PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi

Salatiga, 26 Januari 2019

Penerbit:

FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 i

EDITOR Agna Sulis Krave, Ph.D Desy Fajar Priyayi, M.Pd Rully Adi Nugroho, Ph.D Dr.V. Irene Meitiniarti, M.P Dr. Sri Kasmiyati., M.Si Dr. Elizabeth Betty Elok Kristiani, M.Si Drs. Sucahyo., M.Sc Risya Pramana Situmorang, M.Pd Slamet Basuki Ruth Gabriella

ISBN: 978-602-61913-2-8

Penerbit: Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Redaksi: Gedung C Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Indonesia Telp/ Fax: (0298) 321212 ext: 323; (0298) 321433 Website: http://biologi.uksw.edu

Cetakan pertama, Maret 2019

Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seijin tertulis dari penerbit

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 ii

KATA PENGANTAR

Salam damai sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga Prosiding Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi UKSW 2019 dapat terbit sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Panitia. Seluruh makalah yang terdapat di dalam prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang telah lolos seleksi oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019, yang diselenggarakan Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana. Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta seminar yang telah mempresentasikan hasil penelitian dan memberikan informasi tentang berbagai strategi inovatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran biologi di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019 ini mengangkat tema “Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi”. Panitia menghadirkan Prof. I Gusti Putu Suryadarma, Bapak Kilala Tilaar, dan Dr. Budi Setiadi Daryono sebagai pemakalah utama yang akan menyampaikan materi tentang pembelajaran kreatif, inovasi dalam pemanfaatan sumberdaya hayati asli indonesia untuk pengembangan produk jamu, kosmetika dan nutraseutika, serta discovery dan inovasi dalam teknik rekayasa genetika pada melon. Peserta seminar nasional yang mempresentasikan hasil penelitiannya ini berasal dari Salatiga, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Surabaya, Lubuklinggau, dan Kupang. Selain itu, seminar ini juga diikuti oleh beberapa mahasiswa yang berasal dari universitas dan lembaga pendidikan di pulau Jawa. Seminar nasional ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik dari seluruh panitia seminar dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara seminar nasional ini. Oleh karena itu, perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras demi suksesnya kegiatan. Kami menyadari bahwa penyelenggaraan seminar ini mungkin masih ada kekurangan baik dalam penyajian acara, pelayanan administrasi dan keterbatasan fasilitas. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, sebagai bentuk akhir dari proses pertanggungjawaban seminar, maka prosiding ini diterbitkan. Semoga prosiding ini dapat ikut berperan dalam penyebaran hasil kajian dan penelitian di bidang biologi dan pendidikan biologi dan mendukung atmosfir penelitian yang baik dan budaya riset yang kuat, berkelanjutan dan berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi biologi. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan prosiding ini sehingga masukan dan saran sangat kami harapkan. Terimakasih.

Salatiga, 20 April 2019 Ketua Panitia,

Rully Adi Nugroho, Ph.D.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 iii

SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS BIOLOGI

Puji syukur kepada Tuhan bahwa seminar nasional Biologi dan Pendidikan Biologi, Fakultas Biologi yang ke dua tahun 2019 ini telah berlangsung dengan baik. Pada Seminar Nasional tahun 2019 ini bertema INOVASI DALAM PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN BIOLOGI. Tema ini dibuat dengan sengaja untuk memotivasi bagi pemerhati, pengamat dan pemran dalam bidang Biologi serta Pendidikan Biologi untuk lebih berinovasi dan kreatif. Dalam menghadapi pasar bebas Tenggara yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), diperlukan perubahan yang mendasar dalam penelitian dan pembelajaran khususnya bidang Biologi. Persaingan yang ketat akan semakin tampak, oleh sebab itu dalam mempersiapkan peserta didik dibutuhkan kreatif dan inovatif. Bagaimana dunia pendidikan dan pembelajaran kita beradaptasi dengan kondisi tersebut? Ajang forum ilmiah seminar nasional ini dibutuhkan sebagai ajang komunikasi bersama, dengan saling tukar ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bidang Biologi dan Pendidikan Biologi bersama-sama. Semoga hasil dari forum ilmiah/diskusi ini dapat memantik ide-ide baru dan mengembangkan daya cipta. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi kalangan akademis, pemerintah dan industri untuk melihat peluang-peluang kerjasama dengan berbagai pihak. Salam Inovasi.

Salatiga, 20 April 2019 Dekan Fakultas Biologi,

Dra. Lusiawati Dewi M.Sc

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 iv

DAFTAR ISI

Halaman Cover ………………………………………………………………………………………………………………………. i Editor ………………………………………….…………………………………………………………………………...……………. ii Kata Pengantar………………………………………………..……………………………………………………………………… iii Sambutan Dekan Fakultas Biologi ……………………………………..……………………………..……………………. iv Daftar Isi ………………………………………………….……………….……………………………………………………………. v Materi Pembicara Utama 1 ………………….…………………………………..……………………………………………. 1 Materi Pembicara Utama 2 ……………………………………………………………..………..…………………………… 12 BIOLOGI ERA CAHAYA Oleh Anggara Mahardika, AB Susanto, Bibin Bintang Andriana, Hidetoshi Sato ……………………… 25 ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI TEKSTIL KOTA CIMAHI (STUDI KASUS AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN MELONG, KECAMATAN CIMAHI SELATAN, KOTA CIMAHI) Oleh Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi ………………………………………….……………………. 35 DEKOLORISASI PEWARNA TOSCA MENGGUNAKAN KOAGULAN FERRO SULFAT DAN LUMPUR AKTIF DARI PABRIK TEKSIL DI SALATIGA PADA KONDISI AEROB Oleh Agustien Sri Noerwahju, V. Irene Meitiniarti, Sri Kasmiyati …………………………………………….. 48 EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN KARDUS TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Oleh Suparti dan Agustina Ratnaningrum ………………………………………….…………………………………… 59 KONSENTRASI KLOROFIL PADA BERBAGAI VARIASI SUHU PENGERINGAN DENGAN VACUUM DRYING PADA SUP KRIM DARI RUMPUT LAUT (Caulerpa sp.) Oleh Dhanang Puspita, Windu Merdekawati, Arisia Putri Sandy Mahendra……………………………. 66 EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SABUT KELAPA TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Oleh Suparti dan Utami Anggriyatno ………………………………………….………………………………………….. 72 PENGARUH GENOTIPE TERHADAP PEMBENTUKAN SPOROFIT DADI MASSA PROTALUS PAKIS EMAS (Cibotium barometz (L.) J. Sm.) SECARA IN VITRO Oleh Yupi Isnaini dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo ………………………………………….………………… 79 ISOLASI DAN KARAKTERISASI DUA ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI TANAH PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG, INDONESIA Oleh Chrisseptina Damayanti, V. Irene Meitiniarti, Rully Adi Nugroho ……………………………………. 86 ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT YANG MEMPUNYAI AKTIVITAS AMILOLITIK PADA UMBI TALAS (Colocasia esculenta L.) Oleh Destik Wulandari, Desi Purwaningsih ………………………………………….……………..………………….. 93 ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL SELULASE DAN XILANASE DARI TAMAN NASIONAL LORE LINDU Oleh Luciasih Agustini dan Lisna Efiyanti ………………………………………….…………………………………….. 97 BIODIVERSITAS MIKROORGANISME YANG DIISOLASI DARI PROSES PEMBUATAN MINUMAN BERALKOHOL ‘CIU’ DI JAWA TENGAH Oleh Luciasih Agustini ………………………………………….…………………………………………………………………. 109 INTROGRESI SEKUENS DNA PENYANDI CRISPR: Cas9:sgRNA KE DALAM GENOM PADI (Oryza sativa Linn.) DENGAN GEN TARGET OsSWEET11 Oleh Ivan Tjahja Pranata ………………………………………….………………………………………….…………………. 118 POTENSI PENGEMBANGAN KEANEKARAGAMAN ANGGREK SPESIES GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN, YOGYAKARTA SERTA USAHA KONSERVASINYA Oleh Amru Rizal Basri, Alim El Hakim, Fauzana Putri, Nureni Dhuha Mustika, Endang Semiarti ……………. 128 KINERJA RUMAH KACA KONTRUKSI BAMBU PADA PENGERINGAN TEMBAKAU MOLE SUMEDANG (Nicotiana tobaccum L.) Oleh Lala Romlah ………………………………………….………………………………………….……………………………. 136

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 v

KONSERVASI EX-SITU Artocarpus spp. DI KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI SARANA EDUKASI BUAH KHAS INDONESIA Oleh Popi Aprilianti ………………………………………….………………………………………….…………………………. 145 STRUKTUR KOMUNITAS MAKROFAUNA BENTIK DI PANTAI PRAPAT AGUNG, PANTAI KARANG SEWU GILIMANUK, DAN PANTAI CEKIK, BALI BARAT Oleh Putri Afin Nurhayati, Jordan Oktavio Marcelino, Aulia Umi Rohmatika, Moch. Affandi ……………….. 154 PEMODELAN MATEMATIKA PENGOLAHAN LEACHATE Oleh William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmodjo …………………………………………………… 162 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) EDUECOTOURISM BERBASIS POTENSI LOKAL Oleh Hafidhah Hasanah , I.G.P. Suryadarma …………………………………………………………………………… 170 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS KEARIFAN LOKAL DATARAN TINGGI DIENG DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP Oleh Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma …………………………………………………………………… 179 MEMPROMOSIKAN KONSERVASI MANGROVE MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP TEMATIK, DI KABUPATEN INDRAMAYU Oleh Hendra Gunawan, Sugiarti, Diah Zuhriana, Suherna ………………………………………………………. 187 Lampiran Notulensi ……………………………………………………………………………………………………………….. 203

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 vi

POTENSI PENGEMBANGAN KEANEKARAGAMAN ANGGREK SPESIES GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN, YOGYAKARTA SERTA USAHA KONSERVASINYA

Amru Rizal Basri1, Alim El Hakim1, Fauzana Putri1, Nureni Dhuha Mustika1, Endang Semiarti2 1) Biology Orchid Study Club, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada 2) Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada Email: [email protected]

ABSTRAK

Anggrek (Familia ) diperkirakan muncul sekitar 112 juta tahun yang lalu dengan keanekaragaman yang tinggi dan mencapai 25.000 spesies. Anggrek merupakan tanaman yang memiliki nilai estetika dan nilai lainnya seperti fungsional biofarmaka, banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat – obatan. Berbagai fitokimia dengan aktivitas biologis yang tinggi termasuk karotenoid, flavonoid, fenolik, dan berbagai senyawa turunannya dapat ditemukan dalam ekstrak anggrek dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Gunung Api Purba Nglanggeran (GAPN) merupakan kawasan wisata berwawasan lingkungan berbasis masyarakat yang berada di Patuk, Gunung Kidul. GAPN memiliki kemelimpahan anggrek yang tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpaham anggrek spesies serta potensi pengembangannya dan upaya konservasinya. Penelitian ini menggunakan metode plot dengan 8 plot imajiner untuk mengetahui distribusi dan kemelimpahan spesies anggrek serta studi literatur untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung pada tanaman. Spesies anggrek yang ditemukan antara lain Bryobium retusum, Coelogyne trinervis, Crepidium kobi, Dendrobium crumenatum, Luisia zollingeri, Pholidota imbricata, Polystachya concreta, Rhynchostylis retusa, dan Zeuxine gracilis. Anggrek tersebut berupa anggrek epifit, terestrik, dan litofit. Berdasarkan subfamilianya, terdiri dari 80% , 10% Vandoideae, dan 10% Orchidoideae. GAPN memiliki susunan batuan vulkanik yang unik sebagai substrat tumbuh anggrek. Banyaknya metabolit sekunder yang terkandung dalam anggrek ini menimbulkan potensi eksploitasi oleh masyarakat sehingga mengancam biodiversitas anggrek. Metabolit sekunder yang dihasilkan anggrek spesies GAPN diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Penyuluhan kepada masyarakat dan wisatawan perlu dilakukan agar potensi ini dapat diketahui, namun biodiversitas anggrek di GAPN tetap terjaga.

Kata kunci: Anggrek alam; GAPN; konservasi; metabolit sekunder

PENDAHULUAN Familia Orchidaceae diperkirakan muncul sekitar 112 juta tahun yang lalu dengan keanekaragaman yang tinggi dan mencapai 25.000 spesies (Wagner et al., 2015). Spesies anggrek tersebut dikelompokkan ke dalam 700 dengan distribusi meliputi daerah tropis di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan sebelah timur Pegunungan Himalaya (Marsusi, 2001). Di Indonesia, diketahui terdapat sekitar 5000 spesies anggrek dengan persebaran di Pulau Jawa kurang lebih 731 jenis dan 642 diantaranya tersebar di Jawa Barat (Djuita, 2004). Anggrek memiliki variasi yang besar pada fitur bunga, bentuk hidup, distribusi habitat, dan pola trofik (Taylor et al., 2012). Tanaman dianggap sebagai pabrik biosintesis sebagian besar metabolit sekunder yang merupakan senyawa hasil produksi tanaman yang tidak penting dan tidak dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Zhi-lin et al., 2007). Sehingga bahan kimia hasil metabolit sekunder tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat, pestisida,

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 128

pewarna, penyedap rasa, dan kepentingan komersial lainnya (Zhi-lin et al., 2007). Sekitar 200.000 bahan kimia hasil sintesis dari berbagai jalur metabolisme telah diidentifikasi dari tumbuhan (Anke et al., 2008). Anggrek merupakan tanaman yang memiliki nilai estetika dan nilai fungsi, misalnya anggrek yang banyak dimanfaatkan sebagai obat – obatan oleh orang sejak zaman kuno (Arora et al., 2017). Pemanfaatan obat tradisional sebagai antiimflamasi, anti- cholinesterase, antibakteri, dan antikanker (Nguyen et al., 2018). Berbagai fitokimia dengan aktivitas biologis yang tinggi termasuk karotenoid, flavonoid, fenolik, dan berbagai senyawa turunannya dapat ditemukan dalam ekstrak anggrek dan menunjukka aktivitas antioksidan yang kuat (Nguyen et al., 2018). Beberapa anggrek yang diprediksi sebagai sumber antioksidan potensial diantaranya adalah Anacamptis pyrimidalis, Habenaria edgeworthii, Ansellia africana, Eulophia petersii, dan Dendrobium nobile.(Nguyen et al., 2018). Melihat potensi dari metabolit sekunder anggrek yang begitu besar, ternyata sekitar 25% spesies anggrek telah dieksploitasi hingga titik pemusnahan untuk digunakan dalam pengobatan tradisional tiongkok (Liu et al., 2015). Oleh karena itu, sangat diperlukan upaya konservasi yaitu usaha untuk melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara seimbang sehingga kelestariannya tetap terjaga (Rachman, 2012). Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pegunungan Selatan Yogyakarta merupakan susunan gunung api yang dikenal sebagai “Old Andesite Formation” dan merupakan bagian dari pembelajaran busur gunung api Indonesia berumur Tersier (Hartono et al., 2008). Gunung Api Purba Nglanggeran mempunyai karakter yang unik karena tersusun atas batuan berusia tersier yaitu sekitar 20 – 25 juta tahun dan mempunyai iklim basah transisi kering sehingga mempunyai lingkungan fisik, kimiawi, dan biotik yang berbeda dibanding gunung api di Indonesia pada umumnya (Kusumo and Prasetyo, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpaham anggrek spesies serta potensi pengembangannya dan upaya konservasinya.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di jalur pendakian Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta dengan titik koordinat 7°50'36"S 110°32'17"E sampai 7°50'18"S 110°32'35"E. Penelitian menggunakan metode plot imajiner sebanyak 8 plot selama November 2018. Jalur eksplorasi direkam menggunakan aplikasi GPS Essentials dan divisualisasi menggunakan Google Earth Pro 7.3.2.5491.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 129

Gambar 1. Jalur Eksplorasi Anggrek Spesies Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta. A. B. retusum, B. C. trinervis, C. C. kobi, D. D. crumenatum, E. L. zollingeri, F. P. imbricata, G. P. concreta, H. R. retusa, I. Z. gracilis.( https://earth.google.com/web/)

Identifikasi Spesies Spesies yang ditemukan diidentifikasi langsung di lapangan. Spesies yang belum teridentifikasi dikoleksi untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku Orchid of (Comber 1990). Data spesies anggrek juga disajikan menurut Subfamila dan cara hidupnya. Data metabolit sekunder dicari berdasarkan studi literatur. Analisis Data Data dianalisis untuk mengetahui ciri khusus dan nilai penting (NP) dari kemelimpahan anggrek dengan formula : NP = DR + FR Densitas, frekuensi, densitas relatif, dan frekuensi relatif dihitung dengan formula sebagai berikut : (1). Densitas = (jumlah individu setiap spesies)/(area penelitian) (2). Frekuensi = (jumlah plot ditemukan anggrek)/(jumlah plot keseluruhan) (3). Densitas relatif = (Densitas spesies A)/(Total densitas seluruh spesies) x 100% (4). Frekuensi relatif = (Frekuensi spesies A)/(Total frekuensi seluruh spesies) x 100% Keterangan : Nilai Penting (NP), Densitas Relatif (DR), Frekuensi Relatif (FR)

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini diperoleh 9 spesies anggrek yang dikelompokkan berdasarkan subfamilianya yaitu Epidendroideae (7 spesies) 80%, Vandoideae (1 spesies) 10% dan (1 spesies) Orchidoideae 10 %. Epidendroideae merupakan anggrek anggota kelompok subfamilia terbesar yang ditemukan di lokasi ini. Berdasarkan cara hidupnya, anggrek dikelompokkan menjadi epifit, litofit, dan terestrik. Spesies anggrek yang paling banyak dijumpai adalah Bryobium retusum dengan 175 individu sedangkan yang paling sedikit adalah Rhynchostylis retusa dengan 5 individu (Gambar 2, Tabel 1).

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 130

Tabel 1 . Anggrek Spesies di kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta Spesies Subfamilia CH D F DR FR NP Bryobium retusum (Blume) Y.P.Ng & Epidendroideae EL 175 0,5 36,23 10,42 46,65 P.J.Cribb Coelogyne trinervis Lindl. Epidendroideae E 16 0,125 3,31 2,60 5,91 Crepidium kobi (J.J.Sm.) M.A.Clem & Epidendroideae T 34 0,675 7,04 14,06 21,10 D.L.Jones Dendrobium crumenatum Sw. Epidendroideae EL 19 0,375 3,93 7,81 11,74 Luisia zollingeri Rchb.f. Epidendroideae L 37 0,375 7,66 7,81 15,47 Pholidota imbricata Lindl. Epidendroideae L 83 0,625 17,18 13,02 30,20 Polystachya concreta (Jacq.) Garay & Vandoideae EL 37 0,375 7,66 7,81 15,47 H.R.Sweet Rhynchostylis retusa (L.) Blume Epidendroideae EL 5 0,25 1,04 5,21 6,25 Zeuxine gracilis (Breda) Blume Orchidoideae T 76 0,625 15,73 13,02 28,75 Keterangan: CH= Cara Hidup; D= Densitas; F= Frekuensi; DR= Densitas Relatif; FR= Frekuensi Relatif; NP= Nilai Penting

Gambar 2. Tanaman anggrek spesies yang ditemukan di Gunung Api Purba Nglanggeran. A. Bryobium retusum, B. Coelogyne trinervis, C. Crepidium kobi, D. Dendrobium crumenatum, E. Luisia zollingeri, F. Pholidota imbricata, G. Polystachya concreta, H. Rhynchostylis retusa, I. Zeuxine gracilis.

Anggrek memiliki distribusi yang luas karena memiliki biji yang berukuran sangat kecil bahkan mikroskopis menyerupai serbuk yang sangat membantu dispersal alami tanaman anggrek spesies melalui biji, meskipun faktor luasnya persebaran ini sangat bergantung pada karakter setiap spesies (Brzosko et al., 2017). Kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran memiliki ketinggian puncak 700 mdpl. Dataran tinggi memiliki kecepatan angin yang tinggi sehingga memiliki potensi untuk menyebarkan biji anggrek yang lebih luas. Jalur eksplorasi anggrek Gunung Api Purba Nglanggeran kebanyakan berupa batuan vulkanik dan dijumpai hanya sesekali di hutan. Gunung Api Purba Nglanggeran diperkirakan berumur jutaan tahun sehingga banyak abu vulkanik yang terendapkan di permukaan batuan. Batuan sisa letusan gunung berapi adalah batuan beku. Abu vulkanik tersebut menjadi bahan induk yang subur untuk ditumbuhi banyak jenis tumbuhan (Dwi et al., 2013). Belum ada penelitian tentang pengaruh struktur batuan vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran terhadap keberadaan spesies anggrek. Vegetasi di Gunung Api Purba Nglanggeran menghasilkan seresah daun yang tinggi sehingga potensi menjadi unsur hara juga tinggi (Kusumo and Prasetyo, 2016).

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 131

Keanekaragaman dan kemelimpahan anggrek spesies pada lokasi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban. Suhu pada lokasi penelitian ini 30-31,7˚C, intensitas cahaya 86-1625 (x 10 lux), dan kelembaban 30-38%. Penelitian ini dilakukan pada ketinggian 460-658 mdpl. Penelitian ini dilakukan di jalur pendakian kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran dengan karakteristik batuan vulkanik berumur jutaan tahun dan lantai hutan yang memiliki seresah daun yang tebal sehingga mempengaruhi keberadaan anggrek litofit dan terestrik. Hasil eksplorasi yang diperoleh sebanyak 9 anggrek ditemukan di sepanjang jalur. Beberapa spesies anggrek ditemukan di lokasi yang berbeda dengan 2 cara hidup yaitu epifit dan litofit. Anggrek tersebut antara lain Bryobium retusum, Dendrobium crumenatum, Polystachya concreta, dan Rhynchostylis retusa. Umumnya spesies-spesies anggrek tersebut hanya dijumpai dengan cara hidup epifit, namun diperkirakan karakter batuan vulkanik yang unik menjadi faktor munculnya anggrek tersebut dalam cara hidup litofit. Berdasarkan hasil identifikasi yang diperoleh, Bryobium retusum memiliki nilai penting (NP) tertinggi sebesar 46,65. Hal ini menunjukkan bahwa B. retusum memiliki peran penting dalam ekosistem. Spesies ini banyak ditemukan menempel pada substrat pohon dan tebing batuan vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran. Anggrek ini mampu menempel pada substrat karena memiliki tipe akar lekat. B. retusum juga ditemukan dalam berbagai kemiringan lereng tebing. Faktor yang menyebabkan spesies anggrek ini mampu berada di berbagai kemiringan tebing adalah pergerakan angin dan kesesuaian substrat dengan spesies anggrek. Tebing batuan vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran diduga memiliki komunitas mikoriza sebagai agen simbiotik pada perkembangan biji karena biji anggrek tidak memiliki endosperm atau endosperm tidak berkembang/mereduksi (Comber, 1990). Spesies anggrek yang memiliki frekuensi terbesar adalah P. imbricata dan Z. gracilis, ditemukan pada 6 dari 8 plot yang dibuat dan membuktikan bahwa tidak hanya faktor angin yang menyebabkan luasnya persebaran biji anggrek, namun juga banyak faktor lainnya. Spesies anggrek dengan densitas tertinggi adalah Bryobium retusum, ditemukan sebanyak 175 individu. Spesies anggrek ini hidup berumpun (berkelompok) karena arah gerak tumbuh simpodial. Rhynchostylis retusa memiliki densitas terendah dengan hanya dijumpai 5 individu. Sebanyak 4 individu ditemukan dengan cara hidup litofit sedangkan 1 individu lainnya ditemukan dengan cara hidup epifit. Banyak jenis dari familia Orchidaceae yang banyak mengandung berbagai metabolit sekunder dan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Metabolit sekunder khusunya fernatren banyak dikandung oleh anggrek terutama dari genus Bletilla, Bulbophyllum, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Ephemerantha, Epidendrum, Bryobium dan Maxillaria (Kovács et al., 2008). Anggrek pada jenis Pholidota imbricata dapat menjadi agen penghambat bakteri dan jamur (Marasini and Joshi, 2013). Zeuxine gracilis mempunyai manfaat dalam menghambat pertumbuhan nyamuk Anopheles stephensi, Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus yang merupakan vektor penyakit malaria, demam berdarah, dan filariasis (Kovendan et al., 2018). Spesies Rhynchostylis retusa dan Geodorum densiflorum memiliki kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid yang tinggi. Menurut Yanti et al. (2015) ditemukan Geodorum densiflorum di GAPN. Banyaknya kandungan metabolit sekunder pada anggrek yang ada di GAPN dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sehinngga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sinergi dan kolaborasi antara masyarakat dan pihak pengelola GAPN sangat perlu diwujudkan untuk melestarikan anggrek di GAPN. Strategi konservasi bagi anggrek yang termasuk tumbuhan herbaceous dapat dilakukan dengan pendekatan ekologi yang lebih

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 132

holistik. Pendekatan ekologi yang lebih holistik berarti mempertimbangkan semua faktor lingkungan yang saling mempengaruhi. Penting dilakukan sebuah penyelarasan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan. Penyelarasan antara konservasi dan pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan langkah-langkah pengelolaan kawasan, rencana pemanfaatan lahan berkelanjutan, reformasi sektor, dan pendanaan berkelanjutan (Buletin KBR4, 2015). Menurut Purnomo et al. (2015) strategi konservasi untuk populasi tumbuhan di suatu wilayah adalah dengan tiga langkah utama yaitu; penguatan sistem database, pengayaan tumbuhan yang jumlahnya rendah dan penetapan spesies- spesies prioritas untuk konservasi. Inventarisasi untuk melengkapi database keanekaragaman anggrek di GAPN yang terus diperbaharui dapat memonitor keanekaragaman anggrek dari waktu- kewaktu sehingga dapat dilakukan langkah yang tepat apabila terjadi penurunan jumlah maupun jenis anggrek. Pengayaan tumbuhan dapat dilakukan dengan perhatian khusus seperti membuat lokasi tematik yang diisi jenis anggrek yang menjadi ciri khas atau unggulan dari GAPN. Menetapkan spesies prioritas yang untuk konservasi dilakukan untuk mencegah hilangnya spesies tertentu di GAPN. Spesies yang ditetapkan sebagai prioritas adalah spesies yang menurun jumlahnya secara kontinyu. Spesies yang sudah ditetapkan ini akan diperhatikan dan dilakukan pencegahan terhadap gangguan lingkungan di tempat jenis itu berada. Pemanfaatan dan pengembangan potensi anggrek yang ada di GAPN perlu diimbangi dengan upaya konservasi potensi ini anggrek di GAPN dapat dieksplor, namun biodiversitas anggrek tetap terjaga. Selain konservasi secara in situ yang dilakukan dengan menjaga keberadaan anggrek di habitat aslinya, dapat pula dilakukan konservasi anggrek secara ex situ yaitu dengan membudidayakan anggrek untuk perbanyakan massal di laboratorium kultur jaringan, setelah diperoleh jumlah massal dari anggrek tersebut selanjutnya bibit anggrek dapat ditanam kembali ke habitat aslinya. Untuk itu perlu sinergi yang baik dan komprehensif dari berbagai pihak yaitu pemerintah daerah, masyarakat, akademisi dan pihak industri.

KESIMPULAN Spesies anggrek yang ditemukan di GAPN antara lain Bryobium retusum, Coelogyne trinervis, Crepidium kobi, Dendrobium crumenatum, Luisia zollingeri, Pholidota imbricata, Polystachya concreta, Rhynchostylis retusa, dan Zeuxine gracilis. Anggrek tersebut berupa anggrek epifit, terestrik, dan litofit. Berdasarkan subfamilianya, terdiri dari 80% Epidendroideae, 10% Vandoideae, dan 10% Orchidoideae. GAPN memiliki susunan batuan vulkanik yang unik sebagai substrat tumbuh anggrek. Banyaknya metabolit sekunder yang terkandung dalam anggrek ini menimbulkan potensi eksploitasi oleh masyarakat sehingga mengancam biodiversitas anggrek. Metabolit sekunder yang dihasilkan anggrek spesies GAPN diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Penyuluhan kepada masyarakat dan wisatawan perlu dilakukan agar potensi ini dapat diketahui, namun biodiversitas anggrek di GAPN tetap terjaga.

UCAPAN TERIMA KASIH Banyak terima kasih kami ucapkan kepada Biology Orchid Study Club (BiOSC) UGM sebagai fasilitator penelitian ini.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 133

DAFTAR PUSTAKA Anke, Sven, Daniela Gonde, Elisabeth Kaltenegger, Robert Ha¨nsch, Claudine Theuring, and Dietrich Ober. (2008) ‘Pyrrolizidine Alkaloid Biosynthesis in Phalaenopsis Orchids : Developmental Expression of Alkaloid-Specific Homospermidine Synthase in Root Tips and’, American Society of Biologists, 148(October),751–760. doi: 10.1104/pp.108.124859. Arora, M., Mahajan, A. and Sembi, J. K. (2017) ‘A REVIEW ON PHYTOCHEMICAL AND PHARMACOLOGICAL POTENTIAL OF FAMILY ORCHIDACEAE’, INTERNATIONAL RESEARCH JOURNAL OF PHARMACY, 8(10), 9–24. doi: 10.7897/2230-8407.0810176. Brzosko, Emilia, Beata Ostrowiecka, Jarosław Kotowicz, Magdalena Bolesta, Aneta Gromotowicz, Małgorzata Gromotowicz, Anna Orzechowska, Justyna Orzołek, Marta Wojdalska . (2017) ‘Seed dispersal in six species of terrestrial orchids in Biebrza National Park (NE Poland)’, Acta Societatis Botanicorum Poloniae, 86(3). doi: 10.5586/asbp.3557. Comber, J. B. (1990). Orchids of Java. Surrey: Bentham-Moxon Trust, Royal Botanic Gardens, Kew DJUITA, N. R. (2004) ‘Orchids diversity of Situ Gunung, Sukabumi’, Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 5(2), 77–80. doi: 10.13057/biodiv/d050207. Handayani, Luluk D. W., Boedi Tjahjono, dan Bambang Hendro T. (2013) ‘IKONOS Interpretation of Guntur Volcano ’ s Landforms Using IKONOS Imagerie’, 15(2), pp. 76–83. Hartono, G., Sudrajat, A. and Syafri, I. (2008) ‘Gumuk gunung api purba bawah laut di Tawangsari - Jomboran, Sukoharjo -Wonogiri, Jawa Tengah’, Jurnal Geologi Indonesia, 3(1), 37–48. Kovács, A., Vasas, A. and Hohmann, J. (2008) ‘Natural phenanthrenes and their biological activity’, Phytochemistry, 69(5), 1084–1110. doi: 10.1016/j.phytochem.2007.12.005. Kovendan, K., Balamurungan C., Marimuthu G., Arulsamy J., Siva Kamalakannan, Savariar Vincent, and Giovanni Benneli. (2018) ‘Orchids as Sources of Novel Nanoinsecticides? Efficacy of Bacillus sphaericus and Zeuxine gracilis-Fabricated Silver Nanoparticles Against Dengue, Malaria and Filariasis Mosquito Vectors’, Journal of Cluster Science. Springer US, 29(2), 345–357. doi: 10.1007/s10876-018-1331-4. Kusumo, H. and Prasetyo, E. (2016) ‘Inventarisasi tanaman introduce di gunung api purba nglanggeran’, Seminar Nasional Biodiversitas, (August), p. 2. Kusumo, H. and Prasetyo, E. (2016) ‘Laju dekomposisi seresah daun di lantai hutan gunung api purba nglanggeran’, (August). Liu, Q., Jin Chen, Richard T. Corlett, DongLI Yu, HongPei Yang, and JiangYun Gao. (2015) ‘Orchid conservation in the biodiversity hotspot of southwestern China’, Conservation Biology, 00(0), pp. 1–10. doi: 10.1111/cobi.12584. Marasini, R. and Joshi, S. (2013) ‘Antibacterial and Antifungal Activity of Medicinal Orchids Growing in Nepal’, Journal of Nepal Chemical Society, 29(0), 104–109. doi: 10.3126/jncs.v29i0.9259. Marine Biodiversity of Raja Ampat Island (2015) ‘Buletin Konservasi Biodiversitas Raja 4’, pp. 1–10. doi: 10.13140/RG.2.1.1369.0323. MARSUSI, M. (2001) ‘A Study of the Epiphytic Orchids in Jobolarangan Forest’, Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 2(2), 153–158. doi: 10.13057/biodiv/d020205. Nguyen, H. C., Kuan-Hung LIN, Meng-Yuan HUANG,Chi-Ming YANG, Tin-Han SHIH , Tung- Chuan HSIUNG , Yen-Chang LIN , dan Fun-Chi TSAO. (2018) ‘Antioxidant Activities of

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 134

the Methanol Extracts of Various Parts of Phalaenopsis Orchids with White, Yellow, and Purple Flowers’, Notulae Botanicae Horti Agrobotanici Cluj-Napoca, 46(2), 457– 465. doi : 10.15835/nbha46211038. Purnomo, D. W., Magandhi, M. and Kuswantoro, F. (2015) ‘Pengembangan Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Daerah dalam Kerangka Strategi Konservasi Tumbuhan di Indonesia’, Buletin Kebun Raya, pp. 111–123. Rachman, M. (2012) ‘Konservasi nilai dan warisan budaya’, Indonesian Journal of Conservation, 1(1), 30–39. Sathiyadash, K., Thangavelu Muthukumar, Eswaranpillai Uma, and Radha R. Pandey. (2012) ‘Mycorrhizal association and morphology in orchids’, Journal of Plant Interactions, 7(April 2013), 37–41. Wagner, S., Dodinet, E. and Selosse, M. A. (2015) ‘A touch of orchids from Samos (Greece)’, Acta Botanica Gallica. Taylor & Francis, 162(4), 251–253. doi: 10.1080/12538078.2015.1106683. Yanti (2015) Keanekaragaman dan Persebaran Anggrek Epifit dan Aggrek Terestrial di Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran. Universitas Negeri Yogyakarta. Zhi-lin, Y., Chuan-chao, D. and Lian-qing, C. (2007) ‘Regulation and accumulation of secondary metabolites in plant-fungus symbiotic system’, African Journal of Biotechnology, 6(June), 1266–1271. Google Earth. (2018). https://earth.google.com/web/. Diakses pada 15 Januari 2019.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 135

LAMPIRAN NOTULENSI

A. SIDANG UTAMA Narasumber: Kilala Tilaar 1. Staff Ilmu Kelautan UNDIP Pertanyaan - Jarang bahan alam yang digunakan dari laut, produk Martha Tilaar yang menggunakan sumber daya laut yang digunakan apa? - Apa ada potensi dari mikroba laut untuk produk kosmetik? Jawaban - Laut itu kaya, baru pakai ganggang merah dan ganggang coklat, baru mulai bekerjasama dengan Menteri Susi untuk menggunakan sea cucumber untuk sabun dan sumber collagen. Martha Tilaar di NTB ada pembudidayaan ganggang coklat dan sea cucumber untuk penggunaan bahan dari laut - Kemungkinan bisa untuk packaging, untuk penggunaan mikroba masih memikirkan bagaimana penggunaannya untuk ke kulit, distribusinya ke konsumen dan ijin dari BPOM 2. Isnaeni (Pusat Penelitian dan Konservasi Tumbuhan) Pertanyaan - Mohon deskripsikan pemanfaatan dari tanaman anggrek, bagian apa dan untuk apa kegunaannya? - No animal tested, lalu bagaimana testnya supaya tahu itu aman? Jawaban - Masih menunggu hasil penelitian tentang pemanfaatan tanaman anggrek, tetapi jika dilihat hasil-hasil penelitian dari luar negeri menunjukan bagian yang dapat digunakan untuk bahan kosmetik yaitu dari akarnya, pemanfaatan bisa dilihat dari kandungan bioaktifnya dari akar, bunga, batang. Belum ada produknya dari Martha Tilaar - Menggunakan relawan , apakah ada reaksi alergi, menggunakan telur umur 9 hari, menggunakan telur khusus, apakah ada pendarahan di telur atau tidak, artificial kulit manusia dengan uji sel kanker. 3. Anwar (Biologi UNDIP) Pertanyaan - Side effect dari bahan yang digunakan? Jawaban - Ada uji toxic, uji logam berat, menggunakan artificial kulit manusia apakah ada reaksi dengan sel-sel kanker atau tidak 4. Dr. Budi Setiadi (UGM) Pertanyaan - Saran untuk mahasiswa meskipun banyak hasil riset supaya tidak useless? Jawaban - Mencari celah di market, dosen bisa bantu untuk mencari celah market dan penggunaannya, bias ditanamkan ke mahasiswa, supaya karya bias digunakan ke masyarakat, mencari solusi dari permasalahan disekitar

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 203

Narasumber: Prof. I Gusti Putu Suryadarma 1. Andreas (UKSW) Pertanyaan - Bagaimana cara yang tepat supaya masyarakat paham dengan biodiversity dan supaya tahu manfaatnya? Jawaban - Biodiversitas disesuaikan dengan jaman sekarang, contohnya dengan metode pendekatan terbalik, pikirkan hilirnya dulu seperti manfaat dan fungsinya, baru ke hulunya. Pemahaman akan lebih mudah dengan adanya “kasus” dan kombinasi dengan semua objek biologi serta penerapan dengan teknologi. Guru hanya mengarahkan bukan lagi mengajarkan informasi dan murid yang akan membuka “web” dan menyelesaikan sendiri. Produk disesuaikan dengan objek biologi, objek psikologi dan objek spiritual. Edukasi bisa dilakukan dengan media seperti sosial media dan ecowisata

Narasumber: Dr. Budi Setiadi 1. Peserta dari FMIPA UNNES Pertanyaan - Apakah diawali dengan menyediakan bibit unggul dulu, dipilih dulu, pemilihan secara fenotif untuk mengawinkan sampai berapa generasi? Sampai dapat melon dengan ukuran kecil? Jawaban - Punya koleksi, mengumpulkannya dengan jalan-jalan atau bekerjasama dengan kolega - Seleksi, tergantung dengan keinginan diri sendiri, dan peluangnya “high risk, high cost, high profit” - Menggunakan tenaga molekuler - Skill, tahu arahnya kemana, belajar, mau menunggu dan tidak instan - Branding, berani untuk ekspos, publikasi, original

B. SIDANG PARALEL

Nama Pemakalah: Anggara Mahardika 1. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta) Pertanyaan - Apa realisasi dan penggunaan pada masa mendatang dari Raman Spektroskopi? Apakah dapat digunakan pada bidang lain seperti di lingkungan? Jawaban - Bisa, seperti yang sudah dilakukan oleh rekan saya 2. Emma Sharon A.K (UKSW, Salatiga) Pertanyaan - Mengapa Diatom dapat memproduksi asam lemak saat ada cekaman lingkungan, dan bukan kekurangan asam lemak? Jawaban - Diatom dapat menyimpan cadangan makanan sebagai bentuk usaha mempertahankan diri saat ada cekaman lingkungan

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 204

Nama Pemakalah: Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi 1. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin University) Pertanyaan - Standar kualitas air yang baik dan buruk yang dimaksud untuk apa? - Apakah dilakukan penelitian mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pengaruh air sumur dan air sungai di kawasan industri tekstil tersebut? Jawaban - Standar untuk air minum - Belum ada, penelitian yang dilakukan hanya mengenai kualitas air sumur dan air sungai di kawasan tersebut 2. Peni (IAIN, Salatiga) Pertanyaan - Mengapa melakukan penelitian ini di kawasan industri tekstil yang jelas tercemar? Jawaban - Penelitian dilakukan di kawasan tersebut karena pada daerah tersebut terdapat instalasi pengolahan air limbah, tetapi data terkesan ditutup-tutupi oleh pabrik atau industri tekstil disana 3. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta) Pertanyaan - Jarak antar lokasi sumur tidak terlalu jauh tetapi hasil nilai krom total antara sungai dan sumur hasilnya sama - Metode apa yang dilakukan dalam pengukuran krom total? Jawaban - Pada awalnya sampel direncanakan diambil pada saat kemarau tetapi pada saat penelitian ini berlangsung sudah musim penghujan sehingga dugaan awal berbeda dengan hasil yang didapatkan karena air hujan membuat kualitas air menjadi lebih baik karena terjadi pengenceran - Dengan metode kimiawi Saran - Untuk penelitian seperti ini metodologi lebih diperhatikan untuk memperhitungkan adanya faktor-faktor lain

Nama Pemakalah : William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmojo 1. Abigayle Jenne (UKSW, Salatiga) Pertanyaan - Perbedaan permodelan penelitian ini dengan permodelan matematika biasa? Jawaban - Tidak ada perbedaan, ini hanya pengolahan biasa hanya dengan pengukuran permodelan matematika, dari hasil yang mengikuti pola tertentu, permodelan ini untuk membangun peramalan hasilnya sehingga mungkin dapat lebih baik 2. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin Univesity) Pertanyaan - Jika di lapangan, misalnya pada fosfat. Apa yang menyebabkan terjadinya fluktuasi? Jawaban

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 205

- Perbedaan valensi fosfat yang menyebabkan perbedaan kelarutannya dalam air. Oksidasi dan reduksi jufa mempengaruhi. 3. Rully Adi Nugroho (UKSW, Salatiga) Pertanyaan - Penjelasan grafik BOD pada powerpoint dan model penyajiannya, lalu apa saja faktor yang diperhatikan dari pengukuran air lindi? Jawaban - Aktifitas lain yang belum teramati misalnya laju fotosintesis, pada penelitian ini hanya melakukan pengamatan pada pertumbuhan kana (Canna Sp.) selain itu agen biologi lain juga belum diperhatikan. - Nama Pemakalah : Suparti dan Agustina Padmaningrum 1. Yupi (LIPI Kebun Raya Bogor). Pertanyaan - Apakah media yang digunakan ini mudah dicari sehingga diteliti? - Berapa efektifkah kita menggunakan media alternatif ini? Jawaban - Lahan pertanian sedikit dan merang juga jarang dijumpai, saya mencoba meneliti karna kardus merupakan salah satu limbah dan digunakan juga ampas tebu karena ampas tebu ini hanya dibuang begitu saja dan kedua media ini menjadi ramah lingkungan jika dimanfaatkan. - Belum ada pengaruh yang signifikan karena belum saya teliti, untuk lebih baik nanti saya akan teliti lebih lanjut. 2. Kas (UKSW) Pertanyaan - Kontrol atau media pada merang ada atau tidak? - Kardus yang mana yang harus digunakan untuk membuatnya dan treatment apa yang dilakukan? Jawaban: - Tidak ada. - Kardus box yang besar yang tulisannya harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara merendam dan dikelupasi.

Nama Pemakalah: Dhanang P, Windu Merdeka Wati, Arisia Putri S.M 1. Intan Pertanyaan - Cara untuk mengkonsumsinya kan dengan diseduh dengan air panas, apakah nantinya klorofil yang ada akan berkurang dengan ditambahnya air panas dan proses pengeringan? Jawaban - Tidak, mungkin akan berangsur-angsur hilang tapi dalam kurun waktu yang lama karena dari bahan sintetis. - Untuk tahan lamanya sendiri belum diteliti , karna saya meneliti hanya sampai tahap akhir saja. 2. Dewi (Mahasiswa UKSW) Pertanyaan - Perbandingan dapat mempengaruhi atau tidak?

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 206

- Berapa nilai absorbansinya ? Jawaban: - Perbandingannya dengan 2 sendok teh dan untuk perbandingan airnya sendiri belum di uji. - Semakin tinggi suhu nilai absorbansinya menurun sehingga paling tepat pada suhu 600C. 3. Kas (UKSW) Pertanyaan - Pada proses pengeringannya itu sebelum dicampur atau sesudah dicampur? Jawaban - Karena rumput laut ini memiliki potensi, dan dimasukan kedalam vakum sehingga didapatkan bubuk.

Nama Pemakalah: Suparti dan Utami Anggriyatno 1. Yupi(LIPI kebun Raya Bogor). Pertanyaan - Kira-kira jamur yang dihasilkan ini memiliki perbandingan tidak atau dari segi positifnya dengan hasil dari petani yang lain? Jawaban: - Hal positifnya ada dengan menggunakan plastik 1 kg sedangkan para petani menggunakan plastik yang agak besar, dan lebih cepat miseliumnya tumbuh memenuhi baclog. Untuk diameter jamurnya sendiri dibandingkan dengan petani jamur badan buahnya lebih lebar tetapi sedikit jumlah jamurnya dibandingkan dengan petani jamur lainnya.=

Nama Pemakalah : Yupi Isnaini(LIPI Kebun Raya Bogor) 1. Agustina(UNS) Pertanyaan: - Mengapa dengan kondisi yang sedikit sporofitnya malah banyak? Jawaban: - Awalnya dilihat dari kondisi nutrisi yang dihutan, saat mengkulturkan banyak studi literatur dan mencari tau media apa yang dipakai dan yang bagus adalah ¼ MS dari ½, ¼. Setelah itu dicari kelebihan dan kekurangan dariunsur haranya. 2. Intan Pertanyaan: - Waktu panen yang dihasilkan sampai tumbuh bulu-bulu pada tubuhan paku itu berapa lama? - Tekstur tanahnya seperti apa? Jawaban: - Belum tahu, karena belum mencoba menanam di hutan dan yang jelas ini tahunan. - Untuk tanahnya sendiri agak basah dan ternaungi tidak terlalu pasir tetapi tanah. 3. Kas (UKSW) Pertanyaan: - Sejauh mana yang sudah dieksplor ke LIPI? Jawaban:

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 207

- Mencoba penyebaran sporofit secara alami tetapi memang lebih enak dikontrol di lab.

Nama Pemakalah: Hafidhah Hasanah, I.G.P. Suryadarma 1. Agus (UKSW) Pertanyaan - masalah apa yang dihadapi selama penelitian? Jawaban - Menuju lokasi belum ada akses jalan, belum mendapat perhatian dari pemerintah untuk mengelolah sekolah. 2. Ita (UKSW) Pertanyaan - LKPD itu kegiaatannya seperti apa? Berapa lama pengembangannya? - Materi apa yang dikembangkan? Jawaban - LKPD berisi kegiatan aktivitas di luar ruangan dengan memanfaatkan obyek wisata Batu Ondo. Pengembangan 1 tahun. Penerapan 1-4 kali dalam satu kelas. - Materi Ekosistem biotik abiotic. 3. Desy (UKSW) Pertanyaan - Bagaimana cara mengukur berpikir kritis? - Potensi lokal apa saja yag termuat di obyek wisata? Jawaban - Pretest, posttest, jenis soal pilihan gandaa 10 soal beralasan - Indikator dari mengobservasi jenis-jenis biota dana biota yang ada disana.

Nama Pemakalah: Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma 1. Desy (UKSW) Pertanyaan: - Apa batasan dari kearifan lokal?Apa saja kearifan lokal yang ada di Dieng? Jawaban: - Pola perilaku yang ada di lingkungan. Dieng merupakan dataran tinggi yang kebanyakan bertani. Teknik bertani agroforestry, tanaman yang dibudidayakan kentang dan karika. Petani memanfaatkan kotoran ternak yang dijadikan pupuk dan sisa sisa dari tumbuhan yang digunakan bahan pakan ternak.

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019 208