perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMIKIRAN DAN PERGERAKAN POLITIK

HAJI MISBACH DI SURAKARTA

TAHUN 1912-1926

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

Tri Indriawati C 0508005

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTAcommit to user 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PEMIKIRAN DAN PERGERAKAN POLITIK

HAJI MISBACH DI SURAKARTA

TAHUN 1912-1926

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

Tri Indriawati

C 0508005

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTAcommit to user 2012

i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama : Tri Indriawati

NIM : C0508005

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pemikiran dan Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta tahun 1912-1926” adalah benar- benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 17 September 2012 Yang membuat pernyataan,

Tri Indriawati

commit to user

iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Di dalam diri manusia, terdapat kekuatan rindu yang mampu mengubah kabut

dalam dirinya menjadi matahari.

(Kahlil Gibran)

Aku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan. Tapi aku tak pernah mati, tak akan terhenti. (Efek Rumah Kaca-Di Udara)

Scripta Manent Verba Vollant

(Yang ditulis akan kekal, yang diucapkan akan hilang terbawa angin)

commit to user

v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bunda yang telah damai di surga.

2. Dia yang selalu setia menanti di ujung senja.

3. Ayah

4. Kawan-kawan LPM Kalpadruma dan sahabat

Historia.

commit to user

vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, kesempatan dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk materi maupun dorongan moral.

Ucapan terima kasih dan penghargaan tulus, penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Drs. Riyadi Santoso, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan perijinan kepada

penulis untuk mengadakan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr. Warto, M.Hum. sebagai pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, saran, petunjuk dan pengarahan hingga skripsi ini

selesai

3. Ibu Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan izin penelitian.

4. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan izin penelitian.

5. Bapak Drs. Soedarmono, S.U. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan saran, pengarahan dan motivasi dari awal hingga akhir studi.

6. Ibu Umi Yuliati, S.S., M.Hum. dan Bapak Bagus Sekar Alam, S.S, M.Si. yang

berkenan memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi.

commit to user

vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

8. Bunda yang telah damai di surga, terimakasih atas segala pengorbanan,

didikan, dorongan, serta doa yang takkan pernah dapat ternilai harganya.

9. My only one, Witarso Warsojo, terimakasih untuk seluruh cinta, inspirasi,

dorongan, kesabaran, serta “teriakan kecil” yang tak pernah letih dilontarkan

hingga skripsi ini bisa terselesaikan.

10. Ayah, Kakak beserta tiga orang putra-putrinya, Rya, Linda, dan Raditya.

11. Keluarga Bapak Warsojo, atas dukungan dan doa, serta „tumpangannya‟

dalam pencarian arsip di Jakarta.

12. Kakak beradik Farhana Aulia dan Taufiq Effendi, atas coretan-coretan kecil di

skripsi serta sharing bukunya.

13. Kawan-kawan LPM Kalpadruma: Ika Yuniati, Kusnul, Farhana, Fonda,

Kurnia, Anggraini, Akbar, Ferry, Trian, Vicky, Chandra, Jeki, Kristin, Suryo,

Widi, Dias, Ricky, Avin, serta penghuni ruang independen lainnya,

terimakasih untuk setiap warna yang pernah kita lukiskan bersama.

14. Teman-teman seperjuangan dalam Ilmu Sejarah angkatan 2008.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat

berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi penyempurnaan karya ini.

Surakarta, 17 September 2012

Penulis commit to user

viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

HALAMAN PERNYATAAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR ISTILAH ...... xi DAFTAR SINGKATAN ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv ABSTRAK ...... xv ABSTRACT ...... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 A. Latarbelakang Masalah ...... 1 B. Perumusan Masalah ...... 7 C. Tujuan Penelitian ...... 7 D. Manfaat Penelitian ...... 8 E. Kajian Pustaka ...... 8 F. Metode Penelitian ...... 12 G. Sistematika Penulisan ...... 14

BAB II. PERIODE AWAL PEMIKIRAN POLITIK HAJI MISBACH 1912 - 1918 ...... 17 A. Kondisi sosio-kultural yang mempengaruhi pemikiran Haji

Misbach...... 17

B. Tumbuhnya kesadaran politik Haji Misbach ...... 25 C. Pergerakan Islam dalam pandangan politik Haji Misbach ...... 30

D. Awal persentuhan dengan Komunisme ...... 42

BAB III. IMPLEMENTASI PEMIKIRAN HAJI MISBACH DALAM

PERGERAKAN POLITIK 1918-1920 ...... 50 A. Pergulatan Politik Haji Misbach dalam ...... 50 B. Geliat Haji Misbach dalam dunia Jurnalistik ...... 59

C. Membangkitkan Insulinde Surakarta ...... 64 D. Haji Misbach dan dimulainya zaman mogok Surakarta ...... 72

E. Tampil kembali dengan bendera Sarekat Hindia ...... 83

BAB IV. AKHIR PERGERAKAN: KONFLIK DALAM UPAYA

MEMPERTAHANKAN PEMIKIRAN POLITIK HAJI MISBACH 1922- 1926...... 96 A. Tampil kembali dalam panggung pergerakan ...... 96 B. Perpecahan dengan Muhammadiyahcommit to user ...... 102

ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Perseteruan dengan CSI ...... 108

D. Akhir gerakan radikal melawan kolonialisme Belanda ...... 114 E. Propaganda Islam-Komunisme di tanah pembuangan ...... 123

BAB V. KESIMPULAN ...... 130

DAFTAR PUSTAKA ...... 134

LAMPIRAN...... 138

commit to user

x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISTILAH

Abangan Pemeluk agama Islam, tetapi tidak taat menjalankan

ajarannya dan sangat dipengaruhi ajaran Hindu-

Budha

Abdi Dalem Pegawai Kerajaan

Afdeling Cabang dari sebuah organisasi Algemeene Badan penyelidik umum Rescherchedients (Departemen Penyelidikan) Bestuur Pengurus Binnenlandsch Administrasi dalam negeri Hindia Belanda Islam lamisan Islam semu Kaum putihan Kelompok orang Islam yang beriman sale Kring Kelompok-kelompok yang lebih kecil dari cabang atau di bawah cabang Kuli kenceng Petani yang berhak menerima setengah bau tanah (satuan ukuran luas tanah, sama dengan 7.096 meter persegi) yang tersedia dan sebidang tanah untuk rumah Hoofredactur Kepala Redaksi

Inlander Bangsa pribumi Hindia Belanda non Ambon

Persdelict Kasus hukum terkait dengan persoalan pers

Prapat lembaga yang berwenang menengahi/melerai

pertikaian antara petani dan pemilik perkebunan

Procureur Jaksa penuntut umum

Rally Pengumpulan Massa

Regent Polisi Kepala polisi pribumi dalam jenjang yang sama

dengan bupati

Regerings Reglement Peraturan Pemerintah

Rust en orde Keamanan dan ketertiban

Santri Murid-murid

commit to user

xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tablig Pertemuan keagamaan, khotbah umum tentang

Islam

Vergadering Pertemuan

Volksraad Dewan Rakyat Bentukan Belanda

Vorstenlanden Daerah-daerah bekas kerajaan Mataram meliputi

Karesidenan Surakarta dan Yogyakarta

Wargo pangarso Sekumpulan ketua SI yang ditunjuk dari tiap kampung

commit to user

xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

BO Boedi Oetomo

CSI Central Sarekat Islam

IJB Inlandsche Journalisten Bond

IP Indische Partij

ISDP Indische Sociaal Democratische Partij ISDV Indische Sociaal-Democratische Vereeniging NIP Nationaal Indische Partij NIP-SH Nationaal Indische Partij-Sarekat Hindia NIS Nederlandsch Indische Spoorwegen PFB Personeel Fabrics Bond PKBT Perkoempoelan Kaoem Boeroeh dan Tani PKI Partai Komunis Indonesia PPKB Persatuan Perserikatan Kaum Buruh PPPB Perserikatan Personeel Pandhuis Bond (Perkumpulan Pegawai Pegadaian) PSI Partij Sarekat Islam SATV Sidik Amanat Tableg Vatonah SDI Sarekat Dagang Islam

SH Sarekat Hindia

SI Sarekat Islam

SR Sarekat Rakyat

TKNM Tentara Kandjeng Nabi Muhammad

VSTP Vereeniging van Spooren Tremweg Personeel

commit to user

xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Suasana sekolah Islam di Surakarta sekitar tahun 1917...... 35

Gambar 2. Lambang awal Sarekat Islam...... 52

Gambar 3. Lambang Sarekat Islam setelah mengalami pergantian...... 58

Gambar 4. Gambar kartun yang dibuat oleh H.M. Misbach dalam Islam Bergerak...... 76 Gambar 5. Suasana buruh tani di pedesaan Surakarta sekitar tahun1919..... 78

commit to user

xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Abstrak

Tri Indriawati. C0508005. 2012. “Pemikiran dan Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta tahun 1912-1926”. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini membahas tentang pemikiran dan pergerakan politik Haji

Misbach di Surakarta 1912-1926. Haji Misbach memiliki peran besar dalam perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda melalui pemikirannya yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui periode awal pemikiran politik Haji Misbach, implementasi pemikiran politik Haji Misbach dalam aksi politiknya, serta konflik yang dialami Haji Misbach untuk mempertahankan pemikirannya pada babak akhir pergerakannya. Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap yang saling berkaitan. Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber- sumber sejarah melalui penelusuran dokumen tentang Haji Misbach serta studi pustaka. Tahap kedua adalah kritik sumber, yaitu memeriksa keaslian dan validitas sumber yang diperoleh. Tahap ketiga adalah interpretasi berupa penafsiran terhadap data yang diperoleh sehingga didapat fakta-fakta sejarah. Tahap keempat penulisan atau historiografi, yaitu menyajikan fakta-fakta yang telah diperoleh dalam bentuk tulisan sejarah. Pendekatan ilmu sosial lainnya juga digunakan untuk membantu menganalisa data dalam penelitian ini, yaitu dengan konsep-konsep gerakan sosial dan pemikiran politik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran dan pergerakan politik Haji Misbach mengalami perkembangan sejak awal keterlibatannya dalam panggung politik hingga akhir hidupnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran dan pergerakan politik Misbach antara lain adalah latar belakang pendidikan, kondisi sosial lingkungan tempat tinggal, serta perkenalannya dengan

tokoh-tokoh politik lain. Misbach merupakan seorang tokoh pergerakan berdarah Jawa yang berkeinginan untuk mensintesakan ideologi Islam dan Komunisme

sebagai jalan perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda. Ketertarikan Misbach dalam dunia pergerakan membawanya bergerak bersama berbagai organisasi, di antaranya adalah Sarekat Islam, , SATV, Insulinde, Sarekat

Hindia, PKI, serta Sarekat Rakyat. Misbach juga bergerak melalui dunia jurnalistik dengan menerbitkan Medan Moeslimin dan Islam Bergerak. Selain

melakukan perlawan terhadap pemerintah, Misbach juga menyerang organisasi Islam yang dinilainya lamisan, yaitu Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Akibat aksinya yang terlampau radikal, Misbach beberapa kali harus mendekam di

penjara. Kekacauan di Surakarta yang ditimbulkan oleh PKI, membuat pemerintah kolonial memutuskan untuk membuang Misbach ke Manoekwari hingga akhir masa hidupnya.

commit to user

xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Abstract

Tri Indriawati. C0508005. 2012. “Ideas and Political Movement of Haji Misbach in Surakarta at 1912-1926”. Thesis: Historical Science Department Letter and

Fine Art Faculty Sebelas Maret University Surakarta.

This research discusses about the ideas and political movement of Haji Misbach in Surakarta 1912-1926. Haji Misbach had a major role of the resistance to the Netherland Colonial Government through his unique ideas. This research purpose to know the early period of Haji Misbach‟s political ideas, the implementation of Haji Misbach‟s political ideas to his political action, and the conflict experienced by Haji Misbach to vindicate his ideas at the final round of his movement. This research used the historical method that consist of four interrelated phases. The first phases is heuristic or collecting of the historical sources by search the document and literature about Haji Misbach. The second phases is source criticism, which is to checking the authenticity and validity of the source obtained. The third phases is interpretation, which is stage to interpreted the documents obtained to get the historical facts. The fourth phase is writing or historiography, to present the facts which have been obtained in written history. The other social science approaches are also used to help analyze the document in this research, there are concepts of social movement and political ideas. The results of this research indicated that Haji Misbach‟s ideas and political movement has developed since the beginning of his involvement in politics until the end of his life. Factors that influence the ideas and political movement of Misbach were his educational background, his neighborhood social conditions, and his acquaintanceship with the other political figures. Misbach was a Javanese movement figure that wish to synthesize Islam and Communism

ideology as a way to resistance against Dutch Colonialism. Misbach‟s interested of the movement made him moved with some organization, there are Sarekat

Islam, Muhammadiyah, SATV, Insulinde, Sarekat Hindia, PKI, and Sarekat Rakyat. Misbach also moved in journalism by published Medan Moeslimin and Islam Bergerak. In addition to resistance the government, Misbach also attacked

Islamic organizations that he judged “lamisan”, there are Sarekat Islam and Muhammadiyah. Because of his action that too radical, Misbach must lived in the

prison at the several time. Chaos that caused by PKI in Surakarta, made Colonial Government decided to exiled Misbach to Manoekwari until the end of his life.

commit to user

xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemikiran dan Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta

tahun 1912-1926

Disusun oleh: 1 Tri Indriawati Dr. Warto, M.Hum.2

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang pemikiran dan pergerakan politik Haji Misbach di Surakarta 1912-1926. Haji Misbach memiliki peran besar dalam perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda melalui pemikirannya yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui periode awal pemikiran politik Haji Misbach, implementasi pemikiran politik Haji Misbach dalam aksi politiknya, serta konflik yang dialami Haji Misbach untuk mempertahankan pemikirannya pada babak akhir pergerakannya. Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap yang saling berkaitan. Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber-sumber sejarah melalui penelusuran dokumen tentang Haji Misbach serta studi pustaka. Tahap kedua adalah kritik sumber, yaitu memeriksa keaslian dan validitas sumber yang diperoleh. Tahap ketiga adalah interpretasi berupa penafsiran terhadap data yang diperoleh sehingga didapat fakta-fakta sejarah. Tahap keempat penulisan atau historiografi, yaitu menyajikan fakta-fakta yang telah diperoleh dalam bentuk tulisan sejarah. Pendekatan ilmu sosial lainnya juga digunakan untuk membantu menganalisa data dalam penelitian ini, yaitu dengan konsep-konsep gerakan sosial dan pemikiran politik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran dan pergerakan politik Haji Misbach mengalami perkembangan sejak awal keterlibatannya dalam panggung politik hingga akhir hidupnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran dan pergerakan politik Misbach antara lain adalah latar belakang pendidikan, kondisi sosial lingkungan tempat tinggal, serta perkenalannya dengan tokoh-tokoh politik lain. Misbach merupakan seorang tokoh pergerakan berdarah Jawa yang berkeinginan untuk mensintesakan ideologi Islam dan Komunisme sebagai jalan perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda. Ketertarikan Misbach dalam dunia pergerakan membawanya bergerak bersama berbagai organisasi, di antaranya adalah Sarekat Islam, Muhammadiyah, SATV, Insulinde, Sarekat Hindia, PKI, serta Sarekat Rakyat. Misbach juga bergerak melalui dunia jurnalistik dengan menerbitkan Medan Moeslimin dan Islam Bergerak. Selain melakukan perlawan terhadap pemerintah, Misbach juga menyerang organisasi Islam yang dinilainya lamisan, yaitu Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Akibat aksinya yang terlampau radikal, Misbach beberapa kali harus mendekam di penjara. Kekacauan di Surakarta yang ditimbulkan oleh PKI, membuat pemerintah kolonial memutuskan untuk membuang Misbach ke Manoekwari hingga akhir masa hidupnya.

Kata kunci: Misbach, Politik, Pergerakan, Pemikiran xvi + 133 halaman; 5 gambar; 21 lampiran Daftar Pustaka: 79 (1919-2011)

1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastracommit dan Seni to Rupa user Universitas Sebelas Maret 2 Dosen Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berakhirnya sistem liberal di Hindia Belanda pada akhir abad ke-19, dan

diterapkannya Politik Etis pada awal abad ke-20 membawa perubahan yang besar

dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Eksploitasi besar-besaran terhadap tanah

Hindia yang dilakukan Belanda selama masa Cultuurstelsel dan berlanjut pada

sistem ekonomi liberal mulai menuai banyak pro dan kontra. Golongan-golongan

politik di negeri Belanda mulai mengeluarkan keluhan dan kritik terhadap politik

kolonial yang berlaku.

Terdapat tiga golongan masyarakat yang memperdebatkan persoalan

eksploitasi Pemerintah Kolonial Belanda di tanah Hindia, yaitu partai agama,

kaum sosialis, dan kaum ethis. Mereka mengkritik keras segala eksploitasi yang

dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda atas tanah jajahan. Kritikan keras

tersebut muncul setelah para intelektual negeri Belanda melihat kenyataan bahwa

masyarakat negeri jajahan hidup jauh dari kesejahteraan. Mereka kemudian

1 menuntut untuk dilakukannya pensejahteraan rakyat di tanah jajahan.

Di antara ketiga golongan masyarakat tersebut, terdapat satu gerakan

perbaikan yang paling terkenal, yaitu gerakan yang dilancarkan oleh kaum ethis

dengan tokohnya, Van Deventer. Politik Etis merupakan buah dari pemikiran

1 “Tentang Kolonialisme : Multatuli dan Pemikirannya”. Majalah Filsafat Driyakarya. Tahun XXII, No 3. STFcommit Driyakarya: to user Jakarta. hlm. 6

1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2

kaum liberal di negeri Belanda. Konsep dasar dari pemberlakuan sistem tersebut

adalah sebagai upaya balas budi atas jasa tanah jajahan terhadap negeri induknya

dengan cara melakukan perbaikan dalam bidang pendidikan, pertanian dan

kependudukan untuk kemakmuran tanah jajahan.2

Di samping sebagai upaya balas budi, Politik Etis juga merupakan sebuah

usaha dari pemerintah kolonial untuk memperkuat eksploitasi atas tanah Hindia

Belanda. Kemajuan pendidikan, pertanian, dan kependudukan yang ditawarkan

tidak lain merupakan sebuah strategi untuk meningkatkan status sosial masyarakat

pribumi. Melalui politik etis, masyarakat pribumi dapat mengenyam pendidikan

barat, sehingga terciptalah tenaga kerja baru dengan harga murah untuk

perusahaan Belanda.

Zaman modern pun dimulai. Semakin banyak modal asing mengalir ke

tanah Hindia, yang pada akhirnya membawa kemajuan di bidang transportasi,

sistem pertanian, industri, pendidikan, bahkan persuratkabaran. Dalam era modern

tersebut, kemajuan tingkat intelektual masyarakat merupakan sebuah hal yang

tidak dapat dielakan. Semakin banyak pribumi yang bisa mengenyam pendidikan

gaya barat yang merupakan tanda resmi dari politik etis. Pendidikan ini tidak

hanya memproduksi jenis tenaga kerja yang diperlukan oleh negara dan kegiatan

bisnis swasta Belanda, tetapi juga menjadi alat utama untuk “mengangkat”

2 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3

bumiputra dan menuntun mereka menuju modernitas serta “persatuan Timur dan

3 Barat”.

Seiring berjalannya zaman, Politik Etis yang awalnya diharapkan mampu

memberi keuntungan bagi pemerintah kolonial, justru kian menjadi bomerang.

Hal tersebut disebabkan karena kemajuan pendidikan juga melahirkan kesadaran

baru bagi pribumi, yaitu kesadaran akan kemerdekaan dan kebebasan. Kaum

pribumi yang mengenyam pendidikan pun mulai menjadi pelopor pembentukan

ruang berkumpul dalam wadah organisasi yang mengusung semangat

nasionalisme. Lahirlah Boedi Oetomo (BO), Sarekat Dagang Islam (SDI) dan

perkumpulan-perkumpulan baru bagi masyarakat Hindia Belanda dengan lebih

terorganisir secara baik. Namun, dalam setiap organisasi masih terdapat

pengelompokkan-pengelompokkan warna. Seperti halnya BO yang dikenal

dengan nasionalisme Jawa ataupun SDI yang mengusung persatuan para pedagang

islam. Meski berjuang dengan mengusung warna-warna golongan masing-masing,

keberadaan organisasi tersebut telah sukses membentuk sebuah kesadaran

kebangsaan bagi masyarakat.

Pada awalnya, organisasi-organisasi tersebut berjalan dengan aman serta

cukup patuh terhadap peraturan Pemerintah Kolonial Belanda. Namun, seiring

berkembangnya zaman serta munculnya kaum-kaum intelektual pribumi yang

membawa pemikiran revolusioner, arah gerakan organisasi-organisasi tersebut

pun menjadi lebih radikal.

3 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912- 1926, (Jakarta: PT.Pustaka Utamacommit Grafiti, to 1997), user hlm.37. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4

Selain para intelektual pribumi, orang-orang Eropa yang datang dan

menetap di Hindia Belanda pun turut menyumbangkan gagasan revolusioner.

Mahasiswa hasil didikan Belanda yang pulang ke Hindia Belanda juga memberi

warna tersendiri bagi pergerakan dengan menunjukkan keradikalan dalam

menghadapi penguasa kolonial. Paham yang dianut para kaum intelektual pribumi

awal tidak lepas dari pengaruh Eropa, yaitu Marxisme, Nasionalisme dan Sosial

Demokrasi. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin politik yang lahir dari golongan

ini tidak saja terdiri dari mereka yang mengibarkan bendera Islam melainkan juga

paham-paham dari Eropa.4

Kemunculan organisasi-organisasi di Hindia Belanda juga bersamaan

dengan munculnya surat kabar yang menggeser pola masyarakat Hindia Belanda

dari mendengar menjadi membaca. Pada satu segi kelahiran surat kabar pribumi

dapat dipandang sebagai lambang kelahiran modernitas dan kebebasan bersuara

bagi kaum Bumiputera pada masa kolonial. Surat kabar pada masa itu menjadi

media komunikasi organisasi politik yang strategis dalam membawakan visi misi

pada pemimpin gerakan, pendidikan kreatifitas, pembinaan sikap kritis, intelektual

dan kemandirian. Akibatnya, pergeseran pola ini menumbuhkan daya kritis

masyarakat Hindia ke tingkat yang lebih baik. Organisasi dan surat kabar pada

abad ke-19 menjadi sepasang alat untuk melakukan perlawanan terhadap

pemerintah kolonial Belanda.5

4 M. Pabotinggi, ”Intelektual Pemimpin”, Majalah Prisma, 6 juni 1982,

hlm. 43

5 Santana K., Septiawan, Jurnalisme Kontemporer, (Yogyakarta: Yayasan Obor, 2005), hlm 158-159 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5

Kondisi tersebut menyebar merata di seluruh kawasan Hindia Belanda.

Tak terkecuali di Surakarta. Iklim perlawanan dan pergerakan juga terasa begitu

panas di salah satu wilayah Vorstenlanden tersebut. Hal tersebut terbukti dengan

lahirnya Sarekat Islam (SI) di bawah kepemimpinan Samanhudi pada tahun 1911.

Sarekat Islam yang awalnya diklaim sebagai cabang dari Sarekat Dagang Islam

(SDI) di Bogor milik Tirto Adi Soerjo, berkembang menjadi organisasi raksasa

pertama kali di Hindia Belanda, menyaingi Boedi Oetomo (BO)6. Dengan

mengusung asas keIslaman dan mencoba mengakomodir kepentingan para

pengusaha pribumi di Hindia, jumlah massa Sarekat Islam semakin banyak.

Berdirinya SI adalah tanda solidaritas dari bumiputera terutama terhadap

perlakuan orang Eropa yang di luar batas7.

Banyaknya anggota yang bergabung dalam SI juga menunjukkan bahwa

organisasi tersebut merupakan sebuah wadah perjuangan yang telah lama dinanti

oleh rakyat. Lain halnya dengan BO yang hanya mampu mengakomodir para

Jawa, SI dapat diikuti oleh setiap golongan masyarakat Islam Hindia.

Islam merupakan sebuah agama yang dengan jumlah pemeluk mayoritas di

Hindia. Oleh karena itu, bukanlah suatu hal yang sulit bagi SI untuk menarik

anggota dari kaum muslim Hindia.

Masuknya pengaruh ideologi komunis di Hindia juga turut membawa

perpecahan dalam tubuh SI. Sebagian anggota SI memilih untuk memasukkan

6 Soewarsono, Berbareng Bergerak: Sepenggal Riwayat dan Pemikiran

Semaon, (Lkis: Yogyakarta, 2000) hlm: 14

7 Daniel Dhakidae. 2000. Dalam “Seribu Tahun Nusantara”, Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hlm. 636commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6

ideologi komunis dalam pergerakan mereka, sebagian anggota yang lebih bersifat

konservatif pun menentangnya. Perbedaan ideologi tersebut pada akhirnya

membuat SI terpecah menjadi dua, yaitu SI Putih (konservatif) dan SI Merah yang

dekat dengan faham komunis.8

Melalui organisasi tersebut terlahirlah tokoh-tokoh pergerakan dengan ide

dan pemikiran untuk melawan pemerintah kolonial. Salah satu tokoh pergerakan

yang muncul di Surakarta di bawah sayap besar SI adalah Haji Mohammad

Misbach. Misbach sering kali disebut-sebut sebagai tokoh SI yang dekat dengan

paham komunis. Meski berada di garis kiri, Misbach berbeda dengan kaum

komunis lainnya. Ia tetap berpegang teguh pada keyakinan Islam dan menolak

menjadi Atheis. 9

Pemikiran Misbach dikenal sangat moderat atau berada pada titik tengah.

Misbach telah melahirkan sebuah pemikiran baru dalam era pergerakan bangsa.

Pemikirannya tersebut menjadi dasar bagi Misbach untuk melakukan pergerakan

demi membebaskan rakyat dari ketertindasan akibat Kolonialisme Belanda. Sepak

terjang Misbach dalam dunia pergerakan sangat menarik untuk dijadikan sebagai

bahan kajian. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah penelitian untuk

memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang pemikiran dan pergerakan

politik Haji Misbach di Surakarta tahun 1912-1926.

8 AK. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta:

Penerbit Dian Rakyat, 1979), hlm. 43

9 “Haji Misbach: Muslim Komunis”, Tabloid Pembebasan, Edisi V Februari 2003, hlm. 23 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7

B. Perumusan Masalah

Berangkat dari Latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran politik Haji Misbach pada periode 1912-1918?

2. Bagaimana implementasi pemikiran politik Haji Misbach dalam

pergerakan politiknya pada periode 1918-1920?

3. Bagaimana konflik yang dialami Haji Misbach dengan pihak lain

dalam upaya mempertahankan pemikirannya pada periode 1922-1926?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian yang berjudul Perkembangan Pemikiran dan

Pergerakan Politik Haji Misbach 1912-1926 adalah:

1. Untuk mengetahui pemikiran politik Haji Misbach pada periode 1912-

1918.

2. Untuk mengetahui implementasi pemikiran politik Haji Misbach

dalam aksi politiknya pada periode 1918-1920.

3. Untuk mengetahui konflik yang dialami Haji Misbach dengan pihak

lain dalam upaya mempertahankan pemikirannya pada periode 1922-

1926.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan informasi mengenai geliat kehidupan politik dan

pemikiran Haji Misbach.

2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain terhadap segala bentuk aktivitas

pergerakan dan jurnalistik.

3. Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi historiografi

sejarah sosial politik, intelektual dan pergerakan.

E. Kajian Pustaka

Kajian mengenai Haji Misbach sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa

peneliti, meskipun tidak semuanya menampilkan Misbach sebagai tokoh utama

dalam penelitiannya. Beberapa penelitian terdahulu tersebut penulis gunakan

sebagai bahan kajian dalam penelitian ini, diantaranya adalah buku berjudul H.M

Misbach, Kisah Haji Merah (2006). Buku tersebut adalah Skripsi karya Nor

Hiqmah berjudul ”Konsepsi H.M Misbach tentang Islam dan Komunisme sebagai

Upaya Pembebasan Kaum Tertindas” yang disusun untuk meraih gelar Sarjana

Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam buku tersebut, penulis

banyak mendeskripsikan ideologi yang dianut Misbach. Nor Hiqmah

menggunakan kajian filsafat dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, begitu

banyak teori-teori filsafat yang digunakan untuk mengkaji pemikiran Misbach

dalam buku ini, khususnya adalah teori tentang Islam dan Komunisme. Sosok

Misbach digambarkan sebagai seorang ulama yang ingin mempersatukan ideologi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

Islam dan komunis dalam pergerakan. Buku ini juga menyajikan landasan-

landasan teori filsafat yang relevan untuk mengkaji pemikiran Misbach. Meski

bukan ditulis dengan pendekatan historis, buku ini mampu menjadi referensi

penting untuk memotret pemikiran politik Misbach yang ditinjau dari segi filsafat.

Takashi Shiraishi dalam karyanya Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di

Jawa 1912-1926 juga menjadi referensi dalam penelitian. Buku ini mengkaji asal

dan evolusi pergerakan di panggung nasional dan lokal. Selain membahas Sarekat

Islam secara kritis, ia juga menggambarkan tentang pergerakan di wilayah

Surakarta dengan menyoroti kemunculan dan kehancuran sejumlah partai dan

perhimpunan politik, termasuk Sarekat Islam Surakarta. Buku ini juga mengulas

kemunculan Misbach dalam panggung pergerakan di Surakarta dengan cukup

lengkap. Terlebih jika mengingat bahwa konsepsi penyusunan buku ini berasal

dari pertemuan Takashi Shiraishi dengan serial artikel Haji Misbach mengenai

Islamisme dan Komunisme dalam Medan Moeslimin.

Referensi penting lain dalam penelitian ini adalah Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS tahun 2011 berjudul ”Peranan Haji Misbach

dalam Gerakan Politik Islam di Surakarta Tahun 1912-1926”. Sebagai penelitian

terdahulu, skripsi karya Fitriana Heni Hapsari ini juga penting dijadikan sebagai

pembanding dalam penelitian supaya hasil penulisannya tidak sama. Penulisan

skripsi tersebut dititikberatkan pada tiga hal. Pertama, mengenai struktur sosial

masyarakat Surakarta 1880-1912. Kedua, tentang pemikiran Haji Misbach dalam

gerakan Islam di Surakarta. Ketiga, keterlibatan Misbach dalam gerakan

radikalisme Islam di Surakarta. Data yang disajikan dalam skripsi tersebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

sebagian besar berasal dari sumber sekunder, yaitu buku dan majalah

kontemporer.

Buku Dewi Yuliati yang berjudul Semaoen Pers Bumi Putera Dan

Radikalisasi Sarekat Islam (2000), menjelaskan latar belakang perkembangan

dunia pergerakan dan pers di Semarang pada masa kolonial. Pergerakan nasional

dan pers seakan menjadi kembar siam dan saling melengkapi. Dewi Yuliati

memberikan deskripsi panjang lebar mengenai proses SI Semarang dari murni

sampai menjadi reaktif dibawah pimpinan Semaoen. Penjelasan ini amatlah

penting mengingat perkembangan organisasi kiri (sosialis-komunis) tercuat di

Semarang, dan SI Merah adalah benih awalnya. Sedangkan, radikalisasi SI di

Semarang juga berkaitan dengan perkembangan paham sosialis-komunis di

Surakarta. Misbach juga merupakan tokoh Islamis-Komunis yang dekat dengan

pemikiran Semaoen dan SI Merah.

Selain referensi dari studi terdahulu mengenai Haji Misbach, penelitian ini

juga menggunakan buku-buku tentang pemikiran dan pergerakan politik untuk

membangun kerangka teori. Salah satunya adalah buku Savitri Prastiti Scherer

yang berjudul Keselarasan dan Kejanggalan: Pemikiran-pemikiran priyayi

nasionalis Jawa abad XX (1985) perkembangan kehidupan dan pemikiran ketiga

tokoh priyayi Jawa dapat menjadi acuan dalam penelitian. Ketiga tokoh tersebut

adalah Soewardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Soetomo.

Walaupun mereka disebut priyayi, mereka harus dibedakan dari para priyayi yang

diberikan jabatan birokratis oleh Belanda. Dari segi latar belakang sosial kaum

priyayi adalah orang yang berakar kuat dalam kebudayaan Jawa, akibat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

pendidikan Barat yang modern, untuk sementara mengalami kegoncangan,

merasa tercabut dari kosmos Jawanya. Soetomo memilih jalan yang lebih halus

lewat kebudayaan. Soewardi tradisionalis, yang lebih suka memilih jalur

kebudayaan ketimbang jalur politik sedangkan Tjipto memilih haluan politik.

Rupanya pandangan mereka kemudian hari mengalami perkembangan baru.

Perubahan itu disebabkan karena pola pikir baru yang terus berkembang di Hindia

dan diserap oleh para tokoh ini. Perubahan pola pikir dari ketiga tokoh tersebut

dapat menjadi gambaran dari perubahan pemikiran H. Misbach sebagai aktivis

pergerakan pada masa Hindia Belanda.

Selain itu, dalam buku yang berjudul Pemikiran Politik Indonesia, 1945-

1965, karya Herbert Feith dan Lance Castle (1988) dijelaskan pemetaan kekuatan

politik berbasiskan ideologi (pemikiran politik). Feith menekankan perbedaan

orientasi dasar, atau perbedaan basis ideologi antara satu partai dengan partai

lainnya. Basis ideologis itulah yang menentukan tujuan, program dan komposisi

kepribadian dalam politik. Perbedaan basis ideologis di dalam semua hal tersebut

di atas akan menentukan jarak politik dari kekuatan politik yang ada. Pemetaan

ala Feith ini merupakan pengembangan dari trikotomi (, dan

priyayi) dari Clifford Geertz. Feith melihat adanya dua sumber utama pemikiran

politik di Indonesia. Pertama, bersumber dari tradisi (kebudayaan Hindu-Budha

maupun Islam) dan yang kedua bersumber pada aliran pemikiran barat. Meskipun

rentang waktu buku ini berbeda dengan rentang waktu penelitian, konsep yang

ditawarkan di dalamnya mampu menjadi salah satu acuan penulisan sejarah

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

intelektual dan politik. Karena adanya jiwa zaman dan pandangan pikiran-pikiran

yang mempengaruhi perilaku politik seseorang atau golongan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup empat tahap

yaitu menghimpun sumber-sumber sejarah yang sesuai dengan permasalahan

(heuristik), kritik sumber, interpretasi yang merupakan analisa dan sintesa serta

penyusunan atas penulisan sejarah (historiografi) dengan penjelasan sebagai

berikut10:

Tahap pertama, menghimpun sumber-sumber sejarah berkaitan dengan

aktivitas dan perkembangan pemikiran politik Misbach serta dokumen-dokumen

lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji (heuristik). Data

yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Penelitian ini

menggunakan metode historis, sehingga jenis sumber data yang digunakan adalah

sumber primer berupa surat kabar sezaman, peraturan pemerintah kolonial tentang

gerakan dan organisasi politik, serta dokumen-dokumen lain yang terkait dengan

peneltian. Surat kabar sezaman yang digunakan antara lain: Doenia Bergerak,

Medan Moeslimin, Islam Bergerak, Sinar Djawa, Sinar Hindia, Darma Kanda,

De Sumatra Post, Nieuwe Rotterdamsche Courant, Persatoean Hindia, Hidoep

dan lain-lain. Sumber-sumber ini ditemukan di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia.

10 Kuntowijoyo, 1994, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, hlm. 79 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Tahap kedua adalah kritik sumber, yaitu langkah menguji atau menilai

sumber data. Setelah dari berbagai sumber terkumpul maka pengujian terhadap

sumber tersebut perlu dilakukan. Secara teoritis, pengujian atau kritik dibedakan

menjadi dua: kritik ekstern, yaitu untuk mencari otentitasnya dan kritik intern,

yaitu untuk mencari kredibilitasnya. Apabila kritik atau pengujian telah dilakukan

maka sumber-sumber yang dianggap benar atau valid dijadikan dasar untuk

membangun fakta.

Tahap ketiga adalah interpretasi, yang diartikan sebagai memahami makna

yang sebenarnya dari sumber-sumber atau bukti-bukti sejarah. Fakta sebagai hasil

“kebenaran” dari sumber sejarah setelah melalui pengujian yang kritis tidak akan

bermakna tanpa dirangkaikan dengan fakta lain. Proses perangkaian itu disebut

eksplanasi. Hasil eksplanasi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tertulis

yang disebut rekonstruksi, yaitu dengan menyusun fakta-fakta kemudian menjadi

sebuah kisah sejarah. Tujuan kegiatan ini adalah merangkaikan fakta-fakta

menjadi kisah sejarah dari bahan sumber-sumber yang belum merupakan suatu

kisah sejarah.

Tahap keempat adalah historiografi yang merupakan penyajian hasil

penelitian dalam bentuk tulisan baru berdasarkan bukti-bukti yang telah diuji.

Sumber-sumber bahan dokumen dan studi kepustakaan, selanjutnya dianalisis,

diinterpretasikan dan ditafsirkan isinya. Data-data yang telah dikaji kebenarannya

itu merupakan fakta–fakta yang dirangkai menjadi kisah sejarah yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

G. Sistematika Penulisan

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II berisi pemikiran politik Haji Misbach pada tahun 1912 hingga

1918. Untuk mengkaji pemikiran Misbach, maka terlebih dahulu diulas mengenai

latar belakang terbentuknya pemikiran politiknya, mulai dari masa kecilnya

hingga pengaruh yang ia dapat dari lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya.

Pada tahun 1912, Misbach telah bergabung dengan SI Surakarta, namun tidak

begitu aktif. Ia baru aktif dalam pergerakan pada tahun 1914, saat bergabung

dengan Inlandsche Journalisten Bond (IJB) bentukan Mas Marco Kartodikromo.

Dari sanalah, pemikiran politik Misbach dalam pergerakan mulai terbentuk. Pada

tahun 1915, Misbach menerbitkan Medan Moeslimin bersama Haji Hisamzaijnie.

Dua tahun berselang ia juga menerbitkan Islam Bergerak. Pada periode

berikutnya, aktivitas politik Misbach menjadi lebih radikal. Pemikirannya

mengenai Islam dan Komunisme mulai terbentuk.

Bab III berisi tentang implementasi pemikiran politik Haji Misbach dalam

pergerakan politiknya pada periode 1918-1920. Pada 1918, Misbach mulai sering

melakukan propaganda melalui surat kabar terbitannya bersama rekannya di SI,

salah satunya adalah Sosrokoerneo. Setelah meninggalnya Sosrokoerneo pada

1918, Misbach mulai berhubungan dengan Tjipto Mangoenkoesoemo. Bersama

Tjipto Mangoenkoesoemo ia mendirikan Insulinde Surakarta sebagai penerus dari

Indische Party (IP). Ia juga mengajak anggota-anggota SI yang radikal untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

bergabung ke dalam Insulinde. Misbach juga ditetapkan sebagai wakil ketua

Insulinde Surakarta pada awal Desember 1918. Aktivitas pergerakan Misbach

juga menjadi kian radikal. Ia seringkali mendalangi aksi-aksi pemogokan buruh

pabrik gula di Klaten. Akibat aksi radikalnya tersebut, Misbach kemudian

ditangkap dan dipenjara di Tarukan selama dua tahun.

Bab IV memuat tentang konflik yang dialami Haji Misbach dengan pihak

lain dalam upaya mempertahankan pemikirannya pada periode 1922-1926, setelah

keluar dari penjara Tarukan hingga diasingkan kembali di Manokwari. Setelah

ditahan selama dua tahun, aktivitas pergerakan Misbach bukannya menurun, tapi

justru kian bertambah. Pada tahun 1922, ia mulai bergabung dengan Partai

Komunis Indonesia. Pada tahun 1923, Misbach pun segera tampil sebagai

propagandis garis keras PKI. Ia menyerang orang-orang Islam yang anti terhadap

paham Komunisme, khususnya Muhammadiyah dan Central Sarekat Islam (CSI).

Pilihan Misbach untuk bergabung dengan PKI kian menunjukkan tekadnya untuk

menentang Konialisme dan Kapitalisme. Misbach kemudian juga menjadi

pemimpin PKI di Vorstenlanden. Ia mendirikan PKI afdeling Surakarta serta

mengorganisir pertemuan-pertemuan dan rapat umum. Akhirnya, pada bulan

Oktober 1923, Misbach ditangkap dan dipenjara atas tuduhan mendalangi aksi-

aksi revolusioner. Meski belum terbukti bersalah, Pemerintah Kolonial Belanda

tetap memutuskan untuk membuang Misbach ke Manoekwari pada Juli 1924.

Selama dalam masa pembuangan Misbach masih aktif melakukan pergerakan

politik dengan menulis artikel di Medan Moeslimin untuk menyuarakan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

ideologinya tentang Islam dan Komunisme, hingga akhirnya ia meninggal pada

tahun 1926.

Bab V berisikan kesimpulan yang menjawab perumusan masalah dan juga

terdapat analisa sejarah yang membahas penelitian ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

PERIODE AWAL PEMIKIRAN POLITIK HAJI MISBACH

1912-1918

A. Kondisi Sosio-Kultural yang Mempengaruhi Pemikiran Haji Misbach

Penerapan Politik Etis pada awal abad ke-20 telah membuat hawa

pergerakan di tanah Hindia Belanda memanas. Munculnya para intelektual

pribumi, lahirnya organisasi-organisasi pergerakan, dan menjamurnya surat kabar

merupakan penanda dimulainya sebuah babak baru dalam pergerakan rakyat

Hindia Belanda. Surakarta, merupakan sebuah wilayah yang menjadi saksi

penting dari panasnya hawa pergerakan pada masa itu. Di kota inilah, sebuah

organisasi politik yang memainkan peranan cukup penting dalam panggung

pergerakan Indonesia lahir, yaitu Sarekat Islam (SI). Organisasi yang lahir pada

tahun 1911 tersebut telah membawa perubahan besar dalam iklim politik di

Surakarta. Sebagai organisasi yang berbasis pada ideologi Islam, SI pun segera

tumbuh menjadi organisasi raksasa dengan beribu anggota. SI juga telah

menelurkan tokoh-tokoh pergerakan yang cukup berpengaruh pada masa itu,

seperti Samanhudi, Mas Marco Kartodikromo, Semaun, dan sebagainya.

Dalam masa seperti itulah, Haji Mohammad Misbach mulai muncul dalam

panggung pergerakan nasional. Ia Lahir di , Surakarta, sekitar tahun 1876,

dibesarkan sebagai putra seorang pedagang batik yang kaya raya. Kauman terletak

di sisi barat alun-alun utara, di depan keraton Kasunanan Surakarta dan

berada dekat dengan Masjid Agungcommit Surakarta to user . Kauman memiliki kaitan erat 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

dengan sejarah perpindahan Kraton Kartosuro ke Surakarta yang kemudian

berubah nama menjadi Kasunanan. Sebagaimana namanya, Kauman merupakan

sebuah wilayah di Surakarta yang kental dengan nuansa religius. Sebagian besar

orang yang tinggal di wilayah Kauman merupakan para pejabat keagamaan

Sunan. Kauman merupakan tempat ulama yang terdiri dari beberapa lapisan

masyarakat mulai dari penghulu tafsir Anom, Ketip, Modin, Suronoto dan Kaum.

Keberadaan kaum sebagai penduduk mayoritas di kawasan inilah yang menjadi

dasar pemilihan nama "kauman". Tulisan-tulisan pergerakan tentang Misbach

selalu menyebutkan bahwa rumah Misbach di Kauman terletak di Jalan Raya,

”berhadapan dengan penjara”.1

Selain sebagai pejabat keagamaan keraton, masyarakat kaum (abdi dalem)

juga mendapatkan latihan secara khusus dari kasunanan untuk membuat batik.

Pada awalnya, batik merupakan sebuah kesenian yang hanya dimiliki oleh

keluarga keraton, pakaiannya pun hanya dikenakan oleh mereka yang berdarah

ningrat. Berkat latihan tersebut, selain memahami ilmu keagamaan, masyarakat

Kauman juga memiliki keahlian dalam berbisnis batik. Kauman dikenal sebagai

sentra industri batik di wilayah Surakarta, sebagaimana Laweyan. Banyak pribumi

yang tinggal di Kauman dan menjadi pengusaha batik yang sukses. Keberadaan

para pribumi pengusaha batik yang sukses tersebut turut mewarnai aktivitas

gerakan politik di Surakarta. Sebagaimana diketahui, awalnya SI juga merupakan

sebuah organisasi yang terlahir akibat adanya pergerakan dari para pedagang batik

1 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912- 1926, (Jakarta: PT.Pustaka Utamacommit Grafiti, to 1997), user hlm. 173 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Laweyan untuk menghadapi persaingan dengan pedagang Tionghoa. Para

saudagar batik di Kauman juga turut menjadi penyokong gerakan Islam di

Surakarta, khususnya yang terkait dengan masalah dana.

Meski sebagian besar orang yang tinggal di Kauman merupakan pejabat

keagamaan, namun Takashi Shiraishi menyebutkan bahwa ayah Misbach

bukanlah pejabat keagamaan.2 Ia merupakan seorang pedagang batik yang cukup

sukses dan kaya raya. Sebagai seorang pedagang batik yang kaya, Ayah Misbach

pun menginginkan anaknya untuk melanjutkan usahanya tersebut. Oleh karena itu,

sebagaimana anak-anak para pedagang batik di wilayahnya, sejak usia dini,

Misbach telah diajari untuk mengelola usaha batik oleh orang tuanya.3

Meskipun sebagian besar orang Jawa, khususnya yang bukan berasal dari

kalangan ningrat, tidak begitu memperhatikan pendidikan untuk anaknya, namun

tidak demikian dengan ayah Misbach. Orangtua Misbach termasuk dalam

golongan masyarakat Jawa yang sadar akan pentingnya pendidikan. Hal tersebut

juga lah yang membuat Misbach mendapat kesempatan untuk menimba ilmu

keagamaan dalam pesantren selayaknya anak-anak pejabat keagamaan di

lingkungan tempat tinggalnya. Pada masa itu, orang-orang yang dapat menimba

ilmu hanyalah mereka yang memiliki status sosial tinggi atapun kaya.

2 Sebagian tulisan lain menyebutkan bahwa ayah Misbach juga merupakan pejabat keagaman keraton (lihat tulisan Husni Hidayat, 2005, “H. M. Misbach:

Merah” dari Surakarta”, http://afkar.numesir.org., serta “Haji Misbach: Muslim Komunis”, dalam Tabloid Pembebasan Edisi V Februari 2003). Namun, pendapat tersebut belum dapat dibuktikan dengan sumber primer. Sebagian besar

tulisan se-zaman yang menguraikan tentang biografi Misbach tidak banyak menyebutkan latar belakang orang tuanya.

3 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Sebelum diterapkannya Politik Etis dan dibukanya sekolah-sekolah

bergaya Eropa, pendidikan pesantren merupakan satu-satunya tempat bagi

pribumi untuk menimba ilmu. Sebagian besar ilmu yang diajarkan dipesantren

adalah ilmu-ilmu keagamaan. Hal itulah yang membuat Misbach sangat

menguasai ilmu keagamaan, khususnya Islam. Latar belakang pendidikan tersebut

yang pada akhirnya membentuk pemikiran Misbach yang kuat tentang Islam.

Misbach tumbuh menjadi seorang pemuda yang berpegang teguh pada prinsip-

prinsip Islam. Namun, keislaman Misbach tidak dilakukan secara simbolis,

sempit, dan normatif.

Sebagai akibat dari penerapan Politik Etis, dibukalah kesempatan bagi

bumiputera untuk memperoleh pendidikan gaya barat. Rakyat Hindia dianggap

layak untuk mendapatkan pendidikan sehinga anak-anak Hindia mulai dapat

menimba ilmu di bangku sekolah. Namun, tingginya kelas status seseorang masih

mempengaruhi hak dalam pendidikan di Hindia. Sekolah-sekolah untuk

bumiputera mulai dibuka, bersanding dengan sekolah-sekolah Belanda. Sejak saat

itulah kesadaran dari pribumi untuk menyekolahkan anaknya mulai muncul,

khususnya bagi pribumi yang memiliki status sosial tinggi.

Ayah Misbach yang merupakan seorang pedagang batik berkecukupan pun

turut terdorong untuk membekali Misbach dengan pendidikan modern. Oleh

karena itu, selain menempuh pendidikan pesantren, Misbach juga sempat

mengenyam pendidikan di sekolah bumiputra pemerintah angka dua (tweede

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

4 klass) meski hanya selama delapan bulan. Meski hanya beberapa bulan

menempuh pendidikan modern, namun Misbach telah memiliki bekal untuk

mengikuti perkembangan pemikiran modern yang berkembang pada periode

berikutnya.

Pada dasarnya terdapat perbedaan antara pendidikan gaya barat dan

pendidikan tradisional. Pendidikan gaya barat tidak hanya sekuler, tapi juga

masuk ke dalam tatanan kolonial yang terbagi secara rasial dan linguistik serta

terpusat secara politik. Di sisi lain, pendidikan tradisonal pada dasarnya bersifat

religius. Dalam hal ini, Misbach telah menempuh kedua model pendidikan

tersebut, meski pendidikan gaya barat hanya ditempuhnya dalam waktu singkat.

Hal tersebut juga lah yang membuat pemikiran Misbach lebih banyak memiliki

sisi religius dibanding sisi sekuler ala barat. Sejak masih kanak-kanak sehingga

hampir balig, ia menerima didikan yang terbanyak dari pesantren. 5

Sebagai seorang murid pesantren, Misbach sangat menguasai bahasa dan

tulisan Arab. Namun, ia tidak menguasai bahasa Belanda layaknya rekan-rekan

pergerakan di masanya yang lebih banyak mengenyam pendidikan gaya barat.

Dalam menulis artikel-artikel yang nantinya akan dimuat di surat kabar

terbitannya, Misbach lebih banyak menggunakan bahasa melayu dan beberapa

kali menyelipkan bahasa Arab dibanding bahasa Belanda.

4 Tweede Klass Inlandsche Scholen merupakan sekolah untuk anak-anak dari rakyat kebanyakan. Selain itu, ada juga Eerste Klass Inlandsche Scholen (Sekolah Bumiputera Angka Satu) untuk anak-anak priyayi dan mereka yang

berada.

5 Nor Hiqmah, H.M. Misbach Kisah Haji Merah, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), hlm. 14 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Sebagai seorang anak dari pedagang batik, Misbach pun turut mewarisi

ketrampilan usaha dari orang tuanya tersebut. Ia mendirikan rumah kerja batik dan

6 menjadi pengusaha batik yang sukses. Pada saat itu, Misbach belum begitu aktif

dalam pergerakan, Ia justru lebih banyak berkonsentrasi untuk mengelola

usahanya. Meskipun sudah beberapa lama muncul pergerakan di Solo yang

dipimpin oleh H. Samanhudi, tapi Misbach hanya menunjukkan kesetujuannya

saja pada pergerakan tersebut.7

Misbach adalah seorang Jawa yang memiliki nama kecil Achmad. Namun,

semasa hidupnya ia sempat beberapa kali berganti nama. Seperti halnya kebiasaan

orang Jawa, setelah menikah Ia pun mengganti namanya menjadi Darmodiprono.

Dalam budaya Jawa, seseorang biasanya berganti nama setelah menikah. Nama

tersebut biasanya disebut sebagai nama tua. Pergantian nama Misbach menjadi

Darmodiprono menunjukkan identitas kejawaannya yang kental. Namun, nama

tersebut tidak lama disandangnya.

Setelah menunaikan ibadah haji di Mekkah, Misbach kembali mengubah

namanya menjadi Haji Mohammad Misbach, nama yang ia pakai hingga akhir

hidupnya. Nama tersebut yang seringkali digunakan sebagai nama pena dalam

tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar. Sebutan haji pada masa itu memiliki

pengaruh sosial keagamaan tertentu bagi yang menyandangnya. Seseorang yang

memiliki gelar haji kerap diidentikkan sebagai orang dengan pengetahuan agama

yang tinggi. Gelar haji yang Ia tambahkan di depan namanya membuat Misbach

6 Surat kabar Medan Moeslimin, no. 10 1926

7Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

terhomat di komunitas santri Kauman. Karena giat berdakwah dan memiliki

8 pergaulan yang luas, Ia kemudian kerap dipanggil Kyai Haji Misbach.

Sebagian besar orang memuji kepribadian Misbach yang ramah kepada

setiap orang dan sikap egaliternya tak membedakan priyayi atau orang

kebanyakan. Ia mencintai identitasnya sebagai orang Jawa, karena sejak kecil ia

tumbuh dan dibesarkan di lingkungan tradisonal Jawa. Sebagai seorang haji ia

juga lebih suka mengenakan kain kepala ala Jawa daripada surban berwarna

putih.9 Selain itu, Misbach juga merupakan penikmat dari musik klenengan

sebagai mana orang Jawa lain yang mencintai budayanya. Namun, kecintaan

Misbach terhadap identitas Jawanya tak lantas membuatnya serta merta membela

setiap budaya Jawa yang berkembang di tengah masyarakat pada masa itu.

Misbach merupakan seorang penentang dari budaya feodal yang diterapkan dalam

masyarakat Jawa. Ketidak setujuannya terhadap sistem feodal tersebut yang kelak

membuat Misbach banyak melakukan perlawanan kepada keluarga kerajaan yang

dinilainya membantu penjajah dan kaum kapitalis untuk menghisap rakyat.

Sebagai seorang Jawa, Misbach juga memiliki kecenderungan untuk

berpikir sinkritis. Pembelahan kultural (cultural cleavage) di Jawa memungkinkan

orang Jawa seperti Misbach menjadi seorang muslim yang taat dan pada saat yang

bersamaan tetap terikat tradisi kultural ’abanganisme’. Dalam diri Misbach

terdapat karakter seorang sinkritis yang selalu terobsesi untuk mensintesakan atau

8 Ahmad Suhelmi, Dari Kanan Islam hingga Kiri Islam, (Jakarta: Darul

Falah, 2001), hlm. 133

9 “Haji Misbach: Muslim Komunis”, Tabloid Pembebasan, Edisi V Februari 2003, hlm. 23 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

menkombinasikan berbagai pandangan atau pemikiran yang berbeda bahkan

bertolak belakang. Gejala sinkretisme itulah yang tampak dalam dirinya ketika

mensintesakan Islam, abanganisme, dan Marxisme (Komunisme) di saat terlibat

dalam aktivitas politik melawan kapitalisme dan kolonialisme.10

Pemikiran Misbach yang berkembang sangat dipengaruhi oleh dua

variabel yang melatarbelakangi kehidupannya, yaitu Islam dan Jawa. Namun,

persentuhannya dengan beberapa tokoh pergerakan lain yang membawa beberapa

ideologi nantinya juga akan mampu menciptakan pemahaman baru dalam dirinya,

khususnya pemahaman akan Komunisme. Tokoh-tokoh yang banyak

mempengaruhi perkembangan pemikiran Misbach, antara lain adalah Semaun,

Tjipto Mangoenkoesoemo, Sneevliet, Marco, dan sebagainya. Melalui orang-

orang itulah Misbach kemudian juga mengenal cara-cara radikal untuk melakukan

perjuangan melawan Kapitalisme dan Kolonialisme.11

Herbert Feith dan Lance Castle memetakan pemikiran politik di Indonesia

menjadi lima aliran yang bersumber dari tradisi (kebudayaan Hindu-Budha

maupun Islam) dan yang bersumber pada aliran pemikiran barat. Kelima aliran

tersebut antara lain adalah Komunisme, Sosialisme Demokrat, Islam,

Nasionalisme Radikal, dan Tradisionalisme Jawa. Berdasarkan pemetaan tersebut,

pemikiran politik Misbach berada di tengah antara aliran Komunisme, Islam, dan

Tradisionalisme Jawa. Kecenderunan berpikir sinkritis yang dimiliki oleh

Misbach merupakan ciri khas dari para pemikir Tradisionalis Jawa. Tokoh-tokoh

10 Ahmad Suhelmi, loc. cit.

11 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

pemikir politik Jawa biasanya memiliki ketertarikan untuk mengambil beberapa

sisi dari sebuah aliran politik untuk kemudian disintesakan. Demikian juga dengan

Misbach yang mencoba menyatukan ideologi Komunisme dan Islam. Meskipun

merupakan seorang mubalig yang memiliki kecintaan yang tinggi terhadap Islam,

namun disisi lain Misbach juga meyakini Komunisme sebagai jalan yang efektif

untuk melakukan pergerakan.

Sebagai seorang muslim yang taat sekaligus memiliki kesadaran yang

tinggi akan pergerakan, Misbach juga sempat bergabung dalam gerakan kaum

muda Islam pada 1910. Saat SI mulai terbentuk di Surakarta, Misbach juga

menunjukkan ketertarikannya dengan turut bergabung pada 1912. Misbach aktif

dalam SI sejak awal dibentuknya karena merasa SI memiliki semangat anti

Kolonialisme atas dasar Islam. Namun, pada tahun-tahun awal bergabungnya

dalam SI, Misbach belum begitu menunjukkan pemikiran dan pergerakannya yang

radikal. 12

B. Tumbuhnya Kesadaran Politik Haji Misbach

Iklim politik di Surakarta yang mulai memanas pada awal abad ke-20 turut

mempengaruhi minat Misbach untuk turut serta dalam euforia pergerakan.

Kemunculan SI dalam panggung pergerakan Surakarta telah membangunkan

kesadaran Misbach untuk terjun dalam dunia politik. Pada masa itu, SI merupakan

sebuah organisasi raksasa yang mampu menarik simpati ratusan orang untuk

12 Fitriana Heni Hapsari, “Peranan Haji Misbach dalam Gerakan Politik Islam di Surakarta Tahun 1912-1926”, Skripsi, (Surakarta: FKIP UNS, 2011), hlm. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

bergabung di dalamnya, tak terkecuali Misbach. Ia telah tercatat sebagai anggota

resmi dari SI pada tahun 1912, meski tidak begitu aktif.

Pada awalnya, Misbach hanyalah seorang saudagar batik kaya raya yang

tidak begitu tertarik dengan urusan politik. Selama dua tahun setelah bergabung

dengan SI, Misbach juga tidak banyak turut campur dalam dunia politik. Selama

1912-1913, ia sama sekali bukan anggota afdeling bestuur maupun wargo

pangarso.13 Misbach lebih banyak berkonsentrasi dengan bisnis batiknya. Sebagai

seorang mubalig, Misbach juga sering kali menggelar tablig atau ceramah-

ceramah di sela waktunya mengelola usaha.

Pada tahun 1914, SI Surakarta mulai mengalami kemunduran akibat

timbulnya perpecahan antara Tjokroaminoto14 dan Samanhudi15. Kekuatan SI

13 Surat kabar Medan Moeslimin, no. 10 1926

14 De Ongekroonde van Java atau Raja Jawa tanpa Mahkota" adalah julukan pemerintah kolonial Belanda kepada Haji Umar Said Tjokroaminoto.

Tjokroaminoto lahir di Desa Bakur, Tegalsari Jawa Timur pada 1883 ini

(meninggal pada 1934) ditakuti oleh Belanda kendati ia tak memiliki pendidikan formal. Anak bangsawan putra dari Raden Mas Cokroamiseno ini hanya lulusan akademi pamong praja Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren (OSVIA) di

Magelang. Karir Tjokroaminoto berawal setelah bertemu Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI), di Surakarta 1912. Saat itu, Tjokroaminoto mengusulkan agar nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam—tanpa meninggalkan

misi dagangnya—agar lebih luas cakupannya. Usul itu langsung diterima dan Tjokroaminoto diminta menyusun anggaran dasar SI. Dalam waktu singkat, SI

pun resmi berdiri (10 September 1912). Samanhudi menjadi Ketua dan Tjokroaminoto menjadi komisaris untuk Jawa Timur. Pada 1915, Tjokroaminoto menjadi Ketua Central SI, yang merupakan gabungan dari SI di daerah-daerah.

Sejak saat itu, ia kian berperan dalam mengukuhkan eksistensi SI. Pada Maret 1916, SI diakui secara nasional oleh pemerintah Hindia Belanda. Periksa Majalah Tempo No.24//13-19 Agustus 2001, Grafiti Multi Warna: Jakarta

15 Samanhudi adalah tokoh pembangkit kesadaran nasional melalui Pasar dengan membangun Syarikat Dagcommitang Islam to user (SDI) di Surakarta pada 16 Oktober 1905 sebagai jawaban atas upaya imperialisme modern yang menjadikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

beralih dari Surakarta ke Surabaya di bawah pimpinan Tjokroaminoto. Sementara

16 itu pimpinan SI untuk Jawa Tengah juga beralih kepada RM Soerjopranoto ,

seorang anggota Pakualam Yogyakarta. Akhirnya pada awal 1915, SI Surakarta

benar-benar mengalami kemunduran bersamaan dengan renggangnya hubungan

SI Surakarta dengan Kraton Kasunanan.

Anggota SI semakin berkurang, fokus organisasi pun mulai bergeser

kepada persoalan agama dan ekonomi. Meskipun ada beberapa cabang SI yang

justru semakin radikal seperti SI Semarang, namun sebagian besar cabang SI lebih

memilih mengikuti Tjokroaminoto. SI pun segera terpecah menjadi dua kubu,

yaitu kubu Samanhoedi dan R. Gunawan, serta kubu Tjokroaminoto dan Abdul

Muis. Perpecahan dan kemunduran SI Surakarta itulah yang pada akhirnya

menggelitik kesadaran Misbach dalam dunia politik. Rangsang menuliskan awal

Indonesia sebagai pasar dan sumber bahan mentah. Ia dilahirkan di Surakarta pada

tahun 1868 dan meninggal pada 1956. Samanhudi juga merupakan pendiri Sarekat

Islam pada 1906 di Surakarta. (Ahmad Mansur Suryanegara, 2009, Api Sejarah, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, hlm. 349)

16 Soerjopranoto atau Bambang Soekowati Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 11 Januari 1871, sebagai putera tertua dari Kanjeng Pangeran Haryo Soerjaningrat, putera sulung Sri Paku Alam III (yang tidak dapat menjadi Paku

Alarn IV karena buta). “De Staking Koning” alias Si Raja Mogok menjadi julukan pria yang menolak menjadi anggota Volksraad ini. Soerjopranoto Berkali-kali

terkena persdelict dan merasakan tinggal dipenjara. Meskipun bukan komunis dan bukan anggota PKI, namun aktivis komunis seperti Semaoen dan Alimin menaruh penghargaan karena eksistensinya menggerakkan dan bergabung dengan massa.

Soerjopranoto disegani oleh kalangan SI, namun akhirnya pada 1933 ia dan Soekiman Wirdjosandjojo mendirikan Partai Islam Indonesia (PII), setelah dikeluarkan oleh Tjokroaminoto dan Agoes Salim dari PSI (Partai Sarekat Islam)

karena membongkar korupsi. Untuk lebih jelasnya lihat: M. Nasruddin Anshoriy Ch, Djunaidi Tjakrawerdaya, 2008, “Rekam jejak dokter pejuang & pelopor kebangkitan nasional”, Yogyakartacommit : LKiS to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

keterlibatan Misbach dalam dunia pergerakan dalam artikel berjudul Tjatetan

Singkat Tentang Kawan Hadji Misbach:

…Sesoedah S.I. dalem 1914 menampakken tanda-tanda aken mendjadi petjah…sebab terbit perselisihan antara pimpinan Tjokro jang pada waktoe itoe mendjadi vice president, dengen kehendak Samanhoedi, president C.S.I. serta temen-temennja di Solo…sedjak itoelah kawan 17 Misbach toeroet tjampoer bener-bener dalem pergerakan S.I…

Tumbuhnya kesadaran politik Haji Misbach juga sangat dipengaruhi oleh

perkenalan dengan Mas Marco Kartodikromo18. Pada 1914, Misbach mulai

bergabung dengan Inlandsche Journalisten Bond (IJB) yang dibentuk oleh Mas

Marco Kartodikromo sebagai organisasi wartawan pribumi pertama di Hindia

Belanda. Kalangan IJB sendiri juga menyebut organisasi ini sebagai perkumpulan

para jurnalis bumiputra non jurnalis Tionghoa.19 Selain menjadi anggoa IJB,

Misbach juga turut menjadi pelanggan setia dari organ IJB, yaitu Doenia

Bergerak. Marco menuliskan awal pertemuannya dengan Misbach sebagai

anggota dan langganan dari IJB dan Doenia Bergerak, sebagai berikut:

17 Surat kabar Sinar Hindia, 4 Juli 1924

18 Mas Marco Kartodikromo lahir di Cepu pada tahun 1890. Marco tak seperti kebanyakan tokoh pergerakan yang dialiri darah priyayi. Ia merupakan

keturunan kelima dari Mas Karowikoro. Ayahnya hanya seorang asisten wedana, yang sehari-harinya juga mencari nafkah lewat bertani. Marco secara formal hanya sempat mengenyam sekolah Bumi Putera ongko loro (tweede klass) di

Bojonegoro. Marco kembali meneruskan sekolah Bumiputera swasta dengan bahasa pengantar bahasa Belanda di Purworejo. Marco adalah aktivis pergerakan yang juga menerjunkan dirinya kedalam dunia menulis. Karir awalnya dimulai

sebagai juru tulis di Dinas Pemerintahan pada awal tahun 1905. Pada 1911, Marco bergabung dengan penerbitan Surat Kabar Medan Prijaji pimpinan Tirto Adi

Soerjo. (lihat Taufiq Efendi, 2009, “Perkembangan Pemikiran dan Aktivitas Politik Marco Kartodikromo 1912-1927”, Skripsi, Surakarta: F. Sastra UNS) commit to user 19 Ibid., hlm. 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Waktoe kami mengeloearken soerat kabar minggoean Doenia Bergerak di Solo (1914), jalah officel orgaan dari Inlandsche Journalisten Bond, kami

kenal dengen H.M. Misbach, kerna dia anggota dan lengganan dari persarekatan dan soerat kabar terseboet. Pada waktoe itoe dia seorang

Islam jang berniat menjiarken keislaman setjara djaman sekarang: membikin soerat kabar Islam; sekolahan Islam; berkoempoel-koempoel meremboek Agama Islam dan hidoep bersama…20

Melalui Marco dan IJB-nya, Misbach mulai belajar tentang dunia

jurnalistik. Ia pun mulai tertarik untuk menyuarakan pemikirannya tentang Islam

dalam bentuk tulisan, tidak hanya melalui tablig. Surat kabar merupakan sebuah

wahana yang efektif untuk menyampaikan beragam pemikiran guna membakar

semangat pergerakan masyarakat pada masa itu. Perubahan budaya masyarakat

pribumi dari mendengar menjadi membaca turut mempengaruhi besarnya peran

surat kabar pada masa pergerakan.

Haji Misbach yang sejak awal telah berniat untuk menyiarkan Islam

dengan lebih modern pun turut menyadari pentingnya keberadaan surat kabar

untuk menyampaikan aspirasinya. Pada tahun 1915, Misbach akhirnya

menerbitkan surat kabar bulanan bernama Medan Moeslimin, nomer satu surat

kabar itu tertanggal 15 Januari 1915. Hal tersebut merupakan langkah permulaan

21 Misbach masuk ke dalam pergerakan dan memegangi bendera Islam.

Melalui Medan Moeslimin, Misbach menyiarkan kefahamannya tentang

Islam dan mulai membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan politik. Pada

awalnya Misbach belum begitu mahir menulis artikel. Untuk menyampaikan

20 Majalah Hidoep, 1 September 1924

21 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

aspirasinya dalam surat kabar tersebut, Ia banyak dibantu oleh jurnalis-jurnalis

yang paham ajaran agama dan mengetahui urusan politik, salah satunya adalah

Marco.

Ketika Medan Moeslimin belum genap berusia satu tahun, keributan telah

22 terjadi di antara kaum kyai di Surakarta karena pengaruh tulisan-tulisan di surat

kabar tersebut. Sebagian besar dari mereka takut mengikuti haluan Misbach yang

revolusioner.

C. Pergerakan Islam dalam Pandangan Politik Haji Misbach

Sejak remaja, Misbach telah memiliki pemikiran yang kuat tentang Islam

berdasarkan latar belakang pendidikan dan lingkungan tempat tinggalnya. Bagi

Misbach, Islam tidak hanya menjadi sebuah jalan keselamatan bagi umat manusia.

Melainkan juga sebuah jalan untuk membebaskan kaum tertindas dari

ketidakadilan kolonialisme. Itulah yang menjadi dasar bagi Misbach untuk

menyerukan kepada seluruh umat muslim di Hindia Belanda untuk melawan

kolonialisme. Dalam semangat religiusitasnya, Misbach ingin membebaskan

23 rakyat dari ketertindasan.

Selama menjadi pengusaha batik di Kauman Surakarta, Misbach telah

banyak melihat kesengsaraan pribumi yang diakibatkan oleh tindakan eksploitasi

dari Pemerintah Kolonial Belanda. Sebagai seorang muslim yang menjunjung

22 Tokoh- tokoh keagamaan Islam atau orang yang memiliki pemahaman

tinggi tentang agama Islam.

23 Nor Hiqmah, op. cit., hlmcommit 30 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

tinggi kesetaraan derajat kemanusian, Misbach pun sadar bertanggungjawab untuk

membebaskan rakyat dari penderitaan tersebut. Semenjak menerbitkan Medan

Moeslimin, ia menjadi lebih aktif melakukan propaganda Islam di mana-mana.

Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk tidak membeda-bedakan

setiap golongan manusia. Itulah yang melandasi sikap Misbach yang terbuka dan

mudah bergaul dengan setiap golongan masyarakat. Marco pun turut

menggambarkan kepribadian dan sikap Misbach tentang Islam sebagai berikut:

...Di pemandangan Misbach, tidak ada bedanja diantara seorang pentjoeri biasa dengen seorang jang dikatakan berpangkat, begitoe djoega diantara rebana dan klenengan, diantara bok Hadji jang bertoetoep moeka dan orang perampoean jang mendjadi koepoe malem; diantara orang-orang jang bersorban tjara Arab dan berkain kepala tjara Djawa. Dari sebab itoe dia lebih gemar memakai kain kepala dari pada memakai petjis Toerki atau bersorban seperti pakaian kebanjaan orang jang diseboet “Hadji”. Tempoe- tempoe kalau perloe Misbach berkeroemoen-keroemoen dengen anak-anak moeda sambil mendengerken klenengan jang disertai soearanja tandak menembang jang amat merdoe...... dari sebab itoe dimana-mana golongan Rajat Misbach mempoenjai kawan oentoek melakoeken pergerakannja. Tetapi didalem kalangannja orang-orang jang mengakoe Islam dan lebih mementingken mengoempoelkan harta benda dari pada menoeloeng kesoesahan Rajat, Misbach seperti harimau didalem kalangannja binatang- binatang ketjil. Kerna dia tidak takoet lagi menjela kelakoennja orang-

orang jang sama mengakoe Islam tetapi selaloe mengisep darah temennja hidoep bersama….24

Dalam tulisan tersebut, Marco mencoba menggambarkan kepribadian

Misbach yang hangat serta memiliki pemikiran revolusioner tentang Islam. Apa

yang tersirat dari tulisan Marco adalah populisme Misbach. Populisme seorang

24 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

haji, sekaligus pedagang yang sadar akan penindasan kolonialisme Belanda dan

25 tertarik dengan ide-ide revolusioner yang mulai menerpa Hindia pada zaman itu.

Takashi Shiraishi juga mencoba menguraikan kemiripan perhatian dan

kegiatan Misbach dengan Kyai Haji , pendiri Muhammadiyah.

Namun, proses pembentukan golongan reformis Islam di Surakarta berbeda

dengan di Yogyakarta. Oleh karena itu, posisi sosial dan ideologis Misbach serta

sekutu reformisnya juga berbeda dengan Dahlan dan anak didiknya.

Muhammadiyah yang didirikan pada akhir 1912 di Yogyakarta merupakan

gerakan Islam yang reformis dan modernis. Di bawah pimpinan Dahlan,

Muhammadiyah berkembang menjadi sebuah organisasi besar yang bertujuan

untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan nabi Mohammad serta

menyiarkan Islam secara zaman sekarang. Ia mendirikan sekolah-sekolah Islam

modern yang segera tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. 26

Di Surakarta tidak ada tokoh yang begitu terkemuka dan berwibawa

seperti Dahlan dan tidak ada perkumpulan seperti Muhammadiyah. Hal tersebut

dikarenakan di Surakarta telah ada sekolah agama modern pertama di Jawa, yaitu

Mamba’oel Oeloem yang didirikan oleh Patih R. Adipati Sosrodiningrat pada

1906. Selain itu, sudah ada organisasi Islam yang kuat dan bertujuan untuk

memajukan Islam, yaitu SI. Para pegawai agama yang progresif, kyai, guru ngaji,

25 “Haji Misbach: Muslim Komunis”, Tabloid Pembebasan, Edisi V Februari 2003, hlm. 23

26 Takashi Shiraishi, op. citcommit. hlm. 176 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

dan pedagang batik menemukan forum bersama dalam Medan Moeslimin. Mereka

menyebut diri mereka sebagai kaum muda Islam.

Terdapat perbedaan antara sifat dari kaum pergerakan Muhammaditag

dengan kaum muda Islam di Surakarta. Jika watak Muhammadiyah reformis dan

modernis, maka kaum muda Islam di Surakarta bersifat modernis, tetapi belum

tentu reformis. Istilah modernis berarti menghendaki perubahan pengajaran agama

Islam dengan lebih maju atau sesuai ”zaman sekarang”, seperti dengan

mendirikan sekolah-sekolah Islam modern, hotel Islam, toko buku Islam, dan

sebagainya. Kaum muda Islam di Surakarta telah sadar dan mulai memikirkan

untuk memajukan Islam secara modern, tetapi tidak semuanya menghendaki

adanya perubahan atau reformasi dalam ajaran Islam. Sementara itu,

Muhammadiyah selain modernis, juga memiliki sifat yang lebih reformis.

Reformis yang dimaksud Ahmad Dahlan adalah dengan menekankan pemahaman

dan pendalaman (ijtihad) atas kitab suci dan mendorong kepercayaan kembali ke

bentuk suci seperti yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi dan keempat

kalifahnya. 27

Seperti yang telah dilakukan oleh Dahlan untuk Muhammadiyah di

Yogyakarta, Misbach pun turut melaksanakan cara-cara modern untuk

menggerakkan Islam. Marco menceritakan bahwa Misbach, seorang muslim

ortodoks yang saleh, yang tinggal di kota Jawa macam Surakarta, mulai bergerak

”setjara djaman sekarang” dengan menerbitkan Medan Moeslimin pada 1915 dan

Islam Bergerak pada 1917, mendirikan hotel Islam, toko buku, dan sekolah agama

27 Ibid. hlm. 177 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

28 modern, dan mengadakan pertemuan tablig. Islam Bergerak merupakan surat

kabar kedua yang diterbitkan oleh Misbach untuk membawakan suara-suara

revolusioner. Surat kabar ini sebagian ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa,

sebagian lagi dengan aksara latin bahasa Jawa. Nomor 1 tahun I terbit di Surakarta

pada hari Senin Legi tanggal 1 Januari 1917. Islam Bergerak terbit tiga kali

sebulan dengan redaktur Joyodikromo, Tohir dan Koesen.

Gambar 1. Suasana sekolah Islam di Surakarta sekitar tahun 1917

(Sumber : www.kitlv.pictura-dp.nl)

28 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Selain melakukan propaganda Islam melalui dua surat kabar terbitannya,

Misbach juga sangat menyadari pentingnya menanamkan pendidikan Islam

kepada masyarakat. Oleh karena itu, setelah tahun 1914 mulai aktif dalam

pergerakan SI, Misbach juga mulai menjalin sebuah kemitraan dengan

Muhammadiyah Yogyakarta. Ia berkeinginan untuk mendirikan sekolah Islam

modern di Surakarta layaknya yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan29 sebagai jalan

penguatan dan perluasan Islam. Sebuah biografi Haji Misbach yang termuat dalam

Nieuwe Rotterdamsche Courant menuliskan:

Hadji Misbach kenmerkte zich door een eigenaardige opvatting en beweging, zelden voorkomemend bij vurige Islamieten. Hij werkte met vuur mee in Sarekat Islam, richtte in 1914 de eerste krant op Java op. gewijd aan de propaganda van den Islam. stichtte een Solo’sch pendant van het Jogja’sche Moehammadijja, eene vereeniging, die onderwijs op godsdienstigen grondslag gaf en zich wijdde aan de versterking en verbreiding van den Islam…30 Terjemahan: Haji Misbach memiliki konsepsi dan gerakan yang unik, yang jarang terjadi dalam pergerakan Islam yang sesungguhnya. Dia bekerja dengan rekan-rekannya dalam Sarekat Islam, menerbitkan sebuah Koran pertama

di Jawa pada tahun 1914 yang didedikasikan untuk propaganda Islam. Mendirikan sebuah mitra dari Mohammadiyah Jogja di Solo, sebuah organisasi pendidikan berdasarkan agama, memberikan dan mengabdikan

dirinya untuk penguatan dan perluasan Islam.

29 Ahmad Dahlan merupakan seorang kyai berpikiran modern yang

dilahirkan pada 1868. Di masa kecil ia bernama Mochammad Darwis bin Kyai Hadji Aboebakar. Dahlan merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati. Ia

merupakan pendiri Perserikatan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Reformasi kebangkitan organisasi dakwah Islam Kyai Haji Ahmad Dahlan terpengaruh dari reformasi metode dakwah yang dipelajari di Mekkah saat ia naik

haji untuk kedua kalinya pada 1903 dan bermukim di sana selama dua tahun. (Lihat Ahmad Mansur Suryanegara, log.cit.)

30 Surat kabar Nieuwe Rotterdamschecommit to user Courant , 2 Oktober 1926 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Ketika perselisihan dalam tubuh SI antara kubu Tjokroaminoto dan kubu

Samanhudi mulai meruncing, disertai dengan kian melemahnya kekuatan SI

Surakarta, Misbach mulai menyadari bahwa Islam haruslah benar-benar bergerak.

Misbach melihat bahwa dominasi kekuatan Islam di bawah bendera SI tidak dapat

dipertahankan. Ia menilai bahwa sudah saatnya bagi kaum muslim untuk

melakukan gerakan Islam secara lebih modern. Pergerakan Islam merupakan

sebuah cara yang dipercaya Misbach mampu membantu membebaskan rakyat dari

penindasan kolonialisme.

Misbach juga merupakan seorang mubalig yang sangat menjunjung tinggi

kehormatan Islam. Ia tidak ingin orang dari golongan manapun melakukan

penghinaan terhadap Islam, jika hal tersebut tersebut terjadi maka Misbach tidak

segan-segan untuk melakukan perlawanan. Pembelaan Misbach terhadap kesucian

Islam dapat kita lihat ketika timbulnya perpecahan di tengah kaum muda Islam

Surakarta akibat terbitnya tulisan Martodharsono31 dalam Djawi Hisworo pada 11

Januari 1918. Artikel berjudul “Pertjakapan antara Marto dan Djojo” tersebut

31 Martodharsono adalah tokoh penting SI yang pertamakali mengenalkan sekaligus merancang gerakan dalam bentuk boikot. Bahkan kadang boikot tersebut dekat dengan kekerasan. Anak dari keluarga abdi dalem Kraton Surakarta

ini sangat pro dengan Samanhoedi. Sama seperti halnya Marco, ia adalah murid dari Tirto Adi Soerjo. Martodharsono juga murid Raden Pandji Natarata alias

Raden Sastrawidjaja, ahli sastra dari Yogyakarta, seorang aristokrat kraton (yang dikenal sebagai penulis serat siti jenar). Lepas dari sosoknya yang modern sebagai jurnalis, Martodharsono juga seorang guru kultural yang ahli dan seorang pengajar

ilmu kebal, Martodharsono memiliki ratusan murid dan berhubungan secara personal dengan dunia hitam di Surakarta dan juga dengan para pangeran serta para pegawai dan bangsawan Kasunanan Surakarta juga Mangkunegaran. Lihat

Iswara N Raditya. Aktor Obrolan “kafir”. . (diakses pada tanggal 10 April 2009 Jam 02.07) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

awalnya tidak banyak mengundang perdebatan dari kaum Islam Surakarta.

Respon awal terhadap artikel tersebut justru baru muncul pada 30 Januari 1918 di

Surabaya. Artikel tersebut dinilai telah menghina agama Islam, yaitu pada bagian:

Ah seperti pegoeron (tempat beladjar ilmoe). Saja boekan goeroe, tjoemah

bertjeritera atau memberi nasehat, keboetoelan sekarang ada waktoenja. Maka baiklah sekarang sadja. Adapoen fatsal (selamatan) hoendjoek makanan itoe tidak perloe pakai nasi woedoek dengan ajam tjengoek brendel. SEBAB GOESTI KANDJENG NABI RASOEL ITOE MINOEM TJIOE A.V.H. DAN MINOEM MADAT, KADANG KLE’LE’T DJOEGA SOEKA. Perloe apakah mentjari barang jang tidak ada. Maskipoen ada banjak nasi woedoek, kalau tidak ada tjioe dan tjandoe tentoelah pajah sekali.32

Tjokroaminoto pun akhirnya membentuk Tentara Kandjeng Nabi

Muhammad (TKNM) pada 6 Februari 1918, dengan tujuan membangun kesatuan

dan persatuan lahir dan batin antar-Muslimin, serta menjaga dan melindungi

kehormatan agama Islam, kehormatan Rasulullah Muhammad SAW dan

kehormatan kaum muslimin. Semenjak dibentuknya TKNM dan isu pembelaan

terhadap Islam dibuat secara nasional oleh Tjokroaminoto, kaum muda Islam di

Surakarta pun mulai bergerak untuk mendukung seruan tersebut, termasuk

Misbach. Misbach adalah salah satu tokoh yang paling serius menanggapi

pendirian TKNM tersebut. Ia berharap TKNM dapat bertindak lebih militan dalam

memerjuangkan Islam terutama untuk melawan para kafir.33

Di awal Februari 1918, Medan Moeslimin menerbitkan artikel Abikoesno

Tjokrosoejoso untuk Oetoesan Hindia, sedang Misbach menyebarkan pamflet

32 Surat kabar Djawi Hisworo, 11 Januari 1918

33 Surat kabar Medan Moeslimincommit, Februarito user 1918 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

yang menyerang Martodharsono dan Djojodikoro, serta meminta diorganisirnya

34 rapat umum protes dan dibentuknya subkomite TKNM. Militansi massa Islam

tersebut memiliki garis misi dan visi yang tegas yaitu mempertahankan

kehormatan Islam dan kaumnya juga kehormatan Nabi Muhammad SAW serta

tersebar di seluruh Hindia. Seperti yang dijelaskan dalam Islam Bergerak 10 Juni

1918 :

...Soedah antara lama telah berdirilah soeatoe comite penolakan anti agama Islam jang dinamakan comite T.K.N.M. ini penoelak anti didirikan di seloeroeh Hindia Nederland, dari ini semoea comite boeat melawan semoea penghinaan jang menimpali kepada agama Islam ...35

SI Surakarta pun akhirnya menggelar pertemuan akbar sebagai sikap

tegasnya terhadap artikel Djawi Hisworo pada tanggal 24 Februari 1918 Kebun

Raya Sriwedari. Pertemuan yang bertujuan untuk membentuk komite TKNM,

cabang TKNM Surabaya tersebut dihadiri oleh sekitar 4000 orang dari kalangan

bumiputera dan bangsa Arab. Haji Misbach pun turut hadir dalam pertemuan

tersebut bersama Hisamzaijnie, Samanhudi, perwakilan dari TKNM Surabaya,

serta para pemimpin organisasi lain di seluruh Surakarta. Misbach adalah salah

satu tokoh yang paling serius menanggapi pendirian TKNM tersebut. Ia berharap

TKNM dapat bertindak lebih militan dalam memerjuangkan Islam terutama untuk

36 melawan para kafir. Pembentukan TKNM di Surakarta yang mencuatkan nama

Misbach sebagai salah satu mubalig lokal.

34 Takashi Shiraishi, op. cit., hlm 178

35 Surat kabar Islam Bergerak 10 Juni 1918

36 Surat kabar Medan Moeslimincommit, Februarito user 1918 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Meski pada awalnya menunjukkan dukungannya terhadap upaya TKNM

di bawah Tjokroaminoto untuk memerangi Martodharsono dan para misionaris

Kristen, namun pada pertengahan 1918 Misbach mulai merubah arah pandangnya.

Ia mulai kecewa dengan TKNM yang tidak melakukan tindakan nyata apapun.

Pengurus TKNM justru sibuk mengumpulkan dana. Satu-satunya tindakan yang

dilakukan hanyalah mengirim surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan

Sunan agar Martodharsono serta Djojodikoro dijatuhi hukuman. Oleh karena itu,

Misbach beserta pedagang batik muslim lainnya yang telah banyak menyumbang

di TKNM pun mulai mengungkapkan kekecewaannya dalam Medan Moeslimin

dan Islam Bergerak.

Kekecewaan Misbach terhadap TKNM membuatnya memilih untuk

melakukan gerakan pembelaan terhadap Islam dengan caranya sendiri. Sebagai

seorang mubalig, Misbach mulai menerbitkan tulisan pertamanya di Medan

Moeslimin pada 1918, tepatnya setelah menggantikan Hisamzaijnie sebagai

pemimpin redaksi surat kabar tersebut. Dalam tulisan tersebut Misbach menulis

layaknya seorang mubalig yang sedang berceramah dalam pertemuan tablig. Ia

mengutip ayat-ayat Alquran untuk memperkuat argumennya. Artikel berjudul

Sroean Kita tersebut menuliskan ajakan Misbach kepada seluruh umat muslim di

Hindia untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam, yang berarti berperang

melawan misionaris Kristen, kapitalis Belanda, dan pemerintah kolonial. Seruan

tersebut antara lain ditunjukkan pada kalimat berikut:

...Nah, sekarang njatalah bahwa printah Toehan, kita orang misti bergerak bersama-sama, artinja jang kaja membantoekan harta bendanja, jang pinter membantoekan kapinterannja dan dirinja. Agar soepaia bangsa kita Islam tiada kena tipoecommit dajanja to oranguser jang sengadja meroesak agama perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Islam. Koembali tentang sifatnja pemerintah, djikalau kita dakwa pemerintah itoe memihak agama chresten, soeda barang tentoe pemerintah

bilang tida itoelah boekan model-baroe. Betoel pemerintah tatjampoer hal agama, tetapi kita taoe jang agama chresten di Hindia ini terbantoe oleh

beberapa Kapitalisme, boekan pemerintah tetapi capitalist. Capitalist dapet perlindoengan dari pemerintah, apakah ini boekan soeatoe soelapan jang soenggoeh aloes? … Marilah saudara saudara kaum moeslimin

memperendahken prentah toehan sebagi jang kita loekiskan terseboet di atas, ja itoe membantoekan harta benda dan diri kita oentoek berdjalan kapada Toehan Alloh, karena kalau kita tida menggoenakan prentah Toehan terseboet, soeda barang tentoe agama Islam di Hindia ini semangkin koeroesnja, sebab banjak rintangan jang sengadja memitjaken perasaannja kaum moeslimin, itoelah sebabnja kita orang moeslimin haroes melawan dengen sekeras-kerasnya…37

Tulisan perdana Misbach tersebut juga menandai berubahnya pemikiran

Misbach tentang Islam untuk menuju ke arah yang lebih radikal. Misbach mulai

berpikir tentang gerakan Islam yang harus lebih keras untuk melawan orang yang

mencoba menindas kaum muslim, baik misionaris Kristen, pemerintah kolonial,

dan kapitalis Belanda. Selain itu, Misbach juga mengecam orang-orang yang

mengaku sebagai umat muslim tetapi tidak menjalankan perintah agama dengan

baik, yaitu orang yang tidak mau membantu kaum muslim lain yang tertindas

dengan harta maupun pikirannya.

Berubahnya pemikiran Islam Misbach ke arah yang lebih radikal juga

diikuti dengan berubahnya gaya terbitan Medan Moeslimin. Pada awalnya surat

kabar tersebut memang tidak begitu vokal untuk menyerukan perlawanan terhadap

pemerintah kolonial. Namun, setelah terbitnya artikel Misbach tersebut, Medan

Moeslimin menjadi lebih sering menyerukan propaganda Islam untuk perlawanan.

Sebagaimana yang dituliskan Misbach dalam artikelnya:

37 Surat kabar Medan Moeslimincommit, toApril user 1918 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Sebagaimana t.t. pembatja telah ma’loem, bahwa pesawat kita MEDAN MOESLIMIN selamanja tempat permoesjawaratan jang aloes-aloes sadja,

itoelah djoega kita poedji sekali, tjoema sadja soewara kita sekarang terpaksa tida bisa aloes bagai talingan Regeering, sebab zamannja soeda

amat soekarnja, sedang adanja tindesan malahan bertambah2 banjak dan beratnja. Politiek jang di lakoekan di Hindia pada ini waktoe, amatlah tida mengertiken orang, sifatnja agama Islam di Hindia kalang kaboet, geraknja soera pers dan pergerakan di tanah djawa amat bertambah-tambah 38 seroenja…

Selain propagandanya lewat Medan Moeslimin, Misbach juga membentuk

Sidik Amanat Tableg Vatonah (SATV) bersama pedagang batik muslim yang

saleh seperti Koesen, Harsoloemekso, dan Darsosasmito.39 Misbach menjadi

ketua, Darsosasmito wakil ketua, dan Harsoloemekso sekretaris.40 Organisasi

tersebut bertujuan untuk memperkuat kebenaran Islam dan memajukan Islam.

Dasar keyakinan SATV adalah “membuat agama Islam bergerak” atau sebagai

salah satu arti dari organ SATV, Islam Bergerak. Misbach tampil sebagai mubalig

SATV terkemuka, bukan karena kata-katanya, tetapi karena perbuatannya untuk

menggerakkan Islam”. Ia mengadakan pertemuan tablig, menerbitk an jurnal,

mendirikan sekolah-sekolah, dan menentang tindakan melawan wabah penyakit

41 yang merugikan serta semua bentuk “penindasan dan pengisapan”.

38 Surat kabar Medan Moeslimin, April 1918

39 Koesen adalah hoofredactuer Islam Bergerak dan pedagang batik

Kauman. Darsosasmito adalah pegawai Kasunanan dan pegadang batik. Harsoloemekso adalah administrator Medan Moeslimin dan pengusaha batik kaya di Keprabon.

40 Takashi Shiraishi, op.cit., hlm 184-185

41 Ibid., hlm 186 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

D. Awal Persentuhan dengan Komunisme

Pada saat SI tengah berkembang pesat di tanah Hindia, seorang tokoh

42 perburuhan Belanda, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet hadir

mermaikan panggung pergerakan. Ia tiba di Hindia pada Februari 1913 untuk

mencari pekerjaan. Pria yang juga pernah menjadi ketua Sosial Democratische

Arbeiders Partij ini mengalami kesulitan dalam mencari kerja di Belanda setelah

memimpin pemogokan buruh galangan kapal di Amsterdam. Pada awalnya,

Sneevliet bekerja di Soerabajaasch Handelsblad43, dan dipindah ke Semarang

pada Mei 1913 untuk menjadi sekretaris Semarang Handelsvereeniging. Pada

bulan Mei 1914, Ia kemudian mendirikan Indische Sociaal Democratische

Vereeniging (ISDV). Selain itu, ia juga menjadi editor De Volharding, sebuah

surat kabar yang menjadi organ Vereeniging voor Spoor en Tramweg Personeel

(VSTP)44. Ia juga ikut aktif dalam comintern (asosiasi komunis internasional).

Dengan demikian, Sneevliet menjadi propagandis yang semakin gigih untuk

42 Sneevliet dilahirkan di Roterdam pada tahun 1883. Setelah menamatkan pendidikan di HBS di kota tersebut, ia aktif dalam gerakan buruh kereta api. Pada 1913 ia datang ke Indonesia dan pada 1914 ia mulai mengorganisir ISDV, sebuah

gerakan sosial kiri Belanda. Karena dilarang berpolitik oleh perusahaannya, maka ia pun dikeluarkan dari pekerjaannya. Setelah diusir dari Indonesia pada 1918, ia berdiam di Kanton sebagai kominterren dan berhubungan dengan kominterren

Sun Yat Sen. Pada 1942, karena aktivitasnya yang menentang Nazi, Ia pun akhirnya ditembak mati. (lihat Soe Hok Gie, 1999, Di Bawah Lentera Merah,

Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya).

43 Soerabajaasch Handelsblad adalah sebuah surat kabar yang terbit di

Surabaya, menjadi media sindikat parik gula.

44 Vereeniging voor Spoor en Tramweg Personeel (VSTP) didirikan di Semarang pada tahun 1908 oleh C.J. Hulshoff dan H.W. Dekker. VSTP

merupakan perkumpulan pegawai Eropa dalam Nederlandsch Indische Spoorweg (NIS) dan Staatsspoor (SS). Namun, pada 1913 atas saran Sneevliet, VSTP juga menerima anggota dari kalangan bumiputera.commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

melaksanakan prinsip bahwa komunis harus bekerja di mana saja di kalangan

45 rakyat jelata dan melakukan penetrasi dalam organisasi-organisasi lainnya.

Melalui ISDV, Sneevliet mencoba untuk semakin memperluas paham

Komunisme kepada kaum pergerakan di Hindia. Pada awalnya, ISDV beraliansi

dengan Insulinde, tapi tidak begitu berguna untuk menekankan perjuangan kelas

dan konsisi sulit kaum buruh tani Indonesia.46 Akhirnya pada 1916, ISDV pun

mulai mengalihkan perhatiannya kepada SI, dengan membawa wacana

pembaharuan Islam Sosialisme. Sneevliet mulai mendekati tokoh-tokoh SI

semarang, khusunya Semaoen. Di bawah kepemimpinan Semaoen, SI Semarang

pun mulai bergeser ke arah sosialis revolusiner, setelah sebelumnya terkenal

dengan pergerakan yang lembek.

Pada periode 1916-1917, keadaan pergerakan Indonesia memang berada

dalam kondisi yang buruk. Setiap pemikir politik sosial Indonesia pun saling

mencari jawaban atas keadaan yang buruk tesebut. Mereka mulai mencari latar

belakang dari kondisi sosial yang pincang ini dan saling mengajukan berbagai

konsep untuk menyelesaikannya.47 Salah satu konsep yang ditawarkan untuk

menjawab realitas sosial tersebut adalah pergerakan revolusioner ala Marxistis

yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama ISDV berhasil mempengaruhi

sekelompok angkatan muda dari SI baik di Semarang (Semaoen, Darsono, dan

45 Dewi Yuliati, Semaoen, Pers Bumiputera dan Radikalisasi Sarekat

Islam Semarang, (Semarang: Bendera, 2000), hlm. 8

46 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1993), hlm. 261

47 Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999), hlm.19 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

lain lain), Jakarta (Alimin dan Muso), Solo (H. Misbach), maupun kota-kota

48 lainnya.

Melalui Sneevliet untuk pertama kalinya Misbach mengenal dan

mempelajari konsep Komunisme. Ia belajar menggunakan analisis Marxistis

untuk memahami realitas sosial yang ada. Misbach pun mulai memahami bahwa

kesengsaraan rakyat Indonesia adalah akibat dari struktur masyarakat yang ada,

yaitu struktur masyarakat tanah jajahan yang diperas oleh kaum kapitalis. Sejak

awal ketika sedang menunaikan ibadah haji, Misbach sebenarnya telah menyadari

akan bahaya dari Kapitalisme. Hal tersebut ia tunjukkan dengan tulisan mengenai

perjalan hajinya yang termuat dalam Medan Moeslimin. Tulisan berjudul

Perjalanan ke Makah-Madinah tersebut antara lain berisi:

...Malam ini banjak barang hilang sebab di tjoeri oleh pentoeri di Madinah. Dari itoe saudara-saudara Candidat kadji haroes hati-hati. (Sebab Kapitalisme, maka boeanja jang beratjoen menjerang di mana-mana tempat, tida pedoeli orang-orang pendoedoek negeri jang di djiarohi riboe manoesia Islam jalah di negeri Madinah djoega di serang oleh Kapitalisme sampai bandjir kemelaratan menjebabkan moril mereka sama roesak laloe mendjadi pentjoeri, penjamoen, pembegal dan penipoe, Dari 49 itoe Kaoem Moeslimin haroes mengoeboer Kapitalisme…

Artikel tersebut memberikan gambaran bahwa dalam pemikiran Misbach,

Kapitalisme merupakan sebuah kekuatan jahat yang harus diperangi. Gambaran

akan pencuri di Madinah tersebut tidak lain dengan realitas sosial yang terjadi di

Hindia, yaitu banyaknya pencuri-pencuri dari golongan kapitalis Belanda yang

terus menghisap rakyat. Kebencian Misbach dengan Kapitalisme juga pernah ia

48 Ibid.

49 Surat kabar Medan Moeslimincommit, 1to Januari user 1925 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

tunjukkan sebelumnya dalam tulisan pertamanya, Sroean Kita di Medan

Moeslimin pada 1918. Dalam tulisan tersebut Misbach juga menjelaskan

mengenai kejahatan Kapitalisme Belanda yang didukung oleh Pemerintah

Kolonial. Oleh karena itu, Misbach menyerukan untuk melakukan perlawanan

secara keras.

Konsep perlawanan radikal terhadap Kapitalisme tersebut ia temukan dari

konsep Marxistis yang ditawarkan oleh ISDV di bawah pengaruh Sneevliet.

Misbach yang sebelumnya mulai merasa kecewa dengan gerakan Islam dari SI di

bawah pimpinan Tjokroaminoto yang dianggapnya mulai “melembek” pun

akhirnya memilih untuk mengikuti konsep dari Sneevliet. Menurutnya, cara-cara

perjuangan yang ditawarkan oleh Komunisme untuk membebaskan rakyat dari

belenggu penjajahan Kapitalisme cukup efektif untuk dilaksanakan. Apa yang

Misbach pelajari dari komunis, terutama tulisan Semaoen, tidak sekedar

memahami bahwa pelaku kejahatan adalah Kapitalisme. Ia juga mendapatkan

jawaban bagaimana dan mengapa Kapitalisme secara bersama-sama

menghancurkan manusia baik fisik maupun mental.

Meski tidak langsung bergabung dengan ISDV maupun Partai Komunis

Indonesia (PKI), namun secara perlahan tapi pasti orientasi berpikir Misbach

mulai bergeser, dari seorang Islam Radikal menjadi pendukung Komunisme. Hal

tersebut ia tunjukkan dengan penyerangan yang mulai ia tujukan kepada orang-

orang “Islam lamisan”, kapitalis Belanda, maupun pemerintah kolonial. Misbach

mulai berseberangan jalan dengan tokoh-tokoh Islam di bawah SI Tjokroaminoto

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

maupun Muhammadiyah, yang ia anggap tidak melakukan pergerakan nyata

untuk membela rakyat.

Pergeseran ideologi Misbach tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa

faktor. Pertama, interaksinya dengan aktivis-aktivis politik sosialis dan komunis

50 radikal, seperti Sneevliet, Semaoen , Alimin, Marco, dll). Kedua, daya tarik

Marxisme dan Komunisme sebagai suatu ideologi perjuangan untuk melawan

kejahatan-kejaatan Kapitalisme, Kolonialisme, dan Imperialisme. Ketiga, daya

pikat serta pesona pribadi Karl Marx sebagai perumus gagasan dasar Komunisme.

Faktor keempat tumbuh dari kecenderungan berpikir Misbach yang sinkritis,

sehingga berkeinginan untuk menggabungkan beberapa pemikiran.

Namun, Komunisme yang dipahami Misbach tidak sama dengan ideologi

yang dianut oleh Sneevliet, Semaoen, Darsono, Marco, maupun tokoh komunis

lainnya. Sebagai seorang mubalig yang memiliki dasar keislaman yang kuat,

Misbach pun menjadi seorang tokoh dengan pemikiran yang unik tentang

Komunisme. Ia mencoba mensintesakan ideologi komunis dengan ajaran Islam.

Menurutnya, Komunisme dan Islam memiliki beberapa kesesuaian. Di antaranya

adalah sama-sama memiliki misi untuk membebaskan rakyat dari ketertindasan.

50 Semaoen lahir di Mojokerto pada tahun 1899 sebagai putera seorang pegawai kereta api. Ia bukanlah anak priyayi, tumbuh dalam era pergerakan, dan

sempat mengenyam pendidikan Barat Elementer dalam Sekolah Bumiputera klas satu. Pada tahun 1912, Ia bekerja di Staatsspoor (SS) sebagai juru tulis. Pada 1914, Ia bergabung dengan Sarekat Islam Surabaya dan terpilih menjadi

sekretarisnya. Pada awal 1915, barulah ia bertemu dengan Sneevliet yang memperkenalkan ideologi komunis kepadanya. Semaoen merupakan pimpinan dari Sarekat Islam Semarang dan sekaligus menjadi orang yang sangat

berpengaruh dalam menciptakan Sarekat Islam Merah. (lihat Dewi Yuliati, 2000, Semaoen, Pers Bumiputera dan Radikalisasi Sarekat Islam Semarang, Semarang: Bendera) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

Untuk itulah, ia mencoba memadukan ajaran-ajaran Islam dan Komunisme untuk

51 menjawab persoalan rakyat dalam menghadapi imperalisme Belanda. Tulisan-

tulisan Misbach tentang Islam dan Komunisme baru dimuat dalam Medan

Moeslimin dan Islam Bergerak pada saat ia diasingkan di Manoekwari, tepatnya

setelah ia bergabung dalam PKI. Ia memaparkan bahwa Islam dan Komunisme

merupakan dua kekuatan yang dapat mematahkan Kapitalisme. Dalam tulisan-

tulisan tersebut Misbach tidak hanya menguraikan kesusuaian ajaran Islam dengan

Komunisme, namun juga mengungkapkan kekagumannya terhadap Karl Marx.52

Meskipun memiliki ketertarikan terhadap ideologi komunis, namun

menurut George Larson, kesetiaan Misbach terhadap Islam jauh lebih kuat

dibanding terhadap Komunisme. Fenomena Misbach merupakan sebuah contoh

tipikal dari kecenderungan orang Jawa akan sinkritisme, sebab kesetiaannya

terhadap Komunisme tidak lebih kuat dari pada kesetiaannya kepada Islam.53 Hal

itulah yang membedakan Misbach dengan tokoh-tokoh pergerakan berhaluan

komunis lainnya, yang sebagian besar cenderung meninggalkan agama. Mereka

juga memandang antara konsep agama dan ideologi komunis sebagai dua hal yang

tidak dapat disatukan.

Akan tetapi, Ahmad Mansur Suryanegara justru menganggap bahwa

keinginan Misbach untuk mensintesakan ideologi komunis dan Islam, merupakan

bentuk ketidakpahamannya akan Komunisme yang sebenarnya. Akibatnya, Haji

51 Nor Hiqmah, log.cit.

52 Surat kabar Medan Moeslimin, 5 Februari 1925

53 George Larson, Masa Menjelang Revolusi: Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta, (Yogyakarta:commit Gadjah to Mada user University Press, 1990), hlm.196 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

Misbach memahami Komunisme seperti apa yang dia mengerti saja. Ia tidak tahu

ajaran komunis menolak ajaran agama apapun. Kaum modernis Islam sedang

mencari sistem dakwah dan tema muatan dakwah mereka. Dalam pencarian ini,

dunia Barat dinilai mereka sebagai pilihan yang benar untuk dijadikan acuan

metode gerak pembaharuan dakwah. Mereka menemukan ajaran komunis dengan

sepotong pengertian yang mereka miliki. Kemudian, mereka menganggap telah

menangkap keseluruhan ajaran Komunisme.54

Komunisme mengukuhkan komitmen Misbach pada keharusan adanya

perubahan fundamental dalam kehidupan masyarakat Hindia. Semenjak mengenal

ideologi komunis, Misbach mulai mengubah gaya berpakaiannnya. Ia tetap

mengenakan jaket putih yang biasa dipakai para haji dan selalu mengenakan

aksesoris kepala bergaya Jawa atau blangkon. Hal tersebut merupakan penegasan

identitas baru Misbach, “Saya bukan haji tetapi Mohammad Misbach, seorang

komunis Jawa yang menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim.”55

Ikrar Misbach sebagai seorang komunis Jawa sekaligus menjandi penanda

bergesernya arah gerakan Misbach menuju ke kubu kiri. Ideologi Komunis Jawa

yang diusung Misbach memiliki perbedaan dengan ideologi komunis milik Karl

Marx. Paham komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Marx memandang

bahwa hakikat kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Paham komunisme

memandang hakikat hubungan Negara dengan agama diletakkan pada pandangan

filosofisnya yaitu materialisme diakletis dan materialisme historis. Hakikat

54 Ahmad Mansur Suryanegara, op.cit., hlm. 415

55 Takashi Shiraishi, op.cit.commit, hlm.375 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

kenyataan tertinggi menurut komunsime adalah materi. Marx tidak membenarkan

adanya absolut idea atau Tuhan sebagai sumber ide manusia. Tjokroaminoto

mengingatkan bahwa Historisch Materialisme mengklaim sebagai sosialisme

ilmiah, atau pada sesuatu yang dinilai benar apabila terindra. Dalam teori filsafat

validitas kebenaran Marxist, tolok ukur kebenarannya bersifat funomelogis dan

tidak membenarkan adanya (subtansi atau hakikat). Pandangan filsafat ini sangat

bertentangan dengan ajaran agama yang mempercayai sesuatu yang gaib.56

Misbach tidak begitu memahami hakikat filsafat marxist tersebut. Ia hanya

menangkap bahwa komunisme merupakan jalan untuk melakukan perjuangan

dalam membela ketertindasan rakyat, sebagaimana yang diajarkan Islam.

Komunisme Jawa ala Misbach lebih menekankan pada cara-cara kaum komunis

Eropa dalam memperjuangan kesetaraan kelas untuk diterapkan di tanah Jawa,

bukan pada filsafat tentang hubungan Tuhan dan manusia.

56 Ahmad Mansur Suryanegara,commit op.cit. to user, hlm. 413-414 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

IMPLEMENTASI PEMIKIRAN HAJI MISBACH DALAM

PERGERAKAN POLITIK 1918-1920

A. Pergulatan Politik Haji Misbach dalam Sarekat Islam

Perpecahan dalam tubuh SI antara kubu Samanhudi dan Tjokroaminoto

yang dimulai sejak tahun 1914, semakin memperburuk kondisi SI Surakarta

dalam tahun-tahun berikutnya. Tjokroaminoto lebih banyak mendominasi

kekuatan SI, sehingga keberadaan SI Surakarta kian lama kian melemah. Kondisi

tersebut semakin diperburuk dengan timbulnya perselisihan antara TKNM di

bawah pimpinan Tjokroaminoto dengan kaum Islam reformis Surakarta.

Memasuki tahun 1918, kondisi SI Surakarta bagaikan tidak bernyawa. Surakarta

hanya melekat dalam ingatan masyarakat sebagai tempat lahirnya SI dan posisi

Samanhudi sebagai pendirinya. Setelah terserang berbagai macam masalah, SI

Surakarta mengalami kemunduran, tidak bisa bergerak, dan hampir kehilangan

1 massa pendukungnya.

Tenggelamnya SI Surakarta diawali dengan bergesernya kekuatan

organisasi tersebut ke SI Surabaya di bawah pimpinan Tjokroaminoto.

Tjokroaminoto membuat SI tumbuh menjadi organisasi yang memiliki posisi

tawar. Tjokroaminoto bekerja dekat dengan wakil Penasehat Urusan Pribumi,

D.A. Rinkes. Akan tetapi, pada masa itu SI menunjukkan sikap yang kurang tegas

1 Surat kabar Sinar Hindiacommit, 22 Januari to user 1919

50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

dalam melakukan pergerakannya. Pada satu sisi, SI terus membakar semangat

rakyat, namun pada sisi lain SI tetap bersikap lunak kepada pemerintah kolonial.

Sikap mendua tersebut tampak dari keputusan Tjokroaminoto saat menolak tegas

desakan Tjipto Mangoenkoesoemo untuk menghilangkan syarat agama dalam

penerimaan anggota. Tjipto juga berharap supaya SI (Sarekat Islam) dapat

menjadi SI atau Sarekat (H)India saja. Namun, Tjokroaminoto menegaskan bahwa

SI bukan partai politik, tidak menghendaki revolusi, dan memilih setia kepada

pemerintah.

Di bawah pimpinan Tjokroaminoto, SI juga mengalami pergeseran metode

pergerakan, dari boikot dan beating (fisik/berkelahi), menjadi rally (pengumpulan

massa/rapat) dan propaganda. Rapat Umum terbuka lantas menjadi andalan SI

pada waktu itu. Kelebihan cara ini adalah mampu mengumpulkan massa dalam

jumlah banyak dari berbagai golongan. Konsep kedua yang telah digagas dan

dijalankan oleh IP adalah dimaklumkannya pembicaraan politik secara terus

terang dan terbuka mengenai sistem kemasyarakatan kolonial, serta bisa diikuti

oleh siapapun.2

Di saat kekuatan SI berpindah ke Surabaya, suasana pergerakan di Surakarta

diramaikan kembali dengan hadirnya Boedi Oetomo (BO). Sebelumnya, dalam

kongres BO di Surabaya tanggal 8-9 Juli 1916, Soerjosoeparto mengundurkan diri

dari jabatannya sebagai Ketua Umum BO. Jabatan tersebut akhirnya digantikan

oleh RMA Woerjaningrat (pengurus SI Surakarta) dari Keraton Surakarta.

2 Soewarsono, Berbareng Bergerak: Sepenggal Riwayat dan Pemikiran Semaon, (Yogyakarta: Lkis, 2000),commit hlm. 16to -user18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Woerjaningrat semakin memperluas pengaruh BO di Surakakarta. Hal ini juga

melambangkan dukungan Keraton Surakarta bergeser kepada Boedi Oetomo.

Gambar 2. Lambang awal Sarekat Islam

Terdapat Paradigma Lima-K: Kemauan, Kekuatan, Kemenangan yang ditulis dengan

huruf Arab, serta Kawasa (Kekuasaan), Kemerdekaan yang ditulis dengan huruf Jawa.

Cita-cita persatuan: Innamal Mukminun Iwatun

Motto juang: Billahi Fi Sabilillil Haq Komponen lambang SI selanjutnya digunakan oleh , Partindo, PNI,

dan lain lain.

(Sumber : Ahmad Mansur Suryanegara, 2009, Api Sejarah, Bandung: Salamadani

Pustaka Semesta)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Kekuatan SI Surakarta kian bertambah lesu ketika SI Semarang pada 1917

mulai tumbuh dengan kekuatan serikat buruh di bawah kendali Semaoen. Di

tengah tumbuhnya kekuatan SI, kubu SI Surabaya di bawah Tjokroaminoto dan SI

Semarang di bawah Semaoen saling berebut pengaruh.3 SI Surakarta yang berada

di tengah dua kekuatan tersebut seakan kian tergencet tak berdaya.

Kondisi SI Surakarta pun kian carut marut ketika muncul dua kekuatan

yang saling bertentangan di tubuh SI Surakarta sendiri. Kelompok pertama terdiri

dari Samanhudi beserta pedagang batik lainnya yang berperan penting di Rekso

Roemekso. Meski nyaris tidak berkecimpung dalam pergerakan politik Surakarta

secara langsung, kelompok tersebut tetap menempati posisi kunci dalam

kepemimpinan SI Surakarta yang hanya tinggal nama. Kelompok tersebut juga

yang pada akhirnya membentuk fraksi anti-Tjokroaminoto. Sedangkan kelompok

kedua terdiri dari pegawai keagamaan, kyai dan orang-orang Arab yang

mendominasi TKNM subkomite Surakarta. Kelompok tersebut sebenarnya juga

tidak aktif dalam pergerakan politik, namun mereka cukup mewakili kekuatan

kaum putihan pro Tjokroaminoto di Surakarta. Kepemimpinan SI Surakarta telah

dikendalikan oleh dua kelompok ini dalam keadaan yang susah bersatu. Namun,

dua kelompok ini secara efektif masih mampu menangkal kelompok lain yang

ingin menambil alih kepemimpinan SI dan bergerak atas nama SI. Dengan kendali

mereka, SI Surakarta sama sekali tidak beruang, tidak memiliki daftar

3 Suradi, Haji dan Konflik Politik dalam Sarekat Islam, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997),commit hlm. to user 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

keanggotaan, tidak menerbitkan surat kabar apapun, tidak mengadakan

4 pertemuan, dan tetap terbengkalai begitu saja.

Sebenarnya kaum pergerakan Surakarta telah memikirkan upaya

penyelamatan atas kondisi SI Surakarta sejak 27 Januari 1918 dengan

mengadakan algeemene vergadering (pertemuan umum). Pertemuan tersebut

dilakukan untuk membahas kondisi internal SI di Surakarta. Tujuan rapat tersebut

untuk membahas berbagai permasalahan internal SI, juga mengenai kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan segenap anggotanya.5

Akan tetapi, hingga akhir tahun 1918, SI Surakarta tidak juga bangkit dari

kelesuannya. Kenyataan tersebut membuat munculnya kelompok-kelompok yang

mulai berbalik menyerang kepemimpinan SI Surakarta. Haji Misbach bersama

SATV dengan Medan Moeslimin dan Islam Bergerak sebagai organnya adalah

salah satu kelompok yang melawan kepemimpinan SI Surakarta tersebut. Bersama

Sosrokoerneo yang merupakan sekretaris SI Surakarta, Misbach melanjutkan

propagandanya dengan keras itu dalam kalangan SI. Masalah utama yang

dibahasnya adalah persoalan ekonomi dan kehidupan di Hindia Belanda.

Tidak antara lama poela Misbach berkenalan dengen Sorsokoerneo, sekretaris S.I. Solo. Dengen temen baroe ini kawan Misbach

melandjoetken propagandanja jang keras itoe dalem kalangan S.I. Teroetama sekali jang diadjoeken olenja jaitoe soal-soal ekonomie, soal-

soal tentang penghidoepan. Ia mengedjar hilangnja tindesan-tindesan jang

4 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912- 1926, (Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1997), hlm. 190

5 Surat kabar Djawi Hisworo, 28 Januari 1918

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

diterima oleh Ra‟jat dari pehak bangsawan dan dari pehak paberik- paberik.6

Pada saat itu, Misbach juga telah menjalin hubungan dengan Perhimpunan

Kaum Buruh dan Tani (PKBT) afdeling Surakarta di bawah pimpinan R. Santoso

7 yang juga berdiri di pihak penentang kekuatan SI. Sosrokoernio merupakan penghubung antara Misbach dan R. Santoso. Sejak bulan Agustus 1918, kerja

sama antara dua kubu penentang kekuatan SI tersebut mulai dijalankan, salah

satunya adalah meletusnya pemogokan buruh cetak di perusahaan percetakan

milik BO. Ketika pimpinan pusat PKBT di Demak hancur pada bulan Oktober

1918, perkumpulan tersebut dipulihkan di Surakarta dengan Santoso sebagai ketua

dan Misbach sebagai wakilnya. Misbach menyumbang banyak dana untuk

kebutuhan PKBT dan menjadikan kantor Medan Moeslimin dan surat kabar Islam

Bergerak sebagai kantor dan organ PKBT.8

Keberhasilan PKBT dalam melakukan aksi perlawanan membuat

kelompok oposisi dengan dukungan SI Semarang dan Insulinde Surakarta

menawarkan diri untuk mengambil alih kepemimpinan SI Surakarta pada awal

April 1919. Atas inisiatif Semaon dan Marco, pertemuan bestuur CSI pada

tanggal 15 Februari 1919 di Surabaya memutuskan untuk memulihkan SI

6 Surat kabar Sinar Hindia, 4 Juli 1924

7 R. Santoso merupakan pegawai opiumregie dan hoofredactuer Koemandang Djawi, surat kabar mingguan berbahasa Jawa. PKBT afdeling Surakarta yang dipimpinnya merupakan perpanjangan tangan dari ISDV dan SI

Semarang yang ditujukan untuk memperluas pengaruh mereka di SI-SI lokal. (lihat Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 191).

8 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 1 November to user 1918 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

Surakarta, dengan Marco sebagai ketua, Misbach sebagai wakil ketua, dan R.

9 Hadiasmara sebagai sekretaris. Darma Kanda pada 20 Januari 1919 memuat

kabar usulan pembentukan pengurus SI Surakarta yang terdiri dari:

1. T. H. Samanhudi (beschremheeren)

2. T. M Marco (president)

3. R. Ng Wiroekoesoemo (vice president)

4. M. H Abdoelsalam (thesaurer)

5. R. Hadiasmoro (Sekretaris 1)

6. R. Wirowongso (Sekretaris 2)

7. M. Ng. Darsosasmito

8. R. Ng. Djiwopradoto

9. M H Misbach

10. M Soekarno10

Para kandidat tersebut dipilih secara fleksibel, karena sebagian memang

tidak hadir dalam rapat di Surakarta pada 19 Januari 1919. Meskipun demikian,

para kandidat tersebut diharapkan mampu mengemban amanah sebagai pengurus

SI Surakarta yang baru dan mampu menghidupkan kembali kegiatan SI

11 Surakarta.

Pada awal Maret 1919, Hadiasmara dan aktivis pro SI Semarang mengirim

surat terbuka ke pemimpin SI Surakarta untuk menuntut diadakannnya

9 Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 192

10 Surat kabar Darma Kanda, 20 Januari 1919

11 Surat kabar Darma Kandacommit, 20 Januari to user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

vergadering umum dan dibangunnya kembali SI dengan Samanhudi menjadi

ketua kehormatan yang tidak punya kekuasaan, supaya SI Surakarta bergabung

dengan CSI dan bergerak di arena politik dan membuat SI Surakarta

menggerakkan Islam.12 Akhirnya, pada 6 Juli 1919 dilaksanakanlah vergadering

umum di Sri Wedari Surakarta untuk membahas kepengurusan SI Surakarta.

Samanhudi, para pedagang batik laweyan, abdi dalem Kasunanan, kyai, pegawai

keagamaan, dan orang Arab dari subkomite TKNM beramai-ramai datang ke

vergadering. Mereka berusaha untuk mendominasi pertemuan tersebut karena

khawatir bahwa Marco dan Misbach akan mengambil alih kepemimpinan SI

Surakarta.

Upaya Misbach untuk mengambil alih kepemimpinan SI pun akhirnya

gagal, karena pada saat itu Misbach dituduh menghasut pemogokan petani di

pedesaan Kasunanan. Hasil akhir dari vergadering tersebut memutuskan

Samanhudi naik menjadi ketua kehormatan dengan kekuasaan mengawasi,

sementara Hisamzaijnie dan R.M.A. Poespodiningrat menjadi penasehat.

Sedangkan jabatan ketua, sekretaris dan bendahara diduduki oleh R. Ng.

Wirokoesoemo yang juga seorang pegawai keraton, Poerwodiharjo yang

merupakan sekretaris TKNM, dan seorang pengusaha batik Laweyan bernama

13 M.H. Abdoelsalam. Kepemimpinan baru yang terbentuk usai vergadering

tersebut ternyata tidak juga efektif untuk menghidupkan kembali SI Surakarta.

12 Surat kabar Darma Kanda, 3 Maret 1919

13 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 20 Aprilto user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Pada periode berikutnya, SI Surakarta tetap saja menjadi organisasi yang lesu dan

tidak memiliki gerakan yang berarti.

Gambar 3. Lambang Sarekat Islam setelah mengalami pergatian

(Sumber : www.zamrudkatulistiwa.com)

Akan tetapi, upaya Misbach untuk „menggerakkan‟ SI Surakarta tidak

berhenti begitu saja. Misbach bersama kekuatan penentang kepemimpinan SI

Surakarta lainnya telah bergabung dengan Insulinde Surakarta sebelum

vergadering tersebut dilaksanakan. Pada saat itu, setiap orang memang masih

diperbolehkan untuk memiliki keanggotaan ganda dalam organisasi. Misbach

memang telah terpilih sebagai pengurus dari SI Surakarta, namun ia tidak

memiliki kesempatan yang besar untuk kembali menghidupkan organisasi

tersebut. Pada saat itu, Misbach begitu kecewa dengan TKNM dan SI Surakarta.

Oleh karena itu, ia lebih memillih untuk melakukan pergerakan melalui Insulinde

dan dua surat kabar terbitannya. Misbach juga memiliki peran yang sangat penting

dalam upaya memasukkan orang-orang radikal SI ke dalam Insulinde Surakarta.

commit to user Melalui kehangatan, keterbukaan, dan keramahannya serta konsistensi antara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

kata-kata dan perbuatannya, Misbach berhasil menarik perhatian anggota SI yang

bersifat radikal untuk turut bergabung dalam gerakan Insulinde.

B. Geliat Haji Misbach dalam Dunia Jurnalistik

Perkembangan pergerakan politik di tanah Hindia tidak bisa dilepaskan

dari peranan kelahiran pers bumiputera. Surat kabar dan pergerakan merupakan

sebuah kesatuan yang sulit dipisahkan. Napoleon pernah mengatakan bahwa

empat surat kabar yang memusuhi pemerintah lebih berbahaya dari beribu-ribu

tentara.14 Pada masa pergerakan, sebenarnya telah banyak pers anti pemerintah

kolonial yang mulai tumbuh. Namun, pertumbuhan mereka belum terarah, bahkan

tidak jarang terjadi saling serang di antara beberapa surat kabar tersebut.

Upaya awal pernah dilakukan oleh Mas Marco Kartodikromo untuk

mempersatukan kekuatan pers tersebut dalam sebuah wadah perkumpulan

jurnalis, yaitu melalui organisasi Inlandsche Journalisten Bond (IJB). Haji

Misbach yang sangat menyadari betapa pentingnya peranan pers pun telah

bergabung dengan IJB sejak awal dibentuknya. Perkenalan Misbach dalam dunia

jurnalistik melalui IJB juga merupakan penentu langkah awalnya dalam dunia

pergerakan. Misbach merupakan penyumbang dana bagi IJB dengan menjadi

pelanggan setia dari surat kabar terbitan organisasi tersebut, yaitu Doenia

Bergerak.15

14 Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999), hlm.46

15 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Melalui Doenia Bergerak, Misbach memperoleh banyak wacana yang

pada akhirnya dapat memperluas pemahamannya tentang dunia pergerakan

politik. Misbach bukan hanya menjadi konsumen dari surat kabar bumiputera, ia

juga mempelajari dunia jurnalistik dari bacaan-bacaan tersebut. Misbach

menyadari benar bahwa pers merupakan sebuah jalan yang efisien untuk

menyuarakan aspirasinya tentang gerakan perubahan. Setelah belajar mengenai

dunia jurnalistik, Misbach pun akhirnya menerbitkan surat kabarnya sendiri, yaitu

Medan Moeslimin dan Islam Bergerak.

Pada awalnya, Misbach tidak begitu menguasai teknik pengelolaan surat

kabar ataupun cara untuk menulis artikel. Ia banyak dibantu oleh rekan-rekan

pergerakannya yang lebih menguasai bidang jurnalistik, seperti Marco. Misbach

terus belajar untuk menulis, hingga pada akhirnya ia mulai mahir menerjemahkan

propagandanya melalui tulisan yang termuat dalam dua surat kabarnya tersebut.

Dalem soerat kabar ini ia menjiarken kefahamannja tentang Islam dan membitjaraken al al jang bersangkoetan dengen politiek. Ia dibantoe oleh journalist-journalist jang faham isi agama dan jang mengenal oeroesan 16 politiek. Diantaranja jang terseboet terakhir ialah saudara Marco.

Setelah banyak belajar tentang dunia jurnalistik, pada tahun 1918, Misbach

menggantikan Hisamzaijnie sebagai pemimpin redaksi Medan Moeslimin. Sejak

saat itu, Misbach mulai sering menulis di surat kabar tersebut. Tulisan pertamanya

yang di muat dalam Medan Moeslimin adalah “Sroean Kita”. Tulisan tersebut

merupakan sebuah serangan untuk TKNM pimpinan Tjokroaminoto. Semenjak

saat itu, gaya penulisan dalam Medan Moeslimin bergeser ke arah yang lebih

16 Surat kabar Sinar Hindiacommit, 4 Juli to1924 user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

17 radikal. Selain itu, beberapa seri tulisannya tentang Islam dan Komunisme serta

artikel-artikel lainnya banyak dimuat di Medan Moeslimin pada saat ia sedang

berada dalam pembuangan. Bahkan ketika ia dalam pembuangan di Manoekwari,

namanya masih tercantum sebagai ketua dari Medan Moeslimin.18

Selain melalui Medan Moeslimin, Misbach juga melakukan

propagandanya melalui terbitannya yang lain, yaitu Islam Bergerak. Sesuai

dengan namannya, surat kabar tersebut bersifat lebih radikal dan ingin membuat

kaum muslim bersama-sama bergerak melawan kolonialisme dan kapitalisme.

Surat kabar tersebut juga menjadi kendaraan bagi Misbach dalam melakukan

pergerakannya di bawah bendera Insulinde. Pada masa-masa terakhir

perkembangannya, Islam Bergerak dipersatukan dengan Doenia Baru dan diubah

nama menjadi Ra’jat Bergerak. Namun, tidak lama setelah Misbach beserta

kawan-kawannya ditangkap dan dibuang, Ra’jat Bergerak pun mati.19 Beberapa

tulisan Misbach yang pernah dimuat dalam Medan Moeslimin dan Islam Bergerak

antara lain adalah:

- “Sroean Kita” dalam Medan Moeslimin 4 (1918)

- “Orang Bodo Joega Machloek Toean, Maka Fikiran Jang Tinggi Djoega

Bisa di Dalam Otaknja” dalam Islam Bergerak, 10 Maret 1919

- “Pembarisan Islam Bergerak: Pembatja Kita” dalam Islam Bergerak, 10

November 1922

17 Surat kabar Medan Moeslimin, April 1918

18 Surat kabar Medan Moeslimin, 1 Januari 1925

19 Surat kabar Sinar Hindiacommit, 4 Juli to1924 user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

- “Pembarisan Islam Bergerak: Sikap Kita” dalam Islam Bergerak, 20

November 1922

- “Moekmin dan Moenafik” dalam Islam Bergerak, 10 Desember 1920

- “Assalamoe‟alaikoem Waroeh Matoe‟ilahi Wabarakatoeh” dalam Medan

Moeslimin, No.7 (1922)

- “Verslag” dalam Medan Moeslimin No. 8 (1922)

- “Informatie – Kantor „Bale Tanjo‟ Kaoeman Solo” dalam Medan

Moeslimin, 4 Oktober 1923

- “Semprong Wasiat: Partijdiscipline SI Tjokroaminoto Mendjadi Ratjoen

Pergerakan Rak‟jat Hindia” dalam Medan Moeslimin No. 9 (1923)

- “Islam dan Gerakan” dalam Medan Moeslimin No.9 1923

- “Islam dan Atoerannja” dalam Medan Moeslimin No. 9, 1923

- “Pamitan Sadja” dalam Medan Moeslimin No. 10 1924

- “Djawa-Manokwari Baik di Ketahui” dalam Medan Moeslimin No. 10

1924

- “Hal yang Kejadian di Manokwari” dalam Medan Moeslimin No. 9 1924

- “Islamisme dan Kommunisme” dalam Medan Moeslimin 1 Januari 1925

- “Manokwari Berontjang, Reactie Ontoek Communist Tentoe dan Soeda

Bijasa” dalam Medan Moeslimin No.2 1925

- “Soerat Terboeka” dalam Medan Moeslimin No.2 1925

- “Foja-foja: Sikapnja Wakil Pemerintah Manokwari” dalam Medan

Moeslimin No. 2 1925

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

20 - “Nasehat” dalam Medan Moeslimin No. 12 1926

Selain aktif dalam menulis, Misbach juga giat melakukan gerakan untuk

mempersatukan kekuatan pers di Hindia. Sebelumnya, ia telah aktif dalam IJB

sejak awal terbentuknya pada 1914. Namun, dalam perkembangannya, organisasi

perkumpulan wartawan tersebut mati karena Marco dipenjara. Selama tahun 1915

sampai 1919 terjadi perubahan peraturan yang menyangkut persoalan pers. Bila

dulu persdelict diperiksa oleh Raad van Justitie, kini hal itu dilakukan oleh

Landraad. Pasal 154 dan 156 yang kejam tersebut diganti dengan peraturan 63b

dan 66b yang juga keras. Dalam tahun 1919, sejumlah besar wartawan

dipenjarakan oleh pemerintah.21

Melihat realitas tersebut, para wartawan di Hindia mulai memikirkan

untuk membentuk sebuah perkumpulan wartawan lagi. Wartawan haruslah bersatu

untuk melawan cengkeraman pemerintah. Atas inisiatif SI Semarang, antara 8 dan

9 Maret 1919, diselenggarakan pertemuan wartawan dari seluru h Indonesia

22 (Jawa). Hadir 33 utusan mewakili 13 surat kabar dan 33 wartawan majalah.

Tjipto Mangoenkoesomo yang menjabat sebagai ketua sidang mengusulkan untuk

dibentuknya kembali sebuah organisasi wartawan. Organisasi tersebut bernama

Indiers Journalist Bond. Misbach pun terpilih sebagai sekretaris dari organisasi

tersebut. Adapun susunan kepengurusannya adalah:

20 Nor Hiqmah, H.M. Misbach Kisah Haji Merah, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), hlm. 9-10

21 Soe Hok Gie, log.cit.

22 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

Ketua : Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

Sekretaris : H. Misbach (Islam Bergerak)

Bendahara : Hardjasoemitro (Darmo Kondo)

Komisaris-komisaris : Sosrokardono (Surabaya)

Semaoen (Semarang)

H. Agoes Salim (Jakarta)

Darnakoesoemah (Bandung)23

Susunan kepengurusan tersebut terdiri dari orang yang bersifat kooperasi

dan non-kooperasi. Haji Misbach sendiri berdiri pada kubu non-kooperasi yang

menentang pemerintah kolonial dengan keras. Namun, pada 10 Mei 1919 terbit

kabar officel dalam Islam Bergerak yang menyatakan bahwa jabatan Misbach

bergeser menjadi Penningmeester (Bendahara) karena Hardjasoemitro tidak

bersedia menerima jabatan tersebut. Sedangkan jabatan sekretaris digantikan oleh

H. Soetadi. Selain itu, dalam pengumuman tersebut, Misbach juga menyampaikan

tentang kondisi keuangan Indiers Journalist Bond.24

C. Membangkitkan Insulinde Surakarta

Pada saat iklim politik di Surakarta kian lesu akibat ketidakberdayaan SI,

Insulinde atau yang juga dikenal sebagai Nationaal Indische Partij (N.I.P.)

kembali hadir meramaikan panggung pergerakan rakyat Surakarta. Pada awal

1918, Insulinde afdeling Surakarta hanya merupakan sebuah perkumpulan kecil

23 Ibid., hlm 47

24 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 10 Meito user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

dengan anggota sebagian besar orang Indo, Tionghoa peranakan, serta priyayi

profesional. Pada akhir 1918, terutama pada awal 1919, keangotaannya meluas

dengan cepat dalam jumlah besar pula. Dalam satu tahun saja anggotanya sudah

lebih dari sepuluh ribu orang dan pada Juni 1919 Insulinde Surakarta menjadi

afdeling terbesar dengan keanggotaan lebih banyak dari gabungan semua afdeling

Insulinde.25 Jumlah anggota Insulinde Surakarta yang besar tersebut cukup

mencengangkan bagi kaum pergerakan pada masa itu. Insulinde Surakarta dengan

cepat telah tumbuh menjadi organisasi massa raksasa yang mampu mengorganisir

perlawanan petani dan buruh terhadap pemerintah kolonial. Insulinde kembali

bangkit dan menghidupkan kembali iklim pergerakan di Surakarta yang lesu

seiring dengan terpuruknya SI.

Kebangkitan Insulinde di Surakarta tersebut tidak bisa dilepaskan dari

peran besar Haji Misbach di dalamnya. Misbach mulai bergabung dengan

Insulinde sejak bulan Maret 1918. Keterlibatan Misbach dalam Insulinde diawali

dengan perkenalannya dengan Tjipto Mangoenkoesoemo26 pada 1918, setelah

25 Proeureur Generaal (G.W. Uhlenbeck) aan GG. 24 Juni 1919. Mr. 391x/19. Vb. 6 September 1919. No. F7. Uhlenbeck memperkirakan keanggotaan Insulinde bulan Juni 1919 sebanyak 23.000 orang. (dalam Takashi Shiraishi, op.

cit., hlm. 186)

26 Dilahirkan pada 1886 di Desa Pecangan, Jepara, Jawa Tengah, Tjipto

menamatkan studi di School Ter Opleiding Van Indische Artsen (Stovia) atau Sekolah Dokter Bumiputra, di Jakarta, 28 Oktober 1905. Pada usia 21 tahun, dr.

Tjipto menulis artikel yang mengkritik kebangsawanan. Dijuluki "Bapak Kemerdekaan Indonesia", sikap egalitarianisme Tjipto memang mengilhami semangat kemerdekaan dalam makna luas. Pada 1912, pemerintah Belanda

menganugerahinya bintang penghargaan Ridder Orde van Oranye Nassau atas jasanya memberantas penyakit pes yang mewabah di daerah Malang. Tjipto memperlakukan penghargaan itu commitdengan to"rasa user humor" yang satir: Bintang itu tak dia sematkan di dada, melainkan disimpan di kantong belakang celananya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

rekan seperjuangannya, Sosrokoerneo meninggal dunia. Pada saat itu Tjipto

tinggal di Surakarta dan menikah dengan seorang wanita Indo bernama Ny.

Vogel. Melalui Tjipto, Misbach akhirnya mengenal gerakan revolusioner beraliran

kiri milik Insulinde.27 Kolaborasi Misbach dengan Tjipto dalam Insulinde berjalan

dengan baik sehingga membuat organisasi tersebut benar-benar kelihatan

revolusioner dan menarik perhatian kaum radikal SI. Dalam organisasi tersebut,

Misbach mulai melakukan perlawanan-perlawanan revolusinernya kepada

pemerintah hingga akhirnya ia ditangkap untuk pertama kalinya. Nieuwe

Rotterdamsche Courant menuliskan:

Sociale misstanden hinderden hem en de verontwaarding daarover voerde hem niet alleen in de rijen der Nationaal Indische Partij, die zich door haar felle actie in 1918 berucht maakte, maar ook voor het eerst in de gevangenis28

Terjemahan: Pelanggaran sosial mengganggu dan membuatnya marah, tidak hanya ditunjukkan dengan kemarahannya dalam jajaran Nationaal Indische Partij, tapi juga dengan tindakan sengit pada 1918 yang terkenal, hingga

membuatnya dipenjara untuk pertama kalinya.

Awal keterlibatan Misbach dalam gerakan Insulinde dipicu oleh kampanye

perlawanan program perbaikan rumah oleh pemerintah untuk mencegah

penyebaran wabah pes. Pada waktu itu, wabah pes telah menyebar di Surakarta

Alhasil, tiap serdadu Belanda yang melihatnya tak hanya hormat kepada Tjipto, melainkan pada pantatnya. la mengembalikan bintang itu kepada Belanda, setelah

permintaannya untuk memberantas pes di daerah Solo ditolak. Sejak itu, Tjipto membelokkan perhatiannya kepada politik. (Periksa Majalah Tempo No.24//13-19 Agustus 2001, Grafiti Multi Warna: Jakarta)

27 Surat kabar Sinar Hindia, 4 Juli 1924.

28 Surat kabar Nieuwe Rotterdamschecommit to user Courant , 2 Oktober 1926 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

dan terus meluas ke arah barat hingga Kartasura dan Delanggu. Wabah tersebut

membawa kesengsaraan bagi rakyat, namun kondisi tersebut justru diperburuk

dengan kebijakan pemerintah yang membebani rakat dengan kewajiban perbaikan

rumah. Melihat kondisi tersebut, Insulinde Surakarta membentuk komite untuk

menyelidiki kegelisahan penduduk akibat program perbaikan rumah secara paksa

dalam upaya mencegah penyakit serta berbagai tindakan administratif dari

pemerintah yang berlebihan. Misbach yang merupakan wakil aktif dari Kauman

pun akhirnya bergabung dengan Insulinde dan menjadi tokoh utma dalam komite

tersebut. Pemimpin Insulinde Surakarta menunjuk Misbach sebagai komisaris dan

memberinya wewenang mengadakan rapat umum propaganda melawan tindakan-

tindakan pemberantasan wabah pes dari pemerintah dan mendirikan kring di luar

kota Suarakarta.29

Hij heeft immers niet geschroomd haar op te zetten tegen de door de overheid bevolen woningverbetering in het belang der pestbestrijding te Soerakarta, onder meer door op een vergadering der bevolking te Kartasoera op 31 Maart 1918 aan te moedigen tot weigering van de terugbetaling van de voorschotten, verleend ten behoeven van bedoelde 30 verbetering der woningen.

Terjemahan:

Ia tidak ragu untuk melakukan kampanye penolakan terhadap kebijakan

pemerintah untuk mendirikan perumahan untuk kepentingan kontrol terhadap wabah pes di Surakarta, pada pertemuan umum di Kartasura pada

31 Maret 1918 dia mendorong masyarakat untuk menolak membayar kembali uang muka yang diberikan untuk perbaikan tempat tinggal.

29 Takashi Shiraishi, op.cit., hlm 194

30 Surat kabar De Sumatracommit Post, 15 to Juli user 192 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Sebagai komisaris, Misbach pun segera mengorganisir Insulinde Kartasura

bersama seorang pegawai pegadaian bernama Atmokertanto sebagai ketua dan

seorang pedagang batik bernama H. Bakri sebagai sekretarisnya. Di Kartasura

Misbach melakukan kampanye penolakan terhadap kewajiban perbaikan rumah.

Propagandanya tersebut berhasil dengan sukses, penduduk Kartasura benar-benar

berhenti mengembalikan pinjaman pemerintah untuk perbaikan rumah secara

paksa setelah diadakannya rapat umum pada 31 Maret 1918.31 Namun, pemimpin

Insulinde Surakarta pada waktu itu, Galestien dan Soetadi takut pada peringatan

asisten residen. Mereka pun akhirnya memerintahkan Misbach dan pemimpin

kring Kartasura untuk menghentikan kegiatannya sekaligus mengadakan rapat

umum lain untuk meminta maaf kepada penguasa.32

Pada awal Desember 1918 digelarlah vergadering umum Insulinde

Surakarta yang sekaligus menjadi titik balik dari kebangkitan kembali organisasi

revolusioner tersebut. Vergadering tersebut bertujuan untuk membentuk susunan

pengurus baru dalam Insulinde. Tjipto Mangoenkoesoemo mundur dari

jabatannya sebagai pemimipin Insulinde dan digantikan oleh istrinya, Ny.

33 Vogel. Sedangkan Misbach sendiri diangkat sebagai wakil ketua. Berikut

susunan kepemimpinan baru dalam Insulinde Surakarta:

31 Surat kabar De Sumatra Post, 15 Juli 1924

32 Resident van Surakarta aan GG, 8 Juni 1920, Mr. 661x/20, (dalam Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 194-195)

33 Pada saat itu, Tjipto harus kembali ke Batavia selama lebih dari setengah tahun karena ditunjuk sebagai anggota Volksraad. Oleh karena itu, ia sama sekali tidak menjadi anggotacommit berstuur to user dalam Insulinde Surakarta. Tjipto diangkat oleh Limburg Stirum sebagai anggota Dewan Rakyat dalam parlemen perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Ketua : Ny. Vogel

Wakil Ketua : H. Mohammad Misbach (ketua SATV, Hoofdredacteur

Medan Moeslimin dan redaktur Islam Bergerak)

Sekretaris I : Soedarman (sekretaris Toenggal Boedi, pemimpin

PPPB afdeling Surakarta)

Sekretaris II : R. Gatoet Sastrodihardjo (redaktur Panggoegah)

Komisaris : Moedio Wignjosoetomo (redaktur Panggoegah)

Sismadi Sastrosiswojo (redaktur Panggoegah,

administrator Islam Bergerak)

Doellatib (redaktur Panggoegah)

Noeriman (administrator Panggoegah)

Harsoloemekso (sekretaris SATV, administrator

Medan Moeslimin)

R. Ng. Darsosasmito (wakil ketua SATV, redaktur

Medan Moeslimin)

Koesen (anggota SATV, hoofdredacteur Islam

Bergerak)

34 R.M. Partowinoto (anggota SATV)

Selain Ny. Vogel, semua anggota pemimpin Insulinde Surakarta yang baru

itu juga tergabung dengan Fonds Samarasa atau mantan pengikut Tjipto, atau

pertama untuk negeri jajahan yang didirikan pada Mei 1918. (lihat Savitri Prastiti

Scherer, 1985, Pemikiran dan Keselarasan Pemikiran-pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa Abad XX, Jakarta: Sinar Harapan)

34 Takashi Shiraishi, op.cit.commit, hlm. 195 to user-196 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

keduanya. Orang yang duduk sebagai pemimpin tertinggi dalam Insulinde adalah

Ny. Vogel, namun yang lebih banyak memimpin gerakan Insulinde

sesungguhnya adalah Haji Misbach. Dalam teori Ny. Vogel mengawasi cabang

Surakarta, tetapi sesungguhnya cabang itu ada di bawah pengaruh Haji Misbach.35

Misbach memiliki wewenang untuk memimpin aktivitas propaganda

Insulinde di luar kota Surakarta, mengeluarkan kartu anggota yang menjadi

tanggung jawabnya sendiri, dan mendirikan kring-kring Insulinde atas nama

Insulinde Surakarta.36 Berbekal wewenangnya tersebut, Misbach memulai

kembali aktivitas propagandanya sebagai propagandis Insulinde sekaligus mubalig

SATV di perkebunan tembakau dan tebu Kasunanan dengan kring Surakarta

sebagai pos terdepannya. Misbach mengaktifkan kembali kring Kartasura yang

telah terbengkalai sejak bulan Mei 1918. Selain itu, Misbach juga mengadakan

propaganda di Banyudono dan Ponggok. Pada Desember 1918, cabang

Karangduren dari kring Kartasura dibentuk di perkebunan tembakau Tegalgondo

(distrik Banyudono, Kabupaten Boyolali), kira-kira 4 kilometer dari Kartasura.

Pada 16 Februari 1919, kring Nglungge didirikan di distrik Ponggok (Kabupaten

Klaten), kira-kira 12 kilometer dari Kartasura. Pada Maret, cabang Klaseman dari

kring Surakarta dan kring Pundung dibentuk di perkebunan Tegalgondo (distrik

Kartasura, kabupaten Surakarta) dan perkebunan tembakau Manjung (distrik

35 Savitri Prastiti Scherer, op.cit., hlm. 159

36 Resident van Surakarta aan GG, 23 Mei 1919. Mr. 322x/19, (dalam Takashi Shiraisi, log. cit.) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Ponggok). Pada April, kring Gawok didirikan di distrik Kartasura. Dan pada akhir

37 Mei, dua kring lagi dibentuk di perkebunan Polanhardjo (distrik Ponggok).

Di bawah kepemimpinan Misbach, Insulinde tumbuh dan berkembang

dengan pesat. Misbach gencar melakukan propaganda di desa-desa sekitar

Surakarta. Bagi Misbach melakukan propaganda untuk ”kebebasan kita”,

”kebebasan negeri”, sama seperti melakukan propaganda untuk Islam, dan dalam

pengertian itulah ia menunjukkan dirinya sebagai seorang mubalig sekaligus

propagandis Insulinde. Misbach melancarkan propagandanya dengan menghadiri

pertemuan-pertemuan dan langsung berbicara kepada rakyat. Di pedesaan-

pedesaan itulah Insulinde di bawah pimpinan Misbach mengalami perluasan yang

luar biasa. Sebuah perluasan yang kelak pada akhirnya justru berada di luar

kendali Misbach serta pemimpin Insulinde Surakarta lainnya.

Ekspansi kring-kring Insulinde di pedesaan Kasunanan sebenarnya sejak

awal sudah melampaui kontrol Misbach. Ketika Misbach datang dan menghadiri

pertemuan-pertemuan untuk meresmikan kring-kring Insulinde, kring sudah

terbentuk dengan beribu-ribu anggota petani. Hal tersebut dapat dipahami sebagai

sebuah fakta bahwa sejak lama para petani di pedesaan telah mengalami

penderitaan akibat kolonialisme. Kehadiran Misbach beserta Insulinde merupakan

37 “Chronologische Volgorde der Feiten” dalam Residen van Surakarta aan

GG, 23 Mei 1919, Mr. 322x/19 (sesudah itu Chronologische Volgorde, Mr. 322x/19. Resident van Surakarta aan Proureur Generaal, 3 Juli 1919, Mr. 474x/19), (dalam Takashi Shiraishi,commit op. cit. to, userhlm. 199) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

sebuah gerakan revolusioner yang telah lama dinantikan oleh para petani pedesaan

38 tersebut.

D. Haji Misbach dan Dimulainya Zaman Mogok Surakarta

Bangkitnya Insulinde Surakarta dan meluasnya pengaruh organisasi massa

tersebut di pedesaan Kasunanan membuat gejolak di kalangan petani dan buruh

kian memanas. Para petani dan buruh yang telah hidup dalam ketertindasan

selama bertahun-tahun merasa menemukan sebuah jalan untuk melakukan

perlawanan. Sebelum Insulinde terbentuk, sebenarnya telah terjadi pemogokan

buruh cetak di Surakarta yang dimotori oleh PKBT pada Agustus 1918.

Pemogokan tersebut merupakan gerakan mogok terbesar sekaligus menandai

dimulainya zaman mogok di Surakarta. Pada saat itu, Misbach juga telah menjalin

relasi yang baik dengan PKBT di bawah pimpinan Santoso. Misbach menjabat

sebagai wakil ketua PKBT sekaligus menjadi penyumbang dana bagi organisasi

tersebut.

Ketika Insulinde menjadi semakin kuat di bawah pimpinan Misbach,

zaman mogok di Surakarta pun menjadi kian memanas. Namun, fokus gerakan

mogok tersebut bergeser ke pedesaan-pedesaan sekitar Surakarta, tempat di mana

gejolak Insulinde kian membara. Massa utama yang dituju oleh Misbach adalah

kaum buruh tani di pedesaan tersebut yang telah lama tertindas oleh kapitalis

Belanda, pemerintah kolonial, serta bangsawan pribumi. Misbach menunjukkan

keprihatinannya yang sangat besar kepada nasib kaum buruh tani.

38 Takashi Shiraishi, op. citcommit., hlm.210 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

Dengan membawa bendera Insulinde, Misbach melakukan propagandanya

kepada para petani pedesaan. Menurut laporan residen kepada gubernur jenderal,

sejak hari-hari terakhir Desember 1918 sampai 7 Mei 1919, tanggal Misbach

ditangkap, ia memimpin sebelas vergadering Insulinde di pedesaan Kasunanan,

dan enam darinya adalah pertemuan pengukuhan kring Insulinde. Haji Misbach

aktif melakukan agitasi dan menyerukan para petani untuk ”jangan khawatir” dan

”jangan takut” melakukan aksi pemogokan.39

Max Weber menjelaskan konsep ‟karisma‟ dalam gerakan sosial. Daya

tarik seorang pemimpin politik atau agama akan berpengaruh besar untuk menarik

para pengikut dalam gerakan sosial. Dalam hal tersebut Misbach telah menjelma

sebagai seorang pemimpin karismatik yang mampu membuat petani mengalami

rasa ”mardika” dengan menekan rasa takutnya kepada penguasa negara. Namun,

Weber juga telah dikritik karena lebih memfokuskan pada kualitas pemimpin

daripada pada harapan para pengikut. Gerakan sosial yang terjadi di pedesaan

Surakarta bukan hanya terjadi karena karisma yang dibawa Misbach. Namun juga

karena adanya kesadaran dari rakyat untuk melakukan perlawanan terhadap

ketertindasan.

Selain melakukan propaganda dengan menghadiri vergadering di

pedesaan, Misbach juga menuangkan simpati kepada para petani melalui surat

kabar terbitannya. Dalam Islam bergerak edisi 10 Maret 1919, Misbach

menerbitkan artikelnya yang berjudul Orang Bodo Djoega Machloek Toehan,

39 Syamsudin Haris, Partai dan Parlemen Lokal Era Transisi Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: Transmedia,commit 2007) to hlm. user 360 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

maka Fikiran jang Tinggi Djoega Bisa di Dalam Otaknja. Tulisan tersebut banyak

menguraikan keberpihakannya pada petani yang tertindas oleh kaum kapitalis

Belanda dan juga pemerintah kolonial.

Akan tetapi gampanglah kita berkata, pada hal: ROEKOEN itoe jang

terlampau soesa didapatnja, karena sebeloem kaoem kita Boemi poetera berbangoen lantaran tertoetoep oleh orang jang mempermainkan kaoem kita, lebih doeloe benih perseteroean dan benih bertjerai-berai soedah dimainkan oleh fihak jang sengadja memoeterkan Anak Hindia, teroetama poela pada kaoem kita Boemi poetra sendiri. Politiek ini tampaklah pada kita jang seolah-olah agar tanah Hindia bisa kekal selama-lamanja tergenggam oleh pemerentah Belanda, terboekti dari akal Regeering jang katanja melindoengi pada rajatnya, tetapi nampaklah pada kita, bahwa perkataan ini hanjalah OMONG KOSONG belaka, adanja masih banjak atoeran jang seolah-olah dengan memandang bangsa, lebih tegas perlindoengan pemarintah hanjalah pada kaum kapitalisme, sedang rajatnja paman tani atau si Kromo tinggal mendjadi koerbannja boekti mana tidak oesah kita oeraikan disini, krana t.t. pembatja soedah tentoe lebih makloemlah kiranja.40

Misbach seolah ingin menyadarkan kaum bumi putera terhadap kenyataan

bahwa masyarakat Hindia, terutama petani, tengah mengalami penindasan akibat

kolonialisasi Belanda. Bukan hanya itu, Misbach juga menyerukan rakyat Hindia

untuk bersama-sama berjuang membantu petani supaya dapat terlepas dari

penindasan tersebut. Ia menyatakan kepada para petani dan juga seluruh kaum

bumi putera untuk tidak takut melakukan perang melawan kapitalisme dan

kolonialisme di tanah Hindia. Dasar dari seruannya tersebut juga berasal perintah

agama Islam yang termuat dalam ayat suci Alquran. Layaknya tengah melakukan

tablig, Ia mengutib ayat Alquran untuk memperkuat argumennya tentang

perlawanan yang wajib dilakukan umat muslim untuk menolong siapa saja yang

40 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 10 Maretto user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

tertindas. Bahkan, menurut Misbach, kita wajib melakukan perang jika

41 penindasan tersebut belum dihentikan. Misbach menyerukan:

Terangnja kita manoesia diwadjibkan mendjaga soepaia djangan ada orang teroes meneroes melakoekan perboeatan jang tidak benar, djika kita beriman tentoelah kita tidak sjak lagi mengindahkan firman Toehan itoe,

meski kita dibentji oleh orang jang berboeat salah itoe, tetapi kita diwadjibkan membenarkan poela, dengan tidak memandeng bangsa dan tidak memandeng pangkat besar atau kejtil, kendati radja-radja, atau pemerintah negri, dan Oelama-oelama of kijai kijai, tidak perdoeli siapa djoega djika dia poenja perboeatan tidak dengan sebenarnja, kita wadjib membenarkan. Akan tetapi memang soesah boeat ini waktoe kita melakoekan hal itoe, karena jang ini waktoe didoenia tanah Djawa hanjalah berisi TINDESAN jang ada pada kita, dan bagaimana djeritnja kaum jang tertindas, tetapi roepa-roepanja toch tidak di REWES, hanjalah kekoeatan jang disadjikan kepada kita, kekoeatan mana djika kita tidak maoe di LOEKOE- LOEKOEKAN, oedjoeng sendjatalah jang dihadepkan kepada kita kita. Djadi kalau begitoe Hindia diini waktoe sabagai halnja orang-orang dinegeri MAKAH tempo djaman poerbakala jang mana pri kehidoepannja melingkan tindesan jang ada padanja, disitoelah Toehan bersabda, kita ambil dalam bahasanja Melajoe sadja koerang lebih demikian: Mengapa kamoe sama tidak maoe menoeloeng orang laki dan perempoean dan anak-anak jang sama moehoen pada Alloh demikian: Toehan hamba ! moedah-moedahan Toehan mengloearkan hamba dari perdieman Makah sini jang isi orang sama beraniaja. Begitoe djoega Toehan moega memberi orang Moeqmin jang mengoewasai dan menoeloeng kepada hamba.

Nah ! sekarang njatalah bahwa perintah Toehan kita orang diwadjibkan menoeloeng kepada barang siapa jang dapat tindesan, hingga mana kita 42 berwadjib perang djoega djika tindesan itoe beloem dibrentikannja.

Setelah menerbitkan tulisan tersebut, Misbach juga membuat gambar

kartun yang berisi gagasan Misbach tentang kondisi petani pesan dasar yang

ingin disampaikan kepada petani, sekaligus peran yang ia rasa wajib dimainkan

dalam memimpin kring Insulinde. Gambar yang dimuat dalam Islam Bergerak

41 Surat kabar Islam Bergerak, 10 Maret 1919

42 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 10 Maretto user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

edisi 20 April 1919 tersebut membuat pemerintah kolonial dan pihak Kasunanan

merasa terganggu.

Gambar 4. Gambar kartun yang dibuat oleh H.M. Misbach dalam Islam Bergerak

(Sumber : Islam Bergerak, 20 April 1919)

Dalam gambar tersebut, Misbach melukiskan bahwa penghisap dan

penindas yang paling kelihatan adalah ”kapitalis” Belanda. Kapitalis menghisap

pipa yang dihubungkan ke perut petani dan berkata: ”Ha! Manis rasanja.”. Selain

itu, kapitalis juga menyerukan kepada pemerintah kolonial untuk membantu

mereka dalam melakukan penghisapan kepada petani, ”Kamoe pegang jang

kras!!! Bijar kami moedah mengisepnjacommit ”.to user Selanjutnya, penindas dan penghisap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

yang setengah kelihatan adalah pemerintah yang dikomandoi oleh Residen

Surakarta. Pemerintah membungkam suara protes dan kegelisahan petani dengan

tangan mencengkeram kepala petani, yang bertuliskan pasal 154 dan 156 hukum

pidana, yaitu pasal yang mengatur kebebasan bicara dan kebebasan pers. Namun,

pemerintah membungkam suara petani bukan hanya karena perintah dari kaum

kapitalis, pemerintah juga ingin menghisap petani dengan pajak. 43

Selain kapitalis dan pemerintah, pihak ketiga yang menjadi penindas dan

penghisap adalah Susuhan Pakubuwana X. Hal tersebut dapat kita baca dari

tulisan di bawah kartun yang berbunyi: ”AWAS!!! Doeloe pakoekoe, sekarang

saoehkoe! Doeloe toewankoe, sekarang njata moesoehkoe!!!”. Kunci untuk

memahami kalimat itu terletak pada kata pakoe, yang berarti Susuhan

Pakubuwana X, pakunya dunia. Jadi, kalimat itu berarti bahwa ia yang sekali

waktu menjadi pakunya dunia, pusat semesta, sunan, sudah menjadi beban berat

yang menghalangi petani membebaskan diri dari kekuasaan penindasan dan

penghisapan kapitalis dan pemerintah. Oleh karena itu, Sunan yang dulu adalah

tuan sekarang musuh. Kartun itu dikerjakan sangat hati-hati karena menunjuk

sistem agraria Kasunanan yang sudah bobrok, di mana kapitalis jelas kelihatan,

pemerintah agak samar terlihat dan sunan sendiri tak tampak. Misbach juga

menuliskan seruan untuk ”Djangan koeatir” kepada petani yang mulai putus asa

pada nasibnya. Seruan tersebut bermaksud sebuah dukungan yang berasal dari

43 Takashi Shiraishi, op.cit.commit, hlm. 200 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

luar dunia petani dan juga Tuhan untuk petani supaya mereka tetap bersemangat

44 untuk melakukan perlawanan.

Gambar 5. Suasana buruh tani di pedesaan Surakarta sekitar tahun 1919

(Sumber : www.kitlv.pictura-dp.nl)

Propaganda yang dilakukan Misbach di bawah bendera Insulinde telah

membuat petani di pedesaan kian bersemangat untuk melakukan perlawanan.

Kring-kring Insulinde di pedesaan terus bertambah kuat. Pemogokan merupakan

sebuah jalan yang banyak dipilih oleh para petani untuk melakukan perlawanan.

Sejak 23 Februari 1919, tepatnya setelah kring Insulinde dibentuk, kuli kenceng di

kelurahan Nglungge bahkan telah melakukan mogok kerja. Mereka mengajukan

tiga tuntutan kepada pemerintah, yaitu mengurangi wajib ronda dan patroli bagi

desa serta negara, membayar kerja wajib memelihara jalan umum, dan

44 Ibid., hlm. 201 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

mewajibkan pejabat desa untuk juga melakukan kerja wajib. Pada awalnya,

pemerintah tidak memenuhi tuntutan tersebut tapi juga cenderung tidak

45 menghalangi pemogokan.

Hal tersebut membuat pemogokan petani semakin meluas. Pada April

1919, terjadi pemogokan petani di Karesidenan Surakarta, terutama di perkebunan

Tegalgondo dan Nglunggge. Di perkebunan Tegalgondo, tempat Insulinde berdiri

di Karangduren dan Klaseman, 170 orang mogok. Mereka menolak kerja wajib

bagi perkebunan, menuntut naiknya glidig, dan menyatakan bahwa mereka adalah

anggota Insulinde. Pada 16 April, kuli kenceng desa Tempel mogok. Lalu pada 20

April, kring Karangduren mengadakan pertemuan dan menanggapi seruan

pemimpin kring supaya ”mengikuti contoh Dimoro”, sembilan puluh kuli kenceng

desa Karangduren pun mogok.46

Pada awal April 1919, Asisten Residen Surakarta sebenarnya telah

memperingatkan Ny. Vogel dan Misbach bahwa pemogokan di Nglunge ilegal.

Setelah petani di Tegalgondo juga melakukan pemogokan, tepatnya pada 19 April

1919, residen mengirim controleur urusan pertanian dan regent polisi Klaten ke

Nglunge untuk memperingatkan para petani. Sebenarnya, di saat Insulinde

Surakarta mengadakan ledenvergadering pada 11 Maret 1919, baik Tjipto

maupun Misbach telah menyarankan secara halus kepada anggota kring Insulinde

untuk menghentikan pemogokan dan melanjutkan kerja wajib.

45 Syamsudin Haris, log.cit.

46 “Rapport”, Mr. 322x/19, dan Cronologische Volgerde, Mr.322x/19, (dalam Takashi Shiraishi, op.cit., hlm.commit 214.) to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

Sejak awal, perkembangan kring-kring Insulinde memang telah berada di

luar kontrol Misbach. Bibit-bibit keradikalan dari para petani pedesaan telah ada

sejak lama, bahkan sebelum Insulinde Surakarta memperluas jangkauannya.

Misbach tidak memiliki cara untuk mengontrol gerakan para petani, bahkan jika

mereka berseru untuk beraksi, Misbach maupun pemimpin Insulinde Surakarta

lainnya tidak diminta demikian. Sebenarnya apa yang dikatakan pemimpin kring

kepada para petani sangat berbeda dengan apa yang diserukan Misbach. Pada

pertemuan-pertemuan, Misbach menyerukan untuk ”Djangan Koeatir”, sedangkan

pemimpin kring berbicara tentang ketidakpuasan petani atas pajak, kerja wajib,

kasepan, glidig, serta berjanji akan menghapus ketidakpuasan itu. Militansi kring-

kring Insulinde terus tumbuh dan hanya memberikan dua pilihan kepada Misbach:

mendukung dan memimpin gelombang keresahan petani atau mundur. Misbach

pun pada akhirnya memilih untuk memberikan dukungannya, karena pilihan

untuk mundur sangatlah mustahil baginya.

Situasi di pedesaan justru kian memanas sejak 19 April 1919. Pemerintah

mulai melakukan penangkapan terhadap para pemimpin kring Insulinde yang

melakukan pemogokan. Pak Ngabid beserta enam pemimpin kring lainnya

diciduk dengan tuduhan mengadakan aksi-aksi ilegal, dan membiarkan

administrasi desa mencabut hak mereka atas tanah komunal. Misbach pun segera

menanggapi hal tersebut dengan mengadakan pertemuan pada 27 April 1919.

Dalam pertemuan tersebut ia menyerang penguasa yang telah menangkap

pemimpin kring dan mendorong petani untuk terus melakukan pemogokan. Para

anggota kring Insulinde pun segera melakukan tuntutan kepada pemerintah untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

membebaskan pemimpin kring yang tertangkap pada sidang pengadilan mereka di

47 landraad Klaten 30 April 1919. Namun, upaya tersebut gagal, pemerintah justru

semakin gencar melakukan penangkapan pada para pemimpin kring lainnya. Para

petani yang melakukan aksi tersebut pun dibubarkan secara paksa. Pemogokan

petani di kring-kring Insulinde pun perlahan mulai lenyap.

Misbach akhirnya mulai terjun secara langsung untuk mendukung

pergerakan para petani pedesaan. Pada saat diundang oleh para pemimpin

Klaseman untuk menghadiri pertemuan peresmian kring tanggal 23 April 1919,

Misbach mulai menyampaikan tekadnya untuk menyerang penguasa. Ketika

pertemuan dibuka, Misbach menyatakan bahwa pertemuan tersebut adalah

ledenvergadering sehingga bisa diadakan tanpa kehadiran polisi dan bahwa polisi

hanya boleh hadir jika memang ”dibutuhkan”. Laporan polisi menggambarkan

pertemuan tersebut:

Pembicara: Misbach (Misbach berkata) Insulinde tiada kemaoean boedjoek2 orang boewat bikin pemogokan pada soeatoe pekerdjaan tetapi orang mesti mengerti

dan merasa apa jang mendjadiken kekoerangan hidoepnja. Tjoema sadja soerat kabar Panggoegah memang ada pemogokan (tepoeh

tangan rame) Ia kemudian bertanya pada anggota apa yang membuat mereka tidak puas. Wirosoekarto dan Martosenomo (Dimoro) mengeluh atas rendahnya

bayaran untuk menanam tembakau dan amat kecilnya upah. Sesudah penjelasan panjang lebar tentang keputusan pemerintah, oleh

mantra atak. Ketua Misbach menyatakan pada anggota mempermaloemkan lid2 perkara permintaannja itoe tjoema tergantoeng ada kekentjengannya orang ketjil sendiri. Sesudah itu ia bicara tentang kerja wajib dan 48 menunjuk pimpinan kring.

47 Surat kabar Persatoean Hindia, 14 Februari 1920

48 Chronologische Volgerde, Mr.322x/19. (dalam Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 218-217) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Setelah pertemuan tersebut, pemogokan petani kembali meluas ke segala

penjuru. Kuli kenceng mogok di ladang tembakau, para pemimpin kring mulai

menyabotase prapat. Sehari setelah pertemuan, H. Bakri, pemimipin Karangduren

dan Wongsosoediro, pemimpin kring Klaseman mengadakan pertemuan di

Kagokan, dan setelah itu kuli kenceng Kagokan mogok. Aksi ini diikuti kuli

kenceng di Wironangan pada 25 April. Pada awal Mei, petani dari tujuh belas desa

mogok di perkebunan Tegalgondo dan menuntut kenaikan glidig. Pemerintah pun

tidak tinggal diam. Terjadi penangkapan besar-besaran terhadap para pemimpin

pemogokan maupun anggota kring Insulinde yang turut serta dalam pemogokan. 49

Pada 7 Mei 1919, Residen A.J.W. Harloff mengadakan sidang darurat

dengan Asisten Residen Surakarta dan Boyolali, kontroleur urusan pertanian, dan

regent polisi, untuk membicarakan langkah-langkah tepat guna mengakhiri

pemogokan. Pada hari yang sama, Misbach, Darsosasmito, dan Gatoet

50 Sastrodihardjo (sekretaris Insulinde Surakarta) ditahan. Berita tentang

penangkapan Misbach dimuat dalam Islam Bergerak pada 10 Mei 1919, sebagai

berikut:

Toean H.M. MISBACH Red. I.B. ketika hari 2 ini boelan djam 12

siang kedatengan toean Commissaris dan toean Wedono Politie boeat priksa soerat-soerat, dan laloe dibawak kekantoor Ass. Resident, djam 2

siang beliau kloewar dari kantoor A.R. teroes dinaikkan auto dengan terhiring 2 Politie londo dimasoekkan di hotel prodeo alias boei, menoeroet bilangnja beliau H.M. Misbach terdakwa toesoek-toesoek.51

49 Takashi Shiraishi, log.cit.

50 Ibid. 51 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 10 Meito user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

Residen Harloff dalam laporannya mengatakan bahwa mogok terjadi

bukan karena ketidakpuasan petani, tetapi akibat dari propaganda Insulinde. Ia

menandaskan bahwa dengan persetujuan pimpinan pusat Insulinde dan pemimpin

afdeling Surakarta, Misbach dengan tidak bertanggungjawab mendalangi

pemogokan, dan juga bahwa para pemimpin Insulinde di bawah petunjuknya

secara sistematis mengorganisir dan menyebarkan pemogokan petani.52 Akan

tetapi, dugaan Harloff tersebut sebagian tidak benar. Misbach tidak terbukti

mendalangi pemogokan. Mogok boleh saja tidak terjadi di perkebunan gula

Klaten, tetapi Harloff lupa begitu saja bahwa mogok adalah bentuk khas protes

petani, sama dengan ngogol. Dengan rendahnya upah di tengah pesatnya laju

inflasi, mogok pasti terjadi di Tegalgondo, tanpa Misbach maupun propaganda

Insulinde.53

E. Tampil Kembali dengan Bendera Sarekat Hindia

Sesaat setelah Haji Misbach ditangkap, kawan-kawannya dalam

pergerakan, baik yang tergabung dalam SATV, Insulinde, maupun

Muhammadiyah mulai mengirimkan seruan protes kepada pemerintah kolonial.

Harsoloemekso dan K.H Achmad Dahlan secara terpisah mengirimkan surat

kawat kepada gubernur jenderal dan meminta supaya Misbach segera dibebaskan

52 Parakitri Simbolon, Menjadi Indonesia. (Jakarta: Kompas, 2007), hlm. 308-309

53 Takasi Shiraishi, op.cit.,commit hlm.218 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

54 atas nama SATV dan Muhammadiyah. Hoofredactuer Islam Bergerak, Koesen

juga menuliskan dalam surat kabar tersebut bahwa Misbach dan aktivis lainnya

dipenjara bukan karena merampok, mencuri, menodong, membunuh, atau menipu,

tetapi justru karena melawan pihak yang bertindak sewenang-wenang atau lebih

55 tepatnya bandit-bandit yang selalu mengganggu kesejahteraan umum. Tjipto

Mangoenkoesoemoe juga menuliskan keprihatinannya atas penangkapan Misbach

dalam Panggoegah 12 Mei 1919. Dalam tulisannya tersebut, ia menyatakan

bahwa saudara laki-lakinya, yaitu Haji Misbach kini telah berada di tahanan

karena keberaniannya membantu rakyat untuk melawan ketertindasan. Tjipto juga

meminta kepada seluruh kaum pergerakan untuk tetap mempertahankan

keberanian dalam menentang kolonialisme melanjutkan posisi Misbach dalam

dunia pergerakan. Tulisan tersebut kemudian juga dikutip dalam De Sumatra Post

edisi 26 Mei 1919.

Aan mijn hoog-geacten jongen broeder Hadji Mas Misbach. Mijn broeder die in de gevangenis is gezet ! Heb genschap als liefde van God, den Hoog-Ver-evene, die U wil zegenen. Maar er is geen zegen van den

Heilige, welke niet gepaard gaat met pijn en ellende. Bekommer U niet over Uw vrouwen en kinderen. Wij zijn verplicht om voor hen te zorgen. Straks wanner de gevangenisdeur open gaat om U nit 56 te laten, zal ik u te gemoet gaan met vlaetjes, bloemen en muziek.

Terjemahan:

Saudaraku terkasih Mas Hadji Misbach. Sauadaraku sekarang sudah dipenjara untuk beberapa hari. Meskipun hukuman bagi saudara saya seolah hukuman bagi saya tetapi saya menanggapinya sebagai kebesaran

54 Surat kabar Islam Bergerak, 20 Mei 1919

55 Surat kabar Islam Bergerak, 20 Juni 1919

56 Surat kabar De Sumatracommit Post, 26 to Mei user 1919 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

dari Tuhan. Tetapi tidak ada restu dari Yang Kudus, yang tidak disertai rasa sakit dan penderitaan.

Kekhawatiran Anda tidak memiliki wanita dan anak-anak. Kita diwajibkan untuk merawat mereka. Kemudian, jika pintu penjara terbuka untuk Anda,

saya akan menyambut dengan vlaetjes, bunga, dan musik.

Penangkapan Haji Misbach beserta lebih dari 80 pemimpin dan anggota

kring Insulinde telah membuat Insulinde Surakarta mulai mengalami kelesuan.

Tjipto Mangoenkoesoemo mulai mengambil alih dan menyetir Insulinde

Surakarta dan kring-kringnya yang mulai rapuh. Ia mencoba memindahkan arena

aktivitas propaganda Insulinde dari pedesaan ke kota Surakarta dan Volksraad di

Batavia. Tjipto juga membangun kerja sama yang lebih erat dengan pemimpin

Insulinde pusat, khususnya dengan Douwes Dekker. Saat itu, Douwes Dekker

telah bersiap untuk mengumumkan rencananya guna mengubah Insulinde menjadi

Nationaal Indische Partij-Sarekat Hindia (NIP-SH) dalam Kongres kaum Hindia

yang dijadwalkan pada 7-9 Juni 1919.

Di bawah kepemimpinan Tjipto, Insulinde Surakarta pun akhirnya

mengalami perubahan arah gerakan. Karakteristik pergerakan Tjipto memang

tidak sama dengan Misbach. Jika Misbach lebih bersikap radikal dan mendukung

para petani untuk melakukan pemogokan guna melawan pemerintah kolonial,

maka tidak demikian dengan Tjipto. Ia bukanlah orang yang dapat mendukung

dan memimpin gerakan protes petani. Sebaliknya, Tjipto adalah orang yang selalu

waspada untuk tidak hanyut dalam kekuatan-kekuatan yang tidak dapat

dikontrolnya. Sebagai seorang anggota Volksraad, Tjipto lebih memilih untuk

menyerang kondisi agraria yang ”busuk” tersebut di Volksraad, dan bukan di

pedesaan. Jadi, arah baru yang commit pada dasarnya to user ia tuju adalah mundur secara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

terhormat, menjauhkan Insulinde dari keterlibatan langsung dalam aksi-aksi protes

57 petani di pedesaan, dan melanjutkan aksi dengan cara lain.

Tjipto memulai langkahnya untuk memimpin Insulinde, yang pada saat itu

telah berubah menjadi NIP-SH dengan cara membuka ”medan temporer” baru

untuk menggantikan tugas Misbach. Ia melakukan kampanye anti-raja melalui

Panggoegah dan Volksraad. Pada awalnya, perubahan arah gerakan yang

dilakukan oleh Tjipto membawa reaksi protes dari anggota-anggota Insulinde

yang radikal. Pada umumnya mereka tidak sepakat dengan pilihan Tjipto untuk

mundur secara terhormat dari pemogokan petani. Namun, justru dengan jalan

tersebut Insulinde Surakarta dapat tetap bertahan di tengah serangan pemerintah

yang telah membuat sebagian besar afdeling Insulinde ambruk. Tjipto

membimbing Insulinde/NIP-SH untuk menuju ke arah perjuangan politik.

Afdeling dan kring-kring Insulinde/NIP-SH mulai bergerak lagi pada Oktober

1919. Rapat umum perdana dari Sarekat Hindia (SH) pun digelar pada 15 Oktober

1919 dengan dihadiri 2000 orang. Soewardi Soerjaningrat dan Tjokroaminoto pun

tampil dalam vergadering tersebut. Keduanya menyatakan harapan adanya kerja

sama antara SI dan SH.

Dalam kondisi itulah, Haji Misbcah dibebaskan oleh pengadilan

bumiputera (landraad) Surakarta pada 22 Oktober 1919. Di kalangan anggota dan

pendukung SH, bebasnya Misbach merupakan peristiwa kemenangan kedua

setelah bebasnya Douwes Dekker oleh Pengadilan Negeri (Raad van Justice)

57 Takashi Shiraishi, op.cit.commit, hlm. 225 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

58 Semarang. Kasus Misbach dibatalkan karena pasal 102 hukum pidana Hindia

yang dikenakan padanya dinyatakan oleh Raad van Justie tidak berlaku bagi

59 pranatan yang dikeluarkan bagi Vorstenlanden. Sesaat setelah Misbach

dibebaskan dari penjara, redaktur Islam Bergerak, Soerjosasmojo menuliskan:

Anam boelan lamanja pahlawan kita dalam pendjara berpisah dengan anak serta isteri, teman serta ra‟jat, pergerakan serta kemadjoean, sebagai boeroeng tioeng dalam sangkar. Anam boelan lamanja saudara kita itoe hidoep dalam ketapaan, karena kehilangan kemerdikaan, disamoen tida beralasan. Soeatoe horloge poen tiada bole terdekat pada badan saudara, sedang horloge itoe amat besar goenanja oentoek penoendjoek waktoe akan melakoekan saringat agama kita Islam ialah berbakti… Saudara itoe seorang ksatrija jang sesoengoehnja tetapi boekan ksatrija sebagai jang kebanjakan ialah kaoem anak radja d.l.s. Djahat benar bangsa kita jang mentjela tenaga ksatrija kita itoe, dan patoet lah diberinja neraka doenia misalnja wedana atau menteri radja…(sic).60

Bebasnya Misbach segera disambut dengan gempita oleh anggota SH

Surakarta. Mereka menyelenggarakan pesta dari malam ke malam yang dihadiri

oleh banyak orang. Potret besar Misbach dipampang di muka, pidato-pidato untuk

menghormatinya bersautan, musik dibunyikan, dan berbagai rupa makanan

dihidangkan. Pemimpin-pemimpin SH Surakarta juga menyewa mobil dan

berparade di muka kantor kabupaten, kantor kepatihan, dan kantor asisten

residen.61

58 Parakitri Simbolon, op.cit., hlm. 602

59 Resident van Surakarta aan GG, 8 Juni 1920, Mr. 661x/20 dalam Takashi Shiraishi, op.cit., hlm 253.

60 Surat kabar Islam Bergerak, 10 November 1919

61 Resident van Surakarta aan GG. 8 Junni 1920. Mr. 661x/20, dalam Takashi Shiraishi, log.cit. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

Misbach pun segera tampil menggantikan Ny. Vogel sebagai pemimpin

SH Surakarta, sedangkan Tjipto menjabat sebagai sekretaris. Semenjak saat itu,

SH Surakarta melakukan propaganda dengan tenaga dan semangat baru melalui

Panggoegah dan Islam Bergerak serta dalam ledenvergadering. Ketika keresahan

buruh meningkat akibat minimnya upah, serikat buruh pun menjadi pemimpin

terdepan dari SH Surakarta. Suhu pergerakan Surakarta pun menjadi kian

memanas setelah para buruh di bawah organisir Toenggal Boedi dan SH

melakukan pemogokan pada akhir 1919. Selain itu, afdeling FPB (Serikat Buruh

Pabrik Gula) yang menjadi barisan terdepan dari gerakan SH Surakarta di

pedesaan juga mengalami perluasan. Pemimpin-pemimpin kring Insulinde yang

ditahan sejak awal 1919 pun mulai dipulangkan ke desa masing-masing pada akhir

1919. Mereka kemudian menjadi pengorganisir afdeling-afdeling SH di pedesaan

Surakarta bersama dengan aktivis-aktivis PFB. Misbach dan para pemimpin SH

Surakarta pun menjadi pendukung dari gerakan afdeling-afdeling SH di pedesaan

tersebut.

Pada tanggal 21 Maret 1920, Misbach memimpin Kongres SH Surakarta,

yang sekaligus menjadi penanda dibukanya babak baru dalam dunia pergerakan.

Kongres tersebut dihadiri oleh seribu orang anggota, Santoso sebagai perwakilan

dari PFB, Mas Marco Kartodikromo mewakili CSI dan SI Semarang, serta

perwakilan dari Muhammadiyah, SATV, Fonds Sama Rasa, SI Delanggu, FPB

afdeling Mojosragen, Bangak dan Delanggu, PPPB, serta beberapa serikat lainnya.

Kongres tersebut berjalan dengan tegang karena dijaga ketat oleh polisi. Bukan

hanya itu, Asisten Residen Surakarta, polisi regent, komisaris polisi, serta petugas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

polisi lainnya pun turut hadir dalam kongres. Selama kongres, tersiar pula kasak-

kusuk bahwa Misbach dan Tjipto akan dibuang akibat pidatonya yang terlalu

keras. Setelah Tjipto sebagai pembicara utama menyampaikan cerita Ki Ageng

Mangir beserta pidatonya yang sekaligus menjadi penentu tema kongres, yaitu

untuk apa SH berjuang dan melawan siapa, Misbach pun segera tampil ke atas

podium untuk menyampaikan pidatonya. Sismadi Sastrosiswojo melaporkan

pidato Misbach tersebut dalam Persatoean Hindia:

S.H. akan melawan dengan sekoeat-koeatnja segala tindesan dan hisapan baik dari fehak mana djoega. Pembitjara menerangkan bahwa S.H. memoedjikan serta mengharap kepada sekalian perhimpoenan ra‟jat Hindia akan berkerdja berat bersama dengan S.H. menjoesoen maksoed mentjapai kemerdekaannja tanah Hindia. … Barangkali zaman sekarang (kata pembitjara) Nabi kita itoe dikatakan orang “Penghasoet” sebagai halnja pemimpin-pemimpin ra‟jat di Hindia di zaman ini, dan selaloe diantjam akan dihoekoem dan diboeang. Akan tetapi sesoenggoehnja (kata pembitjara) djika dibandingkan dengan ksengsaraan nabi kita ketika mendjalankan koewadjibannja memimpin ra‟jat di tanah Arab dizaman dahoeloe itoe, maka bahaja kesengsaraan jang menimpa diri pemimpin-pemimpin ra‟jat Hindia ini, bagi pembitjara di pandanganja masih merasa ringan dan senang; karena pemimpin- pemimpin itoe didalam hoekoeman dan boeangan masih mendapat makan

dan tiada dilempar batoe sebagai halnja Nabi kita. Oleh karena itoelah bagi saudara-saudara kaum Islam jang benar-benar tjinta dan mendjalankan

perentah Igamanja “Islam” tentoe tiada takoet akan masoek ka dalam kalangannja S.H. jang bermaksoed melawan pada segala tindesan, fitnahan, dan penghisapan, karena maksoed S.H. itoelah bersertoedjoean

dengan Igama Islam, hingga tiada lajak poela bila kaum Islam tinggal diam sadja melihat tindesan-tindesan jang menimpa kepada dirinja ra‟jat 62 Hindia.

Kongres tersebut membuat konfrontasi antara SH dengan keraton dan

pemerintah kolonial kian menajam. Polisi dan Narpowandojo, perkumpulan para

62 Surat kabar Persatoean commitHindia, to10 user April 1920 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

Pangeran Kasunanan yang dipimpin oleh Pangeran Hadiwidjojo menebar mata-

mata dalam tubuh S.H. Kasak-kusuk yang menyebar menyatakan suatu isu bahwa

Misbach diam-diam sudah mengorganisir para jagoan dan mengutus mereka untuk

menghabisi nyawa Asisten Residen Surakarta. Semua isu itu menekankan unsur

“rahasia” dalam gerakan Tjipto dan Misbach, tetapi tidak ada jalan untuk

mengetahui apakah memang mereka membuat gerakan yang begitu “rahasia”.63

Sementara itu, situasi yang kian memanas juga terjadi di pedesaan. Para

buruh pabrik gula dan petani yang tergabung dalam SH, PFB, dan SI Delanggu

juga mengancam rust en orde sejak Maret hingga Mei 1920. Arena pusat aksi

front bersama tersebut terletak di perkebunan tembakau dan gula di daerah

Ponggok, Delanggu dan Tegalgondo. Laporan tentang vergadering SI yang

termuat dalam Nieuwe Rotterdamsche Courant menyebutkan bahwa sebuah rapat

umum antara SI dan Insulinde (NIP-SH) telah digelar di Delanggu pada bulan

Februari 1920 di bawah pimpinan Soerjopranoto, Tjipto, dan Misbach.64 Dalam

pertemuan tersebut Misbach kembali menyampaikan pidatonya yang keras untuk

melawan pemerintah:

Maka sekarang ini diadaken perkoempoelan jang di namai S.H. itoe goenanja soepaja orang-orang sama-sama djangan sampai di tindas dan di

peres darahnja oleh lain fihak. Oepamanja orang-orang ketjil itoe toch tida mengerti bila darahnja di isep oleh pemerintah.

Tjoba ingetlah, siapakah jang poenja tanah ini, toch boekan Ratoe atau Gouvernement; maka ada Ratoe atau Governement poenja tanah, toch tidak? Kalau begitoe hidoep kita tergantoeng pada satoe orang sadja dan

ingetkoe lagi: tanah ini doeloe2nja jang punya toch embah2 kita sendiri mendjadi kita haroeslah memikirken kembali itoe tanah. Dan lagi kalau

63 Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 262-263

64 Surat kabar Nieuwe Rotterdamschecommit to user Courant , 1 Maret 1920 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

keradjaan itoe hanjadi sachken oleh satoe orang, jaitoe jang diseboet Ratoe temtoe tida baik, jaitoe temtoe mikir badannja sendiri.

...maka soedara, ajo! Ingetlah, bila tanah ini boekan poenja siapa-siapa, terang bila poenja kita sendiri. Tida boleh tida. Ini tanah temtoe kembali

pada kita lagi. Betoel sehidoep saja ini tanah beloem temtoe kembali pada kita, tetapi saja mati, mendjadi mati satoe temtoe toemboeh sepoeloeh, mati sepoeloeh 65 temtoe toemboeh seratoes…begitu selandjoetnja.

Setelah rapat tersebut, aktivitas propaganda pergerakan di pedesaan mulai

benar-benar dilaksanakan. Gelombang rapat umum terbuka dan ledenvergadering

meningkat. Hal tersebut tentu saja membuat pemerintah merasa cemas akan

kekuatan SH yang kian meluas. Polisi mulai disiagakan untuk mengawasi setiap

pertemuan yang diselenggarakan oleh SH di pedesaan. Mereka mendata nama-

nama anggota SH yang datang dalam vergadering. Tindakan tersebut tentu saja

dikecam oleh Misbach karena telah membuat para petani merasa ketakutan

sehingga menjauhi SH. Anggota-anggota pun memilih untuk bergabung dengan

PFB untuk melakukan pemogokan.

Afdeling-afdeling PFB kemudian mengorganisir rapat umum terbuka

gabungan dengan SH, SI Delanggu, dan PFB di desa Sawahan pada tanggal 4

April 1920. Misbach dan para pemimpin lain mengarahkan rapat terbuka itu ke

masalah yang bisa membuat penduduk mampu menekan rasa takut mereka

terhadap penguasa dan membuat rasa ketakutan itu menjadi basis solidaritas baru.

Misbach mencaci dan menghina aturan pemerintah, seperti pembelian padi,

monopoli garam, denda, tambahan polisi dan keadaan rumah-rumah tahanan di

65 Surat kabar Persatoean commitHindia, to18 user September 1920 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

66 depan 2100 orang. Dalam kawat yang dikirim kepada gubernur jenderal, residen

menggambarkan Misbach pada rapat umum gabungan tersebut:

Vergadering gabungan SH, SI, dan PFB tanggal 4 April di Delanggu itu dihadiri oleh 2200 orang. Di sini Misbach membeberkan bahwa pemerintah telah membeli beras seharga 9 gulden dan menjualnya ke

orang kecil seharga 18 gulden. Ia kemudian bertanya siapa yang mengantongi untung dan semua perserta vergadering berteriak, pemerintah, pemerintah. Pemerintah memproduksi garam murah dan menjualnya mahal ke orang kebanyakan. Siapa yang mengantongi, hadirin berteriak pemerintah, pemerintah. Pemerintah terus memperluas jaringan polisi. Siapa yang membiayai. Massa berteriak, orang kecil, orang kecil. Dengan ekspansi polisi penjara jadi penuh dan tahanan dipaksa membuat berbagai jenis barang yang kemudian dijual pemerintah. Siapa mengantongi keuntungan, kerumunan berteriak, pemerintah, pemerintah.67

Pidato Misbach tersebut telah berhasil menanamkan keberanian kepada

para petani. Aksi pemogokan dan rapat umum pun kian ramai di gelar di

pedesaan. Dengan aksi pemogokan PFB dan meningkatnya gelombang rapat

umum dan vergadering, perlahan tali kendali penguasa atas rust en orde

melonggar. Hampir tiap hari ledenvergadering diadakan dan kadang berkali-kali

dalam satu waktu. Para pemimpin SH, PFB, dan SI Delanggu dengan penuh

kemenangan telah menguasai rapat-rapat umum tanpa diganggu oleh polisi. Petani

dan buruh yang merasakan kebebasan dan solidaritasnya dalam rapat-rapat umum

66 Surat kabar De Sumatra Post, 15 Juli 1924

67 Residen van Surakarta aan GG. Telegram aangeboden te Surakarta, 11 Mei 1920. Vb. 10 September 1920, No. 22. (dalam Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 269) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

itu bergabung dengan SH dan SI Delanggu dan kian berani menantang

68 penguasa.

Memasuki pertengahan tahun 1920, kondisi di pedesaan Surakarta kian

bertambah revolusioner, pemogokan semakin sering terjadi dan kian meluas.

Sebelumnya, pada September 1919, Mangoenatmojo, anak buah Misbach telah

mendirikan Islam Abangan (Sarekat Abang/Sarekat Merah).69 Awalnya,

organisasi tersebut hanyalah perkumpulan santri-santri yang tidak memiliki

bentuk. Namun, setelah pengaruh SH meluas, Sarekat Abang justru menjadi basis

anggota dari organisasi pimpinan Misbach tersebut.

Situasi di pedesaan Kasunanan yang kian memanas tersebut membuat

posisi Residen Harloff semakin terpojok. Desakan-desakan dari pihak perkebunan

terus mengalir guna meminta supaya pemerintah mengambil tindakan tegas untuk

mengakhiri kekacauan buruh yang kian meluas. Pada tanggal 11 Mei 1920,

akhirnya Harloff mengirim kawat panjang kepada gubernur jenderal dan

mengusulkan pencabutan hak berkumpul di karesidenan Surakarta. Pada 19 Mei

1920, Raad van Indie (Dewan Hindia) bersidang dan menyetujui usulan Harloff

untuk membatalkan hak berkumpul di keresidenan Surakarta. Pada saat itu,

Asisten Residen Klaten menangkap para pemimpin SH, SI, dan PFB. Pada tanggal

16 Mei 1920, Misbach pun akhirnya ditangkap di stasiun NIS Balapan ketika

68 Laporan-laporan tentang Gerakan Protes Di Jawa Pada Abad XX.

Penerbitan Sumber-sumber Sejarah. (Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia,

1981)

69 George Larson, Masa Menjelang Revolusi: Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta, (Yogyakarta:commit Gadjah to Mada user University Press, 1990) hlm.176 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

70 hendak melanjutkan tur propagandanya ke Kebumen. Misbach ditangkap dan

71 dipenjarakan di Tarukan karena spreekdelict. Tjipto pun segera mengeluarkan

sebuah deklarasi atas nama SH Surakarta dalam Panggoegah edisi 17 Mei 1920.

Jika terompet menggema untuk perjuangan. Dan kentongan dan beri

lantang terdengar. Batoro Kolo meminta korban. Saudara Mas Hadji Misbach 16 Mei 1920 sekali lagi dalam penjara. Pejuang SH, Bersatulah! Telur-telur dalam sarang yang sama satu pecah, yang lain pun pecah. Kita harus tunjukkan keikutsertaan kita. Ini dadaku: mana dadamu?72

Setelah Misbach ditangkap, hawa panas pada pergerakan politik di

Surakarta pun mulai lenyap. Pemogokan-pemogokan petani mulai padam. SH

secara perlahan namun pasti juga mengalami kehancuran karena sebagian besar

pemimpinnya telah ditangkap. Kehancuran SH, SI Delanggu, dan PFB di

pedesaan belum membuat Residen Harloff merasa puas. Ia tetap menganggap

bahwa Tjipto dan Misbach bertanggung jawab atas semua kekacauan di Surakarta.

Harloff menginginkan Misbach dan Tjipto ditahan di pos terpencil di luar Jawa

sehingga tidak dapat lagi melakukan kekacauan. Oleh karenanya, pada 8 Juni, Ia

mengirm laporan panjang kepada gubernur jenderal, mengusulkan pemberlakuan

73 Pasal 47 Regeerings Reglements untuk ”perlawanan” Tjipto dan Misbach.

Menanggapi usulan tersebut, akhirnya Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum

memberikan perintah bagi Tjipto untuk meninggalkan Surakarta dan melarangnya

70 Resident van Surakarta aan GG. 8 Juni 1920, Mr. 661/20, dalam Takashi Shirasi, op.cit., hlm. 282.

71 Surat kabar De Sumatra Post, 15 Juli 1924

72 Surat kabar Panggoegah, 17 Mei 1920, dalam Takashi Shiraishi, log.cit.

73 Takashi Shiraishi, op.cit.commit, hlm. 287 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

tinggal di daerah yang berbahasa Jawa untuk selamanya. Sedangkan Misbach,

tetap ditahan di dalam penjara Tarukan selama dua tahun.

Selama berada dalam penjara untuk waktu dua tahun, Misbach tetap

melakukan propagandanya. Dalam Gvts, besluit tanggal 27 Juni 1924 No.12 yang

dimuat dalam majalah Hidoep, pemerintah menuduh bahwa Misbach telah

melakukan propaganda selama dalam penjara bagi suatu kongsi penjahat, yang

maksudnya akan merampok dan mengecu serta membakar bangsal dan kebun

tebu.74 Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penahanan Misbach dan

pengasingan Tjipto telah membuat iklim pergerakan di Surakarta melemah. SH

Surakarta pun dengan segera mengalami kehancuran.

74 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

AKHIR PERGERAKAN: KONFLIK DALAM UPAYA

MEMPERTAHANKAN PEMIKIRAN POLITIK

HAJI MISBACH 1922-1926

A. Tampil Kembali dalam Panggung Pergerakan

Banyak perubahan yang terjadi pada iklim pergerakan di Surakarta selama

Misbach berada dalam penjara. Zaman pemogokan telah berakhir, sedangkan

zaman partai dan zaman reaksi pun dimulai. Sarekat Hindia telah hancur, SATV

juga sudah tidak bernyawa lagi. Sebagian besar mubalig SATV telah bergabung

dengan Muhammadiyah dan menjadikan organisasi tersebut sebagai

Muhammadiyah afdeling Surakarta. Dua surat kabar milik Misbach pun turut

mengalami perubahan. Jika pada awalnya Medan Moeslimin dan Islam Bergerak

selalu menerbitkan artikel yang menyerang Muhammadiyah, kini surat kabar itu

menunjukkan sikap yang lebih pro terhadap organisasi pimpinan K. H. Achmad

Dahlan tersebut. Satu-satunya hal yang tidak berubah adalah pencabutan hak

berkumpul, sehingga aktivitas pergerakan politik di Suarakarta kian padam.

Sementara itu, perpecahan dalam tubuh SI kian menajam seiring dengan

semakin kuatnya pengaruh Komunisme pada para aktor pergerakan di dalamnya.

Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sebenarnya telah terbentuk sejak 1914

sebagai kelanjutan dari ISDV, memiliki pengaruh yang semakin kuat saat

dimulainya zaman partai. Sejak tahun 1916, PKI telah melakukan aliansi dengan commit to user SI untuk memperluas pengaruhnya. Pada awalnya PKI jelas bermaksud 96

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

membentuk sekelompok elite kecil yang beroperasi sebagai sebuah sel di dalam

tubuh massa SI. Ini tampaknya salah satu usaha pertama partai komunis untuk

menginfiltrasi partai lain dan membentuk sel-sel di dalam tubuh organisasi itu

sebagai alat untuk mengembangkan propaganda dan sarana untuk berhubungan di

1 antara massa mereka.

SI Semarang di bawah pimpinan Semaoen telah tumbuh menjadi sebuah

basis dari pergerakan SI yang berhaluan Komunisme. Pengaruh Komunisme

dalam tubuh SI pun kian lama kian meluas. Oleh karena itu, munculah ide dari

para pemimpin SI untuk melakukan disiplin partai.2 Prinsip discipline (disiplin

partai) yang merupakan hasil dari Konggres CSI khusus bulan Oktober 1921

tersebut memberlakukan peraturan bahwa seorang pengurus CSI tidak dapat

merangkap sebagai anggota organisasi lain. Tujuan utama dari peraturan tersebut

adalah untuk memurnikan SI dari pengaruh Komunisme. Sejak saat itu garis tegas

antara fraksi merah dan SI putih pun terwujud. 3 Fraksi Merah (SI Merah) berada

di bawah kendali PKI, sedangkan SI Putih merupakan pendukung Tjokroaminoto.

1 Mints, Jeanne S, Muhammad, Marx dan Marhaen (akar sosialisme di Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm.58-59

2 Munculnya dua "haloean" di lingkungan SI terjadi seiring dengan berlangsungnya dua peristiwa pada tahun 1918. Di satu pihak, serangkaian pemogokan yang dilancarkan SI Semarang, dan di lain pihak, apa yang disebut

Tentara Kandjeng Nabi Moehammad (TKNM)

3 Soewarsono, Berbareng Bergerak: Sepenggal Riwayat dan Pemikiran Semaon, (Lkis: Yogyakarta, 2000),commit hlm.87 to-88 user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

98

Pada situasi itulah Hadji Misbach dibebaskan dari penjara Pekalongan,

4 tepatnya pada tanggal 22 Agustus 1922. Pada hari itu juga ia kembali ke

rumahnya di Kauman dan harus menyaksikan kelesuan pergerakan di Surakarta.

Kebebasan Misbach disambut meriah oleh Panggoegah yang menyebutnya

sebagai “prajurit Islam” dan Islam Bergerak yang menyebutnya sebagai

“pahlawan”.5 Sambutan tidak hanya datang dari rekannya di pergerakan. Residen

Van der Marel pun mengundang Misbach ke rumahnya dan memberikan nasehat

supaya tidak bergerak di dunia politik dan melakukan propaganda di pedesaan

lagi.6 Oleh karena itu, sekembalinya di Surakarta, Misbach tidak dapat bergerak

bebas dalam dunia politik karena selalu diawasi oleh pemerintah. Procureur

Generaal menyebut Misbach sebagai satu di antara sepuluh tokoh penting

pergerakan yang harus diawasi pemerintah. Sejak hari pembebasannya, ia selalu

diawasi oleh recherchuers di bawah perintah van der Lely.7

Selama beberapa waktu setelah dibebaskan, Misbach masih mengambil

sikap netral terhadap perselisihan CSI dan PKI. Misbach mencoba mempelajari

apa yang telah terjadi selama ia berada di dalam penjara dengan membaca

terbitan-terbitan lama Medan Moeslimin dan Islam Bergerak. Selain itu, Misbach

juga bertemu dengan Soewardi, mentor kelompok Panggoegah di Yogyakarta,

4 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-

1926, (Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1997), hlm. 343

5 Surat kabar Islam Bergerak, 1 September 1922

6 Surat kabar Medan Moeslimin, September 1923

7 Procureur Generaal (Wolter Muller) aan GG (Gock). 18 November 1922. Mr. 1225x/22. Dalam Takashi Shiraishi.commit op.cit., to user hlm. 343 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

99

berbincang dengan Tjipto dan Douwes Dekker di Bandung, dan tinggal dengan

Semaoen di Semarang. Selain itu, Misbach juga bergabung dengan Tjokroaminoto

untuk menghadiri dan berbicara dalam rapat-rapat umum SI lokal. Pada suatu

rapat umum di Kebumen 30 September sampai 2 Oktober 1922, Misbach

berbicara tentang persamaan manusia di hadapan Tuhan, menceritakan

pengalamannya di penjara dan pelajaran yang bisa ditarik dari situ.8

Namun, sikap netral Misbach tidak dapat bertahan lebih lama lagi,

terutama setelah ia banyak mempelajari tentang kondisi pergerakan politik pada

saat itu dari rekan-rekannya. Selain pertikaian antara CSI dan PKI, Misbach juga

melihat adanya perselisian antara bekas mubalig SATV yang dipimpinnya dengan

Muhammadiyah. Perselisihan tersebut terkait persoalan sikap Muhammadiyah

dalam politik dan apa yang harus dilakukan seorang “Islam sejati” di dalam

pergerakan. Di tengah kondisi tersebut, Misbach akhirnya mengambil-alih jabatan

hoofdredacteur Medan Moeslimin dan Islam Bergerak pada bulan Oktober 1922.

Ia mulai memutuskan langkah apa yang harus dilakukan sebagai Islam sejati dan

posisi yang harus diambil terhadap Muhammadiyah serta dunia politik. Misbach

pun menerbitkan artikel pertamanya pasca dipenjara dalam Medan Moeslimin

edisi 15 Oktober 1922 berjudul Asslamoe’alaikoem Waroeh matoe’Lohi wa-

barekatoeh:

Hai saudara dan toean-toean pembatja M.M: teroetama saudara kaoem

moeslimin! Ketahoeilah kami terpisah kepada kekasih kami M.M. dan I.B. sehingga 2 tahoen 3 boelan lamanja, itoe sesoenggoehnja kami menjesel sekali. Adapoen sebab-sebabnja tidak oesah kami terangkan, toean-toean

telah mengetahoei sendiri. Kendatipoen kami mendjalani hoekoeman

8 Ibid. hlm 346 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

100

sekijan lamanja, jang sesoenggoehnja hoekoem dalam itoe atas pemandangan oemoem terpandang soesah dan mendjadikan keroesaan

bagai diri sendiri dan anak biniknja, akan tetapi oentoek pikiran kami boekan apa apa,begitoe djoega sebaik-baiknja, kasenangan dan kanikmatan

hidoep dalam doenia itoe djoega boekan apa-apa. Manoesia hidoep dalam doenia itoe, djikalau memang merasa dititahkan mendjadi manoesia dan tidak hilang perasaannja kemanoesiaan lebih poela jang mengakoe

moekmin dan Islam moesti soeka mendjalankan kabenaran dan kebranian, bersikap jang demikian itoe kami mengoewatkan sekali sebab kami menilik dari rasa ajat-ajat alkoran. Kami mendapat kejakinan, bahoewa djalannja manoesia jang di hanggap s‟lamat hidoep dalam doenia samapi achirat itoe, jalah djalan kita manoesia jang tidak meleset dari djalan kebaikan, kebenaran dan keadilan, didjalankan dengan fikiran jang merdika, djoega berani mengoerbankan tingkah lakoe, fikiran, harta benda dan njawanja djoega, lebih poela oentoek pengarang-pengarang dan pemimpin-pemimpin Islam, sahingga berani melahirkan fikirannja dalam vergadering dan di soerat-soerat chabar jang beralesan ajat alqoran, akan tetapi ajat alqooran jang diterangkannja itoe kebanjakan sengadja boeat pameran sahadja, boektinja tidak soeka mendjalankan sendiri, sehingga sifatnja pengakoean moekmin dan Islam, sebagi sifatnja kaoem moenafek sahadja. Lantaran dari keterangan jang terseboet, kami harep saudara jang mengakoe dirinja sendiri saorang moekmin dan Islam, teroetama sekalian pemimpin-pemimpin Islam, harep soeka memperhatikan keterangan kami jang terseboet di atas. Awas saudara awas! Djikalau ada saorang jang mengakoe ataoe menjeboet dirinja seorang moekmin dan Islam, teroetama pemimpinnja, tapi misi ada jang bersifat moenafik, djangan sampai kaget, moesti akan menerima tendangan dari saja.9

Tulisan perdana Misbach tersebut merupakan sebuah titik awal

kembalinya Misbach dalam pergerakan sekaligus tanda perselisihannya dengan

Muhammadiyah. Dalam tulisan tersebut dengan sengaja Misbach menantang

pemimpin-pemimpin organisasi Islam yang bersikap munafik, yang kemudian

juga ia sebut sebagai Islam lamisan. Tulisan tersebut merupakan sebuah sindirian

untuk pemimpin Muhammadiyah yang dianggapnya enggan turun dalam

pergerakan unuk membela rakyat yang tertindas. Misbach bahkan tak segan

9 Surat kabar Medan Moeslimincommit, 15 to Oktober user 1922. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

101

mengancam akan ”menendang” orang-orang mukmin, terutama pemimpinnya

10 yang mengaku Islam tapi masih bersikap munafik.

Setelah itu, Misbach juga lebih memperjelas posisinya dalam pergerakan

politik serta sikapnya terhadap para Islam lamisan dalam tulisan Pembarisan

Islam Bergerak: Sikap Kita.

Sebeloemnja hendaklah diketahoei lebih dahoeloe, betapakah nasibnja ra‟jat djajahan seperti di Hindia ini. Ra‟jat djajahan itoe, jalah boleh di ertikan ra‟jat perboedakan; segala peratoeran menoeroet sebagaimana kehendak toewannja, baik jang beragama Boedha, Kristen, Islam, dan l.l.s. sekalipoen peratoeran itoe banjak djoega jang tiada sesoewai dengan kemaoean ra‟jat, ataupoen bertentangan dengan kehendak agamanja, diharoeskanlah dan malah wajib mereka itoe memeloeknja; Inilah jang menjebabkan kita misti fikir lebi dalam. ...Menilik hal-hal jang terseboet diatas, bisakah kaum moeslimin di Hindia ini mendjalankan kehendak Islam jang sebenarnja djika kemerdekaan kita itoe masi terikat dalam tangan kemodalan ataoepoen dengan kekoewatannja goena membebaskan sebab-sebab tersebut. Tebaklah hei toean-toean pembatja! Agama Islam berkembang di Hindia, agama Islam bararoem gandanja di seloreoh Hindia, begitoe kata orang jang baroe birahi kata-kata, sehingga perkoempoelannja kaum modal poetih merasa perloe mendiriken perkoempoelan Islam dinamaken Djamitoel Kasanah, kaum modal Djawa di namaken Mohammadijah (M.D.) langkah dan tradjangnja 2 perserikatan itoe tida berbeda, jang dipentingken menjiarken agama Islam dengan tida

memerangi fitnah, walaoepoen jang ditindas tinggal tertindas, dan jang menindas tinggal menindas, en toch tidak ambil moemet asalkan soedah menjiarkan agama; malahan sebagaimana telah beroelang-oelang 11 dikabarken di I.B. sini ada djoega jang mendjadi rentenir.

Misbach mulai membicarakan tentang keadaan rakyat yang tertindas

akibat ulah para kapitalis di zaman modal. Ia menyerukan kepada umat muslim

untuk berani mengambil tindakan perlawanan demi menolong rakyat yang

10 Surat kabar Medan Moeslimin, 15 Oktober 1922.

11 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 20 Novemberto user 1922. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

102

tertindas. Namun, hal yang membuat Misbach lebih merasa terusik adalah

keberadaan kaum muslim munafik yang tidak mau melakukan perjuangan untuk

membela rakyat. Ia bahkan tidak segan-segan menyebutkan nama Muhammadiyah

secara terang-terangan sebagai golongan munafik tersebut. Perselisihan Misbach

dengan golongan Islam lamisan tersebut juga dilatarbelakangi oleh kedekatannya

dengan paham Komunisme. Antara pembebasannya dari penjara pada akhir tahun

1922 dan pengasingannya ke Irian pada bulan Juni 1924, Haji Misbach

menyebarkan Komunisme Islam di wilayah Surakarta.12

B. Perpecahan dengan Muhammadiyah

Hubungan antara Misbach dan Muhammadiyah semakin merenggang

setelah ia menerbitkan dua tulisannya tersebut. Misbach terus saja melakukan

serangan terhadap Muhammadiyah dan seluruh golongan mukmin munafik yang

dianggapnya telah menghianati agama Islam. Dalam pandangan Misbach, mereka

yang mengaku mukmin dan Islam, tetapi tidak berjuang melawan fitnah

Kapitalisme, dan imperialisme adalah munafik. Menurutnya, orang munafik jauh

lebih berbahaya daripada penguasa dan kapitalis yang jelas-jelas musuh kita,

karena orang munafik dapat memperdaya kita untuk melawan Kapitalisme dan

Kolonialisme.

12 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993), hlm 265

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

103

Setelah kembali dalam dunia pergerakan pada bulan Oktober 1922,

Misbach segera melakukan tindakan untuk ‟menendang‟ orang-orang yang

dianggapnya munafik. Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan tidak

mengirim delegasi dari Medan Moeslimin dan Islam Bergerak untuk hadir dalam

kongres Al Islam yang diadakan oleh Tjokroaminoto dan Agus Salim di Cirebon

dan mencela kongres tersebut sebagai TKNM kedua.13 Selain itu, Misbach juga

telah mengirimkan surat kepada staf Medan Moeslimin dan Islam Bergerak

dengan maksud menanyakan kesanggupan mereka untuk mengorbankan

segalanya dalam berperang melawan fitnah. Sebagian anggota Muhammadiyah,

diantaranya adalah K.H. Achmad Dahlan, H. Fachrodin, dan Soedjak, memilih

untuk mundur dari kepengurusan surat kabar tersebut. Mundurnya anggota

Muhammadiyah dari surat kabar tersebut menandai dimulainya perpecahan antara

Misbach dengan Muhammadiyah.

Beberapa anggota putihan Muhammadiyah yang memiliki komitmen

politik memilih untuk tetap bergabung dengan Misbach dan membentuk sebuah

kelompok sendiri. Namun, mereka sesungguhnya tidak menganggap dirinya

sebagai kelompok pecahan melainkan sebagai Muhammadiyah sejati. Sebaliknya,

mereka menilai bahwa Dahlan dan anggota lain yang memilih mundur dari dunia

politik bukanlah Muhammadiyah sejati. Muhammadiyah dalam bahasa Arab

berarti pengikut Nabi Muhammad. Dalam pandangan Misbach, satu-satunya cara

untuk mengikuti Nabi Muhammad di zaman modal adalah dengan melawan

Kapitalisme. Misbach pun menuliskan komentarnya atas keluarnya Dahlan dalam

13 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 20 Novemberto user 1922 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

104

Verslag Medan Moeslimin dengan menyebutnya telah menghianati Alquran

karena tidak bertindak sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad.

Nah, sekarang toean-toean pembatja bisa fikir sendiri, soedah terang sekali bahwa H.A. Dahlan dan sikap Moehammadija pada waktoe sekarang ini perloe memboeang IMAM kepada Al-QOERAN, bisa djoega

H.A. Dahlan menjalahkan sikapnja Kandjeng Nabi Moehammad, sebab Kandjeng Nabi tidak soeka mendjilat kepada orang moesrjik di Mekkah, hingga sampai mendjadikan kesoesaan anak-binik dan orang banjak, lantaran beliau lari dari Mekkah ke Madinah.14

Serangan Misbach bersama rekan-rekannya di Islam Bergerak dan Medan

Moeslimin kepada Muhammadiyah tidak berhenti sampai di situ. Hingga

memasuki tahun 1923, Misbach masih terus melancarkan serangannya kepada

organisasi di bawah pimpinan Dahlan tersebut. Dalam Pembarisan Islam

Bergerak: Kepada Moehammadijah, kubu Misbach kembali memberikan

tendangannya kepada Muhammadiyah karena selama ini tidak mau diberi

peringatan. Islam Bergerak juga menyebut-nyebut bahwa Muhammadiyah telah

membungakan uang atau menjadi rentenir.

Pembatja kita telah ma‟loem, bahoewa soerat-soerat chabar baik s.k. Melajoe maoepoen soerat chabar Djawa, masing-masing soedah memberi

tendangan kepada perserikatan Moehammadijah, tentang adanja Hoofdbestuur M.D. soedah memboengakan oeang (renten) kepada Hoofdbestuur P.P.P.B. Setelah I.B. kita member tendangan lebi doeloe

kepadanja….. Saudara !! Sesoenggoehnja I.B. kita itoe memberi nasehat kepada M.D.

itoe dengan baik-baik, dan bersoetji hati, artinja: boekan terbit dari kebentjiannja I.B. kepada M.D. sebab I.B. kita berdiri di medan kebenaran, sedang I.B. mengingat djoega kepada firman Toehan demikian:

Wadzakkir fa’ innadz dzikro tanfa’oelmoeminien. Artinja koerang lebih begini: haroeslah kamoe mengingatkan. Sebab peringatan itoe bisa mendjadi manfaat kepada orang moe’min sekalian.

14 Surat kabar Medan Moeslimincommit, No.24 to user 1922. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

105

Nah ! sekarang kami menilik firman Toehan jang terseboet diatas itoe, lantaran peringatan itoe bisa memberi manfaat kepada moe‟mien, maka

I.B. memberi peringatan kepada M.D. tidak sekali-kali mendjadikan manfaat, tandanja M.D. masih teroes berdjalan begitoe. Apakah Qour‟an

ada bohong? (artinja peringatan itoe tidak bisa memberi manfaat pada moe’min) ataukah M.D. juga tidak beri‟man?, maar kami jakin bahasa Qour‟an tidak sekali-kali bohong : Oleh karena M.D. tiada soeka diberi 15 ingat, maka sekarang diberi tendang.

Kelompok pendukung Muhammadiyah pun tidak ingin tinggal diam dalam

menanggapi serangan Misbach yang datang secara bertubi-tubi tersebut. Pada 1

April 1923, Koesen membalas serangan Misbach dengan menuliskan artikel

berjudul Menoendjoekkan kesalahan dalam Islam Bergerak. Artikel tersebut

menguraikan kesalahan-kesalahan Misbach tentang pandangannya terhadap

Muhammadiyah. Koesen menyatakan ketidaksetujuannya pada sikap Misbach

yang ingin menjatuhkan Muhammadiyah. Koesen menuliskan:

Oleh karena manoesia itoe beragama, djadi maksoednja t. H. Misbach hendak menghantjoerkan (meroesak) Md. itoe saja tidak moefakat. Pendapatan saja pengandjoer Md. jang toean rasa mengadoeng bidji P.E.B. sadja haroes divoorstel disingkirkan dari kalangan Md. (Saja moefakat dengan sikap t. A. Dasoeki). Ingatlah toean akan pepatah: “Hendak

memboenoeh tikoes djanganlah membakar roemah.” …

Toean H. Misbach hendak meroesak perkoempoelan jang hendak memperloeaskan agama Islam, soedah barang tentoe orang-orang jang segan (aras-arasen Dj.) mendjalani perinta agama laloe ssama mendjaoehi

terkadang malah membentji akan agamanja Islam. (Seorang dari sahabat saja serta membatja serangan t.H. Misbach kepada Md. laloe tidak soeka

membatja boekoe agama keloearan Md. sedang tadinja ia soeka). Inilah namanja t. H. Misbach membakar roemah, meskipoen perboetannja itoe tidak disengadjanja.16

15 Surat kabar Islam Bergerak, 10 Januari 1923

16 Surat kabar Islam Bergeracommitk, 10 Januari to user 1923 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

106

Setelah terbitnya tulisan Koesen tersebut, Misbach juga menjadi bahan

perbincangan dalam Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada April 1923. Ia

mengusulkan supaya Muhammadiyah berganti nama menjadi Perserikatan Ra‟jat

atau Perserikatan Manoesia. Komite Bestuur Muhammadiyah pun menolak

usulannya, dengan mengatakan bahwa isinya tidak masuk dalam agenda kongres.

Misbach hanya didukung oleh sedikit orang dalam kongres tersebut. Bahkan

peserta kongres yang memusuhinya menyuruhnya turun dari podium di tengah-

tengah pidatonya. Namun demikian, ia tetap dapat mengakhiri pidatonya dengan

kemampuan luar biasa dan sama sekali tidak terganggu oleh suara-suara yang

mengganggunya. Ia selalu tampil sebagai seorang prajurit Islam, dan ini tidak

pelak mempengaruhi sikap komite Bestuur yang diserang Haji Misbach.17

Pidato yang disampaikan Misbach dalam kongres tersebut memang telah

berhasil membuat Hoofbestuur Muhammadiyah merasa cemas. Ia telah

menunjukkan sikapnya sebagai seorang prajurit Islam yang tengah berjuang

melawan golongan muslim yang munafik. Namun, serangannya tersebut tidak

berhasil membuat anggota Muhammadiyah merasa simpatik dan memutuskan

bergabung dengan gerakannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, serangan itu

juga memperkuat sikap anggota yang memiliki komitmen kuat dengan

Muhammadiyah. Oleh karena itu, pertentangan antara Misbach dan

Muhammadiyah justru bertambah tajam.18

17 Verslag der jaarvergadering van de vereniging Mohammadijah van 28 Maart-April 1924. Mr. 644x/24, dalam Takashi Shiraishi, op.cit., hlm. 368.

18 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

107

Ketika Misbach dan rekan-rekannya di Islam Bergerak condong ke arah

komunis, serangan yang dilancarkan kepada Muhammadiyah pun menjadi kian

sengit. Artikel-artikel yang termuat dalam Islam Bergerak menjadi kian keras

mengkritik Muhammadiyah yang dianggap telah menghianati Al-Quran dan juga

Nabi Muhammad. Muhammadiyah dituding telah mendukung kapitalis, dengan

menjadi rentenir. Organisasi tersebut, menurut kelompok Misbach lebih

mementingkan keuntungannya sendiri. Sebuah artikel berjudul Muhammadijah

Menipoe koer’an dan chadis ? ? ? yang dimuat dalam Islam Bergerak edisi 1 Juni

1923, dengan keras menyebutkan:

Bahkan tiada djaoeh dari oekoeran mengaboei mata orang, nas koer‟an dan chadis diperpandjangkan sebagai karet, boeat memboeroe nafsoe dan kamorkaaan doenia, memberi boekti pada kita patoet sekali kaoem Mohammadijah takoet pada elmoe Communisme, sebab Iama Islam maoe diadjoekan dalam doenia kemodalan, di sini kita akan tjobak membikin pemandangan boeat mengoeboer atas tipoeannja H.B. Mohammadijah tentang renten dan pembrian djawaban atas pertanjakannya saudara Sismadi Sastrosiswojo. … Boektinja Mohammadijah mendjoendoeng koer‟an chadis dan Igama Islam dan memberi didikan djalan rente of caram atau riba sebagai

pindjeman P.P.PB. pada M.D. itoe sekarang telah dioekiri semata-mata, tetapi bagai orang jang sehat pikirannja berboeat riba itoe M.D. jang

mendjadi sebabnja itoe riba, itoe oeang boekan kepoenjaan M.D. tetapi oeang sebagai M.D. jang djadi banknja (jang djadi pelantarannja melakoekan itoe riba).

Begitoelah tjaranja M.D. jang mendjoendjoeng koer‟an dan Igama Islam? Bolehnja member pimpinan pada laden mendjoeng koer‟an itoe perkataan

percis peroempamaan ini: Hai ! Kaoemkoe en ledenkoe, kamoe djangan soeka merentenkan atau Riba ! bawaklah oeang kamoe kemari sajalah jang djadi pelantarannja, sebab saja nanti bisa mengolah itoe renten jadi 19 “Fadlah”.

19 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 1Juni to 1923user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

108

Dalam tulisan tersebut, telah disinggung persoalan pertentangan

Muhammadiyah dengan paham Komunisme yang telah dianut oleh Misbach dan

rekan-rekannya di Islam Bergerak. Nama penulis pada artikel tersebut bahkan

telah diinisialkan sebagai “Santri-Komunis”. Perpecahan yang kian tajam antara

Misbach dan Muhammadiyah pun tidak dapat dihindari lagi. Misbach yang

melihat adanya kesesuaian antara paham komunis dan Islam menghendaki kaum

muslimin bergerak berjuang melawan Kapitalisme. Ia terus menyerang setiap

golongan yang tidak dapat menerima ajaran Komunisme dan turun berjuang

melawan Kapitalisme. Muhammadiyah tidak setuju dengan pandangan Misbach

tersebut. Mereka menganggap bahwa pandangan Misbach tentang Islam dan

Komunisme tersebut salah, dan telah mencemari ajaran Islam.

C. Perseteruan dengan CSI

Perpecahan yang terjadi antara Misbach dengan Muhammadiyah sejak

tahun 1922, pada awalnya tidak terjadi dalam hubungannya dengan CSI. Sejak

November 1922 hingga Januari 1923, Misbach bahkan masih menghadiri dan

bicara dalam rapat-rapat umum SI lokal. Ia menentang disiplin partai dan

menyatakan perlunya mempertahankan kesatuan SI. Misbach juga mulai berbicara

tentang kesesuaian prinsip antara Islam dan Komunisme, sehingga tidak ada yang

salah dengan sikap netral PKI terhadap agama, sebab itu berarti tidak

menggunakan agama sebagai topeng.20 Namun, harapan Misbach untuk

menyatukan SI dalam upaya melawan Kapitalisme dan Imperialisme tersebut pun

20 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 1 Januari to user 1923. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

109

buyar pada saat Kongres CSI di Madiun. Peraturan disiplin partai yang ditetapkan

oleh pemimpin CSI membuat Misbach pada akhirnya harus memilih di jalan mana

ia akan berjuang, di kubu CSI/ PSI (Partai Sarekat Islam) atau PKI.

Akhirnya, Misbach pun menentukan pilihannya untuk bergabung dengan

kubu komunis dalam melakukan pergerakan politiknya. Pada Kongres SI di

Bandung 4 Maret 1923 yang dihadiri oleh 16 cabang PKI, 14 cabang S.I. Merah,

dan Perkumpulan sekerja komunis, Misbach memulai propagandanya sebagai

bagian dari kubu PKI/SI Merah. Haji Mohammad Misbach dari Solo, seorang

komunis keagamaan, menunjukkan dengan ayat-ayat Al-Quran hal-hal yang

bercocokan antara Komunisme dan Islam.21 Datoek Toemengoeng Landjoemin,

kolega Salim di Neratja akhir 1910, yang kemudian menjadi pejabat yang

ditempatkan di kantor Penasihat Urusan Bumiputra, dengan segera menjadi agen

Algemeene Recherchedients yang membantu pembuangan H. Batoeah dan Natar

Zainuddin, pemimpin komunis Sumatera, melaporkan pidato Misbach dalam

kongres tersebut.22

Di tengah tepuk tangan keras yang bergema itu Haji Mohammad Misbach menaiki podium.

Pembicara itu mulai memperkenalkan dirinya: Saya bukan Haji, tapi (sekadar) Mohammad Misbach, seorang komunis Jawa, yang telah

memenuhi kewajibannya sebagai muslim dengan melakukan perjalanan suci ke Mekah dan Medinah.

Dengan mendasarkan pada Quran, pembicara itu berpendapat bahwa beberapa hal yang bersesuaian antara Quran dan Komunisme. Misalnya,

Quran menetapkan bahwa merupakan kewajiban setiap muslim untuk

21 AK. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, 1979), hlm. 31.

22 Uittrreksel, Mr. 283x/23,commit dalam toTakashi user Siraishi, op.cit. hlm. 360-361 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

110

mengakui hak asasi manusia, dan pokok ini juga ada dalam prinsip prinsip program komunis.

Selanjutnya adalah perintah Tuhan bahwa (kita) harus berjuang melawan

penindasan dan penghisapan. Ini juga salah satu sasaran Komunisme.

Sehingga benar jika dikatakan bahwa ia yang tidak dapat menerima prinsip-prinsip Komunisme itu bukan muslim sejati. Dan itulah sebabnya mengapa Yang Maha Kuasa dengan keras mengutuk ibadat dan salat yang

dilakukan PEB: sebab setiap yang percaya padanya terikat kewajiban membasmi penidasan, penekanan dan penghisapan dan ini yang diabaikan oleh seksi agama PEB. Komunisme tidak toleran pada diskriminasi pangkat dan ras, dan demikian mengutuk keberadaan kelas-kelas di masyarakat. Slogannya adalah sama rasa, sama rata.23

Pada awal pidatonya, Misbach hanya mengungkapkan pandangan pada

Komunisme. Namun, selanjutnya Misbach juga melakukan serangan yang tajam

kepada CSI di bawah Tjokroaminoto seperti yang pernah ia lakukan kepada

Muhammadiyah sebelumnya. Misbach mengecam disiplin partai yang diterapkan

oleh CSI. Ia menyebut bahwa CSI bersekongkol dengan Muhammadiyah untuk

mendukung Kapitalisme.

(Sangat disesalkan, SI, yang bermaksud mendjadi suatu perkumpulan massa, telah menciptakan pemisahan dan perpecahan dalam gerakan rakyat dengan mengajukan disiplin partai. Pembicara pernah sekali waktu

bercakap-cakap dengan Tjokroaminoto di kereta api dan menanyakan bagaimana ia bisa punya ide meberlakukan disiplin partai. Tjokroaminoto

menjawab bahwa itu adalah kehendak SI-SI lokal. Bagi pembicara hal ini sangat tidak masuk akal. Ia kemudian memperlihatkan keterkejutannya ketika Tjokroaminoto berkata bahwa (sesungguhnya) pengenalan disiplin

partai ini benar-benar asli kehendaknya. (satu teriakan terdengar di tengah hadirin. Tjokroaminoto maoe djadi radja! Oeawang SI, kemana piginja?”) Ketika pembicara menerangkan bahwa disiplin partai itu bertentangan

dengan ajaran Islam, Tjokro menjawab bahwa ia mengambil tindakan ini karena kampanye berbahaya Darsono yang menyerang dia.

Jadi bisa dilihat, saudara-saudara terhormat, kata Haji Misbach, betapa persoalan pribadi itu bisa membahayakan sebuah perkumpulan.

23 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

111

Yang juga sangat aneh bahwa CSI itu bersekongkol dengan Mohammadijah. Apa yang sedang terjadi? Ketika Darsono mulai

melakukan kampanye publik melawan kebijakan keuangan CSI, markasnya cepat-cepat harus dipindahkan dari Surabaya ke Yogyakarta.

Dan yang luar biasa mengejutkan adalah fakta ketika perhitungan keuangan dilakukan, uang yang dibutuhkan itu ditemukan dalam rekening SI. Para hadirin menggerutu bahwa uang itu berasal dari bendahara

Moeammadijah. Sekarang, kita semua tahu bahwa Mohammadijah adalah perkumpulan kapitalis dan sangat dipengaruhi oleh kapital. Perkumpulan itu tidak melibatkan diri dalam masalah politik. Sekarang, sebuah perkumpulan yang tidak berdiri melawan Kapitalisme berarti wajar pasti didukung oleh kapital. Kasus ini juga berlaku pada PEB seksi agama. Tampaknya sekarang sudah biasa orang menyebut diri muslim, meski tidak memenuhi kewajiban yang diperintahkan oleh Islam. Bahkan bisa ditemukan di banyak tempat (pendirian tersebut) ”Hotel Islam”, ”Toko Islam”, dan sebagainya. Dengan ini sebenarnya orang sudah menyalahgunakan nama Islam untuk memperkaya diri.)24

Pidato Misbach yang menyerang Tjokroaminoto tersebut menuai protes

dari orang-orang pendukung CSI. Sukarno pun naik ke podium dan membalas

serangan Misbach terhadap Tjokro tersebut. Menurutnya, tidak pantas jika

Misbach menyerang orang yang tidak hadir dalam kongres tersebut. Ia melihat

bahwa serangan Misbach kepada Tjokro sama dengan serangan yang telah

dilakukan oleh Darsono, yang menyinggung soal martabat ksatria. Misbach pun

akhirnya meminta maaf jika ada kesan-kesan salah yang tak disengaja dalam

serangannya di kongres tersebut.

Namun, serangan Misbach terhadap Tjokroaminoto tidak berhenti sampai

di situ. Ia terus melakukan serangannya melalui Medan Moeslimin dan Islam

Bergerak. Permasalahan utama yang ia soroti adalah persoalan disiplin parat,

keuangan SI, dan ketidakikutsertaan CSI dalam pergerakan politik. Sesaat setelah

24 Ibid. hlm. 361-362 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

112

Kongres SI yang digelar di Bandung tersebut, Islam Bergerak menerbitkan tulisan

untuk menyerang SI dan berkaitan dengan keberpihakan Misbach kepada PKI.

Awas! Goetji wasiat dari sebagian bestuur P.S.I dan C.S.I terboeka lagi! Bestuur C.S.I. melambatkan datangnja Wakil-Ra’jat sedjati, sebab ……

Tjokroaminoto maoe tjari “pangkat” lid Volksraad. Batjalah motie Congres P.K.I. (Partij Kommunist India) jang kami moeatkan seanteronja di bawah ini: MOTIE KE 1 Congres P.K.I. pada hari Ahad pagi tanggal 4 Maret 1923 di Badoeng, enz. Mempoenjai kejakinan, bahwa keselamatan penghidoepan Ra‟jat dan kemerdikaannja hanjalah bisa ada dalam negeri dimana soember-soember keboetoehan hidoepnja dioeroes oleh Ra‟jat bersama, oeroesan mana haroes bersandar pada madjelis-madjelis Ra‟jat atas soember itoe (Sowjet- stelsel) jalah woedjoed negeri jang kita tjita-tjitakan. Mengetahoei djoega, bahwa dalam tanah djajahan oleh geraknja beberapa partij kebangasaan terpaksalah ada tingkat kemadjoean peratoeran negeri jang bersandar pada perwakilan Ra‟jat tjara koeno (parlement).25

Selain itu, tulisan tersebut juga lagi-lagi menyinggung persoalan

Kapitalisme yang dijalankan oleh CSI di bawah pimpinan Tjokroaminoto. Islam

Bergerak memperingatkan kaum tani tentang bahaya CSI dengan menyerukan:

Kaoem tani awas !! Sebagian bestuur C.S.I. maoe bikin memang keperloeannja kapitaal tembakau diatas Rajat kaoem boeroeh tani ! Goetji wasiatnja itoe 26 “bestuur” terboeka olih P.K.I.

Selain itu, artikelnya berjudul Semprong wasiat partij Discipline S.I.

Tjokroaminoto Mendjadi Ratjoen Pergerakan Ra’jat Hindia yang dimuat dalam

Medan Moeslimin pun turut menyoroti hal tersebut. Serangan Misbach kepada

Tjokro dalam artikel tersebut jauh lebih keras dibanding sebelumnya. Ia menuding

25 Surat kabar Islam Bergerak, 20 Maret 1923

26 Surat kabar Islam Bergerakcommit, 20 Maret to user 1923 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

113

bahwa SI hanyalah sebuah perkumpulan untuk memutar dan memeras kantong

anggotanya saja. Disiplin partai yang diterapkan SI, menurut Misbach hanyalah

cara dari Tjokoaminoto untuk melinduni kepentingannya sendiri di dalam CSI

supaya tidak terusik oleh partai lain.

Kami menoedoh bahoea adanja .D. itoe mendjadi ratjoen pergerakan rajat, karena Tjokroaminoto mengadakan atoeran partij diesiepline dalam S.I. itoe semata-mata tjoema sebagai peroesahaan jang mentjahari oentoeng badan sendiri. Roemah tangga sadja, semoea Bestuur di hanggapnja sebagai perkakas, dia merasa mendapat pengaroeh jang besar, dan karenanja maka moedahlah ia menggaroek oewang dari mana-mana Local oentoek kaperloean sendiri rumah tangga…dari itoe maka dengan ta‟blih ditahan lagi rasanja, men jerang S. Darsono kepada Tjokroaminoto tentang oeroesan oewang C.S.I sebab serangan itoe, Tjokroaminoto laloe membikin organisasi oentoek mendjaga Sarekat Islam jang sebagai keradjaannja itoe memboesoekkan Comminisme. … Maksoed partij diesipline Tjokroaminoto goena mendjaga djangan samapai S.I.nja itoe kemasoekan partij lain jang sekira partij lain lain itoe menghalang-halangi maksoednja. Partij S.I. kami pandang tjoema boeat meoetar dan memeras sakoe dan kantong segala lid-lidnja; perkara ini kami ta‟oesah mengoeraikan lebih landjoet, tetapi t.t. pembatja, teroetama jang soedah terdjirat dan terikat dalam P.S.I lebih locale P.S.I tentoe merasa sendiri. Partij diesipline S.I. Tjokroaminoto kami seboet mendjadi ratjoen pergerakan ra‟jat sebab:

a. Ra‟jat jang dalam S.I. Tjokro akan terdjeroemoes dalam kalangan P.E.B. b. Ra‟jat jang sedang dalam S.I. Tjokro akan di main-mainken 27 oewangnja.

Akan tetapi, terdapat beberapa kesalahan atas tuduhan Misbach terhadap

Tjokroaminoto. Disiplin partai bukan semata-mata peraturan yang digerakkan

oleh Tjokro, melainkan oleh Agus Salim dan Soerjopranoto. Serangan Darsono

kepada Tjokroaminoto bukan dilatarbelakangi oleh alasan ”Tjokro tidak dapat

27 Surat kabar Medan Moeslimincommit, No.9 to user 1923 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

114

mengendalikan hasratnya lebih jauh”, tetapi karena suatu startegi untuk

menghalangi Agus Salim dan Soerjopranoto menggelar Kongres tahun 1920

dalam rangka mengajukan disiplin partai. Misbach yang tidak menyaksikan

kondisi tersebut, hanya berpikiran untuk membawa semangat yang dihirupnya

pada tahun 1919 ke zaman reaksi dan zaman partai. Setelah kebebasannya dari

penjara dan kembali ke dalam dunia pergerakan di zaman partai, Misbach

memihak PKI/SI Merah dan menentang PSI/CSI. Namun pada dasarnya, Ia tidak

berubah. Misbach tetap mendengar perintah Tuhan, mengikuti teladan Nabi

Muhammad, dan membuktikan sikapnya sebagai Islam Sejati. Perang melawan

Kapitalisme berarti melawan setan, dan menunjukkan kesetiannya pada Allah. Hal

yang berubah adalah kenyataan bahwa jika dulu Misbach berseru ”jangan

takut”untuk mendukung pemogokan petani dan memohon ketakutan akan

kematian untuk menggerogoti kewibawaan negara, sekarang ia ”menggerakkan

Islam” melawan Muhammadiyah, Tjokroaminoto, dan PSI/CSI.28 Bagi Misbach,

Islam harus terjun ke lapangan politik. Tidak bisa tidak.29

D. Akhir Gerakan Radikal Melawan Kolonialisme Belanda

Sejak dibebaskan dari penjara pada tahun 1922, Misbach tidak pernah

dapat benar-benar melakukan pergerakan dengan leluasa. Segala sesuatu yang

dilakukannya selalu diawasi dengan ketat oleh pemerintah. Ketika Misbach mulai

muncul sebagai propagandis PKI, pengawasan terhadapnya pun kian diperketat.

28 Takashi Shiraishi, op.cit. hlm. 365.

29 Majalah Hidoep 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

Sesaat setelah bergabung dengan PKI, Residen Surakarta bahkan memanggil

Misbach ke kantornya untuk kembali memberikan nasehat supaya tidak lagi

berkecimpung di arena politik. Tetapi kali ini Misbach memperjelas sikapnya, ia

menyatakan bahwa tidak dapat meninggalkan gerakan politik karena rakyat yang

lemah dan takut itu diam saja ketika ditindas dan dihisap. Setelah melihat

penderitaan rakyat tersebut, ia bertekad untuk memobilisasi rakyat dan menolong

mereka seperti seharusnya.

Residen Van der Marel pun akhirnya memutuskan untuk memberikan

larangan bagi Misbach untuk mengadakan rapat-rapat umum dan pertemuan.

Pengawasan polisi atas Misbach dan rumahnya, yang juga merupakan kantor dari

Medan Moeslimin dan Islam Bergerak semakin diperketat. Gerak-geriknya selalu

diawasi oleh dua orang rechercheurs dalam satu tim yang bekerja siang malam

untuk membuntuti kemana pun ia pergi, mencatat setiap orang yang ia temui, serta

menanyai orang-orang yang sering ke rumahnya. Grebekan polisi pun terkadang

dilakukan untuk merongrongnya, seperti ketika VSTP mogok, Misbach

diperingatkan untuk tidak ikut campur dalam pemogokan tersebut. Rumahnya pun

tiga hari berturut-turut digrebek polisi untuk mencari propagandis VSTP yang

30 dilaporkan datang dari Madiun untuk mempimpin pemogokan buruh kereta api.

Ruang gerak Misbach dalam panggung politik pun menjadi kian sempit. Ia

hanya dapat melakukan propaganda dengan menulis di Islam Bergerak dan

Medan Moeslimin. Beberapa kali ia juga melakukan tur propaganda ke luar

Karesidenan Surakarta. Dengan kondisi seperti itu, banyak rekan-rekan

30 Takashi Shiraishi, op.cit.commit hlm. 367 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

116

pergerakan yang lebih memilih meninggalkan Misbach. Marco menceritakan

penuturan Misbach tentang pergerakan ketika mengunjunginya di penjara pada

bulan Januari 1923.

Dalem boelan Januari 1923, waktoe kami misih mendjalankan hoekoeman

dipendjara Vrijmetselaarsweg, Weltevreden, Misbach perloe datang ketemoe kami dengen seorang perempoeab dan seorang poela lelaki. „Kawan kita banjak jang melarikan diri sebab takut, tetapi saja mesti bekerdja sampai mati untuk pergerakan,‟ Begitoe kata kawan Misbach kepada saja.31

Meskipun Misbach berada dalam pengawasan ketat polisi, iklim

pergerakan Surakarta yang awalnya tenang pun tetap menjadi lebih memanas pada

pertengahan tahun 1923. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyak kasak-kusuk

yang beredar bahwa Misbach akan mengorganisir para aktivis VSTP untuk

melakukan kerusuhan di Surakarta. Pada bulan Juni 1923, sebuah bom

dilemparkan ke kereta api jurusan Poerwosari-Wonogiri. Selain itu, ada juga

kasak-kusuk yang menyebutkan bahwa para aktivis akan merusak jalur kereta

yang lain, memotong aliran listrik, bahkan melemparkan bom kepada sunan.

Polisi meyakini bahwa bom tersebut dilemparkan oleh para buruh kereta api yang

32 telah dipecat dan bergabung dengan VSTP di bawah pengaruh Misbach. Namun,

kecurigaan polisi bahwa Misbach berada di belakang semua kekacauan tersebut

tidak dapat dibuktikan.

Di tengah kasak-kusuk tersebut, Misbach justru mendirikan PKI afdeling

Surakarta. Guna menghindari serangan pemerintah, Misbach tidak memberikan

31 Majalah Hidoep, 1 September 1924

32 Surat kabar De Sumatracommit Post, 30 to Oktober user 1923 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

117

pengumuman tentang pembentukkan PKI afdeling Surakarta, keanggotaannya pun

tetap dirahasiakan. Namun, dua tindakan Misbach menampilkan keberadaan PKI

di Surakarta, yaitu dengan menjadikan Islam Bergerak sebagai organ resmi PKI

serta mendirikan Informatie Kantoor Bale Tanjo di rumahnya, dan Misbach

menjabat sebagai direkturnya. Awalnya, pembentukan kantor tersebut bertujuan

untuk menyediakan segala bentuk informasi bagi rakyat dan memberi bantuan

hukum kepada mereka yang terlibat dalam perkara perdata maupun kriminal.

Selain itu juga menyediakan pelayanan bagi fakir miskin dan membuka kursus

tata buku dalam bahasa Jawa dan Melayu. Kantor itu kemudian menjadi tempat

pertemuan utama aktivis-aktivis pergerakan serta aktivis VSTP dan serikat buruh

lainnya yang dipecat. Sehingga rumah tersebut berulang kali didatangi

rachercheurs dan informan.33

Kasak-kusuk tentang pembentukan PKI afdeling Surakarta segera

menyebar hingga ke telinga pemerintah kolonial. Polisi pun segera ditugaskan

untuk memperketat pengawasannya terhadap Haji Misbach serta rumahnya yang

sering dijadikan tempat untuk berkumpul para aktivis pergerakan. Dalam kondisi

yang terjepit seperti itu, Misbach akhirnya lebih memilih untuk memusatkan

aktivitas propagandanya di luar Karesidenan Surakarta. Ia menyerahkan

penerbitan Islam Bergerak dan jalannya infoormatie kantoor kepada Partoatmojo,

seorang anggota dalam PKI Surakarta. Dengan cara ini, Misbach jauh lebih sukses

33 Takashi Shiraishi, op.cit.commit hlm. 372 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

118

mengadakan tur propaganda di Nganjuk, Madiun, Magelang, Yogyakarta,

34 Kebumen, dan berbagai tempat lain di Vorstenlanden dan sekitarnya.

Pergerakan Misbach kemudian juga dilanjutkan dengan membentuk

Sarekat Rakyat (SR) Surakarta pada awal Oktober 1923. Rumah Misbach pun

dijadikan sebagai Kantor SR. Sehingga rumah tersebut semakin sering didatangi

oleh para aktivis dari berbagai wilayah. Islam Bergerak pun akhirnya disatukan

dengan organ PKI Yogyakarta, Doenia Baroe, dan berubah nama menjadi Ra’jat

bergerak pada bulan September 1924.

Popularitas Misbach di tengah-tengah aktivis pergerakan pun kian

mencuat di tengah semakin luasnya pengaruh PKI di wilayah Vorstenlanden.

Kampanye Misbach untuk memerangi fitnah dan tindasan dari pemerintah

kolonial menjadi pacuan semangat rakyat untuk melakukan perlawanan.

Sesungguhnya, Misbach tidak pernah menyuruh mereka untuk melakukan aksi

secara langsung dan radikal. Misbach justru menghimbau mereka untuk berhati-

hati dalam ”bergerak”. Namun, seruan Misbach tersebut ternyata tidak terlalu

didengarkan, para aktivis pergerakan tersebut tetap melakukan aksi langsung

sendiri-sendiri di sekitar PKI dan SI Merah/SR Semarang, Yogyakarta, Surakarta,

Madiun, dan kota-kota lain di Jawa Tengah. Kerusuhan pun segera meluas di

wilayah-wilayah tersebut. Mata-mata menyatakan kepada residen bahwa Misbach

berada di balik semua kerusuhan tersebut. Ia dituding telah membentuk organisasi

dengan nama Sabotase bersama komunis-komunis lain dari Semarang, Surakarta,

dan Yogyakarta, dan sedang melatih prajurit untuk melakukan pemboman,

34 Ibdi, hlm. 373 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

pembakaran rumah, perampokan, penggelinciran kereta api, sabotase, dan aksi

35 teror lainnya.

Menanggapi kerusuhan yang terjadi, pemerintah segera mengutus polisi

untuk melakukan penggrebekan di rumah Misbach, namun mereka tidak

menemukan bukti apapun. Pengawasan terhadap Misbach dan anggota PKI

lainnya semakin diperketat. Pada 17 Oktober, bom-bom kembali dilempar ke

tembok-tembok keraton Mangkunegaran, mobil-mobil para Sentana Dalem, dan

kediaman Sentana Dalem Kepatihan. Pada 20 Oktober, bom-bom dilempar ke

mobil sunan dan rumah peristirahatan R.M.A. Woerjojaningrat, mantan Ketua BO

dan saudara patih. Para pelaku pemboman segera ditangkap sesaat setelah

peristiwa tersebut. Polisi pun berulang kali menggrebek rumah Misbach, namun

mereka tidak menemukan bukti apapun mengenai keterlibatannya dalam teror

bom tersebut. Akan tetapi, residen tetap yakin bahwa teror tersebut ada di bawah

pengaruh Misbach. Oleh karena itu, setelah berkonsultasi dengan procureur

generaal dan residen Semarang, Residen Van der Marel memberi wewenang

kepada polisi untuk menciduk Misbach pada 20 Oktober 1923.36

Berita penangkapan Misbach beserta tuduhan terhadapnya segera dimuat

dalam beberapa surat kabar. Misbach disebut-sebut sebagai ketua dari kelompok

37 komplotan pemboman di Surakarta. Nieuwe Rotterdamsce Courant memuat

35 Surat kabar De Sumatra Post, 30 Oktober 1923

36 Residen van Surakarta aan GG. 29 Oktober 1923, Mr. 1052x/23. Dalam Takashi Shiraishi, op.cit. hlm. 388

37 Surat kabar De Sumatracommit Post, 30 to Oktober user 1923 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120

sebuah berita singkat tentang penangkapan Misbach pada 22 November 1923,

sebagai berikut:

De N. V. meldt dat een der gearresteerifte communisten bekende schuldig te zijn aan de brandstiching op het terrein der missigit, en een poging tot brandstichting in het gamelan-huisje op Siti Inggil. Een communist

verklaarde in het bijzijn van getuigen, dat Hadji Misbach de oprichter is van een geheim sabotage-complot. Er is echter voldoende bewijsmateriaal om te voorkomen dat de communisten vrijt-uit zullen gaan.38

Terjemahan: N. V melaporkan bahwa salah satu Komunis ditangkap diketahui bersalah atas pembakaran di tanah missigit, dan berusaha melakukan pembakaran di rumah gamelan Siti inggil. Dinyatakan sebagai Komunis di hadapan saksi, bahwa haji Misbach adalah pendiri dari komplotan sabotase. Namun, ada barang bukti untuk mencegah Komunisme semakin meluas.

Setelah ditangkap, Misbach dibawa menuju penjara Semarang dan ditahan

di sana selama sembilan bulan. Beberapa rekan-rekan pergerakannya yang juga

turut dipenjara dapat dibebaskan karena terbukti tidak bersalah, namun tidak

demikian dengan Misbach. Ia tetap meringkuk dalam tahanan meskipun tidak ada

39 bukti yang menyatakan bahwa ia bersalah atas kerusuhan-kerusuhan tersebut.

Selama berada dalam tahanan Misbach tidak diijinkan untuk bertemu

dengan orang lain, kecuali dengan anak dan istrinya. Namun, jika istri dan

anaknya ingin berkunjung pun harus melalui prosedur yang rumit. Ia tidak

diperbolehkan menerima kiriman makanan, rokok, dan sebagainya. Surat-surat

dari keluarganya pun harus diperiksa lebih dahulu oleh polisi dan diambil

turunannya. Ia juga tidak diijinkan untuk membaca surat kabar atau kitab lain

38 Surat kabar Nieuwe Rotterdamsce Courant, 22 November 1923

39 Surat kabar Sinar Hindiacommit, 4 Juli to1924 user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

121

40 selain Al-Quran. Selama berada dalam tahanan, Misbach beberapa kali

mengirimkan surat yang kemudian dimuat di Medan Moeslimin untuk

mengabarkan keadaannya, salah satunya adalah:

Ramanda di boei Central memang bertempat di kamar blok, jaitoe kamar

strappan, pintoe berlapis doea, pintoe di dalem besi lantas ditoetoep sama papan, pintoe di loear hanja dari papan sadja, toetoep moeloet dan tida tahoe orang, kecoeali masoeknja rangsoem dan bikin bersih slokan, dan saja moesti boeang pot kotoran sendiri, itoelah tida apa, asal doenia mendjadi baik hidoep dan hak bersama, kita dapet keslametan bagi oemoem. Selama manoesia takloek kepada harta doenia mesti mendjadi kaloet, sebab teranglah harta berfikiran saitan, atau harta tempat pengaroeh setan, dari itoe kita kaoem moeslimin wajib mengoeboer Kapitalisme (baidi harta), sehingga sampai harta takloek kepada kita manoesia. Timboelah rasa kemanoesiaan, tjinta kasihlah pada sesama hidoep, koboerlah boedi setan jang boesoek itoe.41

Pada tanggal 14 Juni, Residen Semarang menginterogasi Misbach dan

mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya

berdasarkan dokumen-dokumen dari Van der Lely. Misbach menolak semua

tuduhan tersebut, namun ia tidak bersedia mengajukan surat bantahan yang

42 diminta oleh Gubernur Jendral. Setelah berada dalam penjara selama sembilan

bulan, pemerintah kolonial pun akhirnya memutuskan untuk memberlakukan

pasal 47 Regeering-Reglemen untuk membuang Misbach. Pada tanggal 27 Juni

pemerintah mengumumkan pembuangan Misbach ke Manoekwari di Nieuw

Guinea utara, Kerisidenan Ambon dan diberikan uang tunjangan sebesar f 50 tiap

40 Surat kabar Medan Moeslimin, Juli 1924

41 Surat kabar Medan Moeslimin, Juli 1924

42 Majalah Hidoep, 1 Septembercommit 1924 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

43 bulan. Istri dan tiga orang anaknya pun mengambil keputusan untuk

mendampingi Misbach ke tanah pembuangan. Pada tanggal 2-3 Juli, Misbach

diizinkan kembali ke rumahnya di Kauman Surakarta untuk membereskan semua

urusan rumah tangganya dan mengucapkan selamat tinggal kepada saudara dan

staf-staf Medan Moeslimin. Kemudian ia dipindahkan ke Surabaya, untuk

selanjutnya berlayar menuju Manoekwari pada 18 Juli 1924. Misbach pun

menuliskan ucapan perpisahannya kepada pembaca Medan Moeslimin melalui

surat kabarnya tersebut:

Pamitan Saja Harep diketakoei olih toean-toean pembatja Medan-Moeslimin teroetama toean-toean aboner, jang sekarang saja kedjadian diboeang olih pemerintah dari tanah toempah saja ke “Manoekwari”. Dari itoe salam dan hormat saja, saja kirimken kepada toean-toean semoeannja teroetama toean-toean aboner. Saja diboeang djangan sekali-kali mengetjilkan hati kawan-kawan kita kaoem pergerakan atau pembatja Medan-Moeslimin. Oempama ada tempo jang tjoekoep, saja misi perloe banjak membentengken fikiran saja dalem madjalah M.M. sini, aken tetapi oleh karena ta‟bertempoe sama sekali, nanti sadja kalau saja soedah dateng di tempat tinggal saja jang baroe, saja aken memboeka apa-apa jang mendjadi tjita-tjita saja.

Sesoedah saja dateng di Manoekwari, nanti adres saja aken saja oemoemken dalem Medan Moeslimin sini. Dan saja djandjiken, nanti saja

aken mengarang Islamisme-Communisme sampai sedjelas-djelasnja, agar mendjadi penerangan toean-toean kaum Moeslimin dan pehak Communist, dan karangan itoe moestinja nanti termoeat dalem madjalah “Medan-

Moeslimin”. Sadja harep toean-toean pembatja mendoaken kepada Toehan

ghofoeroerrohim, agar saja diberi selamet perdjalanan saja moelai ditanah toempah saja sampai tempat saja jang baroe, dan djoega selamanja saja hidoep dengen anak bini.

Maaflah: H. M. Misbach.44

43 Surat kabar De Sumatra Post, 15 Juli 1924

44 Surat kabar Medan Moeslimincommit, Julito user 1924 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

123

E. Propaganda Islam-Komunisme di Tanah Pembuangan

Setelah berlayar selama beberapa hari, Haji Misbach beserta istri dan tiga

anaknya yang masih kecil tiba di Makassar pada 22 Juni 1924. Ia tidak diijinkan

untuk naik ke darat hingga kapal berangkat kembali menuju Manoekwari pada 26

Juli 1924 pukul 8 pagi. Polisi hanya mengijinkan istri dan dua anak laki-laki yang

berusia sekitar lebih dari 10 tahun serta seorang anak perempuannya yang berusia

kurang lebih 13 tahun untuk naik ke daratan. Misbach harus menetap di kapal

selama empat malam. Jika ada rekan pergerakan dari Makassar yang ingin

bertemu dengannya maka mereka harus naik ke atas kapal. Namun, mereka tidak

diijinkan untuk membicarakan soal pererakan atau politik.45

Dari Makassar, Misbach dan keluarganya kemudian melanjutkan

pejalanan menuju Manoekwari. Pada tanggal 7 Agustus 1924, setelah 20 hari

perjalanan, Misbach dan keluarganya sampai di Manoekwari. Mulai saat itulah,

Haji Misbach menjalani hari-harinya sebagai orang buangan di tanah Papua.

Namun, selama dalam masa pembuangan, Misbach tidak berhenti dari dunia

pergerakan. Ia masih terus menumpahkan pemikiran politiknya dengan melakukan

propaganda tentang Islam dan Komunisme melalui tulisannya yang dimuat di

Medan Moeslimin.

Setibanya di Manoekwari pada tahun 1924, Misbach memang tidak secara

langsung memenuhi janjinya kepada pembaca Medan Moeslimin untuk segera

menerbitkan tulisan tentang Islam dan Komunisme. Hal tersebut dikarenakan anak

laki-lakinya, yang bernama Masdoeki sakit panas dalam yang keras. Tidak lama

45 Surat kabar Pelita Ra’jatcommit. 5 Agustus to user 1924 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

124

46 setelah anaknya sembuh, istrinya pun sakit karena mengalami pendarahan.

Setelah meminta maaf atas keterlambatan tersebut, Misbach pun mulai

menguraikan pemikirannya tentang kesesuaian Islam dan Komunisme tersebut

dalam Medan Moeslimim. Tulisan tersebut terbit dalam beberapa edisi Medan

Moeslimin, seri pertamanya terbit pada 1 Januari 1925. Artikel tersebut diawali

dengan serangan kepada Muhammadiyah dan S.I. terkait dengan ketidaksukaan

mereka terhadap Komunisme serta sikap mereka yang mau menggerakkan Islam:

Sesoenggoehnja karangan saja hal Islamisme Kommunisme itoe adalah penting bagi orang jang dirinja mengakoe Islam dan communist jan sedjati, ja‟ni soeka mendjalankan apa jang telah di wadjibkan kepada mereka olih agama Islam dan communist; sebaliknja oentoek orang jang palsoe mengakoenja, seperti Mohammadijah dan SI. Tjokroaminoto, moesti sadja keterangan al ini di hanggap sebagai ratjoen sadja. Kedoewa golonan ini (M.D. dan S.I. Tjokro) boekannja mereka menggerakkan agama Islam jang sedjati, betoel mereka senantiasa menoendjoek2kan keislamanja, tetapi sebeoelnja tjoema di atas bibir sadja, betoel mereka mendjalani atoeran agama Islam, akan tetapi di pilih atoeran jang di soekai olih hawa nafsoenja sadja, perintah jang tidak di soekai moeda diboewangkan sahadja tegasnja mereka melawan atau mentang perintah Toehan Allah Samioen‟alim dan takoet dan tjinta kepada keendak Saiton jang di pengaroehkan dalam Kapitalisme pada waktoe sekarang ini (La’natoe’llah Red.) jang telah trang kedjahatannja.

Begitoe djoega sekalian kawan kita jang mengakoei dirinja sebagai kommunist, akan tetapi mereka misi soeka mengeloewarkan fikrian jang

bermaksoed akan melinjapkan agama Islam, itoelah saja berani mengatakan baoewa mereka boekannja Kommunist jang sedjati atau mereka beloem mengerti dodoeknja communist,; poen sebaliknja, orang

jang mengakoe dirinja Islam tetapi tidak setoedjo adanja Kommunisme, saja berani mengatakan bahoewa ia boekan Islam jang sedjati, atau beloem 47 mengerti betoel2 tentang dodoeknja agama Islam.

46 Surat kabar Medan Moeslimin, 1 Januari 1925

47 Surat kabar Medan Moeslimincommit, 1to Januari user 1925 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

125

Uraian dalam pembukaan artikel tersebut ditujukan untuk memberikan

serangan kepada setiap golongan yang tidak mau menerima adanya kesesuaian

antara Islam dan Komunisme. Ia menyatakan bahwa baik orang Islam dan

Komunis tidaklah memiliki pemahaman yang baik jika tidak dapat menerima

keduanya. Menurut Misbach, Islam dan Komunisme memiliki tujuan yang sama,

yaitu melawan Kapitalisme dan ketertindasan. Islam mengajarkan kepada manusia

untuk selalu berjuang melawan ketertindasan, sedangkan ketertindasan yang

terjadi di Hindia diakibatkan oleh adanya sistem Kapitalisme dan kolonialisme.

Komunisme merupakan sebuah ideologi yang menentang adanya Kapitalisme dan

mengusung semboyan persamaan hak. Oleh karena itu, Misbach berkeyakinan

bahwa terdapat kesesuaian antara Komunisme dan Islam yang dapat digunakan

sebagai jalan bagi rakyat Hindia untuk melepaskan diri dari ketertindasan.48

Misbach juga menunjukkan ketertarikannya kepada pandangan Karl Marx.

Konsep-konsep Komunisme ala Marx mengalir melalui argumennya di dalam

tulisan tersebut untuk menyerang kapitalis.

Waktoe toewan Karl Marx memegang pimpinan Jaurnalis beliau

memperhatikan betoel-betoel akan nasibnja ra‟jat, beliau ketarik sekali pada adanja soeal2 tentang Economie dan doedoeknja kaoem miskin; dari itoe toewan Karl Marx dapat tahoe dengan terang pokok atau soember2

jang menimboelkan kekaloetan doenia. Sebab atau soember kekaloetan itoe sebagai berikoet:

1e. Doenia kamiskinan di sebabkan adanja Kapitalisme. Kapitalisme jalah ilmoe mentjahari kehoentoengan bersama hanja mendjadi hak miliknja (kepoenjaanja) sedikit orang. Kamismikan sebab adanja isapan dan

tindasan jang keloear dari Kapitalisme. … Maka olih karena hal-hal jang terseboet di atas itoe hingga bisa menarik

fikiran toean Karl Marx bahoewa Kapitalisme itoe djahat, ia bisa

48 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

126

memboesoekan Kapitalisme dengan historiche materialism. Pada waktu itoe toewan Karl Marx laloe mengarang boekoe jang di namai

“Kommunische Manifest” pada tahoen 1847 di kota Parijs. Dalam Manifest kita bisa mengatakan sendiri bagaimana doedoeknja

Kommunist itoe. Toean Karl Marx menerangkan bahoewa timboelnja Kommunisme itoe dari bibit Kapitalisme jang tertanam dalam sanoebarinja ra‟jat, teroetama 49 pada kaoem boeroeh.

Setelah menguraikan pandangannya tentang Komunisme, Misbach

kemudian melanjutkan tulisan seri keduanya tentang keterangan Islamisme

terhadap Komunisme. Misbach menjelaskan bahwa agama Islam mengajarkan

kepada manusia untuk mencapai keselamatan, dan keselamatan tersebut bukan

hanya untuk akhirat melainkan juga untuk dunia. Oleh karena itu, manusia harus

berjuang untuk menuju keselamatan demi menjadi Islam yang sejati.

Sebeloem saja menerangkan printah-printah agama Islam jang terhadap kepada Kommunis dan Kommunisme, lebih dahoeloe saja menerangkan doedoeknja agama Islam jang sedjati, agar soepaja kita jang sama memeloek masing-masing agama lantas bisa mengarti, begitoe djoega kita lantas bisa mengetaoeni dengan terang antara masing-masing manoesia ampoenja pendapatan tentang kebenarannja hidoep dalam doenia, maoepoen mereka itoe jang memeloek sesoewatoe agama didoenia ini atau

tida memeloeknja. … Toehan menjoeroeh mendjalani kebaikan dan melarang mendjalani 50 keboesoekan, agar soepaja semoea manoesia mendapat keselematan.

Kebusukan yang dimaksud oleh Misbach dalam tulisannya tersebut tidak

lain adalah Kapitalisme itu sendiri. Oleh karena itu, dalam tulisan selanjutnya,

49 Ibid.

50 Surat kabar Medan Moeslimincommit, 5to Februari user 1925 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

127

Misbach terus memberikan argumennya tentang alasan mengapa manusia,

khususnya umat Islam harus berperang melawan Kapitalisme.

Di tanah pembuangan tersebut, Misbach tetap setia melakukan jalan

pergerakannya, menuangkan gagasan-gagasannya tentang pembebasan Hindia. Di

Manokwari, ia tidak bisa diam, ia terus bergerak dan berhasil membuat orang-

orang di sana mendukung keinginan Misbach untuk kemerdekaan Hindia. Hal

tersebut tentu saja membuat pemerintah kolonial merasa gerah. Ketakutan

pemerintah kolonial akan sepak terjang Misbach di Manoekwari dituliskan dalam

artikel Medan Moeslimin edisi 1 Januari 1925:

Pemerintah mengasingkan beliau itoe, soepaja memberentikan kepada kemaoeannja jang membikin goemetarnja Pemrintah Indonesia. Akan tetapi, olih karena beliau mengingat seorang Islam, mengingat kemanoesiaannja dan lagi kejakinannja kommunisme, beliau maski soedah di Manoekwari tidaklah ketjil hati dan tinggal diam, akan tetapi menoeroet chabar jang terang, pada tanggal 14 November 1924 ketoewa H.M. Misbach di panggil olih Assistant-Resident Manoekwari perloe di beri tahoe oewang onderstan seboelan f 50 itoe di tahan karena ketoewa kita itoe maoe dipindah kelain tempat, tinggal menoenggoe perintah dari Betawi. Kedjadian begitoe sebab ketoewa Misbach di Manoekwari tidak bisa diam,

tetapi teroes begerak dan berhasil orang2 di Manoekwari sama moefakat kemaoennja H.M. Misbach jang moelia.51

Sepak terjang Misbach selama dalam tanah pembuangan tidak berjalan

lama. Setelah tulisan keduanya tentang Islam dan Komunisme terbit, tulisan

Misbach tidak muncul lagi dalam Medan Moeslimin. Salah satu alasannya adalah

karena penyakit TBC istri Misbach semakin bertambah parah setelah ia tiba di

Manoekwari. Namun, pesan pokok yang ingin disampaikannya tetap tercermin

51 Surat kabar Medan Moeslimincommit, 1to Agustus user 1925 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

128

dalam artikel kelimanya. Pesan itu adalah ”Jangan takut pada sesama manusia”

dan ”takutlah pada Allah”. ”Takut pada Allah” berarti ”melaksanakan semua

perintahNya.” semua seruan yang dibuatnya di Surakarta dan Manoekwari- berani

karena benar! Membenarkan yang benar menyalahkan yang salah! Jangan takut!

Lawan fitnah! Kuburkan Kapitalisme!- punya arti yang sama: takutlah pada

Allah.52

Tidak lama setelah berhenti menulis tentang Islam dan Komunisme,

Misbach minta izin pergi ke luar negeri pada Mei 1925, jika mungkin bersama

anak dan istrinya. Namun jika tidak memungkinkan ia meminta, supaya anak dan

istrinya bisa dipulangkan ke Surakarta. Alasan utamanya adalah karena penyakit

yang diderita oleh Misbach, anak-anaknya, dan juga istrinya. Namun, izin yang

diberikan pemerintah terlambat datang. Istri Misbach meninggal dunia pada bulan

Juli 1925. Dua bulan berselang, Misbach baru diberikan ijin untuk pergi ke luar

negeri namun dengan biaya sendiri. Haroenrasjid meminta pembaca Medan

Moeslimin untuk menyumbang uang guna mendanai perjalanan Misbach ke

Eropa. Hoofbestuur PKI juga mulai kampanye untuk mencari uang. Tetapi uang

yang berhasil mereka kumpulkan jauh dari cukup. Misbach tetap di Manoekwari

dan tetap bergerak. Ia berhasil mendirikan SR Manoekwari. Ia juga terus

53 mengirimkan artikel ke Medan Moeslimin tentang keadaan di Manoekwari.

Namun, pergerakannya di tanah pembuangan tidak berjalan lama. Pada 24 Mei

52 Takashi Shiraishi, op.cit. hlm. 408

53 Ibid. hlm. 408-409. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

129

54 1926, Misbach akhirnya tutup usia karena serangan malaria. Misbach

dimakamkan oleh SR Manokwari berdampingan dengan istrinya, di kuburan

Penindi, Manoekwari. Sedangkan tiga orang anaknya kemudian dipulangkan ke

tanah Jawa.55

54 Surat kabar Nieuwe Rotterdamsce Courant, 2 Oktober 1926

55 Surat kabar Medan Moeslimincommit, no.to user 12 1926 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN

Haji Mohammad Misbach memiliki posisi yang unik dalam dunia

pergerakan politik di Hindia Belanda abad ke-19. Sebagai seorang tokoh

pergerakan radikal, ia telah melahirkan sebuah pemikiran politik baru sebagai

jalan perlawanan terhadap Kolonialisme dan Kapitalisme Belanda. Misbach yang

merupakan seorang mubalig dengan dasar keagamaan kuat, mencoba

mensintesakan ideologi Islam dan Komunisme. Ia tidak ingin tinggal diam

menyaksikan ketertindasan yang dialami oleh bangsanya akibat sistem

Kapitalisme yang diterapkan di Hindia Belanda pada zaman modal.

Sinkritisme pemikiran Misbach tersebut dilatarbelakangi oleh identitas

Jawa yang dimilikinya. Sebagian besar tokoh politik berdarah Jawa memang

memiliki kecenderungan untuk mensintesakan beberapa ideologi politik. Misbach

berada di antara aliran Islam, Komunisme, dan Tradisionalisme Jawa dalam

pemetaan pemikiran politik Herbert Feith dan Lance Kastel. Misbach masih

berpegang teguh pada prinsip Islam dan mencintai identitas Jawanya, namun pada

saat yang bersamaan ia juga menunjukkan ketertarikannya pada ideologi

Komunisme. Menurutnya, Islam dan Komunisme memiliki kesamaan visi, yaitu

melawan setiap ketertindasan yang dialami rakyat demi menuju sebuah

kesetaraan. Sinkretisme pemikirannya tersebut, membuat Misbach kemudian

bangga menyebut dirinya sebagai seorang Komunis Jawa yang menjalankan dam

memegang teguh ajaran Islam. commit to user

130 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

131

Komunisme Jawa ala Misbach lebih menekankan pada cara-cara kaum

komunis Eropa dalam memperjuangan kesetaraan kelas untuk diterapkan di tanah

Jawa, bukan pada filsafat tentang hubungan Tuhan dan manusia. Misbach tidak

ingin meninggalkan kesetiaanya pada agama Islam meskipun ia melakukan cara-

cara perjuangan kaum komunis. Komunisme Misbach yang mengambil konsep-

konsep langsung maupun tidak langsung dari Barat pun akhirnya mendapat

dukungan kuat dari kalangan abangan tradisional.

Sebagai seorang mubaligh, Misbach tidak hanya bergerak melalui dakwah.

Ia juga terjun ke organisasi politik serta bergiat di dunia jurnalistik. Misbach

dilahirkan di tengah lingkungan religius kampung Kauman Surakarta sebagai

seorang putra pengusaha batik yang kaya raya. Ia mengenyam pendidikan di

dalam pesantren dan juga di sekolah modern. Ketika hawa pergerakan mulai

tumbuh di Surakarta, Misbach pun rela meninggalkan kemapanannya sebagai

pengusaha batik untuk terjun ke dalam dunia politik. Perkenalannya dengan

tokoh-tokoh pergerakan pada masa itu turut memicu tumbuhnya kesadaran politik

dalam diri Misbach.

Misbach memulai kiprahnya di dunia pergerakan dengan bergabung

bersama Sarekat Islam (SI) Surakarta pada tahun 1912. Perpecahan yang terjadi

dalam tubuh SI antara kubu Samanhudi dan Tjokroaminoto justru membuat

Misbach kian tertarik untuk menggeluti dunia politik secara lebih mendalam. Pada

tahun 1914, ia bergabung dengan Inlandsche Journalisten Bond (IJB) bentukan

Mas Marco Kartodikromo, sekaligus menjadi langganan tetap dari Doenia

Bergerak. Melalui konsumsi bacaannya tersebut, Misbach mulai mengenal dunia commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

132

jurnalistik sebagai jalan untuk melakukan pergerakan. Tidak lama berselang, ia

pun menerbitkan surat kabar miliknya sendiri, yaitu Medan Moeslimin pada tahun

1915 dan Islam Bergerak pada tahun 1917. Melalui dua surat kabar tersebut,

Misbach mulai menyuarakan pemikiran politiknya serta melakukan propaganda

untuk pergerakan di tanah Hindia.

Selain melakukan pergerakan melalui coretan penanya, Misbach juga

tercatat beberapa kali malang-melintang di berbagai organisasi untuk “bergerak”.

Dalam pandangan Misbach, Islam harus lah benar-benar bergerak untuk

membebaskan rakyat dari ketertindasan. Ia membentuk SATV di Surakarta untuk

menandingi TKNM di bawah pimpinan Tjokroaminoto yang ia nilai lembek

dalam pergerakan membela Islam. Ketika Tjipto Mangoenkoesoemo membentuk

kembali Insulinde Surakarta, Misbach pun tampil menjadi pemimpin gerakan dari

organisasi tersebut. Ia melakukan propaganda dan mengorganisir pemogokan

buruh tani hingga akhirnya pemerintah kolonial memenjarakannya pada tahun

1919.

Setelah enam bulan di penjara, Misbach dibebaskan dan segera kembali

meramaikan pergerakan politik yang kian memanas di Surakarta. Ia pun tampil

kembali sebagai seorang propagandis SH Surakarta yang radikal. Kekacauan yang

ia timbulkan di pedesaan Surakarta membuat pemerintah kian geram, sehingga

Misbach pun kembali ditangkap dan dipenjarakan di Tarukan pada tahun 1920. Ia

mendekam di dalam penjara selama dua tahun lamanya, selama itu pula banyak

yang berubah dalam pergerakan di Hindia Belanda. SH Surakarta yang pernah

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

133

dipimpinnya telah hancur. SI dan Muhammadiyah pun menjadi kian lesu, bahkan

enggan bergerak dalam dunia politik.

Mendekam di penjara selama dua tahun, ternyata tidak memupuskan

semangat pergerakan Misbach. Ia justru menjadi kian radikal dengan menyerang

setiap golongan yang tidak mau bergerak untuk melakukan perlawanan kepada

Kapitalisme dan Kolonialisme Belanda. Misbach juga kian keras dalam

melakukan serangan kepada pemerintah kolonial. Ia bergerak di sayap kiri dengan

mendirikan PKI afdeling Surakarta. Di tahun-tahun akhir pergerakannya, kondisi

Surakarta menjadi kian memanas. Kerusuhan dan pengeboman terjadi di mana-

mana. Misbach sebagai pemimpin PKI pun dituduh telah mendalangi kerusuhan

tersebut hingga akhirnya ia kembali ditangkap dan penjarakan oleh pemerintah

kolonial pada tahun 1923. Setelah sembilan bulan mendekam di penjara

Semarang, Misbach pun dibuang ke Manoekwari pada tahun 1924.

Selama berada di tanah pembuangan, Misbach masih aktif melakukan

proganda untuk menyerukan pemikirannya tentang Islam dan Komunisme melalui

Medan Moeslimin. Ia tetap saja menyerang pemerintah dengan mencoba

membentuk Sarekat Rakyat di Manoekwari. Setelah dua tahun berada di tanah

pembuangan, Misbach pun akhirnya menghentikan pergerakan untuk selamanya.

Ia meninggal pada tahun 1926 karena serangan Malaria.

commit to user