Jurnal Mangrove dan Pesisir X (1), Februari 2010: 33-38 ISSN: 1411-0679 POLA PENYEBARAN PERTUMBUHAN ”PROPAGUL” MANGROVE RHIZOPHORACEAE DI KAWASAN PESISIR SUMATERA BARAT

Suardi Mahmud Lasibani dan Eni Kamal

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan/Pusat Studi Pesisir dan Kelautan Universitas Bung Hatta,

Diterima 10 Agustus 2009 Disetujui 22 Oktober 2009

Abstract The optimalization of growth or expansion of the ecosystem area to mangrove either naturally and synthetically (human involved) especially mangrove from family Rhizophoraceae (Bruguiera exaristata, B.gymnorrhiza, B.hainessii, B.parviflora, B.sexangula, Ceriops decandra, C. tagal, Kandelia candel, Rhizophora apiculata, R.mucronata, dan R.stylosa) to be required the knowledges about dispersing pattern of hipokotil growth as growing stem to mangrove become seedling, sampling and then a tree. The result of field research around coastal area of West Sumatera that have been executed since 1997 in West Pasaman , , Padang Regency, Pariaman City, Padang City, and Mentawai Island Regency showed that the dispersing of hipokotil growth become seedling with the Ǿ stem low 2 cm, and then become sapling with Ǿ stem 2-10 cm and become the tree with the big tree was up 10 cm to the Ǿ stem. By falling the hipokotil from stem’s tree especailly species mangrove from Rhizophoraceae to the coastal area, both in old coastal area or actual coastal area or the area that far from main stem, the dispersing of growth was followed 3 (three) pattern were burried, hooked and planted. In the coastal area of West Sumatera the species mangrove was generally found from family Rhizophoraceae were B.gymnorrhiza, B.sexangula, C. tagal, R.apiculata, R.mucronata, and R.stylosa.

Key Words : Mangrove, Rhizophoraceae, buried, hooked, and planted.

PENDAHULUAN1 mampu tumbuh dan berkembang pada daerah Peranan wilayah pesisir dan lautan pasang surut pantai berlumpur. menjadi bagian penting dari kegiatan pembangunan perekonomian . Secara ekonomis wilayah ini menjanjikan potensi komersial yang sangat besar karena memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable resources; perikanan, terumbu karang, mangrove, padang lamun, rumput laut, dan sebagainya), yang tidak dapat pulih (an renewable resources; minyak dan gas, bahan tambang), dan jasa lingkungan (environmental services; pariwisata, perhubungan, energi kelautan/ocean thermal energy conversion, Gambar 1: Mangrove di Kinali, Kabupaten Pasaman Barat mitigasi bencana dan sebagai penyimpan atau penyerap karbon sehingga mengurangi efek Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh perubahan iklim), (Dahuri, dkk., 1996, Sodikin, pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup 2007 dan Baba, 2007). mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang Mangrove sebagai salah satu sumberdaya besar dan arus pasang surut yang kuat. Karena alam pesisir yang dapat pulih merupakan itu hutan mangrove banyak ditemukan di kawasan komunitas vegetasi pesisir tropis, yang didominasi teluk yang dangkal, estuaria, delta, muara daerah oleh beberapa spesies pohon mangrove yang aliran sungai, pulau-pulau kecil dan daerah pesisir yang terlindung (Bengen, 2004a). Mangrove yang merupakan gabungan kata dari mangue (Portugis) Telp:______yang berarti tumbuhan dan grove (Inggris) yang Website:______34

Jurnal Mangrove dan Pesisir, X (1): 33-38 Lasibani dan Kamal berarti belukar atau hutan kecil, yang secara keseluruhan bahwa mangrove berarti tumbuhan yang membentuk hutan kecil (Arief, 2003). Ekosistem mangrove di dunia sekitar 15,90 juta ha, 27% diantaranya berada di Indonesia. Indonesia yang mempunyai panjang garis pantai 95.181 km, terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dan memiliki 17.504 buah pulau kecil dan sangat kecil, pada tahun 1982 memiliki ekosistem mangrove seluas 4,25 juta ha dengan penyebaran 35,51% di Papua, 30,51% di Kalimantan, 22,86% di Sumatera, 6,71% di Sulawesi, 3,98% di Maluku, 0,90% di Jawa, dan Gambar 2: Mangrove di Teluk Katurai Kepulauan Mentawai.

0,43% di Bali dan Nusa Tenggara. Empat belas Fungsi ekonomi, kawasan ekosistem tahun kemudian yaitu pada tahun 1996, luas mangrove merupakan daerah penangkapan ekosistem mangrove Indonesia menyusut menjadi beberapa jenis ikan, udang, kepiting, dan kerang- 3,53 juta ha, dan pada tahun 2005 luasan kerangan. Mangrove dimanfaatkan sebagai ekosistem mangrove menyusut hingga tinggal 1,50 penghasil kayu untuk bahan konstruksi (rumah, juta ha (Sugiarto dan Ekariyono, 1996; kapal), kayu bakar, bahan baku untuk pembuat Soerianegara dan Kusuma dalam Kamal, dkk., arang, film dan juga untuk dibuat bubur kertas 1998; Sarong, 2006 dan Kompas, 2006). (pulp), dan bahan pewarna (tannin). Pada Kerusakan ekosistem mangrove di beberapa daerah di Indonesia mangrove dijadikan Indonesia lebih karena disebabkan keterbatasan obat dan buahnya dijadikan bahan makanan pemahaman masyarakat tentang manfaat (kudapan) dan minuman, tunas/akar dijadikan ekosistem mangrove di kawasan pasang surut agar-agar. tersebut. Pohon mangrove terus ditebang secara Manfaat ekosistem mangrove yang tidak terkendali hanya demi kepentingan ekonomi berhubungan dengan fungsi fisik adalah sebagai seperti pemanfaatan sebagai bahan industri arang mitigasi bencana seperti peredam gelombang dan untuk ekspor, kegiatan perikanan sebagai lahan angin badai bagi daerah yang ada di belakangnya, tambak, pemukiman, pelabuhan, perkebunan, pelindung pantai dari abrasi, gelombang air pertambangan, kawasan industri, dan sebagainya. pasang (rob), tsunami, penahan lumpur dan Sehingga mengabaikan keseimbangan ekologi, perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air keadaan ini diperlukan langkah-langkah permukaan, pencegah intrusi air laut ke daratan, pengelolaannya yang bijaksana untuk kelestarian serta dapat menjadi penetralisir pencemaran sumberdaya alam ini. perairan pada batas tertentu. Ekosistem mangrove sebagai ekosistem Manfaat sebagai jasa lingkungan khas wilayah pesisir yang sangat dipengaruhi oleh ekosistem mangrove berperan sebagai keadaan di daratan dan lautan memiliki fungsi infrastruktur pembangunan kawasan pesisir, biologi, ekonomi, fisik, dan jasa lingkungan. pencegahan pemanasan global (penyerap Fungsi biologi, mangrove sebagai penghasil karbon), lokasi pariwisata alam (ekowisata), sejumlah besar detritus, terutama yang berasal laboratorium alam untuk pendidikan, serta dari daun dan dahan pohon mangrove yang berperan sebagai media perenungan kebesaran rontok. Sebagian dari detritus ini dapat Allah SWT. dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi Sebagaimana kita ketahui sampai saat ini organisme pemakan detritus, dan sebagian lagi bahwa pertumbuhan atau pertambahan luasan diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral ekosistem mangrove terutama di Indonesia masih hara yang berperan dalam penyuburan perairan. mengandalakan pertumbuhan secara alamiah. Fungsi biologi lainnya, kawasan mangrove Sementara upaya perbaikan, pertambahan atau sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah perluasan ekosistem mangrove melalui reboisasi, tempat mencari makanan (feeding ground), dan rehabilitasi dan konservasi yang dilakukan oleh daerah pemijahan (spawning ground) bagi masyarakat baik dalam bentuk perorangan, sebagian biota perairan (ikan, udang, kepiting dan kelompok atau organisasi yang difasilitasi oleh kerang-kerangan) baik yang hidup di perairan instansi pemerintah terkait, swasta atau secara pantai maupun lepas pantai, sehingga ekosistem prorangan baru berlangsung sekitar sepuluh tahun mangrove merupakan pemasok larva ikan dan terakhir dengan persentase keberhasilan yang udang secara alamiah. Selain itu ekosistem masih relatif kecil. mangrove merupakan habitat beberapa jenis Perkembangan pertumbuhan propagul tumbuhan epifit (anggrek, kantong mangrove khususnya tingkat semai (seedling) semar/nepenthes, pakis, dan sebagainya), burung, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ; ular dan monyet. salinitas, temperatur perairan, arus pasut, tinggi pasut, substrat, ombak/gelombang pasang, 35

Pola Penyebaran Pertumbuhan Mangrove kekeruhan air, penyinaran matahari, kelandaian atau langsung tertancap pada substrat. lokasi, dan sebagainya (Nontji, 1986 dan Pertumbuhan propagul yang tertancap akan Nybakken, 1992). dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; salinitas, Untuk mengoptimalkan pertumbuhan atau temperatur perairan, tinggi air pasang, pertambahan luasan ekosistem mangrove baik gelombang/ombak pasang, arus pasut, kekeruhan secara alamiah maupun buatan atau adanya air, intensistas cahaya matahari, serta gangguan campur tangan manusia khususnya mangrove beberapa organisma seperti kepiting bakau, teritip, yang berasal dari famili Rhizophoraceae dan kapang. (B.exaristata, B.gymnorrhiza, B.hainessii, Salinitas dan temperatur perairan yang B.parviflora, B.sexangula, C. decandra, C. tagal, K. relatif tinggi dan ekstrim akan mempengaruhi candel, R. apiculata, R.mucronata, dan R.stylosa ) secara negatif pertumbuhan propagul menjadi maka perlu adanya pengetahuan tentang pola semai. Air pasang yang relatif tinggi dan penyebaran pertumbuhan propagul sebagai cikal berlangsung lama dalam satu bulan akan bakal tumbuhan mangrove menjadi semai mempengaruhi intensistas penyinaran matahari (seedling), anakan (sapling), dan kemudian terhadap propagul untuk tumbuh. Hal ini akan menjadi pohon (tree). memperlambat pertumbuhan propagul dan dapat berakibat fatal, karena air yang dalam dan POLA PENYEBARAN PERTUMBUHAN kekeruhan perairan sangat tinggi akibat PROPAGUL mengadukan substrat yang berlumpur oleh gelombang/ombak pasang dan arus pasut. Faktor seperti kekeruhan air yang relatif tinggi akibat pengadukan substrat oleh arus pasut dan gelombang/ombak pasang, walaupun penyinaran matahari baik sementara tinggi kolom perairan melebihi tinggi tegakan semai, akan mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan optimal sehingga pertumbuhan propagul/semai tidak sempurna, dan kadang-kadang menjadi layu/mati. Kondisi lapangan juga menunjukkan bahwa penyinaran matahari terhadap Gambar 3: Mangrove di Siberut Kapulauan Mentawai. propagul/semai yang tertancap di sekitar pohon

induk yang relatif kurang, karena tutupan tajuk Hasil pengamatan lapangan di sekitar pohon induk yang relatif rapat, mengakibatkan kawasan pesisir Sumatera Barat sejak tahun 1997 berlangsungnya fotosintesis bagi tumbuhan yang yang meliputi Kabupaten Pasaman Barat, ada di bawah pohon induk tidak optimal. Akibat Kabupaten Agam, Kapupaten Padang Pariaman, dari proses fotosintesis tidak optimal dalam waktu Kota Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir relatif lama akan menyebabkan semai mati atau Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai propagul yang jatuh tertancap, tersangkut, dan bahwa penyebaran pertumbuhan propagul atau terdampar di sekitar lokasi mangrove induk mangrove Rhizophoraceae menjadi semai tidak dapat tumbuh berkembang menjadi semai. (seedling) dengan Ǿ batang kecil 2 cm, selanjutnya menjadi anakan (sapling) dengan Ǿ batang 2 – 10 cm, dan kemudian menjadi pohon dengan Ǿ batang besar 10 cm. Melalui jatuhnya propagul atau hipokotil dari tumbuhan induk terutama mangrove jenis yang berasal dari Rhizophoraceae (B. gymnorrhiza, B.sexangula, C. tagal, R. apiculata, R.mucronata, dan R.stylosa,) pada suatu kawasan ekosistem mangrove, baik kawasan ekosistem mangrove lama (asal induk) maupun kawasan ekosistem mangrove baru terbentuk mengalami pola penyebaran untuk tumbuh mengikuti 3 (tiga) pola, yaitu pola tertancap, tersangkut, dan pola terdampar. Pola Tertancap.Propagul atau hipokotil tercancap terjadi di sekitar pohon induk, jika Gambar 4: Propagul Tertancap di Siberut Kepulauan propagul yang jatuh dari pohon induknya, substrat Mentawai. di sekitarnya terdiri dari lumpur atau lumpur Selain itu gelombang/ombak pasang dan berpasir, dan terjadi pada saat air surut relatif arus pasut yang kuat akan dapat merebahkan dan rendah atau kering. Sehingga propagul yang menghanyutkan propagul yang telah tertancap. jatuh dengan titik berat berada pada bagian Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dan juga bawahnya akan mampu menembus kolom air dan menentukan pertumbuhan propagul pola 36

Jurnal Mangrove dan Pesisir, X (1): 33-38 Lasibani dan Kamal tertancap di atas adalah organisma pengganggu atau potongan kayu, maka propagul akan mulai seperti kepiting bakau, teritip, dan kapang. tumbuh. Perkembangan pertumbuhan propagul Propagul dijadikan makanan oleh kepiting bakau, dengan penyebaran pola tersangkut selanjutnya sebagai media berkembangnya teritip terutama di akan ditentukan oleh resultante atau gabungan perairan estuaria, sedangkan kapang kadang- faktor pertumbuhan mangrove yang telah kadang menjadikan propagul sebagai sarang disebutkan di atas. pertumbuhan. Propagul yang tersangkut dapat terjadi di Jika gabungan faktor penentu sekitar kawasan ekosistem mangrove induk atau pertumbuhan propagul mangrove sangat bahkan dapat jauh dari kawasan induknya. mendukung, maka propagul akan tumbuh menjadi Keberhasilan pertumbuhan propagul mangrove semai yang kemudian menjadi anakan dan menjadi semai, anakan dan selanjutnya menjadi selanjutnya menjadi pohon. Pertumbuhan pohon dengan pola tersangkut di kawasan pesisir propagul dengan pola tertancap di sekitar pohon lain yang relatif jauh dari pohon induk, akan induknya, bila dapat tumbuh dengan baik akan membentuk populasi mangrove baru pada berkontribusi dalam peran populasinya terhadap kawasan tersebut, sehingga secara perlahan akan komunitas di sekitar ekosistem mangrove terbentuk ekosistem mangrove baru sehingga induknya. dapat mempengaruhi komunitasnya yang ada di Pola Tesangkut. Pertumbuhan propagul kawasan itu. Sementara pertumbuhan propagul pola tersangkut terjadi jika propagul yang jatuh dengan pola tersangkut di sekitar pohon induknya, saat air pasang, karena tidak mampu menembus akan berkontribusi dalam peran populasinya kolom air yang relatif tinggi sehingga tidak dapat terhadap komunitas di sekitar kawasan pesisir tertancap. Atau propagul yang jatuh pada saat air lokasi induknya berada. Pertumbuhan propagul surut atau kering namun tidak dapat tertancap mangrove Rhizophoraceae dengan pola karena beberapa hal seperti substrat yang terdiri tersangkut dapat terlihat jelas kadang-kadang dari pasir berbatu dan atau pecahan karang, atau tumbuh soliter, jauh dari tepi pantai, mempunyai titik berat bagian bawah propagul yang relatif kecil perairan yang jernih, dan substrat yang terdiri dari sehingga tidak mampu menembus lapisan pasir berbatu karang, kadang pasir berlumpur. substrat. Dan beberapa penghalang lainnya yang Pola Terdampar. Pola penyebaran mengakibatkan propagul tidak dapat tertancap. pertumbuhan propagul dengan pola terdampar terjadi, jika pola tertancap dan tersangkut tidak terjadi. Propagul yang jatuh akan terbawa arus pasut, dengan adanya gelombang/ombak pasang yang menghempas pantai propagul akan terdampar dengan posisi terlentang atau terkapar. Lokasi terdampar dapat terjadi di bagian pantai di belakang ekosistem mangrove induk atau di kawasan pantai yang jauh dari komunitas induknya sehingga akan terbentuk ekosistem mangrove baru. Propagul yang terdampar diharapkan terlindung dari sengatan langsung sinar matahari dan lembab.

Gambar 5: Propagul Tersangkut di Pulau Pasumpahan Kota Padang

Kondisi ini setelah air pasang terjadi maka arus pasut akan membawa hanyut propagul yang tidak tertancap saat jatuh dari induknya. Dengan pengaruh faktor arus pasut dan gelombang/ombak pasang propagul dapat tersangkut pada beberapa media seperti pada akar pohon hidup/mati baik induk atau bukan, potongan kayu yang hanyut dan terdampar di pantai, rumput-rumputan di tepi pantai, batu/karang, bangkai kapal di tepi pantai, dan lain sebagainya. Posisi propagul yang tersangkut dapat dalam posisi tegak, condong, Gambar 6: Propagul Terdampar Teluk Buo Kota Padang. atau terlentang. Ketika ujung propagul bagian bawah Pada saat terjadi air pasang purnama (radikula) menyentuh dan sedikit tertimbun (spring tide), yaitu terjadinya pasang maksimal substrat baik berupa lumpur, lumpur berpasir, pasir pada setiap bulan tanggal 15 bulan Qomariyah berlumpur, pasir, pecahan karang, karang, batu dengan sedikit hempasan gelombang/ombak 37

Pola Penyebaran Pertumbuhan Mangrove pasang, propagul akan terdampar lebih jauh ke 1. Pertumbuhan mangrove jenis Rhizophoraceae tepi batas atas daerah littoral pantai. Kadang- (B. gymnorrhiza, B.sexangula, C. tagal, R. kadang propagul yang terdampar sedikit tertimbun apiculata, R.mucronata, dan R.stylosa,) pasir, lumpur, serasah (daun dan ranting) kayu terutama pada tahapan propagul menjadi yang terdampar bersama propagul. Karena semai (seedling) sangat dipengaruhi oleh pasang purnama hanya terjadi 1 (satu) kali setiap beberapa faktor seperti ; salinitas, temperatur bulan Qomariyah, maka kesempatan ini akan perairan, arus pasut, tinggi pasut, jenis dimanfaatkan oleh propagul untuk tumbuh dan substrat, ombak/gelombang pasang, mulai bangkit/tegak secara perlahan dengan kekeruhan air, intensistas penyinaran disertai keluarnya akar dari radikula dan daun dari matahari, kelandaian lokasi, dan sebagainya. plumula secara berangsur untuk mengimbangi 2. Jatuhnya propagul atau hipokotil dari pohon beban tubuh yang masih relatif lemah dan masih induknya yang ada pada suatu kawasan condong. Dalam kurun waktu 1 (satu) bulan yaitu ekosistem mangrove, akan dapat tumbuh baik pasang purnama pertama saat terdampar dengan di kawasan ekosistem mangrove induk posisi terlentang/terkapar ke pasang purnama maupun di kawasan baru yang jauh dari berikutnya propagul akan berusaha bangkit secara kawasan induk mengalami pola penyebaran perlahan namun pasti untuk mencapai posisi untuk tumbuh mengikuti 3 (tiga) pola, yaitu tegak. pola tertancap, tersangkut, dan pola Waktu pasang purnama kedua dari saat terdampar. terdampar diharapkan posisinya telah tegak dan 3. Semai, anakan, dan pohon yang tumbuh memulai perkembangan pertumbuhan menjadi dengan pola tersangkut dan terdampar semai (seedling). Jika resultante atau gabungan umumnya soliter dan jauh dari pohon induk, faktor perkembangan pertumbuhan propagul serta membentuk komunitas dan ekosistem mangrove memberikan dukungan untuk tumbuh, mangrove baru. maka semai akan tumbuh menjadi anakan (sapling) dan selanjutnya akan tumbuh menjadi DAFTAR PUSTAKA pohon (tree) yang kokoh dengan tancapan akar- Alikodra, H.S., 1998. Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove akar yang menembus substrat tempat dia Dilihat dari Lingkungan Hidup. Prosiding Seminar VI Ekosistem Mangrove 15-18 September 1998, terdampar. Pekanbaru. Halaman 33 - 43. Keberhasilan pertumbuhan propagul Alikodra, H.S., dan Syaukani HR., 2008. Global Warming: mangrove menjadi semai, anakan dan selanjutnya Banjir dan Tragedi Pembalakan Hutan. Penerbit menjadi pohon dengan pola terdampar di kawasan Nuansa (Cetakan I), Bandung. 243 Halaman. Anwar, Ch., dan H. Gunawan, 2007. Peranan Ekologis dan lain yang relatif jauh dari pohon induk, akan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung membentuk populasi mangrove baru pada Pembangunan Wilayah Pesisir. Prosiding Ekspose kawasan tersebut, sehingga secara perlahan akan Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi mempengaruhi komunitasnya yang ada di Sumberdaya Hutan, 20 September 2006 di Padang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan kawasan itu dan terbentuk suatu ekosistem Konservasi Alam, Bogor. Halaman 23 - 34. mangrove baru. Pertumbuhan mangrove dengan Arief, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. pola terdampar, komunitas mangrove yang Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 47 Halaman. terbentuk umumnya dimulai dari bangian tepi Baba, Sh.,2007. Mangrove Juga Efektif Simpan Karbon http://morones.wordpress.com/. Tanggal 4 Desember pantai. 2007. 1 Halaman. Pola penyebaran pertumbuhan propagul Bengen, D.G., 2000a) . Pedoman Teknis Pengenalan dan mangrove dari jenis Rhizophoraceae baik dengan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian cara tertancap, tersangkut, dan atau terdampar Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor, Bogor. xvi + 58 Halaman. dengan dukungan gabungan faktor , 2000b). Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh perkembangan pertumbuhan yang baik, maka dan Anlisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Pusat propagul akan tumbuh menjadi semai, semai Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut menjadi anakan, dan selanjutnya anakan menjadi Pertanian Bogor. vi + 88 Halaman. ______, 2004a). Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya pohon. Pencapaian tingkatan pertumbuhan Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. mangrove ini akan mampu memberikan arti bagi Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut ekosistem di sekitarnya baik sebagai ekosistem Pertanian Bogor, Bogor. iii +72 Halaman. mangrove lama karena propagul tumbuh di sekitar Dahuri, R., Jacub R., Sapta P.G., dan M.J. Sitepu., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan lautan komunitas induknya, maupun ekosistem mangrove Secara Terpadu. PT. Pradaya Paramita, Jakarta. xx + baru karena propagul tumbuh jauh dari komunitas 299 Halaman. induknya. Pada kondisi inilah mereka terlihat telah Dahuri, R., 2002a). Membangun Kembali Perekonomian mampu memberikan keteduhan bathin dan Indonesia Melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia manfaat lahir yang besar bagi manusia yang (LIPSI), Jakarta. vi +157 Halaman. empati atau yang apatis tentang keberadaan Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset mereka. Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. xxxiii + 412 Halaman. Kamal, E., Suardi ML., B.Esardi, dan Leffy H., 2002. KESIMPULAN Pengelolaan Ekosisten Pesisir dan Lautan Propinsi Sumatera Barat. Jurnal Mangroe & Pesisir Vol. II No. 38

Jurnal Mangrove dan Pesisir, X (1): 33-38 Lasibani dan Kamal

2/2002. Pusat Kajian Mangroe dan Kawasan Pesisir Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pengantar Ekologis, Uniersitas Bung Hatta, Padang. Halaman 1 – 9. Penerit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. xv-459 Kamal, E., Leffy, H., Rusdi, T., dan Suardi ML., 2005. Halaman. Mangrove Sumatera Barat. Pusat Kajian Mangrove dan Rusila Noor, Y., M.Khazali, dan I N.N.Suryadiputra, 1999. Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta, Padang. x+71 Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Halaman. PKA/Wetlands International-Indonesia Programme, Nontji, A., 1986. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Bogor. vii + 220 Halaman. Jakarta. vii + 367 Halaman.