MERAWAT SENTIMEN ANTI JOKOWI (STUDI KASUS: PILKADA JAWA BARAT 2018)

Dr. Laila Kholid Alfirdaus, S.IP., MPP

Raden Muhamad Iqbal

[email protected]

[email protected]

Departemen Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRACT General elections are a product of the democratic system. has several general elections, from the smallest (village) level to the presidential election. The journey of a heterogeneous democratic country has many problems, especially since many ethnic groups, races, and religions in Indonesia are involved in politics. Although ideally, identity politics is not good enough in the course of a democratic country, until now the issue of identity politics is still widely used. One of them is an expression of identity politics in which was used by the and pairs in the 2018 West Java Pilkada with the use of the hashtag # 2019GantiPresiden. Therefore, this study aims to determine and analyze what factors make identity politics and other entities used during the 2018 West Java regional elections, so that things that are not predicted will happen in the real world.

This research method uses the Mix Method research method, where quantitative research is the main method. Qualitative research is a supporting method. Quantitative data were obtained from 96 respondents in West Java, especially in Bogor, Sukabumi, , and Regencies. Qualitative data were obtained from 2 sources from the Gerinda Party and PKS.

The results show that West Java culture is still very thick with its religious atmosphere, in which Islam is the majority religion of voters and is the reason for choosing candidates for the 2018 West Java gubernatorial running mate. In addition to having an impact on the results of the 2018 West Java regional election, West Java society is also polarized by an identity group voicing the hashtag # 2019ChangePresident and able to shape the behavior of the people (voters) in making choices in the 2019 elections. Then the impact of identity politics in West Java, many West Javanese people identify Jokowi with China. Judging from Jokowi's policies and political attitudes and the # 2019GantiPresiden hashtag which was able to arouse and hold back anti-Jokowi sentiment in West Java. The Prabowo and pair dominate and nearly win votes in every district in West Java.

Keywords: Pilkada, Identity Politics, Voter Behavior

Pendahuluan syaikhu - sudrajat memanfaatkan moment Kontestasi pemilihan gubernur Jawa Barat nasional ini sebagai bentuk menarik simpati 2018 lalu meninggalkan beberapa catatan untuk menaikkan perolehan suara di yang realitasnya diluar prediksi dari lembaga kontestasi pilkada dan mengindikasikan survei, prediksi elit politik maupun bahwa pasangan Ahmad syaikhu - sudrajat elektabilitas dari masing-masing pasangan ini menghidupkan sentimen anti Jokowi calon. Pasangan – pasangan yang memiliki untuk melemahkan elektabilitas Jokowi di elektabilitas kuat seperti pasangan Ridwan pemilu2019. Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum, Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi yang menjadi Pesan yang disampaikan oleh pasangan no 3 kandidat terkuat untuk memenangkan Pilgub pilkada Jawa Barat Sudrajat – Ahmad Jawa Barat 2018. Kasus salah prediksi terjadi Syaikhu saat debat pemilu yang mendukung juga di Amerika Serikat meskipun negara ini perubahan pemerintahan nasional. Namun sangat dikenal memiliki tradisi riset opini walaupun beda koridor dikarenakan yang sangat kuat. Truman yang dicalonkan konteksnya daerah, tapi realitasnya pasangan Partai Demokrat dan penantangnya Thomas Ahmad syaikhu - sudrajat dapat melonjakan E. Dewey yang dicalonkan Partai suara di kontestasi pilkada, sekaligus Republik. Truman menang telak dengan mematahkan prediksi lembaga survei dalam merebut 303 dari 531 electoral memprediksi elektabilitas dari pasangan votes. Meskipun demikian, kemenangan calon Pilgub Jawa Barat, khususnya Truman saat itu cukup tipis bila mengacu pasangan Ahmad syaikhu - sudrajat. pada perolehan suara yang mencapai 49,6% berbanding perolehan Dewey sebesar 45,1%. Para elite agama mempunyai modal sosial Pasangan calon no urut 3 Sudrajat dan ahmad dan simbolik berupa jama’ah, pengetahuan syaikhu ramai diperbincangkan karena agama dan charisma, yang membuat dirinya lonjakan suara yang pesat saat hari dipatuhi oleh segenap masyarakat di pemilihan. Strategi yang cukup kontroversial daerah. Silahturahmi politik yang dilakukan diduga menggunakan fenomena tagar yang kandidat mengindikasikan bahwa pengaruh ramai di perbincangkan oleh warganet yakni elite agama terhadap masyarakat sangat tagar #2019GantiPresiden. Pasangan Ahmad besar. aksi-aksi,dijalanan Jika dilihat dari politik identitas bagaimana isu-isu agama sering dijadikan bahasan yang Jawa Barat dengan politik identitas yang cukup sensitif sehingga terjadilah kuat, latar belakang secara historis kelompok pergerakan-pergerakan oleh masyarakat yang "islam keras" ini sangat rawan sekali dengan tertarik akan hal itu, secara tidak langsung sentimennya terhadap agama, latar belakang masyarakat turut menyuarakan dari masyarakat Jawa Barat sendiri yang bisa aspirasinya, sehingga partisipasi politik juga di manfaatkan oleh calon pasangan yang meningkat. Oleh karena itu isu kegamaan diusung oleh partai politik dengan latar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh belakang islam dan mengeluarkan isu yang berbagai elit politik yang memiliki memang sedang hangat dibicarakan oleh kepentingan yakni mengunggah sentimen nasional, dalam arti isu nasional yang dibawa anti jokowi dengan berbagai faktor salah oleh calon pasangan lokal sebagai isu utama satunya faktor keagamaan dengan konteks dalam dinamika pilkada Jawa Barat. Selain budaya politik yang berkembang di itu secara geografis wilayah Jawa Barat yang indonesia. Budaya politik cenderung kearah berdekatan langsung DKI yang saat sebagai sikap dan prilaku politik individu Pilkada kemarin menggunakan isu agama maupun kelompok sehingga budaya politik sebagai strategi pemenangan pasangan Anis- mempunyai refleksi terhadap kelembagaan Sandi, yang dimana saat itu terlahir gerakan politik hingga proses politik, secara tidak 212 sebagai gerakan terbesar yang langsung yang mendasari sistem politik yang digerakkan diatas kepentingan agama dengan ada diindonesia ialah budaya politik , di Jawa bermuatan politik. Melihat fenomena yang Bara , isu mengenai politik identitas hampir menarik tersebut, skripsi ini berupaya berasal dari sentimen agama. " Dikalangan memperoleh pemahaman lebih lanjut. muslim, berangkat dari kebijakan publik Metode Penelitian politik lokal yang terlahir dari aspirasi yang melahirkan peraturan daerah, yang oleh Penelitian ini merupakan penelitian mix sebagian orang menyebutnya sebagai "Perda methods, yaitu suatu langkah penelitian Syariah , dijalur lain, lahir pula beberapa dengan menghubungkan dua bentuk kelompok massa yang berbasis agama islam pendekatan dalam penelitian, yaitu yang memperjuangkan aspirasinya dengan kualititatif dan kuantitatif. Penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian ini menggunakan teknik proportional area kualitatif dengan penelitian kuantitatif random sampling. Dimana sampel yang (Creswell, 2010:5) Sedangkan menurut diambil setiap Kabupaten/Kota yang Sugiyono (2011:18) Mix Methods adalah memiliki perolehan suara tertinggi dari metode penelitian dengan pasangan Ahmad syaikhu dan sudrajat . Hal mengkombinasikan antara dua metode ini dilakukan karena jumlah populasi pemilih penelitian sekaligus, kualitatif dan kuantitatif tetap setiap Kabupaten/Kota tidak sama. dalam suatu kegiatan penelitian sehingga Hasil dan Pembahasan akan diperoleh data lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif Analisis PengaruhTagar #2019GantiPresiden terhadap Lompatan Suara Pasangan Sudrajat Penelitian Kuantitatif menggunakan tipe dan Ahmad Syaikhu di Pilkada Jawa Barat penelitian deskriptif, penilitian ini bertujuan 2018 untuk mendeskripsikan suatu gejala atau fenomena sosial yang terjadi di pilkada Jawa Realita di lapangan memang cukup sulit Barat 2018 yang dimaksud disini ialah ditebak, karena politik itu merupakan fenomena lonjakan suara pasangan sudrajat fenomena sosial, tidak selalu a+b=c tapi bisa dan ahmad syaikhu. Menurut Nazir (1988: saja a+b=F. Jawa Barat 2018 lalu memang 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian, pemenang kontestasi politik ialah pasangan metode deskriptif merupakan suatu metode dan Uu Ruhzanul Ulum, tapi dalam meneliti status sekelompok manusia, kontestasi di Jawa Barat lalu meninggalkan suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem fenomena politik yang cukup menarik pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada perhatian. Dimana pasangan Sudrajat dan masa sekarang. Tujuan dari penelitian Ahmad Syaikhu yang perolehan suaranya deskriptif ini adalah untuk membuat melonjak saat hari H, diluar perhitungan dari deskripsi, gambaran, atau lukisan secara lembaga survei. sistematis, faktual dan akurat mengenai Menurut Dendy Sugiono (2008, fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia fenomena yang diselidiki. hlm.29) menjelaskan tentang Elektabilitas partai politik berarti tingkat keterpilihan partai politik di publik, elektabilitas partai Harry S. Truman yang dicalonkan Partai tinggi berarti partai tersebut memiliki daya Demokrat dan penantangnya Thomas E. pilih yang tinggi. Untuk meningkatkan Dewey yang dicalonkan Partai Republik. elektabilitas maka objek elektabilitas harus Truman diprediksi oleh banyak kalangan, memenuhi kriteria keterpilihan dan juga termasuk lembaga riset opini, akan kalah oleh populer. Elektabilitas politik memang diukur Dewey. Bahkan the Chicago Daily Tribune’s melalui citra seseorang, semakin banyak menulis headline “Dewey Defeats Truman” seseorang memiliki citra yang baik dan pada pagi hari menjelang pemilihan Presiden simpati orang banyak pun akan semakin Amerika tahun 1948. Namun, secara besar, maka tidak heran dalam kontestasi mengejutkan hasil survei opini itu gagal politik elektabilitas menjadi salah satu faktor membuktikan prediksinya. Truman menang utama dalam menggaet suara. Kondisi ini pun telak dengan merebut 303 dari 531 electoral dibenarkan dengan kondisi masyarakat votes. Meskipun demikian, kemenangan Indonesia yang masih belum banyak Truman saat itu cukup tipis bila mengacu teredukasi secara politik, yang dimana pada perolehan suara yang mencapai 49,6% banyak pemilih-pemilih identitas, pemilih berbanding perolehan Dewey sebesar 45,1%. irasional sehingga tren citra politik masih (Penelitian Politik.10(1).2013) layak untuk diperhitungkan. (2008, dalam Hal ini menjadi perhatian khusus tim Kamus Besar Bahasa Indonesia hlm.29) kampanye pasangan Sudrajat dan Ahmad Awal kampanye pilkada Jawa Barat Syaikhu, bagaimana caranya untuk bisa 2018, elektabilitas dari pasangan Sudrajat meng-up elektabilitas dari pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu sangatlah kecil, dalam dan Ahmad Syaikhu, sehingga munculah ide survei yang dilakukan oleh lembaga survei tagar #2019GantiPresiden yang membantu pun selalu diangka dibawah 10%. Kasus meng-up elektabilitas. salah prediksi terjadi juga di Amerika Serikat Menurut Anthoni Down (1957) yang meskipun negara ini sangat dikenal memiliki menyatakan bahwa pemilih bukan lah tradisi riset opini yang sangat kuat. Salah satu wayang yang tidak memiliki kehendak peristiwa bersejarah dalam kancah riset opini bebas dari dalangnya dan orientasi pemilih Amerika terjadi saat pemilihan Presiden dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu: Amerika tahun 1948. Pemilu saat itu menghadapkan sang petahana (incumbent) a) Faktor eksternal: Orientasi isu-isu yang berpusat pada mendatangi orang-orang yang pilihannya pemecahan persoalan yang dihadapi dianggap masih ragu dan dapat dibujuk atau masyarakat dan diangkat menjadi visi, misi, diancam untuk mengubah sikap dan pilihan tujuan serta kebijakan program kerja. politik mereka.

b) Faktor internal: Tim kampanye Pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu memang cukup lihai dalam figur dan karakter kandidat melalui menarik simpati masyarakat. Menjadikan pembentukan image berupa citra, reputasi tagar #2019GantiPresiden sebagai modal di dan kredibilitas tanpa memperhatikan media sosial, pun juga door to door dan labelpartainya. memasarkan kebawah sampe grassroot Faktor eksternal ini yang merupakan tagar dilakukan. Menurut O’Shaughnessy (2001; #2019GantiPresiden yang mempengaruhi 65) dalam Firmanzah (2007; 24) marketing pola pikir masyarakat dalam memilih, yang politik tidak menjamin sebuah dibuktikan juga di kuesioner yang sudah kemenangan, tapi menyediakan tools disebar oleh peneliti. Dimana diantara yang bagaimana menjaga hubungan dengan memilih pasangan Sudrajat dan Ahmad pemilih untuk membangun kepercayaan Syaikhu hampir setengahnya terpengaruh dan selanjutnya memperoleh dukungan oleh tagar #2019GantiPresiden (Down, suara dan gerak aktor politik yakni 1957) pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu yang menarik kelompok tertentu yakni Untuk faktor internalnya, door to door masih Islam juga menjadi salah satu poin menjadi opsi kampanye dari tim kampanye pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu. dalam memperoleh suara. Sebagaimana Imawan (1997; 60) dalam Amir (2006; 14) pendapat Rogers (1983) memiliki tendensi merumuskan beberapa teknik salah satunya untuk memilih aktor politik atau Kampanye dari rumah ke rumah (door to membangun afiliasi politik kepada door campaign), yaitu calon kepala Kampung kelompok yang diyakini memiliki mendatangi langsung para pemilih sambil kesamaan-kesamaan, seperti etnis, menanyakan persoalan-persoalan yang pekerjaan, ketrampilan, dan daerah. dihadapi. Kampanye ini efektif dilakukan Bahkan mereka membangun jaringan sosial pada pemilihan umum tahun 1955, dengan melalui hubungan-hubungan personal dan komunal seperti hubungan pekerjaan, Penemuan penelitian memperkuat hipotesis faktor agama, dan kepentingan bahwa Ha3: Ada hubungan antara Tagar (Boissevain, 1972). Latar belakang #2019GantiPresiden (X1) dan perilaku pemikiran pragmatis kelompok diáspora pemilih (X2) dengan pilihan masyarakat (Y). cenderung membentuk pola relasi dengan Hal ini sejalan dengan penemuan penelitian elit politik lokal dalam balutan politik bahwa tagar #2019GantiPresiden sangat transaksional dan klientelisme. (Politika. mempengaruhi di kalangan anak muda dan 9(2).2018) masyarakat perkotaan dan perilaku pemilih yang di dasarkan pada faktor politik identitas Politik identitas di Jawa Barat yang dan budaya politik lahir dari berbagai peristiwa, diantaranya saat pemberontakan DI/TII 1950-an. Pasca Pemilu 2019 memang kembali dimenangkan soeharto turun dari posisinya sebagai oleh petahana, akan tetapi dalam presiden pada tahun 1998, momen bersejarah kontestasinya, elektabilitas pak Jokowi saat itu jadi momentum juga untuk kebangkitan itu menurun terutama di daerah Jawa Barat. politik identitas di Jawa Barat. Banyak Sehingga tagar #2019GantiPresiden yang kelompok-kelompok saat itu menyuarakan dipelopori oleh partai PKS, yang aspirasi ke kebijakan lokal yang dinamakan notabenenya partai islam membuat “perda Syariah”. elektabilitas Pak jokowi di Jawa Barat menurun, sehingga kekalahan Pak Jokowi di Tagar #2019GantiPresiden sebagai Jawa Barat tidak bisa dihindarkan bahkan bentuk ekspresi dari politik identitas di Jawa hampir semua kabupaten dan kota di Jawa Barat. Latar belakang Jawa Barat yang Barat pak Jokowi kalah. islamis menjadikan politik identitas menjadi strategi yang cukup baik untuk bisa meraup Sentimen anti Jokowi yang suara di pemilihan daerah maupun presiden. dilayangkan oleh tagar #2019GantiPresiden Pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu sukses membuat elektabilitas Jokowi di Jawa menjadi contoh suksesnya strategi politik Barat menurun. Budaya politik dimana identitas di Jawa Barat dengan suara yang masyarakat dengan sentimen politik identitas jauh dari prediksi dari lembaga survei. dalam konteks agama memang cukup diuntungkan karena menurut Hebert Feith, Analisis Temuan Penelitian terhadap sistem politik di Indonesia di dominasi oleh Sentimen Anti Jokowi budaya politik aristokrat Jawa dan beliau, dari pembangunan infrastruktur yang wiraswasta Islam dan menurut C. Geertz, di massif, hingga menentukan sebuah Indonesia terdapat budaya politik priyayi, kebijakan. Carl J Federick sebagaimana santri dan abangan. (Subair, Jurnal dialektika dikutip Leo Agustino(2008:7) 9, 2015: 34-46) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang Tagar #2019GantiPresiden menjadi diusulkan seseorang, kelompok atau propaganda yang terstruktur dan tersistematis pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dalam menurunkan elektabilitas pihak lawan dimana terdapat hambatan-hambatan dan menaikan elektabilitas yang menjadi (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan- pengusung tagar tersebut. Menurut Jacques kesempatan terhadap pelaksanaan usulan Ellul (1965: 105) dalam Nimmo (2005: 65), kebijaksanaan tersebut dalam rangka propaganda didefinisikan sebagai mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga komunikasi yang digunakan oleh suatu menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan kelompok terorganisasi yang ingin perilaku yang memiliki maksud dan tujuan menciptakan partisipasi aktif atau pasif merupakan bagian yang penting dari definisi dalam tindakan tindakan suatu massa yang kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan terdiri atas individu-individu, dipersatukan harus menunjukan apa yang sesungguhnya secara psikologis melalui manipulasi dikerjakan daripada apa yang diusulkan psikologis dan digabungkan dalam suatu dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah. organisasi. Definisi dari Ellul tersebut menghasilkan ciri-ciri utama dari Melihat elektabilitas Jokowi di Jawa propaganda, yaitu: (1) komunikasi satu- Barat terutama saat sebelum pemilu 2019 kepada-banyak, (2) beroperasi kepada orang- menurun, banyak faktor yang menyebabkan orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai elektabilitas Jokowi menurun, namun salah anggota kelompok, (3) sebagai mekanisme satu terkuatnya ialah ke identikan Jokowi kontrol sosial dengan menggunakan persuasi dengan Cina. Ketika segala hal yang untuk mencapai ketertiban dalam dilakukan terutama saat menentukan sebuah masyarakat. kebijakan dan di intervensi oleh pihak luar (Cina) membuat banyak masyarakat tidak Priode 2014-2019 Pak Jokowi mempercayai kembali. Sehingga melihat memimpin, banyak hal yang dilakukan oleh hasil pemilu 2019 di Jawa Barat, tidak heran kalau pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno dari tiga tipologi pemikiran Munawir yang mendominasi pemilih di Jawa Barat. Sjadzali, yakni pertama, kelompok yang Berarti bahwa masyarakat di Jawa Barat menyatakan bahwa islam merupakan agama sudah paham secara pemahaman kondisi yang sempurna, yang mengatur seluruh aspek pemerintah saat itu, yang memang realitanya kehidupan, termasuk mengatur negara. pihak luar (Cina) mengintervensi kebijakan Disini yang dimaksud dari yang keluar. pendekatan sosiologis ialah perilaku pemilih Dari Penemuan penelitian diatas, berdasarkan pendekatan sosiologis, sehingga dapat kita ketahui bahwa agama sangat pada realitas di lapangan terutama di Jawa berpengaruh dalam pemberian dukungan Barat bahwa pemilih memilih pasangan terhadap pasangan Sudrajat dan Ahmad Sudrajat dan Ahmad Syaikhu dipengaruhi Syaikhu dalam pemilihan gubernur jawa oleh faktor agama. Jawa Barat dengan politik barat pada 2018. Hal ini ditambah dengan identitas yang kuat, latar belakang secara sentiment anti jokowi yang di identikan historis kelompok “islam keras” ini sangat dengan anti islam, sesuai dengan hasil rawan sekali dengan sentimennya terhadap penemuan yang dimana menyatakan bahwa agama, latar belakang dari masyarakat Jawa mayoritas pemilih dari pasangan Sudrajat dan Barat sendiri yang bisa di manfaatkan oleh Ahmad Syaikhu itu beragama islam. calon pasangan yang diusung oleh partai Mayoritas alasan memilih berdasarkan politik dengan latar belakang islam . agama, sama halnya dengan pemilihan Dikalangan muslim, berangkat dari kebijakan presiden, yang dimana di Jawa Barat, publik politik lokal yang terlahir dari aspirasi perolehan suara pasangan Prabowo dan yang melahirkan peraturan daerah, yang oleh Sandiaga Uno lebih tinggi dari pasangan sebagian orang menyebutnya sebagai “Perda Jokowi dan Ma’ruf Amin. Selaras dengan Syariah , dijalur lain, lahir pula beberapa argument dari Saiful Mujani, R. William kelompok massa yang berbasis agama islam Liddle dan Kuskridho Ambardi dalam yang memperjuangkan aspirasinya dengan bukunya Kuasa Rakyat (2012), menjelaskan aksi-aksi dijalanan. Kelompok-kelompok bahwa faktor agama menjadi hal yang seperti FPI, MMI dan FUI, seringkali turun dipercaya sangat berpengaruh dalam konteks ke jalan untuk memperjuangkan aspirasi pendekatan sosiologis dan Interpretasi agama yang dibawa oleh kelompok tersebut, semacam itu sejalan dengan tipologi pertama berkaitan dengan fenomena tersebut Jawa Barat menjadi sorotan dikarenakan, secara berasal dari sentimen agama. Sama halnya historis, Jawa Barat ini memiliki catatan dengan ke identikan jokowi dengan anti sendiri soal kelompok “islam keras” salah islam, yang sukses menurunkan elektabilitas satu momen historis sebelum orde baru di Jawa Barat, selaras dengan argumen adalah pemberontakan DI/TII 1950an. Hebert Feith, sistem politik di Indonesia di dominasi oleh budaya politik aristokrat Jawa Dalam konteks agama, tentu dan wiraswasta Islam dan menurut C. Geertz, membahas mengenai politik identitas. Politik di Indonesia terdapat budaya politik priyayi, identitas yang merupakan tindakan politis santri dan abangan. Oleh karena itu isu dimana mengedepankan kepentingan kegamaan dapat dimanfaatkan dengan baik kepentingan dari suatu kelompok yang oleh berbagai elit politik yang memiliki memiliki identitas atau karakteristik yang kepentingan, yakni mengunggah sentimen sama, baik berdasarkan pada ras, agama, anti jokowi dengan berbagai faktor. Salah gender, suku dsb. Sehingga ketika kita satunya faktor keagamaan dengan konteks membicarakan politik identitas, maka akan budaya politik yang berkembang di membahas juga mengenai perbedaan. Selaras indonesia. dengan argumen Agnes Heller mengambil definisi politik identitas sebagai konsep dan Dari penemuan penelitian diatas juga, gerakan politik yang fokus perhatiannya kita mengetahui bahwa faktor lain adalah perbedaan (difference) sebagai suatu menurunnya elektabilitas jokowi ialah ke kategori politik yang utama (Abdilah S, identikkannya dengan cina. Dalam penemuan 2002: 16). Oleh karena perbedaan itu lah penelitian, hampir setengah responden muncul politik identitas di Jawa Barat. menyetejui bahwa jokowi identik dengan cina, dan ketika isu ini semakin berkembang Budaya politik cenderung kearah di kalangan masyarakat, maka sebagai sikap dan prilaku politik individu berkemungkinan besar elektabilitas dari maupun kelompok sehingga budaya politik jokowi menurun. Hal ini selaras dengan mempunyai refleksi terhadap kelembagaan argumen Dieter Roth (2012) yang politik hingga proses politik. Secara tidak menjelaskan bahwa pendekatan sosial langsung yang mendasari sistem politik yang psikologis berusaha untuk menerangkan ada diindonesia ialah budaya politik di Jawa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Barat . Isu mengenai politik identitas hampir keputusan pemilu jangka pendek atau keputusan yang diambil dalam waktu yang Kesimpulan singkat. Hal ini berusaha dijelaskan melalui Dapat ditarik kesimpulan pada trias determinan, yakni identifikasi partai, penelitian ini, bahwa Penggunaan tagar orientasi kandidat dan orientasi isu/utama. #2019GantiPresiden yang memang saat itu Inti dasar pemikiran ini dituangkan dalam hangat diperbincangkan, sukses bentuk sebuah variabel yakni identifikasi meningkitkan elektabilitas pasangan Sudrajat partai (party identification). dan Ahmad Syaikhu atau saat pilpres Merawat Sentimen Anti Jokowi, merawat Prabowo dan Sandiaga Uno. Budaya politik disini dimaksudkan bahwa pihak oposisi masyarakat dengan masih panasnya politik khususnya termasuk pencetus identitas di Jawa Barat. Dimana islam yang #2019GantiPresiden melakukan proses untuk diuntungkan selama pemilihan berlangsung, bisa terus memunculkan sentiment anti membuat pasangan Sudrajat dan Ahmad Jokowi di Jawa Barat. Syaikhu serta di pilpres Prabowo dan Sandiaga Uno di untungkan. Tagar #2019GantiPresiden dimaksudkan sebagai alat untuk merubah pandangan Mengenai lonjakan suara dari masyarakat Jawa Barat dalam memilih saat pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu pilpres 2019. Karena Jawa Barat sendiri dalam pilkada Jawa Barat yang memang di memiliki pemilih terbanyak di Indonesia dan gadang-gadang berasal dari munculnya tagar bisa menjadi langkah yang bagus untuk #2019GantiPresiden saat debat kampanye di meraup suara di kancah nasional. televisi. Dapat diketahui ketika peneliti melakukan wawancara mendalam, bahwa Isu Jokowi anti islam dan anti cina model kampanye door to door tetap memang sedang marak saat itu, sehingga digunakan oleh tim kampanye. Sehingga menurunnya elektabilitas jokowi di Jawa beberapa kalangan masyarakat yang tidak Barat yang cukup signifikan. Hal ini tersentuh dengan tagar #2019GantiPresiden menunjukan bahwa politik identitas dan bisa tersentuh juga oleh tim kampanye budaya politik yang menurut C. Geertz ialah pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu dan priyayi, santri dan abangan cukup relevan di bisa terpengaruh pilihannya dalam pilkada Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Jawa Barat 2018.

Saran Creswell. 2009. Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan dan Campuran Edisi I. Yogyakarta: Pustaka memberikan rekomendasi saran-saran yang Pelajar, Hlm. dapat digunakan untuk penelitian-penelitian Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, selanjutnya terutama mengenai perilaku Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. pemilih di Jawa Barat Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit. 1. Pengembangan penelitian selanjutnya bisa diperdalam lagi dengan pembahasan Kolne.Festianto.2018. Jurnal Politika: politik budaya politik di Jawa Barat dengan etnis flores timur di kabupaten timor tengah melakukan penelitian kuantitatif yaitu utara pada pemilihan kepala daerah (pilkada) melakukan survey kepada publik, sejauh 2015.9(2).82-92 mana budaya politik itu mempengaruhi Mujani, Saiful, R. William Liddle, dan pilihan baik di tingkat terendah hingga Kuskridho Ambardi. (2012). Kuasa Rakyat. tertinggi yakni pemilihan presiden. Jakarta : Mizan Publika. 2. Untuk penelitian selanjutnya Sobari Wawan.2013. Jurnal Penelitian mengenai pengaruh tagar ke pilihan Politik: elektabilitas dan mitos pemilih masyarakat diharapkan bisa melakukan rasional: debat hasil-hasil riset opini penelitian lanjutan di lapangan, sehingga bisa menjelang pemilu 2014. 10(1).59-84 mengetahui dan memperdalam informasi yang dibutuhkan peneliti terhadap responden Subair, Jurnal dialektika 9, 2015: 34-46 di lapangan Widayanti, Titik. 2009. Politik Subalter: Daftar Pustaka Pergulatan Identitas Waria. UGM. Yogyakarta. Abdillah, Ubed S (2002). Politik Identitas Etnis Pergulatan Tanpa Tanda Identitas. Magelang, Indonesiatera

Andrew Heywood. Politik. Jakarta: Pustaka

Pelajar. 2014