KOMPOSISI TUMBUHAN SPERMATOPHYTA DI KAWASAN CANDI MUARO JAMBI

SKRIPSI

Oleh

SUCI ROSLINAWATI NIM. TB.140526

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

vii

KOMPOSISI TUMBUHAN SPERMATOPHYTA DI KAWASAN CANDI MUARO JAMBI

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SUCI ROSLINAWATI NIM. TB.140526

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

PERSEMBAHAN

Puji Syukur berkat kehadirat Allah SWT, atas segala kenikmatan dan kesempatan yang selalu diberikan ditengah-tengah perjalanan hidup hamba-Nya. Shalawat teriring salam tidak lupa pula selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang cinta dan setianya berpendar-pendar sehingga terciptalah kedamaian sebagaimana yang telah diajarkannya, atas nikmat yang diberikan Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Yang paling utama dari segalanya. Sembah Sujud Serta Syukur Kepada Allah SWT. Taburan Cinta dan Kasih Sayang-Mu telah memberiku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat aku sayangi dan aku cintai, sebagai tanda baktiku, hormatku, dan rasa terima kasihku terhadap orang yang saya cintai. Aku persembahkan karya kecilku kepada Ayahanda ku (Maksum) yang telah mengorbankan jiwa raganya hanya untuk kepentingan anak- anaknya dan Ibundaku (Nurhayati) yang tak pernah lelah mengirimkan do’a untukku serta pengorbananmu dan kasih sayangmu takkan lekang oleh waktu. Dan teruntuk saudarku, adindaku (Febi, Imam & Caca) terima kasih atas do’a dan dukungan, hanya karya kecil ini yang dapat kupersembahkan.

Terimakasih untuk teman seperjuangku (Arlin & Riska) karena telah sedia menemani dari awal perjuanganku hingga saat ini, serta teman-teman angkatan 2014 terima kasih atas dukungan, doa, nasehat, dan semangat.

Untuk tujuan yang ingin dicapai, dan untuk impian yang dikejar, maka teruslah berjuang belajar, berusaha dan berdoa.

Amin, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

vii

MOTTO

أَ َﻟ ۡﻢ ﺗَ َﺮ أَ ﱠن ﱠٱَ أَﻧﺰَ َل ِﻣ َﻦ ﱠٱﻟﺴ َﻤﺎٓ ِء َﻣﺎٓ ٗء َﻓ َﺴ َﻠ َﻜﮫُۥ ﯾَ ٰﻨَﺒِ َﯿﻊ ﻓِﻲ ۡٱﻷَ ۡر ِض ﺛُ ﱠﻢ ﯾُ ۡﺨ ِﺮ ُج ﺑِ ِﮫۦ ٰ ٰ زَ ۡر ٗﻋﺎ ﱡﻣ ۡﺨﺘَ ِﻠ ًﻔﺎ أَۡﻟ َٰﻮﻧُﮫُۥ ﺛُ ﱠﻢ ﯾَ ِﮭ ُﯿﺞ َﻓﺘَ َﺮ ٰﯨﮫُ ُﻣ ۡﺼ َﻔ ّٗﺮا ﺛُ ﱠﻢ ﯾَ ۡﺠﻌَﻠُﮫُۥ ُﺣ َﻄ ًﻤ ۚﺎ إِ ﱠن ﻓِﻲ ذَ ِﻟ َﻚ َﻟ ِﺬ ۡﻛ َﺮ ٰى ِﻷُ ْو ِﻟﻲ ۡٱﻷَۡﻟ ٰﺒَ ِﺐ ٢١ Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber- sumber air di bumi. Kemudian kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya. Lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai- derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Departemen Agama RI Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2010).

Viii

ABSTRAK

Nama : Suci Roslinawati Jurusan : Pendidikan Biologi Judul : Komposisi Tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi

Candi Muaro Jambi merupakan salah satu peninggalan budaya di yang menjadi tempat destinasi wisata religi dan budaya yang tertua dan terluas di kawasan , sehingga mendapat perlindungan dari UNESCO. Keistimewaan inilah yang membuat Candi Muaro Jambi selalu ramai di kunjungi baik untuk beribadah maupun untuk berwisata budaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis dan komposisi tumbuhan Spermatophyta yang terdapat di Kawasan Candi Muaro Jambi, sehingga dapat menambah wawasan masyarakat tentang flora di Kawasan Candi. Pengambilan sample menggunakan metode jelajah acak. Prosedur penelitian meliputi pengumpulan sample di lapangan, membuat herbarium, identifikasi di laboratorium, dan wawancara dengan masyarakat. Data yang di dapat di analisis secara deskirptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian diperoleh 63 jenis tumbuhan dari 32 famili. Tumbuhan yang mendominasi Kawasan Candi Muaro Jambi adalah Lansium domesticum dari famili Meliaceae dan yang paling sedikit di temukan Magnolia cahampaca dari famili Magnoliaceae.

Kata kunci: Candi Muaro Jambi, tumbuhan Spermatophyta

xi

ABSTRACT

Name : Suci Roslinawati Department : Biology Education Title : Composition of Spermatophyta in Muaro Jambi Temple Area Muaro Jambi Temple is one of the cultural heritages in Indonesia which is the oldest and widest place for religious and cultural tourism destinations in the Asian region, so that it is protected by UNESCO. This specialty makes the Muaro Jambi Temple always crowded to visit both for worship and for cultural tours. The purpose of this study was to determine the types and composition of Spermatophyta plants found in the Muaro Jambi temple area, so as to add insight to the community about the flora in the Temple Area. Sampling uses the random roaming method. Research procedures include collecting samples in the field, making herbaria, identifying in the laboratory, and interviewing the community. Data can be analyzed descriptively. The results showed that at the study location 63 plants were obtained from 32 families. The plants that dominate the Muaro Jambi Temple area are Lansium domesticum from the family Meliaceae and the least found is Magnolia cahampaca from the family Magnoliaceae.

Key words: Muaro Jambi Temple, Spermatophyta

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... ii NOTA DINAS ...... iii PENGESAHAN ...... v PERNYATAAN ORISINALITAS ...... vi PERSEMBAHAN ...... vii MOTTO...... viii KATA PENGANTAR ...... ix ABSTRAK ...... xi ABSTRACT ...... xii DAFTAR ISI ...... xiii DAFTAR TABEL ...... xv DAFTAR GAMBAR ...... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan Penelitian ...... 4 D. Manfaat Penelitian ...... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik ...... 6 1. Komposisi Tumbuhan ...... 6 2. Identifikasi, Klasifikasi Dan Tata nama ...... 7 3. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi ...... 9 4. Kawasan Candi Muaro Jambi ...... 19 B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...... 20

xiii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 31 B. Alat dan Bahan ...... 34 C. Prosedur Kerja ...... 34 D. Analisisi Data ...... 37 E. Jadwal Penelitian ...... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Tumbuhan Yang Ditemukan Di Kawasan Candi Muaro Jambi 1. Akalipa (Acalipha wilkesiana) ...... 44 2. Akasia ( philippensis) ...... 45 3. Asam Kandis (Garcinia xanthocymus) ...... 47 4. Bacang ( foetida) ...... 48 5. Duku (Lansium domesticum) ...... 49 6. Durian (Durio zibethinus Murr) ...... 50 7. Manggis (Garcinia mangostana) ...... 51 8. Bodhi ( religiosa) ...... 52 9. Beringin (Ficus benjamina)...... 53 10. Kemiri (Aleurites moluccana) ...... 54 11. Mahoni (Swietenia mahagoni) ...... 55 12. Mengkudu Hutan (Morinda elliptica) ...... 56 13. Jambu Bol ( malaccense) ...... 57 14. Jambi Biji (Psidium guajava) ...... 58 15. Jambu Air (Syzygium aqueum) ...... 59 16. Kedondong (Spondias dulcis)...... 61 17. Sukun (Artocarpus communis) ...... 62 18. Sirih (Piper betle) ...... 63 19. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) ...... 64 20. Bungur (Lagerstoemia speciosa) ...... 65 21. Kapuk (Ceiba petandra) ...... 66 22. Bambu (Bambusa vulgaris) ...... 67 23. Pulai (Alstonia scholaris) ...... 68 24. Sengon (Albizia falcataria) ...... 69 25. Tembesu (Fagraea fragrans) ...... 70 26. Jati Putih (Gmelina arborea) ...... 71 27. Sungkai (Peronema canescens) ...... 72 28. Rambutan (Nephelium lappaceum L.) ...... 73 29. Mangga () ...... 74 30. Rambai ( motleyana) ...... 75 31. Cempaka Kuning (Michelia champaca) ...... 76 32. Sawo (Manilkara kauk) ...... 77 33. Papaya (Carica papaya) ...... 78 34. Ceri (Muntingia calabura) ...... 79 35. Pohon Roda (Hura crepitans) ...... 80 xiv

36. Melinjo (Gnetum gnemon) ...... 81 37. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) ...... 82 38. Dadap Serep (Erythrina variegata) ...... 83 39. Jeruk (Citrus sp) ...... 84 40. Katimaha (Kleinhovia hospital)...... 85 41. Jengkol (Pithecollobium lobatum) ...... 86 42. Ara/kelebuk (Ficus variegata) ...... 87 43. Bungli/Pete Parang (Oroxylum indicum) ...... 88 44. Kayu Bulian (Eusideroxylon zwageri) ...... 89 45. Bunga penggoda ( paniculatum) ...... 90 46. Waru (Hibiscus tiliaceus) ...... 91 47. Tapak dara (Catharanthus roseus) ...... 93 48. Kacang hiasa (Arachis pintoi) ...... 95 49. Daun suji (Dracaena angustifolia) ...... 96 50. Jahe (Zingiber officinale) ...... 97 51. Cempokak (Solanum torvum) ...... 98 52. Bunga terompet (Allamanda cathartica) ...... 99 53. Karet (Hevea brasiliensis) ...... 100 54. Palem (Caryota mitis) ...... 101 55. Leban ( pinnata) ...... 102 56. Pinang (Areca catechu) ...... 103 57. Kapung kapung (Radermachera glandulosa) ...... 104 58. Sekubung merah (Mallotus paniculatus) ...... 105 59. Pohon Aro ( rukam) ...... 106 60. Salah ( ficus sp)...... 107 61. Kweni (M. × odorata) ...... 108 62. Jati (Tectona grandis Linn. f) ...... 109 63. Melati (Jasminum sambac)...... 110 64. Sebalik sumpah (Scyma sp) ...... 111 65. Kaktus (Euphorbia neriifolia) ...... 112 B. Komposisi Tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi ...... 113 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 118 B. Saran ...... 118

DAFTAR PUSTAKA ...... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan tumbuhan Gymnospermae dan Angiosperma ...... 10 Tabel 2.2 State of the arts...... 25 Tabel 3.1 Jadwal penelitian ...... 38 Tabel 4.1 Jenis-jenis tumbuhan di Kawasan Candi Muaro Jambi ...... 42 Tabel 4.2 Komposisi Tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi ...... 113

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kompleks Percandian Muaro Jambi ...... 32 Gambar 3.2 Candi Gumpung ...... 32 Gambar 3.3 Candi Tinggi 1 dan 2 ...... 32 Gambar 3.4 Candi Kembar Batu ...... 32 Gambar 3.5 Candi Astano ...... 33 Gambar 3.6 Candi Gedong 1 dan 2...... 33 Gambar 3.7 Candi Kedaton ...... 33 Gambar 4.1 Akalipa (Acalipha wilkesiana) ...... 44 Gambar 4.2 Akasia (Mallotus philippensis) ...... 45 Gambar 4.3 Asam Kandis (Garcinia xanthocymus) ...... 47 Gambar 4.4 Bacang (Mangifera foetida) ...... 48 Gambar 4.5 Duku (Lansium domesticum) ...... 49 Gambar 4.6 Durian (Durio zibethinus Murr) ...... 50 Gambar 4.7 Manggis (Garcinia mangostana) ...... 51 Gambar 4.8 Bodhi (Ficus religiosa) ...... 52 Gambar 4.9 Beringin (Ficus benjamina) ...... 53 Gambar 4.10 Kemiri (Aleurites moluccana) ...... 54 Gambar 4.11 Mahoni (Swietenia mahagoni) ...... 55 Gambar 4.12 Mengkudu Hutan (Morinda elliptica) ...... 56 Gambar 4.13 Jambu Bol (Syzygium malaccense) ...... 57 Gambar 4.14 Jambi Biji (Psidium guajava) ...... 58 Gambar 4.15 Jambu Air (Syzygium aqueum) ...... 59 Gambar 4.16 Kedondong (Spondias dulcis) ...... 61 Gambar 4.17 Sukun (Artocarpus communis) ...... 62 Gambar 4.18 Sirih (Piper betle) ...... 63 Gambar 4.19 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) ...... 64 Gambar 4.20 Bungur (Lagerstoemia speciosa) ...... 65 Gambar 4.21 Kapuk (Ceiba petandra) ...... 66 Gambar 4.22 Bambu (Bambusa vulgaris) ...... 67 Gambar 4.23 Pulai (Alstonia scholaris) ...... 68 Gambar 4.24 Sengon (Albizia falcataria) ...... 69 Gambar 4.25 Tembesu (Fagraea fragrans) ...... 70 Gambar 4.26 Jati Putih (Gmelina arborea) ...... 71 Gambar 4.27 Sungkai (Peronema canescens) ...... 72 Gambar 4.28 Rambutan (Nephelium lappaceum L.) ...... 73 Gambar 4.29 Mangga (Mangifera indica) ...... 74 Gambar 4.30 Rambai (Baccaurea motleyana) ...... 75 Gambar 4.31 Cempaka Kuning (Michelia champaca) ...... 76 Gambar 4.32 Sawo (Manilkara kauk) ...... 77 Gambar 4.33 Papaya (Carica papaya) ...... 78 Gambar 4.34 Ceri (Muntingia calabura) ...... 79 Gambar 4.35 Pohon Roda (Hura crepitans) ...... 80 xvii

Gambar 4.36 Melinjo (Gnetum gnemon) ...... 81 Gambar 4.37 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) ...... 82 Gambar 4.38 Dadap Serep (Erythrina variegata) ...... 83 Gambar 4.39 Jeruk (Citrus sp) ...... 84 Gambar 4.40 Katimaha (Kleinhovia hospital) ...... 85 Gambar 4.41 Jengkol (Pithecollobium lobatum) ...... 86 Gambar 4.42 Ara/kelebuk (Ficus variegata) ...... 87 Gambar 4.43 Bungli/Pete Parang (Oroxylum indicum) ...... 88 Gambar 4.44 Kayu Bulian (Eusideroxylon zwageri) ...... 89 Gambar 4.45 Bunga penggoda (Clerodendrum paniculatum) ...... 90 Gambar 4.46 Waru (Hibiscus tiliaceus) ...... 91 Gambar 4.47 Tapak dara (Catharanthus roseus) ...... 93 Gambar 4.48 Kacang hiasa (Arachis pintoi) ...... 95 Gambar 4.49 Daun suji (Dracaena angustifolia) ...... 96 Gambar 4.50 Jahe (Zingiber officinale) ...... 97 Gambar 4.51 Cempokak (Solanum torvum) ...... 98 Gambar 4.52 Bunga terompet (Allamanda cathartica) ...... 99 Gambar 4.53 Karet (Hevea brasiliensis) ...... 100 Gambar 4.54 Palem (Caryota mitis) ...... 101 Gambar 4.55 Leban (Vitex pinnata) ...... 102 Gambar 4.56 Pinang (Areca catechu) ...... 103 Gambar 4.57 Kapung kapung (Radermachera glandulosa) ...... 104 Gambar 4.58 Sekubung merah (Mallotus paniculatus) ...... 105 Gambar 4.59 Pohon Aro (Flacourtia rukam) ...... 106 Gambar 4.60 Salah ( ficus sp)...... 107 Gambar 4.61 Kweni (M. × odorata)...... 108 Gambar 4.62 Jati (Tectona grandis Linn. F.)...... 109 Gambar 4.63 Melati (Jasminum sambac) ...... 110 Gambar 4.64 Sebalik sumpah (Scyma sp) ...... 111 Gambar 4.65 Kaktus (Euphorbia neriifolia) ...... 112

xviii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia (Megabiodiversity Countries) bersama dengan Brazil dan Zaire (RD Congo). Keanekaragaman hayati tersebut meliputi tumbuhan dan hewan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia menempati urutan keempat dunia untuk keanekaragaman jenis tumbuhan, yaitu memiliki kurang lebih 38.000 jenis. Keanekaragaman jenis tumbuhan tersebut tergambar pada hutan-hutan yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia (Indrawan et al. 2007) dalam (Nugroho, Anis, & Ulfah, 2015). Indonesia merupakan negara yang kaya akan pulau, salah satu di antaranya adalah pulau Sumatera. Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati dan endemisitas yang tinggi (Susanti et al. 2013). Kekayaan tersebut terdapat dalam berbagai tipe ekosistem dan habitat mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Sumatera merupakan salah satu kawasan yang memiliki keragaman ekoregian terrestrial tertinggi di dunia. Hal ini tentu saja berkaitan dengan vegetasi yang menyusunnya. Para ahli botani telah lama mengetahui bahwa vegetasi dataran rendah Sumatera memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan vegetasi dataran rendah Kalimantan dan Semenanjung , sedangkan kawasan pegunungannya menyerupai hutan pegunungan Jawa. Kedua tipe hutan Sumatera tersebut termasuk kedalam salah satu dari 238 ekoregion hutan yang harus dilindungi dengan status Crically Endangered berdasarkan kekayaan jenisnya, endemisitas, tingginya taksa yang tidak biasa, keberadaan fenomena ekologi atau evolusi yang tidak biasa dan kelangkaan habitatnya (Lamounier 1997; Olson 2002; Kartawin) dalam (Mutaqien & Normasiwi, 2015). Tumbuhan merupakan organisme autotrof yang dapat menghasilkan bahan organik untuk keperluan hidupnya dan menjadi ujung rantai makanan bagi beragam jenis organisme heterotof. Beragam jenis tumbuhan terdapat jenis-jenis tumbuhan berbunga yang menghasilkan buah baik buah sederhana, buah agregat

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi maupun buah majemuk. Tumbuhan yang mengasilkan buah mempunyai peran sangat penting dalam ekosistem hutan. Selain membentuk iklim mikro dan menyediakan relung ekologik, buah dari tumbuhan tersebut menjadi sumber makanan utama bagi beragam jenis hewan (Odum 1996) dalam (Nugroho et al., 2015). Diduga lebih dari 10.000 jenis tumbuhan berbiji terdapat di hutan-hutan dataran rendah Sumatera (Whitten et al. 1984). Pada waktu ini sangat jelas, bahwa golongan tumbuhan biji adalah yang paling banyak terdapat dibumi kita, Karena tumbuhan ini juga mempunyai tubuh yang besar, sehingga mudah dikenal sehingga tak heran bahwa warga divisi tumbuhan biji itu yang paling cepat menarik perhatian. Bila orang berbicara tentang tumbuhan, asosiasinya hampir selalu pada kelompok ini. sampai hampir kadang-kadang terlupa bahwasannya masih ada kelompok-kelompok tumbuhan lain maksudkan (Tjitrosoepomo, 2013). Di Sumatera tepatnya di Provinsi Jambi terdapat peninggalan budaya Indonesia yang menjadi tempat wisata budaya atau religi bernama Candi Muaro Takus atau yang lebih dikenal dengan nama Candi Muaro Jambi. Kawasan Candi Muaro Takus ini merupakan candi yang terluas di Indonesia bahkan di Asia, sehingga pada tahun 2009 Candi Muaro Takus ini di nobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia yang wajib untuk di lindungi. Kawasan Candi Muara Jambi terletak di tujuh desa di dua kecamatan yaitu Kecamatan Maro Sebo dan Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Morfologi Kawasan Percandian Muaro Jambi termasuk pada dataran rendah delta sungai. Kondisi morfologi tanah Kawasan Percandian Muaro Jambi tidak rata, terdapat cekungan, tanah rendah, dan bagian yang agak tinggi. Pada bagian tanah rendah kedaannya agak basah karena sering tergenang luapan Sungai Batanghari. Sedangkan bagian yang agak tinggi pada umunya tidak terkena banjir dan di sinilah berdiri bangunan candi dan pohon-pohon besar (Sunaryo, 2013) dalam (A. Suryansyah S., E. Maryani & B. Waluya, 2015). Selayaknya keadaan yang telah dijelaskan, di Candi Muaro Jambi terdapat komposisi tumbuhan yang tumbuh di kawasan percandian. Komposisi tumbuhan merupakan variasi jenis tumbuhan dan jumlah tumbuhan yang

menyusun suatu kawasan. Di sekitar kawasan Candi Muaro Jambi banyak terdapat pohon-pohon besar yang mendominasi kawasan percandian. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di Kawasan Candi Muaro jambi ini belum di kenal semua baik namanya maupun sifatnya, terlebih dengan tidak adanya informasi atau lebel nama pada setiap tumbuhan yang ada di sekitar candi. Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang biologi mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan suatu sistem klasifikasi guna untuk mengetahui nama dari masing-masing jenis tumbuhan. Pengelompokkan inin meliputi proses identifikasi, klasifikasi dan tata nama. Penentuan tingkatan takson juga harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan). Beragam keistimewaan Candi Muaro Jambi baik dari segi arsitek, budaya hingga flora yang ada menjadikan tempat ini selalu ramai di kunjungi oleh masyarakat, baik masyarakat lokal maupun non lokal, masyarakat atau kaum Budha yang ingin beribadah maupun masyarakat yang hanya ingin berwisata budaya. Penelitian ini di adakan untuk mengetahui jenis-jenis serta komposisi tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi, sehingga masyarakat yang berkunjung tidak hanya mendapatkan wisata budaya atau religinya, tetapi juga dapat menambah wawasan tentang flora yang ada di Kawasan Candi Muaro Jambi. Sehubung dengan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul tentang “Komposisi Tumbuhan Spermatophyta Di Kawasan Candi Muaro Jambi”. Berdasarkan observasi awal di kawasan percandian di dominasi dengan tumbuhan biji. Maka dari itu tumbuhan yang di teliti adalah tumbuhan Spermatophyta yang menjadi pembatas dalam masalah ini. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan di dalam usaha perlindungan dan pelestarian berbagai tumbuhan dan fauna asli, terutama yang dilindungi.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis-jenis tumbuhan Spermatophyta apa saja yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi ? 2. Bagaimana komposisi tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi ? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan Spermatophyta yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi. 2. Mengetahui komposisi tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi. D. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Agar dapat memberikan informasi mengenai nama dari masing-masing jenis tumbuhan di Kawasan Candi Muaro Jambi. b. Dapat memberikan informasi tentang komposisi tumbuhan Spermatophyta di kawasan Candi Muaro Jambi. c. Mempermudah mahasiswa untuk melakukukan praktikum pada mata kuliah yang berkaitan dengan tumbuhan Spermatophyta. d. Menjadikan lingkungan di Kawasan Candi Muaro Jambi sebagai salah satu sumber belajar dan media pembelajaran biologi khususnya pada mata kuliah taksonomi tumbuhan. e. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya pengolahan, pengembangan, dan perlindungan spesies tumbuhan yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi. f. Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya g. Dapat melestarikan jenis-jenis tumbuhan Spermatophyta yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi.

h. Sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORITIK 1. Komposisi Tumbuhan Menurut Misra (1980), komposisi ekosistem tumbuhan dapat diartikan variasi jenis flora yang menyusun suatu komunitas. Komposisi jenis tumbuhan merupakan daftar floristik dari jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang ada dapat diketahui dari pengumpulan atau koleksi secara periodik dan identifikasi dilapangan. Contoh jenis tumbuhan dapat diperoleh dari pencatatan lapangan. Daftar floristik sangat berguna karena dapat dipakai sebagai salah satu parameter vegetasi untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan dalam komunitas (Fachrul, 2008). Kegiatan untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan merupakan bagian dari analisis vegetasi (Mueller- Dombois dan Ellenberg, 1974; Misra, 1980; Cox, 1985; Kusmana, 1997). Data komposisi jenis dan struktur hutan tersebut berguna untuk mengetahui kondisi keseimbangan komunitas hutan (Meyer, 1952), menjelaskan interaksi di dalam dan antar jenis (Odum, 1971, Ludwig dan Reynolds, 1988), dan memprediksi kecenderungan komposisi tegakan di masa mendatang (Whittaker, 1974) dalam (Onrizal, Kusuma, Sahero, Handayani, & Kato, 2005). Selanjutnya struktur ekosistem hutan merupakan hasil penataan ruang oleh komponen penyusun tegakan dan bentuk hidup, stratifikasi dan penutupan vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk serta kesinambungan jenis. Struktur hutan dengan komposisinya tertentu akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan atau habitatnya (Fachul, 2008).

2. Identifikasi, Klasifikasi Dan Tata nama a. Identifikasi Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, unsur utama dalam taksonomi salah satunya adalah pengenalan atau identifikasi. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan meliputi menentukan nama yang benar, tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan). Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis. b. Klasifikasi Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur, kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarang dengan Carolus Linnaeus. Salah satu contoh klasifikasi pada tumbuhan berdasarkan 7 manfaatnya yaitu tumbuhan dikelompokkan menjadi

tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan lain-lain (Soepomo, 1987). Tingkatan Takson Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Tingkatan-tingkatan pengelompokan ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on Zoological Nomenclature. Urutan takson antara lain : Kingdom Divisio Clasis Order Famili Spesies c. Tata Nama dan Aturan Binomial Nomenklatur Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata yaitu nama genus dan spesies (Martinus dan Hartono, 2008). Aturan pemberian nama dalam adalah sebagai berikut : 1) Nama spesies terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis. 2) Huruf pertama nama genus ditulis huruf kapital, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis digunakan huruf kecil. 3) Nama spesies harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring atau garis bawah).

4) Jika nama spesies tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung. 5) Jika nama spesies hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama spesies, melainkan nama subspesies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah spesies disebut Trinomial nomenklatur. 6) Nama spesies juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut. 3. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi a) Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) merupakan golongan tumbuhan kormus sejati (memiliki akar, batang dan daun) yang tingkat perkembangan filogenetik tertinggi dengan ciri khas adalah adanya suatu organ yang berupa biji (bahasa Yunani: sperma = biji). Selain itu, tumbuhan biji juga dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthophyta). Biji dihasilkan dari bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan dengan kata lain, biji yang dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif) (Tjitrosoepomo, 2013). Tabel 2.1 Perbedaan tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae Gymnospermae Angiospermae Habitus Semak, perdu atau pohon Terna, semak, perdu, pohon Akar Tunggang. Serabut dan tunggang. Batang Tegak lurus bercabang- Bermacam-macam, bercabang cabang. dan tidak bercabang. Daun Jarang berdaun lebar Kebanyakan berdaun lebar Jarang bersifat majemuk. Tunggang dan majemuk dengan

komposisi beraneka ragam.

Beragam sistem pertulangan Sistem pertulangan daun daun. tidak banyak ragam. Bunga sesungguhnya belum Bunga ada ada sporofil terpisah-pisah Tesusun dari sporofil plus bagian- membentuk strobilus ♀ dan bagian lain. Bunga ♂. Makrosporofil (daun buah) dengan bakal biji Makrosporofil membentuk badan

makrosporangium) yang yang disebut putik dengan bakal tampak menempel padanya. biji di dalamnya (tidak tampak). Makro dan mikrosporofil terpisah.

Hampir selalu dengan cara anemogami. Bermacam-macam (anemogami, Serbuk sari jatuh langsung autogami, hidrogami, dll). Penyerbu pada bakal biji. Serbuk sari jatuh pada kepala kan Jarak waktu antara putik penyerbukan dan pembuahan Jarak waktu antara penyerbukan relatif panjang. dan pembuahan relatif pendek

Sel Sel kelamin jantan berupa Sel kelamin jantan berupa inti sel kelamin spermatozoid yang masih sperma yang tidak bergerak aktif jantan bergerak aktif. (Tjitrosoepomo, 2013).

1) Sub Divisio Gymmnospermae Sub Divisio Gymnospermae dikelompkkan dalam beberapa kelas, sebagai berikut: (1) Kelas Pteridospermae. Tumbuhan yang termasuk dalam kelas ini merupakan peralihan dari tumbuhan Pterydophyta dan Gymnospermae. Dalam Pteridopspermae dikenal dengan 2 suku, yaitu: Suku Lyginopteridaceae contohnya: Lyginopteris oldhamia. Suku Medullosaceae. Bangsa Caytoniales. Ciri-cirinya adalah daun bertangkai, pada ujungnya terdapat 3-6 segmen. Daun-daun fertil memiliki segmen menyirip, ujungnya melengkung sehingga membentuk seperti lekukan yang di dalamnya terdapat beberapa bakal biji. (2) Kelas Cycadinae. Kelas ini hanya terdiri dari satu bangsa yaitu Cycadales dengan satu suku yaitu Cycadaceae contohnya Cycas rumphii. (3) Kelas Bennettitinae tumbuhan anggota kelas ini sudah punah, sisa yang ditemukan dimasukkan dalam satu suku yaitu Benettitaceae. (4) Kelas Cordaitinae anggota ini juga telah punah. Contoh Cordaites laevis, Cordaianthus pseudifluitan.

(5) Kelas Ginkyoinae. Kelas ini terdiri atas bangsa Ginkyoales dan suku Ginkyoaceae, contoh spesisesnya yaitu Ginkyo biloba. (6) Kelas Coniferae atau Coniferinae, tumbuhan anggota kelas ini banyak anggotanya yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Ciri utama kelas Coniferinae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut (Coniferae berasal dari kata conus = ‘kerucut’ dan ferein = ‘mendukung’). Habitusnya dapat berupa semak, perdu, atau pohon. Batang besar berkayu, daun-daunnya berbentuk jarum, sehingga sering disebut pohon jarum. Kelas Coniferinae terdiri atas lima ordo yaitu ordo Taxales, ordo Araucariales, ordo Podocarpales, ordo Pinales, dan ordo Cupressales. (7) Kelas Gnetinae meliputi tumbuhan berkayu, yang batangnya bercabang atau tidak, tidak memiliki saluran resin, daaunnya tunggal, berhadapan, bunga berkelamin tunggal, majemuk, terdapat dalam ketiak daun pelindung yang besar, memiliki tenda bunga. Kelas ini terdiri dari bangsa Ephedrales, Gnetales dan Welwitschiales (Tjitrosoepomo, 2013). 2) Sub Divisio Angiospermae a) Kelas Dicotyledoneae 1. Anak Kelas Monochlamydeae (Apetalae). Tumbuh-tumbuhan yang masuk dalam anak kelas ini kebanyakan berupa pohon-pohonan atau setidaknya pepohonan yang batangnya berkayu, bunga berkelamin tunggal dengan penyerbukan anemogami, jarang yang entomogami. Hiasan bunga tidak ada atau kalau ada hanya tunggal, oleh sebab itu disebut Monochlamydeae (Mono = satu, tunggal; chlamydos = mantel, selubung). Hiasan bunga menyerupai kelopak, jarang menyerupai mahkota, oleh sebab itu dinamankan Apetalae (a = tidak, tanpa petala = daun mahkota) (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Casuarinales. Bangsa ini hanya terdiri atas 1 suku Casuarinaceae yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Umumnya

tumbuh-tumbuhan dengan batang berkayu (pohon-pohon) yang habitusnya menyerupai Coniferinae, cabang-cabang yang muda berwarna hijau, jelas berbuku-buku dengan daun-daun yang amat tereduksi menjadi seperti selaput kecil dan tersusun berkarang (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Fagales. Ordo Fagales meliputi beberapa suku famili: Suku Betulaceae dan suku Fagaceae. Bangsa Myricales. Bangsa ini hanya terdiri atas 1 suku yaitu suku Myricaceae. Bangsa Juglandales. Bangsa ini meliputi pohon-pohon dengan daun-daun majemuk menyirip gasal yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan. Daun penumpu tidak terdapat (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Salicales: Bangsa ini hanya terdiri atas 1 suku, yaitu suku dengan ciri-ciri sebagai berikut: Tumbuh-tumbuhan yang berbatang kayu dengan daun-daun tunggal yang tersebar, dan mempunyai daun-daun penumpu. Bangsa Urticales. Ordo Urticales meliputi tumbuhan terna, semak maupun pohon dengan kebanyakan daun tunggal yang tersebar dan mempunyai daun penumpu. Ordo Urticales ini meliputi Familia Moraceae, Cannabiaceae, Ulmaceae dan Urticaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Piperales: Ordo piperales adalah salah satu bangsa tumbuhan berbunga. Kebanyakan berupa terna, hanya kadang-kadang berupa tumbuh-tumbuhan dengan batang yang berkayu. Daun tunggal, bunga amat kecil berkelamin tunggal atau banci tanpa hiasan bunga. Suku Piperaceae salah satu contohnya antara lain: Piper betle (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Proteales. Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku yaitu Proteaceae, dengan ciri-ciri: habitus pohon atau perdu, jarang berupa terna. Daun tunggal, bertoreh pertulangan menyirip, daun kaku atau seperti belulang, duduk tersebar atau berhadapan tanpa daun penumpu. Bangsa Santalales. Tumbuh-tumbuhan berbatang kayu atau terna yang sering bersifat sebagai parasit dengan daun-daun tunggal

yang tersebar atau berhadapan, tanpa daun penumpu (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Polygonales. Ordo ini hanya terdiri atas 1 suku Polygonaceae dengan ciri-ciri sebagai berikut: Terna, perdu atau pohon-pohonan dengan daun-daun yang duduknya tersebar. Ordo Carryophyllales. Centrospermae umumnya berupa terna, jarang sekali tumbuh-tumbuhan yang berkayu. Daun tunggal, biasanya tanpa daun penumpu. Suku Chenopodiaceae, suku Amaranthaceae, suku Phytolaccaceae, suku Nyctaginaceae, suku Aizoaceae, suku Cactaceae, suku Portulacaceae, suku Basellaceae, dan suku Caryophyllaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Euphorbiales. Tricoccae Umumnya terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, kebanyakan mempunyai daun penumpu. Ordo ini mencakup beberapa famili diantaranya: Suku , suku Dichapetalaceae, suku Buxaceaee dan Suku Callitrichaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Ordo Hamamelidales. Tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal yang duduknya tersebar atau berhadapan, hampir seluruh mempunyai daun-daun penumpu. Terdiri dari suku Hamamelidaceae dan suku Platanaceae (Tjitrosoepomo, 2013). 2. Anak Kelas Dialypetalae Dialypetalae merupakan kelompok tumbuhan dengan ciri utamanya mempunyai bunga yang segera dapat menarik perhatian dan pada umumnya menunjukkan adanya hiasan bunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota. Contoh bangsa yang termasuk dalam anak kelas Dialypetalae, yaitu : Ordo Polycarpicae. Umumnya tumbuhan dengan batang berkayu. Terdapat daun buah yang bebas dalam bunganya, sehingga dari satu bunga dapat membentuk banyak buah (polycarpiceae ;poly = banyak, carpos = buah). Suku Ranunculaceae atau Ranaceae, suku

Lardizabalaceae, suku Berberidaceae, suku Menispermaceae, suku Magnoliaceae, suku Annonaceae, suku Myristicaceae, suku Monimiaceae, suku Lauraceae, suku Hernandiaceae, suku Gomortegaceae, suku Calycanthaceae, suku Eupomatiaceae, suku Nymphaeaceae dan suku Ceratophyllaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Aristolochiales terdiri dari suku Aristolochiaceae, suku Rafflesiaceae dan suku Hydnoraceae. Bangsa Rosales. Warga bangsa ini terdiri atas terna, semak, atau pohon dengan daun-daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Suku Crassulaceae, suku Saxifragaceae, suku Rosaceae, suku Leguminosae, suku ini merupakan satu diantara suku tebesar (Leguminosae, Gramineae, Orchidaceae), suku Cephalotaceae, suku Pittosporaceae, suku Cunoniaceae, suku Brunelliaceae suku Papilionaceae, suku Connaraceae, suku Caesalpiniaceae, suku Rhizophoraceae, suku Alangiaceae, suku Combretaceae, suku , suku Oenotheraceae, suku Trapaceae suku Halorrhagaceae dan suku Melastomataceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Rhoeadales (Brassicales). Bangsa ini meliputi tumbuhan-tumbuhan yang untuk sebagian besar berupa terna dengan daun-daun yang duduknya tersebar, tanpa daun penumpu. Dalam bangsa ini tercakup sejumlah suku, antara lain: Suku Papaveraceae, suku Capparidaceae, suku Cruciferae (Brassicaceae), suku Moringaceae, dan suku Resedaceae. Bangsa Sarraceniales terdiri dari suku Droseraceae, suku Sarraceniaceae dan suku Nepenthaceae. Bangsa Parietales. Cistales Terna atau tumbuhan berkayu dengan daun-daun yang berhadapan atau tersebar, kebanyakan mempunyai daun penumpu terdiri dari suku Cistaceae, suku Bixaceae, suku Tamaricaceae, suku Frankineaceace, suku Elatinaceae, suku Cannellaceae, suku Flacourtiaceae, suku Turneraceae, suku

Passifloraceae, suku Carricaceae, suku Loasaceae, suku Droseraceae dan suku Begoniaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Ordo Guttiferales terdiri dari Suku Dilleniaceae, suku Camelliaceae, suku Clusiceae, dan suku Dipterocarpaceae. Bangsa Malvale. Warga ini disebut juga disebut juga columniferae, mempunyai ciri khas terdapatnya “Columna” yaitu bagian bunga yang terdiri atas perlekatan bagian bawah tangkai sarinya membentuk badan yang menyelubungi putik dan bagian pangkalnya berlekatan dengan pengkal daun-daun mahkota. Terdiri dari suku Tiliaceae, suku Elaeocarpaceae, suku Sterculiaceae, suku Bombacaceae dan suku Malvaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Geraniales. Warga bangsa ini kebanyakan berupa terna atau semak-semak kecil, jarang berupa perdu atau pohon, dengan daun-daun tunggal atau majemuk tanpa kelenjar-kelenjar minyak, balsam, atau resin,tetapi sering terdapat sel-sel lendir, terutama pada epidermis daun, daun penumpu kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak. Terdiri dari suku ErythroxylaceaeSuku Linaceae, suku Oxalidaceae, suku Geraniceae, suku Tropaeolaceae dan suku Zygophyllaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa . Bangsa ini hanya memiliki satu suku yaitu Malpighiaceae. Bangsa Polygalales. Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku yaitu Polygalaceae. Bangsa Rutales terdiri dari suku Rutaceae, suku Meliaceae, suku Simaroubaceae, suku Burseraceae. Bangsa . Warga bangsa ini kebanyakan berupa semak atau pohon dengan daun-daun majemuk atau tunggal, jarang mempunyai daun penumpu. Terdiri dari suku Sapindaceae, suku dan suku Aceraceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Balsaminales. Bangsa ini hanya terdiri dalam satu suku saja yaitu Balsaminaceae Bangsa Rhamnales. Bangsa ini terdiri dari suku Rhamnaceae. Suku Vitaceae. Bangsa Celasrales. Terdiri dari suku Celastraceae, dan suku Aquifoliaceae. Bangsa

Umbelliflorae (Apiales). Kebanyakan terdiri atas terna, jarang berupa tumbuhan yang berbatang, berkayu, daun tunggal atau majemuk tanpa daun penumpu. Dalam alat-alatnya sering terdapat saluran- saluran minyak atau resin. Adapun suku dari Apiales yaitu Apiaceae (Umbelliferae) (Tjitrosoepomo, 2013). 3. Anak Kelas Sympetalae Sympetalae merupakan kelompok tumbuhan yang ciri utamanya yaitu adanya bunga dengan hiasan bunga yang lengkap, terdiri atas kelopak dan mahkota, dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu. Adapun beberapa bangsa yang termasuk dalam anak kelas Sympetalae, namun pada buku ajar ini hanya dibahas 6 diantaranya yaitu: Bangsa Plumbaginales. Hanya terdiri dari satu suku yaitu Plumbaginacea. Bangsa Primunales. Terdiri dari suku Primulaceae, dan suku Myrsinaceae. Bangsa Ebenales. Terdiri dari suku Sapotaceae, suku Ebenaceae, suku Styracaceae, dan suku Symploceae. Bangsa Asterales. Pada ordo ini kebanyakan berupa terna, jarang berupa tumbuhan berkayu, sering mempunyai saluran- saluran getah atau kelenjar-kelenjar minyak. Daun tunggal, duduk berhadapan atau tersebar, kebanyakan tanpa daun penumpu (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Campanulatea terdiri dari suku Campanulaceae contohnya Campanula allioni dan suku Compositae (Asteraceae). Bangsa Rubiales. Pada ordo Rubiales ini berupa terna atau tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduk berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Terdiri dari suku Rubiaceae, suku Caprifoliaceae, suku Valerianaceae dan suku Dipsacaceae. Bangsa Ligustrales: Haya satu suku yaitu Oleaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Contortae. Terna, semak, dan pohon. Kayunya seringkali floem intraxiller dengan daun tunggal duduk berhadapan atau berkarang, kebanyakan tanpa daun penumpu. Terdiri dari suku

Apocynaceae, suku Loganiaceae, suku Gentianaceae dan suku Asclepidaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Tubiflorae. Pada ordo ini terdiri atas terna jarang berupa tanaman berkayu, daun tunggal jarang majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, tanpa daun penumpu. Terdiri dari suku Solanaceae, suku Convolvulaceae, suku Cuscutaceae, suku Polemoniceae, suku Hydrophyllaceae, suku Boraginaceae, suku Scrophulariaceae, suku Gesneriaceae, suku Bignoniaceae, suku Pedaliaceae, suku Acanthaceae, suku , suku Labiatae (), dan suku Plantaginaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Bangsa Cucurbitales. Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku saja yaitu cucurbitaceae. Suku Cucurbitaceae Kebanyakan berupa terna annual, memanjat dengan sulur-sulur (alat pembelit) atau berbaring di tanah, jarang berupa semak. Batang seringkali segi 5, dengan daun-daun tunggal, berbagi atau majemuk menjari, duduknya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami metamorfosis menjadi alat-alat pembelit (Tjitrosoepomo, 2013). b) Kelas Monocotyledoneae Classis Monocotyledoneae merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik tertinggi, sebagai ciri khasnya ialah adanya suatu organ berupa biji (dalam bahasa Yunani: Sperma). Biji berasal dari bakal biji, yang dapat disamakan dengan makrosporangium. Bangsa Alismatales. Tumbuhan Ordo Alismatales termasuk habitus herba/terna sebagian besar hidup di air atau rawa dengan daun- daun tunggal yang mempunyai sisik pada ketiak daunnya terdiri dari suku Aponogetonaceae, suku Potamogetonaceae, suku Najadaceae, suku Scheuchzeriaceae, suku Alismataceae, suku Familia Butomaceae dan suku Hydrocharitaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Ordo Triuridales. Hanya terdiri dari satu suku yaitu Triuridaceae contohnya Triuris hyalina. Ordo Bromeliales. Ordo

Bromeliales merupakan tumbuhan berhabitus herba/terna, jarang mempunyai batang yang kokoh kuat, kadang-kadang mirip rumput, terdiri dari suku Flagellariaceae, suku Restionaceae, suku Mayacaceae, suku Xyridaceae, suku Eriocaulaceae, suku Bromeliaceae, suku Commelinaceae, dan suku Pontederiaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Ordo Liliales. Kebanyakan tumbuhannya berhabitus herba/terna perennial, mempunyai rimpang, umbi sisik, atau umbi lapis, kadang- kadang juga berupa semak atau perdu, bahkan berupa pohon, ada pula yang merupakan tumbuhan memanjat. Daun tersebar pada batang atau merupakan rozet akar. Terdiri dari suku Liliaceae, suku Amaryllidaceae, suku Velloziaceae, suku Iridaceae, suku Taccaceae, suku Dioscoreaceae, suku Juncaceae dan Burmanniaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Ordo Cyperales. Hanya terdiri satu familia, yaitu Cyperaceae. Ordo Poales. Ordo Poales terdiri dari satu Familia yaitu Poaceae atau Graminae dengan ciri-ciri sebagai berikut: habitus terna annual atau perennial, kadang-kadang berupa semak atau pohon yang tinggi. Ordo Zingiberales. Tumbuhannya kebanyakan berhabitus herba/terna yang besar, perennial, mempunyai rimpang atau batang dalam tanah. Daun lebar, jelas dapat dibedakan dalam tiga bagian: helaian, tangkai dan upih. Helaian daun simetris, bertulang menyirip. Bangsa Arecales. Ordo Arecales memiliki berbagai perawakan habitus, kebanyakan berupa herba/terna yang besar, kadang-kadang pohon-pohon atau liana, ada pula yang berupa tumbuhan kecil-kecil. Daun kebanyakan besar, berbagi atau majemuk dengan susunan tulang-tulang menjari atau menyirip terdiri dari suku Arecaceae (Palmae) suku Araceae dan suku Cyclanthaceae (Tjitrosoepomo, 2013). Ordo Pandanales. Berhabitus perdu atau pohon dengan daun- daun pipih, bangun garis atau pita. Bunga selalu berkelamin tunggal, telanjang atau mempunyai tenda bunga, biasanya tersusun dalam karangan bunga berupa tongkol majemuk atau bongkol. Terdiri dari suku Pandanaceae, suku Sparganiaceae dan suku Typhaceae.

Ordo Orchidales. Termasuk tumbuhan berbahitus herba/terna yang hidup sebagai epifit, kadang-kadang sebagai saprofit, atau terestrial, dengan kadang-kadang terdapat badan-badan yang merupakan adaptasi terhadap kekurangan air. Terdiri dari Apostasiaceae dan suku Orchidaceae (Tjitrosoepomo, 2013). 4. Kawasan Candi Muaro Jambi Kawasan Candi Muara Jambi terletak di tujuh desa di dua kecamatan yaitu Kecamatan Maro Sebo dan Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Secara astronomis terletak diantara 1°24’-1°33’ Lintang Selatan dan 103°22’-103°45’ Bujur Timur. Percandian ini terletak di kelilingi hutan dan sungai batang hari. Topografi Kawasan Percandian Muaro Jambi terletak di suatu daerah dataran yang merupakan daerah tanggul alam dari Sungai Batanghari ketinggiannya sekitar 14 mdpl di sebelah utara terdapat rawa-rawa yang ketinggiannya sekitar 10 mdpl dan di sebelah selatan dan timur terdapat Sungai Batanghari serta di beberapa tempat masih terdapat daerah yang rendah dan merupakan daerah rawa. Morfologi Kawasan Percandian Muaro Jambi termasuk pada dataran rendah delta sungai (Sunaryo, 2013) dalam (A. Suryansyah S., E. Maryani & B. Waluya, 2015). Kebudayaan yang melatar belakangi Situs Sejarah Muaro Jambi ialah kebudayaan Melayu Budhis. Sedangkan Kerajaan tua yang diyakini berpusat di Muaro Jambi ialah kerjaan Mo-lo-yeu (Melayu) dan Sriwijaya. Para ahli menafsirkan Kawasan Percandian Muaro Jambi terkait erat dengan lokasi pengajaran Budhisme di Swarnabhumi (Swarnadwipa). Komplek percandian itu membentang dari barat ke timur di tepian Sungai Batanghari sepanjang 7,5 km, dibangun menggunakan batu merah dan pada dindingnya belum ditemukan pahatan-pahatan relief. Keberadaan kompleks percandian ini menjadi bukti bahwa sekitar abad 4-5 Masehi, Kerajaan Melayu (Melayu Tua yang bercorak Budha) pernah beribu kota di Muaro Jambi. (Khairurrizqi, Rahmansyah, & Hendiawan, 2015).

Situs yang terletak sekitar 500 m dari Sungai Batanghari ini memiliki luas 3.981 hektar, Pada mulanya situs Muaro Jambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris yang ketika bertugas mengunjungi daerah pedalaman Batanghari mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muaro Jambi. Selanjutnya pada tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera pernah mengunjungi dan sempat melakukan penggalian terhadap situs Muaro Jambi. Sejak itu Muaro Jambi mulai dikenal, dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muaro Jambi ini. Pada perayaan Waisak 2007, Komplek Percandian Muaro Jambi menjadi lokasi pusat perayaan Waisak di Sumatera (Khairurrizqi et al., 2015). B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN A. Suryansyah S., E. Maryani, B. Waluya dalam jurnal antologi geografi tahun 2015 dengan judul “Kemenarikan Kawasan Percandian Muara Jambi Sebagai Destinasi Wisata”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan wawancara, angket, dan skoring untuk memperoleh data primer, studi literatur dan dokumentasi untuk memperoleh data skunder dengan hasil berdasarkan penilaian wisatawan dan data kunjungan menunjukkan, bahwa Kawasan Percandian Muara jambi merupakan destinasi wisata yang menarik, hal ini juga terlihat dari grafik pengunjung yang setiap tahunnya semakin meningkat. Nilai kemenarikan keragaman, kemenarikan daya tarik, dan keragaman aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan mendapatkan nilai kemenarikan tertinggi dari wisatawan. Francisca Murti Setyowati dalam jurnal Biodiversitas tahun 2003 dengan judul “Hubungan Keterikatan Masyarakat Kubu Dengan Sumberdaya Tumbuh- Tumbuhan Di Cagar Biosfer Bukit Duabelas, Jambi” dengan cara observasi lapangan serta wawancara dengan tokoh/kepala suku (Temenggung) dan

masyarakat Suku Anak Dalam serta pengambilan contoh tumbuhan untuk spesimen herbarium mendapatkan hasil bahwasannya masyarakat Anak Dalam (Kubu) masih sangat tergantung kepada tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tercatat 198 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan, yakni: untuk bahan pangan (69 jenis), obat (39 jenis), peralatan rumah tangga (11 jenis), bahan bangunan (42 jenis), acara ritual (9 jenis), penghasil getah (5 jenis), dan lain-lain (23 jenis). Ada beberapa jenis tumbuhan obat yang sudah dikategorikan langka yaitu sempedu tanoh (Eurycoma longifolia) dengan status terkikis, akar kunyit (Arcangelisia flava) dengan status rawan, dan potoi (P. roxburghii) dengan status jarang. Masyarakat Anak Dalam (Kubu) merupakan masyarakat yang nomad, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk meramu, mengumpul dan berkebun atau berladang (Francisca Murti Setyowati, 2003). Sedangkan menurut Francisca Murti Setyowati & Wardah, dalam jurnal biodiversitas tahun 2007 dengan judul “Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak Di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau”. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan tetua desa, kepala adat/suku, dukun kampung serta masyarakat lokal yang memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh serta pengambilan spesismen untuk herbarium dalam keperluan identifikasi. Dari hasil penelitian pada masyarakat Talang Mamak yang bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau tercatat tidak kurang dari 78 jenis yang dimanfaatkan sebagai bahan obat. Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional di antaranya adalah luka, cacingan, perut kembung, demam, pusing, sariawan, pinggang, pencuci perut, gigi, digigit serangga, mencret, masuk angin, bisul, sesak nafas, batuk darah, dan lain-lain. Lima jenis tumbuhan yang sudah dikategorikan langka yaitu akar kuning (Arcangelisia flava), pulai (Alstonia scholaris), pasak bumi (Eurycoma longifolia), gaharu (Aquilaria malaccensis) dan kapung-kapung (Oroxylum indicum) yang sudah harus mulai dilakukan usaha konservasi baik in-situ maupun ex-situ (Fransisca Murti Setyowati & Wardah, 2007).

Sedangkan menurut Wahyu Ragil Prastyo, Suwasono Heddy dan Agung Nugroho dalam jurnal produksi tanaman tahun 2015 dengan judul “Identifikasi Tumbuhan Paku Epifit Pada Batang Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis J.) Di Lingkungan Universitas Brawijaya”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan identifikasi langsung dan studi pustaka. Teknik pengambilan sampel mengguna kan metode Slovin. Dari hasil identifikasi diperoleh 9 spesies epifit dari 4 famili yang berbeda adalah Davallia sp, Davallia trichomanoides Bl., Drymoglossum piloselloi- des (L) Presl., Drynaria rigidula (Sw.) Bedd, Drynaria sparsisora Moore, Microsorum scolopendria (Burm. f.) Copel., Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott, Pyrrosia sp, Vittaria elongata Sw. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan hipotesis awal, dimana hipotesis awal ialah terdapat lebih dari 5 spesies tumbuhan paku yang menempel pada batang kelapa sawit. Dari 9 spesies yang telah ditemukan dapat disimpulkan bahwa komposisi setiap jenis spesies yang ditemukan kondisinya rendah atau sedikit dengan nilai (H’) < 1. Tingkat kerapatan relatif paling tinggi ditunjukkan oleh spesies Nephrolepis bisserata (Sw.) Nilai frekuensi relatif paling tinggi yaitu pada spesies Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. Pola penyebaran tumbuhan paku yang ditemukan kebanyakan bersifat teratur dan mengelompok. Pada ke 7 plot memiliki indeks kesamaan yang tinggi. Nilai penting tertinggi pada ke seluruhan plot yaitu pada tumbuhan paku Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott (Prastyo, Heddy, & Nugroho, 2015) Sedangkan menurut Rony Irawanto, Apriyono Rahadiantoro & Deden Mudiana dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia tahun 2015 dengan judul “Keberadaan Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Asal Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur”. Penelitian ini merupakan penelusuran data dan informasi koleksi Kebun Raya Purwodadi yang diuraikan secara deskriptif Berdasarkan penelusuran pada unit Registrasi terdapat tiga kali kegiatan ekplorasi flora. Sempu yaitu pada tahun 1979 sejumlah 77 nomor, tahun 1994 sejumlah 53 nomor dan tahun 1997 sejumlah 32 nomor. Dari ketiga kegiatan tersebut total terdapat 97 nomor tumbuhan yang telah dikoleksi. Namun keberadaan tumbuhan yang berasal dari Pulau Sempu saat ini hanya 2

jenis yang tercantum dalam katalog, dan sekitar 29 jenis yang telah di tanam sebagai koleksi kebun (Irawanto, Rahadiantoro, & Mudiana, 2015). Sedangkan menurut Sunaryo & Deden Girmansyah dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia tahun 2015 yang berjudul “Identifikasi Tumbuhan Asing Invasif Di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah” Identifikasi dilakukan dengan pengambilan contoh spesimen tumbuhan asing invasif yang dilakukan dengam metode jelajah (Rugayah et al. 2004), yaitu dengan melakukan penjelajahan melalui jalan setapak beberapa lokasi di kawasan TN Tanjung Puting dengan hasil bahwasannya Taman Nasional di Indonesia sebagai kawasan konservasi ekosistem secara in situ untuk jenis-jenis biota asli dan lokal setempat, ternyata saat ini tidak terbebas dari jenis- jenis tumbuhan asing invasif, tidak terkecuali Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah. 2 jenis tumbuhan asing invasif yang terdapat di TN Tanjung Puting, yaitu Rhodomyrtus tomentosa dan Imperata cylindrica, karena penyebarannya sangat luas maka perlu diwaspadai dan dikendalikan keberadaannya. Jika jenis- jenis tumbuhan asing invasif tersebut tidak terkendali, maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhannya akan semakin meluas, dan pada akhirnya akan mendesak jenis- jenis tumbuhan lain, khususnya jenis-jenis tumbuhan yang menjadi pakan orang hutan di kawasan ini (Sunaryo & Girmansyah, 2015). Sedangkan menurut Susi Surtiati dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia tahun 2015 dengan judul “Pengetahuan Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Masyarakat Lokal Di Pulau Seram, Maluku”. Observasi langsung di lapangan: mendokumentasi keaneka- ragaman jenis dan nama daerahnya. Juga mengumpulkan contoh spesimen bukti (voucher specimen) untuk keperluan identifikasi di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong Bogor, Jawa Barat Masyarakat lokal di Pulau Seram yaitu di Desa Besi, kecamatan Seram Utara, kabupaten Maluku Tengah dan Desa Hualoy, kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat memanfaatkan cukup beragam tumbuhan sebagai bahan obat kurang lebih 45 jenis dari 40 marga dan 28 suku/famili tumbuhan untuk mengatasi 29 macam

penyakit. Usaha konservasi sudah mulai dilakukan seperti halnya menanam tumbuhan yang termasuk langka seperti gaharu (Gyrinops versteegii) (Sustiati, 2015). Sedangkan menurut Siti Susiarti & Diah Sulistiarini dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia tahun 2015 dengan judul “Keanekaragaman Umbi-Umbian Di Beberapa Lokasi Di Propinsi Bangka Belitung Dan Pemanfaatannya”. Metode penelitian berdasarkan survei eksploratif, wawancara terbuka dengan masyarakat. Bahan pangan alternatif di beberapa lokasi di Propinsi Bangka Belitung yaitu ubi kayu (Manihot esculenta), ubi jalar (Ipomoea batatas), ararot (Maranta arundinacea), gembili (Dioscorea esculenta), nubong (Tacca leontopetaloides), keladi pikul (Xanthosoma nigrum) dan berbagai variasi dari Colocasia esculenta, yaitu: keladi nyatoh, keladi pangku anak, buter, keladi rakit, keladi pinangbo, keladi wangi, keladi rengat, keladi pelawan, keladi sayang anak dan keladi usat. Keanekaragaman umbi umbian ini sebagai informasi dasar untuk pengembangan selanjutnya sebagai pangan alternatif untuk mendukung ketahanan pangan di Propinsi Bangka Belitung. Berbagai jenis umbi umbian ini dapat dikembangkan budidaya dan potensinya secara luas berupa aneka tepung dari tumbuhan lokal, seperti halnya beras aruk yang sudah dikenal (Susiarti & Sulistiarini, 2015). Sedangkan menurut Karmilasanti & Supartini dalam jurnal Penelitian Dipterokarpa tahun 2011 dengan judul “Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Dan Pemanfaatannya Di Kawasan Tane' Olen Desa Setulang Malinau, Kalimantan Timur”. Sampel tumbuhan obat ditentukan secara purposive sampling berdasarkan eksplorasi dengan hasi tumbuhan obat di kawasan Tane' Olen yang digunakan oleh masyarakat Desa Setulang ditemukan sebanyak 32 jenis, tergolong dalam 31 marga dan 26 suku dengan habitus sebagian besar berupa pohon dan bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan adalah daun. Kegunaan tumbuhan obat dengan habitus pohon antara lain : sebagai obat kurap, sakit gigi, ginjal, panu/kurap, kencing batu dan kencing manis, meriang/menggigil, sakit perut/masuk angin, obat memar, obat nyamuk dan bisul (Karmilasanti & Supartini, 2011).

Sedangkan menurut Try Susanti, Suraida dan Harlis Febriana dalam jurnal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 dengan metode petak ganda mendapatkan hasil ditemukan 6 spesies tumbuhan asing invasif yang termasuk dalam 4 famili dan terdiri atas 3096 individu. Spesies terbanyak ditemukan dari famili Melastomaceae dan Asteraceae (masing- masing 2 spesies), Verbenaceae (1 spesies) dan Passifloraceae (1 spesies). Asteraceae merupakan famili terbanyak setelah Poaceae yang spesies-spesiesnya termasuk kedalam gulma berbahaya di dunia dengan daya kompetisi yang tinggi ( Susanti, 2013). Berdasarkan studi relevan yang telah saya susun makan dapat disintesiskan dalam tabel state of the arts berikut ini: Tabel 2.2 State of the arts Pen Teknik dek Pengum No Peneliti Judul Hasil ata pulan n Data 1. A. Kemenarik Kuali Doku Berdasarkan penilaian wisatawan Suryansya an tatif mentas dan data kunjungan menunjukkan, h S., E. Kawasan i, bahwa Kawasan Percandian Maryani, Percandian angket Muaro Jambi merupakan destinasi B. Muaro dan wisata yang menarik, hal ini juga Waluya Jambi wawan terlihat dari grafik pengunjung Sebagai cara yang setiap tahunnya semakin Destinasi meningkat. Nilai kemenarikan Wisata keragaman, kemenarikan daya tarik, dan keragaman aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan mendapatkan nilai kemenarikan tertinggi dari wisatawan. 2. Francisca Hubungan Kuali Jelajah Masyarakat Anak Dalam (Kubu) Murti Keterikatan tatif masih sangat tergantung kepada Setyowati Masyarakat tumbuh-tumbuhan yang ada di Kubu sekitarnya dalam memenuhi dengan kebutuhan hidup. Tercatat 198 Sumberday jenis tumbuhan yang a Tumbuh- dimanfaatkan, yakni: untuk bahan tumbuhan pangan (69 jenis), obat (39 jenis), di Cagar peralatan rumah tangga (11 jenis), Biosfer bahan bangunan (42 jenis), acara Bukit ritual (9 jenis), penghasil getah (5 Duabelas, jenis), dan lain-lain (23 jenis). Jambi Ada beberapa jenis tumbuhan obat yang sudah dikategorikan

langka yaitu sempedu tanoh (Eurycoma longifolia) dengan status terkikis, akar kunyit (Arcangelisia flava) dengan status rawan, dan potoi (P. roxburghii) dengan status jarang. 3. Francisca Keanekarag kuali jelajah Dari hasil penelitian pada Murti aman tatif masyarakat Talang Mamak yang Setyowati Tumbuhan bermukim di sekitar kawasan & Obat Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Wardah Masyarakat Riau tercatat tidak kurang dari 78 Talang jenis yang dimanfaatkan sebagai Mamak di bahan obat. Beberapa penyakit Sekitar yang dapat disembuhkan dengan Taman pengobatan tradisional di Nasional antaranya adalah luka, cacingan, Bukit perut kembung, demam, pusing, Tigapuluh, sariawan, pinggang, pencuci Riau perut, gigi, digigit serangga, mencret, masuk angin, bisul, sesak nafas, batuk darah, dan lain- lain. Lima jenis tumbuhan yang sudah dikategorikan langka yaitu akar kuning (Arcangelisia flava), pulai (Alstonia scholaris), pasak bumi (Eurycoma longifolia), gaharu (Aquilaria malaccensis) dan kapung-kapung (Oroxylum indicum) yang sudah harus mulai dilakukan usaha konservasi baik in-situ maupun ex-situ. 4. Wahyu Identifikasi Kuali Purpos Metode yang digunakan dalam Ragil Tumbuhan tatif ive penelitian ini adalah metode Prastyo, Paku Epifit sampli observasi dan identifikasi Suwasono Pada ng langsung dan studi pustaka. Heddy Batang Teknik pengambilan sampel dan Tanaman mengguna kan metode Slovin. Agung Kelapa Dari hasil identifikasi diperoleh 9 Nugroho Sawit spesies epifit dari 4 famili yang (Elaeis berbeda adalah Davallia sp, guineensis Davallia trichomanoides Bl., J.) Di Drymoglossum piloselloi- des (L) Lingkunga Presl., Drynaria rigidula (Sw.) n Bedd, Drynaria sparsisora Universitas Moore, Microsorum scolopendria Brawijaya (Burm. f.) Copel., Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott, Pyrrosia sp, Vittaria elongata Sw. 5. Rony Keberadaan Kuali Purpos Berdasarkan penelusuran pada Irawanto, Koleksi tatif ive unit Registrasi terdapat tiga kali

Apriyono Tumbuhan sampli kegiatan ekplorasi flora ke CA P. Rahadiant Kebun ng Sempu yaitu pada tahun 1979 oro & Raya sejumlah 77 nomor, tahun 1994 Deden Purwodadi sejumlah 53 nomor dan tahun Mudiana Asal Cagar 1997 sejumlah 32 nomor. Dari Alam Pulau ketiga kegiatan tersebut total Sempu, terdapat 97 nomor tumbuhan yang Jawa Timur telah dikoleksi. Namun keberadaan tumbuhan yang berasal dari Pulau Sempu saat ini hanya 2 jenis yang tercantum dalam katalog, dan sekitar 29 jenis yang telah di tanam sebagai koleksi kebun. Sehingga hanya 30% bibit yang ada di koleksi kebun saat ini, hal ini menjadi suatu masukan pada pihak manajemen KRP untuk melakukan perbaikan dalam penanganan bibit dari lapangan sampai ditanam di ruamh kaca, ataupun proses aklimatisasi bibit dari rumah kaca sampai siap menjadi tanaman koleksi di pembibitan, atau pemeliharaan dan perawatan tumbuhan dari pembibitan sampai dapat hidup di lokasi vak tanamnya. 6. Sunaryo, Identifikasi Kuali jelajah Taman Nasional di Indonesia Deden Tumbuhan tatif sebagai kawasan konservasi Girmansy Asing ekosistem secara in situ untuk ah Invasif Di jenis-jenis biota asli dan lokal Taman setempat, ternyata saat ini tidak Nasional terbebas dari jenis-jenis tumbuhan Tanjung asing invasif, tidak terkecuali Puting, Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan di Kalimantan Tengah. 2 jenis Tengah tumbuhan asing invasif yang terdapat di TN Tanjung Puting, yaitu Rhodomyrtus tomentosa dan Imperata cylindrica, karena penyebarannya sangat luas maka perlu diwaspadai dan dikendalikan keberadaannya. Jika jenis- jenis tumbuhan asing invasif tersebut tidak terkendali, maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhannya akan semakin meluas, dan pada akhirnya akan mendesak jenis-

jenis tumbuhan lain, khususnya jenis-jenis tumbuhan yang menjadi pakan orang hutan di kawasan ini. 7. Siti Pengetahua Kuali Jelajah Masyarakat lokal di Pulau Seram Susiarti n dan tatif yaitu di Desa Besi, kecamatan pemanfaata Seram Utara, kabupaten Maluku n tumbuhan Tengah dan Desa Hualoy, obat kecamatan Kairatu, kabupaten masyarakat Seram Bagian Barat lokal di memanfaatkan cukup beragam Pulau tumbuhan sebagai bahan obat Seram, kurang lebih 45 jenis dari 40 Maluku marga dan 28 suku/famili tumbuhan untuk mengatasi 29 macam penyakit. Usaha konservasi sudah mulai dilakukan seperti halnya menanam tumbuhan yang termasuk langka seperti gaharu (Gyrinops versteegii). 8. Siti Keanekarag Kuali Purpos Bahan pangan alternatif di Susiarti & aman tatif ive beberapa lokasi di Propinsi Diah Umbi- sampli Bangka Belitung yaitu ubi kayu Sulistiarin Umbian Di ng (Manihot esculenta), ubi jalar i Beberapa (Ipomoea batatas), ararot Lokasi Di (Maranta arundinacea), gembili Propinsi (Dioscorea esculenta), nubong Bangka (Tacca leontopetaloides), keladi Belitung pikul (Xanthosoma nigrum) dan Dan berbagai variasi dari Colocasia Pemanfaata esculenta, yaitu: keladi nyatoh, nnya keladi pangku anak, buter, keladi rakit, keladi pinangbo, keladi wangi, keladi rengat, keladi pelawan, keladi sayang anak dan keladi usat. Keanekaragaman umbi umbian ini sebagai informasi dasar untuk pengembangan selanjutnya sebagai pangan alternatif untuk mendukung ketahanan pangan di Propinsi Bangka Belitung. Berbagai jenis umbi umbian ini dapat dikembangkan budidaya dan potensinya secara luas berupa aneka tepung dari tumbuhan lokal, seperti halnya beras aruk yang sudah dikenal. 9. Karmilasa Keanekarag kuali jelajah tumbuhan obat di kawasan Tane'

nti & aman Jenis tatif Olen yang digunakan oleh Supartini Tumbuhan masyarakat Desa Setulang Obat Dan ditemukan sebanyak 32 jenis, Pemanfaata tergolong dalam 31 marga dan 26 nnya Di suku dengan habitus sebagian Kawasan besar berupa pohon dan bagian Tane' Olen tumbuhan yang banyak Desa dimanfaatkan adalah daun. Setulang Kegunaan tumbuhan obat dengan Malinau, habitus pohon antara lain: Kalimantan sebagai obat kurap, sakit gigi, Timur ginjal, panu/kurap, kencing batu dan kencing manis, meriang/menggigil, sakit perut/masuk angin, obat memar, obat nyamuk dan bisul. Kegunaan tumbuhan obat dengan habitus liana antara lain: obat pecah- pecah untuk kulit kaki, penawar racun, sakit mata dan gigitan ular, batuk/keputihan/penyubur kandungan, obat luka, penyubur rambut dan melancarkan air kencing. Kegunaan tumbuhan obat dengan habitus herba antara lain: membuang duri, penurun panas, obat luka yang baru, obat luka kena benda tajam dan obat sakit kepala. Kegunaan tumbuhan obat dengan habitus perdu antara lain: obat sakit kepala, kulit lecet, penurun darah tinggi, mengatasi rewel pada anak (kepercayaan setempat), obat luka lama dan mempercepat kesembuhan untuk wanita yang habis melahirkan. Kegunaan tumbuhan obat dengan habitus paku antara lain: penurun panas pada anak-anak, penyubur rambut dan obat luka; sedangkan tumbuhan berhabitus palma dan epifit berfungsi sebagai obat kudis dan diare. 10. Try Keanekarag Kuali Petak Hasil penelitian yang telah Susanti, aman tatif ganda dilakukan ditemukan 6 spesies Suraida & Tumbuhan tumbuhan asing invasif yang Harlis Invasif Di termasuk dalam 4 famili dan Febriana Kawasan terdiri atas 3096 individu. Spesies Taman terbanyak ditemukan dari famili Hutan Melastomaceae dan Asteraceae

Kenali (masing- masing 2 spesies), Kota Jambi Verbenaceae (1 spesies) dan Passifloraceae (1 spesies). Asteraceae merupakan famili terbanyak setelah Poaceae yang spesies-spesiesnya termasuk kedalam gulma berbahaya di dunia dengan daya kompetisi yang tinggi. 11 Suci Komposisi - - Roslinaw Tumbuhan ati Spermatop hyta di Kawasan Candi Muaro Jambi

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui komposisi tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan survey, melalui eksplorasi, wawancara serta dokumentasi. Menurut Sugiyono (2015) pengertian deskriptif adalah: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lainnya (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen, karena kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan variabel dependen”. Metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur- unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis data dan menginterprestasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter (Sugiyono, 2015).

Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman. Eksplorasi dilaksanakan seara bertahap dengan mengandalkan nara sumber dan sumber informasi baik langsung dari pemberi informsi utama (key informan) maupun data kepustakaan. Dalam keadaan ini dilakukan penggalian informasi keberadaan contoh tanaman, pengumpulan contoh tanaman, karakteristik dan evaluasi tanaman serta dekripsi tanaman (Natawijaya, kurniawan dan Bhakti, 2009) dalam (Yazid, dkk. 2016). B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018. Penelitian dilaksanakan di Candi Muaro Takus Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Untuk identifikasi spesies tumbuhan dilakukan di Herbarium Andalas dan Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Lokasi penelitian pengambilan sample dilakukan di kawasan Candi Muaro Jambi. Candi Muaro Jambi merupakan candi terluas di Indonesia dengan luas ± 3981 hektar dan terdiri dari ± 61 candi termasuk yang masih dalam bentuk gundukan tanah (menapo), dengan itu peneliti memberi batasan lokasi penelitian untuk dijelajah pada percandian yaitu percandian yang ada di kawasan pusat Candi Muaro Jambi yang sudah berbentuk Candi bukan berbentuk menapo, dapat dilihat pada peta dibawah ini:

Gambar 3.1 Peta Kompleks Percandian Muaro Jambi Sumber: Museum Candi Muaro Jambi (2019)

Gambar 3.2 Peta lokasi penelitian, Candi Gumpung Sumber: Google earth, (2019)

Gambar 3.3 Peta kawasan penelitian, Candi Tinggi 1 dan 2 Sumber: Google earth, (2019)

Gambar 3.4 Peta kawasan penelitian, Candi Kembar Batu Sumber: Google earth, (2019)

Gambar 3.5 Peta kawasan penelitian, Candi Astano Sumber: Google earth, (2019)

Gambar 3.6 Peta kawasan penelitian, Candi Gedong 1 dan 2 Sumber: Google earth, (2019)

Gambar 3.7 Peta kawasan penelitian, Candi Astano Sumber: Google earth, (2019)

C. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat tulis, GPS, jarum jahit, buku catatan lapangan, koran, tali, gunting tanaman, kamera dan pasak bambu. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Alkohol 70%, kardus, isolatip, lakban, benang, koran dan plastik koleksi serta jenis-jenis organ dari tumbuhan Spermatophyta. D. PROSEDUR KERJA 1. Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian mencakup observasi lapangan, observasi lapangan adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan informan kunci atau salah satu perangkat desa yang dibutuhkan bantuannya dalam melakukan penelitian, sehingga dapat mendeskripsikan kondisi umum tempat penelitian. 2. Di Lapangan Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi. catatan lapangan berupa ciri-ciri, nama daerah tumbuhan dan hal yang diperlukan lainnya untuk proses identifikasi. 1). Metode Pengambilan Sampel Sampel tumbuhan obat ditentukan secara purposive sampling berdasarkan eksplorasi, dengan langkah : a. Eksplorasi/penjelajahan bebas dilakukan pada kawasan candi Muaro Jambi. Eksplorasi/penjelajahan lebih mempertimbangkan kondisi tempat tumbuh/habitat. b. Sampel/spesimen tumbuhan yang ditemukan di lapangan diambil/dikoleksi terutama dari organ utama tumbuhan seperti daun, bunga, buah dan cabang, untuk diidentifikasi lebih lanjut nama latin/ilmiah (suku, marga dan jenis). c. Data nama daerah dari tumbuhan yang di temukan di dapat melalui metode wawancara dengan masyarakat setempat.

3. Koleksi dan Pengawetan di Lapangan Kegiatan koleksi dan pengawetan dilapangan perlu memperhatikan : a. Ukuran sampel, biasanya 30 – 40 cm. Yang harus diperhatikan adalah organ yang penting tidak boleh dipotong atau dipisahkan, hanya bisa dilakukan pelipatan sehingga ukuran tetap seperti yang diinginkan. b. Kelengkapan organ, maksudnya setiap koleksi selain harus ada, suatu organ juga harus lengkap. c. Ketentuan untuk habitus tertentu : a) Tumbuhan kecil seperti rumput, herba, semak, yang ukurannya kecil di koleksi lengkap satu individu. b) Untuk pohon, semak besar, liana dan sebagainya dikoleksi sebagian sesuai dengan ukuran tersebut di atas. c) Untuk tumbuhan parasit dikoleksi beserta inangnya atau minimal jenis inangnya diketahui. d. Pengamatan dan pencatatan, sebelum mengambil koleksi terlebih dahulu dicatat dan diamati sifat-sifat khas tumbuhan tersebut yang tidak terwakili dalam spesimen, antara lain: habitat, warna, bau, rasa atau karakter lainnya yang mungkin hilang setelah tumbuhan tersebut dikeringkan, vernacular name (nama daerah ditempat koleksi) dan kegunaannya. Setiap spesimen diberi etiket gantung yang telah disiapkan sebelumnya. Etiket gantung dapat berisi data seperti nomor spesimen, vernacular name, lokasi koleksi, tanggal koleksi dan nama kolektor. e. Penyimpanan dan pengawetan di lapangan. Setelah dikoleksi selanjutnya disimpan dalam lipatan koran. Setelah semua spesimen dimasukan ke dalam lipatan koran, lalu disusun berlapis, diikat, dan dimasukkan dalam kantong plastik kemudian disemprot dengan alkohol, akhirnya kantong ditutup rapat agar udara tidak dapat keluar masuk.

4. Pengapitan dan Pengeringan Sebelum dimasukkan ke tempat pengeringan, spesimen disemprot lagi dengan alkohol, satu persatu diletakkan dalam lipatan kertas koran dengan mengatur posisinya sedemikian rupa hingga posisinya rapi. Kemudian spesimen disusun dalam apitan kertas kardus atau tripleks yang berukuran 32 x 42 cm dengan susunan kardus-spesimen-kardus-spesimen dan seterusnya sampai maksimal 50 spesimen. Pastikan bahwa etiket gantung masih dapat dibaca dengan jelas pada saat dimasukkan. Kemudian spesimen diapit dan diikat, untuk selanjutnya dikeringkan dengan panas matahari atau oven. Lama penegeringan tergantung jenis tumbuhan, bila menggunakan oven digunakan suhu 60 – 80 ᵒC selama 46 – 48 jam. Spesimen yang mudah rusak seperti bunga atau buah, diawetkan dengan alkohol 70% dalam tabung atau botol. 5. Penempelan (Mounting) Spesimen yang sudah kering selanjutnya dilakukan identifikasi dan klasifikasi. Kemudian spesimen ditempelkan atau dijahitkan pada kertas mounting (kertas manila atau sejenisnya) yang berukuran 28 – 30 cm x 39 – 42 cm dengan pengaturan sedemikian rupa hingga posisinya rapi. Semua spesimen dikelompokkan menurut famili atau tingkatan taksonnya. 6. Pemberian Label/Labelling Setelah dilakukan penempelan, selanjutnya spesimen dilengkapi dengan label permanen (label herbarium) yang memuat keterangan penting dari spesimen. Label herbarium biasanya ditempelkan di samping kanan bawah dari spesimen. Label dibuat dari kertas yang berkualitas baik, ukuran dapat bervariasi, tetapi biasanya bentuk empat persegi panjang sekitar 10 x 15 cm. Dengan demikian, spesimen menjadi material ilmiah yang dapat digunakan untuk penelitian ilmiah. 7. Pemeliharaan herbarium Untuk pemeliharaan herbarium yang lebih baik, dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain memberi perlakuan sebagai berikut : a. Pembekuan pada temperatur – 20 ᵒC sampai – 60 ᵒC

b. Pemanasan sampai temperatur 60 ᵒ C selama 4 - 8 jam c. Peletakan spesimen kering dalam oven/microwave d. Perlakuan spesimen dengan pencegah serangga, seperti Naphthalene, Paradichlorobenzene, Formaldehyde, dan sebagainya. e. Pengasapan/fumigasi, biasanya menggunakan zat kimia metil- bromida cair (Yelianti, Hamidah, Muswita, & Sukmono, 2016). Setiap sampel tumbuhan yang dikoleksi dilapangan dibuatkan spesimen herbarium dan diidentifikasi di Herbarium Universitas Andalas. Proses identifikasi dilakukan dengan membandingkan spesimen yang didapat dengan deskripsi yang ada pada buku panduan identifikasi tumbuhan. E. ANALISIS DATA Data tumbuhan yang diperoleh melalui eksplorasi/penjelajahan pada kawasan Candi Muaro Jambi dikelompokan dan ditabulasikan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Serta dengan cara inventarisasi atau mencacah jenis yang diketemukan di lapangan (kualitatif). Sistem Inventarisasi ini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan tujuan untuk melakukan pengenalan jenis secara morfologis, tanpa melakukan pengukuran apapun. Cara ini dapat dilakukan dengan melakukan penjelajahan di suatu area. Dari jenis-jenis yang ditemukan dicatat secara langsung nama jenisnya. Kemudian data yang didapat dianalisis secara deskriptif dan disampaikan dalam bentuk tabel dan gambar.

Jadwal Penelitian

Untuk memudahkan dalam melaksanakan kegiatan penelitian maka penelitian menggunakan jadwal yang dapat dilihat di bawah ini. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan No Kegiatan Agustus 2017 Januari Februari Maret April Mei Juni 2018 2018 2018 2018 2018 2018 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul proposal 2 Pembuatan proposal 3 Pengajuan dosen pembimbing 4 Pemberitahua n penunjukan dosen pembimbing

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Bulan No Kegiatan Agustus 2017 Januari Februari Maret April Mei Juni 2018 2018 2018 2018 2018 2018 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 Pergantian judul proposal dan dosen pembimbing 6 Bimbingan perbaikan proposal 7 Izin seminar proposal 8 Seminar proposal 9 Perbaikan hasil seminar

10 Pengajuan izin riset

11 Riset

Bulan No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember 2018 2018 2018 2018 2018 2018 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 Pelaksanaan identifikasi

13 Pemberitahuan hasil identifikasi 14 Pengolahan data

No Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni 2019 2019 2019 2019 2019 2019 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 15 Bimbingan BAB I – V 16 Revisi BAB III – V 17 Sidang munaqosah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Jenis Tumbuhan Yang di Temukan Di Kawasan Candi Muaro Jambi Berdasarkan hasil yang penelitian tumbuhan Spermatophyta yang dilakukan dikawasan Candi Muaro Jambi yang desa di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Maro Sebo dan Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi didapat sebanyak 63 spesies dari 32 famili sebagai berikut: Tabel 4.1 Jenis Tumbuhan yang di Temukan di Kawasan Candi Muaro Jambi No Family Scientific Name Vernacular Local Name Name 1 Anacardiaceae Mangifera foetida Bacang Macang 2 Spondias dulcis Kedondong Kedondong 3 Mangifera odorata Kuweni Kuweni 4 Mangifera indica Mangga Mangga 5 Apocynaceae Footage alamanda Bunga Bunga Terompet Terompet 6 Alstonia scholaris Pulai Pule 7 Catharanthus roseus Tapak Dara Tapak Dara 8 Arecaceae Areca catechu Pinang Pinang 9 Caryota mitis Sarai Palem 10 Bignoneaceae Radermachera Kapung- Kapung glandulosa Kapung 11 Oroxylum indicum Bungli Pete Parang 12 Bombacaceae Durio zibetinus Durian Duren 13 Ceiba petandra Kapuk Kapuk 14 Caricaceae Carica papaya Pepaya Kates 15 Clusiaceae Garcia mangostana Manggis Manggis 16 Garcinia Asam Asam Kandis xanthocymus Kandis 17 Elaeocarpaceae Muntingia calabura Ceri Seri 18 Euphorbiaceae Hura crepitans Buah Roda Buah Roda 19 Hevea brasiliensis Karet Para 20 Aleurites moluccanus Kemiri Kemiri 21 Mallotus Sekubung Sekubung Merah panilculatus Merah 22 Acalipha wilkesiana Akalipa Ekor Kucing

43 Fakutltas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi 23 Mallotus philippensis Akasia Akasia 24 Euphorbia neriifolia Kaktus Kaktus 25 Fabaceae Erythrina variegata Dadap Dadap Serep 26 Archidendrom Jengkol Jengkol pauciflorum 27 Arachis pintoi Kacang Kacang Hiass Hias 28 Albizia chinensis Sengon Sengon 29 Gnetaceae Gnetum gnemon Melinjo Melinjo 30 Lagoniaceae Fagraea fragrans Tembesu Tembesu 31 Lamiaceae Clerodendrum Bunga Bungan Merah paniculatum Pagoda 32 Lauraceae Cinnamomum Kayu manis Kayu manis burmannii 33 Lythrsceae Lagerstroemia Bungur Bungor speciosa 34 Magnoliaceae Magnolia champaca Cempaka Cempaka Kuning 35 Malvaceae Kleinhovia hospital Kalitamahar Klitamahar

36 Meliaceae Lansium domesticum Duku Duku 37 Swietenia mahagoni Mahoni Mahoni 38 Moraceae Ficus benjamina Beringin Beringin 39 Ficus religiosa Bodi Bodi 40 Ficus variegata Pohon Ara Kelebuk 41 Ficus sp Salah Salah 42 Atrocarpus altilis Sukun Sukun 43 Myrtaceae Psidium guajava Jambu Air Jambu Aek 44 Syzygium aqueum Jambu Biji Jambu Biji 45 Syzygium Jambu Bol Jambu Bol malaccense 46 Oleaceae Jasminum sambac Melati Melati 47 Oxalidaceae Averhoa bilimbi Belimbing Belembeng Wuluh 48 Baccaurea Rambe Rambe motleyana 49 Piperaceae Piper betle Sirih Sereh Poaceae Bambusa vulgaris Bambu Buluh 50 Rubiaceae Morinda elliptica Mengkudu Mengkudu Hutan Hutan 51 Ruscaceae Dracaena Daun Suji Daun Suji angustifolia 52 Rutaceae Citrus x sinensis Jeruk Jeruk

45

53 Salicaceae Flacourti a rukam Pohon Ara Pohon Aro 54 Sapindaceae Nephelium Rambutan Rambutan lappaceum 55 Sapotaceae Manilkara zapota Sawo Sembilo 56 Solanaceae Solanum torvum Cempokak Rimbang 57 Theaceae Schima sp Sebalik Sebalik Sumpah Sumpah 58 Verbeaceae Peronema cenencens Sungkai Jati Lanang 509 Verbenaceae Gmelina arborea Jati Jati 61 Tectonia grandis Jati Putih Jati 62 Vitex pinnata Leban Leban 63 Zingiberaceae Zingiber officinale Jahe Jahe

1. Akalipa (Acalipha wilkesiana)

\

Gambar 4.1 Akalipa (Acalipha wilkesiana) Sumber: Dokumen pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Eurphobiales Famili : Eurphobiaceae Genus : Acalypha Spesies : Acalipha wilkesiana

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

b. Deskripsi Tumbuhan Acalypha merupakan genus terbesar keempat dari suku Euphorbiaceae. Dari beberapa sumber dikatakan bahwa genus Acalypha ini memiliki 450 spesies di mana salah satu diantaranya adalah Acalypha wilkesiana (Chrystimo et al., 2016). Merupakan tanaman yang tergolong dalam divisi Spermatophyta, kelas dikotil, dan famili Euphorbiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman herba tahunan, tegak dengan beberapa cabang tegak. Batangnya bertrikoma, daunnya tunggal, bertangkai panjang, bentuk daun bundar telur hingga belah ketupat, tepi daun beringgit hingga bergerigi, tipis dan halus, duduk daun tersusun spiral. Bunganya merupakan bunga majemuk bulir, unisek, terletak pada ketiak daun dan ujung cabang, memiliki braktea. Bunga betina lebih pendek, tegak, dan jorong dibanding bunga jantan. Buahnya merupakan buah kapsul, kecil, dikelilingi braktea, bijinya oval, halus, berwarna coklat muda (Pambudi, 2014). 2. Akasia (Mallotus philippensis)

Gambar 4.2 Akasia (Mallotus philippensis) Sumber: Dokumentasi pribadi

47

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae (unranked) : (unranked) : Order : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Mallotus Spesies : Mallotus philippensis (Lam) Muell.Arg. b. Deskripsi Tumbuhan Habitus suku Euphorbiaceae dapat berupa pohon, tiang, pancang, semai dan beberapa jenis diantaranya berupa sukulen. Keberadaan Euphorbiaceae penting bagi keseimbangan ekosistem, karena tumbuhan ini toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan terutama daerah yang terbuka dan kering (Polosakan dan Alhamd, 2012) dalam (Dea et al., 2016). Deskripsi botanik Sebuah pohon monoecious ukuran kecil hingga sedang, setinggi 25 m dan dengan sebuah batang pohon berdiameter hingga 50 cm, tetapi biasanya jauh lebih sedikit. Slash menjadi merah tua. Branchlets kelenjar coklat kemerahan. Daun bergantian dan sederhana, lebih atau kurang kasar, bulat telur ke lanset, 5- 16 (-23) cm x 2-7 (-9.5) cm, tangkai daun 1-4 (-10) cm, puber dan Cokelat kemerahan. Bunga jantan di terminal dan aksila, panjang 2-10 (-16) cm. Buah, kapsul 3 lobus tertekan, 5-7 mm x 8-10 (-12) mm. Di Filipina bunga M. philippensis dari Maret hingga April dan buah-buahan jatuh tempo pada bulan Juli-Agustus. M. philippensis memiliki banyak nektarium yang menarik (Orwa et al, 2009).

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

3. Garcinia xanthocymus)

Gambar 4.3 Asam kandis (Garcinia xanthocymus) Sumber: Dokumentasi Pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Theales Famili : Clusiaceae (Guttiferae) Genus : Garcinia Spesies : Garcinia xanthocymus b. Deskripsi Tumbuhan Berupa pohon berukuran sedang, cantik. Batangnya lurus, percabangannya drooping (menjulai), bersegi, gundul. Kulit batangnya kehitaman atau abu tua, bila dipotong mengeluarkan cairan seperti susu (milky), kemudian menjadi kuning bila kena cahaya. Kayunya kekuningan-coklat sampai keabuabuan coklat, sangat kuat, umumnya berat. Daun bervariasi bentuk dan ukurannya, gundul, bersilang, berbentuk lonjong-lanset, runcing dan meruncing, basis daun bentuk pasak, pinggir daun tebal, menjangat, hijau gelap dan berkilat, pertengahan daun bawahnya menonjol, tangkai daun

49

berkeriput. Bunga jantan putih, terdiri 4-10 bunga, bertukal (fascicle), tangkai bunga tebal. Benang sari dalam lima lingkaran terdiri 3-5 pada tiap lingkaran, tanpa daun mahkota, berhadapan dengan dengan lima kelenjar yang berdaging; kepalasari dua lokul. Bunga betina, seperti bunga jantan terdiri beberapa benang sari semu (Staminodes), complanate. Bakal buah bulat telur, berpencar, rata. Buah berry, agak besar, bulat telur terbalik, runcing, kuning gelap dengan getah yang berwarna kuning, daging buah berasa asam dan jarang dimakan. Biji terdiri 1-4, lonjong (Utami, 2009). 4. Bacang (Mangifera foetida)

Gambar 4.4 Bacang (Mangifera foetida) Sumber: Dokumen pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : Mangifera foetida Lour. b. Deskripsi Tumbuhan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Jenis tumbuhan ini tergolong dalan suku berupa semak dan pohon dengan kulit batang yang biasanya mengandung resin, yang apabila mengenai kulit akan menimbulkan peradangan. Daun tunggal menyirip gasal atau menyirip beranak daun tiga, duduknya hampir selalu tersebar, tanpa daun menumpu. Bunga kecil, terangkai sebagai malai, kelopak berbilangan lima, berbagi dengan cara yang bermacam- macam. Daun mahkota 3-5, biasanya 5 dan buah biasanya berupa buah batu dengan mesokarpium yang seringkali tebal dan berdaging dan dapat dimakan (Tjitrosoepomo, 2014). 5. Duku (Lansium domesticum)

Gambar 4.5 Duku (Lansium domesticum) Sumber: Dokumentasi Pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales family : Meliaceae Genus : Lansium Spesies : Lansium domesticum b. Deskripsi Tumbuhan

51

Duku (Lansium domesticum) adalah salah satu tanaman khas Indonesia. Tanaman ini hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia, mulai Aceh sampai Irian Jaya, sehingga dikenal nama seperti duku Medan, duku Komering, duku Sleman dan duku Hatu (Yulita, 2011; Hanum et al., 2013) dalam (Hanum & Kasiamdari, 2013) dalam (Sinulingga et al,. 2016). Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan salah satu jenis tanaman tropis dan banyak ditemukan di Indonesia.Duku merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun (Hermawan et al., 2016). 6. Durian (Durio zibethinus Murr.)

Gambar 4.6 Durian (Durio Zibethinus Murr) Sumber: Dokumentasi Pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Bombacales Famili : Bombacaceae Genus : Durio Spesies : Durio zibethinus Murr. b. Deskripsi Tumbuhan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman buah tropis eksotik yang mempunyai rasa dan aroma yang unik. Buah durian disebut juga the king of yang sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat karena rasanya yang khas (Lestari et al., 2011). Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman genetik tanaman di dunia, terutama untuk buah- buahan tropis seperti durian (Hariyati et al.,2013). Durian sering disebut Raja buah karena panen durian menandai musim panen beberapa buah-buahan lainnya (Sobir dan Martini, 2014) dalam (Pratiwi et al., 2018). 7. Manggis (Garcinia mangostana)

Gambar 4.7 Manggis (Garcinia mangostana) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Theales Famili : Clusiaceae Genus : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana (Cronquist, 1981) b. Deskripsi Tumbuhan

53

Manggis (Garcinia mangostana) asal Bengkalis memiliki keunggulan yaitu dapat hidup di daerah rawa-rawa, gambut dan cukup toleran terhadap tanah masam (Rahmawati, 2014) dalam (Hariono et al., 2017). Garcinia termasuk ke dalam suku/famili manggis-manggisan, Guttiferae atau Clusiaceae, terdiri ± 435 jenis, persebarannya dari Asia tenggara kemudian meluas sampai New Caledonia, utara, Afrika tropik, Madagaskar, Polynesia, Central dan South Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Jones, 1980). Garcinia merupakan marga yang unik, tajuknya monopodial, seluruh bagian tumbuhan bergetah kecuali biji; bijinya dilapisi oleh daging buah yang segar. Pangkal daunnya memeluk batang atau ranting (clasps the twigs) seperti yang dijumpai pada marga Fagraea (Loganiaceae) (Whitmore, 1972) dalam (Utami & Sari, 2009). 8. Bodhi (Ficus religiosa)

Gambar 4.8 Bodhi (Ficus religiosa) Sumber: Dokumentasi Pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Famili : Moraceae

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Genus : Ficus Spesies : Ficus religiosa

b. Deskripsi Tumbuhan Morfologi Umum Ficus religiosa Linn. (Moraceae) umumnya dikenal sebagai 'pohon Peepal' adalah besar secara luas pohon bercabang dengan kasar, berbentuk hati, daun berujung panjang pada tangkai daun ramping panjang dan buah ungu tumbuh berpasangan. Ini besar dan tua. Panjang pohon 30 m. Pohon kecil atau pemanjat pencekik yang lebih tinggi, dengan cabang yang lebar, semi atau sepenuhnya gugur beriklim monsun dan bulat telur secara luas, mengkilap, kasar, daun hijau gelap, 5-7 in (12-18 cm) panjang, dengan tip seperti ekor yang tidak biasa. Pasangan beruang buah ara hijau bundar, rata, hingga 1/2 inci (1,5) cm) melintang, masak menjadi ungu dengan titik-titik merah. Itu batang memiliki kulit abu-abu yang halus dan dengan usia ini batang menjadi tidak teratur. Menjadi tidak berdaun untuk periode singkat di habitat kering (Rutuja dkk, 2005). 9. Beringin (Ficus benjamina)

55

Gambar 4.9 Beringin (Ficus benjamin) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Ficus Spesies : Ficus benjamina L. b. Deskripsi Tumbuhan Ficus benjamina termasuk salah satu tanaman dari famili Moraceae yang mudah tumbuh di berbagai kondisi lahan termasuk lahan kering (Veneklaas et al. 2002). Pertumbuhan pohon beringin dapat mencapai tinggi hingga 40-50 m dengan diameter batang mencapai 100-190 cm. Veneklaas et al. (2002) menyebutkan bahwa pohon beringin termasuk tanaman cepat tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan 65 mg-1/hari. Tumbuh di lingkungan terbuka, pohon beringin memiliki banir tinggi yang cukup keras dan menyebar ke berbagai arah, kadang tidak tampak di bawah tanah kemudian muncul kembali di atas permukaan tanah (Boer & Sosef 1998) dalam (Krisdianto & Balfas, 2016). 10. Kemiri (Aleurites moluccana)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.10 Kemiri (Aleurites moluccana) Sumber: Dokumntasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Aleurites Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd b. Deskripsi Tumbuhan Aleurites moluccana Willd. (kemiri) merupakan pohon yang memiliki batang monopodial yang tumbuh secara ritmik. Pohon, tinggi 10-40 m. Daun muda, ranting dan karangan bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, sangat pendek, berwarna perak mentega. Daun bertangkai panjang, dengan dua kelenjar pada ujung tangkai; helaian daun bulat telur bentuk lancet, hanya pada pangkal bertulang daun menjari, dengan bintik yang transparan dan tidak sama (Ekowati et al., 2017). 11. Mahoni (Swietenia mahagoni)

57

Gambar 4.11 Mahoni (Swietenia mahagoni) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rutales Famili : Meliaceae Genus : Swietenia Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq. b. Deskripsi Tumbuhan Swietenia mahagoni Jack, merupakan pohon model Rauh adalah model arsitektur pohon dengan ciri batang monopodial dengan pola pertumbuhan ritmik serta membentuk pola percabangan orthotropic. Pola percabangan ini berhubungan dengan batang perbungaannya, di mana umumnya lateral. Percabangan pada arsitektur pohon model Rauh berbentuk orthotropic. Pohon yang kurang-lebih menggugurkan daun, dapat mencapai tinggi 35 m. Tajuk rapat, lebat, hijau tua. Batang kurang lebih berakar papan (Ekowati et al., 2017). 12. Mengkudu Hutan (Morinda elliptica)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.12 Mengkudu Hutan (Morinda elliptica) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledone Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Morinda Spesies : Morinda elliptica b. Deskripsi Tumbuhan Mengkudu merupakan tanaman tropis dan liar, yang dapat tumbuh di tepi pantai hingga ketinggian 1500 m dpl (di atas permukaan laut). Penyebarannya cukup luas, meliputi seluruh kepulauan Pasifik Selatan, Malaysia, Indonesia, , Filipina, , , Afrika, dan Hindia Barat (Solomon, 1999; Djauhariya dkk., 2006) dalam (Ningsi, Muslimin & Suwastika, 2016). 13. Jambu Bol (Syzygium malaccense)

59

Gambar 4.13 Jambu bol (Syzygium malaccense) Sumber: dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium malaccense (L) Merr & L.M. Perry. b. Deskripsi Tumbuhan Berupa pohon dengan daun tunggal, bersilang berhadapan pada cabang mendatar seolah-olah tersusun dua baris dalam satu bidang. Bunga banci, kelopak dan mahkota biasanya terdiri dari 4-5 jumlah daun mahkota. Bakal buah tenggelam, mempunyai satu tangkai sari dan mempunyai warna tangkai sari yang cerah (Tjirosoepomo, 2013). 14. Jambi Biji (Psidium guajava)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4. 14 Jambu Biji (Psidium guajava) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium Spesies : Psidium guajava L. b. Deskripsi tumbuhaan Psidium guajava L. Perdu atau pohon kecil. Daun tunggal dengan duduk daun berpasangan, helaian daun bulat panjang atau memanjang, dengan panjang daun 4,5-7 cm, lebar 3 - 4 cm. Bunga terletak diketiak daun, warna putih. Buah bentuk bulat dengan bagian depan kasar membulat. Dalam buah berisi banyak biji, daging buah putih kekuning-kuningan atau merah muda dengan rasa yang manis serta harum (Jumiarni & Komalasari, 2017). 15. Jambu Air (Syzygium aqueum)

61

Gambar 4.15 Jambu Air (Syzygium aqueum) Sumber: Dokumentsi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium aqueum b. Deskripsi Tumbuhan Jambu air (Syzygium aqueum) merupakan jenis buah yang termasuk dalam famili Myrtaceae. Jambu air tergolong dalam buah bertipe buah buni yaitu berbentuk gasing dengan pangkal kecil dan ujung yang sangat melebar (sering dengan lekukan sisi yang memisahkan antara bagian pangkal dengan ujung) berukuran 1,5-2 x 2,5-3,5 cm, bermahkota kelopak yang berdaging dan melengkung. Pada penampakan sisi luar berwarna putih sampai kehijauan dan merah. Daging buah putih, berair, hampir tidak beraroma dan mempunyai rasa asam atau asam manis, kadang-kadang agak sepat. Biji berukuran kecil 1-2 butir. Buah jambu air ini ditemukan terdapat bekas gigitan kelelawar pada daging buah (Firnanda dkk, 2015). 16. Kedondong (Spondias dulcis)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.16 Kedondong (Spondias dulcis) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Spondias Spesies : Spondias Dulcis Forst. b. Deskripsi Tumbuhan Buah Ambarella (Spondias dulcis) adalah pohon berukuran sedang dengan daun tanpa rambut hijau. Buahnya ellipsoid untuk ovoid buah berbiji. Ketika buah matang, kulit dan dagingnya berubah menjadi emas, memancarkan komponen aroma. Buah yang matang juga jauh lebih manis dari buah hijau yang kurang matang. Buah Ambarella (Spondias dulcis) memiliki kandungan air dan serat yang tinggi yang bisa membantu proses pencernaan dan mengurangi dehidrasi. Ambarella dikenal sebagai sumber potensial polifenol alami, antimikroba, sitotoksik dan trombolitik dan antioksidan kegiatan (Shawkat Md. Aminul Islam, 2013) dalam (Rahman, 2016). 16. Sukun (Artocarpus communis)

63

Gambar 4.17 Sukun (Artocarpus communis) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus communis b. Deskripsi Tumbuhan Artocarpus merupakan anggota famili Moraceae yang pada umumnya bermanfaat sebagai tanaman buah. Jenis-jenis Artocarpus biasanya mempunyai habitus semak atau pohon, dan mempunyai karakteristik batang yang menghasilkan cairan khusus (sap). Tipe pertumbuhan batang genus ini adalah monoceus dengan bunga yang unisexual. Artocarpus merupakan suatu genus yang berasal dari famili Moraceae yang tersebar di daerah tropis maupun subtropis. Genus Artocarpus terdiri dari 1000 spesies yang tersebar diberbagai lokasi. Artocarpus mempunyai ciri yang berbeda dari tumbuhan lain yaitu terdapat getah di jaringan parenkim, mempunyai dua karpel, bunga mencolok dan buah majemuk (Somashekhar et al. 2013) dalam (Sofiyanti et al., 2014). 17. Sirih (Piper betle)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.18 Sirih (Piper betle) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliopsida Kelas : Magnoliopsida Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper betle L. b. Deskripsi Tumbuhan Tanaman sirih (Piper sp) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Tanaman merambat ini bisa hidup di iklim tropis mencapai tinggi 15 meter. Akar sirih adalah akar tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna coklat kekuningan. Batang sirih berwarna coklat kehijauan ada juga hijau keunguan, berbentuk bulat, beruas, dan merupakan tempat keluarnya akar. Daun sirih merupakan daun tunggal dengan bentuk jantung, permukaan daun mengkilap, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan aroma yang khas bila diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm. Sirih memiliki bunga majemuk yang berbentuk bulir dan merunduk. Bunga sirih dilindungi oleh daun pelindung yang berbentuk bulat panjang dengan diameter 1 mm. Buah terletak tersembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna kuning kehijauan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih memiliki akar tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna cokelat kekuningan (Koensoemardiyah, 2010) dalam (Sarjani et al., 2017).

65

18. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)

Gambar 4.19 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermathophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Ranales Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmannii (Ness.) b. Deskripsi Tumbuhan Cinnamomum burmannii (Nees & T. Nees) Blume merupakan spesies kayu manis yang dikenal sebagai 'padang kaneel' atau 'cassiavera', jenis kayu manis ini merupakan tanaman asli Sumatera. Pada saat ini di Indonesia tepatnya di Provinsi Sumatera Barat berperan sebagai produsen dan eksportir utama kulit kayu cassia

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

(cassiavera) jenis Cinnamomum burmannii yang diekspor ke 44 negara, dengan tujuan utama Amerika Serikat dan sejumlah negara di kawasan Eropa serta negara-negara di Asia (Wahyuni et aI., 2016).

19. Bungur (Lagerstoemia speciosa)

Gambar 4.20 Bungur (Lagerstoemia speciosa) Sumber: Dokumen pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan. Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Lythraceae Genus : Lagerstoemia : Lagerstoemia speciosa b. Deskripsi Tumbuhan Suku Lythraceae mempunyai ciri terna atau pohon dan perdu dengan daun tunggal yang duduknya bersilangan-berhadapan yang mempunyai daun penumpu kecil. Bunga banci dengan. Kelopak pada pangkal berlekatan membentuk badan seperti mangkuk. Bakal buah

67

dengan satu tangkai putik dan biji mempunyai endosperm. Tersebar di daerah iklim sedang sampi daerah panas (Tjitrosoepomo, 2013).

20. Kapuk (Ceiba petandra)

Gambar 4.21 Kapuk (Ceiba petandra) Sumber: Dokumen pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Bombacaceae Genus : Ceiba Spesies : Ceiba petandra L. b. Deskripsi Tumbuhan Ceiba petandra Gaertn. Pohon dengan tinggi 8-30 m. Batang muda dengan duri tempel besar yang berbentuk kerucut. Daun majemuk berbilang 5-9, dengan panjang daun 6,5-12 cm, lebar 2,5-3 cm. Daun mahkota bulat telur terbalik memanjang, pada pangkalnya bersatu berwarna mentega memiliki benang sari 5, bersatu menjadi

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

bentuk tabung pendek, bakal biji banyak, buah memanjang dengan panjang 7,5– 15 cm menggantung (Sembiring, et al., 2013) dalam (Jumiarni & Komalasari, 2017).

21. Bambu (Bambusa vulgaris)

Gambar 4.22 Bambu (Bambusa vulgaris) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Bambusa Spesies : Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C b. Deskripsi Tumbuhan Bambu termasuk dalam anak suku Bambusoideae dan suku Poaceae. Suku Poaceae dikenal juga dengan nama Graminae atau suku rumput-rumputan. Bambu mudah sekali dibedakan dengan tumbuhan lainnya, karena tumbuhnya merumpun. Ciri lainnya adalah: batang bulat berlubang di tengah dan beruas-ruas, percabangan

69

kompleks, setiap daun bertangkai, dan bunganya terdiri atas sekam, sekam kelopak dan sekam mahkota serta 3 – 6 buah benang sari (Widjaya, 2001). Morfologi bambu dapat dilihat pada karakteristik pada: akar rimpang yang terdapat dibawah tanah dan membentuk sistem percabangan. Batang berupa buluh yang terdiri atas ruas dan buku–buku. Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri dari daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh, dan ligula. Percabangan umumnya terdapat pada nodus. Helaian daun bambu mempunyai urat daun yang sejajar. Helaian daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun. Pelepah daun dilengkapi oleh kuping pelepah dan ligula (Widjaya, 2001b) dalam (Yani, 2012). 22. Pulai (Alstonia scholaris)

Gambar 4.23 Pulai (Alstonia scolaris) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Apocynales Famili : Apocynaceae Genus : Alstonia Spesies : Alstonia scholaris (L.) R.Br.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

b. Deskripsi tumbuhan Alstonia scholaris R. Br. Pohon dengan tinggi 5-10 m, memiliki batang bulat, lurus.(Alstonia scholaris R.Br.) (Jumiarni & Komalasari, 2017). Alstonia scholaris (pulai) merupakan model arsitektur Prevost adalah pohon dengan ciri-ciri batang bercabang, poliaksial, dengan aksis vegetatif tidak ekuivalen, homogen percabangan seluruhnya akrotonik dalam membentuk batang, konstruksi modular dengan cabang flagiotropik yang sedikit, Pohon besar dan tinggi. Batang lurus, bulat, kebanyakan tanpa alur- alur, tanpa atau berakar papan. Daun tersusun dalam lingkaran terdiri dari 4-8 daun. Helaian daun sebelah atas hijau mengkilat, sebelah bawah hijau muda guram, tidak berbulu. Pada pangkal tangkai daun sisi sebelah dalam didapati selaput yang menutupi kelenjar yang terdapatpada pangkal helai daun (Ekowati et al., 2017). 23. Sengon (Albizia falcataria)

Gambar 4.24 Sengon (Albizia falcataria) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

71

Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Albizia Spesies : Albizia falcataria (L.) Fosberg. b. Deskripsi Tumbuhan Suku ini berupa pohon dengan daun majemuk menyirip ganda. ciri khasnya ialah terdapat buah yang di sebut dengan buah polong, yaitu buah yang berasal dari 1 daun buah dengan dengan atau tanpa sekat-sekat semu, biji-biji terdapat pada kampuh perut, apabila masak, kering, pecah, sehingga biji terlontar keluar atau buah terputus-putus menjadi beberapa bagian (Tjitrosoepomo, 2013). 24. Tembesu (Fagraea fragrans)

Gambar 4.25 Tembesu (Fagraea fragrans) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Apocynales Family : Loganiaceae Genus : Fragraea Spesies : Fagraea fragrans b. Deskripsi Tumbuhan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Tembesu (Fragraea fragrans Roxb.) Merupakan salah satu kayu pertukangan dari famili Loganiaceae (Gentianaceae) dengan wilayah sebaran yang sangat luas mulai dari India, , Kepulauan Andaman, Indo-Cina, Filipina, Thailand, Semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Jenis ini tumbuh pada tanah datar dan sarang, atau tanah liat berpasir, dengan iklim A sampai B pada ketinggian 0-500 mdpl (Lemmens, Soerianegara, & Wong, 1995). Di Indonesia terutama di wilayah Sumatera Bagian Selatan, kayu tembesu sangat populer dimanfaatkan dan memiliki nilai budaya yang tinggi di masyarakat bahkan di Sumatera Selatan disebut sebagai “kayu raja” (Junaidah, Sofyan, & Nasrun, 2014) dalam (Prastyono & Haryanto, 2017). 25. Jati Putih (Gmelina arborea)

Gambar 4.26 Jati Putih (Gmelina arborea) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Famili : Verbenaceae Genus : Gmelina

73

Spesies : Gmelina arborea Roxb b. Deskripsi Tumbuhan Jati putih (G. arborea) merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh (fast growing) yang banyak dibudidayakan di persemaian. Jati putih juga digunakan sebagai tanaman industri: (Irwansyah et al., 2016).

26. Sungkai (Peronema canescens)

Gambar 4.27 Sungkai (Peronema canescens) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Verbeaceae Genus : Peronema Spesies : Peronema canescens b. Deskripsi Tumbuhan Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus sungkai, atau sekai, termasuk kedalam famili Verbenaceae. Di Bengkulu, dapat dijumpai di hutan, kebun,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

maupun halaman, biasanya ditanam sebagai pembatas rumah atau berfungsi sebagai pagar hidup pada bagian belakang rumah (Yani et al., 2014). Peronema canescens Jack. Tumbuhan ini biasa disebut sungkai dengan ciri-ciri pohon dengan batang yang lurus, kulit berwarna abu- abu atau coklat muda, mengelupas dan tipis, rantingnya penuh dengan bulu, daun berhadapan, bersirip tunggal dan tangkai daun bersayap, daun muda berwarna hijau kemerahan. Bunga berkedudukan malai, terletak berpasangan dengan panjang 20-40 cm, kelopak bunga agak tertutup dan berbulu, bunga berukuran 0,5-2 mm dan berwarna hijau (Dewi, dkk, 2007) dalam (Wibisono & Azham, 2017). 27. Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

Gambar 4.28 Rambutan (Nephelium lappaceum L) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Nephelium Spesies : Nephelium lappaceum L.

75

b. Deskripsi Tumbuhan Rambutan (Nephelium sp) merupakan tanaman buah berpohon yang termasuk dalam family Sapindaceae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luas didaerah yang beriklim tropis seperti Fhilipina dan Negara- negara Amerika latin dan ditemukan pula didaerah yang mempunyai iklim sub-tropis. Rambutan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur serta mengandung sedikit pasir, namun pada prinsipnya rambutan dapat tumbuh dan berkembang pada segala tipe tanah (Wa Ode et all., 2017). 28. Mangga (Mangifera indica)

Gambar 4.29 Mangga (Mangifera indica) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiacea Genus : Mangifera Spesies : Mangifera indica b. Deskripsi Tumbuhan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Bunga mangga yang berbentuk malai terbentuk dari ranting terminal, terdiri atas beberapa ribu individu bunga. (Sukarmin et al., 2008). Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah (Wikipedia, 2010) dalam (Oktavianto, Sunaryo, & Suryanto, 2015).

29. Rambai (Baccaurea motleyana)

Gambar 4.30 Rambai (Baccaurea motleyana) Sumber: Dokumentasi pribaadi

a. Klasifikasi ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Phyllanthaceae Genus : Baccaurea Spesies : Baccaurea motleyana b. Deskripsi Tumbuhan

77

Genus Baccaurea merupakan genus yang cukup besar yang tersebar dari India, , Sumatra, Semenanjung Malaysia, Thailand, Filipina, sampai pulau Pasifik (Haegens 2000). Anggota genusBaccaurea banyak ditemukan tumbuh subur di hutan tropis dan dataran rendah, iklim mikro yang basah, lembab sampai kering dengan ketinggian 0-1300 di atas permukaan laut. Genus ini juga banyak ditemukan di sekitar aliran sungai, dengan jenis tanah berpasir atau tanah laterit (Lim 2012) dalam (Gunawan et al, 2016).

31. Cempaka Kuning (Michelia champaca)

Gambar 4.31 Cempaka Kuning (Michelia champaca) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Magnoliales Famili : Magnoliaceae Genus : Michelia Spesies : Michelia champaca L. b. Deskripsi Tumbuhan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Michelia champaca L. termasuk kedalam family Magnoliaceae adalah nama panggilan dari Champak atau Golden Champa Ini liar di hutan di sub bagian timur. Saluran Himalaya dan perbukitan bawah hingga 3000ft MSL dan juga di Assam, Myanmar, India Selatan dan Ghats Barat (Chopra et al., 1956). Daunnya sederhana, bergantian, tangkai daun Panjang 1 sampai 3 cm, berbentuk bulat panjang, lanset, spiral, dan retikulat. Bunga bersifat soliter, kuning, kusam-kuning ketika segar, oranye saat tua dan harum (Gamble, 1921) dalam (Geetha et al., 2011).

32. Sawo (Manilkara kauk)

Gambar 4.32 Sawo (Manilkara kauk) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ebenales Famili : Sapotaceae Genus : Manilkara Spesies : Manilkara kauk b. Deskripsi tumbuhan

79

Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang dapat berbuah sepanjang tahun. Sawo manila memiliki pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bunga tunggal terletak di ketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerap kali menggantung, diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai setengah panjang tabung (Morton, 1987). Sawo manila (Manilkara zapota) merupakan salah satu tanaman jenis tanaman buah potensial yang sudah lama dikenal dan ditanam di Indonesia. Sawo dijadikan sebagai alternative obat-obatan herbal (Ningrum, 2011) dalam (Syakir & putra, 2017). 33. Papaya (Carica papaya)

Gambar 4.33 Papaya (Carica papaya ) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliosida Famili : Caricaceae Genus : Carica Spesies : Carica papaya L.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

b. Deskripsi tumbuhan Tanaman pepaya merupakan her-ba menahun dan tingginya mencapai 8 m. Batang tak berkayu, bulat, berongga, ber- getah dan terdapat bekas pangkal daun. Dapat hidup pada ketinggian tempat 1- 1.000 m dari permukaan laut dan pada suhu udara 22°C-26°C. Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik akar, batang, daun, biji dan buah dapat diman- faatkan. (Warisno, 2003) dalam (Pangesti et al., 2013).

34. Ceri (Muntingia calabura)

Gambar 4.34 Ceri (Muntingia calabura) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Elaeocarpaceae Genus : Muntingia Spesies : Muntingia calabura L. b. Deskripsi tumbuhan

81

Kersen (Muntingia calabura L.) atau talok hanya dimanfaatkan sebagai peneduh karena daunnya yang rindang dan selalu hijau (Laswati et al., 2017). Kersen (Muntingia calabura) merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai, pohonnya yang rindang biasanya digunakan sebagai peneduh. Berdasarkan hasil penelitian daun kersen mengandung berbagai senyawa bioaktif yaitu senyawa flavonoid, saponin, triterpen, steroid, dan tannin (Kuntorini et al., 2013).

35. Pohon Roda (Hura crepitans)

Gambar 4.35 Pohon Roda (Hura crepitans) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hura Spesies : Hura crepitans b. Deskripsi tumbuhan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Pohon itu bisa diakui oleh kehadiran banyak kerucut gelap duri yang menutupi kulit kayu dan jantungnya yang besar daun berbentuk dengan urat sekunder yang menonjol. Itu buah yang dihasilkan adalah polong biji labu yang biasanya berwarna hijau ketika segar dan coklat saat kering. Buah dicirikan oleh kecenderungannya untuk pecah dengan suara eksplosif ketika matang dan kering, membelah biji-bijian menjadi segmen yang melontarkan benih sebagai sejauh 100 m (D O, 2012).

36. Melinjo (Gnetum gnemon)

Gambar 4.36 Melinjo (Gnetum gnemon) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Gnetinae Ordo : Gnetales Famili : Gnetaceae Genus : Gnetum Spesies : Gnetum gnemon

83

b. Deskripsi tumbuhan Melinjo merupakan tanaman asli di Indo-Malaya dengan ukuran 50 kaki dan sering ditemukan di Indonesia. Biji melinjo berbentuk oval, pada saat masih muda, kulit buah berwarna hijau, dan seiring dengan pertambahan usia kulit buah melinjo berubah menjadi kuning, oranye, dan merah, setelah tua bijinya berwarna kuning gading. Sama halnya dengan daun dan kulit biji, biji melinjo diduga juga mempunyai kandungan likopen dan karoten (Suci, 2017).

37. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)

Gambar 4.37 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Geraniales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Spesies : Averrhoa bilimbi L.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

b. Deskripsi tumbuhan Belimbing adalah nama Melayu untuk jenis tanaman buah dari keluarga Oxalidaceae, marga Averrhoa. Tanaman belimbing dibagi menjadi dua jenis, yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing asam (Averrhoa bilimbi) atau lazim pula disebut belimbing wuluh. Belimbing wuluh berasal dari Kepulauan Maluku dan menyebar ke seluruh bagian Negara Indonesia. Belimbing wuluh merupakan tumbuhan berjenis pepohonan yang hidup di ketinggian 5-500 meter di atas permukaan laut. Batangnya memiliki ketinggian mencapai ±15 meter dengan percabangan yang sedikit. Belimbing wuluh memiliki rasa masam, biji berbentuk gepeng, dan apabila sudah masak airnya banyak. Belimbing wuluh sering disebut juga belimbing sayur atau belimbing asam karena memiliki rasa yang cukup asam dan biasanya digunakan sebagai bumbu masakan. (Suryaningsih, 2016). Averrhoa bilimbi L. Pohon dengan batang pokok besar, keras, bulat dan bewarna coklat. Daun majemuk menyirip dengan duduk berseling dan bentuk daun memanjang. Helaian daun 3-7 cm dan lebar daun 1,5-2 cm (Jumiarni & Komalasari, 2017). 38. Dadap Serep (Erythrina variegata)

Gambar 4.38 Dadap Serep (Erythrina variegata)

85

Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Erythrina Spesises : Erythrina variegata L. b. Deskripsi tumbuhan Pohon kecil, hingga 7 m. Daun majemuk berpinak daun 3, anak daun 3 helai, membundar telur. Perbungaan tandan, aksilar atau terminal. Bunga berukuran >1,5 cm; daun kelopak bercuping 5, berlekatan, melonceng, hijau; daun mahkota 5, berlepasan, terdiri atas bendera, sepasang lunas, dan sepasang sayap, merah; benang sari memberkas dua, 9 benang sari berlekatan, 1 benang sari bebas, kuning; putik 1. Polong menjorong, membengang. Biji 2–6, menjorong, hitam. Distribusi: Erythrina crista-galli tersebar di Argentina, Brasil, Bolivia, Paraguay, dan Uruguay. Selain itu, jenis ini telah dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis di dunia, termasuk Indonesia (Backer & Bakhuizen, 1963), Afrika Selatan, California (USA), dan Australia (Bean, 2008) dalam (Irsyam & Priyanti, 2016).

39. Jeruk (Citrus x sinensis)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.39 Jeruk (Citrus x sinensis ) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Species : Citrus sp (Cristm.) Swingle

b. Deskripsi Tumbuhan Jeruk (Citrus sp) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Negara cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Jeruk merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan daerah subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta mempunyai persyaratan air tertentu (Rukmana, 2005) dalam (Murtando et al., 2016). 40. Katimaha (Kleinhovia hospital)

Gambar 4.40 Katimaha (Kleinhovia hospital)

87

Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi ilmiah tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Kleinhovia Spesies : Kleinhovia hospital b. Deskripsi Tumbuhan Pohon tahongai berukuran pendek hingga sedang, tingginya antara 5-20 m. pagagan bewarna kelabu, dengan ranting abu-abu kehijauan dan berambut panjang, dengan ukuran 3-5 X 5-14 cm. Helaian daun berbentuk jantung lebar, ukuran 4,5-27 X 3-24 cm, pada pangkalnya bertulang dengan daun menjari (Paramita, 2016). Tumbuhan paliasa termasuk dalam famili Sterculiaceae (Soekamto et al. 2008). Merupakan tumbuhan berhabitus pohon yang tingginya antara 5 sampai 20 meter, daunnya bertangkai panjang, berbentuk jantung, lebar 4,5 – 27 cm dan panjang 3–24 cm, pada pangkalnya bertulang daun menjari selalu hijau. Perbungaan dengan mahkota membulat dan taburan bunga yang tegak dan buah berwarna merah muda. Pepagan melekah, keabu-abuan di luar, kekuningan di dalam. Daun tunggal, berseling, membundar telur sampai menjantung, gundul di kedua permukaan. Perbungaan malai terminal, renggang, bunga lebar sekitar 5 mm, pink muda, daun kelopak memita melanset, daun mahkota kuning. Buah kapsul berselaput yang membulat, merekah pada rongganya, masing-masing rongga berbiji 1-2. Biji membulat, keputihan (Aspan et al. 2008) dalam (Wahyuni et al., 2017). 41. Jengkol (Pithecollobium lobatum)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.41 Jengkol (Pithecollobium lobatum) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Pithecollobium Spesies : Pithecollobium lobatum Benth. b. Deskripsi Tumbuhan Tanaman jengkol merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 26 m, dan cabang-cabangnya menyebar hingga memberikan kesan sebagai tanaman yang kurang rimbun, daun jengkol ini bersirip ganda dua, tunas dan daunnya berwarna unggu kecoklatan. Bunga jengkol biasanya terdapat pada ketiak-ketiak daun yang sudah rontok. Buah muda berupa polong berbentuk gepeng, sedangkan pada buah yang tua tidak gepeng lagi dan mengalami perubahan, bentuknya cembung atau membesar di tempat-tempat yang mengandung biji. Setiap polong biji jengkol biasanya berisi 5 sampai 7 biji, ada juga yang lebih dari 10 biji. Polong biji jengkol ditutupi kulit ari yang tipis

89

berwarna kuning kecoklatan mengkilap. Pada biji yang tua kulit arinya berwarna coklat (Pitojo, 1992). 42. Ara/kelebuk (Ficus variegata)

Gambar 4.42 Buah Ara atau kelebuk (Ficus variegata) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Urticales Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan) Genus : Ficus Spesies : Ficus variegata b. Deskripsi Tumbuhan Ficus variegata Blume. Tumbuhan ini memiliki nama daerah kondang, nyawai atau gondang. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri pohon tegak dengan tinggi 15-30 meter. Permukaan batang kasar. Daun tunggal berbentuk bulat telur atau elips, tata letak daun spiral dan bergetah putih. Buah bulat, panjang tangkai kurang lebih 5 cm dan berwarna coklat muda. Biji kecil dan berwarna coklat kehitaman. Masyarakat menggunakan bagian tanaman untuk pengobatan penyakit sakit dada dan perut dengan cara minum air rebusan daun untuk mengobati sakit dada dan getah buahnya digosokan ke perut yang

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

sakit (Alhamid, 1998, dalam Noya, 2013) dalam (Wibisono & Azham, 2017). 43. Bungli/Pete Parang (Oroxylum indicum)

Gambar 4.43 Bungli/Pete Parang (Oroxylum indicum) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Scrophulariales Famili : Bignoniaceae Genus : Oroxylum Spesies : Oroxylum indicum b. Deskripsi Tumbuhan Petai parang Kapung-kapung (Oroxylum indicum), daerah persebarannya adalah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Filipina, Indocina, Siam dan India. Jenis tersebut ditemukan di hutan-hutan primer dan hutan sekunder ataupun di daerah-daerah terbuka, pada ketinggian 1-800 m dpl. Termasuk status kelangkaan “jarang” (Djarwaningsih, 1992). Jenis ini terancam karena hampir semua bagian tumbuhan sering dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan maupun keperluan lain tanpa diikuti pembudidayaan.

91

Populasinya di alam memang agak tersebar (Setyowati & Wardah, 2007). 44. Bunga penggoda (Clerodendrum paniculatum)

Gambar 4.44 Bunga penggoda (Clerodendrum paniculatum) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Clerodendrum Spesies : Clerodendrum paniculatum b. Deskripsi Tumbuhan Terna menahun dengan tinggi ± 2 m. Daun tunggal dengan duduk daun berpasangan dengan panjang daun 5,8-14 cm, lebar daun 3-8 cm, Permukaan tepi daun bagian atas berwarna hijau hitam dan agak berbulu sedang bagian bawah berwarna hijau muda.Tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat setelah melahirkan karena berkhasiat untuk membersihkan darah kotor, memulihkan tenaga dan mengencangkan kembali urat yang kendor setelah melahirkan, dengan cara akar

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

pagoda (Cleropendrum japonicum L.) dalam (Jumiarni & Komalasari, 2017). 45. Tapak dara (Catharanthus roseus)

Gambar 4.45 Tapak dara (Catharanthus roseus) Sumber: Dokumentasi Pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Catharanthus Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don b. Deskripsi Tumbuhan Catharanthus roseus dengan siklus hidup yang pendek, warna bunga yang beragam, peka terhadap berbagai faktor lingkungan, khususnya pengaruh lingkungan fisik dan kimiawi merupakan variabel-variabel penting yang dapat dimanipulasi diintervensi dalam berbagai eksperimen biologi pada berbagai jenjang

93

pendidikan. Sebagai tanaman hias yang telah dibudidayakan (Adnan, Kurnia & Saenab, 2013). 46. Kacang hias (Arachis pintoi)

Gambar 4.46 Kacang hias (Arachis pintoi) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Arachis Spesies : Arachis pintoi Krapov. & W.C.Greg b. Deskripsi Tumbuhan Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg. Terna, merayap atau menanjak, panjang hingga lebih dari 20 cm, bergeragih. Daun penumpu berlekatan dengan pangkal tangkai daun. Daun majemuk menyirip genap; anak daun 4 helai, melonjong hingga membundar telur sungsang, panjang 2,2–3,5 cm, lebar 1,1– 2,1 cm. Bunga tunggal,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

aksilar; gantilan membenang, putih. Daun kelopak menyelaput, bercuping 5; daun mahkota 5, berlepasan, terdiri atas bendera, sepasang lunas, dan sepasang sayap, merah; benang sari bertukal satu; putik 1. Buah tidak diamati. Distribusi: A. pintoi merupakan tumbuh- an terna yang berasal dari Bahia, Brazil. Jenis ini telah banyak diintroduksi ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia, seperti Argen- tina, Australia, Colombia, Amerika Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik (Cook, 1992) dalam (Priyanti & Irsyam, 2017). Tanaman Arachis pintoi merupakan jenis legum yang memiliki karakteristik tahan injakan yang memungkinkan dalam pengembangan padang penggembalaan. Arachis pintoi dapat digunakan sebagai tanaman hias, penutup tanah, dan pakan. Tanaman Arachis pintoi dapat digunakan sebagai tanaman hias, penutup tanah, memiliki potensi lain yaitu sebagai hijauan pakan ternak dan pendukung kesuburan tanah Susanti, Purbajanti & Sutarno, 2012).

47. Daun suji (Dracaena angustifolia)

Gambar 4.47 Daun suji (Dracaena angustifolia) Sumber: Dokumentasi pribadi

95

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Famili : Ruscaceae (Dracaenaceae) Genus : Dracaena Spesies : Dracaena angustifolia b. Deskripsi Tumbuhan Tanaman suji atau lebih sering dikenal dengan daun pandan suji (Dracaena angustifolia) merupakan tanaman perdu dari keluarga Liliceae yang banyak tumbuh liar dipulau jawa. Tinggi tanaman ini dapat mencaoau 2-7 meter. Daun tanaman ini berwarna hijau gelap, berbentuk lancet garis, kaku, dan meruncing dengan panjang rata-rata 10-25 cm dan lebar 0.9-1.5 cm. Daun pandan suji tumbuh tersebar diberbagai negara di Asia, di Indonesia sendiri sering dijumpai daun pandan suji dengan nama yang berbeda, di Jawa disebut sujen (Jawa Tengah), dan suji (Jawa Barat). Sedangkan di Sulawesi disebut tawaang im bolai (Minahasa), di Maluku disebut pendusta utan (Ambon), ngose kolotidi (Temale). Tanaman ini sudah banyak sudah banyak ditanam dipekarangan rumah penduduk dengan potongan rimpangannya atau ditanam sebagai pagar hidup, namun belum banyak yang menanamnya dalam skala besar atau perkebunan (Diana Sofiatun, 2013). 48. Jahe (Zingiber officinale)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.48 Jahe (Zingiber officinale) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale b. Deskripsi Tumbuhan Salah satu tumbuhan atsiri yang terkenal adalah jahe (Zingiber officinale Rosc.). Herba perennial ini merupakan anggota Familia Zingiberaceae paling bermanfaat di daerah tropis (Heyne, 1950). Rimpang jahe yang aromatis dan pedas dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, bumbu masakan, dan sumber obat (Holttum, 1950; Heyne, 1950). Jahe digunakan secara luas di India dan Cina sejak sebelum tarikh masehi, dan diperdagangkan hingga kawasan Mediterania sejak abad pertama. Jahe sampai di Amerika tidak lama setelah penemuan benua itu (Encyclopaedia Brittanica, 2000). Penyebaran dan penggunaan jahe di Indonesia sangat luas, terbukti dari banyaknya masakan etnik dan banyaknya nama daerah untuk menyebut jahe (Heyne, 1950; Burkill, 1935) dalam (Setyawan, 2002). 49. Cempokak (Solanum torvum)

97

Gambar 4.49 Cempokak (Solanum torvum) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum torvum Swartz. b. Deskripsi Tumbuhan Terong pipit/leunca deskripsi tumbuhan ranti/leunca. Tanaman Ranti atau leunca adalah tumbuhan anggota suku terung- terungan yang buahnya dikenal sebagai sayuran dan juga menjadi tanaman ranti termasuk ke dalam golongan semak, dengan tinggi lebih kurang 1,5 m, menyukai tempat yang teduh dan gembur. Bagus ditanam secara berumpun, namun harus sering dipangkas. Batang tegak, berbentuk bulat, lunak, dan berwarna hijau, banyak cabangnya. Berdaun tunggal, berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, letaknya berseling, dan permukaannya halus. Pangkal dan ujung daun meruncing dengan tepi rata. Pertulangan daun menyirip. Daun mempunyai tangkai dengan panjang ± 1 cm dan berwarna hijau. Bunga berupa bunga majemuk. kecil berwarna putih atau lembayung, jumlahnya 2-10 kuntum, mahkotanya seperti bintang bertaju lima. Karangan bunga tumbuh di tengah ruas batang. benang sari berwarna kehijaunan dengan jumlah 5 buah. Tangkai bunga berwarna hijau pucat dan berbulu. Buah terdapat dalam tandan, Buah tanaman ini

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

buni bulat dengan garis tengah ± 5 mm, jika masih muda berwarna hijau, dan berwarna hitam mengkilat jika sudah tua ukurannya kira- kira sebesar kacang kapri. Biji berbentuk bulat pipih, kecil-kecil, dan berwarna putih. Memiliki akar tunggang dengan warna putih kocoklatan (Eriawati, 2015). 50. Bunga Terompet (Allamanda cathartica)

Gambar 4.50 Bunga terompet (Allamanda cathartica) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Allamanda Spesies : Allamanda cathartica L. b. Deskripsi Tumbuhan Terna atau tumbuhan berkayu berupa semak, perdu, atau pohon dengan buluh getah yang tidak beruas-ruas dengan daun tunggal yang duduk berhadapan tanpa daun penumpu, dengan bunga banci dengan kelopak berbagi dalam dan daun mahkota berlekatan

99

membentuk buluh yang relatif panjang dengan di atas taju-taju yang dalam kuncup terpuntir ke satu arah (Tjitrosoepomo, 2013). 51. Karet (Hevea brasiliensis)

Gambar 4.51 Karet (Hevea brasiliensis) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg. b. Deskripsi Tumbuhan Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) adalah salah satu tanaman tahunan penting, karena di antara spesies Hevea yang ada hanya spesies tersebut yang menghasilkan getah (lateks) dengan kualitas baik, yang dikenal sebagai karet alam. Bagi Indonesia, tanaman

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

karet memiliki arti ekonomi dan sosial yang amat penting ditinjau dari luasnya areal pertanaman serta banyaknya petani, tenaga kerja dan pengusaha yang terlibat di dalam pengusahaan karet alam (Sajar, Lisnawita & Purba, 2017). 52. Palem (Caryota mitis)

Gambar 4.52 Palem (Caryota mitis) Sumber: Dokumentasi pribadi

a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae (tidak termasuk) : Angiospermae (tidak termasuk) : Monokotil (tidak termasuk) : Commelinids Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Caryota Spesies : Caryota mitis Lour. b. Deskripsi Tumbuhan Palem Caryota mitis biasa disebut “palem saray” (bahasa Indonesia), tapi pada masyarakat lokal Toro yang berbahasa “Moma” disebut “Mpire”. Tumbuh berumpun dengan tinggi mencapai 10 m.

101

Daunnya menyirip ganda dan anak daun berbentuk sirip. Panjang daun 4-9 cm, tumbuh menyebar dan memanjang ke atas dengan warna daun hijau. Anak daun berukuran 4-7 cm, berbentuk miring agak runcing dan bergerigi. Pada bagian atas daun tumpul dan bergerigi. Tumbuhan ini memiliki perbungaan malai yang muncul dari bawah daun atau keluar dari tengah- tengah batang dan tumbuh secara teratur dan berturut-turut, kelopak bunga berbentuk cawan. Buah bulat berwarna hijau dan berwarna merah tua ketika sudah matang (Sastrapradja dkk., 1981). Wardah dan Mogea (2002) mengatakan bahwa C. mitis dapat tumbuh pada ketinggian 800-1400 mdpl, sering ditemukan dibawah naungan pohon di sekelilingnya, vegetasi tumbuhan disekitarnya cukup rapat (Chairrunnisa et al., 2018).

53. Leban (Vitex pinnata)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.53 Leban (Vitex pinnata) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Vitex Spesies : Vitex pinnata b. Deskripsi Tumbuhan Genus Vitex merupakan bagian dari famili Verbenaceae yang terdiri dari sekitar 270 spesies berupa pohon dan semak-semak yang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Salah satu spesies dari genus Vitex yang ada di Indonesia adalah laban (Vitex pinnata L.) (Larasati dkk, 2013). Vitex pubescens (leban) umumnya tumbuh pada hutan dataran rendah tanah kering, khususnya pada hutan terbuka dan sekitar sungai. Jenis ini berada pada habitat dengan curah hujan 590 – 1500 mm per tahun, dengan suhu 20-32 derajat Celcius, dengan ketinggian tempat 400-1000 meter dari permukaan laut. Wilayah persebaran alaminya yaitu , Cambodia, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, , , Thailand, Vietnam, Guatemala (Tamin & Anggraini, 2014). 54. Pinang (Areca catechu)

103

Gambar 4.54 Pinang (Areca catechu) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Areca Spesies : Areca catechu L. b. Deskripsi Tumbuhan Pinang merupakan salah satu tanaman palma yang terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama Pulau Sumatera. Di luar Sumatera, salah satu wilayah yang memiliki potensi tanaman pinang adalah Propinsi Gorontalo, Sulawesi. Tanaman pinang (Areca catechu L.) salah satu jenis palma yang memiliki banyak kegunaan antara lain untuk konsumsi, bahan industri kosmetika, kesehatan, dan bahan pewarna pada industri tekstil. Tanaman ini tersebar luas di wilayah Indonesia, baik secara individu maupun populasi, dan umumnya ditanam sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun (Novarianto dan Rompas, 1990, Staples Dan Bevacqua, 2006) dalam (Maskromo & Miftahorrachman, 2007). 55. Kapung kapung (Radermachera glandulosa)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.55 Kapung kapung (Radermachera glandulosa) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae (unranked) : Angiosperms (unranked) : Eudicots (unranked) : Order : Lamiales Famili : Bignoniaceae Genus : Radermachera Spesies : Radermachera glandulosa Zoll. & Mor. b. Deskripsi Tumbuhan Pohon yang mempunyai tinggi 5-40 M. dengan daun tunnggal yang bewarna hijau dan bunga yang bewarna putih yang memiliki panjang sekitar kurang lebih 5-15 cm (Wikipedia, 2013).

56. Sekubung merah (Mallotus paniculatus)

105

Gambar 4.56 Sekubung merah (Mallotus paniculatus) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Eurphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Mallotus Spesies : Mallotus paniculatus (Lam.) Müll.Arg. b. Deskripsi Tumbuhan Berupa pohon kecil sampai besar, tingginya dapat mencapai 30 m. Indumentum tersusun dari jumbai rambut yang berbentuk bintang dan kelenjar rambut berwarna kuning sampai jingga. Penumpu menyegitiga sempit, berambut rapat. Daun berhadapan, tangkai daun barambut rapat sampai jarang; helaian membundar telur sampai menjorong, berkelenjar seperti gigi. Perbungaan tandan, tunggal, tegak, berambut rapat. Bunga: tangkai berambut rapat. Perbungaan jantan panjangnya mencapai 21 cm, dengan 6–13 bunga per daun gagang; bunga jantan dengan benangsari 30– 38, gundul. Perbungaan betina panjangnya mencapai 14 cm, dengan 1 bunga per daun gagang; masa pembungaan Februari sampai Maret. Buah tidak merekah, membulat; masa pembuahannya pada bulan April sampai Oktober; buah dimakan oleh orang hutan. Biji berbentuk seperti lensa, permukaan menggelembur, suram, hitam. Jenis ini tersebar di Priaman; Kutatjane, Ketambe, Leuser Nature Reserve, Aceh, Sumatra Utara; Tandjoeng Morawa, Sibolangit. Secara umum ditemukan di hutan sekunder yang sudah terganggu, hutan hujan primer, hutan hujan yang terganggu, sepanjang sungai Alas, tempat terbuka, tanah lempung berpasir, pada ketinggian 30–500 m (wikipedia, 2013).

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

57. Pohon Aro (Flacourtia rukam)

Gambar 4.57 Pohon Aro (Flacourtia rukam) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Salicaceae Genus : Flacourtia Spesies : Flacourtia rukam b. Deskripsi Tumbuhan Habitus berupa pohon dengan daun tunggal yang duduk berhadapan. Kelenjar terdapat pada tangkai daun atau sisi helaian daun. Bunga banci. Daun kelpmpok lima, tersusun seperti genting. Daun mahkota 5 berkuku cakram kecil. Benang sari biasanya 10. Buahnya buah berbagi dan sering bersayap dengan biji tanpa endosperm (Tjitrosoepomo, 2013). 58. Salah ( ficus sp)

107

Gambar 4.58 Salah (Ficus sp) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Ficus Spesies : Ficus sp b. Deskripsi Tumbuhan Secara umum masyarakat mengenal Ficus dengan nama beringin, ara/aro, jilabuak atau sikalabuak dengan ciri khas pada bentuk dan struktur buah yang disebut dengan fig atau syconium. Fig merupakan bunga atau buah semu majemuk yang disusun oleh receptaculum atau dasar bunga yang berdaging dan berair. Bunga atau buah yang sesungguhnya terdapat pada dinding sebelah dalam dari receptaculum tersebut (Hooker, 1982) (Ridley, 1925) dalam (Syamsuardi & Arbain, 2013). 59. Kweni (M. × odorata)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.59 Kweni (M. × odorata) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Anacardiaceae Genus : Mangifera Spesies : M. × odorata (M. indica × M. foetida) b. Deskripsi Tumbuhan Kweni terkenal has dengan ukuran daun yang relatif besar dibandingkan dengan ukuran daun mangga lainnya. Daunnya memiliki karakter khas yaitu sangat kaku dan kasar bila diraba pada permukaan atasnya serta urat daunnya tampak terlihat jelas dan menonjol Buahnya juga memiliki karakter yang khas dengan buah yang relatif kecil dan berbentuk bulat. Jika buah telah masak baunya dapat tercium hingga ratusan meter (Rahadiantor, 2014).

60. Jati (Tectona grandis Linn. f)

109

Gambar 4.60 Jati (Tectona grandis Linn. f) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona Spesies : Tectona grandis L. F b. Deskripsi Tumbuhan Pohon jati mempunai batang yang sangat tinggi bisa mencapai 45 M dan diameter batang mencapai 2 M. Dengan bentuk silinder tetapi, menjadi bergalur dan sedikit ditopang pada dasarnya ketika dewasa. Warna kulit biasanya cokelat atau abu-abu, keputihan dan ada juga yang kehitaman dengan alur yang memanjang dan sedikit mengelupas dan pohon yang sudah tua sering beralur dan berbanir, dengan kulit batang tebal (Wikipedia, 2013).

61. Melati (Jasminum sambac)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.61 Melati (Jasminum sambac) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Oleaceae Genus : Jasminum Spesies : Jasminum sambac b. Deskripsi Tumbuhan Melati merupakan tanaman perdu dengan tinggi berkisar 2 m, batangnya kurus dan panjang sehingga perlu penyangga. Aroma bunga melati sangat harum. Di Indonesia ada beberapa jenis, yang umum ditemui adalah jenis melati putih (Jasminum sambac) dan melati gambir (Jasminum officinale) (Ratnasari et al., 2007). Kultivar melati yang umum dibudidayakan adalah Jasminum sambac (Saraswati, 2005). Burneh -Bangkalan, Jawa Timur salah satu sentra bibit melati (Simbolon, 2007). Bunga melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang pendek yang hidup menahun dan tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia. Bunga melati (Jasminum sambac) terdapat hampir disetiap daerah di Indonesia terutama di Pulau Jawa (Kurniawan dkk, 2011) dalam (Regina & Alya, 2017). 62. Sebalik sumpah (Scyma sp)

111

Gambar 4.62 Sebalik sumpah (Scyma sp) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ericales Famili : Theaceae Genus : Scyma Spesies : Scyma sp

b. Deskripsi Tumbuhan Schima ciri-cirinya adalah pohon dengan tinggi 45 m. Banir jika ada curam dengan tinggi mecapai 1,8 m. Daun spiral, tepi bergerigi, berbentuk elips dengan panjang 6-13 cm dan lebar 3-5 cm. Daun muda berwarna merah, daun tua berwarna hijau. Bunga berwarna putih dengan panjang 2 cm. Benang sari banyak. Buah kapsul mengayu, hampir membulat, diameter 2- 3 cm, menyutera dan pembukaan dengan katup. Biji dikelilingi sayap. (Dewi, dkk, 2007) dalam (Wibisono & Azham, 2017). 63. Kaktus (Euphorbia neriifolia)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Gambar 4.63 Kaktus (Euphorbia neriifolia) Sumber: Dokumentasi pribadi a. Klasifikasi Ilmiah Tumbuhan Kingdom : Plantae (tidak termasuk) : Angiospermae (tidak termasuk) : Eudikotil (tidak termasuk) : Rosidae Ordo : Malpighiales Famili : Euphorbiaceae Bangsa : Euphorbieae Genus : Euphorbia Spesies : Euphorbia sp

b. Deskripsi tumbuhan Salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia yaitu keanekaragaman tumbuhan dari suku Euphorbiaceae. Habitus Euphorbiaceae dapat berupa pohon, tiang, pancang, semai dan beberapa jenis diantaranya berupa sukulen. Keberadaan Euphorbiaceae penting bagi keseimbangan ekosistem, karena tumbuhan ini toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan terutama daerah yang terbuka dan kering (Polosakan dan Alhamd, 2012) dalam (Dea dkk, 2016).

2. Komposisi Jenis Tumbuhan Di Kawasan Candi Muaro Jambi Komposisi tumbuhan merupakan variasi jenis tumbuhan dan jumlah tumbuhan yang menyusun suatu kawasan. Hasil penelitian membuktikan bahwa di sekitar Kawasan Percandian Muaro Jambi di temukan dari berbagai jenis atau komposisi tumbuhan yang di dominasi dengan tumbuhan berupa pohon, semak dan herba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi yaitu:

113

Tabel 4.2 Komposisi Jenis Tumbuhan di Kawasan Candi Muaro Jambi

No Family Scientific Name Jumlah Habitus Individu

1 Anacardiaceae Mangifera foetida 13 P 2 Spondias dulcis 2 P 3 Mangifera odorata 1 P 4 Mangifera indica 3 P 5 Apocynaceae Footage alamanda 3 S 6 Alstonia scholaris 2 P 7 Catharanthus roseus 5 S 8 Arecaceae Areca catechu 7 P 9 Caryota mitis 11 P 10 Bignoneaceae Radermachera P 2 glandulosa 11 Oroxylum indicum 3 P 12 Bombacaceae Durio zibetinus 68 P 13 Bombacaceae Ceiba petandra 2 P 14 Caricaceae Carica papaya 23 S 15 Clusiaceae Garcia mangostana 2 P 16 Garcinia xanthocymus 1 P 17 Elaeocarpaceae Muntingia calabura 3 P 18 Hura crepitans 3 P 19 Hevea brasiliensis 4 P 20 Aleurites moluccanus 5 P 21 Mallotus panilculatus 2 P 22 Acalipha wilkesiana 3 S 23 Mallotus philippensis 1 P 24 Euphorbia neriifolia 3 P 25 Fabaceae Erythrina variegata 2 P 26 Archidendrom P 14 pauciflorum 27 Arachis pintoi - H 28 Albizia chinensis 3 P 29 Gnetaceae Gnetum gnemon 1 P 30 Lagoniaceae Fagraea fragrans 5 P 31 Lamiaceae Clerodendrum S 12 paniculatum 32 Lauraceae Cinnamomum P 1 burmannii 33 Lagerstroemia speciosa 12 P 34 Magnoliaceae Magnolia champaca 1 P 35 Malvaceae Kleinhovia hospital 3 P

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

B. 36 Malvaceae Lansium domesticum 130 P

PE 37 Swietenia mahagoni 5 P MB 38 Moraceae Ficus benjamina - P 39 Ficus religiosa 6 P AH 40 Ficus variegata 8 P AS 41 Ficus sp 1 P 42 Atrocarpus altilis 1 P AN 43 Psidium guajava 1 S 1. J 44 Syzygium aqueum 5 P 45 Myrtaceae Syzygium malaccense 2 P e 46 Oleaceae Jasminum sambac 1 S n 47 Oxalidaceae Averhoa bilimbi 7 S i 48 Phyllanthaceae Baccaurea motleyana 5 P 49 Piperaceae Piper betle 2 H s 50 Poaceae Bambusa vulgaris - S 51 Rubiaceae Morinda elliptica 4 S 52 Ruscaceae Dracaena angustifolia 9 S T 53 Rutaceae Citrus x sinensis 1 S u 54 Salicaceae Flacourti a rukam 1 P m55 Sapindaceae Nephelium lappaceum 3 P 56 Sapotaceae Manilkara zapota 1 P b 57 Solanaceae Solanum torvum 15 S u 58 Theaceae Schima sp 2 P 59 Verbeaceae Peronema cenencens 17 P h 60 Verbenaceae Gmelina arborea 5 P a 61 Verbenaceae Tectonia grandis P 2 n Verberaceae 62 Verbenaceae Vitex pinnata 3 P 63 Zingiberaceae Zingiber officinale 1 H YJumlah Cacah Individu 459 Jumlah Jenis 63 a ng di Temukan di Kawasan Candi Muaro Jambi Dari hasil pengamatan di Kawasan Candi Muaro Jambi di temukan sebanyak 63 spesies dari 32 famili. Komposisi tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi di dominasi oleh tumbuahan Lansium domesticum dari famili Maliaceace yang diperkirakan sebanyak 130 batang baik berupa pohon maupun anak pohon. Dominasi peringkat kedua berasal dari famili Bombacaceae dengan spesies Durio zibetinus dengan jumlah 68 individu. Sedangkan tumbuhan yang paling sedikit tumbuh di Kawasan

115

Candi Muaro Jambi berasal dari famili Magnoliaceae dengan spesies Magnolia champaca. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutarno dkk, dengal judul “Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan Gunung Lawu: 2. Spermatophyta”. Hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Hutan Jobolarangan ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang ada di kawasan Candi Muaro Jambi, hal ini dapat dilihat dari dominasi tumbuhan yang ditemukan di lokasi penelitian. Berdasarkan tabel 4.1 tumbuhan yang mendominasi kawasan Candi Muaro Jambi selain dari famili Maliaceae dan Bombacaceae, salah satunya juga berasal dari Euphorbiaceae. Tetapi, sebaliknya pada Kawasan Hutan Jobolarangan famili Euphorbiaceae menjadi salah satu tumbuhan yang paling sedikit tumbuh di lokasi penelitian. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama faktor lingkungan yaitu iklim dan mineral. Jenis tumbuhan yang mendominasi berarti memiliki kisaran dan lingkungan yang lebih luas dibandingkan dengan jenis lainnya. Sehingga dengan kisaran toleransi yang luas terhadap faktor lingkungan menyebabkan suatu jenis tumbuhan akan memiliki sebaran yang luas (0dum,1993). Spesies yang mendominasi pada suatu fase, akan mencirikan suatu komunitas pohon di wilayah tersebut. Spesies yang mendominasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor; faktor genetik dan lingkungan, persaingan pohon yang ada dalam hal ini berkaitan dengan iklim dan mineral yang diperlukan serta gangguan manusia. Iklim dan mineral yang dibutuhkan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan suatu spesies, sehingga spesies tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak di temukan di dalam suatu kawasan (May dan Mclean, 2007). Sesuai dengan pendapat di atas, faktor lain yang menyebabkan perbedaan dominasi tumbuhan di lokasi penelitian adalah gangguan manusia. Berdasarkan hasil penelitian, Kawasan Candi Muaro Jambi merupakan kawasan yang dilindungi langsung oleh UNESCO sehingga kebersihan lingkungan sagat dijaga ketat oleh pemerintah. Baik dari segi

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

arsitek maupun tumbuhan yang terdapat di Kawasan Candi Muaro Jambi. Hal ini menyebabkan komunitas tumbuhan di Kawasan Candi Muaro Jambi tidak alami karena sudah banyak campur tangan manusia. Dapat dilihat dari lingkungan tidak ada tumbuhan-tumbuhan asing yang sempat tumbuh, karena pemerintah lebih membudidayakan tanaman seperti pohon duku (Lancium domesticum) dan durian (Durio zibetinus) serta pohon kepercayaan umat budha yaitu pohon Bodhi (Ficus Religiosa). 2. Komposisi Tumbuhan Spermatophyta di Kawasan Candi Muaro Jambi Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat jelas komposisi tumbuhan yang terdapat di Kawasan Candi Muaro Jambi. Komposisi tumbuhan di Kawasan Candi Muaro Jambi terdapat sebanyak 459 jumlah cacah individu dari 63 spesies dan 32 famili yang di dominasi famili Meliaceae sebanyak 130 pohon yang tumbuh di Kawasan Candi Muaro jambi. Sedangkan komposisi lainya terdiri dari famili: Anacardiaceae, Apocynaceae, Arecaceae, Bignoneaceae, Bombacaceae, Bombacaceae, Caricaceae, Clusiaceae, Elaeocarpaceae, Fabaceae, Gnetaceae, Lagoniaceae, Lamiaceae, Lauraceae, Lythrsceae, Magnoliaceae, Malvaceae, Meliaceae, Moraceae, Myrtaceae, Oleaceae, Oxalidaceae, Phyllanthaceae, Piperaceae, Poaceae, Rubiaceae, Ruscaceae, Rutaceae, Salicaceae, Sapindaceae, Sapotaceae, Solanaceae, Theaceae, Verbeaceae, Verbenaceae, Verberaceae dan Zingiberaceae. Berdasarkan bentuk habitusnya, maka komposisi tumbuhan terdiri dari herba, semak dan pohon di lokasi penelitian sesuai dengan kelaziman dimana tumbuhan yang berhabitus pohon lebih banyak daripada tumbuhan yang berhabitus herba dan semak. Dari penelitian ini diperoleh 63 spesies tumbuhan Spermatophyta, yang berasal dari 32 famili. Berdasarkan bentuk habitusnya, spesies-spesies yang ditemukan terdiri dari 3 herba, 11 semak, dan 49 pohon. Perbedaan jumlah spesies pohon ini disebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan, pohon pada fase pohon memperoleh sinar matahari lebih banyak, cahya matahari merupakan faktor penting dalam persaingan

117

antar tumbuhan untuk memproduksi makanan baginya. Selain itu, juga terjadi persaingan dalam memperoeh air, udara dan unsur hara dalam tanah. Komposisi dan struktur vegetasi di atas sejalan dengan Kimball (1992) yang menyatakan bahwa vegetasi hutan hujan tropis sangat beragam, umumnya berhabitus besar dan tinggi, sangat jarang dijumpai pohon dari satu spesies tumbuh berdekatan. Vegetasi tumbuhan sangat rapat sehingga intensitas cahaya matahari yang sampai ke lantai hutan sedikit. Sebagian besar tumbuhan selalu hijau, bukan tipe tumbuhan yang meranggas pada musim kemarau, serta cabang pohon dipenuhi tumbuhan liana dan epifit (Sutarno, 2001). Dari penelitian di atas dapat dilihat perbedaan komposisi tumbuhan yang sangat jelas baik dari bentuk habitusnya maupun jenisnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari suhu, kelembapan udara, struktutur tanah dan lain sebagainya. Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan komposisi tumbuhan adalah Kawasan Candi Muaro Jambi merupakan tempat Religi atau wisata budaya yang di gunakan sebagai tempat peribadatan, jadi kebersihan lingkungan selalu di jaga sehingga tidak adanya kesempatan untuk herba seperti rerumputan untuk tumbuh bebas di Kawasan Candi Muaro Jambi.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Terdapat 63 jenis tumbuhan dari 32 famili tumbuhan Spermatophyta di kawasan Candi Muaro Jambi yaitu:

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Anacardiaceae, Apocynaceae, Arecaceae, Bignoneaceae, Bombacaceae, Bombacaceae, Caricaceae, Clusiaceae, Elaeocarpaceae, Fabaceae, Gnetaceae, Lagoniaceae, Lamiaceae, Lauraceae, Lythrsceae, Magnoliaceae, Malvaceae, Meliaceae, Moraceae, Myrtaceae, Oleaceae, Oxalidaceae, Phyllanthaceae, Piperaceae, Poaceae, Rubiaceae, Ruscaceae, Rutaceae, Salicaceae, Sapindaceae, Sapotaceae, Solanaceae, Theaceae, Verbeaceae, Verbenaceae, Verberaceae dan Zingiberaceae Komposisi tumbuhan Kawasan candi Muaro jambi tersusun dari 459 individu yang berasal dari berbagai habitus yaitu: herba, semak dan pohon. Sedangkan habitus yang mendominasi Kawasan Candi Muaro Jambi adalah tumbuhan berhabitus pohon yang berasal dari famili Maliaceae. B. SARAN Dari hasil penelitian yang telah di lakukan, dapat disarankan bahwa perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi jenis-jenis tanaman yang tumbuh di Kawasan Candi Muaro Jambi dan penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan untuk di jadikan obat herbal oleh masyarakat sekitar Candi Muaro Jambi. Serta hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pengembangan materi untuk mata kuliah morfologi tumbuhan. Serta dengan adanya penelitian ini di harapkan untuk pihak yang bersangkutan membuat nama dari masing- masing tumbuhan, dengan adanya nama tersebut Candi tidak hanya menjadi tempat berwisata saja, tetapi dapat di jadikan sebagai tempat edukasi secara tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrawati S., P., &Ramadhania M., Z. Review Artikel: Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Jambu Air (Syzygium aqueum Burn. f. Alston), Bandung. Farmaka Suplemen, vol 14.

Aqla, M., & Naemah, D. (2010). Keanekaragaman Hayati Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis 30, 65-76.

119

Ariany, O., W., Kapantow M., H., G., & Pakasi, D., B., C. (2016). Analisis Pendapatan Usahatani Buah Rambutan Di Desa Talawaan Kabupaten Minahasa Utara. Agri-SosioEkonomi Unsrat, 12, 1907-4298.

Chrystomo, L., Y., Karim, A., K., Dwa, N., N., Wona, Y., & Pongtiku, A. (2016). Tumbuhan Obat Tradisional Papua Berdasarkan Kearifan Lokal Masyarakat. Papua. Nulis buku Jendela Dunia. 978-602-60288-9-1.

D O., Abegunrin, T.P., Ola, F A., Adediran, A A & Olaniran, J A. (2012). Measurement of some engineering properties of sandbox seeds ( Hura crepitans ). Agriculture And Biology Journal Of North America Issn. 2151- 7525, doi:10.5251/abjna.2012.3.8.318.325.

Dea, F., E., Jumari, Wiryani, E., & Alhamd, L. (2016). Keanekaragaman Jenis dan Pemanfaatan Euphorbiaceae Di Cagar Alam Dungus Iwul Bogor, Jawa Barat. Jurnal Biologi, 5, 18-23.

Djam’an, F.,D., Putri,P.,K., Rustam, E., &Pramono,A.,A. (2016). Potential Of Fruit Production Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) Of Ogan Ilir (Oi) And Ogan Komering Ilir (Oki) The South Of Sumatera, Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika, 7, 2086-8227.

Fachrul, M. F. (2008). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta Bumi Aksara.

Gayatri, R., I., A., A.,Kriswiyanti,E., & Wahyuni, S., A., G., I. (2015). Jenis - Jenis Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Bahan Perawatan Kecantikan Di Puri Damai Desa Singakerta,Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. JURNAL SIMBIOSIS, III(1), 2337-7224.

Geetha, K., N., Jeyaprakash, K., & Nagaraja, Y., P. (2011). A preliminary pharmacognostical study on leaves and flowers of Michelia champaca L. Magnoliaceae. Journal of Applied and Natural Science 3 (2): 228-231.

Geetha, N., K., Jeyaprakash K., & NagarajaP., Y. (2011). A preliminary pharmacognostical study on leaves and flowers of Michelia champaca L.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Magnoliaceae, India. Journal of Applied and Natural Science 3 (2): 228- 231.

Gunawan, Chikmawati, T., Sobir, & Sulistijorini. (2016). Review: Fitokimia genus Baccaurea spp. Bioeksperimen. Volume 2 (2), 2460-1365.

Hadi P.,E., Widiawati Y., & Sukarsa. (2012). Keanekaragaman dan Kekerabatan Syzygium aksesi, Purwokerto. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Hariono E., Isda N.,M., &Fatonah S. (2017). Pembentukan Nodul Dari Biji Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Bengkalis Pada Media Wpm Dengan Penambahan Bap dan Madu, Pekanbaru. Available online at AL- KAUNIYAH: Journal of Biology, 11(1), 2018, 16-24.

Hermawan, R., A., Muliawati, E., S., & Budiastuti, S. (2016). Identifikasi Morfologi Aksesi Duku (Lansium domesticum Corr) Di Kabupaten Karanganyar. Jurnal Agro Res Vol 5 (1) 2302 – 8226.

Idowu, D., O., Abegunrin, T., P., Ola, F., A., Adediran, A., A.,&Olaniran, J., A. (2012). Measurement of some engineering properties of sandbox seeds (Hura crepitans), Nigeria. AGRICULTURE AND BIOLOGY JOURNAL OF NORTH AMERICA, 3(8), 2151-7517. doi:10.5251/abjna.2012.3.8.318.325.

Imelda,M., Estiati,A., Sari,L.,& Erlyandari,F. (2007). Keseragaman Genetik Bibit Sungkai (Peronema canescensJack) Hasil Kultur Jaringan, Bogor. BIODIVERSITAS, 8, 1412-033X.

Irawanto, R., Rahadiantoro, A., & Mudiana, D. (2015). Keberadaan koleksi tumbuhan Kebun Raya Purwodadi asal Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1, 1019-1026. doi: 13057/psnmbi/m010510

Irwansyah, A., SetiadiY., Wasis B.,& Mardatin,F.,N. (2016). Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina Arborea Roxb Terhadap Penambahan Growth

121

Stimulant di Persemaian Permanen IPB, Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika, 07, 2086-8227.

K., IntaniT., Tambaru,E.,& Salam,A.,M. (2013). Keanekaragaman Morfologi Daun Pohon Penghijauan Di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar. Jurnal Alam dan Lingkungan, 4, 2086-4604.

Karmilasanti, & Supartini. (2011). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Dan Pemanfaatannya Di Kawasan Tane' Olen Desa Setulang Malinau, Kalimantan Timur. JURNAL PENELITIAN DIPTEROKARPA, 5, 23-38.

Khairurrizqi, Rahmansyah, A., & Hendiawan, T. (2015). Jurnal Perancangan Graphical User Interface “Si Jambe” Sebagai Media Pembelajaran Di Jambi. e-Proceeding of Art & Design, 2.

Kirom, S., H. & Ramadhania, M., Z. Review Artikel: Aktivitas Biologis Tanaman Kucing Kucingan (Acalypha indica L). vol 2.

Krisdianto, &Balfas, J. (2016). Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Kayu dan Akar Gantung Beringin (Ficus benjamina Linn.), Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 21 (1), 0853-4217. doi: 10.18343/jipi.21.1.13.

Kuntorini, E., M., Fitriana, S., & Astuti, M., D. (2013). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Murtando, H., Sahiri2), N., & Madauna, I. (2016). Identifikasi Karakter Morfologi Dan Anatomi Tanaman Jeruk Lokal (Citrus Sp) Di Desa Karya Agung Dan Karya Abadi Kecamatan Taopa Kabupaten Parigi Moutong. e-J. Agrotekbis 4 (6). 2338-3011.

Mutaqien, Z., & Normasiwi, S. (2015). Komposisi vegetasi dasar pasca pembukaan ladang di kawasan hutan lindung Gunung Talamau, Sumatera Barat. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 2407-8050. doi: 10.13057/psnmbi/m010349

Nasution, T., Iskandar, P., A., E., Ismaini, L. (2015). Keragaman Flora Berpotensi dan Komposisi Vegetasi di Gunung Merapi, Sumatra Barat.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 2407-8050. Doi: 10.13057/psnmbi/m010613.

Nasution, T., Iskandar, P., A., E., Ismaini, L. (2015). Keragaman Flora Berpotensi dan Komposisi Vegetasi di Gunung Merapi, Sumatra Barat. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 2407-8050. Doi: 10.13057/psnmbi/m010613. Ningsi, S.,P., Muslimin, &Suwastika,N., I. (2016). Organogenesis Dua Tipe Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Pada Berbagai Kombinasi Konsentrasi IAA (Indole Acetid Acid) dan BAP (Benzil Amino Purin) secara in vitro. Online Journal of Natural Science, 5(2), 2338-0950.

Nugroho, A. S., Anis, T., & Ulfah, M. (2015). Analisis keanekaragaman jenis tumbuhan berbuah di hutan lindung Surokonto, Kendal, Jawa Tengah dan potensinya sebagai kawasan konservasi burung PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 472-476. doi: 10.13057/psnmbi/m010316

Nursanti& Swari, I., E.(2013). Potensi Keanekaragaman Hayati, Iklim Mikro Dan Serapan Karbon Padaruangterbukahijau Kampus Mendalo Universitas Jambi. 2, 2302-6472.

Oktavianto, Y., Sunaryo, Suryanto, A. Karakterisasi Tanaman Mangga (Mangifers indica L.) Cantek, Ireng, Empok, Jempol di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri. 3, 91-97.

Onrizal, Kusmana C., Saharjo, H., B., Handayani, P., I., & Kato, T., (2005). Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Kerangas Bekas Kebakaran di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Biodiversitas, 6, 1412-033X. Doi: 10.13057/Biodiv/D060410.

Onrizal, Kusuma, C., Sahero, B., Handayani, I. P., & Kato, T. (2005). Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Kerangas Bekas Kebakaran di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat Biodiversitas 6, 263-265.

Pambudi A., Syaefudin, Noriko N., Swandari R., Azura R.,P. (2014). Identifikasi Bioaktif Golongan Flavonoid Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.),

123

Jakarta Selatan. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI,vol 2.

Pangesti, T., Fitriani, I., N., Ekaputra, F., & Hermawan, A. (2013). Sweet Papaya Seed Candy” Antibacterial Escherichia Coli Candy With Papaya Seed (Carica papaya L.). PELITA. Volume VIII, Nomor 2.

Prastyo, W. R., Heddy, S., & Nugroho, A. (2015). Identifikasi Tumbuhan Paku Epifit Pada Batang Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis J.) Di Lingkungan Universitas Brawijaya. Jurnal Produksi Tanaman, 3, 65-74.

Prastyono, &Haryjanto,L. (2017). Estimasi Komponen Varian Semai Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) pada Umur 6 Bulan, Yogyakarta. Proceeding Biology Education Conference, 14, 2528-5742.

Pratiwi, P., D., SulaemanA., &Amalia, L. (2012). Pemanfaatan Tepung Sukun (Artocarpus altilis sp.) PadaPembuatan Aneka Kudapan Sebagai AlternatifMakanan Bergizi Untuk Pmt-As, Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(3), 1978-1059.

Priadi,D., &Hartati, S., N. (2015). Daya Kecambah Dan Multiplikasi Tunas In Vitro Sengon (Paraserianthes falcataria) Unggul Benih Segar Dan Yang Disimpan Selama Empat Tahun, Bogor. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 2407-8050. doi: 10.13057/psnmbi/m010645.

Prihardini, & Wiyono, S., A. (2015). Pengembangan Dan Uji Antibakteri Ekstrak Daun Sawo Manila (Manilkara zapota) Sebagai Lotio Terhadap Staphyllococcus aures. Jurnal Wiyata, 2, 2355-6498.

Rahmawati, R., & Yunianta. (2015). Pengaruh Proporsi Buah : Air dan Lama Pemanasan Terhadap Aktifitas Antioksidan Sari Buah Kedondong (Spondias dulcis). Malang. 3, 1682-1693.

Sajar S., Lisnawita, &Purba E. (2017). Kisaran Inang Corynespora cassiicola (Berk. & Curt) Wei pada Tanaman di Sekitar Pertanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell), Medan. Jurnal Pertanian Tropik, 4, 2356-4725.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Setyowati, F. M. (2003). Hubungan Keterikatan Masyarakat Kubu dengan Sumberdaya Tumbuh- tumbuhan di Cagar Biosfer Bukit Duabelas, Jambi. B I O D I V E R S I T A S, 4, 47-54. doi: 10.113057 /Biodiv/d040110

Setyowati, F. M., & Wardah. (2007). Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Biodiversitas, 8, 228-232.

Shukla S. (2014). Callus Induction of Michelia champaca L. through petiole - An aromatic tree of high economic value, India. International Journal of Enhanced Research in Science Technology & Engineering, 3,2319-7463.

Sinulingga, S., Wahyuni, S., Altiyan, M., F., & Fatmawati. (2016). Potensi Antioksidan Ekstrak Biji Duku (Lansium domesticum Corr.) Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Yang Diinduksi Alkohol. Molekul. Vol. 11 (1).

Sofiyanti, N., Iriani,D., Fitmawati, &Sartina. (2014). Karakterisasi Genus Artocarpus (Moraceae) di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Riau berdasarkan karakter morfologi dan kandungan flavonoidnya, Riau. Repository University Of Riau.

Sumarhani & Kalima, T. (2015). Struktur Dan Komposisi Vegetasi Agroforestri Tembawang Di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 2407-8050. Doi: 10.13057/psnmbi/m010522.

Sunaryo, & Girmansyah, D. (2015). Identifikasi tumbuhan asing invasif di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 1034-1039. doi: 10.13057/psnmbi/m010512.

Suryani Sajar, S., Lisnawita., & Purba, E. (2017). Kisaran Inang Corynespora cassiicola (Berk. & Curt) Wei Pada Tanaman Di Sekitar Pertanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell). Jurnal Pertanian Tropik Vol 4 (1). 2356-4725.

125

Suryani, 1. (2018). Candi Kedaton Muara Jambi Dan Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah: Sebuah Identifikasi Awal. Jurnal HISTORIA. 6, 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728). Susanti, E. D, Purbajanti, & Sutarno. (2012) Pertumbuhan Hijauan Kacang Pintoi (Arachis pintoi) Pada Berbagai Panjang Stek Dan Dosis Pupuk Organik Cair Periode Pemotongan Kedua. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 721 – 731 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj

Susanti, T., Suraida., & Febriana, H. (2013). Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman Hutan Kenali Kota Jambi. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013. Sushardi. (2015). Kualitas Kayu Lapis Dari Dari Kombinasi Kayu Akasia(Acacia auriculiformis) dan Sungkai (Peronema canescens), Yogyakarta. Jurnal Hutan Tropika, X, 1693-7643.

Susiarti, S., & Sulistiarini, D. (2015). Keanekaragaman umbi-umbian di beberapa lokasi di Propinsi Bangka Belitung dan pemanfaatannya. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 1088-1092. doi: 10.13057/psnmbi/m010520.

Sutarno, Setyawan, d., Irianto1, S., Kusumaningrum, A., (2001). Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan Gunung Lawu: 2. Spermatophyta. Biodiversitas, 2, 1412-033X. B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X. Syakri, S., & Putra, D., N. (2017). Formulasi Dan Uji Aktivitas Sirup Sari Buah Sawo Manila (Manilkara zapota Linn) Terhadap Beberapa Mikroba Penyebab Diare. JF FIK UINAM Vol.5 No.2 2017.

TjiphanataS., QueljoeD.,E., Sudewi1 S. (2017). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Dadap Ayam (Erythrina variegata L.) Terhadap Kualitas Spermatozoa Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus), Manado. PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT , 6,2302 – 2493.

Tjitrosoepomo, G. (2013). Taksonomi Tumbuhan [Spermatophyta]. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Utami, N., & Sari, R. 2009. Mundu: Garciniaxanthochymus Hook.f. Atau dulcus (Roxb) Kurz.? Cibinong. Berita Biologi 9(6).

Wahyuni, S., A., Prasetyo, B., L., & Zuhud, M., A., E. 2017. Populasi dan Pola Distribusi Tumbuhan Paliasa (Kleinhovia hospita L.) di Kecamatan Bontobahari. 22, 11-18.

Wibisono, Y., & Azham Z. (2017). Inventarisasi Tumbuhan Yang Berkhasiat Sebagai Obat Pada Plot Konservasi Tumbuhan Obat di KHDTK Samboja Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara, Samarinda. Jurnal AGRIFOR, XVI, 1412-6885.

Wulansari, D., D., Basori, Achmad, & Suhartati. (2017). Effect of Papaya Seed Extract (Carica papaya Linn.) on Glucose Transporter 4 (GLUT 4) Expression of Skeletal Muscle Tissue in Diabetic Mouse Induced by High Fructose Diet. Trad. Med. J, 22(2), 1410-5918.

Yani, A., P., Ruyani, A., Yenita, Ansyori, I., Irwanto, I. (2012). Uji Potensi Daun Muda Sungkai (peronema canescens) Untuk Kesehatan (Imunitas) Pada Mencit (Mus.muculus). Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Yelianti, U., Hamidah, A., Muswita, & Sukmono, T. (2016). Pembuatan Spesimen Hewan dan Tumbuhan Sebagai Media Pembelajaran di SMP Sekota Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 31.

Yunus,R., Alimuddin, H.,A., & Ardiningsih, P. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tampoi (Baccaurea macrocarpa) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. JKK, 3(3), 2303-107.

Yusuf R., Purwaningsih, & Gusman. (2005). Komposisi Dan Struktur Vegetasi Hutan Alam Rimbo Panti, Sumatra Barat. Biodiversitas, 6, 1412-033X. Doi: 10.13057/Biodiv/D060411.

127

Lampiran 1

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

Lampiran 2

129

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

131

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE) Nama : Suci Roslinawati Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tgl Lahir : Muara Bulian, 17 Februari 1997 Alamat : Jl. Orang kayo hitam Rt 01 Rw 01 Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi Alamat Email : [email protected] No Kontak : 082213680534

Pengalaman-Pengalaman Pendidikan Formal 1. SD/MI, tahun tamat : MIN Muara Bulian, 2008 2. SMP/MTs, tahun tamat : MTs N Muara Bulian, 2011 3. SMA/MA, tahun tamat : SMA N 6 Batanghari, 2014 Motto Hidup “Genggamlah mimpimu dengan niat, usaha do’a dan ikhtiar”