Volume 8 Nomor 1, Januari – Juni 2020 P-ISSN 2355-5807 E-ISSN 2477 - 3433

SENI PERTUNJUKAN GOLEK SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA BUDAYA DI SAUNG ANGKLUNG UDJO

Priyanto1 Budiman Mahmud Musthofa2 1,2 Program Studi Pariwisata Program Pendidikan Vokasi Universitas Corresponding Author: [email protected]

ABSTRAK Seni pertunjukan wayang golek memadukan unsur seni drama, seni suara, seni sastra, seni musik, seni gerak dan seni rupa. Dapat dikatakan seni pertunjukan wayang golek adalah seni yang “adiluhung” dan harus dilestarikan. Sangat menarik untuk mencermati seni pertunjukan wayang golek di Saung Angklung Udjo (SAU) yang mengemas pertunjukan sehingga mampu menjadi salah satu daya tarik pariwisata budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengemasan seni pertunjukan wayang golek di SAU sehingga dapat menarik dan diminati sebagai daya tarik pariwisata budaya. Melalui metode penelitian kualitatif, ditemukan bahwa seni pertunjukan wayang golek di Saung Angklung berhasil dikemas dalam rangkaian pertunjukan angklung sehingga menjadi atraksi wisata yang menarik. Walaupun durasi pertunjukan wayang golek tidak lama sebagaimana pertunjukan wayang pada umumnya, namun nilai budaya dan pesan yang disampaikan mudah diterima penonton. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan pertunjukan Saung Angklung Udjo telah berhasil memproduksi dan mengkreasikan berbagai pertunjukan wayang dan angklung secara terus-menerus sehingga dapat menjadi daya tarik pariwisata budaya. Kata kunci : Seni pertunjukan wayang golek, pariwisata budaya, Saung Angklung Udjo

ABSTRACT Wayang golek performance art combines elements of drama, sound, literature, music, movement and fine arts. It can be said that the art of wayang golek performance is a "noble" art and must be preserved. It is very interesting to observe the wayang golek performance art at Saung Angklung Udjo (SAU) which packs the show so that it can become one of the attractions of cultural tourism. This study aims to determine how the packaging of the wayang golek performance art in SAU so that it can attract and attract cultural tourism. Through qualitative research methods, it was found that the puppet show art at Saung Angklung was successfully packaged in a series of angklung performances so that it became an attractive tourist attraction. Although the duration of the puppet show is not as long as wayang performances in general, the cultural values and messages are easily accepted by the audience. The results of the research show that the management of the Saung Angklung Udjo show has succeeded in producing and creating various wayang and angklung performances continuously so that they can become an attraction for cultural tourism. Keywords: Wayang golek performance art, cultural tourism, Saung Angklung Udjo

PENDAHULUAN tahun 1966 merupakan salah satu wujud pelestarian Pada tanggal 7 November 2003 budaya dan pengembangan seni tradisi. Pada awalnya seni wayang Indonesia telah diakui oleh UNESCO musik tradisional angklung yang menjadi perhatian sebagai Karya Agung Dunia. Budaya wayang utama. Namun seiring perkembangan waktu, juga sebagai salah satu warisan budaya tradisional telah mengembangkan seni pertunjukan wayang golek, diakui dunia internasional sebagai salah satu seni pertunjukan helaran, seni pertunjukan angklung warisan budaya yang banyak mengandung nilai masal, seni pertunjukan arumba (Alunan Rumpun yang berperan besar dalam pembentukan dan Bambu), seni pertunjukan angklung orchestra, seni pengembangan jati diri bangsa. Oleh karena itu pertunjukan tari tradisional (Tari Topeng dan Tari budaya wayang harus diselamatkan, dilestarikan dan Merak), seni pertunjukan angklung mini, seni dikembangkan dan menjadi tugas seluruh bangsa pertunjukan angklung parade music nusantara, seni terutama bangsa Indonesia. pertunjukan angklung interaktif, seni pertujukkan Salah satu tempat yang turut andil dalam menari bersama. penyelamatan, pelestarian dan pengembangan Salah satu seni pertunjukan seni tradisi budaya wayang adalah Saung Angklung Udjo yang menarik di SAU adalah seni pertunjukan (SAU) yang terletak di Bandung Jawa Barat. SAU wayang golek sunda yang ditampilkan berbeda dari yang dibuat oleh Udjo Ngalagena (Mang Udjo) pada seni pertunjukan wayang golek sunda pada

49

Volume 8 Nomor 1, Januari – Juni 2020 P-ISSN 2355-5807 E-ISSN 2477 - 3433 umumnya, sehingga menjadi salah satu alternatif yang lama. Seni pertunjukan dapat setiap situasi daya tarik pariwisata. Masyarakat Sunda telah lama yang melibatkan empat elemen dasar yaitu: waktu, mengenal wayang sebagaimana masyarakat Jawa. ruang, tubuh si artis dan hubungan antara penampil Tidak jauh berbeda dengan di Jawa, cerita-cerita dan penonton. Sementara itu, Seni tradisi wayang kebanyakan berasal dari epos merupakan manifestasi cipta, rasa dan karsa dan Mahabarata meskipun pada perkembangannya manusia yang memiliki berbagai fungsi bagi banyak sekali variasi-variasi dan cerita yang masyarakat (Danandjaja, 2002) dikarang oleh masyarakat atau dalang sendiri. Terkait seni pertunjukan wayang golek Pertunjukan wayang di Sunda lebih merupakan beberapa unsur pelaku di dalamnya adalah seorang hiburan. Pertunjukan wayang selain menceritakan dalang, penabuh dan pesinden. Dahulu kala suatu kisah, juga menampilkan nyanyian-nyanyian seni pertunjukan wayang masih relatih sederhana, yang dibawakan oleh sinden. Pertunjukan wayang demikian juga perangkat dan gamelannya masih terdiri dari beragam unsur kesenian, seperti seni relatif sedikit, sehingga pemain gamelan juga relatif sastra, seni tembang, gamelan dan berbagai alat sedikit. Namun saat ini seiring dengan musik lainnya (seni karawitan). Pada perkembangan jaman, seni pertunjukan wayang perkembangannya selain berkembang membutuhkan perangkat gamelan yang banyak juga wayang golek. dengan demikian penabuh gamelan pun Beberapa kajian yang terkait dengan seni membutuhkan dalam jumlah banyak. Hal ini pertunjukan wayang golek telah dilakukan. Sadono menjadikan pertunjukan wayang menjadi mahal (2019) yang membahas mengenai Pewarisan Seni dibandingkan dengan pertunjukkan lainnya Wayang Golek Di Jawa Barat. Rosyadi (2009) yang Wayang Golek yang terbuat dari kayu membahas mengenai Wayang Golek: Dari Seni berbentuk tiga dimensi, kepalanya bisa terlepas dari Pertunjukan Ke Seni Kriya (Studi tentang tubuhnya, ia dihubungkan oleh sebuah tangkai yang Perkembangan Fungsi Wayang Golek di Kota menembus rongga tubuh wayang yang sekaligus Bogor). Setiawan (2014) yang membahas mengenai merupakan pegangan dalang. Melalui tangkai itulah Strategi Promosi dalam Pengembangan Pariwisata dalang dapat memalingkan wajah wayangnya ke kiri Lokal di Desa Wisata Jelekong dimana yang atau ke kanan, sehingga wayang tersebut nampak menjadi salah daya tariknya adalah keberadaan hidup. Atau dengan menggerakan badan wayang itu wayang golek. ke atas ke bawah berulangkali, ki dalang dapat Beberapa kajian terkait seni pertunjuukan menunjukan seolah-olah wayang tersebut sedang wayang golek telah dilakukan. Namun pembahasan terengah-engah setelah lari dikejar misalnya. Seperti mengenai seni pertunjukan wayang golek yang halnya dengan tangan-tangan wayang kulit, tangan- berbasis tradisi sebagai salah satu daya tarik tangan wayang Golek pun dihubungkan dengan pariwisata budaya belum ada yang membahas secara seutas benang, sehingga sang dalang dapat bebas mendalam. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggerak-gerakkannya (Haryanto, 1988). akan berusaha mengkaji dan mengangkat mengenai Perangkat fisik dalam pertunjukkan pengemasan seni pertunjukan wayang golek di SAU wayang terdiri atas perangkat fisik utama dan menjadi seni pertunjukan yang menarik dan menjadi perangkat fisik pendukung. Perangkat fisik utama daya tarik pariwisata budaya. terdiri atas seperangkat gamelan, wayang, keprak, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk cempala. Perangkat fisik yang utama mutlak harus mendeskripsikan seni pertunjukan wayang golek ada karena bila tidak ada akan dapat mengganggu yang berlangsung di SAU. Berdasarkan uraian jalannya pertunjukan. Wayang Golek lengkap di tersebut di atas maka pertanyaan penelitian ini dalam satu set kotak (peti) wayang terdiri atas adalah “Bagaimanakah seni pertunjukan wayang banyak karakter atau tokoh. Wayang sebagai golek di SAU dikemas menjadi seni pertunjukkan manifestasi dari tokoh atau karakter ditata dalam yang menarik dan menjadi daya tarik pariwisata panggung pertunjukan berada di sebelah kanan dan budaya?” sebelah kiri membentuk kesan estetik dan berfungsi sebagai pembatas panggung pertunjukan seni TINJAUAN PUSTAKA wayang golek. Wayang yang disimping di sebelah Kajian ini menggunakan pendekatan kanan sebagai simbol untuk karakter-karakter yang konsep seni pertunjukan dan konsep pariwisata. protagonis, demikian pula wayang yang berada di Soedarsono (1999) menjelaskan bahwa seni simpingan sebelah kiri sebagai perwujudan dari pertunjukan adalah seni di mana tindakan-tindakan karakter-karakter yang antagonis. Sedangkan individu atau kelompok di tempat tertentu dan pada wayang yang ditampilkan pada saat pertunjukan waktu tertentu merupakan pekerjaan. Hal ini bisa adalah berperan sebagai tokoh-tokoh tertentu atau terjadi di mana saja, kapan saja, atau untuk waktu benda-benda tertentu. Perangkat pendukung

50

Volume 8 Nomor 1, Januari – Juni 2020 P-ISSN 2355-5807 E-ISSN 2477 - 3433 pertunjukan wayang terdiri atas sound system, sound normalnya, dengan maksud untuk mengumpulkan effect, simbal, drum, perangkat musik non gamelan informasi dan pengalaman untuk memenuhi dan lain-lain sesuai kebutuhan. kebutuhan budaya mereka (Richard, 1996; 2018). Dalam seni pertunjukan wayang golek juga terdapat unsur-unsur pertunjukan yang sifatnya METODOLOGI PENELITIAN kasat mata yaitu berupa ide atau gagasan yang Penelitian ini menggunakan pendekatan diekspresikan sesuai dengan kebutuhan setelah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian melalui proses pengolahan. Unsur-unsur tersebut kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan adalah catur, sabet dan iringan pakeliran. Wayang untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, memiliki jalan lakon paling lengkap di antara (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana berbagai bentuk drama yang ada di dunia. Berbagai peneliti adalah sebagai instrument kunci, analisis kisah/lakon wayang mengisahkan insiden-insiden data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif yang dialami oleh manusia dalam hidupnya. lebih menenkankan makna dari pada generalisasi Sementara di dalam pertunjukan wayang insiden- (Sugiyono, 2008). Penelitian ini dilakukan di SAU insiden tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling di Jalan Padasuka No. 118, Bandung, Jawa Barat terkait. pada bulan Juni-Agustus 2016 kemudian diperdalam Seni pertunjukan wayang golek di SAU lagi pada bulan Oktober 2019. Data yang diperlukan menjadi salah satu daya tarik pariwisata budaya dalam penelitian ini adalah data informasi mengenai yang cukup diminati pengunjung. Pitana (2009: 64) seni pertunjukan wayang golek yang ada di SAU. menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah terkait Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan penyediaan daya tarik atau atraksi wisata diperoleh dengan cara observasi di SAU, bagi wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada wawancara, dan studi kepustakaan. Pengolahan data daerah tujuan wisata, tetapi dalam beberapa kasus dilakukan melalui beberapa tahapan sesuai dengan juga terletak pada daerah transit. Sementara masalah yang ingin dipecahkan, kemudian berbicara mengenai daya tarik pariwisata budaya dilakukan tahap analisa dan interpretasi data. adalah merupakan salah satu jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, HASIL DAN PEMBAHASAN upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret Pertunjukan seni merupakan kegiatan suatu bangsa atau suku bangsa dengan masyarakat, utama dan secara rutin dilaksanakan di SAU. yang merefleksikan diversity dan karakter dari Pertunjukan dilaksanakan setiap hari bertempat di masyarakat atau bangsa bersangkutan. Jenis Bale Karesman. Jadwal pementasan pertunjukan di pariwisata seperti ini dapat memberikan manfaat Saung Angklung Udjo terbagi atas menjadi 4 dalam bidang sosial budaya karena dapat membantu waktu pementasan yaitu pada pagi hari pukul melestarikan warisan budaya sebagai jati diri bangsa 10.00-11.30 WIB, siang pada pukul 13.00-14.30 yang memiliki kebudayaan tersebut (Ismayanti: WIB, sore hari pukul 15.30-17.00 WIB, dan 2010). malam hari pukul 18.30-20.00 WIB. Pertunjukan Pariwisata menurut UU No 10 tahun 2009 pagi, siang dan malam bersifat tentatif, maksudnya tentang Kepariwisataan didefinisikan bahwa wisata adalah apabila ada rombongan wisatawan yang adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh datang, minimal 50 orang, mereka bisa seseorang atau sekelompok orang dengan menikmati pertunjukan pagi atau siang. mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, Sementara pertunjukan sore merupakan pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan pertunjukan yang bersifat reguler, maksudnya daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka adalah pertunjukan ini akan tetap dilangsungkan waktu sementara sedangkan pariwisata adalah tanpa mempertimbangkan jumlah wisatawan yang berbagai macam kegiatan wisata dan didukung hadir untuk menonton. berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh Pertunjukan Bambu Petang dikembangkan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Masih dari sebuah konsep Kaulinan Urang Lembur yang menurut UU no 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata diciptakan oleh Udjo Ngalagena. Pertunjukan ini didefinisikan sebagai segala sesuatu yang memiliki berisi beberapa penampilan pendek yang keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa spektakuler, seperti: demonstrasi Wayang Golek, keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil upacara Helaran, seni tari tradisional, Angklung buatan manusia yang menjadi sasaran atau pemula, Angklung orkestra, masal dan Arumba. Di kunjungan wisatawan. Pariwisata budaya memiliki akhir pertunjukan, para penonton akan diajak untuk definisi yang beragam, diantaranya sebagai berikut, menari bersama anak–anak. Afternoon Bambu Show wisata budaya adalah perpindahan orang ke tempat- merupakan acara legendary yang telah ada dari tempat wisata budaya yang jauh dari tempat tinggal tahun 1970-an dan terus berlangsung hingga saat ini.

51

Volume 8 Nomor 1, Januari – Juni 2020 P-ISSN 2355-5807 E-ISSN 2477 - 3433

Pertunjukan sore inilah yang biasanya membunyikan kecrekan tersebut dengan kakinya. ditonton oleh wisatawan umum, yang tidak datang Bunyi-bunyian kecrekan hasil sentuhan kaki sang secara rombongan ataupun wisatawan luar negeri. dalang semakin menambah hidupnya pertunjukan, Berdasarkan informasi yang diperoleh dari seolah wayang-wayang golek tersebut hidup wawancara dengan berbagai narasumber dan sebagaimana gambaran manusia di dunia. pengalaman peneliti sendiri, setiap pertunjukan Pertunjukan wayang biasanya diawali terdiri dari beberapa materi acara (repetoar) yaitu dengan prolog yang disampaikan oleh Ki Dalang demonstrasi wayang golek, helaran, tari menggunakan bahasa Sunda. Prolog disebut juga tradisional (tari topeng dan tari merak), angklung dengan nyandra dalam bahasa seni pewayangan. mini, arumba, angklung padaeng, bermain angklung Pada saat prolog inilah dalang menjelaskan judul bersama, angklung orkestra dan diakhiri dengan cerita apa yang akan disampaikan pada menari bersama. pertunjukan. Setelah menyampaikan prolog, Materi acara inilah yang dijadikan daya dalang akan melanjutkan cerita dengan tarik pariwisata budaya oleh pengelola SAU dalam memainkan 2 wayang yang sedang saling menarik wisatawan. Pertunjukan ini dipimpin oleh berdialog. Dialog-dialog ini dalam bahasa seni seorang MC (Master of Ceremony) yang akan pewayangan disebut dengan antawacana. Ki memandu jalannya pertunjukan. Untuk dapat Dalang hanya memperlihatkan bagaimana tokoh menonton seluruh rangkaian pementasan tersebut, wayang golek tersebut berbicara dan menggerakan penonton perlu mengeluarkan biaya Rp 60.000,00 anggota tubuh wayang tersebut, misalnya adegan untuk wisatawan domestik hingga Rp 120.000,00 berkelahi, adegan joged, adegan bertolak pinggang, untuk wisatawan manca negara. Biaya tersebut adegan jatuh dan lain sebagainya. Ki Dalang tidak hanya untuk pementasannya saja tapi berusaha untuk memasukan unsur-unsur penting penonton juga mendapatkan cinderamata berupa dalam seni pedalangan, seperti sabetan, cerita, souvenir angklung kecil yang diikat dengan benang sastra pedalangan, karawitan, bojegan (lawakan), hitam sehingga menyerupai kalung dan welcome dan bentuk wayangnya itu sendiri. Sabetan drink berupa wedang bandrek, air mineral atau es merupakan visualisasi gerakan wayang yang lilin. meliputi tarian dan gaya berperang. Unsur ini mampu menggambarkan kemahiran sang dalang Konsep pertunjukan wayang golek di memainkan wayang (Rahmanisa, 2015:48). Saung Angklung Udjo ini hanya memperlihatkan Dalang dituntut untuk memiliki demonstrasi (beberapa adegan sebagai demo) dari kemampuan menampilkan gerakan wayang kesenian tersebut. Demonstrasi ini hanya dengan lihai, atraktif dan penuh penjiwaan. menampilkan beberapa adegan yang menarik. Kemampuan dalang yang baik ini akan Sebelum kisah wayang golek Sunda dimulai, MC menghasilkan visualisasi menarik dan kesan terlebih dahulu memperkenalkan sang dalang komunikatif kepada penontonnya. Sabetan kepada para penonton yang dipanggil dengan istilah merupakan aspek penting dalam pertunjukan Ki Dalang. Disinilah wajah sang dalang dapat wayang. Sabetan yang menarik tentunya akan dilihat sebelum akhirnya beliau kembali duduk di memengaruhi kesan penonton dalam menilai balik meja yang diselimuti kain. Dalang memainkan pertunjukan wayang. wayang dengan diiringi oleh beberapa pemain Pada dunia pewayangan, terdapat tiga jenis musik dibelakangnya. Alunan musik yang lakon yang disampaikan oleh dalang, yaitu galur, dimainkan ini membuat suasana semakin hidup dan sempalan, dan carangan. Galur merupakan lebih dramatis. Iringan musik mampu lakon yang bersumber dari cerita Ramayana, mendramatisir cerita yang sedang dimainkan , Babad Lokapala. Penyampaian oleh dalang sehingga penonton semakin menjiwai cerita untuk lakon galur membutuhkan waktu dan menikmati seolah masuk kedalam cerita yang minimal 7 jam bahkan bisa sampai sehari semalam. dibawakan oleh dalang. Lakon galur biasanya disampaikan pada acara- Posisi dalang berhadapan dengan penonton acara tertentu seperti hajatan pernikahan atau tetapi dihalangi oleh gedebog (batang) pohon pisang sunatan. Sempalan merupakan lakon yang yang dibawahnya diberi kain penutup. Gedebog mengambil sebagian dari sumber pokok (galur) dan pisan berfungsi untuk menancapkan wayang golek. sebagian lainnya merupakan cerita tambahan. Dalang juga memainkan kecrekan (beberapa Sementara carangan merupakan lakon yang lempengan logam yang jika diadu berbunyi crek- sudah lepas dari sumber cerita pokok namun crek) yang tepat berada di depan kaki dalang. beberapa tokoh yang dianggap perlu tetap Kecrekan tersebut juga digunakan untuk diambil dari sumber cerita pokok (Rahmanisa, 2015: mendramatisir cerita, misalnya ketika dalang 50). Lakon yang biasa ditampilkan di Saung memainkan adegan memukul, maka dalang akan

52

Volume 8 Nomor 1, Januari – Juni 2020 P-ISSN 2355-5807 E-ISSN 2477 - 3433

Angklung Udjo adalah bentuk lakon sempalan bonekanya ataupun pada pertunjukannya secara dan carangan. Pementasan wayang golek disini keseluruhan. Sebagai suatu bayangan, wayang tidak menceritakan lakon yang dapat menghabiskan merupakan suatu cerminan kehidupan manusia. waktu berjam-jam sehingga cerita-cerita yang Pertunjukan wayang diciptakan berdasarkan pada disuguhkan merupakan karangan dari sang kisah-kisah mengenai kehidupan manusia. Lalu, dalang. Bentuk lakon sempalan dan carangan wayang merupakan boneka. Boneka yang digerakan secara kontekstual dapat disesuaikan dengan isu-isu oleh seorang dalang untuk menceritakan kisah yang sedang terjadi, misalnya isu politik, ekonomi, tersebut. Wayang merupakan sebuah pertunjukan. dan sosial humaniora. Sebagai sebuah pertunjukan, wayang merupakan Cerita yang diusung dalam pementasan perpaduan berbagai unsur-unsur, visual maupun wayang golek ini merupakan cerita yang ringan non-visual yang digabungkan dan dimainkan dan jenaka sehingga mengundang tawa para bersamaan hingga terbentuk suatu pertunjukan yang penontonnya disela-sela pertunjukan berlangsung. utuh. Dalang selalu menyisipkan pesan-pesan moral atau Ditinjau dari sisi filsafat, kata wayang kritik sosial dalam demonstrasi wayang golek ini. berarti bayangan, merupakan pencerminan dari sifat Ceritanya pun beragam dan disesuaikan dengan dalam jiwa manusia, seperti angkara murka, siapa audiens (wisatawan) yang menonton. Selain kebajikan, keserakahan, kebijaksanaan dan lain tokoh wayang yang dimainkan, Ki Dalang juga sebagainya. Setiap pementasan wayang pasti selalu menampilkan tokoh-tokoh wayang lain yang membawa pesan moral agar kita selalu patuh pada tidak dimainkan dalam bentuk janturan. Janturan Pencipta dan berbuat baik pada sesama. Siapa yang adalah sederetan wayang golek yang tidak menanam kebaikan maka ia akan menuai dimainkan, ditempatkan dibagian kanan dan kiri kebahagiaan dan barangsiapa melakukan kejahatan dari meja pertunjukan, dan ditancap di pelepah maka ia akan menanggung akibatnya. Pada pisang. Janturan biasanya dikelompokkan dengan umumnya, pementasan wayang golek berlangsung karakter dari tokoh wayang golek. Tokoh yang berlangsung kurang lebih 7-8 jam, yaitu pada malam memiliki karakter baik dan karakter jahat hari mulai pertunjukan dari pukul 21.00-04.00. Di (Rahmanisa, 2015). Tokoh yang dimainkan biasanya SAU pertunjukan wayang golek hanya ditampilkan lakon „Cepot‟. Dibawakan dengan selera humor demonstrasinya saja seperti peragaan bagaimana yang tinggi. Semua penonton yang memahami alur wayang berbicara, menari dan berkelahi atau cerita tertawa terbahak-bahak melihat pementasan perang. selama kurang lebih 15 menit ini. Secara lebih luas, temuan kajian ini juga Pertunjukan wayang golek ini sangat sarat menunjukan bahwa pertunjukan budaya, dalam hal dengan nilai-nilai pendidikan. Pesan-pesan ini kesenian, adat istiadat, nilai-nilai, dan kebiasaan pendidikan dan pesan moral sangat jelas terlihat. masyarakat Sunda merupakan konten utama yang Ada pendidikan tentang akhlak, ada realitas dalam dikemas oleh Udjo Ngalagena dalam aktivitas kehidupan bahwa ada yang baik dan ada yang jahat, kreatif dan pemberdayaan yang dilakukan di SAU. kebaikan pasti mengalahkan kejahatan, pesan-pesan Kekayaan konten budaya ini menjadi menarik untuk khusus buat segmen anak sekolah misalnya jangan dikembangkan karena di Indonesia potensi seni tawuran, jangan narkoba, belajar yang rajin dan lain budaya sangat besar untuk dikemas kembali, baik sebagainya. Ada pesan khusus misalnya, "jangan dari sisi pelestarian budaya maupun dikemas dalam ditiru ya itu ga baik, termasuk juga nilai-nilai yang kegiatan yang menghasilkan nilai ekonomi untuk umum seperti buang sampah pada tempatnya, mensejahterakan masyarakat (Musthofa, 2018). jagalah kebersihan dan lain-lain, itu selalu di Pertunjukan wayang golek di SAU telah sampaikan kalau audiesnya anak-anak sekolah” kata menunjukan keberhasilan dalam mengangkat tradisi Fazri humas SAU. lokal dalam pertunjukan sehingga menarik Pertunjukan Seni Wayang Golek Sunda di wisawatan yang pada akhirnya mendukung SAU adalah salah satu seni pertunjukan yang pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat. diminati penonton. Seni pertunjukan Wayang Golek Lebih dari itu, pengelolaan pertunjukan ini ternyata merupakan seni khas masyarakat Sunda berupa juga berkontribusi dalam meningkatkan pementasan boneka boneka kayu yang kesejahteraan masyarakat sebagai dampak dari menyerupai badan manusia lengkap dengan meningkatnya jumlah wisatawan dalam konteks kostumnya. Pada awalnya, wayang golek industri pariwisata. dipentaskan pada saat upacara-upacara adat, seperti upacara bersih desa, ngruwat, pergantian kepala SIMPULAN daerah dan lain sebagainya. Pengertian wayang Dari penelitian yang dilakukan di SAU sendiri dapat mengacu pada bayangan, pada dapat disimpulkan bahwa ada kreasi yang terus

53

Volume 8 Nomor 1, Januari – Juni 2020 P-ISSN 2355-5807 E-ISSN 2477 - 3433 menerus dalam pengemasan pertunjukan seni Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat. wayang golek. berhasil mengoptimalkan seni Jurnal Sosioinforma. Vol 4 No3, Sep-Des. pertunjukan budaya sunda yang ada dengan Doi: Https://Doi.Org/10.33007/Inf.V4i3.1600 mengemas menjadi seni pertunjukan yang kreatif, Pitana, G. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. inovatif, interaktif tanpa meninggalkan tradisi. Yogyakarta: Andi Offset. Saung Angklung Udjo mengemas seni pertunjukan Rahmanisa, W.N. (2015),” Invensi Tradisi: Atraksi wayang golek dengan cara mengoptimalkan waktu Wisata Berbasis Pelestarian dan pertunjukkan sehingga tidak terlalu lama dan Pengembangan Sanggar Kesenian Saung membosankan. Seni pertunjukan dikemas secara Angklung Udjo, Bandung, Jawa Barat”, singkat, padat, menghibur, dan interaktif, disajikan Skripsi, Departemen Antropologi, Fakultas dengan bilingual yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Depok. Inggris. Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 10 Secara teoritik, seni pertunjukan di SAU Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. telah menunjukan seni pertunjukan yang lengkap Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 11. dengan elemen-elemenya yaitu ada pemain Sekretariat Negara. Jakarta. (performer), penonton (audience), pesan (idea) dan Richards, G. (1996). Cultural Tourism in Europe, ketiganya merupakan jalinan atau hubungan Wallingford, CAB International. interaksi yang menyatu secara disengaja dan Richards, G. (2018). Cultural Tourism: A review of disadari. Rekomendasi yang dihasilkan dari recent research and trends. Journal of penelitian ini sebagai berikut; Agar suatu seni Hospitality and Tourism Management. Sept budaya ataupun seni tradisi dapat tetap bertahan di 2018 DOI: 10.1016/j.jhtm.2018.03.005. tengah derasnya arus globalisasi, maka pelaku seni https://www.sciencedirect.com/science/articl harus selalu mencari jalan baru untuk dapat tetap e/pii/S1447677018300755 kreatif, inovatif, interaktif sehingga dapat Rosyadi (2009). Wayang Golek: Dari Seni menghasilkan kemasan seni pertunjukan yang Pertunjukan Ke Seni Kriya (Studi tentang menghibur tanpa meninggalkan tradisi dan dapat Perkembangan Fungsi Wayang Golek di minati wisatawan sebagai alternatif destinasi Kota Bogor). pariwisata budaya. Sadono, S., Nugroho, C., & Nasionalita, K. (2019). Saran yang dapat disampaikan dari hasil Pewarisan Kesenian Wayang Golek di Jawa kajian ini adalah sebagai berikut; Mengingat saat ini Barat. JURNAL RUPA, 3(2), 150-163. kolaborasi antara seni tradisi dan sektor pariwisata doi:10.25124/rupa.v3i2.1822. sangat terlihat di SAU, maka pengelola jangan Setiawan, N.A. (2014). Strategi Promosi dalam pernah berhenti untuk melakukan terobosan- Pengembangan Pariwisata Lokal di Desa terobosan kreatif atas berbagai produk yang Wisata Jelekong.Jurnal Trikonomika Volume dihasilkan dan dipertunjukan di SAU. 13, No. 2, Desember 2014, Hal. 184–194 Perkembangan ekonomi kreatif menjadi peluang ISSN 1411-514X (print) / ISSN 2355-7737 untuk pengembangan pariwisata budaya dan Soedarsono, R.M. (1999). Seni Pertunjukan pariwisata kreatif dengan melibatkan banyak Indonesia dan Pariwisata. Bandung. stakeholder termasuk masyarakat sekitar. Sebagai Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. sebuah institusi yang keberadaannya ada ditengah- Bandung: CV. Alfabeta. tengah masyarakat, maka perlu terus meningkatkan kualitas dan kuantitas hubungan dan komunikasi dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, J. (2002). Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Haryanto, S. (1988). Pratiwimba adhiluhung: sejarah dan perkembangan wayang. Jakarta. Penerbit Djambatan. Ismayanti (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Musthofa, B.M. (2018). Pengembangan Budaya Menuju Kesejahteraan Budaya : Pelajaran Dari Pengembangan Masyarakat Di Saung

54