I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21 (Yoeti, 2008). Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas serta industri lainnya.

Dengan demikian sektor pariwisata dapat berfungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Menurut World Tourism Organization (WTO) pada tahun 2010 jumlah wisatawan global akan meningkat menjadi 1.018 juta orang dengan perolehan devisa sebesar 3,4 triliun dollar AS, investasi pariwisata dunia sebesar 10,7 persen permodalan dunia, dan kesempatan kerja sebanyak 204 juta orang, yang berarti bahwa pada waktunya nanti dalam satu negara, sembilan dari sepuluh orang akan bekerja di sektor pariwisata (Yoeti, 2008).

Di sendiri, pariwisata memberikan dampak yang cukup signifikan seperti mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah-daerah urban, meningkatkan produk hasil kesenian dan kebudayaan pada umumnya, memperluas pasar produk industri kecil ke dunia international, memperkuat posisi neraca pembayaran serta memberikan dampak efek pengganda pada negara yang menerima kunjungan wisatawan (tourist receiving countries) melalui investasi, perdagangan dalam dan luar negeri (Yoeti, 2008).

Bila diperhatikan, dari tahun 2004 sampai April 2010, pertumbuhan kunjungan wisatawan cenderung meningkat. Dilihat dari rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara per kunjungan terus mengalami peningkatan. Hal ini cukup meyakinkan bahwa sektor pariwisata tetap berkontribusi bagi perekonomian Indoensia. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 1.

1

Tabel 1. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Rata-rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara per Kunjungan Periode Tahun 2004-2010

Rata-rata Pertumbuhan Pertumbuhan Tahun Jumlah Pengeluaran (%) (%) Wisatawan(US$) 2004 5.321.165 901.66 2005 5.002.101 (6.00) 904.00 0.26 2006 4.871.351 (2,61) 913.09 1,01 2007 5.505.759 13.02 970.98 6,34 2008 5.505.759 0.00 1.178.54 21,38 2009 4.467.000 (18.87) 995.93 (15,49) 2010* 2.166.331 Sumber: Biro Pusat Statistik, 2010 Keterangan: * sampai April 2010

Pengaruh pariwisata di daerah Jawa Barat sendiri khususnya Bogor, jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari selama dua dekade terakhir seperti tumbuh dan berkembangnya usaha makanan dan minuman yang bersifat lokal yang banyak diminati wisatawan (industri restoran). Wilayah Bogor terdiri dari kota dan kabupaten, masing-masing seluas 118,5 km² dan 2.371,21 km². Bogor juga dikenal sebagai "kota hujan", karena curah hujan di kawasan ini cukup tinggi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan khususnya yang ingin melepas kepenatan dari kota-kota besar lainnya. Oleh-oleh yang khas dari kota ini adalah tales Bogor, sedangkan cemilan yang sangat dikenal adalah dan manisan

Bogor.

Berbagai tempat wisata yang dapat dikunjungi diidaerah Bogor yaitu;

Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Museum Zoologi, Museum Etnobotani,

Prasasti Batu tulis, Danau Situgede, Taman Topi (Plaza Kapten Muslihat),

Museum Tanah, Museum PETA, Museum Perjuangan, aktivitas kunjungan ke obyek-obyek lainnya juga terlihat dari keramaian di pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan buah-buahan serta factory outlet pakaian dan tas, khususnya di Jalan Suryakencana, Siliwangi, Pajajaran, dan Tajur. Kota Bogor sendiri mulai memfokuskan diri sebagai kota belanja dan kuliner. Ini dapat

2 dimaklumi karena Bogor memang memiliki pusat jajan yang sangat lengkap.

Pusat perdagangan makanan dan jajanan di Kota Bogor berpusat di Jalan

Suryakencana, Siliwangi, dan Pajajaran (www.radar-bogor.go.id).

Wisata belanja dan kuliner, dinilai mampu memberikan keunggulan bagi pariwisata Kota Bogor. Dukungan pada swasta yang mengusahakan wisata kuliner dan belanja terlihat dengan tumbuh pesatnya pertumbuhan restoran, rumah makan, dan cafe. Catatan terakhir Disparbud, jumlah restoran dan rumah makan yang terdaftar mencapai 175 unit. Faktor kedekatan dengan ibukota

Jakarta dan kemudahan mencapai Kota Bogor merupakan alasan yang cukup kuat untuk menjadikan wisata belanja dan kuliner andalan kota Bogor. Tempat- tempat tertentu seperti restoran, pusat belanja pakaian dan tas di kawasan

Pajajaran dan Tajur selalu diserbu pengunjung.

Wisata kuliner yang ditawarkan di Bogor cukup beragam mulai dari masakan Padang, masakan khas Sunda, masakan Jawa, masakan ala Timur

Tengah, sampai jajanan pasar. Namun yang paling berkembang dan banyak diminati adalah Restoran khas Sunda. Hal ini karena mayoritas masyarakat adalah orang Sunda dan banyak wisatawan yang sengaja datang ke Bogor untuk menikmati sajian masakan khas Sunda, sehingga tidak heran restoran khas

Sunda menjamur di kota Bogor.

Industri Restoran khas Sunda ini punya peluang usaha yang sangat menjanjikan sehingga dalam waktu yang relatif sangat cepat bisnis ini berkembang dengan pesat, dimulai dari warung pinggir jalan sampai pada restoran mewah berskala internasional. Maraknya pemain yang bergulat dalam bisnis ini menyebabkan persaingan dalam industri menjadi sangat ketat.

Melihat potensi pasar yang cukup besar industri, setiap restoran perlu menyusun strategi yang tepat karena memiliki pesaing yang cukup banyak, baik dalam jenis maupun pelayanan. Selain itu, dalam memenangkan persaingan di

3 industri, maka perusahaan yang bergerak dalam industri perlu mengetahui perilaku dari konsumen industri Restoran Khas Sunda untuk menghadapi perubahan perilaku konsumen, karena konsumen adalah tolak ukur yang menentukan sukses tidaknya perusahaan di industri.

Buttle (1992) menyatakan bahwa pemilik perusahaan yang tidak dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, dan perilaku konsumen tetapi memikirkan seleranya sendiri akan segera gagal dalam bisnisnya. Tetapi jika perusahaan memikirkan apa, dimana, dan bagaimana, dan mengapa tentang perilaku konsumen maka peluang suksesnya pemasaran akan lebih besar.

Memahami perilaku konsumen sangat penting terlebih bagi industri restoran yang termasuk dalam industri pangan yang merupakan customer driven industry.

Pada industri ini keberhasilan pemasaran produk (makanan dan minuman) sangat tergantung dari penerimaan konsumen terhadap produk tersebut.

Preferensi konsumen merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk menentukan strategi mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. Informasi ini lebih lanjut dapat digunakan oleh perusahaan untuk menerapkan strategi yang tepat dengan memperhatikan keinginan konsumen sehingga akan dapat meningkatkan daya saing perusahaan di persaingan bisnis restoran khas sunda yang sangat kompetitif.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan semakin tumbuh dan berkembangnya restoran-restoran khas sunda di wilayah Bogor, ada indikasi bahwa tingkat persaingan semakin tinggi.

Restoran khas sunda harus mampu bersaing dengan restoran sejenis lainnya.

Tingkat intensitas persaingan dalam industri restoran khas sunda perlu diketahui untuk menyusun perencanaan strategik yang kompetitif. Persaingan tidak hanya

4 dilihat dari pesaing dalam industri, tetapi juga dilihat dari pemasok, produk- produk substitusi, pendatang baru dan juga pembeli.

Perusahaan yang bergerak dalam industri perlu menganalisis konsumen industri restoran khas sunda untuk menghadapi perubahan perilaku konsumen, karena konsumen adalah tolak ukur yang menentukan sukses tidaknya perusahaan di industri. Perilaku konsumen tersebut akan memberikan gambaran dan karakteristik dari konsumen industri restoran khas sunda yang sesuai dengan kondisi pada saat ini.

Konsumen restoran khas sunda tentu memiliki pertimbangan khusus dalam memilih restoran khas sunda yang menjadi pilihan konsumen. Salah satu pertimbangan tersebut adalah atribut dari restoran, maka preferensi konsumen terhadap atribut restoran khas sunda perlu diteliti.

Dari pembahasan di atas, permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana intensitas persaingan yang terjadi di industri restoran khas

sunda di wilayah Bogor ?

2. Bagaimana perilaku konsumen Industri Restoran Khas Sunda di

wilayah Bogor ?

3. Apa saja atribut restoran yang menjadi faktor strategis di Industri

Restoran Khas Sunda di wilayah Bogor ?

4. Bagaimana langkah-langkah strategis dalam memenangi persaingan di

Industri Restoran Khas Sunda di wilayah Bogor ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisa intensitas persaingan di industri restoran khas sunda di

wilayah Bogor

5

2. Menganalisa perilaku konsumen Industri Restoran Khas Sunda di

wilayah Bogor

3. Menganalisa atribut restoran yang menjadi faktor strategis di Industri

Restoran Khas Sunda di wilayah Bogor

4. Merumuskan langkah-langkah strategis dalam memenangi persaingan

di Industri Restoran Khas Sunda di wilayah Bogor

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan bagi restoran khas sunda untuk memahami lingkungan bisnisnya dan sebagai sumbangan pemikiran dalam menentukan strategi bisnisnya, bagi peneliti untuk lebih mengetahui dan memahami persaingan yang ada di lapangan. Selain itu sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak terkait dalam bidang ini dan sebagai bahan dasar untuk kajian lebih lanjut tentang industri ini.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Materi penelitian ini difokuskan pada persaingan dalam industri Restoran

Khas Sunda, serta dimensi dan atribut apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen Restoran Khas Sunda di wilayah Bogor.

Ruang Lingkup industri dalam penelitian ini meliputi beberapa restoran besar yang sebagian besar menyediakan menu khas sunda (Sunda Food).

Restoran Khas Sunda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah restoran besar yang berkapasitas lebih dari 150 tempat duduk, termasuk diantaranya restoran bertaraf international dengan klasifikasi Golden Tray (Talam Kencana), yang berani menuliskan Khas sunda dalam papan nama restoran serta sebagian besar menu yang dihidangkan adalah khas sunda. Menu Khas Sunda tersebut meliputi (nasi putih/merah yang dibungkus dengan daun pisang),

6

Nasi Tutug (nasi pulen putih dicampur dengan Oncom dan rempah), serta beberapa menu penunjang lain khas Sunda seperti ,

Ayam Goreng, , , Tempe Bacem, Tahu, Ikan Asin,

Sambal, dan .

Lingkup waktu penelitian ini adalah melihat industri Restoran Khas Sunda pada saat ini yaitu tahun 2009. Sedangkan lingkup wilayah meliputi Restoran- restoran Khas Sunda yang ada wilayah Bogor, baik kabupaten maupun Kota khususnya sepanjang Jalan Padjajaran, Jalan Sudirman, serta kawasan Tajur.

7

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB