POLA KOMUNIKASI RATU SABA’ (Analisis Al-Naml [27] Ayat 20-44 Berdasarkan Tematis) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

RAJA HOTLAN HARAHAP NIM : 11140340000076

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018 M

ABSTRAK

Raja Hotlan Harahap POLA KOMUNIKASI RATU SABA’ (Analisis Surah Al-Naml Ayat 20-44 Berdasarkan Tafsir Tematis) Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran ilmu komunikasi. Dimana dalam ilmu komunikasi itu terdapat komunikasi vertikal, horisontal serta komunikasi lintasan saluran. Dengan Pola Komunikasi Ratu Saba’ dalam memimpin Negeri Saba’ didalam Surat Al Naml terlihat jelas betapa pentingnya sebuah ilmu komunikasi.

Kisah Ratu Balqis dalam al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari penuturan tentang nabi Sulaiman. Penokohannya begitu kuat, dan Ia sangat piawai dalam berkomunikasi dengan pengikutnta dan Nabi Sulaiman Ia juga sebagai seorang penguasa Negri Saba’ yang aman sentosa. Ia begitu pintar dan tajam dalam pemikiran,serta ahli dalam berkomunikasi dan ahli strategi yang ulung dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi rakyatnya ini terbukti ketika diminta untuk tunduk pada Nabi Sulaiman. Karena kerajaan yang besar tidak mungkin bisa dikendalikan kecuali oleh orang yang ahli dalam ilmu pemerintahan. Ratu Balqis adalah seorang pemimpin yang ideal. Namun itu dari sisi duniawi, kepemimpinan Ratu Balqis hampir tidak memiliki cacat cela dan kelemahan sama sekali walaupun ia adalah seorang wanita. Hal itu dapat dilihat dari kepemimpinanya yaitu: Bijaksana, demokratis, mengutamakan kesejahteraan dan ketentraman rakyat, menyukai perdamaian, cerdas, teliti dan memiliki kekuatan mental.

Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (Library Research), yaitu pengumpulan data dan informasi dengan buku-buku dan materi pustaka lainnya. Sementara itu pembahasannya sendiri menggunakan pendekatan metode Maudhū’i yaitu dengan mengambil dan menghimpun ayat-ayat yang berbicara tentang topik pembahasan. Semuanya diletakkan di bawah satu judul lalu ditafsirkan dengan metode maudhū’i.

Di antara figur perempuan yang terdapat dalam al-Qur’an, Ratu Balqis mungkin masih tetap tokoh yang paling sukar difahami. Kemunculannya begitu kuat dan mengundang teka-teki, menolak setiap paradigmatisasi. Sebagai penguasa kaum negeri saba’, dalam hal ini penyembah mata hari, ia sangat bernegosiasi dengan nabi Sulaiman. Dan ketika ia mengakui kekuasaan nabi Sulaiman, ia kemudian tidak tunduk begitu saja tapi secara diplomatis menyatakan bersama Sulaiman tunduk kepada Allah.

Kata kunci : komunikasi, Ratu Balqis

i

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrāhīm

Assalāmuʻalaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kenikmatan jasmani maupun rohani, serta Rahmat dan hidayah-Nya, dan kemudahan serta kesabaran dalam menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini (Skripsi) berkat pertolongan-Nya. Sholawat dan salam saya sampaikan dan saya haturkan kepada manusia yang paling mulia kekasih Allah Swt yakni baginda Nabi besar Saw. Serta doʻa untuk keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Terlebih dahulu saya sembahkan bakti doa dan rasa terima kasih kepada kedua orang tua saya, ibu dan bapak saya, yang mana dalam setiap sujud mereka selalu mendo’akan kesuksesan anak-anaknya. Mereka yang telah bersabar dalam mengasuh dan mendidik, memberikan kasih sayang, dan tentunya selalu ikhlas mendoʻakan setiap langkah anak-anaknya demi tercapai cita-cita yang mulia. Mereka juga yang selalu memotivasi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain, selain dari itu mereka juga berpesan agar menjauhi sifat sombong, angkuh, dengki dan sebagainya, mereka juga berpesan bersifatlah engkau seperti padi, makin meniggi makin merunduk. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan memaafkan segala khilaf dan salahnya dan menempatkan mereka derajat kedudukan yang paling tinggi. Amīn. Selanjutnya saya sampaikan rasa terima kasih saya yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii

iii

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Serta seluruh dosen dan staf akademik fakultas Ushuluddin, khususnya jurusan ilmu al-Qur’an dan tafsir yang telah membagikan waktu, tenaga dan ilmu pengetahuan juga pengalaman yang berharga kepada penulis. 4. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M.A, selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika selama proses bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga bapak senantiasa diberikan kesehatan, dan kelancaran dalam segala urusan. Amīn. 5. Saudara kandung saya, Satria Munawir Sajali Harahap, Oloan Syukur Harahap, Ika Julianti Harahap, yang selalu memeberi semangat dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini, 6. Teman-teman seperjuangan, kepada seluruh teman-teman jurusan Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, khususnya teman-teman TH-B, Abdul Haisman, Agus Sulistiantono, Fikri Aulia, Bagus Eryanto, Mohamad Husni, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semua kita semua tetap dalam ikatan silaturahmi dan jalinan persahabatan yang indah tiada akhir. Terima kasih atas kerja sama selama ini semoga kita semua di lancarkan oleh Allah dalam segala urusan. Amīn. 7. Bahaluddin Siregar selaku sahabat seperjuangan saya selama menempuh perkuliahaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beliau sangat berperan penting dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi materi dan moral. Beliau ini juga sahabat dalam berorganisasi dalam tujuan untuk menaklukkan Ibu kota, dengan mempunyai cita-cita yang sama ingin melanjutkan studi lanjutan ke Eropa. 8. Teman-teman KKN FIGHT 145 Tahun 2017, yang tidak saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan warna baru dalam perjalanan kuliah serta pengabdian kepada masyarakat selama sebulan penuh, semoga iv

jalinan silaturahmi kita selalu di jaga oleh Allah Swt dan kita semua dilancarkan dalam segala urusan. Amīn. 9. Teman-teman perjuangan lainnya yang datang dari kampung halaman saya untuk nekat menaklukkan Ibu Kota Jakarta, Rizky Khoirunnas Pohan (Bang PO), Efdi Harmadi Siregar, Salman Al Farizi Siregar (Dinda), biarpun berbeda profesi mereka bertiga ini sangat berperan penting dalam penyelesaian studi saya, yang selalu memeberi semangat dikala penulis membutuhkan nya dan sering juga ngopi bareng dan bertukar pikiran. Dan mereka bertiga juga sering membantu baik dari segi materi dan moral dalam penyelesaian skripsi saya ini, dan semoga Allah membalas kebaikan mereka bertiga. Amīn.. 10. Sahabat Kopi, ditempat ini penulis sering begadang untuk penulisan skripsi ini ditemani secangkir kopi aceh hitam, dan tidak lupa juga kepada ownernya Sampeangan Siregar, SH, yang menjadi teman tukar pikiran ketika penulis kehilangan semangat, Sahabat Kopi ini sangat berperan penting dalam penulisan skripsi ini baik dari segi materi dan moral 11. Muhamad Sholehuddin Harahap, selaku CEO Ambasador Travel dan sekligus sehabat penulis selama di pondok pesantren modren nurul hakim dan sama-sama merantau ke jakarata untuk mencapai cita-cita, beliau sering bertukara pikiran dalam penyelesaian skrispsi ini. 12. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran Rasūlullāh Saw. Amin.

Ciputat, 01 Oktober 2018

Raja Hotlan Harahap

DAFTAR ISI

ABSTRAK...... i KATA PENGANTAR...... ii DAFTAR ISI...... v PEDOMAN TRANSLITERASI...... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...... 1 B. Identifikasi Masalah...... 6 C. Batasan dam Rumusan Masalah...... 6 D. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan...... 7 E. Kajian Pustaka……...... 8 F. Metodelogi Penelitian...... 10 G. Sistematika penulisan...... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi...... 13 B. Unsur-unsur Komunikasi ...... 18 C. Tujuan Komunikasi...... 25

BAB III KISAH NABI SULAIMAN DAN RATU SABA’ A. Tabayyun Nabi Sulaiman dengan Mengirim Surat kepada Ratu Saba’...... 30 B. Musyawarah sebagai Reaksi Ratu Saba’ terhadap Surat Nabi Sulaiman...... 38 C. Reaksi Nabi Sulaiman terhadap Hadiah yang Diberikan Ratu Saba’...... 43 D. Persiapan Nabi Sulaiman Menyambut Kedatangan Ratu Saba’...... 46 E. Kedatangan Ratu Saba’ ke Kerajaan Nabi Sulaiman……...... 51

v

vi

BAB IV PEMIKIRAN RATU SABA’ DALAM BERKOMINIKASI DENGAN PENGIKUTNYA DAN NABI SULAIMAN A. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Pengikutnya...... 56 B. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Nabi Sulaiman ...... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...... 70 B. Saran...... 71

DAFTAR PUSTAKA……………………...………………………………… 72

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan. Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami, tidak saja oleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol dalam penerapan dan konsistensinya. Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari Kementian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi Paramadina.Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut meniscayakan digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi, Times New Roman, atau Times New . Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir, pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah satu versi di atas, melainkan dengan mengkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun dengan logika yang sama.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا b Be ب t Te ث ts te dan es ث j Je ج ẖ h dengan garis bawah ح

vii

viii

kh ka dan ha ر d De د dz de dan zet ذ r Er ر z Zet ز s Es س sy es dan ye ش s es dengan garis bawah ص ḏ de dengan garis bawah ض t te dengan garis bawah ط z zet dengan garis bawah ظ koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع gh ge dan ha غ f Ef ف q Ki ق k Ka ك l El ل m Em م n En ى w We و h Ha ه Apostrof ’ ء y Ye ي

ix

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah ــَـ I Kasrah ــِـ U Dhammah _ُ_

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan Ai a dan i _َ_ ي Au a dan u _َ_ و

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal pajang (madd) yang dalam bahsa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan  a dengan topi di atas ىا Î i dengan topi di atas ِى يْ Û u dengan topi di atas ىُ ْو 4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân. x

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan) ـّــ) sebuah tanda menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang -tidak ditulis ad (الضرورة) yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara Ṯarîqah طريقت 1 al-jâmî’ah al-islâmiyyah الجاهعت اإلسالهيت 2 waẖdat al-wujûd وددة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan 35 permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain- lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al- Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat xi

diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat- kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara dzahaba al-ustâdzu َذھَ َة األُ ْس َتاذ Tsabata al- ajru َثبَ َج ا َأل ْج ُر al- ẖarakah al-‘ asriyyah ا َلذ َر َمت ال َع ْص ِريَّت Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أ ْشھَ ُد أَ ْى َال إِلھَ إِالَّ هللا Maulânâ Malik al- Sâlih َه ْو َال َنا َهلِل ال َّصالِخ Yu’ atstsirukum Allâh يُ َؤثِ ُر ُم ُن هللا al- maẕâhir al-‘ aqliyyah الو َظا ِھر ال َع ْقلِيَّت

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam panggung sejarah, pembicaraan terhadap wacana gender, feminisme, dan kesetaraan laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari emansipasi, demokratisasi, dan humanisasi kebudayaan. Dari waktu ke waktu, gugatan dan pembongkaran terhadap struktur ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dan kekerasan terhadap perempuan tampaknya semakin meluas dan menggugat. Berbicara tentang kepemimpinan perempuan sampai saat ini masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat. 1 Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun, Islam memberikan batasan terhadap perempuan disebabkan karena beberapa kendala kodrati yang dimilikinya seperti menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Dimana hal itu menyebabkan kondisi perempuan saat itu lemah, sementara seorang pemimpin membutuhkan kekuatan fisik maupun akal. Pertentangan terjadi di antara ulama ushulu fiqih (hukum Islam) mengenai kompetensi perempuan dalam aktivitas politik. Sebagian besarnha berputar pada persoalan potensi yang dimiliki perempuan bagi kepemimpinan politik.2 Kebijkan-kebijakan dan hukum untuk perempuan, tidak terlepas dari berbagai kepentingan politik dan ekonomi pemerintahan. Sebagaimana diketahui, untuk membangun kembali perekonomian Negara. Paradigma yang digunakan adalah modrenisasi dengan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik sebagai acuan utamanya, karena itu seluruh anggota masyarakat termaksud kaum perempuan dimobilisasi untuk kepentingan itu dengan kontrol Negara ketat dari Negara.3

1Gary Yukl : Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya (Jakarta: Prenhallind, 1994) h. 2. 2Husein Muhammad : Menakar Feminisme Dengan Nalar Agama ( jakarta: Mizan, 2006 ) h. 126. 3 Shalah Qazan : Menakar Harga Perempuan. ( Solo : Intermedia, 2001 ) h. 66.

1

2

Kontrol tersebut dilakukan melalui berbagai kebijakan dan hukum, kelembagaan dan ideologi yang seluruhnya ditunjukkan untuk mengejar pertumbuhuan ekonomi dan stabilitas politik. Dalam konteks masyarakat patriarkat. Kebijkan ini sangat berpengaruh besar terhadap kedudukan daan kehidupan perempuan. Bagaimanapun, berbagai kebijakan politik dan hukum yang dikelua rkan itu merupakan produk politik4. Para jumhur ulamaberbeda-beda pendapat tentang posisi atau kedudukan perempuan sebagai pemimpin, ayat-ayat atau hadis yang mereka gunakan sebagai hujjahbahkan sama. Ada ulama yang melihat bahwa kepemimpinan suatu negara hanya terbatas untuk kaum lelaki tanpa perempuan, karena lelaki dianggap mempunyai kelebihan dalam mengatur, berpendapat, kekuatan jiwa, dan tabiatnya. Adapun perempuan kebanyakan lemah lembut. Pemimpin dan kepemimpinan dalam islam punya rujukan naqliyah, artinya ada isyarat-isyarat Alquran yang memperkuat perlu dan pentingnya kepemimpinan dalam sistem sosial.5Sedangkan berbicara mengenai perempuan dalam Alquran mengharuskan kita untuk memulai dari awal tentang bagaimana al-Qur’an memposisikan perempuan. Wawancara kepemimpinan dalam perspektif Islam berakar dari hasil penafsiran surat QS. al-Nisa (4) : ayat 34. ِ ِ َّ ٍ ِ ِ ِِ ۚ ِ الِّرَجاُل قَ َّواُموَن َعلَى النِّ َساء ِبَا فَ َّض َل اللهُ ب َْع َضُه ْم َعلَ ٰى ب َْعض َوِبَا أَنْ َفُقوا م ْن أَْمَواِل ْم فَال َّصاِلَا ُت ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ۚ َّ ِ ِ ِ ِ قَانتَا ٌت َحافظَا ٌت لْلغَْيب ِبَا َحف َظ اللهُ َوالَّلِت ََتَافُوَن نُ ُشوَزُه َّن فَعظُوُه َّن َواْه ُجُروُه َّن ِف الَْم َضاجِع ِ ۚ ِ ِ ِ ۚ ِ َّ ِ ِ ۞ َوا ْضربُوُه َّن فَإ ْن أَطَْعنَ ُك ْم فَََّل تَ ْب غُوا َعلَْيه َّن َسبياَّل إ َّن اللهَ َكا َن َعليًّا َكب اريا Artinya : “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka”.6

4Shalah Qazan, Menakar Harga perempuan. ( Solo : Intermedia, 2001 ) h. 67. 5Said Agil Husain Al-Munawar, Al- membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), h. 197. 6Q.S An-Nisa / 4: 34.

3

Abbas Muhammad al-Aqqad menjadikan ayat ini sebagai konfirmasi bahwa ada perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan yang bersifat alamiah, yang dia sebut sebagai asas pembawaan alamiah dan asas tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, hak atas kepemimpinan bersumber dari kesanggupan alamiah yang dimiliki oleh jenis kelamin laki-laki. Maka, bagi al-Aqqad, hak atas kepemimpinan hanya bisa didapat oleh laki-laki. Selain itu, beberapa ahli fiqih klasik seperti Ibn Hazm, Abu Ya’la al Farra, dan al Mawardi dalam menetapkan hukum tentang kepemimpinan mereka mensyaratkan agar seorang kepala negara tidak boleh perempuan. Alasanya ialah bahwa tugas seorang pemimpin sangatlah berat (menjaga eksistensi agama, ijtihad, mengimami shalat, dan lain lain).7 Husein Muhammad, dalam menafsirkan ayat ini meletakkannya dalam konteks sosial pada masa al-Qur’an diturunkan, masyarakat Quraisy menempatkan perempuan dalam kelas sosial yang rendah bahkan hampir tak memiliki hak, maka ayat berbicra tentang sosial yang ada dalam masyarakat Arab pada masa itu yang dihadapi oleh umat Islam. Husein Muhammad menyatakan bahwa ayat ini bukanlah ayat normatif yang berlaku disegala zaman, karena al- Qur’an sendiri tidak mengaharuskan laki laki menjadi pemimpin baik dalam ranah domestik maupun ranah publik.8 Adapun M. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini dalam konteks kepemimpinan dalam rumah tangga, biarpun ia tak menutup kemungkinan bahwa perempuan juga bisa menjadi kepala rumah tangga. Gus Dur sendiri dalam menafsirkan ayat ini berpegang pada pendapat bahwa laki- laki memiliki kelebihan dalam hal kekuatan fisik dibandingkan wanita sehingga laki-laki bertanggung jawab atas keselamatan perempuan, karena tanggung jawab inilah

7 Abbas Mahmud al Aqqad. Filsafat Al- qur’an, Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam Isyarat Al -Qur’an ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 1998 ) Penterjemah Ahmad Mawardi, h. 73-74. 8 Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren ( Yogyakarta : Lkis, 2004 ) h. 91.

4

laki-laki dijadikan sebagai pemimpin. Sedangkan dari segi yang lain nya tidak ada perbedaan antara laki-laki maupun perempuan.9 Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan hanya ada pada kaum lelaki maka dialah penanggung jawab, pendidik, pengatur, penguasa dan lain-lain yang semakna atas istri atau perempuan dalam rumah tangga. Dan istri atau perempuan adalah pihak yang dikuasai dan dipimpin, pria mempunyai superioritas dan perempuan inferioritas. Sebab laki-laki diciptakan Allah swt.sebagai pemimpin bagi urusan perempuan, penjaga atas kehormatannya, danpemenuh kebutuhan nafkah ruhaniah dan badaniah. Sementara Nasaruddin Umar, seorang cendekiawan muslim kontemporer yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun dalil, baik dari Alquran maupun hadis, yang melarang kaum perempuan aktif di dunia politik. Hal ini merupakan hak yang dimiliki oleh seorang perempuan untuk terjun ke dalam bidang politik baik sebagai pejabat atau pemimpin negara. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa perempuan-perempuan di sekitar Nabi terlibat aktif dalam dunia politik. Nasaruddin Umar juga menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki fungsi sebagai khalifah di muka bumi yang akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah swt.10 Adapun M. Quraish Shihab menerangkan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa sebelum ayat 34 ini, ayat yang lalu (ayat 32) melarang berangan-angan serta iri menyangkut keistimewaan masing-masing manusia, baik pribadi maupun kelompok atau jenis kelamin. Keistimewaan yang dianugerahkan Allah itu antara laki-laki dan perempuan. Kini fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin,serta latar belakang perbedaan itu disinggung oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa: Para lelaki, yakni jenis kelamin laki-laki atau suami adalah qawwamun,pemimpin dan penanggungjawab atas para perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami telah menafkahkan sebagian dari

9 M. N Ibad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur – Gus Miek ( Yogyakarta : Pustaka Pesantren. 2011 ) h. 57-58. 10Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000), h. 49.

5

harta mereka untuk membayar mahar dan biaya hidup untuk istri dan anak- anaknya.11 M. Quraish Shihab berbicara tentang kepemimpinan perempuan dalam tafsirnyaal-Misbah, di antaranya penafsiran Beliau terhadap surah al-Naml ayat 22-40,dalam ayat ini diceritakan sebuah kerajaan yaitu kerajaan Saba’ yang dipimpinoleh seorang perempuan yang bernama ratu Balqis. Dalam ayat 22-40 inidiceritakan bagaimana kepemimpinannya sebagai seorang perempuan saatmenghadapi situasi-situasi yang sulit, diceritakannya juga sikapnya yangbijaksana dan penuh rasa musyawarah terhadap para pemuka kerajaan pada saatmenghadapi Nabi Sulaiman as. Di dalam Tafsir as-Sa’di juga dijelaskan Allah Swt mengabarkan bahwasanya kata “Arrijalu qowwamuna alal nisa” kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, maksudnya dengan cara mengharuskan mereka untuk menunaikan hak hak Allah Swt berupa pemeliharaan akan kewajiban kewajiban dari Nya dan melarang mereka dari berbuat kerusakan, laki laki wajib untuk menekankan hal tersebut pada meraka, dan laki laki juga adalah pemimpin mereka dengan cara memberikan nafkah kepada mereka berupa pakaian dan tempat tinggal. Kemudian Alllah menyebutkan sebab yang mengharuskan fungsi laki laki tersebut sebagai pemimpin atas perempuan nya. Pengutamaan laki laki atas perempuan disebabkan dari berbagai segi : dari segi kekuasaan adalah dikhususkan bagi laki laki, kenabian, kerasulan, pengkhususan mereka dalam beragai macam ibadah seperti jihad, shalat hari raya dan shalat jumat dan apa yang allah telah berikan secara khusus buat mereka berupa akal pikiran yang matang, kesabaran, dan ketegaran yang tidak dimiliki oleh wanita demikian juga Allah mengkhususkan dengan kewajiban memberi nafkah bahkan pada sebagian besar nafkah laki laki dikhususkan untuk dan di istimewkan dengannya dari pada perempuan.12

11M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran (Jakarta:Lentera Hati, 2000), h. 510. 12Sa’ad bin Fawwaz Ash Shumail Tafsir As – Sa’di ( Jakarta Penerbit Al- Huda 2009) h. 76-77.

6

Dalam skripsi ini penulis akan berusaha menemukan hambatan - hambatan dan pembatasan- pembatasan terhadap hak-hak dan tugas-tugas perempuan ketika kita memperluas pembahsan ini dalam realitas politik. Maka akan dijelaskan kemudian bahwa perempuan sangatlah mampu memberikan kontribusi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya melalui cara brkomunikasi dalam partisipasi politik, khususnya ketika mereka mampu mengakses pencapaian-pencapain dan pendekatan-pendekatan terhadap pemerintah dan para pemimpin politiknya. Dengan latar belakang pe mikiran diatas maka masalah pokok yang dibahas oleh penulis adalah: “POLA KOMUNIKASI RATU SABA’ (Analisis Surah Al-Naml [27] Ayat 20-44 Berdasarkan Tafsir Tematis)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka terdapat masalah- masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Pola komunikasi merupakan termasuk penting bagi ajaran islam, oleh karena itu penelitian yang mendalam terhadap pola komunikasi Ratu Saba’ ini merupakan sesuatu yang urgent dalam upaya untuk menemukan pola komunikasi nya. 2. Pola komunikasi kepemimpinan Ratu Saba’ masih banyak yang belum mengetahuinya, oleh karena itu pola komunikasinya dalam memimpin negeri saba’ bisa dijadikan sebagai rujukan bagi pemimpin dimasa yang akan datang

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan ini maka penulis membatasi pembahasan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis hanya terfokus pada : Pola Komunikasi Ratu Saba’ (Analisis Surah Al-Naml Ayat 20-44 Berdasarkan Tafsir Tematis): karena penulis fokus terhadap Tafsir al Misbah Karangan M. Quraish Shihab dan Kitab-kitab Tafsir lainnya.

7

Sedangkan rumusan masalahnya adalah bagaimana pola komunikasi Ratu Saba’ dalam surah al Naml dan bagaimna pandangan para ulama terhadap pola komunikasi perempuan.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan mengangkat topik ini, maka diharapkan setiap individu dapat mengetahui pola komunikasi Ratu Saba’ yang merupakan salah satu pemimpin di zaman dulu yang bisa diambil hikmahnya dan dijadikan sebagai rujukan untuk pemimpin dimasa yang akan datang. Disamping itu, penulis mempunyai beberapa tujuan lain, yaitu:

1. Untuk mengetahui pola komunikasi Rata Saba’. 2. Untuk mengetahui hikmah dari pola komunikasi Ratu Saba’ dalam menyelesaikan suatu masalah. 3. Untuk menegetaui apakah pola komunikasi Ratu Saba’ ini masih relavan dengan pola komunikasi yang sekarang. 4. Untuk menambah khazanah keilmuan di civitas akademik bagi yang membacanya. 5. Agara masyarakat tahu bagaimana pola komunikasi Ratu Saba’ yang ada dalam al – Qur’an di surat al Naml. 6. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam mencapai gelar Sarjana Agama program studi Ilmu Al – Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dalam kajian keislaman tertuama dalam hubungannya dengan al Qur’an tentang pola komunikasi Ratu Saba’ yang di dalam surat al Naml. 2. Memberikan penjelasan tentang pola komunikasi Ratu Saba’, agar tidak disalahpahami oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab.

8

3. Memberikan informasi bagi masyarakat.13

E. Kajian Pustaka

Pembahasan tentang pola komunikasi Ratu Saba’ Dalam Surat al Naml, sepengetahuan penulis belum ada yang membahasnya baik berbentuk skripsi, tesis ataupun karya ilmiah lainnya, terutama bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, ada beberapa karya ilmiah membahas penelitian yangberkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Tesis Muhammad yang berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Kearifan Lokal: Pemikiran Ulama Bugis dan Budaya Bugis”. Dalam tesis ini dijelaskan bahwa, tafsir berbahasa Bugis memberikanpemahaman bahwa hak kepemimpinan itu bukan sebagai pernyataan normatifmelainkan kontekstual, karena konteks turunnya ayat itu adalah padamasyarakat yang didominasi oleh laki-laki termasuk otoritas menafsirkan teksAlquran. Akar masalahnya antara lain: asal-usul kejadian perempuan yangseringkali dijadikan alasan oleh sementara ulama untuk menolak perempuanmenjadi pemimpin publik sama sekali tidak ditemukan dalam Alquran.Pengutamaan syarat kualitatif pemimpin tanpa melihat status gender tidakdisangsikan sebagai ajaran qurani. Dalam konteks negeri arab,Alquranbahkan memberikan contoh pemimpin perempuan, Ratu Balqis, satu-satunyapemimpin selain para Nabi yang diberi pujian di dalam Alquran.Pandangan ulama Bugis dalam hal ini hanya menjelaskankepemimpinan laki-laki (suami) dalam rumah tangga sebagai mereka jelaskanketika menafsirkan Qs. al-Nisa/4: 34. Sedangkan di ranah publik terdapatruang dan peluang bagi perempuan menjadi pemimpin publik selama dapatditerima dan memiliki persyaratan yang dibutuhkan. Sikap menolakperempuan menjadi pemimpin publik atas dasar jenis kelamin sajak lama merupakan bentuk penolakan terhadap jutaan potensi. Sebaliknya, memberikursi jabatan kepada perempuan dalam porsi tertentu atas nama

13Karena tidak semua masyarakat mengetahui pola komunikasi Ratu Saba’ yang ada dalam al Qur’an di surah al Naml.

9

demokrasi dan persamaan hak tidaklah otomatis, mesti dipertimbangkan kesiapannya baik secara kualitatif maupun secara sosiol kultural.14 2. Muhammad Najib, Kisah Negri Saba’ dalam Al Qur’an ( studi kritis Pemahaman Fahmi Basya ) di dalam skripsi ini penulis menemukan ada sedikit yang lebih unik yaitu tentang sebuah pemikiran ilmuan yang menyatakan ada peninggalan sejarah kerjaan Nabi Sulaiman dan bersama sang Ratu Balqis Namun, ada seorang ilmuwan Islam Nusantara yang mengejutkan. Sebab, ia melawan mainstream. Sebuah penelitian sains yang berdasarkan data-data Alquran dan fakta-fakta ilmiah selama 33 tahun, berusaha menjawab misteri tersebut. Penelitian ini juga memberikan benang merah dari misteri masa lalu Dunia dan Nusantara ini, hasil penelitian tersebut sudah tercover dalam karyanya yang diberi judul; Borobudur dan Peninggalan NabiSulaiman. Dan, ilmuwan itu adalah KH. Fahmi Basya Hamdi. Sontak, banyak orang sekatika mengernyitkan dahi ketika membaca buku tersebut. Bagaimana tidak. Buku yang ditulis pakar sains Qur‟an Indonesia itu menyimpulkan bahwa nusantara adalah Negeri Saba‟ dan Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman. Seperti yang diketahui dan dikenal oleh masyarakat dunia, bahwa Candi Borobudur adalah bangunan Budhis yang dibangun pada masa dinasti Syailendra pada abad ke-7-8 M. Pada tahun 1817, sejarawan Van Erp mengatakan bahwa Borobudur adalah Candi Budha. Sejauh ini, penelitian Van Erp tersebut dijadikan rujukan. Akan tetapi, secara terang-terangan, Fahmi Basya mengatakan bahwa ucapan Van Erp patut dikaji lebih mendalam. Dosen Matematika Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Dewan Pakar ICMI Jakarta Barat (2004) itu, juga mengaitkan Istana Ratu Boko dengan Istana Ratu Balqis yang dipindah ke istana Nabi Sulaiman sebagaimana diungkapkan dalam Alquran. Hemat kata, Fahmi Basya, memahami istana yang dipindah itu adalah kerajaan Ratu Boko dan Candi Borobudur adalah istana Nabi Sulaiman.15

14Muhammad Yusuf, (Tesis, PPs UIN Alauddin Makassar, 2013), h. 78

15Muhammad Najib, ( Skripsi UIN Walisongo Semarang , 2016 )

10

3. Siti Fatimah, Fenomena Alam Kaum Saba’: Studi Analisis atas Surat Saba’ ayat 15-17, Skripsi, Jakarta: Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003. Sebuah penelitian, penulis menemukan yang berfokus pada analisis fenomena alam yang terjadi di Negeri Saba‟, mulai dari kondisi tanah yang tandus, sampai kerusakan alam yang disebabkan banjir bandang (Sailul Arim) karena bendungan Ma‟rib dijebol. Sehingga berefek pada kondisi buah- buahan atau pertanian di Negeri Saba‟. Penelitian ini berfokus pada fenomena alam dari Negeri Saba‟,16

F. Metodologi Penelitian

Penelitian yang hendak penulis lakukan ini berupa kajian kepustakaan (Library Research) yang bekerja untuk menemukan pemahaman akan fenomena yang terdapat pada objek sesuai dengan apa yang dialami oleh pengamatan subyek penelitian. Bahan informasi mengenai objek penulis telusuri dalam literatur – literatur, baik klasik maupun moderen, termasuk jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan.17

1. Metode Pengumpulan Data Adapun jenis data yamg penulis kumpulkan untuk menuntaskan kajian ini yaitu dengan menggunakan data dan berbagai literatur. Yaitu berupa data primer dan data sekunder . a. Data Primer yaitu data langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utamanya. Adapun sumber tersebut di antaranya sumber tertulis meliputi Tafsir al Misbah karangan Quraish Shihab dan kitab kitab tafsir lainnya. b. Data sekunder yaitu data yang biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen yang berupa dari buku buku dan sumber lainnya yang tidak secara langsung berkaitan dengan tema. Di antara nya adalah buku Kodrat Perempuan dalam Islam, buku buku tentang kepemimpinan perempuan dan pola komunikasi yang berkaitan dengan judul penulis. Data sekunder

16Siti Fatimah, ( Skripsi. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2003 ) 17Marzuki, Metode Riset, ( Yogyakarta : Hanindita offest, 1986) h. 56

11

lain sebagai tambahan perbendaharaan pemahaman tentang kajian misalnya dengan menelusuri di jurnal ilmiah, karya tulis, web dan sebagainya. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan oleh peneliti selama penelitian ini berlangsung hingga seluruh data telah dianggap cukup. Analisis dilakukan dengan cara memahami persoalan disekitar objek penelitian. Peneliti mencoba memposisikan diri pada posisi netral dengan tetap berpikir kritis. Kajian ini bersifat deskriftif-analisis dengan meneliti sosok tokoh para mufassir Indonesia seperti, Quraish Shihab dan tokoh-tokoh lainnya dengan menganalisis data tentang nilai-nilai kepemimpinan perempuan yang ada didalam Tafsir al Misbah, dan kitab-kitab tafsir lain nya dan bagaimana aplikasi penfsirannya jika dikontekstualisasikan pada masyarakat, khususnya masyarakat indonesia. 3. Pendekatan Penelitian Untuk pendekatan pengambilan data, penulis menggunakan metode tematik: yaitu membahas ayat-ayat al Qur’an yang sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Sedangkan pendekatan penelitian yang lain dengan pendekatan historis-filosofis. Historis berarti akan ditelusuri dan dipotret perjalanan metodologis Tafsir al Misbah, dan kitab-kitab tafsir lain nya. Pendekatan filosofis dilakukan untuk menelaah lebih jauh pemikiran dan penafsiran M. Qurais Shihab dan mufassir lainnya tentang pola komunikasi Ratu Saba’.

G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan, dalam penelitian ini terdiri dari empat bab, masingmasingbab terdiri atas beberapa sub bab pembahasan, yaitu sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan, bab ini berisi: Latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, metode penelitian, dan kajian pustaka.

12

Bab Kedua adalah landasan teori. Terdiri dari tiga sub bahasan yaitu: pengertian komunikasi, dan unsur-unsur komunikasi, serta tujuan berkomunikasi. Bab Ketiga kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba’, dalam bab ini dijelaskan tentang pengiriman surat Nabi Sulaiman melalui burung -Hud kepada Ratu Saba’sehingga Ratu Saba’ tunduk kepada Allah Swt melalui Nabi Sulaiman. Bab Keempat pola komunikasi Ratu Saba’ dengan pengikutnya dan Nabi Sulaiman dalam Surah al Naml. Dalam bab ini dijelaskan kemegahan kerajaan ratu saba’, dan konsep bermusyawarah Ratu Saba’ bersama pengikutnya dan sampai menemukan titik tengah untuk jalan damai antara Ratu Saba’ dan Nabi Sulaiman. Bab Kelima merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Komunikasi Dalam rangka pembahsan mengenai “pola komunikasi” terlebih dahalu perlu dijelaskan pengertian komunikasi. Jadi, sebelum penulis mengadakan paparan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana berkomunikasi” terlebih dahulu penulis harus merasa jelas tentang “apa itu komunikasi” pengertian komunikasi dengan segala aspek yang dicakupnya. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi, yang pertama pengertian komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya adalah, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Perkataan communis tersebut dalam pembahasan ini sama sekali tidak ada kaitanya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama. Dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang berlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.1 Sedangkan yang kedua pengertian komunikasi secara etimologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seserang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia yang sering kali pula disebutkan dengan komunikasi sosial, komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunkasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya kepada manusai-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Dalam pengertian secara umum komuniksi adalah proses penyampaian suatu

1Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, (Bandung : PT ROSDA KARYA, 2004) , h. 3.

13

14

pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.2 Salah satu persoalan dalam memberi pengertian atau defenisi tentang komunikasi, yakni banyaknya defenisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya disiplin ilmu yang memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya, psikologi, sosiologi, ilmu politik, linguistik, dan sebagainya. Jadi, pengertian komunikasi tidak sesederhana yang penulis lihat sebab para pakar memberi defenisi menurut pemahaman dan persfektif masing-masing. Ada defenisi yang panjang dan ada pula yang pendek, ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Demikian pula apa yang ditekankan dalam defenisi yang mereka buat kadang berbeda satu sama lain.3 Jauh lebih pandangan masing-masing pakar dapat dilihat misalnya Everett M. Rogesr seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat deffenisi komunikasi bahwa komunikasi adalah proses diamana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Defenisi ini kemudia dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu defenisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi itu adalah suatu proses diamana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkahlaku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-rang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.4 Melalui interpretasi, mereka merumuskan citra subjektif dengan mengingat apa makna makna objek-objek seperti objek fisik yang beraneka ragam, objek

2Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, h. 5. 3 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA,2007), h. 17. 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 20. 15

sosial, dan objek abstrak, itu bagi mereka dimasa lalu, membayangkan makna dimasa depan jika mereka telah bertindak terhadap objek-objek itu, dan menetapkan makna objek-objek itu sekarang. Melalui siombol, diucapkan atau tidak, dituliskan atau tidak, orang bertukar atau berbagi citra dan, dengan berbuat demikian, menciptakan makna-makna yang baru. Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun mekna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang bedasarkan itu mereka bertindak) dan untuk beertukar citra itu melalui simbol-simbol.5 Banyak pakar tidak setuju dengan dugaan bahwa perilaku manusia dianggap sebagai tindakan komunikasi. Perdebatan itu berkisar pada pengakuan dan kebimbangan terhadap perilaku komunikasi manusia. Mereka mempertantakan apakah tindakan manusia yang disampaikan secara lisan atau nonverbal, dan penulis akan memaparkan beberapa pendapat tokoh tentang defenisi komunikasi tersebut seperti ; Aristoteles : tujuan utama komunikasi adalah persuasi, yaitu upaya pembicaraan untuk mengiring orang lain masuk kedalam suatu pandangan persauder. Aranguren : komunikasi adalah transmisi pesan, setelah mengalami konduksi, melalui pengirim kepada penerima. Wilar Quine : komunikasi adalah respons sembarangan dari suatu organisme terhadap rangsangan. Andre Martinet : komunikasi merupakan pemanfaatan kode, yang dikemas dalam unit semiologi, sebagai pesan tentang pengalaman tertentu lalu dialihkan kepada pihak lain yang memungkinkan manusia dapat berhubungan satu sama lain.6 Dari beberapa pendapat diatas penulis melihat perbedaaan pendapat yang signifikan tentang defenisi dari komunukasi tersebut, dan komunikasi ini juga adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefenisikannya secara memuaskan. Komunikasi

5Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Jakarta : Goodyear Publishing,1998), h. 7. 6Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta : Prenadema Group,2015), h. 3. 16

memeliki variasi defenisi yang tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, penyebaran informasi kritik sastra dan masih banyak lagi. Hal ini adalah satu permasalahan yang dihadapi oleh para akademis.7 Komunikasi merupakan gejala yang ada sejak manusia berinteraksi satu sama lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkannya, diwarnai dengan berbagai hubungan kekuasaan. Perkembangan fenomena komunikasi dengan demikian tergantung sejauh mana perkembangan sumber komunikasi, yaitu pesan dan informasi pengetahuan yang ada pada masyarakat, sehingga media teknologi komuniksi yang ada, mulai dari penggunaan daun lontar, menggunakan jasa kurir serta menggunakan burung merpati dan sebagainya, gejala komunikasi berkembang seiring dengan kemajuan pada ranah teknologi ssekarang ini.8 Sejak awal sejarah masyarakat, siapa yang menguasai sumber komunikasi dan media komunikasi, biasanya akan menjadi pihak yang berjaya dan berkuasa dalam masyarakat. Masyarakat yang memiliki medai komunikasi maju, juga akan lebih berjaya dibandingkan masyrakat yang memiliki alat komunikasi sederhana. Sumber komunaksi adalah pesan, informasi, dan wawasan yang membuat orang orang mengetahui banyaknya hal. Siapa yang mempunyai sumber-sumber komunikasi tersebut berarti memiliki legitimasi untuk mengarahkan orang-orang.9 Sebagai sebuah gejala yang merupakan bagian kehidupan dan perilaku manusia, komunikasi berusaha didefeniskan oleh sejumlah ahli yang mencoba memahami komunikasi. Tentu saja tidak ada defenisi tunggal atau yang sama persis dari masing-masing. Meskipun demikian, dari berbagai macam defenisi, tentu penulis dapat mengambil kesimpulan umum untuk menggambarkan apa yang dimaksud dengan komunikasi. Jadi secara umum komunikasi dapat didefenisikan sebagai usaha penyampaian pesan atarmanusia. Jadi, Ilmu Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan

7Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi ketiga (Jakarta : Rajagrafindo Persada,2014), h. 1. 8Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2016), h. 13 . 9 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 15. 17

atarmanusia.10 Objek Ilmu Komunikasi adalah komunikasi, yakni usaha penyampaian pesan atarmanusia. Ilmu komunikasi tidak mengkaji proses penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia. Pada 1976, Danca dan Larson mengumpulkan 126 defenisi komunikasi yang berlainan. Bisa jadi, sekarang jumlah itu meningkat lebih banyak. Mereka mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbadaan ke-126 definisi temuanya itu, antara lain. 1. Komunikasi dilihat dari tingkat observasi atau derajat keabstrakanya. a. Komunikasi yang bersifat umum, menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainya dalam kehidupan. Dalam hal ini komunikasi adalah gejala umum yang ada dalam kehidupan, tidak ada kehidupan manusia yang lepas dari proses komunikasi. b. Komunikasi yang bersifat terlalu khusus, menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk tujuan-tujuan dan bidang-bidang khusus, seperti untuk mengirimkan pesan militer, perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya. 2. Komunikasi Dengan Tingkat Kesengajaan Sengaja berarti dilakukan dengan sadar dan terkadang terencana, dalam hal ini komunikasi dilakukan secara sadar-pesan dan tindakan mengirimkan pesan dilakukan secara sadar. Komunikasi dipahami sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari untuk memengaruhi perilaku penerima.11 Sedangkan definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Code (1959) yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih. Jadi, dalam hal ini kata kuncinya adalah pesan dan informasi yang terbagi bersama

10Brent D. Ruben, Komunikasi dan Perilaku Manusia, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2014), h. 52. 11 Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jakarta : PT Balai Pustaka, 2003), h. 105. 18

antara dua orang akibat pesan yang datang dari satu pihak atau orang, entar disadari atau tidak, disengaja atau tidak. 3. Definisi Berdasarkan Tingkat Keberhasilan dan Diterimanya Pesan. Dalam hal ini, komunikasi dilihat dengan menekankan pada keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi semata, tak perduli pada tingkat keberhasilan penyampaian pesan tersebut.12

B. Unsur-unsur Komunikasi Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi, ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada yang juga menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan.13

Aristoteles, ahli filsafat Yunani Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau

12 Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 106. 13 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 50.

19

retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.14

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmiliter, signal, penerima, dan tujuan. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon. Meski pandangan Shannon dan Weaver pada dasarnya berasal dari pemikiran proses komunikasi elektronika, tetapi para sarjana yang muncul dibelakangnya mencoba menerapkanya dalam proses komunikasi antarmanusia seperti yang dilakukan oleh Miller dan Cherry (Schramm:1971).15

Awal tahun 1960-an K Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana, formula itu dikenal dengan nama SMCR yakni, Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran media) dan Receiver (penerima). Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat charles Osgood Gerald Miller dan Melvin L De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (personal) dan komunikasi massa. Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito K Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.16 Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan diatas dilukiskan dalam gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainya dapat dilihat seperti berikut.

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi, dalam komunikasi antar manusia sumber bisa terdiri dari

14 Dan Nimmo, Komunikasi Politik, h. 90. 15Dan Nimmo, Komunikasi Politik, h. 91. 16Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, (Jakarta : Perdana Media Group, 2006), h. 54. 20

satu orang, tetapijuga bisa dalam bentuk kelompok misalnya: partai, organisasi, atau lembaga. Sumber seiring disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima, pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima, terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam- macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik, media cetak sama seperti hal-nya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sementara itu media eletronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio cassete dan semacamnya.17

Berkat perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi massa elektronik yang begitu cepat, media massa eletronik makin banyak bentuknya dan makin mengaburkan batas-batas untuk membedakan antara

17 Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 55. 21

media komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi, hal ini disebabkan karena makin canggihnya media komunikasi itu sendiri yang bisa dikombinasikan (multimedia) antara satu sama lainya. Selain media komunikasi seperti diatas, kegiatan dan tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan, bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah- rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian, dan pesta rakyat.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber, penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris atau biasa disebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber, tidak ada penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sassaran dari komunikasi, jika suatu pesan tidak dapat diterima oleh penerima akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran. Kenallah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam komunikasi, karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi.18

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap da tingkah laku seseorang (De Fleur 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

18 Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 56. 22

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima, akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalanya komunikasi, faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan sosial menunjukan faktor sosial-budaya, ekonomi, politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat-istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dimensi internal (Vora 1979).19

Sedangkan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk memerlukan kegiatan komunikasi, banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membagun proses komunikasi, bahkan ketujuh unsur ini

19Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 57. 23

saling bergantung satu sama lainya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalanya komunikasi.20

Dari paparan yang sudah diuraikan diatas, penulis juga memaparkan untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama:

1. Pengirim pesan

2. pesan, serta

3. target penerima pesan.

Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur itu. Ketiga unsur itu adalah unsur-unsur dasar, tetapi proses komunikasi bisa mengandung lebih dari unsur-unsur itu. Penulis ambil contoh bentuk komunikasi yang dilakukan dengan cara menulis surat, katakanlah pada saat penulis kuliah dulu, penulis kuliah dikota yang jauh dari rumah dan penulis mengirim surat pada ibu dikampung yang penulis tinggalkan. Ibu menulis suratnya dan ia terharu membaca isi surat yang penulis kirimkan hingga ia meneteskan air mata. Lalu, ia membalas surat tersebut dan mengirimkanya pada penulis.21

1. Pengirim Pesan (komunikator)

Pengirim pesan adalah manusia yang memulai proses komunikasi disebut “komunikator”, komunikator ketika mengirimkan pesan tentunya memiliki motif dan tujuan yang sering disebut “motif komunikasi”. Ada yang menyebut pengirim saja atau disebut juga “sumber” sebagian pengamat dan ilmuan lain ada yang menyebutnya sebagai encoder, istilah “encoder” identik dengan istilah yang diartikan sebagai alat penyandi. “Encoding” adalah proses penyandian yang disandikan adalah pesan.

20Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, h. 59. 21 Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, h. 37. 24

Komunikator bisa terdiri dari satu orang, banyak orang atau lebih dari satu orang, serta kumpulan orang (massa). Apabila orang banyak atau lebih dari satu orang tersebut relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, mereka disebut kelompok kecil. Apabila mereka relatif tidak saling kenal secara pribadi sehingga ikatan emosionalnya lemah, mereka disebut sebagai “kelompok besar atau publik”. Sementara, kumpulan banyak orang yang bukan hanya kenal, melainkan juga berkumpul karena memiliki tujuan dan visi misi yang sama serta ada pembagian kerja diantara mereka, biasanya disebut “organisasi”. Banyak jenis organisasi dalam masyarakat, ada yang mengejar keuntungan atau bersifat komersial (misalnya, organisasi ekonomi (perusahaan), ada juga yang bersifat nirlaba (yayasan atau lembaga swadaya masyarakat atau non-govermental organization).22

Jadi selain komunikator dapat berupa satu orang, bisa juga komunikator terdiri lebih dari satu orang, bahkan banyak orang baik kelompok orang dalam jumlah kecil maupun besar, dengan tingkat ikatan emosional dan teknis yang berbeda. Inilah yang menyebabkan jenis tatanan komunikasi mulai dari komunikasi intrapersonal, interpersonal, komunikasi massa, komunikasi publik, hingga komunikasi organisasi. Misalnya, dalam tatanan komunikasi massa, komunikator biasanya adalah organisasi penerbitan, yakni tim redaksi surat kabar, surat kabar atau pers adalah komunikator utama dalam komunikasi massa.23

2. Penerima Pesan (komunikan) Penerima pesan (komunikan) adalah manusia berakal budi kepada siapa pesan komnikator ditujukan, ada ahli lain yang menyebut penerima pesan atau komunikan sebagai “decorder”.

Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tatanan antar pribadi peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, dapat saling berganti. Misalnya, dalam kasus diatas, ketika ibu penulis menulis surat sebagai jawaban atas surat yang penulis kirimkan, ia juga bertindak sebagai komunikator juga. Ketika penulis

22Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 65. 23Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 67. 25

menerima surat yang ditulis ibu penulis, dari kacamata ibu penulis, penulis berfungsi sebagai komunikanya. Demikian seterusnya ketika proses surat- menyurat itu terjadi terus-menerus yang sifatnya dinamis.

3. Pesan Pesan penulis definisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya, pesan sebenarnya adalah suatu hal yang sifatnya abstrak (konseptual, ideologis, dan idealistik). Akan tetapi, ketika ia disampaikan dari komunikator kepada komunikan, ia menjadi konkret karena disampaikan dalam bentuk simbol atau lambang berupa bahasa (baik lisan maupun tulisan), suara (audio), gambar (visual), mimik, gerak-gerik dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak-gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan.24

C. Tujuan Komunikasi Sekurang-kurangnya komunikasi manusia bertujuan untuk melayani lima tujuan umum, yaitu: Mengirimkan informasi (to inform), Menyatakan perasaan (to express feelings), Menghibur (to entertinment), Mendidik (to educated), Memengaruhi (to influence), Mempertemukan harapan-harapan sosial (to meet social expectation).25

Karena hanya melalui fungsi, penulis akan mencapai tujuan, maka penulis dapat merumuskan hubungan antara fungsi dan tujuan sebagai berikut:

24Anwar Arifin, Komunikasi Politik, h. 68. 25 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, 77. 26

1. Mengrimkan-Mengetahui Informasi Komunikasi dari bahasa latin “communis” yang berarti untuk berbagi adalah kegiatan meyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan, atau informasi, yang dapat dinyatakan dalam percakapan secara verbal, visual, sinyal, tulisan, bahkan tindakan tertentu. De Valenzuela (1992) mengatakan, komunikasi merupakan setiap tindakan dalam seseorang mengalami memberikan kepada atau menerima dari orang lain informasi tentang keinginan, kebutuhan, persepsi, pengetahuan, atau perasaan tertentu. Tindakan itu mungkin disengaja atau tidak disengaja, mungkin melibatkan sinyal konvensional atau tidak konvensional dalam bentuk linguistik atau non linguistik, tindakan itu dapat terjadi melalui mode pengucapan atau cara-cara lainya. Penulis bisa memahami komunikasi sebagai tindakan yang melibatkan pengirim dan penerima, bahwa semua kebutuhan dan keinginan sebagaimana digambarkan itu harus dirumuskan dalam pesan, dalam bentuk komunikasi antar personal selalu ada orang yang menjadi pengirim pesan dan ada yang menjadi penerima pesan. Sebagaimana diuraikan diatas bahwa semua keinginan dan kebutuhan individu itu dirumuskan dalam pesan itu, oleh pengirim akan diinformasikan (to inform) kepada penerima agar dia mengetahui.26 2. Menyatakan-Menghayati Emosi Manusia tidak hanya mempunyai pikiran, tetapi juga mempunyai emosi, penulis seiring memakai konsep emosi dan perasaan secara bergantian. Perasaan (feel) cinta, kasih dan sayang, suka dan tidak suka, marah, bangga, semua dinyatakan kepada orang lain. Para ilmuan menggambarkan spektrum elektromagnetik emosi pada skala freekuensi energi, dimana pada skala ditunjukan titik energi paling rendah ke titik energi paling tinggi. Perbedaan diantara kedua

26Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, 78.

27

titik itu menjadi lebih jelas dimana gerak perpindahan itu tergantung pada pola frekuensi, energi yang bergerak pada tingkat yang berbeda yang juga disebut panjang gelombang dari komponen dasar yang disebut energi. Energi rendah memiliki frekuensi rendah dengan gelombang panjang, sebaliknya energi tinggi memiliki frekuensi tinggi dengan gelombang pendek. 3. Menghibur-Menikmati Ide menghibur agar orang lain menikmati hiburan telah terjadi sejak ribuan tahun lalu, mulai dari jaman Yunani dan Romawi, mulai dari hiburan dalam bentuk Olimpiade yang berisi perlombaan dan pertandingan musik klasik sampai koor modern, dari penyanyi solo sampai vocal group, dari matador yang melawan banteng hingga semuanya adalah menghibur dan menikmatinya.27

Sesungguhnya komunikasi bukan hanya multi makna dan multi defenisi, sebagaimana disajikan di muka, tetapi membaginyapun juga ternyata bermacam- macam. Untuk memahami taknosomi (klasifikasi) komunikasi, maka penulis dapat melacak pada awal pertumbuhannya sebagai ilmu. Sejak mulai dipelajari ditingkat universitas, komunikasi sudah tebagi dua sejak dulu. Pertama komunikasi lewat surat, dan kedua komuniksi langsung (tatap muka), komunikasi lewat surat dipelajari dibawah nama ilmu komunikasi, sedangkan komunikasi langsung (tatap muka) dipelajari dibawah nama komunikasi berbicara pada departemen yang berbeda. Dengan demikian pembagian secara klasik dari komunikasi manusia.28

Jika komunikasi dititik beratkan pada sifat pesan, maka komunikasi dapat dibagi pula ke dalam dua jenis, yaitu komunikasi massa (isinya bersifat umum) dan komunikasi personal (isinya bersifat pribadi). Komunikasi massa dapat menggunakan media massa, sedang komunikasi personal boleh dilakukan dengan menggunakan alat seperti surat, telepon, dan telegram.

27Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, 79. 28 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 57.

28

Selain dari pembagian diatas, terdapat juga cara membagi komunikasi berdasarkan pengirim dan penerima atau peserta komunikasi, dengan demikian komunikasi yang berlangsung antara dua orang dinamakan komunikasi personal, yang berlangsung dalam kelompok disebut komunikasi kelompok (ada kelompok kecil dan kelompok besar), dan yang berlangsung dengan massa dinamakan komunikasi massa. Selain dari ketiga jenis komunikasi itu seperti persona, kelompok, massa, para sosiolog menambahkan satu lagi jenis komunikasi yaitu komunikasi organisasi. Disamping itu, sering pula dijumpai komunikasi dibagi berdasarkan lokasi atau kawasan seperti, komunikasi internasional, nasional, regional, tercakup didalamnya ialah komunikasi lintas budaya yaitu komunikasi yang berlangsung antara masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang berbeda, baik dalam lingkungan suatu bangsa (antar suku) maupun dalam lingkungan antar bangsa.29

Pembagian yang lain didasarkan kepada tujuan dan jenis pesan, dalam hal ini komunikasi dapat dibedakan dalam banyak jenis antara lain.

1. Komunikasi politik

2. Komunikasi perdagangan

3. Komunikasi kesehatan

4. Komunikasi agama

5. Komunikasi kesenian

6. Komunikasi pertanian

Akhirnya terdapat pula satu jenis komunikasi yang dinamakan komunikasi pembaharuan dan komunikasi pembangunan yaitu komunikasi yang dilakukan secara sadar, sistematis dan berencana untuk mengubah pola berpikir dan tingkah laku masyarakat. Hal ini utama yang menyangkut ide baru dan teknologi baru.

29Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 59.

29

Kemudian bahwa komunikasi bukan saja multi makna dan mempunyai beberapa definisi, tetapi juga ternyata memiliki beberapa jenis, dengan kata lain bukan saja cara memahaminya dan mendefinisikanya berbagai ragam, tetapi juga cara membaginya pun bermacam-macam.30

30Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 60.

BAB III

KISAH NABI SULAIMAN DAN RATU SABA’

A. Tabayyun Nabi Sulaiman Dengan Mengirim Surat Kepada Ratu Saba’

Kisah Nabi Sulaiman bersama Hud-Hud dan Ratu Saba, kisah ini terbagai menjadi enam pemandangan, dan diantara setiap pemandangan terdapat Fajwah

(jarak atau celah) artistik, yang dapat dipahami dari pemandangan-pemandangan yang dipaparkan, dan menyempurnakan keindahan artistik pemaparan dalam kisah. Pemandangan-pemandangan tersebut juga diselingi dengan ulasan-ulasan terhadapnya, dimana ulasan ini memuat arahan emosional yang menjadi tujuan pemaparannya di dalam surat, serta merealisasikan pelajaran yang karenanya kisah-kisah ini dituturkan di dalam al-Qur‟anul karim.

Ulasan-ulasan ini serasi dengan berbagai pemandangan tersebut, dengan keserasian yang indah dari dua sisi, yaitu artistik-estrtik dan religius-emosional.

Oleh karena awal pembicaraan tentang Nabi Sulaiman dan Ratu Saba‟ ini memuat isyarat tentang Jin, manusia dan burung, sebagaimana ia memuat isyarat tentang nikmat pengetahuan maka kisah ini memuat peran dari setiap jin, manusai, dan burung. Peran pengetahuan juga menonjol di dalamnya. Seolah-olah pendahuluan tersebut menjadi isyarat terhadapm para pemeran utama di dalam kisah. Inilah ciri seni yang cermatdi dalam kisah-kisah Qur‟ani.1

Karekter keperibadian dari tokoh-tokoh didalam kisah ini juga tampak jelas, keperibadian Sulaiman, keperibadian Ratu Saba‟, keperibadian hud-hud, dan

1Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an ( Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 293.

30

31

para keperibadian pembantu Ratu Saba‟. Sebagaimana emosi psikologis dari tokoh-tokoh tersebut dipaparkan berbagai pemandangan situasi dalam kisah.

Pemandangan pertama diawali dengan prade militer Sulaiman dan bala tentaranya, setelah mereka tiba di lenbah semut, setelah perkataan seekor semut, dan setelah Sulaiman menghadapakan syukur, doa, dan inabah kepada Tuhannya.

(QS. Al Naml ayat 20-21).2

َّ ِ ِ ِِ ۞ ّْ ِ ِ َوتَ َفَّقَد الطْي َر فَ َقاَل َما َِل ََل أََرى اْْلُْدُىَد أَْم َكا َن م َن الْغَائب َي ََلَُعذب َنَّوُ َعَذابًا َشديًدا أَْو ََلَْذََبَنَّوُ أَْو لَيَأْتيَ ِّّْن ِ ٍ ِ ٍ ب ُسْلطَان ُمبي “Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan menghazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (20- 21).”

. Suatu ketika saat itu Nabi Sulaiman dan pasukannya melakukan suatu perjalanan dan ditengan perjalanan Nabi Sulaiaman dan Pengikutnya kehabisan air dan sang Nabi pun memerintahkan pengikutnya, dan Nabi Sulaiman memeriksa pasukan burung tetapi ia tidak mendapati hud-hud dari sini kita tahu bahwa yang dimkasud adalah hud-hud tertentu yang namanya disebut dalam absensi bukan hud-hud yang jumlahnya ribuan atau jutaan, sebagaimana kita memahami sebuah karakter pribadi Sulaiman saat ia menginspeksi hud-hud, yaitu karakter siaga cermat dan tegas. Ia tidak mengabaikan ketidakhadiran satu prajurit dari himpunan pasukan yang besar dari golongan Jin manusai dan burung ini

2Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 293.

32

dimana barisan terkahirnya dipandukan dengan bagian awalnya agar tidak pecah belah dan kacau.3

Sulaiman bertanya tentang hud-hud dengan kalimat yang bernada tinggi nyaring dan padat : “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. (20). Jelas bahwa hud-hud tidak hadir, dan semua tahu dari pertanyaan raja bahwa hud-hud tidak hadir tanpa ijin ! pada saat itulah keharusan untuk mengambil tindakan tegas agar tidak terjadi kekacauan. Karena perkara ini tidak lagi menjadi rahsia setelah pertanyaan raja didengar luas. Apabila tidak diambil tindakan tegas maka menjadi presiden bagi prajurit lainnya. Dari sini kita mendapati Sulaiman seorang raja yang tegas itu mengancam prajurit yang tidak hadir melanggar disiplin.

“Sungguh aku benar-benar akan menghazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepada dengan alasan yang terang.” (21)4

Didalam Tafsir al-Thabari juga dijelaskan Muhammad bin Sa‟aad menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku mencertikan kepadaku, ia berkata: pamanku mencerikatan kepadaku, ia berkata: ayahku menceritakan kepadaku dari : وتفقد الطىر فقال ماىل َلارى اْلدىد ام ayahku dari Ibnu Abbas, tentang firman allah

Dia memeriksa burung-burung lalu berkata mengapa aku tidakكان من الغائبىن melihat hud-hud, apakah dia yang termasuk tidak hadir? Ia berkata, “ia mencari hud-hud untuk meminta ditunjukkan mata air ketika ia dalam perjalanan pada suatu hari sulaiman dalam perjalanan ia berkata mana hud-hud minta dia menunjukkan mata air kepada kita namun ia tidak menemukannya maka ia

3Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 294. 4Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 295. 33

mencarinya, Ibnu Abbas berkata “hud-hud bermanfaat baginya sebagai mata-mata selama ia belum sampai ketujuan. Setelah ia sampai ketujuan, ia tidak memerlukan mata-mata, dan takdir bisa menghalangi pandangan. Abdullah bin Salam dan orang-orang yang berpendapat sama dengannya, berbeda pendapat dengan Wahab bin Munaibah. Abdullah mengatakan bahwa penyebab Sulaiman mencari hud-hud dan bertanya tentangnya adalah karena ia hendak bertanya kepadanya tentang jarak mata air dari lembah persinggahannya dalam perjalananannya itu. Sementara itu, Wahab bin Munabbih berpendapat bahwa Sulaiman mencarinya dan bertanya tentangnya karena ia tidak melihat wakil yang mewakilinya. Hanya Allah yang paling tahu mana yang benar, sebab tidak ada berita yang sampai kepada kita mengenai hal tersebut, baik di dalam al Qur‟an mapun hadits shohih dari Rasulullah Saw.5 Pendapat yang benar mengenai hal tersebut adalah, Allah mengabarkan bahwa Sulaiman memeriksa burung-burung, bisa jadi karena tugas yang diwakilkan kepadanya dan meraka tidak melaksanakannya, dan bisa jadi karena ماىل ada hajat kepadanya untuk bertanya tentang jarak mata air. Maka firman- Nya

mengapa aku tidak melihat hud-hud adalah, apakah aku yang salah ,َلارى اْلدىد lihat sehingga aku tidak melihatnya padahal ia telah hadir ? ataukah ia memang tidak hadir diantara yang tidak hadir dari seluruh jenis makhluk.? Tetapi, Sulaiman bukan seorang raja yang sewenang-wenang dan berlaku lalim di muka bumi. Ia adalah seorang Nabi. Ia belum mendengar langsung argumen hud-hud yang tidak hadir itu, sehingga tidak sepatuhnya ia menjatuhkan keputusan sebelum mendengar keterangannya dan memperoleh kejelasan tentang alasannya. Karena itu tampak ciri seorang Nabi yang adil: ”Kecuali jia benar- benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. Maksudnya argumen kuat yang menjelaskan alasan ketidak hadirannya dan dapat menghadirkan sanksinya.6

5Abu Ja‟far bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath- Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) . Penerjemah, Ahsan Askan, Yusuf Hamdani , h, 806. 6Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 296. 34

Hud-hud mengetahui ketegasan raja. Karena itu, ia memulai pembicaraannya dengan sebuah kejutan yang dapat melupakan topik pembicaraan tentang ketidak hadirannya dan mengunggah rasa penasaran raja:

ِ ِ ِِ أَ َحطْ ُت ِبَا ََلْ ُُت ْط بو “Aku telah mengetahui yang kamu belum mengetahuinya..” (22) Raja manakah yang tidak penasaran mendengar salah seorang rakyatnya yang mengatakan „aku telah menegtahui sesuatu yang kamu beleum mengetahuinya‟?! Setalah raja penasaran mendengar kejutan ini, maka ia mulai merinci berita tentang penting yang diyakini dari Saba‟ tersebut, kerajaan saba‟ terletak di selatan jazirah, tepatnya di Yaman. Hud-hud menyebutkan bahwa ia mendapati negeri saba‟ itu diperintah seorang wanita.7 ِ ِ ٍ َوأُوتيَ ْت م ْن ُك ّْل َش ْيء “..Dan dia dianugerahi segala sesuatu..”(23) Kata “segala sesuatu” merupakan isyarat tentang kekuasaan, kekayaan, peradaban, kekuatan, dan kemewahaannya. ِ َوَْلَا َعْر ٌش َعظي ٌم

“..Serta mempunyai singgasana yang besar..”(23) Singgasana yang menunjukkan kekayaan, kesejahteraan, dan kemajuan industri. Hud-hud menyebutkan bahwa ia mendapati ratu tersebut dan kaumnya: ِ ِ ِ ِ يَ ْس ُجُدوَن لل َّش ْم ِس م ْن ُدون اللَّو “..Menyembah matahari, selain Alla..”(24) Di sini hud-hud mengajukan alasan kesesatan kaum tersebut, yaitu bahwa setan telah mengecoh mereka untuk memandang indah perbuatan mereka,

7Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 297.

35

sehingga setan menyesatkan meraka, lalu meraka tidak menemukan jalan untuk menyembah Allah yang maha mengetahui lagi maha mengenal. َِّ ِ ِ الذي ُُيِْرُج ا ْْلَ ْبءَ ِف ال َّسَماَوات َواَْلَْر ِض “..Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi,,”(25) Kata Khab‟a berarti yang terpendam secara umum, baik itu air hujan dan langit, atau tumbuh-tumbuhan di bumi, atau rahasia-rahasia langit dan bumi. Kata ini merupakan kata isyarat tentang segala yang tersembunyi di balik tabir kegaiban di alam semesta yang terbentang luas. ِ َوي َْعلَ ُم َما ُُتُْفوَن َوَما ت ُْعلنُوَن “..Dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan..”(25)

Ini adalah perbandingan antara yang tersembunyi di langit dan bumi dengan yang tersembunyi di relung-relung jiwa, baik lahir atau batin. Hud-hud sampai detik ini bersikap sebagai orang yang melakukan keselahan, padahal raja belum memutuskan perkaranya sama sekali. Karena itu, di akhir berita penting yang diceritakannya, ia menyinggung nama Allah Swt yang maha memiliki, maha menundukkan, Tuhan semua makhluk, pemilik „Arsy yang agung dan tidak bisa dibandingkan dengan singgasana-singgasana manusia. Yang demikian itu agar raja tidak tinggi hati dengan kebesaran insani nya di hadapan kebesaran ilahiyah.8 َّ َِٰ َِّ ِ ِ ۩ اللوُ ََل إلَوَ إَل ُىَو َر ُّب الَْعْر ِش الَْعظيم “Allah, tiada Tuhan (yang terbaik disembuh) kecuali Dia, tuhan Yang mempunyai Arasy yang besar.”(26)

Maka, hud-hud menyentuh hati sulaiman dalam konteks ulasan terhadap perbuatan ratu dan kaumnya dengan isyarat yang tersembunyi ini. !

8Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 297. 36

Kita tengah berhadapan dengan hud-hud yang menakjubkan, memiliki nalar, kecerdasan, dan iman, kepiawaian dalam menyampaikan berita, kesadaran terhadap watak posisinya, dan membuat isyarat yang cerdas. Ia tahu bahwa wanita tersebut adalah ratu, dan mereka adalah rakyatnya. Ia tahu bahwa mereka sujud kepada matahari, selain Alllah Swt. Ia tahu bahwa sujud itu tidak boleh diberikan kecuali kepada Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi, dan bahwa dia adalah Tuhan pemilik Arasy yang besar. Bukan seperti ini yang dipahami oleh burung hud-hud pada umumnya. Yang memahami hal ini adalah hud-hud khusus yang telah diberikan pemahaman khusus sebagai bentuk mukjizat luar biasa.9 Sulaiman tidak terburu-buru membenarkan nya atau mendustakannya. Ia tidak terkecoh dengan berita besar yang dibawa hud-hud tersebut. Tetapi ia hendak mengujinya untuk membuktikan kebenarannya. Itulah perilaku nabi yang adil dan raja yang tegas. ِ ِِ ۞ ِ ِ ِ ِ ِ َّ قَاَل َسنَ ْنظُُر أَ َصَدقْ َت أَْم ُكْن َت م َن الْ َكاذبي ا ْذَى ْب بكتَاِِب ََٰىَذا فَأَلْقْو إلَْيه ْم ُُثَّ تَ َول َعْن ُه ْم فَانْظُْر ِ َماذَا ي َْرجعُوَن “Berkata Sulaiman, akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta(27). Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang meraka bicarakan.”(28) Isi surat tersebut tidak dibeberkan disini sehingga ia tetap tertutup seperti surat itu sendiri, sampai akhirnya surat itu dibuka dan diumumkan disana. Kejutan yang memuat unsur seni ini diberikan pada waktunya yan tepat10.!Analisa penulis terhadap tabayyun Nabi Sulaiman pada waktu itu ketika Nabi Sulaiman melakukan sebuah pertemuan di istinanya, sang Raja menanyakan kepada pembesarnya: hal apa saja yang terjadi pada saat ini. ? kemudian salah satu satu dari pembesarnya mengatakan : ada sebuah informasi yang mana ada sebuah kota

9 Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 297. 10Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 298

37

yang lumayan jauh dari istana, masyarakat kota tersebut ingin sekali bertemu langsung dengan Nabi Sulaiman tapi mereka tidak bisa dikarenakan jarak tempuh yang lumayan jauh dari kota tersebut ke istananya Nabi Sulaiman. Kemudian Nabi Sulaiman mengambil sebuah keputusan hari itu mereka juga berangkat untuk menemui masyarakat yang ingin bertemu dengannya.11 Disela-sela perjalanan tiba-tiba Nabi Sulaiman berhenti karena sedang berkomunikasi dengan semut untuk membiarkan para semut memasuki sarangnya supaya tidak terinjak-injak oleh bala tentaranya Nabi Sulaiman, inilah salah satu mukjizat Nabi Sulaiman bisa berbicara dengan segala jenis binatang, setlah para semut masuk ke sarang nya rombongan Nabi Sulaiman melanjutkan perjalanan, tidak lama kemudian mereka kehabisan perbekalan air. Mereka pun berhenti sejenak, untuk menambah perbekalannya, sang Nabi pun memerintahkan Hud - Hud untuk mencari mata air tapi Hud- Hud tidak ada dibarisan, pada saat itu sang Nabi sangat marah besar terhadap Hud-Hud karena tidak izin terlebih dahalu untuk meninggalkan barisan, kemudian Hud-Hud datang membawa informasi yang begitu penting menurutnya karena informasi ini belum pernah di dengarkan Nabi Sulaiman yaitu tentang ada suatu kerjaan yang megah dan besar kekuatannya masyarakat nya menyembah matahari dan pemimpin adalah seorang Ratu yang bernama Balqis.12 Di saat itu juga sang Nabi melakukan tabayyun bersama para pembesarnya terhadap informasi yang disampaikan oleh Hud-Hud. Hasil dari tabayyun tersebut akhirnya Nabi mengirimkan surat kepada Ratu Balqis yang mana isi surat itu ada keagungan Allah SWT dan tidak yang menandingi kekuasaaan nya di jagat raya ini. Dari sini penulis bisa melihat ada suatu mikjizajt Nabi Sulaiman yaitu beisa berbicara dengan segala sejenis bintangan termasuk semut dan pada saat diperjalanan sang Nabi marasa besar terhadap ke tidak hadirannya burung Hud- Hud, dan tak lama kemudian burung Hud-Hud pun tibda dengan membawwa informasi sehinga Nabi Sulaiman melakkukan tabayyun terhadap informasi yang diberikan oleh burung Hud-Hud.

11Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 298. 12Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 299.

38

B. Musyawarah sebagai Reaksi Ratu Saba’ terhadap Surat Nabi Sulaiman

ِ ِ ِ ِ ِ ۞ِ ِ ِ ِ ِ َِّ ِ ِ۞ َّ قَالَ ْت يَا أَي َُّها الَْمََلُ إ ِّّْن أُلْق َي إََِّل كتَا ٌب َكري ٌ إنَّوُ م ْن ُسلَْيَما َن َوإنَّوُ ب ْسم اللو الَّرَْٰحَ ِن الَّرحيم أََل تَ ْعلُوا ِ ِِ َعلَ َّي َوأْتُوِّن ُم ْسلم َي Ketika Ratu Saba‟ menerima surat itu berkatalah dia : Hai pembesar- pembesar, sesungguhnya telah dipatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (30) Sesungguhnya suratitu dari Sulaiman dan sesungguhnya isi nya, „Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. (31) Bahwa jangan kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang – orang yang berserah diri.‟

Bimbingan dan dakwah harus disampaikan dengan lemah-lembut dan penuh kasih-sayang, dimulai dengan frase. Dengan nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sulaiman menulis surat yang singkat dan komprehensif. Seraya memberikan surat itu kepada Hud-Hud, dia menyuruh burung itu agar menjatuhkannya kepada mereka dan kemudian kembali sesrta menunggu disebuah sudut untuk melihat reaksi mereka. Dari frase al-Qur‟an „jatuhkanlah kepada mereka‟ dapat dipahami bahwa Hud-Hud diperintahkan menjatuhkan surat itu ketika Ratu Saba‟ sedang duduk dalam persidangan di tengah pembesar – pembesarnya, sehingga tidak ada peluang untuk meninggalkan dan mengingkari surat itu. Frase ini juga menjelaskan bahwa tidak ada bukti bagi penafsiran beberapa ahli tafsir yang mengatakan bahwa hud – hud memasuki istana Ratu Saba‟ lalu memasuki kamarnya dan menjatuhkan surat itu ke dadanya atau lehernya; meskipun penafsiran itu bukannya tidak konsisten dengan kalimat dalam ayat selanjutnya yang mengatakan‟ ...sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.13

Ratu Saba‟ membuka surat itu dan membaca isinya. Karena sebelumnya sudah mendengar tentang kemasyhuran Sulaiman dan isi surat itu menakjubkan

13Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII(jakarta. Penerbit Al-Huda 2008) penerjemah , Ahsin Muhammad, h. 88. 39

bahwa Sulaiman telah mengambil keputusan yang keras tentang negeri Saba‟, maka sang Ratu bepikir dalam-dalam. Dan karena terbiasanya bermusyawarah dengan pembesar-pembesar pemerintahannya, maka dia segera mengundang mereka. Seperti diakatakan al-Qur‟an : (Ketika itu Ratu Saba‟ menerima surat itu), sang Ratu melakukan musyawarah bersama pembesarnya untuk melakukan tindakan atas surat yang dikirim Nabi Sulaiman melalui burung Hud-Hud sang ratu meminta pendapat dari pembesarnya langkah apa saja yang ingin mereka lakukan, ada beberapa pendapat atas musyawarahnya sang Ratu bersama pembesarnya, tapi sang Ratu yang begitu cerdik memilih untuk mengirimkan hadih kepada Nabi Sulaiman. Masalah bahwa Ratu Saba‟ mengatakan bahwa surat itu adalah surat yang mulia dan berharga mungkin dikarenakan isinya yang agung,dari situlah sang Ratu ingin mengirimkan hadiah tehadap Nabi sulaiman apa reaksinya, apabila Nabi sulaiman menerimanya berarti sang Nabi bukanlah pemimpin yang kuat, atau dikarenakan kata-kata awalanya yang dimulai dengan nama Allah Swt, dan akhirnya dibubuhi dengan tanda-tanda dan stempel dengan benar atau pengirimnya adalah seorang yang mulia dan masing-masing alasan ini telah dikemukakan secara hipotesis (dugaan) oleh para ahli tafsir. Atau semua alsan ini mungkin ditemukan dalam konsep yang konsisten tersebut sebab tidak pertentangan diantara alasan-alasan tersebut.14 Memang benar bahwa meraka adalah penyembah matahari. Tetapi kita tahu bahwa banyak penyembah berhala yang juga beriman kepada Allah Swt dan menyebut-Nya Tuhan dari semua tuhan. Mereka menganggap pentung untuk menghormati dan membesarkan-Nya. Kemudia Ratu Saba‟ merujuk kepada isi surat saat berkata : Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya, “Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Tidaklah mungkin Sulaiman menulis surat tersebut dengan frase – frase bahasa arab semacam ini oleh karena itu frase-frase diatas sesungghunya dapat

14Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 89. 40

disusun kembali. Atau frasse-frase tersebut adalah ringkasan dari surat Sulaiaman yang diucapkan oleh Ratu Saba‟ kepada para pembesarnya. Adalah menarik bahwa isi surat itu betul-betul tidak lebih dari tigaa kalimat. a) Satu kalimat menyebut Nama Allah Swt serta menyatakan sifat – sifat-

Nya, berupa sifat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan

menggambarkan bahwasanya tidak ada kekuasaan yang melebihi

kekuasaan Allah Swt, seberapa besar pun kekuasaan manusia tidak akan

bisa menandingi kekuasaan Allah Swt.

b) Kalimat kedua adalah anjuran untuk mengendalikan hawa nafsu dan

limpahan kesombongan yang merupakan asal-usul dari banyak kerusakan

individu sosial. Anjuran ini agar supaya bisa mengendalikan nafsu dan

tidak menjadi sombong sebesar apapun kekuasaan dan harta yang kita

miliki, karena semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah Swt, dan

tidak ada yang pantas untuk disombongkan.

c) Dana kalimat ketiga adalaah perintah untuk tunduk kepada kebenaran.

Yang dimaksud kebenaran disini adlah kebenaran dari allah swt. Dan jika

kita perhatikan ketiga kalimat ini dengan cermat, maka sesungguhnya

memang tidak ada lagi yang perlu disebutkan selain ketiga kalimat itu.15

ِ ِ ِ ِ ِ ۞ ٍ قَالَ ْت يَا أَي َُّها الَْمََلُ أَفْ تُوِّن ِف أَْمري َما ُكْن ُت قَاطَعةً أَْمًرا َحَََّّٰت تَ ْشَهُدون قَالُوا ََْن ُن أُولُو ق َُّوة َوأُولُو ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ۞ ِ ِ بَأْ ٍس َشديد َواَْلَْمُر إلَْيك فَانْظُري َماذَا تَأُْمري َن قَالَ ْت إ َّن الُْملُوَك إذَا َد َخلُوا قَ ْريَةً أَفْ َسُدوَىا َوَجَعلُوا ِ ِ َِّ ۖ َٰ ِ ۞ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ أَعَّزَة أَْىلَها أَذلةً َوَكَذل َك ي َْفَعلُوَن َوإ ِّّْن ُمْرسلَةٌ إلَْيه ْم ِبَديَّة فَ نَاظَرةٌ ِبَ ي َْرج ُع الُْمْرَسلُوَن

15Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 300. 41

(32) Dia ( balqis ) berkata, „wahai para pembesar ! berilah aku pertimbangan dan perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku. (33) Mereka menjawa, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu naka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”(34) Dia (balqis) berkata “sesungguhnya raja – raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat. (35) Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.”

Tatkala Balqis membacakan surat Sulaiman kepada mereka, ia meminta pendapat mereka tentang urusannya, karena surat yang dikirmkan kepadanya itu adalah surta yang begitu mulia dan apa yang telah turun dengannya oleh karena itu ia berkata “ wahai para pembesar ! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku.”(32) sang Ratu ingin meminta pembesarnya untuk menjawabnya hingga pembesarnya hadir dan memberikan pertimbangan, mereka menjawab “kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa untuk berperang “ (33) Artinya telah mereka telah memberikan kepadanya dengan jumlah, perlengkapan perang dan kekuatan mereka dan kekuatan mereka, kemudian perkaranya diserahkan kepadanya setelah urusan itu dengan mengatakan, “Tetapi keputusan berada di tanganmu;maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.” (33) Artinya kami tidak berhak untuk durhaka dan tidak ada masalah terhadap kami, jika engkau menghendaki untuk pergi kedepannya dan memeranginya maka kami tidak akan durhaka. Dan setelah ini maka perkaranya diserahkan kepada engkau, perintahkanlah kami sesuai dengan pendapat engkau, kami akan melaksanakan dan menaatinya.16

16Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, h, 303.

42

Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, “Perkara mereka diserahkan kepada keledai liar yang bergoncang kelenjar susunya, tatkala mereka berkata kepadanya apa yang telah meeka katakan, adalah dia Sulaiman dan bahwasanya tidak ada bandingannya baginya dengan bala tentaranya serta pasukannya, dan apa yang telah ditundukkan baginya dari golongan jin dan manusia. Balqis telah menyaksikan dari isi surat bersama dengan hud-hud satu perkara yang menakjubkan lagi indah.17 Maka ia berkata kepada mereka, sesungguhnya aku takut jika kita memeranginya dan kita akan kesulitan menghadapinya, sehingga dia dapat mengalahkan kita dengan bala tentaranya dan membinasakan kita dengan orang- orang yang bersamanya, kemudia telah sampai kepadaku dan juga kepada kalian akan berita kehancuran dan kebinasaan negeri-negeri selain dari kita; oleh karena itu ia berkata, “sesungguhnya raj-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya” (34) Ibnu Abbas berkata, “Artinya apabila mereka masuk suatu negeri dengan paksa maka mereaka akan merusaknya, artinya membinasakannya.” Firman- Nya, “Dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina.” (34) Artinya mereka memaksa orang yang ada disana dari papa pemimpin dan bala tentara, lalu mereka menghinkan mereka dengan sehina – sehinanya, kemungkinan dengan dibunuh atau ditawan. Ibnu Abbas berkata, Balqis berkata “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina.” Allah Swt berfirman, “Dan demikian yang mereka perbuat.” (34) kemudia ia ( Balqis ) berpaling kepada perdamaian dengan genjatan senjata, maka ia berkata, “ Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan utusan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawah kemabali oleh para utusan itu.”18 Sang Ratu akan mengirim utusan kepadanya dengan membawa hadiaha atau sogokan kepada Nabi Sulaiman yang pantas baginya dan sang Ratu akan melihat apa jawabannya setelah itu, barangkali Nabi Sulaiman menerimanya

17Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, (Bandung: Pustaka Imam Syafii, 2004) 281. 18Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 283. 43

dan menahan diri dari sang Ratu atau menentukan pajak atas sang Ratu yang akan dibawa pasukan Ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman setiap tahunnya, dansang Ratu akan konsekuen dengan itu kepada sang Nabi Sulaiman , sehingga Nabi Sulaiman tidak dapat memerangi negeri Saba‟ dan membunuh seluruh masyrakat Negeri Saba‟ si penyembah Matahari. Dari sini penulis melihat bahwasanya sang Ratu ingin melabui Nabi Sulaiman memberikan hadiah berupa sogokan agar tidak terjadi peperangan karena sang Ratu menyadari apabila terjadi peperangan maka negeri saba‟ akan kalah karena jumlah pasukan dan kekuatan nya tidak sebanding dengan Nabi Sulaiman. Qotadah berpendapat. “Rahimahallah wa Rhadiya Anha,” ( semoga Allah merahmati dan meridhai Balqis ) betapa fahamnya dia disaat keislamannya maupun kesyirakannya ia memahami bahwa hadiah akan berpengaruh pada manusia. “Ibnu Abbas dan ulama lain berpendapat, “Balqis berkata kepada kaumnya “jika dia menerima hadiah maka dia adalah seorang raja maka perangulah dia dan jika dia tidak menerimanya maka dia adalah seorang nabi maka ikutilah dia.”19

C. Reaksi Nabi Sulaiman terhadap Hadiah yang Diberikan Ratu Saba’

ِ ِ ٍ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ۞ ِ فَ لََّما َجاءَ ُسلَْيَما َن قَاَل أَُُتُّدونَ ِن ِبَال فََما آتَاِّنَ اللوُ َخْي ٌر ِمَّا آتَا ُك ْم بَ ْل أَنْ تُ ْم ِبَدي َّت ُك ْم تَ ْفَرُحوَن اْرج ْع ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ َِّ ِ إلَْيه ْم فَ لَنَأْتيَ نَّ ُه ْم ِبُنُود ََل قبَ َل َْلُْم ِبَا َولَنُ ْخرَجنَّ ُه ْم مْن َها أَذلةً َوُى ْم َصاغُروَن Maka tatkala sampai kepada Sulaiman, dia berkata. “Apakah kamu mendukung aku dengan harta ? karena apa yang dianugerahkan Allah Swt kepadaku lebih baik dari pada apa yang dianugerahkan-Nya kepada kamu; tetapi kamu dengan hadiah kamu telah merasa bangga. (36) Kembalilah kepada meraka. Sungguh kami akan mendtangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuiasa menghadapinya dan pasti kami akan mengusir mereka darinya dengan tunduk patuh dan dalam keadaan mereka terhina.”(37)

19Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 285.

44

Ayat yang lalu menguraikan keputusan sang Ratu untuk mengirim hadiah kepada Nabi Sulaiman dan para pembesar kerajaannya. Ayat ini bagaikan menyatakan: maka sang Ratu menjawab surat Sulaiman dan mengirim utusan membawa hadaih-hadiah yang sangat banyak, berharga dan menarik. Maka tatkala rombongan utusan itu sampai kepada Sulaiman, dia berkata kepada mereka; “apakah patut kamu mendukung aku dengan harata ? sungguh tidak patut! ketauhilah bahwa aku tidak menyurati meminta kamu semua datang dan berserah diri kepadaku karena mengharap harta, tetapi tujuanku adalah ketaatan kepada Allah Swt. Sungguh aku tidak membutuhkan harta kamu karena apa yang dianugerahkan Allah Kepadaku seperti kenabian, ilmu pengetahuan, kekuasan dan harta benda lebih baik daripada apa yang dianugerahkan-Nya kepada kamu karena kamu hanya memiliki kekuasaan terbatas lebih-lebih lagi karena kamu tidak memperoleh hidayah-Nya tetapi kamu akibat keterbatasan pengetahuan kamu tentaang makna hidup dengan hadiah yang persembahkan kepadaku itu telah merasa bangga dan menduga bahwa hadiah sang Ratu adalah sesuatu yang sangat berharga, padahal ia tidak demikian dalam pandanganku.20 Dari sini penulis melihat kehebatannya Nabi Sulaiman tidak gampang begitu saja menerima hadiah berupa sogokan dari sang Ratu Baqis yang ingin melabui Nabi Sulaiman, dan rekasi Nabi sulaiman ini tidak menerima atau menolak hadiah sang Ratu karena kekuasaan dan harata benda lebih baik dari pada yang dianugerahkan Allah Swt, karena Nabi Sulaiman beranggapan akibat keterbatasan Ratu balqis pengetahuan tentang makna hidup dengan hadiah yang dipersembahkan kepada Nabi Sulaiman sang Ratu beranggapan bahwasanya Nabi Sulaiman akan bangga terhadapa hadiah yang diberikan Ratu Balqis. Padahal Nabi Sulaiman tidak demikian dalam pandagan Ratu Balqis. Selanjutnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada pimpinan rombongan kerajaan Saba‟ itu bahwa : “Kembalilah kepada mereka yakni kepada ratu dan siapa pun yang taat kepadanya, sungguh kami bersumpah bahwa kami akan

20M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 222. 45

mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa menghadapi dan membendungnya sehingga kami akan mengalahkan mereka, dan pasti kami akan mengusir mereka darinya yakni dari negeri Saba‟ tempat kediaman mereka terhina menjadi tawanan-tawanan perang. Ini bila mereka tidak datang dan patuh kepada kami.” Disini penulis melihat kemarahan terhadap utusan Ratu saba‟ yang ingin mengelabui nya. Nabi Sulaiman pun menolak tawaran Ratu Saba‟ tersebut dengan nada tegas Nabi Sulaiman memerintahkan kembali kepada utusan Ratu Saba‟ untuk kembali ke negerinya. Ucapan Nabi Sulaiman : “Apakah engkau mendukung aku dengan harta ?” beliau tujukan kepada pemimpin delegasi untuk disampaikan kepada Ratu. Maksud ucapan ini adalah menolak hadiah tersebut. Ini, karena Nabi Sulaiman merasa bahwa hadiah tersebut bagaikan gosokan yang bertujuan menghalangi beliau melaksanakan suatu kewajiban. Sebab kalau tidak, maka menerima hadiah dalam rangka menjalin hubungan baik walau dengan negara non muslim dapat saja dibenarkan. Bahkan Nabi Muhammad saw. Menerima sekian banyak hadaih dari berbagai kepala negara, seperti hadiah yang diterimanya dari Penguasa Mesir yang mengirim untuk beliau antara lain Mariyah al Qibthiyyah yang pada akhirnya ibu putra beliau .21 ِ ِ ِ ِ ِِ ۞ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ قَاَل يَا أَي َُّها الَْمََلُ أَيُّ ُك ْم يَأْتيِِّن بَعْرشَها قَ ْب َل أَْن يَأْتُوِّن ُم ْسلم َي قَاَل عْفري ٌت م َن ا ْْل ّْن أَنَا آتي َك بو ِ ِ ۖ ِ ِ ِ ِ قَ ْب َل أَْن تَ ُقوَم م ْن َمَقام َك َوإ ِّّْن َعلَْيو لََقو ّّي أَم ٌي Dia berkata : “Hai para pemuka, siapakah diantara kamu yang sanggup membawa sisnggsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri (38) Berkata Ifrit dari jenis Jin : “Aku akan datang kepadamu dengannya sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu: sesungguh aku untuknya benar-benar kuat lagi terpercaya (39).

Penulis sudah membaca beberapa referensi tidak ada menjelaskan apa terjadi setelah penolakan hadiah sang Ratu. Yang pasti adalah rombongan itu kembali melaporkan kepada Ratu Balqis. Sementara riwayat lain menyatakan

21M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 222. 46

bahwa Ratu Saba‟ menyadari bahaya ada yang mengancam, disini sudah mulai kelihatan Sang Ratu akan tunduk kepada Allah Swt melalui Nabi Sulaiman, maka Ratu Balqis menulis surat menyampaikan kedatanagnnya negeri Sulaiman. Ratu Balqis kemudian berangkat denagan ribuan pengikutnya setelah terlebih dahulu menutup rapat istananya dan menyimpan sedemikian rupa sisnggsananya yang dinilai oleh burung hud-hud sangat istimewa. Apapun yang terjadi, yang jelas ayat diatas hanya menginformasikan bahwa Nabi Sulaiman mengiinginkan singgsananya itu diangkut ke istinanya di Palestina dan tiba ditempat sebelum tibanya sang Ratu.22 Setelah para utusan Ratu Balqis itu kembali negerinya, mereka menyampaikan kepada sang Ratu, apa yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman dengan suratnya itu, yaitu agar mereka memperkenankan seruannya beriman kepada Allah Swt. Dan disampaikan pula keadaan mereka yang dipimpin oleh Sulaiman keadaan bala tentaranya dan kekayaannya. Karen itu Ratu Balqis mengambil keputusaan ingin pergi sendiri ke Palestina kerajaan nya Nabi sulaiman menemui Sulaiman dengan membawa hadiah yang besar baginya, maka diberitahukanlah niatnya kepada Sulaiman.23

D. Persiapan Nabi Sulaiman Menyambut Kedatangan Ratu Saba’

Setalah Sulaiman mengetahui bahwa Ratu Balqis akan berkunjung kenegerinya, maka ia membuat sebuah istana yang besar dan megah yang laintainya terbuat dari kaca, dan denagn membuat istana yang demikian ia ingin memperlihatkan kepda Ratu Balqis sesuatu yang belum pernah dilihatnya. Maka berangktlah Balqis ke paletina mengunjungi Sulaiman, dan Suliaiman pun telah mengetahui pula akan keberangkatan Ratu Balqisitu. Setelah Ratu Balqis sampai ke Palestina istinanya Nabi Sulaiman dan sebelum kedatangannya itu. Sulaiman ingin memperlihatkan kepada Ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah

22M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,jilid X h. 223. 23 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,jilid X h. 224.

47

Swt, dan kekuasaan yang telah dilimpahkan Nya, agar Ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah. Beliau bermaksud membawa singgasana ketempat bersemayam Ratu Balqis yang tinggal dinegrinya itu ke Palestina dalam waktu yang singkat dan akan dijadikan tempat duduk Ratu balqis di istananya yang baru dibuatnya pada awaktu kedatangan Ratu Saba‟ itu.24 Sulaiman berkata kepada para pembesarnya menyampaikan maksud itu : wahai para pembesar, siapakah diantara kamu yang sanggup membawa singgasana Ratu Balqis yang ada dinegerinya itu ketempat ini, sebelum rombongan mereka sampai kesini. Mendengar permintaan Sulaiman itu menjawab Ifrit yang cerdik, yang termasuk golongan Jin : “Aku akan datang kepadamu membawa singgasana Ratu Balqis itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu itu dengan dan aku benar-benar samggup melaksanakannya dan dapat dipercayai kesanggupanku itu. Yang dimaksud dengan “sebelum kamu berdiri dari tampat dudukmu” ialah sebelum Sulaiman meninggalkan tempat itu. Beliau biasanya meninggalkan tempat itu sebelum tengah hari. Nabi Sulaiman berdialog kepada para pengikutnya untuk menyambut kedatangan Ratu Saba‟ ke kerajaan nya, apa saja yang mereka ingin persiapkan dalam menyambut kedatangan Ratu Saba‟. Sulaiman mempunyai strategi untuk menyambut kedatangan sang ratu yaitu membangun istana Ratu Saba‟ di negerinya yang hampir sama dengan istana Ratu saba‟ yang berada di negeri Saba‟. Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan Ifrit dari golongan bangsa Jin untuk mengangkat singgasananya Ratu Saba‟ ke kerajaan yang dibangun Nabi sulaiman yang hampir sama dengan kerjaan Ratu Saba‟ yang di Negeri Saba‟.25 berarti yang sangat kuat lagi sangat cerdas dan tidak dapat عفريت Kata dicedarai, tidak juga dapat terkalahkan. Biasanya kata ini hanya menunjuk kepada makhluk halus, dan apabila digunakan menyifati manusia, maka itu dalam konteks mempersamakannya dengan makhluk halus itu. Konon Nabi Sulaiman datang

24Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur‟an Dan Tafsirnya. ( Yogyakarta. PT Dana Wakaf Bhakti Wakaf UII 1990 ), h. 236. 25Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 286. 48

berkantor dari pagi hingga siang hari. Jika demikian, maka itu berarti sang Ifrit itu mampu mengahadirkan singgasana itu dalam tempo setengah hari.26 Penulis juga mengutip pendapat Thahir Ibn „Asyur, boleh jadi ucapan Nabi Sulaiman ini beliau sampaikan ketika Sang Ratu telah tiba di Palestina dan sebelum ia bersiap masuk menemui Raja Sulaiman atau ketika tiba berita bahwa Ratu itu telah berada diperbatasan kota, karena beliau inign menunjukkan kemampuan negaranya. Atau tulisanya lebih jauh boleh jadi juga singgasana itu dibawa serta dalam perjalanannya menuju Palestina, khawtir jangan sampai nabi sulaiman tidak menyiapkan tempat duduk yang layak bagi Sang Ratu. Hemat penulis kemungkinan yang terakhir ini sangat kecil, bahkan boleh jadi lahir dari bawah sadar Ibn Asyur yang bermaksud memberi penafsiran yang logis terhadap kehadiran singgasana itu dihadapan Sulaiman dalam waktu yang amaat singkat. Kemungkinan terakhir bermaksud meminimalkan sedapat mungkin unsur suprarasional dari kisah, dan ini bertolak belakang dengan pendapat lainyang berusaha membesar-besarkannya.27 Dimana pun singgsana itu berada, apakah telah berda dipintu masuk istina Nabi Sulaiman atau masih terkunci rapat di Yaman, yang jelas keberadaannya dihadapan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata adalah hala yang luar biasa lagi suprarasional, yang tidak dapat dilakukan kecuali melalui tangan Allah Swt. Sementara ulama berpendapat bahwa permintaan Nabi Sulaiman ini bertujuan menunjukkan kepada Sang Ratu betapa besar kekuasaan Allah Swt dan anugerah Nya yang telah dilimpahkan Nya kepada Nabi Sulaiman sehingga mereka dapat sadar dan menyembah Allah Swt. Disisi lain, permintaan agar singgasana itu dihadirkan sebelum Ratu datang, karena Nabi Sulaiman bermkasud juga menguji kecerdasan dan ketelitian sang Ratu, sebagaimana disebut pada ayat 41 mendatang.28

26M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X, h. 224. 27Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim, juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar , h. 288. 28M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 225. 49

َِّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ۖ ِ ِ قَاَل الذي عْنَدهُ عْل ٌم م َن الْكتَاب أَنَا آتي َك بو قَ ْب َل أَْن ي َْرتََّد إلَْي َك طَْرفُ َك فَ لََّما َرآهُ ُم ْستَقِّرا عْنَدهُ ِ ِ ِ ۖ َِّ ِ ِ ِ ۖ ِ قَاَل ََٰىَذا م ْن فَ ْضِل َرِّْب ليَْب لَُوِّن أَأَ ْش ُكُر أَْم أَ ْكُفُر َوَم ْن َش َكَر فَإَّنَا يَ ْش ُكُر لنَ ْفسو َوَم ْن َكَفَر فَإ َّن

۞ َرِّْب َغِِّنّّ َكِري ٌ “Berkatalah seseorang yang memiliki ilmu dari al- Kitab : “Aku akan datang kepadamu dengannya sebelum matamu berkedip. “maka tatkala dia melihatnya terletak dihadapannya, dia pun berkata : “ ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersykur atau kufur. Dan barang siapa yang maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Tuhanku maha kaya lagi maha mulia” (40) . Ayat sebelum ini menjelaskan kesediaan dan kesanggupan Jin untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba‟ dalam tempo setengah hari. Ayat itu tidak mengemukakan tanggapan Nabi Sulaiman atau ucapan sang Ifrit. Rupanya ada tanggapan spontan dari seorang manusia yang selama ini mengasah kalbunya dan yang dianugerahi oleh Allah Swt, ilmu ayat diatas menjelaskan bahwa :“Berkatalah seseorang yang memeliki ilmu dari al Kitab : Aku akan datang kepadamu dengannya “ yakni dengan membwa singgasana itu kemari sebelum matamu berkedip”. Maka serta – merta, tanpa menunggu tanggapan dari siapapun, singgasana itu hadir dihadapan Nabi sulaiman dan tatkala dia melihatnya terletak dan benar – benar mantap dihadapannya bukan berada jauh darinya dia pun berkata : “ ini yakni kehadiran singgasana sesuai keinginananku termasuk karunia Tuhanku dari sekian banyak karuniayang telah dilimpahkan Nya.29 Karunia itu adalah untuk menguji aku apakah aku bersykur dengan mengakuinya sebagai anugerah atau kufur yakni mengingkari Nikmat Nya, dengan menduga bahwa ia memang hakku merupakan usahaku sendiri tanpa batuan Allah Swt. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barang siapa yang kufur maka itu adalah bencana buat dirinya. Allah tidak bertamabah kaya dengan

29M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 226. 50

ksyukuran hamba Nya tidak pula disentuh kekurangan dengan kekufuran mereak karena sesungguhnya Tuhan Pemelihara dan Pembimbing Ku Maha Kaya Lagi Maha Mulia”. Berbeda – beda pendapat ulama dalam menentukan tokoh yang dimaksud dengan seorang yang memiliki ilmu al Kitab. Ada yang berpendapat bahwa dia adalah Ashif Ibn Barkhiyasalah sorang ulama bani Israil yang juga merupakan menteri Nabi Sulaiman ada juga yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah Nabi Sulaiman sendiri. Ada lagi menyatakan bahwa Nabi Khidir, bahkan ada juga yang menyatakan malaikat jibril as. Yang pasti ayat ini mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa ilmu itu adalah yang bersumber dari al Kitab, yakni kitab suci yang diturunkan kepada nabinya.30 ّْ ِ ِ َِّ ۞ قَاَل نَكُروا َْلَا َعْرَشَها ن َْنظُْر أَتَ ْهتَدي أَْم تَ ُكوُن م َن الذي َن ََل ي َْهتَُدوَن “Sulaiman berkata „rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia meneganal ataukah termasuk orang-orang yang tidak mengenal nya ( 41 )”.

Ayat ini menunjukkan pada adegan yang mencengangkan dari kejadian yang mengundang unsur mendidik seputar Sulaiman dan Ratu Saba‟. Untuk menguji kebijkasanaan, pemahaman, dan kecerdasan, Ratu Saba‟, dan juga mepersiapkan landasan bagi keimanannya kepada Allah Swt, Sulaiman memerintahkan agar singgasananya, yang telah didatangkan kehadapannya, diubah kedalam keadaan yang tak dikenali lagi olehnya, guna mekihat apakah dia Ratu Saba‟ masih mampu mengenalinya atau tidak. Meskipun kedatangan singgasana Sang Ratu dari Negeri saba cukup bagi Ratu saba untuktidak mngenalinya lagi, namun Sulaiman memerintahkan agar dilakukan beberaapa perubahan pada singgasana itu. Perubahan-perubahan tersebut berupa menghilangkan beberapa tanda atau batu-batu permata dari singgasana itu, atau mengubah beberapa warnanya, atau hal-hal lain serupa itu. Tatapi muncul pertanyaan : Apakah tujuan Sulaiman menguji kebijaksanaan,

30M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 226. 51

pemahaman, dan kecerdasan Ratu Saba ? Ujian itu mungkin sekali dilakukan agar Sulaiman dapat mengetahui dengan logika yang mana darinya harus menghadapi Ratu saba‟, dan penalaran macam apa yang harus dikemukakan kepadanya untuk membuktikan prinsip-prinsip dasar ideologinya. Atau Sulaiaman memiliki pikiran untuk menawrkan pernikahan kepada Ratu Saba‟ dan ingin mengatahui apakah Ratu Saba‟ benar memiliki kompetensi untuk menjadi istrinya atau tidak. Atau Sulaiman ingin memberinya tanggung jawab sesudah dia beriman pada kebenaran. Dia harus tahu seberapa jauh Ratu Saba‟ mampu mengemban tanggung jawab tersebut. Untuk kalimat atahtadi (apakah dia mengikuti jalan yang benar) jugs telah dikemukakan dua penafsiran. Beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat ini apakah dai akan mengenali singgasaannya sendiri atau tidak. Sementara beberapa ahli tafsir lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah apakah dia akan terbimbing ke jalan Allah Swt dengan melihat mukjizat itu. Tetapi makna lahiriah ayat diatas membawa pada arti yang pertama, meskipun arti yang pertama itu sendiri menjadi premis bagi arti yang kedua.31

E. Kedatangan Ratu Saba’ ke Kerajaan Nabi Sulaiman

ِ ِ ۖ ۖ ِ ِ ِ ِ فَ لََّما َجاءَ ْت قي َل أَََٰى َكَذا َعْرُشك قَالَ ْت َكأَنَّوُ ُىَو َوأُوتينَا الْعْل َم م ْن قَ ْبلَها َوُكنَّا ِِ ۞ ِ ِ ِ ۖ ِ ِ ٍ ِ ۞ ُم ْسلمي َو َصَّدَىا َما َكانَ ْت تَ ْعبُُد م ْن ُدون اللَّو إن ََّها َكانَ ْت م ْن قَ ْوم َكافِرين “Dan ketika Ratu Saba‟ datang, ditanyakanlah kepadanya, “serupa inikah singgasanamu ? dia menjawab, “seakan-akan singgasana ini singgasanaku. Dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (42). Dan dia Sulaiman menghalanginya dari menyembah selain Allah, sesungguhnya dia dahulu termasuk orang-orang yang kafir.”(43)

Akan tetapi, ketika Ratu Saba‟, seseorang menunjuk pada singgasana itu dan bertanya kepadanya apakah singgasannya seperti itu. Maka lahiriah ayat ini menunjukkan bahwa orang mengemukakan pertanyaan ini bukanlah Sulaiman sendiri. Sebab jika Sulaiman sendiri yang menanyakan, maka tidaklah patut

31Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 113. 52

kalimat itu dikatakan dalam bentuk pasif, sebab nama Sulaiman sudah disebutkan sebelumnya, dan kata-katanya selalu diucapkan dlam bentuk kalimat aktif. Disamping itu tidaklah sesuai dengan kebesaran Sulaiman jika dia berbicara seperti itu saat Ratu Balqis baru saja tiba.32 Akan tetapi, Ratu Saba memberikan jawaban yang paling bijaksana dan penuh perhitungan ketika mengtakan : seakan- akan singgasana ini singgasanaku. Jika mengatakan singgasanaku itu seperti maka dia keliru dan jika dia mengatakan “jika singgasanaku persis seperti itu” itu artinya dia mengatakan sesutu yang bertentangan dengan sikap hati-hati. Sebab, denagan jauhnya jarak antara Negeri Saba‟ ke Kerajaan Nabi Sulaiman, adalah mustahil bahwa singgasananya dapat didatangkan ke Kerjaan Sulaiman dengan cara biasa, kecuali melalui mukjizat. Disamping itu buku-buku sejarah mencatat bahwa Balqis telah melindungi singgasananya yang berharga itu ditempat yang sama, di istananya yang khusus, dalam sebuah rungan dengan pint-pintu yang kokoh dan kuat serta dijaga oleh beberapa pengawal yang selalu siap siaga. Namun, dengan semua perubahan telah dialami singgasana itu, Ratu Balqis masih mampu menngenalinya kemudian dia segera menambahkan : dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ini berarti bahwa dia mengatakan bahwa juka tujuan Sulaiman dengan mendatangkan singgasananya itu dimaksudkan agar mereka memahami mukzijatnya maka mereka sebelumnya telah disadarakan akan legitimasi nya dengan tanda-tanda yang lain, dan bahkan sebelum menyaksikan kejadian supernatural yang mencengangkan itu, meraka telah percaya, dan mukjizat itu tidak lagi dipelukan. Dengan demikian Sulaiman menghentikannya dari menyembah selain Alllah Swt meskipun dia sebelumnya termasuk orang - orang yang kafir. Dengan menyaksikan tanda-tanda yang jelas itu dia mengucapkan seslamat tinggal kepada posisinya yang gelap dan memasuki kehidupan baru yang penuh dengan cahaya iman dan keyakinan.33

32Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 115. 33Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul Qur‟an jilid XIII, h. 116. 53

ِ ِ ۖ ِ ۖ ِ ِ قي َل َْلَا اْد ُخلي ال َّصْرَح فَ لََّما َرأَتْوُ َحسبَْتوُ ُْلَّةً َوَك َشَف ْت َع ْن َساقَ ْي َها قَاَل إنَّوُ َصْرٌح ُِمََّرٌد م ْن ِ ۖ ِ ِ َِِّ ِ ۞ قَ َواريَر قَالَ ْت َر ّْب إ ِّّْن ظَلَ ْم ُت ن َْفسي َوأَ ْسلَ ْم ُت َم َع ُسلَْيَما َن للو َر ّْب الَْعالَم َي Dikatakan kepadanya : “Masuklah kedalam istana”. Maka tatkala dia melihatnya dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Dia berkata : “sesunghnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca,”. Dia berkata : Tuhanku, sesunghnya aku telah menganiaya diriku dan aku akan berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Swt Tuhan Semesta Alam (44).

Setelah selesai ujian pertama yang telah dilalui oleh Sang Ratu dengan sukses, kini dilanjutkan ujian kedua dalam bentuk praktek. Ayat ini menjelaskan bahwa : Dikatakan oleh petugas istana kepadanya aykni kaprada Ratu Kerajaan Saba‟ itu : “silahkan, masuk kedalam ruang terbuka istana, maka tatkala dia melihatnya yakni melihat lantainya dikiranya laintai itu kolam air yang besar,” padahal sebenarnya lantainya dibuat dari kaca yang sangat bening dan dibawah lantai itu mengalir air bahkan konon ikan-ikan, maka dia melanjutkan perjalanan nya dengan berhati - hati, jadi ketika itu dia tidak memakai alas kaki. Melihat itu hal itu dia yakni Nabi Sulaiman berkata kepada sang Ratu : “Sesungghnya ia yang engkau anggap air adalah istana licin yang terbuat dari kaca yang amat bening, melihat dan menyadari bahwa betapa agung Nabi Sulaiman dengan ilmu serta ilmu kekayaannya dia yakni sang Ratu berkata : Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diriku yakni dengan membanggakan kekuasaan dan durhaka kepada Tuhan dan aku berserah diri bersama Nabi Mu Sulaiman kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan Pemelihara dan pengndali Semesta Alam.”34 Ucapan Ratu Saba‟ itu dinilai oleh sementara ulama sebagai mengandung dua sisi. Sisi yang pertama adalah penyucian diri dari segala keyakinan yang salah serta aneka kedurhakaan, dan ini tercermin dari kalimat sesungguhnya aku telah

34M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 231.

54

menganiaya diriku dan yang kedua adalah menghiasi diri dengan keyakinan yang benar serta pengalaman yang baik dan tercermin oleh ucapannya dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada allah Swt, Tuhan Semeste Alam. Penyebutan nama Sulaiman mengisyaratkan bahwa ia mnegikuti beliau dalam ajaran agama yang dibawanya. Banyak riwayat rinci yang dikemukakan oleh sementara ulama tafsir dan sejarawan tentang kisah yang dipaparkan al Qur,an ini, sebagian adalah rajutan khayal dan imajinasi yang sangat jelas seperti bahwa Nabi Sulaiman menguasai seluruh dunia, dan bahwa semua manusia, jin dan burung bahkan binatang buas dibawah kekuasaannya, dan bahwa kerajaannya berlanjut ratusan athun dan laian- lain.35 Sebagian lain tidak dapat dipastikan kebenarannya seperti hubungannya dengan Ratu Saba‟ sselain apa yang diuraikan al Qur‟an diatas antara lainkisah cinta yang terjalin antar keduanya yang konon berakhir dengan perkawinan. Semua itu sebaiknya disingkirkan dari uraian tafsir. Cukuplah kita menarik pelajaran dari kisah ini, betapa ilmu Allah Swt sedemikian luasdan bahwa betapapun banyak kekayaan seseorang atau luas ilmunya dan terbentang kekuasaannya, namun dia harus tetap menyadari kekuasaan Allah Swt. Dari kisah ini juga dipetik pelajaran bagaimana terpujinya seseorang yang memiliki kekuasaan, namun kekusaannya tidak menghalangi ia untuk tunduk dan patuh kepda kebenaran, sebagaimana dicontohkan oleh Ratu Saba‟ itu.36 Setelah terjadi perseteruan anatara Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, akhirnya Nabi Sulaiman menyampaikan dakwah kepada Ratu Balqis untuk memberitahu ada kekuasaan di dunia ini yang tidak bisa ditandingi manusia dan tidak ada yang pantas disembah selain Allah Swt. Dari hasil penelitian penulis akhirnya Ratu Balqis tunduk kepada Nabi Sulaiman tujuannya untuk menyembah Allah Swt bukan tunduk kepada manusia tapi tunduk kepada Allah Swt melalui perentara

35M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran,jilid X h. 231. 36M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 232

55

Nabi Sulaiman, sang Ratu pun merasa bodoh apa yang selama ini Ratu Balqis Sembah yaitu matahari itu adalah tindakan yang sangat bodoh menurut Ratu Balqis karena setelah mendapatkan hidayah dari Allah Swt melalui Nabi Sulaiman. Penulis melihat setelah kedatangan Ratu Saba‟ ke kerajaan Nabi Sulaiman rekasi sang Ratu begitu menakjubkan, selama ini sang Ratu merasa dirinya paling hebat dan begitupula kerjaan nya merasa paling besar di jakat raya ini, ketika sang Ratu masuk keistana Nabi Sulaiman sang Ratu melihat yang hampir menyerupai singgsananya dan melihat yang belum pernah ia lihat selama ini yaitu istana yang begitu megah dan lantainya terbuat dari kaca dan ikan – ikan berenang dibawah lantai istana tersebut, Ratu pun merasa bodoh dan berserah diri kepada Nabi Sulaiman dengan tujuan untuk menyembah Allah Swt karena selama ini yang mereka sembah adalah ciptaannya Tuhan itu sendiri.37

37M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 232.

BAB IV

PEMIKIRAN RATU SABA’ DALAM BERKOMINIKASI DENGAN PENGIKUTNYA DAN NABI SULAIMAN

A. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Pengikutnya

Sebelum penulis menjelaskan pola komunikasi Ratu Saba’ dalam memimpin Negeri Saba’, penulis terlebih dahulu megulas sekilas tentang Negeri Saba’. Kerajaan Saba’ adalah salah satu kerajaan di Yaman, Arab Selatan pada abad VIII SM. Terkenal dengan peradabannya yang tinggi, salah satu penguasanya adalah Ratu Saba’, masyarakat awam sering menyebut nama Ratu Saba’ ini adalah Ratu Balqis sedangkan dikalangan Orientalis menyebut dengan sebutan Quen , al-Qur’an tidak menjelaskan secara spesifik nama asli dari Ratu Saba’ ini, tapi disini penulis mengambil pendapat Ibnu Katsir tentang nama asli dari Ratu Saba’ tersebut.1

Beliau berpendapat nama aslinya adalah adalah Talaqam binti Sayarahil bin Dzijadan bin Assirah bin al Haryts bin Qais bin Shaifi bin Saba bin Yasyjab bin Ya'rab bin Qahtan. Ayah Balqis merupakan raja yang besar dan ia tidak ingin menikah dengan penduduk Yaman. Sehingga, ia menikah dengan perempuan dari bangsa jin yang bernama Raihanah biti as Sakan dan melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Talaqam atau yang disebut dengan Balqis. Negeri Yaman dikenal juga dengan nama “al-Arab as- Sa’idah / Negeri Arab yang bahagia “. Al Qur’an melukiskannya sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Lokasinya yang strategis menghubungkan negeri ini dengan dataran India, Ethiopia, Somalia, Suriah dan Irak.2

Kisah Ratu Saba’ diceritakan dalam al-Qur’an surah al-Naml, kisah mengenai ratu Balqis bermula dari berita yang dibawa oleh burung Hud-hud kepada nabi Sulaiman mengenai sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang

1 Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 210. 2M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 211.

56

57

wanita. Al-Qur’an memang tidak menyebutkan nama pemimpin negeri tersebut, namun buku-buku tafsir telah menjelaskan bahwa nama dari pemimpin negeri itu adalah Balqis.3 Pemaknaan tentang Saba’ menurut Muhammad bin Ishak, sebagai seorang ulama dibidang ilmu nasab dan sejarah sebagaimana dikutif M Quraish Shihab dalam Ensiklopedia al-Qur’an, bahwa nama Saba’ sebenarnya, adalah Abdusy Syams bin Yasyjab bin Ya’rub bin Qahtan. Menurut Ibnu Ishak, dia hartawan dan suka berderma, karena itu dinamai dengan ar-raisy orang yang menghimpun harta dan dengan hartanya dialah yang pertama kali menyembelih kambing di dalam peperangan lalu membagi-bagikannya kepada serdadunya. Adapun penamaannya dengan Saba’ sebagaimana arti harfiyahnya yaitu pergi (terpisah), karena dialah orang Arab yang pertama kali pergi mengasingkan diri sehingga daerah yang disinggahi untuk hidup di situ dinisbahkan kepada namanya, Negeri Saba’.4.

Al-Hasan Al-Bashri berkata, Dia adalah Ratu Balqis binti Syarahil, seorang raja wanita negeri saba’ Firma Allah Swt “Dan dia dianugerahi segala sesuatu (23) yaitu dari nikmat dunia, berupa kebutuhan-kebutahan raja yang kokoh serta memiliki singgasana yang besar” maksudnya singgasana tempat ia duduk besar sekali, mewah terhiasi dengan emas dan berbagai macam intan permata. Pakar sejarah berkata “Singgasana ini berada pada istana yang megah, kokoh, tinggi bagunannya dan kuat” konstruksi bagunannya dibuat agar sinar matahari masuk setiap hari dari arah depannya dan tenggelam dari belakangnya lalu mereka sujud padanya setiap pagi dan sore.5

Bukan suatu hal yang luar biasa jika kita melihat wanita memiliki kemampuan multitasking, baik dalam dunia politik maupun bisnis seperti saat ini. Karena wanita yang tampil sebagai sosok pemimpin sudah ada sejak zaman para nabi, termasuk saat Islam datang. Sosok wanita yang memiliki pengaruh besar dalam dunia politik pada zaman kenabiaan adalah Ratu Balqis. Wanita ini tercatat dalam sejarah Islam sebagai wanita pertama yang memimpin sebuah kerajaan. Wilayahnya terbentang dari Yaman hingga Ethiopia saat ini. Ratu Balqis

3Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, h. 282 4M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟an: kajian kosa kata, jilid, h. 856. 5 Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, h. 290. 58

merupakan sosok ratu yang cerdik, cantik, dan memiliki jiwa kepemimpinan dan pola komunikasi yang bagus. Ada riwayat yang mengatakan, setelah kematian ayahnya, rakyat Saba dipimpin oleh seorang lelaki. Namun, kepemimpinannya mendatangkan kerusakan. Balqis pun turun tangan dan mengambil alih kepemimpinan.

Ratu Balqis merupakan seorang pemimpin yang bijkasana dan tidak otoriter dan mempunyai pola komunkasi yang baik terhadap para pengikutnya serta kedisiplinan dalam memimpin suatu negeri. Dalam memutuskan satu perkara saja ratu melakukan musyawarah untuk menyelesaikann masalah yang dialami negerinya, meski berjenis kelamin prempuan namun Ratu Balqis mampu menjalankan roda pemerintahan dengan adil dan bijaksana.6 Jauh dari sikap otoriter dan zalim layaknya para pemimpin berjenis kelamin lelaki dari sebagian besar pemerintahan dunia baik yang demokratis maupun non demokratis. bisa dilihat suatu ketika Ratu Balqis mendapat surat berupa teguran dari Nabi Sulaiman seperti yang ada pada QS. al Naml Ayat 29-31.

ِ ِ ِ ِ ِ ۞ِ ِ ِ ِ ِ َِّ ِ ِ۞ َّ قَالَ ْت يَا أَي َُّها الَْمََلُ إ يِّن أ ُلْق َي إَََّل كتَا ٌب َكري ٌ إنَّهُ م ْن ُسلَْيَما َن َوإنَّهُ ب ْسم الله الَّرَْٰحَ ِن الَّرحيم أََّل تَ ْعلُوا ِ ِِ َعلَ َّي َوأْتُوِّن ُم ْسلم َي (29) Ketika Ratu Saba‟ menerima surat itu berkatalah dia : Hai pembesar – pembesar, sesungguhnya telah dipatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (30) Sesungguhnya suratitu dari Sulaiman dan sesungguhnya isi nya, „Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. (31) Bahwa jangan kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang – orang yang berserah diri.‟

Dari ayat ini penulis melihat bahwa Ratu Balqis adalah pemimpin yang sangat dihormati dan ditaati oleh para pengikutnya, kerajaan Saba’ yang makmur menggambarkan pemimpin yang memiliki wilayah besar dalam mengatur rakyatnya. Setiap keputusan yang diberikan oleh ratu sangat ditaati oleh rakyatnya. Dikisahkan dalam al-Qur’an ketika para pembesar kerajaan bermusyawarah bersama Ratu dan mengungkapkan pendapatnya, mereka tetap

6 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 215.

59

menyerahkan keputusan akhir pada sang Ratu. Keputusan-keputusan yang diberikan Ratu Balqis adalah keputusan yang cerdas dan penuh pertimbangan, seperti saat memilih untuk mengirimkan hadiah untuk membalas Surat Sulaiman sebagai permohonan damai agar tidak terjadi peperangan, karena hadiah itu dapat melembutkan hati, menawarkan persahabatan dan cinta kasih. Ratu Balqis selalu mementingkan keselamatan rakyat dan tidak ingin rakyatnya menjadi korban peperangan jika mereka melawan Nabi Sulaiman, sosok pemimpin wanita yang cinta damai dan tidak menyukai kekerasan. Meski di bawah kepimpinan seorang ratu, tetapi strukturalisasi kepemimpinan sangat efektif dan efesien, sehingga rakyat sangat patuh kepada ratu. Ketika Ratu memerintahkan mereka untuk menyembah matahari,mereka juga tunduk dan patuh kepada sang ratu dan setelah sangratu menerima dakwah Nabi Sulaiman rakyatnya pun mengikuti keputusan Ratu untuk menyembah Allah Swt.7

Kecerdasan Ratu Balqis tergambar tatkala ia memberikan pertimbangan kepada para pembesarnya saat menanggapi surat dari nabi Suliman. Para pembesar kerajaan cenderung ingin melakukan perang dan perlawanan terhadap nabi Sulaiman, namun ratu lebih mengetahui akibat yang akan terjadi apabila mereka melawan dengan peperangan. Ratu Balqis mengatakan bahwa “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat.” ucapan tentang raja-raja adalah berdasarkan pengalaman sejarah masa lampau. Biasanya mereka membunuh atau menawan dan mengusir para pembesar kerajaan atau pemerintahan yang mereka kalahkan, dengan demikian mereka menghina dan mempermalukannya. Artinya para pembesar Ratu Balqis tidak berhak untuk durhaka dan tidak masalah terhadap kami, jika engkau menghendaki untuk pergi kepadanya dan memeranginya maka kami tidak akan durhaka. Dan setalah ini maka perkaranya kepada engkau,

7 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 215. 60

perintakanlah kami sesuai dengan pendapat engkau. Kami akan melaksanakan dan menantinya.8

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mendengarkan suara rakyatnya, mungkin itu yang tercermin dari kepemimpinan ratu Balqis. Dikisahkan ketika Ratu Balqis menerima surat dari nabi Sulaiman, lantas ia kumpulkan para pembesarnya untuk meminta pendapat dalam musyawarah. “Balqis berkata: Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan sebelum kalian berada dimajelisku.9

Ratu Balqis tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum mendengar terlebih dahulu pendapat dari para pembesar kerajaannya, terlepas dari baik atau tidaknya pendapat yang akan dikemukakan oleh pembesar kerajaan Saba’, Ratu Saba’ tetap akan mendengarnya. Ini adalah salah satu merupakan pola komunikasi Ratu Saba’ dengan pengikutnya yaitu dengan meminta pendapat- pendapat dari pembesarnya ketika ada masalah. Jika Musyawarah dilakukan dengan benar maka saat itulah umat akan berada dalam kesejahteraan, Esensi musyawarah menunjukkan realitas persamaan kedudukan dan derajat manusia, kebebasan berpendapat dan hak kritik serta pengakuan terhadap kemanusiaan itu sendiri. Dengan musyawarah ditemukan cara untuk mempersatukan manusia, mempersatukan golongan-golongan dengan berbagai atribut di tengahtengah bergejolaknya problema-problema umum, dan dengan musyawarah puladikembangkan tukar pikiran dan pendapat. Pelaksanaan musyawarah bagi kehidupan manusia lebih dari sekedar kepentingan politik suatu kelompok maupunnegara, karena ia merupakan karakter mendasar bagi kelompok masyarakat secara keseluruhan.10

Di ayat yang lain juga Ratu Saba’ melakukan perkumpulan atau bermusyawarah ketika hadiah yang diberikannya kepada Nabi Sulaiman melalui

8M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 216. 9Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarata: Mizan, 1995), h. 203. 10Muhammad Hanafi, Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia, Jurnal Cita Hukum Vol.I no.2 (Desember, 2013),h. 230. 61

perantara dua pengikutnya dengan menggunakan komunikasi yang baik seperti yang di QS : al Naml ayat : 32-35.

ِ ِ ِ ِ ِ ۞ ٍ قَالَ ْت يَا أَي َُّها الَْمََلُ أَفْ تُوِّن ِف أَْمري َما ُكْن ُت قَاطَعةً أَْمًرا َحَََّّٰت تَ ْشَهُدون قَالُوا ََْن ُن أُولُو ق َُّوة َوأُولُو ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ۞ ِ ِ بَأْ ٍس َشديد َواْْلَْمُر إلَْيك فَانْظُري َماذَا تَأُْمري َن قَالَ ْت إ َّن الُْملُوَك إذَا َد َخلُوا قَ ْريَةً أَفْ َسُدوَه ا َوَجَعلُوا ِ ِ َِّ ۖ َٰ ِ ۞ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ أَعَّزَة أَْهلَها أَذلةً َوَكَذل َك ي َْفَعلُوَن َوإ يِّن ُمْرسلَةٌ إلَْيه ْم ِبَديَّة فَ نَاظَرةٌ ِبَ ي َْرج ُع الُْمْرَسلُوَن (32) Dia ( balqis ) berkata, „wahai para pembesar ! berilah aku pertimbangan dan perkaraku ini. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelisku. (33) Mereka menjawa, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu naka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”(34) Dia (balqis) berkata “sesungguhnya raja – raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat. (35) Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.”

Setelah sang Ratu menyampaikan isi surat, sumber dan cara penerimaannya, kemudia dia berkata kepada pengikutnya : Hai pembesarku ! berilah aku pertimbangan dalam urusanku yang amat penting ini aku tidak pernah memumutuskan suatu perkara negara sekecil apapun sebelum kamu menyaksikan, yakni berada dalam perkumpulan sang Ratu, apalagi menyangkut persoalan besar yang dialamai Negerinya, Ratu Saba’ menjelaskan kepada pengikutnya bahwasanya Nabi Sulaiman meminta seluruh masyarakat Negeri Saba’ patu kepada Nabi Sulaiman. Pada saat itu para pembesar Ratu Saba’ sangat marah besar tehadap sikap dari Nabi Sulaiman mereka meminta kepada sang Ratu segera untuk memeranginya pada saat itu terjadi diskusi yang alot terhadap surat Nabi Sulaiman yang diberikan melalui burung Hud-Hud. Namun demikian soal ini diserahkan oleh pembesarnya seutuhnya kepada Ratu Saba’, maka Ratu Saba’ mempertimbangkan apa yang diperintahkannya dan pembesarnya pun siap melaksanakan keputusan oleh sang Ratu.11

11 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 219. 62

Sesudah mempertimbangkan segala segi, dan memperhatikan pula isi surat dan dan cara penyampaiannya, sang Ratu tidak cendrung berperang sebagaimana terkesan dari jawaban pembesarnya yaitu untuk berperang tapi sang Ratu mempertimbangkan lagi atas jawaban pembesarnya sehingga sang Ratu mempunyai strategi dengan cara tidak melakukan peperangan, yaitu dengan mengirim suatu hadiah, guna menunjukkan keinginan Ratu Saba’ berhubungan baik dengan Nabi Sulaiman dengan demikian Ratu Saba’ mengulur waktu melihat tanggapan Nabi Sulaiman dan berpikir lebih jauh tentang langkah yang akan diambil oleh Ratu Saba’, yaitu dengan dua pilihan beerperang atau berdamai. Dan strategi ini pun sangat diterima oleh pembesarnya, karena setalah mengingat tentang bahaya perang dan akibat-akibatnya, sang Ratu juga melihat jumlah pasukannya jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan Nabi Sulaiman.12

Ucapan Ratu Saba’ tentang raja-raja adalah berdasar pengalaman sejarah masa lampau. Biasanya mereka membunuh, atau paling tidak menawan dan mengusir para pembesar kerajaan atau pemerinytah yang mereka kalahkan, dengan demikian mereka menghina dan mempermalukannya,. Sesudah itu merka mengubah peraturan perundung-undangan atau kebijakan yang dapat menjamin kelangsunan kekuasaan meraka. Disamping itu peperangan pasti mengakibatkan kehancuran bangunan, pengungsian penduduk atau pembunuhan dan sebagainya. Nah, ini akan terjadi secara umum jika yang menyerang itu adalah raja yang biasanya bersifat diktator dan sewenang-wenan. Apa yang diketahui oleh sang Ratu mengenai pengalaman masa lalu itu, dianalogikannya jika Nabi Sulaiman menyerang mereka karena itu dia menyatakan bahwa demikian pulalah yang akan mereka perbuat.13

Thabathaba’i menilai ucapan Ratu Saba’ Saya akan mengirim kepada mereka hadiah, tanpa menyebut nama Nabi Sulaiman, merupakan salah satu sebagai cara yang bisa ditempuh para raja untuk menampakkan wibawa dan keangkuhannya. Mereka enggan menyebut nama karena merasa bahwa lidahnya

12 M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 220.

13M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 220. 63

tidak menyebut nama itu, dan cukup mengisyaratkan atau menunjuknya. Disini sang Ratu meneyebut nama Nabi Sulaiman dan bahwa sang Ratu akan melakukan apa yng dilakukan dihadapan semua pembesarnya dan seluruh pengikutnya. 14

Melalui musyawarah setiap masalah yang menyangkut kepentingan umum dapat ditemukan dengan satu jalan keluar yang sebaik-baiknya setelah semua pihak mengungkapkan pendapatnya kemudian pemimpin berkuasa memutuskan melalui pertimbangan-pertimbangan bijaksana untuk kepentingan bersama. Seperti itulah cara yang dilakukan Ratu Balqis dalam memimpin kerajaan Saba’.Sikap musyawarah ini sesuai dengan sejumlah study yang memperlihatkan bahwa perempuan dalam kepemimpinan cenderung lebih demokratik dan mempunyai komunkasi yang baik, mereka mendorong partisipasi, berbagi kekuasaan dan informasi, mencoba untuk meningkatkan kemanfaatan bagi pengikutnya, cenderung memimpin melalui pelibatan atau pemberdayaan bawahannya.15 Apa yang dikemukakan diatas dapat dilanjutkan dengan berkata bahwa ayat-ayat yang berbicara tentang Ratu Saba’ yang bijaksana ini, tidak juga dapat dijadikan dasar untuk menyatakan atas nama al-Qur’an tentang boleh atau tidaknya seorang perempuan menjadi pemimpin atau kepala negara dalam pemerintahan. Karena ayat ini, tidak dikemukakan dalam konteks itu.

B. Komunikasi Ratu Saba’ dengan Nabi Sulaiman

Ketika Ratu Balqis melakukan kunjungan di kerajaan Nabi Sulaiman, terjadi dialog yang cuku panjang sehingga sang Ratu beserta pengikutnya tunduk kepada Allah Swt melalui Nabi Sulaiman seperti yang ada pada QS : al Naml ayat

42-44.

14M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 221. 15Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu Cenikia, 2014),h. 144. 64

ِ ِ ۖ ۖ ِ ِ ِ ِ فَ لََّما َجاءَ ْت قي َل أَََٰه َكَذا َعْرُشك قَالَ ْت َكأَنَّهُ ُهَو َوأُوتينَا الْعْل َم م ْن قَ ْبلَها َوُكنَّا ِِ ۞ ِ ِ ِ ۖ ِ ِ ٍ ِ ۞ ُم ْسلمي َو َصَّدَها َما َكانَ ْت تَ ْعبُُد م ْن ُدون اللَّه إن ََّها َكانَ ْت م ْن قَ ْوم َكافِرين “Dan ketika Ratu Saba‟ datang, ditanyakanlah kepadanya, “serupa inikah singgasanamu ? dia menjawab, “seakan – akan singgasana ini singgasanaku. Dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang – orang yang berserah diri.” (42). Dan dia Sulaiman menghalanginya dari menyembah selain Allah, sesungguhnya dia dahulu termasuk orang – orang yang kafir.”(43)

Ketika Ratu Balqis sampai dikerajaan Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman pun bertanya kepada ratu “serupa inikah singgasanamu?” sesungguhnya singgasana yang berada di kerajaan Sulaiman itu benar singgasana Ratu Balqis, namun bagaimana mungkin singgasana yang dijaga dengan pintu tertutup dan dijaga dengan ketat oleh pengawal-pengawalnya dapat berada di kerajaan Sulaiman. Menjawab pertanyaan nabi Sulaiman, Ratu Balqis sangat berhati-hati, karena pertanyaan nabi Sulaiman mengundang jawaban “ya” atau “tidak”. Dan jawaban yang diberikan sang ratu sangatlah tepat, “Ratu Balqis menjawab, Seakan-akan singgasana ini singgasanaku,” dia tidak menampik dan tidak menetapkan.16 Hal ini menunjukkan begitu tawadhu’ nya Ratu Balqis menanggapi pertanyaan Nabi Sulaiman.jawaban ini dinilai oleh banyak ulama disamping menunjukkan ketelitiannya juga kekuatan mentalnya karena menjawab dengan tepat pada situasi seperti dialami itu.17

Al-Baqa’i memahami penggalan ayat ini sebagai ucapan Nabi Sulaiman. Menurutnya, seakan-akan setalah jawaban sang Ratu yang tidak memberi kepastian itu, Nabi Sulaiman mengingat nikmat Allah Swt yang selama ini telah dinikmatinya, lalu beliau berkata : “Dia memiliki pengetahuan tentang singgsananya walau masih dibarengi dengan keraguan. Ini menunjukkan bahwa sang Ratu berpotensi untuk memperoleh hidayah ataau tulis al Biqa’i seakan-akan Nabi Sulaiman berkata : “Dia tidak mengetahui secara pasti singgasananya

16Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Jilid IX( Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 402. 17M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 229.

65

padahal seetiap ia duduk diatasnya, sedang kami (yakni Nabi Sulaiman) telah dianugerahi pengetahuan oleh Allah Swt sebelum kedatangannya yaitu bahwa ia akan bingung memberi jawabanatau yakni Nabi Sulaiman bersama leluhurnya telah diberi ilmu sebelum kelahiran sang Ratu.18

Ibn Asyur mengemukakan banyak kemungkinan menyangkut pemilik upacan yang direkam penggalan ayat diatas. Disamping Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis, juga boleh ucapan sementara orang yang hadir menyaksikan peristiwa diatas. Boleh jadi mereka itu bisikkan atau ucapakan dalam bahasa ibrani kepada rekan-rekan mereka yang ada disekitar tempat kejadian. Itu mereka ucapkan dengan bangga bahwa dikalangan meraka aada tokoh-tokoh yang berpengetahuan yang tidak terdapat dikalangan dikerajaan Saba’. Seakan-akan merak berkata: “kita tidak melupakan dengan menyaksikan kemegahan dan keangkuhan Ratu ini kita tidak meupakan bahwa kemampuan kitalah lebih baik dari mereka”. Sedengkan yang mereka maksud dengan pengetahuan, pengetahuan tentang hikmah yang diajarkan oleh Allah Swt kepada Nabi Sulaiman serta tokoh-tokoh kerajaan Nabi Sulaiman yang juga memiliki cabang-cabang ilmu pengetahuan yang serupa dengan apa yang dimliki oleh kerjaan Negeri Saba’, karena kerajaan Negeri Saba’ juga telah membangun satu peradaban yang tinggi.19

Setlah Ratu Balqis berada di kerjaan Nabi Sulaiman sang Ratu berdiri dalam keadaaan terpana dihadapan keajaiban-keajaiban yang tidak mampu dibuat manusia, dan menunjukkan adanya kekuatan yang ditunjukkan kepada Sulaiman yang lebih besar daripada kekuatan manusaia. Maka, ia pun kembali kepada Allah dan bermunajat kepada Nya dengan mengakui kezalimannya terhadap diri sendiri dimasa lalu karena telah menyembha selain Nya, serta menyatakan penyerahan dirinya bersama Sulamian bukan kepada Sulaiman tetapi kepada Allha Swt, Tuhan semesta alam.20 Hatinya telah memperoleh petunjuk dan cahaya, sehingga ia mengetahui bahwa berserah diri kepada Allah itu bukan menyerah kepada

18M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 230. 19M. Quraish Shihab., Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, jilid X h. 231. 20Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, Jilid IX( Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 309 66

seorang Makhluk Nya, meskipun kepada Sulaiman, seorang Raja sekaligus Nabi yang memiliki mukjizat – mukjizat ini. Berserah diri hanya kepada Allah swt, Tuhan semesta alam, disertai persahabatn dengan orang – orang yang beriman kepada Nya dan menyerukan jalan Nya sesuai hukum persamaan. “Dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam.”

Ratu Balqis ialah pemimpin yang lebih mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan rakyat. Ratu yang menyukai perdamaian karena iamengetahui dampak peperangan yang akan menhancurkan rakyatnya, maka ia memilih untuk megadakan kunjungan sebagai tanda tunduk kepada Nabi Sulaiman. Kebijakan ini, selain mengacu pada strategi politik yang anggun, juga mencerminkan kepribadian perempuan yang tidak menyukai peperangan, anarkisme, dan lebih memilih menggunakan tipu daya dan cara-cara halus sebelum menggelar kekuatan senjata.21 Beberapa orang menafsirkan keputusan Ratu Balqis yang cenderung memilih untuk mengirimkan hadiah dari pada memperlihatkan kekuatan yang kasar, sebagai politik feminis. Nur Jannah Ismail memandang Ratu Balqis memiliki pengetahuan politik damai sekaligus pengetahuan spiritual mengenai pesan unik nabi Sulaiman, hal itu menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan independen untuk memerintah secara bijaksana.22

Kisah ini menggambarkan tentang perempuan yang mempunyai kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Ketika ia menerima surat dari nabi Sulaiman, ia musyawarahkan dengan parapembesar kerajaannya. Walaupun merasa kuat dan siap untuk berperang dengan Sulaiman, namun ia mempuyai sebuah pandangan yang jauh ke depan. Ia tak ingin kerajaannnya hancur dan rakyatnya menderita akibat peperangan. Karena ia punya intuisi kalau Sulaiaman adalah nabi. Melawanseorang nabi, adalah perbuatan yang sia-sia. Seorang nabi adalah utusan Allah yang tak mungkin dapat dikalahkan karena ia dapat pertolongan dari- Nya. Dan tidaklah bijaksana menghalangi rakyatnya untuk

21Asgar Ali Engineer,Perempuan dalam Pasungan, Terj. Agus Nuryanto, (Jogjakarta: LkiS, 2003), h. 77. 22Asgar Ali Enginner, Perempuan dalam pasungan, h. 78. 67

menikmati kebenaran dengan berperang melawannya untuk mempertahankan kebatilan.

Karakter kepemimpinan Balqis tersebut didukung dengan fakta sejarah bahwa negeri Saba’ adalah negeri yang makmur, tanahnya subur dengan hasil pertanian melimpah, memiliki kekuatan militer yang tangguh dan letaknya yang strategis menjadikan Saba’ menjadi tempat perdagangan internasional. Suatu keunggulan yang dimiliki sebuah negeri yang dipimpin oleh perempuan. Ratu Balqis mewarisi kepemimpinan dari ayahnya Syarahil bin Dzil Jadn, ia adalah seorang raja agung. Kepemimpin berasal dari warisan ini disebut dengan teori kepemimpinan genetis yang menyatakan bahwa pemimpin itu tidak di buat, akan tetapi lahir melalui bakat-bakat alami sejak lahir. Konteks surat merekam isyarat ini dan menonjolkannya untuk mengungkapkan watak iman kepada Allah dan berserah diri kepada Nya, karena wataknya adalah „izzah (kehormatan diri) yang mengangkat orang – orang yang kalah ke barisan orang – orang yang menang. 23

Bahkan, oarang menang dan orang yang kalah itu menjadi bersaudara di jalan Allah Swt. Tidak ada yang kalah, dan tidak ada yang menang, karena keduanya bersaudara di jalan Allah Swt, Tuhan semesta alam, mengikuti hukum persamaan.24 Lalu Sulaiman duduk diruangan istananya yang besar itu, dan didalam ruangan itu terdapat kolom yang besar, dihiasi oleh ikan – ikan, dan airnya pun beriak – beriak gelombang. Sedangkan diatasnya dilapisi kaca. Sementara Sulaiman dikelilingi oleh tenteranya dari golongan manusia dan jin. Mereka berada di segala sisi kolam. Kemudia sang Ratu diminta untuk masuk istana karena Sulaiman, sang Raja memanggilnya. Maka tatkala sang Ratu menginjakkan kakinya di istana itu, lalu dia mengangkat pakaiannya sehingga terlihatlah kedua betisnya. Berkata Sulaiman, “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. “ dari sini sang Ratu menyadari akan kekhilafannya bahwa dia selama ini dalam kesesatan dan kezaliman dan lalu berkata “Ya Tuhanku, sesungghunya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku

23 Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-Azim juz 19, terj. Bahrul Abu Bakar, h. 298. 24Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan Al-Qur‟an. Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, h. 293 68

berserah diri bersama Sulaiman kpada Allah, Tuhan semesta alam.” Dan dia pun menjadi seorang muslimah yang baik.25

Kisah merupakan sarana yang efisien yang dimanfaatkan oleh al- Qur’an untuk mewujudkan orientasi dan tujuan-tujuannya secara keseluruhan. Karenanya kita dapati al-Qur’an memanfaatkan kisah untuk menegaskan wahyu dan risalah, ke Esaan Allah, menyatukan agama-agama dalam pilar Tauhid, pemberi kabar gembira dan ancaman, fenomena-fenomena kuasa illahi, akibat dari kebaikan, keburukan, sabar, takut, syukur dan lainnya.26

Sampai saat ini, gagasan untuk menciptakan kesataraan gender tampaknya masih menjadi perdebatan. Peran perempuan pada banyak tempat, termasuk posisi kepemimpinan dan manajerial diyakini masih kurang signifikan. Hingga memasuki milenium ketiga, masih terdapat sebagian ulama dan cendekiawan yang memandang negatif peran dan kontribusi positif kaum perempuan di ranah politik. Banyak dalih yang dikemukakan oleh para penentang hak perempuan, baik dengan penafsiran ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Saw. maupun dengan menunjuk beberapa hal yang berkaitan dengan perempuan yang mereka nilai sebagai kelemahan yang menghalangi mereka menyandang hak tersebut. Ada juga yang menunjuk beberapa kondisi atau sifat perempuan yang mereka nilai sebagai kelemahan, misalnya bahwa perempuan mengalami menstruasi, nifas, mengandung, melahirkan, dan menyusukan sehingga dianggap sebagai kendala dalam melakukan aktivitas, apalagi yang berkaitan dengan masyarakat dan negara.27

Pandangan yang mendeskriditkan perempuan tersebut melahirkan munculnya feminisme di Barat, feminisme ini memberikan inspirasi yang sangat berharga kepada sebagian kecil umat Islam (para penafsir) akan pentingnya melakukan reinterpretasi dan reformulasi fikih (pemahaman hukum) perempuan. Dengan mendasarkan kepada ayat-ayat al-Qur’an yang membawa misi keadilan,

25Syaikh Abu Bakar Jabir Al – jazairi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Aisar. Penerjemah, fityan Amaliy, Lc, Edi Suwanto, Lc, h. 403 26Muhammad Hadi Ma’rifat, Kisah-kisah al-Qur‟an; antara fakta dan metafora, terj. Azam Bahtiar (t.k.:Citra Anggota IKPI, 2013) ,h. 39. 27M. Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 344-345. 69

persamaan, dan kesetaraan, mereka berusaha mencari akar masalah mengapa muncul penafsiran yang tidak adil dalam memberikan status terhadap laki-laki dan perempuan (gender). Peran penafsiran dirasa sangat segnifikan dalam memberi pemahaman mengenai pesan-pesan yang terkandung dalam ayat al-Qur’an, dalam hal ini penulis mendapatkan pemahaman mengenai kepemimpinan perempuan melalui ibrah kisah ratu Balqis dalam al-Qur’an. Sebelumnya tak dapat dipungkiri bahwa Nabi SAW sendiri telah mengakui dan sangat menghargai kepemimpinan perempuan. Beliau bahkan pernah bergabung dalam sebuah managemen perusahaan di bawah pimpinan Khadijah RA, perempuan konglomerat termasyhur di jazirah Arab ketika itu.28

28Asgar Ali Enginner, Perempuan dalam pasungan, h. 80.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada pembahasan dalam tulisan ini telah dijelaskan bahwa pola komunikasi dalam kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat penting di tengah masyarakat. Suatu kepemimpinan akan menentukan nasib ke deapan bagi masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya. Hal ini amat bergantung kepada individu yang memimpin tersebut.

Kepemimpinan Ratu Balqis di Negeri Saba’ ini, penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan yang sangat penting, bahwasanya ketika sang ratu mengambil sebuah tindakan atau keputusan terhadap permasalahan yang dialami negeri nya, dia tidak terburu-buru terhadap keputusannya, dia memilih dengan secara demokrasi dan diplomatis dengan pola komunikasi yang tawadhu’. Ratu Balqis terlebih dahulu memanggil seluruh orang-orang pembesarnya untuk mengambil suatu keputusan yang dialami negerinya. Sehingga sang Ratu mendapat petunjuk untuk mengambil suatu keputusan atas perkumpulannya dan masukan-masukan dari pembesarnya. Ratu Balqis juga mempunyai strategi yang cerdik yaitu dengan cara mengirim upeti kepada Nabi Sulaiman sebagai jalan damai untuk menghindari peperangan atas peringatan Nabi Sulaiman karena berdasarakan jumlah pasukan yang dimiliki sang ratu sudah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasukan Nabi Sulaiman maka sang Ratu melihat bahaya besar apabila dia tidak memilih jalan damai,

Ratu Balqis juga mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya yaitu dengan cara berkunjung kepada kerajaan Nabi Sulaiman sebagai tanda tunduk untuk perdamaian dan mecegah pertumpahan darah (peperangan). Ratu Balqis yang menyukai rasa perdamaian karena dia mengetahui dampak kepada rakyatnya apabila terjadi peperangan. Kebijakan-kebijakan Ratu balqis ini selain mengacu kepada strategi politik, juga mencerminkan kepribadian perempuan yang tidak meyukai kekerasan dan tidak menyukai peperangan, anarkisme dan lebih

70

71

memilih menggunakan strategi politik dengan pola komunikasi yang diplomatis untuk menghindari peperangan dan pertumpahan darah dan cara-cara halus sebelum menggelar peperangan, karena Ratu Balqis merupakan sosok pemimpin yang bijaksana dan diplomatis serta memikirkan keselamatan rakyatnya agar tentram dan sejahtera dari kegaduhan.

B. Saran

Tulisan ini fokus pada kajian otoritas surah al Naml yang menceritakan kisah Ratu Saba’ dan Nabi Sulaiman. Tulisan ini hanya sebatas penelitian sisi dari makna ayat nya saja terhadap surah al Naml yang meceritakan kisah Ratu Saba’ dan Nabi Sulaiman. Oleh karena itu surat al Naml perlu diteliti lebih lanjut lagi dari segi otentisitasnya, baik dari segi asbabun nuzul nya ataupun redaksi ayat nya. Pembahsan yang penulis angkat, merupakan pembahasan yang selalu meanrik untuk dibicarakan walaupun telah banyak orang yang menulis tentang kepemimpinan ini. Jika dikemudian hari ada peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut, penulis berharap peneliti tersebut dapat lebih membahas secara detail dari setiap bagian bahasan, serta dapat memberi informasi baru yang mungkin belum pernah dibahas. Sehingga hal tersebut dapat menambah khazanah bagi para pembaca, khususnya bagi yang ingin mengetahui lebih jauh bagaimana konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh agama, serta sebagai pola komunikasi kepemimpinan baru yang terus bermunculan di atas bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Aqqad, Mahmud Abbas. Filsafat Al qur’an : Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam Isyarat Al Qur’anPenterjemah Ahmad Mawardi (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1998).

Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal, (Jakarta : Prenadema Group,2015).

Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jakarta : PT Balai Pustaka, 2003).

Asgar Ali Engineer,Perempuan dalam Pasungan, Terj. Agus Nuryanto, (Jogjakarta: LkiS, 2003).

Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar. ( Penerbit Darus Sunnah Pres 2012 ), Penerjemah, fityan Amaliy, Lc, Edi Suwanto, Lc.

Brent D. Ruben, Komunikasi dan Perilaku Manusia, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2014).

Dan Nimmo, Komunikasi Politik, (Jakarta : Goodyear Publishing,1998).

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an Dan Tafsirnya. (Yogyakarta. PT. Dana Wakaf Bhakti Wakaf UII 1990).

Engineer, Asgar Ali. Perempuan dalam Pasungan, Terj. Agus Nuryanto, (Jogjakarta: LKIS, 2003).

Gary Yukl : Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj. Jusuf Udaya (Jakarta: Prenhallind, 1994).

Ja’far, Abu bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath- Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009) . Penerjemah, Ahsan Askan, Yusuf Hamdani.

Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi ketiga (Jakarta : Rajagrafindo Persada,2014).

Hamka, Buya. Tafsir al Azhar, (Jakarta, PT. Pustaka Panjimas, 1984).

Husein, Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta : Lkis, 2004).

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA,2007).

Ibad, Muhammad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur – Gus Miek (Yogyakarta : Pustaka Pesantren. 2011).

72

73

Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur’an jilid XIII ( Jakarta. Penerbit Al-Huda 2008) penerjemah , Ahsin Muhammad.

Katsir, Ibn. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, terj. M. Abdul Ghafar, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Pustaka Imam ass-Syafi’i, 2001).

Ma’rifat, Muhammad Hadi. Kisah-kisah al-Qur’an; antara fakta dan metafora, terj. Azam Bahtiar (t.k: Citra Anggota IKPI, 2013).

Marzuki. Metode Riset, (Yogyakarta, Hanindita Offes, 1986).

Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Masalah Kenegaraan, (Jakarata: Mizan, 1995).

Muthahari, Murtadlo. Hak-hak Wanita dalam Islam, (Jakarta: Lentera, 1995).

------, Membela Perempuan: Menakar Feminisme Dengan Nalar Agama, (Jakarta, Mizan, 2006 ).

Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2016).

Nasafi, Imam. Aqaid al-Nasafiyah, (Pakistan: Qadami Qutub Khana ,1999).

Ningrat, Soewarno Handoyo. Pengantar Ilmu Studi Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: CV. Haji Masagung , 1980).

Onong Uchjana Effendy, Dinamikasi Komunikasi, (Bandung : PT ROSDA KARYA, 2004).

Qutub, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an ( Jakarta: Robbani Press, 2009). Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid.

Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, (Jakarta : Perdana Media Group, 2006).

Sa’ad bin Fawwaz Ash Shumail. Tafsir As – Sa’di.

Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran (Jakarta: Lentera Hati, 2000).

Sudaryono, Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan (Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2014)

Sya’rawi, Muhammad. Wanita Harapan Tuhan, (Jakarta: Gema Insani Press,1997).

Syalabi, Ahmad. Sejarah Peradaban Islam, (Jakrta: PT al-Husna Rizka,1997). 74

Subhan, Zaitunah. Tafsir Kebencian : Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur’an, (Yogyakarta : LKIS, 1990).

Thariq M. as-Suwaidan, Sukses Menjadi Pemimipin Islami, Terjemahan Shin’atu al Qaid. Penerjemah Samson Rahman (Jakarta. Magfirah Pustaka, 2005).

Umar, Nasaruddin. Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000).

Skripsi, Tesis dan Disertasi:

Fatimah, Siti. (Skripsi. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 2003).

Najib, Muhammad. (Skripsi UIN Walisongo Semarang , 2016).

Yusuf, Muhammad. (Tesis, PPs UIN Alauddin Makassar, 2013).

Jurnal:

Hanafi, Muhammad . Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia, Jurnal Cita Hukum Vol.I no.2 (Desember, 2013).

Website:

Yahya, Harun. Jejak bangsa-bangsa terdahulu, www.bangsamusnah.com.pdf (15 April 2016).