IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

(Identification of the Leading Economic Sectors in West Tulang Bawang Regency)

Yudiansyaha, Dwi Haryonob, Agus Hudoyob

aBappeda, Panaragan, Tulang Bawang Tengah, Kab.Tulang Bawang Barat,34693. b Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas , Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1, , 35145. Corresponding Author : Telp. 08127279606, e-mail: [email protected]

Naskah diterima: 16 Maret 2019 Naskah disetujui: 24 Mei 2019

ABSTRACT

The ability of the region in spurring economic growth is highly dependent on the superiority or competitiveness of economic sectors in its region. The limited resources possessed by the West Tulang Bawang Regency, priority scale is needed for the development of leading sectors based on regional characteristics and their relevance to other regions. The main aim of this research is identify the leading economic sectors of West Tulang Bawang Barat Regency. This research uses some methods, are (1) Location quotient; (2) Shift-share; and (3) Input-Output. The results of the analysis show that the leading economic sectors in West Tulang Bawang Barat Regency are the food and beverage industry, information and communication, livestock, large and retail trade, and plantations.

Keywords: input-output, leading sectors, location quotient, shift-share

PENDAHULUAN penggerak utama (prime mover) dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu Semakin besar ekspor suatu wilayah ke proses kenaikan pendapatan riil masyarakat wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan suatu daerah dalam jangka panjang. wilayah tersebut dan demikian sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak Teori basis ekonomi mengklasifikasikan terlepas dari peran setiap sektor dalam kegiatan ekonomi dalam dua sektor yang perekonomian daerah tersebut. Peranan terpisah, yaitu sektor basis dan sektor non- langsung dari setiap sektor akan menghasilkan basis. Sektor basis merupakan aktivitas sektor prioritas dalam perekonomian secara ekonomi yang terutama ditujukan untuk menyeluruh. Sektor ini mempunyai memenuhi permintaan ekspor, sementara keunggulan sumberdaya dan lebih bersifat sektor non-basis adalah aktivitas produksi, basis yang mampu mengekspor barang dan pelayanan, dan jasa yang ditujukan untuk jasa atau pun tenaga kerja ke daerah lain di luar melayani permintaan lokal. Menurut Arsyad wilayah. Menurut Adisasmita (2013), (2010), sektor basis akan menghasilkan aktivitas basis memiliki peranan sebagai

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 13 barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah Dengan demikian, produk-produk yang maupun di luar daerah. Sektor ini akan dihasilkan akan mempunyai daya saing yang meningkatkan pendapatan bagi daerah dan selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi daerah, karena produk-produk yang dihasilkan dan investasi. Peningkatan pendapatan akan dapat menguasai pasar sehingga kegiatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan produksi dapat berkembang dengan baik. terhadap sektor basis, tetapi juga menaikkan Pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor permintaan terhadap sektor non-basis (lokal). ekonomi di suatu daerah dapat diketahui Setiap perubahan yang terjadi pada sektor menggunakan analisis shift-share. Analisis ini basis akan menimbulkan efek ganda membagi pertumbuhan wilayah dalam tiga (multiplier effect) dalam perekonomian komponen, yaitu: 1) komponen share, regional. Oleh karena itu, sektor basis patut menjelaskan bagaimana pertumbuhan wilayah dikembangkan di suatu daerah. dibandingkan dengan pertumbuhan nasional; Sektor basis ekonomi suatu daerah dapat 2) komponen mix, menjelaskan kecepatan dianalisis dengan metode Location Quotient pertumbuhan wilayah dibanding nasional; dan (LQ). Metode ini dapat mengukur seberapa 3) komponen competitive, menjelaskan besar peranan suatu sektor di suatu daerah keunggulan kompetitif suatu sektor dalam dengan cara membandingkan Produk wilayah dibanding secara nasional (Nugroho Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu sektor dan Dahuri 2012). di suatu daerah dengan PDRB sektor sejenis Penggunaan metode analisis LQ dan shift- dalam perekonomian regional atau nasional. share cukup baik dipakai dalam melihat Hasil analisis ini dapat diketahui sektor-sektor hubungan langsung dari suatu sektor yang basis dan non-basis yang dapat digunakan mempunyai potensi sebagai sektor unggulan. sebagai dasar pemilihan pengembangan Akan tetapi, kedua metode analisis tersebut sektor-sektor ekonomi unggulan yang tidak bisa melihat hubungan tidak langsung menghasilkan percepatan pertumbuhan dari sektor-sektor dalam suatu perekonomian ekonomi di daerah tersebut. wilayah. Peranan langsung sektor-sektor dalam Hubungan tidak langsung dari setiap pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tidak sektor dalam perekonomian, dapat dilihat dari hanya bersifat sector-based, tetapi juga adanya penggunaan input antara yang berasal bagaimana kinerja atau produktivitas kerja dari output sektor produksi lain dan sektor basis tersebut dalam konteks wilayah penggunaan input primer seperti tenaga kerja yang lebih luas. Sjafrizal (2008), menyatakan dan modal, sehingga membuat suatu sektor bahwa pembangunan ekonomi daerah haruslah produksi menjadi terintegrasi dengan sektor- diletakkan pada sektor-sektor yang sektor lainnya. Hubungan ini merupakan mempunyai keuntungan kompetitif yang hubungan saling ketergantungan satu dengan tinggi, tidak hanya tergantung pada kandungan lainnya, dimana output dari suatu sektor sumber daya tetapi juga memperhatikan produksi merupakan input bagi sektor teknologi dan kualitas sumber daya manusia produksi lainnya, begitupun sebaliknya. Hal yang dimiliki oleh sektor yang bersangkutan. ini menunjukkan bahwa tidak mungkin suatu

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 14 sektor ekonomi dapat berkembang terus hanya untuk menentukan arah pembangunan dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. daerahnya. Pemerintah daerah harus mampu Kemajuan suatu sektor tidak terlepas dari mengetahui penyebab tingkat pertumbuhan dukungan yang akan diberikan oleh sektor dan stabilitas dari perekonomian wilayahnya. lainnya, sehingga keterkaitan antarsektor ini Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk memajukan seluruh daerah, menuntut Pemerintah Kabupaten sektor yang terdapat dalam perekonomian. Tulang Barat untuk memberikan prioritas Dengan melihat keterkaitan antarsektor, maka terhadap sektor-sektor unggulan dan sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi diharapkan dapat mendorong sektor-sektor dengan banyak sektor pada dasarnya lain untuk berkembang. Penelitian ini merupakan sektor yang perlu mendapat bertujuan untuk : 1) mengidentifikasi sektor- perhatian lebih (Nazara, 2011). Suatu sektor sektor ekonomi basis dalam perekonomian yang terindikasi sebagai unggulan dianggap Kabupaten Tulang Bawang Barat; 2) memiliki kemampuan daya sebar dan mengetahui sejauhmana produktivitas kerja kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu dari sektor-sektor basis; 3) menganalisis perekonomian, sehingga efek yang diberikan keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda bersifat ganda. Disatu sisi sektor tersebut (multiplier effect); dan 4) menentukan sektor- dapat mendorong permintaan agregat sektor ekonomi unggulan perekonomian (aggregate demand) yang lebih tinggi, dan Kabupaten Tulang Bawang Barat. disisi lain bisa meningkatkan penawaran agregat (aggregate supply) untuk memenuhi METODE PENELITIAN kebutuhan domestik (Daryanto dan Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Hafizrianda, 2013). Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. Salah satu model yang dapat menjelaskan Pertimbangan pemilihan daerah ini bagaimana interaksi antarsektor ekonomi itu dikarenakan Kabupaten Tulang Bawang Barat terjadi adalah model input-output (I-O). merupakan salah satu daerah otonomi di Penelitian dan studi empiris yang Provinsi Lampung yang mempunyai menggunakan model I-O telah dilakukan oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. beberapa peneliti (Maulana, 2016; Widyawati, Jenis data yang digunakan dalam 2015; Soedomo, 2010). Dari hasil analisis I-O penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dapat diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi digunakan adalah Produk Domestik Regional unggulan di suatu daerah adalah sektor-sektor Bruto (PDRB) Kabupaten Tulang Bawang yang memiliki keterkaitan antarsektor dan Barat dan PDRB Provinsi Lampung pada dampak pengganda yang tinggi. periode 2010 – 2017. Selain itu, data yang Kebijakan otonomi daerah telah digunakan adalah Tabel Input-Output (I-O) memberikan kewenangan kepada pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat atas harga daerah dalam mencapai tujuan pembangunan produsen tahun 2016. Data tersebut bersumber daerah. Sebagai salah satu daerah otonomi di dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tulang Provinsi Lampung, Kabupaten Tulang bawang Barat, BPS Provinsi Lampung, dan Bawang Barat memiliki peran yang besar Bappeda Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 15

Analisis Location quotient PNij = Komponen pertumbuhan nasional pada sektor i di Kab. Tulang Penentuan sektor basis dan non-basis Bawang Barat menggunakan analisis Location Quotient PPij = Komponen pertumbuhan (LQ). Data yang digunakan adalah PDRB proporsional pada sektor i di Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat dan PDRB PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa Provinsi Lampung periode 2010 – 2017. wilayah pada sektor i di Kabupaten Menurut Priyarsono, dkk (2007), secara Tulang Bawang Barat matematis nilai LQ dapat dihitung dengan Y = PDRB total Provinsi Lampung pada menggunakan rumus sebagai berikut: tahun dasar analisis Y’ = PDRB total Provinsi Lampung pada 푣푖 tahun akhir analisis ⁄푣푡 LQi = 푉푖 (1) Yi = PDRB dari sektor i Provinsi ⁄푉푡 Lampung pada tahun dasar analisis Keterangan: Y’i = PDRB dari sektor i Provinsi vi = Jumlah PDRB pada sektor i di Lampung pada tahun akhir analisis Kabupaten Tulang Bawang Barat Yij = PDRB dari sektor i Kabupaten vt = Total PDRB Kabupaten Tulang Tulang Bawang Barat pada tahun Bawang Barat dasar analisis Vi = Jumlah PDRB pada sektor i di Y’ij = PDRB dari sektor i Kabupaten Provinsi Lampung Tulang Bawang Barat pada tahun Vt = Total PDRB Provinsi Lampung akhir analisis Apabila nilai LQ > 1, maka sektor i adalah Ra = Rasio PDRB Provinsi Lampung basis. Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1, maka Ri = Rasio PDRB Provinsi Lampung sektor i adalah non-basis. dari sektor i ri = Rasio PDRB Kabupaten Tulang Analisis Shift-share Bawang Barat dari sektor i Kriteria penilaian: Analisis shift-share digunakan untuk melihat Apabila PPij > 0, maka sektor i pada wilayah j kinerja atau produktivitas kerja sektor-sektor pertumbuhannya cepat. Sebaliknya, jika PPij ekonomi. Data yang digunakan adalah PDRB < 0. Kabupaten Tulang Bawang Barat dan PDRB Apabila PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Provinsi Lampung dalam dua periode waktu j mempunyai daya saing yang baik yaitu tahun 2013 dan 2017. Persamaan analisis dibandingkan dengan wilayah lainnya. shift-share adalah sebagai berikut: Sebaliknya, jika PPWij < 0. Analisis Input-Output ∆Yij = PNij + PPij + PPWij (2) Y’ij-Yij = Yij(Ra) + Yij(Ri – Ra) Analisis Input-Output (I-O) digunakan untuk + Yij(ri – Ri) (3) mengetahui keterkaitan antarsektor dan angka Keterangan: pengganda yang ditimbulkan dari setiap sektor Ra = Y’ / Y perekonomian. Data yang digunakan adalah Ri = Y’i / Yi Tabel Input-Output Kabupaten Tulang ∆Yij = Perubahan dalam PDRB pada Bawang Barat atas harga produsen tahun 2016 sektor i di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang diklasifikasikan ke dalam 31 sektor.

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 16

Keterkaitan antarsektor terdiri dari Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang. Keterkaitan ke depan adalah untuk depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor melihat peningkatan output melalui penawaran dan jumlah seluruh matriks kebalikan Leontief. output, sementara keterkaitan ke belakang Rumus yang digunakan untuk mencari nilai digunakan untuk melihat peningkatan output kepekaan penyebaran adalah : melalui sisi permintaan input (Nazara, 2011). 푛 Akan tetapi, hasil analisis keterkaitan langsung 푛 ∑푗=1 훼푖푗 Sdj = (5) ∑푛 ∑푛 dan tidak langsung baik ke depan maupun ke 푖=1. 푗=1 훼푖푗 belakang belum memadai dipakai sebagai Keterangan: landasan pemilihan sektor kunci. Indikator- Sdi = kepekaan penyebaran sektor i indikator keterkaitan ke belakang dan ke depan αij = matriks invers Leontief terbuka tidak dapat diperbandingkan antarsektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor Tabel 1. Rumus perhitungan multiplier tidak sama. Oleh karena itu, kedua indeks menurut tipe dampak Multiplier tersebut harus dinormalkan dengan cara Dampak membandingkan rata-rata dampak yang Output Pendapatan Awal 1 h ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata- j Putaran ∑ iaij ∑ iaijhi rata dampak seluruh sektor. Analisis ini Pertama disebut dengan dampak penyebaran yang Duk. Industri ∑ iαij - 1 - ∑ ∑ iαijhi - hj - terbagi dua yaitu koefisien penyebaran dan iaij ∑ iaijhi kepekaan penyebaran (Priyarsono, dkk., Induksi ∑ iα*ij - ∑ ∑ iα*ijhi - ∑ 2007). Konsumsi iαij iαijhi Koefisien penyebaran merupakan Total ∑ iα*ij ∑ iα*ijhi Lanjutan ∑ α* - 1 ∑ α* h - h keterkaitan langsung dan tidak langsung ke i ij i ij i i Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2013). belakang yang dinormalkan dengan jumlah Keterangan : sektor dan jumlah seluruh matriks kebalikan aij = Koefisien Output. Leontief. Rumus yang digunakan untuk hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga. mencari nilai koefisien penyebaran adalah : ei = Koefisien Tenaga Kerja. αij = Matriks Kebalikan Leontief Model 푛 Terbuka. 푛 ∑푖=1 훼푖푗 Pdj = 푛 푛 (4) ∑푖=1. ∑푗=1 훼푖푗 α*ij = Matriks Kebalikan Leontief Model Tertutup. Keterangan: Pdj = koefisien penyebaran sektor j. Apabila nilai Sdi > 1, maka sektor i αij = matriks invers Leontief terbuka mempunyai keterkaitan ke depan yang tinggi. Sebaliknya jika nilai Sdi < 1, maka sektor i Apabila Pdj > 1, maka sektor j mempunyai mempunyai keterkaitan ke depan yang rendah. keterkaitan ke belakang yang tinggi. Analisis angka pengganda yang dilakukan Sebaliknya jika nilai Pdj < 1, maka sektor j dalam studi ini adalah angka pengganda output mempunyai keterkaitan ke belakang yang dan angka pengganda pendapatan. Angka rendah. Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 17 pengganda output dihitung dalam per unit pada analisis: a) komponen pertumbuhan perubahan output, yaitu kenaikan atau proporsional (PP); dan b) pertumbuhan pangsa penurunan output sebesar satu unit satuan wilayah (PPW). moneter. Sementara angka pengganda Penentuan skor untuk hasil analisis input- pendapatan digunakan mengukur peningkatan output diberikan pada analisis: a) indeks daya pendapatan akibat adanya perubahan output penyebaran (IDP); b) indeks derajat kepekaan dalam perekonomian (Priyarsono, dkk., 2007). (IDK); c) angka pengganda output; dan d) Rumus perhitungan angka pengganda menurut angka pengganda pendapatan. tipe dampak disajikan pada Tabel 1. Penilaian skor dari tiap-tiap hasil analisis Selanjutnya, untuk melihat hubungan menggunakan rentang skala 1 – 5. Tiap-tiap antara efek awal dan efek lanjutan per unit skor mempunyai rentang skala yang diperoleh pengukuran dari sisi output dan pendapatan, dengan cara sebagai berikut: maka dihitung dengan menggunakan rumus 푁𝑖푙푎𝑖 푡푒푟푡𝑖푛𝑔𝑔𝑖 − 푁𝑖푙푎𝑖 푡푒푟푒푛푑푎ℎ multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut: 푁𝑖푙푎𝑖 𝑖푛푡푒푟푣푎푙 푠푘표푟 = 5

퐴푤푎푙+푃푢푡푎푟푎푛 푃푒푟푡푎푚푎+퐷푢푘푢푛푔푎푛 퐼푛푑푢푠푡푟푖 푇𝑖푝푒 퐼 = Langkah terakhir adalah melakukan 퐸푓푒푘 퐴푤푎푙 penjumlahan skor dari hasil penilaian pada 퐴푤푎푙+푃. 푃푒푟푡푎푚푎+퐷푢푘.퐼푛푑푢푠푡푟푖+퐼푛푑푢푘푠푖 퐾표푛푠. 푇𝑖푝푒 퐼퐼 = analisis shift-share dan input-output. 5 sektor 퐸푓푒푘 퐴푤푎푙 ekonomi yang memperoleh skor tertinggi Menurut Miller dan Blair (2009), rata-rata dapat diidentifikasi sebagai sektor-sektor dari dua pengganda ini merupakan angka ekonomi unggulan di Kabupaten Tulang pengganda yang lebih tepat untuk digunakan. Bawang Barat.

Tahapan Penentuan Sektor Unggulan HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah pertama identifikasi sektor-sektor Sektor-sektor Ekonomi Basis di Kabupaten ekonomi unggulan di Kabupaten Tulang Tulang Bawang Barat Bawang Barat dilakukan terhadap sektor- Hasil analisis LQ menunjukkan terdapat sektor basis yang diperoleh dari hasil analisis delapan sektor basis di Kabupaten Tulang Location quotient. Hal ini didasari bahwa Bawang Barat dengan nilai LQ>1. Sektor- sektor-sektor basis merupakan penggerak sektor tersebut adalah tanaman pangan; utama pertumbuhan perekonomian suatu perkebunan; peternakan; jasa pertanian dan wilayah. Sektor-sektor tersebut mampu perburuan; industri makanan dan minuman; menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di industri karet, plastik dan sejenisnya; sektor daerah maupun di luar daerah, sehingga akan perdagangan besar dan eceran bukan mobil meningkatkan pendapatan bagi daerah dan dan sepeda motor; dan informasi dan menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi komunikasi. Hasil identifikasi sektor basis di dan investasi. Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat Langkah selanjutnya adalah penilaian pada Tabel 2. pada sektor-sektor basis dengan analisis shift- Sektor-sektor basis di Kabupaten Tulang share dan analisis input-output. Penentuan Bawang Barat tidak terlepas dari potensi skor dari hasil analisis shift-share diberikan

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 18 sumber daya yang dimiliki. Pada tahun 2017, meningkatkan penggunaan jaringan internet di Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat. luas pertanian lahan sawah sebesar 12,178 ha, luas lahan perkebunan sebesar 41,342 ha, dan Produktivitas Kerja Sektor-sektor Basis luas lahan tegal/ladang sebesar 38,210 ha. Hasil analisis shift-share menggunakan dua Tenaga kerja di sektor ini berjumlah 89,976 periode waktu 2013 dan 2017, menunjukkan jiwa atau atau mampu menyerap tenaga kerja bahwa secara keseluruhan sektor-sektor basis sebesar 64.35% dari jumlah penduduk yang di Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki bekerja. Sementara itu, jumlah industri nilai komponen pertumbuhan nasional (PNij) makanan dan minuman sebanyak 295 unit atau yang positif. Hal ini menggambarkan bahwa sekitar 31.41% dari total industri yang ada di pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada sektor positif dipengaruhi oleh perubahan kebijakan informasi dan komunikasi, adanya nasional, misalnya nilai tukar (kurs), sistem peningkatan infrastruktur layanan jasa perpajakan, subsidi, tingkat inflasi dan telekomunikasi seperti pembangunan jaringan berbagai kebijakan moneter dan fiskal lainnya fiber optic maupun infrastruktur Base yang berlaku secara nasional terhadap Transceiver Station (BTS), mampu perkembangan seluruh sektor.

Tabel 2. Hasil identifikasi sektor basis di Kabupaten Tulang Bawang Barat, periode tahun 2010 – 2017.

Nilai LQ Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Tanaman Pangan 1.7000 1.7300 1.7600 1.7400 1.7500 1.7400 1.7400 1.7200 1.7300 2. Perkebunan 1.1500 1.1700 1.1700 1.2000 1.2100 1.1900 1.2000 1.2400 1.1900 3. Peternakan 1.4700 1.4200 1.4100 1.4100 1.4100 1.4100 1.4000 1.3200 1.4100 4. Jasa Pertanian dan Perburuan 1.1400 1.1900 1.2300 1.1900 1.1900 1.1900 1.1900 1.1700 1.1900 Industri Pengolahan 1. Industri Makanan dan Minuman 1.9000 1.9800 1.9700 1.9400 2.0100 1.9900 2.0200 2.0000 1.9800 2. Industri Karet, Plastik dan Sejenisnya 1.3300 1.4200 1.3500 1.3500 1.3400 1.3500 1.3400 1.2700 1.3400 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Kendaraan Perdangangan Besar dan Eceran; Bukan 1.2600 1.2300 1.2500 1.2700 1.2400 1.2400 1.2400 1.2100 1.2400 Mobil dan Sepeda Motor Informasi dan Komunikasi 1.0800 1.0700 1.0400 1.0400 1.0300 1.0100 1.0400 1.0300 1.0400

Produktivitas Kerja Sektor-sektor Basis nasional, misalnya nilai tukar (kurs), sistem Hasil analisis shift-share menggunakan dua perpajakan, subsidi, tingkat inflasi dan periode waktu 2013 dan 2017, menunjukkan berbagai kebijakan moneter dan fiskal lainnya bahwa secara keseluruhan sektor-sektor basis yang berlaku secara nasional terhadap di Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki perkembangan seluruh sektor. nilai komponen pertumbuhan nasional (PNij) Sementara itu, hasil analisis pada yang positif. Hal ini menggambarkan bahwa komponen pertumbuhan proporsional (PPij) pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara menunjukkan 4 sektor basis yang bernilai positif dipengaruhi oleh perubahan kebijakan positif (+) dan 4 sektor lainnya memperoleh nilai negatif (-). Keempat sektor yang bernilai

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 19 positif adalah sektor peternakan, industri keunggulan komparatif, akses ke pasar, makanan dan minuman, perdagangan besar dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan eceran (bukan mobil dan sepeda motor) ekonomi serta kebijakan ekonomi regional. serta informasi dan telekomunikasi. Nilai Hasil identifikasi pertumbuhan sektor-sektor positif menunjukkan bahwa pertumbuhan basis di Kabupaten Tulang Bawang Barat sektor tersebut lebih cepat dibandingkan disajikan pada Tabel 3. dengan pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Lampung. Pertumbuhan sektor yang Dampak Penyebaran lambat dapat terjadi dikarenakan perbedaan Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan sektor dalam permintaan produk akhir, langsung dan tidak langsung ke belakang yang perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah perbedaan dalam kebijakan industri (seperti seluruh matriks kebalikan Leontief, sedangkan kebijakan perpajakan, subsidi, dan price kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan support) dan perbedaan dalam struktur dan langsung dan tak langsung ke depan yang keragaman pasar. Selanjutnya, pada analisis dinormalkan dengan jumlah sektor dan jumlah komponen keunggulan kompetitif (PPWij) seluruh matriks kebalikan Leontief. Sektor- diperoleh hasil 3 sektor yang bernilai positif sektor yang memiliki indeks daya penyebaran (PPWij>0) dan 5 sektor yang bernilai negatif lebih dari satu (IDP>1) berarti daya (PPWij<0). Ketiga sektor yang bernilai positif penyebaran sektor tersebut di atas rata-rata tersebut adalah perkebunan; industri makanan daya penyebaran secara keseluruhan. dan minuman; dan informasi dan Demikian pula untuk indeks derajat kepekaan, telekomunikasi. Sektor yang bernilai positif sektor-sektor yang mempunyai indeks derajat menunjukkan sektor tersebut memiliki kepekaan lebih dari satu (IDK>1) berarti keunggulan daya saing (kompetitif) di Provinsi derajat kepekaan sektor tersebut di atas derajat Lampung. Keunggulan daya saing sektor- kepekaan rata-rata secara keseluruhan. sektor tersebut dapat ditentukan oleh

Tabel 3. Hasil identifikasi pertumbuhan sektor-sektor basis di Kabupaten Tulang Bawang Barat

Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa Pergeseran Bersih Sektor Nasional (PNij) Proporsional (PPij) Wilayah (PPWij) (PNij) Tanaman Pangan 237,901.72 -90,879.09 -3,453.88 -94,332.97 Perkebunan 116,104.09 -73,852.41 28,599.10 -45,253.31 Peternakan 73,327.72 6,481.95 -22,167.63 -15,685.69 Jasa Pertanian dan Perburuan 11,428.86 -7,009.74 -282.64 -7,292.39 Industri Makanan dan Minuman 303,147.05 86,474.61 67,783.76 154,258.37 Industri Karet, Plastik dan Sejenisnya 30,361.91 -12,049.42 -6,835.04 -18,884.46 Perdangangan Besar dan Eceran; Bukan 138,452.01 25,598.73 -28,185.74 -2,587.01 Mobil dan Sepeda Motor Informasi dan Komunikasi 51,117.29 59,064.29 687.52 59,751.81

Hasil analisis menunjukkan terdapat 5 minuman; industri karet, barang dari karet dan sektor basis yang memiliki indeks daya plastik; dan informasi dan komunikasi. Sektor penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang basis yang memiliki IDP dan IDK yang rendah tinggi. Sektor-sektor tersebut adalah adalah sektor jasa pertanian dan perburuan. perkebunan; peternakan; industri makanan dan

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 20

IDP dan IDK sektor-sektor basis disajikan perubahan output suatu sektor produksi jika pada Tabel 4. terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogennya. Dalam studi ini, analisis dampak Tabel 4. IDP dan IDK sektor-sektor basis di pengganda yang dilakukan adalah angka Kabupaten Tulang Bawang Barat pengganda output dan angka pengganda Indeks Daya Indeks Derajat pendapatan. Penyebaran No. Sektor Kepekaan (IDK) (IDP) Hasil analisis pengganda output sektor- Nilai Kategori Nilai Kategori 1. Perkebunan 1.2107 Tinggi 1.0225 Tinggi sektor basis menunjukkan sektor industri 2. Peternakan 1.2068 Tinggi 1.0448 Tinggi makanan dan minuman memperoleh nilai rata- 3. Industri Makanan 1.0988 Tinggi 1.1397 Tinggi dan Minuman rata tertinggi sebesar 1.6914. Angka ini dapat 4. Industri Karet, 1.2411 Tinggi 1.0280 Tinggi Barang dari Karet diartikan, jika permintaan akhir sektor industri dan Plastik makanan dan minuman dinaikkan Rp1, maka 5. Informasi dan 1.4631 Tinggi 1.0605 Tinggi Komunikasi akan memberikan pengaruh terhadap kenaikan 6. Tanaman Pangan 1.1206 Tinggi 0.9474 Rendah 7. Perdagangan 2.2308 Tinggi 0.9708 Rendah total output perekonomian Kabupaten Tulang Besar dan Eceran Bawang Barat sebesar Rp1.6914. Sektor ini 8. Jasa Pertanian, 0.9611 Rendah 0.9086 Rendah dan Perburuan kemudian diikuti sektor peternakan; industri karet, barang dari karet dan plastik; Dampak Pengganda perkebunan; informasi dan komunikasi; Analisis dampak pengganda (multiplier effect) perdagangan besar dan eceran; jasa pertanian digunakan untuk melihat seberapa besar dan perburuan; dan tanaman pangan.

Tabel 5. Angka pengganda output dan pengganda pendapatan sektor-sektor basis di Kabupaten Tulang Bawang Barat

Pengganda Pengganda No. Sektor Sektor Output Pendapatan 1. Industri Makanan dan Minuman 1.6914 Industri Makanan dan Minuman 1.6834 2. Peternakan 1.6581 Informasi dan Komunikasi 1.5932 3. Industri Karet, Barang dari Karet & Plastik 1.6155 Perkebunan 1.4748 4. Perkebunan 1.5929 Peternakan 1.4706 5. Informasi dan Komunikasi 1.5606 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1.4576 6. Perdagangan Besar dan Eceran 1.5281 Tanaman Pangan 1.4353 7. Jasa Pertanian dan Perburuan 1.5190 Perdagangan Besar dan Eceran 1.3541 8. Tanaman Pangan 1.3518 Jasa Pertanian, dan Perburuan 1.2866

Sektor yang memberikan pengganda perkebunan; peternakan; industri karet, barang pendapatan tertinggi adalah sektor industri dari karet dan plastik; tanaman pangan; makanan dan minuman dengan nilai rata-rata perdagangan besar dan eceran; dan jasa sebesar 1.6834. Angka ini dapat diartikan, pertanian dan perburuan. Angka pengganda jika penambahan permintaan akhir sektor output dan pengganda pendapatan sektor- industri makanan dan minuman sebesar Rp1, sektor basis di Kabupaten Tulang Bawang maka akan meningkatkan pendapatan rumah Barat disajikan pada Tabel 5. tangga sebesar Rp1.6834 baik langsung maupun tidak langsung. Sektor ini kemudian diikuti sektor informasi dan komunikasi;

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 21

Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan di sektor industri makanan dan minuman. Sektor Kabupaten Tulang Bawang Barat ini diikuti oleh sektor informasi dan Penentuan sektor-sektor ekonomi unggulan komunikasi, peternakan, dan perdagangan dilakukan melalui analisis kuantitatif dengan besar dan eceran, dan perkebunan. Kelima menentukan skor terhadap hasil analisis shift- sektor basis tersebut dapat diidentifikasikan share dan I-O terhadap 8 sektor ekonomi basis sebagai sektor-sektor ekonomi unggulan di di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Sektor Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hasil ekonomi basis yang mempunyai skor terbesar penentuan skor sektor-sektor ekonomi dapat dikatakan sebagai sektor-sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Tulang Bawang Barat unggulan. disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor basis yang memiliki skor tertinggi adalah

Tabel 6. Penentuan skor sektor-sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Tulang Bawang Barat

Analisis Input Output Keterkaitan Shift-share Analysis Kode Sektor Dampak Pengganda Jumlah Antarsektor Skor Pengganda Pengganda IDP IDK PP PPW Output Pendapatan 1 Tanaman Pangan 2 2 1 1 1 2 9 3 Perkebunan 3 2 2 2 1 4 14 4 Peternakan 4 2 2 2 4 1 15 5 Jasa Pertanian dan Perburuan 1 1 1 1 2 2 8 9 Industri Makanan dan Minuman 5 1 3 3 5 5 22 12 Industri Karet, Barang dari Karet dan 3 2 2 2 2 2 13 Plastik 18 Perdagangan Besar dan Eceran 2 5 2 1 4 1 15 24 Informasi dan Komunikasi 4 3 2 2 5 4 20

Sektor industri makanan dan minuman Sektor informasi dan komunikasi mencakup pengolahan produk pertanian, merupakan sektor tersier yang mempunyai perkebunan, perikanan menjadi makanan atau nilai tambah dalam bentuk jasa, dimana minuman dan produk setengah jadi. Selain keunggulan komparatif sektor-sektor tersier mempunyai jumlah unit usaha industri terbesar berada di daerah perkotaan. Percepatan dari industri lainnya, sektor ini juga mampu pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi memberikan kontribusi PDRB terbesar pada tidak terlepas dari pengembangan jaringan sektor industri pengolahan. telekomunikasi yang tersebar di wilayah Kebijakan pemerintah daerah yang Kabupaten Tulang Bawang Barat. merencanakan pengembangan industri Sektor perkebunan dan sektor peternakan pengolahan tersebar pada kawasan-kawasan merupakan sektor primer yang sangat potensial yang mempunyai ketersediaan bahan baku menjadi sektor unggulan, dimana kedua sektor lokal di Kabupaten Tulang Bawang Barat akan ini memiliki indeks derajat kepekaan dan lebih mempercepat pertumbuhan sektor indeks daya penyebaran yang tinggi. Pada industri makanan dan minuman. sektor perkebunan, hasil produksi tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 22 tebu cukup tinggi di Kabupaten Tulang hasil produksi, maupun kebijakan tidak Bawang Barat. Hasil produksi tanaman langsung seperti regulasi menjadi kendala bagi perkebunan tersebut mempunyai daya saing sektor basis tersebut untuk berkembang. yang baik di Provinsi Lampung. Akan tetapi, Selain itu, dapat disebabkan karena adanya penjualan hasil produksi tanaman tersebut dari ketidaksempurnaan pasar (market Kabupaten Tulang Bawang Barat ke daerah imperfection), misalnya adanya lain masih dalam bentuk bahan mentah, belum monopoli/monopsoni domestik. memiliki nilai tambah. Kegiatan pascapanen produk hasil Pengembangan sektor perkebunan peternakan menjadi sangat penting bagi sebaiknya diikuti dengan pengembangan peningkatan daya saing produk hasil industri pengolahan/ agroindustri, dimana hal peternakan. Peningkatan pengetahuan dan ini akan mendorong pertumbuhan sektor- keterampilan usaha kepada peternak dalam sektor lainnya, seperti industri pengolahan memperoleh nilai tambah, standar mutu, dan karet yang tentunya akan meningkatkan keamanan pangan produksi hasil peternakan, pertumbuhan sektor industri karet maupun seperti susu sapi, daging berupa dendeng sapi, sektor perkebunan itu sendiri. Dengan adanya abon sapi atau ayam, bakso, sosis, maupun pabrik industri pengolahan hasil perkebunan di kerupuk kulit akan mampu meningkatkan daya sekitar kawasan perkebunan, diharapkan saing produk hasil peternakan di Kabupaten memperpendek rantai pemasaran, sehingga Tulang Bawang Barat. harga yang diterima petani dapat lebih baik dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan KESIMPULAN masyarakat. 1) Sektor-sektor ekonomi basis di Kabupaten Demikian pula halnya di sektor Tulang Bawang Barat adalah sektor tanaman peternakan, pertumbuhan sektor ini cukup pangan; perkebunan; peternakan; jasa pertanian cepat di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan perburuan; industri makanan dan namun memiliki daya saing yang rendah di minuman; industri karet, barang dari karet dan Provinsi Lampung. Lemahnya daya saing ini plastik; perdagangan besar dan eceran; dan informasi dan komunikasi. dapat terjadi karena sektor peternakan di 2) Produktivitas kerja sektor-sektor ekonomi Kabupaten Tulang Bawang Barat hanya menunjukkan bahwa keseluruhan sektor basis mengandalkan keunggulan komparatif dengan memiliki nilai komponen pertumbuhan nasional kelimpahan sumber daya alam, sehingga yang positif. produk yang dihasilkan adalah produk primer 3) Sektor-sektor basis yang memiliki indeks (daging segar) atau bersifat natural recources- penyebaran dan indeks kepekaan yang tinggi based. adalah perkebunan; peternakan; industri Faktor distorsi pasar dapat menjadi makanan dan minuman; industri karet, barang penyebab sektor yang mempunyai keunggulan dari karet dan plastik; dan informasi dan komparatif (basis) tetapi tidak memiliki komunikasi. Sedangkan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Kebijakan pemerintah dampak pengganda output dan pengganda yang bersifat langsung seperti penentuan tarif pendapatan tertinggi adalah sektor industri makanan dan minuman. harga input produksi maupun harga output

Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)

Yudiansyah, Haryono, Hudoyo (2019): Identification Economic Sectors……………………….. 23

4) Sektor-sektor ekonomi yang menjadi unggulan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sektor industri makanan dan minuman; informasi dan komunikasi; peternakan; perdagangan besar dan eceran; dan perkebunan.

DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Arsyad, L. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi kelima. STIM YPKN. Yogyakarta. Daryanto, A., dan Hafizrianda, Y. 2010. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix. IPB Press. Bogor. Maulana, R. 2016. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Di Provinsi Aceh. Banda Aceh. JIM FE Unsyiah, Vol. 1, No. 1, hal. 226- 234. Miller, R.E. and Blair, P.D. 2009. Input- Output Analysis: Fondations and Extensions. Cambridge University Press. Nazara, S. 2011. Analisis Input Output. Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Nugroho, I., dan Dahuri, R. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. LP3ES. Jakarta. Priyarsono, DS., Sahara, dan Firdaus, M. 2007. Ekonomi Regional. UT. Jakarta. Soedomo, R. 2010. Analisis Keterkaitan Antar Industri Dan Sektor Kunci Di . Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 14 No. 3, hlm. 101-114. Syafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang. Widyawati, R. 2015. Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Economia, 13 (1). Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, No 1, Page 12-23 (2019)