Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

PENGEMBANGAN KONSTRUK INSTRUMEN HASIL PEMBELAJARAN PRAKTIK KARAWITAN JAWA

Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Insitut Seni Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini mengembangkan instrumen hasil pembelajaran praktik karawitan Jawa dari perspektif keterampilan dan sikap. Perspektif keterampilan menilai kemampuan peserta didik menyelaraskan komponen pembelajaran (melodi, /tempo, dan bunyi/nada); sedangkan perspektif sikap menilai pemahaman, penghayatan, dan pengamalan komponen pembelajaran tersebut. Langkah-langkahnya meliputi pengembangan produk, validasi produk, implementasi produk, dan analisis data. Pengembangan produk meliputi pengembangan instrumen keterampilan dan pengembangan instrumen sikap; validasi produk menguji produk dalam diskusi kelompok terfokus, seminar instrumen, dan validasi ahli; implementasi produk adalah mengaplikasikan instrumen dalam uji coba skala kecil dan skala besar serta uji coba utama; sedangkan analisis datanya menggunakan uji kecocokan model. Hasil uji kecocokan model menyatakan bahwa model dinyatakan fit dengan koefisien korelasi antara 0,90 hingga 0,98 dan muatan faktor antara 0,62 hingga 0,91. Instrumen menghasilkan informasi kemampuan menyelaraskan melodi, irama, dan bunyi ricikan serta karakteristik tabuhan peserta didik dari perspektif dan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan komponen pembelajarannya. Kata kunci: karawitan, penilaian, keterampilan, sikap

DEVELOPING AN INSTRUMENT CONSTRUCT FOR ASSESSING THE JAVANESE KARAWITAN LEARNING OUTCOME

Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Insitut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta [email protected], [email protected] Abstract This study developed an instrument for assessing learning achievement of Javanese karawitan practice from the perspectives of skill and attitude. The skill perspective evaluates the students’ ability to harmonize the learning components (melody, rhythm/tempo, and sound/tone); while the attitude perspective evaluates their understanding, comprehension, and application of those learning components. The steps in doing the research include product development, product validation, product implementation, and data analysis. Product development includes developing the skill instruments and developing the attitude instruments; while product validation includes testing the product in focus group discussion, seminar for the instruments, and expert judgment. Product implementation is applying the instrument in small-scale and large-scale tests as well as main testing, while the data analysis used model fitness test. The result of model fitness test shows that this model is fit with correlation coefficient from 0.90 to 0.98 and content factor from 0.62 to 0.91. The instrument has yielded information concerning the ability of students to harmonize melody, rhythm, and the ricikan and tabuhan sounds from the perspectives of understanding, comprehending, and applying the learning components. Keywords: karawitan, assessment, skill, and attitude

168 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pendahuluan bagi peserta didik karena dapat dijadikan Instrumen hasil pembelajaran praktik bahan menentukan strategi belajarnya, se- karawitan Jawa di perguruan tinggi seni dangkan bagi pendidik sebagai bahan untuk Indonesia pada saat ini belum ideal. Alat menentukan strategi mengajarnya. Strategi ukur tersebut memberi keleluasaan kepada yang dimaksud misalnya menentukan fokus penguji untuk menafsirkan hasil pembel- belajarnya peserta didik atau bagi pendidik ajaran tersebut sesuai persepsi masing- digunakan untuk menentukan fokus peng- masing. Hasil interviu dengan tiga pengajar ajarannya. Hasil penilaian demikian belum di ISI Surakarta dan ISI Yogyakarta me- dapat difungsikan sebagai (a) umpan balik nunjukkan bahwa mereka mengukur hasil yang efektif bagi peserta didik; (b) men- pembelajaran dengan menggunakan per- dorong peserta didik belajar mandiri; (c) spektif, dimensi, dan sistem penskoran umpan balik guru untuk memperbaiki pem- masing-masing. belajarannya; (d) bahan pengajar memahami Djoko Maduwiyoto, pengajar jurusan pengaruh evaluasi (penilaian) terhadap mo- Karawitan ISI Yogyakarta (wawancara tang- tivasi siswa dan kepercayaan dirinya; (e) pe- gal 22 Januari 2011), menggunakan dimensi serta didik melakukan monitoring dan korek- hafalan (gending), bener (kesesuaian melodi si diri serta mendorong terciptanya life long dan ritme), tingkat keterampilan, dan kualitas learning (Zamroni, 2004, p.42). tabuhan; Bambang Sri Atmojo, teman Djo- Hasil penilaian tersebut seharusnya ko Maduwiyoto (wawancara tanggal 12 Ja- berisi informasi tentang perolehan pengeta- nuari 2011), menggunakan dimensi hafalan huan, keterampilan, dan perilaku (Suminto, (gending), teknik (cara memainkan alat mu- 2004, p.17) atau mutu proses pembelajaran, sik), dan rasa; sedangkan Darno (pengajar Ju- seberapa tepat proses belajar itu dilaksa- rusan Karawitan ISI Surakarta) (wawancara nakan (Sodikun, 2004, p. 87). Johnson dan tanggal 24 Mei 2012) menggunakan hafalan, Johnson (2002, p.3) menambahkan sistem kualitas melodi, kualitas bunyi, dan tempo. penilaian yang ideal menghasilkan informasi Meskipun mereka mengggunakan di- (a) tentang tujuan penilaian yang berguna mensi pengukuran jamak, hasil penilaiannya bagi pemangku kepentingan; (b) terdiri atas tidak mencerminkan dimensi-dimensi yang prosedur yang mudah dimengerti; (c) me- dimaksud. Hasil penilaiannya berupa skor nyediakan petunjuk yang jelas bagi pening- tunggal ricikan. Skor-skor tersebut, karena katan kualitas pembelajaran dan pengajaran. belum ada pedoman penskoran, masing- Informasi hasil pembelajaran yang masing penguji menggunakan sistem pen- baik juga dapat digunakan untuk memben- skoran berbeda, misalnya menggunakan tuk opini publik, membantu pelaksanaan huruf (A, B, C, dan seterusnya), gabungan evaluasi (kualitas) guru, dan alat klarifikasi huruf dengan tanda plus dan minus (B+, A-, perhatian guru mengajar. Pembentuk opini dan seterusnya), angka dalam ukuran pecah- publik maksudnya informasi keberhasilan an (3,81, 3,50, 3,75, dan seterusnya) atau sekolah dalam melaksanakan pembelajaran angka tanpa pecahan (2, 3, 4, 1), dan lain- yang ditandai dengan prestasi anak didik lain. Aplikasi sistem penskoran tersebut, mi- mampu membentuk nama baik sekolah. salnya skor 3,85, skor 3, skor Kedua pelaksanaan penilaian dapat diguna- gender barung C+, dan sejenisnya. Skor-skor kan untuk mengevaluasi kinerja guru, misal- tersebut dijumlah dan dikonversi menjadi nya ketika guru diperintah membuat pretest nilai hasil pembelajaran praktik karawitan. dan postest dapat diketahui seberapa besar Hasil penilaian tersebut belum dapat sistem pembelajarannya didukung. Meng- digunakan secara optimal bagi pengembang- ukur perhatian guru dapat dilihat dari hasil an pendidikan; karena belum menghasilkan penilaian, maksudnya ketika guru meng- informasi tentang kompetensi dasar yang inginkan hasil pembelajarannya bagus mere- telah dan belum dicapai peserta didik (Mar- ka akan memfokuskan pada pengembangan dapi, 2004, pp.75-76). Informasi ini penting pembelajarannya (Popham, 1995, pp.8-12).

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 169 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Uraian di atas memberi gambaran mentasi produk. Subjek penelitian tahap bahwa informasi penilaian hasil pembel- pengembangan adalah mereka yang terlibat ajaran mempunyai peran penting bagi pe- dalam Focus Group Discussion, Seminar In- ngembangan pendidikan. Hasil penilaian strumen, dan Validasi Ahli; sedangkan sub- merupakan salah satu bahan penting untuk jek penelitian tahap implementasi produk menentukan arah pembelajaran, bahan eva- adalah mereka yang terlibat dalam uji coba luasi pembelajaran, dan lain sebagainya. lapangan. Mengingat sangat penting posisinya terse- Subjek penelitian dalam Focus Group but, pengembangan instrumen hasil pem- Discussion (FGD) terbagi dalam subjek pene- belajaran tersebut merupakan kebutuhan litian FGD 1 dan subjek penelitian FGD 2. mendesak. Terkait dengan hal tersebut, pe- Subjek penelitian FGD1 adalah pengajar dan ngembangan konstruk instrumen penilaian pengelola jurusan Karawitan ISI Surakarta, hasil pembelajaran Karawitan Jawa merupa- tokoh karawitan gaya Surakarta, dan ahli kan hal yang urgen. karawitan Jawa; sedangkan subjek penelitian Tujuan penelitian ini merancang in- FGD 2 adalah pengajar dan pengelola jurus- strumen hasil pembelajaran rebab, kendang, an Karawitan, pengajar jurusan Tari, peng- dan gender barung. Dua permasalahan di- ajar Etnomusikologi ISI Yogyakarta, tokoh bahas dalam diskusi ini, yaitu bagaimanakah karawitan gaya Yogyakarta dan Surakarta, konstruk penilaian hasil pembelajaran re- Ahli Pendidikan Seni, Ahli Karawitan Jawa, bab, kendang, dan gender barung dan bagai- dan Widya Iswara dari P4TK Yogyakarta. manakah instrumen hasil pembelajaran re- Subjek penelitian Seminar Instrumen bab, kendang, dan gender tersebut. adalah dua ahli evaluasi pendidikan dan sepuluh mahasiswa S3 Program Pascasar- Metode Penelitian jana Universitas Negeri Yogyakarta; subjek validasi ahli adalah ahli pendidikan seni, ahli Metode penelitian yang digunakan evaluasi pendidikan, dan ahli karawitan Jawa; dalam penelitian pengembangan konstruk sedangkan subjek implementasi produk di- instrumen hasil pembelajaran praktik kara- bedakan dalam subjek uji coba lapangan witan Jawa ini dapat dijelaskan sebagai skala kecil, subjek uji coba skala besar, dan berikut. subjek uji coba utama. Subjek penelitian uji Penelitian pengembangan konstruk coba skala kecil adalah 30 orang mahasiswa instrumen hasil pembelajaran praktik kara- semester dua dan tiga orang dosen jurusan witan Jawa merupakan jenis penelitian pe- Karawitan ISI Surakarta; subjek uji coba ngembangan. Menurut Borg & Gall (1983, skala besar adalah dua puluh tiga orang p.772) penelitian pengembangan adalah se- mahasiswa semester dua dan tujuh orang rangkaian kegiatan penelitian yang terdiri mahasiswa semester empat, dan tiga orang atas kegiatan mengembangkan dan mem- pengajar; sedangkan subjek uji coba utama validasi produk pendidikan melalui reviu adalah mahasiswa semester dua lima puluh temuan penelitian terkait, mengembangkan tujuh orang mahasiswa, mahasiswa semester produk berdasarkan temuan, mengujicoba- empat 29 orang mahasiswa, dan mahasiswa kan hasil rancangan, merivisi untuk perbaik- semester enam tiga belas mahasiswa jurusan an hingga ditemukan model ideal. Karawitan ISI Surakarta dan tiga dosen. Penelitian pengembangan ini dilaksa- Gending yang diujicobakan dalam uji nakan mulai tanggal 18 April 2011 sampai coba skala kecil adalah gending Ketawang dengan tanggal 15 Desember 2013. Pe- Subakatawa Laras Sanga, se- nelitian diadakan di Jurusan Karawitan, Fa- dangkan pada uji coba skala besar dan uji kultas Seni Pertunjukan, Institut Seni In- coba utama adalah gending Ketawang Suba- donesia Surakarta. katawa Laras Slendro Pathet Sanga, dan Subjek penelitian ini dikelompokkan gending Ladrang Wilujeng Laras Slendro ke dalam subjek penelitian tahap pengem- Patet Manyura. bangan dan subjek penelitian tahap imple-

170 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Prosedur penelitian pengembangan coba skala kecil, uji coba skala besar, dan ini meliputi pembentukan tim perancang implementasi. produk awal, penumpulan data awal, pe- nyusunan produk awal (instrumen keteram- Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil pilan dan instrumen sikap), dan uji coba Pembelajaran Praktik Karawitan produk. Tim perancang produk awal di- bentuk dengan susunan kepengurusan ketua Pengembangan konstruk instrumen Suraji (ketua Jurusan Karawitan ISI Sura- hasil pembelajaran praktik karawitan me- karta), sedangkan anggotanya adalah Darno rupakan kegiatan menemukan dimensi (Sekretaris Jurusan Karawitan ISI Sura- pengukuran dan indikator (Azwar, 2005, karta), Hadi Budiono (Kepala Studio Jurus- p.16) hasil pembelajaran tersebut. Dimensi an Karawitan ISI Surakarta), Rusdiantoro pengukuran hasil pembelajaran praktik kara- (Pengajar Jurusan Karawitan ISI Surakarta), witan Jawa berupa dimensi keterampilan dan Budi Raharja (peneliti). dan dimensi sikap memainkan Tim bertugas merancang produk awal Jawa. dan merevisinya berdasarkan masukan yang didapat selama proses penelitian. Sesuai Pengembangan Konstruk Instrumen Kete- dengan pokok permasalahan yang diangkat rampilan dalam penelitian ini, produk yang dirancang Pengembangan konstruk instrumen berupa instrumen keterampilan dan instru- hasil pembelajaran keterampilan pada dasar- men sikap memainkan rebab, kendang, dan nya adalah pengukuran komponen-kompo- gender barung. Pengembangan meliputi pe- nen dalam bekerja sama menggarap gending rancangan konstruk instrumen dan peran- Jawa. Komponen tersebut, karena merupa- cangan instrumen hasil pembelajaran. kan pembelajaran musik, dapat diidentifikasi Pengumpulan data awal merupakan dengan menggunakan pendekatan kompo- pengumpulan data yang berhubungan de- nen musik dan komponen khusus pembel- ngan data untuk penyusunan draf awal ajaran tersebut. instrumen keterampilan memainkan rebab, Menurut Scruton (1999, p.309) kom- kendang, dan gender barung. Data yang di- ponen musik terdiri atas melodi, ritme, dan maksud adalah data hasil pembelajaran harmoni; sedangkan komponen khusus praktik karawitan Jawa hasil pengamatan pembelajaran praktik karawitan adalah tek- kelas dan data teori gerak. Keduanya digu- nik karawitan. Berdasarkan diskusi tersebut nakan sebagai bahan penyusunan draf awal komponen hasil pembelajaran praktik kara- instrumen keterampilan hasil pembelajaran witan adalah melodi, harmoni, ritme, dan praktik karawitan Jawa. Hasil pengem- teknik karawitan. bangan instrumen keterampilan tersebut di- Melodi adalah satu kesatuan pergerak- jadikan dasar penyusunan instrumen sikap an nada yang menjadi jiwanya musik. Wujud memainkan rebab, kendang, dan gender melodi adalah pergerakan naik dan turun, barung. cepat dan lambat nada dalam ruang dan Hasil rancangan diujicobakan dalam waktu (Machlis, 1955, p.14). Melodi me- uji konseptual dan uji coba lapangan. Uji rupakan ide utama musik atau objek utama coba konseptual dilakukan dalam Diskusi yang didengar dan menjadi faktor penting Kelompok Kerfokus (Focus Group Discussi- dalam ritme dan harmoni. Susunan nada on), seminar instrumen, dan uji lapangan. tersebut membentuk fungsi nada (nada diskusi kelompok terfokus diselenggarakan kuat, nada lemah, dan sejenisnya) dan in- dua kali (diskusi kelompok kerfokus 1 dan terval atau jarak antarnada. diskusi kelompok terfokus 2), seminar in- Melodi-melodi tersebut diwadahi da- strumen dan validasi oleh ahli masing- lam satuan ketukan. Satuan ketukan melodi masing dilakukan satu kali, sedangkan uji musik Barat disebut birama; yaitu susunan lapangan dilakukan dalam tiga tahap, uji ajeg (sejumlah ketukan) yang terikat oleh

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 171 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan sistem tekanan tetap (Prier, SJ., 1991, p.90) tama (kiri) diselaraskan dengan nada nem (6) yang membentuk pola ketukan berat dan dan nada kawat kedua (kanan) diselaraskan ringan yang dalam musik Barat ketukan dengan nada loro (2). Masalah penting dalam terberat terletak di ketukan pertama. steman rebab adalah keselarasan dan ke- Melodi karawitan Jawa (gending Jawa) jernihan bunyi rebab; keselarasan bunyi terdiri atas melodi pokok dan melodi ricikan. rebab adalah kesesuaian antara nada rebab Melodi pokok, disebut juga gen- dengan nada gamelan atau ricikan lain; se- ding, adalah susunan nada yang membentuk dangkan kejernihan bunyi rebab adalah me- kerangka gending; sedangkan melodi ricikan nyatunya (kempel) bunyi dua kawat rebab adalah cengkok atau pola melodi yang di- tersebut. mainkan oleh rebab dan gender barung atau Teknik kosokan adalah cara meng- pola tabuhan yang dimainkan oleh gesek kawat rebab. Hal penting dan perlu barung, bonang penerus, dan penerus diperhatikan dalam menggesek kawat rebab untuk menghias melodi pokok. adalah penggesekan tidak dilakukan di posi- Melodi pokok karawitan dirangkai si mati; tempat getar kawat yang pada rebab dalam kesatuan empat ketukan dan disebut yang terletak di bagian atas, dekat srenten gatra. Setiap gatra balungan gending terdiri atau penyangga kawat rebab. Penggesekan atas empat jenis ketukan, yaitu ketukan sa- pada tempat tersebut menghasilkan bunyi ngat lemah (ketukan pertama dan ketiga), rebab ngerik, bunyi tidak nyaring (“ngik” ketukan kuat (ketukan kedua), dan ketukan ”ngik”). sangat kuat (ketukan keempat) (Martopang- Tata jari adalah penataan fungsi jari, rawit, 1975, pp.57-58). Ketukan sangat kuat yaitu pemanfaatan empat jari (telunjuk, jari dijadikan rujukan pemain ricikan gamelan tengah, kelingking, dan jari manis) untuk untuk membuat lagu atau melodi ricikan menghasilkan bunyi atau laras rebab. Fungsi (Supanggah, 2004, p.2). Contoh pemain jari dalam bermain rebab merupakan pedo- gender barung dalam memilih cengkok selalu man yang dibuat untuk memudahkan me- didasarkan atas nada-nada tersebut. mainkan rebab; jari telunjuk berada pada Dalam pembelajaran praktik karawit- nada paling rendah dari setiap pola melodi an, melodi ricikan merupakan materi ajar yang dimainkan. pokok. Materi tersebut diberikan secara Posisi jari adalah peran masing- bertahap, pembelajaran tahap pengenalan masing jari dalam menghasilkan bunyi atau cengkok berupa pengenalan cengkok-cengkok nada rebab yang dikaitkan dengan wilayah yang digunakan untuk menggarap gending nada. Terdapat lima posisi jari dalam laras alit; pada tahap pengayaan cengkok peserta Slendro, yaitu posisi satu, dua, tiga, empat, didik diberi materi pengayaan cengkok yang dan posisi lima. Posisi-posisi tersebut digunakan untuk menggarap gending tengah- terbentuk dari perubahan letak jari telunjuk an; sedangkan pada pembelajaran tahap hingga jari kelingking dalam menghasilkan aplikasi cengkok peserta didik diberi latihan nada rebab. Posisi-posisi jari yang dimaksud mengaplikasikan cengkok yang sudah dikua- adalah posisi pertama letak jari telunjuk sai untuk menggarap gending yang sudah pada nada 1, jari tengah pada nada 2, jari maupun belum pernah diberikan dalam manis pada nada 3, dan jari kelingking pada perkuliahan. nada 5; posisi jari 2 letak jari telunjuk pada Teknik karawitan adalah matakuliah nada 2, posisi jari ketiga jari telunjuk pindah tentang cara membunyikan gamelan. Teknik ke nada 3, dan seterusnya hingga pada rebab merupakan mata kuliah yang berisi posisi kelima posisi jari telunjuk pada nada 6 pengetahuan dan keterampilan memainkan (atas) (Djumadi, 1982, p.21). Peserta didik rebab. Materi ajar teknik rebab meliputi (1) harus menguasai teknik-ktenik tersebut agar steman; (2) teknik kosokan; (3) tata jari; dan dalam memainkan rebab dihasilkan nada (4) posisi jari. Steman rebab adalah cara yang selaras dengan nada ricikan lain. menentukan nada kawat rebab; kawat per-

172 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pembelajaran teknik kendang meru- tangan tengkurep, sedangkan posisi tangan pakan latihan menghasilkan bunyi kendang. kiri miring. Teknik pematetan untuk tangan Permasalahan penting dalam pembelajaran kanan menggunakan ibu jari dan jari ke- kendang adalah steman, kebukan, dan ke- lingking, namun untuk tangan kiri meng- seimbangan bunyi antara bunyi hasil kebuk- gunakan ibu jari dan pangkal ibu jari, jari an tangan kiri dengan bunyi hasil kebukan telunjuk, dan pangkal jari kelingking. Pe- tangan kanan. Steman adalah penyelarasan mathetan dilakukan setelah menabuh bilah bunyi kendang dengan nada atau laras yang lain. gamelan; bunyi kendang dikatakan selaras Pembelajaran cara memainkan cengkok apabila bunyi “thung” selaras dengan bunyi gender barung diawali dengan pembelajaran nada yang terletak antara nada 3 dengan tangan kanan dan tangan kiri memainkan nada 5, sedangkan bunyi “dhah” selaras potongan cengkok dengan teknik gembyang dengan nada 2. atau tabuhan bersama dua nada berjarak Kebukan adalah cara memukul tebok- satu oktaf. Setelah teknik gembyang dikuasai an (membran) kendang untuk menghasilkan dilanjutkan dengan teknik tabuhan tangan bunyi kendang. Bunyi kendang (kendang kanan dan tangan kiri menabuh dengan ge- ketipung, kendang cilbon, dan kendang ageng) rakan secara berlawanan, baik untuk ceng- berasal dari tebokan alit (membran berukur- kok yang berakhir dengan tabuhan kempyung an kecil) dan tebokan ageng (membran ber- maupun tabuhan gembyang. Setelah teknik- ukuran besar). Masing-masing tebokan (bagi- teknik tersebut dikuasai dilanjutkan dengan an tengah dan pinggir) tersebut menghasil- pembelajaran cara memainkan cengkok. kan bunyi berbeda-beda. Bunyi-bunyi ter- Berdasarkan diskusi tersebut kompo- sebut dirangkai menjadi berbagai macam nen pembelajaran praktik karawitan Jawa pola ritme atau kendangan, kendangan gen- adalah melodi atau cengkok, ritme atau ira- ding lancaran, gending ketawang, gending ma/tempo, keseimbangan bunyi, dan kese- ladrang, dan gending-gending lainnya. Pe- larasan bunyi. Cengkok dalam pembahasan serta didik harus dapat memainkan pola kualitas tabuhan mengukur tingkat kerumit- ritme tersebut untuk mengedalikan irama/ annya (kerawitannya), irama/tempo meng- tempo gending. ukur kerampakan tabuhuan, keseimbangan Pembelajaran teknik gender barung bunyi mengukur kerempegan tabuhan, se- merupakan latihan cara menghasilkan bunyi dangkan keselarasan bunyi mengukur kese- gender barung. Pembelajaran diawali dengan suaian atau keselarasan bunyi masing-masing pengenalan bagian-bagian ricikan gender ricikan. barung, tabuh gender barung serta fungsi Komponen hasil pembelajaran prak- bagian-bagiannya dalam menghasilkan bunyi tik karawitan Jawa adalah rawit, laras, ram- gender barung. Pengenalan bagian-bagian- pak, rempeg. Rawit mengukur tingkat keru- nya difokuskan pada bagian yang ada kait- mitan melodi, laras mengukur tingkat kese- annya dengan teknik penyuaraan; antara lain larasan bunyi, rampak mengukur kerampak- tempat menabuh, cara menabuh, dan cara an/kebersamaan tabuhan, sedangkan rempeg menghen-tikan atau mematet bilah gender. mengukur keseimbangan bunyi tabuhan. Setelah pengenalan bagian-bagiannya, Pengukuran atas komponen-kompo- pembelajaran dilanjutkan dengan cara me- nen tersebut menggunakan pedoman peni- nabuh dan mematet bilah. Pembelajaran laian yang disusun berdasarkan teori gerak cara menabuh dimulai dengan pembelajaran dan tingkatan hasil pembelajaran praktik cara memegang tabuh, yaitu gagang tabuh karawitan 1 hasil pengamatan kelas. diapit jari telunjuk dan jari tengah; sedang- Menurut teori terdapat empat tingkat- kan telapak tangan menekan bagian pangkal an gerak, yaitu (a) gerak kognitif; (b) gerak tabuh. Cara menabuh bilah adalah tabuh di- asosiatif; dan (c) gerak otomatis. Gerak pukulkan pada bagian tengah bilah dengan kognitif adalah capaian gerak yang masih posisi tangan kanan dan posisi telapak mengandung banyak kesalahan dan kesalah-

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 173 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan an cenderung berat; gerak asosiatif adalah yang dasar, dalam teori gerak disebut gerak capaian gerak dengan ciri gerak yang di- kreatif, sedangkan dalam hasil pembelajaran lakukan sudah lebih baik dibanding gerak karawitan berupa kemampuan mengem- kognitif, tetapi masih mengandung kesalah- bangkan cengkok. an dan kesalahan cenderung ringan; sedang- Teori tersebut digunakan untuk pe- kan gerak otomatis adalah gerak yang sudah nyusunan indikator hasil pembelajaran kete- tidak lagi ada kesalahan dan gerak yang rampilan memainkan rebab, kendang, dan dilakukan sudah secara otomatis dan diopti- gender barung. malkan (Magill, 1993, pp.59-64). Lutan (1988, pp.305–307) menambahkan gerak otomatis Prosedur Pengembangan Konstruk Instru- adalah capaian gerak yang di dalamnya su- men Sikap dah mengandung unsur kreativitas. Pengembangan konstruk instrumen Terdapat kemiripan antara ciri-ciri ca- sikap menggunakan langkah-langkah seba- paian hasil pembelajaran rebab, kendang, gai berikut (identifikasi tujuan ukur, pem- dan gender barung hasil pengamatan kelas batasan kawasan ukur, dan Opersionalisais dengan ciri-ciri capaian gerak dalam teori konsep Azwar, 2005, p.11). Identifikasi tu- (belajar) gerak. Kemiripan yang dimaksud juan ukur adalah merumuskan tujuan pe- adalah belum mampu memainkan cengkok nilaian sikap; yang dalam penilaian ini ada- lugu mirip dengan gerak kognitif. Gerak lah menilai hasil pembelajaran sikap kog- kognitif adalah gerak yang mengandung nitif, sikap afektif, dan sikap psikomotorik banyak kesalahan dan kesalahan tersebut atau menilai keterampilan memainkan rebab, cenderung berat tersebut sejajar dengan ca- kendang, dan gender barung dari perspektif paian belajar rebab, kendang, dan gender pemahaman, penghayatan, dan pengamalan- barung yang belum mampu memainkan nya. cengkok lugu dengan ciri tabuhannya belum Pembatasan kawasan ukur merupakan lancar atau sering berhenti sebelum penyaji- uraian tentang komponen atau dimensi- an selesai. dimensi sikap dan komponen objek sikap. Capaian gerak asosiatif mirip dengan Komponen sikap memainkan tiga ricikan capaian belajar rebab, kendang, dan gender tersebut adalah sikap kognitif, sikap afektif, barung mampu memainkan cengkok lugu. dan sikap pisikomotorik; sedangkan kom- Keduanya mempunyai ciri gerak yang sudah ponen objek sikapnya adalah rawit atau lebih baik dibandiing gerak kognitif, tetapi kemampuan menguasai dan mengembang- masih terdapat kesalahan yang cenderung kan cengkok gender barung dan rebab atau ringan. Kesalahan ringan dalam capaian bel- sekaran kendang; kemampuan menyelaras- ajar rebab, kendang, dan gender barung kan bunyi ricikan atau raras, kemampuan misalnya rebab salah mengajak ngelik; se- mengendalikan atau mengikuti irama dan dangkan dalam gerak asosiatif kesalahan ter- tempo gending atau rampak, dan kemam- sebut adalah kesalahan yang lansung bisa puan menyeimbangkan bunyi ricikan yang diperbaiki. dimainkan dengan ricikan lain dalam tabuh Capaian belajar gerak terampil mirip bersama atau rempeg. dengan capaian belajar rebab, kendang, dan Operasionalisasi konsep merupakan gender barung cengkok sudah diberi wiledan. penjabaran komponen objek sikap ke dalam Ciri gerak terampil adalah tidak ada lagi ke- indikator perilaku (Azwar, 2005, pp.8&12). salahan gerak, koordinasi antaranggota tubuh Perilaku tersebut merupakan deskripsi hasil luwes, dan gerak sudah dioptimalisasikan. pembelajaran sikap kognitif atau pemaham- Capaian gerak kreatif mirip dengan an materi ajar, deksripsi hasil pembelajaran hasil pembelajaran rebab, kendang, dan sikap afektif atau penghayatan materi ajar, gender barung dengan ciri cengkok sudah dan deskripsi hasil pembelajaran sikap psi- dikem-bangkan. Ciri kedua gerak tersebut komotorik atau pengamalan materi ajar adalah sudah mengembangkan pola gerak (Sudijono, 2011, pp.50-59).

174 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Menurut Borich dan Kubiszyn (2010, pu memberi tanggapan tabuhan ricikan lain; pp. 120-121) tingkat pemhaman seseorang sedangkan capaian hasil pembelajaran saling tersebut melalui tahapan sebagai berikut (a) menerima dan memberi respons merupakan knowledge, (b) comprehension, (c) application, (d) capaian hasil pembelajaran ketika peserta analysis, (e) synthesis, dan (f) evaluation. Tahap- sudah dapat menerima dan memberi res- an capaian hasil belajar sikap kognitif ter- pons musikal. sebut, apabila diaplikasikan dalam tahapan Hasil perancangan tersebut diujicoba- capaian hasil pembelajaran rebab, kendang, kan dalam uji koseptual dan uji lapangan. dan gender barung adalah sebagai berikut Uji coba konseptual dilaksankan dalam Focus (a) mengetahui jenis cengkok, irama/tempo, Group Discussion (FGD) 1 dan FGD 2, Semi- keselarasan bunyi, dan keseimbangan bunyi nar Instrumen, dan Uji ahli; sedangkan Uji yang digunakan (b) mengetahui cara meng- Lapangan meliputi Uji Coba Skala Kecil, Uji aplikasikan cengkok, irama/tempo, kesela- Coba Skala Besar, dan Uji Coba Utama. rasan bunyi, kesimbangan bunyi yang digu- nakan (c) mengetahui cara mengembangkan Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan cengkok, irama/tempo, keselarasan bunyi, Data kesimbangan bunyi yang digunakan, dan (d) Jenis data yang dikumpulkan dalam memilih cengkok, irama/tempo, keselarasan penelitian ini adalah data kualitatif dan data bunyi, dan kesimbangan bunyi secara tepat. kuantitatif. Data kualitatif berupa keterang- Indikator hasil pembelajaran sikap an, pendapat dari subjek penelitian; sedang- afektif merupakan serangkaian proses me- kan data kuantitatif berupa data hasil nerima pengaruh orang lain hingga mem- pembelajaran praktik karawitan yang terdiri pengaruhi perilaku seseorang. Menurut atas data memainkan rebab, kendang, dan Borich dan Kubiszyn (2010, pp.120-121) gender barung dalam menggarap gending capaian penghayatan tersebut dimulai dari dan data sikap memainkan rebab, kendang, penerimaan secara terbatas atau parsial atau dan gender barung (data sikap kognitif, penerimaan tidak lengkap sebagai alternatif sikap afektif, dan data sikap psikomtorik). pandangan; kemudian ditingkatkan dan di- Instrumen yang digunakan dalam integrasikan ke dalam sistem kepercayaan penelitian ini instrumen keterampilan dan individu. Adapun penjenjangan proses peng- instrumen sikap. Instrumen keterampilan hayatan tersebut adalah sebagai berikut: (a) adalah instrumen yang digunakan untuk recieving; (b) responding; (c) valuing; (d) organi- mengukur kemampuan bekerja sama me- zing; dan (e) characterized by a value or value mainkan rebab, kendang, dan gender ba- complex. rung. Instrumen tersebut berupa rubrik atau Adapun aplikasinya dalam indikator pedoman pengamatan keterampilan mema- hasil pembelajaran praktik karawitan Jawa inkan ketiga ricikan tersebut. adalah (a) merasakan tabuhan sendiri; (b) Instrumen sikap yang digunakan da- merasakan tabuhan ricikan lain; (c) me- lam penelitian berbentuk angket. Angket respons tabuhan ricikan lain; dan (d) saling merupakan cara pengumpulan data yang memberi dan menerima respons. Tahap menggunakan sejumlah pertanyaan kepada merasakan tabuhan sendiri adalah capaian responden yang bersedia memberikan res- hasil pembelajaran ketika peserta didik be- pons sesuai permintaan peneliti (Ridwan, lum mampu memperhatikan tabuhan ricikan 2005, p.26). Tujuannya adalah mencari in- lain sehingga belum dapat merasakan cengkok formasi lengkap mengenai suatu masalah ricikan lain; tahap berikutnya adalah capaian dari responden mengenai sikap yang dalam hasil pembelajaran ketika peserta didik penelitian ini adalah sikap peserta didik sudah dapat memperhatikan/merasakan ta- terhadap permainan gamelan Jawa, khusus- buhan ricikan lain sambil memainkan ricikan; nya dalam menglolah melodi, keselarasan capaian hasil belajar merespons adalah ke- bunyi ricikan¸ mengendalikan atau meng- mampuan peserta didik ketika sudah mam-

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 175 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan ikuti irama dan tempo gending, dan kese- nunjukkan tingkat konsistensi suatu instru- imbangan bunyi ricikan. men, semakin tinggi tingkat reliabilitasnya Teknik pengambilan data penelitian kemungkinan kesalahan pengukurannya se- yang digunakan pada saat ini adalah teknik makin kecil. Estimasi reliabilitas dilakukan observasi. Teknik observasi dalam peneliti- dengan mengukur korelasi antara skor aitem an ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan skor total (Ghozali, 2005a, p.42). hasil pembelajaran praktik karawitan Jawa, Tingkat atau derajat reliabilitas adalah koe- khusus hasil pembelajaran rebab, kendang, fisien antara 0,50 – 0,70 adalah cukup, koe- dan gender barung. Observasi digunakan fisien 0,70 atau lebih dapat diterima (Litwin, pada tes hasil belajar, yaitu tes yang meng- 1995, p.31 dan Nunnally, 1970, p.129), koe- ukur kinerja peserta didik dalam bermain fisien antara 0,70 – 0,90 adalah tinggi, se- gamelan secara bersama-sama. Dalam tes dangkan koefisien > 0,90 adalah sempurna. tersebut sekelompok mahasiswa memain- Kriteria reliabilitas yang digunakan dalam kan gending Ketawang Subakastawa Laras penelitian ini adalah 0,70. Slendro Patet Sanga dan Ladrang Wilujeng Validitas menunjukkan sejauh mana Laras Slendro Pathet Manyura dan sejumlah hasil pengukuran yang diperoleh benar- penguji mengamatinya untuk menentukan benar mengukur objek pengukuran yang di- capaian belajarnya. ukur. Untuk membuktikan validitas isi di- lakukan melalui pernyataan ahli (Mardapi, Teknik Analisis Data 2008, p.18) yang dalam penelitian dilaksana- Teknik analisis data yang digunakan kan pada Diskusi Kelompok Terfokus atau dalam penelitian ini adalah teknik anlaisis Focus Group Discussion dan Expert Judgment. data kualitatif dan teknik analisis data Validitas konstruk adalah validitas kuantitatif. Analisis data kualitatif tersebut yang berkaitan dengan kesanggupan suatu merupakan analisis data yang diperoleh dari alat ukur mengukur konsep yang diukurnya. ahli (expert judgement) dan praktisi maupun Menurut Brown (1985, p.31) validitas ber- subjek penelitian lain yang memberi masuk- hubungan dengan tingkat kecocokan alat an. Analisis tersebut menggunakan teknik ukur dengan apa yang diukur. Instrumen analisis triangulasi, yaitu penggabungan ber- yang mempunyai validitas konstrak berarti bagai metode dalam suatu kajian tentang semua butir yang ada di dalamnya meng- suatu gejala tertentu yang kehandalan dan ukur konsep yang diukur (Ancok, 2002, kesahihan data dijamin. Adapun caranya p.21). adalah membandingkan data yang diperoleh Validitas konstruk dibuktikan meng- dari satu sumber atau metode tertentu de- gunakan data muatan faktor atau loading ngan data yang didapat dari sumber atau factor yang didapat dari teknik analisis faktor. metode lain. Terdapat empat jenis teknik Pembuktian validitas tersebut dilakukan de- analisis triangulasi, yaitu triangulasi data dari ngan cara mengukur nilai Kaiser Meyer berbagai macam sumber, kedua triangulasi Olkin mengenai Measure of Sampling Adequacy peneliti, ketiga triangulasi teori atau peng- (KMO MSA) atau melihat kecukupan data gunaan berbagai perspektif dalam meng- untuk difaktorkan, sedangkan uji Bartlett artikan data, dan triangulasi metode atau yang bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan beberapa metode untuk meng- terdapat hubungan antarvariabel dalam ka- kaji persoalan (Denzin, 1978, pp.294-305). sus multivariat, uji Rotation untuk menge- Taknik analisis data kuantitatif yang tahui muatan faktor (Ghozali, 2005b, pp.47- digunakan dalam penelitian ini meliputi tek- 51). nik analisis validitas dan reliabilitas serta Analisis faktor digunakan untuk meng- teknik uji kecocokan model. Teknik analisis uji hipotesis-hipotesis mengenai eksistensi reliabilitas menguji konsistensi data hasil konstruk-konstruk atau untuk mencari kon- pengukuran yang dihasilkan oleh instrumen; struk-konstruk dalam variabel-variabel. Me- tinggi rendahnya koefisien reliabilitas me- nurut Suyanto (1988, p.234) analisis faktor

176 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

adalah kajian tentang kesalingtergantungan yang digunakan dalam uji kecocokan model antara variabel untuk menemukan himpun- keseluruhan tersebut adalah (a) Chi-square; an variabel baru yang jumlahnya lebih se- (b) perbandingan antara Chi-square dengan dikit dibanding variabel semula dan menun- derajat kebebasan atau degree of freedom; (c) jukkan variabel yang mana diantara variabel- NCP atau Non-Centrality Parameter; (d) Root variabel semula merupakan faktor-faktor Mean Square Error of Approximation (RMS- persekutuan (Gorsuch, 1983, p.2). EA); (e) Expected Cross Validation Index Penggunaan metode dengan bantuan (ECVI); (f) AIC dan CAIC; (g) NFI atau komputer untuk menilai apakah butir-butir Normed Fit Index; (h) NNFI atau Non- yang beragam dalam suatu survei memiliki Normed Fit Index; (i) Comparative Fit Index kebersamaan dalam suatu faktor. Melalui atau CFI; (j) IFI atau Incremental Fit Index, analisis faktor dapat dilihat apakah spesifi- dan (k) Relative Fit Index atau RFI. kasi konstruk yang dikembangkan secara Chi-square menguji hubungan atau teoretik telah sesuai dengan konsep kon- pengaruh dua buah variabel nominal dan struk yang mendasarinya. Jadi secara esen- mengukur kuatnya hubungan antara varia- sial, analisis faktor adalah suatu teknik bel yang satu dengan variabel nominal analisa penyaring untuk menganalisis saling lainnya. Indikator kedua adalah p-value, yaitu hubungan di antara butir-butir instrumen. menunjukkan perbedaan nilai antara matrik Dalam mengembangkan suatu tes psiko- input dengan hasil estimasi atau korelasi. P- logis, analisis faktor sangat relevan untuk value tidak sama dengan nol atau lebih besar menguji kesahihan konstruk (Litwin, p.1995). dari 0,05 atau 0,1 mengindikasikan hasil uji Suatu variabel observable dinyatakan tidak signifikan. Indikator ketiga adalah valid mengukur variabel laten apabila besar- Noncentrality Parameter (NCP), yaitu statistik nya muatan faktor lebih besar dari (λ) 0,3 yang dibuat untuk menambal kelemahan (Solimun, 2002, p.81 dan Fernandes, 1984, dari statistik chi square. Tidak ada acuan yang p.28), Wijanto (2008, p.175) rentang koe- pasti mengenai nilai NCP untuk mengata- fisien tersebut antara ≥ 0,50 hingga ≥ 0,70; kan bahwa model yang diujikan cocok; sedangkan menurut Azwar (2004, p.158) hanya saja semakin kecil nilainya semakin koefisien 0,50 bisa diterima dan koefisien baik. kurang dari 0,30 dianggap tidak memuas- Indikator keempat adalah The Root kan. Kriteria yang digunakan untuk menen- Mean Square Error of Approximation atau tukan validitas dalam penelitian ini adalah RMSEA. RMSEA berfungsi sebagai kriteria 0,50. pemodelan struktur kovarian dengan mem- Uji model dilakukan dengan teknik pertimbangkan kesalahan yang mendekati analisis Structural Equation Model atau SEM. populasi. RMSEA menunjukkan kecocokan SEM adalah teknik analisis variabel laten, model atau fit apabila nilainya lebih kecil variabel indikator, dan kesalahan pengukur- dari 0,05, reasonable jika lebih kecil dari 0,08, an secara langsung untuk mengetahui cukup jika kurang dari 0,1; sedangkan hubungan antara variabel laten satu dengan dikatakan buruk apbila lebih dari 0,1. Indi- variabel lain, serta kesalahan pengukuran- kator selanjutnya adalah NFI dan NNFI. nya. SEM merupakan analisis konfirmatori NFI mirip dengan NNFI, hanya saja NFI variabel-variabelnya (Sitinjak dan Sugiarto, memiliki rentang nilai dari 0 hingga 1, 2006, pp.2-3). Fokus analisis pada bagian ini sedangkan nilai NFI yang mendekati 0,90 adalah menguji model hubungan konstruk mengindikasikan model yang baik. Selanjut- dependen dan konstruk independen (Gho- nya adalah indikator Adjusted Goodness of Fit zali dan Fuad, 2005, p.3). Index atau AGFI, NNFI, NFI, Relative Fit Uji kecocokan model yang digunakan Index (RFI), Incremental Fit Index (IFI), dan dalam penelitian ini adalah uji kecocokan Comparative Fit Index (CFI) yang penguji- model keseluruhan. Menurut Ghozali dan annya menggunakan kriteria yang tertera Fuad (2005, pp.313-316) indikator-indikator dalam output uji kecocokan model tersebut.

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 177 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pemaknaan data berdasarkan analisis terampilan memainkan rebab, kendang, dan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama gender barung (rawit, raras, rampak, dan membuktikan validitas dan estimasi relia- rempeg); kolom bobot terdiri atas empat baris bilitas; data yang dinyatakan valid dan yang berisi bobot masing-msing aspek reliabel berarti instrumen yang digunakan keterampilan (4, 3, 3, 2); kolom skor terdiri untuk mengambil data tersebut mempunyai atas enam belas baris yang terbagi dalam keajegan data meskipun dilakukan dalam empat kelompok (masing-masing kelompok waktu yang berbeda, sedangkan dinyatakan baris berisi angka/skor 1, 2, 3, 4); dan kolom valid berarti instrumen yang digunakan indikator terdiri atas enam belas baris yang tersebut menghasilkan seseuai dengan data terbagi dalam empat kelompok (masing- yang diukur atau diharapkan. Analisis ke- masing kelompok berisi empat indikator cocokan model bermakna bahwa seluruh capaian aspek keterampilan tingkat tertinggi data dinyatakan fit atau cocok, konstruk hingga terendah). instrumen yang dirancang sudah sesuai atau Indikator instrumen keterampilan ter- cocok dengan data lapangan atau diterima. diri atas indikator rawit, raras, rampak, dan indikator rempeg. Indikator rawit rebab dan Hasil Pengembangan dan Pembahasan gender barung adalah indikator capaian ha- sil pembelajaran pengolahan cengkok rebab Hasil Pengembangan Konstruk Instrumen dan gender barung dari capaian belum Hasil pengembangan konstruk instru- mampu memainkan cengkok lugu, kemudian men hasil pembelajaran praktik karawitan mampu memainkan cengkok lugu, mampu ini adalah konstruk instrumen hasil pembel- memainkan cengkok yang diberi wiledan, dan ajaran rebab, kendang, dan gender barung. mampu memainkan cengkok yang diberi Konstruk-konstruk tersebut terdiri atas wiledan dan bervariasi. Kemampuan me- variabel laten dependen keterampilan de- mainkan cengkok lugu diukur dari kesesuaian ngan indikator rawit, laras, rampak, rempeg cengkok yang dimainkan dengan cengkok yang dan variabel independen sikap dengan indi- diberikan dalam pembelajaran, kemampuan kator sikap kognitif, sikap afektif, dan sikap memberi wiledan mengidentifikasi ada tidak- psikomotor. nya ornamen cengkok pada cengkok yang di- mainkan, sedangkan kemampuan mengem- PSIKO RAWIT bangkan cengkok mengidentifikasi ada tidak- nya variasi cengkok yang dimainkan peserta RARAS didik. KOGN SIKAP KETERAMP Indikator-indikator tersebut, apabila RAMPAK dikaitkan dengan pemberian skor, adalah sebagai berikut. Belum mampu memainkan AFEK REMPEG cengkok lugu diberi skor 1, mampu memain- Gambar 1. Konstruk Hipotetis kan cengkok lugu mendapat skor 2, mampu Penilaian Hasil Pembelajaran Rebab, memainkan cengkok yang diberi wiledan atau Kendang, dan Gender Barung ornamen diberi skor 3, dan mampu me- mainkan cengkok yang diberi wiledan dan Hasil Pengembangan Instrumen bervariasi mendapat skor 4. Indikator rawit kendang adalah indi- Hasil Pengembangan Instrumen Keterampilan. kator hasil pembelajaran menguasai dan Hasil pengembangan instrumen kete- mengembangkan sekaran kendang. Adapun rampilan adalah instrumen berbentuk rubrik indikator selengkapnya adalah belum mam- dengan format penulisan empat kolom (ko- pu memainkan cengkok lugu mendapat skor lom aspek, kolom bobot, kolom skor, dan 1, mampu memainkan cegkok lugu diberi kolom indikator). Kolom aspek terdiri atas skor 2, mampu memainkan cengkok lugu yang empat baris yang berisi aspek-aspek ke- diberi isen-isen mendapat skor 3, sedangkan

178 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

capaian tertinggi adalah mampu memainkan tempo tepat dan menggunakan ater-ater, dan cengkok dan isen-isen yang diberi ornamen (d) irama/tempo tepat, menggunakan ater- atau wiledan diberi skor 4. ater, dan semeleh. Indikator-indikator tesebut, Indikator laras ricikan rebab meng- apabila dikaitkan dengan penskoran adalah identifikasi kenyaringan, keselarasan, dan indikator (a) memperoleh skor 1, indikator proporsionalitas bunyi rebab. Indikator laras (b) mendapat skor 2, indikator (c) diberi rebab tersebut adalah sebagai berikut (a) skor 3, dan indikator (d) diberi skor 4. suara belum nyaring, (b) suara nyaring, (c) Indikator rempeg mendeskripsikan ku- suara nyaring dan proporsional, dan (d) alitas keseimbangan bunyi yang dinyatakan suara nyaring dan proporsional serta nada dalam frekuensi keseimbangan bunyi. Ada- sesuai nada gamelan. Apabila dikaitkan de- pun indikator-indikator tersebut adalah ngan perolehan skor masing-masing indi- sebagai berikut (a) tidak pernah seimbang, kator, indikator (a) mendapat skor 1, indika- (b) jarang seimbang, (c) sering seimbang, tor (b) mendapat skor 2, indikator (c) men- dan (d) selalu seimbang. Indikator-indikator dapat skor 3, dan indikator (d) mendapat tersebut, apabila dikaitkan dengan peroleh- skor 4. an skor adalah sebagai berikut indikator (a) Indikator laras kendang adalah sebagai memperoleh skor 1, indikator (b) mendapat berikut (a) bunyi belum nyaring, (b) bunyi skor 2, indikator (c) diberi skor 3, dan in- nyaring, (c) bunyi nyaring dan sesuai bunyi dikator (d) diberi skor 4. gamelan, dan (d) bunyi nyaring dan pro- Hasil pengembangan pembobotan porsional serta bunyi sesuai laras gamelan. penilaian hasil pembelajaran praktik kara- Apabila dikaitkan dengan perolehan skor, witan Jawa adalah sebagai berikut. Berdasar- indikator (a) mendapat skor 1, indikator (b) kan tingkat kesulitan memproduksi bunyi mendapat skor 2, indikator (c) mendapat dihasilkan empat kelompok pembobotan skor 3, dan indikator (d) mendapat skor 4. penilaian. Keempat kelompok tersebut ada- Indikator laras gender barung adalah lah (1) kelompok pembobotan rebab, ken- sebagai berikut (a) suara belum nyaring, (b) dang, dan gender barung; (2) kelompok suara nyaring, (c) suara nyaring dan pro- pembobotan bonang barung, bonang pene- porsional, dan (d) suara nyaring dan pro- rus, (3) kelompok pembobotan balungan porsional serta jelas. Apabila dikaitkan de- dan saron penerus, serta (4) kelompok pem- ngan perolehan skor, indikator (a) men- bobotan ketuk-kempyang, , , dapat skor 1, indikator (b) mendapat skor 2, dan ; sedangkan berdasarkan aspeknya, indikator (c) mendapat skor 3, dan indikator aspek rawit diberi bobot empat, aspek raras (d) mendapat sekor 4. mendapat bobot tiga, sedangkan aspek ram- Indikator rampak rebab dan gender pak dan rempeg diberi bobot dua. barung mengidentifikasi ketepatan irama/ Hasil pengembangan kriteria ketuntas- tempo, variasi ritme, dan kualitas irama/ an adalah “peserta didik dapat memainkan tempo. Indikator rampak rebab dan gender cengkok dasar dengan lancar dengan toleran- barung tersebut adalah sebagai berikut. (a) si kesalahan ringan”. Kesalahan ringan yang ritme belum benar, (b) ritme benar, (c) dimkasud adalah kesalahan yang diakibatkan ritme benar dan bervariasi, dan (d) ritme lupa urutan penyajiannya, misalnya peng- benar, bervariasi, dan semeleh. Indikator- rebab lupa mengajak pemain lain memain- indikator tesebut, apabila dikaitkan dengan kan cengkok ngelik. Indikator tersebut, apa- perolehan skor adalah sebagai berikut indi- bila ditempatkan dalam rangkaian capaian kator (a) memperoleh skor 1, indikator (b) belajar memainkan gamelan, sejajar dengan mendapat skor 2, indikator (c) diberi skor 3, kemampuan memainkan cengkok dasar. dan indikator (d) diberi skor 4. Indikator rampak untuk kendang ada- Hasil Pengembangan Instrumen Sikap lah sebagai berikut. (a) irama/tempo belum Hasil pengembangan instrumen sikap tepat, (b) irama/tempo tepat, (c) irama/ tersebut adalah alat ukur sikap peserta didik

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 179 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan memainkan rebab, kendang, dan gender antara dua pernyataan Sangat Setuju dan barung dari perspektif ranah kognitif, ranah Tidak Setuju. afektif, dan ranah psikomotorik. Instrumen Bentuk pernyataan kesetujuan atau terdiri atas 36 (tiga puluh enam) pernyataan bentuk pernyataan positif digunakan dalam hasil pembelajaran; dua belas pernyataan instrumen hasil pengembangan tersebut. hasil pembelajaran ranah kognitif, dua belas Pemberian skor pernyataan tersebut berban- pernyataan hasil pembelajaran ranah afektif, ding lurus dengan pernyataan, maksudnya dan dua belas pernyataan hasil pembelajaran pilihan jawaban dengan tingkat kesetujuan ranah psikomotorik. tinggi mendapat skor tinggi dan sebaliknya Instrumen tersebut berbentuk kuesio- pilihan jawab dengan tingkat kesetujuan ner tertutup, yaitu alat pengumpulan data rendah mendapat skor rendah. Pilihan ja- berbentuk pertanyaan atau pernyataan me- waban yang dimaksud adalah pilihan jawab- ngenai suatu objek penelitian. Pernyataan an sangat setuju merupakan tingkat kese- berupa pernyataan kemampuan memainkan tujuan tertinggi (mendapat skor 4) sedang- ricikan rebab, kendang, dan gender barung. kan pilihan jawaban sangat tidak setuju Pernyataan tersebut untuk mengungkap merupakan pilihan jawaban dengan tingkat pengamalan melodi, irama/tempo, kesela- kesetujuan terendah (skor 1). Skor dua rasan bunyi, dan keseimbangan bunyi; pe- pilihan jawaban lainnya, setuju mendapat mahaman melodi, irama/tempo, keselarasan skor 3 dan tidak setuju mendapat skor 2. bunyi, dan keseimbangan bunyi; dan peng- hayatan melodi, irama/tempo, keselarasan Hasil Uji Coba Konseptual bunyi, dan keseim-bangan bunyi. Uji coba konseptual merupakan peni- Adapun contoh dari masing-masing laian atas hasil rancangan berdasarkan kon- pernyataan tersebut adalah sebagai berikut. sep-konsep yang mendasarinya. Berdasar- Pernyataan aspek rawit ranah psikomotorik kan uji coba tersebut, ditemukan pengguna- adalah “Pengrebab harus dapat memainkan an istilah yang kurang tepat pada indikator cengkok yang diberi wiledan dan bervariasi”, instrumen keterampilan. Istilah-istilah yang pernyataan ranah kognitif “Pengrebab harus dimaksud adalah cengkok lugu diganti dengan menguasai teknik produksi cengkok/lagu re- cengkok dasar; bunyi nyaring dan propor- bab dengan baik”, pernyataan ranah afektif sional serta bunyi sesuai laras gamelan “Pengrebab harus dapat membedakan ceng- (indikator rebab) diganti dengan embat alam; kok rebaban yang menggunakan wiledan istilah laras dinganti dengan raras, cengkok dengan cengkok dasar”. kendang diganti dengan sekaran kendang. Skor yang digunakan dalam pengem- Revisi pertama cengkok lugu diganti dengan bangan instrumen adalah skor satu sampai cengkok dasar karena istilah lugu lebih tepat dengan empat. Skor-skor tersebut diguna- digunakan untuk menyebut cengkok yang kan untuk memberi derajat pilihan jawaban tidak diberi wiledan; cengkok yang digunakan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju untuk menggarap gending berwatak tenang. (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan Kedua penggunaan embat alam untuk meng- jawaban sangat tidak setuju dipilih ketika ganti indikator suara nyaring dan proporsio- responden yakin sekali bahwa pernyataan nal serta nada sesuai nada gamelan karena tersebut tidak sesuai dengan keadaan sesung- indikator ebat alam lebih mudah dipahami guhnya atau dirasakan responden, sedang- dan semakin memperjelas gradasi; sedang- kan pilihan sangat setuju dipilih ketika res- kan sekaran menggantikan cengkok kendang ponden yakin bahwa pernyataan tersebut karena sekaran lebih tepat digunakan untuk sesuai dengan kenyataan atau yang dirasa- menyebut pola ritme kendang, sedangkan kan responden. Dua pernyataan lainnya, TS cengkok untuk menyebut pola melodi. (tidak setuju) dan S (setuju), dipilih apabila Penggantian istilah akibat kesalahan keyakinan responden atas pernyataan ter- konsep terjadi pada indikator rempeg. Indi- sebut tidak yakin sepenuhnya atau berada di kator yang semula selalu seimbang, sering

180 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

seimbang, jarang seimbang, tidak pernah dengan menaikkan pembobotan tiga ricikan seimbang kurang sesuai dengan konsep tersebut dari bobot 2 menjadi 3. rempeg karawitan Jawa. Konsep rempeg dalam Revisi isntrumen sikap meliputi revisi karawitan Jawa bukan dalam pengertian pernyataan sikap yang semula mirip dibuat volume tabuhan yang sama rata, tetapi bervariasi, penggunaan indikator ganda di- tabuhan yang keras-lirihnya sesuai porsi ganti indikator tunggal, dan pilihan jawaban masing-masing; ada tabuhan yang lirih dan skala sikap diganti dengan pilihan ganda merata (rebab, kendang, gender barung, dan uraian singkat. sejenis-nya), ada tabuhan yang lebih keras Setelah diadakan uji konseptual pro- (kenong, kempul), dan ada tabuhan yang duk, terjadi perubahan konstruk hipotetik sangat keras (gong). Indikator tersebut penilaian hasil pembelajaran kendang. Per- kemudian diganti dengan “belum mampu ubahan terjadi karena dalam hasil pembel- menyeimbangan bunyi” “mampu menyela- ajaran kendang tidak ditemukan indikator raskan berdasarkan tempo gending”, “mam- sikap rawit ranah psikomotorik sehingga pu penyelaraskan bunyi dengan bunyi variabel hasil pembelajaran kendang yang ricikan lain”, dan “mampu mengelola bunyi semula tiga (psikomotorik, afektik, kognitif) untuk membentuk dinamika cengkok/me- menjadi dua indikator, tanpa sikap afektif. ngendalikan tempo gending”. Hasil koreksi selanjutnya adalah peng- REBAB gunaan indikator ganda atau lebih dari satu PSIKO membingungkan responden karena banyak RARAT indikator yang diamati diperkirakan mem- SIKAP KETERAMP RAMPAK pengaruhi hasil pengumpulan data. Indkator KOGN yang dimaksud misalnya “ritme benar, ber- REMPEG variasi, dan semeleh” yang digunakan pada indikator irama/ritme. Indikator tersebut pada dasarnya merupakan serangkaian ca- Gambar 2. Revisi Konstruk Penilaian paian hasil pembelajaran; oleh karena itu Hasil Pembelajaran Kendang revisi atas indikator tersebut dapat dilaku- Hasil Uji Coba Lapangan kan dengan cara menggunakan indikator teratas (semeleh) dengan asumsi ketika se- Hasil uji coba lapangan merupakan orang pemain telah mencapai tahapan laporan hasil analisis data hasil pembelajaran tersebut mereka sudah mencapai tahapan yang didapat dari penggunaan instrumen sebelumnya. hasil rancangan. Laporan tersebut terbagi Revisi redaksional merupakan koreksi dalam tiga, yaitu uji coba skala kecil, skala selanjutnya. Revisi tersebut meliputi peng- besar, dan uji coba utama. Hasil uji coba gunaan istilah, misalnya “memainkan cengkok skala kecil berupa laporan tingkat validitas bervariasi” diganti “memainkan cengkok se- dan reliabilitas dengan responden dosen dan cara bervariasi”; dan “memainkan cengkok responden ma-hasiswa; hasil uji coba skala rebaban gending Subakastawa yang ber- besar melaporkan validitas dan relibailitas variasi” dirubah menjadi “memainkan ceng- serta uji kecocokan model dengan respon- kok rebaban secara bervariasi”. den dosen; hasil uji coba utama melaporkan Hasil perancangan pembobotan telah hasil analisis uji kecocokan model dengan terjadi ketidakadilan pada pembobotan responden dosen. aspek rampak untuk rebab, kendang, dan Analisis tersebut menguji data hasil gender barung yang disamakan dengan pembelajaran keterampilan yang terdiri atas pembobotan bonang barung, bonang pene- aspek rawit, raras, rampak, rempeg dan hasil rus, saron barung, dan saron penerus. Per- pembelajaran sikap yang terdiri atas aspek baikan atas pembobotan tersebut dilakukan rawit ranah kognitif, afektif, psikomotorik; aspek raras ranah kognitif, afektif, psikomo-

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 181 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan torik; aspek rawit ranah afektif untuk ricikan dan ranah lainnya sudah reliabel dan valid. rebab dan gender barung; sedangkan untuk Data yang belum valdi dan belum reliabel hasil pembelajaran kendang tanpa aspek tersebut diperbaiki dan hasilnya data aspek rawit ranah afektif. raras ranah psikomotorik dan hasil pem- belajaran aspek rempeg ranah kognitif belum Hasil Uji Coba Lapangan Skala Kecil reliabel. Hasil analisis data uji coba skala kecil Hasil analisis tersebut data sikap me- ini menguji 30 data hasil pembelajaran mainkan kendang dengan responden maha- dengan responden dosen (data keterampilan siswa semua valid, tetapi belum semuanya dan sikap) dan responden mahasiswa (data reliabel; aspek raras ranah psikomotorik hasil pembelajaran sikap). (0,696) dan aspek rempeg ranah kognitif Hasil analisis data hasil belajar rebab (0,606) belum reliabel. Data yang belum dengan responden dosen untuk data hasil reliable diperbaiki dan hasilnya data aspek belajar keterampilan semuanya valid dan raras ranah psikomotorik (0,676), aspek rem- reliabel; sedangkan untuk data hasil pem- peg ranah psikomotorik (0,684), dan aspek belajaran sikap terdapat dua aspek belum rempeg ranah kognitif (0,612) belum reliabel. reliabel, yaitu aspek rawit ranah psikomo- Hasil analisis data gender barung res- torik (0,687) dan aspek rempeg ranah kognitif ponden mahasiswa terdapat data yang be- (0,697) belum kriteria reliabilitas sebesar lum valid (aspek rawit ranah afektif 0,457 0,70. Setelah diadakan perbaikan dan di- dan 0,476) dan yang belum reliabel adalah analisis hasil semua reliabel dan valid. data aspek rampak ranah kognitif (0,676), Hasil analisis data hasil belajar ken- dan data aspek rempeg ranah kognitif (0,631). dang dengan responden dosen untuk data Hasil pengambilan data kedua menunjukkan hasil pembelajaran keterampilan semuanya enam aspek valid dan reliabel sedangkan valid dan reliabel, sedangkan data pembel- tiga lainnya valid tetapi belum reliabel; yaitu ajaran sikap terdapat satu aspek yang belum aspek rawit ranah afektif (0,673); koefisien reliabel (aspek raras ranah kognitif sebesar aspek raras ranah kognitif (0,647); dan aspek 0,697). Data yang belum reliabel diperbaiki rempeg ranah kognitif (0,632). dengan cara mengambil data ulang dan Hasil uji coba tersebut memberi in- menjadi valid dan reliabel semuanya. formasi bahwa data dengan responden Hasil analisis data hasil belajar gender dosen lebih valid dan reliabel; untuk itu barung dengan responden dosen untuk data pengambilan data selanjutnya menggunakan hasil pembelajaran keterampilan semuanya responden dosen. valid dan reliabel, sedangkan hasil belajar si- kap terdapat dua aspek yang belum reliabel; Hasil Uji Coba Lapangan Skala Besar aspek rawit ranah psikomotorik (0,691) dan Hasil analisis data uji coba skala besar rempeg ranah kognitif sebesar (0,696). Hasil ini menguji 60 data hasil pembelajaran perbaikan data pertama masih terdapat satu rebab, kendang, dan gender barung. Hasil indikator yang belum memenuhi kriteria analisis hasil pembelajaran rebab semuanya reliabilitas (aspek raras ranah kognitif) dan valid dan reliabel, tapi belum fit. Indikasinya setelah diperbaiki lagi semuanya valid dan adalah nilai RMSEA 0,094 belum sesuai reliabel. dengan kriteria ≤ 0,080. Indikator tersebut Hasil analisis data hasil pembelajaran menginformasikan bahwa dalam data ter- sikap dengan responden mahasiswa adalah sebut masih terdapat data yang belum fit. sebagai berikut. Hasil analisis data hasil Pelacakan atas data belum fit dilaku- pembelajaran rebab aspek rawit ranah afektif kan dengan cara mengidentifikasi kelompok belum reliabel dan belum valid, aspek rawit data yang menguatkan atau kelompok data ranah afektif, aspek rampak ranah psikomo- yang melemahkan kecocokan model. Cara- torik dan aspek rempeg ranah kognitif sudah nya setiap kelompok lima data dikeluarkan valid tapi belum reliabel; sedangkan aspek dari tabel kemudian dianalisis dengan meng-

182 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

hitung nilai P dan nilai RMSEAnya; apabila Tabel 2. Data Hasil Analisis Kecocokan nilai indikator kecocokan model naik maka Model Ricikan Kendang (Data 60) fungsi kelompok data tersebut melemahkan No Indikator Hasil Kriteria Ket dan apabila nilai indikator turun maka fungsi kelompok data tersebut menguatkan. 1. P value 0,27049 ≥ 0,05 Fit Setelah dilakukan analisis ditemukan 2. Chi -square 9,92 ≠ 0 Fit data 35 hingga 40 belum fit. Lima data 3. Chi -square/df 1,24 ˂ 5/ ˂ 2 Fit tersebut diperbaiki dan setelah itu disatukan 4. NCP 1,92 (0,00;14,19) Fit kembali dengan lain dan dianalisis hasilnya 5. RMSEA 0,064 ≤ 0,08 Fit fit. Adapun hasil analisis tersebut disajikan 6. ECVI 0,61 (0,58 ; 0,82) Fit pada Tabel 1. 7. AIC 35,92 ˂ 42.00 Fit 8. CAIC 76,15 Tabel 1. Data Hasil Analisis Kecocokan ˂106,98 Fit Model Ricikan Rebab (Data 60) 9. NFI 0,97 ˃ 0,9 Fit 10. NNFI 0,99 ˃ 0,95 Fit No Indikator Hasil Kriteria Ket. 11. CFI 0,99 (1:0,9) Fit 1. P value 0,41011 ≥0,05 Fit 12. IFI 0,99 ˃ 0,9 Fit 2. Chi -square 13,50 ≠ 0 Fit 13. RFI 0,94 (0:1) Fit 3. Chi -square/df 1,038462 ˂ 5 atau ˂ 2 Fit 4. NCP 0,50 (0,0;13.55) Fit Hasil analisis hasil pembelajaran gen- 5. RMSEA 0,025 ≤ 0,08 Fit der barung semuanya valid dan reliabel, tapi 6. ECVI 0,74 (0,73 ; 0,96) Fit belum fit. Indikatornya nilai P sebesar 7. AIC 43,50 ˂ 56.00 Fit 0,35184 belum memenuhi kriteria ≥ 0,050 8. CAIC 89,91 ˂ 142,64 Fit dan nilai RMSEA sebesar 0,123 belum me- menuhi kriteria ≤ 0,080. 9. NFI 0,96 ˃ 0,9 Fit Setelah dianalisis, dengan cara yang 0,99 Fit 10. NNFI ˃ 0,95 sama dengan sebelumnya, ditemukan enam 11. CFI 0,99 (1:0,9) Fit data (37, 43, 44, 45, 48, dan data nomor 52) 12. IFI 1,00 ˃ 0,9 Fit belum fit. Setelah data diperbaiki dan diana- 13. RFI 0,94 (0:1) Fit lisis hasilnya fit. Adapun data hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis hasil pembelajaran ken- dang semuanya valid dan reliabel, tapi be- Tabel 3. Data Hasil Analisis Kecocokan lum fit. Terdapat 5 indikator yang belum fit; Model Ricikan Gender Barung nilai P=0,004 belum sesuai kriteria ≥ 0,050; (Data 60) nilai RMSEA sebesar 0,178 yang belum No Indikator Hasil Kriteria Ket. sesuai kriteria ≤0,080; nilai ECVI sebesar

0,83 yang belum sesuai dengan kriteria 1. P value 0,49969 ≥0,05 Fit (0,095:0,27); nilai AIC sebesar 48,90 yang 2. Chi -square 12,34 ≠ 0 Fit belum sesuai kriteria ˂42.00; nilai NNFI se- 3. Chi -square/df 0,949231 ˂ 5 atau ˂ 2 Fit besar 0,90 yang belum sesuai dengan kriteria 4. NCP 0,00 (0,00;11.72) Fit ˃ 0,95. 5. R MSEA 0,000 ≤ 0,08 Fit Setelah dilakukan analisis, seperti cara 6. ECVI 0,73 (0,73; 0,93) Fit sebelumnya, ditemukan empat data belum 7. AIC 42,34 ˂ 56.00 Fit fit. Data tersebut diperbaiki, dan setelah itu 8. CAIC 88,76 ˂ 142,64 Fit disatukan kembali dengan lain dan dianali- 9. NFI 0,97 ˃ 0,9 Fit sis, hasilnya fit. Adapun hasil analisis ter- 10. NNFI 1,00 ˃ 0,95 Fit sebut disajikan pada Tabel 2. 11. CFI 1,00 (1:0,9) Fit 12. IFI 1,00 ˃ 0,9 Fit 13. RFI 0,95 (0:1) Fit

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 183 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Hasil Uji Kecocokan Model Tabel 5. Data Hasil Analisis Kecocokan Laporan hasil uji coba kecocokan Model Ricikan Kendang model ini merupakan hasil analisis 198 data. (Data 198) Hasil analisis data hasil pembelajaran rebab No Indikator Hasil Kriteria Ket. belum sesuai dengan model; karena nilai P 1. P value 0,05614 ≥0,05 Fit dan nilai AIC belum memenuhi criteria 2. Chi -square 15,16 ≠ 0 Fit (nilai P 0,01563 belum sesuai kriteria ≥ 3. Chi -square/df 1,895 ˂ 5 / ˂ 2 Fit 0,050 dan nilai AIC 58,99 juga belum sesuai 4. NCP 7,16 (0,0;22,23) Fit kriteria ˂ 56,00). 5. RMSEA 0,067 ≤ 0,08 Fit Setelah dianalsis dengan cara yang 6. ECVI 0,21 (0,17 ; 0,22) Fit sama dengan penelusuran data belum fit 7. AIC 41,16 ˂ 42,00 Fit laporan uji coba skala besar ditemukan data 8. CAIC 96,91 ˂ 132,05 Fit belum fit, yaitu data nomor 11 hingga 30. 9. NFI 0,99 ˃ 0,9 Fit Setelah diperbaiki, disatukan kembai, dan 10. NNFI 0,99 ˃ 0,95 Fit dianalisis hasil semua data fit. Adapun hasil

analisis tersebut disajikan pada Tabel 4. 11. CFI 0,99 (1:0,9) Fit 12. IFI 0,99 ˃ 0,9 Fit Tabel 4. Data Hasil Analisis Kecocokan 13. RFI 0,98 (0:1) Fit Model Ricikan Rebab (Data 198) Hasil analisis data hasil pembelajaran No Indikator Hasil Kriteria Ket. gender barung memberikan informasi bahwa 1. P value 0,06849 ≥0,05 Fit nilai P 0,0085 belum sesuai kriteria ≥0,05 2. Chi -square 12,14 ≠ 0 Fit dan nilai AIC adalah 58,99 yang belum se- 3. Chi -square/df 1,6331 ˂ 5 atau ˂ 2 Fit suai kriteria ˂ 56,00. Hasil analisis tersebut 4. NCP 8,23 (0,00; 24,96) Fit mengindikasikan bahwa dalam data tersebut 5. RMSEA 0,057 ≤ 0,08 Fit masih ada data yang belum cocok dengan 6. ECVI 0,26 (0,22 ; 0,34) Fit model. 7. AIC 51,23 ˂ 56.00 Fit Setelah dianalsis ditemukan data belum 8. CAIC 115,55 ˂ 176,07 Fit fit, yaitu data nomor 2, 81-90, dan 101-110. 9. NFI 0,99 ˃ 0,9 Fit Setelah diperbaiki, disatukan kembai, dan dianalisis hasil semua data fit. Adapun hasil 10. NNFI 0,99 ˃ 0,95 Fit analisis tersebut adalah sebagai berikut. 11. CFI 1,00 (1:0,9) Fit 12. IFI 1,00 ˃ 0,9 Fit Tabel 6. Data Hasil Analisis Kecocokan 13. RFI 0,98 (0:1) Fit Model Ricikan Gender Barung (Data 198) Hasil uji kecocokan model data hasil pembelajaran kendang adalah jumlah data No Indikator Hasil Kriteria Ket. 1. P value 0,21313 ≥0,05 Fit 198 tersebut setelah dianalisis data tersebut 2. Chi -square 16,71 ≠ 0 Fit belum fit. Indikatornya nilai P 0,00903 be- 3. Chi -square/df 1,285285 ˂ 5 atau ˂ 2 Fit lum sesuai kriteria ≥0,05, nilai RMSEA 4. NCP 3,71 (0,0;18,42) Fit 0,089 belum sesuai kriteria ≤ 0,08 dan AIC 5. RMSEA 0,038 ≤ 0,08 Fit hasil penghitungan adalah 46,37 yang be- 6. ECVI 0,24 (0,22 ; 0,37) Fit lum sesuai kriteria ˂ 42,00. 7. AIC 46,71 ˂ 56.00 Fit Setelah dianalsis ditemukan data be- 8. CAIC 111,03 ˂ 173,09 Fit lum fit, yaitu data nomor 133 hingga 137. 9. NFI 0,99 ˃ 0,9 Fit Setelah diperbaiki, disatukan kembali, dan 1,00 ˃ dianalisis hasil semua data fit. Adapun hasil 10. NNFI 0,95 Fit analisis tersebut disajikan pada Tabel 5. 11. CFI 1,00 (1:0,9) Fit 12. IFI 1,00 ˃ 0,9 Fit 13. RFI 0,99 (0:1) Fit

184 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pembahasan irama/tempo, keselarasan bunyi, dan kese- Hasil analisis data 198 hasil pembela- imbangan bunyi. jaran rebab, kendang, dan gender, seluruh Perspektif kemampuan mengembang- kan melodi dan pola ritme mengukur ke- indikator dinyatakan fit. Hal itu meng- indikasikan bahwa model yang dirancang mampuan pemain rebab dan gender me- diterima. Berdasarkan hal tersebut hasil pe- ngembangkan melodi serta pola ritme; per- spektif kemampuan menyelaraskan bunyi ngembangan konstruk instrumen hasil pem- belajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai dan tempo mengukur kemampuan peserta berikut. didik menyelaraskan bunyi dan tempo tiga Konstruk instrumen hasil pembelajar- ricikan tersebut; perspektif keseimbangan an rebab dan gender terdiri atas dimensi bunyi mengukur kemampuan peserta didik keteram-pilan dengan indikator (a) rawit, (b) menyeimbangan tiga ricikan tersebut; per- raras, (c) rampak, dan (d) rempeg; dan dimensi spektif pemahaman melodi, tempo, kesela- sikap dengan indikator (1) kognitif, (2) rasan bunyi dan keseimbangan bunyi meng- afektif, dan (3) psikomotorik dengan penge- ukur tingkat pemahaman elemen-elemen cualian konstruk hasil pembelajaran ken- pembelajaran praktik karawitan Jawa; se- dang tanpa indikator ranah afektif. dangkan perspektif penghayatan mengukur Hasil pembelajaran sikap mempeng- tingkat penghayatan melodi rebab dan aruhi hasil pembelajaran keteramipan rebab gender barung. sebesar 0,92; sedangkan muatan faktor Pengembangan konstruk instrumen masing-masing indikatornya rawit 0,80; raras peni-laian hasil pengembangan praktik kara- 0,81; rampak 0,75; rempeg sebesar 0,74; witan ini mengukur kemampuan peserta psikomotorik 0,77; kognitif 0,69; dan afektif didik dari perspektif psikomotorik (kete- 0,62. rampilan mema-inkan gamelan), perspektif Hasil pembelajaran sikap kendang kognitif (pemaham-an elemen pembelajar- koefisien mempengaruhi hasil pembelajaran an), dan perspektif afektif (tingkat peng- keterampilan memainkan kendang sebesar hayatan elemen-elemen pembelajaran prak- 0,98; sedangkan muatan faktor masing- tik karawitan Jawa). masing indikatornya rawit 0,83; raras 0,82; rampak 0,82; rempek 0,81; psikomotorik Simpulan 0,75 dan kognitif 0,69. Berdasarkan diskusi hasil penelitian Hasil pembelajaran sikap gender dapat disimpulkan sebagai berikut. Pene- barung mempengaruhi hasil pembelajaran litian “Pengembangan Konstruk Instrumen keterampilan memainkan gender barung se- Hasil Hasil Pembelajaran Praktik Karawitka besar 0,75; sedangkan muatan faktor ma- Jawa” menghasilkan konstruk instrumen ha- sing-masing indi-katornya rawit 0,92; raras sil pembelajaran rebab, kendang, dan gen- 0,89; rampak 0,87; rempeg 0,85. Psikomotorik der barung yang terdiri atas instrumen 0,71; kognitif 0,70; dan afektif 0,67. keterampilan dan instrumen sikap. Instru- Konstruk instrumen penilaian hasil men keterampilan mengukur kemampuan pembelajaran tersebut mengukur keteram- pesera didik dalam bekerja sama menggarap pilan memainkan gamelan Jawa dari (a) gending; instrumen sikap (piskomotorik) perspektif kemampuan mengembangkan me-ngukur pemahaman melodi, irama/tem- melodi dan pola ritme, (b) perspektif ke- po, keselarasan bunyi, dan keseimbangan mampuan menyelaraskan bunyi dan tempo, bunyi; instrumen sikap (afektif) mengukur serta (c) perspektif kemampuan menyeim- penghayatan melodi, dan instrumen sikap bangkan bunyi; pemahaman melodi, pola (psikomotorik) mengukur pengamalan me- ritme, tempo, keselarasan bunyi, dan ke- lodi, irama/tempo, keselarasan bunyi, dan seimbangan bunyi, tingkat penghayatan keseimbangan bunyi. melodi, serta tingkat pengamalan melodi, Kerja sama dalam menggarap gending menilai tingkat kerumitan melodi/cengkok, Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 185 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan pengendalian irama/tempo gending oleh psikomotorik mengukur tingkat pengamal- pengendang atau penyelarasan ritme tabuh- an elemen-elemen pembelejaran praktik ka- an ricikan rebab dan gender barung dengan rawitan Jawa. tempo gending, kemampuan menyelaraskan nada rebab dengan nada ricikan lain oleh Saran pengrebab atau kemampuan memproduksi Penggunaan instrumen ini untuk bunyi kendang dan gender barung, dan karawitan gaya lain perlu hati-hati, karena kemampuan menyeimbangkan bunyi dalam uji instrumen yang dilakukan masih terbatas tabuh bersama. Tingkat kerumitan cengkok/ pada karawitan gaya Surakarta. Permasalah- sekaran menilai penguasaan dan pengem- an yang mungkin muncul dalam peng- bangan cengkok (rebab atau gender barung) gunaan tersebut adalah indikator-indikator atau sekaran (kendang); kemampuan menye- yang digunakan dalam instrumen ini ke- laraskan nada rebab dengan nada ricikan lain mungkinan tidak sesuai, oleh karena perlu mengukur kemampuan pengrebab dalam peneyesuaian. menyamakan nada hingga menaplikasikan embat alam dalam bermain bersama, kemam- puan memproduksi bunyi kendang meng- Daftar Pustaka ukur keselarasan dan keseimbangan bunyi Ancok, Djamaludin (2002). Teknik penyusun- kendang: kemampuan bunyi gender barung an skala pengukur. Yogyakarta: Pusat mengukur kenyaringan dan keselarasan Studi Kependudukan dan Kebijakan tabuhan gender barung; pengendalian tem- UGM. po mengukur kesesuaian tempo dan karak- Azwar, Saifuddin (2005). Penyusunan skala ter gending serta kehalusan perpindahannya; psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. penyelarasan ritme tabuhan dengan tempo gending mengukur ketepatan dan kualitas Azwar, Saifuddin. (2004). Reliabilitas dan vali- tempo tabuhan; sedangkan menyeimbang- ditas. Yogyakarta: Pustaka Belajar kan bunyi dalam tabuh bersama mengukur Borg, W R. & Gall, M. D. (1996). Educatio- kemampuan menyeimbangkan bunyi hingga nal research, an introduction (fourth edi- mengolah bunyi sebagai dinamika cengkok tion). New York: Longman atau untuk mengendalikan tempo gending. Borich, Gary dan Kubiszyn, Tom (2010). Instrumen sikap kognitif mengukur Educational testing & measurement, class- pemahaman elemen-elemen pembelajaran room apllication and practice (nine edition). praktik karawitan Jawa. Sikap tersebut Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. mengukur pemahaman cengkok/sekaran, Brown, Frederick G. (1985). Principles of edu- keselarasan bunyi, pengendalian/penyelaras- cation and psychological testing. New an irama/tempo gending; merespon tabuh- York: Holt, Rinehart and Winston. an ricikan lain mengukur kemapuan pemain Denzin, Norman K. (1978). Sociology, metho- rebab dan gender barung menanggapi ta- dology, research. New York: McGraw- buhan hingga kerja sama dalam menggarap Hill. cengkok, tingkat capaian belajar melodi, ira- ma/tempo gending, keselarasan bunyi, dan Djumadi. (1982). Tuntunan belajar rebab. Su- keseimbangan bunyi mengukur tahapan ke- rakarta: Sekolah Menengah Karawitan mampuan memproduksi komponen pem- Indonesia. belajaran tersebut dari memproduk-sinya Fernandes, H.J.X. (1984). Evaluation of educa- secara terbimbing hingga menghasilkan tional programs. Jakarta: National Edu- komponen-komponen terserbut sebagai ga- cational Planning Program Evaluation ya pribadi. and Curriculum Development. Instrumen sikap afektif mengukur Ghozali & Fuad (2005). Structural equation tingkat penghayatan melodi rebab dan modeling, teori, konsep, dan aplikasi dengan gender barung; sedangkan instrumen sikap

186 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014 Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

program lisrel 8.54. Semarang: Badan Ridwan (2005). Skala pengukuran variabel- Penerbit Universitas Diponegoro. variabel penelitian. Bandung: Penerbit Ghozali, Imam. (2005b). Aplikasi analisis Alfabeta. multivariat dengan program spss. Sema- Sayuti, Suminto A. (2004). Pendidikan seni rang: Badan Penerbit Universitas dalam perspektif kurikulum berbasis Diponegoro. kompetensi: beberapa catatan awal. Gorsuch, Richard L. (1983). Factor Analysis. Dalam Yayah Kusbiyah dan Atiqa Hillsdale: Lawrence Erlbaum Associa- Sabardila (ed). Pendidikan apresiasi seni, tes Publisher. wacana dan praktik untuk toleransi Johnson, David W., & Johnson, Roger T. pluralisme budaya. Surakarta: Pusat (2002). Meaningful assessment manageable Studi dan Perubahan Sosial. and cooperative process. Boston: Allyn & Scruton, Roger. (1999). The aesthetics of mu- Bacon. sic. New York: Oxford University. Litwin, Mark S. (1995). How to measure survey Sitinjak, T.J.R. & Sugiarto (2006). Lisrel. reliability and validity. London: Sage Yogyakarta: Graha Ilmu. Publications. Sodikun, Imam. (2004). Pengembangan sis- Lutan, Rusli (1988). Belajar keterampilan tem penilaian hasil belajar keterampil- motorik; pengantar teori dan metode. an gerak dalam Rekayasa sistem penilai- Jakarta: Depdikbud. an dalam rangka meningkatkan kualitas Machlis, Joseph (1955). The enjoyment of mu- pendidikan (86-97). Yogyakarta: Him- sic. New York: W.W. Norton & Com- punan Evaluasi Pendidikan Indonesia. pany. Solimun. (2002). Structural equation modeling Magill, R. A. (1993). Motor learning, con-cept (SEM) Lisrel dan Amos. Malang: and applications, Du-buque: C. Brown Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Communications Inc. Sudijono, Anas (2011). Pengantar evaluasi Mardapi, Djemari (2004). Pengembangan pendidikan. Jakarta: PT Raja Garfindo sistem penilaian berbasis kompetensi Persada. dalam Rekayasa sistem penilaian dalam Supanggah, Rahayu (2004). Gatra: a basic rangka meningkatkan kualitas pendi-dikan concept of traditional javaneese gen-ding. (71-85). Yogyakarta: Himpunan Balungan, A Publication of The Evaluasi Pendidikan Indonesia. American Gamelan Institute, volume Mardapi, Djemari. (2008). Teknik penyusunan 9-10: 1-12. instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Suyanto. (1988). Metode statistika multivariat. Mitra Cendekia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Martopangrawit (1975). Pengetahuan kara- Kebudayaan. witan 1. Surakarta: Akademi Seni Ka- Wijanto, Setya Hari. (2008). Structural equ- rawitan Indonesia. ation modeling dengan lisrel. Yogyakarta: Nunnally, Jum C (1970). Introduction to psy- Graha Ilmu. chological measurement. New York: Mc- Zamroni (2004). Pengembangan sistem pe- Graw Hill Book Company. nilaian pendidikan menengah yang Popham, Jame W. (1995). Classroom assess- menerapkan kbk dalam kerangka oto- ment, what teachers need to know. Los nomi daerah dalam Rekayasa sistem pe- Angeles: California University. nilaian dalam rangka meningkatkan ku- alitas pendidikan (42-50). Yogyakarta: Prier, SJ., Karl-Edmund (1999). Sejarah Himpunan Evaluasi Pendidikan Indo- musik jilid 1. Yogyakarta: Pustaka nesia. Musik Liturgi.

Pengembangan Konstruk Instrumen Hasil Belajar − 187 Budi Raharja, Suminto A. Sayuti