IGYA SER HANJOP 1(1) (2019): 25-36 IGYA SER HANJOP

p-ISSN: 2716-0491

Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat

Keliopas Krey1*, Hendrik Burwos2, 1Universitas Papua Manokwari 2Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas Papua Jl. Gn. Salju, Manokwari Barat, Amban, Manokwari, Papua Barat 98314

Dikirim: 15 September 2019; Direvisi: 12 November 2019; Disetujui: 18 Desember 2019

Abstract Herpetofauna ( and Reptile) data collection in the Kami-Nassey Papua Indigenous People’s Cooperative area in Teluk Wondama District has been implemented for seven days (1-7 August 2019) as part of negotiations on high conservation areas. Literacy in lowland primary forest habitats to hills, secondary forest habitat and secondary forest around nurseries. This research uses VAES (Visual Audio Encounter Survey) and Patch sampling methods. Reptile and amphibian species are collected directly using hands during the day and night. Direct interviews with several community members about reptile and amphibian species that are often encountered may even be done intentionally or unintentionally. A total of 36 species of herpetofauna have been recorded during this study, consisting of 16 species of and 20 species of reptiles. Of the total species found as many as 3 main land endemic species of the island of Papua, 23 main land rendemic species include satellite islands, while 9 species of distribution are quite extensive. In addition, 11 sepsies are registered in CITES, and 5 protected reptile species are based on the Republic of Indonesia’s Ministry of Environment and Forestry Regulation. Although intensive observations have been made, they include some species that need to exist and have not been added to this survey. Micro climatic conditions (such as rainy days, temperature and humidity) and the life of each species greatly affect the findings of and reptile fauna in this study.

Keywords: conservation, habitat, species, herpetofauna, nikiwar

Intisari

Nassey di Kabupaten Teluk Wondama telah dilaksanakan selama tujuh hari (1 -7 Agustus 2019) sebagai bagian Pengumpulan data Herpetofauna (Amfibi dan Reptil) pada arealKoperasi Masyarakat Adat Papua Kami- dataran rendah hingga perbukitan, habitat hutan sekunder dan hutan sekunder di sekitar persemaiankopermas. Penelitiandari identifikasi ini menggunakan kawasan-kawasan metode VAES bernilai (Visual konservasi Audio Encounter tinggi.Penelitian Survey) dan berlokasi Patch sampling. di habitat Spesies-spesies hutan primer dijumpaireptil dan bahkan amfibi mungkindikoleksi dibunuhlangsung secara menggunakan sengaja maupuntangan pada tidak siang sengaja. dan Sebanyakmalam hari. 36 spesiesWawancara herpetofauna langsung telahdengan terdata beberapa selama anggota penelitian masyarakat ini, yaitu setempat terdiri dari16 untuk spesies mengetahui katak dan spesies 20spesies reptil danreptil. amfibi Dari total yang spesies sering yang dijumpai terdapat sebanyak 3 spesies endemik daratan utama Pulau Papua, 23 spesies rendemik daratan utamatermasuk pulau satelit, sedangkan 9 spesies distribusi cukup luas. Selain itu, 11 sepsies terdaftar dalam CITES, dan 5 spesies reptil lindungan berdasarkan Permen KLHK Republik Indonesia. Walaupun observasi telah dilakukan secara intensif, namun terdapat beberapa spesies yang diduga ada dan belum tercatat dalam survey ini. Kondisi iklim mikro (seperti hari hujan, suhu dan kelembaban udara) dan kebiasaan hidup setiap jenis sangat mempengaruhi hasil temuan fauna katak dan reptil dalam penelitian ini.

Kata Kunci: konservasi, habitat, spesies, herpetofauna, nikiwar

* Korespondensi Penulis © 2019 Keliopas Krey, Hendrik Burwos. Phone : +6281245236527 Ciptaan disebarluaskan di bawah Email : [email protected] Lisensi Creative Commons Atribusi 25 NonKomersial-Berbagi Serupa 4.0 Internasional. I. Latar Belakang Tabel 2. Herpetofauna Reptil Lindungan yang Memiliki Daerah Penyebaran di Papua Chordata yang sering dipelajariatau secara reptil bersama dan amfibidalam Nama Ilmiah Nama Indonesia merupakan dua kelas dari filum kelompok ilmu herpetology Caretta caretta Penyu tempayan terdiri dari hanya satu ordo (bangsa) yaitu Carettochelys insculpta Kura-kura Irian ordo anura (katak), sedangkan. Amfibidi reptil terdiri Papua Chelodina novaeguineae Kura Irian leher panjang dari ordo Testudinata (Kura-kura dan penyu), Chelonia mydas Penyu hijau Crocodylia (Buaya) dan Squamata (kadal, ular Chlamydosaurus kingii Soa payung dan kadal cacing). Total spesies katak dan Morelia viridis Sanca hijau reptil papua adalah 371. Data ini masih jauh Crocodylus novaeguineae Buaya air tawar Irian di bawah jumlah spesies di negara tentangga Crocodylus porosus Buaya muara Papua New Guinea (PNG) yang mencapai 553 Dermochelys coriacea Penyu belimbing spesies (Allen Allison, 2006) yang dapat dilihat Eretmochelys imbricata Penyu sisik Lepidochelys olivacea Penyu ridel pada Tabel 1. Natator depressa Penyu pipih Varanus indicus Biawak Maluku Tabel 1. Varanus prasinus Biawak hijau Varanus reisingeri Biawak Misol J u m l a h s p e s i e s Varanus boehmei Biawak Waigeo DataNo. SpesiesK e Reptil l o m danp o kAmfibi yang Telah Direkam Papua PNG Sumber: Permen KLHK Nomor P.106 tahun 2018 1. Katak 130 248 2. Kura-kura dan 15 16 Kelengkapan data lapangan tentang penyu 3. Buaya 2 2 penting dan mendukung manajemen hutan terkaitkeanekaragaman area-area reptilbernilai dan konservasi amfibi sangattinggi. 4. Kadal 141 183 Hal ini berkaitan dengan peruntukan data 5. Ular 83 103 herpetofauna yang dapat dijadikan parameter Total 371 553 untuk melihat indikasi kerusakan atau

perubahan-perubahan lingkungan pada Sumber: Allison (2007) waktu-waktu mendatang. Dari data-data keanekaragaman herpetofauna tersebut, kita Jumlah spesies katak dan reptil di Papua dapat mempelajari spesies-spesies hewan adalah 371 (Allen Allison, 2006). Dalam kurung yang menghilang (migrasi atau punah) karena waktu 12 tahun tentunya jumlah spesies di kerusakan habitatnya. Papua telah mengalami penambahan spesies Tujuan dari penelitian ini adalah untuk baru lainnya seperti dari Raja Ampat ditemukan satu Cyrtodactylus (Oliver et al., 2008) dan dua menilai kategori nilai konservasi tinggi Cophyxalus (Günther et al., 2015) juga katak spesiesmengidentifikasi herpetofauna spesies yang herpetofauna terdapat sertapada baru Litoria gasconi dari Foja (Richards et al., arealKopermas Kami-Nassey, Kabupaten Teluk 2002). Wondama. Regulasi terbaru yang tertuang dalam Peraturan Menteri KLHK No P.106 Tahun 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 37 spesies II. Metode reptil lindungan di Indonesia, sedangkan untuk Penelitian ini telah dilaksanakan selama 7 hari pada Agustus 2019 di konsesi Koperasi yakni Leptophryne cruentata, kodok merah Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, daritaksa pulau amfibi Jawa. terdapat Dari jumlah satu spesies reptil lindungan Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua tersebut sebanyak 16 (43%) spesies memiliki Barat. Habitat alami yang disurvei (Tabel 3) daerah penyebaran di New Guinea (Papua meliputi hutan sekunder berbukit dataran hingga PNG). Tabel 2 menunjukkan data reptil rendah di sekitar area persemaian pala, hutan lindungan yang tersebar di wilayah tanah primer berbukit dataran rendah di dekat Papua. wilayah kampung Idoor dan Torembi, dan area kartz (jalan menuju arah kampung Idoor).

IGYA SER HANJOP 1 (1) (2019): 25-36 26 Sungai, rawa sagu, hingga aliran air di bawah suara katak juga dijadikan petunjuk pencarian jembatan juga diobservasi. Data-data reptil dan terutama bagi secretive semifossorial frog yang hidup tersebunyi pada lubang-lubang di hutan-hutan antar kampung. tanah, tumpukan kayu lapuk, lubang pohon, amfibi juga dicatat saat perjalanan melintasi semak, serasah, genangan air dan aliran sungai. Tabel 3. Wawancara langsung dengan masyarakat Lokasi Pengumpulan Data Satwa Liar setempat juga dilakukan untuk mengetahui Altitud Jumlah herpetofauna yang sering dijumpai, dipelihara Lokasi Koordinat (m) Transek bahkan mungkin dibunuh secara sengaja S: 2 27.905 maupun tidak. Idoor E: 134 06.350 28 1 Pencatatan data-data visual seperti tipe S: 2 29.104 dan kondisi habitat, ketinggian tempat, cuaca Karst E: 134 07.273 177 1 serta waktu penangkapan dilakukan guna S: 2 25.821 melengkapi data ekologi semua herpetofauna Persemaian E: 134 07.908 200 1 yang ada. Data lapangan yang diperoleh baik S: 2 23.451 dari pengamatan transek, pendengaran suara Torembi E: 134 07.788 230 1 katak maupun catatan data spesies sepanjang perjalanan antar lokasi, peliharaan masyarakat Penelitian ini menggunakan metode maupun wawancara digunakan untuk VAES (Visual Audio Encounter Survey) dan menganalisa aspek-aspek berikut: patch sampling. Transek pengamatan dibuat • Jumlah spesies dan famili herpetofauna sepanjang 1 Km pada setiap site sampel dan • Keanekaragaman dan Kemerataan setiap transek dilalui pada siang dan malam hari spesies herpetofauna. Analisa ini dengan menggunakan teknik time searching. menggunakan Indeks Shannon Wieners Observasi dan penangkapan spesies reptil dan (H’) dan Evenness (E) katak pada siang dan malam hari dilakukan • secara bebas pada tiap transek dengan batasan herpetofauna waktu pencarian (time searching) 3-4 jam. • Endemisitas dan distribusi geografi Pengamatan reptil difokuskan pada pagi hari konservasi tinggi spesies dari aspek saat reptil berjemur (jam 7 sampai 11 pagi) di taksonomi,Untuk menguraikan keendemikan, signifikansi keterbatasan nilai dalam hutan, sekitar pinggir sungai kecil dan kemampuan menyebar, habitat penting daerah terbuka lainnya. Reptil nokturnal dicari di sepanjang transek bersamaan dengan survei perubahan lingkungan katak. • Targetdan spesifik dan Status serta Konservasi sensitifitas Spesies terhadap Survei katak secara aktif dilakukan pada • Pendekatan ini berbasis pada analisis malam hari mulai sekitar jam 19.00 sampai jam nilai konservasi tinggi spesies reptil 23.00 menggunakan bantuan senter dengan metode penjumpan visual dan pendengaran global, nasional, dan regional. Analisis suara di daerah sekitar sepanjang sungai kecil inidan mengasumsikan amfibi yang signifikanbahwa secaratarget dan besar, di sekitar kolam dan rawa, dan daerah berhutan untuk mencari katak yang konservasi menurut IUCN, perdagangan besifat akuatik, terrestrial, fusorial (hidup menurutspesies reptil CITES, dan amfibidan denganperlindungan status dalam lubang tanah) dan arboreal. Pencarian menurut Permen KLHK Nomor P.106 dilakukan oleh 3-4 orang per malam dengan tahun 2018 adalah memiliki nilai secara seksama mengamati lingkungan yang mungkin menjadi mikrohabitat katak. Setiap reptil dan katak yang ditemukan selanjutnya konservasi tinggi yang signifikan. ditangkap dan dilakukan pemotretan sebelum III. Hasil dan Pembahasan reptil atau katak tersebut dilepas atau dipreservasi. Seluruh koleksi spesimen yang A. Spesies Amfibi dan Reptil yang diperoleh dalam penelitian ini disimpan di Ditemukan laboratorium zoology, Universitas Papua. Selain dengan pendekatan morfologi, Sebanyak 36 jenis amfibi dan reptil berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini. Amfibi dan Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakatreptil Adat yang teridentifikasi (Gambar 1) terdiri Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat Keliopas Krey, Hendrik Burwos 27 dari 16 spesies katak (44,44%), 11 spesies kadal (30,56%), 6 spesies ular (16,67%), 2 Teluk Bintuni yang telah diteliti. spesies buaya (5,56%) dan 1 spesies kura- amfibi dan reptil pada beberapa area di sekitar kura(2,78%). B. Keanekaragaman Spesies Katak Data spesies reptil dan katak yang dan Reptil dihimpun dalam penelitian ini adalah data Keanekaragaman spesies katak dan reptil seluruh hasil temuan lapangan yang diperoleh berdasarkan empat lokasi kajian menunjukkan melalui perjumpaan langsung dihabitatnya, kondisi yang berbeda-beda. Rekapitulasi level peliharaan, maupun wawancara dengan keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) masyarakat. Sedikitnya waktu pengamatan spesies katak dan reptile pada empat lokasi dan kondisi iklim mikro (seperti sedikitnya penelitian disajikan dalam Tabel 4. hari hujan, suhu dan kelembaban udara) Kisaran keanekaragaman (H’) spesies dan kebiasaan hidup setiap spesies sangat katak pada empat lokasi penelitian adalah 0,8- mempengaruhi hasil temuan katak dan reptil 2,5. Lokasi Persemaian memiliki H’ tertinggi dalam penelitian ini. yakni mencapai 2,5 sedangkan terendah pada kawasan kartz sebesar 0,8. Lokasi Kartz di area Kopermas Kami-Nassey ini relatif lebih sangat miskin spesies katak dari berbagai rendahJumlah jika dibandingkan amfibi dan reptil dengan yang area ditemukan lainnya family sehingga keanekaragamannya rendah. di sekitar Teluk Bintuni seperti area HPH PT. Kisaran nilai H’ katak menunjukkan bahwa Wananggala Utama, PT. Manokwari Mandiri keanekaragaman katak untuk seluruh wilayah Lestari dan BP Tangguh. Walaupun demikian kajian termasuk kategori rendah hingga data-data yang terdapat pada areal Kopermas sedang (<3). Kondisi yang sama pada taksa Kami-Nassey memberikan gambaran reptil dengan nilai keanekaragaman spesies umum tentang kehadiran dan penyebaran pada empat lokasi menunjukkan kategori sedang dengan kisaran H’=1,8-2,1. Rendahnya Wondama hingga Teluk Bintuni. Gambar 2 keanekaragaman spesies kedua taksa katak dan memperlihatkanspesies reptil dan perbandingan amfibi di kawasanjumlah spesies Teluk

Gambar 1. Jumlah dan Presentase Spesies Amfibi dan Reptil yang Ditemukan

IGYA SER HANJOP 1 (1) (2019): 25-36 28 Gambar 2. Perbandingan Spesies Amfibi dan Reptil yang Telah Diteliti Selama 16 Tahun pada 12 Lokasi Biogeografi Tanah Papua Keterangan : Nikiwar 2019: Penelitian ini; Supiori 2018: Krey, 2018; Supiori 2003: Kurniati, 2003; Fakfak 2018: Krey, 2018; Bintuni 2014: PT. Wukirasari, Krey 2014; Bintuni 2010a: PT. Wananggala Utama (Mayabubun 2010); Bintuni 2010b: PT. MML (Krey dan Dumutu 2010); Tangguh 2003: BP 2003; Tangguh 2007: Kusrini 2007; Maybrat 2011: PT. Bima Cakrawala Nusantara (BCN); Padaido 2014: EBA Mios Mangguandi, Krey 2014. reptil diduga disebabkan kondisi iklim (suhu, setiap komunitas yang dijumpai pada empat kelembaban, dan hari hujan) yang relativ panas lokasi kajian. Kemerataan jenis memiliki nilai saat pengumpulan data. indikator E = 1. Apabila nilai E = 1 berarti pada Evenness atau keseragaman menunjukkan habitat tersebut tidak ada jenis satwa liar keseimbangan komunitas yaitu ukuran yang mendominasi komunitasnya. Umumnya kesamaaan jumlah individu antar spesies seluruh komunitas katak dan reptil pada dalam suatu komunitas. Indeks Kemerataan keempat lokasi menunjukkan nilai E mendekati (Index of Evenness) berfungsi untuk angka 1 (0,70-0,91). Komunitas reptil (E=0,7- mengetahui kemerataan setiap jenis dalam

0,91), dan amfibi dengan nilai E=0,72-0,90. Tabel 4. Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E) Jenis Satwa Liar

Katak Reptil Katak Reptil Lokasi Spesies Individu Spesies Individu H’ E H’ E Idoor 11 49 11 22 2.13 0.88 2.1 0.87 Torembi 12 79 13 37 2.1 0.84 1.8 0.70 Kartz 3 9 8 12 0.8 0.72 1.9 0.91 Persemaian 16 108 13 48 2.5 0.90 1.8 0.70

Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat Keliopas Krey, Hendrik Burwos 29 C. Kekayaan Spesies Katak dan takson per lokasi site sampel (Tabel 5). Reptil Hutan berbukit rendah dan hutan alamiah sepanjang delta aliran-aliran sungai Amfibi (Katak) hidup di habitat-habita dataran yang merupakan sub-ekosistem dari dalam hutan hingga tepian jalan. Terdapat Hutan Hujan Dataran Rendah (lowland rain 4 famili asli (native families) katak di New forests) memberikan ciri tersendiri dalam Guinea yaitu Hylidae, Microhylidae, Ranidae hal penyebaran dan pemilihan habitat oleh dan Myobatrachidae (Krey, 2019). Spesies katak dari famili Myobatrachidae tidak dijumpai dalam penelitian ini. Terdapat padaspesies setiap reptil site maupun sampel amfibi.berbeda-beda. Kekayaan Empat dan lima spesies endemik New Guinea dari sitekeanekaragaman sampel meliputi spesies area amfibi hutan dan sekitar reptil family Myobatrachidae (Allen Allison, 2006) kampung Idoor yang mewakili habitat hutan dan diduga satu spesies diantaranya yakni Lecriodus melanopyga kemungkinan ada di rendah. Site sampel ketiga adalah area hutan area Kopermas Kami-Nassey. Kebanyakan primer (flatTorembi, area) dan dan yang bukit keempat kartz dataranadalah spesies katak dari ketiga familiyang dijumpai hutan sekunder sekitar persemaian. Data yang dalam penelitian inimenghuni habitat yang diplotkan dalam Gambar 3 menunjukkan bervegetasi rapat. kekayaan spesies tiap site sampel, sedangkan Salah satu famili dari taksa ular yang tidak dijumpai dalam penelitian ini adalah famili reptil per famili dapat dilihat pada Gambar 4. Boidae. Famili ini di Papua diwakili oleh hanya kekayaan spesies per taksa yang amfibi dan dua spesies endemik New Guinea (termasuk pulau sekitar) yakni Candoia carinata (CITES D. Uraian Famili Amfibi dan Reptil II) dan C. aspera. Kedua spesies ini diduga ada di area Kopermas Kami-Nassey. Spesies ini reptil menghuni habitat-habitat alami di area dijumpai juga pada penelitian di area Tangguh KopermasSebanyak Kami-Nassey. lima takson Rekapitulasi spesies amfibi spesies dan (BP 2003). Area Kopermas Kami-Nassey menjadi habitat alami satwa liar reptil yang dua famili ular, buaya dan kura-kura masing- dilindungi. masingamfibi tigasatu familifamili katak,(Gambar empat 4) dan famili distribusi kadal,

Gambar 3. Data Jumlah Spesies Katak dan Reptil per Lokasi Survey

IGYA SER HANJOP 1 (1) (2019): 25-36 30 Gambar 4. Kekayaan spesies berdasarkan taksa

Data pada Tabel 6 menunjukkan spesies- spesies reptil lindungan yang tersebar pada Walaupun dalam data red list IUCN 2019 keempat site sampel. Data status konservasi semuakesehatan spesies populasi katak amfibi yang dimasadijumpai mendatang. berstatus dan perkembangan informasi populasi least concern namun perlu diwaspadai. Katak disusun berdasarkan data Red List IUCN Litoria genimaculata misalnya saat ini memiliki 2019. Degradasi layanan fungsi habitat akibat populasi yang sedang menurun (decreasing) pembukaan kanopi hutan yang berlebihan, (Harry Hines, 2004). erosi yang menyebabkan dampak turunan pada kekeruhan air sungai, kali kecil, kolam E. Hylidae (Katak Pohon) dan rawa akan menjadi gangguan dan ancaman Hylidae di New Guinea diwakili oleh hanya jangka panjang bagi spesies-spesies ini. Dilain dua genus yaitu Litoria dan Nyctimystes. Tyler sisi, struktur kompleks ekologi dari Hydrologi, (1999) disitasi Allison (2006) menyatakan iklim (micro-climate bahwa tidak terdapatnya famili Hylidae di sangat mempengaruhi komposisi spesies dan region Southern Asia dan adanya family ) termasuk biologi amfibi

Tabel 5.

Rekapitulasi Spesies Amfibi dan Reptil Per Lokasi Takson Idoor Torembi Gunung Karts Persemaian

Ophidia (ular) 3 4 1 3 Sauria (kadal) 6 7 6 10 Turtle (Kura-kura) 1 1 0 0 Crocodilia (buaya) 1 1 0 0 Anura (katak) 11 12 3 16 Total 22 25 9 29

Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat Keliopas Krey, Hendrik Burwos 31 Tabel 6. Status Konservasi Spesies Katak dan Reptil yang Ditemukan

Lokasi

Endemik Spesies P.106 IUCN CITES Mainland Idoor Torembi Persemaian Kartz Maskeri Kartz Crocodylus novaeguineae Y Y LC/Stabel II + Crocodylus porosus N Y LC/Unknown II + Varanus indicus N Y LC/Unknown II + + + Varanus prasinus N Y LC/Stable II + Elseya novaeguinea N N LC/ Unknown II + + Hypsilurus modestus N N LC/Stable + Hypsilurus dilophus N N LC/Unknown + + Morelia viridis N Y LC/Stable II + + + Morelia amethistina Y N LC/Stable II + Leiopython albertisii Y N LC/Decreasing II + Jumlah : 3 5 8 3 8 2 3 Asteropris turpicola Y N LC/Stable + + + Litoria amboinensis N N LC/Stable + + + Litoria genimaculata Y N LC/Decreasing + + + Platymantis papuensis N N LC/Stable + + + + Papurana arfaki N N LC/Stable + + + Papurana daemeli N N LC/Stable + + + Papurana grisea N N DD/Unknown + Jumlah : 2 0 0 6 6 1 7

Keterangan : P.106 2018 adalah Peraturan KLHK RI Nomor P.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi; IUCN (InternationalUnion for Conservation of Nature) adalah lembaga internasional yang bekerja untuk pelestarian spesies satwa dan tumbuhan. LC (Least Concern atau spesies dengan level resiko rendah); DD (Data Deficient atau kekurangan data); CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) ini di region Australia dan Amerika Utara F. Microhylidae (Katak Pohon, meyakinkan bahwa family Hylidae berasal Tanah) dari barat Gondwana. Dari 13 spesies Hylidae Dari 12 spesies Microhylidae yang diduga yang diduga berada pada area Kopermas Kami- berada pada areal Kopermas Kami-Nassey Nassey, hanya ditemukan sebanyak empat dijumpai hanya 6 spesies. Spesies Asterophrys spesies. Penelitian lainnya oleh Mayabubun turpicola, Xenorina sp., Austrochaperina sp., (2010) di area HPHPT. Wanagalang Utama termasuk katak dari genus Oreopryne dan menemukan tiga spesies Hylidae lainnya yang Hylophorbusmerupakan spesies endemik tidak dijumpai dalam penelitian ini yaitu Litoria New Guinea. Banyak spesies dari family caerulea, L. gracilenta dan L. thesaurensis. Microhylidae (subfamily Asterophrynae dan Genyophryinae) adalah endemic New Guinea (Allen Allison, 2006).

IGYA SER HANJOP 1 (1) (2019): 25-36 32 G. Ranidae (Katak Rawa, Sungai) pedalaman dalam hutan New Guinea, sedangkan Katak dari famili Ranidae di area Kopermas C. porosus hidup di muara-muara sungai, rawa- Kami-Nassey ditemukan hanya 6 spesies dari rawa hutan mangrove dan sering dijumpai di 10 spesies yang diduga ada. air asin. Sama halnya dengan spesies lainnya • Genus Ranayang telah direvisi menjadi kedua buaya ini memiliki kemampuan adaptasi Papuranatelah dikenal 10 spesies (2 yang cukup tinggi sehingga buaya akan mampu spesies adalah endemik untuk Papua) bertahan (resisten) dengan gangguan hutan. yang dalam penelitian ini hanya ditemukan 6 spesies. Kecuali Papurana I. Pythonidae (Ular Python) daemeli yang tersebar juga di bagian Famili ini memiliki 6 spesies di Papua dan northern Australia dan kepulauan hanya dijumpai 3 spesies dari 4 spesies yang Bismarck, ketiga spesies Papurana diduga ada di area Kopermas Kami-Nassey. lainnya (P. papua, P. grisea danP. arfaki) Hanya satu spesies dari famili iniyaituMorelia merupakan spesies endemik New viridisyang dilindungi. Spesies Morelia viridis guinea termasuk Pulau Waigeo, Batanta merupakan hewan nokturnal, arboreal (sering dan Salawati). teramati di semak permukaan tanah) dan • Genus Platymantisterdapat 10 spesies di hidup di habitat hutan pada ketinggian 0-2000 Papua dan 5 spesies diantaranya adalah mdpl (O’shea, 1996). M .viridis tersebar hingga endemik Papua. Salah satu spesies ke Pulau Misol dan Aru, Cape York Peninsula endemik Papua yang tidak ditemukan dan far-northern Queensland. Populasi spesies dalam peneltian ini adalah P. punctata. ini sangat langka di alam (dalam penelitian ini Spesies ini ditemukan di area konsesi BP hanya dijumpai satu individujuvenile). Dalam Tangguh (Kusrini & Hasanah, 2007) dan survei-survei serupa pada kawasan lainnya di Pulau Waigeo. seperti di Merauke, Mamberamo, Waropen, Pegunungan Arfak dan kawasan lainnya di H. Crocodilidae (Buaya) Papua spesies ular dari family Pythonidae Di dunia terdapat sebanyak 12 spesies sangat langka dijumpai. Diperkirakan bahwa buaya (McCoy, 2006). Terdapat dua jenis populasi M. viridis di area Kopermas Kami- buaya di Papua yaitu Crocodilus porosus dan C. Nassey tidak lebih dari 30 individu. novaeguineae. Keduanyaspesies ini merupakan Dua spesies endemik New Guinea dari spesies lindungan. Buaya muara (C. porosus) famili ini adalah ular Apodora papuana dan walaupun masuk ke dalam apendik II CITES Morelia boeleni yang tidak dijumpai dalam namun kini Indonesia menyepakati kuota penelitian ini. Hingga saat ini belum ada laporan ekspor nol dari penangkapan dan ekspor tentang penyebaran ular A. papuanadi daerah dapat berjalan jika peternakan hewan ini Teluk Wondama maupun Teluk Bintuni. Namun dapat memenuhi kuota yang diberikan. Dua demikian, Oshea (1996) menginformasikan spesies buaya terdapat di area Kopermas bahwa A. papuana juga tersebar di bagian utara Kami-Nassey yakni Crocodylus novaguineae dan barat Papua termasuk di Pulau Biak dan (buaya papua) dan Crocodylus porosus (buaya Pulau Misol. Oleh karena itu diduga bahwa muara). Walaupun tidak disurvey secara spesies ini ada juga di area Kopermas Kami- terpisah namun dugaan kuat bahwa jenis Nassey, sedangkan M. boeleni tidak ada karena buaya C. porosus (buaya muara) ada di habitat penyebarannya di atas ketinggian 1000-2000 mangrove yang terkoneksi dengan lanskap mdpl. Ular A. papuana hidup pada lowland kampung Idoor. Buaya C. porosus memiliki monsoon, savanna-woodlands dan savanna. wilayah distribusi yang sangat luas meliputi Walaupun spesies dari famili India hingga SE Asia, Philipina, Timor, Pulau Pythonidaedapat beradaptasi dengan Caroline, New Guinea, Nort Australia, Pulau gangguan hutan namun kondisi populasinya Solomon, New Hebrides dan Fiji (McCoy, 2006), sangat rawan jika spesies-spesies satwa ini sedangkan C. novaguineaea merupakan spesies sering dibunuh baik sengaja maupun tidak endemik New Guinea (Allen Allison, 2006). sengaja. Morelia viridis adalah spesies yang Habitat kedua spesies buaya ini berbeda. C. sering diperjualkan sebagai hewan pelihara, novaeguineae hidup pada telaga, rawa-rawa namun saat ini hal tersebut tidak terjadi di area dan sungai-sungai air tawar jauh hingga ke Kopermas Kami-Nassey.

Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat Keliopas Krey, Hendrik Burwos 33 J. Agamidae (Bunglong) Nomor 106 tahun 2018. Tiga spesies yang ditemukan dalam Sebanyak 11 spesies telah dikenal di Papua penelitian ini sudah bukan merupakan spesies diantaranya terdapat 4 spesies endemic Papua lindungan menurut Permen KLHK P.106 2018. yaitu V. boehmei (endemik Pulau Waigeo), V. Sebelumnya Hypsilurus dilophus (Bunglong kordensis (Endemik Pulau Biak), V. macraei sisir) dilindungi oleh PP 7 tahun 1999. Spesies (diketahui hanya dari Pulau Batanta) dan V. endemik New Guinea lainnya yang ditemukan reisingeri (endemik Pulau Misol) sedangkan adalah H. papuensis yang juga ditemukan di sisanya memiliki zoogeography hingga PNG, hutan berbukit Haya, Mamberamo (Krey, 2010). Australia dan Micronesia (khusus V. indicus) Di Australia genus Hypsilurus terdiri dari (Hoser, 2013). Varanus doreanusditemukan hanya dua spesies (Witten 1993) sedangkan menghuni dataran rendah Papua termasuk di New Guinea terdapat sekitar 12 spesies dan Pulau Salawati dan Pulau Biak pada hutan sebanyak 8 spesies berada di Papua dimana monsoon dan hutan primer, seperti mixed 4 spesies diantaranya yang tidak ditemukan alluvial forest dan mixed hill forest (Allison dalam penelitian ini adalah endemic Papua 2007). Dalam penelitian ini V. doreanus (Allison, 1996) .H. dilophusdijumpai juga dijumpai pada hutan sekunder berbukit dan pada survey di area konsesi BP Tangguh dan diduga spesies ini ada pada hutan primer di PT. Wananggalang Utama. H. dilophus juga areal Kopermas Kami-Nassey. di temukan di hutan dataran rendah sekitar Varanus indicus juga dijumpai di Tangguh Pegunungan Arfak dan Tamrauw, Pulau Waigeo, bersama dengan biawak endemik New Guinea Gesa (Waropen) dan Mamberamo hingga ke (termasuk Pulau Salawati) Varanus salvadorii wilayah PNG. (CITES II). Diduga spesies ini (V. salvadorii) ada di area Kopermas Kami-Nassey. Philip K. Chelidae (Kura-kura) dan Philip (2007) menjelaskan bahwa V. Sebanyak satu spesies (Elseya salvadorii biasanya hidup pada vegetasi novaeguineae) dari famili Chelidae dijumpai rainforest seperti tipe hutan mixed alluvial dalam penelitian ini. Telah diketahui terdapat dan mixed hill sertahutan riparian. Spesies enam spesies kura-kura Chelidae di Papua. Varanus prasinusmenghuni pohon-pohon Semua spesies ini dijumpai menghuni rawa pada hutan hujan dataran rendah dan hutan atau sungai yang alirannya lambat di bagian riparian. Kanopi hutan yang tetap tersambung Selatan kecuali E. novaeguineae yang tersebar terutama pada jalur-jalur tarik akan membantu di Utara (Allison 2007). E. novaeguineae mobilisasi spesies-spesies ini. Spesies Varanus merupakan spesies endemik New Guinea yang yang ditemukan dan juga yang diduga ada di tersebar di bagian Utara Papua, Pulau Waigeo, areal Kopermas Kami-Nassey dapat dijadikan Pulau Serui termasuk di Danau Sentani hingga sebagai bio indikator perubahan kualitas bagian utara PNG. Spesies ini juga ditemukan habitat. oleh Maturbongs (2006) di Sungai Nanimori Teluk Wondama. E. novaeguineae tergolong M. Scincidae (Kadal) tidak umum ditemukan walaupun spesies ini Seluruh spesies dari family ini belum tersebar luas hingga ke wilayah Utara Papua. dilindungi oleh Peraturan Indonesia. Sebelumnya dalam PP Nomor 7 tahun 1999 gangguan, populasi di alam sangat sedikit satu-satunya spesies lindungan adalah kadal sehinggaSelain aktifitasnya spesies ini yang jarang sangat ditemukan pekah terhadap (Krey & Tiliqua gigas, namun dalam P.106 tahun 2018 Burwos, 2019). telah dikeluarkan dari daftar spesies lindungan. Spesies kadal lainnya yang ditemukan L. Varanidae (Biawak) dalam penelitian ini yakni kadal dari genus Sebanyak dua spesies (Varanus indicus, Emoia, Sphenomorphus, dan Lamprolephis. dan V. prasinus) dijumpai dalam penelitian Rendahnya jumlah spesies kadal yang dijumpai ini. Spesies-spesies ini umum di Papua namun dalam penelitian ini lebih disebabkan faktor sangat jarang dijumpai di arealKopermas Kami- sedikitnya waktu penelitian tersedia. Banyak Nassey. Walaupun bukan merupakan spesies spesies kadal merupakan spesies endemik New endemik Papua (termasuk PNG dan Australia) Guinea (mainland). Daerah penyebaran mereka namun dua spesies ini dilindungi oleh PP hingga PNG (Brown, 1991).

IGYA SER HANJOP 1 (1) (2019): 25-36 34 N. Gekkonidae (Tokek) biaya penelitian ini dan fasilitas selama di Sebanyak satu spesies yakni Hemidactylus lapangan ditanggung oleh Koperasi Masyarakat frenatus jumpai dalam penelitian ini dari Adat Kami-Nassey. Ucapan trima kasih yang tak sekitar 13 spesies yang diduga ada dalam areal terhingga kami sampaikan. Kopermas Kami-Nassey. Dalam penelitian ini tidak dijumpai Cyrtodactylus irianjayaensis V. Daftar Pustaka (spesies endemik Papua). Namun demikian Allison, Alen. (1996). Zoogeographo of diduga spesies ini ada di areal Kopermas Kami- Ambhibins and Reptiles of New Guinea Nassey. Spesies C.irianjayaensis juga dijumpai and the Pacific Region (pp. 407–436). di area hutan sekunder PT. Wanagalang. http://www.botany.hawaii.edu/basch/ Seluruh spesies dari famili Gekkonidae uhnpscesu/pdfs/sam/Allison1996AS.pdf merupakan spesies nokturnal. Taksa ini Allison, Allen. (2006). Reptiles and sering dijumpai menghuni batang dan cabang of the Trans-Fly Region, New Guinea. pohon, semak di hutan dataran rendah bahkan http://pbs.bishopmuseum.org/pdf/trans- beberapa spesies dijumpai pada bebatuan fly-r.pdf serta batang pohon yang telah terurai di atas Brown, W. C. (1991). Lizards of the Genus Emoia tanah. Spesies dari famili ini memilih tempat- (Scincidae) with Observations on their tempat yang kering dan tertutup dari cahaya Evolution and Biogeography. Memoirs of matahari sehingga dapat dijadikan sebagai the California Academy of Sciences., 15, indiator dalam pengelolaan hutan. Di area eks- 1–94. https://www.biodiversitylibrary. kopermas spesies dari famili Gekkonidae tidak org/part/74985 dijumpai selama penelitian, diduga akibat Günther, R., Richards, S., Tjaturadi, B., & Krey, kondisi habitat yang sudah tidak menunjang. K. (2015). Two new species of the genus Beberapa spesies memiliki nilai ekonomi yang Cophixalus from the Raja Ampat Islands tinggi sehingga monitoring dan pengawasan west of New Guinea (Amphibia, Anura, Microhylidae). Zoosyst, 91(2), 199–213. dimasa mendatang sangat penting dilakukan https://doi.org/10.3897/zse.91.5411 terhadap aktifitas penangkapan saat ini dan untuk mempertahankan populasi di alam. Harry Hines, J.-M. H. E. M. D. N. (2004). Litoria Freycineti. https://www.iucnredlist.org/ IV. Kesimpulan species/41033/10391425 Seluruhnya kawasan hutan dalam areal Hoser, R. T. (2013). Monitor Lizards reclassified Kopermas Kami-Nassey sangat penting bagi with some commonsense (Squamata: 16 spesies katak dan 20 spesies reptil yang Sauria: Varanidae). Australasian Journal dijumpai saat ini. Dalam areal Kopermas Kami- of Herpetology, 21(Oktober), 41–58. Nassey tidak dijumpai satupun spesies yang http://www.smuggled.com/issue-21- termasuk kategori Vurnerable, Endagered, pages-41-58.pdf maupun Critically endegered. Namun demikian Krey, K. (2010). Ektoparasit Acarina pada Kulit beberapa spesies termasuk kategori Apendik Sisik Ular Putih (Micropecis Ikaheka) dari II CITES buaya C. porosus dan C. novaeguineae, Manokwari. Jurnal Natural, 9(1). https:// biawak Varanus spp, testudinata Elseya doi.org/10.30862/jn.v9i1.777 novaeguinea, Leiopython albertisii, Morelia Krey, K. (2019). Kasuri Block High Conservation. viridis dan Morelia amethistina. Kebanyakan Deepublish. spesies yang dijumpai maupun yang diduga Krey, K., & Burwos, H. (2019). Herpetofauna ada dalam area konsesi areal Kopermas Kami- Fak Fak. Prosiding Seminar Nasional Nassey merupakan spesies endemik New MIPA UNIPA, 4(1), 11–28. https:// Guinea termasuk pulau-pulau sekitar. prosiding.fmipa.unipa.ac.id/index.php/ SNMIPAUNIPA/article/view/26 Kusrini, M., & Hasanah, A. (2007). Herpetofauna Ucapan Terima Kasih di Areal Konsesi BP LNG Tangguh dan Babo, Penelitian ini adalah bagian dari proyek Teluk Bintuni, Papua. Institut Pertanian penilaian High Conservation Value (HCV) Bogor. dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua. Seluruhnya

Keanekaragaman Katak dan Reptil dari Areal Koperasi Masyarakat Adat Papua Kami-Nassey, Teluk Wondama, Papua Barat Keliopas Krey, Hendrik Burwos 35 Mayabubun, B. L. M. (2010). Inventarisasi 59–68. http://www.academia.edu/ Jenis Amphibi di sekitar Teluk Bintuni. download/32720481/cyrtodactylus_zugi. Universitas Negeri Papua. pdf McCoy, M. (2006). Reptiles of the Solomon Philipp, K., & Philipp, D. (2007). The Monitor Islands. Coronet Books Incorporated. Lizards of Papua (The Ecolog). Periplus O’shea, M. (1996). A Guide to the Snakes of Papua editions. New Guinea (1st editio). Independent Pub. Richards, S. J., Iskandar, D. T., & Tjaturadi, Oliver, P., Tjaturadi, B., Mumpuni, Krey, K., & B. (2002). Amphibians and reptiles Richards, S. (2008). A New Species of Large of the Dabra Area, Mamberamo River Cyrtodactylus (Squamata: Gekkonidae) Basin, Papua, Indonesia. Conservation from Melanesia. Zootaxa 1894, Oktober, International RAP Bull, 25(9), 69–79.

IGYA SER HANJOP 1 (1) (2019): 25-36 36