ARTIKEL

BEBERAPA ASPEK BIONOMIKANOPHELES SP DI KABUPATEN TENGAH, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Ni Wayan Dewi Adnyana*

SOME ASPECTS OF ANOPHELES SP BIONOMIK IN CENTRAL SUMBA , PROVINCE OF

Abstract Research Some Aspects of Anopheles sp Bionomik in Central Sumba Regency, Province of East Nusa Tenggara. Committed in the territory Maradesa Health Center. Data were collected by catching adult mosquitoes by using bait People inside and outside the home, a collection of breaks in the wall and at home, continued with larval surveys in all potential breeding places. The results showed that the biting behavior tends eksofagikfound on An. kochi, An. aconitus and An.barbirostris with bite density peaks in An. aconitus (0.6 persons/hour) with a biting peak at 20:00 to 21:00. Behavior tends eksofilik break in An. kochi, An. aconitus, An. tesselatus, An. barbirostris, An. vagus, An.flavirostris, An. maculatus and An. indefinitus with the highest density in An.aconitus (0.9 persons/hour) at 1:00 a.m. to 2:00 a.m. Anopheles larvae breeding places found in the small hole in the ground, creek, wetland, non-permanent irrigation, water reservoirs in the vegetable garden, ditches, puddles, swamps, springs, with species that are found as An. kochi, An.aconitus, An. tesselatus, An. barbirostris, An. vagus, An .flavirostris, An. maculatus, An. indefinitus and An. annullaris

Keywords: Anopheles sp, biting behavior

Pendahuluan Annual Malaria Incidence (AMI) mengalami

ndonesiamerupakan salah satu daerah endemik peningkatan dari 207%0 tahun 2007 menjadi 385%0 malaria di Asia Tenggara terutama di wilayah pada tahun 2008.1 lbagian Timur. Kabupaten Sumba Tengah yang Anopheles sp merupakan nyamuk utama terletak di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, vektor penular malaria. Di spesies sebagai daerah endemis malaria. Kabupaten Anopheles tersebar berasal dari wilayah geografi Sumba Tengah merupakan kabupaten baru pecahan yang tidak sama, dalam sifat-sifat hidup tertentu dari Kabupaten Sumba Barat. Kabupaten ini menunjukkan perbedaan lokal spesifik. Hal ini mempunyai masalah malaria yang tersebar hampir dapat terjadi karena kondisi geografis yang khas di seluruh kecamatan dan termasuk dalam kategori dapat menimbulkan perubahan sifat hidup dan stratifikasi daerah endemis malaria tinggi dengan adaptasi Anopheles sp di daerah tersebut. Karena

Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 259,4%0 itu, upaya pemberantasan vektor malaria harus 1 pada tahun 2007 dan 234,18%0 pada tahun 2008. dilakukan sesuai dengan sifat-sifat biologik dan Puskesmas Maradesa di Kabupaten Sumba bionomik Anopheles sp yang terdapat di daerah tersebut. Tengah merupakan wilayah malaria tinggi dengan

*Loka Litbang P2B2 Waikabubak

62 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 Beberapa aspek bionomik yang penting orang petugas penangkap nyamuk (kolektor) dipahami adalah dinamika populasi, aktifitas pada 6 buah rumah dari jam 18.00 s/d 06.00, 3 Anopheles sp dan perilaku berkembang biak, orang kolektor dalam rumah dan 3 di luar rumah. mengigit dan istirahat karena masing-masing Kolektor tersebut duduk dengan celana digulung perilaku tersebut membutuhkan lingkungan yang sebatas lutut dan menunggu hingga nyamuk betina berbeda.' Apabila semua faktor yang dibutuhkan Anopheles sp hinggap pada anggota tubuh, dengan untuk perkembangan optimal Anopheles sp menggunakan aspirator kolektor menangkap terpenuhi maka kepadatan populasi vektor akan nyamuk yang hinggap dan dimasukkan pada meningkat. Kepadatan vektor merupakan salah monocup. Penangkapan ini dilakukan dilakukan satu faktor penting yang dapat menentukan tinggi selama 40 menit baik di dalam maupun di luar rendahnya kasus malaria maupun intensitas rumah. penularan karena dapat menentukan derajat kontak Selanjutnya, selama 10 menit kolektor orang dan vektor infektif" tersebut melakukan penangkapan nyamuk Pada umumnya upaya pengendalian malaria Anopheles sp betina yang sedang beristirahat di masih terfokus pada penemuan dan pengobatan dinding atau di tempat lembab di dalam rumah. penderita sedangkan aspek vektomya belum Metode ini juga menggunakan aspirator dan dilakukan secara maksimal. nyamuk hasil penangkapan diletakkan pada Dengan demikian, observasi penting monocup. dilakukan tentang beberapa aspek bionomik Di luar rumah penangkapan dilakukan 3 mengenai dinamika aktifitas Anopheles sp orang kolektor cara kerja dan waktu yang sama di daerah insiden tinggi malaria. Penelitian dengan metode di atas. Perbedaan terletak pada dinamika populasi bertujuan untuk mengetahui lokasi penangkapan. Penangkapan nyamuk tempat perkembangbiakkan, kepadatan, aktifitas dilakukan di luar rumah selama 40 menit kemudian mengigit dan istirahat Anopheles sp sehingga 10 menit berikutnya , penangkapan dilakukan dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya sedang istirahat di sekitar kandang temak. pengendalian di daerah tersebut. Nyamuk hasil penangkapan dipisahkan jam per jam secara rutin selama 12 jam, yang disertai Bahan dan Cara dengan pencatatan fluktuasi suhu dan kelembaban setiap jam penangkapan. Semua nyamuk hasil Keadaan Umum Lokasi penangkapan diidentifikasi berdasarkan kunci Lokasi penelitian merupakan daerah dengan identifikasi." topografi persawahan dan dikelilingi perbukitan Untuk mengetahui distribusi perkembang- yang terletak di kecamatan Umburatunggay biakan dilakukan pencidukan nyamuk pra dewasa kabupaten Sumba Tengah. Daerah ini terletak dengan menggunakan dipper. Nyamuk pra dewasa pada ketinggian 250 meter di atas permukaan berupa larva yang dijumpai pada berbagai jenis laut. Dengan luas wilayah (Maradesa) 40 km2 dan badan air yang terdapat pada lokasi berlangsung- (Bolubakat) 39,40 km2 Iklim dengan curah hujan nya kegiatan. Larva hasil pencidukkan dihitung 12 tahun terakhir, rata-rata mencapai 102,08 mm jumahnya dipindahkan ke botol vial dengan per tahun dengan hari hujan 7,31 hari. Temperatur menggunakan pipet dan diberi label terdiri dari tipe lingkungan selama penelitian berkisar 100e - 23°e perairan, tanggal dan nama lokasi. dengan kelembaban udara 67% - 86%. Mata pencaharian penduduk pada umumnya bertani. Selama proses pencidukan berlangsung disertai pula dengan pengukuran dan observasi Pengumpulan data melalui metode faktor lingkungan di sekitar tempat perindukkan. koleksi umpan badan orang dan istirahat dengan Pengukuran dilakukan pada faktor kimia berupa menggunakan aspirator, gelas plastik yang ditutup salinitas menggunakan refraktometer dan pH dengan kain kasa yang telah dilubangi, diberi menggunakan kertas indikator lakmus. Sedangkan kapas, dan diikat diikat dengan karet (monocup ), faktor biologi berupa biota yang terdapat di sekitar senter. dan badan air tempat perindukkan dan faktor fisik Metode penelitian uu dilakukan berupa tipe tempat perindukkan, kekeruhan dan penangkapan nyamuk numpan badan oleh 6 intensitas cahaya diketahui melalui observasi.

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 63 Larva hasil pencidukkan selanjutnya pada ujung karton dengan hati-hati agar ujung dipelihara hingga dewasa. Larva tersebut tersebut tidak melebihi scutum dan kakinya diatur diletakkan pada baki pemeliharaan yang telah ke arah jarum dengan pinset Selanjutnya, nyamuk diberi air vz volume. Peletakkan larva pada baki yang telah berada di jarum diletakkan pada kotak disesuaikan dengan tipe tempat perkembang- spesimen dan di beri label berisi nomor spesimen, biakkan. Selama pemeliharaan, larva diberi pakan tempat ditemukan dan tanggal penangkapan. larva berupa tepung daging sapi secukupnya. Pemberian pakan dilakukan setiap hari hinggga Hasil larva tersebut mencapai fase pupa. Dan juga dilakukan pembersihan SIsa pakan dengan 1. Komposisi dan jenis Anopheles sp menggunakan pipet. Jumlah Anopheles sp yang diperoleh Pupa yang terbentuk dipindahkan pada melalui penangkapan nyamuk dewasa monocup yang telah diberi air 1/3 volumenya. dengan metode umpan orang, dinding dan Setelah rata-rata 2 hari pupa tersebut kandang selama 12 jam di desa Maradesa bermetamorfosa menjadi dewasa. dan desa Bolubokat yang dilakukan pada bulan Agustus sebanyak 66 ekor dengan Nyamuk dewasa diambil dengan proporsi didominasi oleh An. aconitus menggunakan aspirator kemudian dipingsankan dengan nilai dominansi sebesar 125, dengan menggunakan klorofom. Nyamuk yang disusul An. vagus 38,5, An. kochi 24,5 telah pingsan diidentifikasi berdasarkan kunci dan An. barbirostris 7,6 sedangkan An. identifikasi.' tesselatus, An. flavirostris, An. maculatus, Nyamuk dewasa hasil identifikasi diawet- An.indefinitus masing-masing 1,5 (Tabel kan menggunakan metode cardpoint technique? 1). Nilai dominansi merupakan angka Nyamuk dewasa hasil identifikasi yang telah yang menunjukkan jumlah spesies yang pingsan diletakkan ke dalam cawan Petri. Nyamuk mendominasi total hasil penangkapan tersebut dimatikan dengan menutup cawan petri nyamuk Anopheles sp yang diperoleh selama ± 3 menit. Sambil menunggu, karton dengan mengalikan persentase kepadatan runcing dipasangkan pada jarum dan dorong spesies dari total nyamuk tertangkap sampai pangkal jarum. Pada ujung karton runcing (Kepadatan Nisbi/KN) dengan frekuensi dioleskan 2 sampai 3 kali cat kuku. Kemudian spesies (FS) yang merupakan jumlah kali nyamuk mati direkatkan pada ujung karton runcing tertangkapnya suatu spesies dalam jangka dengan merekatkan thorax sisi kanan nyamuk waktu tertentu.

Tabel 1. Komposisi Anopheles sp yang Tertangkap selama 12 Jam pada Berbagai Habitat dengan Metode Umpan Badan dan Koleksi Istirahat di Wilayah Puskesmas Maradesa, Agustus 2009

Umpan orang istirahat Kepadatan Dominansi No Spesies Jumlah Nisbi Frekuensi Dalam Luar Dinding Kandang Spesies (KN%) 8 13,6 1,8 24,5 An. Kochi 9 0 0 11,10% 88,90% 2 6 27 50 2,5 125 An.aconitus 33 0 0 8,20% 0,80% 3 An. 0 1,5 1,5 0 0 tesselatus 100% 4 An. 3 2 7,6 7,6 5 0 0 barbirostris 60% 40% 5 0 15 22,7 1,7 38,6 An. Vagus 15 0 0 100%

64 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 Lanjutan Tabel 1.

6 0 1 1,5 1,5 An. flavirostris 0 0 100% 7 0 1 1,5 1,5 An. maculatus 0 0 100% 8 0 1,5 1,5 An. Indefinitus 0 0 100% Total 66

_An. kochi

• An. aconitus

An. b a r-bl r-o s t ris - • • •

Grafik 1. Fluktuasi MengigitAnopheles sp selama 12 Jam di Wilayah Kerja Puskesmas Maradesa

2. Aktivitas Mengigit dan Istirahat Anopheles Perilaku istirahat dijumpai pada sekitar sp kandang terdiri dari 8 spesies yaitu An. kochi, An. Untuk mengetahui aktifitas mengigrt aconitus, An. tesselatus, An.barbirostris, An. vagus, Anopheles sp digunakan MBR (Man Biting Rate) An. flavirostris, An. maculatus dan An.indefinitus. sebagai tolok ukur yang dapat menunjukkan rata- Aktifitas berbeda pada setiap spesies, dimana rata jumlah Anopheles sp yang tertangkap pada An.aconitus ditemukan hampir sepanjang malam saaat mengigit orang atau hewan pada malam dengan kepadatan (Man Hour Densiry/MHD) hari baik sepanjang malam maupun kurun waktu paling tinggi pada pukul 01.00 sebesar 0,9 orang/ tertentu pada malam hari satuan per orang/ malam. j am, An. vagus ditemukan sejak pukul 20 .OOdengan Pada gambar 1 ditunjukkan, bahwa rata-rata puncak kepadatan pada pukul 01.00 dan 03.00 Anopheles sp mengigit orang (Man Biting Rate/ sebesar 0,7 orang/jam, An. aconitus kepadatannya MBR) hanya dijumpai di luar rumah oleh 3 spesies paling tinggi dijumpai pada pukul 01.00, An. yaitu An. aconitus, An. kochi dan An. barbirostris barbirostris hanya ditemukan pada pukul 19.00 dan dengan fluktuasi aktifitas mengigit berbeda pada 01.00 dengan kepadatan 0,2 orang/jam. Sedangkan ketiga spesies tersebut. An. kochi hanya dijumpai An tesselatus, An. flavirostris, An. maculatus dan pada pukul 19.00 (0,04 orang/jam), An.aconitus An. indefinitus hanya ditemukan sekali selama 12 pada pukul 19.00 (0,04 orang/jam) dan pukul 20.00 jam penangkapan dengan kepadatan sama sebesar kepadatannya meningkat sebesar 0,6 orang/jam 0,2 orang/jam (grafik 2). MHD merupakan tolok dan kembali menjadi 0,04 orang/jam pada pukul ukur yang digunakan untuk mengetahui rata-rata 04.00. Sedangkan An. barbirostris ditemukan jumlah Anopheles sp yang istirahat di dalam rumah sejak pukul 21.00 hingga 23.00 dengan kepadatan maupun di luar rumah dalam kurun waktu tertentu. yang sama (0,04 orang/jam).

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 65 3. Tempat Perindukkan kubangan kerbau, selokan, dan genangan air. Tujuh Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 11 spesies ditemukan di beberapa tempat perindukkan tempat perindukkan di lokasi penelitian dengan terdiri dari An. kochi, An. aconitus, An. tesselatus, berbagai tipe alami yang terdiri dari sungai kecil, An. barbirostris, An. vagus, An. annullaris dan rawa, sumber air dan beberapa tipe buatan yang An. indefinitus. Kepadatan jentik paling tingggi mencakup kobakan, sawah, irigasi non permanen, pada kubangan (13,1) dengan kehadiran 7 spesies tempat penampungan air di kebun, kolam, sedangkan kepadatan paling rendah pada tempat penampungan air di kebun sayur sebesar (0,13).

1 0,9 0,8 _An. kochi 0,7 _An. .a c cs r-tim.r s 0,6 0,5 _ An. -t ees s eele t crs 0,"- .An. lo e r-joir-cs s-t r-l s 0,3 .An_vagus 0,2 I I II I _An. tf eavt r-css-t r-t s 0,1 • I I I. III I I I • I I I. III I I I I I II I ° An. rr-r e c crle-t cr s _An. lr-t cl eeft r-tit crs

Grafik 2. Aktifitas Istirahat Anopheles sp Selama 12 Jam di Wilayah Puskesmas Maradesa

Tabel 2. Jumlah dan Kepadatan Larva Anopheles sp pada Berbagai Tipe Perindukkan di Puskesmas Maradesa, Bulan Agustus 2009

Total Total Kepadatan Jentik Anopheles Kematian Tipe No Hidup Anopheles Perindukkan Ciduk Jentik jentik/ciduk 1 2 3 4 5 6 7 0/0 sp 1 Kobakan 30 138 4,6 22 1 1 2 49 4 5 84 54 39% 2 Sungai kecil 40 19 0,48 3 7 1 6 2 19 0 0 3 Sawah 20 30 1,5 1 1 1 6 9 21 70% 4 Irigasi non 20 23 1,15 9 10 13 56,50% permanen 5 Tempat 10 13 0,13 5 2 7 6 46,20% penampungan air di kebun sayur 6 Kolam 10 5 0,5 1' 3 2 40% 7 Kubangan kerbau 10 131 13,1 25 3 3 31 100 76% 8 Selokan 10 14 1,4 6 2 4 13 1 7,14% 9 Genangan air 10 9 0,9 2 3 6 66,70% 10 Rawa 10 6 0,6 2 2 4 66,70% 11 Sumber air 10 14 1,4 Ket i. An. kochi 5. An. Vagus 2. An.aconitus 6. An. Annullaris 3. An. tesselatus 7. An. Indefinitus 4. An. barbirostris

66 Media Litbang Kesehatan Volume 2i Nomor 2 Tahun 2011 Tabel 3. Faktor Lingkungan Abiotik dan Biotik Tempat Perindukkan Anopheles sp di Wilayah Puskesmas Maradesa

No Tipe tempat pH Salinitas Kekeruhan intensitas Biota Perindukkan Cahaya I Kobakan 7 0 Keruh Heliofilik 2 Sungai kecil 7 0 Jeruih Heliofilik Tumbuhan berkayu, Enteromorpha sp, Dysticidae sp, Hydrilla sp,Rana sp,Gerris sp,Nimfa 3 Sawah 7 o Keruh Heliofilik capung Panchax sp, Irigasi non Enteromorpha sp, Alligatorweed, Pistia 4 permanen 7 o Jeruih Heliofilik sp Salvinia sp, ipomeae aquatica, Colacasia esculenta, Monocaharia vagina lis Panchax sp, Belostoma sp 5 Penampungan air 7 o Jeruih Heliofilik Hydrocortile sp, Helix pomata (kebun sayur) 6 Kolam 8 o Keruh Heliofilik Ipomeae aquatica, cantella asiatica, Monocharia vagianalis, Gerris sp

7 kubangan kerbau 8 0 Keruh Heliofilik o 8 Rawa 7 0 Jeruih Heliofilik Rumput, siput, Panchax sp Cantella asiatica, Hydrocortile sp, 9 Parit 8 0 Jeruih Heliofilik siput, Belostoma sp, Gerris sp, nimfa capung 10 Genangan 7 0 Jeruih Heliofilik Rumput, Belostoma sp 11 Sumber air 8 0 Jeruih Heliofilik Enteromorpha sp, Rana sp

Pada Tabel 3 diperlihatkan bahwa faktor luar rumah dan istirahat di luar rumah sekitar abiotik pada semua tempat perindukkanAnopheles kandang temak, sedangkan metode umpan badan sp yang dijumpai di lokasi penelitian memiliki di dalam rumah dan yang beristirahat di dinding pH antara 7-8, salinitas Oo/oo heliofilik serta nihil. Secara visual komposisi spesies terdiri dari seimbang antara jumlah perairan yang keruh dan Anopheles kochi, Anopheles aconitus, Anopheles jernih. Hampir di setiap habitat ditemukan biota tesselatus, Anopheles barbirostris, Anopheles baik flora terdiri, Enteromorpha sp, Hydrilla sp, vagus.Anophelesflavirostris, Anopheles maculatus Pistia stratiotes, Salvinia sp, Ipomeae aquatica, dan Anopheles indefinitus. Proporsi terbesar dari Colacasia esculenta, Monocharia vaginalis, kedelapan spesies tersebut didominasi oleh An. Hydrocortile sp, Ipomeae aquatica, Cantella aconitus (50%), disusul An. vagus (22,7%), An. asiatica dan fauna terdiri dari Rana sp, Gerris kochi (13,6%) danAn. barbirostris (7,6 %). sp, Nimfa capung, Panchax sp, Belostoma sp, Aktifitas mengigit ketiga spesies (An. Dysticidae sp, Helix pomata aconitus, An. barbirostris, An. kochi) cenderung eksofagik karena hanya aktif di luar rumah yang Pembahasan didominasi oleh An. aconitus. Dengan fluktuasi yang berbeda pada masing-masing spesies, di Spesies nyamuk yang ditemukan hanya mana An. Aconitus ditemukan setelah matahari melalui metode penangkapan umpan badan di terbenam dengan puncak kepadatan antara pukul

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 67 20.00-21.00 dan pada jam-jam berikutnya tidak konstruksi rumah,jumlah penghuni dan temak akan ditemukan kemudian pada pukul 04.00-05.00 mempengaruhi kontak nyamuk dengan manusia di muncul kembali. An. barbirostris ditemukan hanya suatau daerah.' Selain itu juga dipengaruhi oleh pada sekitar pukul 21.00- 23.00 Sedangkan An. kemampuan internal dari organisme itu sendiri kochi ditemukan hanya pada pukul 19.00-20.00. seperti kemampuan orientasi dari masing-masing Sifat eksofagik ini juga dimiliki oleh ketiga spesies spesies untuk menemukan lingkungan yang yang sama di jepara. 3 optimum dalam periode mencari sumber pakan. Perilaku istirahat setiap spesies dijumpai Berdasarkan Marquartdt (1996)8 diketahui bahwa pada tumbuhan di sekitar kandang temak kerbau aktifitas nyamuk dalam mendekati inang yang sehingga cenderung eksofilik dengan sebaran potensial merupakan aktifitas acak sederhana kepadatan populasi yang berbeda pada setiap dari betina yang disebabkan oleh penciuman dan 8 spesies. Pada gambar 2 menunjukkan An. aconitus isyarat yang dapat dilihat. spesies yang paling tinggi kepadatannya disusul An. Nyamuk yang telah dikonfirmasi sebagai kochi dan An. vagus. Dimana fluktuasi kehadiran vektor di NTT adalah An. barbirostris sedangkan masing-masing spesies juga berbeda, An. aconitus yang diduga sebagai vektor adalah An. flavirostris, danAn. vagus ditemukan sepanjang malam hingga An. aconitus, An. maculatus. An. Aconitus hanya menjelang pagi sedangkan An. kochi ditemukan terbukti sebagai vektor di daerah pulau jawa setelah matahari terbenam kemudian pada tengah Penelitian di Timor membuktikan bahwa An. vagus malam dan muncul kembali menjelang pagi. An terbukti mengandung sporosait. Namun sejauh ini barbirostris ditemukan setelah matahari terbenam jenis nyamuk ini belum dinyatakan sebagai vektor kemudian selanjutnya tidak ditemukan lagi dan malaria sedangkan di flores telah terbukti sebagai muncul kembali pada tengah malam. vektor W Brancofti? Berdasarkan tes Elisa pada Kedua aktifitas tersebut merupakan hasil nyamuk An. maculatus (Jawa Tengah), An. kochi interaksi Anopheles dengan lingkungannya dan An. tesellatus (Sumatera), An. kochi dan An. dengan bantuan reseptor dan efektor. Aktifitas barbirostris (Sulawesi) hasilnya positif. 10 Hal mengigit dan istirahat delapan spesies tersebut ini mengindikasikan bahwa pada setiap daerah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dengan topografi dan lingkungan yang berbeda karena menurut Guide (2003) 6 spesies ini dalam jenis Anopheles yang berperan sebagai vektor juga mempertahankan kelanggengan genetisnya mem- berbeda. butuhkan pakan darah yang diperoleh melalui Walaupun variasi spesiesnya cukup tinggi aktifitas mengigit dengan beberapa altematif tetapi kepadatan populasinya sangat rendah hal obyek seperti manusia dan beberapa spesies ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mamalia yang dapat dilakukan di dalam dan juga setempat. Dimana curah hujan pada bulan di luar rumah." Menurut Hiswani (2004) setelah Agustus sepanjang 10 tahun terakhir adalah nol. aktifitas tersebut dilakukan, dilanjutkan dengan Temperatur dan kelembaban lingkungan pada saat aktifitas istirahat yang dilakukan secara temporer dilakukan penangkapan nyamuk berkisar 10-23 "C pada saat aktifitas mengigit sementara berlangsung dan 67 -86%. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan dan dapat dijumpai pada dinding dalam rumah habitat perkembangbiakkan yang minim di daerah dan juga di lingkungan sekitar kandang temak. penelitian. Menurut Serviced (2002) fluktuasi Kemudian dilanjutkan dengan istirahat tetap yang musiman seperti curah hujan, kelembaban dan dilakukan selama menunggu proses peletakkan suhu mempengaruhi tingkat ketahanan Anopheles telur." Pada fase ini nyamuk sering mempunyai dan jumlah populasinya. Pada umumnya di negara relung yang spesifik seperti pada berbagai vegetasi tropis perkembang-biakkannnya berlangsung di habitat perairan, tebing-tebing di sekitar sumber sepanjang tahun dan angkanya menurun pada air, sungai. Intinya berbagai tempat yang memiliki musim kemarau hal ini berkaitan dengan minimnya kelembaban yang cocok untuk perkembangan keberadaan habitat tempat perkembangbiakkan.' dewasa tersebut. Habitat tempat perkembangbiakkan yang Spesies yang dijumpai cenderung eksofagik dijumpai terdiri dari kobakan, sungai kecil,sawah, dan endofagik. Hal ini dipengaruhi oleh multi faktor irigasi tidak permanen, tempat penampungan air menurut Munif (2004)3 bahwa keadaan bentuk di kebun sayur, kolam, kubangan kerbau, selokan,

68 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 genangan air, sumber air dan rawa dengan spesies sehingga hal ini memungkinkan hewan air seperti yang dijumpai pada masing-masing habitat sama ikan dan serangga air dapat hidup dengan baik dengan spesies yang dijumpai pada penangkapan dan memangsa larva yang terdapat di habitat yang nyamuk dewasa tetapi An. maculatus dan An. sama.l':" flavirostris tidak ditemukan sedangkan spesies Ikan kepala timah merupakan pemakan lain yang muncul adalah An. anullaris (tabel 3). larva nyamuk dan juga keberadaan ikan pada Dengan demikian, kegiatan pencidukkan larva tempat perindukkan mempengaruhi kepadatan selain untuk mengetahui tempat perkembang- larva nyamuk, makin banyak ikan maka kepadatan biakkan pra dewasa juga untuk mengetahui spesies larva semakin kecil demikian pula sebaliknya. 13,14 yang tidak tertangkap pada saat penangkapan Oleh karena itu, dengan mengetahui jenis nyamuk dewasa dilakukan. nyamuk dan berbagai aktifitasnya di daerah Salinitas pada masing-maing habitat staratifikasi endemisitas tinggi malaria merupakan perairan adalah sama O%o' Hal ini menunjukkan langkah awal dalam usaha pengendalian malaria bahwa perairan yang merupakan habitat larva yang ditularkan oleh serangga ini. berkembang termasuk jenis perairan air tawar. Hal Spesies yang dijumpai pada penelitian ini ini Sesuai dengan nilai salinitas perairan tawar didominasi oleh berbagai spesies yang di daerah lain biasanya kurang dari 0,5% 11 0 sudah terbukti sebagai vektor seperti An. aconitus Hasil pengukuran pH di lokasi penelitian dan An. barbirostris yang cenderung eksofagik, berkisar 7-8, kondisi ini ideal untuk perkembangan dengan aktifitas mengigit lebih banyak dijumpai larva karena menurut Effendi (2003) bahwa pada pukul 20.00, dimana aktifitas masyarakat sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH di luar rumah masih tinggi. Langkah preventif antara 7-8,5Y yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi Kondisi perairan pada umumnya jernih berbagai aktfitas di luar rumah dan apabila aktifitas dan bersifat heliofilik hal ini mempengaruhi tetap berlangsung diupayakan untuk menggunakan keberadaan oksigen terlarut. Apabila air jernih krim anti nyamuk. Langkah ini bertujuan untuk tidak akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam mengurangi atau menghindari gigitan nyamuk air sehingga proses fotosintesis tidak terganggu dan sehingga pakan darah yang dibutuhkan untuk akan mempengaruhi kepadatan larva di perairan perkembangan telur sulit diperoleh dan juga proses tersebut. transmisi tidak berlangsung. Distribusi masing-masing spesies pada Aktifitas lain yang tervisualisasi pada habitat perkembangbiakkan berbeda terlihat penelitian ini adalah aktifitas istirahat sementara bahwa An. kochi, An. vagus dan An. barbirostris yang dilakukan pada saat aktifitas mengigit terdistribusi hampir di semua habitat yang berlangsung. Area yang dijumpai nyamuk hanya ditemukan. Sedangkan habitat denganjenis spesies di luar rumah. Di dinding kandang temak kerbau yang beragam dan kepadatan jentik yang tinggi yang materialnya berupa batu, temak sapi yang ditemukan pada kobakan. Hal ini disebabkan oleh tidak dikandangkan, vegetasi yang berada di ketidakhadiran fauna akuatik lain yang berpotensi sekitar kandang. Metode pengendalian yang dapat sebagai musuh alami, karena larva dapat hidup diaplikasikan yaitu pengelolaan lingkungan yang bebas tanpa ancaman predasi dari hewan akuatik baik. Dengan membersihkan berbagai macam yang berpotensi predator. Kondisi ini juga vegetasi liar yang berada di sekitar kandang temak ditemukan di kubangan kerbau memiliki populasi atau rumah penduduk sehingga tidak tersedia jentik yang tinggi tetapi hanya satu spesies. tempat yang sesuai bagi nyamuk tersebut untuk Sedangkan pada habitat lainnya kepadatan jentik beristirahat sementara yang dilakukan pada saat lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh kehadiran aktifitas mengigit sedang berlangsung. biota baik fauna maupun flora akuatik. Keberadaan Berbagai jenis tempat perindukkan yang biota akuatik dapat menjadi faktor pembatas dijumpai juga sangat penting sebagai acuan dalam kelangsungan hidup larva dalam ekosistem melakukan pengendalian fase akuatik yaitu dengan perairan. Karena menurut keberadaan flora akuatik memodifikasi lingkungan melalui pengeringan, akan mempengaruhi keberadaan oksigen yang penimbunan, mengalirkan aliran air tergenang, dibutuhkan biota perairan tersebut untuk hidup pengeringan sawah secara berkala, pembersihan

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011 69 tumbuhan air. Selain itu, pemanfaatan musuh 3. Amrul munif.,Dinamika Populasi Anopheles alami dan larvisida sangat membutuhkan informasi aconitus kaitannya dengan prevalensi malaria mengenai tempat perindukkan sehingga upaya di kecamatan Cineam, Tasikmalaya.,Media tersebut tepat sasaran. litbang Kesehatan volume XIV nomor (4).,2004 4. Arwati S dan C.T.0'Connor.,Kunci bergambar Kesimpulan dan Saran untuk Anopheles sp betina dari lndonesia, Anopheles sp yang dijumpai cukup bervariasi Direktorat Jenderal P3M Departemen terdiri dari An. kochi, An. aconitus, An. tesselatus, Kesehatan., 1976 An. barbirostris, An. vagus, An. flavirostris, 5. Astri Maharani., Pembuatan specimen An. maculatus, An. indefinitus, An. annularis. nyamuk dan jentik., Modul Entomologi Dengan perilaku mengigit dan istirahat cenderung Dasar. 2006 eksofagik dan eksofilik. Didukung oleh tempat 6. Leamer's Guide., Malaria Entomology and perkembangbiakan yang cenderung terbentuk Vector Control trial edition., 2003 karena aktifitas manusia dan hewan temak. 7. Hiswani., Gambaran Penyakit dan Vector Gambaran ini sangat penting dipahami Malaria di lndonesia., 2004 sebagai acuan dalam upaya pengendalian yang tepat 8. William C. Marquartdt. Introduction to sasaran. Langkah selanjutnya adalah menemukan Arthropods as Vector., 1996 informasi tentang spesies yang menjadi vektor 9. Harjani, A.M, Atmosoedjono.S dan Rita malaria di daerah tersebut karena jenis nyamuk M.D.,Penentuan Vector Malaria di flores. 1983 yang dijumpai pada daerah tersebut sebagian telah 10. Abednego H.M dan Thomas T., Mosquito terbukti sebagai vektor didaerah lain. Bome Disease Status and Control., Seminar on Vector Control by moleculer technology., 1998 11. Effendi.H.TelaahKualitas air bagi Pengelolaan Ucapan Terimakasih Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.,2003 Ucapan terimakasih disampaikan kepada 12. Anonim., Direktorat jenderal Pencegahan kepala Loka Litbang P2B2 Waikabubak, kepala dan Pemberantasan Penyakit Menular dinas kesehatan Kabupaten Sumba Tengah, Kepala Malaria. ,2001 Puskesmas Maradesa serta semua pihak yang telah 13. Soekimo., M Bang J.H., Sudomo., Pamayun membantu dalam pelaksanaan penelitian. CP, and G.A. Fleming Bionomic of sundaicus and other Anophelines associated with malaria coastal area ofbali (Indonesia)., Daftar Pustaka Sirkuler WHO IVBC/83.885., 1983 1. Anonim., Laporan Kasus Malaria Kabupaten 14. Setyaningrum.E.,Aspek Ekologi Tempat Sumba Tengah.,2008 Perindukkan Nyamuk Anopheles sundaicus 2. M.W.ServicedandH. Townson., TheAnopheles di Pulau Legundi Padang Cermin, vector, Essential malariology fourth edition., Lampung.,Jumal manajemen dan Kualitas Arnold intemational student's.,2002 Lingkungan Vol 1(3).,1998

70 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011