persetujuan kehendak (consensus) dari para pihak. Dengan demikian surat, baik berupa karcis atau tiket penumpang maupun dokumen angkutan barang bukan sebagai syarat sahnya perjanjian tetapi hanya merupakan salah satu alat bukti saja, karena dapat dibuktikan dengan alat bukti lainnya. Dengan demikian yang menjadi syarat sahnya perjanjian adalah kata sepakat, bukan karcis atau tiket atau dokumen angkutan. Tidak adanya karcis atau tiket atau dokumen angkutan tidak membatalkan perjanjian pengangkutan yang telah ada. Dan perjanjian tersebut juga berlaku sebagai undang-undang bagi pengangkut dan pengirim barang atau penumpang, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyebutkan, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya”; 3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya. Jika pengangkutan dilakukan oleh orang lain, berarti pengangkutan tersebut dilakukan melalui perantara. Dalam kitab Undang- Undang Hukum Dagang, perantara ada yang disebut sebagai Makelar dan ada yang disebut sebagai Komisioner. Makelar diatur secara khusus dalam Pasal 62 sampai dengan Pasal 73 KUHD, sedangkan komisioner diatur dalam Pasal 76 sampai dengan Pasal 85a KUHD.Tetapi, walaupun makelar dan komisioner sama-sama merupakan perantara, terdapat perbedaan yang mendasar diantara keduanya, yaitu, bahwa makelar dalam menjalankan tugasnya, diangkat oleh Presiden, Menteri Hukum dan HAM, dan disumpah di Pengadilan Negeri serta selalu membawa nama pemberi kuasa (mengatasnamakan pemberi kuasa), sedangkan komisioner, tidak diangkat dan disumpah serta selalu membawa atau mengatasnamakan dirinya sendiri. Dalam hubungannya dengan perjanjian pengangkutan, jika pengangkut atau pengguna jasa membutuhkan perantara, baik makelar maupun komisioner, maka di antara mereka akan terikat perjanjian keperantaraan atau perjanjian komisi. Disini berlaku juga syarat- syarat perjanjian pada umumnya. Hak pengangkut adalah mendapatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

pengguna jasa yang akan diangkut dengan alat angkutnya begitu juga hak pengguna jasa adalah mendapatkan pengangkut yang baik, dan baik pengangkut maupun pengguna jasa berkewajiban membayar komisi. Sedangkan hak perantara adalah mendapatkan komisi dari pengangkut atau dari pengguna jasa dan berkewajiban mencari pengguna jasa yang akan diangkut. Sifat hubungan hukum yang terjalin antara pengangkut atau pengguna jasa, dengan perantara adalah bersifat pelayanan berkala dan perjanjian pemberian kuasa dengan upah, sama dengan perjanjian pengangkutan yang dilakukan antara pengangkut dengan pengguna jasa. Sifat hukum perjanjian pelayanan berkala tersebut berarti bahwa perjanjian dapat dilakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang saja jika diinginkan oleh mereka, tidak dilakukan secara terus-menerus, sehingga menimbulkan hubungan hukum yang sejajar, sama tinggi atau setingkat (koordinasi). Upah yang diberikan berupa komisi tersebut didasarkan pada perjanjian kuasa, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1794 KUHPerdata. Apabila dalam perjanjian pengangkutan menggunakan jasa makelar dan kemudian terjadi wanprestasi, baik yang dilakukan oleh pengangkut maupun oleh pengguna jasa, maka seorang makelar dapat menuntut pengangkut maupun pengguna jasa berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, karena antara makelar dengan pengangkut maupun antara makelar dengan pengguna jasa tidak terikat perjanjian pengangkutan. Dalam menjalankan tugasnya makelar selalu membawa nama pemberi kuasanya, jadi makelar bukanlah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Yang merupakan pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dengan pengguna jasa. Sebaliknya apabila dalam perjanjian pengangkutan tersebut, menggunakan jasa komisioner, maka yang menjadi pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah antara pengangkut dengan komisioner, karena komisioner selalu mengatasnamakan dirinya sendiri dalam melakukan perjanjian pengangkutan, jadi jika terjadi wanprestasi, maka komisioner dapat menuntut pengangkut atau pengguna jasa berdasarkan perjanjian pengangkutan, sedangkan pengangkut jika ingin menuntut pengguna jasa ataupun sebaliknya, hanya dapat menggunakan Pasal 1365 KUHPerdata, karena masing-masing pihak tidak terikat perjanjian pengangkutan. 4. Ke tempat tujuan. Dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat diterima oleh si penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang lain. Sedangkan dalam pengangkutan orang berarti sampai di tempat tujuan yang telah disepakati. 5. Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggungjawab untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau penumpang.17

2. Pengertian hukum pengangkutan

Pengertian hukum pengangkutan adalah “keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang pengangkutan, aturan hukum tersebut meliputi:

17 Siti Nurbaiti, Op.Cit.,hal 13-22.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

a. Ketentuan perundang-undangan b. Perjanjian dan/atau kebiasaan yang mengatur berbagai proses pengangkutan

(angkutan darat, laut, dan udara).18

Menurut Abdulkadir Muhammad di dalam bukunya yang berjudul

“Hukum Pengangkutan Niaga” peraturan hukum pengangkutan adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur tentang jasa pengangkutan. Istilah peraturan hukum (rule of law) dalam definisi ini meliputi semua ketentuan:

1. Undang-Undang pengangkutan

2. Perjanjian pengangkutan

3. Konvensi internasional tentang pengangkutan; dan

4. Kebiasaan dalam pengangkutan kereta api, darat, perairan, dan penerbangan.

Peraturan hukum tersebut meliputi juga asas hukum, norma hukum, teori hukum, dan praktik hukum pengangkutan.

Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis (fundamental norm) yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan pengangkutan yang menyatakan kebenaran, keadilan, dan kepatutan yang diterima oleh semua pihak. Kebenaran, keadilan, dan kepatutan juga menjadi tujuan yang diharapkan oleh pihak-pihak.

Norma hukum pengangkutan merupakan rumusan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang, perjanjian konvensi internasional, dan kebiasaan yang mengatur tentang pengangkutan. Norma hukum pengangkutan berfungsi mengatur dan menjadi pedoman perilaku atau perbuatan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan. Fungsi pengaturan ini mengarahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,

18 https://www.slideshare.net/mobile/FairNurfachrizi/hukum-pengangkutan, diakses pada tanggal 9 Juli 2016, pukul.20.43.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

yaitu tiba di tempat tujuan dengan selamat, aman, bermanfaat, nilai guna meningkat, dan menguntungkan semua pihak.

Teori hukum pengangkutan adalah serangkaian ketentuan undang- undangatau perjanjian mengenai pengangkutan yang direkonstruksikan sedemikian rupa sehingga menggambarkan proses kegiatan pengangkutan. Teori hukum pengangkutan merupakan gambaran secara jelas rekonstruksi ketentuan undang-undang atau perjanjian bagaimana seharusnya para pihak berbuat sehingga tujuan pengangkutan itu tercapai.

Praktik hukum pengangkutan adalah serangkaian perbuatan nyata yang masih berlangsung (in action) atau perbuatan yang sudah selesai dilakukan, seperti keputusan hakim atau yurisprudensi (judge made law), dokumen hukum

(legal documents), seperti karcis penumpang dan surat muatan barang. Praktik hukum pengangkutan menyatakan secara empiris peristiwa perbuatan pihak-pihak sehingga tujuan pengangkutan itu tercapai dan ada pula yang tidak tercapai. Tidak tercapainya tujuan dapat terjadi karena wanprestasi salah satu pihak atau karena keadaan memaksa (force majeur).19

B. Jenis-Jenis dan Dasar Hukum Pengangkutan

Pengangkutan melingkupi pengangkutan darat dengan kereta api, pengangkutan darat dengan kendaraan umum, pengangkutan perairan dengan kapal, pengangkutan udara dengan pesawat udara.

1. Pengangkutan darat dengan kereta api

Pengangkutan dengan kereta api diatur dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 tentang Perkeretapian (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 65).

19 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal.5-6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api (Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007). Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 47; Tambahan Lembaran Negara Nomor

3479) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2007 mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 25 April 2007.

Badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian yang sudah ada hingga kini adalah Badan Usaha Milik Negara, yaitu PT Kereta Api Indonesia Persero

(Pasal 25-32 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007).

2. Pengangkutan darat dengan kendaraan umum

Pengaturan pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 96) yang mulai berlaku sejak diundangkan pada saat tanggal 22 Juni 2009. Menurut ketentuan undang-undang tersebut, kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan bermotor yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.

Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untukpengangkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran (Pasal 1 angka 8 dan 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009).

Pengangkutan jalan diselenggarakan oleh perusahaan pengangkutan umum yang menyediakan jasa pengangkutan penumpang dan/atau barang dengan kendaraan umum di jalan. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

yang disediakan dan dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

Kegiatan pengangkutan orang dan/atau barang dengan memungut bayaran hanya dilakukan dengan kendaraan umum Pasal 1 angka 8 dan 10 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009. Jadi, pengangkut pada pengangkutan jalan adalah perusahaan pengangkutan umum yang mendapat izin operasi dari pemerintah menggunakan kendaraan umum dengan memungut bayaran. Pelayanan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek (Pasal 140 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009).

Jenis pelayanan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek terdiri atas: a. Pengangkutan lintas batas negara; b. Pengangkutan antar kota antar provinsi; c. Pengangkutan antar kota dalam provinsi; d. Pengangkutan perkotaan; dan e. Pengangkutan perdesaan (Pasal 142 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009).

Apabila perusahaan pengangkutan umum berbentuk badan hukum, bentuk badan hukum tersebut boleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), misalnya

PERUM DAMRI untuk pengangkutan penumpang, Badan Usaha Milik Swasta

(BUMS), misalnya Kopti Jaya (Koperasi Transpor Indonesia Jakarta Raya). Jika persekutuan bukan badan hukum, boleh berbentuk CV, misalnya, CV Titipan

Kilat untuk pengangkutan barang. Jika perusahaan perserorangan berbentuk PO, misalnya, PO Putra Remaja/ PO Musi Jaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

3. Pengangkutan perairan dengan kapal

Pengangkutan dengan kapal diatur dengan Undang-Undang nomor 17

Tahun 2008 tentang Pelayaran. Undang-Undang Pelayaran ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu tanggal 7 Mei 2008 dalam Lembaran Negara Tahun

2008 Nomor 64.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, pengangkutan perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (Pasal 1 angka 3 dan 36 Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008).

Pengangkutan perairan juga diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD) Indonesia, yaitu Buku II Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal:

Bab VA tentang Pengangkutan Barang dan Bab VB tentang Pengangkutan

Penumpang. Peraturan undang-undang dalam KUHD Indonesia masih dinyatakan tetap berlaku. Ketentuan-ketentuan KUHD Indonesia sifatnya sebagai lex generalis.

Pengangkutan di Laut, diatur dalam:

a. KUHD, Buku II, Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal

b. KUHD, Buku II, Bab V-A tentang Penangkutan Barang-Barang

c. KUHD, Buku II, Bab V-B tentang Pengangkutan Orang

d. Serta peraturan khusus lainnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

4. Pengangkutan udara dengan pesawat

Pengangkutan udara dengan pesawat udara diatur dengan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan melalui Lembaran Negara Tahun 2009

Nomor 1.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, pengangkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

Pengangkutan udara adalah setiap kegiatan yang menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu persatu jalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.20

C. Asas-Asas Hukum Pengangkutan

Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata.

Asas hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah (negara). Asas hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang.

1. Asas hukum publik

Undang-Undang Perkeretaapian, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan

20Ibid.,hal 1-11.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

Jalan, Undang-Undang Penerbangan, Undang-Undang Pelayaran berlandaskan asas-asas hukum publik. Asas-asas hukum publik adalah landasan undang-undang yang lebih mengutamakan kepentingan umum atau kepentingan masyarakat banyak yang dirumuskan dengan istilah atau kata-kata manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, keserasian, keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, keterbukaan, dan anti monopoli, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan Negara, kebangsaan, dan kenusantaraan, serta keselamatan penumpang, dan cargo.

Asas hukum publik terdiri dari: a. Asas manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan harus dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan peri kehidupan yang berkeseimbangan bagi warga negara Indonesia. Asas usaha bersama dan kekeluargaan mengandung makna bahwa usaha pengangkutan diselenggarakan untuk mewujudkan cita-cita dan aspirasi bangsa Indonesia yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan. b. Asas kepentingan umum

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas. c. Asas keterpaduan

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus merupakan kesatuan

yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi,baik intra maupun antarmoda pengangkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

d. Asas tegaknya hukum

Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara

Indonesia agar selalu sadar dan taat pada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan. e. Asas percaya diri

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut harus berlandaskan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa. f. Asas keselamatan penumpang

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan dan/atau kerugian lainnya. Asuransi kecelakaan termasuk dalam lingkup asuransi sosial yang bersifat wajib (compulsory security insurance). Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan pada perlindungan asuransi, tetapi juga penyelenggara perusahaan pengangkutan harus berupaya menyediakan dan memelihara alat pengangkut yang memenuhi standar keselamatan sesuai dengan ketentuan undang-undang dan konvensi internasional. g. Asas berwawasan lingkungan hidup

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dilakukan berwawasan lingkungan. h. Asas kedaulatan negara

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat menjaga keutuhan wilayah negara Republik Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

i. Asas kebangsaan

Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dapat mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik

(kebinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Asas hukum perdata

Semua undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan di Indonesia juga berlandaskan asas-asas hukum perdata. Asas-asas hukum perdata adalah landasan undang-undang yang lebih mengutamakan kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan, yang dirumuskan dengan kata-kata; perjanjian (kesepakatan), koordinatif, campuran, retensi, dan pembuktian dengan dokumen.

Asas hukum perdata terdiri dari: a. Asas perjanjian

Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan diadakan dengan perjanjian antara pihak perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemilik barang. Tiket/karcis penumpang dan dokumen pengangkutan merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian antara pihak-pihak. Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak.

Akan tetapi, untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat harus dibuktikan dengan atau didukung oleh dokumen pengangkutan. b. Asas koordinatif

Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan serta atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pemilik barang, pengangkut bukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

bawahan penumpang atau pemilik barang. Asas ini menunjukkan bahwa pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa (agency agreement). c. Asas campuran

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut.

Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan. d. Asas retensi

Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak menggunakan hak retensi (hak menahan barang). Pengguna hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya. e. Asas pembuktian dengan dokumen

Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan selalu dibuktikan dengan dokumen pengangkutan. Tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika ada kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya, pengangkutan dengan pengangkut perkotaan (angkot) tanpa tiket/karcis penumpang.21

21Ibid.,hal 12-15.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

TANGGUNG JAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN

BANDARA DENGAN PENUMPANG BUS

A. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Di Bidang Angkutan

Tanggungjawab dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. 22 Di dalam istilah Belanda disebutkan Verantwoordelijkatau bertanggungjawab yaitu wajib mengadakan pertanggungjawaban, serta memikul tanggungjawab atas kemungkinan terjadinya kerugian.23

Dalam ilmu hukum, khususnya hukum pengangkutan, dikenal dengan adanya prinsip-prinsip tanggungjawab di bidang angkutan. Prinsip-prinsip tanggungjawab ini berkaitan dengan tanggungjawab pengangkut untuk membayar ganti kerugian kepada pengguna jasa. Beberapa prinsip tanggungjawab tersebut adalah:

1. Based on fault (prinsip tanggung jawab berdasarkan atas kesalahan)

Prinsip Based on Fault atau prinsip tanggungjawab berdasar atas kesalahan diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyebutkan: “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Pasal ini dikenal dengan pasal tentang perbuatan melawan hukum

(onrechtmatigedaad).

Titik tolak pengertian perbuatan melawan hukum adalah Pasal 1365

22 Ilham, Kamus Bahasa Indonesia,Mitra Jaya Publisher, , 2010, hal 414. 23 Imam Radjo Mulano, Penjelasan Istilah-istilahHukum Belanda-Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal.211.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

KUHPerdata tersebut, sebagaimana diberi penafsiran dalam putusan Hoge Raad

(Mahkamah Agung) Belanda tanggal 31 Januari 1919, yang diikuti juga oleh pengadilan di Indonesia. Menurut Yurisprudensi, suatu perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan yang: a. Melanggar hak orang lain; b. Bertentangan dengan kewajiban hukum yang berbuat; c. Bertentangan dengan kepatutan yang terdapat dalam masyarakat tentang diri,

barang orang lain atau d. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik.

Tafsiran ini sangat luas, sehingga dalam bidang angkutan, pelanggaran lalu lintas oleh pengangkut atau oleh pegawainya juga termasuk dalam perbuatan melawan hukum, namun selama perbuatan itu tidak langsung mengenai kewajibannya terhadap pengguna jasa angkutan, merupakan tanggungjawab sendiri dari pengangkut, tetapi perbutan tersebut harus diperhitungkan apabila karena perbuatan tersebut pihak pengguna jasa angkutan mengalami kerugian dan akan mempunyai akibat terhadap masalah tanggungjawab pengangkut terhadap pengguna jasa angkutan.

Akibat terpenting yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah tanggungjawab pihak yang melakukan perbuatan hukum, berupa kewajibannya membayar ganti kerugian. Dapat dikemukakan bahwa tanggungjawab menurut pasal tersebut adalah tanggungjawab berdasarkan atas kesalahan yang harus dibuktikan oleh pihak yang menuntut ganti kerugian. Selain itu menurut Pasal

1366 KUHPerdata, tanggungjawab seseorang bisa juga diakibatkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

Pada prinsip ini jelas bahwa beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, artinya pihak yang dirugikan yang harus membuktikan bahwa kerugiannya diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1865 KUHPerdata: “setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri atau membantah sesuatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”. Dan prinsip based on fault ini tidak didasarkan pada perjanjian, tetapi dengan perbuatan melawan hukum tersebut juga menimbulkan perikatan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1353 KUHPerdata.

2. Presumption of liability (prinsip pengangkut selalu bertanggungjawab)

Prinsip ini merupakan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab”, tanpa ada keharusan bagi pihak yang dirugikan untuk membuktikan bahwa ada perbuatan melawan hukum dari pihak pengangkut atau tidak. Prinsip ini didasarkan pada perjanjian pengangkutan, akan tetapi pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggungjawabnya, apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa: a. Kerugian yang disebabkan oleh malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarinya atau berada di luar kekuasaannya; b. Ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya kerugian; c. Kerugian yang timbul bukan karena kesalahannya; d. Kerugian ditimbulkan oleh kelalaian atau kesalahan dari penumpang sendiri atau karena, cacat, sifat atau mutu barang yang diangkut.

PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta selalu bertanggungjawab atas kecelakaan yang diakibatkan oleh pengemudi selama penumpang memilki karcis sebagai bukti sebagai penumpang bus DAMRI yang menjadi bukti perjanjian antara penumpang dengan bus DAMRI, bahwa selama di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

dalam bus hingga sampai tujuan penumpang merupakan tanggungjawab bus

DAMRI. Setiap penumpang telah diasuransikan dengan asuransi Jasa Raharja, bila terjadi kecelakaan maka santunan dari pihak jasa raharja maksimal sebesar sepuluh juta rupiah (Rp.10.000.000,00) dan bila penumpang sampai meninggal sebesar dua puluh lima juta (Rp.25.000.000,00). Tanggungjawab juga dilakukan oleh pengemudi terhadap penumpang yang diangkutnya tersebut yaitu berupa santunan sebesar 50% dengan didahulukan oleh pihak perusahaan dan selebihnya akan ditangani oleh pihak PERUM DAMRI. Dimana satu bus DAMRI angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta di tanggungjawabi oleh 2 pengemudi secara shift

(bergantian).24

Praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab tidak sama dengan praduga bahwa pengangkut bersalah, karena justru unsur kesalahan inilah yang tidak menentukan dalam hal ada atau tidaknya tanggungjawab pengangkut.

Menurut prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab”, pengangkut bertanggungjawab dengan tidak mempersoalkan, apakah pengangkut bersalah atau tidak, atau dengan kata lain, unsur kesalahan tidak menentukan ada atau tidaknya tanggungjawab pengangkut. Dengan demikian, maka dasar dari prinsip ini sudah pasti bukanlah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan pengangkut, sehingga harus dicari dasar lain.

Jika tanggungjawab pengangkut bukan atas perbuatan melawan hukum

(delictual liability), maka kemungkinan yang lain hanyalah bahwa tanggungjawab pengangkut berdasarkan suatu kontrak atau perjanjian (contractual liability), yaitu

24 Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

tanggungjawab pengangkut yang mengadakan perjanjian dengan pengguna jasa, bila perjanjian tersebut tidak dipenuhi, kurang dipenuhi atau terlambat dipenuhi.

Adapun alasan-alasan untuk mempergunakan prinsip praduga bahwa pengangkut selalu dianggap bertanggungjawab dan beban pembuktian diletakkan pada pengangkut didasarkan pada teori-teori:

1. Pengangkut dalam menjalankan usahanya dapat menimbulkan bahaya terhadap pihak lain; 2. Pengangkut harus memikul risiko untuk usaha-usaha yang dijalankannya; 3. Dipergunakan alat angkut, sehingga segala kerugian yang disebabkan oleh alat angkut harus ditanggung oleh pengangkut.

Dengan demikian dalam prinsip ini, adanya tanggungjawab pengangkut, tidak tergantung pada adanya kesalahan dari pengangkut, karena justru apabila ada kesalahan pada pengangkut, maka prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab” tidak berlaku lagi dan unsur kesalahan ini harus dibuktikan oleh pihak yang dirugikan, dengan kata lain tanggungjawab pengangkut tidak merupakan praduga (presumed) lagi. Hal ini tentunya dapat merubah tanggungjawab pengangkut berdasarkan kontrak atau perjanjian menjadi tanggungjawab berdasarkan atas kesalahan atau perbuatan melawan hukum. Antara prinsip based on fault dengan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab” tersebut mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, yaitu, prinsip based on fault tidak didasarkan pada adanya suatu kontrak atau perjanjian dan beban pembuktiannya ada pada pihak yang dirugikan dalam hal ini adalah pihak pengguna jasa angkutan, sedangkan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggungjawab” selalu didasarkan pada adanya suatu kontrak atau perjanjian dan beban pembuktiannya terletak pada pengangkut.25

3. Presumption of non liability (prinsip pengangkut selalu tidak bertanggung

jawab)

Prinsip ini merupakan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu tidak bertanggungjawab”, untuk barang bawaan yang berada di dalam pengawasan penumpang sendiri, contohnya adalah bagasi tangan, dan beban pembuktian adanya tanggungjawab pengangkut terletak pada penumpang dan tanggungjawab ini baru ada, apabila ada kesalahan dari pengangkut. Prinsip didasarkan pada

25 Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal 26-30.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

perjanjian pengangkutan. Dengan adanya prinsip ini, maka ada kemungkinan tidak ada satu pihak pun yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai kerugian terhadap barang bawaan yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri, yaitu apabila penumpang membuktikan bahwa ia telah mengambil tindakan seperlunya untuk menjaga barang tersebut, sedangkan pengangkut juga telah membuktikan bahwa ia tidak mungkin dapat mencegah timbulnya kerugian. Dengan demikian, maka penumpang sendirilah yang harus memikul kerugiannya. Kemungkinan tersebut, terlepas dari hal apakah kerugian terhadap barang bawaan yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri ditimbulkan oleh penumpang lain. Jika terjadi hal yang demikian, memang pengangkut tidak bertanggungjawab, akan tetapi penumpang tersebut, dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan Pasal 1365

KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum.

Kekhususan dari prinsip presumption of non liability ini adalah ditujukan khusus pada barang bawaan yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri, yang didasarkan pada perjanjian, dimana beban pembuktian ada pada penumpang, karena barang sepenuhnya berada dalam pengawasan penumpang sendiri dan berarti menjadi tanggungjawab penumpang sendiri. Hal ini berbeda dengan prinsip presumption of liability, dimana beban pembuktian ada pada pengangkut, karena barang (termasuk penumpang) berada sepenuhnya dalam pengawasan pengangkut.

Prinsip presumption of non liability mempunyai persamaan dengan prinsip based on fault, yang pihak yang harus membuktikan adalah pihak penumpang atau pihak ketiga, sebagai pihak yang dirugikan, tetapi juga mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

perbedaan, yaitu pada prinsip based on fault tidak didasarkan pada perjanjian, sedangkan pada presumption of non liability, didasarkan pada perjanjian.

Prinsip bahwa pengangkut tidak bertanggungjawab pada dasarnya dapat digambarkan sebagai berikut: a. Dapat diterapkan dalam keadaan netral atau normal atau tidak terdapat hal-hal

yang istimewa sehingga dalam hal yang demikian tidak ada persoalan beban

pembuktian; b. Pengangkut tidak bertanggungjawab dalam hal-hal yang sama seperti pada

pengangkutan penumpang dan barang, yaitu apabila pengangkut dapat

membuktikan:

1. Ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah timbulnya kerugian; 2. Ia tidak mungkin mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah timbulnya kerugian; 3. Adanya kesalahan penumpang sendiri atau penumpang lain. c. Pengangkut bertanggungjawab jika penumpang dapat membuktikan adanya

perbuatan sengaja atau kesalahan berat dari pengangkut; d. Pengangkut bertanggungjawab jika penumpang dapat membuktikan apabila

penumpang telah mengambil semua tindakan yang perlu, tetapi ada kelalaian

dari pengangkut.

4. Absolute atau strict liability( prinsip tanggung jawab mutlak)

Prinsip ini mengandung pengertian, bahwa secara yuridis, salah atau tidak salah, pengangkut harus bertanggungjawab, dengan tidak ada beban pembuktian.

Hal ini berarti, pihak pengangkut selalu bertanggungjawab tanpa melihat ada atau tidak adanya kesalahan atau tidak melihat siapa yang bersalah, atau prinsip

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

tanggungjawab yang memandang kesalahan sebagai suatu yang tidak relevan untuk dipermasalahakan apakah pada kenyatannya ada atau tidak ada.

Tentang prinsip absolute liability ada yang membedakan dengan strict liability, tetapi ada juga yang menyamakannya. Pendapat yang menyamakan antara prinsip absolute dengan strict liability adalah Mieke Komar. Ia mengutip pendapat dari Goldie, yang diambil dari doktrin yang berasal dari hukum Anglo Saxon yang dikenal sejak kasus Ryland vs Flecther: “The doctrine of strict (or absolute) liability has evolved in modern times on certain kinds of situation where injury has been caused by an activity that is not wrongful but gives rise to liability even in the absence of an allegation of negligence of fault…”.

Berdasarkan prinsip tersebut, tergugat (dalam hal ini pihak pengangkut) harus membayar seluruh kerugian yang telah disebabkan oleh tindakannya, terlepas dari salah satu atau tidaknya pihak tegugat. Namun dalam strict liability, selalu disertai dengan pembatasan jumlah ganti rugi , selain itu dalam prinsip ini tidak dipermasalahkan adanya unsur kesalahan, kesengajaan atau kelalaian, asal ada cukup pembuktian tentang terjadinya kerugian akibat perbuatan tergugat.

Pendapat yang membedakan antara absolute dengan strict liability, diantaranya adalah Komar Kantaatmadja dan E. Saefullah. Komar Kantaatmadja mengemukakan bahwa prinsip absolute liability, selain tidak perlu mempersoalkan ada atau tidaknya kesalahan, juga dalam ganti rugi tidak ada pembatasan atau ada kemungkinan diwajibkan untuk membayar seluruh kerugian yang diderita tergugat, sedangkan dalam prinsip strict liability ada proses pembuktian, sehingga luas lingkup ganti kerugiannya menjadi terbatas.

Sedangkan menurut pendapat E. Saefullah, perbedaan antara absolute liability dengan strict liability terletak pada ada atau tidaknya hubungan kausalitas. Pada strict liability harus ada hubungan kausalitas antara orang-orang yang benar-benar bertanggungjawab dengan kerugian dan tetap diakuinya semua hal dapat membebaskan tanggungjawab pengangkut, kecuali hal-hal yang mengarah pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

pernyataan tidak bersalah (absence of fault), karena kesalahan tidak lagi diperlukan, sedangkan absolute liability akan timbul kapan saja. Keadaan yang membuktikan tanggungjawab tersebut tanpa mempersalahkan oleh siapa dan bagaimana terjadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, dalam absolute liability tidak diperlukan hubungan kausalitas dan hal-hal yang membebaskan dari tanggungjawab hanya yang dapat dinyatakan secara tegas dalam perundang- undangan.

Selanjutnya E.Saefullah menyimpulkan bahwa tidak ada ukuran pasti di dalam membedakan istilah absolute liability dengan strict liability, namun ada indikasi yang diterima umum bahwa pada strict liability, pihak yang bertanggungjawab dapat membebaskan diri berdasarkan semua alasan yang sudah umum dikenal (conventional defense), sedangkan pada absolute liability alasan- alasan umum pembebasan tersebut tidak berlaku, kecuali secara khusus dinyatakan dalam instrumen-instrumen tertentu (konvensi, undang-undang, dan sebagainya), dan tanggungjawab akan timbul begitu kerugian terjadi tanpa mempersoalkan siapa penyebabnya dan bagaimana terjadinya.

Demikian dalam penggunaan istilah ini ternyata tidak dapat dibedakan secara tegas karena yang menjadi ukuran utama dari prinsip tanggungjawab mutlak (absolute-strict liability) adalah tanggungjawab yang tidak mempersoalkan ada atau tidak adanya kesalahan.

Untuk tercapainya penerapan prinsip tanggungjawab mutlak tersebut, perlu memperhatikan batas-batas yang dapat dipergunakan untuk alasan pembebasan tanggungjawab pengangkut. Secara logis dan wajar, pembatasan itu harus diberi kriteria, misalnya dengan menentukan hanya hal-hal yang sudah diketahui oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

umum atau sudah lazim tidak perlu dibuktikan. Sebagai contoh kebijakan pemerintah misalnya. Sebab tujuan utama dianutnya prinsip tanggungjawab mutlak adalah untuk memudahkan penyelsaian klaim ganti rugi dengan sejauh mungkin menghindari proses pengadilan.

5. Limitation of liability (prinsip pembatasan tanggungjawab)

Prinsip ini berhubungan dengan semua prinsip tanggungjawab yang telah dikemukakan, yaitu baik based on fault, presumption of liability, presumption of non liability, maupun absolute liability. Pembatasan tanggung jawab pengangkut, pada dasarnya merupakan pembatasan dalam jumlah ganti rugi yang harus dijabarkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.

Alasan digunakannya prinsip ini adalah: a. Kegiatan pengangkutan, risiko terbesar ada pada pengangkut, maka sudah sepantasnya risiko itu dibatasi, walaupun mungkin dipandang dari sudut moral, pembatasan tanggungjawab dalam hal seorang penumpang menderita luka-luka atau meninggal adalah tidak pantas, akan tetapi prinsip pembatasan tanggungjawab ini sebagai suatu prinsip harus tetap ada, dan ketidakpantasan penggunaannya dalam praktek, dapat dihindarkan apabila terdapat alsan- alasan yang kuat, menurut kebijakan hakim-hakim yang dapat menyelesaikan perkaranya; b. Agar pengangkut tidak boleh mengadakan syarat-syarat perjanjian pengangkutan yang meniadakan tanggungjawabnya; c. Adanya limit-limit tertentu sebagai dasar untuk menyelesaikan tuntutan- tuntutan ganti rugi dengan secepat-cepatnya dan semudah-mudahnya tanpa harus meminta perantara hakim lagi. Setidak-tidaknya pencantuman limit ganti rugi dalam peraturan perundang-undangan di bidang angkutan akan memberikan pedoman atau patokan yang jelas, baik bagi pengangkut maupun pihak yang menuntut ganti rugi, mengenai ganti rugi yang harus dibayarkan.

Prinsip pembatasan tanggungjawab ini ada yang bersifat breakable limit dan unbreakable limit. Breakable limit, artinya dapat dilampaui dan tidak dapat bersifat mutlak, dimana ganti rugi yang dibayarkan diberikan oleh pengangkut masih dapat dimungkinkan untuk dibayarkan melebihi jumlah yang dinyatakan, yaitu dalam hal kerugian disebabkan oleh adanya perbuatan sengaja (willfull

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

misconduct) atau kelalaian berat (gross negligence) dari pengangkut. Sedangkan unbreakable limit, artinya tidak dapat dilampaui dengan alasan apapun. Hal ini berarti tanggungjawab pengangkut dengan ganti rugi yang harus dibayarkan tidak boleh melebihi jumlah yang dinyatakan.26

B. Hak Dan Kewajiban PERUM DAMRI Sebagai Pengangkut

1. Hak PERUM DAMRI sebagai Pengangkut (Pelaku usaha)

Secara umum, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Indonesia tidak dijumpai definisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut.

Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang

(penumpang) dan/atau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan.

Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan

dalam 3 jenis, yaitu; a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Ada yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero), contohnya PT Kereta

Api Indonesia (Persero), dan PT Garuda Indonesia Airlines (Persero), dan PT

Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero). Ada juga yang berbetuk Perusahaan

Umum (Perum), contohnya Perum DAMRI. b. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)

Umumnya berbentukbadan hukum perseroan terbatas, contohnya PT Lintas

Sumatera, PT Samudra Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, dan PT Lion

Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi, contohnya Taksi

26 Siti Nurbaiti, Op.Cit., hal 30-39.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41

Kopti Jaya. Akan tetapi, ada juga yang berbetuk persekutuan bukan badan

hukum CV, contohnya CV Titipan Kilat. c. Badan Usaha Milik Perseorangan

Contohnya PO Putra Remaja.

Berdasarakan uraian diatas, dapat disimpulkan kriteria pengangkut menurut

Undang-Undang Pengangkutan Indonesia adalah:

1) Perusahaan penyelenggara pengangkutan;

2) Menggunakan alat pengangkut mekanik;

3) Penerbit dokumen pengangkutan; dan

4) Memperoleh izin usaha dari pemerintah Indonesia.27

Sedangkan pengertian pelaku usaha dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 butir 2 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, yaitu:

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melaluiperjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.28

PERUM DAMRI sebagai pengangkut yang merupakansalah satu badan usaha milik negara, PERUM DAMRI sendiri mengikuti yang terdapat dalam Undang-

Undang yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.29

27 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 54-55. 28 Yusuf Shofie, Penyelsaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,hal 13. 29Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42

Menurut UULAJ (Undang-Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan) Nomor

22 Tahun 2009, hak-hak perusahaan pengangkutan umum, yaitu:

Pasal 195, menyatakan bahwa:

Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian pengangkutan”. Ayat 2 “Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan”. Ayat 3 “Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.

Pasal 196, menyatakan bahwa:

“Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati,Perusahaan Angkutan Umum berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.30

Pengangkutan umum berhak memperoleh kembali dokumen pengangkutandari penumpang dan/atau pengirim barang sebagai bukti bahwa biaya pengangkutan memang sudah dibayar lunas sebelumnya dan sudah dikembalikan kepada penumpang atau pengirim.31

Dapat diperjanjikan pula bahwa perusahaan pengangkutan umum berhak menolak mengangkut barang yang dilarang undang-undang atau membahayakan ketertiban dan kepentingan umum. Barang yang dilarang itu, misalnya, barang

30Siti Nurbaiti, Op.Cit, Lampiran 1 Pasal 195-196 UULAJ, hal 276. 31 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.,hal 154.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

seludupan, petasan, berbagai jenis narkotika, ekstasi, minuman keras, ataupun hewan yang dilindungi.

Pengaturan mengenai pelaku usaha sebagai badan usaha dimana dalam bidang pengangkutan merupakan pengangkut juga diatur di dalam Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hak-hak pelaku usaha, yaitu:

Pasal 6 bagian kedua yang menyatakan bahwa:

(a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; (b) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; (c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; (d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; (e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.32

2. Kewajiban PERUM DAMRI sebagai pelaku usaha (pengangkut)

Kewajiban utama pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang serta menerbitkan dokumen pengangkutan dan sebagai imbalan haknya memeperoleh biaya pengangkutan dari penumpang atau pengirim barang. Pihak- pihak dapat juga memperjanjikan bahwa di samping kewajiban utama, pengangkut mempunyai kewajiban pelengkap, yaitu: a. Menjaga serta merawat penumpang dan memelihara barang yang diangkut dengan sebaik-baiknya. b. Melepaskan dan menurunkan penumpang di tempat pemberhentian atau di tempat tujuan dengan aman dan selamat. c. Menyerahkan barang yang diangkut kepada penerima dengan utuh, lengkap, tidak rusak, atau tidak terlambat.33

32Yusuf Shofie, Op.Cit, pasal 6 UUPK, hal 151. 33 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal 152.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

Kewajiban PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta, secara khusus adalah mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan dengan selamat dan untuk pengaturan kewajiban yang lain tetap berpedoman dan mengikuti yang terdapat pada undang-undang.34

Kewajiban perusahaan angkutan umum dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (UULAJ) antara lain terdapat dalam:

Pasal 186 menyatakan bahwa:

Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang.

Pasal 187 menyatakan bahwa:

Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan.

Pasal 188 menyatakan bahwa:

Perusahaan angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan.

Pasal 189 menyatakan bahwa:

Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan tanggungjawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 188.

Pasal 190 menyatakan bahwa:

34 Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

Pengemudi kendaraan bermotor umum dapat menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan.

Pasal 191 menyatakan bahwa:

Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggara angkutan.

Pasal 192 menyatakan bahwa:

Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan penumpang”. Ayat 2 “Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami atau bagian biaya”. Ayat 3 “Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak Penumpang diangkut dan berakhir di tempat tujuan yang disepakati”. Ayat 4 “Pengangkut tidak bertanggungjawab atas kerugian barang bawaan penumpang, kecuali jika penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengangkut”. Ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya ganti kerugian diatur dengan peraturan pemerintah”.

Pasal 193 menyatakan bahwa:

Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim”. Ayat 2 “Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami”. Ayat 3 “Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati”. Ayat 4 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab jika kerugian disebabkan oleh pencantuman keterangan yang tidak sesuai dengan surat muatan angkutan barang”. Ayat 5 “Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran ganti kerugian diatur dengan peraturan pemerintah”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

Pasal 194 menyatakan bahwa:

Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan perusahaan angkutan umum”. Ayat 2 “Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak ketiga kepada perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian”.35

Pengaturan mengenai pelaku usaha sebagai suatu badan usaha dalam bidang pengangkutan yaitu pengangkut juga diatur di dalam Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen, kewajiban pelaku usaha, yaitu:

Pasal 6 bagian kedua menyatakan bahwa: a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikandan pemeliharaan; c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standartmutu barang dan/atau jasa yang berlaku; e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencobabarang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.36

C. Hak Dan Kewajiban Penumpang Bus DAMRI

1. Hak penumpang bus DAMRI

Undang-Undang Lalu Lintas Dan angkutan Jalan menentukan bahwa pengguna jasa adalah “perseorangan” atau badan hukum yang menggunakan jasa

35 Siti Nurbaiti, Op.Cit, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, hal 273-275. 36 Yusuf Shofie, Op.Cit, UUPK, hal 151-152.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

perusahaan angkutan umum Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009.

Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini ia berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan. Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan, penumpang harus mampu melakukan perbuatan hukum atau mampu membuat perjanjian (Pasal

1320 KUHPerdata). Berdasarkan uraian di atas, kriteria penumpang menurut

Undang-Undang Pengangkutan Indonesia, yaitu: a. Orang yang berstatus pihak dalam perjanjian pengangkutan. b. Pihak tersebut adalah penumpang yang wajib membayar biaya pengangkutan. c. Pembayaran biaya pengangkutan dibuktikan oleh karcis yang dikuasai oleh

penumpang.37

Adapun Hak-hak penumpang bus DAMRI sebagai konsumen menurut

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

Pasal 4 bagian pertama, menyatakan bahwa:

1.) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; 2.) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3.) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; 4.) Hak untuk didengar pendapat dan keluhanya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

37Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 65.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48

5.) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6.) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7.) Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8.) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; 9.) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Kewajiban penumpang bus DAMRI sebagai konsumen menurut Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen konsumen, yaitu:

Pasal 5 berbunyi: a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. Mengikuti upaya penyelsaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.38

38Yusuf Shofie, Op.Cit., UUPK, hal 151-152.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

TANGGUNGJAWAB PERUM DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN

BANDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI

KECELAKAAN BUS

A. Eksistensi PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Perusahaan Umum

(PERUM) DAMRI memberi definisi mengenai PERUM DAMRI, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut perusahaan, adalah Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor

9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan menteri, dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. 39

Sejarah Berdirinya PERUM DAMRI

PERUM DAMRI merupakan perpanjangan sejarah warisan dari perusahaan angkutan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun tahun sekitar tahun 1943, yaitu dari semulanya bernama Jawa Unyu Zigyosha sebuah perusahaan angkutan barang dengan truk dan cikar dipulau Jawa serta

Zidosha Sokyoku adalah sebuah perusahaan angkutan penumpang bus. Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 kedua perusahaan angkutan tersebut direbut paksa oleh para pejuang Indonesia dan diserahterimakan kepada pemerintah Republik Indonesia yang kemudian mengelolanya dibawah fungsi Departemen Perhubungan. Oleh pemerintah

Republik Indonesia, kedua perusahaan angkutan warisan Jepang tersebut diubah

39Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Perusahaan Umum (PERUM) DAMRI.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

namanya menjadi "Djawatan Pengangkutan Untuk Angkutan Barang" dan

"Djawatan Angkutan Darat Untuk Angkutan Penumpang". Pada tanggal 25

November 1946, berdasarkan maklumat Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor 01/DAM/46, kedua perusahaan tersebut disatukan dan diberi nama

"Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia" atau disingkat DAMRI.

Berdasarkan maklumat tersebut maka fungsi utama DAMRI adalah menyelenggarakan angkutan darat bagi kepentingan masyarakat dengan menggunakan truk, bus serta jenis angkutan motor lainnya. Terjadi peralihan status DAMRI menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara (BPUPN) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.233 Tahun 1961, yang kemudian pada tahun 1965 BPUPN dihapus dan DAMRI ditetapkan sebagai Perusahaan Negara

(PN). Yang kemudian berubah lagi di tahun 1982 menjadi Perusahaan Umum

(PERUM DAMRI) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 1984, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

31 Tahun 2002 dengan lapangan usaha berupa angkutan bus kota, angkutan perintis, angkutan antar wilayah, angkutan wisata serta jenis angkutan lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundangan yang berlaku hingga sekarang.

DAMRI maju dan berkembang bersama pelanggan. Melayani kebutuhan masyarakat, menggerakkan masyarakat mencapai tujuan memenuhi harapan akan perjalanan yang aman, cepat, dan nyaman, kemarin, sekarang, dan nanti.

Adapun visi dan misi PERUM DAMRI yang merupakan pedoman bagi setiap cabang PERUM DAMRI terutama PERUM DAMRI cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta. Visi dan misi PERUM DAMRI yaitu:

Visi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

Menjadi penyedia jasa angkutan jalan yang aman, terjangkau, berkinerja unggul andalan masyarakat Indonesia dan regional Asean.

Misi:

1. Menyajikan layanan angkutan jalan berkelas dunia (world class land

transportation provider) yang aman (safe) berkualitas prima (high quality

service) dan terjangkau (affordable) yang dapat memuaskan pengguna jasa

(customer satisfaction) di Indonesia dan regional Asean.

2. Menjalankan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance) dalam rangka memenuhi harapan stakeholder.

3. Mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi sosial budaya nasional serta

regional Asean sekaligus menjaga keutuhan wilayah negara Kesatuan

Republik Indonesia.40

Untuk mempertahankan eksistensi DAMRI sebagai penyedia jasa angkutan jalan raya yang aman, handal, terjangkau serta unggul dalam kinerja, DAMRI mengutamakan kualitas pelayanan, keamanan dan kepuasan pelanggan melalui penyediaan pelayanan angkutan kota, angkutan antar kota, angkutan antar kota antar provinsi, angkutan lintas batas negara hingga daerah terpencil yang siap melayani kebutuhan angkutan penumpang dan barang dengan memiliki jaringan operasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, diantaranya: kantor pusat,

4 kantor wilayah yang didukung 60 kantor cabang dan 2 (dua) Strategic Businness

Unit (SBU), memiliki 7 (tujuh) segmentasi usaha, yaitu: a. Angkutan Antar Kota/ Inter-City Transport

1) Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

40 http://damri.co.id/2016/05/11/tentang-perusahaan/sejarah/, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016, pukul 22.10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52

2) Angkutan Antar Kota Provinsi (AKAP) b. Angkutan kota/ city bus c. Angkutan bandara/ airpot bus d. Angkutan antar negara/ inter-state transport e. Angkutan travel pariwisata/ travel and tourism transport f. Angkutan barang/ logistic transport g. Angkutan perintis/ pioneering transport

Sejarah PERUM DAMRI Unit Angkutan Khusus Bandara Soekarno-Hatta

PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta diresmikan pada tanggal 17 Oktober 1984. Berdasarkan SK Direksi Damri No.

134/OT/001/DAMRI 1984 dengan nama Stasiun PERUM DAMRI Cengkareng.

Pada akhirnya tanggal 1 Desember 1984, statusnya dirubah menjadi “PERUM

DAMRI Unit angkutan Khusus Bandara Soekarno-Hatta Jakarta”.41

PERUM DAMRI cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta mempunyai kedudukan sebagai pelaksana yang menjalankan sebagian tugas perusahaan di bidang angkutan bandara. Kantor cabang ini dipimpin oleh seorang kepala yang menerima petunjuk-petunjuk dan bertanggungjawab secara langsung kepada kantor pusat.

Kemudian cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta melayani 7 rute, yaituKemayoran, Gambir, Blok M, Kp.Rambutan, Rawamangun, Bekasi dan

Bogor. Untuk jurusan Bogor stand by dua jam sekali. Selain itu angkutan cabang bandara Soekarno-Hatta melayani jemputan PT. Angkasa Pura II dengan rute

Dwikora, Dirgantara (Halim-Bandara Soekarno-Hatta), Kuarton, Halim-Slipi,

41http://nandarfiles.blogspot.co.id/2012/01/perum-damri.html?m=1, diakses pada tanggal 3 Agustus 2016, pukul 12.26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53

Departemen Perhubungan, Karawaci, batu Raja, KOABRI, Blok M, Kemayoran dan Cimone. Cabang ini juga dipercaya oleh Departemen Tenaga Kerja untuk mengantarkan para tenaga kerja Indonesia ke bandara Soekarno-Hatta pulang pergi. Selain itu, pada tahun ini cabang ini juga merupakan angkutan yang mengantarkan para jema’ah haji dari asrama haji menuju ke bandara. Cabang ini juga melayani angkutan transit khusus daerah Sumatera bagian selatan seperti

Pangkal Pinang, Bangka dll.

Struktur organisasi dan pembagian tugas PERUM DAMRI terdiri dari tiga bagian di daerah Jakarta, yaitu tingkat pusat, unit angkutan khusus bandara

Soekarno-Hatta (UAKB), dan tingkat wilayah. Struktur organisasi dan pembagian tugas pada PERUM DAMRI angkutan Bandara Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut :

(1) Kepala cabang, mempunyai tugas :

(a) Menetapkan perintah-perintah serta melakukan perundingan-perundingan

mengenai perjanjian.

(b) Mengoreksi hasil-hasil perundingan yang berupa naskah perjanjian.

(c) Menentukan ketentuan-ketentuan dan formulasi dalam setiap perjanjian

dengan pihak lain.

(d) Menguji segala kegiatan-kegiatan yang ditunjukan kepada PERUM

DAMRI.

(2) Bagian niaga dan angkutan

a. Sub. bagian tata laksana dan operasi, mempunyai tugas :

1) Bidang administrasi pengkarcisan, yaitu mengesahkan kartu

persediaan dan menyerahkan bukti-bukti penumpang kepada crew

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54

yang telah mendapat surat perintah dinas serta menerima kembali sisa

bukti penumpang yang belum terjual.

2) Bidang administrasi pendapatan, yaitu mempunyai tugas menerima

pesanan angkutan secara borongan dan mencatatnya dalam daftar

pesanan angkutan dan membuat surat pesanan sewa angkutan

borongan, membukukan semua pendapatan perusahaan hasil

operasional. Baik yang berasal dari regular, borongan maupun

perniagaan lainnya serta membuat laporan secara berkala tentang

hasil-hasil perniagaan tersebut.

3) Bidang perusahaan, menghimpun data yang ada kaitannya dengan

angkutan. Baik mengenai bis maupun non bis yang meliputi jumlah

armada, tarif trayek dan lainnya. Serta mempersiapkan program

operasional baik program harian, bulanan, dan tahunan sesuai dengan

kebijaksanaan yang telah digariskan oleh kantor pusat. b. Sub. bagian administrasi kendaraan, mempunyai tugas :

1) Mencatat surat kendaraan lain seperti STNK, ijin trayek,dll.

2) Jika terjadi kecelakaan, mempelajari dan menyimpulkan sebab-sebab

kecelakaan tersebut.

3) Menyelesaikan masalah ganti rugi akibat kecelakaan baik yang timbul

karena kelalaian pengemudi DAMRI maupun kelalaian pihak lain yang

menyebabkan kerugian bagi PERUM DAMRI.

4) Membuat laporan mengenai jumlah dan keadaan kendaraan. c. Sub. bagian pengaturan persiapan kendaraan dinas angkutan, mempunyai

tugas :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55

1) Mempersiapkan surat perintah dinas angkutan sesuai dengan jadwal

kerja harian pada crew.

2) Mempersiapkan dan mengatur kendaraan-kendaraan yang siap

dioperasikan baik untuk melayani dinas angkutan jurusan yang sesuai

dengan rute ataupun untuk rombongan, serta crew cadangan jika

sewaktu-waktu diperlukan.

3) Mempersiapkan dan membuat jadwal giliran kerja bagi crew baik untuk

shift I maupun untuk shift II dalam jadwal bulanan.

4) Menerima laporan dari para crew baik yang kembali ke pool/terminal,

yang sedang dalam perjalanan atau crew yang kembali bersama

kendaraannya, tentang kerusakan kendaraan.

5) Membuat daftar dan mengurus uang dinas jalan para crew.

6) Membina dan mengawasi terselenggaranya dinas angkutan sesuai

dengan program yang telah ditentukan.

3) Bagian tata usaha

a) Sub. bagian keuangan, mempunyai tugas dan kewajiban :

1) Menerima uanghasil operasi,baik berupa borongan maupun regular atau

perniagaan lainya.

2) Mengadakan pembukuan untuk setiap penerimaan dan pengeluaran

uang perusahaan.

3) Mempersiapkan, membuat dan mengusulkan anggaran bulanan maupun

tahunan mengenai pendapatan dan pembiayaan untuk mendapatkan

pengesahan dari kantor pusat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56

4) Membuat laporan keuangan setiap bulan untuk diserahkan ke kantor

pusat. b. Sub. bagian kepegawaian (personalia), mempunyai tugas :

1) Menyimpan dan memelihara berkas-berkas para pegawai.

2) Mempersiapkan usulan-usulan yang berkaitan dengan pengangkatan

pegawai, kenaikan jabatan, dan pemberhentian pegawai.

3) Membuat dan mempersiapkan daftar gaji, uang beras dan tunjangan-

tunjangan lain.

4) Membuat laporan pegawai dan menyampaikannya ke kantor pusat.

5) Mengajukan usulan serta mempersiapkan pegawai-pegawai yang

memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik

yang diselenggarakan oleh PERUM DAMRI ataupun yang

diselenggarakan oleh instansi lain. c. Sub. bagian umum dan rumah tangga, bertugas :

1) Menerima dan mencatat surat yang berasal dari lingkungan PERUM

DAMRI maupun dari instansi lain dalam buku agenda.

2) Mengurus dan menyelesaikan pengiriman surat-surat untuk PERUM

DAMRI dan instansi lain.

3) Mempersiapkan laporan dan ikhtisar bulanan yang diperlukan kepala

unit.

4) Mempersiapkan, membeli, menyimpan dan mengurus alat-alat tulis

dan perlengkapan kantor.

5) Mengatur penggunaan kendaraan dinas yang tidak diawasi oleh bagian

teknik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57

4) Bagian tehnik, terdiri dari :

a) Sub. bagian tata laksana, mempunyai tugas dan kewajiban :

1) Membuat surat perintah kerja untuk para montir.

2) Mencatat dan mengerjakan bukti barang masuk dan keluar.

3) Mencatat dan mengerjakan kartu persediaan barang.

4) Mencatat label barang-barang yang diterima dan dikeluarkan

(dibutuhkan).

5) Membuat laporan pembiayaan kendaraan dan perinciannya tiap bulan.

6) Membuat surat pesanan barang.

7) Membuat daftar intensif karyawan tehnik.

b) Sub. bagian persediaan gudang, bertugas :

1) Mempersiapkan rencana pengadaan suku cadang, atau spare part

lainnya yang merupakan perlengkapan kendaraan-kendaraan dan

perlengkapan tehnik.

2) Mengurus dan menerima bon permintaan barang dan sparepart lainnya

dari bagian pemeliharaan dan perawatan.

3) Mencatat label barang-barang yang telah diterima dan dikeluarkan.

c) Sub. bagian pemeliharaan dan perawatan, bertugas :

1) Membuat jadwal kerja para montir.

2) Merawat dan memperbaiki kendaraan-kendaraan dinas angkutan atau

kendaraan non dinas angkutan.

3) Mengurus dan menyampaikan laporan kerusakan untuk memohon

perbaikan khusus untuk kerusakan-kerusakan yang harus ditangani

oleh bengkel luar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58

4) Menyusun laporan pemeliharaan dan perawatan kendaraan.

5) Mengadakan tes atau pengujian terhadap kendaraan yang baru

diperbaiki.

Berikut adalah susunan/struktur kerja pada PERUM DAMRI cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta:

1. Kepala cabang,

2. Kabag. niaga dan angkutan, terdiri dari:

a) Kasubag. tata laksana dan operasi,

b) Kasubag. administrasi kendaraan, dan

c) Kasubag. pengatur persiapan kendaraan dinas angkutan.

3. Kabag. tata usaha, terdiri dari:

a) Kasubag. keuangan

b) Kasubag. kepegawaian (personalia), dan

c) Kasubag. umum

4. Kabag. tehnik, terdiri dari:

a) Kasubag. tata laksana tehnik,

b) Kasubag. tata laksana gudang,

c) Kasubag. pemeliharaan dan perawatan.

PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta dapat terus mempertahankan eksistensinya hingga sekarang karena mereka terus berusaha untuk melayani penumpang dengan sebaik-baiknya sesuai harapan dan keinginan para penumpang, ketepatan waktu keberangkatan, kebersihan armada, dan keramahan para crew untuk melayani penumpang dengan selamat sampai tujuan. Pengemudi merupakan salah satu pihak yang berperan penting dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59

mengantarkan penumpang hingga sampai tujuan dengan selamat dan menjadikan

PERUM DAMRI sebagai jasa pengangkutan yang dicari dan digunakan terus oleh masyarakat. PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara memiliki ikrar keselamatan pengemudi yang berbunyi “Saya Adalah Pengemudi Yang

Mengutamakan Keselamatan Dan Sopan Santun Berkendara”. Pengemudi di

PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Pengemudi perusahaan/ tetap ( 381 orang) b. Pengemudi kontrak (130 orang)

Setiap pengemudi yang masuk PERUM DAMRI akan mendapatkan berupa:

1) BPJS Kesehatan

2) BPJS Ketenagakerjaan

3) Pengemudi akan masuk ke dalam paguyuban dan akan mengumpulkan iuran

yang merupakan Dansos (dana sosial) yaitu bila terjadi kecelakaan maka

pengemudi dapat menggunakan iuran dari paguyuban tersebut

4) Uang jaminan perusahaan

Uang jaminan perusahaan adalah uang yang diserahkan pengemudia kepada

pihak perusahaan sebesar Rp.3.000.000,00 saat pengemudi dinyatakan masuk

kedalam perusahaan, kegunannya bilamana pengemudi mengakibatkan suatu

kecelakaan saat berkendara, maka uang tersebut digunakan sebagai

pertanggungjawaban pengemudi terhadap kecelakaan bus yang ia bawa.

Tetapi bila pengemudi itu melakukan pengunduran diri dan selama dia

membawa penumpang tidak pernah terjadi kecelakaan maka uang tersebut

akan dikembalikan oleh perusahaan seutuhnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

Hak pengemudi:

(1) Gaji

(2) UDJ (Uang Dinas Jalan)

Uang dinas jalan adalah 10% dari pendapatan akan diberikan kepada

pengemudi yang bertanggungjawab terhadap bus tersebut yaitu 2 orang.

(3) Uang Read

Uang yang diberikan kepada pengemudi setiap membawa bus dan akan

diberikan setiap hari.

Bagi para pegawai PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara

Soekarno-Hatta mereka akan diberikan oleh perusahaan berupa tunjangan.

Pemberian tunjangan kepada pegawai dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Pegawai kontrak

Tunjangan yang diberikan perusahaan pada pegawai kontrak hanya pada saat

dia bekerja di perusahaan tersebut menyangkut pekerjaannya.

2. Pegawai tetap

Tunjangan yang diberikan perusahaan kepada pegawai tetap yaitu sejumlah 3

orang yang terdiri dari istri dan 2 anak.42

42Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61

Hatta Jakarta Timur -

PERUM DAMRI STRUKTUR ORGANISASI

PERUM DAMRI Kantor Cabang Angkutan Bandara Soekarno

Sumber :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 62

B. Tanggungjawab PERUM DAMRI Sebagai Angkutan Bandara Terhadap

Penumpang Yang Mengalami Kecelakaan

Tanggungjawab dalam kamus bahasa Indonesia didefinisikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. 43 Di dalam istilah Belanda disebutkan

Verantwoordelijkatau bertanggungjawab yaitu wajib mengadakan pertanggungjawaban, serta memikul tanggungjawab atas kemungkinan terjadinya kerugian.44

Kecelakaan (accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak: terjadi sebelum dalam, dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan manusia atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencarian bagi pihak penumpang, bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut. Berdasarkan konsep tersebut, dapat diuraikan unsur-unsur kecelakaan pengangkutan sebagai berikut:45

1. Kejadian atau musibah;

Kejadian atau musibah pengangkutan merupakan peristiwa yang tidak dapat diketahui sebelumnya oleh penumpang, pengirim barang, atau oleh pengangkut bahwa hal itu terjadi. Akan tetapi, bagi orang yang ahli tentang alat pengangkut, mungkin musibah itu dapat diperkirakan akan terjadi jika alat pengangkut tersebut tidak diperiksa atau peralatan yang tidak lagi memenuhi standar operasional tidak diganti. Orang yang ahli tentang alat pengangkut dapat memperkirakan bahwa musibah tidak akan terjadi jika alat pengangkut itu diperiksa secara rutin atau

43 Ilham, Kamus Bahasa Indonesia,Mitra Jaya Publisher, Surabaya, 2010, hal 414. 44 Imam Radjo Mulano, Penjelasan Istilah-istilahHukum Belanda-Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal.211. 45 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 225.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 63

berkala sesuai dengan ketentuan undang-undang. Jika alat pengangkut dinyatakan layak operasi yang dibuktikan oleh sertifikat kelayakan, tetapi musibah masih terjadi juga, hal ini dikatakan sebagai kelalaian pengangkut (human eror), misalnya, pengemudi mengantuk, mabuk minuman keras, atau karena ceroboh mengendalikan alat pengangkut. 46

Walaupun musibah tersebut masih dapat dikatakan sebagai subjective force majeure karena sifat relatif pada dasarnya masih dapat dicegah oleh orang lain karena kehati-hatiannya atau oleh ahli yang melakukan pemeriksaan alat pengangkut. Sebenarnya, jika pemilik alat pengangkut memeriksa secara rutin selama tenggang waktu tertentu kepada ahlinya sesuai dengan ketentuan undang- undang, akan dapat diketahui kelemahan alat pengangkut itu sehingga sebelum dioperasikan dapat diperbaiki atau diganti bagian yang tidak memenuhi syarat operasional. Dengan demikian, dapat dicegah kemungkinan musibah akibat alat pengangkut tidak memenuhi standar keselamatan operasional.

Jika alat pengangkut itu sudah diperiksa oleh ahlinya dan ternyata layak digunakan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang, sedangkan pengemudi mengendalikan alat pengangkut dengan professional dan kehati-hatian yang tinggi, kemudian terjadi kecelakaan, barulah hal ini dapat dikatakan musibah objektif, yang disebut objective force majeure. Artinya, siapa pun pengemudi professional yang mengendalilkan alat pengangkut tersebut tidak mungkin dapat mencegah terjadinya musibah. Dengan kata lain, musibah terjadi bukan karena kelalaian manuasia (human eror), melainkan karena kehendak pihak lain yang bukan penumpang, bukan pengemudi, dan bukan pengangkut, melainkan

46Ibid, hal 226.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64

kehendak Yang Maha Kuasa, misalnya karena angin puting beliung, hujan badai, ataupun petir menyambar

2. Tidak dikehendaki oleh pihak-pihak;

Terjadinya musibah pengangkutan tidak dikehendaki oleh semua orang, terutama pihak-pihak dalam pengangkutan karena akan menimbulkan kerugian material, fisik, atau korban jiwa. Bentuk kerugian tersebut dapat berupa kehilangan, kerusakan, kehancuran barang milik penumpang atau pengirim barang, korban jiwa,. Terjadinya musibah pengangkutan tidak dikehendaki, tetapi penyebab terjadi musibah diabaikan oleh penumpang atau pengangkut atau pihak lain karena penumpang atau pengangkut sudah terbiasa tidak mematuhi peraturan atau disiplin kerja. Contohnya, ada penumpang membawa mercon atau bom rakitan yang tidak terdeteksi oleh petugas, akibatnya terjadi ledakan. Pengangkut lalai melakukan pengecekan rutin terhadap roda alat pengangkut yang ternyata sudah licin, akibatnya mudah pecah.

3. Terjadi sebelum, dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan;

Kecelakaan pengangkutan berupa kejadian atau musibah dapat terjadi sebelum pengangkutan diselenggarakan. Musibah dapat saja menimpa penumpang atau barang ketika menunggu pemuatan, atau saat pemuatan penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut. Hal ini dapat terjadi mungkin karena tertimpa barang atau ditabrak oleh pemuat barang ketika akan naik alat pengangkut. Atau karena terjatuh dari tangga ketika naik alat pengangkut atau terhempas ketika dimuat ke dalam alat pengangkut sehingga mengakibatkan luka pada penumpang atau kerusakan pada barang. Hal ini dapat terjadi mungkin karena tertimpa barang atau ditabrak oleh alat pemuat barang ketika akan naik alat pengangkut. Atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 65

karena terjatuh dari tangga ketika naik alat pengangkut atau terhempas ketika dimuat ke dalam alat pengangkut sehingga mengakibatkan luka pada penumpang atau kerusakan pada barang. Jika pihak yang bersalah adalah penumpang, misalnya karena kelalaiannya, penumpang yang menanggung akibatnya. Akan tetapi, jika pihak yang bersalah itu adalah pengangkut, misalnya karena kecerobohannya, dia bertanggungjawab mengganti kerugian kepada pihak yang dirugikan. Antara penumpang atau pemilik barang dengan pengangkut sudah terjadi perjanjian pengangkutan yang sah dan mengikat kedua belah pihak.

Penumpang atau pemilik barang sudah membayar biaya pengangkutan sehingga dia berhak mengklaim ganti kerugian kepada pengangkut sebagai penyelenggara.

PERUM DAMRI tidak menganut bahwa kecelakaan sebelum terjadinya pengangkutan penumpang merupakan tanggungjawab perusahaan, tetapi DAMRI menganut unsur tanggungjawab perusahaan terhadap penumpang dalam waktu penyelenggaraan dan sesudah penyelenggaraan atau dari stasiun asal hingga di stasiun tujuan. Karena terjadinya suatu perjanjian antara penumpang dengan perusahaan pengangkutan saat penumpang menaiki bus (dalam waktu penyelenggaraan) dan saat sampai di tempat tujuan (sesudah penyelenggaraan pengangkutan) dimana terikat dengan adanya karcis yang dibeli oleh penumpang untuk menaiki bus DAMRI dan DAMRI bertanggungjawab saat terjadinya penyelenggaraan pengangkutan.47

Kecelakaan pengangkutan berupa kejadian atau musibah dapat juga terjadi dalam waktu penyelenggaraan pengangkutan. Kecelakaan pengangkutan mungkin saja terjadi karena tidak dilakukan pengawasan atau pemeriksaan rutin terhadap

47Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66

alat pengangkut. Misalnya, menaikkan penumpang melebihi kapasitas daya angkut, bus berpenumpang penuh dengan kecepatan tinggi, ketika sopir menginjak rem, ternyata rem tidak berfungsi sehingga bus terperosok masuk jurang. Mengalami kecelakaan pengangkutan seperti kejadian tersebut, pengangkut tidak dapat bebas dari tanggungjawab.

Kecelakaan pengangkutan berupa kejadian atau musibah dapat juga terjadi setelah pengangkutan berakhir atau berhenti di halte. Ketika penumpang sedang turun dari bus di halte sebelah kiri jalan, kemudian sopir tancap gas, dan terjatuhlah penumpang. Dalam hal seperti ini, pengangkut bertanggungjawab atas akibat kecelakaan tersebut, karena kecelakaan terjadi sebelum perjanjian pengangkutan berakhir, pengangkut masih terikat pada kewajiban perjanjian pengangkutan dengan penumpang atau pemilik barang.

4. Karena perbuatan manusia atau kerusakan alat pengangkut;

Kecelakaan pengangkutan berupa kejadian atau musibah dapat terjadi karena perbuatan manusia atau karena kerusakan alat pengangkut. Perbuatan manusia sebagai penyebab kecelakaan, misalnya di dalam bus diletakkan bom waktu yang tersembunyi, ketika bus sedang melaju terjadi ledakan bom yang dahsyat. Kerusakan alat pengangkut dapat menjadi penyebab timbulnya kecelakaan atau musibah pengangkutan. Bus melaju dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba satu ban depan pecah sehingga bus oleng dan terbalik.

Bus DAMRI cabang angkutan bandara Soekarno-Hatta pernah mengalami kecelakaan yang diakibatkan oleh manusia, dimana salah satu bus DAMRI sedang beroperasi ada orang yang melempar kaca bus dengan batu hingga mengenai penumpang dan luka pada bagian kepala, penumpang segera dibawa ke rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67

sakit terdekat untuk dirawat. Sehingga pertanggungjawaban DAMRI terhadap penumpang tesebut adalah membiayai perobatan rumah sakit dan mengganti rugi biaya tiket pesawat karena akibat kejadian tersebut ada penumpang yang ketinggalan penerbangan.

5. Menimbulkan kerugian material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencarian;

Akibat terjadi kecelakaan atau musibah pengangkutan timbul kerugian material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian. Kerugian material adalah berupa kerugian berupa benda, uang, surat berharga, dan hak milik lainnya.

Kerugian berupa benda, antara lain, musnah atau rusaknya barang bawaan ataupun barang kiriman. Kerugian berupa uang, antara lain, lenyapnya atau hilangnya sejumlah uang tunai, keuntungan yang diharapkan. Kerugian berupa surat beharga atau surat tagihan, antara lain, surat cek, surat saham, obligasi, buku tabungan, deposito, kartu ATM, kartu kredit, ataupun tagihan biaya pengobatan, perawatan, dan penguburan. Kerugian fisik berupa luka bakar, patah tulang, atau cacat seumur hidup. Kerugian jiwa berupa meninggalnya penumpang atau pihak ketiga. Kerugian hilangnya mata pencaharian berupa tidak mampu lagi bekerja secara fisik akibat musibah sehingga diputuskan hubungan kerja oleh majikan.

6. Bagi penumpang, bukan penumpang, pemilik barang, atau pengangkut.

Penumpang adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Penumpang selalu berupa manusia pribadi atau perseorangan. Dalam musibah pengangkutan, penumpang selalu menjadi pihak yang mengalami kerugian akibat kecelakaan alat pengangkut, misalnya, bus masuk jurang. Kerugian penumpang dapat berupa kerugian barang (harta milik), kehilangan sejumlah uang, kehilangan surat-surat beharga, biaya pengobatan dan perawatan, cacat badan sementara, cacat benda tetap, kehilangan pekerjaan, bahkan kematian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68

Pihak ketiga adalah pihak yang berada diluar perjanjian dengan perusahaan angkutan, akan tetapi menderita kerugian akan adanya penyelenggaraan pengangkutan.

Pengangkut adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan, biasanya selalu berstatus sebagai pengusaha yang menjalankan perusahaan bidang jasa pengangkutan, sebagai pemilik alat pengangkut. Apabila terjadi musibah atau kecelakaan pengangkutan, pengangkut pada umumnya menjadi menjadi pihak yang bertanggungjawab utama atas terjadinya musibah atau kecelakaan karena pengangkut adalah pihak penyelenggara pengangkutan dan sebagai pemilik alat pengangkut yang dijamin aman untuk dioperasikan. Pengertian pengangkut, termasuk semua pihak yang dipekerjakan pada alat pengangkut yang bersangkutan, antara lain, pengemudi, kondektur.

Selain kecelakaan (accident) ada beberapa hambatan dalam pengangkutan.

Hambatan pengangkutan adalah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pihak penyelenggara pengangkutan darat yang timbul akibat peristiwa alam atau perilaku manusia. Kesulitan-kesulitan yang menjadi hambatan pengangkutan tersebut menyebabkan pengangkutan berlangsung lambat atau bahkan terhenti sama sekali untuk sementara waktu. Hal semacam ini sudah tentu menimbulkan kerugian bagi penyelengggara pengangkutan dan pengguna jasa pengangkutan juga bertentangan dengan asas pengangkutan yang tertib, lancar, nyaman, serta tepat waktu.48

Kerugian yang dimaksud dapat berupa: a. Kerugian waktu

48Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hal 251.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 69

Yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat tujuan yang

telah ditentukan. b. Kerugian biaya

Yaitu peningkatan biaya tambahan yang dikeluarkan selain biaya

pengangkutan, seperti biaya BBM. c. Kerugian tenaga

Yaitu tidak berfungsinya tenaga karena tidak bekerja yang berarti menurunkan

nilai guna. d. Kerugian kesehatan

Yaitu kelelahan, kecapean, mengalami stress mental yang dapat

mengakibatkan sakit yang memerlukan perawatan.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan , berbagai macam kesulitan yang menjadi penghambat pengangkutan, antara lain:

1.) Bencana alam berupa tsunami, tanggul jebol, jembatan rontok, banjir bandang, tanah longsor, atau pohon besar tumbang menimpa jalan. 2.) Jumlah kendaraan di jalan raya terlalu padat sehingga lalu lintas tersendat- sendat, mengakibatkan jalan macet, dan boros BBM. 3.) Perilaku manusia berupa unjuk rasa di jalan raya, tidak disiplin berlalu lintas, atau jalan digunakan untuk parkir dan berdagang kaki lima. 4.) Kendaraan bermotor mengalami kerusakan di jalan raya mengakibatkan lalu lintas macet. 5.) Penundaan keberangkatan bus dari jadwal yang ditetapkan semula tanpa alasan jelas. 6.) Alat pengangkut yang tidak dirawat dengan baik dan rutin sehingga menimbulkan kerusakan dalam pengangkutan dan akhirnya perjalanan jadi tertunda.

Dalam pelaksanaan pengangkutan PERUM DAMRI juga mengasuransikan setiap penumpangnya, PERUM DAMRI dalam bidang asuransi bekerjasama dengan PT. Jasa Raharja dimana tugas dan fungsi khusus memberikan pertanggungan dalam bidang asuransi tanggungjawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang termasuk reasuransi dan perantaraan dalam bidang asuransi tanggungjawab kendaraan bermotor dan kecelakaan penumpang. Jasa Raharja untuk melaksanakan penyelenggaraan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 70

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964. Asuransi sosial kecelakaan penumpang (Askep) diatur dalam Undang- Undang Nomor 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan asuransi kecelakaan lalu lintas jalan merupakan salah satu jenis perlindungan bagi masyarakat yang sifatnya sangat penting. Melalui asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, setiap pengendara kendaraan di jalan raya dapat dijamin dari biaya-biaya yang mungkin timbul sebagai akibat dari kecelakaan, serta keluarganya dapat memperoleh santunan apabila korban kecelakaan meninggal dunia, dasar hukum pelaksanaan asuransi kecelakaan lalu lintas jalan adalah Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 36/PMK.010/2008 juga mengatur tentang Besar Santunan dan Sumbangan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, dimana besarnya santunannya di dalam Pasal 2 ayat (2) disebutkan: a. Ahli waris dari korban yang meninggal dunia berhak memperoleh santunan sebesar Rp. 25.000.000,00. b. Korban yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan yang besarnya dihitung berdasarkan angka prosentase sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 dari besar santunan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam huruf (a). c. Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak memperoleh santunan berupa penggantian biaya perawatan dan pengobatan dokter sebesar Rp. 10.000.000,00.49

Periode tanggungjawab perusahaan angkutan umum berdasarkan ketentuan Pasal 192 ayat (3), tanggungjawab perusahaan angkutan umum dimulai sejak penumpang diangkut dan berakhir di tempat tujuan yang disepakati dan ini dianut dan dipegang oleh PERUM DAMRI selama mengangkut penumpang.

Pasal ini mengatur mengenai periode tanggungjawab perusahaan angkutan umum, yaitu kapan perusahaan angkutan dianggap mulai bertanggungjawab dan kapan dianggap berakhirnya tanggungjawab. Berdasarkan ketentuan ayat ini dapat ditafsirkan bahwa pengangkut mulai memikul tanggungjawabnya sejak penumpang berada dalam angkutan umum sampai di tempat tujuan yang disepakati. Hal ini berarti hanya ada dua tahap, yaitu tahap dalam pengangkutan dan tahap sesudah pengangkutan.

49 Lingkup Jaminan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 dalam http://www.jasaraharja.co.id, di akses 20 sepetember 2016, pk 19.00.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 71

Contoh kasus yang diteliti pada PERUM DAMRI Cabang Angkutan Bandara

Soekarno-Hatta Jakarta Timur

Pada tanggal 24 Maret 2016 sekitar pukul 05.00 WIB, bus DAMRI code

4699 jalur Purwakarta mengalami kecelakaan lalu lintas di Tol Kamal Arah bandara Soekarno-Hatta. Kronologi kejadian tersebut pada tanggal 24 Maret 2016 pengemudi dinas trayek Purwakarta-Soekarno Hatta, pengemudi dinas pada tem 3 berangkat dari Purwakarta pukul 03.00 WIB, saat itu pengemudi membawa 10 orang penumpang, dan ketika di perjalanan saat pengemudi sudah tiba di Tol

Kamal atas yaitu sekitar pukul 05.00 WIB ada sebuah dumb truck yang berhenti karena ban pecah di jalur sebelah kanan (jalur cepat). Karena keadaan jalan masih gelap dan tidak ada rambu-rambu darurat yang dipasang, pengemudi yang sedang melaju tidak melihat dan tidak mengetahuinya, akhirnya pengemudi tidak bisa mengendalikan kendaraan yang dikemudikannya, pengemudi berusaha membuang stir ke kiri namun tetap saja tabrakan pun tidak bisa pengemudi hindari. Apabila pengemudi tidak mengantisipasinya dengan membuang stir ke kiri, mungkin bagian mobil depan pengemudi sudah benar-benar hancur dan pengemudi tidak bisa terselamatkan, karena saat itu pengemudi melaju kecepatan yang cukup tinggi yaitu 90 km/jam. Kondisi busyang dikemudikan penumpang mengalami kerusakan yang parah, terutama pada bagian body dan kaca dari depan sampai belakang, namun untuk dumb trucknya tidak mengalami kerusakan yang parah.

Saat diketahui rincian biaya perbaikan dari teknik untuk code bus 4699 sebesar

Rp. 108.567.000,00, maka pengemudi akan bertanggungjawab untuk membayarnya yaitu dengan uang yang diterima pengemudi dari dansos (dana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72

sosial) Rp.6.000.000,00 dan sisanya akan dibayar dengan cara mengangsur setiap bulannya Rp.700.000,00 yang dipotong dari uang gaji pengemudi.

Penumpang (pihak kedua) yang mengalami kecelakaan bus tersebut ada 1 orang, sehingga pihak bus DAMRI dan pihak kedua sepakat untuk berdamai dan bermusyawarah terkait musibah kecelakaan bus DAMRI arah Bandara Soekarno-

Hatta, dengan ini pihak DAMRI membantu biaya pengobatan pihak kedua sebesar

Rp.80.500.000,00. Penumpang tersebut juga mendapat santunan dari asuransi Jasa

Raharja terkait perobatan dan pengobatan dokter maksimal sebesar

Rp.10.000.000,00.

PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta membedakan korban menjadi 2 yaitu:

1) Korban jiwa

Bila terjadi kecelakaan dan menjatuhkan korban jiwa maka pengemudi yang melintas dan mengetahui adanya kecelakaan bus DAMRI agar dapat membantu dan memberi pertolongan, dan melaporkan ke pimpinan operasi untuk melakukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan. a. Korban yang meninggal dunia

PERUM DAMRI segera membawa ke rumah sakit dan menghubungi keluarga

korban untuk segera dibawa ke tempat tinggal korban, bila korban ternyata

tinggal jauh/ di kampung maka PERUM DAMRI akan mengirim jenazah dan

biaya rumah sakit hingga keberangkatan jenazah ke kampung akan ditanggung

oleh PERUM DAMRI, dan asuransi jasa raharja akan memberikan santunan

kepada ahli waris dari korban yang meninggal dunia sebesar

Rp.25.000.000,00.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 73

b. Korban yang mengalami luka berat

Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan maka akan segera

dibawa ke rumah sakit terdekat oleh pihak PERUM DAMRI dan biaya

pengobatan akan ditanggung oleh PERUM DAMRI, dan asuransi jasa raharja

akan memperoleh santunan berupa penggantian biaya perawatan dan

pengobatan dokter paling besar Rp.10.000.000,00 sisanya akan dibantu oleh

perusahaan . c. Korban yang mengalami luka ringan

PERUM DAMRI cabang angkutan Soekarno-Hatta akan membawa ke rumah

sakit agar penumpang dapat segera di obati lukanya. d. Korban material

Selain adanya korban jiwa ada juga korban material artinya ada kerusakan

akibat kecelakaan. Maka PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara

Soekarno-Hatta mengganti kerugian dari kerusakan kendaraan yang

mengalami kecelakaan. Bila akibat dari kecelakaan penumpang mengalami

keterlambatan penerbangan dan mengakibatkan tiket hangus maka PERUM

DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta akan mengganti tiket

pesawat penumpang tersebut dengan jadwal keberangkatan yang berbeda.50

Bus DAMRI angkutan khusus bandara, tidak hanya mengangkut penumpangnya di terminal/pool, melainkan bus DAMRI juga mengangkut penumpang yang ada di tengah jalan. Tanggungjawab terhadap penumpang yang naik di tengah jalan tidak dibedakan dengan penumpang yang naik dari terminal/pool, karena meskipun penumpang tersebut naik di tengah jalan mereka

50Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74

tetap memiliki tiket yang sama dengan penumpang yang naik di terminal, sehingga tanggungjawab yang akan diberikan pihak DAMRI terhadap penumpang yang naik di tengah jalan dengan yang naik dari terminal tetaplah sama tanpa adanya perbedaan. Biasanya penumpang yang naik di tengah jalan merupakan penumpang yang ingin keluar dari jalan tersebut tetapi tidak ada kendaraan umum seperti angkot untuk dapat dinaiki, seperti orang dari Bogor ke Bekasi biasanya jalannya harus lewat tol sehingga tidak mungkin menggunakan angkot, sehingga bus DAMRI merupakan alat transportasi penjembatan antar daerah untuk sebagian penumpang.

Kewajiban dan tanggungjawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara

Soekarno-Hatta sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merujuk pada aturan tertulis pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan, yaitu pada Pasal 234-240, dan diatur juga mengenai kewajiban dan tanggungjawab pemerintah terhadap prasarana lalu lintas yang menjadi penyebab kecelakaan dan menyediakan alokasi dana untuk pencegahan dan penanganan kecelakan lalu lintas yang terdapat pada Pasal 238-240 Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.51

Tanggungjawab PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-

Hatta juga diberikan terhadap orang yang dipekerjakannya selaku awak kendaraan juga, dimana dalam kasus ini pengemudi langsung dibawa ke rumah sakit untuk segera diobati dan pihak DAMRI akan memberitahukan kepada pihak keluarga

51 Siti Nurbaiti, Op.Cit.,UULAJ, hal 292-295.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 75

pengemudi mengenai kecelakaan yang dialami pengemudi. 52 PERUM DAMRI merujuk pada Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata yang menyebutkan: “seseorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannnya, atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya”, dan Pasal 191 UULLAJ 2009, yaitu: “perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakannya dalam kegiatan penyelenggaraan pengangkutan”. Setiap awak kendaraan juga diasuransikan ke dalam PT.Jasa

Raharja oleh PERUM DAMRI, bukan hanya penumpang saja yang diasuransikan oleh pihak PERUM DAMRI tetapi juga penumpang, jadi tidak hanya saja jaminan dari perusahaan tetapi juga ada jaminan asuransi dari PT.Jasa Raharja.

C. Pihak-Pihak yang dapat Diminta Pertanggungjawaban PERUM DAMRI

dalam Kecelakaan Bus

Kegiatan pengangkutan, kecelakaan merupakan kejadian yang tidak bisa dihindari dapat berupa bencana alam ataupun kelalaian manusia sehingga tidak hanya berakibat kepada pengemudi dan penumpang tetapi juga berakibat kepada pihak ketiga. Pihak ketiga merupakan pihak yang berada di luar perjanjian dengan perusahaan angkutan, akan tetapi menderita kerugian akan adanya penyelenggaraan pengangkutan. PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara

Soekarno-Hatta bertanggungjawab atas kerugian dari pihak ketiga meskipun tidak terikat dalam perjanjian. Kerugian berupa biaya rumah sakit ataupun kerugian rusaknya kendaraan pihak ketiga akan ditanggung oleh pihak bus DAMRI,

52 Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan Bandara Soekarno Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 76

pemberian tanggungjawab itu harus disertai dengan data-data yang lengkap dari pihak ketiga. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andi Yuneska pihak bus DAMRI merujuk kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan bahwa di dalam pasal 194 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa: a. Ayat 1 “Perusahaan angkutan umum tidak bertanggungjawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga, kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikkan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh perusahaan angkutanumum” b. Ayat 2 “Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak ketiga kepada perusahaan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian.53

Maka pihak DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta menyatakan bertanggungjawab atas setiap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, karena kecelakaan yang ditimbulkan oleh bus DAMRI berdampak bagi orang di sekitar jalan maupun pengemudi kendaraan bermotor lainnya yang diakibatkan oleh bus DAMRI meskipun tanpa adanya dokumen pengangkutan

(tiket) yang mengikat antara pihak bus DAMRI dengan pihak ketiga.54 Apabila pihak ketiga ingin menuntut ganti kerugian, maka pihak ketiga yang harus membuktikkan adanya kesalahan dari perusahaan angkutan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1865 KUHPerdata menyatakan bahwa: “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau, guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”. Tuntutan tersebut didasarkan atas dasar pebuatan melawan hukum atau atas dasar kesalahan

53Ibid., hal 275. 54 Hasil wawancara tanggal 25 Juli2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan BandaraSoekarno Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 77

yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Sistem tanggungjawab yang dianut adalah sistem berdasarkan atas kesalahan (based on fault), karena antara pihak ketiga dengan perusahaan tidak terdapat perjanjian pengangkutan, akan tetapi terdapat perikatan. Jadi pihak ketiga tidak dapat menuntut atas dasar sistem presumption of liability, karena tuntutan berdasarkan sistem presumption of liability hanya dapat dilakukan jika ada perjanjian pengangkutan.55

Besarnya ganti kerugian yang diderita oleh pihak ketiga akan ditanggung oleh PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta, sesuai dengan bukti-bukti yang akurat dari pihak kepolisian. Pihak asuransi yaitu PT.

Jasa Raharja juga memberikan santunan kepada pihak ketiga, dimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 1965 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, yaitu:

1. Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut. 2. Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor yang ditumpangi dinyatakan bukan sebagai penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraan bermotor dan sepeda motor pribadi.

Penyelsaian terhadap tanggungjawab pihak ketiga oleh PERUM DAMRI tidak pernah hingga dibawa ke pengadilan, karena pihak DAMRI ingin menyelsaikannya secara kekeluargaan dan mufakat. Pihak ketiga juga mengikuti prosedur yang ada untuk membuktikkan adanya kerugian yang diderita dengan adanya tahap pertama (1) yaitu surat keterangan dari pihak kepolisian, lalu tahap kedua (2) pihak PERUM DAMRI akan segera membawa pihak ketiga yang terkena dampak dari kecelakaan ke rumah sakit terdekat untuk segera diobati dengan tepat waktu, tahap ketiga (3) pihak rumah sakit akan mengeluarkan surat

55 Siti Nurbaiti, Op.Cit.,hal 105-106.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 78

keterangan dokter dan surat itu akan diserahkan ke PT.Jasa Raharja selaku pihak asuransi kecelakaan agar santunan dapat segera di segera di keluarkan oleh pihak

Jasa Raharja jadi pihak DAMRI juga dapat langsung memberikan tanggungjawabnya berupa penggantian terhadap keugian yang diderita pihak ketiga.56

56 Hasil wawancara tanggal 25 Juli 2016 dengan narasumber Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJ PERUM DAMRI kantor cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Angkutan khusus bandara DAMRI sebagai Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) merupakan usaha yang dibentuk oleh pemerintah. DAMRI memiliki

tanggung jawab yang besar sebagai perusahaan pengangkutan ataupun

sebagai pengangkut, PERUM DAMRI selalu mengedepankan kenyamanan

dan keamanan para penumpangnya. PERUM DAMRI Kantor Cabang

Angkutan Bandara Soekarno-Hatta diresmikan pada tanggal 17 Oktober

1984. Berdasarkan SK Direksi Damri No. 134/OT/001/DAMRI 1984 dengan

nama Stasiun PERUM DAMRI Cengkareng. Pada akhirnya tanggal 1

Desember 1984, statusnya dirubah menjadi “PERUM DAMRI Unit angkutan

Khusus Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. PERUM DAMRI unit angkutan

khusus bandara Soekarno-Hatta dapat terus mempertahankan eksistensinya

hingga sekarang karena mereka terus berusaha untuk melayani penumpang

dengan sebaik-baiknya sesuai harapan dan keinginan para penumpang,

ketepatan waktu keberangkatan, kebersihan armada, dan keramahan para

crew untuk melayani penumpang dengan selamat sampai tujuan merupakan

tujuan utama PERUM DAMRI.

2. Tanggungjawab angkutan khusus bandara DAMRI selalu cepat dan sigap,

karena setiap penumpang yang ada di dalam bus DAMRI merupakan

tanggungjawab pengangkut dengan tiket yang sudah dibeli oleh penumpang,

dengan adanya tiket sebagai dokumen pengangkutan yang mengikat

pengangkut untuk bertanggungjawab kepada penumpang dari asal hingga

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 80

sampai di tempat tujuan. Angkutan khusus bandara DAMRI dalam

pelaksanaan tanggungjawabnya juga bekerjasama dengan pihak PT. Jasa

Raharja dalam memberikan asuransi kecelakaan lalu lintas. Sehingga dalam

memberikan tanggungjawabnya DAMRI tidak penah melalaikan tugasnya

untuk bertanggungjawab terhadap penumpang.Dalam masalah kecil yaitu

terkait kehilangan barang penumpang, DAMRI akan mengambil barang itu

dan mengembalikannya kepada penumpang sesuai dengan bagasi nomor

penumpang yang tertera pada tiket penumpang ataupun keterlambatan tibanya

penumpang sampai ditujuan sehingga tiket pesawat hangus DAMRI pun

mengganti uang tiket pesawat penumpang secara penuh. Hal itu tidak pernah

luput dari tanggung jawab DAMRI karena kejadian tersebut terjadi saat

penyelenggraan pengangkutan dan merupakan kelalaian dari pihak DAMRI

maupun penumpang.

3. Pihak-pihak yang dapat meminta pertanggungjawaban seperti pihak ketiga

yang merupakan pihak yang berada di luar perjanjian dengan perusahaan

angkutan, akan tetapi menderita kerugian akan adanya penyelenggaraan

pengangkutan. Pihak DAMRI akan bertanggungjawab kepada pihak ketiga

karena akibat dari bus DAMRI berdampak pada mereka yang ada di luar alat

angkut (pihak ketiga), selama pihak ketiga dapat membuktikan bahwa dia

terkena dampak dari adanya kecelakaan yang diakibatkan oleh bus DAMRI.

Dalam hal tanggungjawab kepada pihak ketiga DAMRI bertanggungjawab

penuh dan tidak lepas tangan.

B. Saran

1. Tanggungjawab merupakan hal yang sangat penting bagi penumpang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 81

karena dengan tingginya rasa tanggungjawab perusahaan pengangkutan

teradap penumpang membuat kepercayaan yang tinggi kepada penumpang

untuk terus bekerjasama dengan Bus DAMRI dalam perjalanan mereka

khusunya ke bandara.

2. PERUM DAMRI unit angkutan khusus bandara Soekarno-Hatta harus

terus meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat, seperti tidak tepat

waktu sampai tujuan diakibatkan hal yang tidak terduga seperti: banjir,

kemacetan, kerusuhan maka bus DAMRI harus segera bertindak untuk

mengatasi hal tersebut dan memberikan lebih banyak informasi kepada

penumpang untuk lebih cepat berangkat agar terhindar dari hal yang tidak

terduga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 82

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Greaves, Rosa, 2000, EC TRANSPORT, England, Pearson Education Limited.

Ilham, 2010, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya, Mitra Jaya Publisher.

J.C.T.Simorangkir, Rudy Erwin,J.T Prasetyo, 2009, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

Miru, Ahmad, Sutarman Yodo, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.

Muhammad, Abdulkadir, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Muhammad, Abdulkadir, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Mulano, Imam Radjo, 1982, Penjelasan Istilah-istilahHukum Belanda-Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Nasution, Az, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta, Diadit Media.

Nurbaiti, Siti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat:Jalan dan Kereta Api, Jakarta,Universitas Trisakti.

Purwosutjipto, HMN, 2003, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan, Jakarta, Djambatan.

Shofie, Yusuf, 2003, Penyelsaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Simanjuntak, PNH, 2005, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta, Jembatan.

Soekanto, Soerjono,2005, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press).

Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, PT.Intermasa.

Uli, Sinta, 2006, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, Medan,USU press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 83

Usman Aji, Sutiono, 2000, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta.

Usman, Rachmadi, 2000, Hukum Ekonomi dalam Dinamika, Jakarta, Djambatan.

B. Undang-Undang:

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 8 Tahun 36/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan Dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2012 Tentang Sumber Daya Manusia Di Bidang Transportasi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Perusahaan Umum (PERUM) DAMRI

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2009, Kitab Undang-Undang KUHPerdata, Jakarta, Pradyna Paramita.

Shofie, Yusuf, 2003, Penyelsaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

C. Internet: http://cherylcarissa.blogspot.co.id/2015/04,resume-hukumpengangkutanhtml/m=1 diakses 4 Juni 2016, pukul 12.00. http://damri.co.id/produk/angkutan-bandara diakses 18 Mei 2016 pukul.22.00. http://damri.co.id/2016/05/11/tentang-perusahaan/sejarah/, diakses 25 Agustus 2016, pukul 22.10. http://www.jasaraharja.co.id/, di akses tanggal 16 Juli 2016, pukul. 17.00. http://nandarfiles.blogspot.co.id/2012/01/perum-damri.html?m=1, diakses pada tanggal 3 Agustus 2016, pukul 12.26 https://www.slideshare.net/mobile/FairNurfachrizi/hukum-pengangkutan, diakses pada tanggal 9 Juli 2016, pukul.20.43.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 84

Sri Ambarwati, “Realisasi Tanggung Jawab Perdata Pengangkut Udara Terhadap Penumpang Penerbangan Domestik Pada PT. Garuda Indonesia (persero), Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2008, diakses pada tanggal 9 Juli, Pukul 22.10.

Wawancara:

Wawancara dengan Bpk Andi Yuneska, selaku ASM.Perencanaan dan PJPERUM DAMRI kantor cabang Angkutan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Timur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA