SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

GUBERNUR JENDERAL VOC JAN PIETERSZOON COEN DAN PEMBANGUN KOTA (1619-1629)

Rani Noviyanti

Program Studi Pendidikan Sejarah, FIPPS Universitas Indraprasta PGRI Email: rasyaraninew@gmail.com

ABSTRACK

The establishment of the city of Batavia in the west of the northern coast of Java, is inseparable from the role of a character named Jean Pieterzoon Coen. Despite earlier Jayakarta (name before Batavia), controlled and built by Prince Fatahillah, but the circumstances in the field of social and economic Jayakarta unlike in the time management J.P. Coen. After Jayakarta controlled by the Company, through a policy of military expeditions designed by JP. Coen, the state of the town of Jayakarta slowly for the sake of gradually increasing the social and economic fields. The increase in the city of Batavia in the field of social and economic policies backed by three JP. Coen was brave enough, namely to increase trading activity in the port of Sunda Kalapa, revitalize the position of the islands in the north of Batavia as a base Adiministrasi and defense and security, as well as opening the door as possible for traders and ethnic Chinese settlers. Three of the policy, is actually pure thought-out meurpakan poured olh JP. Coen, after taking over control of the territory from the Jayakarta Prince Fatahillah.

Keyword : J.P. Coen, Kota Batavia. ABSTRAK

Pendirian kota Batavia di sebelah barat pesisir pantai utara Jawa, tidak dapat dipisahkan dari peran seorang tokoh yang bernama Jean Pieterzoon Coen. Meskipun sebelumnya Jayakarta (nama sebelum Batavia), dikuasai dan dibangun oleh Pangeran Fatahillah, akan tetapi situasi dan kondisi dalam bidang sosial dan ekonomi Jayakarta tidak seperti pada masa pengelolaan J.P. Coen. Setelah Jayakarta dikuasai oleh VOC, melalui kebijakan ekspedisi militer yang dirancang oleh JP. Coen, keadaan kota Jayakarta perlahan demi perlahan semakin meningkat dalam bidang sosial dan ekonomi. Peningkatan kota Batavia dalam lapangan sosial dan ekonomi dilatari oleh tiga kebijakan JP. Coen yang cukup berani, yakni meningkatkan aktivitas perdagangan di pelabuhan Sunda Kalapa, merevitalisasi kedudukan pulau-pulau di utara Batavia sebagai basis adiministrasi dan pertahanan dan keamanan, serta membuka pintu seluas-luasnya bagi pedagang dan pendatang etnis Tionghoa. Tiga kebijakan tersebut, sejatinya meurpakan murni hasil pemikiran yang dituangkan olh JP. Coen, setelah mengambil alih wilayah Jayakarta dari penguasaan pangeran Fatahillah.

Kata Kunci : J.P. Coen, Kota Batavia.

- 54 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

PENDAHULUAN diincar oleh VOC. Karena letaknya yang strategis Berdirinya Batavia tidak terlepas dari sejarah di Selat Sunda dan tidak begitu jauh dari Selat munculnya pelabuhan Sunda Kalapa. Pelabuhan Malaka. VOC memang sudah memiliki kantor Sunda Kalapa merupakan pelabuhan kerajaan dagang di tetapi kedudukan Kesulatanan Sunda atau kerajaan Pajajaran. Menurut berita Banten pada saat itu masih saat kuat makanya Tome Pires Pelabuhan Sunda Kalapa adalah VOC menjatuhkan pilihan di Jayakarta atau pelabuhan yang sangat penting di Jawa Barat. karena letaknya yang dekat dengan muara Karena merupakan tempat berlabuh dan singgang Sungai Ciliwung. VOC berkeinginan untuk pedagang-pedagang dari Palembang, Malaka, mendirikan kantor dagang di Jayakarta atau Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, dan lain-lainya Jakarta, tetapi izin ini ditolak. Akan tetapi diam- (Lubis dkk., 2003:83). diam VOC dengan cara licik membuat gudang yang kokoh dan dan kuat yang dapat dijadikan Pada tanggal 21 Agustus 1522 diadakanlah loji atau benteng. Kedua loji tersebut dinamakan perjanjian persahabatan antara Kerajaan Nassau dan Mauritius (Sagimun, 1988: 63). Pajajaran dan orang-orang Portugis. Isinya Karena tidak minta izin atau persetujuan dari perjanjian adalah orang-orang Portugis boleh penguasa dari Jayakarta maka hubungan antara mendirikan benteng di pelabuhan Sunda Kalapa orang-orang Belanda dan pangeran Jayakarta dan Kerajaan Pajajaran akan menerima barang- Wijayakrama menjadi renggang. Pada saat itu, barang atau bahan-bahan yang dibutuhkannya. datanglah armada Inggris. Persahabatan antara Portugis dan Kerajaan Pajajaran merupakan ancaman bagi Kesultanan Pangeran Jayakarta Wijayakrama dibantu orang- Demak. Seperti yang diketahui Kerajaan orang Inggris sedangkan Jan Pieterszoon Coen Pajajaran adalah Kerajaan Hindu. Dan Portugis terpaksa meninggalkan Jakarta untuk meminta adalah Khatolik sedangkan dalam pelayaran bantuan pasukan VOC di Kepulauan . dunia, Portugis membawa misi Gold, Glory, Selama peperangan pihak VOC mendapatkan Gospel. Dimana Gospel adalah penyebaran keuntungan karena orang-orang Banten, orang- agama Khatolik. Ini adalah ancaman bagi orang Jakarta, dan Inggris tidak bersatu. Perang Kesultanan Demak, karena Kerajaan Demak juga tersebut dimenangkan oleh pihak VOC atau memiliki misi menyebarkan Islam di Banten dan Kompeni Belanda. VOC atau Kompeni Belanda Cirebon. telah menguasai Jayakarta sepenuhnya yang dijadikan sebagai pusat kekuatan VOC. Jan Pada masa Kesultanan Demak Sultan Pieterszoon Coen menghendaki agar daerah yang Trenggono, beliau mengutus Fatahilah atau nama direbutnya menjadi sebuah kota Belanda. Jan lainnya adalah Falatehan untuk merebut Pieterszoon Coen menamakan kota itu “Nieuw pelabuhan Sunda Kalapa. Sebelum benteng ” artinya kota Hoorn Baru. Jan Pieterszoon Portugis didirikan, Fatahillah dan kaum muslimin Coen dilahirkan di kota Hoorn di negeri Belanda sudah dapat merebut pelabuhan Sunda Kalapa. pada tahun 1587. Jadi, Jan Pieterszoon Coen Sunda Kalapa berganti nama menjadi Jayakarta hendak menamakan tempat yang direbutnya itu atau kota kemenangan. Menurut Prof. Dr. menurut kota kelahirannya dan menamakan kota Soekanto peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 itu Nieuw Hoorn (Sagimun, 1988:64. juni 1527. Sehingga hingga sekarang peringatan lahirnya kota Jakarta tetap diperingati pada tanggal 22 Juni 1527 (Soekanto, 1954:12). METODE

Fatahillah sendiri tidak memimpin Jayakarta Penulisan ini menggunakan metode sejarah secara langsung tetapi diserahkan ke Tubagus dengan melakukan tahapan heuristik, kritik, Angke. Kemudian dari Tubagus Angke interpretasi, dan historiografi (Gottschalk, pemerintahan atas kabupatian Jayakarta atau 1985:57) melalui kajian Pustaka yang Jakrata diserakan kepada puteranya bernama berhubungan erat dengan Materi Pembahasan. Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Pada waktu Heuristik adalah metode untuk mencari, orang-orang Belanda datang, Jayakarta atau mengidentifikasikan dan menemukan sumber- Jakarta masuk dalam wilayah Karajaan Banten. sumber Sejarah. Pencaharian ini dilakukan bahwa Hal ini diperkuat oleh berita bahwa Pangeran sumber sejarah merupakan jejak-jejak yang Jayakarta membawa persembahan upeti ketika masih dapat diperoleh untuk menelusuri kembali berkunjung ke Banten. Jakarta sudah sejak lama sebuah kejadian sejarah. Sejarah sebagai kejadian

- 55 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

tidak dapat dimunculkan kembali, tetapi sejarah menempati sebagai prioritas komoditi utama sebagai kisah/cerita dari kejadian yang tetapi tidak terpisah dengan perdagangan beras, dimaksudkan dapat direkonstruksi melalui jejak lada, kain, dan komoditi lainnya. yang ditinggalkannya. Sumber sejarah dibagi dua berdasar bentuknya Sumber tertulis dan tidak Dalam jaringan transaksi dan transportasi tertulis. Sumber tertulis berupa dokumen- komoditi-komoditi tersebut, dengan teknologi dokumen, prasasti, catatan perjalanan. Sumber navigasi dari zaman itu maka dua basis tidak tertulis adalah sumber lisan yaitu pelaku pemusatan perdagangan dan pelayaran ternyata yang terlibat dalam sebuah peristiwa sejarah. mempunyai fungsi yang sangat strategis sekali. Garis Malaka-Maluku memang secara struktural Tahap Kritik merupakan tahap berikutnya setelah merupakan sistem yang berfungsi secara optimal. heuristik. Tahap kritik ini menjadi tahap seleksi Tumbuhlah dalam sistem itu subsistem-subsistem terhadap sumber-sumber tersebut untuk menilai dengan pusat-pusat kecil sebagai pendukung dan tingkat validitasnya. Tingkat validitas disini komplemennya. Dalam usahanya VOC berusaha adalah otientifikasi (keaslian) sumber, kualifikasi menduduki Maluku dahulu dan Malaka kemudian data dalam sumber, dan originalitas sumber serta serta alternatif lain sebagai pengganti Malaka data dalam sumber. Dari tahap kritik lalu menuju adalah Batavia. Dari semula VOC kesulitan tahap interpretasi. Dalam tahap ini dilakukan menghadapi menerobos sistem perdagangan yang penafsiran terhadap data yang telah terseleksi, berlaku. Dengan kontrak-kontrak hendak melalui analisis dan sintesis. Analisis adalah diperoleh monopoli namun selama tidak ada menguraikan sekian data yang ada dan kemudian dukungan kekuatan politik, tidak dapat berjalan mencari hubungan dari data-data tersebut melalui pelaksanaannya. Di kalangan VOC sendiri sintesis. Untuk mengontrol tingkat objektifitas banyak yang menentang penggunaan kekerasan penafsiran maka digunakan teori serta konsep (Kartodirdjo, 1987:73). ilmu-ilmu sosial sehingga hasil penafsiran tidak terjebak dalam sudut pandang subjektif Usaha yang dilakukan VOC adalah mengalihkan melainkan sebesar-besarnya kepada objektifitas kegiatan perdagangan komoditi di Asia (Kartodirdjo, 1992:24). (Haalhandel) yaitu perdagangan tidak hanya di komoditi rempah-rempah saja tetapi ke komoditi Langkah terakhir adalah Historiografi lain seperti beras, kain, dan lada. Selain itu VOC (penulisan sejarah) yaitu mengaktualisasikan mencoba menarik perdagangan pribumi dan hasil penafsiran ke dalam bentuk tulisan. Dalam bangsa Asia ke pusat-pusat yang dikuasainya, historiografie diharapkan adanya aspek seni seperti Batavia dan Ambon, dengan tujuan didalam membahasakan hasil penafsiran tersebut. menarik pajak dam keuntungan lainnya. Aspek seni disini tidak dimaksudkan untuk membawa penafsiran/eksplanasi menjadi Kemenangan Belanda atas Maluku dan Nusa subjektif atau sekedar bercerita saja tetapi Tenggara (1613) dan menjelang penyerahan memberi nilai art, karakter, sehingga tulisan Malaka (1614), membuat kekuasaan Inggris sejarah menjadi tulisan yang hidup, tidak kering, hanya memilki satu loji di Banten, sehingga karena keberhasilan sebuah historiografie modern hanya ada tiga kekuasaan yang perlu di hadapi di tandai dari kemampuan tulisan itu yaitu Makassar, Aceh, dan Mataram. Ketiga menghidupkan kembali suatu kejadian sejarah kekuasaan itu juga leluasa menjalankan tanpa meninggalkan aspek kritis dan konsolidasinya dan ekspansinya, walaupun objektifitasnya (Kuntowijoyo, 2004:35). konfrontasi tidak dapat dihindari seperti serangan Batavia pada tahun 1627-1628.

HASIL DAN PEMBAHASAN Banten yang basis terdekat dengan VOC di Penetapan Batavia Sebagai Markas Besar Batavia segera mengalami kemunduran yang VOC di Sebelah Barat Pantai Utara Jawa disebabkan politk monopoli VOC. Hubungan Sebelum kedatangan VOC ke Nusantara, perdagangan antara Banten dan Malaka sebenarnya sudah terjadi suatu perdagangan sebelumnya sangat baik, rempah-rempah dan internasional dengan sistem terbuka yaitu lada diambil di Banten dan pakaian dijual di peraturan jual-bel, proses penawaran, penentuan tempat itu oleh Portugis. Namun sewaktu Ambon harga, kesemuanya telah mengikuti pola atau dan Banda diblokade oleh Belanda, perdagangan sistem yang berlaku. Rempah-rempah tetap rempah-rempah menyusut sekali sedangkan

- 56 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

permintaan akan bahan pakaian sangat terbatas. mono produksi sedangkan di Pulau Jawa Sendiri Sedangkan perdagangan Indonesia bagain barat selain daerahnya subur sebagai pertanian. Di berpusat di Aceh, sedang monopoli rempah- Jawa terdapat komoditas beras yang tidak kalah rempah yang semakin ketat memindahkan pusat pentingnya dengan komoditas Cengkih dan Pala. pemasaran rempah-rempah di Makassar, Tanaman yang bisa ditanam di Jawa tidak hanya perdagangan bahan pakaian dari Gujarat beras tetapi juga berkembang yaitu teh, kopi dan menyusut sekali karena rakyat mulai menenun gula. Pada periode-periode selanjutnya komoditi sendiri (Kartodirdjo, 1987:77) ini juga merupakan komoditi utama bagi perdagangan VOC. Beragam komoditas ini Penetrasi VOC dalam jaringan perdagangan disebut multi comodity. Juga di Pulau Jawa Nusantara bagian pertama abad XVII banyak sekali pedagang-pedagang Islam yang menghadapi cukup banyak persaingan, baik melakukan perdagangan internasional di mana pedagang dari dari Nusantara hingga pedagang jika tumbuh suatu lokasi pertumbuhan kegiatan luar Nusantara, seperti : Gujarat, Keling, perdagangan di pelabuhan-pelabuhan maka Benggali, dan Cina. Komoditi yang mereka dengan sendirinya terjadi transaksi perdagangan kuasai ternyata mempunyai nilai tukar tinggi di internasional. Indonesia maka haanhandel ternyata sangat menguntungkan, sering melebihi perdagangan Keadaan laut dan angin juga mendukung rempah-rempahnya. Kedua jenis perdagangan perpindahan Markas besar VOC tersebut. Kalau tersebut terjalin erat satu sama lain sehingga saya bisa jelaskan, keadaan laut di sekitar Laut politik monopoli VOC dalam rempah-rempah Jawa adalah laut dangkal berbeda sekali dengan mau tidak mau diperluas mencakup komoditi- keadaan di Laut Arafuru yaitu laut dalam. komoditi dari perdagangan Asia (Kartodirdjo, Keadaan ini juga mempengaruhi pelayaran 1987:78). terutama keadaan kapal-kapal VOC dalam mengangkut barang komoditi di lautan Persaingan yang cukup sengit dan ketat dalam Nusantara. Karena kapal-kapal tersebut bukan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Nusantara hanya sebagai alat pengangkut tetapi ada juga pada paruh pertama abad ke-17, membuat biaya perawatan dari kapal-kapal tersebut. Yang pemimpin VOC di Maluku berencana untuk sebagian besar perawatan kapal-kapal VOC menetapkan kebijakan yang besar dan cukup dilakukan di Pulau Onrust. strategis bagi perkmbangan VOC. Kebijakan tersbut adalah memindahkan pusat dan markas Walaupun VOC memiliki faktorai di Banten dagang VOC, dari wilayah Timur menuju sejak 1603 serta perdagangannya ramai tetapi wilayah Barat. Rencana memindahkan pangkalan kondisi temapat itu tidak menguntungkan. dan pusat dagang VOC dari Maluku menuju Pertama, keadaan keamanan sangat pulau Jawa, dan kemudian pilihan dijatuhkan ke menyedihkan, banyak terjadi pencurian, wilayah Batavia, sebuah wilayah disebelah barat perampok, dan pembunuhan. Kedua, kehadiran pesisir pantai utara Jawa. Inggris dan Portugis di tempat itu menimbulkan Sebelum membuat keputusan pemindahan hubungan politik yang kompleks sehingga sering Markas besar VOC dari Maluku ke Batavia. Pasti terjadi bentrokan. Gubernur pertama VOC 1609 Jan Pieterszoon Coen telah memikirkan secara berusaha melaksanakan rencana matang apa yang akan dilakukannya. Karena ini konsentrasi pemerintahan VOC, dengan minta tidak hanya berbicara tentang perdagangan atau izin dari Pangeran Jakarta untuk membangun pun keuntungan secara materi tetapi dia ingin suatu benteng dengan yurisdiksi sendiri dan mengembangkan emporium itu menjadi bebas dari bea cukai. Persetujuan dari Heren imperium. Di mana kekuasaan VOC tidak hanya XVII tertunda-tunda saja oleh karena sebatas perdagangan tetapi juga kekuasaan dan pertimbangan yang pokok sekali bahwa pendirian sebagai pelopor pertama kekuasaaan di atas benteng di Jakarta itu tidak menimbulkan kerajaan-kerajaan Nusantara yang sebelumnya permusuhan dari pihak Banten (Kartodirdjo, telah berkuasa di Nusantara. Alasan pertama 1987:156). yang membuat Jan Pieterszoon Coen memilih Batavia adalah Maluku walaupun sebagai pusat Pendirian emporium di Jakarta oleh VOC perlu produksi rempah-rempah tapi lambat laun diterangkan dengan latar belakang percaturan komoditas yang populer seperti Cengkih dan Pala politik yang berkaitan dengan hubungan mengalami penurunan atau yang di sebut sebagai multilateral antara kerajaan-kerajaan dan badan-

- 57 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

badan perdagangan asing. Antagonisme antara Nusantara walaupun masih di bawah Banten dan Mataram selama bagian awal abad pemerintahan Kerajaan Belanda. Ini terbukti XVII sangat kuat sehingga tidak terjadi dengan pengahancuran sistem perdagangan pendekatan maupun aliansi. Keadaan ini justru pelabuhan-pelabuhan yang ada di Jawa dan menguntungkan pihak VOC sebagai lawan Blokade terhadap pelabuhan yang ada di Banten mereka. maupun di Makassar. VOC datang ke Nusantara bukan hanya untuk sekedar berdagang tetapi Status Vasal bagi Jakarta terhadap Banten memonopoli semua perdagangan di Nusantara membuat Jakarta punya kewenangan sendiri dan lambat laun menguasai kerajaan-kerajaan untuk mengadakan kerjasama kontrak sendiri yang ada di Nusantara. dengan kompeni atau badan perdagangan asing. Dalam diri Pangeran Jakarta ada rasa iri atas Kebijakan Politik dan Ekonomi JP. Coen kemajuan Banten sehingga dia mengizinkan Dalam Memperkuat Posisi Batavia untuk VOC mendirikan loji di wilayah Jakarta, 1. Memperbanyak Aktivitas Pelayaran dan supaya daerah dia menjadi ramai dan Perdagangan di Pelabuhan Sunda Kalapa mendapatkan keuntungan. Makanya pedagang Inggris juga boleh mendirikan loji di sana. Untuk Salah satu prasasti Purnawarwan raja menjaga prinsip perdagangan terbuka, maka dia Tarumanagara, yang ditemukan di desa Tugu, tidak menginginkan terjadinya persaingan dan Jakarta Utara, mengisyaratkan tentang adanya dominasi antar pedagang asing, maka dia tidak “Kota” di daerah pantai utara Jawa Barat sekitar mengizinkan VOC mendirikan Benteng. Padahal perairan Teluk Jakarta (Poerbatjaraka, 1952, Jan Pieterszoon Coen berpikir jika membangun Noorduyn & Verstappen. 1972: 298-307). Berita- benteng maka tidak hanya melindungi berita Cina yang berasal dari masa pertengahan perdagangannya tetapi juga menjadi basis politik abad V sampai abad VII telah menyebutkan pula utnutk memepertahankan kedudukananya dalam adanya hubungan antara Cina dengan kerajaan- menghadapi keadaan darurat atau krisis politik. kerajaan di Jawa Barat, yaitu Ho-lo-t’o atau Ho- lo-tan, dan To-lo-mo (Taruma) (Wolters, 1967: Dengan adanya Inggris di Banten menyebabkan 354). Berdasarkan berita Cina tersebut, diduga di VOC harus mencari lokasi baru untuk kantor daerah pantai utara Jawa Barat telah terdapat pusat. Karena di Banten sering terjadi insiden tempat-tempat yang menjadi pusat pelayaran dan antara anak buah Kompeni dan orang Inggris. perdagangan, salah satunya adalah Sunda Kalapa. Pada tahun 1617 dua kapal Inggris disita oleh Letak geografisnya yang sangat strategis di VOC di Maluku dimana perdagangan rempah- daerah dekat jalur pelayaran kawasan barat rempah ditutup bagi bangsa Inggris. Pendirian (India) dan kawasan timur (Cina), menyebabkan loji Inggris yang terletak di seberang menyebrang beberapa tempat di daerah pantai utara Jawa sungai Ciliwung merupakan “duri di mata” Barat telah berkembang dengan pesat menjadi Kompeni (Kartodirdjo, 1987:158). kota-kota pelabuhan yang besar dan penting serta ikut berperan dalam perdagangan di Jalur Sutera. Dari alasan-alasan inilah Jan Pieterszoon Coen telah berpikir jauh ke depan. Beliau ingin bukan Sumber utama mengenai pelabuhan Sunda hanya mendirikan emporium dalam hal Kalapa terutama diperoleh dari sumber-sumber perdagangan tetapi juga ingin memperkuat Eropa, khususnya sumber Portugis. Sumber kedudukan Batavia. Pendirian emporium yaitu Portugis ini yaitu laporan kejadian Tome Pires dari hanya berupa loji lalu dia minta didirikan yang ditulis di Malaka dan India tahun 1512- benteng dan lama-kelamaan menjadi Castil 1515, berjudul Suma Oriental. Berisi pelaporan Batavia dan akhirnya menjadi Stad Batavia. Dari atau kisah perjalanan ke Asia, dari daerah sekitar situlah Jan Pieterszoon Coen berpikir bukan Laut Merah sampai ke Jepang. Pada tahun 1513 hanya ingin menguasai perdagangan tetapi Tome Pires sampai di Jawa dan menyusuri pantai sebagai peletak dasar kekuasaan yang ada di utara, serta singgah di beberapa pelabuhan. Batavia. Perubahan dari emporium menjadi Uraian mengenai Jawa (ylha de Jaoa) Tome Pires imperium yaitu bahwa kekuasaan VOC bukan memulainya dengan uraian tentang Sunda hanya memonopoli perdagangan saja tetapi juga (Cumda). Uraiannya sangat rinci, meliputi lama kelamaan ingin menguasai raja-raja di keadaan daerah, kota-kota dan pelabuhan, Nusantara. Secara tidak langsung Jan Pieterszoon perdagangan dan hasil bumi, kehidupan Coen seperti mendirikan Negara baru di wilayah masyarakat dan pemerintahan. Berdasarkan

- 58 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

pemberitaan Tome Pires ini kita mengetahui pada tanggal 21 Agustus 1522. Isinya ialah bahwa Kerajaan Sunda beribukota Dayo kesepakatan pihak Portugis untuk membantu (Dayeuh) yang terletak di pedalaman, dan dapat kerajaan Sunda jika sewaktu-waktu Sunda ditempuh melalui perjalanan selama dua hari dari diserang oleh orang-orang Islam. Sebaliknya pelabuhan Calapa. Tome Pires menyebutkan sebagai imbalan pihak Sunda menjanjikan pula pada waktu itu kerajaan Sunda telah Portugis mendirikan benteng di Bandar Banten, memiliki enam buah pelabuhan, yaitu: Bamtam dan diberi hak untuk memperoleh lada sebanyak (Banten), Pomdam (Pontang), Chegujde 350 kuintal setiap tahunnya. Saksi dari pihak (Cigede), Tamgaram (Tanggerang), Calapa Sunda adalah ‘Padam Tumungo, Ssamgydepati et (Kalapa), dan Chemano (Cimanuk). Tome Pires Bemgar, yakni Paduka Tumenggung, Sang melukiskan kota pelabuhan Kalapa sebagai Adipati dan Syahbandar dari Sunda Kalapa dan pelabuhan utama yang sangat megah dan paling dari pihak Portugis delapan orang. Perjanjian itu baik diantara pelabuhan-pelabuhan yang lain. (tidak ditandatangani oleh pihak Sunda , tetapi) Pelabuhan ini dikelola dengan baik oleh suatu disahkan menurut adat dengan mengadakan pemerintahan lokal di bawah kekuasaan seorang selamatan (Heuken SJ, 1999:47). Syahbandar (Cortessao, 1944: 166). Walaupun sudah ditetapkan bahwa benteng Portugis berdasarkan perjanjian tersebut akan Pada masa Kerajaan Sunda pelabuhan Sunda dibangun di Banten tetapi kemudian mereka Kalapa sudah menjadi pelabuhan utama. Ibukota memilih Kalapa sebagai tempat yang cocok kerajaan ini, Pakuan Pajajaran, terletak di untuk pendirian benteng itu. Sehubungan dengan Batutulis (Bogor) dan pada masa itu dapat perjanjian antara Portugis dan kerajaan Sunda dicapai dalam dua hari perjalanan dengan pada tahun 1522, seorang ahli sejarah dari menyusuri Ciliwung. Sunda Kalapa dikunjungi Perancis Claude Guillot, telah menulis sebuah kapal-kapal dari Palembang, Tanjungpura, artikel berjudul “Le necessaire relecture de Malaka, Makassar, dan Madura, bahkan oleh I’accord Iuso-sundanais de 1522”, yang dimuat pedagang-pedagang dari India, Tiongkok Selatan, dalam majalah Archipel, 42, 1991:53-77. Di dan Kepulauan Ryuku (kini Jepang). Sunda dalam artikelnya ini Guillot mengemukakan Kalapa mengekspor antara lain lada, pala, beras, sanggahannya terhadap anggapan para ahli dan juga emas, seperti juga cula badak ke sejarah selama ini, yaitu bahwa perjanjian 1522 Tiongkok (Heuken SJ, 1997: 22). antara Portugis dan Sunda itu tidak diadakan di Sunda Kalapa, dan tugu padrao tidak Pelabuhan Sunda Kalapa merupakan pelabuhan dipancangkan di Sunda Kalapa. Ke-empat alasan yang menakjubkan dan yang terpenting di antara Guillot tersebut mendapat sanggahan dari Pater pelabuhan lainnya. Perjalanan ke Pelabuhan Adolf Heuken, berdasarkan telaah-ulang atas Sunda Kalapa memakan waktu dua hari dari Kota dokumen-dokumen Portugis yang berkaitan Dayo (Pakuan Pajajaran) di masa Sang Raja dengan masalah Perjanjian Sunda – Portugis Selalu Tinggal. Karena itulah, pelabuhan ini tahun 1522. Untuk melengkapi sanggahannya dianggap yang terpenting. Pelabuhan ini hampir yang Pater Adolf Heuken melakukan pula menyatu dengan Negeri Jawa, namun Cimanuk penelaahan terhadap peta-peta kuno Portugis memisahkan mereka. Perjalanan dari Cimanuk ke maupun Belanda dari masa sekitar abad XVI pelabuhan ini memakan waktu sehari semalam (Djafar, 2008: 4-7). dengan angin ynag baik. Komoditas dagang dari seluruh penjuru kerajaan di bawa ke pelabuhan Dengan tercapainya persetujuan antara Portugis ini. Tempat ini dikelola dengan baik; dengan dengan kerajaan Sunda, berarti Portugis adanya hakim, peradilan, dan juru tulis. berkesempatan meluaskan kekuasaannya sampai Dikabarkan bahwa [peraturan] di kota ini telah pulau Jawa. Hal itu akan merugikan monopoli [dicantumkan] dalam tulisan, [sebagai contoh] dagang Demak di pelabuhan pantai utara Jawa seseorang yang melakukan perbuatan A akan dan membahayakan kesultanan Demak. Oleh dikenakan B dan seterusnya sesuai hukum karena itu, maka sebelum Portugis berhasil kerajaan. Banyak Jung yang merapat ke mendirikan benteng di pelabuhan Sunda, yaitu pelabuhan ini (Pires, 2014:242) Kalapa, pelabuhan itu harus direbut lebih dahulu oleh pasukan bersenjata Demak (Atja, 1986: 58- Menjelang masa akhir kerajaan Sunda terjadi 59). Langkah awal yang dilakukan VOC untuk peristiwa penting yaitu perjanjian antara pihak membangun jaringan perdagangannya adalah Portugis dan Sunda. Perjanjian ini ditandatangani mengangkat Jan Pieterszoon Coen dari kota

- 59 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

Hoorn Belanda sebagai Kepala Tata Buku meriam-meriam yang ditempatkan di panatai dan (Akuntan) VOC yang diberi wewenang atas sebuah kubu dibangun. Tahun 1671 diganti kantor dagang VOC di Banten dan Jayakarta. J.P. dengan Benteng Bekhuis. Artileri ditempatkan di Coen yang menaruh perhatian besar terhadap pulau-pulau sekitarnya untuk melindungi kapal- Jayakarta dan berusaha untuk menjadikan tempat kapal yang sedang diperbaiki maupun muatan ini sebagai pusat kegiatan perdagangan VOC di kapal yang berharga terhadap serangan kapal pulau Jawa (Lubis dkk., 2003: 261). Prancis di bawah Komando Francois Caron dan perompak-perompak lainnya. Daerah di dalam Potensi dan nilai ekonomis yang dimiliki oleh tembok banyak dipenuhi dengan macam-macam wilayah Batavia, ternyata tidak hanya dilihat oleh gedung, sehingga praktis tidka mungkin membela VOC saja, akan tetapi pihak kongsi dagang dermaga ini. Mudah dimengerti bahwa Pulau Inggris (EIC) juga melihat potensi tersebut. Onrust sangant penting bagi perdagangan VOC J.P.Coen sebagai pimpinan VOC saat itu yang hampir sepenuhnya mengandalkan kapal merumuskan dua langkah utama agar dapat layar. Kesan yang diperoleh tempat ini memang menguasai dan mengamankan posisi mereka di kecil tapi sangat ramai dan sibuk. Batavia, dari ancaman EIC dan penguasa Batavia saat itu (Pangeran Wijayakrama). Langkah Peranan besar dari Pulau Onrust juga pernah pertama yang dilakukan J.P.Coen adalah dibicarakan oleh James Cook (Inggris) yang mendapatkan izin dar penguasa Batavia untuk memuji tukang-tukang kayu yang terampil yang mendirikan kantor dagang di wilayah Batavia, bekerja di Onrust. Kapal Endeavor milik James kemudian langkah berikutnya ialah mendirikan Cook pernah diperbaiki pada saat perjalanan benteng sebagai pertahanan militer untuk mengelilingi dunia tahun 1770. Di Pulau Onrust mengamankan segala asset yang dimiliki oleh juga terdapat sebuah gereja kecil (1772), yang VOC di Batavia. Keberadaan benteng inilah yang fondasinya masih dapat ditunjukan oleh penjaga. kelak menjadi awal keberatan dari Pangeran Dapat dilihat pula tempat bekas tiga derek, dua Wijayakrama selaku penguasa Batavia, dan kilang gergaji serta sebuah gudang mesiu memunculkan ketegangan antara VOC dengan meriam. Beberapa gudang besar menyimpan Pangeran Wijayakrama (Lubis dkk, 2003: 262- bahan pemberat, yang dperlukan oleh kapal-kapl 263). layar seperti contoh kayu, tembaga dari Jepang, sendawa dan timah. 2. Merevitalisasi Pulau-Pulau di Utara Batavia (Bagi Kepentingan Perdagangan Pulau-pulau lain di sekitar Onrust yang memiliki dan Militer) peranan dan sejarah yang sama yaitu Pulau Pulau-pulau yang berada dalam wilayah Kahyangan (Cipier). Dahulu ada sebuah dermaga administratif Kepulauan Seribu memiliki peranan panjang dari Pulau Kahyangan (Cipier) ke arah yang besar dalam kegiatan perdagangan VOC. Pulau Onrust. Di Pulau Kahyangan (Cipier) ini Pulau yang paling penting dalam membantu terdapat juga fondasi sebuah benteng bundar kegiatan perdagangan VOC adalah Pulau Kapal besar dan empat meriam kapal yang digali dari (Onrust). pasir pantainya. Di pulau itu pada dahulu kala disimpan barang muatan kapal yang sedang Di sekitar pulau-pulau ini Jan Pieterszoon Coen diperbaiki di Onrust. Di Pulau itu juga terdapat menyusun gelar armadanya pada tahun 1618 banyak meriam kuno. Sisa tembok-tembok di untuk menahan serangan armada Inggris di pulau ini termasuk bekas bangunan sebuah bawah komando Sir Thomas Dale. Beberapa penjara dari masa yang lampau. Di sana terdapat tahun sebelum Batavia didirikan, Pulau Onrust sisa-sisa sebuah sel, yang lazimnya digunakan telah dipergunakan untuk memperbaiki kapal- untuk melaksanakan hukuman mati. Pulau ini kapal Kompeni (1615). Sesudah beberapa bulan memiliki sebuah sumur alam yang manis airnya berlayar dari Eropa ke Jawa, atau dari India, (Heuken, 1997:307). Jepang dan Ambon ke Batavia kapal-kapal perlu di tarik ke pantai, dimiringkan, dan ditambal dan Pulau Kelor atau Onrust Inggris memiliki papan-papan yang tidak lagi kuat diganti. Dalam reruntuhan sebuah benteng bundar dengan rumah sakit kecil awak kapal yang jatuh sakit tembok yang kuat. Pulau yang disebut juga dirawat (Heuken, 1997:301). “Kerkop”, terdapat banyak makam yang semakin Setelah periode pergantian gubernur jenderal dikikis oleh ombak, sehingga tulang belulang VOC sekitar tahun pertengahan abad 17 banyak terangkat dan berserakan. Pulau Bidadari atau

- 60 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

Pulau Sakit (Purmerend) terdapat sisa sebuah maka mereka pun menikah dengan wanita menara besar bundar yang kuat. Pintu masuk di setempat. Imigran Cina ini kemudian bermukim lantai dua dan bekas-bekas kolong besar, yang sampai beberapa generasi dan tidak pernah digunakan sebagai gudang mesiu dan dapat kembali ke negeri asal mereka. Oleh karena itu, dimasuki. Menara yang besar ini dibuat sekiar muncullah etnis Tionghoa peranakan yang abad ke-19. Di atas menara ditempatkan meriam- kemudian merasa menjadi orang Indonesia, sebab meriam. Kalau sekarang puing menar ini meraka lahir, besar, bekerja dan meninggal di dikelilingi taman yang indah. Tahun 1679 pulau bumi Nusantara, bahkan sebagian besar mereka ini pernah menjadi Rumah Sakit bagi para tidak bisa berbahasa Cina, serta mengganggap penderita Kusta yang sebelumnya rumah sakit Nusantara sebagai tanah airnya sendiri. tersebut berada di Angke. Dan setelah beratus- ratus tahun Pulau Bidadari di sulap menjadi Hubungan antara kedua bangsa semakin erat tempat wisata, walaupun masih ada beberapa semenjak adanya kunjungan Panglima Cheng Ho nisan di sana tapi banyak tulang dan kerangka ke Nusantara pada abad ke-15. Pada saat itu yang dikumpulkan dan di bawa ke Pulau Kelor Cheng Ho menegmban misi dari Kaisar Cheng (Heuken, 1997:307). Zhu untuk menjalankan politik kerukunan dan persahabatan dengan bangsa-bangsa asing, Pulau Damar atau Pulau Edam pada tahun 1881 termasuk Nusantara. Pada saat kedatangan masih terdapat mercusuar yang bisa terlihat dari Panglima Cheng Ho yang pertama, sudah banyak jauh bahkan dari Bandar Udara Soekarno Hatta terdapat warga etnis Cina di Pulau jawa, Sumatra, Cengkareng. Fungsi pulau ini adalah sebagai dan kaliamnatan. Pada akhir masa diansti Ming stasiun radar untuk memandu pesawat terbang (1368-1644) dan awal dinasti Ch’ing (1644- ynag menuju Bandar Udara Kemayoran. Saat 1911) jumlah imigran Cina yang datang ke Gibernur Jendral Campuijs mendirikan rumah Nusantara semakin bertambah. Hal ini bagus bertingkat dua. Pulau Edam dijadikan disebabkan adanya penyerangan bangsa Manchu tempat peristirahatan karena hobi dari Campuijs terhadap dinasti Ming, sehingga banayak yang menanam bonsai di antara batu-batu wada, penduduk Cina yang bermigrasi menghindari meamsang jembatan-jembatan kecil dan air peperangan (Wijayakusuma, 2005:8). terjun. Sehingga orang-orang pernah mengaanngap Pulau Edam sebagai salah satu Imigrasi orang Cina pertama secara alami berasal pulau yang menyenangkan di dunia (1682). dari Hokkien Provinsi Hukien di Cina Selatan Setelah berganti gubernur jendral Van Riebeck dan mendarat di Jawa dari Pelabuahan kota (1705), fungsi Pulau Edam lebih kepada bengekel Amoy. Para imigran berbicara dialek Hokien dan pembuatan tambang dan penggergajian kayu, bahasanya, tata cara serta tradisi budaya yang tempat para tawanan menjalani kerja paksa lama kelamaan menyatu dengan tradisi penduduk (Heuken, 1997:309). lokal. Pengaruh budaya Hokkien terdapat pada budaya Betawi yang diidentifikasikan dalam 3. Kebijakan Politik Pintu Terbuka Bagi “Bahasa Betawi” (bahasa ibu dari oarang-orang Pedagang dan Pendatang Tionghoa Jakarta) terutama dalam hal kata-kata yang Pada awal abad ke-17, sebelum kolonialis berhubungan dengan makanan dan peralatan Belanda datang ke Nusantara, bangsa Indonesia makan lokal. Aspek dari budaya Hokkien utnutk dengan Cina telah terlibat dalam hubungan beberapa tingkatan bisa dikenali dalam budaya perdagangan yang dimulai saat dinasti Han peranakan di Jawa (Leo, 1973: 33). (206SM-220M). Pada masa ini, Tiongkok telah Pemukiman Cina secara resmi berada di Batavia, membuka jalur perdagangan dengan negara- dan terletak di timur sungai Ciliwung dan secara negar yang ada di kawasan Asia Tenggara. administrasi dipimpin oleh seorang Kapiten yaitu Dalam hal ini, Jawa dan Sumatera termasuk Nakhkoda Watting. Pada bualan Januari 1611 dalam jalur pelayaran tersebut. Lambat laun, perjanjian dibuat anatara Jacques l’Hermite banyak penduduk Cina yang bermigrasi ke dengan Pangeran Ariawijaya Krama pembelian kepulauan Nusantara, karena daerah Nusantara mengenai lahan yang mana berdekatan dengan sangat subur dibandingkan dengan negeri pemukiman Cina di Jakarta. Harga disepakati Tiongkok yang tandus dan kerap terjadi 3000 Gulden, setelah VOC mulai membangun peperangan dan bencana alam. loji di muara sungai Ciliwung. Dari masa inilah Sebagian besar imigran Cina adalah laki-laki dan dimulai penetrasi VOC dan dominasi yang mereka tidak membawa istri dari negeri asalnya, menjadi tidak bisa dihindari bagian dari sejarah

- 61 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

Indonesia dan kota Batavia. Sebelum pendaratan berencana untuk membangunnya hingga menjadi pertama di Banten pada bulan Juni 1596, Cina sentra perdagangan dan pemukiman bagi para telah memiliki posisi dominan dalam pejabat VOC. Untuk merealisasikan hal itu, VOC perdagangan lada dan bermain dalam pada aturan banyak memerlukan budak. Sebagian besar besar jaringan perdagangan pasar Asia yang budak diambil dari Bengali, arrakan, Malabar, sedang berkembang di wilayah ini. Koromandel, bahkan Tiongkok. Para budak ini, umumnya memiliki keterampilan seperti koki, Pengalaman dalam VOC sejak dia berusia 22 tukang kayu, tukang batu, penjahit, tukang kode, tahun, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen dan lainnya. Kehidupan mereka sangat merencanakan membangun kekuatan penuh memprihatikan karena mereka kerap dianiaya. kekuatan VOC di wilayah timur seperti Portugis Oleh karena itu, banyak budak yang melarikan yang telah melakukannya di Goa, Malaka, dan diri ke hutan (Hardi, 1987:77-78). Makau. Coen, pria berwawasan dan memliki pandangan ke depan yang tajam, melihat bahwa, Saat kota mengalami pertumbuhan, orang-orang tetangganya yaitu pelabuhan Banten berkembang. Cina ikut membangun Batavia seperti tukang Pengalamannya yang luas di Timur, kebun, petani beras, penjual ikan, dam juga meyakinkanya bahwa kemakmuran kota menjadi pemahat, tukang ledeng, tukang kayu, merupakan bagian dari tata niaga dan industri pemotong kayu, pemilik toko. Dan mereka juga yang dilakukan orang-orang Cina. Lagipula, ide bekerja di konstruksi bangunan dan kantor-kantor Coen untuk membangun di timur tidak disetujui VOC, membangun kanal-kanal (grachten) dan oleh Heeren 17, dari surat-suratnya yang membuat kapal-kapal. Beberapa dari mereka permintaanya tidak pernah dibalas. Tuan Coen menyelidiki daerah pedalaman disekitarnya, mengatakan bahwa “daer is geen volck die ons Ommelanden, dan mengolah tanah untuk beter dan Chinesesen dienen” (Tidak ada orang perkebunan gula serta penyulingan arak. Imigran lain yang bisa melayani lebih baik dibanding Cina ada sekitar 300 sampai 400 jiwa di Batavia orang-orang Cina) (Haan, 1922:10). pada bulan Oktober 1619. Pada bulan Juli 1620, pertumbuhan penduduk imigran Cina meningkat Didorong oleh perhatian untuk membangun menjadi 800 jiwa. Di tahun 1621 jumlah mereka Batavia, dimana beberapa tahun kemudian adalah 2100 jiwa dan tahun 1627 sebanyak 3500 jiwa, kejayaan diketahui sebagai Koningin van het tapi tahun 1629 mereka mengalami penurunan oosten (Ratu dari Timur), Coen mengajak orang- menjadi 2000 jiwa (Lohanda, 1996:8). orang Cina dari Banten dan penduduk pinggir pantai seperti Cirebon dan Jepara untuk pindah Warga imigran Cina mulai mengusahakan ke Batavia. Bahkan itu menandakan bahwa dia pendirian pabrik-pabrik penggilingan tebu untuk memerintahkan tentaranya untuk menangkap pembuatan gula. Banyaknya pabrik penggilingan orang-orang Cina. Awalnya upaya penculikan di tebu yang berdiri di sepanjang daerah Batavia Tiongkok berkedok perdagangan. Oleh karena telah memberikan keuntungan, bukan hanya upaya perdagangan tidak berhasil, maka untuk warga imigran Cina tetapi untuk VOC. dilakukanlah upaya penculikan penduduk di Kemajuan usaha ini membuat VOC tahun 1622 untuk dijadikan budak. Dibawah memghentikan impor gula dari Cina Daratan perintah Komandan Cornelis Reyerz, VOC mulai yang saat itu dianggap memilki harga yang lebih melakukan penculikan di berbagai kepulauan tingi. Pada tahap awal jumlah pekerja rata-rata di Tiongkok, salah satunya di Pulau Peng Hu. setiap pabrik gula mencapai 112 orang tenaga Kurang lebih penduduk Peng Hu diculikuntuk kerja, 40% adalah waraga imigran Cina yang dipekerjakan sebagai budak di batavia dan bertanggung jawab memasak gula dan 60% nusantara lainnya. Mereka sering mendapat adalah tenaga kerja dari warga pribumi, yang perlakuan yang sangat menyedihkan dan tidak bertanggung jawab menanam, menebang, dan berperikemanusiaan, sehingga mengakibatkan menggiling tebu, serta mengangkut bahan dan lebih dari setengah jumlah mereka meninggal barang jadi. Melihat maju pesatnya usaha dunia dan hanya tersisa 571 orang. Dalam perkebunan tebu dan penggilingan tebu yang perjalanan menuju Batavia, 473 orang meninggal dimiliki warga imigran Cina, maka tindakan dunia dan hanya sedikit saja yang sampai ke monopoli VOC semakin meningkat. Pemerintah Batavia dan pada akhirnya hanya tersisa 33 orang VOC mengharuskan pemilik pabrik penggilingan (Vermeulen, 1938:9). Melihat maraknya tebu untuk menjual gulanya kepada VOC dengan perdagangan di Batvia, VOC kemudian harga relatif rendah. Selain ityu, pungutan bea

- 62 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

dan pajak kepala terhadap mereka terus Kecerdasan dan kepiawaian J.P. Coen dalam dinaikkan, tanpa mengenal perikemanusiaan. memilih dan membangun kota Batavia dapat dilihat melalui bagaimana J.P. Coen Dapat dikatakan bahwa saat itu masa kejayaan mengeluarkan tiga kebijakan utama yakni ekonomi warga imigran Cina. Pada wkatu itu memperbanyak aktivitas perdagangan di tingkat permintaan gula di pasaran Eropa sangat pelabuhan Sunda Kalapa, merevitalisasi pulau- tinggi. Hal ini ditunjang pula oleh adanya pulau di utara Batavia dan membangun perjanjian perdamaian dengan Banten tahun persekutuan dengan pedagang dan pendatang dari (1683), sehingga mendukung sekali Tionghoa. Secara umum kebijakan tersebut penegmabangan usaha gula. Oleh karena itu, sebagai berikut : Pelabuhan Sunda Kalapa komisaris VOC, meningkatkankan memiliki arti penting karena pelabuhan tersebut pembeliannyakepada warag imigran Cina yang sudah ramai dengan perdagangan internasional menjadi pengusaha gula. Banyaknya pabrik gula sebelum kedatangan VOC. Gubernur Jenderal membutuhkan banyak pekerja sehingga memicu VOC Jan Pieterszoon Coen melihat potensi ini meningkatnya arus migrasi penduduk Cina. Para dengan cara mendirikan loji di seberang sungai imigran ini adalah pekerja ilegal. Situasi ini Ciliwung dengan mendapatkan izin dari Pangeran memaksa pemilik usaha penggilangan gula Jayakarta agar dapat memantau situasi di (Chinese Potchias) kerap harus bermurah hati pelabuhan Sunda Kalapa dan sewaktu-waktu bisa kepada mereka untuk dipekerjakan di mengadakan penyerangan terhadap Pelabuhan penggilingan gula miliknya. Dari sekian banyak tersebut. Pulau-pulau di sekitar Teluk Jakarta imigran Cina yang ilegal tidak sedikit yang juga memiliki peranan yang penting terutama menjadi budak. Banyaknya imigran Cina yang Pulau Onrust dimana sebagai tempatb datang ke Batavia, membuat VOC menerapkan bersandarnya kapal-kapl dagang VOC dan juga peraturan bea masuk yang lebih tinggi terhadap sebagai tempat perbaikan atau perawatan kapal- mereka. Meningkatnya tekanan peraturan kapal tersebut (bengkel). terhadap warga imigran Cina oleh pemerintah pusat tersebut, membuat pejabat-pejabat VOC Imigran Cina banyak memilki peranan di bertindak korup. Akibatnya, segala sesuatu yang Nusantara terutama perkembangan Batavia. dipandang hanyalah materi semata. Untuk Sebelum VOC menguasai Batavia, imigran Cina mendapatkannya tak segan mereka melakukan telah melakukan kegiatan perdagangan dengan pemerasan (Wijayakusuma, 2005:76) pedagang Nusantara. Tetapi setelah kedatangan VOC di Batavia, Coen banyak menggunakan PENUTUP imigran Cina dalam pembangunan Batavia. Banyak dari imigran Cina yang bekerja sebagai Jan Pieterszoon Coen adalah seorang gubernur tukang kayu, tukang kebun, pemilik toko, jenderal yang memiliki wawasan ke depan pemahat, pemilik perkebunan tebu, penyuling (Visioner). Ini bisa dibuktikan bahwa penguasaan arak, pegawai administrasi, dan yang bernasib terhadap Batavia memberikan dampak positif kurang baik dijadikan budak oleh orang-orang bagi perdagangan VOC. Tuan Coen bukan hanya VOC dalam pembangunan kanal-kanal di Casteel berpikir memindahkan markas besar VOC dari Batavia. Di dalam masyarakat Cina ada seorang Maluku ke Batavia, tetapi alasan lain Batavia yang diangkat menjadi pemimpin dan biasanya dijadikan pusat perdagangan dengan pendirian berasal dari keluarga kaya, pemimpin ini disebut loji yang lambat laun menjadi Casteel Batavia Kapiten. Kerajinan dan keuletan imigran Cina membuktikan bukan hanya ingin menguasai membuat mereka sebagai salah satu pembangun perdagangan tetapi kepada kekuasaan dengan perekonomian Batavia. Mengenai pertumbuhan membentuk pemerintahan di Batavia. Istilah Batavia yang masih bergantung kepada imigran Emporium yaitu hanya sebagai loji atau tempat Cina, hal ini seperti yang dikemukan oleh gudang penyimpanan barang perdagangan lambat Francois Valentijn bahwa apabila tidak ada laun berkembang menjadi Imperium. Dari istilah imigran Cina, Batavia akan menjadi kota yang Imperium saja bisa di jelaskan tujuan dari Tuan kehilangan pesonanya. Coen. Batavia adalah pusat kekuasaan dari VOC yang ada di Nusantara yang juga merupakan perpanjangan tangan dari kekuasaan pemerintahan kerajaan Belanda.

- 63 -

SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hal. 54-64 Novianti. R, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterson Coen ....

DAFTAR RUJUKAN Lohanda, Mona. 1996. The Kapitan Cina of Batavia 1837-1942 : A History of Chinese Atja, 1986. Carita Purwaka Caruban Nagari: Establishment in Colonial Society. Jakarta Karya Sastra Sebagai Sumber : Djambatan. Pengetahuan Sejarah. Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat. Lubis, Nina H., dkk. 2003. Sejarah Tatar Sunda, Jilid 1. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Djafar, Hasan. 2008. “Beberapa Masalah Sekitar Padjajaran Kerajaan Sunda dan Sumber Sejarahnya”, (Makalah Pada Seminar Revitalisasi Noorduyn, J. & H.TH. Verstappen. 1972. Makna dan Khasanah Situs “Purnavarman’s River-works Near Tugu”. Sindangbarang). Bogor: Dinas Bijdragen tot de Taal-, Land- en Kebudayaan dan Pariwisata, Pemda Kab. Volkenkunde. 128: 298-307. Bogor Pires, Tome. 2014. Suma Oriental Perjalanan Han, F. De. 1922. Oud Batavia. Bandung: A.C. Dari Laut Merah ke Cina & Buku Mix & Co. Francisco Rodrigues (Diterjemahkan oleh Adrian Perkasa dan Anggita Hardi, Lasmidjah. 1987. Jakartaku Jakartamu Pramesti). Jakarta: Penerbit Ombak. Jakarta Kita. Jakarta: Yayasan Pecinta Sejarah & Pemerintah DKI Jakarta. Sagimun, 1988. Jakarta Dari Tepian Air ke Kota Proklamasi. Jakarta : Pemerintah Daerah Heuken, Adolf. 1997. Tempat-Tempat Bersejarah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Museum & Di Jakarta. Jakarta: Cipta Loka Caraka. Jakarta.

______1999. Sumber-Sumber Asli Soekanto, 1954. Dari Djajakarta ke Djakarta. Sejarah Jakarta Jilid 1. Jakarta: Cipta Jakarta. Penerbit “Soerangan” Petjenongan Loka Caraka. 58 Djakarta.

Kartodirdjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Vermeulen, J.T.1938. De Chineezen te Batavia Indonesia Baru 1500-1900 (Dari en de Troebelen van 1740. Leiden : E.Ijdo. Emporium Sampai Imperium) Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia. Wijayakusuma, Hembing. 2005. Pembantaian Massal 1740 Tragedi Berdarah Angke. Leo, Philip. 1973. Chinese Loanwords Spoken by Jakarta: Pustaka Populer Obor. the Inhabitants of the City of Jakarta. Jakarta: LRKN-LIPI. Wolters, O.W. 1967. Early Indonesian Commerce: A Study of the Origin of Siwijaya. Ithaca/New York: Cornell University

- 64 -