Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

Refleksi Pembelajaran Pada Pondok Pesantren di Balikpapan

Reflecting the Kitab Kuning Learning in Boarding School at Balikpapan City

Abu Muslim Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Jl. A.P. Pettarani No.72 Makassar. Telp: 0411-452952 Email: abumuslim @kemenag.go.id/hp.081343755509 Info Abstract Artikel

Penelitian ini memaparkan tentang pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren, yang dilakukan pada dua pondok pesantren bergenre salafiyah di kota Balikpapan, yakni pondok pesantren Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary dan pondok pesantren salafiyah subulussalam Balikpapan. Penelitian ini mengoperasionalkan metode kualitatif dengan mengandalkan wawancara dan observasi langsung di pesantren yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren terlihat menggunakan model halaqah/sorogan. Pada setiap tingkatan terlihat perbedaan cara belajar kitab dimana pada fase awal terlihat pola pembelajaran kitab yang sangat mengandalkan kiai/ustad untuk membacakan dan menjelaskan keseluruhan, Diterima sementara cukup mengulang-ulanginya. Sementara pada fase yang lebih 22 tinggi diskusi dan pengkajian mendalam terhadap materi sudah dilakukan, termasuk pada pemaknaan kontekstual dan perbandingannya dengan kitab-kitab Februari lainnya. Hal lain yang mengemuka dalam setiap dominasi pemaparan materi kitab 2018 kuning oleh kiai itu adalah asa berkah yang diharapkan santri tertular dalam setiap pembelajaran yang diikutinya. Sementara itu problem kepemilikian kitab kuning menjadi salah satu yang cukup menonjol dalam temuan penelitian ini, yang Revisi I hanya mengandalkan lapak-lapak kitab yang disiapkan oleh ustad, sementara 2 dalam konteks bantuan pemerintah, hampir tidak ada. Di Balikpapan, dalam April beberapa tahun terakhir, kitab kuning belakangan menjadi bagian penting dalam pelaporan pemutakhiran data pesantren, yang keberadaannya menjadi wajib, 2018 sebagai pertimbangan perpanjangan ijin operasional pesantren. Kata Kunci: Kitab Kuning, Pembelajaran, Santri, Kiai, Pesantren

Revisi II This study describes the learning of the Kitab Kuning at the Islamic boarding 12 school, which was conducted at two Islamic schools in the city of Balikpapan, April namely the Islamic boarding school Sheikh Muhammad Arsyad Al-Banjary and the Islamic boarding school Salafiyah Subulussalam Balikpapan.This study 2018 operationalizes qualitative methods by relying on interviews and direct observation at the pesantren concerned. The results showed that the learning of the Kitab Disetujui Kuning at Islamic boarding schools was seen using the halaqah/ sorogan model. At each level there is a different way of learning the book where in the initial phase it 1 can be seen that the learning pattern of the book relies heavily on kiai/clerics to Mei read and explain the whole, while the santri simply repeats it. While in the higher phase discussion and in-depth study of the material has been carried out, including 2018 the contextual meaning and comparison with other books. Another thing that surfaced in every domination of the presentation of the Kitab Kuning material by the kiai was the blessing that was expected by the students to be infected in every lesson they attended. Meanwhile the problem of possession of the Kitab Kuning became quite prominent in the findings of this study, which only relied on book stalls prepared by clerics, while in the context of government assistance, almost none. In Balikpapan, in recent years, the Kitab Kuning has become an important part in reporting pesantren data updates, whose existence is mandatory, in consideration of the extension of the pesantren operational permit. Keywords: Kitab Kuning, Learning, Santri, Kiai, Pesantren

45

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

PENDAHULUAN mentransmisikan Islam tradisional Pesantren pada fase awal sebagaimana terdapat dalam kitab eksistensinya sampai pada kuning itu. (Bruinessen, 2015: 17). pertengahan abad ke-20 sangat Menurut Ahmad Baso, tradisi identik dengan literatur kitab kuning. kajian kitab ini sebenarnya sudah Suatu lembaga pendidikan tidak dapat berlangsung sejak berabad-abad yang disebut pesantren jika tidak ada yang lalu dan disebutkan bahwa pengajaran kitab kuning, karena bagi tradisi peradaban Islam di nusantara pesantren, kitab kuning adalah salah adalah tradisi peradaban kitab. Ini satu sistem nilai yang merupakan ciri dibuktikan dengan adanya koleksi khas sebagai pusat orientasi naskah kitab ulama-ulama . keislaman dan praktik keagamaan Adalah Sultan Banten Maulana dalam berbagai dimensi kehidupan Muhammad cucu dari Sunan Gunung umat Islam. (Aisatun, 2013: 114; Jati, yang memberikan perhatian Wahid, 1985: 72). besar terhadap dunia kitab. Ia Hal ini sejalan dengan yang menggelar wakaf kitab untuk juga diungkapkan oleh Martin Van pesantren. Di samping itu, ia juga Bruinessen bahwa pesantren adalah mendirikan pesantren di luar istana. salah satu tradisi besar Untuk menguatkan pendapatnya, ia dengan ciri khas pembelajaran agama juga memaparkan koleksi Kraton Islam yang mengejawantahkan Surakarta yang juga dipelopori ajaran-ajaran teks-teks klasik dari kalangan pesantren (Baso, 2012). berbagai disiplin ilmu. Bahkan dalam Seiring dengan perjalanan perkembangannya juga memuat waktu, sistem pengajaran atau secara kontekstual kandungan kitab kurikulum di pesantren tidak hanya suci ke dalam kitab-kitab tertentu mengacu pada kajian kitab kuning. yang dapat berupa penjelasan, dan Namun lebih dari itu, banyak atau komentar atas kitab induk yang pesantren sudah mengakomodir telah ditulis selama berabad-abad. kurikulum dari Kementerian Karya-karya ini secara kolektif Pendidikan Nasional dan dikenal, di Indonesia, sebagai kitab Kementerian Agama di bawah bidang kuning, 'buku kuning', nama yang Pendidikan Madrasah. Akibatnya, diduga terinspirasi dari kertas kajian kitab kuning menjadi tereduksi. berwarna di mana edisi Timur Tengah Disamping itu, pesantren di Nusantara pertama mencapai Indonesia dicetak. mengalami transformasi dalam (Van Bruinessen, 1994: 1). Dalam berbagai bentuk. Sehingga kajiannya tradisi pesantren, kitab kuning bukan saja terkait pada kajian-kajian merupakan ciri dan identitas yang keagamaan, namun lebih luas pada tidak bisa dilepaskan. Sebagai kajian nonagama. Pada akhirnya, bisa lembaga kajian dan pengembangan ditemukan di beberapa tempat ilmu-ilmu keislaman, pesantren pesantren berbasis, teknik mesin, menjadikan kitab kuning adalah agrobisnis, kebaharian, dan lain identitas yang inheren dengan sebagainya. Pada akhirnya kajian pesantren. Malah sebagaimana kitab kuning bukan menjadi kajian ditegaskan Martin Van Bruinessen, yang paling urgen di pesantren. kehadiran pesantren hendaknya Bahkan banyak pesantren yang sudah

46

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

tidak mengajarkan kitab kuning lagi. diselenggarakan oleh masyarakat, Dengan kata lain bahwa pesantren yang menyelenggarakan satuan tersebut tidak jauh beda madrasah lain pendidikan pesantren dan/atau secara pada umumnya kecuali hanya santri terpadu menyelenggarakan dengan yang diasramakan sebagai pembeda, pendidikan lainnya. Berdasarkan sehingga muncul istilah “madarasah tipologinya, pesantren dibagi menjadi berasrama”. Pada menurut PMA tiga yaitu: Pesantren Salafiyah yang nomor 13 Tahun 2014 tentang melaksanakan secara tradisional kitab Pendikikan Keagamaan Islam pasal 5 kuning, Pesantren Khalafiyah yang menyebutkan bahwa “Pesantren wajib dikenal juga sebagai pesantren memiliki unsur-unsur pesantren yang modern dan Pesantren Kombinasi salah satunya adalah pengajian atau yang memadukan tipe Salafiyah dan kajian kitab kuning atau dirasah Khalafiyah. Namun seiring terbitnya islamiyyah dengan pola mu’allimin. PMA Nomor nomor 13 tahun 2014 Artikel ini selanjutnya akan tentang Pendidikan Keagamaan Islam mengeksplorasi literatur keislaman yang menyebutkan bahwa pesantren dalam konteks pesantren dalam hal ini dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, kitab kuning, serta sistem pesantren sebagai satuan pendidikan pembelajarannya yang memang unik. yaitu pesantren yang Hal itu, dilakukan dengan melakukan menyelenggarakan kajian kitab pembacaan secara terpadu pada dua kuning atau dirasah islamiyah dengan pondok pesantren di Kota Balikpapan pola mu’allimin. Kedua, Pesantren yang sering mewakili daerah ini sebagai penyelenggara pendidikan. dalam lomba musabaqah qiraatil Yang dimaksud pesantren dalam kutub baik di tingkal lokal maupun penelitian ini yaitu lembaga secara nasional. pendidikan keagamaan Islam yang Rumusan Masalah terdaftar di Kementerian Agama pada Berdasarkan latar belakang Direktorat Pendidikan Pondok tersebut, masalah pokok penelitian ini Pesantren. Sementara Kitab Kuning yaitu Bagaimana pembelajaran kitab dalam penelitian ini yaitu kitab kuning di Pondok Pesantren? Pokok berbahasa Arab yang yang diajarkan masalah ini dirumuskan dalam sub di pesantren baik secara formal di masalah yaitu: Apa jenis kitab kuning kelas maupun dalam bentuk sorogan yang diajarkan dan bagaimana (talaqqi) dan bandongan (halaqah). mekanisme pembelajaran Kitab Fokus utama dalam penelitian yaitu Kuning di Pondok Pesantren, serta mengungkap proses pemanfaatan bagaimana problem dan solusi yang Kitab Kuning di pesantren sebagai dihadapi dalam pembelajaran Kitab sumber belajar yang paling utama Kuning di Pondok Pesantren? untuk mencapai tujuan lembaga Fokus Penelitian pesantren yang memahami ajaran Pesantren dalam regulasi agama (tafaqquh fi al-din). pemerintah sebagaimana peraturan Studi Kepustakaan PMA Nomor nomor 13 tahun 2014 Pada tahun 1994, telah terbit tentang Pendidikan Keagamaan buku bunga rampai hasil penelitian Islam, yaitu lembaga pendidikan dari para peneliti Balai Penelitian keagamaan Islam yang Lektur Keagamaan Ujung Pandang

47

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

(kini Balai Litbang Agama Makassar) lainnya, misalnya Pesantren yang berjudul transformasi kelekturan Manahilul Ulum Kaballangan Pinrang pesantren di Sulawesi Selatan. Kajian yang mengkombinasikan kurikulum ini mengambil lokus di lima Departemen Agama, Departemen pesantren, yaitu: Pesantren As’adiyah Pendidikan, dan Khas kepesantren Sengkang (Abd. Kadir M), Pesantren yang berbasis kitab kuning. Hanya Manahil Ulum Kaballangan Pinrang saja perbedaanya, buku atau kitab (Muhammad As’ad), Pesantren Al pegangan ditentukan sendiri tanpa Urwatul Wustqa Sidrap (Abd. Kadir memadukan dengan buku paket Ahmad), Pesantren Babul Khaer madrasah dengan kitab kuning Bulukumba (M. Alwy Amien), dan (As’ad, Masoweang, Ahmad, 1994). Pesantren Darul Istiqamah Maros Pada tahun 2011, diadakan (Matugengkeng). Kelima pesantren penelitian Implementasi Pengajian tersebut merupakan pesantren yang Kitab Pada Pondok Pesantren di mengkombinasikan antara kurikulum Kawasan Timur Indonesia. Sebagian khas kepesantrenan berupa kitab dari kajian telah diterbitkan dalam kuning kurikulum Deprtemen Agama buku bunga rampai yang berjudul dan Depertemen Pendidikan. Kajian “Reinversi Kurikulum dan ini menyebutkan beberapa kitab Pembelajaran Pendidikan Agama dan kuning yang dikaji di pesantren. Di Keagamaan” tahun 2011. Kajian yang Pesantren As’adiyah Sengkang diterbitkan yaitu tulisan Mujizatullah disebutkan bahwa kitab yang di Pesantren Mambaush Shalihin diajarkan yaitu materi pelajaran di Haramain Palu, Rosdiana di Pesantren kelas dipadukan antara kajian kitab Ulumul Quran Fatimah Azzahra dengan buku paket khusus Pambusuang Polman dan Abdul madarasah. Misalnya, untuk pelajaran Rahman Arsyad di Pesantren Fikih ditingkat Madrasah Tsnawiyah, Salafiyah Parappe Campalagian bahan ajar yang dijadikan pegangan Polman. Ketiga pesantren yang guru dan santri adalah Buku Paket menjadi lokus penelitian merupkana Fikih untuk Madrasah Tsanawiyah, tipe pesantren tradisional (salaf) yang Kifayatul Akhyar, Tanwirul Qulub secara tradisi, kurikulumnya lebih dan Fikih Mawaris. Hanya saja, difokuskan pada pembelajaran kitab implementasi pembelajaran buku dan kuning. Secara umum, ketiga kajian kitab tersebut di atas tidak disebutkan tersebut memaparkan proses secara eksplisit. Begitupun di mata pembelajaran kitab kitab kuning pelajaran lainnya selalu dipadukan dengan mengacu sistem kelas atau antara buku kurikulum Departemen tabaqah (tingkatan). Namun, belum Agama dan kitab kuning. Disamping memaparkan secara eksplisit problem pembelajaran di kelas, beberapa kitab yang dihadapi berupa kurikulum, juga diajarkan dalam sistem halaqah metodologis, waktu, dan lainnya serta di masjid yaitu: Tafsir Jalalayn, pemecahannya (Arsyad, Rosdiana, Riyadhul Salihin, Sahihu Bukhari, Mujizatullah, 2011). Tanwirul Qulub, Fathul Mu’in, Irsyad Ibad. Al Muhazzab Mau’izah al- Mu’minin dan Syarh al-Hikam. Kasus yang sama juga terjadi pada pesantren

48

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

Kajian Teori bidang Tauhid meliputi: Jawahir al- Kitab Kuning dan Metode Kalamiyyah, Kifayatu al-‘Awwam, Pengajarannya Hasyiah al-Sanusi dan lain Dalam KMA nomor 13 tahun sebagainya. Di bidang Tafsir, yaitu 2014 pasal 1 (3) disebutkan bahwa kitab: Tafsir al-Jalalayin, Tafsir al- Kitab Kuning adalah kitab keislaman Qurthubi, Ibnu Katsir, Tasir al- yang berbahasa Arab yang menjadi Maraghi dan lainnya. Di bidang rujukan tradisi keilmuan di Pesantren. Hadis, kitab yang diajarkan yaitu: al- Defenisi ini bermakna lebih umum ‘Arbain li Nawawi, Syarah tanpa ciri-ciri tersebut di atas. ‘Arbain,Tanqihul al-Qawl a-Hatsis, Walaupun pada realitasnya, bahwa Riyadhu al-Shalihin, Fath al-Bari dan kitab-kitab seperti itu diajarkan juga lain sebagainya. Di bidang Tasawuf pada pengajian halaqah di masjid dan Etika, yang diajarkan yaitu: al- tertentu. Akhlaq li al-Banin, Ta’lim al- Secara garis besar, kitab-kitab Muta’allim, Mau’izhah al-Mu’minin, (kuning) yang diajarkan di pesantren Ihya Ulumu al-Din, Tanbihu al- digolongkan ke dalam dalam jenis Gafilin, Nashaihu al-Diniyyah, dan cabang ilmu pengetahuan agama lain sebagainya. Sementara di bidang Islam: 1. Nawhu (Sintax) dan Sharaf sejarah (Tarikh) yaitu kitab Khulasha (Morfologi), 2. Fiqh, 3. Usul Fiqh, 4. Nuru al-Yaqin. Untuk lebih Hadis, 5. Tafsir, 6. Tauhid, 7. lengkapnya jenis-jenis kitab kuning Tasawuf dan Etika, dan 8. Cabang- dapat dilihat pada tulisan Van cabang lainnya seperti Sejarah Bruinessen dengan mengutip juga (Tarikh) dan Balagah. Dari segi pandangan dari Van Derg Berg. judulnya, beberapa kitab yang Dalam mendalami proses biasanya diajarkan di bidang Sharaf belajar mengajar kitab kuning di yaitu: al-Amtsilah al-Tashrifiyyah, pesantren digunakan juga teori sistem Matan dan Syarah Kaylani dan lain pengajaran Kitab Kuning. Menurut sebagainya. Di bidang Nahwu kitab Dhofier, sistem pengajaran kitab yang diajarkan meliputi: Matan kuning di Pesantren di bagi menjadi Ajrumiyyah, Mutammimah dua yaitu: pertama, sistem Sorogan Ajrumiyyyah, Matan Alfiyah Ibnu (talaqqi) yang dikenal juga sebagai Malik, Syarh Ibnu Aqil ‘Ala Matn sistem individual. Dalam sistem ini, Alfiyah Ibn Malik Tashil al-Nayl, pembelajaran dilakukan secara Kawakib al-Durriyyah dan lain bergilir terhadap santri. Keunggulan sebagainya. Di bidang fiqh seperti dari sistem ini terbukti dengan efektif Safinah al-Naja, Kasifah al-Saja bagi pemula sehingga memungkinkan Syarah Safinah al-Naja, Matan al- seorang guru (ustas) mengawasi, Taqrib, Fathu al-Qarib (Syarah menilai dan membimbing secara Matan al-Taqrib), Hasyiah al-Bayjuri maksimal serta memahami situasi ala Fath al-Qarib, Fath al-Mu’in, kejiwaan santri lebih detail. Hanya I’anatul Thalibin Syarh Fath al-Muin, saja sistem ini membutukan energi Minhaju al-Talibin, Kifayah al- yang banyak serta waktu yang lama. Akhyar. Di bidang Usul Fiqh kitab Oleh karena itu, dibutuhkan yang diajarkan: al-Waraqat, Jam’u kesabaran, keuletan, kegigihan dan al-Jawami dan lain sebagainya. Di kedisiplinan dari ustas dan santri.

49

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

Kedua, sistem bandongan/wetonan tahap kedua, pada bulan Maret/April (halaqah) atau sistem kelompok. 2018. Dalam sistem ini, santri Jenis data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam satu kelompok yaitu; data primer berupa data yang dengan bahan kajian kitab yang sama. berkaitan dengan pengajaran kitab Dalam prakteknya, seorang guru kuning di pesantren dan data sekunder mengajarkan kitab dengan membaca, berupa data pendukung lainnya. menerjemahkan dan Sumber data tersebut berasal dari menerangkannya. Sementara santri pejabat Kementerian Agama, mendengarkanny dan bertanya jika pimpinan pesantren, kiai, ustadz, ada sesutau yang belum jelas. Dari santri dan lain sebagainya. sisi pengunaan waktu, sistem ini lebih Dalam penelitian ini, digunakan unggul dari sorogan karena mampu metode pengumpulan data yang lazim mengajar banyak santri dalam satu digunakan dalam penelitian kualitatif waktu. Kelemahannya yaitu membuat yaitu wawancara. Teknik wawancara santri bisa menjadi pasif karena dilakukan dengan informan dalam proses pembelajaran didominasi oleh rangka menelusuri dan mendapatkan guru (ustas). Kedua sistem tersebut di informasi seputar pemanfaatan Kitab atas dikenal juga dengan sistem Kuning di pesantren, yang terdiri dari tradisional. pejabat Kementerian Agama di bagian Pendidikan Diniyah dan Metode Penelitian Pondok Pesantren, pimpinan Penelitian ini merupakan pesantren, ustas dan santri. Oleh penelitian kualitatif deskriptif yang Karena penggunaan satu teknik memotret “Pembelajaran Kitab penelitian tentunya tidak dapat Kuning” di Pondok Pesantren. menjamin validitas data, maka teknik Penelitian ini memilih lokus di wawancara digunakan berpasangan beberapa pondok pesantren di Kota dengan teknik observasi/pengamatan Balikpapan yakni Pesantren Syekh serta dokumentasi. Untuk Arsyad Albanjary, dan Pondok memperkuat, teknik pengumpulan Pesantren Salafiyah Subulussalam Balikpapan. Tahapan penelitian ini yaitu: penyusunan TOR (Term Of Referensi) dan DO (Desain Operasional), pembahasan desain operasional penelitian dan instrumen penelitian, kajian teori yang relevan, pengumpulan data awal, pengumpulan data lapangan, seminar awal, seminar akhir dan ekspose hasil penelitian. Waktu pengumpulan data data tersebut, dilakukan studi penelitian dibagi dalam dua fase, kepustakaan atau referensi yang yaitu: pertama, pengumpulan data berkaiatan dengan kajian ini. awal, pada bulan Februari 2018. Salah satu ciri penelitian Kedua, pengumpulan data lapangan kualitatif, yang menjadi instrumen

50

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

adalah peneliti itu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis data telah dilakukan sejak penelitian ini berlangsung hingga berakhirnya proses pengumpulan data. Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif deskriptif. Akan dilakukan kategorisasi data, Tingkat pengamalan mengaitkan data yang relevan, pembelajaran kitab kuning oleh membuat narasi. Pesantren Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bertingkat-tingkat sesuai PEMBAHASAN dengan jenjang pendidikan Pembelajaran Kitab Kuning di keagamaan Diniyah yang ada. Di Pesantren Balikpapan tingkat Ula misalnya, santri tidak 1. Pesantren Syekh Muhammad langsung diajarkan kitab kuning, Arsyad Al-Banjari tetapi terlebih dahulu diperkenalkan Penyelenggaraan pembelajaran dengan pembelajaran baca tulis kitab kuning oleh pesantren Salafiyah Aksara Pegon. Jadi, para santri yang tentu tidak diragukan lagi baru masuk dikondisikan sedemikian pelaksanaannya. Di Indonesia rupa agar lebih familier dengan aksara kebertahanan eksistensi pembelajaran arab, melalui pelatihan baca tulis kitab kuning tidaklah berlebihan jika Pegon (Arab Melayu). Asumsi yang dikatakan berada di pundak pesantren dikembangkan oleh pesantren adalah, Salafiyah. Komitmen dan corak dengan pemahaman dan keterampilan keislaman yang khas menunjukkan dalam hal penguasaan pembacaan dan masa depan pembelajaran kitab penulisan aksara pegon, membuat kuning yang menjadi nafas utama para santri akan menjadi siap dan eksistensi pesantren Salafiyah. lebih mudah untuk membaca dan Demikian halnya yang terlihat di mempelajari kitab-kitab kuning Pesantren Syekh Muhammad Arsyad dengan berbagai jenisnya nanti. Al-Banjari, yang terletak di kilometer Struktur pembiasaan dalam penulisan 20 jalur menuju ke Samarinda. dan pembacaan aksara pegon Pelaksanaan pesantren yang bergenre dikaitkan dengan kehidupan sehari- Salafiyah adalah pilihan yang diambil hari santri, dimaksudkan agar tingkat oleh Kiai Syarwani Zuhri untuk penguasaan dasar-dasar bahasa arab dijalankan dengan mengandalkan oleh santri menjadi penguatan Basic pembelajaran Kitab Kuning yang study menuju jenjang yang lebih sengaja ditonjolkan pada setiap tinggi. Jika santri sudah mampu pembelajaran di berbagai tingkatan, menguasai perbedaan penulisan mulai dari tingkat Ula, Wusta, aksara pegon untuk jenis-jenis kata maupun Ulya. yang berbeda maksud namun, secara leksikal mempunyai kemiripan, semisal Kambing, Kumbang, dan Kembang, maka untuk tata bahasa

51

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

lainnya dengan perbedaan bunyi dan Dujurumiah. Khusus Kitab aksara bisa lebih mudah dilanjutkan. Aljurumiah, pihak pesantren Setelah menguasai baca tulis mensyaratkan maksimal satu tahun pegon, selanjutnya santri belajar kitab tersebut, santri sudah diperkenalkan dengan pelajaran harus menghafalkannya, hal itu tangga ibadah, pegon tingkat sekaligus digunakan sebagai syarat Advance, dan Alquran. Hal ini naik tingkat pada jenjang selanjutnya. dimaksudkan untuk melatih santri “Khusus Kitab Al Djurumiah, para mengaplikasikan ajaran dasar kepada santri kita beri waktu paling lama kehidupan sehari-hari, termasuk pada satu tahun sudah harus dihafalkan penguatan pengamalan ibadah, dan kitab itu di luar kepala, ini baca tulis Alquran yang baik dan dimaksudkan agar ke depan benar. Tahapan ini menjadi penting penguasaan nahu sarafnya sudah sebagai tangga penghubung oke. Ini pula yang menjadi kebijakan penguasaan dasar-dasar pembelajaran kiai Syarwani bagi setiap santri tanpa kitab kuning ke depannya. terkecuali”. Wawancara Ustaz “tahapan pengenalan pelajaran Zulkifli, 22 Februari 2018, pukul tangga ibadah berbasis kitab dasar 10.00 Wita). yang diperkenalkan pada fase ini diharapkan dapat menjadi 2. Pesantren Salafiyah penghubung utama pengantar Subulussalam Balikpapan penguasaan ilmu-ilmu alat dengan Pondok Pesantren Salafiyah tingkat kesulitan tertentu agar kelak Subulus Salam Balikpapan santri tidak kaget dan kelabakan jika merupakan pondok pesantren salaf sudah tiba saatnya nanti yang mulai dirintis sejak tahun 1990. diperkenalkan dengan kitab kuning Resmi berdiri pada 17 Juni 1993 M. yang sesungguhnya. Termasuk yang Pada mulanya, Pengasuh Pondok tidak kalah pentingnya adalah Pesantren Subulus Salam KH. melatih dan membiasakan santri baca Muhammad Fadhli bersama empat tulis Alquran yang baik dan benar, rekannya mendirikan Pondok meskipun tidak/belum diwajibkan Pesantren Asy-Syifa Tahun 1979. kepada mereka untuk menghafal KH. Muhammad Fadli S atau KH Quran”. (wawancara Ustaz Zulkifli, Muhammad Fadhli Suntung lahir di Pesantren Syekh Muhammad Arsyad Amuntai, 3 Februari 1951. Beliau Al-Banjari, 21 Februari 2018, pukul alumni Pondok Pesantren Rakha 09. 30 Wita). Amuntai atau Pondok Pesantren Penguatan dan pengenalan Rasyidiyah Khalidiyah. Beliau langsung pada kitab kuning baru merupakan pendiri Pondok Pesantren dilakukan pada tingkatan Wusta, Salafiyah Subulus Salam Kelurahan dengan terlebih dahulu mengedukasi Batu Ampar, Balikpapan Utara santri pada ilmu Nahu Saraf dengan (1990). Ponpes “Subulus Salam” merujuk pada Kitab Is’afu Tholibin merupakan rumah Tahfidz Quran, salah satu kitab rujukan nahu saraf wadah untuk mendidik kader-kader yang dikembangkan di pesantren penghafal Al-Quran yang andal. Iba’ul Amin Martapura, selanjutnya Sebelumnya, pada tahun 1979, beliau baru diajarkan kitab Amsilati, dan bersama dengan ulama yang lain

52

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

mendirikan Pondok Pesantren As- pemerintah dan menebarkan hidup Syifa”. damai bagi semuanya,” ujar kiai “Belajar ilmu agama Islam yang kelahiran Amuntai, suami dari Hj berakar pada tradisi-tradisi bukan Tasriah tersebut. Hj. Tasriyah lulusan berarti menjadikan pola pikir dan dari Pondok Pesantren Rasjidiyah sikap laku cenderung tradisional, Khadiyah, Amuntai Kalimantan menantang perubahan zaman. Selatan juga. Pondok Pesantren Belajar ilmu Islam itu akan Subulus Salam juga fokus pada selamatkan diri dan orang lain”. hafalan Alquran (tahfidzul Qur’an) Karena adanya perbedaan dengan Rumah Tahfidz Quran yang prinsip, Kiai Fadli mengambil jalan ada dipesantren tersebut. sendiri untuk mendirikan Subulus Dalam Konteks Pembelajaran Salam yang menjaga kuat tradisi salaf Kitab Kuning di Pesantren Islam. Subulussalam, diketahui bahwa “Pesantren As Syifa mengadopsi terdapat formulasi pembelajaran kitab pelajaran-pelajaran modern. Saya kuning yang berbeda dari berbagai tetap berpendirian mengajarkan tingkatan antara Ula/ Persiapan, kurikulum salafiyah, belajar ilmu Wuthsa, dan Ulya. Pada tingkatan Ula keislaman secara penuh, yang atau persiapan, santri pada awalnya mengacu pada kitab-kitab yang dibekali dengan penggemblengan dan dipakai oleh pondok pesantren penguatan baca tulis Alquran, dan berbasis (NU),” pembekalan fiqih ibadah dengan ungkap Kiai Fadli. menggunakan kitab Safinatun Najah, Pendirian pesantren Subulus dengan frekuensi satu kali seminggu. Salam bertujuan untuk mencetak Sementara pada tingkatan wuthsa, generasi santri yang beriman dan santri sudah dibekali dengan bertakwa, berakar pada tradisi, dan pengenalan dan penguasaan ilmu damai pada semuanya. “Mendirikan nahwu shorof yang terangkum dalam pesantren ini ingin ciptakan kitab Al Jurumiah. Selain itu, para santri-santri yang beriman dan santri pesantren juga harus bertakwa. Yang tidak meninggalkan mempelajari kitab khusus yang tradisi-tradisi Islam dengan tidak berupa ringkasan Kitab Qailoni yang membenci umat lainnya, damai bagi juga diajarkan pada pondok pesantren semua manusia,” kata beliau. Ibnul Amin di Banjarmasin. Pada Menurut Kiai Fadli, belajar ilmu tingkatan Ulya, santri sudah agama Islam yang berakar pada mempelajari kitab-kitab tafsir. tradisi-tradisi bukan berarti (wawancara Ustaz Syarifuddin, 23 menjadikan pola pikir dan sikap Februari 2018, pukul 09.37 wita). tingkah laku cenderung tradisional, menentang perubahan zaman. Belajar Eksistensi Belajar Kitab Kuning di ilmu Islam itu akan selamatkan diri Ponpes Balikpapan dan orang lain. “Tidak mengajarkan Kebanyakan puas dengan radikalisme, yang benci pada mengajar kitab kuning yang ada, orang-orang di luar kita. Ilmu yang tetapi tidak sedikit yang disebarkan adalah ilmu Islam yang menambahkan karya mereka sendiri rahmatan lil alamin. Kami tidak anti ke dalam tradisi. Ada perbedaan

53

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

formal yang luar biasa dengan penguatan tradisi baca tulis kitab penulisan modernis dan reformis kuning yang beragam jumlah dan ulama: yang terakhir menulis karya- tingkatannya. karya mereka dalam bahasa Indonesia Mengenai pola, metode, dan (romanisasi) (karya publik reformis sistematika penyampaian pembe- dibaca oleh penulis Arab juga lajaran kitab kuning dilakukan secara biasanya dalam terjemahan bahasa halaqah atau duduk melingkar/ Indonesia). Untuk 'tradisionalis' berbaris menghadap ustaz yang ulama, di sisi lain, bahasa dan tulisan dikenal dengan metode sorogan. Pada Arab mewakili nilai-nilai luhur dalam tingkatan Awwaliyah, kita akan diri mereka; tidak hanya mereka melihat aplikasi pola ini dengan sering menulis dalam bahasa Arab, sangat meriah, dan mungkin akan tetapi ketika mereka menulis atau sangat heboh, karena antusiasme para menerjemahkan dalam bahasa sehari- santri di tingkatan awal ini sangat hari, mereka hampir secara eksklusif menggebu-gebu. Hal itu boleh jadi menggunakan tulisan Arab. Skrip karena mereka teramat sangat adalah lencana identitas yang, lebih bersemangat dalam mengikuti arahan baik daripada kebanyakan kriteria, ustaz. Sesekali terlihat mereka (para membedakan 'tradisionalis' dari arus santri itu) mengulangi apa yang lainnya. Lebih dari 500 karya berbeda disampaikan oleh ustaz dengan suara oleh ulama tradisional Indonesia saat lantang dan bersamaan, dengan ini dicetak, mulai dari traktat alim jumlah santri mencapai puluhan, sederhana hingga terjemahan maka ketika kita melihat dan langsung ke komentar-komentar mendengarnya langsung, akan cukup canggih tentang teks-teks klasik. merasakan atmosfer kemeriahan, dan (Bruinessen, 1994). sejenak akan lupa kalau yang sedang Ada semacam tata urutan mereka ulangi dan pelajari itu adalah membaca dan mengaji kitab yang pelajaran kitab kuning yang bagi meskipun tidak tertulis, tetapi sudah sebagian orang tentu tidak mudah sedemikian lama dijalankan oleh memahaminya, tapi bagi mereka, pesantren syekh Muhammad Arsyad semangat dan antusiasme, serta Albanjari Balikpapan. Dimulai kepekaan ala santri yang sedang dengan mempelajari kitab Is’afu at klimaks, membuat suasana menjadi tholibin sebagai salah satu kitab khas sedemikian menarik. rumusan pesantren Darusalam Hal ini akan kita jumpai pada Banjarmasin, sekaligus sebagai kitab setiap tingkatan Awwaliyah, karena pengantar yang berbahasa dan boleh jadi sistem ini menjadi bagian beraksara pegon, dalam rangka integral dalam konten dan materi ajar mendekatkan aksara arab kepada para kitab-kitab pengantar nahu saraf yang santri meskipun bacaannya melayu. menghendaki proses penghafalan, dan Pengenalan dan pembiasaan yang pelafalan berulang-ulang, berikut dilakukan itu dimaksudkan untuk beragam makna dalam satu atau lebih memudahkan dalam memasuki dunia kata, yang lebih dikenal dengan pembelajaran kitab berbahasa arab, ‘menimbang’, setiap kata yang dan tanpa harakat nantinya kepada memiliki padanan lafal dan makna para santri, termasuk juga dalam yang serupa namun tak sama. Ini juga

54

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

akan lebih memudahkan para santri karena pada tingkatan ini, mereka menghafal kosa kata berbahasa arab sudah tidak lagi ‘seribut’ yang jika semakin sering diulang- sebagaimana tingkatan awal yang ulangi, maka akan semakin mudah cenderung mengulang, dan menghafalkannya. Pada tingkatan ini menimbang-nimbang kata, namun juga ditemukan pola pendidikan sudah mempelajari kitab-kitab pengenalan dasar untuk para santri lanjutan yang sedikit lebih rumit dan baru, sekaligus untuk membangun membutuhkan ketenangan serta landasan dasar cara berpikir Islami, keteguhan jiwa. Selain suasananya terutama bagi mereka para santri yang berangsur tenang, materi kitab pindahan dari sekolah dan atau kuning yang dipelajari pun sudah yayasan lain, sekaligus berfungsi sedemikian rumit, karena lebih sebagai filtrasi ala pesantren dari banyak kitab-kitab aplikatif, baik itu segala bentuk radikalisme, maupun nahwu saraf, maupun fikih, serta kitab terorisme. lainnya. Pada fase ini, diskusi dan Apa yang terlihat itu tanya jawab soal substansi kitab yang sesungguhnya menggambarkan pola diajarkan sudah terlihat cukup intens, interaksi guru-santri dengan tidak seperti pada tingkatan awal yang menunjukkan sikap hormat dan hampir tidak dijumpai tanya jawab kepatuhan mutlak kepada kiai sebagai dari santri, karena lebih banyak doktrin yang terlebih dahulu harus mengandalkan posisi kiai yang sangat ditanamkan. Martin Van Bruinessen dominan. Di tingkatan ini, menyebut fenomena ini sebagai perbandingan antar kitab terhadap instrumen penting dalam pokok bahasan masalah, khususnya pembelajaran kitab kuning, yang soal fikih kaitannya dengan dalil dalil meskipun materi intinya adalah teks yang digunakan sebuah kelompok tertulis, namun penyampaian secara ikut dibahas, tanpa ada tendensi untuk lisan oleh para kiai adalah hal paling menyalahkan salah satunya. mendasar. Kiai membacakan atau Di fase inilah karakter wawasan lebih tepatnya membicarakan kitab keislaman yang tidak taklid keras-keras di hadapan para santri diperkenalkan, sebab hampir setiap yang terlihat memegang kitabnya pembahasan (khususnya fikih), masing-masing, sembari memberikan menunjukkan variasi dalil yang harakat sebagaimana bacaan sang masing-masing memiliki hujjahnya. kiai dan mencatat penjelasannya Bisa dikatakan, bahwa fase ini adalah (Bruinessen, 2015: 86-87). fase di mana telaah kontekstual dan Setelah melalui tingkatan dasar pemaknaan atas teks diperkenalkan atau bisa juga disebut sebagai masa kepada santri secara tidak langsung, orientasi santri untuk meleburkan hati sekaligus memberikan penambahan dan pikirannya ke dunia pesantren, wawasan integral kepada santri agar dunia kitab, dan dunia Islam beserta tidak terpaku hanya pada tataran teks lingkup dan cakupan pendidikan book, namun juga bisa memperluas tradisionalisme pesantren yang konsep pemaknaan atas isi teks yang merata, maka santri di tingkatan lebih mendalam. Santri yang telah selanjutnya akan mempelajari kitab berada dalam fase ini nantinya juga kuning dengan sedikit agak tenang, akan dipersiapkan untuk menjadi

55

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

ustaz di pesantren itu, sebagai bentuk cetakan terbaru yang kertasnya sudah pengabdian. Pemahaman menyeluruh menggunakan kertas berwarna putih. atas kitab-kitab yang membahas “Sebenarnya untuk bantuan kitab tema-tema tertentu, sedikit banyaknya kuning dari Kementerian Agama, telah membentuk karakter keilmuan seingat saya dulu sekali di sekitar santri agar bisa menjawab secara tahun 2008 atau sekira kurang lebih komprehensif masalah-masalah aktual 10 tahun yang lalu, namun bantuan di masyarakat, dengan berbagai itu tidak sepenuhnya fungsional kita pertimbangan, serta dengan dalil dan gunakan di sini, selain karena rujukan yang jelas. jumlahnya yang memang terbatas, materi kitab yang diberikan tidak Problem dan Solusi Pembelajaran sepenuhnya diajarkan di sini, Kitab Kuning Ponpes Balikpapan sehingga lebih banyak tersimpan di Masih Nafsi-Nafsi: Kepemilikan rak-rak lemari di ruang kelas dan Kitab Kuning Andalkan Lapak Ustaz kantor pesantren, selebihnya tidak Dalam hal kepemilikan kitab pernah lagi ada bantuan khusus kitab oleh santri maupun para ustaz kuning ke pesantren kami. (Ustaz menunjukkan pola pengadaan yang Kifli, wawancara 9 Maret 2018, pukul sangat khas pesantren. Kitab kuning 10.00 Wita di Ponpes Syekh yang merupakan buku wajib bagi Muhammad Arsyad Albanjary). santri dan kiai diharuskan ada dengan Senada dengan yang usaha sendiri, baik itu dengan diutarakan oleh ustaz Kifli, hal yang membeli langsung maupun foto kopi. relatif sama juga dijumpai pada Nyaris tidak ada bantuan dari pesantren Subulussalam Balikpapan, pemerintah soal pengadaan kitab terkait bantuan stakeholder soal kuning, bahkan untuk pesantren pengadaan kitab kuning. bergenre Salafiyah sekalipun, yang “sebenarnya, kita sudah hampir lupa sehari-harinya hanya berkutat dengan kapan terakhir kitab-kitab kuning kitab-kitab gundul berbahasa arab dan dari kementerian agama itu kertasnya yang menguning. Sehingga bertandang ke pondok kami, selama yang menjadi alternatif kepemilikan ini, soal pemilikan kitab kuning, kita kitab kuning itu, tersedialah beberapa lebih banyak mengandalkan proporsi ustaz atau pengasuh pondok yang nafsi-nafsi, alias mengadakannya sekaligus bertindak sebagai sendiri-sendiri. Kitab itu selain penyambung kebutuhan kitab para menjadi kitab wajib, kita tentu tidak santri dan ustaz, dengan menyiapkan akan mampu mengejar pemahaman lapak-lapak kitab yang digunakan kitab kalau tidak memilikinya. Kalau dengan standar harga yang sudah tidak salah, sudah sekitar satu dekade ditetapkan, meskipun hanya berbasis yang lalu, bantuan kitab itu pernah toko-toko kitab rumahan, tentu datang, namun tidak banyak dengan harga yang relatif terjangkau. membantu kami dalam pembelajaran Meski tak bisa dipungkiri penyiapan kitab, selain karena tidak lengkap dan kitab itu tidak lagi ‘sekuning’ dahulu, diserahkan begitu saja tanpa dalam pengertian kitab-kitab yang koordinasi dengan kebutuhan kitab dijual itu sudah banyak menggunakan yang diajarkan di sini, yang cukup mengganjal kita untuk memanfaatkan

56

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

kitab itu, adalah adanya desus-desus yang diajarkan di pesantren yang soal asal kitab kuning yang konon bersangkutan, sementara yang baru katanya merupakan kitab sitaan saja itu lebih memungkinkan kepada pemerintah dari luar negeri karena pesantren mengajukan proposal kitab ketiadaan dokumen-dokumen apa saja yang diajarkan, berikut kepabeanan ketika masuk ke jumlah dan tingkatannya (Efa, Staff Indonesia. Mendengar itu, oleh Kiai Seksi Pontren Kemenag Balikpapan). kita tidak dianjurkan untuk Keterangan yang terhimpun mengajarkan kitab-kitab itu, karena itu sesungguhnya menunjukkan sudah barang tentu, segala barang sebuah sistem distribusi kitab yang yang asalnya tidak jelas, pastilah terpusat namun tidak terkoordinasi tidak mendapat berkah bagi kita dengan baik dalam setiap tingkatan semua”. (Ustaz Mahmud, Ponpes kementerian dan pesantren itu sendiri, Subulussalam Balikpapan, 12 Maret sehingga antara kebutuhan kitab di 2018, Pukul 09.45 Wita). pesantren dengan penyiapan segala Konteks bantuan kitab kuning administrasi dan bahan kitab terjadi yang sudah cukup lama itu juga kesenjangan dan koordinasi yang diamini oleh Pontren Kementerian tidak terjalin dengan baik, hal ini Agama Kota Balikpapan, menurut Bu berdampak pada pengadaan kitab Efa: yang cenderung asal, dan sosialisasi pengadaan kitab kuning oleh pusat yang terlihat masih terputus pernah dilakukan pada sekitar tahun koneksitasnya. Tentu, hal ini menjadi 2008, dengan langsung melakukan bagian yang penting untut dicatat, distribusi ke pesantren-pesantren khususnya kepada Kementerian yang ada di Balikpapan. Selain itu, Agama, yang tentunya sudah harus sesungguhnya tahun 2016 lalu, melakukan evaluasi teknis maupun pernah ada bantuan kitab kuning non teknis terkait pengadaan dan yang ditujukan kepada pesantren, bantuan kitab kuning yang betul-betul namun format surat yang kami terima bisa dimanfaatkan oleh pesantren, tempo hari itu mensyaratkan serta bisa digunakan sebagaimana pengajuan proposal kitab dari mestinya. Soal pengadaan yang Pesantren dulu kemudian diteruskan mensyaratkan pengajuan proposal ke Kanwil di Samarinda, untuk dari pesantren yang bersifat bottom- selanjutnya diajukan ke pusat. Namun up itu sebenarnya adalah hal yang sayangnya, ketika itu, waktu yang perlu dikembangkan, namun tentu ditetapkan berdasarkan surat yang dengan segala macam catatan yang dikirim ke kita itu sangat mepet, mengirinya, antara lain konteks waktu sehingga tidak satu pun pesantren di pengajuan yang bisa disesuaikan, Kota Balikpapan ini yang sempat dalam pengertian sesuai dengan mengajukan proposalnya, padahal proporsi antara penyiapan kitab, dan tawaran itu sangat menarik, karena rentang waktu sosialisasi, serta kondisinya sudah tidak seperti evaluasi berbasis pemutakhiran data sepuluh tahun lalu, yang langsung kebutuhan kitab di pesantren yang mendistribusikan kitab kuning ke harus benar-benar berkesinambungan. pesantren tanpa terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan kitab apa

57

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

Pola Belajar Kitab Kuning: bagaimanapun rumitnya, selalu dapat Dominasi Positif Kiai, dan Asa dipahami oleh santri, meskipun Barakka’ Bagi Santri dengan pola pembelajaran yang Sebagaimana disebutkan di sangat tradisional. awal, cara dan pola belajar kitab Salah satu yang juga menopang kuning yang dikembangkan pesantren hadirnya asa keberkahan bagi santri adalah sistem halaqah. Ejawantah dan setiap pelajaran yang dilakukan pola ini lebih banyak melibatkan adalah, keikhlasan dan kebersihan dominasi ustaz dalam memberikan hati, serta penjagaan asal dari segala dan mencontohkan pokok-pokok media pembelajaran yang ada. Hal itu ajarannya. Para ustaz, sebagai dilakukan dengan senantiasa sentrum pengajaran kitab di setiap menjaganya dari sumber-sumber yang halaqah yang dibuat, menunjukkan tidak halal. Sikap tawadu sang kiai semacam pola baku yang bisa juga menjadi unsur utama lahirnya dijumpai di hampir setiap asa keberkahan itu setiap saat, bahkan pembelajaran kitab kuning di di beberapa pesantren baraqqa’ itu pesantren. Peran dominan ustaz, tidak disebut sebagai bagian dari Karamah. hanya dilihat dari banyaknya waktu Oleh karena itu, bagaimanapun yang digunakan untuk mendikte rumitnya materi kitab kuning itu, bagi santri, namun juga dalam cakupan santri tentu dijadikan sebagai pelecut penjelasan atas materi yang diajarkan semangat demi terwujudnya asa itu menuntut pemahaman yang baraqqa’ yang diyakin akan mendalam dalam pengajarannya. ditularkan oleh sang kiai kepada Sementara itu, bagi santri, pola mereka perlahan-lahan. Mereka pembelajaran seperti ini akan banyak mencintai pelajaran dari sang guru, nilai yang bisa diperoleh. Salah satu sekaligus menyematkan keikhlasan yang paling menonjol adalah nilai dan tawadu dalam hati mereka. berkah dari guru/kiai, semangat Bahkan, dalam suasana yang sangat beroleh berkah itu sangat natural, dan pelik sekalipun, misalnya karena telah mendarah daging dalam keterbatasan kitab-kitab kuning yang sanubari santri. Ilmu yang diperoleh disediakan pondok, mereka senantiasa dengan kasih sayang dan keramahan berusaha mengadakannya demi hati dari kiai, bagaimanapun pola menemukan hikmah dan berkah di yang dilakukan selalu membuat para balik lembar demi lembar kitab yang santri sedemikian antusiasnya telah menguning warna kertasnya itu. menerima ilmu itu, selain karena Meskipun kini, kitab-kitab tambahan pengetahuan, mereka juga berbahasa arab sebagai yang meyakini, bahwa transformasi ilmu dimaksudkan kitab kuning itu, dari kiai selalu merupakan warnanya tidak lagi sekuning dahulu. keberkahan tersendiri yang Hal ini dikarenakan telah maraknya dikirimkan Tuhan melalui perantara terbitan-terbitan nasional yang sang guru. Hal inilah yang membuat sekaligus berfungsi sebagai mediator setiap santri selalu dapat memahami dan distributor ilmu kitab kuning di bahan ajaran yang bersumber dari pesantren, dengan berbagai ragam dan kitab-kitab kuning itu dengan baik. jenisnya, baik itu kitab komentar Itulah kenapa, setiap pelajaran kitab (syarah) maupun kitab yang berisi

58

Jurnal Pusaka, Vol. 6, No.1, 2018

komentar atas komentar (hasyiah). Sementara itu problem kepemilikian Kebanyakan dari kitab-kitab itu kitab kuning menjadi salah satu yang menggunakan kertas tipis sebagai cukup menonjol dalam temuan media, selain karena kitab-kitab yang penelitian ini, yang hanya diterbitkan itu relatif tipis-tipis, juga mengandalkan lapak-lapak kitab yang karena efisiensi anggaran, sebab disiapkan oleh ustaz, sementara dalam nantinya pasar utama dari kitab itu konteks bantuan pemerintah, hampir adalah kalangan santri pesantren, tidak ada. Di Balikpapan, dalam yang harganya juga ditekan beberapa tahun terakhir, kitab kuning sedemikian rupa, agar terjangkau. belakangan menjadi bagian penting Jadilah kitab-kitab yang dahulunya dalam pelaporan pemutakhiran data didominasi oleh kertas-kertas pesantren, yang keberadaannya berwarna kuning, kini lebih banyak menjadi wajib, sebagai pertimbangan dijumpai kitab-kitab dengan teks perpanjangan ijin operasional berbahasa arab menggunakan kertas pesantren. putih dan tipis, serta dimensinya yang lebih kecil dari kertas HVS. DAFTAR PUSTAKA Meskipun dalam beberapa kitab Arsyad, Abdul Rahman. tertentu, masih dijumpai beberapa Implementasi Pengajian Kitab kitab wajib yang warna dan Kuning Pada Pondok Pesantren bentuknya masih sama dengan yang Salafiyah Parappe Kabupaten dipakai oleh kiai, dan kebanyakan Polewali Mandar dalam merupakan kitab-kitab impor. “Reinversi Kurikulum dan PENUTUP Pembelajaran Pendidikan Pembelajaran kitab kuning di Agama dan Pendidikan pondok pesantren terlihat Keagamaan. : Orbit, menggunakan model halaqah/ 2011. sorogan. Pada setiap tingkatan terlihat As’ad, Muhammad. Transformasi perbedaan cara belajar kitab dimana Kelekturan Pada Pesantren pada fase awal terlihat pola Manahil Ulum Kaballangan pembelajaran kitab yang sangat dalam “Transformasi mengandalkan kiai/ustaz untuk Kelekturan Pesantren di membacakan dan menjelaskan Sulawesi Selatan. Ujung keseluruhan, sementara santri cukup Pandang: Balai Penelitian mengulang-ulanginya. Sementara Lektur Keagamaan Ujung pada fase yang lebih tinggi diskusi Pandang, 1994. dan pengkajian mendalam terhadap Baso, Ahmad. Pesantren Studies 2a. materi sudah dilakukan, termasuk Jakarta: Pustaka Afid, 2012. pada pemaknaan kontekstual dan Bruinessen, Martin Van. Kitab perbandingannya dengan kitab-kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat. lainnya. Hal lain yang mengemuka Cet. II; Yogyakarta: Gading dalam setiap dominasi pemaparan Publishing, 2015. materi kitab kuning oleh kiai itu . 1994. 'Pesantren and Kitab adalah asa berkah yang diharapkan Kuning: Continuity and change santri tertular dalam setiap in a tradition of religious pembelajaran yang diikutinya. learning', in: Wolfgang

59

Repleksi Pembelajaran Kitab Kuning .… - Abu Muslim

Marschall (ed.), Texts from the Guru Sertifikasi. Bandung: islands: Oral and written Remaja Rosda Karya 2008 traditions of Indonesia and the Muslim, Abu. Problematika Malay world [Ethnologica Pemanfaatan Buku Paket Bernensia, 4], Berne: The Pendidikan Agama Islam University of Berne Institute of Sekolah Dasar Di Kota Ethnology. Balikpapan. Jurnal Edukasi Cresswell, John W. Research Design, Volume 14 Nomor Tahun 2016. Qualitative and Quantitative Nurhayati, Aisatun. 2013. Literatur Approaches. California: Keislaman dalam Konteks Thousand Oaks, 1994. Pesantren. Jurnal Pustakaloka Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Volume 5 Nomor 1 Tahun Pesantren: Studi Pandangan 2013. Hidup Kyai dan Visinya Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Mengenai Masa Depan Tahun 2014 Tentang Indonesia. Jakarta: LP3ES, Pendidikan Keagamaan Islam. 2011. Pusat Bahasa Deparetemen Direktorat Jenderal Kelembagaan Pendidikan Nasional. Kamus Agama Islam Deperteman Besar Bahasa Indonesia Agama RI. Pondok Pesantren Jakarta: Balai Pustaka, 2009. dan Madrasah Diniyah; Qamar, Mujamil. Pesantren: Dari Pertumbuhan dan Transformasi Metodologi Perkembangannya. Jakarta: Menuju Demokratisasi Institusi. Deperteman Agama RI, 2003. Jakarta: Erlangga, t.th. Kadir M, Abd. Transformasi Rosdiana. Implementasi Pengajian Kelekturan Pada Pesantren Kitab Pada Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang dalam Salafiyah Ulumul Qur’an “Transformasi Kelekturan Fatimah Az-Zahra dalam Pesantren di Sulawesi Selatan “Reinversi Kurikulum dan Ujung Pandang: Balai Pembelajaran Pendidikan Penelitian Lektur Keagamaan Agama dan Pendidikan Ujung Pandang, 1994. Keagamaan. Jakarta: Orbit, Kementerian Agama RI. Kementerian 2011 Agama RI Dalam Angka. Sugiyono. Metode Penelitian Jakarta: Kementerian Agama RI Pendidikan (Pendekatan Biro Hubungan Masyarakat, Kualitatif, Kuantitatif, dan Data dan Informasi, 2017. R&D). Bandung: Alfabeta, Mujizatullah. Implementasi Pengajian 2010. Kitab Pada Pondok Pesantren Wahid, Abdurrahman. 1985. ‘Nilai- Mambaush Shalichin Al- Nilai Kaum Santri’ dalam M. Haramain dalam “Reinversi Dawam Rahardjo, Pergulatan Kurikulum dan Pembelajaran Dunia Pesantren: Membangun Pendidikan Agama dan dari Bawah. Jakarta: P3M. Pendidikan Keagamaan. Jakarta: Orbit, 2011. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan

60