FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUD PREVENTION: PERAN INTERNAL CONTROL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
SISKA SIVVANI DWI SAPITRI NIM: 11150820000060
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019
FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUD PREVENTION: PERAN INTERNAL CONTROL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
SISKA SIVVANI DWI SAPITRI NIM: 11150820000060
Dibawah bimbingan Pembimbing I
Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA., NIP. 19740928 200801 2 004
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini , 08 Mei 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Siska Sivvani Dwi Sapitri 2. NIM : 11150820000060 3. Jurusan : Akuntansi (Keuangan) 4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor Determinant Fraud Prevention: Peran Internal Control sebagai Variabel Intervening
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Mei 2019
1. Fitriyani Damayanti, SE.,M.Si. ( __ ) NIP:19810731200604200 Penguji I
2. Masrul Huda, SE., M.Si ( __ ) NIP: 19630506201411100 Penguji II
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 26 September 2019 telah dilakukan Uji Skripsi atas mahasiswa/i:
Nama : Siska Sivvani Dwi Sapitri No. Induk Mahasiswa : 11150820000060 Jurusan : Akuntansi Judul Skripsi : Faktor-Faktor Determinant Fraud Prevention: Peran Internal Control sebagai Variabel Intervening.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 September 2019
1. Yessy Fitri, SE., M.Si,Ak (...... ) NIP: 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Reskino, SE., MSi.,Ak., CA., CMA., CERA (...... ) NIP: 19740928 200801 2 004 Sekretaris
3. Dr. Rini, M.Si.,Ak.,CA (...... ) NIP: 19760315 200501 2 002 Penguji Ahli
4. Reskino, SE., MSi.,Ak., CA., CMA., CERA (...... ) NIP: 19740928 200801 2 004 Pembimbing
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Siska Sivvani Dwi Sapitri No. Induk Mahasiswa : 11150820000060 Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya oranglain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungjawabkan atas karya ini Jika dikemudian hari ada tntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian dan dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar aturan di atas, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 26 September 2019
Siska Sivvani Dwi Sapitri
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI 1. Nama Lengkap : Siska Sivvani Dwi Sapitri 2. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 01 Januari 1998 3. Alamat : Jl. Kapten Pierre Tendean No.16 Jakarta Selatan 12790 4. Telepon : 081291624219 5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN 1. SD Negeri Pela Mampang 03 Pagi Tahun 2003-2009 2. SMP Negeri 43 Jakarta Selatan Tahun 2009-2012 3. SMK Negeri 6 Jakarta Selatan Tahun 2012-2015 4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Hamid 2. Ibu : Uun Yunengsih
IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Manager Program Youth Finance Indonesia Periode 2016-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2016-2017 2. Sekretaris Tax Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2016-2018 3. Ketua Divisi Program Greenpeace Youth Jakarta periode 2016 – 2018 4. Bendahara CeweQuat Batch V 2017
V. KEPANITIAAN 1. Global Money Week Youth Finance Indonesia sebagai Wakil Ketua Pelaksana, 2019.
v
2. Talkshow Hari Oeang Youth Finance Indonesia sebagai Ketua Pelaksana, 2018. 3. Brevet Tax Center UIN Jakarta sebagai ketua pelaksana, 2018. 4. Rainbow Warrior Tour Ship Greenpeace sebagai Koordinator Volunteer, 2018 5. Talkshow Potensi menjadi prestasi: “Let’s Contribute More For Our Beloved Country” sebagai Ketua Divisi Acara, 2018
VI. SEMINAR, WORKSHOP, DAN COMPANY VISIT 1. Workshop Aplikasi Akuntansi Zahir oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. 2. Company Visit Goes to Direktorat Jenderal Pajak oleh Tax Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. 3. Workshop Audit Simulation oleh HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
vi
FACTORS DETERMINING FRAUD PREVENTION: THE ROLE OF INTERNAL CONTROL AS A VARIABEL INTERVENING
ABSTRACT
This study aims to examine the factors determining fraud prevention: the role of internal control a variabel intervening. This study uses primary data by distributing questionnaires to financial staff working in Islamic banking and Islamic insurance in DKI Jakarta. Sampling was done using the purposive sampling method. This research was using samples as many 98 respondents. The data analysis method that used as Partial Least Square (PLS)-SEM with the help of data analysis tool SmartPLS 3.0. The result of this research showed that corporate culture, accounting principle compliance, Islamic corporate governance and risk management significantly influence on internal control. Effectiveness of technology information unable to contribute significantly to internal control. Internal control significantly influence on the fraud prevention. Corporate culture, accounting principle compliance, effectiveness of technology information, islamic corporate governance and risk management unable to contribute significantly to the fraud prevention. Corporate culture, accounting principle compliance and Islamic corporate governance significantly influences on fraud prevention through internal control. Effectiveness of technology information and risk management unable to contribute significantly to fraud prevention through internal control. Keywords: Corporate culture, Accounting principle compliance, Islamic corporate governance, Effectiveness of technology information, Risk management, Internal control, fraud prevention, Islamic banking, Islamic insurance.
vii
FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUD PREVENTION: PERAN INTERNAL CONTROL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor determinant fraud prevention: peran internal control sebagai variable intervening. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada staf keuangan yang bekerja pada perbankan syariah dan asuransi syariah di DKI Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 98 responden. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS)-SEM dengan menggunakan alat analisis data SmartPLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate culture, accounting principle compliance, islamic corporate governance dan risk management berpengaruh secara signifikan terhadap internal control. Effectiveness of technology information belum dapat berkontribusi secara signifikan terhadap internal control. Internal control berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention. Corporate culture, accounting principle compliance, effectiveness of technology information, islamic corporate governance dan risk management belum dapat berkontribusi secara signifikan terhadap fraud prevention. Corporate culture, accounting principle compliance, islamic corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention melalui internal control. Effectiveness of technology information dan risk management belum dapat berkontribusi secara signifikan terhadap fraud prevention melalui internal control Kata Kunci: Corporate culture, Accounting principle compliance, Islamic corporate governance, Effectiveness of technology information, Risk management, Internal control, fraud prevention. Islamic banking, Islamic insurance.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Determinant Fraud Prevention: Peran Internal Control sebagai Variabel Intervening”. Tak lupa juga shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari adanya banyak pihak yang turut serta membantu dalam proses penyelesaian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas doa, bantuan, dukungan, dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:
1. Orang tua (Mamah, Ayah dan Nenek), yang menjadi penyemangat terbesar yang selalu memberikan energi positif, dan percaya bahwa penulis mampu menyelesaikan ini dengan baik, dan juga telah memberikan dukungan tiada henti baik moril maupun materil. Terimakasih, ini saya persembahkan untuk kalian. 2. Adik saya Enzyta Balqis Febryal yang selalu memberikan semangat, hiburan, keceriaan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.,Ak.,CA.,M.Si.,QIA.,BKP,CRMP. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Fitri Damayanti, M.Si. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
6. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan saran, referensi, motivasi dan semangat, serta perhatian kepada penulis selama ini. 7. Ibu Nur Wachidah Yulianti SE., M.S.Ak selaku selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan saran, referensi, motivasi dan semangat kepada penulis selama ini. 8. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA. yang telah memberikan banyak ilmu dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. 9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 10. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 11. Rafa Muhammad Bazar S.T yang selalu sabar memberikan doa, dukungan, pendapat, perhatian, dan tiada hentinya memberikan semangat dalam setiap proses untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabatku, “Wanita Idaman” Umayah teman seperjuangan sejak dibangku SMK sampai perkuliahan saling support, menyemangati penulis dalam keadaan apapun baik susah maupun senang. Serta Farhani dan Lidya yang juga menemani dan menyemangati penulis selama dibangku perkuliahan sampai proses menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman-teman Superheroque (Umay, Hani, Lidya, Fiqih, Yogi, Bening, Fatih dan Bagas) yang telah memberikan dukungan dan semangat dimasa perkuliahan. 14. Segenap keluarga besar (Kakak-Rekan-Adik) Tax Center UIN Jakarta, Reboisasi Akuntansi dan Youth Finance Indonesia yang telah memberikan semangat dan mendukung penulis dalam organisasi di perkuliahan selama ini.
x
15. Segenap keluarga besar KKN Kebangsaan dan Bersama Delegasi UIN Syarif Hidayatullah di provinsi Lampung 2018 yang telah menyemangati dan mendoakan penulis. 16. Kak Isyarah selaku senior penulis yang telah meluangkan waktunya untuk mengajarkan penulis untuk mengolah data menggunakan SmartPLS 17. Endah, Ummi dan Ka Nisrina, selaku rekan seperjuangan bimbingan yang selalu saling support dan mendoakan. 18. Rosi, Yuslika, Yanti, Anna, Nabila, Olin, Adhisti, Rifda selaku sahabat- sahabat SMP-SMK yang selalu memberi dukungan, doa, kebersamaan kepada penulis selama ini. 19. Ka Fifi, Ka Ami, Ka Lulu, Ka Zavita, Ka Chika, Ka Otoy, Ka Ratu, Ka Ajeng, Ka Tiara, Ka Lia selaku senior penulis yang selalu memberikan dukungan agar tidak pernah lelah menjalani proses di bangku perkuliahan. 20. Bu rike, Om Oji, Bu Novi, Ka Rifki, Ka Faris, Shofi & Ilham selaku senior serta rekan selama magang di DGS, terimakasih atas ilmu dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 21. Amel, Zia, Ririn selaku rekan new joiner G di KPMG yang penulis kenal akrab belum terlalu lama, selalu membagikan ilmunya dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 22. Keluarga besar Akuntansi B 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberi dukungan, doa, pembelajaran, kepada penulis. Terimakasih telah mewarnai kehidupan dimasa perkuliahanku ini. 23. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2015, terimakasih atas doa dan insipirasinya selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 September 2019
Siska Sivvani Dwi Sapitri
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...... v
ABSTRACT ...... vii
ABSTRAK ...... viii
KATA PENGANTAR ...... ix
DAFTAR ISI ...... xii
DAFTAR TABEL ...... xv
DAFTAR GAMBAR ...... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...... xvii
BAB I ...... 1
PENDAHULUAN ...... 1
A. Latar Belakang ...... 1
B. Identifikasi Masalah ...... 19
C. Pembatasan Masalah ...... 20
D. Rumusan Masalah ...... 20
E. Tujuan Penelitian ...... 21
F. Manfaat Penelitian ...... 22
BAB II ...... 24
TINJAUAN PUSTAKA ...... 24
A. Tinjauan Literatur ...... 24
1. Fraud Theory ...... 24
2. Agency Theory ...... 32
3. Fraud Prevention ...... 34
4. Internal Control ...... 40
xii
5. Islamic Corporate Governance ...... 42
6. Accounting Principle Compliance ...... 47
7. Pemanfaatan Teknologi Informasi ...... 48
8. Corporate Culture ...... 50
9. Risk Management ...... 50
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ...... 52
C. Pengembangan Hipotesis ...... 62
D. Kerangka Pemikiran ...... 75
BAB III ...... 76
METODOLOGI PENELITIAN ...... 76
A. Ruang Lingkup Penelitian ...... 76
B. Metode Penentuan Sampel ...... 76
1. Populasi dan Sampel ...... 76
C. Metode Pengambilan Sampel ...... 77
D. Metode Pengumpulan Data ...... 77
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ...... 77
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ...... 77
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...... 78
F. Metode Analisis Data ...... 85
1. Statistik Deskriptif ...... 87
2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model ...... 87
3. Uji Model Struktral atau Inner Model ...... 89
4. Uji Efek Intervening ...... 92
BAB IV ...... 95
HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 95
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...... 95
xiii
1. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 95
2. Karakteristik Profil Responden ...... 96
B. Hasil dan Pembahasan ...... 101
1. Hasil Statistik Deskriptif ...... 101
2. Hasil Uji Outer Model atau Measurment Model ...... 104
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model ...... 115
4. Hasil Uji Efek Intervening ...... 120
C. Pembahasan ...... 125
BAB V ...... 160
KESIMPULAN DAN SARAN ...... 160
A. Kesimpulan ...... 160
B. Implikasi Penelitian ...... 162
C. Keterbatasan ...... 163
D. Saran ...... 164
DAFTAR PUSTAKA ...... 165
LAMPIRAN ...... 170
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kasus fraud pada Perbankan Syariah dan Asuransi Syariah ...... 9
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ...... 52
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ...... 83
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ...... 96
Tabel 4.2 Data Distribusi Penelitian ...... 96
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 97
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ...... 98
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...... 98
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ...... 99
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lokasi Perusahaan ...... 100
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif ...... 102
Tabel 4.9 Outer Loading ...... 104
Tabel 4.10 Outer Loading Modifikasi ...... 107
Tabel 4.11 Cross Loading ...... 109
Tabel 4.12 Composite Reliability dan Cronbach Alpha ...... 110
Tabel 4.13 Nilai R-Square...... 111
Tabel 4.14 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) ...... 118
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Aset Industri Keuangan Syariah per Januari 2019 ...... 3
Gambar 1.2 Islamic Financial Development Report ...... 3
Gambar 1.3 Kategori Risiko Fraud ...... 5
Gambar 1.4 Industri yang menjadi korban fraud di wilayah Asia Pasifik ...... 6
Gambar 1.5 Frequency of schemes Based on Industry ...... 7
Gambar 1.6 Kerugian yang diderita perusahaan di wilayah Asia Pasifik ...... 8
Gambar 2.1 Fraud Triangle ...... 27
Gambar 2.2 Fraud Diamond ...... 29
Gambar 2.3 Fraud Pentagon ...... 31
Gambar 3.1 Model Intervening ...... 93
Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootsrapping ...... 114
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ...... 171
Lampiran 2 ...... 173
Lampiran 3 ...... 179
Lampiran 4 ...... 224
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di Asia, memegang
peranan penting dalam perkembangan perekonomian dan perputaran ekonomi
di Asia (Widyastuti, 2013). Dengan jumlah penduduk yang padat dengan
peringkat ketiga di dunia dan sebagai negara yang memiliki potensi ekonomi
yang sangat menjanjikan yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara
yang diperhitungkan dalam persaingan ekonomi di dunia. Menurut (Sukarno
dan Syaichu, 2006) upaya meningkatkan perekonomian sebuah negara perlu
adanya lembaga-lembaga keuangan yang dapat fokus mengurus sektor
perekonomian negara.
Indonesia memiliki potensi dan peluang yang sangat besar dalam
pengembangan industri keuangan syariah mengingat Indonesia adalah negara
dengan populasi muslim terbesar di dunia. Jumlah populasi yang besar
memberikan potensi bagi Indonesia, yaitu berupa kecukupan sumber daya
yang menjadi pelaku maupun pengguna dan layanan keuangan syariah..
Lahirnya lembaga keuangan syariah di Indonesia ditandai secara resmi
dengan pendirian Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama
pada tahun 1991. Berdirinya BMI, dan seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat atas pelayanan keuangan berbasis syariah, selanjutnya
perkembangan sektor keuangan non bank syariah dimulai pada tahun 1994
1 dengan berdirinya PT Syarikat Takaful Indonesia yang merupakan induk dari
PT Asuransi Takaful Keluarga.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Perbankan syariah adalah segala bentuk yang menyangkut tentang
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau prinsip hukum islam yang di atur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan („adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah) serta tidak menggandung gharar, masyir, riba zalim, dan obyek yang haram. Menurut Undang –Undang
RI Nomor 40 tahun 2014 tentang asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi.
Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia semakin pesat yang dapat terlihat dari jumlah lembaga keuangan syariah di Indonesia dan total aset industri keuangan syariah yang mencapai Rp 1.291,48 triliun per
Januari 2019. Aset industri keuangan syariah didominasi oleh sukuk negara sebesar Rp 651,29 triliun atau 50,4%. Di posisi kedua, aset perbankan syariah sebesar 479,17 triliun atau 37,1%. Di posisi ketiga, aset asuransi syariah mencapai Rp 43,12 triliun atau 3,34%. Di posisi keempat ada reksa dana
2 syariah senilai Rp 37,3 triliun atau 2,89%. Disusul oleh aset lembaga non- bank syariah Rp 32,43 triliun atau 2,5%, pembiayaan syariah Rp 25,61 triliun atau 1,99%, dan sukuk korporasi Rp 22,56 triliun atau 1,78%.
Gambar 1.1 Aset Industri Keuangan Syariah per Januari 2019 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2019 Berdasarkan Islamic Financial Delevopment Report tahun 2018 dari
Thomson Reuters menunjukan Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan pasar keuangan syariah yang tumbuh pesat di dunia. Indonesia berada di peringkat ke-10 dari 131 negara dalam Islamic Financial
Delevopment Index 2018 dengan skor 50.
Gambar 1.2 Islamic Financial Development Report Sumber: Reuters,Ltd 2018
3
Menurut Indonesia memiliki keunggulan lain dibidang industri perbankan yaitu regulatory regime yang dinilai lebih baik dibanding dengan negara lain. Di Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang merupakan institusi yang independen. Sementara di negara lain, fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang terjadinya perbedaan sangat besar.
Semakin berkembangnya bank syariah berimplikasi pada semakin besarnya tantangan yang harus dihadapi bank syariah, di mana tantangan terbesar adalah untuk mempertahankan citra dan nama baik di mata nasabah agar tetap menjaga kepercayaan serta loyalitas nasabah kepada bank syariah.
Menurut (Hameed et al, 2004) Bank syariah harus dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat dan peran serta tanggung jawab bank syariah selaku lembaga keuangan islam memastikan seluruh kegiatan yang dijalankan sesuai dengan prinsip syariah.
Menurut Bank Indonesia dalam surat edaran untuk Bank Umum
Indonesia Nomor 13/28/DPNP yang dimaksud dengan fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan bank dan/atau menggunakan sarana bank sehingga mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
4
Berdasarkan surat edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
SEOJK/46/SEOJK.05/2017 fraud pada asuransi ialah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja di lakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi perusahaan pemegang polis, tertanggung, peserta atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan perusahaan dan/atau menggunakan sarana perusahaan sehingga mengakibatkan perusahaan, pemegang polis, tertanggung, peserta, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan penelitian Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 2.690 kasus fraud dari 125 negara diseluruh dunia pada tahun 2017. Global Fraud Survey juga mengungkapkan bahwa 220 kasus fraud tersebut berasal dari wilayah Asia
Pasifik. Indonesia menduduki ranking ke 3 dari negara di wilayah Asia
Pasifik dengan 29 kasus fraud selama tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan kasus fraud yang cukup tinggi.
Gambar 1.3 Kategori Risiko Fraud Sumber: ACFE 2018
Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) 2018 pada gambar 1.3 mengklasifikasikan kecurangan (fraud) itu ke dalam tiga
5
kategori, yaitu kecurangan asset (asset misappropriation), pernyataan palsu
atau salah penyataan (fraudulent statement), dan korupsi (corruption).
Diantara kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis kecurangan yang paling
banyak terjadi adalah asset misappropriation (80%), kemudian korupsi (51%)
dan jumlah paling sedikit (13%) adalah kecurangan laporan keuangan
(fraudulent statement). Kecurangan adalah masalah sosial dan ekonomi. Hal
ini akan mengakibatkan pada menurunnya reputasi masyarakat mengenai
perusahaan, sehingga dapat mengarahkan perusahaan pada kebangkrutan.
Gambar 1.4 Industri yang menjadi korban fraud di wilayah Asia Pasifik Sumber: ACFE 2018
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) 2018 pada
gambar 1.4 Perbankan dan Jasa Keuangan yang paling banyak terwakili di
antara kasus fraud yang dianalisis berada pada urutan ke 2 yakni sebesar 25
kasus dengan persentase sebesar 11,% dan perusahaan asuransi berada pada
urutan ke 8 yaitu sebanyak 10 kasus dengan persentase 10 kasus.
6
Gambar 1.5 Frequency of schemes Based on Industry Sumber: ACFE Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse 2018 Pada gambar 1.5 Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
juga menyajikan informasi mengenai jenis atau skema fraud yang paling
sering terjadi di industri serta besar frekuensi tiap jenis-jenis fraud. Skema
yang paling umum dalam setiap industri diarsir berwarna merah. Hal ini
menandakan jenis fraud yang memiliki risiko paling tinggi (high-risk) terjadi
di industri. Sedangkan yang diarsir kuning menandakan jenis fraud yang
memiliki risiko paling rendah (low-risk). Untuk perbankan dan jasa keuangan,
fraud jenis korupsi (corruption) menempati posisi yang paling tinggi dengan
persentase sebesar 36%. Kemudian, cash on hand menempati urutan kedua
dengan persentase sebesar 23%. Sedangkan untuk pengeluaran gaji (payroll)
7
memiliki tingkat risiko yang paling rendah sebesar 2%. Untuk asuransi, fraud
jenis korupsi (corruption) menempati posisi yang paling tinggi dengan
persentase sebesar 45%. Kemudian, pembayaran (billing) menempati urutan
kedua dengan persentase sebesar 20%. Sedangkan untuk register disbarment
memiliki tingkat risiko yang paling rendah sebesar 1%.
Gambar 1.6 Jumlah kerugian yang diderita perusahaan di wilayah Asia Pasifik Sumber: ACFE 2018
Pada gambar 1.6 Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
pada tahun 2018 melakukan penelitian yang menunjukkan banyaknya jumlah
kerugian yang diderita oleh perusahaan yang terkena kasus fraud. Dari data
tersebut lembaga keuangan menderita kerugian cukup besar, perbankan dan
jasa keuangan menderita kerugian dengan rata-rata sebesar $310.000,
sedangkan perusahaan asuransi menderita kerugian dengan rata-rata sebesar
$105.000.
Menurut Fidiana (2019) tidak ada satupun entitas bisnis yang terbebas
dari ancaman fraud , baik itu entitas bisnis berskala kecil atau besar, atau
entitas bisnis yang go publik maupun yang belum go publik. Fraud
merupakan ancaman laten bagi semua entitas tanpa terkecuali, termasuk pada
8 entitas bisnis berbasis syariah. Berikut ini sebagian kasus fraud yang terjadi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kasus fraud pada Perbankan Syariah dan Asuransi Syariah No Tahun Kasus Sumber 1. Bank Islam Dubai pernah mengalami Rini (2014) kerugian sekitar 300 juta dolar sebagai dampak dari kecurangan laporan keuangan dan Bank Islam di Afrika utara menderita kerugian antara R50 hingga R70 yang disebabkan oleh buruknya management dan kecurangan akuntansi. 2. 2014 Bank Mega Syariah terseret kasus “Bank Mega Syariah gadai emas. Investasi emas Golden Terseret Kasus, Gadai Emas Traders Indonesia Syariah menyalai Seret” aturan karena melewatui batas gadai http://www.tribunnews.om maksimal dan gadai fiktif Diakses pada 13 April 2019 Pukul 21.49 WIB 3. 2015 Kecurangan penggelapan dokumen, ”Bank Syariah Mandiri penggelapan uang dan penipuan pada Pecat Pegawai yang Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Gelapkan Dana Rp 75 M“ Bogor senilai Rp 50 Miliyar https://news.detik.com Diakses pada 23April 2019 pukul 15.30 WIB.
4. 2018 PT Bank Jawa Barat dan Banten Terjadi fraud di BJB (BJB) Syariah terlilit kasus dugaan Syariah selama 2018“ kredit fiktif yang merugian perseroan http://m.bisnis.com Diakses senilai Rp548 Milyar pada 01 Oktober 2019 pukul 17.30 WIB.
9
No Tahun Kasus Sumber 5. 2017 Kasus Allianz atas penolakan https://www.cnnindonesia.co pengajuan klaim peserta asuransi. m/ekonomi Penolakan tersebut disebabkan oleh syarat dari perusahaan Diakses pada 29 Agustus asuransi yang tidak sesuai dengan 2018 Pukul 14.00 WIB buku polis yang diberikan dan persyaratan dari Allianz yang tidak tertera di buku polis dan melanggar UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen
Dari beberapa kasus tersebut membuktikan bahwa tidak ada jaminan lembaga keuangan syariah terutama perbankan dan asuransi syariah bebas dari tindakan fraud. Adapun faktor penyebab terjadinya fraud tidak terlepas dari konsep fraud yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization), kompetensi (competence) dan Arogansi
(arrogance) yang disebut sebagai fraud pentagon. Faktor tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan yang diakibatkan karena kebutuhan atau masalah finansial. Kedua, faktor kesempatan terjadi karena kurang efektifnya internal control. Ketiga, faktor rasionalisasi dimana sikap pembenaran yang dilakukan oleh pelaku dengan merasionalkan bahwa tindakan kecurangan adalah sesuatu yang wajar (T.
Tuanakotta, 2007). Keempat, competence adalah kemampuan individu untuk mengesampingkan pengendalian internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengendalikan secara sosial situasi tersebut untuk keuntungan pribadinya (Horwath, 2011). Dan kelima, arrogance merupakan perilaku superioritas pada pelaku fraud yang mempercayai bahwa kebijakan
10 dan peraturan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya. arrogance bisa berdampak buruk kepada perusahaan dan seseorang, karena bisa menghancurkan karir atau perusahaan tersebut (Horwath, 2011)
Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi terjadinya tindakan fraud.
Pencegahan fraud adalah upaya untuk menghilangkan atau meminimalisir sebab-sebab timbulnya fraud (Amrizal, 2004). Pencegahan fraud di sektor publik dilakukan dengan mengeluarkan berbagai peraturan perundang- undangan yang menetapkan sanksi yang diharapkan dapat menangkal atau setidaknya dapat mengurangi tindak fraud (Karyono, 2013) . Salah satunya oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi
Perbankan dan Asuransi Syariah di Indonesia menerbitkan Undang-undang
OJK Pasal 1 dan pasal 6 UU Nomor 21 tahun 2011 mengenai pengawasan fraud terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dan sektor perasuransian.
Pemerintah juga mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.
13/28/DNPN/2011 perihal penerapan strategi anti fraud bagi perbankan dan
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 46/SEOJK.05/20/17 tentang strategi anti fraud serta dasar hukum sanksi administratif POJK Nomor
17/POJK.05/2017 pada asuransi untuk pengendalian fraud khususnya dalam mencegah terjadinya fraud. Tindakan fraud yang terjadi di suatu entitas harus segera dicegah, agar tidak semakin merugikan perusahaan.
Hasil analisis yang dilakukan oleh berbagai organisasi dan regulator menemukan bahwa kasus-kasus yang terjadi pada perbankan dan asuransi
11 sebagian besar karena faktor internal perusahaan yang belum efektif.
Aktivitas operasional bank yang berkaitan dengan uang masyarakat dalam jumlah besar sangat rentan terhadap risiko yang dapat merugikan bank. Pada titik inilah mekanisme kontrol internal dibutuhkan untuk menilai dan mengelola risiko serta mengidentifikasi kelemahan internal bank. Menurut
(Warren, Carl S., James M. Reeve, 2009) Kontrol internal merupakan sebuah mekanisme yang diimplementasikan oleh managemen sebagai sebuah kerangka yang terintegrasi untuk mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas dalam sebuah entitas.
Menurut Commite Of Sponsoring Organization (COSO) pengendalian internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan dalan hal efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan informasi keuangan dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta memastikan dipatuhinya oleh semua karyawan di dalam perusahaan
Hasil survey dari KPMG New Zealand Forensic (2015) menyebutkan bahwa penerapan pengendalian internal yang buruk serta adanya kelemahan dan penyelewengan pada pengendalian internal merupakan dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecurangan. Hasil survey menunjukkan ketika sudah terjadi kecurangan maka cara utama untuk untuk mendeteksi kecurangan yang sudah terjadi dengan sistem pengendalian internal.
Sebanyak 49% responden di Australian dan New Zealand telah mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh karyawannya dengan mengimplementasikan pengendalian internal yang kuat.
12
Menurut Natasya et al., (2017) the effort to prevent fraud is start from how to manage and set the effective system of internal control. Jika Internal
Control suatu perusahaan lemah, maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan sangat besar. sebaliknya, jika internal control suatu perusahaan kuat, maka kemungkinan terjadinya kecurangan dapat diperkecil. Setiap entitas wajid menyelenggarakan kegiatan dan sistem kontrol internal yang baik untuk menghindari risiko terjadinya fraud (Anugerah,2014).
Penelitian terkait kontrol internal terhadap fraud telah banyak dilakukan
(Hamdani & Albar, 2016,Mufidah & Sari, 2018, Shintadevi, 2016) Penelitian tersebut membuktikan bahwa internal control berpengaruh terhadap fraud.
Internal control diyakini mencegah terjadinya fraud (Ndege, Odhiambo, Prof,
& Byaruhanga, 2015). Pencegahan fraud dapat dikendalikan dengan mencegah faktor yang memicu timbulnya fraud dengan mendesain sistem kerja yang berupaya mencegah fraud. Jadi, fraud harus sedini mungkin diidentifikasi dan dicegah melalui mekanisme internal control. Internal control yang efektif dan efisien penting untuk mencegah fraud serta telah digunakan oleh banyak entitas (Ndege et al., 2015)
Dalam mencegah fraud (Zelmiyanti & Anita, 2015) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan internal control, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan serta nilai-nilai etika (code of conduct) yang berlaku secara umum pada perbankan, lembaga bank wajib melaksanakan peningkatan budaya organisasi. Lembaga keuangan merupakan perusahaan yang memberikan jasa
13 pelayanan, sehingga budaya sangat penting. Menurut (Tunggal, 2014) budaya kejujuran dan etika yang tinggi dapat mencegah kecurangan dalam suatu organisasi.
Budaya organisasi menurut (Robbins & Judge, 2008) merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu panutan bagi semua anggota organisasi. (Sulistiyowati, 2007) mengatakan budaya organisasi yang baik tidak akan membuka peluang sedikit pun bagi individu untuk melakukan fraud karena budaya organisasi yang baik akan membentuk orang-orang di dalam organisasi mempunyai rasa ikut memiliki (sense of belonging) dan rasa bangga sebagai bagian dari organisasi (sense of identity). Menurut (Reskino dan Hutasuhut, 2016) Budaya Organisasi diyakini merupakan keyakinan dasar yang melandasi visi, misi, tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh anggota organisasi mulai dari pemimpin hingga karyawan pada level terendah.
(Robbins & Judge, 2008) Budaya berfungsi sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian internal. Selain corporate culture yang diterapkan sebagai salah satu tindakan preventif untuk mengetahui risiko terjadinya fraud, maka hal lain yang mungkin dapat meminimalisir terjadinya fraud adalah dengan menerapkan Risk Management di perusahaan.
Berdasarkan ISO 31000:2009 Manajemen risiko adalah suatu upaya atau kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan terhadap berbagai kemungkinan risiko yang ada. Dengan kata
14 lain, manajemen risiko merupakan seperangkat prinsip, kerangka kerja, dan proses untuk mengelola risiko secara efektif guna mencegah terjadinya fraud.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 5/ 8 PBI/2003 dan SEBI no.5/21/DNDP, Bank umum diwajibkan menerapkan manajemen risiko dalam pengelolaan banknya. Kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan merupakan esensi dari penerapan manajemen resiko sehingga kegiatan usaha dapat terkendali pada batasan yang dapat diterima serta tetap menghasilkan keuntungan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan perusahaan asuransi untuk menerapkan manajemen risiko terhadap fraud.
Kejadian fraud harus di laporkan secara berkala kepada OJK. Adapun risiko fraud termasuk bagian dari risiko operasional.
Faktor lain yang dapat diterapkan sebagai tindakan preventif untuk mengetahui risiko terjadinya fraud yang mungkin dapat meminimalisir terjadinya fraud adalah accounting principle compliance. Suatu instansi atau lembaga akan melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak berpedoman pada aturan akuntansi yang berlaku. Fenomena ini terlihat pada kasus yang ditemukan oleh Badan pemeriksaan keuangan (BPK) yang menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan terhadap 662 objek pemeriksaan terdapat sebanyak 3.452 kasus senilai Rp 9,24 triliun yang berdampak financial yang merupakan temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian Negara, potensi kerugian
Negara dan kekurangan penerimaan (BPK, 2014)
15
(Oktavia, 2017) Suatu laporan keuangan dinyatakan mentaati aturan akuntansi jika menerapkan pedoman-pedoman atau prinsip-prinsip yang tertuang dalam standar akuntansi. Jika perusahaan tidak mentaati aturan akuntansi dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya, maka dimungkinkan akan terjadi kecurangan akuntansi. Semakin tinggi tingkat ketaatan aturan akuntansi, maka kecurangan akuntansi akan semakin rendah.
Keandalan laporan keuangan merupakan proses yang dijalankan dalam penerapan pengendalian internal pada perusahan (Tunggal, 2011). Maka dengan adanya ketaatan aturan akuntansi akan menghasilkan laporan yang andal yang akan mencegah terjadi fraud pada akuntansi.
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan yaitu terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan untuk mencegah kecurangan yang sering terjadi di perusahaan atau organisasi. (Widianingsih,
Maghfiroh, & Sunarmo, 2018) Teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat mendasar bagi organisasi swasta maupun sektor publik. Oleh karena itu, teknologi informasi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menentukan daya saing dan kinerja bisnis. (Wilkinson et al.,
2000) Implementasi teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat cepat. Tepat waktu, relevan, dan akurat.
(Halbouni, Obeid, & Garbou, 2016) mengemukakan bahwa perusahaan yang menggunakan lingkungan berbasis Teknologi Informasi dinilai dapat mencegah adanya fraud.
16
(Widianingsih et al., 2018) Implementasi teknologi informasi yang
membantu kegiatan perusahaan dalam menghasilkan informasi yang akurat
tentunya sangat membantu mencegah terjadinya kecurangan dalam organisasi
perusahaan. (McKeown, Patrick G. & Eonomy, 2001) menambahkan bahwa
manager-manager yang tidak menggunakan Teknologi Informasi berpotensi
untuk melakukan manipulasi data.
Fraud dari sudut pandang syariah dapat dikendalikan dan dimonitor
berdasarkan kepatuhan pada prinsip syariah sebagai bagian dari upaya
mencegah potensi fraud (Sula, Atik Emilia, Moh Nizarul Alim, 2014)
Pengoperasian Lembaga Keuangan Syariah tidak terlepas dari tuntutan
pelaksanaan tata kelola perusahaan dan berdasarkan prinsip-prinsip syariah
yang disebut sebagai Islamic Corporate Governance (Rahmayani, 2017). Isu
terpenting menurut (Asrori, 2014) yaitu kelemahan tata kelola perusahaan
perbankan syariah terkait dengan sharia compliance, dimana manajemen
bank syariah tidak mampu memberikan jaminan kepatuhan syariah pada
setiap layanan produk dan jasa perbankan yang diberikan. Perbankan dan
Asuransi syariah selaku lembaga keuangan islam harus memastikan seluruh
kegiatan yang dijalankan sesuai dengan prinsip syariah.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian (Rahman &
Anwar, 2014) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian adalah pada variabel independennya, dimana variabel Rahman dan Anwar terdapat bank reconciliation, password protection sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel corporate culture, islamic good corporate, risk
17 management, accounting principle compliance dan peneliti menambahkankan variabel internal control sebagai variabel intervening. Objek penelitian yang digunakan oleh Rahman dan Anwar adalah responden manajer dan staf keuangan pada perbankan syariah di Malaysia sedangkan responden dalam penelitian ini staf keuangan pada perbankan syariah dan asuransi syariah di
Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena pertama, corporate culture, risk management,
accounting principle compliance, effectiveness of technology information dan
islamic good corporate yang merupakan unsur yang penting di dalam
lembaga keuangan syariah khususnya perbankan dan asuransi syariah,
lemahnya faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kinerja serta
memberikan peluang untuk terjadinya kecurangan di dalam perusahaan.
Internal sangatlah diperlukan seiring dengan tumbuh dan berkembangnya
transaksi bisnis perusahaan. Kedua, internal Control yang memiliki peranan
penting yaitu sebuah prosedur untuk melindungi asset atau kekayaan
organisasi yang dapat diandalkan untuk melindungi dan mencegah dari
kecurangan perusahaan, serta memastikan dipatuhinya kebijakan manajemen
dan ketentuan hukum oleh semua karyawan di dalam perusahaan. Ketiga,
sampai dengan tahap penyelesaian penelitian ini, peneliti belum menemukan
penelitian yang secara spesifik menguji penelitian tersebut. Peneliti berharap
dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan mendapatkan informasi
yang dibutuhkan dan relevan dalam meningkatkan fraud prevention. Dengan
18
demikian maka peneliti memberikan judul penelitian ini sebagai “Faktor-
Faktor Determinant Fraud Prevention: Peran Internal Control sebagai
Variabel Intervening”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah yang ingin
diteliti dalam penelitian ini terkait permasalahan-permasalahan yang ada pada
Lembaga Keuangan Syariah adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya tindakan fraud yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia.
2. Di Indonesia telah banyak terjadi kasus-kasus fraud di lembaga
keuangan syariah. Tidak ada jaminan lembaga keuangan yang berbasis
syariah bebas dari kemungkinan kecenderungan perilaku fraud.
3. Penerapan internal control suatu perusahaan yang lemah menyebabkan
terjadinya fraud.
4. Rendahnya corporate culture yang diterapkan karyawan menyebabkan
mudahnya melakukan tindakan fraud
5. Kurangnya accounting principle compliance yang tidak diterapkan
dapat menyebabkan terjadinya fraud dalam akuntansi
6. Kurangnya penerapan risk management menyebabkan terjadinya fraud.
7. Pemanfaatan teknologi informasi yang kurang memadai
8. Implementasi Islamic corporate governance yang kurang terintegrasi
dapat menjadi celah untuk karyawan melakukan fraud.
19
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi perusahaan mengenai
fraud, penelitian ini hanya fokus untuk menguji faktor-faktor
determinant fraud preventin: peran internal control sebagai variabel
intervening.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah staf keuangan perusahaan yang
bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah di wilayah DKI
Jakarta.
3. Metode analisa data yang digunakan, yaitu analisis Partial Least
Square (PLS)-SEM dengan software SmartPLS 3.0.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan
masalah nya adalah sebagai berikut:
1. Apakah corporate culture, islamic corporate governance, risk
management, accounting principle compliance dan effectiveness of
technology information berpengaruh terhadap internal control?
2. Apakah corporate culture, islamic corporate governance, risk
management, accounting principle compliance dan effectiveness of
technology information berpengaruh terhadap terhadap Fraud
Prevention?
3. Apakah internal control berpengaruh terhadap fraud prevention?
20
4. Apakah corporate culture, islamic corporate governance, risk
management, accounting principle compliance dan effectiveness of
technology information berpengaruh terhadap terhadap Fraud
Prevention melalui internal control sebagai variabel intervening
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Menguji secara empiris apakah corporate culture, islamic good
corporate, risk management, accounting principle compliance dan
effectiveness of technology information berpengaruh terhadap internal
control.
2. Menguji secara empiris apakah corporate culture, islamic good
corporate, risk management, accounting principle compliance dan
effectiveness of technology information berpengaruh terhadap fraud
prevention.
3. Menguji secara empiris apakah internal control berpengaruh terhadap
fraud prevention.
4. Menguji secara empiris apakah corporate culture, islamic good
corporate, risk management, accounting principle compliance dan
effectiveness of technology information berpengaruh terhadap terhadap
Fraud Prevention melalui internal control sebagai variabel intervening.
21
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa jurusan akuntansi, sebagai wawasan memperluas ilmu
pengetahuan dan sebagai sarana referensi ilmu mengenai faktor-
faktor determinant fraud prevention dengan peran internal control
sebagai variabel intervening.
b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya mengenai topik fraud prevention, internal control,
corporate culture, islamic good corporate, risk management,
accounting principle compliance dan effectiveness of technology
information.
c. Keilmuan, untuk menambah bukti empiris mengenai faktor-faktor
determinant fraud prevention dengan peran internal control
sebagai variabel intervening.
22
2. Kontribusi Praktis
a. Direktur, manajemen organisasi, dan komite audit, penelitian ini
dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai hal apa saja
yang dapat meningkatkan peran internal control dan hal apa saja
yang menyebabkan terjadinya fraud guna meminimalisir tindakan
fraud dengan berbagai langkah pencegahan fraud.
b. Auditor internal, staf keuangan dan akuntansi, penelitian ini dapat
memberikan gambaran dan informasi mengenai faktor internal
yang mempengaruhi fraud prevention di lingkungan tempatnya
bekerja guna meminimalisir tindakan fraud yang mungkin dapat
terjadi.
c. Dewan direksi, yaitu sebagai bahan masukan untuk mengetahui
faktor internal apa saja yang berpotensi untuk membantu mencegah
fraud.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Fraud Theory
Seiring maraknya kasus fraud yang terjadi maka teori mengenai fraud
terus berkembang hingga saat ini. Teori mengenai fraud diawali dari fraud
triangle theory yang dikembangkan oleh Cressey tahun 1953, selanjutnya
fraud diamond theory yang dikembangkan oleh Wolf dan Hermanson tahun
2004, dan hingga saat ini yaitu fraud pentagon theory yang dikembangkan
oleh Crowe Horwath pada tahun 2011.
a. Fraud Triangle
Fraud Triangle Theory diciptakan oleh Cressey pada tahun 1953.
Teori ini merupakan teori pertama yang menjelaskan tiga elemen utama
seseorang melakukan fraud, yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization.
1) Pressure (Tekanan)
Pressure menjadi salah satu alasan bagi para manajemen dan
pegawai dalam melakukan fraud. Sesorang melakukan penipuan dan
penggelapan uang perusahaan karena adanya tekanan yang datang
dalam berbagai bentuk, baik dari keuangan maupun non-keuangan.
Fraud yang sering terjadi biasanya datang dari kebutuhan keuangan
yang mendesak dan tidak dapat diceritakan kepada orang lain
(Tuanakotta, 2012). Sedangkan fraud dari bentuk non-keuangan,
24 contohnya seperti kebutuhan hasil laporan yang lebih baik daripada
faktanya, frustasi atas pekerjaannya, atau bahkan tantangan untuk
mengacaukan sistem juga bisa memotivasi tindakan fraud (Albrecht,
Albrecht, & Albrecht, 2008).
Pressure dapat terjadi dikarenakan adanya target yang tidak
realistik untuk dicapai dari pihak manajemen kepada pegawainya atau
pemilik perusahaan kepada manajemen. Berbagai target yang tidak
realistik dan deadline dapat memberikan tekanan kepada para
pegawai, sehingga mereka cenderung untuk melakukan fraudulent
financial statement dengan memberikan hasil laporan keuangan yang
di mark up agar sesuai dengan keinginan manajemen atau pemilik
perusahaan agar dapat menarik para investor untuk menanamkan
saham atau obligasinya (Tuanakotta, 2012).
2) Opportunity (Peluang)
Seseorang yang melakukan fraud biasanya mempunyai peluang
jika mereka memiliki akses terhadap aset dan informasi yang
memungkinkan untuk menyembunyikan aktivitas fraud mereka.
Dengan adanya peluang menyebabkan para pelaku kecurangan (fraud)
yakin bahwa setiap aktivitas yang mereka lakukan tidak akan
terdeteksi (Priantara, 2013) Peluang ini terdiri dari dua komponen,
yaitu general information dan technical skill sehingga memungkinkan
pelaku untuk memanfaatkan komponen tersebut (Tuanakotta, 2014).
25
Dalam SAS No. 99 dan SPAP terdapat berbagai kondisi yang
menyebabkan terjadinya peluang seseorang melakukan tindakan
fraud, diantaranya yaitu adanya kelemahan pengendalian internal,
ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan posisi,
dan kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk
mendeteksi fraud. Perusahaan yang tidak bisa menerapkan hal-hal
diatas akan memiliki banyak celah yang dapat dijadikan sebagai
peluang untuk melakukan fraud oleh para pelaku.
3) Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi adalah kondisi dimana setiap perbuatan fraud yang
mereka lakukan dianggap sebagai tindakan yang wajar atau justru
benar, karena tindakan fraud seperti itu sudah biasa dilakukan oleh
pihak manajemen di berbagai perusahaan di seluruh dunia. Seseorang
yang melakukan fraud berdasarkan rasionalisasi tidak akan merasa
bersalah, karena menurut mereka hal itu bukanlah suatu pelanggaran.
Fraud muncul ketika seseorang mulai membenarkan apa yang mereka
lakukan, walaupun menurut hukum itu salah. Seseorang membenarkan
kesalahan mereka dengan tujuan agar mereka tetap merasa nyaman
dalam melakukan suatu tindakan salah secara terus-menerus
(Dorminey, Fleming, Kranacher, & Riley, 2012).
26
Gambar 2.1 Fraud Triangle Sumber: Cressey (1953) b. Fraud Diamond
Fraud Diamond Theory diciptakan oleh Wolf dan Hermanson pada tahun 2004. Fraud diamond theory merupakan penyempurna dari fraud triangle theory. (Wolfe & Hermanson, 2004) menyatakan sebagian besar kecurangan tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan kecurangan. Sehingga elemen keempat yang ditambahkan dari elemen utama seseorang melakukan fraud, yaitu capability (kemampuan).
Capability adalah suatu kemampuan pelaku fraud untuk dapat mengembangkan strategi yang digunakan untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta dapat mengamati kondisi sosial untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Horwath, 2011). (Wolfe & Hermanson,
2004) menjelaskan sifat-sifat yang terkait dengan elemen competence, yaitu positioning, intelligence, convidence, coercion, deceit, dan stress, sebagai berikut:
1) Positioning
Posisi seseorang dalam organisasi dapat memberikan
kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
27
melakukan fraud. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki pengaruh
lebih besar atas situasi atau lingkungan tertentu.
2) Intelligence / Creativity
Pelaku fraud memiliki pemahaman yang cukup dan bisa
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal untuk
menggunakan posisi, fungsi, atau akses untuk mendapat keuntungan
sebesar mungkin.
3) Convidence / Ego
Orang dengan ego yang kuat dan kepercayaan diri yang besar
akan merasa bahwa dirinya tidak akan terdeteksi apabila melakukan
fraud, atau orang yang percaya bahwa dirinya dapat dengan mudah
keluar dari permasalahan yang terjadi, sehingga bisa memotivasi
dirinya dalam melakukan fraud.
4) Coercion
Pelaku fraud dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau
menyembunyikan fraud. Seseorang individu dengan kepribadian
persuasif bisa lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk bisa diajak
melakukan fraud bersama atau mengalihkan isu yang sedang terjadi
(Abdullahi & Mansor, 2015).
28
5) Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan yang efektif
dan konsisten. Dalam melakukan fraud, orang yang tidak jujur akan
lebih nyaman dalam melakukan fraud dengan segala kemampuan
yang dimilikinya. Untuk menghindari pendeteksian fraud, seorang
pelaku fraud harus terlihat meyakinkan di mata auditor, investor,
direktur, dan lainnya (Wolfe & Hermanson, 2004).
6) Stress
Stres karena pekerjaan dapat meningkatkan tindakan fraud. Oleh
karena itu, setiap pegawai harus bisa mengendalikan dan menjaga
stres agar terhindar dari tindakan fraud (Rudewicz & Partner, 2011).
Gambar 2.2 Fraud Diamond Sumber: (Wolfe & Hermanson, 2004) c. Fraud Pentagon Theory
Fraud Pentagon Theory merupakan pengembangan dari fraud triangle theory oleh Cressey tahun 1953, kemudian fraud diamond theory oleh
(Wolfe & Hermanson, 2004). Fraud pentagon theory dikembangkan oleh
Horwath pada tahun 2011, perkembangan teori ini merubah risk factor capability menjadi competence yang memiliki makna dari istilah yang sama
29 dalam fraud diamond theory. Crowe juga menambahkan satu risk factor yaitu arrogance (arogansi). Dua elemen tersebut yaitu:
1) Competence (Kompetensi)
Competence merupakan perluasan dari elemen opportunity yang
meliputi kemampuan individu untuk mengesampingkan pengendalian
internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan
mengendalikan secara sosial situasi tersebut untuk keuntungan
pribadinya (Horwath, 2011).
2) Arrogance (Arogansi)
Arrogance merupakan perilaku superioritas pada pelaku fraud
yang mempercayai bahwa kebijakan dan peraturan perusahaan tidak
berlaku untuk dirinya. Arrogance bisa berdampak buruk kepada
perusahaan dan seseorang, karena bisa menghancurkan karir atau
perusahaan tersebut (Horwath, 2011).
Terdapat lima elemen arrogance dari perspektif CEO, sebagai
berikut (K, H, & Simon, 2015):
a) Ego besar, CEO terlihat seperti selebriti daripada seorang
pengusaha.
b) Mereka menganggap pengendalian internal tidak berlaku untuk
dirinya.
c) Memiliki karakteristik perilaku pengganggu.
d) Memiliki kebiasaan memimpin secara otoriter.
e) Memiliki ketakutan akan kehilangan posisi atau status.
30
Gambar 2.3 Fraud Pentagon Sumber: Crowe’s fraud pentagon theory (Horwath, 2011)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud), baik pada level top, lini, dan staf. Berdasarkan perkembangan fraud theory yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dalam penelitian ini menggunakan fraud pentagon theory. Digunakannya fraud pentagon theory karena peneliti melihat dari perkembangan sekarang yang dimana teknologi telah berkembang pesat dan menjadi peranan penting dalam berbagai sektor bisnis di Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut Marks (2010) menjelaskan bahwa dua elemen tambahan pada teori pentagon fraud ini ditambahkan mengingat para pelaku fraud pada masa sekarang dianggap memiliki pola fikir yang lebih independent, informasi yang lebih memadai dan akses yang lebih leluasa terhadap aset di perusahaan dibandingkan dengan pelaku fraud pada masa teori fraud. Lebih lanjut Marks (2010) menyebutkan bahwa perusahaan saat ini mengedepankan kesejahteraan dan kepopuleran, yang mendorong karyawan untuk memperoleh gaji yang lumayan dan pengakuan yang lebih besar dengan cara apapun. Kompetensi dan arogansi dianggap
31
memainkan peranan dalam menentukan apakah seseorang karyawan saat ini
memiliki apa yang diperlukan untuk melakukan fraud.
Sejalan dengan hal tersebut, faktor-faktor internal penyebab fraud
harus diketahui terlebih dahulu agar bisa diidentifikasi secara komprehensif
penyebab terjadinya fraud sehingga dapat meminimalisir peluang terjadinya
kecurangan (fraud).
Usaha untuk meminimalisir kecurangan yang terjadi harus dimulai
dari lingkungan internal perusahaan, yaitu menerapkan internal control
yang baik antar anggota organisasi, Implementasi corporate culture,
diterapkannya risk management yang baik, membangun tata kelola islami
perusahaan yang baik, mematuhi aturan akuntansi yang sesuai dengan
standar dan peraturan pemerintah yang berlaku, serta pemanfaatan teknologi
informasi yang baik.
Oleh karena itu, pencegahan fraud dapat dilakukan mulai dari
lingkungan internal perusahaan. Dengan pengendalian internal yang baik
dapat mengurangi orang-orang dalam melakukan kecurangan yang dapat
merugikan banyak pihak termasuk perusahaan.
2. Agency Theory
(Amaliah, Januarsi, & Ibrani, 2002) menjelaskan konsep dasar dari
teori agensi, yaitu hubungan kerjasama antar pihak pemegang saham
sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Hubungan agensi timbul
ketika principal mempekerjakan pihak lain (agen) dengan memberikan
32 suatu jasa tertentu dan memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen (Diyanti et al., 2012).
Prinsipal selalu menginginkan return tinggi atas investasi yang diberikan untuk perusahaan, sedangkan agen memiliki kepentingan tersendiri yaitu untuk mendapatkan kompensasi yang besar atas hasil kinerjanya. Ketika prinsipal dan agen memiliki pandangan yang berbeda antara satu dengan lainnya, maka akan menimbulkan konflik antar keduanya, benturan ini sering disebut dengan conflict of interest (Cyntia,
2016). Conflict of interest atau perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat memicu agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.
Menurut (Einsenhardt, 1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya.
Informasi yang disampaikan biasanya tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau disebut sebagai informasi yang tidak simetri (asimetry information). Ketidaksesuaian informasi yang dihasilkan manajemen dapat menyesatkan para pengguna laporan dalam proses pengambilan keputusan.
33
Perbedaan kepentingan menyebabkan agen menyalahgunakan
tugasnya dalam penyampaian informasi kepada prinsipal dengan cara
memberikan atau menahan informasi yang diminta prinsipal bila
menguntungkan bagi agen (Amaliah et al., 2002). Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan internal control, corporate culture, Islamic corporate
governance, accounting principle compliance, effectiveness of technology
information dan risk management untuk memastikan hubungan seluruh
stakeholder dan keberlangsungan perusahaan terjamin.
Hubungan antara teori agensi dengan fraud pada perbankan syariah
dan asuransi syariah, yaitu fraud merupakan akibat yang mungkin timbul
dari adanya agency problem yaitu asimetri informasi, dimana informasi
yang dimiliki agen digunakan untuk mengambil keuntungan bagi dirinya
sendiri (self interest) yang dapat mengakibatkan kerugian bagi prinsipal
maupun perusahaan.
Prinsip-prinsip Islam yang telah diterapkan oleh bank syariah dan
asuransi syariah tidak menjamin bank syariah dan asuransi syariah terbebas
dari tindakan kecurangan. Fraud dapat terjadi di lingkungan internal bank
syariah dan asuransi syariah. Hal lain yang mungkin muncul adalah adanya
conflict of interest antara agen dan prinsipal yang dapat menimbulkan
fraud..
3. Fraud Prevention
Secara harfiah fraud di definisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai
34 cakupan yang luas. Secara umum istilah fraud diartikan sebagai penipuan atau kecurangan di bidang keuangan. Hall (2009) mendefinisikan fraud sebagai suatu tindakan penipuan yang disengaja dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan (Sawyer, 2006) bahwa fraud adalah suatu tindakan penipuan yang mencakup berbagi penyimpangan dan tindakan illegal yang ditandai dengan penipuan disengaja oleh individu atau kelompok dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi ataupun kelompok.
Dalam surat edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/DPNP tentang penerapan strategi anti fraud bagi perbankan adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan bank dan/atau menggunakan sarana bank sehingga mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik di
Amerika Serikat (association of certified fraud examinier, disingkat (ACFE) menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam
35 hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta,2014).
Berikut merupakan gambar fraud tree:
Gambar 2.4 Fraud Tree Sumber: ACFE Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse, 2014.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), Fraud tree terdiri dari tiga cabang utama yakni korupsi (Bribery/corruption),
Penyalahgunaan aset (Asset misappropriation), dan Kecurangan Laporan
Keuangan (Financial Statement Fraud).
1. Korupsi (Bribery/corruption), terbagi menjadi empat macam, yakni:
Konflik kepentingan (conflicts of interest), merupakan
penyalahgunaan wewenang yang sering kita jumpai dalam berbagai
bentuk diantaranya bisnis flat merah atau bisnis pejabat (penguasa)
dan keluarga serta krooni mereka yang menjadi pemasok atau
rekanan lembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun
36
(Tuanakotta, 2014) yang terjadi dalam skema purchase schemes
dan sales schemes.
Penyuapan (Bribery) adalah memberikan sesuatu yang bernilai
(barang atau jasa) kepada seseorang dengan maksud untuk
memengaruhi tindakan orang tersebut agar tujuannya dapat
tercapai. Bribery terbagi menjadi dua, yakni: Suap faktur (Invoice
kickbacks) dan tender kolusif (bid rigging)
Pemberian illegal (illegal gratuities) hampir sama dengan bribery,
yang membedakannya adalah Illegal gratuities terjadi setelah
tindakan resmi dilakukan.
Pungutan/ pemerasan (economic extortion) adalah kebalikan dari
bribery (penyuapan).
2. Penyalahgunaan aset (Asset misappropriation), yaitu suatu tindakan
penyalahgunaan atau mencuri aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk
kepentingan pribadi. Asset misappropriation terbagi menjadi dua
macam, yakni:
1) Cash terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Pencurian Kas di Tangan (Theft Of Cash On Hand)
b) Pencurian Penerimaan Kas (Theft Of Cash Receipts),
c) Penipuan Pencairan (Fraudulent Disbursements).
2) Inventory and all other assets (persediaan dan semua aset lainnya)
terbagi menjadi dua hal, yakni:
37
a) Penyalahgunaan (Misuse)
b) Pencurian (Larceny)
3. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) adalah
seseorang yang sengaja memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan
untuk dapat menyembunyikan atau menutupi kondisi dan kinerja
perusahaan yang dinilai kurang baik. Financial Statement Fraud terbagi
menjadi dua macam, yakni:
a) Aset dan pendapatan yang berlebihan (Asset/ revenue
overstatement)
b) Aset dan pendapatan yang terlalu rendah (Asset/ revenue
understatement).
Berdasarkan surat edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
SEOJK/46/SEOJK.05/2017, Fraud pada Asuransi ialah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja di lakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi perusahaan pemegang polis, tertanggung, peserta atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan perusahaan dan/atau menggunakan sarana perusahaan sehingga mengakibatkan perusahaan, pemegang polis, tertanggung, peserta, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Strategi anti fraud, sebagaimana yang terdapat dalam surat Edaran
Bank Indonesia No. 13/28/DPNP yang dalam penerapannya berupa system pengendalian fraud, memiliki 4 (empat) pilar sebagai berikut:
38 a. Pencegahan
Pilar pencegahan merupakan bagian dari sistem pengendalian
fraud yang memuat langkah-langkah dalam rangka mengurangi potensi
risiko terjadinya fraud, yang paling kurang mencakup anti fraud
awareness, identifikasi kerawanan dan know your employee. b. Deteksi
Pilar deteksi merupakan bagian dari sistem pengendalian fraud
yang memuat langkah-langkah dalam rangka mengidentifikasi dan
menemukan fraud dalam kegiatan usaha Bank, yang mencakup paling
kurang kebijakan dan mekanisme whistleblowing, surprise audit, dan
surveillance system. c. Investigasi, Pelaporan dan Sanksi
Pilar investigasi, pelaporan dan sanksi merupakan bagian dari
sistem pengendalian fraud yang paling kurang memuat langkah-langkah
dalam rangka menggali informasi (investigasi), sistem pelaporan dan
pengenaan sanksi atas fraud dalam kegiatan usaha Bank. d. Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pilar pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bagian
dari sistem pengendalian fraud yang paling kurang memuat langkah-
langkah dalam rangka memantau dan mengevaluasi fraud, serta
mekanisme tindak lanjut.
Dari sudut pandang auditor, fraud dapat secara luas diklasifikasikan
sebagai langkah yang sengaja dilakukan oleh satu atau lebih individu
39
untuk menipu atau menyesatkan dengan tujuannya adalah
menggelapkan asset bisnis sehingga mendistorsi kinerja keuangan atau
memperoleh keuntungan yang tidak adil.
Berdasarkan hal tersebut, fraud perlu untuk diketahui lebih dini
penyebabnya. Artinya kecurangan yang terjadi didalam suatu organisasi
perlu diidentifikas secara komprehensif penyebabnya sehingga dapat
diminimalisir peluang terjadinya kecurangan yang kronis. menurut (
Tuanakotta, 2014) pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan
pengendalian internal. Ini berarti, pengendalian internal dapat menjadi
penghalang atau mengurangi orang-orang dalam melakukan kecurangan
yang dapat merugikan banyak orang termasuk organisasi.
4. Internal Control
(Tunggal, 2014) mendefinisikan pengendalian internal merupakan
rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga
asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan
memperbaiki efisiensi jalannya organisasi serta mendorong kesesuaian
dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Senada dengan Comitee of
Sponsoring Organization (COSO) Internal control adalah sebuah proses
yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen, dan karyawan
lain, untuk memberikan keyakinan yang wajar mengenai pencapaian tujuan
dalam kategori berikut:
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan pelaporan keuangan
40
c. Ketaatan dengan hokum dan aturan yang berlaku
Internal Control menurut (Ndege et al., 2015) merupakan bagian dari system proteksi terhadap kecurangan yang di desain untuk mencegah irregularitas dan upaya pencegahan dini kecurangan. AICPA (1947) menjelaskan bahwa Internal Control sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan. Menurut COSO (2013) indikator dari pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan kendali
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan
keseluruhan sikap dari manajemen puncak, para direkturdan para
pemilik dari suatu entitas mengenai pengendalian internal dan arti
penting pengendalian bagi entitas. Yang terdiri dari:a.Integritas dan
nilai-nilai etis; b. Komitmen untuk kompetensi; c. Partisipasi dewan
direksi dan komite audit; d. Filosofi dan gaya manajemen; e. Struktur
organisasi; f. Penugasan dari otoritas dan tanggung jawab; g. Kebijakan
dan praktik sumberdaya manusia.
2) Penilaian Resiko
Penilaian resiko adalah identifikasi manajemen analisis risiko
yang relevan dengan persiapan dengan persiapan laporan keuangan
yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
41
3) Aktivitas Pengendalian
Kebijaksanan dan produsen pengendalian harus di tetapkan
dilaksanakan untuk memastikan bahwa tindakan yang diindetifikasi
oleh manajemen diperlukan untuk menghadapi risiko terhadap
pencapaian tujuan entitas secara efektif dilakukan. Aktifitas
pengendalian meliputi: a. Pemisahan kewajiban yang memadai; b.
otoritas yang sesuai dengan transaksi dan aktivitas; c. Dokumen dan
catatan yang memadai; d. Pengendalian fisik atas asset dan catatan; e.
Pemeriksaan independen atas penampilan
4) Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi memungkinkan karyawan perusahaan
mendapatkan dan menukar informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan, mengelola dan mengendalian operasi nya.
5) Pengawasan keseluruhan
Pengawasan keseluruhan proses harus dimonitor dan dibuat
perusahaan bila diperlukan dengan cara ini sistem dapat beraksi secara
dinamis dan berubah sering dengan peruahan kondisi
5. Islamic Corporate Governance
Seiring berkembangnya lembaga keuangan syariah di Indonesia
diikuti oleh masalah-masalah yang muncul salah satunya terkait dengan tata
kelola pada lembaga keuangan syariah. Pada penelitian (Grais dan
Pallegreni (2006) dan asrori 2014 dengan responden sejumlah bank syariah
yang beroperasi di enam belas negara termasuk di Indonesia,
42 mengungkapkan kelemahan mekanisme internal tata kelola perusahaan perbankan syariah terutama yang menyangkut pemenuhan kepatuhan syariah dan kegiatan operasional dan usahanya. Sedangkan kelemahan mekanisme eksternal terkait dengan regulasi pelaksanaan good corporate governance bank syarah yang tidak dapat ditegakkan secara efektif dan diimplementasikan secara islami.
Good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholders. Good corporate governance memberikan struktur untuk pembagian hak dan tanggung jawab yang sesuai antara dewan (komisaris dan direksi), eksekutif, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Aturan dan prosedur pengambilan keputusan dibuat untuk memberikan struktur tujuan perusahaan serta pemantauan kinerja (Priantara,
2013). Sedangkan menurut Litbang KPK, (2009) good corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham, dan para pemangku kepentingan
(stakeholder) yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan.
Berdasarkan uraian definisi diatas dapat disimpulkan bahwa good corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan berbagai pihak yang berkepentingan, terutama hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi untuk mencapai tujuan perusahaan. (Agoes, 2012)menjelaskan bahwa good corporate governance bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan
43 tersebut dan mencegah timbulnya berbagai kesalahan yang signifikan dalam strategi korporasi, serta untuk memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki.
Munculnya isu-isu tata kelola perusahaan yang mengancam kelangsungan usaha serta kredibilitas bank syariah sebagai lembaga keuangan islami, mendorong para pakar ekonomi dan keuangan Islam mengembangkan tata kelola perusahaan bank syariah yang lebih islami, dalam beberapa literatur dikenal dengan islamic corporate governance
(Lewis, 2005) dalam (Asrori, 2014)
(Najib & Rini, 2016) Tata kelola secara islami berusaha untuk menemukan cara di mana ekonomi, sistem hukum, dan tata kelola perusahaan dapat diarahkan oleh nilai-nilai moral dan sosial berdasarkan hukum syariah. Pendukungnya percaya bahwa semua ekonomi, perusahaan dan kegiatan bisnis harus didasarkan pada paradigma ethareligius, dengan tujuan mensejahterakan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam banyak hal, islamic corporate governance memiliki tujuan yang sama seperti tata kelola perusahaan konvensional, tetapi dalam kode moral yang berbasis agama islam.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2012) mengungkapkan 5 prinsip pelaksanaan good corporate governance, yaitu: a. Transparansi
Transparansi (transparency) berarti penyediaan informasi secara tepat
waktu, memadai, jelas, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses
44
oleh pemangku kepentingan dan masyarakat. Transparansi diperlukan
agar bank syariah dapat menjalankan bisnisnya secara obejektif,
profesional, dan melindungi kepentingan konsumen. b. Akuntabilitas
Akuntabilitas (accountability) berarti perusahaan menjalankan ufungsi
organisasi secara jelas dan bertanggung jawab. Bank sebagai lembaga
dan pejabat yang memilik wewenang harus bisa mempertanggung
jawabkan kinerjanya secara transparan dan akuntibel. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. c. Responsibilitas
Responsibilitas berarti mematuhi peraturan perundang-undangan dan
ketentuan internal bank serta tanggungjawab bank terhadap masyarakat
dan lingkungan. Responsibiliti diperlukan untuk memelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai warga korporasi yang baik. d. Independensi
Independensi berarti kemandirian dari pihak lain dan objektifitas dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Dalam hal ini, bank harus
dikelola secara independen agar masing-masing organ perusahaan
beserta seluruh jajarannya tidak boleh saling mendominasi dan dapat
diintervensi oleh pihak manapun yang dapat memperngaruhi
45
obyektifitas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. e. Kewajaran
Kewajaran (fairness) berarti bersikap adil dan memberikan kesempatan
yang sama sesuai dengan proporsinya. Dalam hal ini, bank syariah
harus memperhatikan kepentingan pemegang saham, konsumen, dan
pemangku kepentingan lainnya beradarkan asa kewajaran dan
kesetaraan dari masing-masing pihak yang bersangkutan.
Kelima prinsip-prinsip pokok GCG diatas sesuai dengan norma dan nilai islami dalam aktivitas dan kehidupan seorang muslim. Islam sangat intens mengajarkan diterapkannya prinsip-prinsip islam.
Menurut (Lestari, Gunawan, & Purnamasari, 2016) Perbedaan implementasi GCG pada perbankan syariah dan konvensional terletak pada shariah compliance yaitu kepatukan pada syariah. Sedangkan prinsip- prinsip transaparansi, kejujuran, kehati-hatian, kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan GCG konvensional.
Shariah compliance adalah ketaatan bank syariah terhadap prinsip- prinsip syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. Prinsip utama bank syariah tercermin dalam produk-produk yang dihasilkan bebas bunga dengan menggunakan prinsip bagi hasil.
46
Bank umum syariah diwajibkan melakukan penilaian sendiri (self
assessment) terhadap tata kelola perusahaanya sesuai dengan surat edaran
OJK Nomor 10/SEOJK/3/2014. Self assessment pada bank syariah meliputi
11 faktor, yaitu:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
d. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS
e. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa
f. Penanganan benturan kepentingan
g. Penerapa fungsi kepatuhan
h. Penerapan fungsi dari audit intern
i. Penerapan fungsi dari audit ekstern
j. Batas maksimum penyaluran dana (DMPD), dan
k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan
pelaksanaan Good corporate governance serta pelaporan internal.
6. Accounting Principle Compliance
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan taat yaitu
senantiasa tunduk/tidak berlaku curang. Menurut (Rahmawati, Ardiana
Peni, 2012) aturan merupakan tindakan atau perbuatan yang harus
dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar dalam
penyusunan laporan keuangan. Dalam standar akuntansi terdapat aturan-
47
aturan yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan
keuangan yang berpedoman terhadap aturan-aturan yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.
(Agoes, 2012) Menerangkan bahwa kepatuhan dapat dilihat dari
pemeriksaan apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas
berwenang sudah ditaati oleh sumber daya manusia dalam organisasi.
Ditambahkan pula bahwa audit kepatuhan dapat dilaksanakan dalam
perusahaan kepada: (1) kebijakan dan prosedur tertulis tentang kelengkapan
transaksi. Hal ini dilakukan untuk membuktikan adanya kepatuhan terhadap
kelengkapan transaksi yang dilakukan dalam perusahaa, pelaksanaan
transaksi tersebut sejak transaksi dimulai sampai dengan selesai. (2)
Kepatuhan terhadap perundang-undangan. Dalam setiap aspek operasional
perusahaan atau bagian organisasi perusahaan harus memenuhi setiap aspek
operasional perusahaan atau bagian organisasi perusahaan harus memenuhi
setiap peraturan perundang-undangan dan peraturan internal perusahaan.
7. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Organisasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu membutuhkan suatu
pengendalian internal yang didalamnya dipengaruhi oleh sumber daya
manusia dan teknologi informasi (Halbouni et al., 2016). Suatu teknologi
informasi terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), manajemen data dari jaringan Hal ini menjelaskan bahwa
teknologi informasi merupakan sarana pendukung atas tujuan organisasi
(Muhammad & Ridwan, 2017).
48
Berdasarkan (Ahrianti, Basuki, & Widiastuty, 2015) Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data.
Pengolahan ini termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
Informasi inilah yang akan digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintah serta merupakan informasi yang stategis untuk pengambilan keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya sesuai kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global (Muhammad &
Ridwan, 2017)
Investasi dibidang teknologi informasi dalam suatu entitas umumnya dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja individual anggota organisasi dan institusi tersebut. Selain itu, penggunaan terknologi informasi juga akan mempermudah dan mempercepat kegiatan organisasi.
Sehingga, para karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara ekonomis, efisien dan efektif . Maka dari itu pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan dan dapat menekan tingkatan fraud yang dilakukan.
49
8. Corporate Culture
Menurut (Francis, Armstrong, & Foxley, 2015), budaya organisasi
atau adalah nilai-nilai, norma, keyakinan, sikap, dan asumsi yang
merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan
melakukan sesuatu hal. Budaya organisasi menurut Edgar H. Schein
mendefinisikan budaya dalam bukunya organizational Culture and
Leadership sebagai berikut: “Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang
diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok tertentu sebagai
pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu
diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat
memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah
tersebut.”
9. Risk Management
Risiko dalam lembaga keuangan merupakan kejadian potensial, baik
yang dapat di perkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang
berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan lembaga keuangan.
Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan, oleh karena itu diperlukan serangkaian prosedur yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul (Abdullah, Shahimi, & Ghafar Ismail,
2011)
50
Perusahaan maupun organisasi yang berjalan tidak akan pernah terhindar dari adanya risiko. Paling tidak akan terdapat dua jenis risiko dalam setiap pengambilan keputusan yaitu risiko strategis dan risiko operasional. Semua risiko tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian atau dapat diminimalisir. Apabila risiko-risiko dalam operasional perusahaan dapat dikelola dengan baik maka operasional perusahaan akan berjalan lancer dan tujuan akan tercapai.
Menurut Kwatingtyas (2017), Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain risiko merupakan kemungkinan menderita kerugian karena kehilangan sebagian atau seluruh modal. Dalam kaitannya dengan pengelolaan risiko, Bank dituntut melakukan manajemen risiko yang sehat. Menurut Pandia
(2012:198) pengertian manajemen risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan termasuk evaluasi risiko untuk mengurangi tindak kecurangan yang akan mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
51
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut hasil-hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu, mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 1. Lorensa et .al Pengaruh Budaya Organisasi Variabel Budaya Variabel Islamic 1. Terdapat pengaruh antara (2018) dan Peran Auditor Internal Organisasi, Pencegahan Corporate budaya organisasi terhadap terhadap Pencegahan Kecurangan dan Governance, pencegahan Fraud Kecurangan dengan Variabel Pengendalian Technology 2. Tidak terdapat pengaruh Pengendalian Internal Internal sebagai Information , Risk antara peran auditor Sebagai Variabel Intervening. Variabel Intervening Management, , dan internal terhadap Ketaatan Aturan pencegahan Fraud Akuntan si 3. Terdapat pengaruh antara Responden, dan budaya organisasi terhadap lokasi. pencegahan fraud melalui pengendalian internal Bersambung ke halaman selanjutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 2. Mufidah, Sari Pengaruh Pengendalian Variabel Pengendalian Variabel Islamic 1. Pengendalian Internal (2018) Internal, Ketaatan Aturan Internal, Ketaatan Corporate tidak berpengaruh secara Akuntansi, terhadap Aturan Akuntansi dan Governance, signifikan terhadap Akuntabilitas Keuangan pencegahan keurangan. Technology pencegahan Fraud dengan Pencegahan Fraud Pengujian Information , Risk 2. Ketaatan Aturan sebagai Variabel Intervening menggunakan PLS Management, , dan Akuntansi berpengaruh Corporate Culture , secara signifikan terhadap Responden, dan Pencegahan Fraud lokasi.
3. Rohana Fraud Detection and Variabel pencegahan Variabel peran Dalam mendeteksi Othman et. al Prevention Methods in the fraud internal auditor, Good kecurangan audit Malaysian Public. Sector: corporate governance, operasional, komite audit, Accountants’ and Internal responden dan lokasi peran internal auditor, Auditors’ Perceptions penelitian tinjauan pengendalian internal, dan kebijakan pelaporan penipuan dan kebijakan rotasi staf dinilai cukup efektif.
Bersambung ke halaman selanjutnya
53
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 4. Rahmayani Pengaruh Islamic Corporate Variabel Islamic Variabel Corporate 1. Internal Control tidak dan Governance dan Internal Corporate Governance, Culture, Technology berpengaruh terhadap Rahmawaty Control terhadap terjadinya Fraud Information , Risk indikasi terjadinya Fraud (2017) fraud pada Bank Umum Management, , dan 2. Islamic Corporate Syariah Indonesia Ketaatan Aturan Governance tidak Akuntansi, berpengaruh terhadap Responden, dan indikasi terjadinya Fraud Lokasi
5. Zelmiyanti Pengaruh Budaya Organisasi Variabel Budaya Variabel Islamic 1. Budaya organisasi dan Anita dan Peran Auditor Internal Organisasi, Pencegahan Corporate berpengaruh signifikan (2015) terhadap Pencegahan Fraud Fraud, Pengendalian Governance, positif terhadap dengan Pengendalian Internal Internal sebagai Technology pencegahan fraud sebagai Variabel Intervening Variabel Intervening, Information , Risk 2. Peran Auditor Internal SEM –PLS Management, , dan tidak berpengaruh Ketaatan Aturan terhadap pencegahan Akuntan si Fraud Responden, dan 3. Pengendalian Internal lokasi. berpengaruh terhadap pencegahan Fraud 4. Budaya Organisasi berpengaruh Bersambung ke halaman selanjutnya
54
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 6. Melia Tertus Pengaruh Good corporate Variabel good Variabel peran Good corporate governance & Yulius governance terhadap Kinerja corporate governance internal auditor dan berpengaruh kinerja yang Chistiawan Perusahaan pada Sektor variabel intervening diukur melalui ROA (return (2015) Keuangan pencegahan fraud. on Asset)
7. Hersi , Pengaruh Integritas Aparatur, Variabel Pemanfaatan Variabel Islamic Peran Teknologgi Informasi Islahuddin dan Kompetensi Aparatur, Dan Teknologi Informasi dan Corporate Governance, berpengaruh secara signifikan Nadir Pemanfaatan Teknologi Pencegahan Fraud , Corporate Culture , Risk dari terhadap pencegahan Fraud Syah(2015) Informasi terhadap Pencegahan Management, dan Fraud Ketaatan Aturan Akuntansi, Responden, dan lokasi.
8. Shintadevi Pengaruh Keefektifan Variabel Keefektifan Variabel Islamic Peran Pengendalian Internal, (2015 Pengendalian Internal, Ketaatan Pengendalian Internal, Corporate Governance, Ketaatan Aturan Akuntansi Aturan Akuntansi dan Ketaatan Aturan Corporate Culture , Risk berpengaruh secara signifikan Kesesuaian Kompensasi Akuntansi dan Management, , terhadap pencegahan Fraud terhadap Pencegahan Fraud Pencegahan Fraud Responden, dan lokasi. dengan Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel Intervening
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 9. Natasya, Pengaruh Komitmen Variabel komitmen Variabel risiko Komitmen organisasi dan Karamoy, Organisasi dan Pengendalian organisasi dan terjadinya kecurangan, pengendalian internal dan Lambey Internal Terhadap Risiko pengendalian internal. responden, dan lokasi berpengaruh terhadap risiko Terjadinya Kecurangan penelitian kecurangan dalam (2017) (Fraud) Dalam Pelaksanaan pelaksanaan jaminan Jaminan Kesehatan di Rumah kesehatan. Sakit Bhayangkara TK. IV Polda Sulut 10. Rusman Pengaruh Pengendalian Variabel Pengendalian Variabel Corporate 1. Pengendalian internal Soleman Internal dan Good Corporate Internal dan Culture, Technology berpengaruh positif (2014) Governance Terhadap Pencegahan fraud Information , Risk terhadap Good Corporate Pencegahan Fraud Management, , dan Governance Ketaatan Aturan 2. Good corporate Akuntansi, governance berpengaruh Responden, dan positif terhadap Lokasi pencegahan fraud. 3. Pengendalian internal berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud Bersambung ke halaman selanjutnya
56
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 11. Wardawati ( Implikasi Syariah Variabel Syariah Variabel Corporate Shariah governance pada bank 2011) Governance terhadap Governance, Bank Culture, Technology syariah (Bank Muamalat) Reputasi dan Kepercayaan Syariah, SEM Information , Risk sudah dilaksanakan dengan Bank Syariah Management, , dan baik. Dari masingmasing Ketaatan Aturan indikator shariah governance, menunjukkan bahwa shariah Akuntansi, compliance merupakan Responden, dan indikator yang memberi Lokasi kontribusi terbesar.
12. Gusnardi Pengaruh Peran Komite Variabel audit internal, Variabel Good Peran Komite Audit, (2011) Audit, Pengendalian Internal, dan pencegahan corporate governance, Pengendalian Internal, Audit Internal Dan kecurangan, Variabel intervening, Audit Internal dan Pelaksanaan Tata Kelola variabel kinerja Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Terhadap perbankan, Perusahaan berpengaruh Pencegahan Kecurangan Responden, dan lokasi terhadap Pencegahan Kecurangan
Bersambung ke halaman selanjutnya
57
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 13. Nadia (2018) Pengaruh Pengendalian Variabel pengendalian Responden dan lokasi Pengendalian internal dan Internal dan Good Corporate internal, good penelitian. good corporate Governance Terhadap corporate governance, governance berpengaruh Pencegahan Kecurangan dan pencegahan terhadap pencegahan kecurangan. kecurangan.
14 Hamdani Pengaruh Kesesuaian Variabel kesesuaian Variabel budaya Keefektifan sistem Kompensasi, Keefektifan kompensasi, sistem organisasi, pengendalian internal dan (2017) Sistem Pengendalian Internal, pengendalian internal, kompetensi, budaya organisasi Budaya Organisasi, dan dan fraud. responden, dan lokasi berpengaruh negatif terhadap Kompetensi Terhadap Fraud penelitian. fraud. Sedangkan kesesuaian kompensasi dan kompetensi tidak berpengaruh terhadap fraud.
Bersambung ke halaman selanjutnya
58
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 15 Kwatingtya Pengaruh Pengendalian Variabel pengendalian Variabel manajemen Pengendalian internal s Internal dan Manajemen internal, good risiko, responden, dan berpengaruh positif terhadap Risiko pada Good Corporate corporate governance, lokasi penelitan. good corporate governance, (2017) Governance serta dan pencegahan fraud. manajemen risiko tidak Implikasinya dalam berpengaruh positif terhadap Pencegahan Fraud good corporate governance, pengendalian internal tidak berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud, manajemen risiko berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud, good corporate governance berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud, serta pengendalian internal dan manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud melalui good corporate governance.
Bersambung ke halaman selanjutnya
59
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Hasil Penelitian (Tahun) Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 16 Junia Pengaruh Moralitas Aparat, Variabel ketaatan Variabel kesesuaian Moralitas aparat, kesesuaian Kesesuaian Kompensasi, dan aturan akuntansi, dan kompensasi ,moralitas kompensasi, dan ketaatan (2016) Ketaatan Aturan Akuntansi kecurangan akuntansi. aparat, responden, dan aturan akuntansi berpengaruh Terhadap Kecenderungan lokasi penelitian. terhadap kecenderungan Kecurangan Akuntansi kecurangan akuntansi.
17 Kustiawan Pengaruh Pengendalian Intern Variabel pengendalian Variabel kualitas Pengendalian internal dan dan Tindak Lanjut Temuan internal dan pencegahan laporan keuangan, tindak lanjut temuan audit (2016) Audit Terhadap Kualitas fraud populasi dan lokasi berpengaruh positif terhadap Laporan Keuangan yang penelitian. kualitas laporan keuangan. Berimplikasi Terhadap Pengendalian internal dan Pencegahan Faud tindak lanjut temuan audit berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud.
Bersambung ke halaman selanjutnya
60
Tabel 2.1 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti Metode Penelitian No Judul Penelitian Hasil Penelitian (Tahun) Persamaan Perbedaan 18 Rahman dan Effectiveness of fraud Variabel fraud Variabel Bank Pentingnya membangun Anwar prevention and detection prevention ,Tecnology Reconciliation, fraud sistem pengendalian internal (2014) techniques in Malaysian Information, Internal detection, responden, yang kuat dan teknologi Islamic Banks control dan lokasi penelitian. informasi yang baik dan dilakukan evaluasi terus menerus serta menentukan peran serta tanggung jawab semua pihak dalam pelaporan keuangan dalam mencegah dan mendeteksi fraud.
61
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Corporate Culture Terhadap Internal Control
Budaya organisasi bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme
pengendalian yang memberikan panduan dan perilaku serta sikap karyawan
(Robbins & Judge, 2008). Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah
nilai, norma keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk
bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan
sesuatu hal yang bisa dilakukan (Francis et al., 2015).
Hasil penelitian (Zelmiyanti & Anita.,2015;Widuri & Paramita., 2007)
menyatakan bahwa corporate culture berpengaruh terhadap internal
control. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa budaya organisasi
yang diterapkan oleh karyawan maka akan menciptakan internal control
yang semakin baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
corporate culture berpengaruh tehadap internal control, maka hipotesis yang
dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H1 : Corporate Culture Berpengaruh Terhadap Internal Control
2. Pengaruh Accounting Principle Compliance Terhadap Internal Control
Pada teori Kohlberg (1969) dalam (Bartenputra, 2016) pengendalian
internal yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku.
Dalam teori tersebut, manajemen berorientasi pada peraturan yang berlaku,
sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat membentuk pengendalian internal
yang tinggi dalam perusahaan.
62
Menurut (rahmawati, Ardiana Peni, 2012) aturan merupakan tindakan
atau perbuatan yang harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian
rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam standar
akuntansi terdapat aturan-aturan yang harus digunakan dalam pengukuran
dan penyajian laporan keuangan yang berpedoman terhadap aturan-aturan
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa accounting principle compliance berpengaruh
terhadap pencegahan kecurangan, maka hipotesis yang dirumuskan
penelitian sebagai berikut:
H2: Accounting Principle Compliance Berpengaruh Terhadap Internal
Control
3. Pengaruh Effectiveness of Technology Information terhadap Internal
Control
Hasil penelitian dari (Widianingsih et al., 2018) menyimpulkan bahwa
Technology Information Control berpengaruh signifikan terhadap Internal
Control. Namun, Bronner (2011) tidak menjamin bahwa Technology
Information Control berpengaruh positif terhadap Internal Control. Hal ini
dikarenakan jika dalam suatu perusahaan menyediakan Technology
Information untuk karyawan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,
juga membuka kesempatan untuk melakukan kecurangan dengan adanya
fasilitas tersebut atau sering disebut dengan human error. Dengan hasil
penelitian yang bersifat kontras tersebut, maka hipotesis yang peneliti
ajukan adalah:
63
H3: Technology Information Control berpengaruh signifikan terhadap
Internal Control
4. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Internal Control
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/pbi/2009 tentang pelaksanaan
good corporate governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah
pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa bank wajid melaksanakan good corporate
governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi. Dan mengacu pada SE BI No12/13/DPbS yang
menjelaskan bahwa bank syariah melakukan asesmen mandiri (self
assessment) terhadap tata kelolanya baik secara operasional maupun dari
aspek syariahnya.
Hasil penelitian dari (Maradita, 2012) menjelaskan bahwa
penerapan sistem corporate governance dalam perbankan syariah
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Dengan adanya corporate governance dapat meningkatkan
pengendalian internal pada suatu perusahaan dan diharapkan semakin
meningkat pula kepercayaan public kepada bank syariah. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa islamic corporate governance
berpengaruh terhadap internal control, maka hipotesis yang dirumuskan
penelitian sebagai berikut::
H4: Islamic Corporate Governance berpengaruh terhadap Internal
Control
64
5. Pengaruh Risk Management terhadap Internal Control
Menurut (Sanusi, Rameli, & Isa, 2015) Risiko dalam lembaga
keuangan merupakan kejadian potensial, baik yang dapat di perkirakan
maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan lembaga keuangan. Risiko-risiko tersebut tidak
dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan, oleh karena itu
diperlukan serangkaian prosedur yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Abdullah et al.,
2011;Pradana.,Joeswanto.,2015) menyebutkan bahwa manajemen risiko
berpengaruh pada pengendalian internal. Manajemen risiko yang diterapkan
sebagian upaya untuk mewujudkan adanya akuntabilitas yang akan
mewujudkan pengendalian internal yang efektif. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa risk management berpengaruh terhadap internal
control, maka hipotesis yang dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H5 : Risk Management berpengaruh terhadap Internal Control
6. Pengaruh Corprorate Culture terhadap Fraud Prevention
Menurut (Zelmiyanti & Anita, 2015), Budaya organisasi mempunyai
pengaruh positif terhadap pencegahan fraud, yaitu apabila budaya organisasi
dalam suatu perusahaan tersebut diterapkan dengan sesuai yang norma yang
65
berlaku maka akan membuat pelaksanaan pencegahan fraud menjadi lebih
efektif.
Relevan dengan penelitian (Zelmiyanti & Anita, 2015), hasil
penelitian Festi et.al (2014) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan dari Budaya Organisasi terhadap pencegahan kecurangan. Hasil
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa semakin baik budaya organisasi
maka semakin tinggi pencegahan kecurangan.
Penelitian Putra, O., & Maemunah, (2017) tidak relevan dengan
penelitian zelmiyanti (2015) dan Festi et.al (2014) menyatakan bahwa
Budaya Organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud. Hal ini
menandakan bahwa baik atau tidaknya pemahaman karyawan terhadap
budaya organisasi yang ada di perusahaan tidak mempengaruhi tingkat
kecenderungan fraud yang terjadi di instansi tersebut. Berdasarkan uraian
diatas, peneliti tertarik meneliti terkait hal tersebut, sehingga hipotesis yang
dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H6: Corporate Culture berpengaruh terhadap Fraud Prevention
7. Pengaruh Accounting Principle Compliance terhadap Fraud
Prevention
Menurut rahmawati, Ardiana Peni (2012) aturan merupakan tindakan
atau perbuatan yang harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian
rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan
penelitian Mufidah & Sari (2018) semakin baik Ketaatan Aturan Akuntansi
akan meningkatkan pencegahan fraud. Sejalan dengan Shintadevi (2016),
66
penelitian yang dilakukan oleh (Fitriyah, n.d.,2027) menyatakan bahwa
ketaatan aturan akuntansi berpengaruh secara parsial terhadap pencegahan
kecurangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan, maka hipotesis
yang dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H7 : Accounting Principle compliance berpengaruh terhadap fraud
prevention
8. Pengaruh Effectiveness of Technology Information terhadap Fraud
Prevention
Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah data. Pengolahan ini termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu.
Penelitian Halbouni et al., (2016) ) menyatakan bahwa kehadiran
teknologi informasi memberikan banyak manfaat bagi pemerintah dan
perusahaan. Selaras dengan (Widianingsih et al., 2018)membuktikan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pengendalian internal
berdampak positif pada potensi untuk mencegah fraud. Terjadi
ketidakkonsistenan dari penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
H8: Effectiveness of Technology information berpengaruh terhadap
67
Fraud Prevention
9. Pengaruh Islamic Corporate Governance Terhadap Fraud Prevention
Good corporate governance digunakan dalam rangka mencegah
potensi fraud yang terjadi pada perusahaan maupun organisasi sektor
publik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusnardi (2011) terhadap 13
BUMN di Indonesia menemukan bukti empiris bahwa pengendalian internal
dan pelaksanaan Good corporate governance (GCG) dapat mencegah
terjadinya fraud dalam perusahaan. Artinya bahwa pencegahan fraud dapat
dilakukan oleh organisasi manakala tata kelola perusahan diterapkan dalam
organisasi.
Sejalan dengan penelitian Gusnardi (2011), hasil penelitian Anugerah
(2014) menunjukkan bahwa Good corporate governance pada Bank Syariah
berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud. Hal ini menunjukkan bahwa
pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengeleminsasi faktor-faktor
pendorong terjadinya kecurangan dengan menerapkan prinsip prinsip Good
corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, kewajaran, integritas
dan partisipasi.
Tidak sejalan dengan penelitian Rini( ) bahwa Islamic Corporate
Governance tidak berpengaruh terhadap fraud pada Bank Syariah. Hal ini
menunjukan pelaksanaannya sangat sulit untuk menerapkan tata kelola
perusahaan secara maksimal khususnya bagi Bank Syariah yang
menggunakan syariah atau hukum-hukum islam sebagai prinsipnya, yang
mana bank syariah di Indonesia yang masih terbilang baru sehingga masih
68
dalam tahap penyesuaian serta pengembangan sehingga belum bisa
dikatakan telah menerapkan prinsip islam sepenuhnya.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dirumuskan penelitian
sebagai berikut:
H9: Islamic Corporate Governance berpengaruh terhadap Fraud
Prevention
10. Pengaruh Risk Management terhadap Fraud Prevention
Menurut Pandia (2012:198) pengertian manajemen risiko, terutama
risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan
masyarakat. Jadi mencakup kegiatan termasuk evaluasi risiko untuk
mengurangi tindak kecurangan yang akan mengakibatkan kerugian bagi
organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Kwatingtyas (2017)
menunjukkan bahwa manajemen risiko berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud. pengelolaan risiko pada perusahaan tersebut merupakan
upaya untuk mencegah terjadinya fraud. pada dimensi pengelolaan
keuangan, perusahaan tersebut telah memiliki standar operasional prosedur
yang jelas yang diketahui semua pengurus dan karyawan dengan sanksi
yang tegas bagi pelanggarnya. Hal tesebut merupakan cara menutup celah
terjadinya fraud.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa risk management
berpengaruh terhadap fraud prevention, maka hipotesis yang dirumuskan
penelitian sebagai berikut:
H10 : Risk Management berpengaruh terhadap Fraud Prevention
69
11. Pengaruh Internal Control Terhadap Pencegahan Kecurangan
Internal Control merupakan bagian dari sistem proteksi terhadap
kecurangan yang di desain untuk mencegah irregularitas dan upaya
pencegahan dini kecurangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Silverstone (2007), menjelaskan bahwa komponen Internal Control
berpengaruh secara signifikan positif terhadap Fraud Prevention. Sejalan
dengan penelitian tersebut, Tuanakotta (2007) Fraud Prevention dapat
dilakukan dengan mengaktifkan Internal Control.
Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik dan aktif Internal control
yang diterapkan, maka dapat mencegah kecurangan yang terjadi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Internal control
berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan, maka hipotesis yang
dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H11: Internal control Berpengaruh Terhadap Fraud Prevention
12. Pengaruh Corporate Culture Terhadap Pencegahan Kecurangan
dengan Internal Control sebagai Variabel Intervening
Hasil penelitian dari Zelmiyanti dan Anita (2015) Lorensa et al (2018)
yang menyatakan bahwa komponen pengendalian internal merupakan
variabel yang dapat mengintervening pengaruh budaya organisasi terhadap
pencegahan kecurangan Budaya organisasi bertugas sebagai pembentuk rasa
dan mekanisme pengendalian yang memberikan panduan dan perilaku serta
sikap anggotanya. Hal ini menjelaskan penerapan budaya organisasi
khususnya pada pengendalian internal bermanfaat untuk meningkatkan
70
keefektifan suatu organisasi sehingga dapat mempengaruhi pencegahan
kecurangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa corporate culture
berpengarh terhadap fraud prevention meelalui internal control maka
hipotesis yang dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H12: Internal control Berpengaruh terhadap Fraud Prevention dengan
Internal Control sebagai Variabel Intervening.
13. Pengaruh Accounting principle compliance terhadap Fraud Prevention
dengan Internal control sebagai Variabel Intervening
Menurut Rahmawati, Ardiana Peni (2012) aturan merupakan tindakan
atau perbuatan yang harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian
rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam standar
akuntansi terdapat aturan-aturan yang harus digunakan dalam pengukuran
dan penyajian laporan keuangan yang berpedoman terhadap aturan-aturan
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) Thoyibatun
(2009) yang menyatakan jika manajemen sebuah organisasi taat pada aturan
akuntansi, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa accounting principle
compliance berpengarh terhadap fraud prevention meelalui internal control
maka hipotesis yang dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H13: Accounting Principle Compliance berpengaruh terhadap Fraud
Prevention dengan internal control sebagai variabel intervening.
71
14. Pengaruh Effectiveness Of Technologi Information terhadap Fraud
Prevention dengan Internal Control sebagai Variabel Intervening
Grant et.al (2008) Menyimpulkan bahwa Technology Information
Control berpengaruh terhadap Internal Control yang dapat menekan
kesalahan akuntansi. Hal ini menunjukan semakin bagus Information
Technology Control maka semakin baik pencegahan pada fraud. Dengan
adanya ITC, Manager dan auditor dapat mengidentifikasi masalah yang
mempengaruhi pelaporan keuangan untuk mencegah terjadinya fraud.
Penelitian Maharsi (2000) menyatakan teknologi informasi
memberikan banyak manfaat bagi pemerintah dan perusahaan. Selaras
dengan James (2013) membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
dalam kegiatan pengendalian internal berdampak positif dalam pencegahan
fraud. Dengan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang peneliti ajukan
adalah:
H14 : Information Technology Control berpengaruh terhadap Fraud
Prevention dengan Internal Control sebagai Variabel Intervening
15. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Fraud Prevention
dengan Internal Control sebagai Variabel Intervening
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mubtadi et al (2018 menyatakan
bahwa islamic corporate governance berpengaruh terhadap pencegahan
fraud. Implementasi prinsip-prinsip syariah dalam keuangan islam meliputi
pelarangan riba, pelarangan penipuan (tadlis), penghindaran spekulasi
(gharar), pelarangan penjudian (maysir). Menerapkan akad- akad syariah
72
dan pengelolaan dana zakat sesuai syariah. Jadi, fraud pada perbankan
syariah bisa dicegah dengan implementasi islamic corporate governance.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa islamic
corporate governance berpengarh terhadap fraud prevention meelalui
internal control maka hipotesis yang dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H15: Islamic Corporate Governance berpengaruh terhadap Fraud
Prevention dengan Internal Control sebagai variabel intervening.
16. Pengaruh Risk Management terhadap Fraud Prevention dengan Internal
Control sebagai Variabel Intervening
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kwatingtyas (2017)
menunjukkan bahwa manajemen risiko berpengaruh positif terhadap
pencegahan fraud. pengelolaan risiko pada perusahaan tersebut merupakan
upaya untuk mencegah terjadinya fraud. pada dimensi pengelolaan
keuangan, perusahaan tersebut telah memiliki standar operasional prosedur
yang jelas yang diketahui semua pengurus dan karyawan dengan sanksi
yang tegas bagi pelanggarnya. Hal tesebut merupakan cara menutup celah
terjadinya fraud.
Penelitian yang dilakukan oleh Pradana (2014) dan Joeswanto (2015)
menyebutkan bahwa manajemen risiko berpengaruh pada pengendalian
internal. Manajemen risiko yang diterapkan sebagian upaya untuk
mewujudkan adanya akuntabilitas yang akan mewujudkan pengendalian
internal yang efektif.
73
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa risk management berpengaruh terhadap fraud prevention meelalui internal control maka hipotesis yang dirumuskan penelitian sebagai berikut:
H16: Risk Management berpengaruh terhadap Fraud Prevention
dengan internal control sebagai variabel intervening.
74
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.4 sebagai berikut :
Perbankan dan Asuransi syariah Namun pada kenyataanya terdapat kasus- merupakan industri yang tergolong kasus skandal yang terjadi di dunia highly regulated, yang diliputi banyak maupun di indonesia mengenai fraud regulasi dan pengawasan karena pada perbankan dan asuransi yang mengelola dana masyarakat serta mengakibatkan kerugian yang signifikan menjalankan bisnisnya dalam aspek dan menurunkan citra perusahaan yang syariah sehingga diharapkan dapat membangun kepercayaan publik serta berlandaskan syariah . menunjang pembangunan nasional
GAP
Faktor-Faktor Internal pada Pencegahan Fraud dengan Pengendalian Internal sebagai Variabel
Intervening Basis Teori: Fraud Pentagon Theory dan Agency Theory
Metode Analisis : Struktural Equation Model
Hasil Yang Diharapkan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran
75
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini
merupakan penelitian yang akan menguji hubungan antara variabel
independen yaitu Islamic Good Corporate Governance, Corporate Culture,
Risk Management, Accounting standars compliance, dan Technology
Information Control terhadap variabel dependen Fraud Preventing dengan
variabel intervening yaitu Internal Control, Populasi pada penelitian ini
adalah Lembaga Keuangan Syariah Khususnya Perbankan Syariah dan
Asuransi Syariah. Sampel pada penelitian ini adalah Manajer dan Staf
Akuntan yang bekerja pada lembaga keuangan Syariah di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, peneliti selanjutnya
menentukan populasi atau sampel yang akan di uji. Menurut Priyanto (2008)
populasi adalah suatu kumpulan subjek atau objek yang dikenai generalisasi
hasil penelitian, sedangkan sampel adalah sub kelompok dari populasi atau
sebagian dari populasi. Populasi pada penelitian ini adalah lembaga keuangan
di Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah Manajer dan Staff Akuntan
yang bekerja pada lembaga keuangan Syariah.
76
C. Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan
oleh peneliti adalah purposive sampling. Hal ini berarti sampel yang
dipilih harus memenuhi persyaratan atau kriteria sampel yang diperlukan.
Sampel yang akan diambil dari populasi adalah staf keuangan dengan
kualifikasi sebagai berikut:
a. Staf keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah
di wilayah DKI Jakarta.
b. Staf keuangan yang memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun,
karena dianggap telah memiliki pengalaman yang cukup untuk
memahami internal perusahaan.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dalam
memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan dua cara yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan, sebagai berikut:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti melalui jurnal, buku, skripsi, thesis, internet dan alat lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian
lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (data
primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah staf
77
keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi syariah di wilayah
DKI Jakarta. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner
secara langsung.
Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah disusun dengan sistematis dan terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi dari staf keuangan yang bekerja di perbankan
syariah dan asuransi syariah sebagai responden dalam penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah masing-masing skor dari indikator variabel
penelitian yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan
kepada staf keuangan yang bekerja di perbankan syariah dan asuransi
syariah sebagai responden.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian
akan diuraikan beserta operasional dan cara pengukurannya, yaitu corporate
culture, islamic good corporate, risk management, accounting principle
compliance, effectiveness of technology information, fraud prevention dan
internal control.
1. Corporate Culture (X1)
Menurut (Francis et al., 2015), budaya organisasi atau adalah nilai-
nilai, norma, keyakinan, sikap, dan asumsi yang merupakan bentuk
bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan
sesuatu hal.
78
Dalam penelitian ini Corporate Culture diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh dan disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 7 indikator, yaitu (1) inovasi dan pengambilan keputusan, (2) perhatian terhadap detail, (3) orientasi terhadap hasil, (4) orientasi terhadap individu, (5) orientasi terhadap tim,
(6) agresifan, (7) stabilitas. dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju
2. Islamic Corporate Governance
Istilah shariah governance dalam penelitian ini dikembangkan dari konsep good corporate governance dan shariah compliance. Good
Coporate Governance (GCG) adalah pengaturan dan hubungan institusional yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan.”4
Ketentuan pasal 1 angka 6 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, yaitu:
“Good corporate governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (tansparancy), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(indenpendency), dan kewajaran (fairness) serta penambahan pada Shariah
Compliance. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan corporate governance sebagai “seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak
79 kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
Dalam penelitian ini Islamic corporate governance diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal, 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
3. Risk Management
Menurut Pandia (2012:198) pengertian manajemen risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan termasuk evaluasi risiko untuk mengurangi tindak kecurangan yang akan mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
Dalam penelitian ini risk management diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal, 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral,
(4) setuju, dan (5) sangat setuju.
4. Accounting Standars Compliance
Menurut Rahmawati (2012) aturan merupakan tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam standar akuntansi terdapat aturan-aturan yang harus digunakan dalam pengukuran
80 dan penyajian laporan keuangan yang berpedoman terhadap aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam penelitian ini accounting principle compliance diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Ordinal, 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
5. Effectiveness of Information Tecnology
Penggunaan terknologi informasi akan mempermudah dan mempercepat kegiatan organisasi. Sehingga, para karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara ekonomis, efisien dan efektif
(Zanaria,2017).
Dalam penelitian ini effectiveness of technology information diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala ordinal, 1 sampai 5.
Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju,
(2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
6. Internal Control
Tunggal (2011) mendefinisikan pengendalian internal merupakan rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi
81
jalannya organisasi serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan
Dalam penelitian ini internal control diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh dan disesuaikan dengan topic penelitian dengan menggunakan indikator, yaitu dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala ordinal, 1 sampai 5.
Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju,
(2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
7. Fraud Prevention
Fraud Prevention dapat dilakukan dengan cara membangun struktur pengendalian intern yang baik, mengefektifkan aktifitas pengendalian dan meningkatkan kultur organisasi. (Tunggal, 2010).
Dalam penelitian ini pencegahan kecurangan diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Gusnardi (2011) dan disesuaikan dengan topik penelitian dengan menggunakan 4 indikator, yaitu (1) ciptakan kejujuran, keterbukaan dan saling membantu, (2) kesadaran kecurangan, (3) program bantuan kepada karyawan yang mengalami kesulitan, (4) adanya sanksi terhadap segala bentuk kecurangan, dimana semua pertanyaan diukur dengan menggunakan skala ordinal (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
82
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No. Butir Skala Variabel Indikator Pertanyaan Pengukuran 1. Inovasi dan pengambilan 1-2 keputusan 2. Perhatian terhadap detail 3-4
3. Orientasi terhadap hasil 5 Corporate Culture(X1) 4 Orientasi terhadap individu 6 Ordinal Robbins ( 2001) 5 Orientasi terhadap tim 7
6 Agresifan 8
7 Stabilitas 9-10
1 Transparansi 1-3
2 Akuntabilitas 4-5
Islamic Corporate 3 Responsibilitas 6-9 Governance (X4) Ordinal Gusnardi (2011) 4 Independensi 10-11
5 Kewajaran 12-14
6 Kepatuhan Syariah 15-19
1. Persyaratan Pengungkapan 1-3 Accounting 2. Menyajikan informasi yang Standars bermanfaat bagi kepentingan 4-5 publik Compliance (X2) Ordinal Shintadevi 3. Objektif 19 (2015) 4. Memenuhi Syarat kehati-hatian 10-11 5. Memenuhi konsep konsistensi penyajian 12-13 Risk Management 1. Risiko Keuangan dan pengambilan risiko 1-10 (X5) Kwaningtyas Ordinal (2017) 2. Risiko Operasional 11-19 3. Risiko Strategis 20-23
83
No. Butir Skala Variabel Indikator Pertanyaan Pengukuran
Efectiveness Of 1. Komputer 1-4 Information Ordinal technology (X ) 3 2. Jaringan Internet 5-6 Triyanto (2017) 1. Lingkungan pengendalian 1-11 Internal Control 2. Aktivitas Pengendalian 12-19 (Intervening) Ordinal Kasdiarto (2015) 3. Komunikasi dan Informasi 20-25 4. Aktivitas Pengawasan 26-32 1. Ciptakan Kejujuran, Keterbukaan, dan saling 1-4 membantu Fraud 2. Kesadaran kecurangan 5-7 Prevention (Y) 3. Program bantuan kepada Ordinal
Gusnardi (2011) karyawan yang mengalami 8 kesulitan 4. Adanya sanksi terhadap segala bentuk kecurangan 9-10
84
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data menggunakan Partial Least
Square (PLS). PLS sebagai teknik analisis data dengan software SmartPLS 3,
karena metode PLS mempunyai beberapa keunggulan tersendiri diantaranya:
data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala
kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang
sama) dan ukuran sampel tidak harus besar. PLS merupakan model
persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen
atau varian. PLS adalah pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan
SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian (Ghozali, 2015:6).
PLS merupakan metode analisis yang powerfull (Ghozali, 2015:5),
karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus
terdistribusi normal, kemudian sampel tidak harus besar. SEM yang berbasis
kovarian umumnya menguji kausalitas atau teori, sedangkan PLS lebih
bersifat predictive model. Selain dapat mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat
digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten.
PLS juga dapat sekaligus menganalisis konstruk yang telah dibentuk dengan
indikator reflektif dan formatif.
Menurut Ghozali (2015:5), PLS merupakan metode analisis yang
powerfull karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus
terdistribusi normal, kemudian sampel tidak harus besar. SEM yang berbasis
kovarian umumnya menguji kausalitas atau teori, sedangkan PLS lebih
bersifat predictive model. Selain dapat mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat
85 digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten.
PLS juga dapat sekaligus menganalisis konstruk yang telah dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif.
Tujuan PLS menurut Ghozali (2015:7) yaitu membantu peneliti untuk tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linier agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model
(model pengukuran yaitu hubungan antar variabel laten) dan outer model
(model pengukuran yaitu hubungan indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen.
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dikategorikan menjadi tiga, yaitu: pertama adalah weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang akan menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi
3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (Ghozali, 2015:8).
86
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
mengenai demografi responden (jenis kelamin, usia, pendidikan formal,
lama bekerja, dan lokasi perusahaan) dan deskripsi mengenai variabel-
variabel penelitian (information and communication, whistleblowing
system, good corporate governance practice, conformity compensation,
dan islamic work ethic serta dampaknya pada fraud prevention dan
fraudulent financial statement), peneliti menggunakan tabel distribusi
frekuensi absolut yang menunjukkan angka rata-rata, median, kisaran,
dan standar deviasi (Ghozali, 2013:19).
2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model
Model pengukuran atau outer model berguna untuk
mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan
variabel latennya. Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji
dalam suatu model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum
melewati tahap purifikasi dalam model pengukuran (Hartono dan Willy,
2014:58 dalam Fadilah, 2018). Model pengukuran juga berguna untuk
menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Uji validitas
dilakukan untuk mengukur kemampuan instrumen penelitian. Dalam
PLS, uji konstruk dapat dilakukan dengan melakukan beberapa uji,
yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity, dan Average
Variance Extracted (AVE). Selanjutnya uji reliabilitas digunakan untuk
mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur konsistensi responden
87 dalam menjawab instrumen yang ada. Instrumen dapat dikatakan andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas di dalam PLS dapat menggunakan metode composite reliability dan cronbach alpha (Hartono dan Willy,
2014:62). a. Convergent Validity
Model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score dengan construct score yang dihitung dengan software SmartPLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi apabila berkorelasi lebih dari 0,70 dengan kostruk yang ingin diukur. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap sudah cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2015:74). b. Disriminant Validity
Model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Apabila korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar kostruk dengan
88
konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai
discriminant validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk
mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih
konservatif dibandingkan dengan composite reliability.
Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari 0,50 (Fornnel dan
Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2015:75).
c. Reliability
Mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam
ukuran yaitu Composite Reliability dan Cronbach Alpha (Ghozali,
2015:75). Composite reliability digunakan untuk mengukur nilai
sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk dan lebih baik dalam
mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk (Salisbury et al., 2002
dalam Hartono dan Willy, 2014:62). Cronbach Alpha digunakan untuk
mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk. Konstruk
dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika mempunyai Composite
Reliability di atas 0,70 dan mempunyai Cronbach Alpha di atas 0,60.
3. Uji Model Struktral atau Inner Model
Inner model (inner relation, structural model, dan substantive
theory) berguna untuk menggambarkan hubungan antara variabel laten
berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser
square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikan dari
koefisien parameter jalur struktural.
89 a. R-Square
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R- square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2015:78). Nilai R-square 0,75, 0,50, 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderat, dan lemah, hasil dari PLS R- square mempresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model (Ghozali, 2015:78). b. Q-Square
Q-square mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square
> 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance, sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2015:79). Besaran Q-square memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati
1 berarti model semakin baik. Besaran Q2 ini setara dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur (path analysis). Nilai Q-square
0,02, 0,15, 0,35 dapat disimpulkan bahwa nilai predictive relevance lemah, moderate, dan kuat. Perhitungan Q-square dilakukan dengan rumus:
90
Q2 = 1 - (1-R12) (1-R22) …… (1-Rp)
Dimana R12, R22, …… Rp2 adalah R-square variabel endogen. c. Goodness of Fit (GoF)
GoF untuk overall fit index dapat digunakan untuk kriteria goodness of fit index dengan sebutan GoF index. Index ini dikembangkan untuk mengevaluasi model pengukuran dan model struktural, selain itu juga menyediakan pengukuran sederhana untuk keseluruhan dari prediksi model. Nilai GoF index diperoleh dari average communalities dikalikan dengan nilai R2 model. Nilai GoF terbentang antara 0-1 dengan interpretasi nilai adalah 0,1 (GoF kecil),
0,25 (GoF moderat), dan 0,36 (GoF besar) (Wetzels et al, 2009 dalam
Yamin dan Kurniawan, 2011:22). Formula GoF index yaitu:
GoF = √Com x R2
Com bergaris atas adalah average communalities dan R2 bergaris atas adalah rata-rata model R2. d. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) yaitu untuk menganalisis pola antar hubungan variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel eksogen dengan variabel endogen. Setiap analisis yang digunakan untuk memecahkan permasalahaan statistik tidak terlepas dari asumsi yang harus ditaati agar kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Dasar yang digunakan untuk menguji hipotesis
91
ini adalah nilai yang terdapat pada Path Coefficient untuk menguji
model struktural.
Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas
antar variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan implikasi
prioritas hubungan kausal variabel yang bergerak ke sebelah kiri. Setiap
nilai menggambarkan jalur dan koefisien jalur (Ghozali, 2013:250).
Nilai t-statistik dibandingkan dengan t-tabel yang ditentukan dalam
penelitian ini dimana diketahui df didapat dari jumlah sampel dikurangi
dua, df = (n-2) dan signifikansi sebesar 0,05.
Teknik analisis jalur (path analysis) ini akan digunakan dalam
pengujian besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefsien jalur
pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel corporate
culture (X1), islamic good corporate (X2), risk management (X3),
accounting principle compliance (X4), effectiveness of technology
information (X4) Fraud Prevention (Y) dan internal control (Z)
4. Uji Efek Intervening
Variabel intervening dalam penelitian ini yaitu internal control.
Suatu variabel dikatakan variabel intervening jika variabel tersebut ikut
mempengaruhi hubungan antara variabel prediktor (independen) dan
variabel kriterion (dependen) (Kenny, 1986 dalam Ghozali, 2013). Efek
intervening menunjukkan hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen melalui penghubung atau intervening. Pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen tidak secara langsung
92 terjadi tetapi melalui proses transformasi yang diwakili oleh variabel intervening. Prosedur pengujian efek intervening dilakukan dengan prosedur yang dikenal dengan uji Sobel (Sobel test). Uji sobel dapat dilakukan dengan cara (Sobel, 1982 dalam Ghozali, 2013): a. Melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y
melalui variabel M. Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M
dihitung dengan cara mengalikan jalur X M (a) dengan jalur
M Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = c-c‟, dimana c adalah
pengaruh variabel X terhadap variabel Y tanpa kontrol M,
sedangkan c‟ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah
mengontrol M (Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Model Intervening
Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb,
besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect).
Sab dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sab = √b² Sa² + a² Sb² + Sa² Sb²
93 b. Langkah kedua, melakukan pengujian untuk mengetahui
signifikansi pengaruh tidak langsung, maka diperlukan perhitungan
nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut:
t = ab Sab
Nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel untuk signifikan
5%. Jika nilai t hitung > dari nilai t-tabel maka dapat disimpulkan
terjadi pengaruh intervening.
94
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap Staf bagian keuangan yang bekerja
pada Bank Umum Syariah dan Asuransi Syariah yang berada di wilayah
DKI Jakarta meliputi 5 wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta
Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan melalui
penyebaran kuesioner penelitian secara langsung ke kantor pusat Bank
Umum Syariah dan Asuransi Syariah yang berada di wilayah DKI Jakarta.
Proses penyebaran dan pengembalian kuesioner ini dilaksanakan mulai
tanggal 27 Juni sampai dengan 26 Juli 2019. Kuesioner yang disebar oleh
peneliti sebanyak 115 buah dan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 98
kuesioner atau sekitar 85,22% dari total kuesioner. Sedangkan kuesioner
yang tidak kembali sebanyak 17 buah atau sekitar 14,78% dari total
kuesioner. Seluruh kuesioner yang kembali dapat diolah dengan jumlah 98
buah atau sekitar 85,22% dari kuesioner yang disebar, hal tersebut
dikarenakan kuesioner diisi secara lengkap oleh responden. Gambaran
mengenai data sampel penelitian ini disajikan pada tabel 4.1.
95
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Presentase 1. Jumlah kuesioner yang disebar 105 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 98 85,22% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 17 14,78% 4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 0 0% 5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 98 85,22% Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
4.2
Tabel 4.2 Data Distribusi Penelitian Kuesioner Kuesioner No Sumber Kuesioner dikirim dikembalikan 1. Bank Mega Syariah 20 20 2. Bank Victoria Syariah 10 8 3. Bank Bukopin Syariah 20 15 4. Asuransi Takaful Keluarga 30 28 5. Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera 15 12 6 PT Asuransi BRI Life 20 15 Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diukur dengan skala
nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan presentase jenis
kelamin, lama bekerja, dan pendidikan terahir. Responden dalam penelitian
ini adalah staf keuangan yang bekerja pada Bank Umum syariah dan
Asuransi Syariah yaitu Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank
96
Victoria Syariah, Asuransi Jiwa Syariah Bumi Putera, PT Asuransi BRI Life
dan Asuransi Takaful Keluarga. Kuesioner ini disebar dengan harapan
dapat diisi berdasarkan penilaian yang objektif oleh staf bagian keuangan
sehingga menghasilkan penelitian yang baik.
Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini:
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Laki-Laki 61 62.2 60.4 60.4 Perempuan 37 37,8 39.6 100.0 Total 98 100.0 100.0 Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sekitar 61 orang atau
62,2% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan
sisanya sebanyak 37 orang atau 37,8% responden berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah pada staf keuangan yang
bekerja di perbankan dan asuransi syariah didominasi oleh laki-
laki.
b. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan lama bekerja.
97
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Frequen Valid Cumulative Percent cy Percent Percent Valid <3 tahun 22 22,4 22,4 22,4 3-6 tahun 28 28,6 28,6 51,0 7-10tahun 31 31,6 31,6 82,7 >10tahun 17 17,3 17,3 100.0 Total 98 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahawa deskripsi
responden berdasarkan lama bekerja adalah 22 orang atau 22,4% untuk
yang bekerja <3 tahun, 28 orang atau 28,6% untuk responden yang
bekerja selama3-6 tahun, 31 orang atau 31,6% untuk responden yang
bekerja selama 7-10 tahun, dan 17 orang untuk responden yang bekerja
selama > 10 tahun.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terahir Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent
Valid D3 7 7,1 7,1 71.7 S1 88 89,8 89,8 96,9 S2 3 3,1 3,1 100,0 s Total 98 100 100
sumber: Data primer yang diolah
98
Tabel 4.5 diatas yang berdasarkan pendidikan terakhir
menunjukkan bahwa responden berpendidikan terakhir Diploma 3
sebesar 7,1%, Strata Satu (S1) sebanyak 88 responden atau sebesar
96,9%, responden berpendidikan terakhir Strara Dua (S2) berjumlah 3
orang atau sebesar 3,1% dari total keseluruhan responden. d. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid < 25 6 6,1 6,1 6,1 25 - 30 40 40,8 40,8 46,9 31 - 35 15 15,3 15,3 62,2 36 - 40 18 18,4 18,4 80,6 41 - 45 8 8,2 8,2 88,8 > 45 11 11,2 11,2 100,0 Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 25-30 tahun dengan jumlah 40 responden atau
40,8%. Sisanya dengan jumlah 6 responden atau 6,1% berusia <25
tahun, sebanyak 15 responden atau 15,3% berusia 31-35 tahun,
sebanyak 18 responden atau 18,4% berusia 36-40 tahun, sebanyak 8
responden atau 2,0% berusia 41-45 tahun, dan 11 responden atau
10,2% berusia >45 tahun. Hal ini dikarenakan responden dengan
jabatan staf keuangan rata-rata berusia 25-30 tahun.
99 e. Deskripsi responden berdasarkan lokasi perusahaan
Tabel 4.7 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan lokasi perusahaan.
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lokasi Perusahaan
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Jakarta Pusat 15 15,3 15,3 15,3 Jakarta Selatan 83 84,7 84,7 84,7 Total 98 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden melakukan pengisian kuesioner di wilayah Jakarta Selatan,
yaitu sebanyak 83 responden atau 84,7%, sedangkan wilayah Jakarta
Pusat sebanyak 15 responden atau 15,3%. Hal ini dikarenakan
sebagian besar kantor pusat perbankan dan asuransi syariah berada di
wilayah Jakarta Selatan. f. Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.8 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan lokasi perusahaan.
Tabel 4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lokasi Perusahaan
Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Staff 34 0.346939 34,7 34,7 Akuntansi Assisten 8 0,081633 8,1 93,8 Manager Staff Internal 24 0,2444898 24,4 85,7
100
Auditor Staff Internal 26 0,265306 26,5 61,3 Control Staff 6 0,061224 6,1 6,1 Treasury Total 96 100,0 100,0 Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden di bagian staff akuntansi yaitu sebanyak 34 responden atau
34,7%, untuk bagian assisten manager sebanyak 8 responden atau
93,8%, Bagian staff internal auditor sebanyak 24 responden atau
85,7%, Bagian staff internal control sebanyak 26 atau 61,3%, Dan
sisanya pada bagian staff treasury sebanyak 6 responden atau 100%
Hal ini dikarenakan penyebaran kuesioner ini hanya pada staff
keuangan di perbankan dan asuransi syariah.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi peran
corporate culture, islamic corporate governance, effectiveness of
technology information, accounting principle, risk management, internal
control, dan fraud prevention yang akan diuji secara statistik deskriptif
seperti yang terlihat dalam tabel 4.8 sebagai berikut:
101
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Std. N Min Max Mean Dev Corporate Culture 98 30 49 41,18 3,559 Islamic Corporate Governance 98 57 95 76,93 7,666 Effectiveness of technology 98 15 25 20,24 2,373 information Accounting principle compliance 98 30 50 40,57 4,523 Risk Management 98 24 40 30,33 4,176 Internal Control 98 42 70 57,60 6,978 Fraud Prevention 98 27 45 37,44 3,706 Valid N (listwise) 98
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel corporate culture memiliki jawaban minimum responden sebesar 30 dan maksimum sebesar
49, dengan rata-rata 41,18 dan standar deviasi 3,559. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 1,975 dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang corporate culture yang besarnya 41,18
Variabel islamic corporate governance memiliki jawaban minimum responden sebesar 57 dan maksimum sebesar 95, dengan rata- rata 76,93 dan standar deviasi 7,666. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 7,666 dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang islamic corporate governance yang besarnya
76,93.
Variabel effectiveness of technology information memiliki jawaban minimum responden sebesar 15 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-
102 rata 20,24 dan standar deviasi 2,373. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 2,373dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang effectiveness of technology information yang besarnya 20,24.
Variabel accounting principle compliance memiliki jawaban minimum responden sebesar 30 dan maksimum sebesar 50, dengan rata- rata 40,57 dan standar deviasi 4,523. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 4,523dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang accounting principle compliance yang besarnya
40,57.
Variabel risk management memiliki jawaban minimum responden sebesar 24 dan maksimum sebesar 40, dengan rata-rata 30,33 dan standar deviasi 4,176. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 4,176 dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang risk management yang besarnya 30,33.
Variabel internal control memiliki jawaban minimum responden sebesar 42 dan maksimum sebesar 70, dengan rata-rata 57,60 dan standar deviasi 6,978. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 6,978 dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang internal control yang besarnya 57,60.
Variabel fraud prevention memiliki jawaban minimum responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 45, dengan rata-rata 37,44 dan standar deviasi 3,706. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan
103
sebesar 3,706dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan
tentang fraud prevention yang besarnya 37,44.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel corporate
culture, islamic corporate governance, effectiveness of technology
information, accounting principle, risk management, internal control, dan
fraud prevention setuju.
2. Hasil Uji Outer Model atau Measurment Model
Terdapat kriteria didalam penggunaan teknis analisis data dengan
SmartPls untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity, dan Reliability.
a. Hasil Convergent Validity
Convergent Validity dari model pengukuran reflektif indicator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score atau component score
yang di estimasi dengan software SmartPLS. Ukurna reflektif
individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih tinggi dari 0,70
dengan konstruk yang diukur. Namun, menurut Chin (1998) dalam
(Ghozali, 2015) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala
pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup memadai.
Dalam penelitian ini akan digunakan batas loading factor 0,50.
Tabel 4.9 Outer Loading AP CC ETI RM ICG IC FP AP_1 0,744 AP_2 0,751 Bersambung ke halaman selanjutnya
104
Tabel 4.9 (Lanjutan) Outer Loading AP CC ETI RM ICG IC FP AP_3 0,714 AP_4 0,814 AP_5 0,653 AP_6 0,690 AP_7 0,788 AP_8 0,772 AP_9 0,862 AP_10 0,801 CC_1 0,545 CC_2 0,151 CC_3 0,456 CC_4 0,550 CC_5 0,769 CC_6 0,619 CC_7 0,753 CC_8 0,716 CC_9 0,763 CC10 0,615 ETI_1 0,593 ETI_2 0,802 ETI_3 0,826 ETI_4 0,878 ETI_5 0,817 RM_1 0,835 RM_2 0,874 RM_3 0,723 RM_4 0,840 RM_5 0,809 RM_6 0,795 RM_7 0,877 RM_8 0,901 ICG_1 0,530 ICG_2 0,608 ICG_3 0,582 ICG_4 0,736 Bersambung ke halaman selanjutnya
105
Tabel 4.9 (Lanjutan) Outer Loading AP CC ETI RM ICG IC FP ICG_5 0,724 ICG_6 0,784 ICG_7 0,795 ICG_8 0,711 ICG_9 0,716 ICG_10 0,761 ICG_11 0,714 ICG_12 0,627 ICG_13 0,490 ICG_14 0,574 ICG_15 0,746 ICG_16 0,792 ICG_17 0,611 ICG_18 0,647 ICG_19 0,474 IC_1 0,855 IC_2 0,827 IC_3 0,867 IC_4 0,749 IC_5 0,835 IC_6 0,668 IC_7 0,796 IC_8 0,791 IC_9 0,889 IC_10 0,900 IC_11 0,794 IC_12 0,852 IC_13 0,845 IC_14 0,749 FP_1 0,729 FP_2 0,846 FP_3 0,860 FP_4 0,671 FP_5 0,781 FP_6 0,564 Bersambung ke halaman selanjutnya
106
Tabel 4.9 (Lanjutan) Outer Loading AP CC ETI RM ICG IC FP FP_7 0,800 FP_8 0,827 FP_9 0,861 Sumber : Data Primer yang diolah, 2019
Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS data yang dilihat pada table 4.7 nilai outer model atau korelasi antar konstruk dengan variabel pada awalnya belum memenuhi Convergent Validity terdapat empat indikator dengan nilai loading factor kurang dari 0,50 yaitu CC(2), CC (3), ICG (13), ICG (19) untuk itu indikator tersebut harus dikeluarkan dari model.
Tabel 4.10 Outer Loading Modifikasi AP CC ETI RM ICG IC FP AP_1 0,743 AP_2 0,751 AP_3 0,714 AP_4 0,814 AP_5 0,653 AP_6 0,690 AP_7 0,788 AP_8 0,772 AP_9 0,862 AP_10 0,801 CC_1 0,545 CC_4 0,543 CC_5 0,749 CC_6 0,638 CC_7 0,778 CC_8 0,758 CC_9 0,800 CC10 0,588 ETI_1 0,593 ETI_2 0,802 Bersambung ke halaman selanjutnya
107
Tabel 4.10 (Lanjutan) Outer Loading Modifikasi AP CC ETI RM ICG IC FP ETI_3 0,826 ETI_4 0,878 ETI_5 0,817 RM_1 0,835 RM_2 0,874 RM_3 0,723 RM_4 0,840 RM_5 0,809 RM_6 0,795 RM_7 0,877 RM_8 0,901 ICG_1 0,516 ICG_2 0,602 ICG_3 0,578 ICG_4 0,734 ICG_5 0,738 ICG_6 0,770 ICG_7 0,815 ICG_8 0,737 ICG_9 0,725 ICG_10 0,779 ICG_11 0,736 ICG_12 0,600 ICG_14 0,566 ICG_15 0,752 ICG_16 0,783 ICG_17 0,613 ICG_18 0,647 IC_1 0,855 IC_2 0,827 IC_3 0,867 IC_4 0,749 IC_5 0,835 IC_6 0,668 IC_7 0,796 IC_8 0,791 IC_9 0,889 IC_10 0,900 IC_11 0,794 IC_12 0,852 IC_13 0,845 Bersambung ke halaman selanjutnya
108
Tabel 4.10 (Lanjutan) Outer Loading Modifikasi AP CC ETI RM ICG IC FP IC_14 0,749 FP_1 0,728 FP_2 0,846 FP_3 0,859 FP_4 0,672 FP_5 0,781 FP_6 0,565 FP_7 0,800 FP_8 0,826 FP_9 0,861 Sumber : Data Primer yang diolah, 2019 b. Hasil Discriminant Validity
Discriminant Validity dilakukan untuk memastikan bahwa konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya.
Model mempunyai Discriminant Validity yang baik jika setiap nilai loading yang paling besar dengan nilai loading yang lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian Discriminant Validity diperoleh sebagai berikut.
Tabel 4.11 Cross Loading AP CC ETI FP IC ICG RM AP_1 0,743 0,304 0,604 0,361 0,522 0,541 0,478 AP_2 0,751 0,316 0,540 0,584 0,708 0,630 0,667 AP_3 0,714 0,404 0,651 0,329 0,490 0,498 0,453 AP_4 0,814 0,305 0,692 0,508 0,576 0,537 0,447 AP_5 0,653 0,389 0,549 0,499 0,651 0,609 0,610 AP_6 0,690 0,592 0,519 0,594 0,644 0,522 0,296 AP_7 0,788 0,462 0,442 0,541 0,604 0,508 0,411 AP_8 0,772 0,554 0,506 0,596 0,677 0,668 0,687 AP_9 0,862 0,480 0,555 0,609 0,729 0,693 0,678 AP_10 0,8 0,512 0,540 0,548 0,708 0,492 0,392 CC_1 0,332 0,535 0,435 0,499 0,604 0,504 0,446 CC_4 0,524 0,543 0,466 0,413 0,467 0,362 0,317 Bersambung ke halaman selanjutnya
109
Tabel 4.121 (Lanjutan) Cross Loading AP CC ETI FP IC ICG RM CC_5 0,556 0,749 0,485 0,637 0,633 0,657 0,436 CC_6 0,339 0,638 0,626 0,318 0,284 0,383 0,137 CC_7 0,482 0,778 0,583 0,475 0,425 0,498 0,172 CC_8 0,330 0,758 0,507 0,572 0,584 0,538 0,336 CC_9 0,250 0,800 0,511 0,476 0,433 0,480 0,195 CC10 0,291 0,588 0,287 0,427 0,434 0,504 0,446 ETI_1 0,479 0,542 0,593 0,482 0,522 0,564 0,364 ETI_2 0,520 0,487 0,802 0,505 0,547 0,507 0,428 ETI_3 0,648 0,508 0,826 0,559 0,653 0,574 0,468 ETI_4 0,540 0,684 0,878 0,642 0,597 0,598 0,455 ETI_5 0,628 0,563 0,817 0,607 0,555 0,526 0,357 FP_1 0,465 0,524 0,513 0,728 0,641 0,560 0,560 FP_2 0,545 0,613 0,588 0,846 0,731 0,597 0,597 FP_3 0,564 0,645 0,642 0,859 0,761 0,640 0,640 FP_4 0,557 0,561 0,555 0,672 0,542 0,298 0,298 FP_5 0,403 0,474 0,393 0,781 0,655 0,557 0,557 FP_6 0,488 0,353 0,302 0,565 0,498 0,153 0,153 FP_7 0,542 0,526 0,582 0,800 0,709 0,560 0,560 FP_8 0,596 0,615 0,688 0,826 0,765 0,495 0,495 FP_9 0,601 0,699 0,638 0,861 0,757 0,415 0,415 IC_1 0,643 0,615 0,546 0,735 0,855 0,744 0,654 IC_2 0,618 0,633 0,515 0,700 0,827 0,722 0,549 IC_3 0,653 0,665 0,612 0,745 0,867 0,722 0,582 IC_4 0,588 0,623 0,515 0,651 0,749 0,579 0,445 IC_5 0,724 0,668 0,695 0,711 0,835 0,788 0,677 IC_6 0,618 0,543 0,492 0,644 0,668 0,591 0,354 IC_7 0,647 0,582 0,539 0,682 0,796 0,703 0,673 IC_8 0,621 0,603 0,548 0,707 0,791 0,707 0,689 IC_9 0,679 0,591 0,709 0,803 0,889 0,711 0,655 IC_10 0,722 0,586 0,695 0,798 0,900 0,694 0,665 IC_11 0,713 0,425 0,629 0,709 0,794 0,626 0,690 IC_12 0,712 0,550 0,646 0,790 0,852 0,678 0,689 IC_13 0,661 0,493 0,592 0,699 0,845 0,692 0,732 IC_14 0,676 0,595 0,612 0,613 0,749 0,648 0,616 ICG_1 0,596 0,421 0,289 0,402 0,447 0,516 0,324 ICG_2 0,429 0,393 0,452 0,401 0,464 0,602 0,443 ICG_3 0,391 0,366 0,338 0,291 0,345 0,578 0,410 ICG_4 0,584 0,371 0,365 0,549 0,564 0,734 0,529 ICG_5 0,511 0,479 0,411 0,456 0,568 0,738 0,499 ICG_6 0,621 0,543 0,512 0,616 0,703 0,770 0,582 ICG_7 0,506 0,490 0,523 0,501 0,660 0,815 0,671 Bersambung ke halaman selanjutnya
110
Tabel 4.11 (Lanjutan) Cross Loading AP CC ETI FP IC ICG RM ICG_8 0,441 0,579 0,472 0,453 0,552 0,737 0,487 ICG_9 0,347 0,610 0,401 0,483 0,537 0,725 0,426 ICG_10 0,649 0,708 0,697 0,652 0,700 0,779 0,620 ICG_11 0,564 0,466 0,635 0,514 0,647 0,736 0,586 ICG_12 0,465 0,410 0,463 0,414 0,453 0,600 0,448 ICG_14 0,523 0,566 0,505 0,638 0,620 0,566 0,459 ICG_15 0,584 0,616 0,543 0,632 0,707 0,752 0,542 ICG_16 0,595 0,648 0,688 0,813 0,816 0,783 0,553 ICG_17 0,352 0,408 0,339 0,326 0,409 0,613 0,393 ICG_18 0,407 0,417 0,370 0,351 0,455 0,647 0,448 RM_1 0,492 0,355 0,395 0,452 0,523 0,512 0,835 RM_2 0,590 0,316 0,449 0,470 0,654 0,611 0,874 RM_3 0,507 0,364 0,382 0,341 0,480 0,562 0,723 RM_4 0,590 0,394 0,531 0,532 0,652 0,603 0,840 RM_5 0,610 0,413 0,329 0,507 0,597 0,699 0,809 RM_6 0,520 0,423 0,484 0,468 0,594 0,550 0,795 RM_7 0,568 0,374 0,407 0,647 0,739 0,622 0,877 RM_8 0,561 0,457 0,522 0,661 0,765 0,672 0,901 Sumber : Data primer yang diolah, 2019
Tabel 4.11 menunjukan bahwa kontruk Accounting Principle
Compliance lebih tinggi terhadap indikatornya (AP_1, AP_2, AP_3,
AP_4, AP_5, AP_6, AP_7 AP_8, AP_9, AP_10) dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator (AP_1, AP_2, AP_3, AP_4, AP_5,
AP_6, AP_7 AP_8, AP_9, AP_10) sehingga memiliki Discriminant
Validity yang baik.
Konstruk Corporate Culture memberikan nilai indicator yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator (CC_1, CC_2, CC_3, CC_4, CC_5,
CC_6,CC_7 CC_8, CC_9, CC_10). Konstruk Effectiveness Of
Technology Information juga memberikan nilai indikator yang lebih
111 tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator (ETI_1, ETI_2, ETI_3, ETI_4) sehingga memiliki
Discriminant Validity yang baik
Kemudian untuk variabel Islamic Corporate Governance (ICC_1,
ICG_2, ICG_3,ICG_4, ICG_5,ICC_6, ICG_7, ICG_8, ICG_9, ICG_10,
ICG_11, ICG_12, ICG_14, ICG_15, ICG_16, ICG_17, ICG_18) nilai indicator yang muncul lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya, sehingga memiliki Discriminant Validity yang baik . Konstruk Risk Management juga memberikan nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator (RM_1, RM_2, RM_3,
RM_4,RM_5 RM_6, RM_7, RM_8) sehingga memiliki Discriminant
Validity yang baik.
Hal yang sama juga terdapat di konstruk Internal Control yang memberikan nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indikator IC_1, IC_2,
IC_3,IC_4, IC_5,IC_6, IC_7, IC_8, IC_9, IC_10, IC_11, IC_12, IC_13,
ICG_14 sehingga memiliki Discriminant Validity yang baik. Begitupun dengan konstuk Fraud Prevention yang memberikan nilai indikator yang lebih tinggi terhadap indikatornya dibandingkan dengan konstruk lainnya terhadap indicator FP_1, FP_2, FP_3,FP_4, FP_5, FP_6, FP_7,
FP_8, dan FP_9 sehingga dapat disimpulkan memiliki Discriminant
Validity yang baik.
112
Semua nilai loading factor untuk setiap indikator dari masing- masing variabel laten sudah memiliki nilai loading factor paling besar dibandingkan dengan nilai loading factor variabel laten lainnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa semua variabel laten sudah memiliki
Discriminant Validity yang baik, dimana konstruk laten memprediksi indicator di blok lainnya sehingga dapat disimpulkan semua variabel laten memiliki Discriminant Validity yang baik. c. Hasil Reliability
Kriteria Reliability dapat dilihat dari nilai Composite Reliability dan Cronbach Alpha dari masing-masing konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila mempunyai nilai Composite
Reliability diatas 0,70 dan mempunyai nilai Cronbach Alpha diatas 0,60
Tabel 4.12 Composite Reliability dan Cronbach Alpha Composite Cronbach Reliability Alpha Corporate Culture 0,871 0,830 Islamic Corporate Governance 0,935 0,926 Effectiveness of Technology Information 0,890 0,843 Accounting Principle 0,932 0,919 Risk Management 0,948 0,937 Internal Control 0,966 0,961 Fraud Prevention 0,931 0,915 Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan Tabel 4.12 Composite Reliability variabel Corporate
Culture sebesar 0,871, variabel Islamic Corporate Governance sebesar
0,935, variabel Effectiveness of Technology Information sebesar 0,890, variabel Accounting Principle sebesar 0,932, variabel Risk Management
113 sebesar 0,948, variabel Internal Control sebesar 0,966, dan variabel
Fraud Prevention sebesar 0,931 yang berarti semua variabel telah memiliki nilai Composite Reliability diatas 0,70 dan dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria reliabilitas. Cronbach Alpha variabel Corporate Culture sebesar 0,830, variabel Islamic Corporate
Governance sebesar 0,926, variabel Effectiveness of Technology
Information sebesar 0,843, variabel Accounting Principle sebesar 0,919, variabel Risk Management sebesar 0,937, variabel Internal Control sebesar 0,961, dan variabel Fraud Prevention sebesar 0,915 yang berarti dapat dikatakan bahwa semua variabel sudah memiliki nilai
Cronbach Alpha di atas 0,60 sehingga menunjukkan tingkat konsistensi jawaban responden dalam setiap konstruk memiliki reliabilitas yang baik.
Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootsrapping
114
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model structural dilakukan untuk melihat
hubungan antar konstruk nilai signifikan dan R-Square dari model
penelitian. Model Struktural dievaluasi dengan menggunakan R-Square
untuk konstruk dependen, uji t, serta signifikansi dari koefisien parameter
jalur struktural.
a. Hasil R-Square
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-Square
untuk setiap variabel laten dependen. Uji Goodness fit model merupakan
hasil estimasi R-Square dengan menggunakan SmartPLS.
Tabel 4.13 Nilai R-Square R-Square Internal Control 0,836 Fraud Prevention 0,796 Sumber: Data primer yang diolah
Pada penelitian ini menggunakan 2 buah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lainnya, yaitu variabel corporate culture, islamic corporate
governance, effectiveness of technology information, accounting principle,
dan risk management serta variabel Fraud Prevention yang dipengaruhi
oleh variabel Internal Control.
Pada table 4.13 menunjukkan nilai sebesar R Square untuk variabel
tingkat kepuasan diperoleh sebesar 0,836. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa variabel corporate culture, islamic corporate governance,
effectiveness of technology information, accounting principle, dan risk
115 management secara simultan mampu menjelaskan variabel tingkat kepuasan sebesar 83,6% sisanya 16,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam model. Hasil selanjutnya untuk variabel corporate culture, islamic corporate governance, effectiveness of technology information, accounting principle, risk management, dan internal control mampu menjelaskan variabel Fraud Prevention sebesar 79,6% sisanya
20,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dihipotesiskan dalam model. Menurut Chin(1998) dalam Ghozali(2015) nilai R-Square ini termasuk dalam kategori moderat menuju tinggi. b. Hasil Q-Square
Q-Square mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Suatu model dianggap mempunyai nilai predictive relevance yang relevan jika nilai Q-Square lebih besar dari 0
(nol). Besaran pada Q-Square memiliki nilai dengan rentang 0 Model ini semakin baik jika nilai Q-Square mendekati 1. Nilai Q-Square diperoleh dari: Q² = 1 – (1 - R₁ ²) (1 - R₁ ²) = 1 – [1 – (0,836²)] [1 – (0,796²)] = 1 – (1 - 0,6989) (1 – 0,6336) = 1 – (0,3011) (0,3664) = 1 – (0,1103) Q² = 0,8897 116 Hasil perhitungan Q-Square pada penelitian ini 0,8897 yang berarti bahwa 88,97% variabel independen dan intervening ini layak untuk menjelaskan variabel dependen yaitu Fraud Prevention c. Hasil Goodness of Fit (GoF) Evaluasi model yang terakhir dengan melihat GoF dari model. Evaluasi Goodness of fit model dilakukan untuk purification dan refinement terhadap uji validitas atau reliabilitas konstruk (Ghozali, 2015) sehingga GoF ini digunakan untuk memvalidasi perfoma gabungan antara inner model dan outer model. Nilai GoF ini terbentang antara 1-0 dengan interpretasi nilai ini adalah 0,1 (GoF Kecil), 0,26 (GoF Moderat) dan 0,36 (GoF Besar) (Wetzels et al,2009 dalam yamin, 2011:22) Nilai GoF diperoleh dari: GoF = = = GoF = 0,8512 Hasil perhitungan GoF dalam penelitian ini menunjukkan nilai 0,8512 Lebih besar dari 0,36 sehingga dapat dikatakan bahwa model dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan data empiris. 117 d. Hasil Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh suatu konstruk terhadap konstruk lainnya dengan melihat koefisien parameter dan nilai t- statistik (Ghozali, 2015:80). Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output Path Coefficient untuk menguji model ini model structural. Hasil hipotesis yang diajukan dapat dilihat dari besarnya t-statistik. Nilai t-statistik dibandingkan dengan t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,9850 dimana diketahui nilai df sebesar 96 ( jumlah sampel dikurang dua: 98-2) dan a sebesar 0,05 (two tailed). Batasan untuk menerima dan menolak hipotesis yang diajukan adalah ± 1,9850, dimana apabila nilai t-statistik berada pada rentang nilai - 1,9850 dan 1,9850 maka hipotesis akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (Ho) Tabel 4.14 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) Original Sample Standard T-Statistic Sample Mean Deviation P Value (IO/stdev) (O) (M) (STDEV) CC → IC 0,180 0,190 0,087 2,072 0,039 AP → IC 0,273 0,274 0,082 3,333 0,001 ETI→ IC 0,080 0,075 0,068 1,169 0,243 ICG→IC 0,272 0,252 0,088 3,072 0,002 RM→IC 0,256 0,273 0,064 3,975 0,000 IC → FP 0,820 0,824 0,127 6,440 0,000 CC → FP 0,159 0,164 0,085 1,865 0,063 AP → FP -0,121 -0,125 0,094 1,282 0,210 ETI→ FP 0,127 0,125 0,071 1,806 0,063 ICG→FP -0,027 -0,025 0,106 0,254 0,800 RM → FP -0,041 -0,041 0,077 0,532 0,595 Sumber: Data primer yang diolah 118 Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pengaruh CC (Corporate Culture) terhadap IC (internal control) sebesar 0,180 dan signifikan pada 0,05 (2,072>1,9850). Pengaruh AP (Accounting Principle Compliance) terhadap IC (Internal Control) sebesar 0,273 dan signifikan pada 0,05 (3,333 >1,9850). Pengaruh ETI (Effectiveness of Technology Information) terhadap IC (Internal Control) sebesar 0,080 dan signifikan pada 0,05 ( 1,169 < 1,9850). Pengaruh ICG (Islamic Corporate Governance) terhadap IC (Internal Control) sebesar 0,272 dan signifikan pada 0,05 ( 3,072>1,9850). Pengaruh RM (Risk Management) terhadap IC (Internal Control) sebesar 0,256 dan signifikan pada 0,05 ( 3,975>1,9850) . Pengaruh IC (Internal Control) terhadap FP (Fraud Prevention) sebesar 0,820 dan signifikan pada 0,05 (6,440>1,9850). Pengaruh CC (Corporate Culture) terhadap FP (Fraud Prevention) sebesar 0,159 dan signifikan pada 0,05 (1,865<1,9850). Pengaruh AP (Accounting Principle Compliance) terhadap FP (Fraud Prevention) sebesar -0,121 dan signifikan pada 0,05 (1,282 <1,9850). Pengaruh ETI (Effectiveness of Technology Information) terhadap FP (Fraud Prevention) sebesar 0,127 dan signifikan pada 0,05 ( 1,806 < 1,9850). Pengaruh ICG (Islamic Corporate Governance) terhadap FP (Fraud Prevention) sebesar -0,027 terhadap dan signifikan pada 0,05 (0,106 < 1,9850). Pengaruh RM (Risk Management) terhadap FP (Fraud Prevention) sebesar -0,041 dan signifikan pada 0,05 ( 0,077<1,9850). 119 4. Hasil Uji Efek Intervening a. Hasil Uji Efek Intervening untuk Accounting Principle Compliance terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control 1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y lewat variabel M. pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M →Y (b) atau ab dengan rumus: Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb² = √(0,6724 . 0,0067) + (0,0745 . 0,0161) + (0,0067.0,0161) =√0,004521+0.001202+0,000108) =√0,005831 =0,076365876 2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus: t = ab Sab t = 0,273.0,820 0,076365876 = 2,9314 Hasil pengujian melalui Uji sobel dapat diketahui dengan t- hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,9314>1,9850. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intervening variabel internal 120 control pada hubungan tidak langsung variabel accounting principle compliance dan fraud prevention. b. Hasil Uji Efek Intervening untuk Corporate Culture terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control 1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y lewat variabel M. pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M →Y (b) atau ab dengan rumus: Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb² = √(0,6724. 0,0076) + (0,0324 . 0,0161) + (0,0076.0,0161) =√0,005089+0.000522+0,000122) =√0,005734056 =0,07572355 2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus: t = ab Sab t = 0,190.0,820 0,07572355 = 2,0574 Hasil pengujian melalui Uji sobel dapat diketahui dengan t- hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,0574>1,9850. Sehingga dapat 121 disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intervening variabel internal control pada hubungan tidak langsung variabel corporate culture dan fraud prevention. c. Hasil Uji Efek Intervening untuk Effectiveness of Technology Information terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control 1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y lewat variabel M. pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M →Y (b) atau ab dengan rumus: Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb² = √(0,6724. 0,0064) + (0,0161 . 0,0161) + (0,0064.0,0161) =√0,005089+0.000522+0,000103) Sab =√0,004667 Sab =0,06831544 2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus: t = ab Sab t = 0,190.0,820 0,06831544 = 1,3559 122 Hasil pengujian melalui Uji sobel dapat diketahui dengan t- hitung signifikan pada 0,05 yaitu 1,3559<1,9850. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh intervening variabel internal control pada hubungan tidak langsung variabel Effectiveness of Technology Information dan fraud prevention. d. Hasil Uji Efek Intervening untuk Islamic Corporate Governance terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control 1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y lewat variabel M. pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M →Y (b) atau ab dengan rumus: Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb² = √(0,6724. 0,0077) + (0,0739 . 0,0161) + (0,0077.0,0161) Sab =√0,005207+0.001193+0,000124) =√0,006525257 =0,080779063 2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus: t = ab Sab t = 0,272.0,820 0,080779063 123 = 2,7611 Hasil pengujian melalui Uji sobel dapat diketahui dengan t- hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,7611>1,9850. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh intervening variabel internal control pada hubungan tidak langsung variabel Islamic corporate governance dan fraud prevention. e. Hasil Uji Efek Intervening untuk risk management terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control 1) Langkah pertama dalam prosedur pengujian intervening adalah melakukan pengujian tidak langsung variabel X ke variabel Y lewat variabel M. pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara mengalikan jalur X → M (a) dengan jalur M →Y (b) atau ab dengan rumus: Sab = √b²Sa² + a²Sb² + Sa²Sb² = √(0,6724. 0,0040) + (0,0655 . 0,0161) + (0,0040.0,0161) =√0,002754+0.001057+6,60644) =√0,003877245 =0,192971319 2) Langkah kedua melakukan pengujian untuk mengetahui signifikansi pengaruh tidak langsung dengan menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus: 124 t = ab Sab t = 0,256.0,820 0,192971319 = 1,0878 Hasil pengujian melalui Uji sobel dapat diketahui dengan t- hitung signifikan pada 0,05 yaitu 1,0878<1,9850. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh intervening variabel internal control pada hubungan tidak langsung variabel risk management dan fraud prevention. C. Pembahasan 1. Pengaruh Corporate Culture terhadap Internal Control Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa corporate culture terhadap internal control menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,190 dengan nilai t- statistic sebesar 2,072. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti corporate culture memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap internal control yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama (Ha1) diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Jaques.,2013; Pfister.,2019; Cameron dan Quinn.,2005; Mihaela dan Iulian.,2012; Zelmiyanti dan Anita.,2015; Ribaati,2003) yang menyatakan bahwa corporate culture berpengaruh terhadap internal control. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perbankan dan asuransi syariah sudah menerapkan budaya 125 organisasi yang baik kepada karyawan yang berarti semakin tinggi budaya organisasi maka semakin bagus pengendalian internal pada suatu perusahaan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berprilaku, yaitu faktor internal dan eksternal (Faisal,2013). Faktor internal berasal dari dalam dirinya, seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berasal dari pengaruh faktor lingkungan, seperti budaya organisasi. Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah nilai, norma keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan (Francis et al., 2015)Budaya organisasi bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang memberikan panduan dan perilaku serta sikap karyawan (Robbins & Judge, 2008) Hasil penelitian ini mendukung indikator dari internal control yang salah satunya yaitu control environment. Indikator control environment merupakan hal yang vital dalam membangun hubungan corporate culture dan internal control. Indikator control environment merupakan dasar untuk semua komponen internal control atau merupakan pondasi dari komponen lainnya. Dalam menciptakan control environment yang baik terdapat beberapa faktor yang didalamnya mengandung nilai-nilai corporate culture yang harus diterapkan oleh perusahaan yang meliputi integritas, etika, komitmen, jujur, bertanggung jawab, dan objektif. Aspek 126 paling penting pada internal control adalah personil atau karyawan. Orang-orang yang jujur, komitmen untuk meningkatkan kompetensi serta memiliki intergritas dan nilai etis akan mampu mencapai kinerja yang tinggi yang berarti internal control perusahaan tersebut dapat dikatakan baik. Nilai-nilai tersebut harus diterapkan pada perusahaan agar menjadi budaya yang terus dikomunikasikan dan diberlakukan dalam praktik bagi semua karyawan baik golongan atas sampai golongan bawah yang hasilnya akan menciptakan corporate culture untuk menerapkan internal control yang baik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa budaya organisasi yang diterapkan oleh karyawan maka akan menciptakan internal control yang semakin baik. Pegawai baru dalam perusahaan belum bisa menjalankan semua peraturan-peraturan yang diterapkan perusahaan secara langsung, tetapi dengan adanya budaya organisasi yang kuat akan mengarahkan pegawai tersebut untuk menjalankan peraturan yang ada. Hal itu juga akan terjadi pada karyawan yang sudah lama, ketika peraturan tersebut sudah membudaya dalam perusahaan, jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang ada maka karyawan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas. Budaya organisasi yang diterapkan akan memicu karyawan untuk berfikir, berperilaku, dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang meliputi professional, percaya pada rekan, disiplin, fokus terhadap pencapaian target, saling mendukung, sehingga penerapan budaya organisasi ini dapat mendorong perusahaan dalam meningkatkan internal 127 control menjadi lebih kuat pada perusahaan perbankan dan asuransi syariah. 2. Pengaruh Accounting Principle Compliance terhadap Internal Control Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa accounting principle compliance terhadap internal control menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,273 dengan nilai t-statistic sebesar 3,333. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti accounting principle compliance memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap internal control yang berarti sesuai dengan hipotesis kedua (Ha2) diterima. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa semakin tinggi ketaatan pada aturan akuntansi maka semakin baik pengendalian internal dalam suatu perusahaan. Pada teori Kohlberg (1969) dalam Adrian (2016) pengendalian internal yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku. Dalam teori tersebut, manajemen berorientasi pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat membentuk pengendalian internal yang tinggi dalam perusahaan. Sejalan dengan Teori Agoes (2009) yang menerangkan bahwa kepatuhan dapat dilihat dari pemeriksaan apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh sumber daya manusia dalam perusahaan. Maka dari itu, Perusahaan asuransi dan perbankan syariah berarti telah menerapkan ketaatan dalam pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku seperti memiliki 128 kebijakan dan prosedur tertulis tentang kelengkapan transaksi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan. Dalam setiap aspek operasional perusahaan harus memenuhi setiap peraturan perundang-undangan dan peraturan internal perusahaan. Maka dari itu dengan adanya ketaatan aturan akuntansi maka pengendalian internal pada suatu perusahaan juga akan semakin baik. Hasil penelitian ini mendukung indikator dari internal control yang salah satunya yaitu information and communication. Tujuan dari penerapan information and communication sebagai indikator internal control adalah tersajinya laporan keuangan yang andal dan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan baik pihak internal maupun pihak eksternal. Untuk menyajikan laporan keuangan yang andal dan bermanfaat harus sesuai dengan aturan akuntansi. Dengan laporan keuangan yang tersaji dengan benar dan tanpa rekayasa akan membantu para pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan dengan tepat. Jika ketaatan aturan akuntansi sudah diimplementasikan pada praktik pembuatan laporan keuangan maka internal control pada perusahaan akan berjalan dengan baik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perbankan dan asuransi syariah telah menerapkan ketaatan dalam pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang sebagian besar menjawab telah membuat laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. 129 3. Pengaruh Effectiveness of Technology Information terhadap Internal Control Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa effectiveness of technology information terhadap internal control menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,080 dengan nilai t-statistic sebesar 1,169. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti effectiveness of technology information belum dapat berkontribusi dalam pengendalian internal pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis ketiga (Ha3) ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa effectiveness of technology information belum sepenuhnya berpengaruh dalam internal control dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori pada indikator internal control yaitu control activities. Pada teori tersebut menyebutkan salah satu faktor control activities yaitu pengendalian terhadap sistem teknologi informasi. Pengendalian terhadap teknologi informasi yaitu general controls, mencakup control terhadap akses, perangkat lunak dan system development. Oleh karena itu penerapan effectiveness of technology information dibutuhkan pada suatu perusahaan untuk pengendalian internal perusahaan, karena dengan adanya teknologi informasi akan menghasilkan pengawasan atau penerapan internal control yang lebih efektif dan efisien. Hasil penelitian ini sejalan dengan Bronner (2011) yang menyatakan bahwa effectiveness of technology information tidak berpengaruh positif terhadap internal control. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa 130 teknologi informasi memiliki risiko pengendalian internal yang unik untuk organisasi. Penelitian ini dilakukan di Kantor New York State Comptroller yang diaudit selama bertahun-tahun. Sejumlah audit tersebut menggambarkan bahwa pengelolaan beberapa pemerintah daerah terjadi penipuan dengan cara mencuri aset dari organisasi. Dalam beberapa kasus kelemahan dalam sistem teknologi informasi digunakan oleh karyawan untuk melakukan perubahan pada sistem computer. Selama Oktober, 2010, kantor New York State Comprotoller menerima 66 rekomendasi agar meningkatkan keamanan fungsi teknologi informasi untuk local pemerintah. Dengan demikian, effectiveness of technology information tidak menjamin adanya keakuratan data. Hal ini dikarenakan adanya human error. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian (Grant .,2008;Rahman & Anwar, 2014;Widianingsih et al., 2018)) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan kontrol teknologi informasi yang rendah mempunyai pengendalian internal yang rendah, membayar biaya audit yang tinggi, dan biasanya diaudit oleh kantor akuntan yang lebih kecil. Dengan demikian, effectiveness of technology information berpengaruh terhadap internal control. Sejalan dengan penelitian (Elder, et al.,2013) Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan pengendalian internal dengan menambah prosedur pengendalian baru yang dilakukan oleh komputer dan dengan mengganti pengendalian yang 131 biasanya dilakukan secara manual yang rentan terhadap kesalahan manusia. Bronner (2011) mengatakan bahwa lingkungan TI dapat juga menjadi boomerang bagi perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya ulah manusia yang menyalahgunakan TI untuk memanipulasi data. 4. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Internal Control Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa Islamic corporate governance terhadap internal control menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,272 dengan nilai t-statistic sebesar 3,072. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti Islamic corporate governance memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap internal control yang berarti sesuai dengan hipotesis kedua (Ha2) diterima. Hasil penelitian ini membuktikan berarti pada perusahaan perbankan dan asuransi syariah telah menerapkan islamic corporate governance sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/pbi/2009 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa bank wajid melaksanakan good corporate governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Dan mengacu pada SE BI No12/13/DPbS yang menjelaskan bahwa bank syariah melakukan asesmen mandiri (self assessment) terhadap tata kelolanya baik secara operasional maupun dari aspek syariahnya. 132 Hasil penelitian ini mendukung indikator dari internal control yang salah satunya yaitu monitoring. Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan memelihara internal untuk mempertimbangan apakah pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya dan apakah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah pada perbankan dan asuransi syariah. Keberadaan DPS yang merupakan salah satu unsur islamic corporate governance akan menjamin bank syariah berjalan di atas koridor syariah yang dimana semakin baik tata kelola secara islami yang diterapkan akan meningkatkan pengendalian internal yang baik pada perusahaan perbankan dan asuransi syariah. Indikator shariah compliance dalam Islamic corpororate governance merupakan penerapan prinsip-prinsip islam dalam perbankan dan asuransi syariah serta bisnis lain yang terkait. shariah compliance merupakan penerapan prinsip-prinsip islam dalam kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank dan asuransi syariah. Sehingga dapat dipahami shariah compliance merupakan manifestasi pemenuhan sesuruh prinsip syariah dalam memiliki wujud, karakteristik, intergritas, dan kredibilitas di bank dan asuransi syariah. Sejalan dengan Mubtadi et al (2018) menjelaskan Shariah compliance secara konsisten dijadikan sebagai kerangka kerja bagi sistem dan keuangan bank dan asuransi syariah dalam alokasi sumber dana, manajemen, produksi, aktivitas pasar modal dan distribusi kekayaan. Oleh karena itu, indikator shariah compliance dalam Islamic corporate 133 governance dapat meningkatkan internal control pada perusahaan perbankan dan asuransi syariah. Hasil penelitian ini membenarkan teori yang menjelaskan bahwa dengan diterapkannya prinsip-prinsip corporate governance dengan baik oleh perusahaaan dapat meningkatkan internal control. Prinsip transparansi dan pertanggungjawaban dapat dilihat bahwa perbankan dan asuransi syariah setiap tahunnya telah mempublikasikan laporan keuangan yang andal dan dapat bermanfaat bagi pengguna laporan baik pihak internal maupun eksternal. Prinsip akuntabilitas dapat dilihat bahwa setiap prosedur dan kebijakan yang dibuat dapat dijalankan oleh seluruh karyawan baik top managemen sampai karyawan biasa. Prinsip independensi dapat dilihat bahwa setiap karyawan bekerja sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing dan prinsip kewajaran dilakukan dengan memberikan sikap yang adil terhadap semua karyawan. Hal tersebut diimplementasikan oleh perusahaan yang akan menunjang penerapan internal control yang semakin baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan Maradita (2014) yang menjelaskan bahwa penerapan sistem corporate governance dalam perbankan syariah diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Dengan adanya corporate governance dapat meningkatkan pengendalian internal pada suatu perusahaan dan diharapkan semakin meningkat pula kepercayaan public kepada bank syariah, pertumbuhan industry jasa keuangan islam dan stabilitas sistem 134 keuangan secara keseluruhan akan senantiasa terpelihara, dan keberhasilan industry jasa keuangan islam dalam menerapkan corporate governance akan menempatkan lembaga keuangan islam sejajar dengan lembaga keuangan internasional lainnya. 5. Pengaruh Risk Management terhadap Internal Control Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa risk management terhadap internal control menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,256 dengan nilai t- statistic sebesar 3,975. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti risk management memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 terhadap internal control yang berarti sesuai dengan hipotesis kelima (Ha5) diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pradana (2014) dan Joeswanto (2015) yang menyebutkan bahwa manajemen risiko berpengaruh pada pengendalian internal. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan telah menerapkan risk management terkait pengelolaan risiko operasional, keuangan dan strategis. Perbankan dan Asuransi syariah telah menerapkan sistem operasional prosedur bagi karyawan dan keamanan pada data penting yang dimiliki. Pengelolaan risiko strategis dilakukan dengan ketaatan akan peraturan Undang-undang untuk menciptakan internal control yang baik. Manajemen risiko yang diterapkan sebagian upaya untuk mewujudkan adanya akuntabilitas yang akan mewujudkan pengendalian internal yang efektif. 135 Hasil penelitian ini mendukung indikator dari internal control salah satunya yaitu risk assessment. Suatu tanggung jawab manajemen yang harus dilakukan yaitu analisis risiko meliputi kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola risiko. Manajemen harus dapat menentukan risiko-risiko apa yang akan terjadi. Setelah menentukan risiko, risiko tersebut harus dikelola sesuai dengan strategi pengelolaan risiko, komponen-komponen tersebut dikembangkan oleh pengendalian internal yang bertujuan untuk memitigasi tingkat suatu risiko yang tidak dapat diterima. Setiap pengendalian akan mendefinisikan suatu risiko yang tidak dapat diterima. Jadi dapat dipahami setiap pengendalian akan mendefinisikan suatu risiko atau menjadi bagian dari persyaratan regulasi yang selanjutnya akan menyelesaikan beberapa risiko terkait hukum, kebijakan, prosedur dan peraturan. Semua perusahaan memiliki risiko internal dan eksternal apalagi perusahaan perbankan dan asuransi yang menghimpun dana masyarakat. Peningkatan risiko yang ditanggung oleh perbankan dan asuransi harus diimbangi dengan pengendalian risiko yang memadai. management harus memiliki seperangkat tools untuk menilai risiko tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan perbankan dan asuransi syariah dalam objek penelitian ini telah mengimplementasilan risk management pada perusahaan baik berdasarkan COSO ERM – integrated framework, ISO 31000 2009 risk management – principles and guidelines ataupun sesuai dengan standar yang berlaku pada perusahaan karena harus 136 disesuaikan dengan sasaran, karakteristik, dan regulasi yang berlaku pada organisasi. Maka dari itu organisasi dapat mengadaptasi dan mengkombinasikan komponen-komponen tertentu pada kedua rujukan tersebut untuk membangun sistem manajemen risiko tersendiri yang efektif bagi organisasinya upaya menciptakan pengendalian internal yang baik. 6. Pengaruh Corprorate Culture terhadap Fraud Prevention Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa corporate culture terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,159 dengan nilai t- statistic sebesar 1,864. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti corporate culture belum dapat berkontribusi dalam fraud prevention pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis keenam (Ha6) ditolak. Hal ini dapat dimaknai bahwa baik atau tidaknya pemahaman karyawan terhadap budaya organisasi yang ada pada perusahaan Perbankan dan Asuransi Syariah belum dapat mempenggaruhi tingkat pencegahan fraud yang terjadi di perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Melati., 2017; Zulkarnain., 2013; Faisal., 2013; Rahmanta et al., 2014) yang menyatakan bahwa corporate culture tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini dapat diperkirakan kurangnya pemahaman karyawan terhadap pelatihan atau seminar yang diberikan oleh 137 perbankan dan asuransi syariah sehingga pelatihan etika yang kurang berdampak pada kecenderungan terjadinya fraud. Hasil penelitian Melati (2017) menjelaskan adanya ketidakjelasan kode etik organisasi terkait prinsip dasar organisasi sehingga terjadi ketidakpahaman karyawan yang menyebabkan tidak ada pengaruh terhadap pencegahan fraud. Kurang tegasnya hukuman dan tidak adanya sarana untuk melakukan pelaporan bila ada tindakan fraud yang dilakukan salah seorang karyawan juga bias menjadi penyebabnya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan perbankan dan asuransi syariah belum dapat menerapkan budaya organisasi yang kuat untuk para pegawainya atau dapat diperkirakan kurangnya pemahaman karyawan terhadap pelatihan yang diberikan oleh perbankan dan asuransi syariah sehingga nilai-nilai perusahaan yang mengakibatkan masih terjadinya fraud. sebagai perusahaan yang berlabel syariah seharusnya nilai-nilai islami harus lebih banyak diterapkan pada perusahaan perbankan dan asuransi syariah guna menanggulangi dan mencegah kecurangan. Najib dan Rini (2016) mengemukakan bahwa islam sangat intens mengajarkan diterapkannya prinsip „adalah, tawazun, akhlaq, shidiq, amanah, fathanah, hurriyah, ihsan, wasathan, ghirah, idarah, khilafah, aqidah, ijabiyah, raqabah, qira’ah, dan ishlah. Karyawan pada perusahaan perbankan dan asuransi syariah belum sepenuhnya mengimplementasikan norma dan islam dalam aktvitas dan kehidupan seorang muslim sebagaimana mestinya. 138 Penelitian ini tidak sejalan dengan (Robbin et al., 2013; Pramudita., 2013; Prisliyanti., 2013; Rahmanta et al., 2014) yang menyatakan bahwa corporate culture berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Corporate Culture cenderung membentuk standar etika yang tinggi diantara anggotanya. Jika suatu budaya itu kuat dan mendukung standar etika yang tinggi, maka akan memiliki pengaruh yang ampuh dan positif terhadap perilaku karyawannya. Sehingga ketika pemahaman karyawan terhadap budaya organisasi tersebut baik akan mencegah tindakan fraud. 7. Pengaruh Accounting Principle Compliance terhadap Fraud Prevention Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa accounting principle compliance terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar - 0,121 dengan nilai t-statistic sebesar 0,201. Nilai tersebut lebih kecil dari t- tabel 1,9850. Hal ini berarti accounting principle compliance belum dapat berkontribusi dalam fraud prevention pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis ketujuh (Ha7) ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Amrizal.,2004; Putro.,2009) yang menyatakan bahwa accounting principle compliance tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian ini sesuai dengan fraud pentagon yang menjelaskan 5 hal penyebab terjadinya kecurangan. Menurut teori pentagon theory dimungkinkan karena adanya tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kapabiliti dan arogansi oleh si pelaku sehingga ketaatan kepada asas akuntansi bukanlah syarat untuk menekan timbulnya 139 fraud, masih adanya kesempatan dan kondisi-kondisi yang dialami seseorang sehingga ketaatan kepada asas akuntansi tidak cukup untuk mencegahnya dari fraud. Kondisi ini memungkinkan seorang calon pelaku sedang mengalami kesulitan atau tekanan keuangan yang tidak mungkin diungkapkan kepada pihak lain. Kecurangan juga bisa terjadi karena dorongan dari lingkungan, terutama dari atasan ditempatnya bekerja. Misalnya saja, direktur atau kepala bagian keuangan disuatu perusahaan, dengan alasan pribadi, dapat menyuruh karyawan bagian keuangan dan akuntansi untuk melakukan perubahan atas nilai utang perusahaan demi untuk menyelamatkan reputasi perusahaan. Karyawan yang bersangkutan, walaupun memiliki integritas dan ketaatan yang tinggi pada asas akuntansi, terpaksa melaksanakan perintah tersebut agar jabatan dan keberlangsungan profesinya tidak terganggu. Pada PP RI No 71 Tahun 2010 tentang Kode Etik Profesi Akuntan Publik menjelaskan bahwa dinyatakan mentaati aturan akuntansi jika perusahaan telah menerapkan persyaratan pengungkapan, menyajikan informasi yang objektif dan bermanfaat, memenuhi syarat kehati-hatian, dan memenuhi konsep konsistensi penyajian (Thoyibatun,2009) Menurut Alpinista (2013) dalam Najahningrum (2013), tidak ada organisasi yang terbebas dari fraud. karena pada dasarnya permasalahan ini bersumber dan bermuara pada masalah manusia, “the man behind the gun”. Oleh karena itu apapun aturan dan prosedur yang diciptakan, sangat dipengaruhi oleh manusia yang memegang kuasa untuk menjalankannya. 140 Tegak atau tidaknya peraturan yang diterapkan oleh instansi tergantung kepada pejabat yang berwenang mengenai hal tersebut. Jika pejabat tidak tegas dalam menangani masalah penegakan peraturan, maka pegawai akan dengan mudah untuk melakukan tindakan kecurangan. Penelitian ini tidak sejalan dengan (Mufidah dan Sari.,2018; Oktavia.,2017) yang menyatakan bahwa accounting principle compliance berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Dimana sesuai dengan penelitian Wolk and Tearney (1997), yang menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan ketidaktaatan pada aturan akuntansi, di mana hal tersebut akan menimbulkan kecurangan. 8. Pengaruh Effectiveness of Technology Information terhadap Fraud Prevention Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa effectiveness of technology information terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,127 dengan nilai t-statistic sebesar 1,806. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti effectiveness of technology information belum dapat berkontribusi dalam fraud prevention pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis kedelapan (Ha8) ditolak. Teknologi Informasi dibuat untuk memberikan informasi yang akurat yang dibutuhkan oleh manajemen sebuah perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan, namun penerapan teknologi informasi tidak lepas dari adanya risiko keamanan dan salah saji yang 141 dapat terjadi secara disengaja maupun tidak disengaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Korompis,2014) yang menyatakan bahwa dalam teknologi informasi terdapat komponen berupa people atau orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi, procedure yang merupakan proses mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data yang berhubungan dengan aktivitas organisasi, kegiatan atau proses bisnis, software, dan infrastruktur informasi teknologi seperti komputer dan peralatan lainnya, dan terkadang komponen-komponen tersebut dapat mengalami error atau kesalahan. Kesalahan yang disengaja biasanya disebabkan oleh manusia yang mengoperasikan sistem tersebut. Kesalahan yang biasa terjadi dapat berupa kesalahan ataupun manipulasi pencatatan kegiatan operasional guna kepentingan pribadi. Hal tersebut tergolong sebuah fraud yang dilakukan seseorang dengan sebuah sistem untuk menghasilkan informasi yang keliru bagi perusahaan tempatnya bekerja. Hasil penelitian ini didukung oleh fraud pentagon theory yang menjelaskan 5 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, salah satunya yaitu kesempatan. Adanya tanggung jawab untuk mengoperasikan sebuah teknologi informasi memberikan peluang atau kesempatan seseorang dalam berbuat curang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan fraud pentagon theory yaitu indikator competence yaitu perluasan dari elemen opportunity yang meliputi kemampuan individu untuk keuntungan pribadinya. Sebagaimana hasil survey menyatakan bahwa jenjang 142 pendidikan terakhir pada karyawan di Perbankan dan Asuransi Syariah sebanyak 80% yang mengakibatkan cukup tinggi pengetahuan dan pemahaman akan pengguanaan teknologi informasi. Hal ini dapat diperkirakan tidak ada hambatan bagi karyawan untuk melakukan kecurangan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Huslina et al., 2015; Maharsi.,2000., Widianingsih et al.,2018) yang menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap efektivitas sistem pencegahan fraud. Maharsi (2000) menyatakan bahwa kehadiran teknologi informasi memberikan banyak manfaat bagi pemerintah yang kompleks serta menghasilkan informasi yang dapat di percaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat di percaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji dalam rangka perencanaan, pengendalian, pengawasan dan pengambilan keputusan manajemen. 9. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Fraud Prevention Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa Islamic corporate governance terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,027 dengan nilai t-statistic sebesar 0,254. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti Islamic corporate governance belum dapat berkontribusi dalam fraud prevention pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis kesembilan (Ha9) ditolak. 143 Hasil penelitian ini sejalan dengan (Rahmawaty.,2018; Najib dan Rini., 2016; In‟airat.,2015., Rahmanty.,2013) yang menyatakan bahwa Islamic corporate governance tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud dan indikasi terjadinya fraud. Penerapan tata kelola perusahaan menjadi keharusan bagi suatu institusi termasuk bank dan asuransi syariah, hal ini lebih ditujukan kepada adanya tanggung jawab publik berkaitan dengan kegiatan operasional bank yang diharapkan mematuhi ketentuan yang telah digariskan (Maradita,2014). Hal ini diperkirakan karena sulitnya penerapan tata kelola perusahaan berdasarkan prinsip islam. Bank syariah di Indonesia masih terbilang baru dan masih dalam tahap penyesuaian dan pengembangan, sehingga tidak bisa dikatakan telah menerapkan prinsip islam sepenuhnya. Hasil penelitian IRTI (islamic research & training institute) dalam Wardayati (2011) yang menunjukkan bahwa GCG belum terlaksana dengan baik pada perbankan syariah di berbagai negara. Selain itu, kurangnya pemahaman SDM (sumber daya manusia) pada bank syariah terhadap mekanisme dan prinsip syariah sehingga menghasilkan kesan di masyarakat bahwa praktik perbankan syariah tidak berbeda dengan konvensional (Rahmanti,2013). Rahman (2012) mengatakan bahwa maraknya korupsi di negeri ini tidak lepas dari adanya kebobrokan moral. Fraud dalam organisasi dapat dilakukan oleh berbagai tingkatan baik dari pihak manajemen sampai dengan pemilik (Anugerah,2004). Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi tidak akan yang merupakan 144 indikator dari islamic corporate governance tidak akan menjamin perbankan syariah terhindar dari indikasi fraud, karena fraud dalam perusahaan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti management fraud dan white collar crime (kecurangan yang dilakukan oleh kalangan atas) Agoes (2012). Sesuai dengan fraud pentagon theory, yaitu competence dan arrogance yang berarti kemampuan karyawan untuk mengontrol situasi sosial untuk keuntungan pribadinya. Dan arogansi berarti sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya. Perbankan dan Asuransi syariah perlu memastikan apakah semua karyawan telah menerima dan memahami peraturan-peraturan untuk menjalankan islamic corporate governance. Hal ini bertujuan agar visi misi perusahaan terselaraskan dengan baik. Manajemen juga harus lebih bertindak tegas dalam memberikan sanksi kepada karyawan yang melakukan kecurangan untuk membuat efek jera kepada pelaku dan dapat membuat calon pelaku fraud lainnya menjadi takut dan berfikir dua kali untuk melakukan kecurangan. Perusahaan juga harus selektif dalam memperkerjakan sumber daya manusia dengan moral, etika, kepribadian, dan perilaku calon karyawan. Karena hal tersebut maka tata kelola perusahaan secara islam pada bank dan asuransi syariah pada saat ini belum efektif berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus atas pelaksanaan tata kelola perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip islam serta efektif untuk diterapkan. 145 Penelitian ini tidak sejalan dengan Mubtadi et al (2018) yang menyatakan bahwa islamic corporate governance berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Implementasi prinsip-prinsip syariah dalam keuangan islam meliputi pelarangan riba, pelarangan penipuan (tadlis), penghindaran spekulasi (gharar), pelarangan penjudian (maysir). Menerapkan akad- akad syariah dan pengelolaan dana zakat sesuai syariah. Jadi, fraud pada perbankan syariah bisa dicegah dengan implementasi islamic corporate governance. 10. Pengaruh Risk Management terhadap Fraud Prevention Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa Risk management terhadap Fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,041 dengan nilai t- statistic sebesar 0,531. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti Risk management belum dapat berkontribusi dalam Fraud prevention pada perbankan dan asuransi syariah, sehingga hipotesis kesepuluh (Ha10) ditolak. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa manajemen risiko belum dapat berpengaruh pada pencegahan fraud. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan walaupun telah menerapkan risk management terkait pengelolaan risiko operasional, keuangan dan strategis belum dapat mencegah terjadinya indikasi fraud. Perusahaan perbankan dan asuransi syariah harus memiliki standar operasional prosedur yang jelas yang diketahui semua pengurus dan karyawan dengan sanksi yang 146 tegas bagi pelanggarnya. Dengan adanya sanksi yang tegas karyawan akan takut akan melakukan kecurangan pada perusahaan. Selanjutnya terkait pengelolaan risiko operasional perusahaan perbankan dan asuransi syariah harus melakukan rekrutmen karyawan yang kompeten, melakukan rotasi karyawan, dan melakukan pemisahan tugas yang jelas yang akan memperkaya praktik memperkaya diri sendiri. Segala sesuatu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing termasuk manajemen risiko, manajemen risiko tidak akan dijalankan dengan baik jika individu tidak peduli dan tidak mau melakukan aturan yang disepakati untuk kepentingan bersama. Faktor manusia merupakan kendala yang paling sering dijumpai. Sifat manusia yang serakah dan kebutuhan yang semakin meningkat mendorong seseorang untuk memperoleh uang lebih banyak walau dengan cara-cara yang tidak dibenarkan, sebaik apapun sistem yang diterapkan tidak akan efektif jika personilnya tidak menjalankan dengan baik. Maka perlu adanya perekrutan dan mempekerjakan pegawai yang tepat agar dapat mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk menggurangi kemungkinan mempekerjakan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah. Hasil penelitian ini didukung oleh fraud pentagon theory yang menjelaskan hal yang mendorong upaya terjadinya fraud meliputi arrogance. Adanya sifat superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa 147 bahwa kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya. Adanya keahlian karyawan untuk mengabaikan kebijakan yang telah dibuat untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Maka dapat disimpulkan bahwa sebaik apapun manajemen risiko yang sudah dibuat namun tidak akan efektif jika personilnya tidak menjalankan dengan baik Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hanafi (2010) bahwa faktor penyebab seseorang melakukan tindakan korupsi adalah faktor dorongan dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Kwatingtyas (2017) yang menunjukkan bahwa manajemen risiko berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud. pengelolaan risiko pada perusahaan tersebut merupakan upaya untuk mencegah terjadinya fraud. pada dimensi pengelolaan keuangan, perusahaan tersebut telah memiliki standar operasional prosedur yang jelas yang diketahui semua pengurus dan karyawan dengan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Hal tesebut merupakan cara menutup celah terjadinya fraud. 11. Pengaruh Internal Control terhadap Fraud Prevention Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode bootstrapping menunjukkan bahwa internal control terhadap fraud prevention menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,820 dengan nilai t- statistic sebesar 6,440. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1,9850. Hal ini berarti internal control memiliki pengaruh dan signifikan pada 0,05 148 terhadap fraud prevention yang berarti sesuai dengan hipotesis kesebelas. Hal ini berarti hipotesis kesebelas (Ha11) diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Tunggal.,2010; Zelmiyanti dan Anita.,2015; Soleman.,2013; Nisak Chainun et al., 2013; Lorensa et al.,2018; Tuannakotta.,2007) yang menyatakan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perbankan dan asuransi syariah telah menerapkan pengendalian internal yang baik pada perusahaannya. Pencegahan fraud sangat efektif jika dimulai dari internal perusahaan, karena pihak internal memiliki peran yang sangat penting dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun sistem pengendalian internal yang baik agar dapat mencegah kecurangan yang terjadi di perusahaan. Pengendalian internal merupakan rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang ditetapkan (Tunggal,2011) Hasil penelitian ini sesuai dengan fraud pentagon theory yang menjelaskan 5 hal penyebab terjadinya kecurangan. salah satunya, adanya kesempatan. Fraud yang terjadi akibat adanya kesempatan merupakan fraud yang timbul akibat lemahnya dan tidak efektifnya sistem pengendalian internal. Hal ini menunjukan bahwa untuk mencegah fraud pada perusahaan Perbankan dan Asuransi Syariah dengan pengendalian 149 internal. Semakin baik pengendalian internal maka semakin tinggi pencegahan fraud yang dimana dapat mengurangi tingkat fraud yang terjadi dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan (Mufidah dan Sari., 2018; Fauzya.,2017) yang menyatakan bahwa pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud, hal tersebut dikarenakan efektif atau tidak efektifnya sistem pengendalian internal tidak menjamin menurunnya fraud, walaupun sistem pengendalian internal sudah efektif kecenderungan fraud masih terjadi. 12. Pengaruh Corporate Culture terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,057 > 1,9850. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa internal control dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara corporate culture terhadap fraud prevention. Hal ini berarti hipotesis keduabelas (Ha12) diterima. Hasil dari hipotesis keduabelas ini membuktikan bahwa internal control dapat dijadikan sebagai variabel intervening didalam pengaruh tidak langsung corporate culture terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Zelmiyanti dan Anita.,2015; Lorensa et al., 2018) yang menyatakan bahawa komponen pengendalian internal 150 merupakan variabel yang dapat mengintervening pengaruh budaya organisasi terhadap pencegahan kecurangan. Budaya organisasi bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang memberikan panduan dan perilaku serta sikap anggotanya. Hal ini menjelaskan penerapan budaya organisasi khususnya pada pengendalian internal bermanfaat untuk meningkatkan keefektifan suatu organisasi sehingga dapat mempengaruhi pencegahan kecurangan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dengan adanya internal control yang menerapkan nilai-nilai perusahaan meliputi integritas, etika, komitmen, jujur, bertanggung jawab, dan objektif dalam setiap penerapannya oleh karyawan maka akan menciptakan lingkungan perusahaan yang terstruktur untuk upaya dalam mencegah terjadinya fraud. Pegawai baru dalam perusahaan belum bisa menjalankan semua peraturan-peraturan yang diterapkan perusahaan secara langsung, tetapi dengan adanya internal control terkait kebijakan, prosedur dan SOP yang didalamnya sudah mengimplementasikan nilai-nilai budaya organisasi yang kuat akan mengarahkan pegawai tersebut untuk menjalankan peraturan yang ada. Hal itu juga akan terjadi pada karyawan yang sudah lama, ketika peraturan tersebut sudah membudaya dalam perusahaan, jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang ada maka karyawan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas. Budaya organisasi yang diterapkan melalui pengendalian internal akan memicu karyawan untuk berfikir, berperilaku, dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang 151 meliputi professional, percaya pada rekan, disiplin, fokus terhadap pencapaian target, saling mendukung, sehingga penerapan budaya organisasi melalui pelaksanaan internal control dapat mencegah timbulnya fraud pada perbankan dan asuransi syariah. 13. Pengaruh Accounting Principle Compliance terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,931 > 1,9850. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa internal control dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara accounting principle compliance terhadap fraud prevention. Hal ini berarti hipotesis ketigabelas (Ha13) diterima. Hasil dari hipotesis ketigabelas ini membuktikan bahwa internal control dapat dijadikan sebagai variabel intervening didalam pengaruh tidak langsung accounting principle compliance terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini didukung oleh (Wilopo.,2006; Thoyibatun.,2009) yang menyatakan jika semakin manajemen sebuah organisasi taat pada aturan akuntansi, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa accounting principle compliance melalui internal control dapat mencegah seseorang dalam melakukan tindakan fraud dalam bekerja, sehingga kecurangan seperti kecurangan laporan keuangan dan penyalahgunaan aset dapat 152 diminimalisir. Hal ini sejalan dengan penelitian Wolk and Tearney (1997) dalam Mufidah dan Sari (2018) yang menjelaskan bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan dan penyalahgunaan asset yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, di mana hal tersebut akan menimbulkan kecurangan. Maka dari itu dengan adanya ketaatan aturan akuntansi yang diterapkan dalam kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang dimana akan semakin baik pengendalian internal pada perusahaan Perbankan dan Asuransi Syariah yang dampaknya akan meminimalisir terjadinya fraud. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dengan adanya internal control yang menerapkan ketaatan pada aturan akuntansi pada penerapannya oleh karyawan bagian keuangan maka akan menciptakan laporan keuangan yang andal dan bermanfaat yang dapat mencegah terjadinya fraud. Ketika peraturan terkait ketaatan aturan akuntansi tersebut sudah tertera pada prosedur, kebijakan serta SOP pada internal control suatu perusahaan maka akan menghasilkan laporan yang andal,objektif, konsistensi dan bermanfaat bagi kepentingan pihak internal maupun pihak eksternal. Jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang ada maka karyawan tersebut akan mendapat sanksi yang tegas. Ketaatan aturan akuntansi yang diterapkan melalui pengendalian internal akan memicu karyawan untuk patuh dan taat sehingga penerapan Ketaatan aturan akuntansi melalui pelaksanaan internal control dapat mencegah timbulnya fraud pada perbankan dan asuransi syariah. 153 14. Pengaruh Effectiveness Technology Information terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 1,355 < 1,9850. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa internal control tidak dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara effectiveness technology information terhadap fraud prevention. Hal ini berarti hipotesis keempatbelas (Ha14) ditolak. Hasil dari hipotesis keempatbelas ini menunjukkan bahwa internal control tidak bisa memediasi hubungan antara effectiveness technology information terhadap fraud prevention. Dalam penelitian ini variabel effectiveness technology information belum dapat berpengaruh langsung signifikan terhadap internal control maupun fraud prevention. Walaupun dengan menambahkan variabel intervening hubungan effectiveness technology information terhadap fraud prevention juga pengaruh tidak langsungnya masih sangat kecil. Maka internal control belum dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara effectiveness technology information terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penyataan the treadway commission mengenai hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi fraud, yaitu menyusun dan mengimplementasikan pengendalian internal untuk menyediakan penjaminan yang baik dan mencegah terjadinya fraud. Hasil tersebut berkaitan dengan dimensi pengendalian internal dan perangkat 154 keamanan memperkuat fakta bahwa perusahaan perusahaan telah menerapkan suatu pengendalian yang baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Huslina et al., 2015; Maharsi.,2000., Widianingsih et al.,2018) yang menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap efektivitas sistem pencegahan fraud. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Korompis,2014) yang menyatakan bahwa dalam teknologi informasi terdapat komponen berupa people atau orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi, procedure yang merupakan proses mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data yang berhubungan dengan aktivitas organisasi, kegiatan atau proses bisnis, software, dan infrastruktur informasi teknologi seperti komputer dan peralatan lainnya, dan terkadang komponen- komponen tersebut dapat mengalami error atau kesalahan. Hal tersebut dapat mengakibatkat terjadinya fraud pada perusahaan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa walaupun adanya internal control dalam implementasi teknologi informasi masih belum dapat mencegah terjadinya fraud. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pencegahan fraud dapat diminimalisir dengan adanya pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal dapat ditingkatkan dengan teknologi informasi yang memadai. Namun, Teknologi informasi memiliki risiko keamanan dan kehilangan data yang mengakibatkan belum dapat meminimalisir terjadinya fraud sehingga 155 perusahaan harus menerapkan pengendalian IT khusus seperti pengaturan fungsi IT, Pengembangan sistem dan pengamanan fisik online. 15. Pengaruh Islamic Corporate Governance terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 2,761 > 1,9850. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa internal control dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara islamic corporate governance terhadap fraud prevention. Hal ini berarti hipotesis kelimabelas (Ha15) diterima. Hasil dari hipotesis kelimabelas ini membuktikan bahwa internal control dapat dijadikan sebagai variabel intervening didalam pengaruh tidak langsung islamic corporate governance terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini didukung oleh Balqis (2017) yang menyatakan bahwa islamic corporate governance berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa islamic corporate governance dapat mencegah seseorang dalam melakukan tindakan fraud dalam bekerja melalui internal control karena corporate governance merupakan salah satu yang terdapat pada pengendalian internal. Dengan adanya label syariah pada intstitusi perbankan dan asuransi sehingga penting bagi manajemen dan seluruh anggota organisasi untuk menjaga nama baik lembaga syariah agar tidak tercemar dengan tindakan fraud. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan memberikan pelatihan terkait 156 pemahaman kepada karyawan baru maupun lama mengenai tata kelola perusahaan yang didasari nilai-nilai islami dan diterapkan secara keberlanjutan. Maka jika tata kelola secara islami diterapkan secara baik akan memperkuat pengendalian internal suatu perusahaan yang dampaknya akan meminimalisir terjadinya fraud pada perbankan dan asuransi syariah. 16. Pengaruh Risk management terhadap Fraud Prevention melalui Internal Control. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan metode uji sobel menunjukkan nilai t-hitung signifikan pada 0,05 yaitu 1,355 < 1,9850. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa internal control tidak dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara risk management terhadap fraud prevention. Hal ini berarti hipotesis keenambelas (Ha16) ditolak. Dalam penelitian ini variabel risk management memiliki hubungan pengaruh langsung terhadap internal control namun belum memiliki hubungan pengaruh langsung terhadap fraud prevention. Walaupun dengan menambahkan variabel intervening antara hubungan risk management terhadap fraud prevention, hasil yang didapat masih belum memiliki pengaruh yang signifikan. Maka internal control belum dapat dijadikan variabel intervening didalam pengaruh secara tidak langsung antara effectiveness technology information terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Kwatingtyas (2017) yang menunjukkan bahwa manajemen risiko berpengaruh positif terhadap 157 pencegahan fraud. pengelolaan risiko pada perusahaan tersebut merupakan upaya untuk mencegah terjadinya fraud. pada dimensi pengelolaan keuangan, perusahaan tersebut telah memiliki standar operasional prosedur yang jelas yang diketahui semua pengurus dan karyawan dengan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Hal tesebut merupakan cara menutup celah terjadinya fraud. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dengan adanya internal control yang menerapkan manajemen risiko pada penerapannya belum dapat mencegah terjadinya fraud. manajemen risiko tidak akan dijalankan dengan baik walaupun melalui penerapan pengendalian internal jika individu tidak peduli dan tidak mau melakukan aturan yang disepakati untuk kepentingan bersama. Faktor manusia merupakan kendala yang paling sering dijumpai. Sifat manusia yang serakah dan kebutuhan yang semakin meningkat mendorong seseorang untuk memperoleh uang lebih banyak walau dengan cara-cara yang tidak dibenarkan, sebaik apapun sistem yang diterapkan tidak akan efektif jika personilnya tidak menjalankan dengan baik maka kecurangan pada perusahaan akan terus terjadi. Maka perlu adanya perekrutan dan mempekerjakan pegawai yang tepat agar dapat mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk menggurangi kemungkinan mempekerjakan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah. 158 Tabel 4.15 Hasil Pengujian Hipotesis Hasil No Hipotesis Pengujian 1 Ha1: Corporate Culture terhadap Internal Control Diterima 2 Ha2: Accounting Principle Compliance terhadap Diterima Internal Control 3 Ha3: Effectiveness of Technology Information Ditolak terhadap Internal Control 4 Ha4: Islamic Corporate Governance terhadap Diterima Internal Control 5 Ha5 : Risk Management terhadap Internal Control Diterima D6 Ha6: Corporate Culture terhadap Fraud Prevention Ditolak 7 Ha7: Accounting Principle Compliance terhadap Ditolak Fraud Prevention 8 Ha8: Effectiveness of Technology Information Ditolak terhadap Fraud Prevention 9 Ha9: Islamic Corporate Governance terhadap Ditolak Fraud Prevention 10 Ha10: Risk Management terhadap Fraud Prevention Ditolak 11 Ha11: Internal Control terhadap Fraud Prevention Diterima 12 Ha12: Corporate Culture terhadap Internal Control Diterima dan dampaknya terhadap Fraud Prevention 13 Ha13: Accounting Principle Compliance terhadap Diterima Internal Control dan dampaknya terhadap Fraud Prevention 14 Ha14: Effectiveness of Technology Information Ditolak terhadap Internal Control dan dampaknya terhadap Fraud Prevention 15 Ha15: Islamic Corporate Governance terhadap Diterima Internal Control dan dampaknya terhadap Fraud Prevention 16 Ha16: Risk Management terhadap Internal Control Ditolak dan dampaknya terhadap Fraud Prevention Data primer yang diolah, 2019 159 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate culture, accounting principle compliance, technology information control, islamic corporate governance, dan risk management terhadap internal control dan dampaknya terhadap fraud prevention. Responden dalam penelitian ini berjumlah 98 staf keuangan perbankan syariah dan asuransi syariah di DKI Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan SmartPLS 3.0, Uji Preacher dan Hayes, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Corporate culture berpengaruh secara signifikan terhadap internal control. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zelmiyanti dan Anita., 2015; Ribaati.,2003; Lorensa et al.,2018). 2. Accounting principle compliance berpengaruh terhadap internal control. 3. Effectiveness Of Technology Information tidak berpengaruh secara signifikan terhadap internal control. Hasil penelitian ini sesuai dengan Bronner (2011) dan Grant (2008) 4. Islamic Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap internal control. 5. Risk management berpengaruh secara signifikan terhadap Internal Control. 160 6. Corporate culture tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Melati., 2017; Zulkarnain., 2013; Faisal., 2013; Rahmanta et al., 2014), namun tidak sejalan dengan penelitian (Robbin et al., 2013; Pramudita., 2013; Prisliyanti., 2013; Rahmanta et al., 2014) 7. Accounting principle compliance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Amrizal.,2004; Putro.,2009), namun tidak sejalan dengan penelitian (Mufidah dan Sari.,2018; Oktavia.,2017). 8. Effectiveness of Technology Information tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Korompis (2014), namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Huslina et al., 2015; Maharsi.,2000) 9. Islamic corporate governance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fraud prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmawaty.,2018; Najib dan Rini., 2016; In‟airat.,2015., Rahmanty.,2013) 10. Risk Management tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Fraud Prevention. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Khalid & Amjad., 2012; Abdullah et al., 2011; Kwatingtyas, 2017; Sanusi et al., 2015) 161 11. Internal control berpengaruh secara signifikan terhadap Fraud Prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tunggal.,2010; Zelmiyanti dan Anita.,2015; Soleman.,2013; Nisak Chainun et al., 2013; Lorensa et al.,2018; Tuannakotta.,2007), namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mufidah dan Sari., 2018; Fauzya.,2017). 12. Internal control bisa memediasi hubungan antara corporate culture dengan fraud prevention. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zelmiyanti dan Anita.,2015; Lorensa et al., 2018). 13. Internal control bisa memediasi hubungan antara accounting principle compliance dengan fraud prevention. 14. Internal control tidak bisa memediasi hubungan antara effectiveness technology information dengan fraud prevention. . 15. Internal control bisa memediasi hubungan antara islamic corporate governance dengan fraud prevention. 16. Internal control tidak bisa memediasi hubungan antara risk management dengan fraud prevention. B. Implikasi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga dalam dunia akademis, yaitu dalam mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan corporate culture, accounting principle compliance, technology information control, islamic corporate governance, dan risk managemen, internal control dan fraud 162 Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mendeteksi fraud melalui tindakan pencegahan, karena mencegah adalah langkah awal dalam mengurangi faktor-faktor penyebab tindakan kecurangan. Sehingga dengan diketahuinya faktor-faktor penyebab kecurangan diharapkan fraud yang terjadi pada perusahaan dapat menurun. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu perusahaan untuk memantau corporate culture yang dibangun perusahaan, Penerapan accounting principle compliance dan effectiveness of technology information yang lebih baik, memperhatikan fungsi dan peran islamic corporate governance, , serta mempertakan risk management untuk meningkatkan internal control agar dapat meminimalisir terjadinya fraud. C. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian, diantaranya: 1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kuesioner dengan penilaian secara persepsi pribadi (self rating) 2. Populasi pada penelitian ini hanya difokuskan pada staf keuangan perbankan syariah dan asuransi syariah, tanpa melihat unsur-unsur lain yang terlibat secara tidak langsung terhadap Internal Control dan Fraud Prevention. 163 D. Saran Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, berikut adalah saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan datang, yaitu: 1. Pada peneliti selanjutnya disamping menggunakan kuesioner juga melakukan wawancara dan mengidentifikasi data sekunder sebagai bahan pertimbangan dalam menilai objektifitas jawaban responden. 2. Pada peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih besar agar dapat mengeneralisasi hasil penelitian. 3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel lain seperti organizational commitment, Assimetris Information, dan fraud detection 164 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M., Shahimi, S., & Ghafar Ismail, A. (2011). Operational risk in Islamic banks: examination of issues. Qualitative Research in Financial Markets, 3(2), 131–151. https://doi.org/10.1108/17554171111155366 Abdullahi, R., & Mansor, N. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond Theory . Understanding the Convergent and Divergent For Future Research. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences, 5(4), 38–45. https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v5- 3/1823 Agoes, S. (2012). Auditing. Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik (1st ed.). Jakarta: Salemba Empat. Ahrianti, D., Basuki, P., & Widiastuty, E. (2015). Analisis pengaruh sistem pengendalian internal, asimetri informasi, perilaku tidak etis dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur. InFestasi, 11(1), 41–55. Albrecht, W. S., Albrecht, C., & Albrecht, C. C. (2008). Current Trends in Fraud and its Detection. Information Security Journal: A Global Perspective. Amaliah, B., Januarsi, Y., & Ibrani, E. (2002). Perspektif Fraud Diamond Theory Dalam Menjelaskan Earnings Management Non-GAAP Pada Perusahaan. Jaai, 19(Rezaee), 51–67. Amrizal. (2004). No Title. In Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Audit. Bandung: Alfabeta. Arens, A. A. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi (1st ed.). Jakarta: Erlangga. Asrori. (2014). Implementasi Islamic Corporate Governance Dan Implikasinya Terhadap Kinerja Bank Syariah. Jurnal Dinamika Akuntansi, 6(1): 90–102. Bartenputra, A. (2016). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Ketaatan Akuntansi, dan Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Artikel Ilmiah. BPK. (2013). No Title. BPK RI Telah Memeriksa 597 Objek Pemeriksaan Kinerja Dan 69 Objek Pemeriksaan Keuangan. BPKP. (2008). Fraud Auditing (5th ed.). Bogor: Pusdiklatwas BPKP. Cyntia, T. (2016). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon pada Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Simposium 165 Nasional Akuntansi XIX, 1–21. Diyanti, V., Kecerdasan, P., Terhadap, E., Dosen, K., Pada, W., Hapsoro, D., … Daerah, I. O. (2012). Penyebab dan dampak sanksi badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (bapepam-lk) terhadap emiten (Vol. 6). Dorminey, J., Fleming, S., Kranacher, M.-J., & Riley, R. (2012). The Evolution of Fraud Theory. American Accounting Association: Issues in Accounting Education. Einsenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review (14th ed.). Fitriyah, N. H. (n.d.). Pengaruh sistem pengendalian intern, ketaatan pada asas akuntansi, dan sistem kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Francis, R. D., Armstrong, A. F., & Foxley, I. (2015). Whistleblowing: A Three Part View. Journal of Financial Crime, 22(2). Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21 (7th ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2015). Konsep, Teknik, dan Aplikasi Menggunakan Program Smart PLS 3.0 (2nd ed.). Semarang: Salemba Empat, Universitas Diponegoro. Halbouni, S. S., Obeid, N., & Garbou, A. (2016). Corporate governance and information technology in fraud prevention and detection: Evidence from the UAE. Managerial Auditing Journal, 31(6–7), 589–628. https://doi.org/10.1108/MAJ-02-2015-1163 Hamdani, R., & Albar, A. R. (2016). Internal controls in fraud prevention effort: A case study. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 20(2), 127–135. https://doi.org/10.20885/jaai.vol20.iss2.art5 Hameed, S., Wirman, A., Alrazi, B., Nazli, M., & Pramono, S. (2004). Alternative disclosure and performance measures for Islamic banks. In Proceedings: Conference on Administrative Sciences King Fahd University of Petroleum and Minerals: Saudi Arabia. In’airat. Hartono, J., & Willy, A. (2014). Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFE. Horwath, C. (2011). Article on Fraud. K, M. Y., H, A. K. A., & Simon, J. (2015). Fraudulent Financial Reporting: An Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies. The Macrotheme Review, 4(3), 126–145. Khalid, S., & Amjad, S. (2012). Risk management practices in Islamic banks of 166 Pakistan. Journal of Risk Finance, 13(2), 148–159. https://doi.org/10.1108/15265941211203198 Kwatingtyas, L. P. A. (2017). Pengaruh Pengendalian Internal dan Manajemen Risiko Pada Good Corporate Governance Serta Implikasinya Dalam Pencegahan Fraud. Tesis. Lestari, I. T., Gunawan, H., & Purnamasari, P. (2016). Pengaruh Peran Audit Internal dan Efektivitas Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Fraud (Survei Pada Bank Umum Syariah di Kota Bandung, Jawa Barat). Prosiding Akuntansi, 2(1), 205–212. Litbang, K. (2009). Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta: BUMN dan BUMD. Jakarta. Maradita, A. (2012). Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah dan Bank Konvensional. Yuridika, 29(2). McKeown, Patrick G., 2001. Information Technology and The Networked, & Economy, H. O. (2001) Mufidah, & Sari, A. P. (2018). Ekonomis : Journal of Economics and Business Vol.2 No.2 September 2018. Journal of Economics and Business, 2(2), 218– 234. Muhammad, R., & Ridwan. (2017). Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, dan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kecurangan Akuntansi Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Najib, H., & Rini. (2016). Sharia Compliance , Islamic Corporate. Akuntansi Dan Keuangan Islam, 4.2(i), 131–146. Ndege, O., Odhiambo, J., Prof, A., & Byaruhanga, J. (2015). Effect of Internal Control on Fraud Detection and Prevention in District Treasuries of Kakamega County. 4(1), 47–57. Oktavia, tiara. (2017). Empirical Study in SKPD of Riau Provinces). In Pengaruh Tata Kelola Pemerintahan, Efektivitas Pengendalian Internal, Peran Auditor Internal, Dan Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Pencegahan Kecurangan (Studi Empiris Pada SKPD Provinsi Riau) (Vol. 4). Priantara, D. (2013). Fraud Auditing & Investigation. Jakarta: Mitra Wacana Media. Putra, A. M., O., M. L., & Maemunah, M. (2017). Pengaruh Audit Investigasi dan Efektivitas Whistleblowing System terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud). Prosiding Akuntansi, 3(2), 183–187. Rahman, R. A., & Anwar, I. S. K. (2014). Effectiveness of Fraud Prevention and 167 Detection Techniques in Malaysian Islamic Banks. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 145(August 2014), 97–102. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.06.015 Rahmawati, Ardiana Peni, dan I. S. (2012). Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan. Undip. Rahmayani, and R. 2017. (2017). Pengaruh Islamic Corporate Governence Dan Internal Control Terhadap Indikasi Terjadinya Fraud Di Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Reskino, H. (2016). No Title. Pengaruh Budaya Organisasi, Pelaksanaan Tanggung Jawab, Otonomi Kerja, Dan Ambiguitas Peran Terhadap Kinerja Auditor, 9, 55–72. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi (2nd ed.). Jakarta: Salemba Empat. Robinson, S., Robertson, J. C., & Curtis, M. B. (2012). The Effects of Contextual and Wrongdoing Attributes on Organizational Employees Whistleblowing Intentions Following Fraud. Journal of Business Ethics, 106, 213–227. Rudewicz, F., & Partner. (2011). The Fraud Diamond : Use of Investigative Due Diligence to Identify the “ Capability Element of Fraud .” CTTMA NEWSLETTER, 4(1), 1–13. Sanusi, Z. M., Rameli, M. N. F., & Isa, Y. M. (2015). Fraud Schemes in the Banking Institutions: Prevention Measures to Avoid Severe Financial Loss. Procedia Economics and Finance, 28(April), 107–113. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)01088-6 Shintadevi, P. F. (2016). Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening. Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 4(2). https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.8003 Sukarno, K., & ; Syaichu, M. (2006). No Title. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum Di Indonesia, 3(2), 46. Sula, Atik Emilia, Moh Nizarul Alim, and P. (2014). Pengawasan, Strategi Anti Fraud Dan Audit Kepatuhan Syariah Sebagai Upaya Fraud Prefentive Pada Lembaga Keuangan Syariah. 02(2): 91–100. Retrieved from http://journal.trunojoyo.ac.id/jaffa/article/view/764/673. Sulistiyowati, F. (2007). Pengaruh kepuasan gaji dan kultur organisasi terhadap persepsi aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Jaai, 11(1), 47– 66. 168 Syakhroza, A. (2003). Teori Corporate Governance. Jakarta: Majalah Usahawan. Tuanakotta, T. (2012). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat. Tuanakotta, T. M. (2014). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, A. (2011). Pengantar Internal Auditing. Jakarta: Harvarindo. Warren, Carl S., James M. Reeve, and P. E. F. (2009). Accounting (21st Editi). Australia South-Western, Cincinnati, OH. Widianingsih, R., Maghfiroh, S., & Sunarmo, A. (2018). PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI DAN ACCOUNTING REPORTING. XVII(2), 110–123. Widuri, R., & Paramita, A. (2007). Governance Pada Pt Aneka Tambang Tbk. Journal The WINNERS, 8(9), 126–138. Widyastuti, R. B. A. (2013). No Title. Kompetisi Industri Perbankan Indonesia, 15, 4. https://doi.org/https://doi.org/10.21098/bemp.v15i4.74 Wilkinson, Joseph W., Michael J. Cerullo, Vasant Raval, B. W. (2000). Accounting information system (Canada). Jhon Willey & Sons,Inc. Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond : Considering the Four Elements of Fraud. 74(12), 38–42. Yamin, S., & Kurniawan, H. (2011). Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan PLS Path-Modeling dengan Software XLSTAT, SartPLS, dan Visual PLS (1st ed.). Jakarta: Salemba Infotek. Zelmiyanti, R., & Anita, L. (2015). Budaya Organisasi Thd Pencegahan Fraud. 8(10), 67–76. 169 LAMPIRAN 170 Lampiran 1 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner 171 Jakarta, 14 Februari 2019 Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat Dengan hormat, Sebelumnya kami memohon maaf karena telah mengganggu waktu Bapak/Ibu/Sdr/i. Sehubungan dengan tugas penelitian sebagai Dosen dan Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kami bermaksud melakukan penelitian bersama dengan komposisi Tim sebagai berikut: 1. Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA (Ketua Tim) 2. Siska Sivvani Dwi Sapitri (Anggota) Dengan judul “Faktor-Faktor Determinant Fraud Prevention: Peran Internal Control Sebagai Variabel Intervening”. Untuk itu, kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk berkenan menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar kuesioner secara lengkap. Data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan kami jaga sesuai dengan etika penelitian. Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang memubutuhkan hasil penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi Siska Sivvani Dwi Sapitri di telepon 081291624219 atau email [email protected]. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab kuesioner dalam eksperimen ini, saya ucapkan terima kasih. Salam, Ketua Tim Peneliti, Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA NIP. 19740928 200801 2 004 172 Lampiran 2 Surat Keterangan 173 174 175 176 177 178 Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 179 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR DETERMINANT FRAUD PREVENTION: PERAN INTERNAL CONTROL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Oleh: SISKA SIVVANI DWI SAPITRI NIM: 11150820000060 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERISITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M 180 Jakarta, 09 Juli 2019 Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat Dengan hormat, Sebelumnya kami memohon maaf karena telah mengganggu waktu Bapak/Ibu/Sdr/i. Sehubungan dengan tugas penelitian sebagai Dosen dan Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kami bermaksud melakukan penelitian bersama dengan komposisi Tim sebagai berikut: 3. Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA (Ketua Tim) 4. Siska Sivvani Dwi Sapitri (Anggota) Dengan judul “Faktor-Faktor Determinant Fraud Prevention: Peran Internal Control Sebagai Variabel Intervening”. Untuk itu, kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk berkenan menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar kuesioner secara lengkap. Data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan kami jaga sesuai dengan etika penelitian. Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang memubutuhkan hasil penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi Siska Sivvani Dwi Sapitri di telepon 081291624219 atau email [email protected]. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab kuesioner dalam eksperimen ini, saya ucapkan terima kasih. Salam, Ketua Tim Peneliti, Reskino, SE, M.Si., Ak., CA., CMA., CERA NIP. 19740928 200801 2 004 181 Nomor: ..….. (diisi oleh peneliti) IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : ……………………………………….. (boleh tidak diisi) 2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan 3. Usia : < 25 Tahun 36 - 40 Tahun 25 - 30 Tahun 41 - 45 Tahun 31- 35 Tahun > 45 Tahun 4. Nama Perusahaan : ………………………………….……….. 5. Posisi/Jabatan saat ini : …………………………………………... 6. Lokasi Perusahaan : Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur 7. Pendidikan Formal : D3 S2 S1 S3 8. Pengalaman Kerja : < 3 Tahun 7 - 10 Tahun 3 - 6 Tahun > 10 Tahun 182 Petunjuk Pengisian Kuesioner Berilah tanda silang (X) untuk setiap pernyataan yang menggambarkan persepsi anda, dimana: 1= Sangat Tidak Setuju (STS) 4= Setuju (S) 2= Tidak Setuju (TS) 5= Sangat Setuju (SS) 3= Netral (N Corporate Culture (Budaya Organisasi) Corporate Culture adalah suatu norma yang terdiri dari suatu keyakinan, sikap, nilai dasar, dan pola perilaku yang dilakukan setiap karyawan dalam suatu organisasi(Tunggal,2007;2). No Pernyataaan STS TS N S SS Inovasi dan pengambilan keputusan 1 Saya diberi kepercayaan penuh oleh pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan 2 Saya mendapatkan kebebasan dalam bertindak untuk mengambil keputusan Perhatian terhadap detail 3 Saya menyelesaikan pekerjaan dengan tepat dan cermat 4 Saya memperhatikan hal-hal detail dalam pekerjaan Orientasi terhadap hasil 5 Saya berusaha meningkatkan efektivitas cara bekerja guna memperoleh hasil yang optimal 183 Orientasi terhadap individu 6 Saya merasa senang dengan pekerjaan yang saya jalani saat ini karena dapat memberi manfaat bagi perusahaan Orientasi terhadap tim 7 Dalam melaksanakan pekerjaan, saya melakukan koordinasi dengan rekan kerja dan pimpinan Agresifan 8 Saya senantiasa berbagi informasi pada rekan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan Stabilitas 9 Saya menyampaikan hasil kinerja yang sesungguhnya kepada pimpinan 10 Saya mampu mengedepankan visi dan misi perusahaan daripada kepentingan pribadi Islamic Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) Islamic corporate governance adalah suatu sistem yang dipakai untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, dan supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif (E3P) oleh nilai-nilai moral dan sosial berdasarkan syariah (Bhati, 2003). 184 No Pernyataan STS TS N S SS Transparansi (Transparency) 1 Saya dapat menyajikan laporan keuangan dengan akurat dan tepat waktu 2 Saya dapat menyampaikan uraian mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya 3 Saya selalu terbuka akan informasi dari laporan keuangan kepada para pengguna laporan keuangan Akuntabilitas (Accountability) 4 Saya memahami pedoman Islamic corporate governance yang tertulis di mana di dalamnya mengatur secara rinci hak-hak dan kewajiban pekerja 5 Saya bersedia membuat pernyataan tertulis secara berkala bahwa saya taat pada pedoman kode etik yang telah ditentukan perusahaan Pertanggungjawaban (Responsibilities) 6 Saya menerapkan sistem tata nilai dan budaya yang dianut perusahaan 7 Saya bekerja sesuai dengan standar operasional, prosedur, dan ketentuan yang berlaku 8 Saya menerapkan system tata nilai dan budaya yang dianut perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah 185 No Pernyataan STS TS N S SS Pertanggungjawaban (Responsibilities) 9 Saya bertanggungjawab dalam menjalankan tugas sebagai wujud tanggungjawaban kepada Allah SWT Kemandirian (Independency) 10 Saya dapat bekerja secara mandiri sesuai dengan peran dan fungsi tugas yang saya miliki 11 Saya dapat melakukan pengambilan keputusan secara obyektif pada tugas yang saya miliki Kewajaran (Fairness) 12 Saya dan seluruh pihak yang berkepentingan di perusahaan selalu diperhatikan oleh perusahaan berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran 13 Saya mendapatkan perlakuan yang setara dan wajar dari perusahaan sesuai dengan kontribusi dan manfaat yang saya berikan 14 Saya diberikan kesempatan untuk memberikan masukan dan pendapat untuk perusahaan serta memiliki akses mendapatkan informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan Kepatuhan syariah (Shariah Compliance) 15 Saya jujur dan amanah dalam melaksanakan tugas 186 No Pernyataan STS TS N S SS Kepatuhan syariah (Shariah Compliance) 16 Saya dapat memberikan infaq dan shadaqah untuk aktifitas sosial 17 Dalam transaksi tidak ada unsur riba 18 Dalam transaksi tidak ada unsur dzalim 19 Saya menghindari transaksi-transaksi yang tidak jelas atau meragukan Efectiveness of Information Technology Information Efectiveness of Information Technology Information adalah seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya(McKeown,2013) No Pernyataan STS TS N S SS Komputer 1 Saya telah menggunakan komputer untuk melaksanakan tugas 2 Proses akuntansi telah dilakukan secara komputerisasi menggunakan software yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku 3 Laporan akuntansi yang telah di buat dihasilkan dari sistem informasi yang terstruktur 187 No Pernyataan STS TS N S SS Jaringan Internet 3 Saya menggunakan jaringan internet sesuai kebutuhan 4 Saya telah memanfaatkan jaringan internet diunit kerja sebagai penghubung dalam pengiriman informasi yang dibutuhkan Accounting Principle (Ketaatan aturan akuntansi) Accounting Principle adalah kepatuhan dalam menaati pedoman-pedoman yang digunakan untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan (Oktavia, 2017) No Pernyataan STS TS N S SS Persyaratan Pengungkapan 1 Dalam penyusunan laporan keuangan, saya menggunakan standar akuntansi keuangan 2 Saya menyajikan laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan publik 3 Laporan keuangan yang disajikan dapat bermanfaat bagi kepentingan publik 4 Saya mempertimbangkan kepentingan pengguna laporan keuangan sebagai skala prioritas 188 No Pernyataan STS TS N S SS Objektif 5 Bukti transaksi merupakan hal penting sebagai bukti dalam penyusunan laporan keuangan 6 Saya bersikap jujur secara intelektual dan adil dalam membuat laporan keuangan 7 Dalam menyusun laporan keuangan, saya harus berusaha membebaskan diri dari berbagai pengaruh kepentingan tertentu dari pihak lain yang bertentangan dengan ketentuan akuntansi Memenuhi syarat kehati-hatian 8 Dalam melaksanakan tugas, saya harus memiliki tanggung jawab yang kompeten dan bersikap hati-hati Memenuhi konsep konsistensi penyajian 9 Saya menggunakan pedoman dalam penyajian laporan keuangan yang konsisten sesuai dengan peraturan yang berlaku 10 Bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas, saya tetap harus mentaati ketentuan akuntansi secara konsisten Risk Management (Manajemen Risiko) Risk Management adalah kegiatan atau proses mengidentifikasi risiko, mengukur dan menilai risiko yang mungkin terjadi sehingga dapat menekan kerugian yang dihadapi perusahaan (COSO,2013) 189 No Pernyataaan STS TS N S SS Risiko keuangan 1 Saya mampu mengambil tindakan yang tepat terhadap segala risiko keuangan yang terjadi dalam perusahaan 2 Saya telah menggunakan prinsip 5C (Characteristic,Capability, Capital, Collateral dan Condition) dalam menilai risiko 3 Saya melakukan penilaian risiko audit berdasarkan pemahaman terhadap bisnis perusahaan Risiko operasional 4 Saya mampu mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian tujuan perusahaan 5 Saya harus memiliki pengetahuan yang kompeten untuk menangani risiko yang terjadi 6 Saya mampu menganalisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola Risiko Strategis 7 Saya mampu menilai adanya perubahan yang mungkin berpengaruh signifikan terhadap kondisi perusahaan 8 Saya mampu mempertimbangkan kemungkinan adanya kecurangan dalam penilaian risiko 190 Internal Control (Pengendalian Internal) Internal Control merupakan bagian dari sistem proteksi terhadap kecurangan yang di desain untuk mencegah irregularitas dan upaya pencegahan dini kecurangan (Silverstone, 2007). No Pernyataan STS TS N S SS Lingkungan Pengendalian 1 Saya memahami kode etik yang dimiliki oleh perusahaan 2 Saya dapat bertanggungjawab setiap tugas yang diberikan oleh perusahaan 3 Saya telah memahami tanggung jawab terkait pengendalian internal yang harus saya lakukan Aktivitas Pengendalian 4 Saya berusaha untuk tidak menerima berbagai pembayaran fiktif yang ada di perusahaan 5 Saya dilatih untuk menerapkan sistem manajemen dan keuangan 6 Saya tidak pernah menerima suap dalam bentuk apapun Penilaian Risiko 7 Saya sering berhadapan dengan risiko dalam upaya menyelesaikan tugas pekerjaan 8 Saya siap mengambil risiko dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya 191 No Pernyataan STS TS N S SS Komunikasi dan Informasi 9 Saya memahami konsep dan pentingnya pengendalian internal termasuk pembagian tanggung jawab 10 Saya turut serta mengkomunikasikan informasi untuk mengevaluasi seberapa baik pedoman dan kebijakan perusahaan serta diimplementasikan 11 Saya telah mengolah informasi akuntansi dan keuangan perusahaan dengan cepat dan tepat waktu Aktivitas Pengawasan 12 Saya ikut serta dalam pemantauan untuk membantu dalam menilai kualitas kinerja perusahaan dari waktu ke waktu 13 Saya dapat bertanggungjawab jika saya tidak patuh terkait pengendalian internal 14 Saya memberitahukan kekurangan pengendalian internal kepada pihak yang bertanggung jawab Fraud Prevention (Pencegahan Kecurangan) Fraud prevention adalah upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (BPKP, 2008:37) No Pernyataan STS TS N S SS Ciptakan Kejujuran, Keterbukaan, dan Saling Membantu 1 Saya dapat mengimplementasikan program pengendalian anti fraud berdasarkan nilai-nilai yang dianut 192 perusahaan 2 Saya dapat bersikap jujur, terbuka dan saling membantu antar karyawan 3 Saya memiliki sikap tanggap terhadap segala sesuatu yang terjadi di perusahaan 4 Di perusahaan tempat saya bekerja, terjalin komunikasi yang positif dan kekeluargaan yang erat satu sama lain untuk saling mengingatkan kesalahan yang terjadi Kesadaran Kecurangan 5 Saya dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kecurangan yang terjadi di perusahaan 6 Saya tidak pernah menerima suap dalam bentuk apapun Program Bantuan Kepada Karyawan yang mengalami kesulitan 7 Saya mendapatkan perhatian dan bantuan dari perusahaan ketika sedang mengalami kesulitan ekonomi Adanya Sanksi terhadap Segala Bentuk Kecurangan 8 Saya bersedia menerima sanksi dari perusahaan apabila terbukti melakukan tindak kecurangan 9 Saya dan karyawan yang lain saling bekerjasama guna minimalisir tindakan kecurangan di perusahaan 193 IDENTITAS RESPONDEN No Jenis kelamin Usia Pendidikan Formal Pengalaman Kerja 1 1 4 2 4 2 1 3 2 4 3 1 2 2 1 4 2 2 2 2 5 2 2 2 2 6 1 6 2 4 7 1 3 2 1 8 1 2 2 2 9 2 2 2 2 10 1 2 2 2 11 1 2 2 2 12 1 4 2 2 13 2 5 2 3 14 2 2 2 2 15 2 2 2 2 16 1 4 2 2 17 2 1 2 1 18 1 2 2 1 19 1 2 1 2 20 1 3 3 4 21 1 6 2 4 22 1 6 1 3 23 1 3 2 4 24 2 3 2 3 25 2 2 2 2 26 2 1 2 1 27 1 3 2 2 28 1 4 2 3 29 1 3 2 3 30 2 1 2 2 31 1 4 2 4 32 2 6 2 4 33 2 3 2 3 34 1 4 2 3 35 1 3 2 3 36 1 2 2 2 37 2 2 2 2 38 2 2 2 2 194 No Jenis kelamin Usia Pendidikan Formal Pengalaman Kerja 39 1 6 2 3 40 1 3 2 3 41 1 2 2 2 42 2 5 2 3 43 1 2 2 2 44 1 2 2 2 45 1 4 2 3 46 2 4 2 3 47 2 4 2 3 48 2 4 2 3 49 1 4 2 3 50 2 1 2 1 51 1 2 2 2 52 1 6 3 4 53 2 2 2 3 54 1 6 2 4 55 1 3 2 3 56 1 2 2 2 57 2 4 2 2 58 1 2 2 1 59 1 4 2 3 60 2 1 2 1 61 1 2 2 2 62 1 2 2 1 63 1 3 2 3 64 1 6 2 4 65 1 2 2 1 66 1 2 2 2 67 1 3 2 3 68 1 6 2 4 69 2 2 2 2 70 2 2 2 1 71 2 5 2 3 72 2 2 2 1 73 1 6 2 4 74 1 3 2 3 75 1 4 3 3 76 2 2 2 1 77 1 2 1 2 78 1 2 2 1 195 No Jenis kelamin Usia Pendidikan Formal Pengalaman Kerja 79 1 4 2 3 80 2 2 2 2 81 2 5 2 3 82 2 2 2 1 83 1 4 2 3 84 2 1 1 1 85 1 5 2 4 86 1 2 2 1 87 1 3 2 3 88 1 6 2 4 89 2 2 2 1 90 2 2 1 1 91 1 5 2 4 92 1 4 2 3 93 2 2 2 1 94 2 2 1 1 95 1 5 2 3 96 1 4 2 3 97 1 5 2 4 98 2 2 1 1 196 Jawaban Responden Variabel Corporate Culture No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10 1 4 3 4 4 4 4 5 5 5 4 2 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5 7 4 3 4 4 5 5 5 5 5 3 8 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 9 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 10 4 3 4 4 4 5 3 4 4 3 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 2 2 4 3 5 4 4 4 3 5 13 4 3 4 5 4 4 5 3 3 3 14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 15 4 2 3 5 4 5 5 5 5 3 16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 17 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 18 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 19 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 20 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 21 4 2 4 4 4 5 5 5 5 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 23 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 24 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 27 5 3 4 4 4 4 4 3 4 4 28 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 29 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 30 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 31 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 32 4 3 5 4 5 5 5 4 4 4 33 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 34 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 35 4 3 4 3 4 4 5 4 4 4 36 5 2 4 5 5 4 5 4 5 5 37 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 38 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 197 No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10 39 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 40 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 41 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 42 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 43 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 44 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47 3 3 5 5 4 4 4 4 5 4 48 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 4 2 3 5 4 5 5 5 5 3 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 57 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 58 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 59 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 60 4 2 4 4 4 5 5 5 5 4 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 63 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 64 4 3 4 4 4 4 5 5 5 4 65 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 66 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5 70 4 3 4 4 5 5 5 5 5 3 71 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 72 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 73 4 3 4 4 4 5 3 4 4 3 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75 2 2 4 3 5 4 4 4 3 5 76 4 3 4 5 4 4 5 3 3 3 77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78 4 2 3 5 4 5 5 5 5 3 198 No CC_1 CC_2 CC_3 CC_4 CC_5 CC_6 CC_7 CC_8 CC_9 CC_10 79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 81 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 82 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 83 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 84 4 2 4 4 4 5 5 5 5 4 85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 87 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 88 4 3 4 4 4 5 3 4 4 3 89 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90 2 2 4 3 5 4 4 4 3 5 91 4 3 4 5 4 4 5 3 3 3 92 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93 4 2 3 5 4 5 5 5 5 3 94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 95 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 96 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 97 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 98 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 199 Jawaban Responden Variabel Islamic Corporate Governance No ICG1 ICG2 ICG3 ICG4 ICG5 ICG6 ICG7 ICG8 ICG9 ICG10 ICG11 ICG12 ICG13 ICG14 ICG15 ICG16 ICG17 ICG18 ICG19 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 7 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 9 3 3 3 4 4 4 4 5 5 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 10 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 11 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 4 3 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 5 5 5 13 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 14 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 15 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 17 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 18 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 19 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 No ICG1 ICG2 ICG3 ICG4 ICG5 ICG6 ICG7 ICG8 ICG9 ICG10 ICG11 ICG12 ICG13 ICG14 ICG15 ICG16 ICG17 ICG18 ICG19 200 21 3 3 3 3 4 3 5 5 5 5 5 3 1 4 5 4 5 5 4 22 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 24 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 25 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 27 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 28 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 29 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 30 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 31 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5 32 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 33 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 34 4 3 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 36 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 5 5 4 4 5 37 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 38 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 3 3 4 5 3 5 5 4 39 3 3 4 3 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 3 40 3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 41 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 42 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 43 4 3 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 44 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 No ICG1 ICG2 ICG3 ICG4 ICG5 ICG6 ICG7 ICG8 ICG9 ICG10 ICG11 ICG12 ICG13 ICG14 ICG15 ICG16 ICG17 ICG18 ICG19 201 45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 3 4 4 4 4 5 5 3 5 4 4 4 4 3 5 5 4 5 5 47 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 48 3 3 3 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 50 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 53 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 54 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 57 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 58 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 60 3 3 3 3 4 3 5 5 5 5 5 3 1 4 5 4 5 5 4 61 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 62 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 63 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 64 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 65 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 No ICG1 ICG2 ICG3 ICG4 ICG5 ICG6 ICG7 ICG8 ICG9 ICG10 ICG11 ICG12 ICG13 ICG14 ICG15 ICG16 ICG17 ICG18 ICG19 202 69 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 70 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 71 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 72 3 3 3 4 4 4 4 5 5 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 73 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 74 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75 4 3 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 5 5 5 76 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 77 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 81 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 82 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 83 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 84 3 3 3 3 4 3 5 5 5 5 5 3 1 4 5 4 5 5 4 85 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 87 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 88 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 89 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90 4 3 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 5 5 5 91 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 92 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 No ICG1 ICG2 ICG3 ICG4 ICG5 ICG6 ICG7 ICG8 ICG9 ICG10 ICG11 ICG12 ICG13 ICG14 ICG15 ICG16 ICG17 ICG18 ICG19 203 93 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 95 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 96 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 97 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 98 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 204 Jawaban Responden Variabel Effectiveness Of Technology Information No ETI1 ETI2 ETI3 ETI4 ETI5 1 4 4 4 4 4 2 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 7 5 5 5 5 5 8 4 3 3 3 3 9 5 3 3 3 3 10 4 4 4 4 4 11 4 2 4 4 4 12 3 3 4 3 4 13 5 4 4 4 4 14 4 3 3 4 4 15 5 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 17 4 4 4 5 5 18 5 4 4 4 4 19 5 3 3 4 4 20 5 4 4 5 5 21 5 4 4 5 4 22 4 4 4 4 4 23 5 5 5 5 5 24 4 3 3 4 4 25 5 5 5 5 5 26 4 4 4 4 4 27 5 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 29 4 3 3 4 3 30 5 4 4 3 3 31 5 5 5 5 5 32 5 4 4 4 4 33 4 4 4 4 4 34 5 4 4 4 4 35 5 4 4 4 4 36 5 5 5 5 5 37 5 4 4 4 4 38 4 3 4 3 3 39 5 3 4 4 3 205 No ETI1 ETI2 ETI3 ETI4 ETI5 40 4 5 4 5 4 41 5 4 4 4 4 42 4 4 4 4 4 43 4 4 4 4 4 44 5 3 3 4 5 45 3 3 3 3 3 46 4 4 4 3 3 47 5 4 3 4 2 48 4 4 4 4 4 49 5 3 4 4 5 50 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 52 4 4 4 4 4 53 5 3 4 5 5 54 5 4 4 4 4 55 4 4 4 4 4 56 4 4 4 5 5 57 5 4 4 4 4 58 5 3 3 4 4 59 5 4 4 5 5 60 5 4 4 5 4 61 4 4 4 4 4 62 5 5 5 5 5 63 4 3 3 4 4 64 4 4 4 4 4 65 5 5 5 5 5 66 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 68 4 4 4 4 4 69 4 4 4 4 4 70 5 5 5 5 5 71 4 3 3 3 3 72 5 3 3 3 3 73 4 4 4 4 4 74 4 2 4 4 4 75 3 3 4 3 4 76 5 4 4 4 4 77 4 3 3 4 4 78 5 4 4 4 4 79 4 4 4 4 4 206 No ETI1 ETI2 ETI3 ETI4 ETI5 80 4 4 4 5 5 81 5 4 4 4 4 82 5 3 3 4 4 83 5 4 4 5 5 84 5 4 4 5 4 85 4 4 4 4 4 86 5 5 5 5 5 87 4 3 3 4 4 88 4 4 4 4 4 89 4 2 4 4 4 90 3 3 4 3 4 91 5 4 4 4 4 92 4 3 3 4 4 93 5 4 4 4 4 94 4 4 4 4 4 95 4 4 4 5 5 96 5 4 4 4 4 97 5 3 3 4 4 98 5 4 4 4 4 207 Jawaban Responden Variabel Accounting Principle Compliance No AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 AP8 AP9 AP10 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 8 4 3 3 4 4 5 5 5 5 4 9 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 10 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 13 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 15 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 17 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 18 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 19 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 20 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 21 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 208 No AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 AP8 AP9 AP10 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 24 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 25 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 27 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 29 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 30 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 34 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 35 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 36 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 37 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 38 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 39 3 4 4 3 3 4 3 3 4 5 40 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 41 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 42 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 43 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 44 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 209 No AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 AP8 AP9 AP10 46 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 47 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 48 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 49 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 53 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 57 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 58 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 59 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 60 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 63 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 210 No AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 AP8 AP9 AP10 70 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 71 4 3 3 4 4 5 5 5 5 4 72 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 73 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 76 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 81 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 82 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 83 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 84 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 87 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 88 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 89 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 91 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 92 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93 4 4 4 3 5 5 4 4 4 4 211 No AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 AP8 AP9 AP10 94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 95 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 96 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 97 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 98 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 212 Jawaban Responden Variabel Risk Management No RM1 RM2 RM3 RM4 RM5 RM6 RM7 RM8 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 4 7 3 4 4 3 4 3 4 4 8 4 4 4 4 5 4 4 4 9 3 3 3 3 3 3 3 3 10 4 3 3 4 4 4 3 4 11 4 3 3 3 4 4 4 4 12 2 3 3 3 4 3 3 3 13 4 4 4 4 4 3 4 3 14 3 3 4 4 4 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 3 3 16 3 4 4 4 4 4 3 3 17 3 3 3 4 4 4 4 4 18 5 5 4 5 5 4 5 5 19 4 3 4 3 4 3 3 3 20 5 4 4 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 23 5 5 5 5 5 5 5 5 24 3 3 4 3 4 3 4 3 25 5 5 5 4 4 4 4 4 26 4 4 4 4 4 4 4 4 27 3 4 4 4 4 4 3 4 28 3 3 3 4 4 4 3 3 29 3 3 3 3 4 3 3 3 30 3 3 3 4 3 3 4 3 31 5 4 5 5 5 5 5 5 32 3 3 3 4 4 4 3 3 33 3 3 3 3 4 3 3 3 34 4 4 4 4 5 4 4 4 35 3 3 4 4 4 3 4 4 36 4 5 5 5 4 4 4 4 37 4 4 4 4 4 4 4 4 213 No RM1 RM2 RM3 RM4 RM5 RM6 RM7 RM8 38 4 4 4 4 4 4 4 4 39 3 4 5 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 5 4 4 41 4 4 4 4 4 4 4 4 42 3 3 4 4 4 3 3 3 43 4 4 5 4 5 4 5 4 44 4 4 4 4 4 4 4 4 45 3 3 3 3 3 3 3 3 46 4 4 4 4 4 4 4 4 47 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 5 4 4 4 4 4 4 49 4 4 4 4 4 4 4 4 50 4 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 4 52 3 4 4 4 4 4 4 4 53 5 5 5 5 5 5 5 5 54 3 3 3 3 3 3 3 3 55 3 4 4 4 4 4 3 3 56 3 3 3 4 4 4 4 4 57 5 5 4 5 5 4 5 5 58 4 3 4 3 4 3 3 3 59 5 4 4 5 4 4 4 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 61 4 4 4 4 4 4 4 4 62 5 5 5 5 5 5 5 5 63 3 3 4 3 4 3 4 3 64 4 4 4 4 4 4 4 4 65 3 3 3 4 4 4 3 4 66 3 3 3 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 4 4 3 4 3 4 4 69 4 4 4 4 4 4 4 4 70 3 4 4 3 4 3 4 4 71 4 4 4 4 5 4 4 4 72 3 3 3 3 3 3 3 3 73 4 3 3 4 4 4 3 4 74 4 3 3 3 4 4 4 4 75 2 3 3 3 4 3 3 3 76 4 4 4 4 4 3 4 3 77 3 3 4 4 4 3 3 3 214 No RM1 RM2 RM3 RM4 RM5 RM6 RM7 RM8 78 3 3 3 3 3 3 3 3 79 3 4 4 4 4 4 3 3 80 3 3 3 4 4 4 4 4 81 5 5 4 5 5 4 5 5 82 4 3 4 3 4 3 3 3 83 5 4 4 5 4 4 4 4 84 4 4 4 4 4 4 4 4 85 4 4 4 4 4 4 4 4 86 5 5 5 5 5 5 5 5 87 3 3 4 3 4 3 4 3 88 4 3 3 4 4 4 3 4 89 4 3 3 3 4 4 4 4 90 2 3 3 3 4 3 3 3 91 4 4 4 4 4 3 4 3 92 3 3 4 4 4 3 3 3 93 3 3 3 3 3 3 3 3 94 3 4 4 4 4 4 3 3 95 3 3 3 4 4 4 4 4 96 5 5 4 5 5 4 5 5 97 4 3 4 3 4 3 3 3 98 5 5 4 5 5 4 5 5 215 Jawaban Responden Variabel Internal Control No IC1 IC2 IC3 IC4 IC5 IC6 IC7 IC8 IC9 IC10 IC11 IC12 IC13 IC14 1 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4 4 5 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 9 4 4 3 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 10 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 13 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 14 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 15 4 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 17 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 19 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 20 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 216 No IC1 IC2 IC3 IC4 IC5 IC6 IC7 IC8 IC9 IC10 IC11 IC12 IC13 IC14 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 24 4 4 4 4 3 5 3 3 4 3 3 3 4 4 25 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 27 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 4 28 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 29 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 31 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 32 4 4 4 5 4 5 3 3 4 3 3 4 4 3 33 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 34 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 35 4 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 4 40 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 41 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 43 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 44 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 217 No IC1 IC2 IC3 IC4 IC5 IC6 IC7 IC8 IC9 IC10 IC11 IC12 IC13 IC14 46 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 47 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 49 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 53 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 55 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 56 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 57 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 58 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 59 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 63 4 4 4 4 3 5 3 3 4 3 3 3 4 4 64 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4 4 5 65 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 218 No IC1 IC2 IC3 IC4 IC5 IC6 IC7 IC8 IC9 IC10 IC11 IC12 IC13 IC14 70 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 71 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 72 4 4 3 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 73 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 76 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 77 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 78 4 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 79 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 80 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 81 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 82 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 83 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 84 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 87 4 4 4 4 3 5 3 3 4 3 3 3 4 4 88 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 89 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 91 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 92 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 93 4 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 219 No IC1 IC2 IC3 IC4 IC5 IC6 IC7 IC8 IC9 IC10 IC11 IC12 IC13 IC14 94 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 95 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 96 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 97 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 98 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 220 Jawaban Responden Variabel Fraud Prevention No FP1 FP2 FP3 FP4 FP5 FP6 FP7 FP8 FP9 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 5 5 5 5 4 5 5 5 5 8 4 4 4 5 4 5 5 3 4 9 3 4 3 3 4 5 3 4 4 10 3 4 4 4 4 4 4 4 4 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 12 3 3 3 4 4 5 3 4 4 13 4 4 4 4 4 5 4 4 4 14 3 4 4 4 3 4 3 4 4 15 3 4 4 5 4 5 4 4 5 16 3 4 4 4 3 4 4 4 4 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 18 4 5 5 4 5 5 5 5 5 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 20 4 5 5 5 4 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 24 4 4 4 4 4 5 3 4 4 25 5 5 5 5 4 4 5 5 5 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 27 4 4 3 4 4 5 3 4 4 28 4 4 4 5 4 5 4 4 4 29 4 4 4 4 4 4 3 3 4 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 31 5 4 5 5 5 5 5 5 5 32 4 4 4 4 3 5 3 4 4 33 4 4 3 4 4 4 3 4 4 34 4 5 4 4 4 5 3 5 5 35 4 4 4 4 4 5 4 4 4 36 4 5 5 5 4 5 5 5 5 37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 38 4 4 4 4 4 4 3 4 4 221 No FP1 FP2 FP3 FP4 FP5 FP6 FP7 FP8 FP9 39 4 4 4 4 4 5 4 5 5 40 4 3 4 4 4 4 4 4 5 41 4 5 5 4 5 5 4 5 5 42 4 4 4 4 4 4 3 4 4 43 5 5 4 4 4 5 4 4 5 44 4 4 3 5 4 5 4 4 4 45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 4 4 4 4 4 3 4 4 49 4 4 4 4 4 5 3 5 4 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 53 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 3 4 4 5 4 5 4 4 5 55 3 4 4 4 3 4 4 4 4 56 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57 4 5 5 4 5 5 5 5 5 58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 4 5 5 5 4 4 4 4 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62 5 5 5 5 5 5 5 5 5 63 4 4 4 4 4 5 3 4 4 64 4 4 4 4 4 4 3 4 4 65 4 4 4 4 4 5 5 5 5 66 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 3 4 4 4 4 4 4 4 4 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70 5 5 5 5 4 5 5 5 5 71 4 4 4 5 4 5 5 3 4 72 3 4 3 3 4 5 3 4 4 73 3 4 4 4 4 4 4 4 4 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 75 3 3 3 4 4 5 3 4 4 76 4 4 4 4 4 5 4 4 4 77 3 4 4 4 3 4 3 4 4 78 3 4 4 5 4 5 4 4 5 222 No FP1 FP2 FP3 FP4 FP5 FP6 FP7 FP8 FP9 79 3 4 4 4 3 4 4 4 4 80 5 5 5 5 5 5 5 5 5 81 4 5 5 4 5 5 5 5 5 82 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83 4 5 5 5 4 4 4 4 4 84 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 87 4 4 4 4 4 5 3 4 4 88 3 4 4 4 4 4 4 4 4 89 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90 3 3 3 4 4 5 3 4 4 91 4 4 4 4 4 5 4 4 4 92 3 4 4 4 3 4 3 4 4 93 3 4 4 5 4 5 4 4 5 94 3 4 4 4 3 4 4 4 4 95 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96 4 5 5 4 5 5 5 5 5 97 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98 4 5 5 4 5 5 5 5 5 223 Lampiran 4 Output Hasil Pengujian Data 224 A. Uji Outer Model 1. Hasil Convergent Validity Tabel Outer Loading Sebelum Modifikasi AP CC ETI RM ICG IC FP AP_1 0,744 AP_2 0,751 AP_3 0,714 AP_4 0,814 AP_5 0,653 AP_6 0,690 AP_7 0,788 AP_8 0,772 AP_9 0,862 AP_10 0,801 CC_1 0,545 CC_2 0,151 CC_3 0,456 CC_4 0,550 CC_5 0,769 CC_6 0,619 CC_7 0,753 CC_8 0,716 CC_9 0,763 CC10 0,615 ETI_1 0,593 ETI_2 0,802 ETI_3 0,826 ETI_4 0,878 ETI_5 0,817 RM_1 0,835 RM_2 0,874 RM_3 0,723 RM_4 0,840 RM_5 0,809 RM_6 0,795 RM_7 0,877 225 AP CC ETI RM ICG IC FP RM_8 0,901 ICG_1 0,530 ICG_2 0,608 ICG_3 0,582 ICG_4 0,736 ICG_5 0,724 ICG_6 0,784 ICG_7 0,795 ICG_8 0,711 ICG_9 0,716 ICG_10 0,761 ICG_11 0,714 ICG_12 0,627 ICG_13 0,490 ICG_14 0,574 ICG_15 0,746 ICG_16 0,792 ICG_17 0,611 ICG_18 0,647 ICG_19 0,474 IC_1 0,855 IC_2 0,827 IC_3 0,867 IC_4 0,749 IC_5 0,835 IC_6 0,668 IC_7 0,796 IC_8 0,791 IC_9 0,889 IC_10 0,900 IC_11 0,794 IC_12 0,852 IC_13 0,845 IC_14 0,749 FP_1 0,729 FP_2 0,846 FP_3 0,860 FP_4 0,671 226 AP CC ETI RM ICG IC FP FP_5 0,781 FP_6 0,564 FP_7 0,800 FP_8 0,827 FP_9 0,861 227 Tabel Outer Loading Setelah Modifikasi AP CC ETI RM ICG IC FP AP_1 0,743 AP_2 0,751 AP_3 0,714 AP_4 0,814 AP_5 0,653 AP_6 0,690 AP_7 0,788 AP_8 0,772 AP_9 0,862 AP_10 0,801 CC_1 0,545 CC_4 0,543 CC_5 0,749 CC_6 0,638 CC_7 0,778 CC_8 0,758 CC_9 0,800 CC10 0,588 ETI_1 0,593 ETI_2 0,802 ETI_3 0,826 ETI_4 0,878 ETI_5 0,817 RM_1 0,835 RM_2 0,874 RM_3 0,723 RM_4 0,840 RM_5 0,809 RM_6 0,795 RM_7 0,877 RM_8 0,901 ICG_1 0,516 ICG_2 0,602 ICG_3 0,578 ICG_4 0,734 ICG_5 0,738 228 AP CC ETI RM ICG IC FP ICG_6 0,770 ICG_7 0,815 ICG_8 0,737 ICG_9 0,725 ICG_10 0,779 ICG_11 0,736 ICG_12 0,600 ICG_14 0,566 ICG_15 0,752 ICG_16 0,783 ICG_17 0,613 ICG_18 0,647 IC_1 0,855 IC_2 0,827 IC_3 0,867 IC_4 0,749 IC_5 0,835 IC_6 0,668 IC_7 0,796 IC_8 0,791 IC_9 0,889 IC_10 0,900 IC_11 0,794 IC_12 0,852 IC_13 0,845 IC_14 0,749 FP_1 0,728 FP_2 0,846 FP_3 0,859 FP_4 0,672 FP_5 0,781 FP_6 0,565 FP_7 0,800 FP_8 0,826 FP_9 0,861 229 2. Hasil Discriminant Validity Tabel Cross Loading AP CC ETI FP IC ICG RM AP_1 0,743 0,304 0,604 0,361 0,522 0,541 0,478 AP_2 0,751 0,316 0,540 0,584 0,708 0,630 0,667 AP_3 0,714 0,404 0,651 0,329 0,490 0,498 0,453 AP_4 0,814 0,305 0,692 0,508 0,576 0,537 0,447 AP_5 0,653 0,389 0,549 0,499 0,651 0,609 0,610 AP_6 0,690 0,592 0,519 0,594 0,644 0,522 0,296 AP_7 0,788 0,462 0,442 0,541 0,604 0,508 0,411 AP_8 0,772 0,554 0,506 0,596 0,677 0,668 0,687 AP_9 0,862 0,480 0,555 0,609 0,729 0,693 0,678 AP_10 0,8 0,512 0,540 0,548 0,708 0,492 0,392 CC_1 0,332 0,535 0,435 0,499 0,604 0,504 0,446 CC_4 0,524 0,543 0,466 0,413 0,467 0,362 0,317 CC_5 0,556 0,749 0,485 0,637 0,633 0,657 0,436 CC_6 0,339 0,638 0,626 0,318 0,284 0,383 0,137 CC_7 0,482 0,778 0,583 0,475 0,425 0,498 0,172 CC_8 0,330 0,758 0,507 0,572 0,584 0,538 0,336 CC_9 0,250 0,800 0,511 0,476 0,433 0,480 0,195 CC10 0,291 0,588 0,287 0,427 0,434 0,504 0,446 ETI_1 0,479 0,542 0,593 0,482 0,522 0,564 0,364 ETI_2 0,520 0,487 0,802 0,505 0,547 0,507 0,428 ETI_3 0,648 0,508 0,826 0,559 0,653 0,574 0,468 ETI_4 0,540 0,684 0,878 0,642 0,597 0,598 0,455 ETI_5 0,628 0,563 0,817 0,607 0,555 0,526 0,357 FP_1 0,465 0,524 0,513 0,728 0,641 0,560 0,560 FP_2 0,545 0,613 0,588 0,846 0,731 0,597 0,597 FP_3 0,564 0,645 0,642 0,859 0,761 0,640 0,640 FP_4 0,557 0,561 0,555 0,672 0,542 0,298 0,298 FP_5 0,403 0,474 0,393 0,781 0,655 0,557 0,557 FP_6 0,488 0,353 0,302 0,565 0,498 0,153 0,153 FP_7 0,542 0,526 0,582 0,800 0,709 0,560 0,560 FP_8 0,596 0,615 0,688 0,826 0,765 0,495 0,495 FP_9 0,601 0,699 0,638 0,861 0,757 0,415 0,415 IC_1 0,643 0,615 0,546 0,735 0,855 0,744 0,654 IC_2 0,618 0,633 0,515 0,700 0,827 0,722 0,549 230 AP CC ETI FP IC ICG RM IC_3 0,653 0,665 0,612 0,745 0,867 0,722 0,582 IC_4 0,588 0,623 0,515 0,651 0,749 0,579 0,445 IC_5 0,724 0,668 0,695 0,711 0,835 0,788 0,677 IC_6 0,618 0,543 0,492 0,644 0,668 0,591 0,354 IC_7 0,647 0,582 0,539 0,682 0,796 0,703 0,673 IC_8 0,621 0,603 0,548 0,707 0,791 0,707 0,689 IC_9 0,679 0,591 0,709 0,803 0,889 0,711 0,655 IC_10 0,722 0,586 0,695 0,798 0,900 0,694 0,665 IC_11 0,713 0,425 0,629 0,709 0,794 0,626 0,690 IC_12 0,712 0,550 0,646 0,790 0,852 0,678 0,689 IC_13 0,661 0,493 0,592 0,699 0,845 0,692 0,732 IC_14 0,676 0,595 0,612 0,613 0,749 0,648 0,616 ICG_1 0,596 0,421 0,289 0,402 0,447 0,516 0,324 ICG_2 0,429 0,393 0,452 0,401 0,464 0,602 0,443 ICG_3 0,391 0,366 0,338 0,291 0,345 0,578 0,410 ICG_4 0,584 0,371 0,365 0,549 0,564 0,734 0,529 ICG_5 0,511 0,479 0,411 0,456 0,568 0,738 0,499 ICG_6 0,621 0,543 0,512 0,616 0,703 0,770 0,582 ICG_7 0,506 0,490 0,523 0,501 0,660 0,815 0,671 ICG_8 0,441 0,579 0,472 0,453 0,552 0,737 0,487 ICG_9 0,347 0,610 0,401 0,483 0,537 0,725 0,426 ICG_10 0,649 0,708 0,697 0,652 0,700 0,779 0,620 ICG_11 0,564 0,466 0,635 0,514 0,647 0,736 0,586 ICG_12 0,465 0,410 0,463 0,414 0,453 0,600 0,448 ICG_14 0,523 0,566 0,505 0,638 0,620 0,566 0,459 ICG_15 0,584 0,616 0,543 0,632 0,707 0,752 0,542 ICG_16 0,595 0,648 0,688 0,813 0,816 0,783 0,553 ICG_17 0,352 0,408 0,339 0,326 0,409 0,613 0,393 ICG_18 0,407 0,417 0,370 0,351 0,455 0,647 0,448 RM_1 0,492 0,355 0,395 0,452 0,523 0,512 0,835 RM_2 0,590 0,316 0,449 0,470 0,654 0,611 0,874 RM_3 0,507 0,364 0,382 0,341 0,480 0,562 0,723 RM_4 0,590 0,394 0,531 0,532 0,652 0,603 0,840 RM_5 0,610 0,413 0,329 0,507 0,597 0,699 0,809 RM_6 0,520 0,423 0,484 0,468 0,594 0,550 0,795 RM_7 0,568 0,374 0,407 0,647 0,739 0,622 0,877 RM_8 0,561 0,457 0,522 0,661 0,765 0,672 0,901 231 3. Uji Reliabilitas Tabel Composite Reliability Composite Reliability Corporate Culture 0,871 Islamic Corporate Governance 0,935 Effectiveness of Technology Information 0,890 Accounting Principle 0,932 Risk Management 0,948 Internal Control 0,966 Fraud Prevention 0,931 Tabel Cronbach Alpha Cronbach Alpha Corporate Culture 0,830 Islamic Corporate Governance 0,926 Effectiveness of Technology Information 0,843 Accounting Principle 0,919 Risk Management 0,937 Internal Control 0,961 Fraud Prevention 0,915 232 B. Uji Inner Model Gambar Inner Model Sebelum Modifikasi 233 Gambar Inner Model Setelah Modifikasi 234 Hasil Bootstrapping 235 4. Uji Hipotesis Tabel Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Value) Original Sample Standard T-Statistic P Value Sample Mean Deviation (IO/stdev) (O) (M) (STDEV) CC → IC 0,180 0,190 0,087 2,072 0,039 AP → IC 0,273 0,274 0,082 3,333 0,001 ETI→ IC 0,080 0,075 0,068 1,169 0,243 ICG→IC 0,272 0,252 0,088 3,072 0,002 RM→IC 0,256 0,273 0,064 3,975 0,000 IC → FP 0,820 0,824 0,127 6,440 0,000 CC → FP 0,159 0,164 0,085 1,865 0,063 AP → FP -0,121 -0,125 0,094 1,282 0,210 ETI→ FP -0,127 -0,125 0,071 1,865 0,063 ICG→FP -0,027 -0,025 0,106 0,254 0,800 RM → FP -0,041 -0,041 0,077 0,532 0,595 5. Evaluasi Model Tabel R-Square R-Square Internal Control 0,836 Fraud Prevention 0,796 236