Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

Persepsi Masyarakat Setempat dan Pegawai Pemerintah Daerah terhadap Dampak Pembangunan Pariwisata : Studi kasus di Kawasan Kota Tua

Himawan Brahmantyo1, Muhammad Baiquni2, Chafid Fandeli3, Tri Widodo4 STP Trisakti Jakarta1, UGM Yogyakarta2,3,4 E-mail : [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract -Tourism development impact on the economic, environmental and social stakeholders to be around tourism destinations. This study aims to examine how perceptions of stakeholders, namely the local community and local government employees on the impact of tourism development in the old city area. The field survey was conducted by distributing questionnaires to local communities (kelurahan Pinangsia, , ) and local government employees in the old city Jakarta area. Descriptive statistics were used to measure the perceptions of the impact of differences in perception between the two stakeholders were analyzed using ANOVA and t-test. The results showed that both stakeholders have a positive perception of the impact of tourism development. Significant differences were found that local communities contribute to tourism judge primarily on the social aspects, while local government officials assess that tourism contributes to the environmental aspects are also social.

Keywords: the impact of tourism development, perception, local communities, government officials Regional

Abstrak - Pembangunan pariwisata berdampak terhadap aspek ekonomi, lingkungan dan sosial para pemangku kepentingan yang berada di sekitar destinasi pariwisata. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana persepsi para pemangku kepentingan yaitu masyarakat setempat dan pegawai pemerintah Daerah tentang dampak pembangunan pariwisata di Kawasan . Survei lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat setempat (kelurahan Pinangsia, Roa Malaka, Penjaringan) dan pegawai Pemda di Kawasan Kota Tua Jakarta. Statistik deskriptif digunakan untuk mengukur persepsi dampak, perbedaan persepsi antara kedua pemangku kepentingan dianalisis menggunakan ANOVA dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pemangku kepentingan memiliki persepsi positif terhadap dampak pembangunan pariwisata. Perbedaan signifikan dijumpai bahwa masyarakat setempat menilai pariwisata berkontribusi terutama pada aspek sosial, sedangkan pegawai Pemda menilai bahwa pariwisata berkontribusi pada aspek lingkungan juga sosial.

Kata kunci: dampak pembangunan pariwisata, persepsi, masyarakat setempat, pegawai pemerintah Daerah

1.1. Pendahuluan contoh bahwa pembangunan destinasi Pariwisata telah menjadi salah satu pariwisata yang terjadi lebih condong industri penting di dunia. Pembangunan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan destinasi pariwisata telah tumbuh dan wisatawan yang berkunjung, tanpa berkembang di berbagai negara maju maupun mempertimbangkan kepentingan masyarakat berkembang, terutama di negara-negara yang dan pemangku kepentingan setempat lainnya. minim sumberdaya alam dan menggantungkan Perspektif yang lebih seimbang muncul harapan kemajuan ekonominya pada sektor dengan banyaknya peneliti yang mengkaji pariwisata. Meskipun awalnya pariwisata dampak positif dan negatif pariwisata dipandang sebagai alat untuk menumbuhkan berdasarkan refleksi sikap masyarakat perekonomian masyarakat tetapi sebagai setempat terhadap pembangunan pariwisata salah satu bentuk aktivitas manusia, pariwisata (Ap dan Crompton, 1998). juga berdampak positif dan negatif pada Mempelajari persepsi, pemikiran dan masyarakat dan pemangku kepentingan lain sikap masyarakat yang berada di sekitar yang berada di sekitar destinasi pariwisata. destinasi pariwisata menjadi penting. Sebagai Setelah tahun 1970an, banyak peneliti mulai kelompok yang merasakan langsung dampak mendokumentasikan dampak pariwisata dari pembangunan pariwisata, persepsi dan sikap aspek ekonomi, lingkungan dan sosial (Jordan, masyarakat berkaitan dengan dukungan yang 1980: Pizam, 1978). diberikan untuk keberhasilan pembangunan Pembangunan suatu destinasi pariwisata selanjutnya. Ap (1992) dan pariwisata dianggap penting, tetapi banyak Lankford (1994) menyatakan bahwa persepsi ISSN : 2087 – 0086 10

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

dan sikap masyarakat terhadap dampak Pada masa Gubernur Joko Widodo pariwisata menjadi pertimbangan penting (tahun 2012-2014), pelaksanaan revitalisasi dalam perencanaan dan kebijakan agar Kawasan Kota Tua Jakarta memperoleh pembangunan, pemasaran, keadaan perhatian kembali. Pemerintah Provinsi DKI operasional yang sedang berjalan, termasuk Jakarta bekerjasama dengan beberapa proyek dan program-program pariwisata masa perusahaan properti yang tergabung dalam mendatang dapat berhasil. konsorsium PT Pembangunan Kota Tua Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan Jakarta, melakukan revitalisasi gedung- kawasan Cagar Budaya di ibukota Jakarta, gedung tua bersejarah. Diterbitkan pula terletak di dua wilayah kota Administrasi Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor: 36 Jakarta Utara dan kota Administrasi Jakarta tahun 2014 tentang Rencana Induk Kawasan Barat, Kawasan Kota Tua Jakarta memiliki Kota Tua Jakarta dengan visi dan misi nilai historis yang tinggi. Sejarah kota Jakarta menjadikan Kawasan Kota Tua Jakarta tak lepas dari Kawasan Kota Tua, bermula sebagai Kawasan Cagar Budaya yang sebagai kota pelabuhan bernama Sunda memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai Kawasan Kelapa, merupakan pelabuhan Internasional Wisata, Bisnis, Jasa dan Perdagangan. pada masa Kerajaan Hindu-Pajajaran. Kota Penelitian ini dilakukan terhadap dua berubah nama menjadi Jayakarta (Kota kelompok pemangku kepentingan di kawasan Kemenangan) tahun 1527, setelah armada Kota Tua Jakarta, yaitu masyarakat setempat Portugis yang datang dapat diusir oleh dan pegawai pemerintah Daerah. Tujuan Fatahilah (anonim, Sejarah Kota Tua, 2007). penelitian, pertama, untuk mengetahui Pada tahun 1619, Jayakarta dibumi bagaimana persepsi masyarakat setempat hanguskan oleh Vereenigde Oostindische dan pegawai pemerintah Daerah terhadap Compagnie (VOC), dibangun kembali menjadi dampak pembangunan pariwisata. Kedua, kota yang diberi nama Batavia dan dijadikan untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi pusat pemerintahan dari VOC. (Suratminto kedua pemangku kepentingan terhadap dan Karim, 2012). dampak pembangunan pariwisata yang ada. Kawasan Kota Tua Jakarta juga Dengan mengetahui persepsi positif atau memiliki nilai pluralisme. Berbagai etnis dan negatif yang timbul, serta aspek-aspek penting bangsa telah ada sejak masa lalu dan yang dipersepsikan oleh pemangku melahirkan budaya campuran antara etnis kepentingan di Kawasan Kota Tua Jakarta, Melayu, TiongKok, Arab dan Eropa. hasil penelitian diharapkan menjadi masukan Keragaman itu tampak dengan adanya bagi pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk: berbagai bentuk bangunan tempat tinggal a) mengetahui ada atau tidaknya dukungan dengan arsitektur langka. Bangunan rumah terhadap pengembangan destinasi pariwisata khas Betawi, TiongKok, Joglo Jawa, Portugis, Kawasan Kota Tua Jakarta, b) aspek-aspek gedung-gedung kolonial Belanda bergaya yang dinilai penting oleh pemangku abad pertengahan masa Baroque-Rococo kepentingan, dapat menjadi pertimbangan hingga Art-Deco (pertengahan abad ke-20), dalam menyusun prioritas program adalah aset sejarah dan budaya di Kawasan pengembangan pariwisata selanjutnya. Kota Tua Jakarta. Revitalisasi fisik Kawasan Kota Tua 2.1. Tinjauan Pustaka Jakarta ditujukan untuk menumbuhkan Dukungan terhadap pembangunan kembali nilai-nilai penting cagar budaya suatu destinasi pariwisata dapat diukur dari dengan penyesuaian ruang baru yang tidak persepsi masyarakat dan pemangku bertentangan dengan prinsip pelestarian. kepentingan lain, yang mencerminkan adanya Program ini telah dilakukan sejak masa dukungan ataupun penolakan terhadap Gubernur , mengalami pembangunan pariwisata di lingkungan dekat kemandegan cukup lama, sebelum mereka bermukim dan beraktivitas. Beberapa dilaksanakan kembali pada 2006. Salah satu peneliti seperti : Ap. (1990), Jurowski, dkk. kesulitan menata Kawasan Kota Tua Jakarta (1997), Purdue, dkk.(1990) dan Kayat (2002), adalah, dari 284 unit bangunan kuno yang telah secara khusus melakukan kajian terkait terdata, hanya 6 (enam) bangunan milik persepsi masyarakat setempat terhadap Provinsi DKI Jakarta yang kemudian pariwisata dan pembangunannya, dengan difungsikan sebagai museum, 23 bangunan menggunakan dasar teori Perubahan Sosial. merupakan milik Badan Usaha Milik Negara Teori Perubahan Sosial dianggap (BUMN), sedangkan 255 bangunan lainnya sebagai framework yang dipandang penting milik instansi swasta dan perorangan (Sumber: dengan pendekatan sosiologi untuk melakukan UPK Kota Tua Jakarta). kajian terhadap hubungan masyarakat dengan industri pariwisata. Konsep ini membahas

ISSN : 2087 – 0086 11

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

kepedulian masyarakat terhadap pemahaman N = ukuran populasi atau jumlah warga dalam terjadinya pertukaran sumber daya di antara waktu tertentu dua pihak. Di satu sisi, industri pariwisata e = nilai kritis (batas ketelitian ) menawarkan pertukaran terhadap nilai-nilai Sejumlah 300 kuesioner disebarkan, ke yang dimiliki masyarakat dengan pemberian setiap Kelurahan secara proporsional. kompensasi adanya peningkatan Kelurahan Pinangsia = 117 (39%), Kelurahan kesejahteraan terhadap masyarakat tersebut. Roa Malaka = 45 (15%) dan Kelurahan Ada pertukaran manfaat terhadap Penjaringan = 138 (46%). Kuesioner yang penghargaan serta biaya yang akan timbul valid/dapat diolah sejumlah 261 buah. antara para pihak (Ap, 1992). Pegawai Pemerintah Daerah adalah Di sisi lain, masyarakat yang pegawai negeri sipil tetap Provinsi DKI Jakarta menganggap berkembangnya pariwisata di yang tempat kerjanya berada di kawasan Kota kawasan tempat mereka tinggal menimbulkan Tua Jakarta. Mereka merupakan pegawai di berbagai masalah dan berdampak buruk bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI terhadap masyarakat, akan menolak atau Jakarta dengan Unit-Unit yang bertugas antara menentang pembangunan pariwisata lain : Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua (Andriotis dan Vaughan, 2003b). Keberhasilan Jakarta sebanyak 9 orang, Museum Sejarah pembangunan pariwisata dalam jangka Jakarta sebanyak 11 orang, Museum panjang, tergantung pada sikap masyarakat sebanyak 7 orang, Museum Seni Rupa dan setempat dan pemangku kepentingan lainnya Keramik sebanyak 7 orang serta Museum terhadap pariwisata dan wisatawan yang Bahari sebanyak 14 orang. Dari 48 kuesioner datang. Oleh karena itu pembangunan yang disebarkan, seluruhnya terisi dengan pariwisata harus mempertimbangkan tingkat ketanggapan 100%. kebutuhan dan keinginan masyarakat 3.1.2. Desain Kuesioner (Andriotis, 2005). Pernyataan pada kuesioner yang diberikan untuk ketiga kelompok adalah 3.1. Metode Penelitian serupa. Perbedaannya, kuesioner yang 3.1.1. Sampling diperuntukkan bagi masyarakat setempat Survei dilakukan di Kawasan Kota Tua meminta responden menuliskan Rukun Warga Jakarta sejak Pebruari s/d Juni 2015 dengan tempat mereka tinggal. penyebaran kuesioner pada masyarakat Kuesioner dibagi atas dua bagian, setempat dan pegawai Pemerintah Provinsi bagian pertama adalah menyangkut profil DKI Jakarta yang bertugas di kawasan Kota responden, sedang bagian kedua adalah Tua Jakarta. Masyarakat setempat yang di pernyataan yang merupakan indikator, disusun survei berdasarkan metode Judgement, dipilih dengan jawaban menggunakan skala Likert ( mereka yang bermukim pada Rukun Warga 1= Sangat Tidak Setuju; 2= Tidak Setuju; (RW) 06 di kelurahan Pinangsia, RW 02 Roa 3=Ragu-Ragu; 4=Setuju; 5=Sangat Setuju ). Malaka dan RW 03 Penjaringan, karena Tiga indikator untuk mengukur aspek wilayahnya berdekatan dengan lingkungan ekonomi yaitu: pariwisata berdampak pada objek wisata dan penduduknya kerap penciptaan lapangan kerja, memberi berinteraksi dengan pengunjung atau keuntungan bagi usaha kecil, berdampak pada wisatawan. Kelurahan Pinangsia, kota naiknya harga barang dan biaya pelayanan. Administrasi Jakarta Barat, dengan jumlah Ketiga pernyataan adalah berdasar penelitian penduduk = 13.224 jiwa. Kelurahan Roa Pizam (1978), Ross (1992), Haralambopolous Malaka, kota Administrasi Jakarta Barat dan Pizam (1996). dengan jumlah penduduk = 5.360 jiwa dan Indikator untuk mengukur aspek Kelurahan Penjaringan, kota Administrasi lingkungan yaitu: pariwisata berdampak pada Jakarta Utara dengan jumlah penduduk = perbaikan fasilitas umum, perbaikan bangunan 15.289 .jiwa. Berdasarkan rumus Slovin, maka bersejarah, meningkatnya polusi. Ketiga jumlah sampel yang memadai dari pernyataan tersebut berdasarkan penelitian keseluruhan tiga Kelurahan tersebut adalah : Thomason dkk (1979), Mathieson dan Wall 276 jiwa. (1982), Liu dan Var (1986). Indikator untuk mengukur aspek sosial yaitu: pariwisata berdampak pada mengenal Rumus Slovin, ……….……….(1) budaya lain, memberi kebanggaan pada n = masyarakat atas warisan budaya yang dimiliki, n = 275,5, dibulatkan menjadi = 276 bertambahnya kriminalitas. Ketiga pernyataan tersebut adalah berdasarkan penelitian Ap Keterangan : dan Crompton (1998), Besculides (2003), n = ukuran sampel Belisle dan Hoy (1980).

ISSN : 2087 – 0086 12

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

3.1.3. Metode Analisis pria adalah 62,84%, responden wanita Data yang terkumpul kemudian mencapai 37,16%. sedangkan pada pegawai dianalisis menggunakan software SPSS versi Pemda, responden pria mencapai 64,58% 20.0. Alat analisis yang digunakan pada dan responden wanita 35,42%. Hal ini penelitian ini adalah tabulasi deskriptif untuk menunjukkan bahwa kegiatan masyarakat mengidentifikasi profil responden, sedangkan masih didominasi pria. Ini merupakan kondisi komparasi persepsi kelompok Masyarakat umum di bahwa pria adalah setempat dan pegawai Pemda dianalisis sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Namun dengan ANOVA dan t-test. dari data tersebut dapat diketahui bahwa wanita yang melakukan aktivitas terkait 4.1. Hasil dan Pembahasan pariwisata pada kedua pemangku Karakteristik responden yang dilihat kepentingan, menunjukkan prosentase yang pada penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin relatif tinggi. dan tingkat pendidikan. Dari kuesioner yang Pendidikan berperan penting dalam disebarkan pada responden kedua pemangku menentukan sikap suatu kelompok masyarakat kepentingan, diperoleh hasil sebagai berikut: sewaktu menerima adanya suatu perubahan. Tabel 1. Profil Responden Tingkat pendidikan formal yang diperoleh Parameter Masyaraka % Pega % seseorang merupakan suatu petunjuk dalam t Setempat wai bertindak dan bersikap secara rasional n=261 Pemda n=48 terhadap suatu persoalan yang dihadapi. Usia Tabel di atas menggambarkan tingkat 19 – 34 87 33 19 39 pendidikan responden pada kedua kelompok. 35 – 50 126 48 20 41 Pada Masyarakat setempat, responden yang 51 – 67 48 19 9 20 memiliki pendidikan Sekolah Menengah Jenis Kelamin Laki-laki 164 63 31 64 (SMU/SMK) sangat besar yaitu 44,4% dan Perempuan 97 37 17 36 pegawai Pemda tercatat 68,75%. Dari data Pendidikan tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata SD 14 5 1 2 sumberdaya manusia pada kedua kelompok SMP 79 30 0 0 berada pada tingkat pendidikan memadai. SMU/SMK 116 45 33 69 Berdasarkan karakteristik tersebut Diploma 15 5 5 10 Sarjana 34 13 8 17 diasumsikan para responden telah memiliki Pascasarjana 3 2 1 2 pemahaman, kematangan dan kritis dalam Sumber: hasil olahan data primer 2015. memberikan penilaian tentang dampak Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa ekonomi, lingkungan, dan sosial terhadap komposisi responden pada kedua pemangku pembangunan Pariwisata di Kawasan Kota kepentingan, terbesar pada usia 35 – 50 Tua Jakarta. tahun. Pada Masyarakat Setempat mencapai 48,28% sedangkan Pegawai Pemda mencapai 4.2. Persepsi Masyarakat Setempat 41,67%. terhadap Dampak Pembangunan Kelompok usia ini merupakan usia produktif, Pariwisata. mereka umumnya lebih terbuka, memiliki Berdasarkan tabel 2, akan diuraikan pemahaman yang lebih untuk menerima hal- bagaimana persepsi Masyarakat Setempat hal baru, sehingga diharapkan mereka objektif tentang dampak pembangunan pariwisata di dan kritis terhadap apa yang menjadi kawasan Kota Tua Jakarta dari aspek penilaiannya. ekonomi, lingkungan dan sosial. Untuk sebaran jenis kelamin, pada Masyarakat setempat kontribusi responden Tabel 2. Frekuensi data Masyarakat setempat dan Pegawai Pemda tentang dampak Pembangunan Pariwisata STS TS R S SS Total Pernyataan (%) (%) (%) (%) (%) (%) MS PP MS PP MS PP MS PP MS PP MS PP DAMPAK EKONOMI Menciptakan lapangan kerja 0,77 0 0,77 2,08 7,66 6,25 66,28 31,25 24,52 60,42 100 100 Keuntungan bagi Usaha 0 0 0,38 2,08 6,51 8,33 68,59 29,17 24,52 60,42 100 100 kecil Naiknya harga barang dan 3,07 31,25 36,78 16,67 45,59 2,08 14,56 27,08 0 22,92 100 100 biaya pelayanan DAMPAK LINGKUNGAN Perbaikan Fasilitas 0 0 0,76 0 10,73 4,17 65,52 39,85 22,99 56,25 100 100 Perbaikan Bangunan 0 0 0,38 0 8,43 18,75 65,14 35,42 26,05 45,83 100 100 Bersejarah

ISSN : 2087 – 0086 13

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

Meningkatnya Polusi 3,83 20,83 32,95 35,42 42,15 10,42 18,39 18,75 2,68 14,58 100 100 DAMPAK SOSIAL Mengenal budaya 0 0 0,38 2,08 3,45 14,58 60,54 31,25 35,63 52,09 100 100 Lain Memberikan 0 0 0 0 2,68 6,25 71,65 45,83 25,67 47,92 100 100 Kebanggaan Bertambahnya Kriminalitas 4,22 16,67 44,83 29,17 40,61 27,08 9,96 22,91 0,38 4,17 100 100 Sumber: Analisis Data Primer (2015). Keterangan: Jumlah responden masyarakat setempat = 261 Jumlah responden Pegawai Pemda = 48 STS= Sangat Tidak Setuju (Bobot nilai = 1) S= Tidak Setuju (Bobot nilai = 2) R= Ragu-Ragu (Bobot nilai = 3) S= Setuju (Bobot nilai = 4) SS= Sangat Setuju (Bobot nilai =5)

4.2.1. Persepsi Masyarakat Setempat dan Ratusan pedagang setelah diseleksi, didaftar Pegawai Pemda terhadap Dampak kemudian diberi kartu keanggotaan oleh Suku Ekonomi. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Atribut pertama bahwa pembangunan Menengah Perdagangan (KUMKMP) DKI pariwisata berdampak menciptakan lapangan Jakarta. Tercatat secara resmi 415 pedagang. kerja untuk masyarakat, oleh responden Meskipun demikian pada akhir pekan atau masyarakat setempat tercatat 90,80% setiap adanya acara-acara besar tertentu menyatakan persetujuannya (Setuju dan seperti Festival atau pertunjukan kesenian di Sangat Setuju), sedangkan Pegawai Pemda Taman Fatahillah, adanya pedagang asongan tercatat 83,33% memberikan persetujuannya. menyebabkan yang berjualan dapat mencapai Dapat disimpulkan sebagian besar responden lebih dari 1.000 pedagang. Hasil penelitian ini dari kedua pemangku kepentingan sepakat memperkuat penelitian oleh Ross (1992) bahwa dilakukannya penataan Kawasan Kota bahwa pariwisata memberi keuntungan bagi Tua Jakarta, telah menyebabkan semakin usaha kecil. banyak wisatawan yang datang. Atribut ketiga aspek ekonomi bahwa Didirikannya Rumah makan, Café, agen pariwisata berdampak pada kenaikan harga perjalanan, hotel, membuka kesempatan kerja barang-barang dan biaya untuk jasa bagi masyarakat termasuk berkembangnya pelayanan, ditanggapi berbeda oleh para usaha informal seperti pedagang kaki lima. responden. Responden Masyarakat setempat Terjadi pula pergeseran basis mata yang menyatakan ketidaksetujuannya sebesar pencaharian warga, dari yang semula buruh 39,85% (Tidak Setuju dan Sangat Tidak kemudian berdagang. Tumbuh kreativitas Setuju) sedangkan responden yang usaha seperti jasa foto bersama Manusia menyatakan persetujuan dengan pernyataan Patung, mobil dan sepeda motor kuno, jasa tersebut sebesar 14,56%, dengan selisih penyewaan sepeda onthel untuk wisata keliling 25,29% lebih banyak responden Masyarakat Kawasan Kota Tua Jakarta. Sebelumnya setempat yang menyatakan bahwa pariwisata sepeda onthel hanya digunakan sebagai ojek. bukan penyebab utama naiknya harga-harga Hal ini sesuai dengan penelitian Pizam (1978) barang dan jasa pelayanan. bahwa kegiatan pariwisata membuka Responden pegawai Pemda, tercatat kesempatan kerja baru bagi masyarakat 45,84% menyatakan ketidaksetujuan dan sekitar destinasi pariwisata. 27,08% menyatakan persetujuan terhadap Atribut kedua bahwa pariwisata pernyataan di atas. Ada lebih banyak 18,76% berdampak memberikan manfaat ekonomi jumlah responden pegawai Pemda yang bagi usaha kecil ditanggapi oleh responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan Masyarakat setempat sebesar 93,11% bahwa pariwisata berdampak pada naiknya menyatakan persetujuannya (Setuju dan harga-harga barang dan jasa pelayanan. Sangat Setuju), sedangkan responden Lebih banyaknya prosentase responden pegawai Pemda tercatat 93,75% memberikan dari kedua pemangku kepentingan yang tidak persetujuannya. menyetujui pernyataan tersebut diduga karena Setiap tahun dengan semakin Kawasan Kota Tua Jakarta bukan merupakan bertambahnya jumlah pedagang di Taman kawasan yang terpisah atau terisolir sehingga Fatahillah, telah menimbulkan kesemrawutan harga makanan/minuman maupun jasa dan kekumuhan. Pemerintah Provinsi DKI pelayanan seperti transportasi, tidak jauh Jakarta kemudian mengambil alih pembinaan berbeda dengan harga-harga pada beberapa pedagang yang semula berada di bawah tempat perbelanjaan yang berada di dekatnya Koperasi Pedagang Taman Fatahillah. seperti Mangga Dua atau .

ISSN : 2087 – 0086 14

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

4.2.2. Persepsi Masyarakat Setempat dan dengan nyaman menyusuri Pegawai Pemda terhadap Dampak menikmati pemandangan bangunan-bangunan Lingkungan. bersejarah yang berada di sekitarnya. Atribut pertama pada aspek Lingkungan Atribut ketiga bahwa pariwisata bahwa pariwisata berdampak pada perbaikan berdampak pada meningkatnya polusi udara. fasilitas umum (Thomason, dkk 1979) Polusi udara timbul karena timbul kemacetan didukung oleh 88,61% responden Masyarakat dengan adanya kendaraan dari wisatawan setempat (Setuju dan Sangat Setuju). (Mathieson dan Wall, 1982). Hal ini ditanggapi Responden pegawai Pemda tercatat 95,83% responden Masyarakat setempat dengan memberikan persetujuannya terhadap menyatakan ketidak setujuannya sebesar pernyataan ini. 36,78% (Tidak Setuju dan Sangat Tidak Sebelum penataan Kawasan Kota Tua Setuju). Jumlah responden yang memberikan dilakukan, angkutan umum, truk, sepeda motor persetujuan tercatat 21,07% , sehingga masih dan mobil pribadi dapat melewati kawasan lebih banyak 15,71% responden Masyarakat Taman Fatahillah. Saat ini lalu lintas telah setempat menyatakan tidak setuju. Adapun dialihkan sehingga Taman Fatahillah responden pegawai Pemda, tercatat 56,25% merupakan kawasan bebas kendaraan. menyatakan ketidak setujuannya dan 33,33% Lampu-lampu taman, pohon-pohon serta menyatakan persetujuannya. Tercatat 22,92% tempat-tempat sampah telah ditata sehingga lebih banyak responden pegawai Pemda tidak pengunjung dapat beraktivitas dengan menyetujui pernyataan bahwa pariwisata nyaman. berdampak pada meningkatnya polusi udara. Meskipun demikian, ada perbedaan Penilaian ini diduga terkait dengan penilaian mengenai perbaikan fasilitas umum kondisi bahwa Kawasan Kota Tua Jakarta antara Masyarakat umum dengan pegawai sejak dulu dikenal dengan kemacetannya. pemerintah Daerah. Jika pegawai pemerintah Banyak truk-truk barang yang bongkar-muat di Daerah memberi penilaian tinggi atas kawasan yang sejak lama merupakan gudang perbaikan fasilitas umum, Masyarakat serta perkantoran karena berdekatan dengan setempat menilai bahwa keluhan terhadap pelabuhan , sehingga responden kurang memadainya toilet untuk umum, menilai kemacetan , tidak disebabkan semata- kurangnya tempat-tempat sampah belum mata karena adanya kegiatan pariwisata. menjadi perhatian sepenuhnya dari 4.2.3. Persepsi Masyarakat Setempat dan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pegawai Pemda terhadap Dampak Atribut kedua aspek Lingkungan bahwa Sosial. pariwisata berdampak pada perbaikan Atribut pertama aspek sosial bahwa bangunan-bangunan tua bersejarah, karena pariwisata berdampak masyarakat mengenal ada keinginan Pemerintah Daerah untuk dan memahami budaya lain darimana mendatangkan lebih banyak wisatawan. Hasil wisatawan berasal (Ap dan Crompton, 1998). penelitian ini juga memperkuat penelitian Liu Persentase responden Masyarakat setempat dan Var (1986) bahwa pembangunan yang menanggapi positif pernyataan ini sangat pariwisata bersifat kondusif melindungi besar, mencapai 96,17% (Setuju dan Sangat warisan budaya dan peninggalan-peninggalan Setuju). bersejarah. Persentase responden Masyarakat Besarnya prosentase responden yang setempat cukup besar memberikan menanggapi positif pernyataan di atas, dapat persetujuannya yaitu 91,19% (Setuju dan dipahami dengan banyaknya pengunjung atau Sangat Setuju), sedangkan responden wisatawan yang datang ke Kawasan Kota Tua pegawai Pemda tercatat 81,25% memberikan Jakarta, kerap mereka berinteraksi dengan pernyataan setuju terhadap atribut ini. masyarakat. Para siswa yang memperoleh Hasil survei tersebut diduga terkait tugas dari sekolah, berkenalan dan kinerja Pemerintah DKI Jakarta yang telah mewawancarai wisatawan mancanegara yang melakukan renovasi bangunan-bangunan ada. Masyarakat setempat juga dengan bersejarah yang telah difungsikan sebagai sukarela menunjukkan tempat-tempat yang museum, antara lain museum Wayang, ditanyakan wisatawan. Interaksi semacam ini museum Sejarah Jakarta, museum Seni Rupa membuka wawasan bagi masyarakat dan Keramik serta museum Bahari. Demikian setempat. Interaksi juga terjadi antara pegawai pula Kali Besar yang semula airnya hitam, Pemda dengan wisatawan dalam melayani tidak mengalir dan berbau, kemudian telah dan memberi penjelasan-penjelasan tentang diperdalam, sampah-sampah dibuang koleksi museum. sehingga air dapat mengalir dan menjadi lebih Atribut kedua bahwa pariwisata jernih. Sepanjang kali juga ditata dengan berdampak memberi kesadaran dan adanya taman, sehingga pejalan kaki dapat kebanggaan kepada masyarakat terhadap

ISSN : 2087 – 0086 15

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

peninggalan-peninggalan bersejarah dan kriminalitas ditanggapi responden Masyarakat warisan budaya yang dimiliki. Hal ini setempat dengan selisih antara pernyataan ditanggapi sebagian besar responden Tidak Setuju dan yang menyatakan Setuju Masyarakat setempat, sebesar 97,32%, sebesar 38,71%. Untuk responden pegawai menyatakan Setuju dan Sangat Setuju, Pemda ternyata menunjukkan penilaian demikian pula dengan responden pegawai berbeda. Responden pegawai Pemda sebesar Pemda, tercatat 89,59% memberikan 49,49% memberikan persetujuannya terhadap pernyataan setuju. Hasil ini memperkuat pernyataan atribut ketiga, sedangkan 47,92% penelitian oleh Beculides (2003), bahwa menyatakan ketidak setujuannya, sehingga pariwisata memberi kebanggaan pada 2,07% lebih banyak responden pegawai masyarakat, terhadap aset budaya yang Pemda menyatakan bahwa pariwisata dimiliki. berdampak pada bertambahnya kriminalitas, Apresiasi yang ditunjukkan wisatawan sesuai penelitian yang dilakukan Belisle dan terhadap gelar seni seperti: pencak silat, tari Hoy (1980). Betawi, marawis, barongsai yang ditampilkan Kawasan Kota Tua telah menjadi oleh komunitas pada waktu mereka berlatih tempat berkumpul yang populer karena selain maupun sewaktu adanya Festival atau gratis, juga adanya atraksi-atraksi yang pertunjukkan yang diadakan oleh pemerintah menarik. Banyaknya masyarakat yang datang Provinsi DKI Jakarta di Kawasan Kota Tua, memang menyulitkan pengawasan bagi pihak telah menumbuhkan semangat masyarakat kepolisian. Meskipun telah ada pos keamanan setempat untuk mempertahankan warisan yang ditempatkan di Taman Fatahillah, aksi budaya yang ada. kriminal seperti pencopetan, penjambretan Sebagian besar wisatawan masih kerap terjadi. mancanegara yang datang ke Kawasan Kota Untuk pegawai Pemda diduga mereka Tua, adalah mahasiswa atau peneliti. Mereka menginterpretasikan bahwa kriminalitas yang mengagumi kapal-kapal kayu Phinisi yang terjadi adalah berdasarkan kejadian-kejadian masih banyak digunakan di Pelabuhan Sunda yang diketahui dan didengar dari komunitas Kelapa, mengagumi koleksi keramik, wayang sekitar, tentang adanya korban pencopetan yang ada di museum dan memiliki rasa ingin dan penjambretan, bukan karena mengalami tahu terhadap nilai-nilai dan filosofi terkait sendiri. Sebagian besar pegawai bertempat warisan budaya tersebut. Dari beberapa tinggal di luar Kawasan Kota Tua Jakarta dan wawancara yang dilakukan, mereka umumnya relatif kurang berinteraksi dengan lingkungan berkeinginan merekomendasikan teman sekitar. ataupun keluarga untuk mengunjungi Kawasan 4.2.4. Perbedaan persepsi antara Kota Tua Jakarta. Hal-hal seperti tersebut di Masyarakat Setempat dan Pegawai atas telah menimbulkan kesadaran bahwa hal- Pemda. hal yang dianggap biasa oleh masyarakat dan Hasil analisis secara keseluruhan pegawai museum, ternyata memiliki nilai tinggi mengenai dampak pembangunan pariwisata bagi wisatawan dan dapat memberi kawasan Kota Tua Jakarta berdasarkan kebanggaan. persepsi masyarakat setempat dan pegawai Atribut ketiga aspek sosial bahwa Pemda, dapat dilihat pada Tabel 3. pariwisata berdampak pada bertambahnya Tabel 3. Nilai Indeks Mengenai Dampak Pariwisata Kota Tua Jakarta No Variabel Indikator Penduduk Pegawai total rata-rata Setempat Pemda 1 Ekonomi Menciptakan lapangan 4.13 4.33 8.46 4.23 kerja Keuntungan bagi 4.17 4.41 8.58 4.29 usaha kecil Naiknya harga barang 2.71 2.68 5.39 2.69 dan pelayanan 2 Lingkungan Perbaikan fasilitas 4.10 4.52 8.62 4.31 Perbaikan bangunan 4.16 4.27 8.43 4.21 bersejarah Polusi udara 2.83 2.70 5.53 2.76 3 Sosial Mengenal budaya lain 4.31 4.50 8,81 4.40 Memberi kebanggaan 4.22 4.47 8.69 4.34 Bertambahnya 2.57 2.93 5.50 2.75 kriminalitas Sumber: Analisis data primer 2015 ISSN : 2087 – 0086 16

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

Hasil analisis dampak pembangunan yang ada minimal =1, maksimal = 5 dikonversi pariwisata berdasarkan persepsi masyarakat dengan dihitung jarak intervalnya yaitu (5 – 1 = setempat dan pegawai Pemda dapat 4) dibagi dalam 3 kategori (4 : 3) adalah = 1,3. diketahui, bahwa urutan yang menjadi Maka kategori persepsi adalah : mean 3,7 kepedulian dalam pembangunan pariwisata sampai dengan 5 adalah Positif, mean 2,3 Kota Tua adalah sebagai berikut: sampai dengan 3,6 adalah Netral, mean 1 1. Kontribusi pariwisata adalah mengenal sampai dengan 2.2 adalah Negatif. budaya lain, dengan nilai indeks rata-rata Secara umum, kedua pemangku sebesar 4,40 kepentingan di kawasan Kota Tua Jakarta 2. Kontribusi pariwisata memberikan memandang dampak pembangunan pariwisata kebanggaan pada masyarakat terhadap dengan respons positif dilihat pada: aspek warisan budaya yang dimilikinya, dengan mengenal budaya lain (mean=4,40), memberi nilai indeks rata-rata sebesar 4,34 kebanggaan akan warisan budaya 3. Kontribusi pariwisata untuk adanya (mean=4,34), dilakukannya perbaikan fasilitas perbaikan fasilitas- umum, dengan nilai umum (mean = 4,31), memberi keuntungan indeks rata-rata sebesar 4,31 bagi usaha kecil (mean=4,29), menciptakan 4. Kontribusi pariwisata memberi lapangan kerja (mean=4,23) dan perbaikan keuntungan bagi usaha kecil, dengan nilai bangunan-bangunan bersejarah (mean = indeks rata-rata sebesar 4,29 4,21). 5. Kontribusi pariwisata menciptakan Dampak pariwisata yang direspons lapangan kerja, dengan nilai indeks rata- netral oleh kedua kelompok adalah: rata sebesar 4,23 meningkatnya polusi (mean=2,76), 6. Kontribusi pariwisata dengan bertambahnya kriminalitas (mean=2,75) serta dilakukannya perbaikan/pemugaran naiknya harga barang dan biaya pelayanan bangunan-bangunan bersejarah, dengan (mean=2,69). nilai indeks rata-rata sebesar 4,21 Tidak terdapatnya respons negatif 7. Kontribusi pariwisata terhadap terhadap dampak pembangunan pariwisata, meningkatnya polusi, dengan nilai indeks menunjukkan bahwa kedua pemangku rata-rata sebesar 2,76 kepentingan menilai bahwa manfaat (benefit) 8. Kontribusi pariwisata terhadap adanya pariwisata melebihi beban (cost) yang bertambahnya kriminalitas, dengan nilai harus ditanggung masyarakat. indeks rata-rata sebesar 2,75 Pertanyaan penelitian tentang ada atau 9. Kontribusi pariwisata terhadap naiknya tidaknya perbedaan persepsi antara harga barang dan biaya pelayanan, masyarakat setempat dan pegawai Pemda dengan nilai indeks rata-rata sebesar dalam memandang dampak pembangunan 2,69. pariwisata di kawasan Kota Tua Jakarta, Untuk mengetahui persepsi dari kedua digunakan alat analisis uji beda ( t-test ). pemangku kepentingan termasuk dalam Diperoleh hasil sebagaimana Tabel 4 di bawah kategori: positif, netral atau negatif, nilai mean ini. Tabel 4. Hasil Statistik Uji Beda Mean Kelompok Masyarakat Setempat, dan Pegawai Pemda terhadap Dampak Keseluruhan Pembangunan Pariwisata D a m p a k K e s e l u r u h a n (ekonomi, lingkungan, sosial) V a r i a b e l Mean difference P- Value Masyarakat Setempat Pegawai Pemda -1,295 0,012 Sumber: diolah dari data primer, 2015. Masyarakat setempat dan Pegawai atribut perbaikan fasilitas umum menjadi Pemda, memiliki perbedaan persepsi yang penilaian utama, aspek sosial menjadi prioritas signifikan dalam menilai dampak pariwisata berikutnya. baik terkait aspek ekonomi, lingkungan dan Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap sosial. Hal ini dibuktikan dengan nilai p-value = positif masyarakat setempat dan pegawai 0,012 < nilai alpha = 0,05. Dari nilai indeks Pemerintah Daerah terhadap pembangunan yang dimiliki masyarakat setempat, aspek pariwisata tidak semata-semata karena sosial lebih menjadi perhatian utama terkait adanya manfaat ekonomi. Masyarakat dengan atribut mengenal budaya dan memberi setempat yang menjadi responden pada kebanggaan, sedangkan aspek ekonomi penelitian ini sebagian besar tidak bergantung kurang menjadi hal yang diperhatikan. pada sektor usaha pariwisata. Mereka banyak Kelompok Pegawai Pemda, lebih bekerja di sektor usaha jasa perdagangan, memerhatikan aspek lingkungan dengan keuangan, dan industri kecil, sehingga dapat

ISSN : 2087 – 0086 17

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

dipahami jika penilaian terhadap aspek Tua Jakarta akan terjaga dengan adanya ekonomi kurang dinilai tinggi tetapi kontribusi kepedulian dan kerjasama berbagai pihak. pariwisata terhadap aspek-aspek sosial Daftar Pustaka menjadi perhatian utama mereka. [1] Andriotis, K. (2005). Community Groups’ Untuk pegawai pemerintah Daerah, Perceptions of and Preferences to Tourism penilaian terhadap aspek lingkungan bahwa Development. Evidence from Crete. pariwisata berkontribusi terhadap dibangunnya Journal of Hospitality and Tourism fasilitas-fasilitas umum menjadi perhatian Research, 29 (1) : 67-90. utama, karena terkait dengan tanggung jawab [2] Andriotis, K. & Vaughan, D.R. (2003b). Pemerintah Daerah tempat mereka bekerja. Urban residents’ attitudes towards tourism Penilaian terhadap kontribusi pariwisata dalam development; The Case of Crete. Journal mengenalkan budaya lain dan memberi of Travel Research. 42 (2): 172-185. kebanggaan dapat dipahami, karena sesuai [3] Anonim, Sejarah Kota Tua, Dinas dengan tugas dan tanggung jawab mereka Pariwisata dan Permuseuman DKI Jkt, yang bertugas di museum-museum dalam 2007. menjaga warisan budaya dan memberi [4] Ap, J. (1990). Residents perceptions pelayanan kepada wisatawan research on the social impacts of tourism. Annals of Tourism Research. 17 (4): 610- 5.1. Kesimpulan Dan Rekomendasi 616. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan [5] Ap, J. (1992). Residents’ perceptions on penelitian ini, pertama, para pemangku tourism impacts. Annals of Tourism kepentingan khususnya masyarakat setempat Research. 19 (4): 665-690. dan pegawai pemerintah Daerah memiliki [6] Ap, J.,and J. L., Crompton (1998). sikap positif terhadap dampak pembangunan Residents’ strategies for Responding to pariwisata Kawasan Kota Tua Jakarta. Para Tourism Impacts. Journal of Travel pemangku kepentingan menilai bahwa Research 33(1): 47-50 manfaat (benefit) adanya pariwisata melebihi [7] Badan Pusat Statistik (2014), Provinsi DKI beban (cost) yang harus ditanggung Jakarta. masyarakat. [8] Belisle, F. and Hoy, D.R. (1980). The Masyarakat setempat mempersepsikan Perceived Impact of Tourism by Residents: bahwa pariwisata berkontribusi terutama pada [9] A Case Study in Santa Maria, Columbia. aspek sosial yaitu: mengenal budaya lain dan Annals of Tourism Research 7 (1): hal 83- memberi kebanggaan terhadap warisan 101. budaya yang ada, sedangkan aspek ekonomi [10] Besculides, A., Lee, M.E. and Mc yaitu memberi keuntungan bagi usaha kecil Cormick,P.J. (2002). Residents’ menjadi hal berikutnya. perceptions of the cultural benefits of Pegawai Pemda menilai bahwa tourism. Annals of Tourism Research, 29 pariwisata terutama berkontribusi pada aspek (2); hal 303-319 lingkungan, yaitu perbaikan fasilitas umum, [11] Creswell, J. W. (2002). Desain Penelitian, sedangkan aspek sosial yaitu: mengenal pendekatan Kualitatif & Kuantitatif. budaya lain dan memberi kebanggaan pada (alihbahasa : Angkatan III & IV KIK-UI masyarakat terhadap warisan budaya, bekerjasama dengan Nur Khabibah). merupakan hal penting lainnya. Jakarta, KIK Press. Hasil ini dapat menjadi perhatian bagi [12] Haralambopoulos, N. and Pizam, A. Pemerintah DKI Jakarta dalam menyusun (1996). Perceived Impacts of Tourism: The perencanaan pengembangan pariwisata Case of Samos. Annals of Tourism Kawasan Kota Tua Jakarta untuk Research. 23(3): hal 503-526 mengutamakan program-program yang [13] Heuken, A.(2000). Historical Sites of berkaitan dengan aspek- aspek tersebut di Jakarta. Jakarta, Cipta Loka Caraka. atas. [14] Jordan, J. W. (1980). The Summer people Kedua, berkembangnya destinasi and and the natives: Some effects of pariwisata Kawasan Kota Tua Jakarta Tourism in a Vermont vacation village. ternyata menumbuhkan berbagai kreativitas Annals of Tourism Research 7(1): 34-55. usaha yang menguntungkan bagi masyarakat [15] Jurowski, C., M. Uysal & D.R. Williams dengan skala usaha kecil. Diperlukan (1997). A Theoretical analysis of Host kebijakan pemerintah DKI Jakarta untuk Community Resident reactions to Tourism. memberdayakan masyarakat dengan Journal of Travel Research, 36 (2): 3 – 11. pemberian bimbingan dan pelibatan mereka [16] Kayat, K. (2002). Power, social exchange dalam berbagai acara yang digelar Pemerintah and tourism in Langkawi; Rethinking Daerah sehingga kelestarian Kawasan Kota

ISSN : 2087 – 0086 18

Jurnal Khasanah Ilmu – Volume 8 No. 1 – 2017 – khasanah.bsi.ac.id

resident perceptions. Tourism Research, 4 [25] Suratminto, L. dan Karim, M. (editor) (3): 171-191. (2012). Historia Jakarta ; Kota Tua punya [17] Lankford, S.V. (1994). Attitudes and cerita. Jakarta, PT Kompas Media Perceptions toward Tourism and Rural Nusantara Regional Development.. Journal of Travel [26] Thomason, P., Crompton, J.L. and Kamp, Research 32 (4): 35-43. B.D. (1979). A study of the attitude of [18] Liu, J. and Var, T. (1986). Resident impacted groups within a host community attitudes towards tourism impacts in toward prolonged stay tourist visitors. Hawaii. Annals of Tourism Research 13: Journal of Travel Research 17 (3); 2 – 6. 93-214. [19] Mathieson, A. and G. Wall (1982). Internet, Makalah Dan Suratkabar. Tourism: Economic, Physical, and Social Impacts. New York: Llongman House. [1] Budhiman, A. (2009). Kawasan Kota Tua [20] Purdue, R. Long, T.P. & Allen, L. (1990). sebagai Heritage. Makalah : Diskusi Kota Resident support for Tourism Tua Jakarta, penyelenggara : Pusat development. Annals of Tourism Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta, 9 – Research. 17 (4): 586-599. 10 Nopember 2009. [21] Pizam, A. (1978). Tourism impacts: the [2] ------, Impian Kota Tua Jakarta, social costs to the destination community Tempo 28 April – 4 Mei 2014. as perceived by its residents. Journal of Travel Research. 16 (4):8-12 Perundang-Undangan. [22] Ross, G.F. (1992). Resident perception of the impact of tourism on an Australian city. [1] Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Journal of Travel Research, 30 (3): 13-17. nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana [23] Sevilla, C.G. et al (1992). Research Induk Kawasan Kota Tua Methods. Manila, Rex Book Store. [2] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia [24] Sugiyono (2010), Statitiska untuk no: 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk penelitian, Bandung, Alfabeta. Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.

ISSN : 2087 – 0086 19