Jurnal Penelitian Seni Budaya

KREATIVITAS RAHAYU SUPANGGAH PADA FILM KARYA

Muhammad Nur Salim Dosen Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni (ISI) Surakarta Email: [email protected]

Abstract

One of the developments in film in Indonesia is the musical genre film. This genre film experienced a post-reform high point when Sherina’s Adventure Film came. This point then became the beginning of the development of musical genre films that were born in the 2000s period. One of the interesting musical films is the Javanese Opera Film by Garin Nugroho. Opera Jawa is interesting because first, Opera Jawa has received various awards and nominations at both national and international levels. Second, because this film bases its musical work on Javanese gamelan or gamelan media. This second reason is the focus of this research. The research “Rahayu Suanggah’s Creativity in Garin Nugroho’s Javanese Opera Film” is an attempt to reveal one of the film music creation methodologies based on her creative process with Javanese karawitan media (gamelan music). The musical concepts of the musical that were carried by Rahayu Supanggah as the music director was revealed through Rahayu Supanggah’s conceptual approach in Bothekan Karawitan Garap’s book (2007). The results of this study; Rahayu Supanggah uses Javanese musical nuances in composing Javanese Opera music by involving songs that are composed in various variations such as; 1) single tembang, 2) pathetan, 3) nothing, 4) palaran, and 5) arrangement of traditional pieces while the illustration music consists of 1) New Composition, 2) Illustration of Traditional Music, 3) Exploration Music.

Keywords: Creativity, Music, Javanese Opera, Rahayu Supanggah

Pendahuluan Salah satu film musikal bercitarasa Nusantara Kejayaan film musikal di Indonesia dapat (Jawa) yang pernah diproduksi dan meraih dikatakan mencapai puncaknya saat pada era berbagai penghargaan salah satunya adalah milenium (1999 sampai 2000-an), film musikal Film Opera Jawa karya Garin Nugroho pada garapan Riri Riza dan Mira Lesmana berjudul tahun 2006. Menurut blog www.filmindonesia. Petualangan Sherina mampu menarik pangsa co.org. film ini merupakan pesanan dari Panitia penikmat film Indonesia, pasca krisis. Musik Peringatan 250 tahun Mozart, yang diketuai yang ditata Elfa Secioria sejak awal termasuk oleh Peter Sellars. Film ini juga jadi pembuka mengantarkan Sherina menjadi penyanyi wanita acara peringatan itu di Wina 12- 24 November paling terkemuka hingga saat ini. Lalu, berusaha 2006. Opera Jawa adalah film musikal produksi mengikuti kesuksesan Petualangan Sherina, gabungan Indonesia dan Austria yang disutradari sejumlah film musikal banyak diproduksi oleh Garin Nugroho dan diproduksi pada tahun diantaranya :Joshua Oh Joshua (2000), Biarkan 2006, dibintangi lain oleh Artika Sari Bintang Menari (2003), Fantasi (2004), Ariel Devi, Martinus Miroto dan Retno Maruti. & Raja Langit (2005), Opera Jawa (2006), Kisah dalam film musikal ini menggambarkan Generasi Biru (2009), Melodi (2010), Laskar kehidupan sosial yang penuh konflik dengan Cilik (2010), Dawai 2 Asmara (2010), Rumah mengadaptasi kisah , Rama-Sinta. Tanpa Jendela (2011), Langit Biru (2011). Film ini masuk dalam nominasi Festival Film Internasional Venesia 2006, Festival Film

158 Volume 12 No. 2 Desember 2020 Muhammad Nur Salim: Kreativitas Rahayu Supanggah pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho

Internasional London 2006 dan Festival Film karawitan itu sendiri. Pada titik inilah urgensi Internasional Toronto sserta pada Festival Film penelitian diletakan mengingat hingga penelitian Indonesia 2006 mendapat nominasi untuk ini dilakukan belum ada yang peneliti yang kategori film layar lebar. Film ini juga meraih secara khusus membedah musik Opera Jawa penghargaan tertinggi untuk kategori Film dari paradigma karawitan. Terbaik, Sutradara Terbaik (Garin Nugroho), Penelitian ini dilakukan guna dan Aktris Terbaik (). Festival mengungkap kreativitas Rahayu Supanggah International Film Independent Bruxelles Ke-35 dalam menyusun musik film Opera Jawa yang di Brussel, Belgia, 4-9 November 2008. dari sana nanti mempunyai manfaat bagi para Berangkat dari pendapat di atas, Opera komposer generasi pasca Rahayu Supanggah Jawa telah menjadi pelopor sebuah karya untuk menyusun musik untuk film – musikal film musikal berbasis Nusantara (Jawa). Hal – dengan menggunakan idiom alat musik tersebut dapat diidentifikasi dari cerita yang Nusantara, terutama gamelan Jawa”. diangkat, genre musik yang digunakan, bahasa Penelitian Film Opera Jawa telah banyak dan koregrafi. Ada aspek yang unik dari film ini dilakukan. Pertama oleh Wahyu Novianto karena menggabungkan unsur seni drama, tari, (2015). Tulisan pada jurnal Etnograf/ Vol. busana tradisional Indonesia serta menampilkan XV/ No. 1/ 2015/ 1-72 Institut Seni Indonesia juga keindahan panorama Indonesia. Surakarta tahun 2015, memaparkan bahwa film Nilai ke-Jawa-an (dan Ke-Nusantara-an) Opera Jawa menghadirkan karateristik budaya selain dibentuk melalui unsur pembentuk film lokal dilihat dari koreografi, pemeranan,setting, musikal seperti setting tempat dan waktu yang properti, ilustrasi musik, kostum dan make up. berlatar belakang budaya Nusantara juga kental Ragam latar budaya tersebut dalam film Opera dengan aroma musik gamelan – karawitan – Jawa melebur menjadi satu dengan semangat sebagai idiom ungkap dialog melalui tembang multikulturalisme dengan dihadirkan secara serta musik ilustrasinya. Banyak unsur-unsur selaras dan seimbang tanpa ada pertentangan (musik) gamelan digunakan sebagai unsur di dalamnya. Tulisan Novianto tersebut pembentuk teatrikal, bahasa ungkap dan menganalisis etnografi dari berbagai macam “dialog” dalam film ini. Rahayu Supanggah, budaya yang dilibatkan dalam film Opera selaku komponis musik dalam Opera Jawa telah Jawa. Hal tersebut berbeda dengan penelitian menerapkan ide dan konsep karawitan sebagai musikal gamelan. Selain itu pendekatan instalasi musikalnya. yang digunakan juga berbeda, berikut hasil Garin Nugroho, sang sutradara film penelitiannya. Novianto menghasilkan studi bekerjasama dengan Rahayu Supanggah sebagai etnografi, sedangkan tulisan ini diarahkan pada music director yang juga seorang etnomusikolog, studi musikalitas pada film Opera Jawa. pengrawit, dan komposer gamelan Jawa. Opera Kedua penelitian Siti Dwi Mustikawati Jawa dapat dikatakan sebagai tonggak awal berjudul Representasi Kultural Tokoh Siti dalam penciptaan film musikal yang menggunakan Film Opera Jawa; Sebuah Analisis Semiotika, karawitan sebagai media musiknya, karena Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu sebelumnya belum ada penciptaan film musikal Politik Universitas Atma Jaya, tahun karawitan. Karawitan pada garapan film 2014. Skripsi ini menggunakan ilmu komunikasi musikal Opera Jawa tidak hanya menggunakan sebagai pisau bedah penelitiannya untuk konsep-konsep musikal tradisi – yang sudah mengungkap representasi kultural pada tokoh mapan secara penyajian repertoarnya – tetapi Siti dalam film Opera Jawa. Melalui metode mengalami penggubahan sedemikian rupa semiotika; triadik Pierce yaitu index, symbol, sesuai dengan kebutuhan adegan film, sehingga dan interpretant yang kemudian diaplikasikan menuntut suatu kebaruan dalam menyikapi menajdi konsep matter of expression, hasil

Volume 12 No. 2 Desember 2020 159 Jurnal Penelitian Seni Budaya

penelitian Mustikawati, tokoh Siti memiliki Pembahasan kedinamisan serta secara simbolis berusaha Film Opera Jawa merupakan adaptasi untuk tidak berada di bawah legitimasi laki-laki. dari cerita Ramayana yang menitikberatkan Ketiga, penelitian Riksa Belasunda, pada kisah percintaan antara Rama (Setyo) Acep Iwan Saidi, dan Imam Sudjudi tentang dan Sinta (Siti) , yang di antara mereka ada Hibriditas Medium pada Film Opera Jawa Karya terdapat Rahwana (Ludiro). Pada kisah klasik Garin Nugroho sebagai Sebuah Dekonstruksi Ramayana, Ludiro merupakan tokoh antagonis (2014), melalui metode semiotika dengan di mana kehadirannya memisahkan Rama pendekatan postmodern; deskriptif interpretatif dan Siti. Pada Opera Jawa, cerita tersebut mengungkap strukutr kode bahasa film melalui “disanggit” kembali oleh Garin Nugroho analisis struktur dramatik naratif dan unsur menjadi lebih rumit dan kompleks. Ludiro pembentuk film, yang berkaitan dengan aspek tidak semata merebut istri Setyo tetapi ada Siti non-verbal berupa tanda-tanda elemen visual yang “membuka pintu” untuk hadirnya Ludiro. dan gerak pada shot film. Dekonstruksi tokoh Fenomena sosial digarap oleh Garin Nugroho Siti pada cerita Ramayana karya Walmiki yang sedemikian rupa hingga menghadirkan berbagai dilakukan Garin Nugroho pada film Opera Jawa sudut pandang. Penonton diberi semacam menurut Belasunda dkk, merefleksikan persoalan pengalaman problematika rumah tangga yang gender, feminisme, dominasi maskulinitas, sedemikian rumit sehingga Opera Jawa tidak dominasi kekuasaan, pertentangan kelas, dan dapat begitu saja dimaknai sebagai baik-buruk, kapitalisme. hitam-putih, dan dikotomi lainnya. Setiap tokoh Dua penelitian terakhir, dari aspek mempunyai kelebihan dan kekurangan masing- teoristis sangat berbeda dengan kajian Opera masing. Jawa dari aspek musikalitas gamelan yang Kompleksitas alur – sanggit – pada film justru menjadi perhatian utama pada penelitian Opera Jawa tersebut tercermin pula pada garapan ini. Untuk mengungkap kreativitas musikalitas gendingnya – yang berdiri sebagai musik film. Rahayu Supanggah dalam menggarap musik Rahayu Supanggah yang merupakan seorang Film Opera Jawa maka tulisan ini menggunakan empu karawitan – tentunya juga pengrawit yang konsep garapnya Rahayu Supanggah di handal – menggunakan idiom-idiom musikal mana garap dalam konteks ini dimaknai karawitan dalam menggarap Film Opera Jawa. sebagai perilaku praktik dalam menyajikan Seperti dijelaskan di depan, bahwa Opera Jawa (kesenian) karawitan melalui kemampuan tafsir merupakan film musikal, di mana dialog verbal (interprestasi), imajinasi, ketrampilan teknik, yang umum digunakan pada film digantikan memilih vokabuler permainan instrumen/ vokal, melalui idiom tembang dengan berbagai dan kreativitas kesenimanannya. Unsur-unsur variasi. Hal tersebut merupakan ciri kuat yang dalam garap antara lain adalah seperti: ide menunjukan film musikal. Sesusai dengan garap, proses garap yang terdiri dari; bahan pernyataan Prastita bahwa film musikal adalah garap, penggarap, perabot garap, sarana film yang mengkombinasikan unsur musik, garap, pertimbangan garap, penunjang garap, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). unsur selanjutnya adalah tujuan garap dan Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi yang terakhir adalah hasil garap. Pendekatan sepanjang film dan biasanya menyatu dengan tersebut diawali dengan pendekatan kwantitatif. cerita (Prastita, 2008 : 18). Hampir setiap Pendekatan ini guna memetakan gending- adegan pada Film Opera Jawa ada lantunan gending – tembang dan garap ilustrasi berikut tembang. Pada awal film saja ada monolog – dan variasi-variasinya. juga berdendang (menyanyi solo) – dari seorang pewarta, Slamet Gundono, yang menarasikan dan membuka kisah Opera Jawa, kisah Dewi

160 Volume 12 No. 2 Desember 2020 Muhammad Nur Salim: Kreativitas Rahayu Supanggah pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho

Sinta. Pada adegan itu ada tokoh Siti (Sinta/ pengganti dialog. Pada posisi inilah judul Atika Sari Dewi) dan Setyo (Rama/ Miroto) Opera Jawa menjadi sangat tepat disematkan “menikah” dengan keduanya memegang hati karena pengertian opera adalah seni panggung babi yang merupakan simbol cinta. yang kata-katanya dinyanyikan. Demikian juga Berpijak dari pendapat yang mengatakan; dengan film ini di mana kata-katanya tidak musik dapat mengekspresikan perasaan, diucapkan secara verbal tetapi melalui idiom kesadaran, dan bahkan pandangan hidup tembang Jawa. (ideologi) seseorang (Tincknell dan Concrich, Musik (karawitan) yang dilibatkan dalam 2006: 144) sehingga musik dalam sebuah film film ini sesuai pengamatan peneliti terdapat 53 lazimnya digunakan untuk mempertegas sebuah musik. Angka tersebut lahir dari pengamatan adegan agar lebih kuat maknanya. Posisi ini jumlah adegan yang ada pada film Opera Jawa.1 menegaskan peran musik – yang dalam hal ini Film ini terbagi pada empat plot besar yang adalah musik gamelan/ karawitan - yang tidak berdasar pada wiracarita Ramayana, yakni hanya sebagai pendukung tetapi berdiri sebagai pertama; Rama dan Sinta Krama (Menikah), media ekspresi. Media ekspresi yang dimaksud kedua; Sinta Colong, Ketiga; Anoman Duta, adalah merujuk pada pengertian bahwa dialog dan keempat ; Sinta Obong. Masing-masing pada Opera Jawa disajikan melalui eskpresi plot dibagi menjadi beberapa adegan. Analisis idiom-idiom seni karawitan; berupa tembang- musikal musik Opera Jawa berangkat dari tembang Jawa – dengan metrum tembang framing tersebut. macapat dan tengahan – maupun yang bebas Hasil dari pengamatan yang telah serta diwadahi dalam berbagai bentuk garap dilakukan – mendengarkan, menganalisa secara karawitan – instrumentasi – , seperti misalnya musikal, menulis bentuk dan garapnya – peneliti pathetan, palaran, maupun vokal tunggal. secara langsung film Opera Jawa maka secara Hal ini merupakan ciri kuat film musikal yang kuantitatif sajian musiknya dapat dikategorikan mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari sebagai berikut. (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita. Pengertian tercermin dalam garapan film Opera Jawa di mana musik (karawitan), lagu (tembang; dialog), koreo (tari dan gerak) melebur menjadi satu. Melihat kehadiran karawitan dalam film ini maka posisi karawitan – seperti halnya musik pada film – terdapat dua posisi, pertama karawitan sebagai ilustrasi adegan dan kedua karawitan sebagai media ekspresi dialog antar tokoh. Dua peran tersebut mempunyai peranan yang berbeda. Karawitan ilustrasi sebagai pendukung dan memperkuat suasana adegan sedangkan karawitan sebagai media dialog mempunyai peran sebagai penyampai pesan dalam film Opera Jawa, baik antar tokoh maupun dari tokoh ke audien. Atau lebih tegas 1 Jumlah adegan yang dimaksud tentu akan bahwa posisi musik pada film Opera Jawa berbeda dengan jumlah adegan dalam sudut pandang menggunakan sarana ekspresi karawitan berikut sutradara. Jumlah yang disampaikan pada penelitian ini adalah jumlah berdasarkan kalkulasi pengamatan peneliti idiom utamanya adalah tembang – sebagai yang kemudian digunakan sebagai bahan analisis musikal film Opera Jawa.

Volume 12 No. 2 Desember 2020 161 Jurnal Penelitian Seni Budaya

Musik No Adegan dan Tokoh Musik Dialog Kesan Musikal Ilustrasi

1 Rumah; Siti Eksplorasi Kegelisahan Gambaran kesibukan 2 Keraton ; Setyo Komposisi Baru Setyo Perkenalan Tokoh Utama. Grimingan Genderan 3 Rumah : Siti, Setyo Pathetan Kasmaran “Suntrut- suntrut” Gagah, 4 Pejagalan : Ludiro Palaran lamba Wibawa, Kuasa Pasar : Anak buah Panik, rusuh, 5 Ludiro, orang-orang Tembang Komposisi Baru kejam pasar, Ludiro

Eksplorasi Simbol Korban 6 Tembang Putra Mistis kematian Koor 7 Rumah : Setyo Lancaran Irama Cerah, suka Pamitan Tanggung, cita. Srepeg dan Lancaran

Pegawai Setyo Tembang Koor (Ibu-ibu) Ceria

8 Rumah : Siti Komposisi Baru Kegelisahan

Pathetan Rumah : Tunggal Sukesi Suasana Kerja, 9 Ada-ada Pegawai 1 ngudarasa Pathetan Sukesi Ludiro Tunggal

Rumah: Siti Palaran Penasaran, 10 Tamu Pria (Konvensional) cemas, galau.

Rajah Kalacakra : Eksplorasi Tegang Tembang 11 Siti dan Lesmana Tunggal Eksplorasi Tegang, Panik, Takut.

162 Volume 12 No. 2 Desember 2020 Muhammad Nur Salim: Kreativitas Rahayu Supanggah pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho

Keceriaan Rumah : Setyo, Siti, 12 dan anak-anak. Tembang Tradisi; Sedih : pamit Pegawai Tunggal tidak kerja Imajinasi Siti Tradisi ; yang digoda 13 Dapur Rumah Siti, Gending Ludiro; ceria, dolanan Lindri bahagia. Romantis- kecewa

Tembang Kecurigaan 14 Kamar Rumah : Siti Setyo- Tunggal-Gending Pathetan Kebimbangan Sekar Tradisi (Nyirig Siti- Nyongklang- Kebahagiaan Rangu-rangu) Ludiro) Melamun Pasar : 15 Tembang Koor Setyo dan Ibu-ibu Ejekan

16 Rumah Siti : Siti Komposisi Baru Bimbang

Taman Rumah Palaran- Ludiro : pathetan- Siti palaran-tembang Kasmaran tunggal- (Ludiro) 17 pathetan- tembang tunggal Ludiro Ada-ada putra Kekecewaan, marah. Siti Pathetan Kecewa

Rumah Setyo : 18 Ada-ada putra Curiga, Setyo Kecewa, Marah Kamar Tidur : 19 Eksplorasi Kegalauan Setyo Tembang 20 Warung : Warga Tunggal-Acapela Ngudarasa Ruang Gerabah : 21 Komposisi Baru Amarah Setyo 22 Lapangan : Ludiro Sorengan Ramai Jalanan; Tegang 23 Komposisi Baru Pembakaran Ketakutan Café – Ludiro dan 24 Pewarta (Slamet Kasmaran, Gundono)

Volume 12 No. 2 Desember 2020 163 Jurnal Penelitian Seni Budaya

Rumah Setyo Kekecewaan; 25 Pathetan Bangkrut Tradisi Ketawang- 26 Pasar : Setyo Sedih Klenangan- Balungan 27 Rumah Sukesi: Tradisi; Ceria Anak-anak dan Pathetan Ketawang Rasa sayang ke Sukesi Rantaya anak

Ludiro Ada-ada Kecewa Komposisi Rumah Siti- 28 Baru-Tembang Penasaran Siti, Lesmana, Tunggal Putri Tembang Rumah Ludiro: Senang, Tunggal Ludiro, Bahagia Pewarta, 29 “Hewan”, Taman : Siti Bahagia Komposisi Baru Imajinasi Siti Sedih Komposisi Baru 30 Kamar gerabah: Setyo Pathetan Kekecewaan, Siti Tembang-Srepeg amarah. 31 Pantai : Tembang Komposisi Baru Marah Setyo Tunggal

Jalanan dan Anoman Obong Komposisi Baru Marah

Rumah Sukesi: Tembang 32 Kekecewaan Sukesi dan Ludiro Pewarta Warung: Tembang 33 Ngudarasa Warga Tunggal-Acapela Lapangan : Pasukan 34 Sorengan Ramai, Riuh Ludiro Jalanan : Ludiro 35 Pathetan Siaga Perang dan pasukan Tradisi 36 Perang Ladrang- Agung Bedhayan. Tembang 37 Rumah Sukesi Sedih Tunggal Jalanan: Korban 38 Perang Eksplorasi Mistis

164 Volume 12 No. 2 Desember 2020 Muhammad Nur Salim: Kreativitas Rahayu Supanggah pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho

Pathetan- Rumah Siti : Komposisi Baru 39 Sedih Siti Pathetan Kekecewaan Ada-ada Pantai : Tembang Sedih dan 40 Siti dan Setyo Tunggal Kecewa

Rumah Sukesi: 41 Sukesi Tembang Eksplorasi Kecewa Sedih Tunggal Pantai : Sukesi, 42 Lesmana dan Warga Eksplorasi Mistis Arak-arakan Pantai: 43 Sukesi Pathetan Kerelaan

Data di atas menunjukan bahwa e). (Menggunakan) gending tradisi 5 setidaknya ada 43 repertoar yang digunakan repertoar Rahayu Supanggah dalam film Opera Jawa baik 5. Karawitan sebagai musik ilustrasi sebanyak musik untuk dialog maupun musik ilustrasi. 25 repertoar dengan rincian garap sebagai 1. Musik yang digunakan terbagi menjadi dua berikut : jenis, yaitu jenis musik untuk dialog antar a). Komposisi Baru 12 repertoar. tokoh dan ilustrasi – penggambaran dan b). Gending Tradisi 7 repertoar. penguatan suasana. c). Eksplorasi 8 repertoar. 2. Dialog antar tokoh selalu dihadirkan melalui tembang yang dalam penyajiannya digarap Musik Ilustrasi : Goyah Komposisi Musik dengan pathetan, palaran, ada-ada, dan tembang tunggal (solo). Masing-masing Baru garap tembang tersebut disajikan dengan berbagai variasi guna mendukung karakter “Komposisi musik baru” pada konteks ini tokoh dan kebutuhan adegan. dimaknai sebagai karya Rahayu Supanggah yang 3. Ilustrasi menggunakan komposisi 1). apabila dilihat dari paradigma karawitan tradisi Gending-gending tradisi Jawa Gaya tidak terdeteksi bentuknya, seperti lancaran, Surakarta, 2) Komposisi “Baru”, 3) Musik ketawang atau ladrang serta kemungkinan eksplorasi. bentuk konvensional lainnya. Meski demikian 4. Musik (Karawitan) sebagai Dialog sebanyak bahan yang digunakan oleh Rahayu Supanggah 28 repertoar dengan rincian garap sebagai dalam menggarap komposisi baru seperti berikut: tetap melibatkan laras gamelan (pelog dan a). Pathetan – dengan berbagai variasi – slendro), pola-pola tradisi seperti imbal, dan 13 repertoar lain sebagainya, tetapi masih terlihat sebagai b). Ada-ada 4 repertoar komposisi baru. Salah satu komposisi yang c). Palaran 4 repertoar mencerminkan suasana di atas salah satunya d). Tembang 12 repertoar adalah komposisi Goyah.

Volume 12 No. 2 Desember 2020 165 Jurnal Penelitian Seni Budaya

Goyah sebagai musik ilustrasi suasana keriuhan pisowanan dalam Kraton di mana 3 6 ! ! z!x@c# z!x.x@x!c6 Setyo ada di dalam keriuhan tersebut. Berikut Pa-pa-ne wong gem - blung notasi balungan (saron dan demung) , slenthem dan gender, gong serta vokal “Komposisi 6 5 3 3 z5c6 6 Ang-gi -ta-ne ma-nyun Goyah” laras slendro karya Rahayu Supanggah. 3 6 ! ! z@c# z@c! Buka Gender : Ngra-kit-a u - ka - ra . 2 3 . y 1 2 g3 Balungan 6 z5c3 3 6 ! ! Ga-lap gang-sul ga-gap ...... 2 323. 2323 .232 3.23 .y.1 .2.3 6 ! @ @ z@c# z!c@ ...3 .23. 2323 123. 3.3. .3.2 .1.2 .3.1 Ga-rapa-ne ka - u .332 .3.. .112 .3.. .332 .3.. .112 .1.. 6 6 ! @ 6 z5c3 ...3 ..33 ...3 ..33 .33. .3.5 .6.. .5.6 a-gal ta-ngeh a-lus .563 .23. .231 .23. 3.35 .3.5 .66. .56. 1 1 2 3 z1c2 z1cy Han-cur sa-sar su-sur 356. 656. 356. 656. 356. 656. .3.5 .6.1 ..11 .11. 1.11 .11. 1.11 .6.1 .2.. .132 Komposisi Goyah merupakan komposisi .132 31.. 3231 3231 ..11 .621 .161 .22. Rahayu Supanggah yang sering disajikan dalam berbagai kesempatan pentas. Terakhir .1y1 .2.. .1y1 .2.. 2.12 .32. 1.23 .253 dipentaskan pada Acara Tribut Rahayu ..33 .23. 2.31 .23. 3.23 .231 .y.. y.yy Supanggah pada 19 September 2019 di Teater Gender-Slenthem Besar ISI Surakarta. Komposisi ini merupakan komposisi dominan vokal putra dengan dua y 2 3 . 2 . 2 3 . 2 3 . y 1 2 3 melodi yang berbeda, melodi balungan yang 2 . 2 3 . 2 3 . 2 . 1 2 . y . 1 berbeda serta gong dan kempul serta slenthem. y 2 3 . 1 2 3 . y 2 3 . 3 2 1 . Dominasi tersebut menjadikan Goyah berkesan sangat kompleks. Komposisi ini diawali dengan 3 . 2 3 . 2 3 . 3 . 3 5 . 6 6 . buka ricikan gender kemudian diikuti oleh . 5 6 3 . 5 . 6 . 3 . 5 6 . 6 1 semua ricikan lain beserta vokal. Vokal tidak . 6 2 1 6 2 1 . 1 . 6 1 . 2 . 1 terikat ritme seperti instrument lainnya, tetapi 2 y 2 1 2 y 2 1 y . y 1 2 3 1 2 setiap akhir lagu diperkirakan selalu bersama 3 5 6 2 3 5 6 2 3 5 6 2 5 6 5 3 dengan seleh-seleh gong sehingga kesan anteb, semelehnya terbangun. Komposisi Goyah 5 2 3 . 2 . 1 . 3 . 1 2 . 1 . y disajikan satu kali putaran vokal. Hubungannya Tembang Koor Putra dengan adegan pada film menggambarkan kegiatan Setyo sebagai abdi dalem keraton berikut segala kesibukannya termasuk upacara- 2 3 y z1x2c3 3 3 upacara yang melibatkan tari-tarian dan arak- Ra-sa ri - si re-sah arakan. Tidak ada hubungan secara khusus 3 3 3 z2c3 3 zz2c1 dalam adegan ini antara musik dan adegan. Pada Sa-ne-pa ne mu-la sudut pandang ini, komposisi Goyah berdiri sebagai musik ilustrasi untuk mengantarkan film y z2c3 3 3 3 z2c1 pada adegan selanjutnya. u – pa - ma-ne pang-gung

166 Volume 12 No. 2 Desember 2020 Muhammad Nur Salim: Kreativitas Rahayu Supanggah pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho

A. Musik Dialog : Garap Pathetan melodi “suntrut-suntrut” di atas tepat disajikan Menggambarkan suasana kebahagiaan saat adegan ciuman bibir Setyo dan Siti. Kesan Setyo dan Siti. Musik diawali dari grimingan romantik hadir pada adegan ini. Ketika pathetan gender laras slendro. Grimingan pada karawitan digunakan sebagai dialog, maka “bunyi” yang tradisi Jawa gaya Surakarta digunakan sebagai hadir adalah; penggambaran kemesraan Setyo pengantar bagi vokal dan tanda bahwa setelahnya dan Siti. Seperti teks dialognya, di mana artinya akan ada gending atau tembang. Grimingan adalah; ketika bumi tidak lagi bersahabat dengan biasanya disajikan gender dengan mengambil mereka, maka hanya cinta, kesetiaan dan doa bagian akhir genderan pathetan. Setelah yang ada. Hal tersebut adalah adaptasi dari cerita grimingan selesai, kemudian terjadi dialog Ramayana pada bagian Rama dan Sinta yang antara Setyo dan Siti melalui tembang yang diusir dari negaranya. Pathetan pada bagian digarap pathetan. Pathetan adalah instrumentasi ini adalah dialog secara musikal, sedangkan yang dibangun dengan ricikan rebab, gender, “suntrut-suntrut” adalah ilustrasi adegan. gambang dan suling. Semua instrumen mengacu Pada bagian ilustrasi inilah musik dan adegan pada melodi yang dibangun oleh rebab. Bila terkesan menyatu. Hal ini tidak dapat lepas terdapat vokal – dalang/ penari – maka semua dari kesan rasa musikal “suntrut-suntrut” yang instrument yang disebutkan di atas mengacu bernuansa “kemayu-tregel” (centil & lincah). pada lagu vokalnya. Pada kasus ini dialog Kesan musikal itulah yang digunakan sebagai pemeran menjadi acuan utama pada pathetan. ilustrasi. Rahayu Supanggah menggunakan Berikut notasi yang dimaksud; bagian dari repertoar gending tradisi gaya Surakarta – Gendhing Lambangsari – sebagai Setyo ilustrasi adegan film dengan mengambil , suasana yang selaras. Keselarasan terbangun 2 3 3 3 3 5 6 3 3 z2c1 3 6 ! ! ! ! ! ! ! ! z!c6 z!c@ Na-li-ka le-mah wis ra ngu-ri-pi a-ku lan ko-we ka-ya ra-ma lan sin - ta karena Lambangsari merupakan gending merepresentasi atau menjadi romantisme laki- 6 5 3 3 3 3 3 3 3 z5c3 z2c1 laki dengan perempuan. Hal inilah yang diambil kang ka-sing-kir sa-ka bu-mi-ne dhe-we Rahayu Supanggah untuk kemudian digunakan sebagai ilustrasi adegan kemesraan antara Siti Setyo & Siti dan Setyo. Setelah adegan di atas selesai, musik galeman belum selesai masuk pada adegan y 1 2 2 2 2 z2c1 z2c3 1 1 1 1 1 z1cy z1c2 “Ludiro di Pejagalan” (Tempat Penyembelihan sing i-seh mung ka-tres-nan, pan-do-nga lan ka-tres-nan Hewan; sapi). Pathetan di atas dilanjutkan dengan melodi B. Musik Dialog : Garap Palaran Ludiro di “Suntrut-suntrut” di mana melodi ini merupakan Pejagalan bagian khas gending Lambangsari Laras Adegan ini merupakan adegan perkenalan Slendro Pathet Manyura. Bagian ini disajikan tokoh Ludiro pada film ini. Tokoh yang mewakili oleh ricikan gender, slenthem, gambang dan karakter Rahwana, seperti halnya Rahwana pada gong suwukan. Berikut melodi “Suntrut- cerita Ramayana, diperkenalkan dengan nuansa suntrut”. kegagahan dan kewibawaan serta kekuasaan. Hal tersebut secara visual tampak pada kostum Ludiro yang telanjang dada, rambut panjang . . jy12 j.1j21j231 . . j21y j.21 . g. terurai, serta pilihan gerak dengan presentasi maskulinitas. Hal ini berbeda dengan tokoh . . jy12 j.1j21j231 . . j21y j.21 . jg.y Setyo dan Siti yang cenderung kalem, apa adanya serta menyimbolkan kesederhanaan. j1yj1yj12j33j33j.yj123 . 2 . 1 . 2 . gy Nuansa kegagahan, kewibawaan, dan

Volume 12 No. 2 Desember 2020 167 Jurnal Penelitian Seni Budaya

kekuasaan yang ada pada tokoh Ludiro tentu Palaran pada konvensi tradisi karawitan juga berbanding lurus dengan musik yang Jawa Gaya Surakarta terutama pada sajian digunakan Rahayu Supanggah pada adegan klenengan dimainkan oleh ricikan garap; ini. Adapun garap yang digunakan untuk dialog gender, gender penerus, kendang, siter, gambang Ludiro adalah garap palaran lamba atau dalam dan ricikan struktural; kenong, kethuk, kempul konvensi garap karawitan disebut palaran dan gong. Semua instrumen mengacu pada lagu saja. Perlu diketahui juga bahwa palaran dapat vokal kemudian seleh-seleh lagunya dikomando disajikan dengan dua jenis irama yaitu irama oleh kendang dengan pola kendangan kawahan lamba dan rangkep. Untuk membangun nuansa untuk kemudian diteruskan gong pada akhir gagah, biasanya menggunakan palaran irama kalimat lagu guna memperkuat kesan seleh. lamba. Pun juga dalam adegan ini. Meski Rahayu Supanggah sengaja mendistorsi demikian tidak berarti bahwa garap palaran beberapa instrument seperti siter, kendang, merepresentasikan kegagahan. Palaran pada gambang dan gender penerus. Hal ini bukannya sudut pandang ini adalah medium dialog dari tanpa pertimbangan. Eliminasi alat musik yang tokoh. Artinya, palaran dapat juga digarap dimaksud mempertebal dan mempertegas guna membangun rasa sedih, riang, serta kesan kesan gagah. Hal ini dikarenakan ricikan musikal lainnya. Unsur kegagahan pada adegan siter, gambang, dan gender penerus pemberi ini tidak dibangun oleh faktor tunggal tetapi kesan ramai. Sehingga apabila instrumen ini dibentuk dengan berbagai unsur yang semuanya tetap dilibatkan berpotensi mengurangi kesan merujuk pada karakter; gagah, wibawa dan – gagah, wibawa dan kuasa pada tokoh Ludiro. memiliki – kuasa. Unsur tersebut antara lain Kendang tidak hadir pada garapan musik adegan adalah nuansa adegan, karakter tokoh, dan Ludiro, kemungkinan karena pertimbangan; tentu suasana musik yang dipilih – termasuk tanpa kendang yang pada palaran sebagai teks/ syair. penjaga tempo terwakili oleh virtuositas para Rahayu Supanggah pada adegan ini pemusiknya sehingga tempo tidak menjadi menggunakan palaran sebagai medium dialog masalah. Semua instrumennya mengacu tokoh Ludiro. Berikut notasi tembang tokoh pada lagu yang dibawakan oleh tokoh Ludiro Ludiro. termasuk di dalamnya menafsir seleh-seleh kalimat lagunya tanpa harus dikawahi oleh 3 3 # # # ! @ 6 z5c3 A -ku te-tes ing ge-tih i - bu kendang. Palaran ini nantinya menjadi medium 3 6 ! z!c@ 6 3 z3c5 z3c2 Sa-ka o –tak mu-dhun ba - dan dialog tokoh yang sering digunakan Rahayu Supanggah dalam menggarap Film Opera Jawa 6 6 ! @ 6 z5c3 Ge-tih sing nun-tun-ku tentu dengan berbagai variasi garap termasuk di dalamnya pengurangan – dan penambahan 1 zyc1 2 3 z1c2 z1cy Da-di ti-tah a - gung – instrumen, tetapi masih dapat dideteksi bahwa itu adalah (bentuk) palaran melalui 3 6 ! ! @ # # z@c! a-ku pa ngwa sa ning do-nya instrumentasinya. Melihat analisa musik di atas Rahayu ! /@ z6c! 6 z/5c6 z6x/!c6 z/5c3 sa-pa ndu-wa ka- rep - ku Supanggah tidak dapat dipungkiri mempunyai kemampuan karawitan yang sangat baik – baik # # # z!x/@c# ! /@ 6 z/5c3 da-ga-ngan-ku ku -a- sa-ku praktik dan teori. Endapan pengalaman Rahayu Supanggah benar-benar tampak dari; pertama 0 0 1 1 1 2 3 z1c2 z1cy cara Rahayu Supanggah memilih gending- le-bur ra-na ge-tih nga - wak-ku gending tradisi yang dinilai serasa dengan adegan 5 5 z3x5c6 z3c5 z3c2 film hingga menjadikan adegan dan musiknya wu-tah ing le - mah benar-benar menyatu satu dengan yang lain.

168 Volume 12 No. 2 Desember 2020 Muhammad Nur Salim: Kreativitas Rahayu Supanggah pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho

Kedua, aransemen yang Rahayu Supanggah Mustikawati, Siti Dwi. 2014. “Representasi lakukan adalah ‘dilakukan oleh orang yang Kultural Tokoh Siti dalam Film Opera benar-benar menguasai karawitan”. Hal ini Jawa; Sebuah Analisis Semiotika”. tampak pada banyaknya variasi garap setiap Yogyakarta: Skripsi Program Studi dialog yang dilakukan tokoh. Meski digarap Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Politik pada garap palaran misalnya, Rahayu Supanggah Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. dapat menambah dan juga mengeliminir Novianto, Wahyu. 2015. “Multikulturalisme instrument dengan tepat sehingga sesuai dengan dalam film Opera Jawa Sutradara Garin adegan. Ketiga, Rahayu Supanggah benar-benar Nugroho. Jurnal Etnograf/ Vol. XV/ No. menggunakan karawitan tidak hanya sebatas 1/ 2015/ 1-72 Institut Seni Indonesia medium ungkapnya (gamelan) tetapi sekaligus Surakarta. menggunakan konsep-konsep musikalnya yang “ngrawiti” serta meleburkannya dalam satu Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. adegan dengan film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Simpulan Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umunya. Yogyakarta: Penelitian ini merupakan penelitianb Pustaka Pelajar. awal (embrio) untuk menjelajahi kreativitas Rahayu Supanggah ketika membuat musik Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan film. Lebih awal peneliti menggaris bawahi hal II : Garap . Surakarta: ISI Press. tersebut karena beberapa keterbatasan seperti Widoretno, Yudith. 2015.“Analisis Spotting waktu dan sumber daya manusia sehingga Musik pada Film ”. Yogyakarta: penelitian ini tidak maksimal. Skripsi Jurusan Musik, Fakultas Seni Namun tujuan penelitian ini bukannya Pertunjukan, Institut Seni Indonesia. tidak menghasilkan. Paling tidak penelitian ini akan membuka wacana bagi para peneliti Webtografi musik khususnya karawitan untuk semakin berkeinginan untuk “membaca” karawitan “dari www.filmindonesia.co.org. dalam”. Apa yang dilakukan Rahayu Supanggah https://id.wikipedia.org/wiki/Film_musikal telah membuka ruang baru bagi karawitan agar supaya tidak nyaman sebagai seni pertunjukan https://id.wikipedia.org/wiki/Opera_Jawa semata tetapi karawitan dapat hadir menjadi musik film yang akhirnya juga membuka kemungkinan musik Nusantara lainnya untuk juga berdiri sebagai musik film, nantinya.

Kepustakaan

Belasunda, Riksa, Acep Iwan Saidi, dan Imam Sudjudi. 2014. “Hibriditas Medium pada Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho sebagai Sebuah Dekonstruksi”. Bandung: J. Vis. Art & Des, Vol. 6, No. 2, Institut Teknik Bandung. Halaman 108- 129.

Volume 12 No. 2 Desember 2020 169