PANDUAN AGENDA DAN PROGRAM

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN

MASYARAKAT LIMNOLOGI 2019

TEMA: Penguatan Peran Limnologi Dalam Pemulihan Fungsi Ekosistem Perairan Darat

Gedung Kusnoto LIPI Bogor

Buku Panduan dan Kumpulan Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan 2019

MASYARAKAT LIMNOLOGI INDONESIA (MLI)

TEMA: “Penguatan Peran Limnologi Dalam Pemulihan Fungsi Ekosistem Perairan Darat”

Gedung Kusnoto LIPI, Bogor 30 Agustus 2019

1

Daftar Isi

Cover ...... 1 Daftar Isi ...... 2 Sambutan Prof. Dr. Zainal Arifin, M.Sc. (Peneliti Utama Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) ...... 4 Sambutan Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia ...... 7 Laporan Ketua Panitia Kongres-PIT MLI 2019 ...... 10 Susunan Panitia Kongres dan Pertemuan Ilmiah Tahunan .... 13 Sejarah Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) ...... 15 Program Kegiatan MLI ...... 16 Susunan Acara Kongres dan PIT MLI 2019 ...... 17 Susunan Acara Sesi Paralel 1 ...... 18 Susunan Acara Sesi Pararel 2 ...... 19 Susunan Acara Sesi Pararel 3 ...... 21 Susunan Acara Diskusi Pakar ...... 22 Denah Lokasi Kegiatan di Gedung Kusnoto ...... 24 Abstrak Pembicara Kunci (Keynote Speaker) ...... 26 Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Presentasi Oral Paralel 1.... 29 Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Presentasi Oral Paralel 2.... 40 Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Presentasi Oral Paralel 3.... 52 Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Diskusi Pakar ...... 64

2

Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Poster ...... 70 Susunan Kepengurusan Masyarakat Limnologi Indonesia ..... 96

3

Sambutan Prof. Dr. Zainal Arifin, M.Sc. (Peneliti Utama Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Yang kami hormati:

1. Kepala. Pusat Penelitian Limnologi LIPI 2. Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Air-Kemen. PUPR 3. Para pakar Limnologi 4. Anggota Istimewa MLI, Bapak Dr. Anugerah Nontji 5. Pembicara Utama 1, Dr Evi Irawan dari BPPTP DAS Solo 6. Pembicara Utama 2, Hj. Chaerudin (Babeh Idin) dari Sanggabuana, pendekar Sungai Pesanggrahan 7. Pembicara Utama 3, Bapak Dwi Handaya, M.K3 (Ketua Umum idwa.or.id Indonesian Water Association) 8. Para tamu undangan yang berbahagia

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Pertama marilah kita panjatkan puji Syukur Kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya sehingga kita bisa dapat bertemu di acara Pertemuan Ilmiah Tahunan, Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) 2019,

Ibu dan bapak para tamu undangan yang berbahagia.

Pertemuan ini adalah forum yang sangat berguna sebagai forum untuk bertukar pikiran antar pemangku kepentingan terkait dengan isu-isu limnologi di Indonesia. Limnologi merupakan ilmu tentang perairan darat yang mencakup

4

danau, sungai, termasuk pasang surut muara. Peran Limnologi sangat diharapkan dalam menyelesaikan masalah-masalah terkait perairan darat tersebut di Indonesia.

Masyarakat Limnologi Indonesia sebagai organisasi profesi diharapkan mampu berperan dalam memberikan masukan kepada para pemangku kepentingan terkait perairan darat di Indonesia. Kita mempunyai cukup banyak organisasi profesi, contohnya pada bidang pendidikan saja kita mempunyai lebih dari 70 organisasi profesi, baik yang bersifat nasional maupun lokal. Sedangkan khusus untuk peneliti kita mempunyai HIMPENINDO (Himpunan Peneliti Indonesia), yang berkaitan dengan profesi peneliti, diantaranya Masyarakat Ikhtiologi Indonesia, Masyarakat Akuakultur Indonesia, Perhimpunan Biologi Indonesia, Asosiasi Sarjana Oseanografi Indonesia, Fisika, Hidrologi, dll.

Kebijakan pemerintah terhadap organisasi profesi ini adalah mendorong agar dapat memberi masukkan terhadap percepatan pembangunan nasional. Baik pembangunan fisik maupun mental bangsa ini. Selain itu juga mengharapkan terjadinya pembinaan peningkatan kompetensi sumber daya manusia masyarakat Indonesia.Khususnya di bidang riset dan pendidikan kontribusi organisasi profesi ini diharapkan akan dapat membantu untuk meningkatkan hasil inovasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Khusus untuk MLI ini, yang usianya masih relatif muda kami berharap agar dapat:

5

1.Memberi masukan informasi tentang kajian, inovasi, dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan ekosistem perairan darat 2.Memberikan kontribusi terhadap program prioritas nasional bidang penyehatan Danau 3.Meningkatkan kompetensi SDM anggota MLI 4.Memasyarakatkan hasil-hasil penelitian dan kajian kepada masyarakat pengguna 5.Menjaga kelangsungan ekosistem perairan darat.

Bapak Ibu para tamu undangan yang berbahagia.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas seluruh partisipasi dari peserta dan panitia dalam melaksanakan pertemuan Ilmiah Tahunan dan Kongres Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) kali ini. Saya mohon maaf atas kekhilafan saya. Bersamaan dengan ini maka Kongres dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) yang ke 4 saya nyatakan di buka (ketok palu).

Demikian sambutan saya ini, semoga bermanfaat dan menjadi penambah semangat para bapak iabu sekalian dalam mengikuti acara Pertemuan Ilmiah tahunan ini.

Sekian terima kasih Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bogor, 30 Agustus 2019 Prof. Dr. Zainal Arifin, M.Sc.

6

Sambutan Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia

Yang kami hormati: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin, Peneliti Utama Pusat Oseanografi LIPI 2. Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI 3. Anggota Istimewa MLI, Bapak Dr. Anugerah Nontji 4. Para pakar Limnologi 5. Pembicara Utama 1, Dr Evi Irawan dari BPPTP DAS Solo 6. Pembicara Utama 2, Hj. Chaerudin (Babeh Idin) dari Sanggabuana, Pendekar Sungai Pesanggrahan 7. Pembicara Utama 3, Bapak Dwi Handaya, M.K3 (Ketua Umum idwa.or.id Indonesian Water Association) 8. Para tamu undangan yang berbahagia

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama marilah kita panjatkan puji Syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya sehingga kita dapat bertemu di acara Pertemuan Ilmiah Tahunan, Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI). Pertemuan ini diagendakan menjadi pertemuan rutin yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Pada pertemuan tahun 2019 ini kami mengambil tema ”Penguatan Peran Limnologi Dalam Pemulihan Fungsi Ekosistem Perairan Darat”.

Ibu dan Bapak para tamu undangan yang berbahagia.

7

Pertemuan ilmiah ini bertujuan: mendiskusikan dan tukar informasi mengenai hasil-hasil penelitian bidang limnologi terkini di Indonesia, menginformasikan hasil-hasil penelitian kepada para pemangku kepentingan, serta diharapkan dapat menghasilkan suatu konsep dan timbangan ilmiah dalam pengelolaan sumber daya perairan darat yang berkelanjutan.

Kondisi perairan darat di Indonesia pada saat ini terus mengalami tekanan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk, yang semuanya membutuhkan air untuk segala aktivitas hidupnya. Sementara itu jumlah atau volume air pada dasarnya tetap. Hal ini menimbulkan terjadinya penurunan kualitas sumber daya air yang tersedia. Dalam kondisi tersebut peran dan kontribusi IPTEK sangat diperlukan untuk menghasilkan inovasi untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan peningkatan kualitas sumber daya perairan.

Bapak, Ibu dan para tamu undangan yang kami banggakan.

Peran organisasi profesi dalam perkembangan yang akan datang diharapkan akan lebih nyata. Masyarakat Limnologi Indonesia yang berdiri pada tahun 2012 ini akan dapat lebih banyak berkontribusi terhadap perkembangan ilmu limnologi baik yang bersifat dasar maupun terapan. Sehingga akan dapat terwujudnya pengelolaan sumber daya perairan yang berkelanjutan dan lestari. MLI, dengan anggota yang sangat beragam baik dari latar belakang pendidikan maupun profesinya diharapkan akan dapat memberikan warna dan

8

arah kebijakan yang akan diambil oleh para pengambil keputusan yang berkaitan dengan bidang perairan darat.

Ibu, bapak dan para hadirin yang berbahagia.

Pada kesempatan ini ijinkan kami mengucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. Zainal Arifin, M.Sc, bapak Kepala Pusat Penelitian Limnologi, para pembicara kunci, para pemakalah, para senior anggota MLI, para pakar limnologi dan seluruh tamu undangan, yang telah berpartisipasi dalam kegiatan Pertemuan Ilmiah tahunan MLI ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada teman- teman panitia yang telah mempersiapkan acara ini dengan semangat dengan waktu yang sangat singkat. Kami mohon maaf apabila terdapat kekhilafan dalam sambutan ini. Sekian kami ucapkan selamat berdiskusi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi terjaganya ciptaan Tuhan ini.

Sekian terima kasih Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bogor, 30 Agustus 2019 Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) Dr. Hidayat

9

Laporan Ketua Panitia Kongres-PIT MLI 2019

Bismillahirrahmanirrahim,

Yang kami hormati: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin, Peneliti Utama Pusat Oseanografi LIPI 2. Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI 3. Anggota Istimewa MLI, Bapak Dr. Anugerah Nontji 4. Para pakar Limnologi 5. Pembicara Utama 1, Dr Evi Irawan dari BPPTP DAS Solo 6. Pembicara Utama 2, Hj. Chaerudin alias Babeh Idin dari Sanggabuana, Pendekar Sungai Pesanggrahan 7. Pembicara Utama 3, Bapak Dwi Handaya, M.K3 (Ketua Umum idwa.or.id Indonesian Water Association) 8. Para tamu undangan yang berbahagia

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dilimpahkan kepada kita semua. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kita dapat berkumpul dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia (PIT-MLI) tahun 2017. Panitia mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta PIT-MLI 2019 di Bogor.

PIT-MLI merupakan agenda rutin Masyarakat Limnologi Indonesia. PIT-MLI tahun 2019 ini bertema “Penguatan Peran Limnologi Dalam Pemulihan Fungsi Ekosistem Perairan Darat”. Pemilihan tema ini dilatarbelakangi penurunan kondisi

10

sebagian perairan darat di Indonesia akibat berbagai tekanan yang antara lain berasal dari faktor antropogenik. Untuk itu peran Limnologi sebagai keilmuan merupakan salah satu faktor penentu pemulihan kondisi perairan darat sebagai komponen penting penunjang kehidupan di muka bumi.

PIT MLI kali ini merupakan pertemuan ilmiah sekaligus kongres keempat yang digelar Masyarakat Limnologi Indonesia sejak tahun 2013. Sebanyak 49 makalah dalam bentuk presentasi oral dan poster akan didiskusikan hari ini sesuai dengan topik- topik yang diangkat yaitu: Karakteristik Lingkungan (Fisika, Kimia) Perairan Darat, Karakteristik Lingkungan (Biologi) Perairan Darat, Teknologi Pengelolaan Perairan (Pengelolaan Limbah, Ekoteknologi, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh; Big Data dan Pemodelan Decision Support System), dan 21 makalah yang akan dipresentasikan dalam bentuk poster. Para pemakalah dan peserta berasal dari berbagai lembaga penelitian, instansi pemerintah, dan perguruan tinggi antara lain: LIPI, IPB, Unikal Pekalongan, BLUPPB KKP Karawang, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Unsoed, Undip, Unpad, ITB, PUPR, KLHK. Selain presentasi oral dan poster, pada PIT-MLI 2019 diskusi pakar Pembahasan Grand Design Penelitian Limnologi Dalam Mendukung Visi Indonesia 2045 (4 makalah) yang diikuti Pusat Sumberdaya Air PUPR, Pusat Oseanografi LIPI, Sub Direktorat Pencemaran KLHK, FPIK Unpad, FPIK IPB, Badan Restorasi Gambut.

Hadirin yang kami muliakan,

11

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi mendukung terselenggaranya PIT-MLI tahun 2019. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini. Akhir kata, kami mengucapkan selamat mengikuti Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat Limnologi Indonesia 2019, semoga PIT-MLI ini membuahkan pemikiran yang bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan bidang limnologi dan solusi untuk permasalahan perairan darat di Indonesia.

Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, 30 Agustus 2019 Ketua Panitia Pelaksana Kongres-PIT MLI 2019 Taofik Jasalesmana, M.Si

12

Susunan Panitia Kongres dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Masyarakat (PIT) Limnologi Indonesia 2019

Steering Committee: Prof. Dr. Gadis Sri Haryani Dr. Anugrah Nontji Dr. Tri Widiyanto, M.Si Dr. Ir. Fauzan Ali, M.Sc Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc Scientific Committee: Dr. Ir. R. Gunawan P. Yoga, M.Sc. (Ketua) Dr. Ir. Lukman, M.Si Dra. Djamhuriyah, M.Si Dr. Cynthia Henny, M.Sc Ir. Fachmijany Sulawesty Dr. Iwan Ridwansyah, M.Sc Dr. Niken TM Pratiwi, M.Si Sunardi, M.Sc, Ph.D Dr. Evi Susanti, M.T Nina Hermayani Sadi, S.Si, M.Si Guruh Satria Ajie, S.Si, M.Sc Yuli Sudriani, S. Kom., M.MSi

Panitia Pelaksana Ketua: Taofik Jasalesmana, M.Si Sekretaris: I Gusti Ayu Agung Pradnya Paramitha, S.Pd., M.Si Irma Melati, M.Si Bendahara: Sugiarti, S.Si., M.Si Seksi Acara: Aan Dianto, S.T Haiatus Shohihah, S.Si Dwi Febrianti, M.Si

13

Seksi Pubdekdok: Dewi Verawati Agus Waluyo, S.Pi Seksi Logistik: Aiman Ibrahim, S.Si., M.Si Aldiano Rahmadya, M.Si Ahmad Yusuf Afandi, M.Si Seksi Konsumsi: Imroatushshoolikhah, M.Si Denalis Rohaningsih, M.T

14

Sejarah Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI)

1990 Embrio awal organisasi dengan pembentukan Perhimpunan Ahli Limnologi Indonesia (PALI) yang diinisiasi oleh akademisi LIPI, DPMA- Departemen PU, Balitkanwar-Departemen Pertanian dan IPB 2011 Rintisan pembentukan Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) 13 Januari 2011 Wacana dari Dr. Anugerah Nontji saat hari ulang tahun Puslit Limnologi-LIPI untuk membentuk organisasi bagi masyarakat Limnologi di Indonesia Juni 2012 Diskusi pembentukan AD/ART organisasi dengan perwakilan dari akademisi LIPI, IPB, Unpad dan Kementrian Kelautan dan Perikanan 16 Juli 2012 Pendeklarasian pendirian organisasi Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) bersamaan dengan Seminar Nasional Limnologi VI dengan ketua Dr. Tri Widianto 18 Juli 2012 Pendaftaran akta notaris MLI 21 November 2013 Pra Kongres MLI I Desember 2013 Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI I Desember 2015 Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI II 2017 Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI III

15

Program Kegiatan MLI

MLI melaksanakan agenda yang memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam rangka berorganisasi untuk meningkatkan keilmuan dan menumbuhkan kepedulian bagi kelestarian ekosistem perairan darat di Indonesia. Adapun kegiatannya adalah antara lain: • Kongres MLI • Pertemuan Ilmiah Tahunan • Publikasi Ilmiah • Masukan kebijakan • Konsultasi/Training/Workshop • Sosialisasi dan penumbuhan peran serta masyarakat

Prosedur pendaftaran anggota MLI Setiap komponen masyarakat di Indonesia dapat bergabung dalam MLI dan akan memperoleh kartu anggota dengan mendaftarkan diri ke sekretariat MLI. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melaui kontak yang tersedia di bawah ini

Sekretariat MLI Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Research Centre for Limnology-Indonesian Institute of Sciences Jl.Raya Bogor Km.46 Cibinong 16911 Bogor Telp/Fax. (+62) 021-8757071/021-8757076 Contact E-mail: [email protected]

16

Susunan Acara Kongres dan PIT MLI 2019

WAKTU ACARA 07.00-08.30 Registrasi Peserta 08.30-08.40 Pembukaan Menyanyikan Lagu Indonesia Raya 08.40-08.55 Penyambutan Selamat Datang (Parade Pencak Silat) 08.55-09.00 Pembacaan Do’a 09.00-09.05 Laporan Ketua Panitia 09.05-09.10 Sambutan Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) 09.10-09.25 Sambutan Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI 09.25-09.30 Foto Bersama 09.30-10.00 Sesi Poster + Coffee break 10.00-11.25 Sesi Pembicara Kunci (Keynote Speaker) 10.00-10.25 Keynote Speaker 1 (Evi Irawan, Dr. rer. agr., S.P., M.Sc.) 10.25-10.50 Keynote Speaker 2 (Chaerudin-Babeh idin) 10.50-11.15 Keynote Speaker 3 (Dwi Handaya, Ir., M.K3) 11.15-11.25 Tanya Jawab 11.25-11.30 Penyerahan Cindera Mata 11.30-13.30 ISHOMA 13.30-15.40 Sesi Paralel 13.30-15.40 Presentasi Oral Paralel 1: Karakteristik lingkungan (fisika, kimia) perairan darat 13.30-15.40 Presentasi Oral Paralel 2: Karakteristik lingkungan (biologi) perairan darat 13.30-15.40 Presentasi Oral Paralel 3: Teknologi pengelolaan perairan (pengelolaan limbah, ekoteknologi, sistem informasi geografis dan penginderaan jauh; big data dan pemodelan decision support system) 13.30-15.40 Diskusi Pakar: Pembahasan Grand Design penelitian Limnologi dalam mendukung visi Indonesia 2045 15.40-16.00 Sholat 16.00-16.30 Rumusan 16.30-16.45 Penutup

17

Susunan Acara Sesi Paralel 1 Karakteristik Lingkungan (Fisika, Kimia) Perairan Darat

Tempat : Ruang Seminar 2 Lt.5 Gedung Kusnoto LIPI Moderator : Reliana L Toruan, M.Sc. Notulen : Nurul Setia Dewi, S.T

WAKTU ACARA 13.30 - 15.40 Presentasi Oral Paralel 1 13.30 - 13.40 Presenter 1 Penilaian Kondisi Kualitas Air Habitat Ikan Sidat (Anguilla spp.) Di Rawa Pesisir Muara Sungai Cimandiri Sukabumi Jawa Barat (Triyanto, dkk) 13.40 - 13.50 Presenter 2 Dinamika Status Mutu Kualitas Air Sungai Mahakam (Mislan, dkk) 13.50 - 14.00 Presenter 3 Kualitas Air Dan Status Trofik Perairan Danau Siais, Sumatera Utara (Aiman Ibrahim, dkk) 14.00 - 14.10 Presenter 4 Pendugaan Tingkat Pencemaran Perairan Melalui Pendekatan Fisika- Kimia Dan Biologi Di Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk (Ayu Ika Pratiwi, dkk) 14.10-14.30 Tanya Jawab 14.30-14.40 Coffee break 14.40 - 14.50 Presenter 5 Status Mutu Air Waduk Wadaslintang Secara Horisontal Dan Vertikal Serta Kaitannya Dengan Musim (Agatha Sih Piranti, dkk) 14.50 - 15.00 Presenter 6 Tingkat Kesuburan Waduk Sei Gesek, Pulau Bintan, Kepulauan Riau (Winny Retna Melani, dkk) 15.00 - 15.10 Presenter 7 Karakteristik Fisika-Kimia Danau Lukuk Dan Danau Belaram, Taman

18

Nasional Danau Sentarum (TNDS), Barat" (Siti Aisyah, dkk) 15.10 - 15.20 Presenter 8 Analisis Sebaran Residu Organoklorin dan Organophosphat di perairan dan tambak Brebes (Benny Diah Madusari, dkk) 15.20-15.40 Tanya Jawab

Susunan Acara Sesi Pararel 2 Karakteristik Lingkungan (Biologi) Perairan Darat

Tempat : Ruang Seminar 3 Lt.5 Gedung Kusnoto LIPI Moderator : Sekar Larashati, PhD Notulen : Novi Mayasari, M.Si.

WAKTU ACARA 13.30 - 15.40 Presentasi Oral Paralel 2 13.30 - 13.40 Presenter 1 Profil Populasi Udang Regang (Macrobrachium sintangense) Asal Majenang, Jawa Tengah" (Djamhuriyah S. Said, dkk) 13.40 - 13.50 Presenter 2 Hubungan Kelimpahan Plankton Dengan Kelimpahan Ikan Di Waduk Penjalin Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Nuning Setyaningrum, dkk) 13.50 - 14.00 Presenter 3 Struktur Komunitas Perifiton Epilitik Pada Aliran Sungai Di Senggarang, Pulau Bintan (Tri Apriadi, dkk) 14.00 - 14.10 Presenter 4 Karakteristik Dan Perubahan Temporal Fitoplankton Di Tiga Situ

19

Kota Cibinong, Jawa Barat (Sulastri, dkk) 14.10 - 14.30 Tanya Jawab 14.30 - 14.40 Coffee break 14.40 - 14.50 Presenter 5 Suksesi Fitoplankton Di Habitat Semi Eksitu Ikan Bada, Nagari Batang - Kabupaten Agam (Fachmijany, dkk) 14.50 - 15.00 Presenter 6 Kinerja Pertumbuhan dan Kualitas Air Pada Budidaya Udang Vaname dengan Teknik Bioremediasi Di Tambak Udang Karawang (Warih Hardanu, dkk) 15.00 - 15.10 Presenter 7 Keterkaitan Suksesi Fitoplankton dengan Kualitas Air di Danau Garden House, Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara (Sisi Meisiana, dkk) 15.10 - 15.20 Presenter 8 Deteksi Bakteri Pada Cherax quadricarinatus Berdasarkan Pendekatan Molekuler Dari Perairan Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Agus Alim Hakim, dkk) 15.20 - 15.40 Tanya Jawab

20

Susunan Acara Sesi Pararel 3 Teknologi Pengelolaan Perairan (Pengelolaan Limbah, Ekoteknologi, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh; Big Data dan Pemodelan Decision Support System)

Tempat : Ruang Seminar Utama Lt.6 Gedung Kusnoto LIPI Moderator : Hadiid Agita Rustini, S.Si., M.T Notulen : Fajar Sumi Lestari, S.Si

WAKTU ACARA 13.30 - 15.40 Presentasi Oral Paralel 3 13.30 - 13.40 Presenter 1 Studi Penyisihan Senyawa Nitrogen dalam Reaktor Fixed Bed Dengan Menggunakan Zeolit Alam (Eka Prihatinningtyas, dkk) 13.40 - 13.50 Presenter 2 Pengaruh Media Limbah Cair Tapioka Dengan Konsentrasi Nacl Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Lipid Navicula sp. (Dwi Sunu Widyartini, dkk) 13.50 - 14.00 Presenter 3 Pembuatan Test Kit “Smart Kit” Fosfat Untuk Usaha Budidaya Perikanan (Ellis Mursitorini, dkk) 14.00 - 14.10 Presenter 4 Pengaruh Nano Bubble Terhadap Performa Perkembangan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio, Linn) Di Balai Benih Ikan Samosir (Syahroma Husin N, dkk) 14.10-14.30 Tanya Jawab 14.30-14.40 Coffee break 14.40 - 14.50 Presenter 5 Kesesuaian Lahan Pantai Utara Kabupaten Pati untuk Konservasi dan Rehabilitasi Berdasarkan Parameter Suhu, pH, Salinitas, Oksigen Terlarut dan

21

Sedimen (Achmad Nur Prihantoro, dkk) 14.50 - 15.00 Presenter 6 Intervensi Teknologi Silvofishery dalam Pemanfaatan Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Mangrove Lubuk Kertang Kabupaten Langkat Sumatera (Triyanto, dkk) 15.00 - 15.10 Presenter 7 Kemungkinan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kualitas Air Waduk Wadaslintang (Diana Retna Utarini Suci Rahayu, dkk) 15.10 - 15.20 Presenter 8 Potensi Waduk Wadaslintang Untuk Wisata Geologi (Gentur Waluyo, dkk) 15.20 - 15.40 Tanya Jawab

Susunan Acara Diskusi Pakar Pembahasan Grand Design Penelitian Limnologi Dalam Mendukung Visi Indonesia 2045

Tempat : Ruang Seminar 1 Lt.5 Gedung Kusnoto LIPI Moderator : Dr. Sunardi Notulen : Octavianto Samir, S.Si

WAKTU ACARA 13.30 - 15.40 Presentasi Sesi Diskusi Pakar 13.30 - 13.40 Presenter 1 Ecohydrology Demosite Sebagai Sarana Penguatan Implementasi Konsep Ekohidrologi Di Wilayah Asia Pasifik

22

13.40 - 13.50 Presenter 2 Karakteristik Hidrologi Sebagai Dasar Pengelolaan Danau Cascade Mahakam 13.50 - 14.00 Presenter 3 Tren Penelitian Limnologi Berdasarkan Analisis Bibliometrik 14.00 - 14.15 Tanya Jawab 14.15 - 14.25 Coffee break 14.25 - 14.40 Presenter 4 Grand Design Penelitian Limnologi Dalam Mendukung Visi Indonesia 2045 (Arianto Budi Santoso) 14.40 - 15.40 Diskusi

23

Denah Lokasi Kegiatan di Gedung Kusnoto

24

25

Abstrak Pembicara Kunci (Keynote Speaker)

1. Dimensi Kelembagaan Invasi Eceng Gondok

Evi Irawan

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. A. Yani, Pabelan, P.O. Box 295, Surakarta 57102

Email: [email protected]

Invasi eceng gondok (Eichhornia crassipes) sudah menjadi permasalahan pelik global yang berdampak merugikan terhadap ekosistem dan ekonomi. Berasal dari wilayah Amazon, tumbuhan gulma air ini menyebar ke sebagian besar dunia. Di Indonesia, eceng gondok juga telah merambah di hampir semua ekosistem perairan darat, terutama sungai, danau dan waduk. Makalah ini mengulas permasalahan invasi eceng gondok dari perspektif ekonomi kelembagaan. Alasan utama adalah bahwa upaya pengendalian invasi eceng gondok menghadapi tantangan monumental dalam mengatasi kegagalan kebijakan, pasar, dan kelembagaan. Hambatan yang paling tangguh adalah kekakuan kelembagaan, khususnya aksi kolektif, dan biaya transaksi. Kepentingan-kepentingan terselubung memperkuat keteguhan kelembagaan ini. Reorientasi strategi untuk mendorong pengelolaan ekosistem perairan darat yang lebih berkelanjutan hanya akan berhasil jika kita mengatasi hambatan dan biaya kelembagaan ini.

Kata kunci: invasi eceng gondok, kelembagaan, biaya transaksi, aksi kolektif

26

3. Teknologi Pengolahan Air Limbah “Penguatan Peran Limnologi dalam Pemulihan Fungsi Ekosistem Perairan Darat”

Dwi Handaya

Ketua Umum idwa.or.id Indonesian Water Association

Email: [email protected]

Jumlah industri sedang dan besar di Indonesia sekitar 26000 perusahaan (sekitar 0,7% dari total industri) dan 3,7 juta adalah industri mikro dan kecil. Pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup (KLH), telah mengeluarkan berbagai program pengendalian pencemaran lingkungan, di mulai dari UU 32 tahun 2009 tentang perlindungan lingkungan denda dan penjara. KepMen LH No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu berbagai industri , PP No. 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan, KepMen LH No. 68 tahun 2016 tentang pengelolaan limbah domestik, juga MenLH No 93 tahun 2018 tentang 14 industri wajib memasang online monitoring. Pemerintah juga telah pengeluarkan program PROPER peringkat kinerja lingkungan tentang kinerja limbah cair, limbah B3 dan emisi udara, jumlah peserta PROPER baru sekitar 2000 perusahaan 7 % dari jumlah populasi industri menengah dan besar yang ada di Indonesia. Jumlah volume air di dunia 98% adalah air laut asin, sedangkan 2% adalah air tawar yan terdiri dari air es di kutub, air bawah tanah dan air danau – sungai. Pemerintah juga telah mengeluarkan informasi bahwa lebih dari 70% sungai di indonesia dalam keadaan tercemar, baik logam maupun e-colli. Melihat dari kondisi ini, di butuhkan peningkatan komitment dari berbagai stakeholder untuk memperbaiki kondisi lingkungan terutama pencemaran sungai dan danau yang semakin

27

parah. Pelaku industri memperbaiki kinerja pengelolaan IPAL nya, pemerintah menyiapkan berbagai alat kontrol untuk memperbaiki kondisi lingkungan, elemen masyarakat melakukan fungsi control apabila di temukan industri yang melanggar aturan yang telah di sepakati. Pada dasarnya secara teknologi semua limbah cair BISA di olah baik secara fisika, kimia ataupun biologi. Pengolahan limbah cair bisa di lakukan sendiri di lokasi internal perusahaan dengan memasang IPAL waste water treatment, atau juga bisa di olah di kawasan industri menggunakan centralized WWT, atau juga bisa menggunakan trucking limbah cair pihak ke tiga, apabila volume limbah yang di hasilkan tidak banyak. Pengolahan limbah secara biologi menggunakan bakteri, pada dasarnya mengolah dua komponen kelompok besar yaitu pertama limbah organik dalam bentuk parameter COD, BOD, TOC dan kedua yaitu kelompok nitrogen yaitu ammonia NH3-N, NO2, NO3, TKN, TN. Selain dua kelompok besar ini maka proses pengolahan limbah di lakukan melalui proses pengolahan fisika dan kimia. Proses pengolahan baik fisika, kimia, biologi butuh monitoring secara terus menerus dengan melakukan uji lab secara berkala baik harian atau mingguan, bahkan dengan peraturan baru online monitoring effluent quality air limbah bisa di tracking secara system 24 jam ber hari, 7 hari per minggu, jika implementasi ini segera di sosialisasikan dan di implementasikan, maka kinerja WWT IPAL industri akan semakin baik, dan resiko pencemaran sungai bisa di tekan semakin rendah.

28

Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Presentasi Oral Paralel 1 Karakteristik Lingkungan (Fisika, Kimia) Perairan Darat

No. Judul Abstrak 1 Penilaian Kondisi Kualitas Air Habitat Ikan Sidat (Anguilla spp.) Di Rawa Pesisir Muara Sungai Cimandiri Sukabumi Jawa Barat (Triyanto, dkk) 2 Dinamika Status Mutu Kualitas Air Sungai Mahakam (Mislan, dkk) 3 Kualitas Air Dan Status Trofik Perairan Danau Siais, Sumatera Utara (Aiman Ibrahim, dkk) 4 Pendugaan Tingkat Pencemaran Perairan Melalui Pendekatan Fisika-Kimia Dan Biologi Di Danau Ebony, Pantai Indah Kapuk (Ayu Ika Pratiwi, dkk) 5 Status Mutu Air Waduk Wadaslintang Secara Horisontal Dan Vertikal Serta Kaitannya Dengan Musim (Agatha Sih Piranti, dkk) 6 Tingkat Kesuburan Waduk Sei Gesek, Pulau Bintan, Kepulauan Riau (Winny Retna Melani, dkk) 7 Karakteristik Fisika-Kimia Danau Lukuk Dan Danau Belaram, Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), Kalimantan Barat" (Siti Aisyah, dkk) 8 Analisis Sebaran Residu Organoklorin dan organophosphat di perairan dan tambak Brebes (Benny Diah Madusari, dkk)

29

1. PENILAIAN KONDISI KUALITAS AIR HABITAT IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DI RAWA PESISIR SUNGAI CIMANDIRI SUKABUMI JAWA BARAT

Triyanto1,3*, Ridwan Affandi2, M.Mukhlis Kamal2, Gadis Sri Haryani3, Iwan Ridwansyah3, Meti Yulianti3 dan Eva Nafisyah3

1 Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB Bogor 2 Departemen MSP Fakultas Perikanan, IPB Bogor 3 Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

*email: [email protected]

Rawa pesisir Sungai Cimandiri merupakan rawa pasang-surut bagian dari ekosistem estuari. Rawa pesisir memiliki peran ekologis yang penting untuk kehidupan biota air yang menetap maupun yang bermigrasi seperti ikan sidat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi lingkungan dan kualitas air habitat ikan sidat di rawa pesisir. Penelitian dilakukan pada Desember 2017-November 2018. Pengamatan kondisi lingkungan dan pengukuran kualitas air dilakukan pada 4 lokasi terpilih berdasarkan kondisi habitat yang berbeda. Penilaian kondisi kualitas air berdasarkan perhitungan indeks kesuburan perairan (Trophic State Index: TSI) dan indeks kualitas air (WQI). Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesuburan rawa pesisir berdasarkan indeks kesuburan (TSI) tergolong perairan dengan kesuburan rendah-sedang (oligotrophic-mesotrophic). Berdasarkan indeks kualitas air (WQI) kondisi kualitas air rawa pesisir tergolong baik-sangat baik. Terdapat dua jenis sidat di rawa pesisir Sungai Cimandiri yaitu Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata. Sidat di rawa pesisir banyak tertangkap di daerah rawa pesisir yang dalam dan terdapat tumbuhan air. Berdasarkan analisis PCA (Principal Component Analysis), preferensi keberadaan sidat di rawa pesisir dicirikan oleh parameter kedalaman, kecerahan, salinitas, dan kecepatan arus. Kondisi lingkungan dan kualitas air rawa pesisir perlu

30

dijaga agar fungsinya sebagai habitat ikan sidat dapat terus berlangsung.

Kata kunci: indeks kualitas air, kesuburan perairan, TSI, WQI

2. DINAMIKA STATUS MUTU KUALITAS AIR SUNGAI MAHAKAM

Mislan1 dan Yaskinul Anwar2

1Jurusan Fisika FMIPA Universitas Mulawarman- 2Jurusan Geografi FKIP Universitas Mulawarman-Samarinda

*email: [email protected]; [email protected]

Sungai Mahakam, selain dimanfaatkan oleh masyarakat untuk air baku air minum, juga digunakan untuk kegiatan perikanan, pertanian, perkebunan, pertambangan, transportasi dan pariwisata. Untuk tujuan penetapan status mutu air dan merumuskan pengelolaan kualitas air di Sungai Mahakam diperlukan informasi status mutu air dan perubahannya. Penelitian ini mengkaji dinamika status mutu kualitas air Sungai Mahakam periode 2004-2016. Data kualitas air bersumber dari data primer dan sekunder di 11 titik pantau (hulu-hilir) yaitu Long Iram, Melak, Muara Pahu, Penyinggahan, Muara Muntai, Kota Bangun, Muara Pela, , Samarinda, Palaran dan Anggana. Parameter kualitas air yang dikaji adalah TDS, TSS, pH, DO, BOD-5, COD, Total Pospat sebagai P, NH3-N dan Fecal Coliform. Data diolah menggunakan metode indek pencemaran untuk peruntukan Kelas I (air baku untuk air minum) berdasarkan Pasal 8 Ayat (1a) PP 82 Tahun 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indek pencemaran untuk periode 2004-2016 antara 0,40-10,60. Long Iram merupakan titik pengukuran yang rata-rata indek pencemarannya terendah yaitu 3,12 dan variasi terkecil, sedangkan rata-rata indek pencemaran tertinggi di Muara Pahu sebesar 4,68. Dapat disimpulkan bahwa status mutu air Sungai

31

Mahakam untuk peruntukan Kelas I memiliki kategori memenuhi baku mutu sampai tercemar berat. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai kegiatan yang berpengaruh terhadap kondisi status mutu air dan perubahannya diperlukan data kualitas air di anak-anak Sungai Mahakam, dengan pertimbangan kegiatan tersebut terdapat di sub DAS Mahakam, data kualitas air berdasarkan perubahan tinggi muka air dan data kualitas air di kawasan Danau Kaskade Mahakam.

Kata kunci: Sungai Mahakam, status mutu air, indek pencemaran, Danau Kaskade Mahakam.

3.KUALITAS AIR DAN STATUS TROFIK PERAIRAN DANAU SIAIS, SUMATERA UTARA

Aiman Ibrahim*, Syahroma Husni Nasution, Lukman, Aldiano Rahmadya

Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

*email: [email protected]

Perairan Danau Siais merupakan tipe danau paparan banjir dengan luas 951,66 ha yang terletak Desa Rianiate, Kecamatan Angkola Sanur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Danau Siais dimanfaatkan sebagai sumber perikanan tangkap dan budidaya serta kawasan wisata. Tujuan penelitian adalah mengetahui kondisi kualitas air dan status trofik perairan Danau Siais sebagai dasar pengelolaan danau. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 dengan menggunakan metode survey di lima stasiun yang dianggap mewakili perairan danau. Parameter yang diukur meliputi transparansi, suhu, total dissolved solid (TDS), pH, dissolved oxygen (DO), chemical oxygen demand (COD), total fosfor, total nitrogen, dan klorofil-a pada permukaan perairan. Status trofik perairan ditentukan sesuai perhitungan Indeks Status Trofik Carlson berdasarkan parameter transparansi, total fosfor, dan klorofil-a.

32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Danau Siais berdasarkan parameter TDS, pH, DO, dan COD masih memenuhi Baku Mutu Air peruntukan perikanan dan pariwisata (Kelas III) sesuai PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Berdasarkan Indeks Status Trofik Carlson, perairan Danau Siais termasuk kategori perairan mesotrofik dengan nilai indeks yang berkisar antara 42,75―46,34.

Kata kunci: kualitas air, status trofik, Danau Siais

4. PENDUGAAN TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN MELALUI PENDEKATAN FISIKA-KIMIA DAN BIOLOGI DI DANAU EBONY, PANTAI INDAH KAPUK

Ayu Ika Pratiwi*, Sigid Hariyadi, Niken Tunjung Murti Pratiwi

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

*email: [email protected]

Danau Ebony di kawasan perumahan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara diduga mendapatkan masukan dari kegiatan fresh market, rembesan air limbah olahan sewage treatment plant, limbah rumah tangga, dan aliran dari Danau Crown Golf. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pencemaran melalui pendekatan fisika-kimia dan biologi berdasarkan pemantauan bulanan selama satu tahun di perairan Danau Ebony. Analisis data terdiri dari analisis kualitas air, penentuan tingkat pencemaran, analisis plankton, perhitungan koefisien saprobik, dan uji signifikansi model perhitungan tingkat pencemaran. Hasil penelitian menunjukkan adanya sepuluh parameter kualias air yang tidak sesuai baku mutu yang digunakan,

33

yaitu kekeruhan, salinitas, BOD, COD, amonia total, nitrit, ortofosfat, fosfat total, dan hidrogen sulfida. Fitoplankton yang ditemukan meliputi, Chlorophyta, Chryshophyta, Cyanophyta, Euglenophyta, Cryptophyta dengan kelimpahan tertinggi ditemukan pada Cyanophyta. Zooplankton yang ditemukan meliputi, Rotifera, Ciliata, Larva, dan Crustacea dengan kelimpahan tertinggi ditemukan pada Rotifera. Tingkat pencemaran berdasarkan Indeks Pencemaran menunjukkan perairan cenderung tercemar sedang saat musim kemarau dan tercemar ringan saat musim hujan. Namun, berdasarkan Koefisien Saprobik, tingkat pencemaran perairan pada kedua musim cenderung tercemar ringan. Tingkat pencemaran berdasarkan kedua model perhitungan Koefisen Saprobik memiliki perbedaan yang nyata dengan Indeks Pencemaran, sedangkan tingkat pencemaran antar kedua model perhitungan Koefisien Saprobik tidak memiliki perbedaan yang nyata.

Kata kunci: indeks pencemaran, koefisien saprobik, kualitas air

5. STATUS MUTU AIR WADUK WADASLINTANG SECARA HORISONTAL DAN VERTIKAL SERTA KAITANNYA DENGAN MUSIM

Agatha Sih Piranti1*, Diana RUS Rahayu1, Gentur Waluyo2

1 Fakultas Biologi Unsoed, Karangwangkal Purwokerto 2 Fakultas Teknik Unsoed, Blater Purbalingga

*email: [email protected]

Fungsi utama Waduk Wadaslintang adalah untuk kebutuhan irigasi, PLTA, air minum dan budidaya ikan. Kegiatan manusia yang ada di

34

daerah tangkapannya maka akan mempengaruhi status mutu airnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui status mutu air Waduk Wadaslintang berdasarkan musim baik secara horisontal maupun vertikal. Metode penelitian menggunakan metode suvey di perairan waduk secara horisontal di 8 lokasi dan secara vertikal di 3 lapisan kedalaman yaitu lapisan permukaan, tengah dan dasar pada musim hujan maupun kemarau. Parameter yang diukur adalah semua parameter yang tercantum dalam PP No 82 Tahun 2001. Untuk menentukan status mutu air maka data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu air (BMA) berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial pada musim penghujan menunjukkan bahwa di semua lokasi parameter TSS, BOD dan H2S telah melebihi BMA. Pada musim kemarau TSS, BOD, COD, PO4, H2S telah melebihi BMA di semua lokasi. Minyak lemak hampir di semua lokasi kecuali di daerah muara sungai. Secara vertikal pada musim kemarau menunjukkan bahwa di lapisan permukaan jumlah parameter yang melebihi BMA lebih banyak dibanding lapisan tengah dan lapisan dasar. Pada musim penghujan jumlah parameter yang melebihi BMA lebih banyak di lapisan dasar perairan dibandingkan lapisan tengah dan permukaan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahan pencemar di Waduk Wadaslintang terdistribusi secara horisontal maupun vertikal. Status mutu air waduk wadaslintang pada musim penghujan lebih baik dibandingkan pada musim kemarau.

Kata kunci : distribusi vertikal horisontal, Status Mutu Air, Waduk Wadaslintang

35

6. TINGKAT KESUBURAN WADUK SEI GESEK, PULAU BINTAN, KEPULAUAN RIAU

Winny Retna Melani*, Tri Apriadi, Wahyu Muzammil

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

*email: [email protected]

Waduk Sei Gesek yang merupakan salah satu sub daerah aliran sungai (DAS) di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Waduk ini merupakan cadangan air baku bagi masyarakat kota Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kesuburan di Waduk Sei Gesek, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Pengambilan sampel dilakukan pada 5 stasiun yang mewakili inlet, tengah, dan outlet waduk. Parameter yang dianalisis meliputi fisika-kimia perairan, serta biologi (kelimpahan fitoplankton). Chlorohyta merupakan kelompok fitoplankton yang paling banyak dijumpai di semua stasiun pengamatan. Waduk Sei Gesek memiliki status kesuburan rendah (oligotrofik) pada semua stasiun pengamatan. Nilai kesuburan yang mengarah ke mesotrofik dijumpai pada stasiun 3 (tengah waduk) dan stasiun 5 (outlet). Tingkat kesuburan di Waduk Sei Gesek dipengaruhi oleh konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat).

Kata kunci: chlorophyta, kesuburan perairan, Pulau Bintan, TSI, waduk

36

7. KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA DANAU LUKUK DAN DANAU BELARAM, TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM (TNDS), KALIMANTAN BARAT

Siti Aisyah*

Pusat Penelitian Limnologi – LIPI

*email: [email protected]

Danau Sentarum merupakan daerah kawasan konservasi yang merupakan habitat alami dari Ikan Arwana (Scleropages formosus). Nilai jual Ikan Arwana yang sangat tinggi memacu perburuan arwana di alam bebas sehingga keberadaan Ikan Arwana semakin langka di habitat aslinya. Hal ini mendorong perlunya upaya pelestarian Ikan Arwana. Beberapa upaya pelestarian telah dilakukan termasuk pelepasliaran Ikan Arwana di beberapa danau yang ada di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Dua diantara tiga danau permanen yang berada di kawasan tersebut adalah Danau Lukuk dan Danau Belaram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisika-kimia Danau Lukuk dan Danau Belaram. Kegiatan survey dilakukan pada bulan November 2016. Parameter kualitas air yang diukur secara insitu terdiri dari suhu, pH, oksigen terlarut (DO), konduktiviitas, total padatan terlarut (TDS), turbiditas, kecerahan, dan kedalaman. Sementara sampel air yang dianalisis di laboratorium adalah total nitrogen (TN), total fosfor TP), dan total bahan organik (TOM). Secara visual kondisi vegetasi dan hewan yang hidup di wilayah di Danau Belaram dan Danau Lukuk tidak jauh berbeda . Dari hasil pengukuran parameter secara insitu yaitu suhu, pH, DO, konduktiviitas, TDS, turbiditas, kecerahan, dan kedalaman kedua danau tersebut memperlihatkan nilai yang tidak berbeda secara signifikan. Nilai konsentrasi rata-rata DO masing-masing untuk Danau

37

Lukuk dan Danau Belaram 1,7 mg/l dan 2,29 mg/l, Nila rata-rata pH air masing-masing 4,13 – 4,80. Dilihat dari nilai kedalaman pada kedua danau tersebut masing-masing 296 cm dan 320 cm dengan nilai kecerahan 60 cm dan 68 cm. Nilai konsentrasi rata-rata TN 0,724 mg/l dan 1,844 mg/l sedangkan TP 0,026 mg/l dan 0,073 mg/l. Konsentrasi bahan organik rata-rata bernilai 55.45 mg/l dan 52.46 mg/l.

Kata kunci: karakteristik, fisika-kimia, Danau Belaram, Danau Lukuk

8. Analisis Sebaran Residu Organoklorin dan Organophosphat Di perairan dan Tambak Brebes Jawa Tengah Indonesia

Benny Diah Madusari, Jafron, Linayati dan Mahardhika N Permatasari

Program Studi Aquakultur Universitas Pekalongan, Pekalongan, Indonesia

Pestisida memiliki derajat peguaraian yang lama, sehingga sangat mudah mencapai pantai dan mengkontaminasi biota perikanan. Salah satu biota yang rawan terkontaminasi adalah rumput laut dikaitkan dengan sifat fotosinthetic yang mengambil nutrisi dari lingkungannya. Residu pestisida adalah zat toksik tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Residu pestisida menimbulkan efek yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen, namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya berupa gangguan pada syaraf dan metabolisme enzim. Kandungan

38

bahan pangan harus memenuhi batas kelayakan terhadap kesediaan bahan beracun. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi residu pestisida golongan organofosfat dan organochlorin pada rumput laut yang dibudidayakan di tambak Desa Randusanga Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian ini adalah Rumput laut Gracilaria verucosa yang dipanen pada Bulan Maret 2018 yang berasal dari enam area tambak. Adapun cara pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu sampel dipilih sesuai kebutuhan penelitian. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa dari enam area tambak, nilai residu organochlorine antara 0,07-0,15 ppb dan residu organophosphat antara 0,0012 sd 0,0035 ppm. Artinya, organochlorin dan organophospahat dari semua sampel berada masih di bawah ambang batas. Sedangkan uji kualitas air tambak menunjukan kandungan organochlorin berkisar antara 0,93-1,13 ppm dan organophosphat terdapat antara 0,0017 sd 0,0022 ppm. Penelitian ini menyarankan pada pembudidaya dan konsumen, untuk berhati-hati dalam menggunakan pupuk dan pestisida dalam pengelolaan tambak.

Kata kunci : pestisida,tambak organochlorin, organophosphat, brebes

39

Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Presentasi Oral Paralel 2 Karakteristik Lingkungan (Biologi) Perairan Darat

No. Judul Abstrak 1 Profil Populasi Udang Regang (Macrobrachium sintangense) Asal Majenang, Jawa Tengah" (Djamhuriyah S. Said, dkk) 2 Hubungan Kelimpahan Plankton Dengan Kelimpahan Ikan Di Waduk Penjalin Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Nuning Setyaningrum, dkk) 3 Struktur Komunitas Perifiton Epilitik Pada Aliran Sungai Di Senggarang, Pulau Bintan (Tri Apriadi, dkk) 4 Karakteristik Dan Perubahan Temporal Fitoplankton Di Tiga Situ Kota Cibinong, Jawa Barat (Sulastri, dkk) 5 Suksesi Fitoplankton Di Habitat Semi Eksitu Ikan Bada, Nagari Batang - Kabupaten Agam (Fachmijany, dkk) 6 Kinerja Pertumbuhan dan Kualitas Air Pada Budidaya Udang Vaname dengan Teknik Bioremediasi Di Tambak Udang Karawang (Warih Hardanu, dkk) 7 Keterkaitan Suksesi Fitoplankton dengan Kualitas Air di Danau Garden House, Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara (Sisi Meisiana, dkk) 8 Deteksi Bakteri Pada Cherax quadricarinatus Berdasarkan Pendekatan Molekuler Dari Perairan Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Agus Alim Hakim, dkk)

40

1. PROFIL POPULASI UDANG REGANG (Macrobrachium sintangense) ASAL MAJENANG, JAWA TENGAH

Djamhuriyah S. Said1*, Novi Mayasari1, Lukman1, Dan Daisy Wowor2

1 Pusat Penelitian Limnologi-LIPI 2 Pusat Penelitian Biologi-LIPI Komplek CSC-BG, LIPI. Jl Raya Bogor Km 46 Cibinong, Bogor-16911

*email: [email protected]

Udang Regang (Macrobrachium sintangense) merupakan udang air tawar asli Indonesia yang berdistribusi di Indonesia bagian Barat (Kalimantan, , dan Jawa), serta Malaysia dan Thailand. Udang tersebut memiliki nilai ekonomis sebagai sumber protein. Informasi menunjukkan bahwa populasinya di beberapa tempat telah menurun akibat adanya penurunan kualitas habitat dan persaingan dengan jenis lain. Penelitian ini mempelajari profil dan kondisi populasi udang regang di Kecamatan Majenang, Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan pada Bulan September 2014 pada empat lokasi (Sungai Cijalu, Cileumeuh, Citalaga dan Kolam Balai Benih Ikan/BBI Majenang). Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Akuatik Pusat Penelitian Limnologi-LIPI, Cibinong yang meliputi penelaahan variasi ukuran (Panjang Total/PT, Panjang Badan/PB, Panjang Karapas/PK dan berat) antara jenis kelamin, jumlah individu betina bertelur, jumlah telur, diameter telur, dan informasi lain. Jumlah total udang regang yang diperoleh adalah 616 ekor. Ukuran individu jantan selalu lebih besar daripada individu betina. Ukuran udang jantan adalah PT 5,08±0,45 (4,2-5,8) cm; PB 3,46±0,33 (2,8-3,9) cm; PK 1,62±0,13 (1,4-1,9) cm dan beratnya 2,93±1,03 (1,40-4,47) g. Ukuran udang betina PT 3,73±0,42 (2,6-4,6) cm; PB 2,58±0,29 (1,8-3,4) cm; PK 1,18±0,18 (0,8-1,5) cm dan

41

beratnya 1,07±0,41 (0,31-1,95) g. Persentase jumlah individu betina lebih banyak yaitu 71,28-89,60%. Jumlah betina bertelur sebanyak 49,68–55,22%. Jumlah telur berkisar 75-240 butir dengan diameter telur antara 0,8–1,3 mm pada fase telur muda berwarna kuning. Populasi udang regang secara alami di Kecamatan Majenang masih baik. Ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan alami wilayah ini masih baik dalam mendukung kehidupan udang regang. Akan tetapi jumlah udang regang di kolam BBI relatif sedikit dan telah terkontaminasi oleh jenis udang introduksi (M. lanchesteri) sebagai pesaing ekologisnya.

Kata kunci: Macrobrachium sintangense, populasi, profil, Kecamatan Majenang

2. HUBUNGAN KELIMPAHAN PLANKTON DENGAN KELIMPAHAN IKAN DI WADUK PENJALIN KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Nuning Setyaningrum*, Agatha Sih Piranti, Suswanti

Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

*email: [email protected]

Plankton dan ikan dalam ekosistem perairan saling berhubungan sebagai produsen dan konsumen dalam rantai makanan. Plankton sebagai pakan alami di lingkungan perairan sangat penting bagi kelimpahan biota perairan termasuk ikan. Ketersedian plankton dalam jumlah melimpah sangat berpengaruh terhadap kelimpahan ikan, karena pakan merupakan sumber utama bagi ikan untuk proses pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

42

komposisi dan kelimpahan plankton, komposisi dan kelimpahan ikan serta hubungan kelimpahan plankton dengan kelimpahan ikan yang tertangkap di Waduk Penjalin Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Metode penelitian adalah survei dengan pengambilan sampel secara purposive pada 5 stasiun, dilakukan sebanyak 2 kali pada bulan April sampai September 2018. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah kelimpahan plankton 12.300 ind/L terdiri dari fitoplankton 8.260 ind/L dan zooplankton 4.040 ind/L. Fitoplankton terdiri dari 4 devisi yaitu Cyanophyta, Chlorophyta, Crysophyta, dan Phyrophyta. Zooplankton terdiri dari dua filum yaitu Arthopoda dan Rotifera. Kelimpahan ikan yang tertangkap 324 individu terdiri dari famili Cichlidae, Cyprinidae, Clariidae, Eleotridae, Hemiramphidae, Balitoridae, Poeciliidae, dan Osphronemidae. Hasil analisis korelasi kelimpahan plankton memiliki hubungan yang kuat sebesar 48% terhadap kelimpahan ikan yang tertangkap di Waduk Penjalin. Kelimpahan plankton sebagai produsen primer cukup tinggi sehingga menyebabkan keberadaan ikan melimpah di waduk Penjalin.

Kata kunci: plankton, ikan, kelimpahan, Waduk Penjalin

3. STRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON EPILITIK PADA ALIRAN SUNGAI DI SENGGARANG, PULAU BINTAN

Tri Apriadi*, Wahyu Muzammil, Winny Retna Melani, Tewi Resiana

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

*email: [email protected]

43

Karakteristik daerah aliran sungai di pulau kecil sangat berbeda dari pulau-pulau besar. Pulau kecil mempunyai sungai-sungai yang pendek, daerah tangkapan air yang kecil, serta sangat dipengaruhi pasang-surut air laut, sebagai contoh yaitu aliran sungai di Senggarang, Pulau Bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas perifiton epilitik pada aliran sungai di Senggarang, Pulau Bintan. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 stasiun yang mewakili hulu, tengah, dan hilir sungai. Perifiton epilitik yang ditemukan pada aliran sungai di Senggarang terdiri atas: Bacillariophyta (7 genera), Charophyta (2 genera), Chlorophyta (4 genera), Cyanophyta (3 genera) dan Arthropoda (1 genus). Kepadatan perifiton epilitik pada aliran sungai di Senggarang berkisar 369-1094 ind/cm2. Indeks keanekaragaman komunitas perifiton termasuk kategori rendah, keseragaman tinggi, dan dominansi rendah. Berdasarkan keberadaan perifiton epilitik, kondisi lingkungan perairan sungai di Senggarang, Pulau Bintan tergolong relatif stabil.

Kata kunci: epilitik, perifiton, pasang surut, Pulau Bintan

4. Karakteristik dan Perubahan Temporal Fitoplankton di Tiga Situ Kota Cibinong, Jawa Barat

Sulastri* dan Akhdiana

Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Raya Bogor Jakarta km 46, Cibinong, Indonesia

*email: [email protected]. Id

44

Di Jawa Barat danau-danau kecil dikenal dengan nama ”Situ”, yang memiliki fungsi dan peran penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yakni untuk penyediaan air bersih, irigasi, perikanan, kegiatan wisata dan pendidikan. Situ di wilayah perkotaaan rentan terhadap dampak aktivitas antropogenik yang dapat menyebabkan penuruan kualitas air dan penyuburan perairan. Fitoplankton diketahui memiliki respon terhadap dampak aktivitas antrogenik yang mengindikasikan adanya pengkayaan unsur hara. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahuhi karakterisitik dan perubahan temporal komposisi dan kelimpahan fitoplankton sebagai dasar dalam mepertimbangkan pengelolaan dan pemanfaatan situ. Situ Cibuntu dan Lotus menerima aliran air yang melewati area pemukiman dan pertanian, sedangkan Situ Dora menerima masukan air dari air tanah. Pengambilan sampel fitoplankton dan kualitas air yang mencakup suhu, konduktivitas, TDS, pH, Oksigen terlarut (DO) dan unsur hara (TN dan TP) dilakukan dua kali dalam setiap bulan mulai bulan Juli sampai Oktober 2018. Analisis komponen utama parameter lingkungan ketiga situ tersebut memilik karakteristik kualitas air yang berbeda. Situ Cibuntu, Situ Lotus dan Situ Dora masing-masing situ dicirikan oleh konsentrasi TN dan TP; TDS dan konduktivitas yang tinggi, serta oleh pH dan DO yang rendah. Selama pengamatan fitoplankton di Situ Cibuntu didominasi oleh Chlorophyta, sedangkan Situ Dora pada periode tertentu terjadi perubahan dominansi dari Chlorophyta menjadi Chrysophyta. Selama pengamatan Situ Lotus didominasi oleh Bacillariophyta. Chlorophyta yang tinggi berberhubungan dengan tinggnya konsentrasi TN dan TP yang puncaknya ditemukan pada bulan September, Chrysophyta yang tinggi berhubungan dengan rendahnya pH dan DO ditemukan awal bulan Agustus. Bacillariophyta yang tinggi berhubungan dengan tingginya TDS dan konductivitas ditemukan bulan September dan Oktober. Jenis dominan di Situ

45

Cibuntu, Dora dan Lotus masing – masing adalah Staurastrum spp, Dinobryon sp. dan Aulacoseira sp. Kelimpahan fitoplankton Situ Cibuntu, Dora dan Lotus masing–masing berkisar 1180-138.254 individu/L, 1926 – 7287 individu/L dan 4800-53.918.individu/L. Situ Cibuntu dan Lotus dicirikan oleh dominansi komposisi dan kelimpahan fitoplankton yang berbeda serta secara temporal terjadi fluktuasi kelimpahan fitoplankton di ketiga situ tersebut

Kata kunci: karakteristik, fitoplankton, kualitas air, Kota Cibinong, Situ

5. SUKSESI FITOPLANKTON DI HABITAT SEMI EKSITU IKAN BADA, NAGARI BATANG - KABUPATEN AGAM

Fachmijany Sulawesty* dan Lukman

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email : [email protected]

Populasi ikan bada di perairan Danau Maninjau semakin menurun karena penangkapan yang berlebihan dan kondisi habitatnya yang rusak, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga kelestariannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan rekayasa habitat, yaitu membuat Habitat Semi Eksitu (HSE) di luar badan perairan danau, dengan mengadopsi kondisi alamiah ikan bada yang beruaya ke sungai untuk memijah. Habitat baru membentuk komunitas yang baru, begitu pula struktur komunitas fitoplanktonnya. Keberadaan fitoplankton sangat penting karena merupakan salah satu komponen rantai makanan dan sebagai makanan alami anakan ikan. Tujuan

46

pengamatan ini adalah untuk melihat suksesi fitoplankton di kolam pemijahan Habitat Semi Eksitu. Pengamatan dilakukan pada bulan Agustus, September, Oktober dan November 2018, di kolam pemijahan (KP1 dan KP2) dan di lokasi sumber air (mata air/MA dan Danau Maninjau/DM). Ada lima kelompok fitoplankton yang ditemukan, yaitu Chlorophyta, Bacillariophyta, Cyanophyta, Euglenophyta dan Dinophyta. Kelimpahan fitoplankton di KP2 lebih rendah dibanding KP1. Kondisi ini mirip dengan di sumber airnya, yaitu di MA yang memiliki kelimpahan lebih rendah dibanding di DM. Persentase kelimpahan KP1 mirip dengan DM. Kelompok dengan kelimpahan tinggi pada bulan Agustus dan September adalah Bacillaryophyta, sedangkan bulan Oktober dan November adalah Cyanophyta. Persentase kelimpahan yang tinggi di KP2 dan DM pada bulan Agustus adalah kelompok Bacillaryophyta; bulan September dan November adalah Bacillaryophyta dan Chlorophyta; sedangkan pada bulan Oktober di KP2 adalah Bacillaryophyta dan di MA adalah Chlorophyta. Berdasarkan nilai indeks keragaman, keseragaman dan dominansi; komunitas di KP1 stabil dan tidak ada jenis yang mendominasi, sedangkan komunitas di KP2 dan DM tidak stabil yang ditandai dengan adanya jenis yang mendominasi, yaitu Synedra ulna (Agustus dan September) dan Cylindrospermopsis raciborskii (Oktober dan November).

Kata kunci: fitoplankton, habitat semi eksitu, kelimpahan, suksesi

47

6. KINERJA PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN TEKNIK BIOREMEDIASI DI TAMBAK UDANG KARAWANG

Warih Hardanu1*, Anggoro Prihutomo1, Heru Nugroho1, Fitria Nawir1, Dwi Febrianti2, Yayah Mardianti2 dan Tri Widiyanto2

1 Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 2 Pusat Penelitian Limnologi – LIPI

*email: [email protected]

Pemanfaatan mikroorganisme melalui teknik bioremediasi menjadi salah satu cara yang banyak digunakan untuk menjaga kualitas lingkungan dalam kegiatan kegiatan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pola pertumbuhan dan kualitas air pada budidaya udang vaname melalui teknik bioremediasi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juni - 12 September 2018 bertempat di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Udang uji PL 11 dipelihara dengan kepadatan 60 ekor/m2 pada lima petak tambak air payau, masing-masing berukuran 2500 m2 selama 100 hari. Jenis mikroba yang digunakan sebagai agen bioremediasi terdiri dari Thiobacillus spp., Bacillus spp., dan Lactobacillus spp. Pengukuran kinerja pertumbuhan dan kualitas air dilakukan secara periodik setiap sepuluh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa survival rate (SR) udang yang dipelihara dengan sistem bioremediasi mencapai 54,99- 66,86%. Biomassa panen mencapai 1796,78-1991,27 kg dengan size sebesar 43,79-50,22 indv kg-1 dan final body weight (FBW) mencapai

48

19,91-22,83 g ind-1. Rata-rata pertumbuhan harian (ADG) mencapai 0,27-0,32 % day-1, Rasio konversi pakan berkisar antara 1,48-1,60 dengan tingkat efisiensi pakan mencapai 59,53-65,50%. Nilai pH air berkisar antara 6,38-7,92; nitrit berkisar antara 0,01-1,60 ppm; ammoniak berkisar antara 0-0,04 ppm; dan ammonium berkisar antara 0,07-2,59 ppm. Sementara itu, suhu selama masa pemeliharaan berkisar antara 24,1-28,5 oC; dan salinitas berkisar antara 16-28 ppt. Secara keseluruhan pemanfaatan bakteri agen bioremediasi dapat mempertahankan pertumbuhan dan kualitas air tambak, walaupun hanya memberikan hasil kelangsungan hidup sekitar 54,99 sampai 66,86%.

Kata kunci: Litopenaeus vannamei, akuakultur, bioremediasi, pertumbuhan, kualitas air

7. Hubungan Suksesi Fitoplankton dengan Kualitas Air di Danau Garden House, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara

Sisi Meisiana1*, Niken Tunjung Murti Pratiwi1, Inna Puspa Ayu1

1 Department Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

*email: [email protected]

Garden House Lake is ornamental lake received high organic content from residential area of Garden House Cluster of Pantai Indah Kapuk, North Jakarta, which has the potential to become nutrients for phytoplankton. The dynamic of water quality affects the succession.

49

This study was aimed to determine the relationship between of phytoplankton succession and water quality in Garden House ornamental lake. This research was conducted from July 2017 to June 2018. Phytoplankton succession was computed by Summed Difference Index (SDI), Diversity Index, and Similarity Index. Phytoplankton succession was illustrated by Frontier succession graph. The relationship between phytoplankton and water quality were analyzed by Principal Component Analysis (PCA) and Pearson Correlation test. Dry season showed the phytoplankton issued on Stages 1, 2, and 3, while in the rainy season issued on Stage 3. The succession rate values ranged from 0.006-0.038 with SIMI values was ranging from 0.43-0.99. Phytoplankton correlated with conductivity, pH, salinity, ammonia, nitrate, nitrite, and orthophosphate, and correlated with Protozoa and Crustacea classes of zooplankton.

Keywords: nutrient, organic matter, phytoplankton, water quality, succession

8. Deteksi Bakteri pada Cherax quadricarinatus Berdasarkan Pendekatan Molekuler Dari Perairan Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Agus Alim Hakim1*, Liza Dwi Wahyuni1, Ali Mashar1, Taryono1, Alimudin2, Yusli Wardiatno1,3

1 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB 2 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB 3 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup – LPPM, IPB

50

*e-mail: [email protected]

Keberadaan lobster air tawar di perairan umum telah berkembang menjadi invasif dan berpeluang menimbulkan dampak berupa penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pada lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) berdasarkan metode biokimia dan penanda gen 16S rRNA di perairan Danau Lido, Kabupaten Bogor. Bakteri diisolasi dari hepatopankreas lobster yang selanjutnya dilakukan perhitungan kepadatan total bakteri, identifikasi secara biokimia, serta identifikasi secara molekuler menggunakan gen 16S rRNA. Hasil identifikasi biokimia menunjukkan terdapat 20 jenis bakteri yang ditemukan dan sebagian besar merupakan jenis gram-negatif. Hasil identifikasi molekuler menunjukkan bahwa sampel bakteri memiliki kemiripan sebesar 100% dengan Klebsiella variicola strain XF6, 100% dengan Aeromonas caviae JCM 2362,99% dengan Exiguobacterium acetylicum strain ZLynn500-4, dan 99% dengan Klebsiella sp. strain SO8. Dengan hasil tersebut, keberadaan C. quadricarinatus tidak menimbulkan ancaman berupa penyakit pathogen bagi crustacean lain. Namun demikian, dari sisi kompetisi ruang dan makanan terhadap crustacean asli perlu mendapat perhatian.

Kata kunci: crustacea, lobster air tawar, 16s rRNA, Parastacidae, spesies introduksi

51

Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Presentasi Oral Paralel 3 Teknologi Pengelolaan Perairan (Pengelolaan Limbah, Ekoteknologi, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh; Big Data dan Pemodelan Decision Support System)

No. Judul Abstrak 1 Studi Penyisihan Senyawa Nitrogen dalam Reaktor Fixed Bed Dengan Menggunakan Zeolit Alam (Eka Prihatinningtyas, dkk) 2 Pengaruh Media Limbah Cair Tapioka Dengan Konsentrasi NaCl Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Lipid Navicula sp. (Dwi Sunu Widyartini, dkk) 3 Pembuatan Test Kit “Smart Kit” Fosfat Untuk Usaha Budidaya Perikanan (Ellis Mursitorini, dkk) 4 Pengaruh Nano Bubble Terhadap Performa Perkembangan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio, Linn) Di Balai Benih Ikan Samosir (Syahroma Husin N, dkk) 5 Kesesuaian Lahan Pantai Utara Kabupaten Pati untuk Konservasi dan Rehabilitasi Mangrove Berdasarkan Parameter Suhu, pH, Salinitas, Oksigen Terlarut dan Sedimen (Achmad Nur Prihantoro, dkk) 6 Intervensi Teknologi Silvofishery dalam Pemanfaatan Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Mangrove Lubuk Kertang Kabupaten Langkat Sumatera (Triyanto, dkk) 7 Kemungkinan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kualitas Air Waduk Wadaslintang (Diana Retna Utarini Suci Rahayu, dkk) 8 Potensi Waduk Wadaslintang Untuk Wisata Geologi (Gentur Waluyo, dkk)

52

1. STUDI PENYISIHAN SENYAWA NITROGEN DALAM REAKTOR FIXED BED DENGAN MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM

Eka Prihatinningtyas1*, Ignasius DA Sutapa1, Eva Nafisyah1 dan Ariel Hananya2

1 Pusat Penelitian Limnologi – LIPI; Komplek LIPI Cibinong, Jalan Raya Bogor Km 46, Cibinong 16911 2 Universitas Gadjah Mada

*email: [email protected]

Kelebihan senyawa Nitrogen dalam perairan dapat mempercepat terjadinya proses eutrofikasi (blooming algae). Adsorpsi dengan menggunakan zeolit alam dalam reaktor fixed bed telah diaplikasikan untuk menyisihkan konsentrasi senyawa Nitrogen (ammonium, nitrat dan nitrit) dari Situ Cibuntu, Cibinong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit mampu menurunkan 96,25% senyawa nitrit, 87,2% senyawa nitrat dan 86,1% senyawa ammonium. Selain itu, zeolit juga mampu menurunkan kekeruhan sebesar 82,41% dan warna sebesar 70,94%. Secara umum dapat dikatakan bahwa zeolit merupakan adsorben yang cukup efektif dalam menurunkan polutan dalam perairan.

Kata kunci : adsorpsi, fixed bed, senyawa Nitrogen, zeolit

53

2. PENGARUH MEDIA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN KONSENTRASI NaCl BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LIPID Navicula sp.

Dwi Sunu Widyartini*, A. Ilalqisny Insan dan Anita Mufidatun

Fakultas Biologi Unsoed. Jl. dr. Soeparno 63 Purwokerto 53122

*email: [email protected]

Pertumbuhan Navicula sp. dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya salinitas yang berkaitan dengan kemampuan Navicula sp. Untuk mempertahankan tekanan osmotik antara protoplasma dengan lingkungan hidupnya dalam menghasilkan lipid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl pada limbah cair tapioka terhadap pertumbuhan Navicula sp. sehingga dapat ditentukan konsentrasi NaCl yang menghasilkan pertumbuhan dan kandungan lipid tertinggi. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan perbedaan konsentrasi NaCl yang dicobakan 0; 22,5; 25; 27,5; 30; 32,5; 35 dan 37,5 ppt, dengan ulangan sebanyak 3 kali. Variabel terikat yaitu pertumbuhan dan kandungan lipid Navicula sp. Variabel bebas yaitu konsentrasi penambahan NaCl. Parameter utama yang diukur yaitu jumlah sel dan kandungan lipid Navicula sp. Parameter pendukung yang diukur yaitu suhu, pH, intensitas cahaya, kandungan N, P dan CO2 bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi NaCl yang semakin tinggi pada media limbah cair tapioka berpengaruh menurunkan pertumbuhan mikroalga Navicula sp. Perlakuan konsentrasi NaCl tidak menghasilkan pertumbuhan sel mikroalga Navicula sp. yang maksimal, akan tetapi penambahan konsentrasi NaCl 22,5 ppt mampu menghasilkan kandungan lipid Navicula sp. paling tinggi yaitu sebesar 6,7 mg.

54

Kata kunci: Navicula sp.; limbah cair tapioka; penambahan NaCl; pertumbuhan; lipid

3. PEMBUATAN TEST KIT “SMART KIT” FOSFAT UNTUK USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

Ellis Mursitorini*, Hendro Sulistiono, dan Silvian Rusminar

Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang, Kementerian Kelautan dan Perikanan

*email: [email protected]

Pembuatan test kit uji fosfat yang diberi nama “Smart Kit Fosfat” telah dilakukan sebagai alternatif pengujian yang cepat, akurat, murah dan mudah diaplikasikan sehingga dapat menggambarkan kondisi pengukuran terkini (real time) di lapangan. Produksi “smart kit” fosfat dilakukan dengan enam tahapan, yaitu 1) studi literatur, 2) formulasi, 3) validasi, 4) penentuan masa kedaluarsa, 5) pembuatan kertas standard dan 6) teknologi pengepakan dan penyimpanan. Berdasarkan hasil modifikasi didapatkan formulasi penggunaan ”smart kit” fosfat yaitu reagen 1 (larutan asam sulfat) sebanyak 0,05 mL (1 tetes), reagen 2 (asam askorbat) sebanyak 0,03 g (1 sendok) dan reagen 3 (larutan campuran amonium molibdat dan natrium antimoni tatrat) sebanyak 0,1 mL (2 tetes). Formulasi digunakan untuk sampel uji yang memiliki tingkat kecerahan tinggi (>50 cm) dengan volume sebanyak 5 mL. Validasi formulasi telah memenuhi kriteria penerimaan yang ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemist (AOAC) yaitu nilai linearitas sebesar 0,9997, uji

55

repetabiliti berkisar antara 0.39 % - 12.33 %, dan nilai akurasi berkisar antara 91,02 – 99,58 %. Test kit ini memiliki nilai batas deteksi (LoD) sebesar 0,050 mg/L dan nilai batas kuantifikasi (LoQ) sebesar 0,200 mg/L. Nilai uji “robustness” didapatkan pembacaan stabil mulai menit ke-10 sampai dengan menit ke-240. Masa kedaluarsa “smart kit” fosfat mencapai 7 bulan. “Smart kit” fosfat memiliki kertas standar warna yang telah divalidasi dan memiliki kemasan yang baik. Rekomendasi penyimpanan terbaik adalah penyimpanan pada suhu 4 oC sampai dengan 8oC, namun pada suhu ruang masih direkomedasikan. Dari segi nilai kelayakan finansial, “smart kit” fosfat lebih murah dibandingkan metode lain atau test kit lainnya. Dari enam tahapan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa test kit ini layak digunakan sebagai metoda pemeriksaan cepat, akurat dengan harga yang terjangkau dan dapat dengan mudah dipergunakan oleh stakeholder perikanan budidaya dalam pengujian kandungan fosfat di lingkungan budidaya.

Kata kunci : fosfat, smart kit, dan validasi

4. PENGARUH NANO BUBBLE TERHADAP PENAMPILAN PERKEMBANGAN LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio, Linn) DI BALAI BENIH IKAN SAMOSIR

Syahroma Husni Nasution*, Lukman, Tri Widiyanto, Novi Mayasari, dan Bambang Teguh Sudiyono

Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Jl Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, 16911

*email: [email protected]

56

Teknologi nano bubble (NAB) telah dimanfaatkan dalam pembenihan ikan selain dalam bentuk pemberian aerasi (AER). Namun informasi dampak teknologi nano bubble masih relatif jarang ditemukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh NAB terhadap penampilan perkembangan larva ikan mas. Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Samosir pada bulan Juli 2019. Perlakuan meliputi media pemeliharaan larva yang dilengkapi nanno buble dan sistem aerasi. Pemijahan ikan dilakukan dengan mengawinkan induk jantan dan betina secara alami di kolam yang sudah dilengkapi dengan kakaban. Kemudian induk ikan dipindahkan ke kolam pemulihan induk. Telur yang terdapat di kakaban dipindahkan ke dalam strimin berukuran 100 x 100 cm masing-masing, dilakukan dengan enam ulangan setiap perlakuan Untuk mengetahui persentase telur yang menetas dilakukan dengan mengambil sebanyak 100 butir telur dan dipindahkan ke dalam strimin berukuran 20 x 20 cm sebanyak enam ulangan setiap perlakuan. Diameter telur diukur dari 600 butir dan perkembangan larva dilakukan dengan mengukur panjang badan larva menggunakan alat ukur kaca berskala dan berat total ikan menggunakan timbangan. Kualitas air sebagai penunjang penelitian adalah DO (Dissolved Oxygen) dan suhu air. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persentase telur yang menetas pada perlakuan NAB dan AER masing-masing adalah 54,7 dan 55,5%. Diameter telur terbesar (56,60%) berada pada kelas ukuran 1,8-2,1 mm. Rata-rata pertumbuhan panjang harian, pertumbuhan panjang spesifik dan pertumbuhan berat harian, pertumbuhan berat spesifik larva ikan perlakuan NAB masing-masing adalah 0,702± 0,051mm/hari, 8,190 ± 0,650%/hari, dan 0,0029 ± 0,001 g/hari, 5,632 ±3,108%/hari. Rata-rata pertumbuhan panjang harian, pertumbuhan panjang spesifik dan pertumbuhan berat harian, pertumbuhan berat spesifik larva ikan perlakuan AER masing-masing adalah 0,637 ± 0,096 mm/hari, 7,225 ± 1,083%/hari, dan 0,0032 ± 0,0009 h/hari, 9,099 ± 2,155%/hari. Sintasan rata-rata larva ikan mas di NAB 89,97 ± 5,34%

57

dan di AER 91,80 ± 5,03%. Nilai kisaran DO di NAB 6,0 – 11,9 mg/L dan di AER berkisar antara 5,7 – 11,3 mg/L. Nilai DO terendah dijumpai jam 06.00 pagi dan tertinggi jam 12.00 siang. Nilai rata-rata suhu air di NAB terlihat lebih tinggi daripada di kolam AER (suhu air di NAB: 25 – 32 oC; suhu air di AER: 24 – 30 oC). Secara umum terlihat bahwa pemeliharaan larva ikan mas lebih baik menggunakan sistem aerasi dibandingkan sistem nano bubble dilihat dari pertumbuhan berat spesifik dan sintasan larva.

Kata kunci: nano bubble, penampilan, larva ikan mas

5. Kesesuaian Lahan Pantai Utara Kabupaten Pati untuk Konservasi dan Rehabilitasi Mangrove Berdasarkan Parameter Suhu, pH, Salinitas, Oksigen Terlarut dan Sedimen

Achmad Nur Prihantoro1*, Sutrisno Anggoro2 , dan Fuad Muhammad3

1 Master Program of Environmental Science, School of Postgraduate Studies, Diponegoro University, Semarang - Indonesia 2 Department of Aquatic Resources, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Diponegoro University, Semarang - Indonesia 3 Department of Biology, Faculty of Science and Mathematics, Diponegoro University, Semarang – Indonesia

*email: [email protected]

Tutupan hutan mangrove di pesisir utara Kabupaten Pati mengalami penurunan setelah adanya konversi lahan menjadi tambak. Salah satu strategi mitigasi kerentanan pesisir adalah rehabilitasi dan

58

konservasi mangrove. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui parameter fisika, dan kimia lahan mangrove sehingga diketahui jenis tumbuhan mangrove yang cocok untuk percepatan program rehabilitasi. Metode yang digunakan adalah deskriptif berdasarkan data-data hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan. Hasilnya diketahui bahwa suhu di rentang 26 -320c, pH berkisar 7-8, salinitas berkisar 20-30 ppt, Oksigen terlarut berkisar 3-6 mg/l. Kondisi tanah substrat lempung sedikit berliat (clay loam). Secara umum parameter suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut dan sedimen masih ditoleransi untuk pertumbuhan mangrove. Adapun jenis mangrove yang sesuai dengan kondisi lahan adalah jenis R. Mucronata, R, Appiculata dan B, Gymnorrhiza.

Kata kunci: Kesesuaian; Mangrove; Kabupaten Pati; Konservasi dan Rehabilitasi

6. INTERVENSI TEKNOLOGI SILVOFISHERY DALAM PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) MANGROVE LUBUK KERTANG KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

Triyanto1*, Tri Widiyanto1, Sutrisno1, Eva Nafisyah1, Dedi S Adhuri2, M Nadjib3, Intan A P Putri4, Atika Z Rahmayanti3 dan Imam Syafi’i5

1 Pusat Penelitian Limnologi-LIPI 2 Pusat Penelitian Kemasyarakatn dan Kebudayaan-LIPI 3 Pusat Penelitian Kependudukan-LIPI 4 Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI 5 Pusat Penelitian Politik-LIPI

*Email: [email protected]

59

Desa Lubuk Kertang Kabupaten Langkat memperoleh hak pegelolaan perhutanan sosial dari pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pemanfaatan yang dilakukan dalam pengelolaan mangrove dilakukan dengan kegiatan ekowisata dan budidaya perikanan dengan sistem silvofishery. Pemanfaatan hutan mangrove melalui kegiatan silvofishery dilakukan oleh kelompok HKm Lestari Mangrove, dengan melakukan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei). Hasil penilaian terhadap budidaya yang dilakukan masih belum memenuhi kaidah dari prinsip prinsip silvofishery. Intervensi teknologi silvofishery bertujuan untuk melakukan transfer pengetahuan kepada kelompok masyarakat pengelola mangrove agar manfaat ekonomi dari pemanfaatan mangrove dapat meningkat. Penelitian dilakukan pada Oktober- Desember 2018. Metode penelitian dilakukan dengan metode experimen dan metode deskriptif. Model silvofishery yang diterapkan dengan menggunakan model empang parit. Komoditas yang dibudidayakan adalah kepiting bakau (Scylla serrata), ikan bandeng (Chanos chanos) dan udang windu (Penaeus monodon). Hasil penelitian menunjukkan adanya respon positif dari masyarakat dalam menerapkan teknologi yang diintervensikan. Hasil budidaya kepiting menunjukkan hasil yang baik, untuk budidaya ikan dan udang masih terkendala dengan adanya serangan penyakit.

Kata kunci: budidaya, kepiting bakau, udang windu, silvofishery

7. Kemungkinan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kualitas Air Waduk Wadaslintang Diana Retna U. S. Rahayu1*, Sutrisno Anggoro2, Tri Retnaningsih Soeprobowati3

60

1 Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro) 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro 3 Program Studi Magister Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

*email: [email protected]

Perubahan iklim dapat berdampak pada perubahan kualitas air. Kualitas air pada Waduk Wadaslintang menunjukkan adanya perubahan berdasarkan hasil penelitian seri dari tahun 2008, 2009, 2015, 2016 dan 2017. Kajian ini bertujuan mengetahui perubahan parameter limnologi pada Waduk Wadaslintang dari tahun 2008- 2017. Hasil kajian menujukkan adanya perubahan tipe iklim dari tipe (C) agak basah menjadi tipe F (kering); temperatur air rata-rata pada musim penghujan cenderung meningkat sebesar +1oC dan +2oC pada musim kemarau; konsentrasi nutrien (Total Phosphat dan Total Nitrogen) cenderung meningkat baik pada musim kemarau maupun penghujan. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan Chlorofil- a baik pada musim penghujan maupun kemarau. Hasil kajian juga menunjukkan perubahan tataguna lahan daerah tangkapan air (DTA) dan pemanfaatan badan air untuk kegiatan perikanan budidaya yang melebihi kapasitas daya dukung waduk juga dapat berdampak pada perubahan parameter limnologi di Waduk Wadaslintang.

Kata kunci: kualitas air, perubahan iklim, Waduk Wadaslintang

61

8. Potensi Waduk Wadaslintang Untuk Wisata Geologi

Gentur Waluyo1*, Agatha Sih Piranti2

1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Unsoed Purwokerto 2 Bagian Biologi Lingkungan, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto

*email: [email protected]

Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, termasuk budaya dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Istilah Ekowisata saat ini lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism. Istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan. Geotourism adalah pengetahuan berbasis pariwisata, integrasi antara industri pariwisata dengan konservasi dan interpretasi lingkungan alam abiotik dengan mempertimbangkan isu-isu budaya lokal terkait dengan geosite-nya (tata letak kebumiannya) untuk diketahui oleh masyarakat luas. Kegiatan Geotourism/Geowisata bertujuan untuk: 1. Meningkatkan mutu, nilai dan fungsi Obyek Wisata Alam sebagai sarana rekreasi, pendidikan, pengetahuan populer dan pelestarian lingkungan 2. Sosialisasi Ilmu Kebumian, khususnya tentang asal-usul terbentuknya bentang alam dan kaitannya dengan dinamika bumi, melalui pengenalan fenomena kebumian dan proses alami yang menyebabkannya.

62

3. Meningkatkan pemahaman makna ekosistem untuk pelestarian lingkungan dan resiko kebencanaan melalui pengenalan fenomena alam geologi. Waduk Wadaslintang tidak berada di kawasan konservasi sehingga fungsinya sebagai fungsi ekologi dan fungsi kemasyarakatan (industri, ekonomi dan budaya). Sebagai fungsi ekologi Waduk Wadaslintang merupakan tempat kehidupan biota air, baik flora maupun fauna. Keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna dapat dipakai sebagai dasar kestabilan ekologi di daerah tersebut. Sebagai fungsi kemasyarakatan Waduk Wadaslintang berfungsi sebagai penyedia air baku irigasi, industri, pembangkit listrik, kegiatan perikanan tangkap dan budidaya serta pariwisata dan pengendalian banjir. Waduk Wadaslintang juga dikembangkan menjadi kawasan wisata, baik wisata air dan geowisata berupa singkapan batu gamping membentuk lapisan batuan dengan struktur sedimen yang sangat indah yang terbentuk pada waktu geologi. Hal itu terjadi karena proses erosi dan pelarutan dalam waktu yang lama (waktu geologi) sehingga menjadi bentukan lubang-lubang yang jumlahnya banyak, sehingga dinamai “Lubang Sewu”. Waduk Wadaslintang terletak di perbatasan Kabupaten Kebumen dan Wonosobo berdasarkan kemudahan akses transportasi, lokasi Waduk Wadaslintang merupakan salah satu tujuan wisata yang mudah di jangkau dengan kendaraan umum maupun pribadi. Potensi waduk selain sebagai sumber irigasi persawahan juga untuk menggerakan turbin untuk PLTA, air baku industri dan rumah tangga serta pengendali banjir merupakan fungsi sekunder Waduk Wadaslintang.

Kata kunci: geowisata, Wadaslintang, konservasi

63

Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Diskusi Pakar Diskusi Pakar

No Judul Abstrak 1 Ecohydrology Demosite Sebagai Sarana Penguatan Implementasi Konsep Ekohidrologi Di Wilayah Asia Pasifik () 2 Karakteristik Hidrologi Sebagai Dasar Pengelolaan Danau Cascade Mahakam () 3 Tren Penelitian Limnologi Berdasarkan Analisis Bibliometrik () 4 Grand Design Penelitian Limnologi Dalam Mendukung Visi Indonesia 2045 (Arianto Budi Santoso)

1. ECOHYDROLOGY DEMOSITE SEBAGAI SARANA PENGUATAN IMPLEMENTASI KONSEP EKOHIDROLOGI DI WILAYAH ASIA PASIFIK

Ignasius D.A. Sutapa1,2*

1 Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE) 2 Pusat Penelitian Limnologi – LIPI

Cibinong Science Centre, Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat, Indonesia

*email: [email protected]

Asia Pasifik, wilayah dengan jumlah penduduk lebih dari 60% penduduk dunia, menghadapi tantangan permasalahan sumberdaya air yang semakin kompleks. Tekanan terhadap ekosistem perairan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, aktivitas domestik dan industri serta kegiatan ekonomi lainya.

64

Perubahan iklim juga dapat memperparah kondisi lingkungan yang terdegradasi dari aspek intensitas maupun frekuensi melalui banjir, longsor, kekeringan dll. Penanganan permasalahan sumberdaya air yang cenderung bersifat sektoral sering tidak dapat memperoleh hasil yang optimal. Paper ini bertujuan untuk melakukan telaah mengenai pentingnya Ecohydrology Demonstration Site sebagai sarana untuk memperkuat implementasi konsep ekohidrologi di tengah masyarakat sebagai contoh solusi ekohidrologi di daerah aliran sungai di semua skala. Demosite tersebut dapat menunjukkan integrasi konsep "peningkatan potensi ekosistem" dengan strategi ekohidrologi yang terkait erat dengan air untuk meningkatkan manajemen sumber daya air terpadu di area spesifik. Ekohidrologi sebagai paradigma ilmiah melihat bahwa air merupakan penentu dan pengatur sebagian besar proses ekologi, seperti sirkulasi nutrisi dan aliran energi, yang menentukan tingkat keanekaragaman hayati, bioproduktivitas, ketersediaan layanan ekosistem untuk masyarakat dan ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim. Konsep dasar ekohidrologi menunjukan bahwa biota dapat memodifikasi siklus hidrologi hingga taraf yang luas, sehingga kedua jenis interaksi ini menjadi latar belakang pemanfaatan proses ekosistem sebagai sarana pengelolaan inovatif untuk meningkatkan potensi keberlanjutan daerah tangkapan air serta untuk menyelaraskannya dengan langkah-langkah perbaikan teknis

Kata kunci: demosite, ekohidrologi, ecosystem services, sumberdaya air

65

2. KARAKTERISTIK HIDROLOGI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DANAU CASCADE MAHAKAM

M. Fakhrudin*

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Danau Cascade Mahakam meliputi Danau Jempang, Danau Melintang dan Danau Semayang merupakan danau paparan banjir, dicirikan oleh fluktuasi tinggi air danau yang dinamis dan produktivitas perikanan tinggi. Danau cascade ini mempunyai sistem hidrologi yang komplek, ketika banjir ketiga danau menyatu dengan sungai Mahakam. Tetapi sebaliknya ketika musim kemarau genangan air hanya tersisa pada alur-alur yang dalam. Sungai Pela yang merupakan outlet Danau Semayang dan Melintang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hasil pengukuran kandungan sedimen sungai- sungai anak sungai Mahakam yang masuk danau menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada sungai yang berasal dari daerah tangkapan air danau. Hulu DAS Mahakam ini mempunyai topografi bergelombang sampai berbukit-bukit, bahkan mendekati pegunungan yang digunakan untuk pertambangan, perkebunan, pertanian dan hutan tanaman industri, sehingga menyebabkan erosi yang tinggi. Analisis data tinggi muka air selama 29 tahun terakhir menunjukkan bahwa kejadian banjir ekstrim dan surut ekstrim semakin sering terjadi, terutama setelah tahun 2000. Pada tahun 2006 banjir ekstrim berlangsung selama 63 hari dan surut ekstrim berlangsung selama 67 hari. Fluktuasi muka air danau ini juga terkait dengan pola hujan yang terjadi pada daerah tangkapan air danau cascade. Hujan tahunan menunjukkan fluktuasi yang cukup besar, terendah 1.346 mm dan tertinggi 4.036 mm. Perubahan fluktuasi

66

muka air yang ekstrim ini berdampak buruk terhadap fungsi perairan danau sebagai habitat dan tatanan siklus hidup biota perairan.

Kata kunci : danau paparan banjir, fluktuas muka air, sedimentasi, produktivitas perikanan

3. Tren Penelitian Limnologi Berdasarkan Analisis Bibliometrik

Hidayat* dan G.S. Haryani

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Sejak didirikan pada tahun 1986, Pusat Penelitian (Puslit) Limnologi (sebelumnya Puslitbang Limnologi) telah melakukan berbagai kegiatan penelitian bidang perairan darat. Untuk mengetahui tren perkembangan penelitian limnologi, telah dilakukan analisis bibliometrik terhadap publikasi hasil-hasil penelitian Puslit Limnologi dari tahun 1989 sampai dengan 2017. Analisis bibliometrik dilakukan terhadap abstrak publikasi berupa artikel jurnal, prosiding pertemuan ilmiah, buku, dan tesis/disertasi yang dihasilkan sivitas dengan menggunakan aplikasi text-mining dalam paket program R. Sebagai pembanding untuk mengantisipasi bias akibat perbedaan kedalaman isi dan batasan jumlah kata dalam abstrak, dilakukan juga analisis terhadap judul publikasi. Analisis dilakukan per periode sepuluh tahunan sebagai berikut: periode awal: 1989-1998, periode pertengahan: 1999-2008, dan periode terakhir: 2009-2017. Periode 1986-1988 tidak dimasukkan dalam analisis karena minimnya publikasi pada awal berdirinya Puslit Limnologi. Hasil text-mining

67

terhadap abstrak menunjukkan bahwa ‘ikan’ merupakan kata kunci yang paling sering muncul pada semua periode. Sedangkan berdasarkan hasil text-mining terhadap judul meskipun masih menunjukkan ‘ikan’ sebagai kata kunci yang paling sering muncul pada dekade pertama dan kedua, tetapi pada dekade ketiga posisinya tergeser oleh kata kunci ‘danau’. Pada periode awal, penelitian cenderung berkonsentrasi pada komoditi dengan berbagai aspeknya, termasuk pengaruh berbagai perlakuan. Hal ini berlanjut pada periode pertengahan dengan kompleksitas yang lebih tinggi yang diindikasikan dengan relatif tingginya penggunaan kata kunci ‘habitat’, ‘kelimpahan’ dan ‘distribusi’. Pada periode terakhir, tren penelitian semakin kompleks yang ditandai dengan meningkatnya penggunaan kata kunci terkait pemodelan seperti ‘parameter, ‘data’, dan ‘model’.

4. Grand Design Penelitian Limnologi Dalam Mendukung Visi Indonesia 2045

Arianto Budi Santoso*

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Keterbatasan sumber daya perairan darat merupakan isu sentral yang dihadapi seluruh negara di dunia, baik maju maupun berkembang. Dengan ketersediaan yang sangat terbatas ini ekosistem perairan darat (sebagai satu kesatuan sistem yang mendukung sumber daya perairan darat) sangat rentan terhadap tekanan. Penurunan kualitas dan kuantitas akibat dampak dari

68

aktivitas manusia, maupun perubahan iklim baik secara langsung maupun tidak adalah tantangan yang sudah lama kita dihadapi dan terus diupayakan untuk diselesaikan. Pembangunan nasional di satu sisi merupakan suatu keniscayaan dan menjadi tantangan sekaligus tawaran bagi limnologi dalam memberikan landasan saintifik dalam pengelolaan ekosistem perairan darat yang berkesinambungan. Visi Indonesia 2045 dengan gagasan pembangunan ekonomi berkelanjutannya merupakan pekerjaan rumah bagi penelitian limnologi di Indonesia, paling tidak hingga tahun 2045. Sebagai ilmu interdisiplin limnologi harus hadir dalam sektor-sektor pembangunan yang sensitif terhadap ekosistem perairan darat. Limnologi harus lebih cepat dalam merespon kompetisi akses dan eksploitasi sumber daya perairan, penurunan kualitas air, kerusakan DAS, munculnya “urban lakes and waterways” dan isu terkait lainnya sebagai dampak dari target pertumbuhan ekonomi tinggi. Limnologi harus berperan aktif dalam pengembangan sistem tata kelola ekosistem perairan darat untuk mendukung komitmen pemerintah pada kualitas lingkungan hidup yang baik. Limnologi harus menjadi bagian dalam pembangunan waduk-waduk baru dan infrastruktur “pemukiman hijau”. Selain mengembangkan riset-riset berbasis kebutuhan tersebut, limnologi harus dapat mengembangkan scientific core-nya sehingga outcome nya menjadi landasan bagi pembangunan. Kerjasama riset adalah suatu keniscayaan, tidak hanya di antara institusi penelitian tetapi juga harus melibatkan pemerintah baik pusat maupun daerah sebagai pengambil kebijakan dan pelaksana, hingga masyarakat luas. Adanya perkembangan teknologi informasi dan target pembangunan infrastrukturnya yang cukup optimis adalah peluang besar dalam mewujudkan kerjasama riset lintas batas.

Kata kunci: limnologi, grand design, visi 2045, pembangunan berkelanjutan, kerjasama riset

69

Kumpulan Abstrak Makalah Sesi Poster

1. KAJIAN KUALITAS FISIKA-KIMIA AIR SUNGAI CILIWUNG DI WILAYAH DKI JAKARTA TAHUN 2015

Siti Aisyah*

Pusat Penelitian Limnologi – LIPI

*email: [email protected]

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sumber air baku dan air minum di wilayah DKI Jakarta. Daerah aliran sungai yang berada di wilayah kota padat penduduk menyebabkan kondisinya semakin hari semakin mengkhawatirkan. Untuk itu monitoring kualitas air sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi terkini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air dan status mutu S. Ciliwung di wilayah DKI Jakarta berdasarkan parameter fisika kimia. Pengambilan sampel dilakukan pada tahun 2015 pada saat air tinggi dan air rendah. Lokasi sampling terdiri dari 10 stasiun. Parameter fisika kimia yang diukur adalah suhu, total padatan terlarut (TDS), konduktivitas, pH, potensial oksidasi-reduksi (ORP), oksigen terlarut (DO), total fosfor, chemical oxygen demand (COD) dan total coliform. Hasil pengukuran dihitung menggunakan metode Indeks Pencemaran dan diklasifikasikan berdasarkan PP No. 82/2001. Hasil pengukuran menunjukkan, terdapat perbedaan yang signifikan antara saat air tinggi dan saat air rendah pada stasiun 4 dan stasiun 5. Nilai konduktivitas, TDS, COD, dan total fosfor lebih tinggi sedangkan nilai konsentrasi DO dan ORP lebih rendah di kedua stasiun tersebut pada saat air rendah. Dari hasil perhitungan Indeks Pencemaran (IP), stasiun 1, 2, 8, dan 10 tergolong tercemar ringan, sedangkan stasiun 3, 4, 5, 6, 7, dan 9 tergolong tercemar sedang.

70

Kata kunci: Kualitas air, fisika-kimia, Sungai Ciliwung, DKI Jakarta

2. STATUS PERAIRAN HULU SUNGAI YANG BERMUARA KE DANAU MANINJAU DALAM UPAYA KARAKTERISASI HABITAT IKAN LOKAL ASLI DANAU

Tri Suryono, Octavianto Samir dan Jojok Sudarso

Puslit Limnologi-LIPI

*email: [email protected]

Danau Maninjau merupakan danau tektovulkanik yang keberadaannya sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat disekitarnya. Saat ini kondisi perairaan Danau Maninjau mengalami penurunan sehingga berpengaruh terhadap kehidupan akuatik khususnya ikan lokal asli danau yang banyak mengalami perubahan terhadap struktur komunitasnya. Perubahan kualitas air Danau Maninjau juga dipengaruhi oleh kualitas air sumber yang masuk ke danau. Salah satu sumber air danau adalah sungai-sungai di sekeliling Danau Maninjau yang bermuara ke danau tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik kualitas air sungai yang bermuara ke Danau Maninjau khususnya bagian hulu. Hasil survey dari 7 lokasi hulu sungai diperoleh kisaran konsentrasi TN 0,028 – 0,596 mg/L dengan rata-rata konsentrasi 0,241 mg/L, TP diperoleh konsentrasi antara 0,01 – 0,056 mg/L rata-rata 0,026 mg/L, Kondisi suhu berkisar antara 21 – 25 oC rata-rata 23 oC, Oksigen terlarut antara 6,07 – 7,66 mg/L rata-rata 7,017 mg/L, pH berkisar antara 7,63 – 9,21 dengan rata-rata 8,198, nilai konduktivitas perairan antara 0,064 – 0,679 mS/cm rata-rata 0,125 mS/cm

71

sementara Turbiditas bekisar antara 0 – 10,5 NTU dengan rata-rata 3,66 NTU, konsentrasi TDS dan SS berturut-turut 0,042 – 0,091 mg/L rata-rata 0,06 mg/L dan 0,4 – 19,6 mg/L dengan rata-rata 8,815 mg/L sedangkan kondisi debit di bagian hulu berkisar antara 0,029 – 0,662 m3/dt dengan rata-rata 0,224 m3/dt. Berdasarkan nilai skoring pembobotan dari parameter kualitas air yang diambil kondisi sungai yang bermuara di Danau Maninjau bagian hulu masih tergolong ringan sampai kondisinya masih baik dengan nilai skor 39 – 64.

Kata kunci: Danau Maninjau, Status Perairan, Hulu Sungai, Karakteristik Habitat dan Ikan Lokal Asli.

3. CACING OLIGOCHAETA DI SUNGAI RANGGEH

Jojok Sudarso dan Imroatussholikhah

Puslit Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Kajian tentang kekayaan dan kelimpahan jenis dari Cacing Oligochaeta di Sungai Ranggeh Sumatera Barat untuk pertama kali dilakukan penelitian. Cacing oligochaeta merupakan salah satu komponen penting penyusun dari komunitas makrozoobentos yang hidup di sungai Ranggeh. Tujuan dari penelitaian ini adalah untuk mengungkap kekayaan taksa dan kelimpahan jenis cacing oligochaeta di Sungai ranggeh sebelum dilakukan restorasi habitatnya. Sampling dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan surber selama 2 bulan (Februari dan Maret 2019). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan jumlah total dari cacing

72

oligocaheta yang ditemukan sebanyak 6 jenis, yang semuanya dari famili Naididae yaitu: Pristina synclites, Pristina menoni, Dero (dero) digitata, Dero (aulophorus) flabelliger, Allonais inequalis, dan Nais communis. Secara umum kelimpahan total dari cacing Oligochaeta dari sungai Ranggeh tergolong rendah sampai sedang yaitu mencapai 33-200 individu/m2.

Kata kunci: Oligochaeta, komposisi, kelimpahan, sungai Ranggeh

4. FITOPLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI DANAU RAWA PENING

Nurul Latifah

Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat penting di dalam suatu perairan, antara lain sebagai dasar dari rantai makanan dan juga merupakan bioindikator pencemaran perairan. Bioindikator merupakan organisme yang memberi petunjuk tentang lokasi (lokasi geografis suatu tempat), status (petunjuk keadaan suatu saat), dan kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur komunitas fitoplankton di Danau Rawapening, dan mengkaji kualitas air di Danau Rawapening. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018. Penentuan titik sampling dilakukan secara random sampling yaitu dengan menentukan 5 titik sampling yang berbeda. Analisis data menggunakan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), indeks keseragaman (e) dan indeks saprobik (X). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fitoplankton berjumlah antara 3-11 jenis. Jenis fitoplankton yang umum ditemukan adalah Melosira sp. Indeks keanekaragaman jenis (H’) berkisar antara 1,04-2,18 menggambarkan komunitas yang tingkat kestabilan ekosistemnya

73

adalah sedang. Adapun nilai indeks pemerataan (e) berkisar antara 0,61-1 yang menggambarkan bahwa tiap stasiun mempunyai pemerataan jenis tinggi. Tingkat saprobitas berada pada status Oligosaprobik sampai β/α-Mesosaprobik yang menggambarkan pencemaran sangat ringan sampai ringan.

Kata kunci: fitoplankton, kualitas air, Danau Rawa Pening, Semarang.

5. KAJIAN STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI SUNGAI RANGGEH SEBELUM RESTORASI HABITAT KANAGARIAN SUNGAI BATANG, KAB. AGAM-SUMATERA BARAT

Muhammad Badjoeri*

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Sungai Ranggeh merupakan sungai yang airnya bermuara ke Danau Maninjau dan berperan penting karena fungsinya sebagai zona habitat evakuasi ikan dan fauna akuatik lainnya, ketika kondisi kualitas air danau memburuk, sumber air irigasi pertanian dan keperluan domestik. Dua tahun terakhir sungai ini menjadi objek kegiatan penelitian restorasi habitat. Kegiatan tersebut diduga berpengaruh terhadap komunitas organisme di dalamnya. Zooplankton di perairan merupakan sumber pakan alami larva ikan sehingga sangat penting keberadaannya. Tujuan Penelitian untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di Sungai Ranggeh sebelum dilakukan restorasi habitat. Penelitian ini dilakukan tahun

74

2019 di Sungai Ranggeh, Kanagarian Sungai Batang, Kabupaten Agam-Sumatera Barat sebagai data dan informasi ilmiah dalam upaya pelestarian ikan di Danau Maninjau. Sampling dilakukan 4 kali di 5 stasiun pada Februari, Maret, April, dan Juni menggunakan net zooplankton. Sampel air sungai disaring sebanyak 20 liter dan diawetkan dengan lugol 5%. Identifikasi sampai tingkat genus menggunakan berbagai referensi. Analisis kelimpahan menggunakan Sedwick Rafter Cell. Pengukuran fisika-kimia air menggunakan alat water quality checker-Horiba U-53 series dan Analisis parameter kimia di Laboratorium Uji Puslit Limnologi-LIPI. Hasil penelitian menunjukkan Sungai Ranggeh sebelum restorasi habitat merupakan habitat perairan yang stabil dengan tingkat keragam jenis sedang (Indeks Shannon-Wiener; H’ = 1,758 – 2,240) dan tidak ditemukan jenis yang dominan (indeks Dominansi Simpson; D = 0,085 - 0,144) dan tersebar merata (Indeks Eveness; E = 0,468-0,645).

Kata kunci: Sungai Ranggeh, zooplankton, distribusi, kelimpahan, restorasi

6. Kekayaan Spesies dan Tingkatan Trofik Ikan Yang Tertangkap Di Waduk Wadaslintang

Diana Retna Utarini Suci Rahayu1, Agatha Sih Piranti1, Gentur Waluyo2

1 Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman 2 Fakultas Teknik, Jurusan Geologi, Universitas Jenderal Soedirman

Pengetahuan tentang keanekaramanan jenis ikan dapat berfungsi sebagai dasar konservasi spesies endemik dan menjaga stabilitas

75

ekosistem perairan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ikan air tawar yang tertangkap pada musim kemarau dan penghujan di Waduk Wadaslintang dan tingkatan trofik masing-masing spesies. Penelitian dilakukan pada musim kemarau tahun 2015 dan musim penghujan tahun 2016 di Waduk Wadaslintang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan jaring insang (gillnet) oleh nelayan dengan ukuran mata jaring (mesh) minimal 3 inci yang dipasang sejak jam 17.00 – 05.00. Hasil penelitian menunjukkan 6 spesies ikan tertangkap di Waduk Wadaslintang baik pada musim kemarau maupun penghujan yaitu Puntius orphoides, Oreochromis niloticus, Oreochromis mossambicus, Pangasius sp, Oxyeleotris marmorata, dan Canna striata. Satu spesies termasuk dalam trofik level 2, tiga spesies termasuk dalam trofik level 3 dan dua spesies termasuk dalam trofik level 4. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan ketidakseimbangan komposisi ikan di Waduk Wadaslintang.

Kata kunci: jenis-jenis ikan, komposisi spesies ikan, trofik level, Waduk Wadaslintang.

7. KOMPOSISI JENIS IKAN SITU CIBUNTU, KAWASAN CIBINONG SCIENCE CENTER, KABUPATEN BOGOR

Rahmi Dina1*, Lukman1, Aiman Ibrahim1, Ira Akhdiana1, dan Gema Wahyudewantoro2

1 Pusat Penelitian Limnologi LIPI

2 Pusat Penelitian Biologi LIPI

*email: [email protected]

76

Situ Cibuntu merupakan salah satu perairan tergenang berukuran kecil yang terdapat di kawasan Cibinong Science Center (CSC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah satu bentuk pemanfaatan Situ Cibuntu adalah untuk pemancingan. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka telah dilakukan beberapa kali penebaran ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan jenis dan komposisi jenis ikan yang terdapat di Situ Cibuntu. Pengambilan contoh ikan dilakukan dua kali yaitu bulan November dan Desember 2018 pada dua titik yaitu dekat pulau dan outlet. Ikan ditangkap menggunakan jaring insang yang terdiri dari delapan jenis ukuran mata jarring dan dipasang pada malam hari. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ditemukan sembilan jenis ikan yang tergolong ke dalam tujuh famili. Cyprinidae merupakan famili dengan jumlah jenis terbanyak yaitu 3 jenis (Barbodes binotatus, Osteochilus vittatus, dan Rasbora argyrotaenia). Famili lainnya masing-masing dengan satu jenis ikan yaitu Ambassidae: Ambassis buruensis; Eleotridae: Oxyeleotris marmorata; Cichlidae: Oreochromis niloticus; Osphronemidae: Trichopodus trichopterus; Channidae: Channa striata; dan Mastacembelidae: Macrognathus aculeatus. Secara keseluruhan Rasbora argyrotaenia merupakan jenis ikan dominan yang ditemukan.

Kata kunci: Jenis ikan, komposisi, Situ Cibuntu.

77

8. Struktur Komunitas Makrozoobentos dan Perannya Dalam Biomonitoring Kualitas Perairan Sungai dan Muara Ranggeh, Maninjau, Sumatera Barat

Imroatushshoolikhah*, Aiman Ibrahim, Jojok Sudarso

Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Jl Raya Jakarta-Bogor km46 Cibinong

*email: [email protected]

Sungai Ranggeh adalah salah satu sungai inlet Danau Maninjau. Masukan limbah dari sekitar sungai berpotensi mempengaruhi kualitas perairan dan biota yang hidup didalamnya. Sungai Ranggeh diketahui menjadi habitat bagi biota, salah satunya adalah makrozoobentos. Komunitas tersebut dapat berperan sebagai bioindikator yang mencerminkan kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobentos dan untuk mengetahui kualitas perairan Sungai dan Muara Ranggeh dengan menggunakan makrozoobentos sebagai bioindikator. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-September 2018 di dua lokasi yakni sungai dan muara Sungai Ranggeh, Maninjau, Sumatra Barat. Analisis data terkait struktur komunitas meliputi indeks keragaman, indeks evenness, dan jumlah taksa yang dianalisis menggunakan software MVSP. Kualitas perairan ditentukan dengan nilai FBI. Contoh diambil dengan menggunakan D-frame Kicknet dan Ekman Grab. Contoh kemudian diawet menggunakan formalin 10%. Pemilahan dan identifikasi makrozoobentos dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Terdapat 20 taksa yang ditemukan, mencakup kelompok Insekta (52,56%), Moluska (13,08%), Annelida (15,9%), dan Platyhelminthes (18,46%). Sungai Ranggeh memiliki keragaman makrozoobentos yang berkisar rendah hingga sedang yang ditunjukkan dengan Indeks Keragaman Shanon- Wiener antara 1,53- 3,082. Adapun Indeks Evenness berkisar antara 0,484-0,789. Kualitas perairan Sungai dan Muara Sungai Ranggeh

78

berdasarkan indeks Family Biotic Index (FBI) dapat diketahui bahwa pada bulan April, Agustus, dan September, nilai FBI secara berturutan adalah 4,97; 5,98; dan 5,12; adapun di bagian Muara pada bulan Agustus dan September adalah 7,5 dan 8,15. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan di Sungai dan Muara Ranggeh telah terpolusi oleh bahan organik dengan tingkat cemaran yang berbeda.

Kata kunci: Makrozoobentos, Maninjau, Biomonitoring, Sungai Ranggeh

9. Analisis Bakteriologi beberapa Situ di Kawasan Cibinong Science Center Botanical Garden Cibinong, Indonesia.

Irma Melati*

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Situ merupakan genangan air yang terbentuk secara alamiah ataupun buatan yang berfungsi baik secara ekologi maupun sosial-ekonomi- budaya. Salah satu fungsi sosial-ekonomi-budaya situ adalah sumber cadangan air untuk keperluan manusia antara lain untuk bahan baku air domestik dan rekreasi. Oleh karena itu penelitian tentang kondisi bakteriologis situ mutlak diperlukan. Analisis bakteriologis telah dilakukan di beberapa Situ sekitar Kawasan Cibinong Science Center- Botanical Garden (CSC-BG) yaitu Situ Cibuntu, Situ Dora dan Situ Lotus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi bakteriologis di beberapa Situ kawasan CSC BG. Penelitian dilakukan di bulan Januari 2019 dengan titik pengambilan sampel di inlet dan outlet masing-masing Situ. Parameter yang digunakan adalah

79

kepadatan bakteri heterotrofik, Escherichia coli (E.coli), coliform dan total bakteri coliform. Analisa bakteri heterotrofik menggunakan metode Spread plate dan dilusi sedangkan E.coli dan coliform menggunakan metode filtrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan bakteri heterotrofik dibeberapa Situ Kawasan CSC- BG yaitu berkisar antara 25-249 x102 CFU/mL, kepadatan tertinggi diperoleh di Situ Dora. Kepadatan E.coli, coliform dan total bakteri coliform berturut-turut berkisar antara 0- 1540 CFU/100 mL, 1630- 4120 CFU/100 mL, 1630-5540 CFU/100 mL dengan kepadatan tertinggi diperoleh di Situ Lotus. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa beberapa situ di kawasan CSC- BG tidak layak digunakan sebagai sumber air domestik.

Kata kunci: Situ, CSC-BG, bakteri heterotrofik, E.coli, coliform.

10. Biosorpsi Ion Pb2+ dan Ni2+ menggunakan Biomassa Perifiton pada Perairan Lotik

Evi Susanti*, Fajar Sumi Lestari, Nofdianto

Pusat Penelitian Limnologi – LIPI

*email: [email protected]

Biosorpsi merupakan salah satu metode alternatif yang efektif dalam mengatasi pencemaran logam berat di perairan. Penelitian ini memanfaatkan perifiton epilithic sebagai biosorben ion Pb2+ dan Ni2+ serta mempelajari pengaruh waktu, bobot biosorben, konsentrasi logam berat, serta kapasitas dan efisiensi biosorpsi Pb2+dan Ni2+. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium

80

menggunakan sistem kanal berliku dengan panjang 1,2 m dan lebar 1,0 m. Sistem kanal diisi dengan air sebanyak 132 L dengan luas area perifiton sebesar 1.2 m2, kedalaman 0,09 – 0,10 m serta kecepatan arus 0,04 – 0,06 m/s. Konsentrasi Pb2+ dan Ni2+ yang dilarutkan pada media air masing-masing sebesar 1,4 mg/L dan proses adsorpsi diamati selama 24 jam. Spektrum inframerah (FTIR) pada biomassa perifiton memperlihatkan adanya kemiripan gugus fungsi dengan jenis Spirogyra sp, yang menunjukkan bahwa komunitas perifiton didominasi oleh jenis ini. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Pb2+ yang tersisa dalam air 0.,05 mg/L (menyisihkan 96%) dan Ni2+ 0,03 mg/L (menyisihkan 98%). Kapasitas biosorpsi maksimum perifiton terhadap Pb2+ sebesar 1,97 mg/g dan Ni2+ sebesar 1,92 mg/g. Kinetika biosorpsi Pb2+dan Ni2+ mengikuti persamaan orde kedua semu dengan nilai k2 = 4.5 10-3 g.mg-1.menit-1 untuk Pb2+ dan 2,26 10-2 g.mg-1.menit-1 untuk Ni2+ dengan koefisien determinasi (R2) masing-masing 0,97. Penelitian ini menunjukkan bahwa perifiton memiliki potensi sebagai biosorben untuk mengadsorpsi ion Pb2+dan Ni2+ pada suatu perairan lotik.

Kata kunci: biosorpsi, perifiton, Pb2+, Ni2+, lotik

11. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP CURAH HUJAN ESKTREM DAN BANJIR DI DAS BATANGHARI

Unggul Handoko1*, Rizaldi Boer2, Apip 1, Edvin Aldrian3, Bambang Dwi Dasanto2

1 Pusat Penelitian Limnologi LIPI 2 Program Studi Klimatologi Terapan-IPB 3 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

81

*email: [email protected]

Perubahan iklim berdampak pada perubahan pola dan intensitas variabel iklim. Salah satu variabel iklim yang dipengaruhi oleh perubahan iklim adalah curah hujan ekstrem. Curah hujan ekstrem pada umumnya ditunjukkan dengan suatu indeks yang dikembangkan oleh Expert Team on Climate Change Detection and Indices (ETCCDI). Analisis trend anomali indeks curah hujan ekstrim dan uji Mann-Kendal digunakan untuk menggambarkan kejadian curah hujan ekstrim. Sedangkan kemampuan RCM untuk mensimulasikan indeks curah hujan ekstrim dianalisis dengan grafik Cumulative Distribution Function (CDF) dan dengan uji Mann Whitney U. Hasil analisis indeks ekstrim menggunakan grafik CDF dan uji signifikan Mann Whitney u kemudian digunakan untuk membangun regresi linier berganda dan model regresi logistik untuk memprediksi banjir di DAS Batanghari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi historis indeks hujan ekstrem R95p, R99p, Rx1day, Rx5day, dan SDII mengalami peningkatan yang signifikan. Adapun pada masa depan di DAS Batanghari diproyeksikan akan mengalami peningkatan curah hujan ekstrem di musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau, curah hujan ekstrem akan berkurang. Untuk menganalisis banjir di masa depan, model RCM diperlukan. Dari analisis kemampuan model RCM dalam mensimulasikan indeks curah hujan ekstrim dihasilkan lima dari enam indeks signifikan yang mampu mensimulasikan indeks ekstrim seperti observasi, yaitu PRCPTOT, R95p, R99p, Rx1day, Rx5day. Selanjutnya, banjir di DAS Batanghari dapat dimodelkan menggunakan data indeks curah hujan ekstrem dengan cukup baik pada periode Januari, Agustus dan Desember. Berdasarkan proyeksi banjir di masa depan, diketahui bahwa Sub DAS Tembesi dan Hilir adalah daerah yang rawan terhadap peningkatan banjir dibandingkan dengan saat ini.

82

Kata kunci: Perubahan iklim, curah hujan ekstrim, RCM, banjir

12. IKAN BATAK: UPAYA KLARIFIKASI JENIS DAN KONSERVASI

Sekar Larashati*, Mey R Widoretno

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

Masyarakat Sumatra Utara memanfaatkan ikan yang disebut sebagai ihan atau ikan batak sebagai sajian dalam upacara adatnya. Saat ini ikan yang sakral tersebut jarang dijumpai di Danau Toba dan biasanya hanya ditemukan di sungai-sungai yang mengalir ke danau. Beberapa literatur menyebutkan bahwa ihan yang asli bernama Neolissochilus thienemanni. Marga Neolissochilus memiliki beberapa jenis dan morfologinya mirip dengan kerabatnya yaitu Tor. Kedua marga tersebut merupakan ikan yang populer di dunia dengan sebutan mahseer dan dilaporkan telah banyak mengalami penurunan populasi di alam sehingga diperlukan upaya pelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar D. Toba mengenai jenis yang disebut sebagai ikan batak atau ihan saat ini, a status populasinya serta upaya konservasi yang dilakukan. Data koleksi sampel ikan batak berdasarkan studi literatur dan koleksi sampel 2019. Identifikasi jenis sebagian besar berdasarkan morfologi dan beberapa sampel juga menggunakan analisis DNA barcoding. Status konservasi merujuk kepada daftar merah IUCN dan upaya konservasi yang dilakukan dibahas berdasarkan studi literatur. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ikan yang dikenal sebagai ihan atau ikan batak saat ini berasal dari

83

marga Neolissochilus dan Tor. Masyarakat sekitar Toba memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap penentuan ikan batak yang asli. Status populasi untuk marga Neolissochilus yang terdistribusi di Indonesia adalah satu jenis dikategorikan beresiko tinggi terhadap kepunahan (vulnerable) dan tiga jenis lainnya tidak dievaluasi, sedangkan marga Tor memiliki dua jenis yang dikategorikan sebagai data kurang/data defficient dan satu jenis tidak dievaluasi. Taksonomi kedua marga tersebut masih belum stabil sehingga diperlukan kajian lebih lanjut untuk validasi setiap jenisnya. Konservasi terhadap beberapa jenis ikan batak telah diupayakan baik secara in situ maupun ex situ.

Kata kunci: ikan batak, ihan, konservasi

13. KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DI SUNGAI BONAN DOLOK, SUMATRA UTARA

Yustiawati*, Awalina, Sekar Larashati

Pusat Penelitian Limnologi, LIPI

*email: [email protected]

Sungai Bonan Dolok terletak di Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatra Utara dan masuk dalam catchment area Danau Toba. Sungai ini merupakan habitat dari Ikan Batak, ikan yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar. Salah satu cara untuk melestarikan Ikan Batak adalah dengan menjaga habitatnya. Keunikannya habitat Ikan Batak ini antara lain airnya berwarna bening kecoklatan, yang diduga berasal dari senyawaan organik seperti senyawaan humat. Di

84

perairan keberadaan bahan organik sangat penting untuk mendukung rantai makanan, sumber-sumber allochtonus dan autochtonous dapat diketahui dengan menganalisis kandungan total bahan organik (TOM), karbon organik terlarut (DOC) dan CDOM. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan dan karakteristik bahan organik di Sungai Bonan Dolok. Pada bulan April dan Juli 2019 telah dilakukan pengambilan sampel air dari hulu sampai hilir (muara sungai) di 4 stasiun. Parameter pH, dissolved oksigen, konduktivitas dll diukur secara insitu dengan Water Quality Checker YSI, sedangkan DOC, TOM dan CDOM dianalisis di Laboratorium Pengujian Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. Nilai pH di stasiun 1-3 berkisar antara 6,7-6,9 sedangkan di stasiun 4 pH meningkat sampai 8,2. Kandungan oksigen terlarut (DO) di stasiun 1,2,3 berkisar antara 8,3-8,6 mg/L. Kandungan DOC di stasiun 1,2,3 berkisar antara sebesar 9,96 -12,52 mg/L dan di stasiun 4 turun sampai 2,42 mg/L. Pola yang sama ditunjukan untuk parameter TOM dengan konsentrasi berkisar antara 34,12- 54,02 mg/L, namun di stasiun 4 (muara) hanya 10,66 mg/L. Karakteristik Sungai Bonan Dolok di bagian hulu sampai tengah ditandai dengan kandungan bahan organik yang tinggi, kandungan oksigen terlarut relatif tinggi, arus yang deras dan berbatu sehingga penetrasi oksigen ke kolom air tinggi. Stasiun 4 terletak di wilayah pertemuan muara sungai dengan air Danau Toba, sehingga terjadi percampuran dan pengenceran, kandungan organik menurun dan pH air pun meningkat. Penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi derivat senyawaan organiknya perlu dilakukan.

Kata kunci: bahan organik, karbon organik terlarut, oksigen terlarut, habitat ikan

85

14. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN RIPARIAN PADA DUA SUNGAI DI MANINJAU DALAM MENDUKUNG KEHIDUPAN IKAN ASLI MANINJAU

I G. A. A. Pradnya Paramitha1*, Jojok Sudarso1

Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

*email: [email protected]

Vegetasi riparian memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem suatu perairan. Komponen vegetasi yang hilang dapat menyebabkan sedimentasi dan mengubah mikrohabitat di perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi vegetasi riparian dalam mendukung kehidupan ikan asli di sekitar Danau Maninjau. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019. Pengambilan data vegetasi dilakukan di 2 sungai (Rangeh dan Batang Air) yang terbagi ke dalam 8 stasiun: St. 1 (hulu Sungai Rangeh), St. 2 (bagian hulu-tengah Rangeh), St. 3 (bagian tengah Rangeh), St. 4 (bagian tengah-hilir Rangeh), St. 5 (hilir Rangeh), St. 6 (hulu Batang Air), St. 7 (bagian tengah Batang Air), dan St. 8 (hilir Batang Air). Data vegetasi diambil menggunakan metode survei dengan panjang tali transek sepanjang 10meter ditarik dari tepian sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 55 spesies yang termasuk ke dalam 31 famili vegetasi riparian. Spesies Pennisetum purpureum Schumach. (rumput gajah) mendominasi wilayah riparian kedua sungai dengan 210 individu yang ditemukan di seluruh lokasi sampling. Stasiun 2 (bagian hulu-tengah Rangeh) memiliki jumlah individu vegetasi riparian yang paling banyak (216 individu). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam sistem pengelolaan perairan.

86

Kata kunci: vegetasi riparian, sungai, Maninjau.

15. PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HASIL TANGKAP IKAN BADA (Rasbora spp.) DENGAN MENGGUNAKAN LUKAH DI SUNGAI KAMPUNG TANGAH, KABUPATEN AGAM, SUMATRA BARAT

Octavianto Samir*, Iwan Ridwansyah, Gadis Sri Haryani, Lukman, Syahroma H. Nasution, Rahmi Dina, M. S. Syawal

Pusat Penelitian Limnologi, LIPI

*email: [email protected]

Ikan bada (Rasbora spp.) merupakan ikan konsumsi yang bernilai ekonomis penting bagi masyarakat sekitar Danau Maninjau. Ikan bada ditangkap dengan alat tangkap lukah yang memiliki prinsip kerja memanfaatkan debit aliran sungai dan sifat migrasi ikan bada dari danau ke sungai. Sungai Kampung Tangah merupakan salah satu sungai yang bermuara di Danau Maninjau yang dimanfaatkan nelayan untuk menangkap ikan bada karena sifat alirannya yang permanen, kontur yang relatif landai, dan substrat berkerikil sampai berpasir yang menjadi habitat pemijahan ikan bada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debit aliran Sungai Kampung Tangah terhadap hasil tangkap Ikan Bada (Rasbora spp.) dengan menggunakan alat tangkap lukah. Hasil tangkap ikan bada ditimbang dan dicatat oleh enumerator setiap hari dari bulan April dan Mei 2019. Alat tangkap lukah dipasang pada pukul 12.00 siang dan diangkat/dipanen pada pukul 6.00 pagi keesokan harinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara debit aliran sungai dengan hasil tangkap ikan bada. Hal ini ditunjukkan dengan nilai multiple R sebesar 0,637. Hubungan antara kedua variable tersebut dirumuskan dengan persamaan regresi linier

87

sederhana sebagai berikut: hasil tangkap = (-3,27 x debit aliran) + 107,52. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil tangkap ikan bada dengan menggunakan lukah di Sungai Kampung Tangah dipengaruhi oleh debit aliran sungai.

Kata kunci: Ikan Bada (Rasbora spp.), hasil tangkap, debit sungai, Maninjau

16. Pengolahan Air Limbah IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) menggunakan Constructed Wetland – Surface Flow System dengan Tumbuhan Uji Heliconia sp dan Cyperus sp

Evi Susanti1*, Sari Wulandari2, Cynthia Henny1, Irma Melati1

1 Pusat Penelitian Limnologi – LIPI 2 Manajemen Sumberdaya Perairan – Universitas Brawijaya

*email: [email protected]

Air limbah IMTA yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan di Pusat Penelitian Limnologi memiliki karakteristik limbah dengan konsentrasi nitrogen dan fosfor yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan terjadinya ledakan populasi mikroalga Cyanobacteria dari jenis Microcystis aeruginosa dan Oscillatoria sp pada air kolam budidaya tersebut. Salah satu teknologi alternatif yang dapat diaplikasikan dengan mudah dan rendah biaya operasional dibanding pengolahan air limbah lainnya adalah constructed wetlands dengan menggunakan tumbuhan air Heliconia sp dan Cyperus sp sebagai kombinasi pengolahan biofilter dan fitoteknologi. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi nitrogen, fosfor dan TSS air limbah. Constructed wetlands yang digunakan adalah tipe aliran permukaan (surface flow system - SFS) yang dilengkapi dengan kolam trickling filter. Kolam constructed wetlands memiliki dimensi dengan

88

diameter 2 m2 dan kedalaman 0.55 m yang diisi dengan media kerikil 1.884 m3, pasir 1.256 m3 dan tanah 0.314 m3. Kolam trickling filter diisi dengan batu kerikil dengan dimensi 2 x 1 m2 dan kedalaman 0.5 m. Waktu tinggal air limbah pada sistem berkisar antara 4 – 6 hari. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari meliputi parameter fisika kimia air serta pengukuran pertumbuhan tanaman uji dan jumlah bakteri pada akar setiap 30 hari. Hasil pengamatan selama masa stabilisasi constructed wetlands terjadi penurunan konsentrasi total nitrogen 36.54 – 57.95% pada kolam Heliconia sp dan 44.12 – 76.87% pada kolam Cyperus sp, dengan beban pencemar pada inlet berkisar antara 28.3 – 35.3 mg–TN/L. Konsentrasi total fosfor mengalami penurunan yang tidak signifikan selama masa stabilisasi. Berdasarkan uji bakteri yang dilakukan diperoleh jumlah bakteri heterotrof pada akar Cyperus sp lebih tinggi dibandingkan pada akar Heliconia sp, hal ini yang menyebabkan penyisihan nitrogen pada kolam Cyperus sp lebih tinggi dibandingkan pada kolam Heliconia sp. TSS mengalami penurunan pada kolam Heliconia sp dan Cyperus sp berturut-turut hingga 66% dan 84%.

Kata kunci: constructed wetlands, SFS, Heliconia sp, Cyperus sp

17. Perhitungan Koefisien Difusi Eddy dengan Metode Flux- Gradient: Informasi awal memahami dinamika transport pada kolom air danau

Taofik Jasalesmana*, Astried Sunaryani, Endra Tri Wisesa dan M. Fakhrudin

Pusat Penelitian Limnologi LIPI

*email: [email protected]

89

Turbulent mixing merupakan salah satu proses fisika di kolom air danau yang sangat mempengaruhi siklus geokimia dan distibusi mikrobiota di dalamya. Akses informasi terhadap proses tersebut dicerminkan oleh fluks dan pola distribusi komponen-komponen kimia tersebut. Hal penting pertama yang perlu dilakukan untuk mengetahui proses tersebut adalah dengan mengetahui difusi eddy yang merupakan fungsi dari kedalaman dan waktu. Terdapat banyak cara untuk menghitung difusi eddy, yaitu dengan monitoring perubahan kestabilan tracer, radioaktif dan perubahan suhu kolom air, namun dari metode-metode tersebut yang paling mudah dilakukan adalah dengan monitoring perubahan distribusi vertikal suhu terhadap waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung difusi eddy kolom air Danau Maninjau dengan menggunakan metode flux gradient. Penelitian dilakukan dengan merekam suhu lapisan air menggunakan rangkaian termistor yang terpasang pada alat environmental monitoring systems (e-most) sampai kedalaman 60 m selama 20 hari (01 – 20 April 2017). E-most ditempatkan di stasiun Koto Melintang, Danau Maninjau dengan lokasi geografis 0°16,373'S, 100°9,849'E. Terdapat perubahan kekuatan stratifikasi selama periode pengamatan dilihat dari distribusi vertikal suhu, yaitu kolom air lebih terstratifikasi pada tanggal 15 – 20 dibandingkan hari-hari sebelumnya. Hal ini berimplikasi pada besarnya nilai koefisien difusi eddy. Pada saat stratifikasi lemah koefisien difusi eddy bervariasi di orde 10-17 – 10-1 m2/menit dan saat stratifikasi lebih kuat koefisien difusi eddy lebih besar dengan rentang pada orde 10-16 – 100 m2/menit. Secara umum koefisien difusi eddy bernilai paling kecil di kedalaman hipolimnion (30 m sampai dasar). Hal ini menunjukkan rendahnya dinamika perubahan suhu pada lapisan ini baik dalam fungsi kedalaman ataupun waktu.

Kata kunci: difusi edy, flux gradient, stratifikasi, Maninjau

90

18. KELIMPAHAN UDANG Macrobrachium lanchesteri DI SITU LOTUS DAN SITU CIBUNTU, LIPI CIBINONG

Novi Mayasari1*, Maya Puji Astuti2, dan Djamhuriyah S. Said1

1 Pusat Penelitian Limnologi LIPI 2 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

*email: [email protected]

Situ merupakan tipe perairan darat dengan ciri utama tergenang yang ukurannya lebih kecil daripada danau. Di kawasan LIPI Cibinong terdapat beberapa situ, dua di antaranya adalah Situ Lotus dan Situ Cibuntu. Di dalam dua situ tersebut ditemukan udang air tawar yang teridentifikasi bernama Macrobrachium lanchesteri. Udang tersebut merupakan jenis udang introduksi dari Thailand yang masuk ke Indonesia tanpa sengaja. Udang berperan sebagai salah satu komponen mata rantai makanan, juga sebagai pemakan bangkai detritus di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelimpahan udang M. lanchesteri di Situ Lotus dan Situ Cibuntu pada bulan Januari – Februari 2019. Lokasi pengambilan sampel di masing- masing Situ sebanyak 4 stasiun dengan dua kali waktu pengambilan sampel. Pengambilan sampel menggunakan serok yang diseser pada tepi situ sepanjang masing-masing 4 m untuk tiap stasiun. Hasil pengamatan periode pertama, di Situ Lotus pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4 tertangkap masing-masing sebanyak 33, 16, 24 dan 11 ekor. Pada pengamatan periode kedua, jumlah udang tertangkap disetiap stasiun berturut-turut sebanyak 10, 16, 26 dan 9 ekor udang. Rerata panjang total, panjang karapas, panjang badan dan berat udang M. lanchesteri di Situ Lotus berturut-turut antara 1.61 – 2.55 cm; 0.39 – 0.70 cm; 1.21 – 1.85 cm; dan 0.07 – 0.31 gram. Sementara hasil pengamatan periode pertama di Situ Cibuntu hanya didapati di Stasiun 1, 3 dan 4 masing-masing sebanyak 15, 4 dan 17 ekor. Sedangkan pada periode kedua, udang ini hanya didapati di Stasiun 1 dan 3 dengan jumlah masing-masing 7 dan 3 ekor udang. Rerata panjang total, panjang karapas, panjang badan dan berat dari udang M. lanchesteri di Situ Cibuntu berturut-turut berkisar antara 2.20 –

91

3.00 cm; 0.47 – 0.80 cm; 1.65 – 2.33 cm; dan 0.16 – 0.34 gram. Berdasarkan data ini, kelimpahan M lanchesteri di kedua situ tersebut masih relatif rendah dan diduga keberadaannya sebagai spesies intoduksi belum mengkhawatirkan.

Kata kunci: M. lanchesteri, Situ Lotus, Situ Cibuntu, kelimpahan

19. STUDI AWAL PENYISIHAN KADAR FOSFAT DI DALAM LIMBAH PUPUK NPK MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH TERAPUNG (FLOATING TREATMENT WETLANDS)

Sugiarti*, Nurul Setiadewi, dan Cynthia Henny

Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

*email: [email protected]

Lahan Basah Terapung (Floating Treatment Wetlands/FTW’s) merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah secara alamiah untuk mengurangi kadar organik pada suatu badan air tercemar dengan memanfaatkan akar tanaman sebagai penyerap limbah. Penelitian ini merupakan kajian awal pengolahan limbah pupuk NPK menggunakan sistem FTW’s. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyisihan kadar fosfat di dalam limbah pupuk NPK menggunakan sistem FTW’s dengan pemanfaatan tanaman melati air (Echinodorus berteroi (Spreng.) Fassett) dan pisang– pisangan (Strelitzia reginae Banks) sebagai penyerap fosfat yang terkandung di dalam limbah. Empat kolam percobaan diisi dengan limbah pupuk NPK berkonsentrasi 2 mg/L. Kolam 1 merupakan kolam kontrol, kolom 2 berisi FTW’s tanpa tanaman, kolam 3 berisi FTW’s dengan tanaman melati air dan kolam 4 berisi FTW’s dengan tanaman pisang – pisangan. Sampling air dilakukan pada interval waktu 5x, 3x dan 2x seminggu, dalam kurun waktu dua minggu untuk masing masing interval waktu tersebut, dari bulan Juli sampai pertengahan Agustus 2019. Parameter yang diukur adalah pH, suhu

92

air, kekeruhan, konduktivitas, oksigen terlarut dan fosfat. Tanaman melati air dapat menyisihkan kandungan fosfat sebesar 67.70 %, sedangkan tanaman pisang - pisangan dapat menyisihkan posfat sebesar 45.92 %. Kedua jenis tanaman menunjukkan pertumbuhan yang baik, dengan ditandai tumbuhnya daun, batang, bunga, dan akar tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa fosfat mampu diserap oleh kedua jenis tananam tersebut secara efektif melalui sistem FTW’s.

Kata kunci: fosfat, pupuk NPK, Floating Treatment Wetlands

20. KONDISI KUALITAS AIR DAN MIKROBIOLOGIS SUNGAI KALI ITEM, JAKARTA

Nina Hermayani Sadi*, Tri Widiyanto, Miratul Maghfiroh, Unggul Handoko, Eva Nafisyah, Agus Waluyo, Rosidah, M Anwar

Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Jl. Raya Bogor Km 41 Cibinong Kab Bogor Jawa Barat 16911

*email: [email protected]

Sungai Kali Item Jakarta yang kondisinya tercemar berat menyebabkan gangguan kepada masyarakat sekitar termasuk Wisma Atlet yang digunakan sebagai kediaman atlet mancanegara selama penyelenggaraan Asian Games 2018 lalu. Kualitas air Kali Item yang sangat buruk terlihat dari penampilan warna air yang sangat keruh kehitaman dan berbau busuk. Penelitian mengenai kualitas air dan mikrobiologis di Kali Item Jakarta bertujuan untuk mendapatkan informasi dasar untuk dilakukannya bioremediasi di sungai tersebut. Penelitian dilakukan pada Agustus 2018 dengan melakukan pengukuran kualitas air dari parameter fisik (kecepatan alir, debit dan kedalaman), parameter kimia (pH, suhu, konduktivitas, padatan terlarut, salinitas, ORP, oksigen terlarut (DO), total amonium nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, total nitrogen (TN), total fosfat (TP),

93

total sulfida (TS) dan total bahan organik(TOM)) dan parameter mikrobiologis (total bakteri heterotrofik) di tiga lokasi Kali Item di sekitar lokasi Wisma Atlet. Uji viabilitas isolat bakteri fotosintetik dari kelompok bakteri ungu sulfur dilakukan dengan menggunakan air Kali Item sebagai media pertumbuhan bakteri tanpa penambahan nutrisi dari luar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Kali Item di tiga lokasi tersebut merupakan sungai dangkal (kedalaman 1,23 m) dengan debit air sebesar 1,02 m3/dt dan kecepatan alir 0,05 m/det. Kondisi air sungai bersifat anaerob dan sangat reduktif yang ditunjukkan dengan rerata nilai DO sebesar 0,151 mg/L dan ORP - 110,02 mV. Kandungan TOM sebesar 29,11 mg/L sedangkan kandungan TP dan TN masing-masing sebesar 1,134 mg/L dan 28,048 mg/L. Spesies senyawa nitrogen menunjukkan bahwa TAN merupakan spesies yang dominan dibandingkan nitrit dan nitrat yaitu masing-masing sebesar 15,674 mg/L, 0,066 mg/L dan 1,759 mg/L. Kandungan total sulfida sulfida sebesar 3,555 mg/L pada kondisi pH 6,81, suhu 26,7 oC, dan salinitas 0,33 ppt dapat menimbulkan pembentukan gas toksik H2S sebesar 2,148 mg/L di perairan. Jumlah bakteri heterotrofik ditemukan sebesar 6,28 x 105 CFU. Uji viabilitas menunjukkan bahwa air Kali Item sesuai untuk pertumbuhan isolat bakteri ungu sulfur. Hal ini menunjukkan bahwa bioremediasi di Kali Item dapat dilakukan dengan mengaplikasikan kelompok bakteri Ungu Sulfur sebagai salah satu komponen agen bioremediasi secara in-situ.

21. KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI DANAU SIAIS – TAPANULI SELATAN, MARET 2019

Fachmijany Sulawesty*, Syahroma H. Nasution, Lukman dan Aiman Ibrahim Pusat Penelitian Limnologi, LIPI

*email : [email protected]

94

Danau Siais terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan, danau ini telah ditetapkan sebagai kawasan wisata terpadu dan dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya di lain fihak masyarakat sekitar memanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap dan karamba jaring apung. Sehingga perlu kajian ilmiah untuk pengelolaan kedepannya. Fitoplankton memiliki peranan penting dalam ekosistem karena kedudukannya sebagai produsen dalan rantai makanan dan dapat dijadikan bioindikator suatu perairan. Salah satu Iinformasi dasar yang perlu diketahui adalah struktur komunitas fitoplankton, karena peranannya sebagai produsen dalam rantai makanan, selain itu komposisi dan kelimpahan fitoplankton yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya sehingga fitoplankton dapat dijadikan bioindikator perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton di D. anau Siais, Tapanuli Selatan. Pengamatan awal dilakukan pada bulan Maret 2019, di lima lokasi yang dianggap mewakili kondisi perairan D. Siais. Analisis struktur komunitas dilakukan dengan melihat Indeks Keragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi. Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, oksigen terlarut, pH, kekeruhan, total zat padat terlarut (TDS), konduktivfitas, total nitrogen (TN), total fosfor (TP) dan klorofil-a. Fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelompok, yaitu Chlorophyta (17 spesies), Bacillariophyta (7 spesies), Chrysophyta (2 spesies), Cyanophyta (2 spesies), Euglenophyta (7 spesies) dan Dinophyta (1 spesies). Kelimpahan antara 948 – 5.132 ind./L, dengan kelimpahan tertinggi dari kelompok Dinophyta. Berdasarkan nilai kelimpahan dan jenis fitoplankton yang mendominasi, perairan D. Siais, menunjukkan bahwa perairan ini termasuk perairan yang tidak subur. Berdasarkan nNilai TN dan TP juga menunjukkan bahwa perairan D. Siais pada bulan Maret 2019 termasuk perairan yang tidak subur. Nilai Indeks Keragaman dan Indeks Keseragaman yang rendah menunjukan bahwa komunitas fitoplankton tidak stabil, ditandai adanya jenis yang mendominansi yaitu Peridinium sp. (Dinophyta).

Kata kunci: fitoplankton, keanekaragaman, Danau Siais, kelimpahan

95

Susunan Kepengurusan Masyarakat Limnologi Indonesia

Dewan Penasehat 1. Dr. Anugerah Nontji (Anggota kehormatan) 2. Prof. Dr. Gadis Sri Haryani (P2L) 3. Prof. Dr. Hidayat Pawitan (IPB) 4. Prof. Dr. Yayat Dahyat (UNPAD) 5. Dr. Sigit Haryadi (IPB)

Pengurus Ketua : Dr. Hidayat, M.Sc Sekjen : Dr. Luki Subehi, M.Sc Sekretaris : Fifia Zulti, M.Si Bendahara : Sugiarti, M.Si

Komisi I Pengembangan Ilmu Limnologi: Ketua: Prof. Dr. Tri Retnaningsih S., M.App.Sc Sub Divisi Kualitas Air: Dr. Sigid Hariyadi Sub Divisi Biodiversitas: Dr. Onrizal SubDivisi Modelling: Dr. Mutiara Sub Divisi Hidrogeografi: Dr. Apip

Komisi II Kerjasama dan Organisasi: Ketua : Dr. Lukman, M.Si Sub Divisi Organisasi: Sevi Sawestri, M.Si Sub Divisi Kerjasama: Januar, S.Si. M.PSDA

Komisi III Informasi dan Publikasi: Ketua : Miratul Maghfiroh, M.Sc

96

Sub Divisi Informasi: Imroatushshoolikhah, M.Si Sub Divisi Publikasi: Haiatus Shohihah, S.Si

Komisi IV Hubungan Masyarakat Ketua: Ir. Nyoman Suryadiputra, M.Sc.

97