RAKP KAB. TANAH DATAR

i

RAKP KAB. TANAH DATAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………… i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. ii DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………. iii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………… iii EXECUTIVE SUMMARY…………………………………………………………………………. v BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1 1.2 Tujuan RAKP………………………………………………………………….. 4 1.3 Landasan Hukum……………………………………………………………. 4 1.4 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 4 BAB II PROFIL KOTA PUSAKA…………………………………………………………….. 6 2.1 Sejarah Perkembangan Kabupaten Tanah Datar………………………. 6 2.1.1 Asal Masyarakat Tanah Datar Menurut Tambo dan Sejarah…………………………………………...... 8 2.1.2 Menurut Tambo………………………………… 9 2.1.3 Luhak Tanah Datar (Luhak Nan tuo)………………………… 14 2.1.4 Minangkabau Menurut Sejarah………………………………. 17 2.1.5 Kerajaan Alam Minangkabau Pada Masa Islam…………… 17 2.1.6 Perang Paderi, Keruntuhan Kerajaan Pagaruyung dan Zaman Kolonial……………………………………………………. 19 2.2 Signifikansi, Otensitas/Keaslian/integritas…………………………….. 31 2.2.1 Pernyataan Arti penting…………………………………………. 31 2.2.3 Pernyataan Keaslian atau Otensitas………………………… 31 2.3 Atribut Kota Pusaka………………………………………………………… 32 2.3.1 Aset Pusaka Alam…………………………………………………. 32 2.3.2 Aset Pusaka Saujana…………………………………………….. 35 2.3.3 Aset Pusaka Budaya………………………………………………. 110 BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI…………………………………………. 116 3.1 Tujuan……………………………………………………………………………. 116 3.2 Arah Kebijakan……………………………………………………………….. 117 3.3 Strategi…………………………………………………………………………… 118 BAB IV PENGELOLAAN KOTA PUSAKA……………………………………………………. 119 4.1 Rencana Pengembangan Kota Pusaka……………………………………. 119 4.2 Rencana struktur dan Pola Ruang Kota Pusaka…………………….. 119 4.3 Rencana Pengembangan Kelembagaan………………………………… 120 4.4 Rencana Pemberdayaan Masyarakat…………………………………… 119 BAB V PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS…………………………………………….. 126 5.1 Inventarisasi dan Deskripsi Sebaran Aset Pusaka dan Penetapan Kawasan Prioritas…………………………………………………………… 128 5.1.1 Deskripsi Benda Cagar Budaya disekitar Kawasan Batusangkar : Bangunan……………………………………….. 130 5.1.2 Deskripsi Benda Cagar Budaya disekitar Kawasan Batusangkar : Situs………………………………………………. 168 5.1.3 Deskripsi Benda Cagar Budaya disekitar Kawasan Batusangkar : Kawasan…………………………………………. 169 5.2 Konsep dan Kebijakan dalam Penataan serta Pengembangan Kawasan Prioritas Cagar Budaya di Kota Batusangkar……………. 175 BAB VI ARAHAN DAN INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA………………………………………………………………………… 177 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 182

ii

RAKP KAB. TANAH DATAR

DAFTAR TABEL TABEL 2.1 Nama dan Lokasi Benda Cagar Budaya di Kabupaten 36 Tanah Datar TABEL 2.2 Daftar Inventarisir Status Benda Cagar Budaya di 37 Kabupaten Tanah Datar TABEL 3.1 Daftar Periodesasi dan Jenis Benda Cagar Budaya di 40 Kabupaten Tanah Datar TABEL 4.1 Organisasi Masyarakat/Komunitas terkait Pelestarian 141 Budaya dan Pusaka di Kabupaten Tanah Datar

TABEL 6.1 Arahan Indikasi Program Penataan dan Pelestarian 169 Kota Pusaka Kabupaten Tanah Datar

DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tanah Datar 7 GAMBAR 2.2 Batu Batikam di Situs Medan Nan Bapaneh Kubu Rajo 11 GAMBAR 2.3 Luhak Tanah Datar dan Wilayah Rantaunya 16 GAMBAR 2.4 Benteng Van der Capellen di Kota Batusangkar 21 GAMBAR 2.5 Peta Afdeeling Tanah Datar Tahun 1935 22 GAMBAR 2.6 Onderafdeeling, Fort Van der Capellen 23 GAMBAR 2.7 Peta Onderafdeeling, Fort Van der Capellen 24 GAMBAR 2.8 Daftar -Nagari dibawah Afdeeling Tanah datar dan 25 Onderafdeeling Fort Van der capellen GAMBAR 2.9 Nagari-Nagari dibawah Afdeeling Tanah datar dan 26 Onderafdeeling Fort Van dr Capellen, Distrik Batusangkar GAMBAR 2.10 Struktur Kawasan Batusangkar Tahun 1893 28 GAMBAR 2.11 Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1930 28 GAMBAR 2.12 Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1943 29 GAMBAR 2.13 Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1945 29 GAMBAR 2.14 Struktur Kawasan Kota Batusangkar tahun 2013 30 GAMBAR 2.15 Peta perkembangan Batusangkar dilihat dari struktur pola 30 jalan GAMBAR 2.16 Peta Penyebaran Benda cagar Budaya di Kabupaten Tanah 42 Datar GAMBAR 2.17 Peta Klasifikasi Benda Cagar Budaya di Kabupaten Tanah 43 Datar GAMBAR 2.18 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya Berdasarkan Periode 44 Masa di Kabupaten Tanah Datar GAMBAR 2.19 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya Kabupaten Tanah 45 Datar Periode Masa Hindu Budha GAMBAR 2.20 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya Kabupaten Tanah 46 Datar Periode Masa Islam GAMBAR 2.21 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya Kabupaten Tanah 47 Datar Periode Masa Kolonialisme Belanda-Jepang GAMBAR 2.22 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya Kabupaten Tanah 48 Datar Periode Masa Tradisional GAMBAR 2.23 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya Kabupaten Tanah 49 Datar Berdasarkan status Penetapan GAMBAR 5.1 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya di sekitar Kawasan 171 Kota Batusangkar

iii

RAKP KAB. TANAH DATAR

GAMBAR 5.2 Peta Citra Kawasan Kta Batusangkar: 172 GAMBAR 5.3 Peta Sebaran Benda Cagar Budaya pada kawasan Prioritas 173 di Kota Batusangkar GAMBAR 5.4 Perbandingan pola dan kondisi Benda Cagar Budaya antara 174 zaman kolonialisme dengan kondisi sekarang di Kawasan Kota Batusangkar

iv

RAKP KAB. TANAH DATAR

EXECUTIVE SUMMARY

Kabupaten Tanah Datar adalah salah satu dari 19 Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Ditinjau dari sisi sejarah, daerah ini memiliki catatan yang cukup panjang. Keberadaan Tanah Datar tidak bisa dilepaskan dengan sejarah dan perkembangan suku Minangkabau, salah satu suku dan etnis yang ada di . Kabupaten Tanah Datar dikenal masyarakat Sumatera Barat sebagai “Luhak Nan Tuo” atau daerah yang dituakan. Menilik sejarah dan perkembangan dari masa ke masa, Kabupaten Tanah Datar ini memiliki potensi sumber daya budaya yang sangat banyak. Nilai penting kawasan ini dapat dilihat dari aspek sejarah, nilai penting situs cagar budaya, kawasan maupun sosial budaya. Nilai penting dan keistimewaan Kabuapten Tanah Datar antara lain adalah : 1. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah asal dan berkembangnya Suku dan Budaya Minangkabau; 2. Kabupaten Tanah Datar memiliki peninggalan sejarah yang bervariasi dan cukup lengkap. Berbagai peninggalan purbakala yang merupakan aset pusaka baik ragawi maupun non ragawi di Tanah Datar berasal dari beragam tradisi dan budaya, mulai dari zaman prasejarah, Hindu-Budha, Islam, zaman penjajahan kolonial dan tradisional; 3. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang terkaya dengan peninggalan Prasasti Melayu Kuno sekitar abad (13-14 M). Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat ditemukan bahwa sampai tahun 2016, benda Cagar Budaya/Situs yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar yang telah diinventarisasi berjumlah 72 buah, 32 diantaranya telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya nasional. Benda Cagar Budaya/Situs tersebut tersebar ke dalam 14 Kecamatan di wilayah kabupaten Tanah Datar; 4. Kabupaten Tanah Datar merupakan tempat berdirinya Kerajaan Minangkabau atau Kerajaan Pagaruyung. Dari benda situs dan kawasan bersejarah yang ditemukan menjadi bukti bahwa di sini pernah berdiri sebuah peradaban Melayu yang luar biasa, dimana menurut beberapa ahli dapat menyaingi peradaban di Pulau Jawa; 5. Kabupaten Tanah Datar juga memiliki sejarah yang cukup panjang di zaman penjajahan kolonial. Berbagai bangunan peninggalan kolonial

v

RAKP KAB. TANAH DATAR

masih bisa kita temui dan saksikan di kabupaten ini terutama di kawasan Kota Batusangkar. Seiring dengan diterimanya usulan proposal P3KP Kabupaten Tanah datar maka untuk tahapan selanjutnya dilaksanakan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Tanah Datar yang akan dijadikan sebagai basis pelaksanaan dan instrumen dari Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar bersama dengan stakeholder yang terkait dengannya dalam rangka mencapai predikat Kota Pusaka Indonesia. Dalam pelaksanaan Program P3KP perlu ditetapkan Kawasan Prioritas Pusaka diamana dikawasan ini nantinya penatan dan pelestarian aset pusakanya diprioritaskan karena memilik aset pusaka yang penting yang harus dilindungi sehingga dapat memberi manfaat sosial, budaya, ekonomi dan sistem lingkungan hidup. Berdasarkan hasil kajian Tim Kota Pusaka Kabupaten Tanah Datar maka untuk kawasan prioritas Pusaka diKabupaten Tanah datar dipikih Kawasan Kota Batusangkar. Hal yang mendasari pemilihan ini antara lain adalah hasil inventarisasi aset pusaka, kajian terhadap data dan informasi pendukung serta hasil pemeringkatan terhadap kawasan yang memiliki aset pusaka. Dokumen RAKP Kabupaten Tanah Datar ini dapat dijadikan sebagai penjabaran RTRW Kabupaten tanah Datar dalam hal penataan dan pelestarian Kawasan lindung dan Cagar Budaya serta dokumen-dokumen turunannya dan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk perencanaan pelestarian dan pemanfaatan aset pusaka yang ada di Kabupaten Tanah Datar

vi

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelestarian benda cagar budaya merupakan hal yang penting berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda cagar budaya dan sesuai dengan amanat dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa benda cagar budaya merupakan ke kayaan budaya bangsa se ba gai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang pe nting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berne gara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola se cara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk se be sar-besarnya kemakmuran. Cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan p eran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya.

Upaya pelestarian terhadap benda cagar budaya sampai saat ini masih terus dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Namun upaya pe lestarian tersebut belumlah memadai, hal ini disebabkan oleh berbagai masalah antara lain sering dijumpai berbagai pelanggaran dan perusakan terhadap benda cagar budaya, disamping masih kurangnya perhatian dari berbagai pihak dalam penanganan pelestarian sehingga menyebabkan aset-aset budaya tersebut mengalami kemerosotan kualitas fisik. Disisi lain akibat pe rkembangan suatu daerah memberikan tekanan yang semakin besar dan sering mengancam upaya- upaya pelestarian terhadap benda cagar budaya dan situs.

Upaya pelestarian benda cagar budaya membutuhkan keterlibatan banyak pihak dan yang terpenting adalah keterlibatan masyarakat, terutama pada benda cagar budaya yang masih dipakai (living monument). Pelestarian living monument terkadang lebih sulit, dikarenakan kurangnya pemahaman sang pemilik tentang pentingnya pelestarian benda cagar budaya miliknya.Upaya pelestarian benda cagar budaya dan situs dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, baik bersifat fisik maupun non fisik. Bentuk dan jenis pelestarian itu antara lain pendokumentasian, perlindungan, pemeliharaan dan pemugaran. Salah satu bentuk pelestarian yang berbentuk non fisik dapat berupa pencagarbudayaan benda cagar budaya dan situs. Dalam prakteknya pencagarbudayaan dapat

1

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 me liputi ke giatan pengumpulan data berupa data tulisan (verbal) dan gambar (piktorial) serta data lainnya yang mendukung seperti gambar denah, gambar potongan dan peta situasi. Berdasarkan undang-undang No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, perlu untuk melestarikan benda cagar budaya sebagai suatu warisan masa lalu yang memiliki nilai bagi perkembangan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Kabupaten Tanah Datar adalah salah satu dari 19 Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Ditinjau dari sisi sejarah, daerah ini memiliki catatan yang cukup panjang. Keberadaan Tanah Datar tidak bisa dilepaskan dengan sejarah dan perkembangan suku Minangkabau, salah satu suku dan etnis yang ada di Indonesia. Kabupaten Tanah Datar dikenal masyarakat Sumatera Barat sebagai “Luhak Nan Tuo” atau daerah yang dituakan. Dari daerah inilah menurut cerita turun temurun atau yang lebih dikenal dengan tambo be rawalnya nene k moyang Suku Minangkabau dari Nagari Tuo Pariangan, sebuah nagari (desa) yang terletak di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Dalam hal sejarah dan perkembangan dari masa ke masa, Kabupaten Tanah Datar ini memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Beberapa keistimewaan tersebut antara lain adalah : 1. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah asal dan berkembangnya Suku dan Budaya Minangkabau; 2. Kabupaten Tanah Datar memiliki peninggalan sejarah yang bervariasi dan cukup lengkap. Berbagai peninggalan purbakala yang merupakan aset pusaka baik ragawi maupun non ragawi di Tanah Datar berasal dari beragam tradisi dan budaya, mulai dari zaman prasejarah, Hindu-Budha, Islam, zaman penjajahan kolonial dan tradisional; 3. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang terkaya dengan peninggalan Prasasti Melayu Kuno sekitar abad (13-14 M). Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat ditemukan bahwa sampai tahun 2016, benda Cagar Budaya/Situs yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar yang telah diinventarisasi be rjumlah 72 buah. Benda Cagar Budaya/Situs tersebut tersebar pada 14 Kecamatan di wilayah kabupaten Tanah Datar; 4. Kabupaten Tanah Datar merupakan tempat berdirinya Kerajaan Minangkabau atau Kerajaan Pagaruyung. Dari benda situs dan kawasan bersejarah yang ditemukan menjadi bukti bahwa di sini pernah berdiri

2

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

sebuah peradaban Melayu yang luar biasa, dimana menurut beberapa ahli dapat menyaingi peradaban di Pulau Jawa. 5. Kabupaten Tanah Datar juga memiliki sejarah yang cukup panjang di zaman penjajahan kolonial di Sumatera Barat. Berbagai bangunan pe ninggalan kolonial masih bisa ditemukan di kabupaten ini terutama di kawasan Kota Batusangkar, salah satunya adalah Benteng Van der Capellen. Benteng ini adalah satu-satunya benteng peninggalan Belanda yang masih berdiri sampai saat ini di Sumatera Barat. Sesuai dengan amanat undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya yang menyatakan bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam pengaturan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya serta bahwa cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah de ngan meningkatkan peran serta masyarakat. Untuk melindungi, mengembangkan, dan me manfaatkan cagar budaya maka Pemerintah Kabupaten Tanah Datar telah berupaya untuk melindungi dan melestarikan benda cagar budaya ini yang secara umum telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Tanah Datar dan didalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung. Seiring dengan perkembangan waktu tidak dapat dipungkiri bahwa upaya pengelolaan dan pelestarian aset-aset pusaka semakin mendapat tantangan yang lebih berat. Berbagai faktor seperti tekanan kebutuhan ekonomi, perubahan prilaku sosial budaya, kurangnya pemahaman serta faktor alam sangat berpote nsi untuk menggerus nilai-nilai serta keberadaan fisik warisan sejarah yang sangat berharga ini. Untuk itu diperlukan langkah-langkah dan upaya yang nyata untuk terus berupaya menyelamatkan, mengelola dengan arif serta melestarikan aset-aset pusaka tersebut. Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah salah satu langkah nyata yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk ikut melestarikan warisan warisan sejarah yang ada di seluruh Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, sebagai salah bentuk komitmen dari Pemerintah Kabupaten Datar sebagai salah satu daerah yang memiliki aset-aset pusaka yang penting untuk ikut melestarikan warisan pusaka tersebut dengan ikut bergabung melalui Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP).

3

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

1.2. Tujuan RAKP Tujuan pe n y u sunan RAKP adalah untuk menyusun sebuah dokume n rencana aksi sebagai basis pelaksanaan dan instrumen dari Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupate n Tanah Datar bersama de ngan stakeholder yang terkait dengannya dalam rangka mencapai pre dikat Kota Pusaka Indonesia.

1.3. Landasan Hukum

1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme rintahan Daerah; 2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pe nataan Ruang; 3) Undang-Undang Re publik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; 4) Ke putusan Me nteri Kimpraswil No. 30/PRT/M/2008 te ntang Pedoman Te knis Pembangunan Bangunan Gedung Ne gara 5) Peraturan Me nteri Pe kerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Ne gara; 6) Peraturan Me nteri Peke rjaan Umum No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan 7) Ke putusan Me nteri Kimpraswil No.339/KPTS/M/2003 te ntang pe doman pe laksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi Instansi Pe merintah 8) Peraturan Me nteri Ke budayaan dan Pariwisata No.49/UM.001/MKP/2001 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs; 9) Peraturan Menteri Kebudayaan & Pariwisata Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 tentang Penetapan Situs Dan Bangunan Tinggalan Sejarah Dan Purbakala Provinsi Sumatera Barat sebagai Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya; 10) Peraturan Dae rah Kabupaten Tanah Datar Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabu pate n Tanah Datar Tahun 2011 – 2031; 11) Peraturan Daerah Kabu pate n Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung; 12) Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021.

1.4. Sistematika Penulisan Bab I, merupakan bagian pe ndahuluan yang akan menjelaskan tentang latar be lakang, tujuan pe nyusunan Re ncana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Kabupaten Tanah Datar dan landasan hukum dari pe nyusunan ke giatan ini.

4

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Bab II, akan me maparkan profil kota pusaka yang meliputi penjelasan mengenai sejarah pe r kembangan Kabupaten Tanah Datar (morfologi daerah) yang dilihat dari be berapa pe riode perke mbangan se perti masa Hindu/Budha, Zaman Kerajaan Islaml,masa kolonial dan pasca kolonial. Berdasarkan latar be lakang sejarah dan perke mbangan Kabupaten Tanah Datar, maka diungkapkanlah signifikansi, otentisitas/keaslian dan integritasnya. Dan juga pada bagian ini akan dijelaskan keragaman pusaka Kabupaten Tanah Datar yang meliputi asset pusaka alam, budaya (tangible dan intangible) serta pusaka saujana.

Bab III, menjelaskan mengenai tujuan, ke bijakan dan strategi dalam pe ncapaian program penataan dan pele starian kota pusaka.

Bab IV, menjelaskan te ntang Konsep Pengelolaan Kota Pusaka yang meliputi rencana pe n ge mbangan (rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan rencana pe ngembangan strategis kabupaten yang mendukung pe lestarian kota pusaka), rencana pe ngembangan kele mbagaan (organisasi/instansi terkait kota pusaka) dan rencana pemberdayaan masyarakat.

Bab V, merupakan penetapan kawasan prioritas dari program penataan dan pe lestarian kota pusaka. Pada bagian ini akan diulas mengenai hasil inve nta risasi se baran pusaka sebagai pendekatan untuk mene ntukan kawasan prioritas. Pada bagian ini juga dijelaskan ketentuan umum peraturan yang dapat mendukung program pelestarian kota pusaka.

Bab VI, merupakan arahan dan indikasi program yang disusun dalam rangka menindaklanjuti program penataan dan pelestarian kota pusaka. Bagian ini memuat indikasi program yang meliputi Pe ngembangan Kota Pusaka, Penge mbangan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam indikasi program ini akan mencakup 8 instrumen RAKP (kele mbagaan dan tata kelola;inve nt arisasi dan dokumentasi;informasi, edukasi, dan promosi;pe ngelolaan resiko be ncana;olah desain;olah fungsi;penataan ruang;ekonomi pusaka)

5

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

BAB II

PROFIL KOTA PUSAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Kabupaten Tanah Datar

Sejarah perkembangan Kabupaten Tanah Datar tidak bisa dilepaskan dari sejarah keberadaan Minangkabau, baik Minangkabau sebagai suku/etnis atau Minangkabau sebagai salah satu kerajaan yang pernah ada di nusantara. Hampir sebagian besar kisah dan sejarah Minangkabau terjadi dan berada di daerah yang secara administrasi pemerintahan saat ini dikenal dengan nama Kabupaten Tanah Datar. Dengan kata lain apabila kita membicarakan tentang Minangkabau maka dapat dipastikan kita akan membahas Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Tanah Datar mempunyai perjalanan sejarah yang cukup panjang, mulai pada kehidupan masa-masa awal yang dalam tambo dituturkan bermula dari Nagari Pariangan, kemudian masa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha yang dilanjutkan sampai masa Islam dan Kolonial. Kondisi ini membuat Kabupaten Tanah Datar memiliki peninggalan sejarah yang cukup banyak. Sebagai daerah asal , budaya dan etnis Suku Minangkabau, di kabupaten Tanah Datar banyak terdapat peninggalan situs-situs dan prasasti sumber sejarah, bangunan tradisional yang masih berdiri sampai saat sekarang ini seperti Nagari Tuo Pariangan, Istano Basa Pagaruyung, Sari Tabek, Mesjid-mesjid dan (Mushalla) yang telah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Berbagai bangunan bersejarah peninggalan Belanda juga masih berdiri kokoh di Kabupaten Tanah Datar seperti benteng Fort Van Der Capellen dan Gedung Indo Jolito dimana bangunan ini pernah menjadi kediaman Residen Belanda yakni Godert Alexander Gerard Philip Van Der Capellen. Kawasan Lembah Anai, Danau Singkarak, Gunung Marapi, Panorama Tabek Patah, Puncak Pato adalah beberapa contoh Pusaka Alam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar. Untuk Pusaka Budaya, terdapat puluhan ragam dan jenis budaya yang sangat menarik di daerah ini seperti pacu jawi, berbagai macam kesenian adat istiadat dan lain-lain. Secara geografis Kabupaten Tanah Datar berada pada posisi 00°17’ LS - 00°.39’ LS dan 100° 15’ BT - 100° 19’ BT. Terletak pada ketinggian rata-rata 400 sampai 1.000 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Tanah Datar yaitu 133.600 Ha (1.336 km2), merupakan daerah terluas ke-11 dari 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Jumlah penduduk kabupaten Tanah Datar

6

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 pada tahun 2015 adalah 344.828 jiwa yang mendiami 14 kecamatan, 75 nagari (desa) dan 395 jorong. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Topografi wilayah Kabupaten Tanah Datar berbukit–bukit dan bergelombang dengan kemiringan sebagai berikut : Wilayah datar : 0 – 3 % : ± 6,160 Ha (4,61 %) Wilayah berombak : 3 – 8 % : ± 3,567 Ha (2,67 %) Wilayah bergelombang : 8 – 15 % : ± 44,023 Ha (32,95 %) Wilayah perbukitan : > 15 % : ± 79,850 Ha (59,77 %) Secara Geologis di Kabupaten Tanah Datar terdapat tiga buah gunung berapi yaitu Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Sago, serta dilalui oleh sesar aktif yaitu sesar semangka. Dengan kondisi wilayah sebagaimana tersebut di atas maka potensi terjadinya bencana alam di Kabupaten Tanah Datar menjadi cukup besar, disisi lain kondisi ini juga membuat Kabupaten Tanah Datar dianugerahi Tuhan dengan tanah yang subur dan alam yang indah Gambar.2.1. Peta Administrasi Kabupaten Tanah Datar

Dari segi sosial budaya, mayoritas penduduk Kabupaten Tanah Datar adalah pemeluk agama Islam dan pemegang adat yang kuat dimana prinsip utama masyarakat Minangkabau adalah ”Adat basandi syarak, Syarak basandi kitabullah”, sebuah kombinasi yang unik antara adat budaya dengan ajaran Agama Islam. Dari ratusan ribu suku bangsa yang ada didunia banyak yang menganut garis keturunan dari ayah (Patrilineal). Hanya ada 5 (lima) suku didunia yang 7

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 menganut sistem garis keturunan ibu (matrilineal), salah satunya adalah Suku Minangkabau. Masyarakat Minangkabau terkenal dengan tata kehidupan yang mencerminkan sistem Matrilineal dengan adat istiadatnya yang unik. Dalam sistem ini harta pusaka, gelar, dan nama suku, diturunkan menurut silsilah garis keturunan ibu.

2.1.1. Asal Masyarakat Minangkabau Menurut Tambo dan Sejarah Seperti yang telah diuraikan pada paragraf awal Bab II ini bahwa membicarakan sejarah perkembangan Kabupaten Tanah Datar tidak bisa dilepaskan dari keberadaan suku dan daerah Minangkabau. Ada dua sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam mengkaji Minangkabau, yaitu sumber dari sejarah dan sumber dari tambo. Kedua sumber ini sama penting, walaupun di sana sini, pada keduanya ditemui kelebihan dan kekurangan, namun dapat pula saling melengkapi Tambo atau uraian mengenai asal usul orang Minangkabau dan menerangkan hukum-hukum adatnya, termasuk sumber yang mulai langka di wilayah Minangkabau sekarang. Walaupun penelusuran tambo sulit untuk dicarikan rujukan seperti sejarah, namun apa yang disebut dalam tambo masih dapat dibuktikan ada dan bertemu di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tambo diyakini oleh orang Minangkabau sebagai peninggalan orang-orang tua dan dianggap sebagai sejarah kaum. Dalam bentuk lain, tambo menjelaskan pula tentang asal muasal orang Minangkabau. Tambo adalah satu-satunya keterangan mengenai sejarah Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau, tambo mempunyai arti penting, karena didalam tambo terdapat dua hal: (1) Tambo alam, suatu kisah yang menerangkan asal usul orang Minangkabau semenjak raja pertama datang sampai kepada masa kejayaan kerajaan Pagaruyung; (2) Tambo adat, uraian tentang hukum-hukum adat Minangkabau. Dari sumber inilah hukum-hukum, aturan-aturan adat, dan juga berawalnya sistem matrilineal dikembangkan. Dalam catatan dan penulisan sejarah sangat diperhatikan penanggalan atau tarikh dari sebuah peristiwa, serta di mana kejadian, bagaimana terjadinya, bila masanya, dan siapa pelakunya sehingga menjadikan penulisan sejarah otentik. Sementara tambo tidak terlalu mengutamakan penanggalan, akan tetapi menilik kepada peristiwanya. Tambo lebih bersifat sebuah kisah, sesuatu yang

8

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 pernah terjadi dan berlaku. Jadi apabila kita mempelajari tambo kemudian mencoba mencari rujukannya sebagaimana sejarah, maka akan mengalami kesulitan dan bahkan dapat membingungkan. Sebagai contoh; dalam tambo Minangkabau tidak ditemukan secara jelas nama Adhytiawarman, tetapi dalam sejarah nama itu adalah nama raja Minangkabau yang pertama berdasarkan bukti- bukti prasasti. 2.1.2. Minangkabau Menurut Tambo. Mengikuti tambo yang ditulis oleh Batuah (1985), Diradjo (1987), serta Moenir (1985), daerah asal usul masyarakat Minangkabau dimulai dari Pariangan yaitu sebuah daerah di pinggang gunung Merapi yang kemudian menyebar ke berbagai daerah sekitarnya. Secara administratif saat ini Pariangan merupakan sebuah Nagari (Desa) yang terletak di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar.

Di dalam Tambo alam diterangkan bahwa raja pertama yang datang ke Minangkabau bernama Suri Maharajo Dirajo. Anak bungsu dari Iskandar Zulkarnain. Sedangkan dua saudaranya, Sultan Maharaja Alif menjadi raja di benua Rum dan Sultan Maharajo Dipang menjadi raja di benua Cina. Secara tersirat tambo telah menempatkan kerajaan Minangkabau setaraf dengan kerajaan di benua Eropa dan Cina. Suri Maharajo Dirajo berlayar ke Minangkabau ini, di dalam Tambo disebut pulau paco lengkap dengan pengiring yang yang disebut; Kucing Siam, Harimau Campo, Anjiang Mualim, Kambiang Hutan. Dalam pelayarannya, kapal yang membawa Suri Maharajo Dirajo dan rombongannya ini terdampar di puncak Gunung Marapi. Puncak Gunung Marapi ketika itu digambarkan masih sagadang talua itiak (masih sebesar telur itik). Pepatah ini sering ditafsirkan bahwa pada waktu kedatangan Sultan Sri Maharajo Dirajo ini, dari kejauhan sudah terlihat gunung Merapi sehingga kalau dipandang dari kejauhan, maka bentuknya masih sebesar telur itik. Artinya dalam pelayaran ini, Suri Maharajo Dirajo sudah menjadikan gunung Merapi sebagai pedoman dalam pelayarannya, apakah akan terus berlayar atau akan mendarat di sekitar daratan (Gunung Marapi) tersebut. Berdasarkan temuan Team Research Pengumpulan Data Sejarah Minangkabau tahun 1970 yang dikutip Djamaris (1991), cerita asal usul seperti ini masih dipercayai orang Minangkabau. hal ini disebabkan karena penjelasan tentang keberadaan gunung Merapi sebagai tempat asal usul pertama orang Minangkabau, diungkapkan dalam adaik yang sampai

9

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 sekarang masih sering dikutip dalam pengangkatan penghulu-penghulu baru (batagak penghulu). Adapun pantun adaik tersebut berbunyi sebagai berikut :

“Manuruik warih nan dijawek, pusako nan ditolong, kaba asa nan daulu, kok gunuang sabingkah tanah, bumiko sapahimbauan, kok lauik sacampak jalo, tanah darek balun lai leba, nan timbua gunuang marapi. Lorong nan niniak moyang kito, asa usuanyo kalo dikaji, iyo di dalam tambo lamo, sapiah balahan tigo jurai, asa nan dari banua Ruhun. Dimano titiak palito, dibaliak telong nan batali, dimano turun niniak kito, dari lereang gunuang marapi”.

(Menurut warisan yang diterima, (dan) pusaka yang diberikan, kabar asal usul (Minangkabau) dahulunya, (yaitu ketika) gunung masih sebingkah tanah, bumi masih kecil, laut masih selemparan jala, tanah daratan belumlah lebar, yang ada hanya Gunung M arapi. Tentang nenek moyang kita, kalau dikaji asal usulnya, (yaitu) dari tambo lama, (berasal dari) salah satu dari 3 keturunan, (yaitu) dari benua Ruhum. Di mana titik cahaya, di balik lampu yang bertali, dari mana turunnya nenek moyang kita, dari lereng Gunung Marapi).

Suri Maharajo Dirajo mempunyai 3 orang istri,salah satunya bernama Indo Jolito dan mempunyai seorang anak bernama Sutan Maharajo Basa yang kemudian dikenal dengan Datuk Katumanggungan pendiri sistem kelarasan Koto Piliang. Setelah Suri Maharajo Dirajo meninggal maka Indo Jolito kawin dengan Cati Bilang Pandai yang merupakan salah seorang penasihat Suri Maharajo Dirajo dan melahirkan lima orang anak yaitu Jalang Sutan Balun, Sutan Bakilap Alam, Puti Jamilan, Puti Reno Suda dan Sutan Mambang. Setelah menikah dengan Cati Bilang Pandai, Indo Jolito membawa keluarganya, termasuk anak tirinya Sutan Maharajo Basa pindah ke daerah baru yaitu Dusun Tuo (Lima Kaum) sementara daerah asal (Pariangan dan Padang Panjang) tetap dihuni keluarga kerajaan. Setelah anak-anaknya besar, Cati Bilang Pandai lalu mengusulkan kepada Datuak Suri Dirajo (sebagai pemimpin kerajaan Koto Batu) dan Datuak Bandaro Kayo (penghulu wilayah Pariangan) serta Datuak Maharajo Basa (penghulu wilayah Padang Panjang) untuk mengangkat anak-anaknya sebagai penghulu dan memberikan gelar datuak kepada mereka. Anak tiri Cati Bilang Pandai (hasil perkawinan Indo Jelito dengan Suri Maharajo Dirajo) yaitu Sutan Maharajo Basa lalu diberi gelar Datuak Katamenggungan, sementara Jatang Sutan Balun lalu diberi gelar dengan Datuak Prapatih Nan Sabatang, sementara 10

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Sutan Bakilap Alamp Dunio diberi gelar sebagai Datuak Sri Maharajo Nan Banego-Nego. Dengan diangkatnya ketiga datuak ini sebagai penghulu-penghulu baru, maka Cati Bilang Pandai lalu mendirikan “kerajaan Dusun Tuo” sebagai kerajaan baru meneruskan “kerajaan Koto Batu” yang didirikan Suri Maharajo Dirajo yang dipercayai mulai pudar. Sebagai “raja” baru di daerah tersebut, maka diangkatlah Datuak Katamenggungan sebagai raja pertamanya. Walaupun Datuak Katamenggungan diangkat sebagai raja, tetapi dalam kepemimpinannya selalu didampingi oleh Datuak Prapatiah Nan Sabatang, orangtuanya (Cati Bilang Pandai dan Indo Jalito), serta para penghulu yang sebelumnya diangkat oleh Sultan Sri Maharajo Dirajo sebagai penghulu, yaitu Datuak Suri Dirajo (pemimpin kerajaan Koto Batu Pariangan), Datuak Bandaro Kayo (penghulu wilayah Pariangan) serta Datuak Maharajo Basa (penghulu wilayah Padang Panjang). Kekompakan dua datuak ini dalam membangun kerajaan Dusun Tuo (Lima Kaum) mulai goyah seiring meninggalnya Cati Bilang Pandai, yang kemudian juga disusul dengan meninggalnya Indo Jelito. Sepeninggal kedua orangtua mereka ini, kerajaan Dusun Tuo sebenarnya masih utuh, akan tetapi hubungan antara dua datuak ini sudah mulai sedikit renggang. Ini misalnya ditunjukkan dengan mulai semakin seringnya Datuak Katamenggungan menyendiri di nagari Sungai Tarab, sementara Datuak Prapatiah Nan Sabatang juga sudah mulai membuat tempat istirahat tersendiri di daerah Dusun Tuo. Bahkan di antara keduanya sudah mulai muncul pembicaraan untuk membagi seluruh daerah Minangkabau ini menjadi dua sistem politik (lareh) yang masing-masing lareh akan dikepalai oleh kedua datuak ini. Hal ini akhirnya menimbulkan pertikaian antara mereka yang berakhir dengan perpecahan dan pertempuran. Selanjutnya sebagaimana dikisahkan dalam tambo, akhir dari “pertempuran” ini, diselesaikan melalui peristiwa penikaman batu yang kemudian dikenal dengan sebutan batu batikam yang dipercaya masyarakat sekarang ada di nagari Lima Kaum.

Gambar. 2.2 Batu Batikam, terletak di Situs Medan Nan Bapaneh, Kec Lima Kaum Kab. Tanah Datar 11

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Peristiwa inilah yang mengakhiri pertikaian mereka dan sepakat untuk tetap bersatu sebagaimana mereka lakukan sebelumnya. Tali persaudaraan lalu mereka rajut kembali, dan bersama-sama dengan Datuak Bandaro Kayo (penghulu dari Pariangan) dan Datuak Maharajo Basa (penghulu dari Padang Panjang) lalu disepakati untuk tetap membagi wilayah yang telah ada menjadi dua lareh dan menyerahkan salah satunya kepada Datuak Prapatiah Nan Sabatang. Daerah lareh milik Datuak Katamenggungan lalu disepakati diberi nama lareh Koto Piliang yang berarti koto (daerah) yang telah dipilih atau ditentukan sendiri. Sementara lareh milik Datuak Parapatieh Nan Sabatang ini lalu diberi nama lareh Bodi Caniago yang berarti budi yang berharga, atau sebagai bukti bahwa begitu tingginya kearifan dan budi pekerti seorang Datuak Prapatiah Nan Sabatang. Sementara untuk daerah kekuasaan Datuak Bandaro Kayo (Pariangan) dan Datuak Maharajo Basa (Padang Panjang), keputusannya diserahkan kepada kedua datuak ini. Musyawarah akhirnya mensepakati bahwa untuk daerah Pariangan – Padang Panjang merupakan daerah netral yang tidak memihak salah satu lareh. Sebagai daerah netral, maka ia akan memakai kedua-duanya, sehingga lareh ini kemudian diberi nama lareh Nan Panjang. Datuak Katamenggungan untuk kemudian lebih banyak menetap dan menjalankan pemerintahanya dari nagari Sungai Tarab. Di daerah Sungai Tarab inilah, Datuak Katamenggungan lalu mengembangkan kerajaan baru yang lebih dikenal dengan sebutan “kerajaan” Bungo Setangkai, dan menguasai daerah sampai ke Bukit Batu Patah dan terus ke Pagaruyung sementara Datuak Prapatiah Nan Sebatang tetap berdiam di Dusun Tuo (Lima Kaum). Urutan kerajaan di dalam Tambo Alam Minangkabau adalah: (1) Kerajaan Pasumayan Koto Batu, (2) Kerajaan Pariangan Padang Panjang (3) Kerajaan Dusun Tuo (4) Kerajaan Bungo Sitangkai (5) Kerajaan Bukit Batu Patah dan terakhir (6) Kerajaan Pagaruyung.

Secara administratif, daerah asal Minangkabau ini dibagi atas tiga luhak, namun tidak ada penjelasan secara tegas akan makna kata luhak itu sendiri. Beberapa tambo cuma menceritakan bahwa pada masa Sri Sultan Maharajo Dirajo pembagian daerah ke dalam tiga luhak ini masih dalam pemikiran (hanya ditunjuk arah daerahnya saja). Pembagian secara tegas baru dilakukan

12

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 setelah Sri Maharajo ini mangkat atau ketika wilayah Minangkabau diperintah oleh Datuk Katamenggungan dan Datuk Prapatiah Nan Sabatang. Mengikuti Kamus Lengkap Bahasa Minangkabau yang ditulis Gouzali Saydan (2004), kata luhak lebih diartikannya sebagai kesatuan asal usul wilayah tradisional Minangkabau pada masa lalu, di mana di dalamnya terdiri dari federasi berbagai nagari. Ada tiga luhak yang kemudian sering disebut dengan istilah luhak nan tigo (luhak yang tiga buah) yaitu luhak Tanah Datar, luhak Agam dan luhak 50 Kota.

Lu hak Tanah Datar dianggap sebagai wilayah awal sehingga sering disebut sebagai luhak nan tuo (luhak tertua), kemudian luhak Agam sebagai luhak nan tangah (luhak kedua atau yang tengah), dan luhak 50 Kota sebagai luhak terakhir atau disebut luhak nan bongsu (luhak paling bungsu). Dalam tambo, masing-masing luhak ini sering dilukiskan melalui ciri-cirinya seperti luhak Tanah Datar dicirikan dengan airnya jernih, ikannya jinak, buminya dingin. Luhak Agam dilukiskan dengan airnya keruh, ikannya liar dan buminya hangat, sedangkan luhak Limapuluah Kota dilukiskan dengan airnya sejuk, ikannya jinak, buminya sejuk (Batuah, 1985). Penggambaran ini lebih ditafsirkan bahwa sebagai gambaran tentang watak dan tingkah laku penduduknya. Hamka (dikutip dari Djamaris, 1991) misalnya, melukiskan bahwa masyarakat luhak Tanah Datar memiliki sifat seperti seorang raja dan pendekar, masyarakat luhak Agam memiliki sifat seperti seorang hulubalang dan disegani (juaro), sedangkan masyarakat luhak Limapuluah Kota memiliki sifat seperti seorang penghulu dan cerdik. Daerah-daerah persebaran dari masyarakat dari luhak nan tigo ini di dalam adaik kemudian sering disebut dengan istilah rantau. Kesatuan wilayah luhak (luhak nan tigo) dan daerah rantau yang dimiliki masing-masing luhak inilah yang kemudian dianggap sebagai wilayah adaik Minangkabau. Dengan kata lain, bagi masyarakat Minangkabau, wilayah adaik yang mereka miliki tidak saja meliputi wilayah dataran tinggi yang ada (luhak), tetapi juga meliputi wilayah rantau di sekitarnya, bahkan sampai ke . Akan tetapi, sejak masa kolonial Belanda, wilayah adaik Minangkabau ini lalu dimasukkan sebagai bagian dari wilayah jajahan Belanda dengan sebutan “Residentie van Sumatera Westkust” (Salmadanis, 2003). Menurut Salmadanis, sejak inilah wilayah Minangkabau terjadi pengecilan, bahkan ada kecenderungan hal ini disengaja sebagai bagian dari politik penjajahan. 13

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2.1.3. Luhak Tanah Datar (Luhak Nan Tuo)

Luhak Tanah Datar sebagai luhak nan tuo, dipercaya sebagai asal mula keberadaan dan terbentuknya masyarakat Minangkabau. Secara adat, wilayah yang dianggap sebagai bagian dari luhak Tanah Datar ini, meliputi daerah sekitar kaki gunung Merapi bagian selatan sampai ke kaki gunung Sago bagian selatan dan timur. Adapun wilayah-wilayah yang termasuk dalam wilayah luhak Tanah Datar ini, meliputi 132 nagari yang secara adaik terkelompok ke dalam tujuh wilayah federasi nagari yaitu : Limo Kaum Duobaleh Koto, Sungai Tarab Salapan Batu, Ujuang Labuah Tanjung Sungayang, Lintau Sambilan Koto, Pariangan dan Batipuah Sapuluah Koto, Sambilan Koto di bawah dan Tujuah Koto di Ateh, serta Talawi Tigo Tumpuak - Kubuang Tigo Baleh - Alam Surambi Sungai Pagu. Berkenaan dengan wilayah yang termasuk luhak Tanah Datar ini, ada kecenderungan memiliki perbedaan antara penulis satu dengan lainnya, namun menurut penuturan seorang penghulu di nagari Ampek Suku (Dt.Bijak) adalah sebagai berikut :

(1) Wilayah Limo Kaum Duobaleh Koto, yang kemudian terbagi lagi ke dalam dua wilayah yaitu wilayah Sambilan Koto di Dalam dan Duabaleh Koto di Lua, yang secara kesemuanya terdiri dari 21 nagari yaitu : (a) Sambilan Koto di Dalam, meliputi : (1) Tabek Boto, (2) Salagonda, (3) Baringin, (4) Koto Baranjak, (5) Lantai Batu, (6) Bukik Gombak, (7) Sungai Ameh, (8) Tanjuang Barulak, dan (9) Rajo Dani. (b) Duobaleh Koto di Lua, meliputi : (1) Ngungun, (2) Panti, (3) Cubadak,(4) Supanjang, (5) Pabalutan, (6) Sawah Jauah, (7) Padang Magek, (8)Labuah, (9) Parambahan, (10) Tabek, (11) Sawah Tangah, dan (12) Rambatan. (2) Wilayah Sungai Tarab Salapan Baatua, yang secara keseluruhan terdiri dari 24 nagari yaitu : (1) Sungai tarab, (2) Koto Tuo, (3) Pasia Laweh, (4) Koto Panjang, (5) Selo, (6) Sumaniak, (7) Patia, (8) Situmbuak, (9) Gurun, (10)Ampalu, (11) Sijangek, (12) Kumango, (13) Rao-Rao, (14) Ampek Suku, (15)Talang Tangah, (16) Talang Dusun, (17) Koto Baru, (18) Salimpaung, (19)Supayang, (20) Mandahiling, (21) Tabek Patah, (22) Tanjung Alam, (23) Tungka, dan (24) Barulak. (3) Wilayah Ujuang Labuah Tanjung Sungayang yang secara keseluruhan terdiri dari 7 nagari yaitu : (1) Tanjuang, (2) Sungayang, (3) Talago, (4) Sungai Patai, (5) Minangkabau, (6) Koto Badampiang, dan (7) Sawah Liek.

14

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

(4) Wilayah Lintau Sambilan Koto yang terbagi ke dalam dua wilayah yaitu wilayah Lima Koto di Ateh dan Ampek Koto di Bawah, yang secara keseluruhan terdiri dari enam nagari yaitu : (a) Limo Koto di Ateh, meliputi : (1) Tanjuang Bonai, dan (2) Tapi Selo. (b) Ampek Koto di Bawah, meliputi : (1) Buo, (2) Pangian, (3) Taluak, (4) Tigo Jangko.

(5) Batipuah Sapuluah Koto dan Pariangan Padang Panjang, yang secara keseluruhan terdiri dari 21 nagari yaitu : (a) Batipuah Sapuluah Koto, meliputi : (1) Sumpu, (2) Malalo, (3) Pitalah,(4) Tanjuang Barulak, (5) Jaho, (6) Tambangan, (7) Pandai Sikek, (8) Koto Laweh, dan (9) Gunuang Paninjauan. (b) Pariangan – Padang Panjang, meliputi : (1) Sungai Jambu, (2) Lubuk Atan, (3) Pariangan, (4) Padang Panjang, (5) Guguak, (6) Sikaladi, (7)Sialahan, (8) Koto Tuo, (9) Batu Basa, (10) Simabua, (11) Balimbiang,dan (12) Simawang. (6) Sambilan Koto di Bawah dan Tujuah Koto di Ateh yang secara keseluruhan terdiri dari 16 nagari yaitu : (1) Koto Basa dan Abai Siat, (2) Koto Salah dan Ampalu, (3) Koto Padang dan Koto Baru, (4) Tiumang dan Sialang Gauang, (5) Siguntua dan Sungai lansek, (6) Pulau Punjung dan Sungai Dareh, (7) Tanjuang Gadang dan Labuah Tarok, (8) Sijunjuang dan Pamatang Panjang, (9) Palangki dan Muaro Bodi, (10) Silungkang dan Padang Sibusuak, (11) Tanjuang Ampalu, (12) Tanjuang Baringin, (13) Palalu Ajo dan Ampek Suku, (14) Sisawah dan Silantai, (15) Unggan, dan (16) Sumpur Kudus. (7) Talawi Tigo Tumpuak, Kubuang Tigo Baleh dan Alam Surambi Sungai Pagu yang terbagi ke dalam lima wilayah yaitu wilayah Talawi Tigo Tumpuak, Kubuang Tigobaleh, Sapuluah Koto Diateh, Nilam Payuang Sakaki, Alam Surambi Sungai Pagu, yang secara keseluruhan terdiri dari 37 nagari yaitu : (a) Talawi Tigo Tumpuak, meliputi : (1) Talawi, (2) Kolok dan Sijantang, dan(3) Kubang dan Sawah Lunto.

Kubuang Tigobaleh atau sering juga disebut dengan istilah Tanah Data nan di Ilia, meliputi : (1) Kubuang, (2) Solok, (3) Selayo, (4) Kinari, (5)Muaro Paneh, (6) Cupak, (7) Gantuang Ciri, (8) Guguak, (9) Koto gadang, (10) Sungai lasi, (11) Taruang-Taruang, (12) Tigo Baleh, dan (13) Koto Baru. 15

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

(b) Sapuluah Koto di Ateh, meliputi : (1) Singkarak, (2) Saning Baka, (3) Sumani, (4) Koto Sani, (5) Panyinggahan, (6) Kacang, (7) Tanjung Balik, Sulik Aia, (8) Aripan, dan (9) Bukik Kanduang. (c) Nilam Payuang Sakaki, meliputi : (1) Sirukam dan Supayang, (2) Koto Anau dan Bukik Sileh, (3) Panyangkalan dan Aia Batumbuak, (4) Alahan Panjang dan Sungai Nanam, dan (5) Salimpat dan Aia Dingin. (d) Alam Surambi Sungai Pagu, meliputi : (1) Sariak Alam Tigo, (2) Talang Babungo, (3) Tanjung Lolo dan Surian, (4) Pasiah Talang Muaro Labuah, (5) Koto Baru dan Tanjung Gadang, (6) Lubuk Malako dan Bidar Alam,(7) Abai Sangie dan Sungai Kunik.

D ari tujuh wilayah federasi nagari asal inilah kemudian nagari-nagari baru dikembangkan (balahan) di luhak Tanah Datar ini. Masyarakat luhak Tanah Datar ini, juga melakukan persebaran ke daerah-daerah lain di luar luhak nan tigo, yang kemudian sering disebut sebagai daerah rantau nya luhak Tanah Datar. Mengikuti pemikiran De Jong (1960), khusus daerah Kubuang Tigobaleh Muara Labuah, Kerinci (Jambi), serta pesisir barat dan selatan Sumatera Barat itu sendiri mu lai dari Padang sampai ke Indrapuro. Sementara menurut Kato (1982) dan juga Naim (1984), wilayah rantau dari luhak Tanah Datar, lebih mengarah ke arah selatan mulai dari Padang sampai ke daerah Kerinci dan Batanghari (Jambi), bahkan sampai ke Muko-Muko, Majuto dan Bangkahulu yang sekarang masuk menjadi bagian dari wilayah Propinsi Bengkulu.

Gambar. 2.3 Luhak Tanah Datar dan Wilayah Rantaunya

LUHAK TANAH DATAR

Pesisir Barat dan Pesisir Utara Provinsi Kerinci dan Batang Selatan Sumatera Bengkulu Hari (Jambi) Barat

2.1.3. Minangkabau Menurut Sejarah Banyak ahli telah meniliti dan menulis tentang sejarah Minangkabau, dengan pendapat, analisa dan pandangan yang berbeda. Tetapi pada umumnya mereka membagi beberapa periode kesejarahan; Minangkabau zaman sebelum

16

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Masehi, zaman Minangkabau Timur dan zaman Kerajaan Pagaruyung. Prof Slamet Mulyana dalam Kuntala, Swarnabhumi dan Sriwijaya mengatakan bahwa kerajaan Minangkabau itu sudah ada sejak abad pertama Masehi.Kerajaan itu muncul silih berganti dengan nama yang berbeda-beda. Pada mulanya muncul kerajaan Kuntala dengan lokasi sekitar daerah Jambi pedalaman. Kerajaan ini hidup sampai abad ke empat. Kerajaan ini kemudian berganti dengan kerajaan Swarnabhumi pada abad ke lima sampai ke tujuh sebagai kelanjutan kerajaan sebelumnya. Setelah itu berganti dengan kerajaan Sriwijaya abad ketujuh sampai 14. Mengenai lokasi kerajaan ini belum terdapat kesamaan pendapat para ahli. Ada yang mengatakan sekitar Palembang sekarang, tetapi ada juga yang mengatakan antara Batang Batang Hari dan Batang Kampar. Candi Muara Takus merupakan peninggalan kerajaan Kuntala yang kemudian diperbaiki dan diperluas sampai masa kerajaan Sriwijaya. Setelah itu muncul kerajaan Malayapura (kerajaan Melayu) di daerah yang bernama Darmasyraya (daerah Sitiung dan sekitarnya sekarang). Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini kemudian dipindahkan oleh Adhytiawarman ke Pagaruyung. Sejak itulah kerajaan itu dikenal dengan kerajaan Pagaruyung. Menurut Jean Drakar dari Monash University Australia mengatakan bahwa kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang besar, setaraf dengan kerajaan Mataram dan kerajaan Melaka. Itu dibuktikannya dengan banyaknya negeri-negeri di Nusantara ini yang meminta raja ke Pagaruyung, seperti Deli, Siak, Negeri Sembilan dan negeri-negeri lainnya. Keberadaan kerajaan Melayu Minangkabau, terutama raja Adityawarman dapat dibuktikan dengan ditemukannya bukti tertulis berupa prasasti. Terdapat 19 prasasti yang memuat keberadaan dari kerajaan Pagaruyung umumnya dan raja Adityawarman khususnya, yang mengungkap tabir tentang hal ikhwal dari kerajaan dan raja yang pernah ada di alam Minangkabau ini. Bukti-bukti lain yang berasal dari masa Hindu-Budha selain candi adalah batu-batu bersurat (Prasasti) yang banyak terdapat di Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten ini merupakan daerah yang terkaya dengan peninggalan prasati Melayu Kuno sekitar abad (13-14 M). Prasasti-prasasti tersebut sebagian besar dikeluarkan oleh Raja Adityawarman yang memerintah sekitar pertengahan sampai seperempat akhir abad XIV M.

2.1.4. Kerajaan Alam Minangkabau Pada Masa Islam Pasca berakhirnya kekuasaan Adityawarman, kerajaannya lebih terkenal dengan sebutan Kerajaan Pagaruyung. Setelah masa Adityawarman tidak berkuasa lagi, ada mata rantai sejarah yang terputus selama lebih kurang dua abad, karena

17

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 belum ditemukannya bukti tertulis mengenai keberlanjutan dari pemerintahan di Minangkabau. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan dari Ananggawarman, anak Adityawarman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara periode Adityawarman yang beragama Hindu-Budha dan raja pertama Minangkabau yang telah memeluk Islam. Bukti tersebut diantaranya keris Curik Simalagiri diwarisi oleh raja-raja berikutnya dan sampai hari ini masih tersimpan dengan baik di Rumah Tuan Gadih Istano Si Linduang Bulan Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir & guru agama yang singgah atau datang dari Aceh & Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala) adalah Syaikh Burhanuddin Ulakan. Beliaulah yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi Kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif. Raja Islam pertama Pagaruyung adalah Yamtuan Raja Bakilap Alam Raja Bagewang Yamtuan Rajo Garo Daulat Yang Dipertuan Sultan Alif I. Namanya itu menunjukkan bahwa Raja Pagaruyung telah memeluk Islam dan berkuasa pada pertengahan abad ke-16 Masehi. Raja Kerajaan Pagaruyung yang bertahta di Pagaruyung disebut sebagai Yang Dipertuan Raja Alam, yang dibantu oleh dua orang Raja, yakni Raja Adat dan Raja Ibadat. Kedua Pembantu Raja itu berkedudukan di tempat yang berbeda, yaitu di Buo dan Sumpur Kudus. Dalam periode kepemimpinan raja-raja Alam Minangkabau pada masa Islam terjadi perluasan dan perkembangan nagari dibawah koordinasi raja Alam Minangkabau. Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yg bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan hal-hal yg pokok dalam adat diganti dengan aturan agama Islam. Pepatah adat Minangkabau yg terkenal: “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, yang artinya adat Minangkabau bersendikan pada agama Islam, sedangkan agama Islam bersendikan pada Al-Quran. Namun dalam beberapa hal masih ada beberapa sistem dan cara-cara adat masih dipertahankan sehingga inilah yang mendorong pecahnya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang Padri yang pada awalnya antara Kaum Padri [ulama] dengan Kaum Adat, sebelum Belanda melibatkan diri dalam peperangan ini. Dari reruntuhan Kerajaan Pagaruyung ini menjadi bukti bahwa di sini pernah berdiri sebuah peradaban Melayu yang luar biasa, menyaingi Jawa. Banyak situs dan bangunan kini tak ada lagi, hancur akibat peperangan yang terjadi pada masa-masa itu.

18

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2.1.5. Perang Padri, Keruntuhan Kerajaan Pagaruyung dan Zaman Kolonial Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara kaum Padri & kaum Adat yang menyebabkan terjadinya Perang Padri. Perang yang tercatat sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan melawan kolonialisme Belanda di Sumatera Barat. Yang berlangsung dari Tahun 1803-1838. Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang padahal telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, & puncaknya kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815. Karena terdesak kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada Belanda, sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan Inggris sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka. Pada tanggal 10 Februari 1821 Sultan Alam Bagagarsyah, yaitu kemenakan dari Sultan Arifin Muningsyah yg berada di Padang, beserta 19 orang pemuka adat lainnya menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerjasama dalam melawan kaum Padri. Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda. Pemberian wewenang tersebut hanyalah sebagai taktik Sultan Alam Bagagar Syah dan tidak mungkin dijangkau oleh pemerintah Belanda ketika itu. Taktik tersebut hanyalah mengelabui Belanda, pada hal mereka sesungguhnya bekerja sama dengan tentara Paderi di daerah pedalaman Minangkabau. Pada tahun 1821 adalah titik belok dalam perjuangan Sultan Alam Bagar Syah, karena terjadi persatuan dan perjuangan secara menyeluruh antara Kaum Adat dan kaum Paderi. Pada tahun 1822 Pemerintah Hindia Belanda mulai menyerang Pagaruyung. Untuk menghadapi serangan tentara Paderi, Belanda membangun sebuah benteng yang dinamakan Fort Van der Capellen. Benteng itu berlokasi di kota Batusangkar yang kemudian kota Batusangkar disebut juga

19

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 dengan kota Fort Van der Capellen. Sultan Alam Bagagar Syah, Tuanku Lintau dan Tuanku Imam Bonjol memperjuangkan Minangkabau secara gigih supaya tidak dijajah oleh Belanda. Namun kekuatan senjata tradisional memang tidak kuat untuk melawan Belanda. Pada Tanggal 11 Januari 1833 terjadilah pemberontakan besar secara serentak di Minangkabau Kekuatan yang dibentuk terdiri atas Kekuatan Paderi di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol, Kekuatan Raja Alam Minangkabau di bawah pimpinan Sultan Alam Bagagar Syah, dan Kekuatan tentara Diponegoro di bawah pimpinan Sentot Ali Basya Prawirodirjo. Fort van der Capellen adalah salah satu bukti sejarah penjajahan Kolonial Belanda dan menjadi salah satu pusat pemerintahan juga merupakan benteng pertahanan militer Belanda yang dibangun sekitar tahun 1824. Keberadaan benteng Van Der Capellen yang ada di kota Batusangkar, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa peperangan antara Kaum Adat dengan Kaum Agama yang terjadi pada sekitar tahun 1821. Konflik terbuka yang berupa peperangan fisik antara kaum Adat dan Kaum Agama akhirnya dimenangkan oleh Kaum Agama. Kaum Adat kemudian meminta bantuan Belanda yang waktu itu berkedudukan di Padang. Di bawah pimpinan Kolonel Raff pasukan Belanda kemudian masuk di daerah Tanah Datar untuk menumpas gerakan Kaum Agama. Sesampai di Batusangkar Ibukota Tanah Datar pasukan Belanda dipusatkan di tempat ketinggian yang jauhnya lebih kurang 500 m dari pusat kota. Pada tempat ketinggian inilah pasukan Belanda sekaligus membangun kubu pertahanan. Kubu pertahanan yang dibangun Belanda waktu itu berupa bangunan gedung dari beton yang kemudian diberi nama Benteng Van Der Capellen sesuai dengan nama Gubernur Jenderal Belanda waktu itu. Gambar 2.4. Benteng Van der Capellen di Batusangkar Kabupaten Tanah Datar

sekarang Tahun 1895

Perang Padri termasuk peperangan dengan rentang waktu yang cukup panjang, menguras harta dan mengorbankan jiwa raga. Perang ini selain meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, juga berdampak merosotnya

20

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 perekonomian masyarakat sekitarnya dan memunculkan perpindahan masyarakat dari kawasan konflik. Awal abad 19 Sumatera Barat dijadikan Resident dengan nama daerah administratifnya yaitu Residentie Padang en Onderboorigbeden (Keresidenan Padang dan daerah taklukannya). Residen ini dibagi menjadi dua District yaitu District Padang dan District Minangkabau. District dipimpin oleh seorang Adsistent Resident. Adsistent Resident Padang berkedudukan di Padang dan Adsistent Resident Minangkabau berkedudukan di Fort van der Capellen. Gubernur Jenderal Van der Capellen inilah yang mengangkat de Stuers menjadi Residen pada tahun 1824.

Gambar 2.5 Peta Afdeeling Tanah Datar, tahun 1935, Koleksi KITLV

21

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.6. Onderafdeeling: Fort Van der Capellen Koleksi KITLV Pemerintah Kolonial Belanda sering mengganti bentuk daerah administratifnya seiring dengan pergantian gubernur jenderalnya di Sumatera Barat. Pergantian daerah administratif ini juga berpengaruh terhadap wilayah yang ada di Sumatera Barat khususnya Tanah Datar. Tanah Datar pada tahun 1825 adalah bagian dari Afdeeling Darek (Afdeeling Padangsche Bovenlanden), namun pada tahun 1833 bagian dari Afdeeling van Padangsche Bovenlanden yang dibagi ke dalam enam Onderafdeelingen yang salah satunya yaitu Fort van der Capellen, dengan seorang Controleur kelas 1 di Fort van der Capellen dan seorang Controleur kelas 4 di Tanjung Alam. Afdeeling yang dahulu dipimpin oleh seorang Adsistent Resident, tahun 1833 menjadi Onderafdeeling yang dipimpin oleh seorang Controlleur.

22

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.7. Peta Onderafdeeling Fort Van der Capellen, sekitar tahun 1935, koleksi KILTV.

Pada tahun 1841 pemerintah Kolonial Belanda kembali melakukan reorganisasi pemerintahan ’s Westkust sesuai dengan dikeluarkannya Besluit No. 1 pada tanggal 13 April 1841. Berdasarkan besluit ini, Tanah Datar kembali menjadi Afdeeling yang terdiri dari Distrik Tanah Datar, XX koto, IX Koto, Sumawang dan Batipuh. Tidak hanya pada tahun ini, reorganisasi pemerintahan Sumatra’s Westkust juga terjadi pada tahun 1865, 1866, 1876, 1880, 1892, 1898. Perubahan bentuk pemerintahan ini juga memberikan pengaruh terhadap daerah adminstratifnya. Misalnya berkurang dan bertambahnya suatu wilayah afdeeling,

23

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 bertukarnya nama afdeeling menjadi distrik, dan masih banyak lagi bentuk perubahan yang dilakukan oleh Kolonial di Sumatra’s Westkust akibat reorganisasi tersebut Pada tahun 1913 terjadi lagi reorganisasi pemerintahan Kolonial. Pada tahun inilah nama Batusangkar baru muncul. Afdeeling Tanah Datar yang kembali dipimpin oleh seorang adsistent resident dengan ibu kota Sawahlunto dibagi ke dalam empat Onderafdeeling. Salah satu Onderafdeeling tersebut yaitu Fort van der Capellen yang terdiri dari Districten Batusangkar dan Pariangan, di bawah pimpinan seorang Controleur dari Bestuur Binnenlandsch, dengan ibu kota Fort van der Capellen. Pada tahun 1913 inilah Batusangkar muncul sebagai distrik yang sebelumnya hanya sebagai daerah kecil/dusun kecil yang berada di dekat benteng Van der Capellen.

Gambar 2.8. Daftar Nagari-Nagari di bawah Afdeeling Tanah Datar dan Onderafdeeling Fort van der Capellen, Distrik Pariangan, 1935. Sumber: KITLV.

24

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.9. Nagari-nagari di bawah Afdeeling Tanah Datar dan Onderafdeling Fort Van der Capellen, Distrik Batusangkar, 1935. Sumber: KITLV.

Reorganisasi pemerintahan Kolonial masih tetap berlanjut. Pada tahun 1935 susunan Afdeeling Tanah Datar kembali berganti. Afdeeling Tanah Datar berganti ibu kota yaitu di Padang Panjang. Hal ini terjadi karena adanya perlawanan rakyat baik melalui partai politik yang menjamur awal abad 20 maupun perlawanan bersenjata. Selain itu Afdeeling Tanah Datar terdiri dari tiga Onderafdeeling, salah satunya Fort van der Capellen yang juga terdiri dari Distrik Batusangkar- Pariangan. Distrik ini juga dibagi menjadi Onderdistricten Pagaruyung, Salimpaung, Buo, Sungai Tarab-Limo Kaum dan Pariangan. Pejabat tertinggi di Onderafdeeling ini dipegang oleh seorang Controleur yang berkedudukan di Fort van der Capellen. Dari peta lama zaman kolonialisme yang ditemukan dapat diperoleh gambaran informasi mengenai keadaan KAbupaten Tanah Datar khususnya Kawasan Kota Batusangkar.

25

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

1. Tahap I : Kondisi masa sebelum Perang Paderi yaitu berupa penetrasi fisik kolonial dalam bentuk benteng awal di kawasan yang mendekat ke pusat kekuasaan Kerajaan Pagaruyung, sementara di sekitarnya sudah berkembang permukiman nagari yang lingkage-nya dapat dilihat dari peta lama yang ada. Jika dikaitkan dengan lokasi administratif, pada peta Belanda tahun 1893 nampak bahwa posisi Fort Van der Capellen berada di laras Limo Kaoem yang diapit oleh laras-laras lain. 2. Tahap II : Kondisi setelah Perang Paderi yaitu ketika kekuasaan kolonial semakin kuat dan benteng sudah berkembang sedemikian rupa, dan perluasan wilayah pengaruh kolonial yang membentuk wilayah perkotaan, dengan semakin tumbuhnya pemukiman multi etnik di sekitarnya. Formasi wilayah perkotaan semakin lengkap dengan pusat orientasi seperti pasar, ruang pubik serta kantor pemerintahan kolonial. 3. Tahap III : Kondisi pusat pemerintahan pindah ke Fort De Kock yaitu (diperkirakan setelah 1850-an) dan kawasan ini relatif tidak berkembang, selain terjadi pemadatan ruang yang merupakan pusat atau serikat dari nagari- nagari yang ada di Afdeling Tanah datar. Formasi ruang kota relatif tidak berubah, kecuali akibat pertumbuhan penduduk. 4. Tahap IV : Kondisi awal abad ke-20 sampai kemerdekaan dan setelah peristiwa PRRI tahun 1960-an sampai 1980- an, dapat dikatakan perkembangan fisiknya tidak terlalu tinggi kecuali pemadatan di wilayah permukiman, terutama setelah kemerdekaan. 5. Tahap V : Kondisi setelah tahun 1980-an yaitu pemindahan pusat pemerintahan baru di sekitar Istana Pagaruyung, sehigga pusat orientasi perkotaan Batusangkar menjadi dua, yang dapat disebut sebagai pusat pemerintahan baru yang terdiri dari Istana Pagaruyung, Masjid, Kantor Bupati dan DPRD serta kantor-kantor lainnya. Sementara itu dikawasan perkotaan lama, lahan bekas bangunan kantor tersebut masih difungsikan sebagai kantor pemerintahan.

26

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Secara kronologis perkembangan kota Batusangkar dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.10 Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1893

Gambar 2.11 Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1930

27

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.12. Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1943

Gambar 2.13 Struktur Kawasan Kota Batusangkar Tahun 1945

28

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.14. Struktur Kawasan Kota Batusangkar tahun 2013

Gambar 2.15 Peta perkembangan Batusangkar dilihat dari struktur pola jalan (1930; 1945 dan 2013) Ket : Jalan Berdasarkan Peta Tahun 1830 Perkembangan Jalan berdasarkan Peta Tahun 1945 Perkembangan Jalan berdasarkan kondisi sekarang

29

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

LINI MASA SEJARAH KABUPATEN TANAH DATAR

PERIODE KERAJAAN MELAYU MINANGKABAU PERIODE KERAJAAN PAGARUYUNG (MASA ISLAM) (MASA HINDU – BUDHA) - Islam mulai berlembang pada abad ke-16 1. PERIODE GUNUNG MARAPI PARIANGAN - Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi 2. PERIODE BULAKAN BUNGO SATANGKAI DI Kesultanan Islam 3. SUNGAI TARAB - 1803, timbul konflik Kaum Ulama dan Kaum Adat 4. PERIODE DUSUN TUO LIMA KAUM - Kerajaan Pagaruyung kerjasama dengan Belanda melawan 5. PERIODE BUKIK BATU PATAH Kaum Padri 1821 6. PERIODE PAGARUYUNG - Kaum Adat dan Ulama akhirnya bergabung melawan Belanda

- Perang Padri berlangsung dari tahun 1803 -1838 Semua pusat kerajaan pada zaman ini berada di Kabupaten - Kerajaan Pagaruyung runtuh Tanah Datar -

- d idirikan oleh Raja Adityawarman pada akhir abad ke-13 M mencapai puncak kejayaan pada abad ke 14 & 15 M - - ada 18 Raja pada periode Pariangan - kekuasaan Adityawarman berakhir, masuk periode Islam

PERIODE ZAMAN KOLONIALISME BELANDA SETELAH KEMERDEKAAN S/D SEKARANG Tanah Datar:district Minangkabau - 1824, Benteng Van der capellen selesai dibangun - 1985, Batusangkar ditetapkan sebagai Kota Budaya - untuk Perang Padri - Pemindahan Pusat Pemerintahan ke kawasan Pagaruyung - 1837, Gedung asisten Residen di Fort Van der - 2010, benda Cagar Budaya/Situs yang terdapat di Kab. Capellen (Gedung Indo Jolito) Tanah Datar ditetapkan melalui Permenbudpar - 1913, terbentuk Distrik Batusangkar 1932, Los Pasar Batusangkar selesai dibangun -

Sumber : “telah diolah kembali” 30

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2.2. Signifikansi, Otentisitas/Keaslian/Integritas 2.2.1. Pernyataan Arti Penting Kabupaten Tanah Datar adalah sumber dan simbol kebudayaan suku Minangkabau. Di daerah inilah menurut tambo dan sejarah bermulanya suku dan budaya Minangkabau. Kabupaten Tanah Datar dikenal juga sebagai “Luhak nan Tuo” yakni sebagai daerah tertua di Minangkabau dan di daerah ini pula terdapat Nagari Tuo Pariangan yakni nagari/desa tertua di Provinsi Sumatera Barat. Di daerah ini juga pernah berdiri Kerajaan Pagaruyung dimana menurut beberapa ahli memiliki wilayah kekuasaan yang melebihi wilayah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Dalam masa penjajahan kolonial, Kabupaten Tanah juga memiliki sejarah penting di Sumatera Barat terutama dalam masa Perang Paderi. Batusangkar sebagai Ibukota Kabupaten Tanah Datar juga dicanangkan sebagai Kota Budaya, karena di daerah ini banyak memiliki potensi Budaya. Pencanangan Batusangkar sebagai Kota Budaya dilakukan oleh Prof. DR. Haryati Soebadio, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang disaksikan Sri Sultan Hamengkubowono ke IX dan Ir. H. Azwar Anas Gubernur Sumatera Barat, pada tanggal 16 Juli 1985 Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa warisan cagar budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Datar memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan maupun kebudayaan

2.2.2. Pernyataan Keaslian atau Otentisitas Otentisitas Kabupaten Tanah Datar sebagai simbol budaya Minangkabau dan sebagai daerah yang penting pada masa kolonialisme dapat dilihat dari banyaknya benda Cagar Budaya yang tersebar didaerah ini. Dimulai dari masa Hindu/Budha, Peradaban Islam, masa kolonialisme Belanda dan Jepang hingga sekarang. Sebagian besar bukti-bukti sejarah tersebut masih dipertahankan dengan baik seperti Benteng Van Der Capellen yang dibangun untuk menghadapi Perang Padri di Sumatera Barat di kawasan Batusangkar. Benteng Van Der Capellen merupakan salah satu jejak situs dalam peristiwa perang tersebut yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Minangkabau khususnya. Dalam Perang Padri, Belanda membangun 2 Benteng yakni Benteng Van Der Capellen dan benteng Fort De Kock di Bukitinggi. Benteng Van der Capellen bernilai Arsitektur bagi Sumatera Barat karena Benteng ini adalah satu-satunya Benteng yang dibangun Belanda di Sumatera Barat yang dapat ditemukan strukturnya secara 31

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 utuh, karena Benteng Fort de Kock telah hancur dan tidak dapat dilihat lagi wujudnya. Dari sudut keunikan Arsitektur, Benteng Van Der Capellen sebagai satu-satunya bangunan Benteng Kolonial tinggalan Belanda di Sumatera Barat, berada di atas bukit yang terletak di Pusat Kota Batusangkar, di pedalaman (hinterland). Hal lain yang dapat diperhatikan adalah struktur ruang Kawasan Batusangkar yang sebagian besar masih dipertahankan seperti pada masa kolonialisme Belanda sekitar Tahun 1830-an. 2.3. Atribut Kota Pusaka 2.3.1. Aset Pusaka Alam Pusaka Alam adalah kondisi atau bentukan alam yang istimewa. Proses perkembangan dan perubahan yang terjadi di alam sekitar kita dalam kurun waktu yang panjang mengandung banyak pelajaran yang berharga. Kabupaten Tanah Datar memiliki banyak aset pusaka alam seperti: 1. Nagari Tuo Pariangan Nagari Tuo Pariangan memiliki posisi istimewa di Minangkabau sebagai daerah yang merupakan asal – musal lahirnya kebudayaan dan adat di Minangkabau. Di Nagari Pariangan, terdapat peninggalan – peninggalan Sejarah yang masih terlihat dan terjaga saat ini. Peninggalan tersebut terkait dengan tumbuh dan berkembangnya kebudayaan dan adat Minangkabau. Seperti tempat sawah pertama di Minangakabau yang dikenal dengan “Sawah Satampang Baniah”, Medan Nan Bapaneh yang merupakan susunan batu untuk melakukan sidang, Batu Tungku Tigo Sajarangan, Makam Arsitek Balairung Sari “Tantejo Gurhano” sepanjang +25 meter, Prasasti Pariangan yang menandakan bahwa Adityawarman pernah bermukim di nagari ini, dan Rumah – rumah gadang tua yang masih banyak terlihat hingga saat ini. Bahkan konon pernah ditemukan tapak Candi yang menjadi nama daerah ditempat ini, daerah kecil di Pariangan ini dikenal dengan nama “Biaro” atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Biara” yang merupakan tempat beribadah agama Budha. 32

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Ada dua hal yang bisa dipelajari dari Nagari Pariangan sebagai kawasan pelestarian cagar budaya

1. Nagari Pariangan sebagai sebuah kawasan lanskap sejarah Terkait dengan sejarah atau cerita asal usul nenek moyang Minangkabau yang turun dari Gunung Marapi dan membangun pemukiman/nagari awal di Pariangan. Hal in idirepresentasikan melalui tinggalan fisik seperti Situs Sandi Laweh, Makam Tantejo Gurhano, Makam-makam keramat, Balai Katiak, Balai Pasujian, Galundi nan baselo, Sawah Satampang Baniah, Batu lantak tigo, prasasti Pariangan,Lesung gadang, dll 2. Nagari Pariangan sebagai sebuah kawasan lanskap budaya Terkait dengan Nagari Pariangan sebagai representasi sebuah pemukiman tradisional Minangkabau lengkap dengan komponen pembentuk nagari yang masih utuh. basasok bajarami (batas wilayah dengan tanda-tanda tertentu), bapandam pakuburan (kuburan), balabuah batapian (jalan dan sarana MCK), barumah batanggo (rumah tempat tinggal), bakorong bakampuan (kelompok pemukiman), basawah baladang (kawasan pertanian), babalai bamusajik (balai adat dan masjid), pakan (pasar) nagari serta galanggang (lapangan terbuka) Budget Travel, sebuah media pariwisata internasional dunia dari USA pernah menganugerahkan 5 desa terindah didunia pada akhir tahun 2012, salah satu Desa terindah di dunia menurut media tersebut berada di Indonesia yakni Desa (Nagari) Pariangan di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Desa ini bersanding dengan Desa Wengen (Swiss), Eze (Prancis), Niagara on the Lake (Kanada) serta Cesky Krumlov (Ceko). Paduan harmonisasi alam, masyarakat, sejarah dan kebudayaan yang tumbuh menjadi alasan atas penghargaan dari Budget Travel sebagai salah satu desa terindah didunia. 2. Danau Singkarak Danau Singkarak merupakan danau terluas kedua di Indonesia setelah Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Danau Singkarak merupakan salah satu bendungan alam di Propinsi Sumatera Barat yang di batasi oleh

33

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 gunung dan bukit yang curam danau ini membujur dari barat laut ke tenggara, terletak di dua (2) kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, dengan ketinggian 362 meter di atas pemukaan laut. Bagian utara dari danau termasuk kabupaten Tanah Datar sedangkan bagian selatannya termasuk kabupaten Solok. Danau Singkarak mempunyai luas 112,115 hektar dengan jarak terpanjang antara kedua sisi 21 km dan jarak terpendek 7,7 km. Selain memiliki potensi wisata karena keindahan alamnya, di danau ini juga terdapat spesies ikan bilih (Mistacolecus Padangensisi) yang merupakan jenis ikan endemik yang ada di Danau Singkarak. Danau ini juga dimanfaatkan sebagai sumber daya pembangkit tenaga listrik

3. Kawasan Lembah Anai Salah satu ikon pariwisata di Provinsi Sumatera Barat. Terletak di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Padang dan Kota Bukittinggi, tepatnya di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, sekitar 38 km dari arah Batusangkar. Ini adalah kawasan konservasi cagar alam Lembah Anai yang di tetapkan semenjak kolonial Belanda. Cagar Alam Lembah Anai adalah kawasan hutan lindung yang berada di Sumatera Barat, kawasan ini memiliki hutan tropis yang lebat dengan beraneka jenis flora dan fauna. Keindahan alam serta flora dan fauna yang langka adalah daya tarik dari Lembah Anai, keindahan alam tersebut di antaranya terdapat tiga air terjun dan satu telaga yang airnya berwarna kebiru-biruan 4. Panorama Tabek Patah Panorama Tabek Patah terletak di pinggang gunung Marapi antara kota Bukittinggi dan Batusangkar, Indonesia. Hawanya dingin dan sering berkabut. Tabek Patah,Panorama Tabek Patah terletak didi Nagari Tabek Patah, Kec. Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Panorama yang mengagumkan ini berjarak sekitar 16 km dari pusat Kota Batusangkar. Dari panorama ini bagi anda yang suka berwisata alam akan sangat menikmati. Sebab dari panorama ini kita bisa

34

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 menikmati keindahan alam Nagari Tabek Patah dengan dihiasi lanskap pegunungan Marapi. 5. Panorama Puncak Pato Puncak Pato adalah satu dari sejumlah pesona keindahan alam Sumatera Barat dengan karakteristiknya sendiri dan tercatat pula sebagai tempat terjadinya peristiwa bersejarah dalam perjalanan masyarakat adat Minangkabau yang terkenal dengan Sumpah Sati Bukik Marapalam. Puncak Pato terletak di Nagari Batu Bulek, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kab. Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat.Puncak Pato yang sekarang dikenal sebagai objek wisata panoramo alam, pada masa dulunya menjadi tempat yang bersejarah, dimana di Pucak Pato ini terjadi apa yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau dengan Sumpah Sati Bukik Marapalam. Dalam konteks keberadaan Puncak Pato dengan peristiwa sejarah itu, maka di Puncak Pato terdapat beberapa monumen sebagai tanda pengingat peristiwa bersejarah masyarakat Minangkabau. 2.3.2. Aset Pusaka Saujana Sampai tahun 2017, Benda Cagar Budaya/Situs di Kabupaten Tanah Datar yang sudah diinventarisasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar berjumlah 72 buah. BCB/Situs tersebut tersebar di 14 Kecamatan di wilayah Kabupaten Tanah Datar sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Tabel. 2.1. Nama dan Lokasi Benda Cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar N0. KECAMATAN NAMA BCB/SITUS 1. Batipuh 1. Surau Nagari Lubuk Bauk 2. Megalit Gunung Bungsu 3. Stasiun Kereta Api Sumpur 4. Stasiun Kereta Api Kubu Kerambil 2. Lima Kaum 1. Prasasti Saruaso II 2. Prasasti Kubu Rajo 3. Medan Bapaneh Dusun Tuo (Batu Batikam) 4. Masjid Raya Lima Kaum 5. Gedung Indo Jolito 6. Benteng Van Der Capellen 7. Medan Bapaneh Koto Baranjak 8. Makam Sultan Muningsyah 9. Rumah Dinas Pegadaian 10. Rumah Dinas PT. Pos 11. Gedung LP Batusangkar 12. Rumah Dinas Wakil Bupati 13. Rumah Dinas DPRD 14. Rumah Dinas Kapolres 15. Rumah Dinas Dandim 16. RSU Tentara 17. Los Pasar Koto Tinggi Atas 18. Rumah Hunian Kampung Sudut

35

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

19. Rumah Dt. Bijo 20. Rumah Hunian Batu Balang 21. Rumah Gadang Dt. Bandaro Nan Kuniang 3. Lintau Buo 1. Makam (Ustano ) Rajo Adat Buo 2. Gedung Controleur 4. Lintau Buo Utara 1. Situs Tapak Stasiun Radio PDRI 5. Pariangan 1. Prasasti Pariangan 2. Balairung Sari Tabek 3. Makam Panjang Tantejo Gurhano 4. Rumah Gadang angku Bandaro Kayo 6. Padang Ganting 1. Makam Tuan Kadhi 2. Makam Syech Ibrahim 7. Rambatan 1. Prasasti Rambatan 2. Prasasti Ombilin 3. Rumah Tuo Kampai Nan Panjang 4. Menhir Simawang 8. Salimpaung 1. Kompleks Makam Makhudum 2. Benteng Jepang Salimpaung I 3. Benteng Jepang Salimpaung II 9. Sungayang 1. Medan Bapaneh Ateh Lago 10. Sungai Tarab 1. Makam Tuan Titah 2. Medan Bapaneh Sitangkai 3. Makam Ninik Janggut Hitam 4. Tiang Panjang 5. Masjid Rao-rao 6. Masjid Saadah 7. Rumah Perjanjian Renville (Colonial) 8. Makam Syeikh Abdurrahman Khalidi 11. X Koto 1. Kompleks Makam Tuanku Pamansiangan 2. Masjid Tuanku Pamansiangan 3. Makam Haji Miskin 4. Stasiun Pasar Rebo Koto Baru 5. Stasiun Koto Baru 12. Tanjung Baru 1. Medan Bapaneh Gunung 2. Menhir Koto Laweh 13. Tanjung Emas 1. Makam (Ustano) Rajo Alam Pagaruyung 2. Prasasti Ponggongan 3. Makam (ustano) Saruaso 4. Makam Indomo 5. Prasasti Saruaso I 6. Megalit Talago Gunung 7. Kompleks Prasasti Adityawarman 8. Makam Rajo Ibadat 9. Menhir Tambun Tulang 10. Benteng Jepang Ludai 11. Kompleks Makam Tuan Gadih 12. Situs (Tapak) Istana Silinduang Bulan 14. Batipuh Selatan 1. Kawasan Rumah Gadang Sumpur 2. Stasiun Kereta api Batu Tabal

36

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Tabel 2.2. Daftar Inventarisir Status Benda Cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar NO NO.INVENTARI NAMA BENDA CAGAR KECAMAT JENIS STATUS S BPCB BUDAYA/SITUS AN 1 04/BCB- Prasasti Ponggongan Tanjung Prasasti Nasional TB/A/12/2007 Emas 2 09/BCB- Prasasti Saruaso I Tanjung Prasasti Nasional TB/A/12/2007 Emas 3 10/BCB- Prasasti Saruaso II Lima Kaum Prasasti Nasional TB/A/12/2007 4 11/BCB- Prasasti Rambatan Rambatan Prasasti Nasional TB/A/12/2007 5 12/BCB- Prasasti Pariangan Pariangan Prasasti Nasional TB/A/12/2007 6 15/BCB- Prasasti Ombilin Rambatan Prasasti Nasional TB/A/12/2007 7 19/BCB- Prasasti Kubu Rajo Lima Kaum Prasasti Nasional TB/A/12/2007 8 28/BCB- Kompleks Prasasti Tanjung Prasasti Nasional TB/A/12/2007 Adityawarman Emas 9 01/BCB- Makam Tuan Titah Sungai Makam Nasional TB/A/12/2007 Tarab 10 02/BCB- Kompleks Makam Salimpaung Makam Nasional TB/A/12/2007 Makhudum 11 03/BCB- Makam (Ustano) Rajo Tanjung Makam Nasional TB/A/12/2007 Alam Pagaruyung Emas 12 05/BCB- Makam (Ustano) Rajo Tanjung Makam Nasional TB/A/12/2007 Saruaso Emas 13 06/BCB- Makam Indomo Tanjung Makam Nasional TB/A/12/2007 Emas 14 16/BCB- Surau Nagari Lubuk Batipuh Rumah Nasional TB/A/12/2007 Bauk Ibadah 15 18/BCB- Menhir Simawang Rambatan Makam Nasional TB/A/12/2007 16 21/BCB- Masjid Raya Lima Lima Kaum Rumah Nasional TB/A/12/2007 Kaum Ibadah 17 23/BCB- Makam (Ustano) Rajo Lintau Buo Makam Nasional TB/A/12/2007 Adat Buo 18 27/BCB- Megalit Talago Gunung Tanjung Makam Nasional TB/A/12/2007 Emas 19 31/BCB- Makam Rajo Ibadat Tanjung Makam Nasional TB/A/12/2007 Emas 20 34/BCB- Medan Bapaneh Tanjung Batu Nasional TB/A/12/2007 Gunung Baru Sandar 21 36/BCB- Menhir Koto Laweh Tanjung Makam Nasional TB/A/12/2007 Baru 22 37/BCB- Makam Haji Miskin X Koto Makam Nasional TB/A/12/2007 23 40/BCB- Masjid Rao-Rao Sungai Rumah Nasional TB/A/12/2007 Tarab Ibadah 24 41/BCB- Masjid Saâdah Sungai Rumah Nasional TB/A/12/2007 Tarab Ibadah 25 42/BCB- Kompleks Makam X Koto Makam Nasional TB/A/12/2007 Tuanku Pamansiangan 26 25/BCB- Benteng Van der Lima Kaum Bangunan Nasional TB/A/12/2007 Capellen Kolonial 27 38/BCB- Gedung Controleur Lintau Buo Bangunan Nasional TB/A/12/2007 Kolonial 37

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

28 13/BCB- Balairung Sari Tabek Pariangan Bangunan Nasional TB/A/12/2007 Tradisional 29 14/BCB- Makam Panjang Pariangan Makam Nasional TB/A/12/2007 Tantejo Gurhano 30 17/BCB- Rumah Tuo Kampai Rambatan Bangunan Nasional TB/A/12/2007 Nan Panjang Tradisional 31 20/BCB- Medan Bapaneh Dusun Lima Kaum Prasasti Nasional TB/A/12/2007 Tuo (Batu Batikam) 32 29/BCB- Medan Bapaneh Koto Lima Kaum Batu Nasional TB/A/12/2007 Baranjak Sandar 33 32/BCB- Medan Bapaneh Sungai Batu Verifikasi TB/A/12/2007 Sitangkai Tarab Sandar 34 07/BCB- Makam Tuan Kadhi Padang Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Ganting 35 08/BCB- Makam Syech Ibrahim Padang Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Ganting 36 26/BCB- Megalit Gunung Batipuh Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Bungsu 37 30/BCB- Makam Sultan Lima Kaum Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Muningsyah 38 33/BCB- Makam Ninik Janggut Sungai Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Hitam Tarab 39 35/BCB- Masjid Tuanku X Koto Rumah Verifikasi TB/A/12/2007 Pamansiangan Ibadah 40 43/BCB- Menhir Tambun Tulang Tanjung Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Emas 41 60/BCB- Kompleks Makam Tuan Tanjung Makam Verifikasi TB/A/12/2007 Gadih Emas 42 66/BCB- Makam Syeikh Sungai Makam Verifikasi TB/A/12/2011 Abdurrahman Khalidi Tarab 43 22/BCB- Medan Bapaneh Ateh Sungayang Batu Verifikasi TB/A/12/2007 Lago Sandar 44 24/BCB- Gedung Indo Jolito Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Kolonial 45 44/BCB- Rumah Dinas Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Pegadaian Kolonial 46 45/BCB- Rumah Dinas PT POS Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Kolonial 47 46/BCB- Gedung LP Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Batusangkar Kolonial 48 47/BCB- Rumah Dinas Wakil Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Bupati Kolonial 49 48/BCB- Rumah Dinas DPRD Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Kolonial 50 49/BCB- Rumah Dinas Kapolres Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Kolonial 51 50/BCB- Rumah Dinas Kodim Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Kolonial 52 51/BCB- RSU Tentara Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Kolonial 53 52/BCB- Los Pasar Koto Tinggi Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Atas Kolonial 54 53/BCB- Rumah Hunian Lima Kaum Rumah Verifikasi TB/A/12/2007 Kampung Sudut Tinggal 55 54/BCB- Rumah Dt. Bijo Lima Kaum Rumah Verifikasi TB/A/12/2007 Tinggal 56 55/BCB- Rumah Hunian Batu Lima Kaum Rumah Verifikasi TB/A/12/2007 Balang Tinggal 38

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

57 56/BCB- Benteng Jepang Salimpaung Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Salimpaung I Kolonial 58 57/BCB- Benteng Jepang Salimpaung Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Salimpaung II Kolonial 59 58/BCB- Benteng Jepang Ludai Tanjung Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Emas Kolonial 60 59/BCB- Situs (Tapak) Stasiun Lintau Buo Situs Verifikasi TB/A/12/2007 Radio PDRI Utara 61 68/BCB- Stasiun Pasar Rebo X Koto Bangunan Verifikasi TB/A/12/2013 Koto Baru Kolonial 62 69/BCB- Stasiun Koto Baru X Koto Bangunan Verifikasi TB/A/12/2013 Kolonial 63 70/BCB- Stasiun KA Batu Tabal Batipuh Bangunan Verifikasi TB/A/12/2014 Selatan Kolonial 64 71/BCB- Stasiun KA Sumpur Batipuh Bangunan Verifikasi TB/A/12/2014 Kolonial 65 72/BCB- Stasiun KA Kubu Batipuh Bangunan Verifikasi TB/A/12/2014 Karambil Kolonial 66 62/BCB- Rumah Perjanjian Sungai Bangunan Verifikasi TB/A/12/2011 Renville (colonial) Tarab Kolonial 67 39/BCB- Rumah Adat Tiang Sungai Bangunan Verifikasi TB/A/12/2007 Panjang Tarab Tradisional 68 61/BCB- Situs (Tapak) Istana Tanjung Situs Verifikasi TB/A/12/2007 Silinduang Bulan Emas 69 63/BCB- Rumah Gadang Dt. Lima Kaum Bangunan Verifikasi TB/A/12/2011 Bandaro nan Kuniang Tradisional 70 64/BCB- Rumah Gadang Angku Pariangan Bangunan Verifikasi TB/A/12/2011 Bandaro Kayo Tradisional 71 65/BCB- Tapak Rumah Gadang Batipuh Situs Verifikasi TB/A/12/2011 Tuan Gadang Batipuh 72 67/BCB- Kawasan Rumah Batipuh Bangunan Verifikasi TB/A/12/2011 Gadang Sumpur Selatan Tradisional

Tabel 2.3. Daftar Periodesasi dan Jenis Benda cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar NO NAMA BENDA CAGAR PERIODE JENIS BUDAYA/SITUS 1 Prasasti Ponggongan Hindu/Budha Prasasti 2 Prasasti Saruaso I Hindu/Budha Prasasti 3 Prasasti Saruaso II Hindu/Budha Prasasti 4 Prasasti Rambatan Hindu/Budha Prasasti 5 Prasasti Pariangan Hindu/Budha Prasasti 6 Prasasti Ombilin Hindu/Budha Prasasti 7 Prasasti Kubu Rajo Hindu/Budha Prasasti Kompleks Prasasti 8 Adityawarman Hindu/Budha Prasasti 9 Medan Bapaneh Sitangkai Hindu/Budha Batu Sandar 10 Makam Tuan Titah Islam Makam 11 Kompleks Makam Makhudum Islam Makam Makam (Ustano) Rajo Alam 12 Pagaruyung Islam Makam 13 Makam (Ustano) Rajo Saruaso Islam Makam

39

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

14 Makam Indomo Islam Makam 15 Makam Tuan Kadhi Islam Makam 16 Makam Syech Ibrahim Islam Makam 17 Surau Nagari Lubuk Bauk Islam Rumah Ibadah 18 Menhir Simawang Islam Makam 19 Masjid Raya Lima Kaum Islam Rumah Ibadah 20 Makam (Ustano) Rajo Adat Buo Islam Makam 21 Megalit Gunung Bungsu Islam Makam 22 Megalit Talago Gunung Islam Makam 23 Makam Sultan Muningsyah Islam Makam 24 Makam Rajo Ibadat Islam Makam 25 Makam Ninik Janggut Hitam Islam Makam 26 Medan Bapaneh Gunung Islam Batu Sandar 27 Masjid Tuanku Pamansiangan Islam Rumah Ibadah 28 Menhir Koto Laweh Islam Makam 29 Makam Haji Miskin Islam Makam 30 Masjid Rao-Rao Islam Rumah Ibadah 31 Masjid Saâdah Islam Rumah Ibadah Kompleks Makam Tuanku 32 Pamansiangan Islam Makam 33 Menhir Tambun Tulang Islam Makam 34 Kompleks Makam Tuan Gadih Islam Makam Makam Syeikh Abdurrahman 35 Khalidi Islam Makam 36 Medan Bapaneh Ateh Lago Kolonial Batu Sandar 37 Gedung Indo Jolito Kolonial Bangunan Kolonial 38 Benteng Van der Capellen Kolonial Bangunan Kolonial 39 Gedung Controleur Kolonial Bangunan Kolonial 40 Rumah Dinas Pegadaian Kolonial Bangunan Kolonial 41 Rumah Dinas PT POS Kolonial Bangunan Kolonial 42 Gedung LP Batusangkar Kolonial Bangunan Kolonial 43 Rumah Dinas Wakil Bupati Kolonial Bangunan Kolonial 44 Rumah Dinas DPRD Kolonial Bangunan Kolonial 45 Rumah Dinas Kapolres Kolonial Bangunan Kolonial 46 Rumah Dinas Kodim Kolonial Bangunan Kolonial 47 RSU Tentara Kolonial Bangunan Kolonial 48 Los Pasar Koto Tinggi Atas Kolonial Bangunan Kolonial 49 Rumah Hunian Kampung Sudut Kolonial Rumah Tinggal 50 Rumah Dt. Bijo Kolonial Rumah Tinggal 51 Rumah Hunian Batu Balang Kolonial Rumah Tinggal 52 Benteng Jepang Salimpaung I Kolonial Bangunan Kolonial 53 Benteng Jepang Salimpaung II Kolonial Bangunan Kolonial 54 Benteng Jepang Ludai Kolonial Bangunan Kolonial Situs (Tapak) Stasiun Radio 55 PDRI Kolonial Situs 56 Stasiun Pasar Rebo Koto Baru Kolonial Bangunan Kolonial 40

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

57 Stasiun Koto Baru Kolonial Bangunan Kolonial 58 Stasiun KA Batu Tabal Kolonial Bangunan Kolonial 59 Stasiun KA Sumpur Kolonial Bangunan Kolonial 60 Stasiun KA Kubu Karambil Kolonial Bangunan Kolonial Rumah Perjanjian Renville 61 (colonial) Kolonial Bangunan Kolonial 62 Balairung Sari Tabek Tradisional Bangunan Tradisional Makam Panjang Tantejo 63 Gurhano Tradisional Makam Rumah Tuo Kampai Nan 64 Panjang Tradisional Bangunan Tradisional Medan Bapaneh Dusun Tuo 65 (Batu Batikam) Tradisional Prasasti 66 Medan Bapaneh Koto Baranjak Tradisional Batu Sandar 67 Rumah Adat Tiang Panjang Tradisional Bangunan Tradisional Situs (Tapak) Istana Silinduang 68 Bulan Tradisional Situs Rumah Gadang Dt. Bandaro nan 69 Kuniang Tradisional Bangunan Tradisional Rumah Gadang Angku Bandaro 70 Kayo Tradisional Bangunan Tradisional Tapak Rumah Gadang Tuan 71 Gadang Batipuh Tradisional Situs Kawasan Rumah Gadang 72 Sumpur Tradisional Bangunan Tradisional

41

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.16 Peta Penyebaran Cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar

42

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.17. Peta Klasifikasi Benda Cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar 43

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.18. Peta Penyebaran Cagar Budaya Berdasarkan Periode Masa di Kabupaten Tanah Datar

44

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.19. Peta Penyebaran Cagar Budaya Berdasarkan Periode Masa Hindu/Budha di Kabupaten Tanah Datar

45

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.20. Peta Penyebaran Cagar Budaya Berdasarkan Periode Masa Islam di Kabupaten Tanah Datar

46

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.21. Peta Penyebaran Cagar Budaya Berdasarkan Periode Masa Kolonialisme Belanda-Jepang di Kabupaten Tanah Datar 47

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.22. Peta Penyebaran Cagar Budaya Berdasarkan Periode Masa Tradisional di Kabupaten Tanah Datar

48

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 2.23. Peta Penyebaran Cagar Budaya Berdasarkan Penetapan Status di Kabupaten Tanah Datar 49

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

1. KOMPLEKS MAKAM TUAN TITAH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Tuan Titah Alamat Nagari Sungai Tarab Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi 650 Mdpl Letak Astronomis S 00˚24’ 59,82” E 100˚34’ 03,6” Deskripsi Historis Kompleks makam ini merupakan kompleks makam Datuk Bandaro (Tuan Titah) yang merupakan salah satu dari Basa Ampek Balai semasa Kerajaan Pagaruyung. Basa Ampek Balai yaitu Bandaro di Sungai Tarab, Andomo di Saruaso, Mangkhudum di Sumanik, dan Tuan Gadang di Batipuh yang merupakan pembesar pemerintah pusat. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung, Rajo Tigo Selo atau Raja Tiga Sila, dibantu oleh orang besar atau Basa yang kumpulannya disebut Basa Ampek Balai, empat orang besar yang mempunyai tugas, kewenangan-kewenangan dan tempat kedudukan atau wilayah sendiri pada nagari-nagari yang berada di sekeliling pusat kerajaan, Pagaruyung. Datuk Bandaro Putiah yang bertugas sebagai Panitahan atau Tuan Titah mempunyai kedudukan di Sungai Tarab – dengan gelar kebesarannya Pamuncak Koto Piliang. Panitahan merupakan pimpinan, kepala atau yang dituakan dari anggota Basa Ampek Balai dalam urusan pemerintahan. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Roslina Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

50

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2. KOMPLEKS MAKAM MAKHUDUM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Makhudum Alamat Nagari Sumanik Kecamatan Salimpaung Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 750 dpl Letak Astronomis S 00˚22.734’ E 100˚35.813’ Deskripsi Historis Tuan Makhudum adalah salah satu dari Basa Ampek Balai semasa Kerajaan Pagaruyung. Basa empat Balai yaitu Bandaro di Sungai Tarab, Indomo di Saruaso, Makhudum di Sumanik, dan Tuan Gadang di Batipuh yang merupakan pembesar pemerintah pusat. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung, Rajo Tigo Selo atau Raja Tiga Sila, dibantu oleh orang besar atau Basa yang kumpulannya disebut Basa Ampek Balai, empat orang besar yang mempunyai tugas, kewenangan-kewenangan dan tempat kedudukan atau wilayah sendiri pada nagari-nagari yang berada di sekeliling pusat kerajaan, Pagaruyung. Tuan Makhudum yang berkedudukan di Sumanik dengan julukan Aluang Bunian Koto Piliang bertugas dalam urusan perekonomian dan keuangan. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Kaum Makhudum Syah Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

51

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

3. KOMPLEKS MAKAM (USTANO) RAJO ALAM PAGARUYUNG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 03/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam (Ustano) Rajo Alam Pagaruyung Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Letak Astronomis S 00˚27 39.8“ E 100˚ 36’28.7” Deskripsi Historis Raja Alam merupakan salah satu dari Rajo Tigo Selo merupakan sebuah institusi tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo. Tiga orang raja masing- masing terdiri dari Raja Alam, Raja Adat dan Raja Ibadat yang berasal dari satu keturunan. Raja Alam merupakan yang tertinggi dari kedua raja, Raja Alam memutuskan hal-hal mengenai kepemerintahan secara keseluruhan. Masing- masing raja mempunyai daerah kedudukan masing-masing. Raja Alam berkedudukan di Pagaruyung, Raja Adat berkedudukan di Buo dan Raja Ibadat berkedudukan di Sumpur Kudus. Menurut silsilah raja-raja Pagaruyung, Puti Reno Sari bersaudara dengan Sultan Alam Bagagar Syah, pada masa yang sama menyingkir ke Padang. Sultan Alam Bagagar Syah, Puti Reno Sari dan tiga saudara mereka lainnya adalah anak dari Tuan Gadih Puti Reno Janji dan ayahnya Yang Dipertuan Fatah. Sewaktu Sultan Alam Bagagar Syah dinobatkan menjadi Raja Alam menggantikan Datuknya Sultan Alam Muningsyah, saudara sepupunya Sultan Abdul Jalil yang berada di Buo dikukuhkan menjadi Raja Adat dengan gelar Yang Dipertuan Sembahyang. Daulat Yang Dipertuan Muningsyah wafat pada 1825 dalam usia 80 tahun. Baginda dimakamkan di pemakaman raja-raja Minangkabau, Ustano Rajo di Pagaruyung.

Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Adat/Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

52

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

4. PRASASTI PONGGONGAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Ponggongan Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 415 m dpl Letak Astronomis S 00˚28’18.9” E 100˚36’ 33.4” Deskripsi Historis Situs ini merupakan tempat keberadaan Prasasti Ponggongan yang terletak di tengah-tengah sawah. Prasasti ini merupakan prasasti dari masa Melayu Kuno sekitar abad XIII-XIV M. Prasasti ini berasal dari Raja Adityawarman yang memerintah sekitar awal abad sampai seperempat akhir abad XIV. Fungsi awal dan fungsi Monumen (Peringatan) sekarang Pemilik Kaum Dt. Bunsu Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

53

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

5. KOMPLEKS MAKAM (USTANO) RAJO SARUASO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam (Ustano) Rajo Saruaso Alamat Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚29’16.8” E 100˚38’ 04.45” Deskripsi Historis Situs ini merupakan makam Raja Asa dan para kerabat keluarganya. Fungsi awal dan fungsi makam sekarang Pemilik Dt. Penghulu Rajo Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

6. KOMPLEKS MAKAM INDOMO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Indomo Alamat Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 450 m dpl Letak Astronomis S 00˚29’06.3“ E 100˚38’18.8“ Deskripsi Historis Indomo yang merupakan salah satu dari Basa Ampek Balai semasa Kerajaan Pagaruyung. Basa empat Balai yaitu Bandaro di Sungai Tarab, Andomo di Saruaso, Mangkhudum di Sumanik, dan Tuan Gadang di Batipuh yang merupakan pembesar pemerintah pusat. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung, Rajo Tigo Selo atau Raja Tiga Sila, dibantu oleh orang

54

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

besar atau Basa yang kumpulannya disebut Basa Ampek Balai, empat orang besar yang mempunyai tugas, kewenangan-kewenangan dan tempat kedudukan atau wilayah sendiri pada nagari-nagari yang berada di sekeliling pusat kerajaan, Pagaruyung. Tuan Indomo berkedudukan di Saruaso dengan julukan Payung Panji Koto Piliang dengan tugas pertahanan dan perlindungan kerajaan. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Kaum Indomo (Marnis) Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

7. KOMPLEKS MAKAM TUAN KADHI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 07/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Tuan Kadhi Alamat Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 350 m dpl Letak Astronomis S 00˚31’56.6” E 100˚41’33.4” Deskripsi Historis Tuan Kadhi merupakan salah satu dari Basa Ampek Balai semasa Kerajaan Pagaruyung. Basa empat Balai yaitu Bandaro di Sungai Tarab, Indomo di Saruaso, Mangkhudum di Sumanik, dan Tuan Gadang di Batipuh yang merupakan pembesar pemerintah pusat. Dalam struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung, Rajo Tigo Selo atau Raja Tiga Sila, dibantu oleh orang besar atau Basa yang kumpulannya disebut Basa Ampek Balai, empat orang besar yang mempunyai tugas, kewenangan-kewenangan dan tempat kedudukan atau wilayah sendiri pada nagari-nagari yang berada di sekeliling pusat kerajaan, Pagaruyung. Tuan Khadi berkedudukan di Padang Ganting dengan julukan Suluah Bendang Koto Piliang dengan 55

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

tugas mengurusi masalah-masalah keagamaan dan pendidikan. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik BPCB Sumatera Barat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

8. MAKAM SYECH IBRAHIM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 08/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Makam Syech Ibrahim Alamat Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 350 m dpl Letak Astronomis S 00˚31’55.8” E 100˚41’ 45.7” Deskripsi Historis Syeh Ibrahim adalah tokoh ulama penyebar agama Islam di Padang Ganting sekitar tahun1900-an. Barat Sawah Rajo Nan Ganting Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik BPCB Sumatera Barat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

56

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

9. PRASASTI SARUASO I

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 09/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Saruaso I Alamat Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚9’15.5” E 100˚38’06.5” Deskripsi Historis Prasasti Saruaso I merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Adityawarman yang berangka tahun 1297 Ş atau 1375 M. Prasasti ini berisi upacara pentasbihan Raja Adityawarman sebagai seorang penganut Buddha Mahayana sekte Bairawa sebagai wisesa dharani (salah satu perwujudan Buddha) di kuburan yang disebut surawasan atau sekarang menjadi Saruaso. Fungsi awal dan fungsi Monumen (Peringatan) sekarang Pemilik Kaum Dt. Penghulu Rajo Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

10. PRASASTI SARUASO II

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Saruaso II Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs di perkotaan dan berada di dekat jalan raya, sehingga bias dilalui dengan kendaraan roda dua atau empat. Letak Astronomis S 00˚27’16.9” E 100˚35’42.1” Deskripsi Historis Prasasti ini dikeluarkan oleh Ananggawarman 57

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

yang merupakan anak dari Adityawarman (1347-1375 M). Isi pokok prasasti berupa puji- pujian kepada Ananggawarman sebagai yuwaraja (rajamuda) yang gagah dan bersifat asih, berbakti kepada ayah dan ibu (matapita) serta guru. Fungsi awal dan fungsi Monumen (Peringatan) sekarang Pemilik Pemda Kab. Tanah Datar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

11. PRASASTI RAMBATAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar 11/BCB-TB/A/12/2007 Budaya Nama Cagar Budaya Prasasti Rambatan Alamat Nagari Empat Suku Kapalo Koto Kecamatan Rambatan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚28’43.1” E 100˚32’46.5” Deskripsi Historis Prasasti Rambatan berangka tahun 1291 Ş (1369 M), merupakan peninggalan Raja Adityawarman yang berisi pemujaan (jejak) kaki dari Sang Buddha oleh para pengikutnya. Fungsi awal dan fungsi Monumen (Peringatan) sekarang Pemilik Tanah Adat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

58

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

12. PRASASTI PARIANGAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 12/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Pariangan Alamat Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 700 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, Berjalan kaki ± 10 m dengan jalan setapak yang telah di semen dan jalanan menurun. Letak Astronomis S 00˚27’32.1” E100˚ 29’31.7” Deskripsi Historis Prasasti Pariangan ini ditemukan di tepi Sungai Mengkaweh yang mengalir dari kaki Gunung Merapi. Lokasi ini ada di sebelah timur Kota Padang Panjang. Fungsi awal dan fungsi Monumen (Peringatan) sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

13. BALAIRUNG SARI TABEK

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 13/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Balairung Sari Tabek Alamat Nagari Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 700 m dpl Letak Astronomis S 00˚28’11.9” E 100˚31’24.2” Deskripsi Historis Bangunan Balirung Sari Tabek dahulu merupakan tempat musyawarah adat sebagai perkembangan dari Medan nan Bapaneh. Balairung Sari Tabek diyakini sebagai balai adat tertua di daerah Minangkabau yang dibuat oleh Datuk Tantejo Gurhano Pada abad ke 15.

59

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Fungsi awal dan fungsi Bangunan tradisional sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

14. MAKAM PANJANG TANTEJO GURHANO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 14/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Makam Panjang Tantejo Gurhano Alamat Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 700 m dpl Letak Astronomis S 00˚27’32.3” E 100˚29’ 38.6” Deskripsi Historis Makam ini merupakan makam Datuk Tantejo Gurhano. Beliau adalah arsitektur bangunan Rumah Gadang, salah satu karya arsitekturnya adalah Balai Adat Balairung Sari Tabek. Deskripsi Arkeologis Makam ini merupakan makam tunggal dari Datuk Tantejo Gurhano. Ukuran makammnya sangat panjang yaitu panjang 255 cm, dan lebar 120 cm. jirat makam terbuat dari susunan batu kali, nisannya hanya berupa batu kali tanpa pengerjaan. Dalam jirat yang panjang tersebut ditumbuhi pohon-pohon besar. Di sisi sebelah barat makam terdapat batu sandar sebagai medan nan bapaneh sebanyak 8 buah. Barat Jalan Nagari Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Kaum Dt. Sampono Marajo Suku Dalimo Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

60

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

15. PRASASTI OMBILIN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 15/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Ombilin Alamat Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 200 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di pinggir jalan Raya Ombilin Solok tepat di uatar Masjid Takwa Baringin. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis 0° 33' 10,874" S 100° 32' 32,716" E Deskripsi Historis Isi prasasti antara lain berupa penghormatan kepada Adityawarman yang pandai membedakan dharma dan adharma, ia punya sifat sebagai matahari yang membakar orang jahat, tetapi menolong orang baik. Fungsi awal dan fungsi Monumen (Peringatan) sekarang Pemilik PT. KAI Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

16. SURAU NAGARI LUBUK BAUK

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 16/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Surau Nagari Lubuk Bauk Alamat

61

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Nagari Batipuh Baruh Kecamatan Batipuh Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 900 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 28’ 37.8” E 100˚ 27’ 31.4” Deskripsi Historis Surau Lubuk Bauk didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang, seorang yang berasal dari suku Jambak, Jurau Nan Ampek Suku. Dibangun oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak pada tahun 1896 dan dapat diselesaikan tahun 1901. Bangunan yang bercorak Koto Piliang yang tercermin pada susunan atap dan terdapatnya bangunan menara, sarat dengan perlambang falsafah hidup ini memiliki peran besar dalam melahirkan santri dan ulama yang selanjutnya menjadi tokoh pengembang agama Islam di Sumatera Barat. Fungsi awal dan fungsi Masjid sekarang Pemilik Ibu Suna (sudah diwakafkan) Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

17. RUMAH TUO KAMPAI NAN PANJANG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 17/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Tuo Kampai Nan Panjang Alamat Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak dekat jalan raya balimbing. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 31’ 22.8” E 100˚ 34’ 11.1” Deskripsi Historis Rumah Tuo ini merupakan rumah adat tertua di Nagari Balimbing yang didirikan oleh Dt. Penghulu Basa dari suku Kampai Nan Panjang sekitar tahun 1700-an. Bangunan ini difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan 62

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

upacara adat seperti batagak penghulu, perkawinan, kematian dan lain-lain (sesuai dengan system kelarasan Lareh Nan Panjang yang dianut masyarakat Balimbing). Saat sekarang rumah tersebut, tidak lagi ditempati oleh kaum Kampai Nan Panjang, karena kaumnya sudah semakin banyak dan berkembang. Masing-masing sudah membuat dan memiliki rumah di tempat lain. Namun apabila ada acara perkawinan atau acara adat dari kaum Kampai Nan Panjang, tetap dilakukan di Rumah Tua Kampai Nan Panjang. Fungsi awal dan fungsi Bangunan tradisional sekarang Pemilik Kaum Dt. Panghulu Basa Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

18. KOMPLEKS MAKAM SIMAWANG (MENHIR SIMAWANG)

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 18/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Simawang (Menhir Simawang) Alamat Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 300 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 33’ 45.3” E 100˚ 33’ 57.9” Deskripsi Historis Berdasarkan pengamatan di lapangan, situs ini merupakan kompleks makam kuno dengan nisan-nisan menhir. Hal ini dibuktikan dengan orientasi nisan makam Utara-Selatan, jadi sudah mengacu kiblat makam Islam. Semua nisan menunjuk ke arah Selatan. Fungsi awal dan fungsi Makam megalit sekarang Pemilik BPCB Sumatera Barat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

63

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

19. KOMPLEKS PRASASTI KUBU RAJO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 19/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Prasasti Kubu Rajo Alamat Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 300 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di pinggir Jalan Raya Lima Kaum. Bisa menggunakan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 39.9” E 100˚ 34’ 15.9” Deskripsi Historis Isi yang termuat dalam Prasasti Kuburajo I berupa suatu genealogis atau garis keturunan Raja Adittyawarman. Prasasti Kuburajo II disebut juga dengan Prasasti Surya, karena dalam prasasti tersebut terdapat gambar/pahatan matahari (surya), yang diletakkan di bagian tengah batu. Hiasan matahari ini dilengkapi dengan sebuah bangunan empat persegi di dalam lingkaran, dan empat buah bajra (lambang kilat) di luar gambar lingkaran. Prasasti ini tampaknya tidak berangka tahun, tetapi berdasarkan perbandingan paleografis dengan prasasti lain yang berangka tahun, dapat diperkirakan prasasti ini berasal dari masa Adityawarman. Hal ini didukung pula dengan dua buah batu di kanan kiri prasasti yang merupakan batu berunsur candra sengkala. Fungsi awal dan fungsi Prasasti sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto

64

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Bangunan

20. MEDAN BAPANEH DUSUN TUO (BATU BATIKAM)

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 20/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Dusun Tuo (Batu Batikam) Alamat Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs berada dekat dengan jalan raya. Bisa dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 39.9” E 100˚ 34’ 15.9” Deskripsi Historis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh yang ditengahnya terdapat Batu Batikam (batu berlubang). Situs ini merupakan bukti mengenai kehadiran tokoh Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan dalam sejarah Minangkabau sebagai pendiri dari dua keselarasan yaitu Bodi Caniago dan Koto Piliang. Fungsi awal dan fungsi Batu Sandar sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

65

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

21. MASJID RAYA LIMA KAUM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 21/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Masjid Raya Lima Kaum Alamat Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 56.0” E 100˚ 34’ 05.4” Deskripsi Historis Masjid ini dibangun tahun 1710 M dengan melibatkan beberapa Nagari di sekitar Lima Kaum. Pembangunan mesjid ini dikerjakan secara bergotong royong dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat tanpa kecuali, seperti ninik-mamak (pemangku adat), kaum cerdik pandai (intelektual), dan alim ulama (guru agama Islam). bahkan Datuk Bandaro Kuniang sebagai raja Nagari Lima Kaum menetapkan ketentuan, kepada siapa yang tidak ikut gotong royong sehari saja, akan diambil ternaknya untuk disembelih sebagai ganti atas ketidakhadirannya. Fungsi awal dan fungsi Masjid sekarang Pemilik Wakaf Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

22. MEDAN BAPANEH ATEH LAGO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 22/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Ateh Lago Alamat Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 800 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 22’ 51.6” E 100˚ 36’ 53.2” 66

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Deskripsi Historis Ateh lago merupakan perkampungan lama yang telah ada dari masa penjajahan Belanda sekitar abad ke 19. Sekarang perkampungan ini telah ditinggalkan dan berpindah ke bawah lereng bukit mendekati jalan raya. Awal pendirian kampung ini dikarenakan dahulu rakyat Sungai Patai lari dari kejaran penjajah Belanda, kemudian mendirikan perkampungan di daerah Ateh Lago. Di sisi Timur di luar pagar situs ini terdapat batu lesung, yang menandakan dahulu ada perkampungan. Fungsi awal dan fungsi Batu Sandar sekarang Pemilik BPCB Sumatera Barat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

23. KOMPLEKS MAKAM RAJO ADAT BUO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 23/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Rajo Adat Buo Alamat Keletakan Geografis Dataran rendah ± 12 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di pinggir jalan raya desa yang telah di aspal sehingga bias menggunakan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 42.7” E 100˚ 45’ 18.5” Deskripsi Historis Raja Adat adalah salah satu dari Raja Tiga Selo, yaitu Raja Alam, Raja Adat, dan Raja Ibadat. Raja Adat berfungsi sebagai pembantu raja alam. Raja Adat mempunyai tugas untuk memutuskan hal- hal berkaitan dengan masalah peradatan. Menurut tambo (ranji) raja yang dimakamkan di sini adalah Sultan Ismail dan permaisurinya. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat

67

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Bangunan

24. GEDUNG INDO JOLITO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 24/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Gedung Indo Jolito Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Letak Astronomis S 00˚ 27’ 17.8” E 100˚ 35’ 40.6” Deskripsi Historis Dahulu bangunan ini merupakan rumah kediaman dan kantor Asisten Residen di Batusangkar semasa pemerintahan Belanda. Bangunan ini didirikan pada tahun 1837 dan pernah di rehab atau disempurnakan dengan taman pada tahun 1938. Dari tahun 1837 sampai tahun 1942 gedung ini merupakan tempat kediaman Asisten Residen Tanah Datar. Tahun 1942 sampai dengan tahun 1948 gedung ini diambil alih oleh tentara jepang untuk kediaman para pembesar Jepang (nipon) yang mewakili/menduduki kota Batusangkar. Tahun 1948-1949 diambil alih oleh pemerintahan Nica (Belanda). Tahun 1950-1952 digunakan untuk kediaman Asisten Bupati, yang mana pada waktu itu kedudukan Bupati berada di Padang Panjang. Tahun 1952 sampai 1986 merupakan tempat kediamam Bupati Tanah Datar. Tahun 1986 sampai sekarang merupakan tempat penyambutan tamu kenegaraan yang berkunjung ke kabupaten Tanah datar sedangkan kediaman Bupati yang beru, terletak di samping kanan bangunan Gedung Indo Jolito. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Negara Pengelola Pemkab Tanah Datar Foto Bangunan

68

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

25. BENTENG VAN DER CAPELLEN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 25/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Benteng Van Der Capellen Alamat Jalan Jl. Benteng Jorong Kampung Baru Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 200 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs berada di perkotaan dengan akses jalan beraspal. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 15.2” E 100˚ 35’ 45.0” Deskripsi Historis Keberadaan benteng Van Der Capellen yang ada di kota Batusangkar, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa peperangan antara Kaum Adat dengan Kaum Agama yang terjadi pada sekitar tahun 1821. Konflik terbuka yang berupa peperangan fisik antara kaum Adat dan Kaum Agama akhirnya dimenangkan oleh Kaum Agama. Kaum Adat kemudian meminta bantuan Belanda yang waktu itu berkedudukan di Padang. Di bawah pimpinan Kolonel Raff pasukan Belanda kemudian masuk di daerah Tanah Datar untuk menumpas gerakan Kaum Agama. Sesampai di Batusangkar Ibukota Tanah Datar pasukan Belanda dipusatkan di tempat ketinggian yang jauhnya lebih kurang 500 m dari pusat kota. Pada tempat ketinggian inilah pasukan Belanda sekaligus membangun kubu pertahanan. Kubu pertahanan yang dibangun Belanda waktu itu berupa bangunan gedung dari beton yang kemudian diberi nama Benteng Van Der Capellen sesuai dengan nama Gubernur

69

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Jenderal Belanda waktu itu. Fungsi awal dan fungsi Fungsi Awal Pertahanan Perang dan Fungsi sekarang Sekarang Kantor Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanah Datar. Pemilik Pemkab Tanah Datar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

26. KOMPLEKS MAKAM GUNUNG BUNGSU

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 26/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Gunung Bungsu Alamat Nagari Batipuh Baruh Kecamatan Batipuh Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 1000 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 31’ 54.1” E 100˚ 26’ 30.3” Deskripsi Historis Berdasarkan pengamatan di lapangan, situs ini merupakan kompleks makam Islam dengan nisan- nisan tipe menhir. Hal ini dibuktikan dengan orientasi makam Utara-Selatan, jadi sudah mengacu kiblat makam Islam. Semua nisan menunjuk ke arah Selatan. Berdasarkan penuturan penduduk sekitar pada situs ini juga terdapat satu makam yaitu makam Inyiak Ganting yang dianggap sebagai nenek moyang masyarakat setempat. Makam ini masih dikeramatkan dan sering untuk diziarahi. Ekskavasi yang pernah dilakukan pada situs ini di bulan Mei 1993 menunjukkan bahwa situs ini merupakan situs pemakaman Islam awal, sekitar akhir abad XVII sampai akhir abad XVIII M. Fungsi awal dan fungsi kompleks makam sekarang Pemilik Suku Panyalai Ketek Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

70

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

27. KOMPLEKS MAKAM TALAGO GUNUNG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 27/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Talago Gunung Alamat Jalan Jl. Talago Gunung Dusun Utamo Pura Jorong Talago Gunung Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 14 Km Ibukota Prov. ± 114 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 700 m dpl Aksesibilitas Situs Cukup sulit karena keberadaan situs di puncak bukit Talago Gunung. Untuk menuju lokasi, harus ditempuh melalui jalan mendaki dan berliku-liku. Namun sekarang sudah terdapat jalan beraspal, sehingga untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 31’ 27.1” E 100˚ 37’ 02.0” Deskripsi Historis Berdasarkan pengamatan di lapangan, situs ini merupakan kompleks makam Islam dengan nisan- nisan tipe menhir. Hal ini dibuktikan dengan orientasi makam Utara-Selatan, jadi sudah mengacu kiblat makam Islam. Mereka yang dimakamkan di sini adalah para tokoh dan pejuang Kaum Paderi yang gugur dalam pertempuran menghadapi kolonial Belanda. Salah seorang tokoh Paderi yang dimakamkan di sini adalah H. Abdullah Shamandau. Talago Gunung merupakan salah satu Basis Strategis dalam pertempuran menghadapi Belanda pada tahun 1838. Makam ini masih dikeramatkan dan sering untuk diziarahi. Makamnya terletak di dekat pintu masuk dan berjirat dari susunan batu kali. Fungsi awal dan fungsi kompleks makam sekarang Pemilik BPCB Sumatera Barat 71

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

28. KOMPLEKS PRASASTI PAGARUYUNG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 28/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Prasasti Pagaruyung Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena berada di sisi jalan raya Sultan Alam Bagagarsyah. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 34.4” E 100˚ 36’ 28.2” Deskripsi Historis Situs ini merupakan tempat dikumpulkannya prasasti-prasasti yang dikeluarkan Adityawarman yang ditemukan di sekitar Bukit Gombak, Kec. Tanjung Emas, Kecamatan Pariangan, kecamatan rambatan, dan Kecamatan Lima Kaum. Jumlah prasasti yang terdapat di kompleks ini adalah sebanyak 9 buah prasasti. Kapan waktu temuan prasasti tersebut, sampai saat ini belum didapatkan literature yang membahasnya. Prasasti-prasasti tersebut sekarang diletakkan dalam sebuah cungkup di Nagari Pagaruyung. Fungsi awal dan fungsi Prasasti sekarang Pemilik Tanah Adat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

1. Prasati Pagaruyung I 72

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2. Prasati Pagaruyung II

3. Prasasti Pagaruyung III

4. Prasasti Pagaruyung IV

5. Prasasti Pagaruyung V

73

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

6. Prasasti Pagaruyung VI

7. Prasasti Pagaruyung VII

8. Prasasti Pagaruyung VIII

29. MEDAN BAPANEH KOTO BARANJAK

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 29/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Koto Baranjak Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00 27’ 15.8” E 100 34’ 58.9” Deskripsi Historis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh Fungsi awal dan fungsi Tempat Musyawarah sekarang Pemilik Yulidar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

74

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

30. MAKAM SULTAN MUNINGSYAH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 30/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Makam Sultan Muningsyah Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 600 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 28’ 42.7” E 100˚ 37’ 04.3” Deskripsi Historis Tokoh yang dimakamkan di sini belum jelas. Warga kampung banyak yang tidak mengetahuinya siapa tokoh yang dimakamkan disini. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Pemda Kabupaten Tanah Datar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

31. KOMPLEKS MAKAM RAJO IBADAT

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 31/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Rajo Ibadat Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 48.9” E 100˚ 36’ 28.9” Deskripsi Historis Situs ini merupakan makam Rajo Ibadat semasa Kerajaan Pagaruyung. Raja Ibadat adalah salah satu dari Rajo Tiga Selo, sementara institusinya bernama Rajo Dua Selo. Raja Ibadat berfungsi untuk memutuskan hal-hal yang menyangkut keagamaan. Raja Ibadat berkedudukan di Sumpur Kudus, hal itu berarti bahwa Raja Ibadat tidaklah berasal dari Buo dan Sumpur Kudus. Fungsi awal dan fungsi Kompleks Makam 75

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

32. MEDAN BAPANEH SITANGKAI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 32/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Sitangkai Alamat Nagari Talang Tangah Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Jl Raya Talang Tangah Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 800 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, keberadan situs di sisi jalan raya desa beraspal. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 25’ 22.1” E 100˚ 31’ 56.1” Deskripsi Historis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh yang berfungsi sebagai tempat pertemuan para ketua suku dan tokoh adat untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu sampai sekarang medan bapaneh ini masih berfungsi sebagai tempat untuk mandi balimau, yaitu upacara menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Fungsi awal dan fungsi Tempat Musyawarah sekarang Pemilik Nagari Talang Tangah Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

76

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

33. MAKAM NINIK JANGGUT HITAM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No. Inventaris Cagar Budaya 33/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Makam Ninik Janggut Hitam Alamat Nagari Talang Tangah Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 800 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, berjalan kaki sejauh ± 75 m melewati jalan setapak pemukiman penduduk dengan jalan agak mendaki. Letak Astronomis S 00˚ 25’ 22.8” E 100˚ 32’ 01.3” Deskripsi Historis Makam Ini merupakan makam Ninik Janggut Hitam. Ninik Janggut Hitam adalah tokoh ulama siar agama Islam Talang Tangah yang dikabarkan mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Makam ini sampai sekarang masih sering dikunjungi sebagai tempat ziarah dan mendoa. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Wakaf Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

77

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

34. MEDAN BAPANEH GUNUNG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 34/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Gunung Alamat Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 1100 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, keberadaan situs di tepi jalan raya beraspal. Menggunakan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 19’703” E 100˚ 30’ 953” Deskripsi Historis Situs ini merupakan medan nan bapaneh. Fungsi awal dan fungsi Tempat Musyawarah sekarang Pemilik Syamsir Kudun Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

35. MASJID TUANKU PAMANSIANGAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 35/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Masjid Tuanku Pamansiangan Alamat Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 790 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, keberadaan situs di tengah pemukiman penduduk. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 25.30’ 19 S” 100˚ 23.30’ 60” E Deskripsi Historis Masjid Tuanku Pamansiangan merupakan peninggalan dari Tuanku Pamansiangan, salah satu tokoh penting dalam kelompok Harimau nan Salapan yang dikenal dalam peristiwa Perang Paderi (1821-1837). Masjid ini dibangun sekitar 78

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

tahun 1870. Fungsi awal dan fungsi Tempat Ibadah Agama Islam sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

36. KOMPLES MAKAM KOTO LAWEH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 36/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Komples Makam Koto Laweh Alamat Nagari Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 1100 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, keberadaan situs di tengah pemukiman penduduk dan kebun. Bisa dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 19’ 225” E 100˚ 30’ 522” Deskripsi Historis Berdasarkan pengamatan di lapangan, situs ini merupakan kompleks makam kuno dengan nisan- nisan menhir. Hal ini dibuktikan dengan orientasi nisan makam Utara-Selatan, jadi sudah mengacu kiblat makam Islam. Fungsi awal dan fungsi Kompleks makam sekarang Pemilik BPCB Sumatera Barat Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

79

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

37. MAKAM HAJI MISKIN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 37/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Makam Haji Miskin Alamat Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 900 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, keberadaan situs di atas lahan yang tinggi dari jalan raya pandai sikek. Berjalan kaki jauh 20 m dari jalan raya dengan menaiki jenjang bersemen. Letak Astronomis S 00˚ 24’ 03.4” E 100˚ 23’ 52.5” Deskripsi Historis Haji Miskin termasuk salah satu anggota dari Harimau nan Salapan yang dikenal sangat ditakuti oleh Belanda. Pusat perjuangan Haji Miskin berada di Nagari Pandai Sikek, mengingat daerah ini sangat strategis ditinjau dari letak geografisnya, yaitu berada diantara Bukittinggi- Padang yang dahulu merupakan jalur transportasi utama Belanda. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

80

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

38. GEDUNG CONTROLLEUR

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 38/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Gedung Controlleur Alamat Nagari Pangian Kecamatan Lintau Buo Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Rendah ± 120 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, situs berada di kompleks perkantoran kecamatan. Dengan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚28’ 17.5” E 100˚ 45’ 29.9” Deskripsi Historis Gedung Controlleur dibangun pada tahun1890, bangunan ini pada masa pemerintahan Kolonial Belanda merupakan kantor pejabat Controlleur untuk wilayah Lintau Buo. Jabatan Controlleur merupakan jabatan terendah yang dipegang oleh seorang Belanda. Kedudukannya di bawah Asisten Residen yang membawahi kelarasan bagi masyarakat Minangkabau kepala keselarasan biasa dipanggil Tuanku Lareh atau Angku Lareh. Namun demikian seorang Controlleur sangat ditakuti oleh masyarakat karena dialah pejabat Belanda yang berhubungan langsung dengan rakyat untuk menyampaikan segala kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda. Untuk Kec. Lintau Buo pejabat Controlleur pada saat itu (tahun 1908) dijabat oleh J. Bastians. Dari informasi masyarakat Controleur Lintau Buo dibangun sekitar tahun 1890. Bangunan tersebut pada masa-masa selanjutnya berubah fungsi sesuai dengan kebutuhan pada masa itu. Setelah dipakai sebagai kantor pejabat Controleur bangunan tersebut difungsikan menjadi kantor asisten Wedana di Buo. Pada masa pendudukan Jepang bangunan ini dikuasai oleh pihak Jepang dan berfungsi sebagai kantor militer Jepang. Pada masa pergerakan kemerdekaan bangunan tersebut pernah difungsikan sebagai asrama PDRI. Setelah itu kemudian difungsikan sebagai Kantor Kec. Lintau Buo dan terakhir sampai saat ini berfungsi sebagai gedung pertemuan. Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal kantor Kec. Lintau buo dan fungsi sekarang sekarang gedung pertemuan. Pemilik Nagari/Pemda Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

81

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

39. RUMAH ADAT TIANG PANJANG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 39/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Adat Tiang Panjang Alamat Nagari Rao-Rao Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 700 m dpl Aksesibilitas Situs Agak sulit, keberadaan situs di tengah pemukiman padat penduduk dengan jalan banyak bersimpang. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 22’ 428” E 100˚ 33’ 178” Deskripsi Historis Rumah ini berdiri pada tahun 1927. Bangunan ini berbentuk rumah gadang, rumah tradisional Minangkabau. Rumah Gadang ini merupakan rumah dari Datuk Rajo nan Pahit, beliau adalah seorang pendiri Nagari Rao-Rao. Pada masa perjuangan rumah ini juga pernah dipakai sebagai tempat para pejuang PRRI. Rumah ini sekarang masih dihuni oleh keturunan Datuk rajo nan Pahit. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum/suku piliang Dt. Rajo Nan Pahit Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

82

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

40. MASJID RAO-RAO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 40/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Masjid Rao-Rao Alamat Nagari Rao-Rao Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 750 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 22’ 423” E 100˚ 33’ 318” Deskripsi Historis Masjid Rao-rao dibangun pada tahun 1908. Pembangunan masjid dipelopori oleh Abdurrahman Datuk Marajo Indo, seorang tokoh yang disegani kolonial. Beliau adalah seorang tokoh adat sekaligus tokoh agama yang memacu semangat warganya untuk menentang dan mengusir penjajah dari Nagari Rao-Rao. Fungsi awal dan fungsi Tempat Ibadah agama Islam sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

41. MASJID SA’ADAH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 41/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Masjid Sa’adah Alamat Nagari Gurun Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 700 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, keberadaan situs di tepi jalan raya. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚26’ 33.0” E 100˚ 33’ 29.0” Deskripsi Historis Masjid Saa’dah mulai dibangun pada tahun 1910 83

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

dan mulai dipakai sebagai tempat ibadah pada tahun 1917. Pembangunan awal didonatori oleh Ismail Dt. paduko Intan. Fungsi awal dan fungsi Tempat Ibadah agama Islam sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

42. KOMPLEKS MAKAM TUANKU PAMANSIANGAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 42/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Tuanku Pamansiangan Alamat Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 800 m dpl Letak Astronomis S 00˚25.39’ 32” E 100˚ 23.33’ 67” Deskripsi Historis Tuanku Pamansiangan atau Mansiangan merupakan salah satu tokoh penting dalam kelompok Harimau Nan Salapan yang dikenal dalam peristiwa Perang Padri (1821-1837). Pamansiangan selain dikenal sebagai tokoh pergerakan juga merupakan ulama yang sangat disegani lewat usaha penyebaran agama Islam di Sumatera Barat. Salah satu tinggalannya berupa masjid yang namanya sesuai dengan pendirinya yaitu Masjid Tuanku Pamansiangan, terletak tidak jauh dari kompleks makam.Tuanku Pamansiangan gugur dalam medan pertempuran antara kaum Paderi dengan Belanda tahun 1833 bersama-sama Haji Miskin. Tuanku Pamansiangan adalah salah seorang tokoh Tarekat Syatariyah, tidaklah mengherankan, bila setelah kematiannya makam Tuanku Pamansiangan dikeramatkan oleh para pengikutnya. Pada bulan-bulan tertentu di kompleks makam Tuanku Pamansiangan banyak dikunjungi para peziarah yang datang dari

84

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

berbagai daerah di Sumatera Barat. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

43. KOMPLEKS MAKAM TAMBUN TULANG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 43/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Tambun Tulang Alamat Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 550 m dpl Aksesibilitas Situs Agak sulit, karena keberadaan situs di atas lahan berbukit dapat ditempuh dengan berjalan kaki ± 200 m dengan jalan mendaki danmelewati areal persawahan penduduk. Letak Astronomis S 00˚29’ 16.2” E 100˚ 38’ 52.4” Deskripsi Historis Situs ini merupakan kompleks makam-makam para tokoh Adat Kaum Sumagek. Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Milik Kaum/Suku Sumagek, Melayu, Caniago Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Bangunan

85

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

44. RUMAH DINAS PEGADAIAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 44/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Pegadaian Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 700 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 16.5” E 100˚ 35’ 34.2” Deskripsi Historis Rumah Pegawai dengan jenis bangunan beton dan Type 153 dengan jumlah lantai 1 (satu) dengan luas lantai 153 m2, di bangun tahun 1919. Gudang Cab.Batusangkar dengan jenis bangunan beton dengan Type 200 , dengan luas lantai 200 m2 dan dibangun tahun 1919. Fungsi awal dan fungsi Kantor sekarang Pemilik PT. Pegadaian Pengelola PT. Pegadaian Foto Foto Bangunan

45. RUMAH DINAS PT. POS

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 45/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas PT. POS Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.9” E 100˚ 35’ 36.2” 86

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah liannya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang diperkirakan sebagai rumah dinas Dandim, Kapolres, Ketua DPRD, dan Wakil Bupati. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Tanah Datar Foto Foto Bangunan

46. GEDUNG LP BATUSANGKAR

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 46/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Gedung LP Batusangkar Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 06.4” E 100˚ 35’ 31.2” Deskripsi Historis Pada zaman Belanda bangunan ini telah digunakan sebagai penjara. Fungsi awal dan fungsi Penjara sekarang Pemilik Negara (Menhumkam) Pengelola Negara (Menhumkam) Foto Foto Bangunan

87

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

47. RUMAH DINAS WAKIL BUPATI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 47/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Wakil Bupati Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.2” E 100˚ 35’ 33.9” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah lainnya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang diperkirakan sebagai rumah dinas Dandim, Kapolres, Ketua DPRD, dan Kepala Pos. Fungsi awal dan fungsi Rumah tinggal Wakil Bupati Kabupaten Tanah sekarang Datar Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

48. RUMAH DINAS KETUA DPRD

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 48/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Ketua DPRD Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.1” E 100˚ 35’ 33.2” Deskripsi Historis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial dicirikan oleh keberadaan 88

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan yang sebagian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang, yaitu kamar tidur (2), ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela yang berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri- kanan masing-masing 1 buah, sedangkan jendela yang di bagian samping bangunan masing-masing ada dua buah. Lantai terbuat dari tegel polos tanpa motif berwarna abu-abu. Arsitektur Minangkabau terlihat dari atap bangunan, beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda dengan memakai jenjang. Atapnya bergonjong. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

49. RUMAH DINAS KAPOLRES

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar 49/BCB-TB/A/12/2007 Budaya Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Kapolres Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’29.4” E 100˚ 35’ 34.6” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah liannya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang diperkirakan sebagai 89

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

rumah dinas Dandim, Kepala Pos, Ketua DPRD, dan Wakil Bupati. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

50. RUMAH DINAS DANDIM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 50/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Dandim Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.6” E 100˚ 35’ 35.0” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah liannya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang diperkirakan sebagai rumah dinas Dandim, Kepala Pos, Ketua DPRD, dan Wakil Bupati. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

90

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

51. RSU TENTARA

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 51/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya RSU Tentara Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 10.8” E 100˚ 35’ 37.4” Deskripsi Historis Bangunan ini berarsitektur campuran cina dan kolonial. Arsitektur cina terlihat dari beranda terbuka yang luas dan beri pagar setinggi 50 cm, pintu masuk terdiri dari 3 buah yang berjejer. Di bagian depan terdapat jenjang untuk naik ke beranda. Diatas konzen pintu terdapat ukiran flora dan suluran. Di bagian depan beranda terdapat 4 buah tiang yang terbuat dari kayu di keempat sisinya terdapat ukiran sebuah kunci dengan ukuran sangat besar (motif cirri khas kolonial). Atapnya terbuat dari seng. Menurut penduduk setempat, dahulu daerah ini merupakan pecinan (kampong cina).Arsitektur kolonial terlihat dari tegel yang bermotif flora ciri khas Belanda, dinding tebal, ukuran jendela dan pintu sangat tinggi. Secara keseluruhan komponen bangunan belum ada yang berubah, hanya ada penambahan bangunan baru yang menyatu dengan bangunan asli, yaitu di samping kiri-kanan arah timur laut dan tenggara terdapat bangunan untuk ruang praktek dokter umum dan dokter gigi. Pemilik Pemda Tanah Datar Pengelola TNI AD Foto Foto Bangunan

52. PERTOKOAN TOKO TINGGI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar 52/BCB-TB/A/12/2007 Budaya Nama Cagar Budaya Pertokoan Toko Tinggi 91

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 23.8” E 100˚ 35’ 32.2” Deskripsi Historis Bangunan ini selesai dibangun tahun 1932. Waktu itu kaum suku ulayat Dt. Simarajo sengaja membangun los pasar ini untuk disewakan. Fungsi awal dan fungsi Ruko (Rumah dan Toko) sekarang Pemilik Ulayat Dt. Simarajo Pengelola Pasar Foto Foto Bangunan

53. RUMAH MAHKDUM NEINA MALIN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 53/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Mahkdum Neina Malin Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 22.8” E 100˚ 35’ 36.9” Deskripsi Historis Bangunan dibangun tahun 1900-an. Dibangun oleh orang India yang bermukim di Batusangkar waktu itu. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Makhdum Neina Malin (alm) Pengelola Kecamatan Foto Foto Bangunan

92

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

54. RUMAH DT. BINJO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 54/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dt. Binjo Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 06.3” E 100˚ 35’ 36.9” Deskripsi Historis Bangunan ini merupakan rumah hunian milik Dt. Binjo yang saat itu sekitar tahun 1877 menjabat sebagai offsiner (penilik/pengawas sekolah zaman Belanda. Rumah ini sekarang ditempati oleh ahli warisnya yang merupakan keturunan ke 4. Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Hilda Wati Taman (cucu dari Dt. Binjo) Pengelola Desi Manopo (anak dari Hilda Wati Taman) Foto Bangunan

55. RUMAH HUNIAN BAHERAM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 55/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Hunian Baheram Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 450 m dpl

93

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Letak Astronomis S 00˚ 28’ 09.8” E 100˚ 36’ 11.3” Deskripsi Historis Sejarah bangunan ini tidak begitu diketahui. Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan arsitektur kolonial Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Baheram (alm) Pengelola Keluarga Fitriyani (anak dari Baheram) Foto Foto Bangunan

56. BUNKER JEPANG SALIMPAUNG I

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 56/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Bunker Jepang Salimpaung I Alamat Nagari Tabek Patah Kecamatan Salimpaung Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 900 m dpl Aksesibilitas Situs Cukup mudah, karena lokasi situs di lereng perbukitan yang ditutupi ilalang. Jalan kaki ± 10 m dari SMA 1 Salimpaung. Letak Astronomis S 00˚ 19’ 251” E 100˚ 32’ 007” Deskripsi Historis Bunker Jepang ini dibangun antara tahun 1942- 1945 yaitu pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942-1945. Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal bangunan pertahanan, sekarang Fungsi sekarang deat monument. Pemilik Kaum Dt. Mantiko Marajo Pengelola Datuk Mantiko Marajo Foto Foto Bangunan

94

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

57. BUNKER JEPANG SALIMPAUNG II

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 57/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Bunker Jepang Salimpaung II Alamat Nagari Tabek Patah Kecamatan Salimpaung Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 900 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 19’ 339” E 100˚ 31’ 967” Deskripsi Historis Bunker Jepang ini dibangun antara tahun 1942- 1945 yaitu pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942-1945. Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal bangunan pertahanan, sekarang Fungsi sekarang death monument. Pemilik Kaum suku Cingkuang Chaniago Dt. Bandaro Kuniang Pengelola Asrizal Kemenakan Dt. Bandaro Kuniang Foto Foto Bangunan

58. BUNKER JEPANG LUDAI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 58/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Bunker Jepang Ludai Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚27’ 02.2” E 100˚ 36’ 35.2” Deskripsi Historis Bunker Jepang ini dibangun antara tahun 1942- 1945 yaitu pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942-1945. Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal bangunan pertahanan, sekarang Fungsi sekarang death monument. Pemilik Tanah Kaum Datuk Marajo Pengelola Sulaeman Datuk Marajo

95

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Foto Bangunan

59. SITUS (TAPAK) STASIUN RADIO PDRI YBJ 6

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 59/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Situs (Tapak) Stasiun Radio PDRI YBJ 6 Alamat Nagari Lubuk jantan Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 200 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 26’ 10.2” E 100˚ 45’ 57.5” Deskripsi Historis Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Udara Belanda membom Kota-kota besar di seluruh Indonesia termasuk Kota Bukittinggi sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat waktu itu. Yang menjadi sasaran utamanya adalah zonder-zonder pemancar radio salah satunya pesawat radio YBJ- 6 di Tarok, namun saat itu YBJ-6 selamat dari pemboman Belanda. Pada awal januari 1949, YBJ- 6 telah berada di Lintau Buo tepatnya di jorong Lareh Aie. Ketika di Jorong lareh aie pesawat YBJ- 6 dapat kontak dengan pesawat Radio India, sehingga dapat memberitakan tentang susunan cabinet PDRI. Akhirnya PBB mengakui keberadaan NKRI. Pada tahun 1950 pesawat YBJ- 6 dibawa kembali ke Bukittinggi dan sekarang disimpan di Museum Perjuangan Atas Ngarai Bukittinggi. Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal rumah gadang, sekarang Fungsi sekarang lahan kosong. Pemilik Wakaf dari Imam Muhammad Syarief Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

96

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

60. KOMPLEKS MAKAM TUAN GADIH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 60/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks makam Tuan Gadih Alamat Jalan - Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 28’ 03.2” E 100˚ 37’ 01.1” Deskripsi Historis Kompleks makam ini merupakan makam Tuan Gadih. Fungsi awal dan fungsi Fungsi sekarang makam. sekarang Pemilik Keluarga Kerajaan Pagaruyung Pengelola Keluarga Kerajaan Pagaruyung Foto Foto Bangunan

61. SITUS (TAPAK) ISTANA SILINDUANG BULAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 61/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Situs (tapak) Istana Silinduang Bulan Alamat Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 57.8” E 100˚ 36’ 56.1” Deskripsi Historis Situs ini merupakan tapak istana kerajaan pagaruyung yang pertama kali dibuat, sebelum dipindah ke lokasi istana Pagaruyung sekarang. Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal istana, sekarang Fungsi sekarang fitur. Pemilik Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung

97

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Pengelola Ahli waris Foto Foto Bangunan

62. RUMAH PERJANJIAN RENVILLE (COLONIAL)

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 62/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Rumah Perjanjian Renville (Colonial) Alamat Nagari Gurun Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 659 m dpl Letak Astronomis 100° 33' 22,759" E 0° 26' 37,588" S Deskripsi Historis Bangunan ini adalah rumah tinggal miliki dari Datuk Sipado Sutan dari suku Koto) dan Datuk Indo Malano dari suku Koto. Bangunan ini merupakan rumah bersejarah yang menjadi saksi perundingan antara pihak Republik Indonesia dan perwira-perwira Belanda yang diwakili oleh “Brigade U” di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara PBB mengenai penarikan tentara Belanda dari kota Batusangkar pada tanggal 28 Desember 1949. Delegasi yang datang saat perundingan diantaranya adalah Tentara Nasional: Lts. M. Yusuf Indra, Ltd M. Dt. Rajo Mulia, Letnan II Rivai, Letnan Amir Hatta, Letnan Marzuki, Erman, dari Pemerintahan Sipil: Dt. Rajo Itam, Zainuddin St. Kerajaan, Basyarudin Ahmad Rao-Rao, Harun St. Panghulu, Harun St. Malano, Buya A.R Bustami, Saleh Ja’far, dari Kepolisian RI: Komisaris Amir Sunaryo, Komisaris Awaludin, dari Liason Office (LO): Mayor Anas Karim, Kapten Normanli Aman, Ltd. Kris Nurmattias, dari Delegasi Belanda “Brigade U” : Holman, Lase, Klaring, Suwandi, Titale, dan dari Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Amerika, Belgia, dan Australia. Perundingan yang dilakukan di Gurun merupakan lanjutan dari pertemuan yang telah dilakukan di Markas Garnizun Belanda (Indo 98

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Jolito) yang dihadiri oleh orang yang dengan pertemuan yang ada dilaksanakan di Gurun pada 28 Desember 1949. Rumah ini diresmikan sebagai bangunan bersejarah oleh Bupati Kabupaten Tanah Datar Ikasuma Hamid pada tanggal 8 Agustus 1995.

Fungsi awal dan fungsi Rumah Tinggal sekarang Pemilik Pihak keluarga (Datuk Saripado) Pengelola Pihak keluarga (Datuk Saripado) Foto Foto Bangunan

63. RUMAH GADANG DT. BANDARO NAN KUNIANG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 63/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Dt. Bandaro nan Kuniang Alamat Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Dataran 500 m dpl Letak Astronomis 0°27'42'' LS 100°34'17'' Deskripsi Historis Datuak Bandaro Kuniang adalah pucuak bulek Kelarasan Bodi Caniago berkedudukan di Limo Kaum Batusangkar. Datuak Bandaro Kuniang juga diberi julukan Gajah Gadang Patah Gading. Julukan tersebut dimaksudkan sebagai salah seorang pucuk pimpinan pemerintahan dalam Kerajaan Pagaruyung tetapi tidak menjalankan pemerintahan secara langsung. Di dalam struktur Kerajaan Pagaruyung, Datuak Bandaro Kuniang Gajag Gadang Patah Gadiang tugasnya adalah mengepalai persidangan kelarasan Bodi Caniago, sebagaimana Datuak Bandaro Putiah, panitahan Sungai Tarab yang mengepalai Kelarasan Koto Piliang, dan Datuak Bandaro Kayo di Pariangan Padang Panjang pimpinan Lareh Nan Panjang. Kelarasan Bodi Caniago mempunyai Datuak Nan 99

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Batigo yang berada di bawah Datuak Bandaro Kuniang, yaitu : Datuak nan di Dusun Tuo, Datuak nan di Piliang, Datuak nan di Kubu Rajo. Di bawah Datuak Nan Batigo berturut – turut terdapat datuak – datuak yang disebut pucuak bulek dari masing – masing suku. Mereka adalah para penghulu yang dipilih berganti – ganti dari para datuak – datuak dalam suatu perkauman dengan menerapkan prinsip gadang balega, artinya pimpinan dipilih berdasarkan kemufakatan. Dalam acuan adat dikatakan, pemilihan pucuk bulek dalam Bodi Caniago memakai sistem hilang baganti, sedangkan kelarasan Koto Piliang memakai sistem patah tumbuah.

Fungsi awal dan fungsi Tidak dihuni secara tetap (hanya pada waktu sekarang tertentu saja) Pemilik Milik Kaum Suku Sumagek – Bodi Caniago Pengelola Keluarga Animar Foto Foto Bangunan

64. RUMAH GADANG ANGKU BANDARO KAYO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 64/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Angku Bandaro Kayo Alamat Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis 884 Mdpl Letak Astronomis S 00˚ 27’ 20.1” E 100˚ 29’ 31.2” Deskripsi Historis Kedudukan Bandaro kayo di Minangkabau. Bandaro Kayo sebagai Tampuak Tangkai alam Minangkabau mempunyai fungsi (Kagadangan) sebagai berikut : 1. Melaksanakan sistem pemerintahan Lareh nan Panjang yaitu Adat yang mula diciptakan yaitu koto piliang dengan Dt 100

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Ketumangguangan Bodi caniago dengan Parapatihan nan Sabatang. Mula pertama pelaksaan kedua sistem tersebut lareh nan panjang dipimpin oleh Bandaro Kayo. Sistem ini sampai saat ini terdapat dilareh nan Panjang. 2. Koto Piliang dengan kebesarannya langgam nan tujuah, Basa Ampek Balai, dab Bodi Caniago dengan kebesaran Tanjuang nan Ampek Lubuak nan Tigo. Rapek Koto Piliang ke tujuh langgamnya dipimpin Dt Bandaro Putiah bertempat di Sungai Tarab, Rapek Bodi Caiago ka ampek Tanjuangya bertempat di Tanjuang Sungayang, Rapek ketiga lubuaknya bertempat di lubuak siunai, rapek seluruh bodi caniago dipimpin oleh dt Bandaro Kuniang bertempat di Limo Kaum. Rapek koto piliang dan Bodi Caniago bersama-sama bertempat di pariangan di pimpin Bandaro Kayo. 3. Sebagai tempat membandiang hukum di Minangkabau ketika ada permasalahan Adat d Nagari diselesaikan secara adat di tingkat nagari, kalau ada akan ada membanding keputusan di Tingkat Nagari adalah ke Balai Saruang. Ada permasalahan adat di Lareh diselesakan ditingkat lareh, membanding keputusan lareh adalah ke Balai Saruang. Ada permasalahan rantau diselesaikan oleh rantau membandingkan keputusan rantau ke Balai Saruang.

Fungsi awal dan fungsi Tidak dihuni secara tetap (hanya pada waktu sekarang tertentu saja) Pemilik Keturunan Angku Bandaro Kayo Pengelola Keturunan Angku Bandaro Kayo Foto Foto Bangunan

101

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

65. TAPAK RUMAH GADANG TUAN GADANG BATIPUH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 66/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh Alamat Nagari Batipuh Ateh Kecamatan Batipuh Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis 716 Mdpl Letak Astronomis S 00˚ 28’ 30.1” E 100˚ 27’ 47.8” Deskripsi Historis Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh merupakan rumah gadang yang indah dan cukup besar saat masi berdiri, kemudian hancur hingga meninggalkan tapak seperti sekarang ini karena Tragedi Pemberontakan Batipuh. Menurut cerita, Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh terbakar tahun 1957.

Fungsi awal dan fungsi Fungsi awal sebagai tempat tinggal, fungsi sekarang sekarang lahan kosong Pemilik Keturunan keluarga Tuan Gadang Pengelola Keturunan keluarga Tuan Gadang Foto Foto Bangunan

66. MAKAM SYEIKH ABDURRAHMAN KHALIDI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 66/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Makam Syeikh Abdurrahman Khalidi Alamat Nagari Kumango Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis 742 Mdpl Letak Astronomis S 00˚ 23’ 15.7” E 100˚ 34’ 09.2” Deskripsi Historis Makam Syeikh Abdurrahman Khalidi merupakan makam salah satu pemuka gama islam terkenal di Kabupaten Tanah Datar khusunya. Makam tersebut dilindungi cungkup dengan bahan beton 102

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

yang tebal berwarna puti dengan 5 Gonjong (dengan satu gonjong utama ditengah). Didalam cungkup dipasang tirai (kelambu) dengan ukuran 3,3 x 3,6 meter. Dan didalam kelambu terdapat dua makam, makam Syeikh Abdurrahman Khalidi sendiri dan makam anaknya Dali Angku Gadang. Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi dilahirkan pada tahun 1802 masehi, mempunyai nama kecil Alam Basifat. Sebelum beliau menjadi guru besar dan guru besar agama Islam beliau ini adalah seorang pemuda Kumango yang sangat berani dan pantang kalah dalam hal apapun. Makam ini banyak dikunjungi peziarah dari luar kota, baik dari Medan, Batam, Aceh hingga peziarah mancanegara dari Malaysia. Dari cucu Syeikh Abdurrahman Khalidi , bapak syamsuar menurut beliau Syeikh Abdurrahman Khalidi meninggal di tahun yang ujungnya 33, tidak jelas apakah 1733, atau 1833, atau 1933.

Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Masyarakat Pengelola Bapak Syamsuar (Cucu dari Syeikh Abdurrahman Khalidi) Foto Foto Bangunan

67. KAWASAN RUMAH GADANG SUMPU

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 67/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Kawasan Rumah Gadang Sumpu Alamat Nagari Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota No. Jorong Nama Rumah Gadang 1. Nagari 1. Rumah Gadang Anif Egon 2. Rumah Gadang Zaidar Thayib 3. Rumah Gadang Samsimar 4. Rumah Gadang Misna 5. Rumah Gadang Raswita Hamid 103

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

6. Rumah Gadang Rosma Syarif 7. Rumah Gadang Darman Syarif 8. Rumah Gadang Neli Thalib 9. Rumah Gadang Kamrita 10. Rumah Gadang Maniwati 11. Rumah Gadang Zuherman 12. Rumah Gadang Yulidar Rustam 13. Rumah Gadang M. Fikri 14. Rumah Gadang Zulkifli 15. Rumah Gadang Yunidar Majid 16. Rumah Gadang Musniar 17. Rumah Gadang Nurbaiti 18. Rumah Gadang Khadijah Husen 19. Rumah Gadang Afni Hasan 20. Rumah Gadang Rahmat Abdullah 2. Batu 21. Rumah Gadang Asna Baragung 3. Seberang 22. Rumah Gadang Evita Mustafa Air Taman 23. Rumah Gadang Yusman St. Sati 24. Rumah Gadang Iviati 25. Rumah Gadang Nursiah 26. Rumah Gadang Radisma 27. Rumah Gadang Evi Yanti 28. Rumah Gadang Fitriyati 29. Rumah Gadang Simi 30. Rumah Gadang Anelma 31. Rumah Gadang Erni 32. Rumah Gadang Nursiwar 33. Rumah Gadang Saiful 34. Rumah Gadang Darsinah 35. Rumah Gadang Mardefi 36. Rumah Gadang Rosna Ramli 37. Rumah Gadang Isna 38. Rumah Gadang Zainab 39. Rumah Gadang Maidar 4. Sudut 40. Rumah Gadang Rifdawati 41. Rumah Gadang Nofrida 42. Rumah Gadang Nurmawan 43. Rumah Gadang Elfi Yasna 44. Rumah Gadang Melda ± 32,8 km Ibukota Prov. ± 91 km Keletakan Geografis Nagari Sumpur merupakan salah satu nagari di Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Nagari Sumpur memiliki pemandangan alam yang indah karena berada di Tepi Danau Singkarak yang merupakan danau terbesar di Sumatera Barat. Jarak dari ibukota Kabupaten Tanah Datar (Batusangkar) ke Nagari Sumpur ± 32,8 km, sedangkan dari ibukota Provinsi Sumatera Barat (Padang) berjarak ± 91 km. Sepanjang jalan di Nagari Sumpur akan ditemui tumbuhan sawo yang menjadi ciri khas tanaman lokal daerah tersebut. Luas wilayah Nagari Sumpur adalah 10,2175 Km2. Nagari

104

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Sumpur berada pada ketinggian 370 – 490 m dpl dengan bentuk lahan bergelombang. Nagari Sumpur yang berada di perbukitan menyebabkan cuaca sejuk dengan curah hujan 2.100 s.d 3.000 mm/tahun.

Letak Astronomis 0° 32' 20,085" S 100° 28' 47,982" E Deskripsi Historis Terdiri dari 44 buah Bangunan Kayu Tradisional (Rumah Gadang) yang tersebar di 4 Jorong (Jorong Nagari, Jorong Seberang Air Taman, Jorong Batu Baragung, dan Jorong Sudut).

Fungsi awal dan fungsi Kawasan Perkampungan sekarang Pemilik Masyarakat Nagari Sumpur Pengelola Masyarakat Nagari Sumpur Foto Foto Bangunan

(Rumah Gadang Kamrita)

68. STASIUN PASAR REBO KOTO BARU

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 68/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Stasiun Pasar Rebo Koto Baru Alamat Nagari Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis 969 Mdpl Letak Astronomis S 000 25’ 49’ dan E 100° 24’ 09.1” Deskripsi Historis Stasiun Pasar Rebo di Desa Jorong Pasar Rabaah, X Koto, Kabupaten Tanah Datar, merupakan satu stasiun kecil setelah Padang Panjang ke arah Bukittinggi. Stasiun ini dulu disebut Pasar Rabaah, tetapi diganti Pasar Rebo untuk memudahkan. Tidak sulit menemukan pasar ini. Meski bangunan sudah ditempati Nursiah (74), papan nama stasiun masih di tempat semula. Pasar 105

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Rebo +979 (berada di ketinggian 969 meter dari atas permukaan laut). "Ibu Nursiah merupakan ibu beranak tujuh yang menempati bekas stasiun sejak paruh 1980-an, tidak berapa lama setelah jalur Padang Panjang-Bukittinggi mati. Di dekat bekas stasiun juga masih ada corong air kereta. Pada tahun 1980-an kereta api masih sesekali mengangkut beras dan bahan bakar untuk tentara ke Bukittinggi seiring menurunnya kebutuhan warga akan kereta karena banyak yang mampu membeli mobil.

Fungsi awal dan fungsi Untuk sementara stasiun ini tidak difungsikan. sekarang Sekarang salah satu bangunan disewa oleh masyarakat untuk tempat tinggal dan warung. Pemilik PT. KAI Pengelola PT. KAI Foto Foto Bangunan

69. STASIUN KOTO BARU

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 69/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Stasiun Koto Baru Alamat Nagari Koto Baru Kecamatan X Koto Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis 1146 Mdpl Letak Astronomis S 000 23’ 34.3’ dan E 100° 24’ 09.6” Deskripsi Historis Stasiun Koto Baru merupakan stasiun tertinggi di Divisi Regional II Sumatera Barat bahkan tertinggi dari seluruh stasiun yang ada di Pulau Sumatera. Stasiun Kotobaru yang terletak di ruas antara Padang Panjang-Bukittinggi berada dengan ketinggian 1.154 meter di atas permukaan laut . Stasiun ini dibangun seiring dibukanya jalur kereta dari Padang Panjang menuju Bukittinggi sepanjang 19 km pada 1 November 1891. Sebagian jalur KA Padang Panjang-Bukittinggi

106

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

menggunakan sistem rel bergerigi karena kontur topografi dataran tinggi. jalur gerigi ini dimulai sejak di Kayutanam kemudian bercabang dua di Padang Panjang. Setiap lokomotif yang melewati jalur bergerigi menanjak, maka posisi lokomotif tersebut ditempatkan dibelakang gerbong. jadi, lokomotif tidak menarik rangkaian lagi, namun mendorong rangkaian agar kuat menanjak. Saat lokomotif E10 yang khusus untuk jalur bergerigi di Ranah Minang bergerak menanjak menuju Bukittinggi dari Padang Panjang. Posisi awal lokomotif berada di belakang rangkaian. Ketika rangkaian kereta ini tiba di Kotobaru, masinis lokomotif melepaskan rangkaian ini untuk selanjutnya berbalik arah dan mengambil posisi di depan gerbong dengan ruang masinis berada di depan untuk menarik rangkaian tersebut di jalur menurun Kotobaru- Bukittinggi. Hal yang sama pula untuk rangkaian dari arah Bukittinggi. Itu sebabnya Stasiun Kotobaru menjadi lokasi tempat pertukaran posisi lokomotif di Lintas Padang Panjang.

Untuk melakukan pertukaran lokomotif beserta arahnya, Stasiun Kotobaru dilengkapi turn table yang dapat memutar arah lokomotif secara manual. Proses pemutaran arah lokomotif tersebut selalu jadi tontonan yang menarik buat anak-anak sekitar lokasi stasiun saat itu. Sayang, bangunan Stasiun Kotobaru kini sudah sulit ditemukan. Lokasi di sekitar stasiun, jika merujuk peta tua peninggalan Belanda, berarti telah berubah menjadi deretan warung dan rumah penduduk, berseberangan dengan pasar. Ada bangunan yang dibiarkan kosong, tetapi tidak ada lagi petunjuk stasiun kecuali tulisan Kotobaru dengan keterangan ketinggiannya. begitu pula emplasemen dan relnya yang hampir tak berbekas. Fungsi awal dan fungsi Untuk sementara stasiun ini tidak difungsikan. sekarang Sekarang salah satu bangunan disewa oleh masyarakat untuk tempat tinggal dan warung. Pemilik PT KAI Pengelola PT KAI Foto Bangunan

107

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

70. STASIUN KA BATU TABAL

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 72/BCB-TB/A/12/2014 Nama Cagar Budaya Stasiun KA Batu Tabal Alamat Nagari Batu Tabal Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten/Kota Tanah Datar Keletakan Geografis Objek berada dalam bentang lahan datar dengan areal sekelilingnya perbukitan. Letak Astronomis S 000 32’ 62,3’ dan E 100° 31’ 34,7” Deskripsi Historis Stasiun ini merupakan salah satu jalur diantara rute Solok-Padang Panjang. Diperkirakan stasiun ini dibangun sekitar awal tahun 1900-an. Berdasarkan penelusuran arsip berupa foto lama bangunan stasiun Batu Tabal di KITLV Leiden (online), terdapat objek yang diperkirakan merupakan bangunan Stasiun Batu Tabal. Pada keterangan foto tercantum pertanggalan pengambilan gambar sekitar tahun 1935. Dahulunya stasiun ini difungsikan sebagai jalur kereta wisata dengan rute Solok-Danau Singkarak. Namun sekarang rute ini untuk sementara waktu tidak difungsikan.

Fungsi awal dan fungsi Untuk sementara stasiun ini tidak difungsikan. sekarang Sekarang salah satu bangunan disewa oleh masyarakat untuk warung. Pemilik Pengelolaan dan kepemilikan bangunan berada di bawah PT. KAI (persero) Divisi Regional II Sumatera Barat Pengelola Pengelolaan dan kepemilikan bangunan berada di bawah PT. KAI (persero) Divisi Regional II Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

108

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

71. STASIUN KA SUMPUR

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 73/BCB-TB/A/12/2014 Nama Cagar Budaya Stasiun KA Sumpur Alamat Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh Kabupaten/Kota Jalan lintas Padang Panjang-Solok Km 15 Keletakan Geografis Situs berada di bentang lahan datar Letak Astronomis S 000 31’ 50,1’ dan E 100° 29’ 81,9” Deskripsi Historis Stasiun ini juga merupakan salah satu bagian dari rute Solok-Padang Panjang. Diperkirakan stasiun ini dibangun sekitar awal tahun 1900-an. Dahulunya stasiun ini difungsikan sebagai jalur kereta wisata dengan rute Solok-Danau Singkarak. Namun sekarang rute ini untuk sementara waktu tidak difungsikan.

Fungsi awal dan fungsi Untuk sementara waktu stasiun ini tidak sekarang difungsikan dan ruang tunggu difungsikan oleh masyarakat sebagai kedai. Pemilik Pengelolaan dan kepemilikan bangunan berada di bawah PT. KAI (persero) Divisi Regional II Sumatera Barat Pengelola Pengelolaan dan kepemilikan bangunan berada di bawah PT. KAI (persero) Divisi Regional II Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

72. STASIUN KA KUBU KARAMBIL

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 74/BCB-TB/A/12/2014 Nama Cagar Budaya Stasiun KA Kubu Karambil Alamat Nagari Batipuh Kecamatan Batipuh Kabupaten/Kota Jalan lintas Padang Panjang-Solok Km 15 Keletakan Geografis Situs berada di pinggir jalan lintas Padang 109

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Panjang-Solok-Batusangkar. Sekeliling areal lokasi merupakan perumahan penduduk dengan bentang lahan datar Letak Astronomis S 000 29’ 09,5’ dan E 100° 28’ 04,4” Deskripsi Historis Stasiun ini merupakan salah satu bagian dari rute Solok-Padang Panjang. Diperkirakan stasiun ini dibangun sekitar awal tahun 1900-an. Dahulunya stasiun ini difungsikan sebagai jalur kereta wisata dengan rute Solok-Danau Singkarak. Namun sekarang rute ini untuk sementara waktu tidak difungsikan.

Fungsi awal dan fungsi Untuk sementara waktu stasiun tidak difungsikan sekarang Pemilik PT. KAI (Persero) Divisi Regional II Sumatera Barat Pengelola Pengelolaan dan kepemilikan bangunan berada di bawah PT. KAI (persero) Divisi Regional II Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

Aset Pusaka Budaya

Aset Pusaka Budaya yang ada di Kabupaten Tanah datar antara lain adalah :

1. Alu Katentong Alu Katentong merupakan nama tarian yang di ambil dari falsafah hidup orang minang ” Alam takambang Jadi guru”. artinya semua yang ada di alam bisa dijadikan guru. Alam bisa dijadikan guru untuk membuat sebuah kesenian. salah satunya yakni Tari Alu Kalentong, oleh masyarakat Tanah Datar Tari Alu Katentong di lakukan pada saat panen padi, hal ini mereka lakukan sebagai perwujudan rasa sukur kepada sang pencipta atas rezeki yang di berikannya. Alu katentong di peragakan oleh para wanita, sebagai bentuk ekspresi 110

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 kegembiaraan pada saat menumbuk padi, Padi di tempuk menggunakan Alu pada sebuah lesung yang akan menghasilkan irama-irama khas yang terdengar ceria. Beberapa irama yang dihasilkan memiliki nama tertentu seperti Alang Babega ( elang melayang), Alang Katurun (elang menukik), dll, Tari Alu Katentong dimainkan menggunakan metode interloking dari 8 buah alu dengan 8 orang wanita.Masing-masing wanita memainkan ritme tumbukan sendiri, sehingga antara satu orang dengan yang lainnya berbeda bunyi yang saling melengkapi, sebelum memulai peragaan, alat-alat yang dibutuhkan berupa Alu dan Lesung. berikutnya kostum khas yang memperindah seni tarian ini, untuk lebih menyempurnakan bunyi, di butuhkan juga beberapa orang pemain talampong.

2. Kesenian Lukah Gilo Lukah Gilo adalah tradisi lama nenek moyang minangkabau. Diperkirakan permainan anak nagari ini sudah ada sejak Minang masih berupa kerajaan, yang dipimpin raja Adityawarman. Permainan ini dahulunya sarat akan pengaruh animisme dan dinamisme, sehingga ketika islam masuk ke Minang, kaum paderi menantang kesenian lukah gilo. Lukah adalah semacam alat penangkap ikan yang terbuat dari rotan, sedangkan gilo dalam bahasa minang berarti gila. Menurut kepercayaan masyarakat, lukah yang digunakan dirasuki oleh jin, sehingga menjadi liar dan tidak terkendali. Sehingga kemudian beberapa pemuda dan pemain lukah gilo akan berusaha mengendalikan gerak lukah tersebut. Tak jarang bahkan sampai ada yang terjatuh dan terlempar. Sekilas memang tradisi ini sarat dengan budaya animisme. Hanya saja sekarang, semua nilai-nilai yang bertetangan dengan islam ditinggalkan, jadilah tradisi lukah gilo ini kemudian diadaptasi menjadi tari lukah gilo. Prosesi ritual yang dianggap magis, hanyalah sebagai daya dukung sebuah pertunjukan

3. Randai merupakan suatu teater tradisi yang bersifat kerakyatan yang terdapat di daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Sampai saat ini, Randai masih hidup dan bahkan berkembang serta masih digemari oleh masyarakatnya

111

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Ada dua unsur pokok yang menjadi unsur Randai yakni (1).Unsur penceritaan, yang diceritakan adalah kaba, dan dipaparkan/disampaikan lewat gurindam, dendang dan lagu, yang sering diiringi oleh alat musik tradisional Minang, yaitu: salung, rebab, bansi, rebana, atau yang lainnya.(2).unsur laku dan gerak atau tari, yang dibawakan melalui gelombang. Gerak tari yang digunakan bertolak dari gerak-gerak silat tradisi Minangkabau, dengan berbagai variasinya dalam kaitannya dengan gaya silat di masing-masing daerah. Pertunjukkan Randai umumnya dilakukan di alam terbuka, dalam bentuk arena dan tidak memakai panggung. Rakyat penonton dan pertunjukkan menjadi satu. Pertunjukkan Randai tidak memakai dekor, dan tidak ada batas antara pemain, penonton dan pemain musik. Karena terasa sangat akrab, mereka tahan menonton dari jam delapan malam sampai subuh pagi. Randai tumbuh benar- benar dalam lingkungan masyarakat kebanyakan, karena dalam struktur masyarakat Minang tidak membedakan golongan dalam masyarakat yang ada. Randai sekaligus menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari.

4. Kain Pandai Sikek Masih ingatkah anda busana yang dipakai oleh Ibu Negara Iriana Jokowi pada pelaksanaan Upacara detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan yang ke-72 pada tanggal 17 Agustus 2017 di Istana Merdeka? Dan masih ingatkah juga anda gambar pada mata uang Rp.5000 yang diterbitkan tahun 1999? Ya benar, itu merupakan gambar khas dari karya seni masyarakat Nagari Pandai sikek Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Data. Dari dulu hingga sekarang, masyarakat disana terus mempertahankan jati diri melalui karya seni berupa tenun songket dan ukiran kayu, yang selalu diburu pelancong dalam hingga luar negeri. Songket merupakan pakaian yang wajib dikenakan oleh para Bundo Kanduang setiap kali menghadiri acara adat, acara formal seperti penyambutan

112

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 tamu, hingga tak jarang kain tenunan dari benang emas ini hadir di acara wisuda gadis-gadis minang Kain tenun songket pandai sikek merupakan salah satu kain tradisional Indonesia yang berasal dari daerah Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Meski tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan mengenai awal mula berkembangnya tenun songket di Minangkabau dan Pandai Sikek, namun kegiatan menenun konon telah ada semenjak manusia mengenal peradaban. Bagi masyarakat Minangkabau, produk kerajinan songket dianggap memiliki nilai yang sangat tinggi, oleh sebab itulah pemakaiannya hanya terbatas pada upacara adat tertentu seperti pernikahan, batagak gala (pengobatan penghulu), serta penyambutan tamu-tamu penting.

5. Ukiran Pandai Sikek Sama halnya dengan tenun, ukir kayu dari desa Pandai Sikek punya kualitas wahid.. Kalau Anda melihat Rumah Gadang Minangkabau, maka anda bisa melihat hasil karya ukiran Pandai sikek di sana. Seperti ukiran motif itiak pulang patang, dan masih ada ratusan motif unik lagi.. Pandai Sikek adalah salah satu penghasil kerajinan ukir di indonesia,tidak hanya ukiran jenis pajangan atau relif tetapi juga mampu membuat ukiran untuk bangunan rumah atau perkantoran.Hasil ukiran Pandai Sikek sudah mencapai kemancanegara karena dibuat oleh tangan-tangan trampil dan handal. Karya yang dibuat berinspirasi alam, selain itu kemampuan mengukir ini sudah turun temurun

113

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

6. Dakak-Dakak Simabua Apakah anda salah satu penikmat kerupuk? Jika iya, anda wajib berkunjung ke daerah Simabua, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Disana anda akan menemui cemilan yang bernama Dakak- Dakak. Dakak-Dakak berbentuk mie kering seukuran kelereng yang terbuat dari bahan dasar tepung beras yang dicampur dengan beranekaragam bumbu warisan nenek moyang orang Simabua. Disini uniknya, adonan cemilan ini dicetak menggunakan tempurung kelapa yang dilubangi kecil-kecil sehingga jika adonan ditekan ke dalam cetakan tersebut akan menghasilkan potongan-potongan yang menyerupai mie. Setelah dicetak adonan Dakak-Dakak tersebut digoreng dengan minyak panas hingga warna kekuningan. Selain dimakan langsung, cemilan tersebut juga cocok dijadikan oleh-oleh karena bisa bertahan hingga satu bulan.

7. Pacu Jawi Pacu Jawi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani sehabis musim panen untuk mengisi waktu luang sekaligus menjadi sarana hiburan bagi masyarakat setempat.Berbeda dengan karapan sapi di pulau Madura yang diselenggarakan di lintasan yang kering, pacu jawi di kabupaten Tanah Datar diselenggarakan di sawah- sawah milik masyarakat setempat sehabis panen dan dalam kondisi berlumpur. Uniknya, sepasang sapi hanya berlari sendiri tanpa lawan, bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan. Dimana, penilaiannya adalah lurus atau tidak lurusnya sepasang sapi dalam berlari, disamping penilaian waktu tempuh lintasan. Pacu Jawi adalah salah satu tradisi kebudayaan di Kabupaten Tanah Datar yang sangat dinamis sekaligus paling fotografis. Seorang kurator pameran fotografi mengatakan bahwa rasanya tidak ada kebudayaan di Indonesia lain selain Pacu

114

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Jawi yang bisa dalam waktu singkat merajai aneka arena fotografi. Dalam kurun waktu yang singkat, Pacu Jawi menjadi menu wajib seseorang yang mengaku mencintai dunia fotografi. Dulu, seorang pehobi fotografi Indonesia belum bisa dikatakan paripurna kalau belum pernah memotret Bromo, Borobudur atau Bali. Kini, seorang fotografer Indonesia bisa dikatakan belum sarjana kalau belum bisa menghasilkan foto Pacu Jawi yang menawan. Di turnamen –turnamen fotografi internasional, Pacu Jawi sering mendapatkan predikat jawara foto terbaik.

115

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Visi Kabupaten Tanah Datar dalam Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka adalah “Terwujudnya pelestarian aset pusaka untuk mewujudkan Kabupaten Tanah Datar Se bagai Pusat Budaya Minangkabau yang maju, sejahtera dan berkeadilan” Untuk mewujudkan visi tersebut, ada 3 misi yang akan dilakukan dan ingin dicapai yaitu : 1. Menginventarisasi dan me ngidentifikasi pe ninggalan Aset Pusaka Kabupaten Tanah Datar yang le ngkap, valid dan otentik. 2. Me rehabilitasi, revitalisasi ataupun restorasi Aset Pusaka Kabupaten Tanah Datar. 3. Me mpromosikan Aset Pusaka Kabupaten Tanah Datar serta ke kayaan budaya lainnya untuk menunjang kesejahteraan masyarakat

3.1. Tujuan Tujuan Pelestarian Aset Pusaka Kabupaten Tanah Datar telah tergambar dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tanah Datar 2005 – 2025. Dimana dalam Visi pembangunan jangka panjang yakni Tanah Datar Sebagai Pusat Budaya Minangkabau yang Maju, Sejahtera dan Berkeadilan dengan salah satu misinya yakni untuk mewujudkan Kabupaten Tanah Datar sebagai pusat budaya Minangkabau baik secara lokal, nasional, maupun internasional, melalui peningkatan pendidikan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama, adat, dan budaya serta penguatan kelembagaan sosial budaya juga melakukan penggalian situs-situs sejarah budaya. Saat ini pelaksanaan RPJPD Kabupaten Tanah Datar 2005-2025 memasuki Tahap ke-3 dimana dalam arahan Tahapan Pembangunan untuk pembangunan adat, agama dan budaya pada RPJM (2016-2021) adalah terwujudnya pemeliharaan situs budaya yang ada di Kabupaten Tanah Datar selanjutnya untuk tahapan RPJM (2021 – 2025) yakni terwujudnya situs budaya yang ada di Kabupaten Tanah Datar sebagai salah satu ikon wisata daerah.

116

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Didalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 – 2031 juga telah dirumuskan terwujudnya ruang wilayah kabupaten yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan alam dan lingkungan binaan melalui pengaturan, pengendalian serta pemanfaatan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten, yang berbasis pertanian dan pariwisata untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan masyarakat yang dilandasi Adat B as andi Syar ak, Syar ak B as andi Kitabull ah”.

3.2. Arah Kebijakan Adapun kebijakan sehubungan de ngan Program Pembangunan dan Pelestarian Kota Pusaka Kabupaten Tanah Datar adalah : a. Pelestarian benda-benda, situs dan kawasan cagar budaya b. Mengatur zonasi kawasan cagar budaya c. Menelusuri dokumen dan bukti sejarah

d. Pelestarian kawasan lindung dimana letak aset pusaka berada; Be rkaitan de ngan arah ke bijakan dalam program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Kabupaten Tanah Datar, maka be berapa ke bijakan yang diacu adalah sebagai berikut: 1) Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tanah Datar 2005 – 2025; 2) Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2011 - 2031 3) Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2016 -2021; 4) Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung; 5) Peraturan Me nteri Ke budayaan & Pariwisata Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 ttg Penetapan situs dan bangunan tinggalan sejarah dan purbakala Provinsi Sumatera Barat se bagai Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya.

117

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

3.3. Strategi Strategi Pemerintah Kabupaten Tanah Datar terkait pe rl indungan terhadap aset pusaka dalam rangka konservasi warisan budaya adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan penyelenggaraan seni dan budaya daerah serta mengaktifkan adat dan budaya salingka nagari b. Meningkatkan koordinasi dalam pengelolaan benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan c. Menetapkan benda cagar budaya yang merupakan aset pusaka Kabupaten Tanah Datar;

d. Me ngkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya;

e. Penguatan perangkat hukum terhadap bangunan cagar budaya

118

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

BAB IV KONSEP PENGELOLAAN KOTA PUSAKA 4.1. Rencana Pengembangan Kota Pusaka Konsep rencana pengembangan Kota Pusaka di Kabupaten Tanah Datar bertitik tolak dari keberadaan Kabupaten Tanah datar sebagai daearah asal serta pusat kebudayaan Minangkabau dana sebagai salah satu wilayah yang memegang peranan yang penting pada masa perjuangan di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar memiliki aset pusaka yang terlengkap di Provinsi Sumatera Barat yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Dari 72 objek aset pusaka di Kabupaten Tanah Datar yang telah diteliti dan diverifikasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), 32 objek diantaranya merupakan aset pusaka yang ditetapkan Benda Cagar Budaya/Situs Nasional Memperhatikan kondisi aset pusaka serta perkembangan kehidupan sosial ekonomi dan budaya yang ada di Kabupaten Tanah Datar pada saat ini maka perlu dirancang sutu konsep pengembangan kota pusaka yang baik sehingga aspek pelestarian dan peningkatan nilai tambah dari keberdaan aset pusaka tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Beberapa konsep pengembangan yang direncanakan antara lain adalah : 1. mempertahankan karakter serta morfologi bangunan dan aset pusaka yang ada terutama untuk aset pusaka yang berada di kawasan Batusangkar serta bangunan rumah gadang, mesjid/surau kuno yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar. 2. menata kawasan bersejarah agar dapat dinikmati sebagai daya tarik wisata yang unggul dan mendukung pelestarian cagar budayanya 3. Mengembangkan kawasan bersejarah/aset pusaka di Kabupaten Tanah Datar agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian.

4.2. Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Pusaka Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No 2 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Tanah Datar 2011-2031, upaya perlindungan Kawasan Cagar Budaya yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar telah dicantumkan didalam Rencana Pola Ruang Wilayah pada RTRW Kabupaten Tanah Datar.Didalam rencana pola ruang RTRW tersebut, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar telah menyatakan

119

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

komitmen untuk melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan situs dan kawasan cagar budaya sebagai bentuk warisan Kabupaten. Upaya ini juga sebagai respon terhadap kebijakan nasional dan propinsi maupun daerah sendiri yang menetapkan Kabupaten Tanah Datar sebagai Destinasi Pengembangan Pariwisata dengan pusat Kota Batusangkar sebagai Kota Budaya Untuk mendukung pelestarian kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar, didalam RTRW Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021 dimuat ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. kawasan cagar budaya dilindungi dengan sempadan sekurang- kurangnya memiliki radius 100 m, dan pada radius sekurang- kurangnya 500 m tidak diperkenankan adanya bangunan lebih dari 1 (satu) lantai; dan

b. tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan pendukung cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

4.3. Rencana Pengembangan Kelembagaan Kelembagaan dalam penataan dan pelestarian Aset-aset Pusaka yang berada di Kabupaten Tanah Datar secara umum masih dilakukan oleh Pemerintah yang dilaksanakan oleh beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yaitu Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan serta Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Tanah datar. Selain dari unit-unit OPD di Kabupaten Tanah Datar juga terdapat instansi vertikal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertugas membidangi pengelolaan kepurbakalaan yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar untuk wilayah Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Upaya-upaya perlindungan aset-aset budaya juga telah dilakukan secara mandiri oleh masyarakat di kabupaten Tanah Datar. Umumnya benda-benda cagar budaya yang terdapat di daerah ini merupakan bangunan- bangunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat adat seperti Masjid Raya Rao Rao, Masjid Raya Limo Kaum dan Masjid Saadah dan Surau Tuo Lubuk Bauk. Sesuai dengan fungsinya sebagai tempat ibadah, maka masyarakt bersama-sama dengan pengurus masjid secara bergotong-royong menjaga kelestarian aset-aset pusaka yang penting ini. Begitu juga dengan aset-aset budaya seperti kesenian tradisional Alu Katentong dan

120

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Lukah Gilo, di beberapa daerah terdapat grup kesenian yang rutin melaksanakan kegiatan ini yang juga diajarkan ke generasi muda. Salah satu satu event tradisional yang paling menonjol adalah Alek Pacu Jawi yang yang dilaksanakan oleh masyarakat adat dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah

Tabel. 4.1. Organisasi Masyarakat/Komunitas terkait Pelestarian Budaya dan Pusaka di Kabupaten Tanah Datar KECAMATAN / ANGGOTA KEGIATAN NO KEANGGOTAAN NAMA GROUP ( ORANG ) Kecamatan X Koto Komunitas Pelaku Atraksi Tradisional Adu 1 Adu Kerbau - oleharaga tradisional Kerbau Komunitas Pelaku 2 SMU I X Koto Kesenian tradisional 20 Tari Galombang Minangkabau Komunitas Pelaku 3 Ilalang Saiyo Kesenian tradisional 10 Sambah Kato Minangkabau Pelestarian Seni Budaya “Randai”. Salah satu Komunitas Pelaku seni khas Minangkabau 4 Sari Banun Kesenian tradisional 25 dalam bentuk Teater Minangkabau Arena yang meliputi Unsur seni drama, seni suara, tari dan musik Kecamatan

Batipuh Komunitas Pelaku 5 Barangin Gadang Kesenian tradisional 30 Pasambahan Minangkabau Komunitas Pelaku 6 Telaga Biru Sakti Kesenian tradisional 100 Sanggar Minangkabau Kecamatan

Batipuh Selatan Komunitas Pelaku 7 Pucuak Padang Kesenian tradisional 30 Seni Tari, Musik Minangkabau Komunitas Pelaku 8 Sanggar Tari Piring Kesenian tradisional 20 Tari Piring/ silat Minangkabau Komunitas Pelaku 9 Ostran Kesenian tradisional 20 Seni, Tari, Musik Minangkabau

Kecamatan

Pariangan Komunitas Pelaku 10 Tantejo Gurhano Kesenian tradisional 45 Pagelaran Minangkabau

121

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Komunitas Pelaku Tari, Nyanyi, Musik, 11 Ranah Minang Kesenian tradisional 23 Teater Minangkabau Komunitas Pelaku 12 Sewa Tungku Tigo Kesenian tradisional 15 Tari, Silat Minangkabau Komunitas Pelaku 13 Batu Batagak Kesenian tradisional 15 Tari, Silat Minangkabau Pencak Silat, Tari Komunitas Pelaku 14 Piring Rajo Kesenian tradisional 12 Pencak Silat, Tari Piring Gandiang Minangkabau Komunitas Pelaku 15 STAIS Rebana Kesenian tradisional 15 Musik Minangkabau Komunitas Pelaku Pasambahan 16 Kesenian tradisional 25 Sastra Minang Pakaian Adat Minangkabau Komunitas Pelaku 17 Batu Barajuik Kesenian tradisional 8 Tari/ silat Minangkabau Komunitas Pelaku Aneka Seni Tradisi, 18 Balerong Kesenian tradisional 35 Kreasi Minangkabau Komunitas Pelaku Aneka Seni Tradisi, 19 Bina Musika Kesenian tradisional 30 Kreasi Minangkabau Kecamatan Lima

Kaum Komunitas Pelaku 20 Persikum Kesenian tradisional 150 Silat Minangkabau Komunitas Pelaku 21 Bina Seni Kesenian tradisional 30 Tari, Musik Minangkabau Komunitas Pelaku 22 Nurul Huda Kesenian tradisional 15 Ruda Rabano Minangkabau Komunitas Pelaku 23 Alam Takambang Kesenian tradisional 20 Aneka Seni Anak Nagari Minangkabau Komunitas Pelaku 24 Pelangi Organizer Kesenian tradisional 25 Seni Band Organizer Minangkabau Komunitas Pelaku 25 Cindua Mato Kesenian tradisional 50 Sanggar Seni Minangkabau Kecamatan

Rambatan Komunitas Pelaku 26 Guguak Kilangan Kesenian tradisional 32 Silek Tuo Minangkabau Komunitas Pelaku 27 Kerajinan Keramik 25 Silek Tuo Kesenian tradisional

122

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Minangkabau Komunitas Pelaku 28 Mulo Pado Kesenian tradisional 17 Tari, Musik Minangkabau Komunitas Pelaku 29 Muda Warna Kesenian tradisional 4 Rabab Minangkabau Kecamatan

Tanjung Emas Komunitas Pelaku 30 Gondo Nilai Kesenian tradisional 25 Silat, Minangkabau Komunitas Pelaku 31 Dikia Mundam Kesenian tradisional Dikia Mundam Minangkabau Komunitas Pelaku 32 Satampang Baniah Kesenian tradisional 25 Sanggar Seni Minangkabau Kecamatan Padang

Ganting Komunitas Pelaku 33 Talago Biru Kesenian tradisional 5 Simunto/ silat Minangkabau Kecamatan Lintau

Buo Komunitas Pelaku 34 Darul Ikhlas Kesenian tradisional 15 Qasidah Minangkabau Komunitas Pelaku Qasidah, Tari, 35 Babussalam Kesenian tradisional 20 Talempong Minangkabau Kecamatan Lintau

Buo Utara Komunitas Pelaku 40 Nurul Yakin Kesenian tradisional 17 Qasidah Minangkabau Komunitas Pelaku 41 Nul Fadilah Kesenian tradisional 18 Qasidah Minangkabau Komunitas Pelaku 42 Nurul Falah Kesenian tradisional 18 Minangkabau Komunitas Pelaku 43 Harapan Mulia Kesenian tradisional 18 Minangkabau Komunitas Pelaku Lumbuang 44 Kesenian tradisional 19 Sambah Kato Bahereang Minangkabau Kecamatan

Sungayang Komunitas Pelaku 45 Sari Bunian Kesenian tradisional 7 Tari, Musik Tradisi Minangkabau 46 Mayang Taurai Komunitas Pelaku 20 Tari, Musik , Silat

123

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Kesenian tradisional Minangkabau Komunitas Pelaku Tari, Dabuih, Lukah 47 Macan Andaleh Kesenian tradisional 23 Gilo, Silat Minangkabau Kecamatan Sungai

Tarab Komunitas Pelaku 48 Alu Katentong Kesenian tradisional 10 Alu Katentong Minangkabau Komunitas Pelaku 49 Silat Kumango Kesenian tradisional 20 Pencak Silat Minangkabau Komunitas Pelaku 50 Tari Piriang Kesenian tradisional 10 Tari Piring Minangkabau Komunitas Pelaku 51 Artindas Kesenian tradisional 25 Tari, Musik Dll Minangkabau Kecamatan

Salimpaung Komunitas Pelaku 52 Yayasan Wil Albab Kesenian tradisional 85 Pencak Silat, Tari Piring Minangkabau Komunitas Pelaku Rebana Suram 53 Kesenian tradisional 126 Rebana Darek Minangkabau Komunitas Pelaku 54 Talempong Kesenian tradisional 6 Talempong Minangkabau Komunitas Pelaku 55 Rebana Kesenian tradisional 10 Rebana Minangkabau Komunitas Pelaku 56 Talempong Kesenian tradisional 5 Talempong Minangkabau Komunitas Pelaku 57 Puti Bungo Awan Kesenian tradisional 30 Sanggar Seni Minangkabau Komunitas Pelaku 58 Rebana Kesenian tradisional 10 Rebana Minangkabau Komunitas Pelaku Kecamatan Kesenian tradisional Tanjung Baru Minangkabau Komunitas Pelaku 59 Cimpago Kesenian tradisional 12 Tari Piring Minangkabau Komunitas Pelaku 60 Nan Tungga Kesenian tradisional 18 Pencak Silat Minangkabau Komunitas Pelaku 61 Dikia Rabano Ikhlas Kesenian tradisional 20 Dikia Minangkabau

124

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Komunitas Pelaku 62 Carano Kesenian tradisional 15 Alua Pasambahan Minangkabau

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Tanah Datar untuk sebagai kota pusaka ada beberapa poin yang perlu diperhatikan :

1. Membentuk kelembagaan kota pusaka, dengan melibatkan unsur pemerintahan daerah, masyarakat adat, swasta, Perguruan Tinggi, dan/atau Lembaga Swadaya Masyarakat. 2. Melakukan sosialisasi dan menyamakan persepsi terhadap pentingnya

pelestarian budaya dan benda pusakakepada masyarakat dan antar instansi pemerintah dan aparaturnya. 3. Mewujudkan Strategi dan Kebijakan Pelestarian dengan membuat peraturan/regulasi yang mewujudkan semangat pelestarian aset pusaka. 4. Memasukkan kajian perencanaan perancangan dan pelestarian aset pusaka kedalam dokumen perencanaan ruang seperti RTRW dan RDTR. 5. Melakukan evaluasi terhadap kandungan upaya pelestarian pusaka dalam RTRW , RDTR, dan RTBL 6. Adanya komitmen dan politik anggaran yang memadai dari pengambil keputusan. Untuk kelembagaan pengelolaan kawasan pusaka di Kabupaten Tanah datar perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam dalam hal pembentukan unit atau lembaga khusus untuk mengelola aset-aset pusaka yang tersebar di daerah ini. Beberapa pertimbangan yang bisa dijadikan ajukan untuk kelembagaan pengelolaan kawasan pusaka ini antara adalah:

1. Beberapa aset pusaka yang ada seperti bangunan-bangunan bersejarah di kawasan Kota Batusangkar saat ini telah dikelola oleh Pemerintah daerah Kabupaten Tanah Datar dan beberapa instansi vertikal. 2. Aset-aset pusaka berupa bangunan tradisional seperti rumah gadang dan sarana ibadah seperti surau mesjid telah dikelola oleh masyarakat adat melalui kaum/suku masing-masing. 3. Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Sumatera Barat, Direktoral Jenderal Kebudayaan, kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

125

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Republik Indonesia berada di Batusangkar. Keberaadan institusi ini sangat membantu terhadap upaya-upaya pengelolaan serta pelestarian benda/situs cagar budaya khususnya yang berada di Kabupaten Tanah Datar.

4.4. Rencana Pemberdayaan Masyarakat

Rencana pemberdayaan masyarakat merupakan rencana meningkatkan kapasitas dan prakarsa masyarakat/ komunitas pusaka dalam penataan dan pelestarian kota pusaka. Rencana Pengembangan kelembagaan kota pusaka berfungsi: a) Mendorong dan memelihara prakarsa masyarakat yang telah muncul b) Mengembangkan kegiatan untuk mengenalkan kota pusaka kepada masyarakat, seperti publikasi dan jelajah pusaka dan c) Meningkatkan kemitraan antara berbagai pihak dalam pengelolaan kota pusaka

126

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

BAB V PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS

Kawasan prioritas Kota Pusaka adalah kawasan yang memiliki nilai signifikansi cagar budaya dan warisan budaya tak benda yang memberi manfaat, sosial budaya, ekonomi dan sistem lingkungan hidup. Penetapan kawasan prioritas merupakan suatu bagian untuk memfokuskan penanganan kawasan perencanaan sehingga lebih fokus dan terarah dalam penanganan Kawasan. Penetapan kawasan prioritas juga merupakan pendekatan dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas dalam menangani keanekaragaman asset pusaka alam dan pusaka budaya untuk memberi dampak dan pengendalian dalam pembangunan kota. Dalam program Kota Pusaka, penetapan kawasan strategis sosial budaya mempertimbangkan peningkatan kondisi terhadapnya dapat memberi kontribusi yang berarti terhadap perkuatan karakter kota atau perbaikan kawasan sekitarnya. Dalam penanganan Kota Pusaka, kawasan prioritas dirumuskan dengan:

1) Memperhatikan identifikasi dari signifikansi aset pusaka alam dan budaya. 2) Mengantisipasi keterancaman dan degradasi aset pusaka terhadap tekanan perkembangan kota maupun pengelolaan yang kurang memadai sehingga memerlukan penanganan mendesak. 3) Memperhatikan keberadaan serta kesiapan partisipasi para pemangku kepentingan dalam penataan dan pelestarian. 4) Mempertimbangkan potensi ekonomi lokal dan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi kota. 5) Mempertimbangkan potensi kerjasama antar lembaga, investor dan/atau pihak lainnya dalam kerjasama yang berkelanjutan dalam penataan dan pelestarian kawasan. 6) Menjamin kejelasan perlindungan dan status kepemilikan dan pengelolaan lahan. 7) Membangun konsensus dan konsistensi pemerintah daerah dalam mengimplentasikan upaya penataan dan pelestarian kawasan. 8) Mempertimbangkan keberadaanya dalam daftar pelestarian lokal/nasional/dunia.

127

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

5.1. Inventarisasi dan Deskripsi Sebaran Aset Pusaka dan Penetapan Kawasan Prioritas Pusaka

Memperhatikan peta sebaran aset pusaka Kabupaten Tanah Datar seperti yang telah diuraikan pada Bab II dapat dilihat bahwa terdapat 72 benda cagar budaya/situs yang telah diverifikasi oleh BPCB Sumatera Barat. Sebanyak 32 benda cagar/tersebut telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kebudayaan & Pariwisata Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 tentang Penetapan situs dan bangunan tinggalan sejarah dan purbakala Provinsi Sumatera Barat sebagai Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya. Benda/kawasan cagar budaya dan situs tersebut tersebar pada 14 kecamatan di Kabupaten Tanah Datar. Tabel. 5.1. Rekapitulasi BCB di Kabupaten Tanah Datar No Kecamatan Jumlah BCB/Situs 1 Lima Kaum 21 2 Tanjung Emas 12 3 Sungai Tarab 8 4 X Koto 5 5 Pariangan 4 6 Rambatan 4 7 Batipuh 4 8 Salimpaung 3 9 Batipuh Selatan 2 10 Tanjung Baru 2 11 Padang Ganting 2 12 Lintau Buo 2 13 Sungayang 1 14 Lintau Buo Utara 1 Jumlah 72

Dari tabel diatas terlihat bahwa umlah Benda Cagar Budaya terbanyak di Kabupaten Tanah Datar berada di Kecamatan Lima Kaum terutama berada di sekitar Kawasan Kota Batusangkar. Jenis Benda Cagar Budaya di kecamatan Lima Kaum ini paling lengkap dibandingkan dengan kecamatan lain terdiri dari prasasti, bangunan tradisional, makam, rumah ibadah, batu sandaran,serta bangunan kolonial Banyaknya jumlah benda cagar budaya di kawasan batusangkat tidak terlepas dari sejarah keberadaan Batusangkar. Sebelum bernama Batusangkar 128

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017 yang merupakan ibukota kabupaten Tanah Datar, pada abad 19 (tepatnya tahun 1825) adalah bagian dari Afdeeling Darek (Afdeeling Padangsche Bovenlanden). Ibukota dari Afdeeling ini bukan Batusangkar melainkan Benteng Van der Capellen. Nama Batusangkar sendiri menurut cerita rakyat berasal dari nama sebuah batu yang mirip sangkar burung yang ditemukan di daerah “Guguk Katitiran” yang masih dalam kawasan Kota Batusangkar, namun batu tersebut dibawa oleh orang Belanda ke daerah asalnya. Selain itu pada awal abad 20 (tepatnya pada tahun 1913), Batusangkar baru dijadikan sebuah distrik oleh pemerintah Kolonial Belanda. Dalam arti Batusangkar masih berupa dusun kecil dan bagian dari Benteng Van der Capellen. Dalam Perang Padri, Belanda membangun 2 Benteng yakni Benteng Van der Capellen di Batuangkar dan benteng Fort De Kock di Bukitinggi . Benteng Van der Capellen adalah satu- satunya Benteng yang dibangun Belanda di Sumatera Barat yang strukturnya masih, sedangkan Benteng Fort de Kock telah hancur dan tidak dapat dilihat lagi struktur dan bentuk bangunannya. Struktur kota Batusangkar memiliki pola kota yang dipengaruhi gaya Eropa. Terdapat lapangan Cinduo Mato yang berfungsi sebagai alun-alun di pusat kota. Rumah bupati di sisi selatan, juga pasar di sisi selatan kota dan benteng terdapat di sisi Timur Laut. Batusangkar adalah Kota yang berada di tengah-tengah wilayah kabupaten, dikelilingi obyek-obyek wisata & obyek Cagar Budaya seperti Bukittinggi, Lembah Anai, Padang Panjang di Barat, Pagaruyung & Sawahlunto di Timur, Singkarak di Selatan. Posisi tersebut menjadikan Batusangkar memiliki nilai strategis dalam tata ruang wilayah karena kemudahan pencapaian ke berbagai obyek & dapat berfungsi sebagai Kota Pusat yang menghubungkan ke berbagai obyek tersebut. Banyaknya potensi budaya maka telah ditetapkan sebagai Kota Budaya yang dicanagkan oleh oleh Prof. DR. Haryati Soebadio, Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang disaksikan Sri Sultan Hamengkubowono ke IX dan Ir. H. Azwar Anas Gubernur Sumatera Barat, pada tanggal 16 Juli 1985. Keberadaan cagar budaya di dalam lingkup Kota Batusangkar tidak hanya mempunyai obyek berupa benda atau bangunan tunggal saja. Sentuhan kolonial yang pernah ada di kota ini dan juga tinggalan kebudayaan tradisional yang masih ada dalam bentuk benda, bangunan, struktur, ruang dan kawasan dan bersifat cagar budaya. Beberapa sudah masuk dalam daftar cagar budaya nasional, dan yang lainnya lagi adalah hasil penelusuran dan inventarisasi dari BPCB Sumatera Barat dikaitkan dengan penelusuran data sejarah.

129

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

5.1.1 DESKRIPSI BENDA CAGAR BUDAYA DI SEKITAR KAWASAN KOTA BATUSANGKAR (BANGUNAN)

1. PRASASTI SARUASO II

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Saruaso II Alamat Jalan Jalan Benteng Jorong Kampung Baru Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 0 Km Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs di perkotaan dan berada di dekat jalan raya, sehingga bias dilalui dengan kendaraan roda dua atau empat. Letak Astronomis S 00˚27’16.9” E 100˚35’42.1” Deskripsi Historis Prasasti ini dikeluarkan oleh Ananggawarman yang merupakan anak dari Adityawarman (1347-1375 M). Isi pokok prasasti berupa puji-pujian kepada Ananggawarman sebagai yuwaraja (rajamuda) yang gagah dan bersifat asih, berbakti kepada ayah dan ibu (matapita) serta guru. Deskripsi Arkeologis Prasasti Sarusaso II semula berada di halaman gedung Indo Jolito (Rumah dinas Bupati Tanah Datar), tetapi kemudian dipindahkan ke halaman Balai Adat yang berada di depan Gedung Indo Jolito dan dikumpulkan bersama beberapa artefak lainnya dan telah diberi cungkup.Prasasti tersebut dipahatkan pada sebuah batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan pada kedua belah sisinya. Batu Prasasti ini berbentuk empat persegi berukuran tinggi 110 cm, lebar 75 cm, dan tebal 17 cm. prasasti ditulis di kedua sisi batu. Pada dasarnya sisi B isinya sama persis dengan yang termuat pada sisi A, hanya berbeda pada susunan kalimat dalam masing-masing baris. Tulisan pada sisi B sudah agak aus, tetapi berdasarkan pada bacaan prasasati sisi A, maka kata-kata yang tidak terbaca dapat diketahui. Prasasti ini ditulis dalam huruf Jawa Kuna dan Bahasa Sanskerta. Isi prasasti yang menyebutkan adanya yuwaraja Ananggawarman yang memerintah dalam suatu wilayah kecil di bawah kekuasaan seorang raja. Dengan kedudukannya sebagai yuwaraja, tentunya Ananggawaraman mempunyai wilayah kekuasaan tersendiri sekalipun masih berada di bawah pengendalian pemerintahan pusat kerajaan. Data-data tentang lokasi dan wilayah kekeusaan, bagaimana hubungan politis dengan 130

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

pemerintahan pusat, apakah ananggawarman menggantikan adityawarman setelah tutrun tahta. Sampai saat ini belum ada data-data yang dapat menjawab permasalahan tersebut. Kemungkinannya bahwa yuwaraja Ananggawarman tidak memiliki wilayah kekuasaan tersendiri, tetapi dia hanya berfungsi sebagai yuwaraja yang berkedudukan di pusat pemerintahan. Dalam hal ini jabatan yuwaraja hanya berfungsi sebagai gelar kebangsawanan Ananggawarman sebagai anak dari raja Adityawarman tanpa mempunyai otoritas wilayah daerah tertentu. Ukuran (Luas) Situs Bangunan Cungkup 3 x 4 Meter Lahan 1196 m² Batas-Batas Situs Utara SDN 06 Batusangkar Selatan Jl. MT. Haryono (Depan Gedung Indo Jolito) Timur Jl. Depan eks. Kantor Kodim 0307 Tanah Datar Barat Jl. Depan eks. Kantor Kodim 0307 Tanah Datar Fungsi awal dan fungsi sekarang Monumen (Peringatan) Pemilik Pemda Kab. Tanah Datar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

131

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2. KOMPLEKS PRASASTI KUBU RAJO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 19/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Prasasti Kubu Rajo Alamat Jalan Jl. Sudirman Jorong Kubu Rajo Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 4 Km Ibukota Prov. ± 96 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 300 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di pinggir Jalan Raya Lima Kaum. Bisa menggunakan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 39.9” E 100˚ 34’ 15.9” Deskripsi Historis Isi yang termuat dalam Prasasti Kuburajo I berupa suatu genealogis atau garis keturunan Raja Adittyawarman. Prasasti Kuburajo II disebut juga dengan Prasasti Surya, karena dalam prasasti tersebut terdapat gambar/pahatan matahari (surya), yang diletakkan di bagian tengah batu. Hiasan matahari ini dilengkapi dengan sebuah bangunan empat persegi di dalam lingkaran, dan empat buah bajra (lambang kilat) di luar gambar lingkaran. Prasasti ini tampaknya tidak berangka tahun, tetapi berdasarkan perbandingan paleografis dengan prasasti lain yang berangka tahun, dapat diperkirakan prasasti ini berasal dari masa Adityawarman. Hal ini didukung pula dengan dua buah batu di kanan kiri prasasti yang merupakan batu berunsur candra sengkala Deskripsi Arkeologis Kompleks Prasasti Kuburajo terdiri dari 2 buah prasasti, yang selanjutnya disebut Prasasti Kuburajo I dan II. Prasasti Kuburajo I dipahatkan pada sebuah batu artificial dengan jenis batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan. Batu tersebut berbentuk persegi empat pipih dengan ukuran tinggi 108 cm, lebar 30 cm, dan tebal 10 cm dalam posisi berdiri disangga penopang besi. Pada tahun 1987 Prasasti Kuburajo I pernah hilang, tetapi setahun kemudian ditemukan kembali. Prasasti tersebut dipahat dalam huruf jawa Kuna dengan bahasa sanskerta terdiri dari 16 baris tulisan. Isi yang termuat dalam Prasasti Kuburajo I berupa suatu genealogis atau garis keturunan Raja Adittyawarman. Pada baris kedua disebutkan seorang tokoh bernama Adwayawarman yang berputra raja Kanaka Medinindra. Penyebutan kanaka medini dapat disamakan dengan penyebutan suwarnna bhumi dalam Prasasti Pagarruyung I, yang keduanya berarti bumi/tanah emas. Hal ini menunjukkan bahwa Sumatera, khususnya

132

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Sumatera Barat pada masa itu (abad XIV M) kaya akan kandungan emas, sehingga Adityawarman perlu menyebut daerah tersebut dengan kerajaan Suwarnna Bhumi atau Kanaka Medini (suwarnna = kanaka = emas, bhumi = medini = bumi atau tanah). Tokoh Adwayawarman atau ayah Adityawarman disebutkan pula dalam Prasasti Pagarruyung I, dan dapat dikatakan sebagai founding father yang tercatat dalam sejarah Sumatera Barat. Kalimat- kalimat prasasti berikutnya merupakan puji-pujian terhadap Raja Adityawarman, yang dianggap pula sebagai keturunan dari wangsa Kulisadhara. Kulisadhara merupakan nama lain dari Dewa Indra atau Dewa Matahari, seorang Dewa yang sangat dipuja oleh Adityawarman. Pemujaan terhadap Dewa Indra terlihat pula dalam tiga buah batu yang terdapat di sebelah timur prasasti ini, berupa gambar matahari dengan berbagai variasinya pada masing- masing batu. Ketiga batu berhias tersebut melambangkan angka tahun, yang ternyata juga mengacu pada masa pemerintahan Adityawarman (keterangan selanjutnya, lihat dalam pembahasan Prasasti Surya atau Kuburajo II). Adityawarman dianggap pula sebagai perwujudan dari Sri Lokeswara (Awalokiteswara, salah satu dari Dhyani Buddha) yang tercermin dalam segala sifat yang dimiliki oleh Adityawarman (seperti diuraikan dalam prasasti). Prasasti Kuburajo II dipahatkan pada pada sebuah batu andesit warna hitam keabu-abuan dengan ukuran tginggi 145 cm, lebar 63 cm, dan tebal 84 cm, berbentuk persegi dengan bagian atas setengah lingkaran. Tulisan yang terdapat di sekeliling lingkaran ini relative cukup aus, khususnya di ketiga sisi kanan, kiri, dan bawah lingkaran. Prasasti ini menggunakan huruf Jawa Kuna dan bahasanya campuran Sanskerta dan Jawa Kuna, terdiri dari delpan baris tulisan. Tulisan pada bagian atas masih cukup baik, tetapi pembacaan yang dilakukan tidak menemukan arti secara keseluruhan Ukuran (Luas) Situs Bangunan 8 x 4 m (32 m²) Lahan 2400 m² Batas-Batas Situs Utara Tebing/lembah Selatan Jl. Sudirman Timur Pekarangan rumah penduduk Barat Rumah penduduk Fungsi awal dan fungsi sekarang Prasasti Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto

133

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

3. MEDAN BAPANEH DUSUN TUO (BATU BATIKAM) KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 20/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Dusun Tuo (Batu Batikam) Alamat Jalan Jl. Sudirman Jorong Dusun Tuo Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 5 Km Ibukota Prov. ± 96 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs berada dekat dengan jalan raya. Bisa dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 39.9” E 100˚ 34’ 15.9” Deskripsi Historis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh yang ditengahnya terdapat Batu Batikam (batu 134

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

berlubang). Situs ini merupakan bukti mengenai kehadiran tokoh Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan dalam sejarah Minangkabau sebagai pendiri dari dua keselarasan yaitu Bodi Caniago dan Koto Piliang. Deskripsi Arkeologis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh yang ditengahnya terdapat Batu Batikam (batu berlubang). Medan nan bapaneh berupa susunan batu sandar yang terdiri dari batu sandar dan landasan untuk duduk. Susunan batu sandar tersebut diletakkan di tanah sehingga membentuk denah persegi. batu sandar ini terbuat dari batu andesit. Batu tersebut telah mengalami sedikit pengerjaan. Batu batikam berupa batuan andesit bentuknya segi tiga dan berlubang di bagian tengah. Lubang tersebut menembus di kedua sisi batu. Batu ini berukuran tinggi 55 cm, tebal 20 cm, dan lebar 45 cm. Batu ini ditempat dalam susunan batu yang telah disemen (dibuatkan kemudian), dengan posisi yang bagian runcingnya berada di bawah. Ukuran (Luas) Situs Bangunan - Lahan 1800 m² Batas-Batas Situs Utara Tebing/ Lembah Selatan Jl. Jenderal Sudirman Timur Tanah Dt. Puti Barat Jl.Nagari Fungsi awal dan fungsi sekarang Batu Sandar Pemilik Nagari Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

135

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

4. MESJID RAYA LIMO KAUM KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 21/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Masjid Raya Limo Kaum Alamat Jalan Jalan jorong tigo Tumpuk Jorong Tigo Tumpuk Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 5 Km Ibukota Prov. ± 96 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di dekat jalan raya desa yang beraspal. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 56.0” E 100˚ 34’ 05.4” Deskripsi Historis Masjid ini dibangun tahun 1710 M dengan melibatkan beberapa Nagari di sekitar Lima Kaum. Pembangunan mesjid ini dikerjakan secara bergotong royong dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat tanpa kecuali, seperti ninik-mamak (pemangku adat), kaum cerdik pandai (intelektual), dan alim ulama (guru agama Islam). bahkan Datuk Bandaro Kuniang sebagai raja Nagari Lima Kaum menetapkan ketentuan, kepada siapa yang tidak ikut gotong royong sehari saja, akan diambil ternaknya untuk disembelih sebagai ganti atas ketidakhadirannya. Deskripsi Arkeologis Masjid Raya Lima Kaum memiliki kolong dan bagian atap membentuk kerucut. Atap tumpang lima terbuat dari seng dengan puncak berbentuk segi delapan berjendela kaca (dua daun). Denah masjid berbentuk segi empat dengan pondasi dari beton, dinding dan lantai terbuat dari papan, tiang dari kayu ulin, dan jendela nako di semua sisi bangunan. Bangunan masjid dikelilingi oleh pagar besi dengan pondasi terbuat dari batu kali. Di sebelah utara dan selatan terdapat pintu gerbang terbuat dari beton cor dengan atap gonjong lima. Pada tiang terdapat hiasan kaligrafi “assalaamu alaikum warahmatullahi 136

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

wabarakatuh”, “Allah”, dan “Muhammad”. Gapura masjid di bagian selatan terdapat angka tahun pembuatan yaitu 6 Mei 1974, wakaf dari keluarga Dt. Kahondo Marajo. Serambi terdapat di bagian depan (timur) dengan pondasi terbuat dari beton. Serambi berupa ruangan tertutup dengan dinding nako. Atap serambi dari seng berbentuk semi limas. Pintu masuk terdapat di bagian utara dan selatan. Di atasnya terdapat kubah/menara berbentuk segi delapan dengan jendela kaca (dua daun) disetiap sisinya. Atap menara berbentuk kubah. Kemuncak berbentuk susunan buah labu dan paling atas runsing (kerucut). Serambi juga difungsikan sebagai tempat belajar al-quran, dan tempat penitipan sandal. Ruang utama, untuk masuk ke ruang utama masjid, dari serambi melewati pintu berelung dua, berhiaskan kaligrafi dan dan sulur. Pintu terbuat dari kerangka besi yang dapat dilipat menyamping ke kiri dan kanan. Ruang utama berlantai dan berdinding papan dengan jendela kaca nako terdapat di sisi-sisi dinding. Jendela nako masing-masing berjumlah 6 buah di bagian dinding utara dan selatan, dan 4 buah di sisi barat dan timur. Tiang bangunan berjumlah 66 buah terbuat dari kayu ulin berdiameter antara 23-45 cm dan satu tiang utama (tiang macu) berada di tengah-tengah dengan garis tengah ± 75 cm. Tiang utama ditutup dengan papan (tripleks) berbentuk segi delapan diameter 2.5 m berfungsi sebagai penutup tangga naik ke kubah/menara yang melingkar ke kiri pada tiang utama. Atap plafon terbuat dari papan kayu. Kubah/menara masjid berbentuk segi delapan dengan jendela (daun dua) di setiap sisinya. Atapnya berbentuk kerucut dan kemuncaknya terdiri dari susunan buah labu dan bulan sabit. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 25 x 25 (625 m²) Lahan 500 m² Batas-Batas Situs Utara Jl. Nagari Selatan Jl. Nagari Timur Tanah milik penduduk Barat Jl. Nagari Fungsi awal dan fungsi sekarang Masjid Pemilik Wakaf Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

137

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

5. GEDUNG INDO JOLITO KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 24/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Gedung Indo Jolito Alamat Jalan Jl. MT. Haryono Jorong Kampung Baru Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 0 Km Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di perkotaan. Bisa dengan jalan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 17.8” E 100˚ 35’ 40.6” Deskripsi Historis Dahulu bangunan ini merupakan rumah kediaman dan kantor Asisten Residen di Batusangkar semasa pemerintahan Belanda. Bangunan ini didirikan pada tahun 1837 dan pernah di rehab atau disempurnakan dengan taman pada tahun 1938. Dari tahun 1837 sampai tahun 1942 gedung ini merupakan tempat kediaman Asisten Residen Tanah Datar. Tahun 1942 sampai dengan tahun 1948 gedung ini diambil alih oleh tentara jepang untuk kediaman para pembesar Jepang (nipon) yang mewakili/menduduki kota Batusangkar. Tahun 138

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

1948-1949 diambil alih oleh pemerintahan Nica (Belanda). Tahun 1950-1952 digunakan untuk kediaman Asisten Bupati, yang mana pada waktu itu kedudukan Bupati berada di Padang Panjang. Tahun 1952 sampai 1986 merupakan tempat kediamam Bupati Tanah Datar. Tahun 1986 sampai sekarang merupakan tempat penyambutan tamu kenegaraan yang berkunjung ke kabupaten Tanah datar sedangkan kediaman Bupati yang beru, terletak di samping kanan bangunan Gedung Indo Jolito. Deskripsi Arkeologis Gedung ini berada di tengah kota Batusangkar, tepatnya di samping kiri Rumah Dinas Bupati Tanah Datar. Bangunannya menunjukkan arsitektur Belanda dengan tiang-tiang pilar dan dindingnya yang tebal dan kekar. Atapnya berbentuk persegi panjang. Dindingnya dari bata berlepa berwarna putih. Pembagian ruangannya adalah setengah sisi sebelah barat merupakan ruangan tamu, sisi sebelah timur terbagi dalam dua ruangan, dan bagian belakang merupakan ruangan makan. Taman berada pada halaman yang merupakan miniature dari perkampungan Minangkabau di mana sekarang sudah tidak ada lagi.

Ukuran (Luas) Situs Bangunan 12 x 12 m (144 m²) Lahan 200x 100 (2000m ²) Batas-Batas Situs Utara Jalan dan Lapangan Cinduo Mato serta eks Balai Adat Selatan SMKN 1 Batusangkar Timur Jalan dan SMKN 1 Batusangkar Barat Eks Kantor DPRD Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Negara Pengelola Pemkab Tanah Datar Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

139

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Denah Keletakan

6. BENTENG VAN DER CAPELLEN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 25/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Benteng Van Der Capellen Alamat Jalan Jl. Benteng Jorong Kampung Baru Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 200 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs berada di perkotaan dengan akses jalan beraspal. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 15.2” E 100˚ 35’ 45.0” Deskripsi Historis Keberadaan benteng Van Der Capellen yang ada di kota Batusangkar, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa peperangan antara Kaum Adat dengan Kaum Agama yang terjadi pada sekitar tahun 1821. Konflik terbuka yang berupa peperangan fisik antara kaum Adat dan Kaum Agama akhirnya dimenangkan oleh Kaum Agama. Kaum Adat kemudian meminta bantuan Belanda yang waktu itu berkedudukan di Padang. Di bawah pimpinan Kolonel Raff pasukan Belanda kemudian masuk di daerah Tanah Datar untuk menumpas gerakan Kaum Agama. Sesampai di Batusangkar Ibukota Tanah Datar pasukan Belanda dipusatkan di tempat ketinggian yang 140

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

jauhnya lebih kurang 500 m dari pusat kota. Pada tempat ketinggian inilah pasukan Belanda sekaligus membangun kubu pertahanan. Kubu pertahanan yang dibangun Belanda waktu itu berupa bangunan gedung dari beton yang kemudian diberi nama Benteng Van Der Capellen sesuai dengan nama Gubernur Jenderal Belanda waktu itu. Deskripsi Arkeologis Benteng van Der Capellen terletak di atas bukit, benteng ini merupakan bangunan gedung beton dengan ketebalan dinding 42 cm dan beratapkan genteng. Bangunan benteng ini berukuran panjang 14 m, dan lebar 12 m (ukuran bangunan depan) dan berdenah persegi empat. Pintu masuk terdapat pada bagian depan berbentuk lengkung. Sementara di sebelah kiri dan kanannya terdapat dua buah bangunan yang membujur ke belakang dan ditutupi dengan bangunan berlantai dua di mana lantai duanya terbuat dari kayu (tidak asli). Benteng Van der Capellen merupakan 4 buah bangunan yang disatukan, hal ini terlihat jelas dengan adanya bangunan di belakang sehingga bangunan berbentuk huruf U menjadi bangunan berbentuk empat persegi.Pada bagian muka benteng, sebelah kiri dan kanan pintu masuk, terdapat masing-masing 1 buah meriam belanda yang diberi kedudukan pasangan batu kali. Bangunan ini didirikan di atas pondasi batu kali. Bangunan pada samping kiri dan kanan mempunyai tiang-tiang teras dengan balok ukuran 18 dengan jarak antar tiang 370 m. Bangunan bagian depan, bagian samping kiri dan kanan terdiri dari satu lantai sedangkan bangunan bagian belakang terdiri dari dua lantai (lantai kedua dari kayu). Atap bangunan berbentuk atap pelana dengan memakai bahan atap genteng (telah diganti dengan atap seng). Komponen bahan bangunan terbuat dari beton untuk lantai dan dinding, sementara tiang teras, plafon dan konstruksi atap terbuat dari bahan kayu. Adapun ruang-ruang yang ada pada Benteng van der Capellen sebagai berikut: • Pada bangunan depan Ruang sebelah kiri/kanan bangunan depan merupakan ruang terbuka yang mempunyai dua buah jendela kaca mati/naco rangkai tiga dengan ukuran lebar 2,00 M dan tinggi 1,25 M, dua buah pintu pada pintu masuk tepatnya pada samping kiri dan samping kanan dan satu buah pintu keluar (bagian belakang) yang merupakan pintu bingkai kaca dengan ukuran lebar 1,12 m, tinggi 2,26 m. Sementara pada bangunan depan ini mempunyai empat ruang pada bagian belakang yang berfungsi sebagai sel tahanan namun yang satu sudah dibongkar. Ruangan ini berukuran 1,50 x 3,00 M, dan mempunyai empat buah pintu yang diberi ventiasi besi. Ukuran pintu dari ruangan tahanan ini adalah 67 x 186 Cm • Pada bangunan sebelah kiri Ruang pada bangunan sebelah kiri ini merupakan ruang lepas dengan ukuran 34 x 6,50 M, dengan ketebalan dinding 42 cm. Pada ruangan ini mempunyai 4 ( empat ) pintu, 6 (enam) buah jendela, dan 9 (sembilan) ventilasi kaca kaca 141

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

• Pada bangunan sebelah kanan Pada bangunan sebelah kanan ini mempunyai ruang sebanyak 3 (tiga) ruang, satu ruang merupakan ruang lepas dengan ukuran 28,00x 6.50 M dan dua buah ruangan dengan ukuran 6.50 x 3,00 M yang berfungsi sebagai gudang. Pada bangunan sebelah kanan ini mempunyai 5 (lima ) pintu dan 4 ( empat) jendela, serta mempunyai 9 (sembilan) ventilasi. Jendela pada bangunan ini hanya tinggal satu buah yang merupakan jendela asli sementara 3 ( tiga ) buah sudah tidak asli lagi. • Pada bangunan belakang ( lantai satu ) Pada bangunan ini mempunyai empat ruang yang berfungsi ( belum diketahui) serta empat pintu dengan ukuran lebar 60 cm • Bagian luar belakang Pada bagian luar belakang sisi selatan terdapat sisa- sisa bekas WC yang berukuran panjang 7,60 M, dengan jumlah WC yang ada sebanyak enam buah, lebar 1,00 M. Pada sisi utara terdapat dua buah bekas tungku yang berukuran masing-masing panjang 5,00 m dan lebar 1,00 m, sedangkan tinggi yang tersisa dari tungku ini adalah 98 Cm. WC dan tungku ini terbuat dari pasangan bata, sementara untuk tungku khusus pada bagian atasnya dengan pasangan batu kali setebal 21 cm. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 12 x 14 m (168 m²) Lahan 8880 m² Batas-Batas Situs Utara Kantor Pengadilan Negeri Batusangkar Selatan Kantor Kodim Timur Kelurahan kampong Baru Barat TK Pertiwi Fungsi awal dan fungsi Fungsi Awal Pertahanan Perang dan Fungsi Sekarang sekarang Kantor Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanah Datar. Pemilik Pemkab Tanah Datar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

142

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Denah Keletakan

7. MEDAN BAPANEH KOTO BARANJAK KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 29/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Koto Baranjak Alamat Jalan Jl. Puti Bungsu Jorong Baringin Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 4 Km Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi berada di tepi jalan raya simpang 3. Bisa dengan kendaraan roda empat, roda dua. Letak Astronomis S 00 27’ 15.8” E 100 34’ 58.9” Deskripsi Historis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh Deskripsi Arkeologis Situs ini berada di pinggir jalan simpang Baringin. Jumlah batu sandar yang ada di situs ini adalah 15 (lima belas) buah. Batu sandar ini disusun sehingga membentuk formasi seperti huruf U yang tersebar di sisi Utara, Barat, dan Timur. Situs ini telah diberi pagar keliling dari besi. Kondisinya sekarang situs ini tidak terawat lagi sudah penuh ditumbuhi rumput ilalang. Ukuran (Luas) Situs Bangunan - Lahan 12x7 m (84 m²) Batas-Batas Situs Utara Jl. Puti Bungsu

143

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Selatan Tanah milik Murni Timur Tanah milik Murni Barat Jl. penduduk Fungsi awal dan fungsi sekarang Tempat Musyawarah Pemilik Yulidar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

8. MAKAM SULTAN MUNINGSYAH

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS No. Inventaris Cagar Budaya 30/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Makam Sultan Muningsyah Alamat Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 3 Km Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 600 m dpl

144

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Aksesibilitas Situs Agak Sulit, keberadaan situ di atas bukit di tengah kebun karet. Untuk menuju ke lokasi situs hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 500m dengan jalan setapak yang mendaki. Letak Astronomis S 00˚ 28’ 42.7” E 100˚ 37’ 04.3” Deskripsi Historis Tokoh yang dimakamkan di sini belum jelas. Warga kampung banyak yang tidak mengetahuinya siapa tokoh yang dimakamkan disini. Deskripsi Arkeologis Makam ini merupakan makam tunggal, berada di puncak bukit Gombak. Jirat makam terbuat dari susunan batu kali bersemen dengan ukuran panjang 210 cm dan lebar 110 cm.. Nisannya berupa 3 buah monolit tanpa pengerjaan, nisan ini hanya di bagian kepala. Orientasi makam ini Utara-Selatan, yang merupakan cirri makam Islam. Sekeliling makam telah diberi pagar dari besi. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 2.1 x 1.1(2.31 m²) Lahan 3 x 2.5 m (7.5 m²) Batas-Batas Situs Utara Tanah milik penduduk Selatan Tanah milik penduduk Timur Tanah milik penduduk Barat Tanah milik penduduk Fungsi awal dan fungsi Makam sekarang Pemilik Pemda Kabupaten Tanah Datar Pengelola BPCB Sumatera Barat Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

145

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

9. RUMAH DINAS PEGADAIAN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 44/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Pegadaian Alamat Jalan Jl. Soekarno Hatta Jorong Belakang Pajak Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 700 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena berada di pusat kota Batusangkar . Bisa dengan roda empat atau roda dua. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 16.5” E 100˚ 35’ 34.2” Deskripsi Historis Rumah Pegawai dengan jenis bangunan beton dan Type 153 dengan jumlah lantai 1 (satu) dengan luas lantai 153 m2, di bangun tahun 1919. Gudang Cab.Batusangkar dengan jenis bangunan beton dengan Type 200 , dengan luas lantai 200 m2 dan dibangun tahun 1919. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini berada di belakang Kantor Pegadaian. Gedung ini berarsitektur kolonial, yang dicirikan dengan jendela dan pintu yang berukuran tinggi. Bangunannya terlihat seperti dua bangunan dengan denah berbentuk huruf L. Bangunan sisi selatan agak menjorok ke depan itu merupakan rumah pegawai dengan teras beranda dan pintu masuk berada di sisi timur dan utara. Bangunan sisi utara agak mundur kebelakang dari bangunan sisi selatan, ini merupakan bangunan Gudang , karena sekeliling bangunan diberi jendela tinggi dari kaca dan diberi teralis besi. Bagian bawah dari jendela diberi penutup dari kayu dengan lubang berbentuk tapal kuda, seperti lubang untuk loket pembayaran. Atap bangunan ini terbuat dari genteng dan di bagian atas perabungan di sisi kiri kanannya terdapat tempelan berbentuk bulat silindris yang terbuat dari beton. Ukuran (Luas) Situs Bangunan Rumah Pegawai 153 m2 Gudang 200 m2 Lahan 4.566 m2 Batas-Batas Situs Utara Rumah penduduk Selatan Rumah penduduk Timur Jl Raya dan Lapangan Cinduo Mato Barat Rumah penduduk Fungsi awal dan fungsi Kantor sekarang Pemilik PT. Pegadaian

146

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Pengelola PT. Pegadaian Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

10. RUMAH DINAS PT. POS

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 45/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas PT. POS Alamat Jalan Jl. S. Parman

147

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Jorong Malana Ponco Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 K m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs berada di pinggir jalan raya kota di areal pusat pertokoan dan perkantoran. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.9” E 100˚ 35’ 36.2” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah liannya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang berfungsi sebagai rumah dinas Dandim, Kapolres, Ketua DPRD, dan Wakil Bupati. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial dicirikan oleh keberadaan pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan yang sebagian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang, yaitu kamar tidur (2), ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela yang berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri-kanan masing-masing 1 buah, sedangkan jendela yang di bagian samping bangunan masing-masing ada dua buah. Lantai terbuat dari tegel polos tanpa motif berwarna abu-abu. Arsitektur Minangkabau terlihat dari atap bangunan, beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda dengan memakai jenjang. Atapnya bergonjong. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 15.8 m x 13 (205.4 m²) Lahan 18.8 m x 17.5 (329 m²) Batas-Batas Situs Utara Jl. Raya Malana Ponco Selatan Tanah Dt. Rangkayo Mulia Timur Rumah Penduduk Barat Rumah Dinas Dandim Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Tanah Datar Foto Foto Bangunan

148

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

11. GEDUNG LP BATUSANGKAR

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 46/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Gedung LP Batusangkar Alamat Jalan Jl. Hamka (Batusangkar-Bukittinggi) Jorong Parak Juar Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 Km Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena berada di pinggir jalan raya batusangkar- bukittinggi. Bias dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 06.4” E 100˚ 35’ 31.2” Deskripsi Historis Pada zaman Belanda bangunan ini telah digunakan sebagai penjara. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan bangunan penjara dari masa 149

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

kolonial hingga sekarang fungsinya masih sama. Arsitektur kolonialnya diperlihatkan dengan jendela dan pintu-pintu yang sangat tinggi dan besar dan lengkungan pada setiap pintu dan jendela. Atapnya terlihat seperti bertumpuk dua. Pintu masuk berada di tengah- tengah bangunan terbuat dari kayu, bentuk pintu berbelah dua. Motif pintu bergaris-garis arah panah ke atas. Antara dinding bagian atas dan langit- langit bagian luar terdapat profil (seperti pelipit dalam candi). Tiang dinding di bagian muka bangunan terbuat dari besi dan memakai skrup bagian bawahnya, tiang besi ini menyatu dengan dinding dan berada di sisi kanan dan kiri bangunan bagian muka. Tiang besi ini juga pembatas dengan bangunan baru yang di buat di samping kiri-kanan dari tiang besi, bangunan baru tersebut dipergunakan sebagai kantor. Ukuran tiang besi tinggi 360 cm, lebar 66 cm. Bangunan ini terdiri dari ruang-ruang untuk kantor di bagian depan dan kamar-kamar untuk para tahanan yang di bagian belakang. Antara ruangan kantor dan ruang tahanan di pisahkan oleh pintu dari besi yang masih asli dengan ukuran engselnya sangat besar dan ruang penjaga. Kamar tahanan berjumlah 7 buah. Pintu dan jendela kamar tahanan terbuat dari kayu, dengan ukuran engsel yang sangat besar. Jendela kamar tahanan berteralis besi (masih asli). Tinggi jendela kamar tahanan 220 cm, lebar 116 cm, dengan ketebalan dinding 30 cm Di dalam ruangan tahanan terdapat jendela kecil yang ditempatkan di bawah langit-langit. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 35,6x19.25m (685.3 m²) Lahan 37 x 32 meter Batas-Batas Situs Utara Rumah Penduduk Selatan Jalan Hamka (Batusangkar- Bukittinggi) dan Bank Nagari Cabang Batusangkar Timur Rumah penduduk Barat Rumah Penduduk Fungsi awal dan fungsi Penjara sekarang Pemilik Negara (Menhumkam) Pengelola Negara (Menhumkam) Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

150

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Denah Keletakan

12. RUMAH DINAS WAKIL BUPATI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 47/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Wakil Bupati Alamat Jalan Jl. S. Parman Jorong Malana Ponco Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 K m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs berada di pinggir jalan raya kota di areal pusat pertokoan dan perkantoran. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.2” E 100˚ 35’ 33.9” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah lainnya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang berfungsi sebagai rumah dinas Dandim, Kapolres, Ketua DPRD, dan Kepala Pos. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial dicirikan oleh keberadaan pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan yang sebagian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang, yaitu kamar tidur (2), ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari 151

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela yang berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri-kanan masing-masing 1 buah, sedangkan jendela yang di bagian samping bangunan masing-masing ada dua buah. Lantai terbuat dari tegel polos tanpa motif berwarna abu-abu. Arsitektur Minangkabau terlihat dari atap bangunan berupa atap gonjong, beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda dengan memakai jenjang. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 15.8mx13 ( 205.4 m²) Lahan 18.8mx17.5 (329 m²) Batas-Batas Situs Utara Jl. Raya Malana Ponco Selatan Tanah Dt. Rangkayo Mulia Timur Rumah Penduduk Barat Rumah Dinas Ketua DPRD Fungsi awal dan fungsi Rumah tinggal Wakil Bupati Kabupaten Tanah Datar sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

152

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

13. RUMAH DINAS KETUA DPRD

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 48/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Ketua DPRD Alamat Jalan Jl. S. Parman Jorong Malana Ponco Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 K m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs berada di pinggir jalan raya kota di areal pusat pertokoan dan perkantoran. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.1” E 100˚ 35’ 33.2” Deskripsi Historis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial dicirikan oleh keberadaan pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan yang sebagian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang, yaitu kamar tidur (2), ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela yang berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri-kanan masing-masing 1 buah, sedangkan jendela yang di bagian samping bangunan masing-masing ada dua buah. Lantai terbuat dari tegel polos tanpa motif berwarna abu-abu. Arsitektur Minangkabau terlihat dari atap bangunan, beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda dengan memakai jenjang. Atapnya bergonjong. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial terdapat pada pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan sebagaian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu, jendela terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang. Yaitu 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri-kanan masing- masing 1 buah. Jendela dibagian samping bangunan masing-masing dua buah. Lantai sudah diganti dengan lantai keramik. Arsitektur minangkabau

153

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

terlihat dari bangunan terdiri dari beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda. Jenjang telah dihilangkan. Atapnya bergonjong. Komponen baru dibagian halaman depan rumah terdapat pos jaga. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 15.8 x 13(205.4 m²) Lahan 18.8x17.5(329 m²) Batas-Batas Situs Utara Jl. Raya Malana Ponco Selatan Tanah Dt. Rangkayo Mulia Timur Rumah Penduduk Barat Kantor Bank BRI Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

154

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

14. RUMAH DINAS KAPOLRES

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar 49/BCB-TB/A/12/2007 Budaya Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Kapolres Alamat Jalan Jl. S. Parman Jorong Malana Ponco Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 K m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs berada di pinggir jalan raya kota di areal pusat pertokoan dan perkantoran. Letak Astronomis S 00˚ 27’29.4” E 100˚ 35’ 34.6” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah liannya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang berfungsi sebagai rumah dinas Dandim, Kepala Pos, Ketua DPRD, dan Wakil Bupati. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial dicirikan oleh keberadaan pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan yang sebagian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang, yaitu kamar tidur (2), ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela yang berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri-kanan masing-masing 1 buah, sedangkan jendela yang di bagian samping bangunan masing-masing ada dua buah. Lantai terbuat dari tegel polos tanpa motif berwarna abu-abu. Arsitektur Minangkabau terlihat dari atap bangunan, beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda dengan memakai jenjang. Atapnya bergonjong. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 15.8x 13(205.4 m²) Lahan 18.8x17.5(329 m²) Batas-Batas Situs Utara Jl. Raya Malana Ponco Selatan Tanah Dt. Rangkayo Mulia Timur Rumah Penduduk Barat Rumah Dinas wakil Bupati Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang 155

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

15. RUMAH DINAS DANDIM

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 50/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dinas Dandim Alamat Jalan Jl. S. Parman Jorong Malana Ponco Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 K m Ibukota Prov. ± 100 Km

156

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena situs berada di pinggir jalan raya kota di areal pusat pertokoan dan perkantoran. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 29.6” E 100˚ 35’ 35.0” Deskripsi Historis Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 sebagai bangunan perumahan Belanda bersama-sama dengan empat buah rumah liannya yang berjajar di kompleks ini. Sekarang berfungsi sebagai rumah dinas Dandim, Kepala Pos, Ketua DPRD, dan Wakil Bupati. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan rumah hunian dengan perpaduan arsitektur kolonial dengan minang. Arsitektur kolonial dicirikan oleh keberadaan pintu dan jendela yang sangat tinggi dan lebar, kontruksi bangunan yang sebagian besar terbuat dari bata berlepa, kecuali pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Bangunan ini terbagi dalam 5 ruang, yaitu kamar tidur (2), ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Setiap ruangan terdapat pintu. Pintu ini terdiri dari dua lapis, pintu yang terbuat dari kayu membuka keluar, dan pintu yang dari kaca membuka ke dalam. Jendela yang berada di bagian muka bangunan terdapat di samping kiri-kanan masing-masing 1 buah, sedangkan jendela yang di bagian samping bangunan masing-masing ada dua buah. Lantai terbuat dari tegel polos tanpa motif berwarna abu-abu. Arsitektur Minangkabau terlihat dari atap bangunan, beranda dan anjungan. Pintu masuk yang berada di samping kiri dan kanan beranda dengan memakai jenjang. Atapnya bergonjong. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 15.8 x13m (205.4 m²) Lahan 18.8 m x 17.5 (329 m²) Batas-Batas Situs Utara Jl. Raya Malana Ponco Selatan Tanah Dt. Rangkayo Mulia Timur Rumah Penduduk Barat Rumah Dinas Kapolres Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Kaum Suku Dt. Rangkayo Mulia Pengelola Pemda Kabupaten Tanah Datar Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

157

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Denah Keletakan

16. RSU TENTARA

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 51/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya RSU Tentara Alamat Jalan Jalan Soetoyo Jorong Jalan Minang Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 700 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs berada di persimpangan di jalan raya minang bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 10.8” E 100˚ 35’ 37.4” Deskripsi Historis Sejarah bangunan ini tidak diketahui. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini berarsitektur campuran cina dan kolonial. Arsitektur cina terlihat dari beranda terbuka yang luas dan beri pagar setinggi 50 cm, pintu masuk terdiri dari 3 buah yang berjejer. Di bagian depan terdapat jenjang untuk naik ke beranda. Diatas konzen pintu terdapat ukiran flora dan suluran. Di bagian depan beranda terdapat 4 buah tiang yang terbuat dari kayu di keempat sisinya terdapat ukiran sebuah kunci dengan ukuran sangat besar (motif cirri khas kolonial). Atapnya terbuat dari seng. Menurut penduduk setempat, dahulu daerah ini merupakan pecinan 158

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

(kampong cina).Arsitektur kolonial terlihat dari tegel yang bermotif flora ciri khas Belanda, dinding tebal, ukuran jendela dan pintu sangat tinggi. Secara keseluruhan komponen bangunan belum ada yang berubah, hanya ada penambahan bangunan baru yang menyatu dengan bangunan asli, yaitu di samping kiri- kanan arah timur laut dan tenggara terdapat bangunan untuk ruang praktek dokter umum dan dokter gigi. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 10.7 m x 17m (181.9 m²) Lahan 14.15x26.5 (374.975 m²) Batas-Batas Situs Utara Rumah penduduk Selatan Jl Soetoyo (arah ke Pagaruyung) Timur Jl Minang ( arah ke Sungayang) Barat Perumahan, kompleks sekolah Muhammadiyah Fungsi awal dan fungsi Rumah Sakit sekarang Pemilik Pemda Tanah Datar Pengelola TNI AD Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

159

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

17. PERTOKOAN TOKO TINGGI

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar 52/BCB-TB/A/12/2007 Budaya Nama Cagar Budaya Pertokoan Toko Tinggi Alamat Jalan Jalan Soekarno Hatta / Jl. Lantai Batu Jorong Lantai Batu Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 500 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, karena berada di daerah pasar. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 23.8” E 100˚ 35’ 32.2” Deskripsi Historis Bangunan ini selesai dibangun tahun 1932. Waktu itu kaum suku ulayat Dt. Simarajo sengaja membangun los pasar ini untuk disewakan. Deskripsi Arkeologis Bangunan Los Pasar Koto tinggi merupakan deretan toko-toko yang memanjang dari arah Timur (Jalan Ahmad Yani) ke Barat (jalan Lantai batu). Bangunan dengan srsitektur kolonial terlihat dari dinding tembok yang tebal, penggunaan tiang-tiang balok. Denah berbentuk persegi panjang. Bangunan terdiri dari dua lantai. Lantai atas dipergunakan sebagai tempat tidur (istirahat) ataupun gudang. Tiang-tiang berbentuk balok dengan ukuran tiang lebar 52 cm, tebal 52 cm dan tinggi 250 cm. ukuran tiang kios toko lebar 3.3 m , panjang 17 m. Bagian muka yang juga merupakan pintu masuk terbuat dari potongan-potongan kayu yang disambung dengan engsel. Di bagian atas pembatas antara bangunan lantai 1 dengan lantai dua terdapat panel dari kayu, dan dibawahnya panel terdapat semacam jendela semu yang terbuat kaca tebal semacam Kristal yang berwarna hijau, kuning. Bangunan lantai dua, lantainya terbuat dari kayu, untuk sirkulasi udara terdapat jendela. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 56.1 x 9(504.9 m² ) Lahan 58 x 10,7 Meter Batas-Batas Situs Utara Pasar Atas Batusangkar Selatan Jalan Jorong Lantai Batu (ke arah Gurun) Timur Jalan Soekarno Hatta Barat Perumahan Penduduk Fungsi awal dan fungsi Ruko (Rumah dan Toko) sekarang Pemilik Ulayat Dt. Simarajo Pengelola Pasar 160

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

18. RUMAH MAHKDUM NEINA MALIN

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 53/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Mahkdum Neina Malin Alamat Jalan Jalan Soekarno Hatta (kemudian masuk gang kecil ke arah timur) Jorong Kampung Sudut Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 600 m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, berada di tengah pemukiman dan dibelakang pertokoan emas pasar. Bisa dengan kendaraan roda 161

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 22.8” E 100˚ 35’ 36.9” Deskripsi Historis Bangunan dibangun tahun 1900-an. Dibangun oleh orang India yang bermukim di Batusangkar waktu itu. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini berarsitektur campuran kolonial Belanda dengan India. Sebagian komponen sudah berubah/diganti dengan yang baru, seperti lantai sudah diganti keramik, penambahan 3 buah tiang di bagian beranda. Arsitektur kolonial diperlihatkan dari dinding yang sangat tebal yaitu 30 cm. Arsitektur India terlihat dari lengkung jendela yang sangat lebar dengan ukuran Lebar 2 m dan tinggi 2.41 m, kesan bangunan tidak terlalu tinggi. Jendela terbuat dari kaca. Di bagian gable sisi kanan kirinya terdapat relung kecil berbentuk seperti huruf U terbalik dengan hiasan relief geometris di bagian luar relung. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 12 x 15 m ( 180 m²) Lahan 15 x 18 m ( 270 m²) Batas-Batas Situs Utara Rumah penduduk Selatan Ruko (pertokoan penjual emas) Timur Salon Barat Rumah penduduk Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Makhdum Neina Malin (alm) Pengelola Kecamatan Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

162

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

19. RUMAH DT. BINJO

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 54/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Rumah Dt. Binjo Alamat Jalan Jl. Minang No.24 Jorong Minang Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 1 K m Ibukota Prov. ± 100 Km Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl Aksesibilitas Situs Mudah, Karena lokasi situs berada di pinggir Jalan Raya Sungayang. Bisa dengan kendaraan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 06.3” E 100˚ 35’ 36.9” Deskripsi Historis Bangunan ini merupakan rumah hunian milik Dt. Binjo yang saat itu sekitar tahun 1877 menjabat sebagai offsiner (penilik/pengawas sekolah zaman Belanda. Rumah ini sekarang ditempati oleh ahli warisnya yang merupakan keturunan ke 4. Deskripsi Arkeologis Bangunan ini merupakan rumah hunian yang berarsitektur Kolonial dengan jendela dan pintu sangat tinggi dan berlengkung. Denah berbentuk huruf L dengan ketebalan dinding ± 30 cm. Terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, dapur, kamar mandi dan 3 buah kamar tidur. Sebagian lantai telah diganti dengan keramik, yaitu bagian ruang tengah, dapur dan 2 buah kamar tidur yang berada di bagian ruang tengah. Lantai teras, ruang tamu dan kamar tidur yang berada di bagian ruang tamu masih asli dari bahan tegel polos warna abu-abu tanpa motif. Jendela telah diberi teralis dari besi yang dibentuk dengan motif flora (merupakan komponen baru). Seluruh kontruksi dinding terbuat dari batu kali berlepa kapur. Di bagian halaman rumah terdapat sumur air yang dialirkan dengan selang ke kamar mandi yang berada di bagian belakang, sumur itu berfungsi hingga tahun 1990, setelah itu diganti dengan air PDAM. Sumur tersebut diberi dinding berbentuk persegi panjang dengan ukuran tinggi ± 30 163

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

cm, awalnya hanya ditutupi seng sekarang telah diberi penutup yang terbuat dari beton. Air sumur masih ada tetapi sudah tidak dialirkan lagi. Pemilik rumah masih menyimpan barang-barang peninggalan Dt. Binjo yang berasal dari kolonial yang dipajang di ruang tamu, antara lain semacam dispenser dari bahan keramik yang berbentuk silindris, cangkir (tea set), lukisan kain streamin, lampu minyak, guci. Ukuran (Luas) Situs Bangunan 9.6 x 14.3 m (137.28 m²) Lahan 800 m² Batas-Batas Situs Utara Tanah adat Ma’jid Selatan Jl setapak ke kuburan Cina Timur Tanah Tursina Barat Jl Raya minang Fungsi awal dan fungsi Hunian sekarang Pemilik Hilda Wati Taman (cucu dari Dt. Binjo) Pengelola Desi Manopo (anak dari Hilda Wati Taman) Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

164

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

20. RUMAH GADANG DT. BANDARO NAN KUNIANG

KOMPONEN DATA DATA TEKNIS

No Inventaris Cagar Budaya 63/BCB-TB/A/12/2011 Nama Cagar Budaya Rumah Gadang Dt. Bandaro nan Kuniang Alamat Jalan Bandaro Kuning Jorong Kubu Rajo Nagari Lima Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten/Kota Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Orbitrasi Situs (km) Ibukota Kab./Kota ± 3 km Ibukota Prov. ± 97 km Keletakan Geografis Dataran 500 m dpl Aksesibilitas Situs Relatif mudah, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau lebih dan berjarak ± 30 m dari jalan raya. Letak Astronomis 0°27'42'' LS 100°34'17'' Deskripsi Historis Datuak Bandaro Kuniang adalah pucuak bulek Kelarasan Bodi Caniago berkedudukan di Limo Kaum Batusangkar. Datuak Bandaro Kuniang juga diberi julukan Gajah Gadang Patah Gading. Julukan tersebut dimaksudkan sebagai salah seorang pucuk pimpinan pemerintahan dalam Kerajaan Pagaruyung tetapi tidak menjalankan pemerintahan secara langsung. Di dalam struktur Kerajaan Pagaruyung, Datuak Bandaro Kuniang Gajag Gadang Patah Gadiang tugasnya adalah mengepalai persidangan kelarasan Bodi Caniago, sebagaimana Datuak Bandaro Putiah, panitahan Sungai Tarab yang mengepalai Kelarasan Koto Piliang, dan Datuak Bandaro Kayo di Pariangan Padang Panjang pimpinan Lareh Nan Panjang. Kelarasan Bodi Caniago mempunyai Datuak Nan Batigo yang berada di bawah Datuak Bandaro Kuniang, yaitu : Datuak nan di Dusun Tuo, Datuak nan di Piliang, Datuak nan di Kubu Rajo. Di bawah Datuak Nan Batigo berturut – turut terdapat datuak – datuak yang disebut pucuak bulek dari masing – masing suku. Mereka adalah para penghulu yang dipilih berganti – ganti dari para datuak – datuak dalam suatu perkauman dengan menerapkan prinsip gadang balega, artinya pimpinan dipilih berdasarkan kemufakatan. Dalam acuan adat dikatakan, pemilihan pucuk bulek dalam Bodi Caniago memakai sistem hilang baganti, sedangkan kelarasan Koto Piliang memakai sistem patah tumbuah.

Deskripsi Arkeologis Rumah Gadang Dt. Bandaro Kuniang terdiri dari 5 (lima) ruang ditambah 2 (dua) ruang di bagian anjuang dan 4 (empat) lanjar. Seperti pada umumnya rumah gadang, bangunan ini dibuat dengan struktur dan konstruksi yang umumnya dibuat dari kayu kecuali atap yang dibuat dari ijuk, tangga dari tembok, dan

165

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

sandi yang dibuat dari batu berbentuk pipih. Rumah gadang Datuak Bandaro Kuniang berukuran 23,13 x 14,34 m dan berdiri di lahan yang cukup luas (54,39 x 42 m). Dalam lahan tersebut berdiri sebuah rumah gadang baanjuang dengan dua buah masing – masing berukuran 2,75 x 2,6 m, toilet, dan ‘garasi pedati’. Pengamatan tampak depan rumah gadang terlihat ukiran pada bagian panin, 1 (satu) pintu masuk pada bagian tengah, dan 4 (empat) buah jendela. Pada bagian atas pintu dan jendela terdapat tulisan arab. Pengamatan pada bagian samping, terlihat dinding anjuang yang dipenuhi ukiran dan masing- masing 3 (tiga) jendela pada anjuang sisi timur dan barat. Pada bagian dalam rumah gadang ini, terlihat susunan 8 (delapan) buah tiang yang ditutupi kain kuning dan pada bagian atas tiang terdapat ukiran. Rumah gadang terdiri dari 4 (empat) bilik. Loteng rumah gadang ini tidak sama tinggi. Demikian juga dengan lantai yang tidak sama tinggi. Pada bagian atas dinding dalam juga terdapat ukiran. Kondisi rumah gadang ini cukup terawat walaupun tidak lagi dihuni. Namun degradasi kayu berupa kerusakan dan pelapukan banyak terjadi kayu rumah gadang. Serangan rayap dan lebah kecil terlihat pada dinding depan dekat pintu masuk rumah gadang. Atap ijuk pada bagian depan juga banyak yang lapuk dan ditumbuhi tumbuhan lumut dan tumbuhan pakis. Sementara atap ijuk pada bagian belakang sudah dilakukan penggantian pada tahun 2015.

Orientasi : Selatan Gonjong : 6 Bahan atap : ijuk Tiang Tuo : ada Ruang : 7 Anjung : 2 Tangga : dari tembok Atap tangga : gonjong Anak tangga : 3 dibagian depan tengah, masing – masing 5 (lima) pada sisi samping Biliak : 4 Lanja : 3 Bandua : - Serambi : ada Ukiran : ada pada dinding depan Sandi/umpak : batu pipih Jendela : 4 di sisi depan, 6 di sisi samping Dinding bagian belakang anyaman bambu

Ukuran (Luas) Situs Bangunan 23,15 x 14,34 m Lahan 54,39 x 42 m Batas-Batas Situs Utara Rumah penduduk dan rumah gadang Selatan Kebun dan rumah penduduk Timur Jalan Barat Kebun Fungsi awal dan fungsi Tidak dihuni secara tetap (hanya pada waktu tertentu sekarang saja)

166

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Pemilik Milik Kaum Suku Sumagek – Bodi Caniago Pengelola Keluarga Animar Foto Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

5.1.2. DESKRIPSI BENDA CAGAR BUDAYA DI SEKITAR KAWASAN BATUSANGKAR : STRUKTUR

No Nama obyek Deskripsi Legalisasi I. STRUKTUR 1. Lapangan Cindua Perbandingan bentukan lapangan Belum terdaftar Mato antara eksisting 2013 dengan peta topografi tahun 1893 menunjukkan bentuk yang relatif sama. Pada peta lama tersebut legenda pada area lapangan Cinduo Mato diartikan sebagai boomenrij

167

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

2. Jl. Soekarna Hatta Dari analisa perkembangan Belum terdaftar – tinggalan jalur struktur kota, jejak jalur ini tradisional masih jelas terlihat. Dugaan Jl. 3. Jalan Hamka – Soekarno Hatta sebagai jalur Belum terdaftar tinggalan jalur tradisional diambil dari bentukan kolonial jalan yang organis. Sedangkan jejak jalur kolonial dianalisa dari bentukan struktur buatan militer yang cenderung linear/ lurus langsung menuju pusat pemerintahan kolonial, dalam hal ini Benteng Van der Capellen.

Keterangan: Benteng Van der Capellen

Jejak jalur kolonial

Jejak jalur tradisional

5.1.3. DESKRIPSI BENDA CAGAR BUDAYA DI SEKITAR KAWASAN BATUSANGKAR : SITUS

No Nama obyek Deskripsi Legalisasi II. SITUS 1. Situs Bukit Peletakan benteng di atas sebuah Belum Benteng Van der bukit menyatakan bahwa benteng terdaftar Capellen dan bukit sebagai kesatuan tempat pertahanan dan tempat yang strategis untuk mengawasi lingkungan sekitar (promonteri site).

Dok. sekarang Foto tahun 1915. Sumber KITLV

2. Situs Racebaan Situs racebaan diduga terletak di Belum area Hotel Pagaruyung 2 dan areal terdaftar sawah yang ada di belakang hotel.

168

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Perkiraan lokasi racebaan didasarkan pada peta topografi 1893

3. Saluran air/ Pada peta topografi Fort Van der Belum waterleeiding Capellen tahun 1893, saluran- terdaftar saluran air tersebar di area ‘kota’ . sisa-sisa keberadaannya saat ini belum ditelusuri.

Salah satu bentuk saluran air yang ada di Saroaso.

5.1.4. DESKRIPSI BENDA CAGAR BUDAYA DI SEKITAR KAWASAN BATUSANGKAR : KAWASAN

No Nama obyek Deskripsi Legalisasi III. KAWASAN 1. Pasar lama Pasar lama ini terletak di sisi selatan Belum kota Batusangkar. Dalam uraian terdaftar kajian perkotaan disebutkan bahwa pasar ini merupakan perserikatan dagang nagari-nagari yang ada di tanah Datar dengan sistem hari. Hari pasaran atau pekan untuk pasar sarikat Batusangkar adalah hari Kamis.

2. Kota tua Identifikasi obyek-obyek tinggalan Belum Batusangkar sejarah yang ada di Kota terdaftar Batusangkar dengan lingkup kawasan yang tidak terlalu luas, juga dari kajian sejarah perkotaan, bisa mengarahkan Kota 169

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Batusangkar untuk diangkat sebagai kota tua, baik kota tua kolonial maupun kota tua Minangkabau.

170

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 5.1 Peta Penyebaran Benda Cagar Budaya di sekitar Kawasan Kota Batusangkar

171

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar. 5.2. Peta Citra Kawasan Kota Batusangkar: Sumber Google Maps

172

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 5.3. Peta Sebaran Benda Cagar Budaya pada Kawasan Prioritas di Kota Batusangkar

173

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Gambar 5.4. Perbandingan pola dan kondisi Benda Cagar Budaya antara zaman kolonialisme dengan kondisi sekarang di Kawasan Kota Batusangkar

Gambar: Bangunan CB di sekitar Kawasan Batusangkar pada masa kolialisme Gambar: Bangunan CB di sekitar Kawasan Batusangkar pada masa Belanda (photo Tahun 1880-1930)sumber photo: KITLV (diolah) sekarang

174

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Dari hasil analisa Tim Kota Pusaka kabupaten Tanah Datar untuk penetapan kawasan prioritas pusaka telah diambil kesimpulan bahwa untuk Kawasan Prioritas ditetapkan pada Kecamatan Lima Kaum dengan fokus pada kawasan Batusangkar dan sekitarnya. Proses pemeringkatan dilaksanakan setelah melalui analisis signifikansi yakni : a. Pemeringkatan kriteria primer : kriteria signifikansi Tinggi - Benda atau lansekap ditetapkan secara nasional sebagai kawasan yang dilindungi - Benda atau lansekap yang berpotensi untuk ditetapkan sebagai aset pusaka yang dilindungi - Benda atau lansekap yang telah berumur sekurang-kurangnya 50 tahun - Di kawasan ini berisi bangunan bangunan yang sangat penting

5.2. Konsep dan kebijakan dalam penataan serta pengembangan Kawasan Prioritas Cagar Budaya di Kota Batusangkar a. Perlu ditentukan deliniasi dan zonasi kawasan dan situs yang diduga cagar budaya di kota Batusangkar melalui kajian peta-peta lama dan kondisi eksisting saat ini, sehingga ditetapkan berdasarkan kombinasi antara kontur tanah, struktur jalan, kepemilikan tanah dan arbitrer. Penetapan zonasi juga memperhatikan faktor kemudahan manajemen dan pengelolaan. b. Perlunya dirancang penataan kawaan yang dibagi menjadi: 1) Zona inti yang meliputi zona benteng Van der Capellen, zona bangunan Indo Jolito, lapangan Cindua Mato dengan cagar Alam Baringin Sakti di sisi barat dan bangunan tua di sisi utara, serta deretan rumah dinas Muspida di sisi selatan pusat kota; 2) Zona Penyangga yang meliputi kawasan sekitar zona inti serta 3) Zona pengembangan. c. Dengan dikeluarkannya UU BCB No.11 tahun 2010, perlu Evaluasi status penetapan dan pelindungan obyek dan situs cagar budaya yang ditetapkan sebelum tahun 2010, serta penetapan objek Cagar Budaya yang telah diverifikasi; d. Perlu untuk membuat peringkat/penggolongan kelas bangunan (A-B-C) Cagar Budaya di Kawasan Kota Batusangkar e. Perlunya dibentuk Tim Ahli Cagar Buadaya di tingkat Kabupaten yang bersertifikasi untuk menentukan dan menetapkan sebuah obyek menjadi

175

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

cagar budaya, untuk itu harus segera dibentuk tim ahli dari berbagai multidisiplin. f. Perlunya penataan lalu lintas dan kawasan parkir pada kawasan prioritas agar tidak merusak unsur-unsur bersejarah atau lingkungannya. g. Perlu adanya Penataan kepadatan bangunan, KDB, KLB dan ketinggian bangunan serta tataguna lahan di Kawasan prioritas h. Penataan tata ruang Kota Batusangkar harus mengacu pada sejarah dan morfologi Kota Batusangkar sebagai Kota Budaya.. i. Memperhatikan aspek lapisan budaya kota khususnya pada koridor-koridor jalan yang memiliki nilai sejarah seperti koridor jalan tradisional dan koridor jalan kolonial. j. Mendorong dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelestarian Cagar budaya k. Membentuk Badan Pengelola situs dengan anggota dari berbagai sektor yakni pemerintah, masyarakat/komunitas dan dunia usaha dengan komponen- komponen sebagai berikut: 1) Pemerintah terdiri dari, pemerintah kabupaten Tanah Datar, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, BPCB Batusangkar, dan stakeholder terkait lainnya. 2) Masyarakat terdiri dari, tungku tigo sajarangan (ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai),komunitas-komunitas seni, wali nagari-wali nagari, akademisi, kelompok-kelompok atau organisasi seni dan para seniman lokal. 3) Dunia usaha terdiri dari, para pengrajin, pedagang, pemilik restaurant, rumah makan dan warung, pedagang pasar, hotel, penginapan, dll.

176

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

BAB VI ARAHAN DAN INDIKASI PROGRAM PENATAAN DAN PELESTARIAN KOTA PUSAKA

Pemerintah Kabupaten Tanah Datar berkomitmen penuh untuk ikut melestarikan nilai-nilai dan warisan aset-aset pusaka yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar. Langkah-langkah yang telah ditempuh pemerintah daerah selain dari menetapkan beberapa peraturan daerah yang berfungsi untuk memperkuat upaya pelestarian aset pusaka serta warisan adat dan budaya, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar juga telah menuangkan kebijakan dan langkah-langkah strategis melalui RPJMD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2016-2021 yang merupakan merupakan rencana pembangunan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025. RPJPD Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-2025 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari visi Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025 yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Salah satu point penting berkaitan dengan upaya pelestarian aset-aset pusaka di Kabupaten Tanah Datar telah dicantumkan dalam RPJD Kabupaten Tanah Datar yakni untuk mewujudkan visi pembangunan jangka panjang “Tanah Datar Sebagai Pusat Budaya Minangkabau yang Maju, Sejahtera dan Berkeadilan”, ditempuh melalui 7 (tujuh) misi pembangunan, dimana pada Misi 1 (pertama) dinyatakan bahwa “Mewujudkan Kabupaten Tanah Datar sebagai pusat budaya Minangkabau baik secara lokal, nasional, maupun internasional, melalui peningkatan pendidikan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama, adat, dan budaya serta penguatan kelembagaan sosial budaya juga melakukan penggalian situs-situs sejarah budaya” Arahan penataan dan pelestarian kota pusaka merupakan upaya perwujudan konsep pengelolaan kota pusaka yang akan dijabarkan ke dalam indikasi program utama. Indikasi program utama meliputi usulan di bidang pengembangan kota pusaka, pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Indikasi program yang diusulkan mencakup 8 instrumen RAKP, yaitu kelembagaan dan tata kelola; inventarisasi dan dokumentasi; informasi, edukasi, dan promosi; pengelolaan resiko bencana; olah desain; olah fungsi; penataan ruang; dan ekonomi pusaka.

177

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

TAHUN No. PROGRAM KEGIATAN OPD/KL KET. 2018 2019 2020 2021 2022 Tata Kelola dan 1. Pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya Dikbud, Kelembagaan Kabupaten Tanah datar Diparpora, PUPRP, √ Baperlitbang, BPCB

2. Pembentukan Tenaga Ahli Pelestarian Dikbud, Kabupaten Tanah Datar Diparpora, √ PUPRP, Baperlitbang, BPCB

3. Penyusunan Perda Penetapan Kawasan Dikbud, Cagar Budaya dan Bangunan Cagar Diparpora, Budaya Kabupaten Tanah Datar √ √ PUPRP, Baperlitbang, BPCB 4. Penyusunan Perda Pelestarian Cagar Dikbud, Budaya Kabupaten Tanah Datar Diparpora, √ √ PUPRP, Baperlitbang, BPCB 5. Penyusunan Perda Bangunan Gedung PUPRP √ √ Cagar Budaya Kabupaten Tanah Datar 6. Pen ingkatan kapasitas kelembaga an Baperlitbang,

pengelolaan kota pusaka (pelatihan, √ √ √ Dikb ud, workshop dan studi banding) Diparpora 7. Pe ningkatan ka pasitas group kesenian √ √ √ √ √ Diparpora dan sanggar di Kabupaten Tanah Datar

178

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

8. Pelestarian dan aktualisasi adat budaya √ √ √ √ √ Diparpora daerah 9. Peningkatan Jumlah Nagari yang √ √ Diparpora menerbitkan buku monografi adat

B Inventarisasi dan 1. Inventarisasi dan dokumentasi asset √ √ Dikbud, Dokumentasi pusaka kota (ragawi dan non ragawi) Diparpora, BPCB

2. Identifikasi asset pusaka kota (diduga √ √ Dikbud, sebagai cagar budaya, Diparpora

3. Penyusunan data base pusaka kota √ √ Dikbud, yang terintegrasi dalam Sistem Diparpora, Informasi Daerah (SIDA) Baperlitbang

C Informasi, Edukasi 1. Pengusulan Cagar Budaya yang ada di √ √ Dikbud, dan Promosi Kabupaten Tanah Datar ke tingkat Diparpora, provinsi, nasional dan dunia Baperlitbang 2. Menyelenggarakan seri penelitian Dikbud, √ √ √ √ √ pusaka kota (setiap tahun) Diparpora, Baperlitbang 3. Pengembalian konsep nama kawasan √ √ POD

berkesesuaian dengan toponimi Dikbud 4. Peyelenggaraan Festival Kota Pusaka Diparpora, √ √ Kabupaten Tanah Datar 5. Pembuatan galeri pusaka Kabupaten √ Diparpora, Tanah datar 6. Penyusunan buku keragaman pusaka Diparpora, √ Kabupaten Tanah Datar 7. Sosialisasi program kota pusaka Dikbud, melalui sekolah media massa dan sosial √ √ √ √ Diparpora, √ media 179

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

8. Penyusunan agenda of event kota pusaka √ √ √ √ √ Diparpora,

D Pengelolaan 1. Penetapan Tim Pengelolaan Resiko √ BPBD Resiko Bencana Bencana Pusaka Kabupaten Tanah Datar 2. Penyusunan peta kerawanan bencana √ BPBD, kota pusaka Baperlitbang 3. Penyusunan panduan pengelolaan √ BPBD resiko bencana pusaka kota 4. Peningkatan kapasitas tim pengelola √ √ BPBD resiko bencana pusaka kota 5. Penyusunan panduan pelestarian √ √ BPBD, bangunan cagar budaya pasca bencana PUPRP

E Olah Disain, Olah 1. Penetapan kawasan prioritas √ Baperlitbang Fungsi dan pelestarian kota pusaka Penataan Ruang 2. Penyusunan rencana bangunan dan √ Baperlitbang, lingkungan kawasan prioritas PUPRP 3. Penyusunan arahan disain kawasan √ PUPRP prioritas 4. Penyusunan panduan pelestarian √ PUPRP kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan 5. Penyusunan RTBL/DED Kawasan √ PUPRP Nagari Tuo Pariangan 6. Penyusunan rencana rekonstruksi √ √ PUPRP Pertokoan Toko Tinggi Pasar Batusangkar 7. Penataan lingkungan permukiman √ PUPRP tradisional (kawasan Rumah Gadang Sumpur, Andaleh Baruh Bukik) 180

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

8. Penataan Kawasan wisata alam dan √ PUPRP budaya 9. Pemeliharaan dan pengelolaan Istano √ √ √ √ √ PUPRP, Basa Pagaruyung Diparpora 10. Pembangunan Museum Van Der √ √ PUPRP Capellen

F Ekonomi Pusaka 1. Pendampingan ekonomi kreatif √ √ Disperindag berbasis asset pusaka 2. Penyusunan SOP kerjasama pelestarian √ Disperindag pusaka dengan masyarakat dan dunia usaha

181

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z.2009.”Dualitas Dalam Masyarakat Minangkabau (Studi Kasus Praktik Perkawinan di Dua Nagari)”. Disertasi Program Doktor Program Studi Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak diterbitkan

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar. 2009. Laporan pemugaran Benteng van der Capellen tahap II. Batusangkar : Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar . Cetakan kedua. 2006. “Mesjid-Mesjid Kuno di Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau” Batusangkar.Depbudpar

Djamaris, E.1991. Tambo Minangkabau. Jakarta Balai Pustaka http://www.budgettravel.com/print/8359/ http://www.sejarahnusantara.com/kerajaan-di-sumatera/sejarah-kerajaan- pagaruyung-1347–1825-serta-pembagian-wilayah-darek-dan-rantau-10019.htm http://kota-batusangkar.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-kota-batusangkar.html https://www.merdeka.com/khas/garis-keturunan-matrilineal-hanya-dianut-lima-suku- didunia-2ovaq0u.html https://www.media.kitlv.nl Laporan Pemutakhiran Data Benda Cagar Budaya/Situs di Kabupaten Tanah Datar 2017. Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Laporan Kajian Situs Benteng Van Der Capellen. 2013. Pt. Andalan Mitra Wahana

Laporan Master plan Situs Benteng Van Der Capellen. 2013. Pt. Andalan Mitra Wahana

Mansoer, M.D, dkk, Sejarah Minangkabau. Jakarta : Bhratara, 1970. Naim,M (1984). Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Nur Mhd.,Thaib.R.,Jamrah.A.,Arda.F.,Nurmatias.,Undri.2008.”Perjuangan Sultan Alam Bagagar Syah Dalam Melawan Penjajah Belanda di Minangkabau Pada Abad ke-19” : Pemerintah Kabupaten Tanah Datar

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar nomor 4 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung. Batusangkar : Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar.

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) KAb. Tanah Datar 2005-2025. Batusangkar : Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar.

182

RAKP KAB. TANAH DATAR 2017

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar nomor 61 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tanah Datar tahun 2016 – 2021 Batusangkar : Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar.

Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten tahun 2011 – 2031. Batusangkar : Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menbudpar Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 tanggal 8 januari 2010

Sayden,G (2004) Kamus Lengkap Bahasa Minangkabau, Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM)

Tim Yayasan Gunung Bungsu. 2014. Mengenal Tanah Datar “Sebuah Kabupaten di Sumatera Barat”. Yayasan Gunung Bungsu. Batusangkar

183