Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 357-374, Juni 2017

ANALISIS DAN PEMETAAN INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN (IKL) DI KABUPATEN BANGGAI DAN BANGGAI KEPULAUAN, TENGAH

ANALISYS AND MAPPING OF ENVIRONMENTAL SENSITIVITY INDEX IN BANGGAI AND BANGGAI ISLANDS REGENCY,

Sugeng Putranto1*, Neviaty P. Zamani2, Harpasis S. Sanusi2, Etty Riani3, dan Achmad Fahrudin3 1Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor *E-mail: [email protected]; [email protected] 2Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB Bogor 3Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB Bogor

ABSTRACT The Environmental Sensitivity Index (ESI) is a description of the biological, socio-economic and socio-cultural values of a particular coastal and marine area used as a priority response to oil spills, shown on a map by applying spatial analysis using geographic information system technology. The purpose of this research was to analyse mangrove ecosystem area in Banggai and Banggai Islands Regency based on its vulnerability value by analyzing mangrove community structure and socio- economic services for local community. The research was conducted in nine sub-districts, among others: South Batui, Batui, East Luwuk, Lamala, Masama, Balantak, Bualemo (Banggai) and Bulagi and Buko (Banggai Islands). The study was conducted from August to November 2016, with field observations, direct interviews with communities and local government and literature review. The results of spatial analysis of ESI in the coastal areas of Banggai and Banggai Islands are obtained from sensitivity values of medium and sensitive. Areas with moderate sensitivity are Batui, East Luwuk, Masama, Lamala, Balantak and Bualemo sub-districts with grades of 16.78 – 24.35. The value of ESI with sensitive category ranges from 38.24 – 57.54 in Bulagi, Buko and South Batui sub- districts.

Keywords: mangrove ecosystem, Environmental Sensitivity Index (ESI)

ABSTRAK Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) merupakan gambaran nilai-nilai biologi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya pada suatu wilayah pesisir dan laut tertentu yang digunakan sebagai prioritas respon terhadap tumpahan minyak yang ditampilkan pada sebuah peta dengan mengaplikasikan analisis keruangan (spasial) menggunakan teknologi sistem informasi geografis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan kawasan ekosistem mangrove di Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan berdasarkan nilai kerentanannya dengan menganalisa struktur komunitas mangrove dan jasa sosial ekonomi untuk masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan pada sembilan kecamatan antara lain: Kecamatan Batui Selatan, Batui, Luwuk Timur, Lamala, Masama, Balantak, Bualemo (Kabupaten Banggai) serta Kecamatan Bulagi dan Buko (Kabupaten Banggai Kepulauan). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2016, dengan melakukan pengamatan di lapangan, wawancara langsung terhadap masyarakat dan pemerintah setempat serta studi literatur. Hasil analisis spasial IKL di wilayah pesisir Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan diperoleh kisaran nilai kepekaan sedang dan peka. Daerah yang memiliki tingkat kepekaan sedang adalah Kecamatan Batui, Luwuk Timur, Masama, Lamala, Balantak dan Bualemo dengan nilai antara 16.78 – 24.35. Nilai IKL dengan kategori peka terdapat pada Kecamatan Bulagi, Buko dan Batui Selatan dengan rentang nilai 38.24 – 57.54.

Kata Kunci: ekosistem mangrove, Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB @ ISOI dan HAPPI 357 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di . . .

I. PENDAHULUAN Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk memetakan Kabupaten Banggai dan Banggai kawasan ekosistem mangrove berdasarkan Kepulauan adalah kabupaten di Sulawesi nilai kerentanannya dengan menganalisa Tengah yang memiliki kawasan pesisir struktur komunitas mangrove dan jasa sosial pantai. Pada kawasan pesisir tersebut ter- ekonomi untuk masyarakat setempat. Nilai dapat ekosistem mangrove, terumbu karang IKL merupakan hasil perhitungan dari dan lamun. Kabupaten Banggai dan Banggai komponen-komponen penentunya dan ditam- Kepulauan juga memiliki potensi lain yaitu pilkan pada sebuah peta dengan mengapli- sebagai penghasil tambang nikel yang sedang kasikan analisis keruangan (spasial) meng- dalam taraf eksploitasi dan juga gas yang gunakan teknologi sistem informasi geo- terdapat di Blok Matindok, Senoro dan grafis. Penyusunan IKL ini terdiri dari dua Donggi Senoro LNG. Eksploitasi dan komponen studi dan analisis, yaitu: (1) produksi gas di daerah Matindok dan Senoro sistem sumberdaya di wilayah pesisir dan serta diterbitkannya Kuasa Penambangan laut, baik sumberdaya alam maupun peman- (KP) nikel di wilayah ini dapat memberikan faatan lahan lainnya (2) sistem sosial dan gambaran pertumbuhan ekonomi daerah ekonomi masyarakat pesisir. Kedua kom- Perairan Banggai yang semakin meningkat. ponen ini dijadikan panduan dalam meng- Pertumbuhan ekonomi tersebut berdampak analisis kepekaan lingkungan di wilayah pada semakin meningkatnya laju transportasi pesisir Kabupaten Banggai dan Banggai terutama transportasi laut. Peningkatan laju Kepulauan. trans-portasi kapal tanker tersebut berpotensi me-nimbulkan degradasi pada ekosistem II. METODOLOGI PENELITIAN mangrove berupa pencemaran, salah satunya adalah tabrakan kapal tanker pengangkut 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian minyak bumi. Kondisi tersebut akan ber- Penelitian ini dilakukan di kawasan potensi menimbulkan dampak pada ekosis- ekosistem hutan mangrove di pesisir Ka- tem pesisir jika dibiarkan berlarut larut. bupaten Banggai dan Banggai Kepulauan, Dampak dari pencemaran minyak Sulawesi Tengah, yang dilaksanakan pada pada lingkungan sangat tergantung kepada bulan Agustus - November 2016. Pengam- tipe ekosistem dan pemanfaatan lahan baik di bilan data dilakukan pada sembilan ke- daerah pesisir maupun di perairan laut. Setiap camatan yaitu: Kecamatan Batui Selatan, jenis ekosistem dan pemanfaatan lahan Batui, Luwuk Timur, Lamala, Masama, memiliki daya tahan yang berbeda terhadap Balantak dan Bualemo (Kabupaten Banggai) pengaruh pencemaran minyak. Indeks Ke- serta Kecamatan Bulagi dan Buko pekaan Lingkungan (IKL) merupakan gam- (Kabupaten Banggai Kepulauan). baran nilai-nilai biologi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya pada suatu wilayah pesisir dan 2.2. Pengumpulan Data laut tertentu yang digunakan sebagai prioritas Penelitian ini menggunakan data respon terhadap tumpahan minyak (NOAA, primer dan sekunder. Data primer diperoleh 2002). Dalam perkembangannya IKL bukan melalui pengamatan ekosistem mangrove hanya untuk menilai kepekaan lingkungan secara langsung, wawancara dan pengisian terhadap tumpahan minyak, tetapi juga kuisioner untuk mencari informasi mengenai kepekaan wilayah pesisir terhadap polutan peranan masyarakat terhadap hutan mang- dan bahan pencemar lainnya baik yang rove. Data primer meliputi kondisi ekosistem berasal dari sungai, pemukiman, maupun mangrove dan pemanfaatannya oleh masya- kegiatan-kegiatan disekitar pantai. rakat setempat. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data pendukung

358 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

dari berbagai instansi pemerintah Kabupaten 2.2.2. Indeks Kepekaan Lingkungan Banggai dan Banggai Kepulauan. Data Data yang digunakan untuk me- sekunder ini berisi keadaan demografi, geo- nentukan valuasi ekonomi dari ekosistem grafi, kondisi sosial ekonomi masyarakat mangrove dengan metode deep interview dan serta sarana dan prasarana yang ada di lokasi kuisioner. Metode pengambilan sampel data penelitian. atau responden dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode accidental 2.2.1. Mangrove sampling, dengan responden berupa masya- Metode pengukuran yang digunakan rakat yang bermukim di sekitar kawasan untuk mengetahui kondisi mangrove adalah mangrove. Peneliti langsung mengumpulkan dengan menggunakan Metode Transek Garis data dari unit sampling masyarakat yang dan Petak Contoh (Line Transect Plot), yaitu ditemui. Sebanyak 81 orang yang dijadikan dengan menggunakan transek 10x10 meter responden meliputi nelayan, pencari kayu dimana untuk setiap stratifikasi/zona dibuat bakar dan juga pada masyarakat yang tiga plot sebagai ulangan dan jarak antar satu berhubungan dengan mangrove secara tidak kelompok plot dengan kelompok plot lainnya langsung, sedangkan untuk mengetahui ke- sekitar 50-100 m. Pada setiap plot, dilakukan adaan umum lokasi penelitian dan kondisi perekaman titik koordinat dengan GPS. Pada hutan mangrove yang ada dilakukan wawan- lokasi yang memiliki komunitas mangrove cara dengan perangkat desa. yang homogen dan atau tidak memiliki batas stratifikasi yang jelas, maka penentuan plot 2.3. Analisis Data bisa dilakukan secara acak dengan minimal 3 plot ulangan. Hal tersebut juga dilakukan 2.3.1. Indeks Dominansi dan Keaneka- apabila stasiun pengamatan memiliki ke- ragaman Mangrove tebalan hutan mangrove kurang dari 50 - 100 Indeks dominansi (C) digunakan m. untuk mengetahui sejauh mana suatu kelom- Setiap plot, 10 x 10 m dilakukan pe- pok biota mendominansi kelompok lain. ngukuran diameter batang tanaman mang- Dominansi yang cukup besar akan mengarah rove dengan menggunakan meteran pada pada komunitas yang labil maupun tertekan. variasi letak pengukuran berdasarkan Ke- Indeks dominansi dihitung berdasarkan putusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. rumus index of dominance dari Simpson. 201 tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Indeks keanekaragaman (H’) Shannon- Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Wiener (Shannon’s index) digunakan untuk Pengukuran dilakukan pada seluruh tanaman mengetahui keanekaragaman jenis di setiap yang berada di setiap plot. Identifikasi jenis tingkat pertumbuhan (Odum, 1993). dilakukan berdasarkan acuan Giesen et al. (2006). Apabila terjadi keraguan dalam 2.3.2. Indeks Nilai Penting Mangrove identifikasi, perlu dilakukan pemotretan Analisis data vegetasi mangrove bagian tanaman tersebut, yaitu akar, batang, dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Data daun, pembungaan dan buah serta lakukan yang terkumpul di lokasi penelitian dianalisis pengambilan sampel untuk diidentifikasi untuk mengetahui dominansi, dominansi lebih lanjut di laboratorium dengan bantuan relatif, kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, literatur atau dengan bantuan pakar iden- frekuensi relatif, serta Indeks Nilai Penting tifikasi mangrove. Setiap data yang diperoleh (INP) menggunakan rumus menurut Rao et dicatat dalam data sheet yang telah disiapkan al.(2015). pada kertas tahan air.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 359 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di . . .

2.3.3. Indeks Kepekaan Lingkungan nilai yang telah diterapkan oleh Sloan (1993) Penilaian IKL ditentukan bersadarkan dan hasil modiifkasi dari Matriks IKL yang 3 komponen meliputi nilai sumberdaya, nilai telah dikembangkan oleh Pusat Kajian ekosistem dan nilai sosial ekonomi. Nilai Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) IPB. sumberdaya terkait dengan tingkat keren- Skor IKL berkisar antara 1-125 dimana tanan suatu ekosistem terhadap faktor yang semakin tinggi skornya maka tingkat menekan keberadaan ekosistem tersebut. kerentanannya semakin sensitif. Adanya Nilai ekosistem terkait dengan nilai perbedaan kondisi rona lingkungan di lokasi konservasi dari ekosistem tersebut. Pada studi memberikan perbedaan nilai dalam kasus ekosistem mangrove, yang termasuk menentukan kelas kepekaan untuk setiap nilai konservasi meliputi kepadatan, jumlah parameter IKL. Skema pendekatan studi jenis, jarak mangrove dari sungai dan penyusunan IKL dapat dilihat pada Gambar jangkauan air laut mencapai daratan. Nilai 1. sosial ekonomi terkait dengan pemanfaatan IKL ini mengacu pada pendekatan tiga masyarakat setempat, keberadaan peraturan komponen penentunya, yaitu tingkat Keren- yang mengatur dan nilai budaya ekosistem tanan (TK), Nilai Konservasi (NK) dan Nilai tersebut. Ketiga komponen tersebut dinilai Sosial dan Ekonomi (NSE), selanjutnya IKL dengan menggunakan skor 1-5, kemudian adalah fungsi dari tiga komponen tersebut dikalikan untuk memperoleh skor IKL. yaitu : Penentuan nilai (skor) yang digunakan dalam matriks untuk pemetaan IKL mengacu pada 퐼퐾퐿 = 푇퐾 × 푁퐾 × 푁푆퐸 ...... (1)

Gambar 1. Skema pendekatan studi penyusunan IKL.

Tabel 1. Tingkat kepekaan berdasarkan skor IKL.

Skor IKL Tingkat Kepekaan 1 Tidak Peka 2-8 Kurang Peka 9-27 Sedang 28-64 Peka 65-125 Sangat Peka Sumber: NOAA (2001).

360 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

Langkah awal dilakukan pengum- simal pada perhitungan nilai IKL. Hal ini pulan data sekunder dan primer untuk me- disebabkan ekosistem mangrove merupakan ngetahui profil lingkungan di area penelitian. ekosistem di wilayah pesisir yang sangat Penggambaran profil lingkungan dilakukan produktif sekaligus rentan terhadap kejadian melalui inventarisasi sumberdaya yang ada di pencemaran minyak. Minyak dapat bertahan wilayah studi meliputi komponen fisik-kimia, pada sistem perakaran mangrove pada kurun biologi, dan sosial ekonomi budaya. Dengan waktu yang lama dan akan mempengaruhi melihat kondisi sumber pencemar (tumpahan habitat lain yang berasosiasi dan dapat minyak) berasal dari aktivitas di laut, maka menyebabkan kematian pohon mangrove. profil studi yang dikaji adalah wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan 2.3.5. Nilai Konservasi laut dan wilayah lautan sejauh 2 mil laut Valuasi nilai konservasi layer sebagai wilayah konsentrasi aktivitas nelayan mangrove, dibangun dari 4 variabel yang tradisional. meliputi kerapatan tingkat pohon (P), jumlah Keperluan interpretasi GIS (sistem jenis (J), jarak dari river bank (D), dan jarak informasi geografis), maka diperlukan inter- terjauh air laut mencapai daratan (R). pretasi spasial dari suatu profil lingkungan. Perhitungan nilai konservasi (NK) mangrove Profil lingkungan yang telah disusun, ke- merupakan akar pangkat 4 dari perkalian mudian diterjemahkan dalam layer, yang keempat variabel tersebut, atau merupakan selanjutnya dikembangkan data layer (de- rata-rata geometrik (geometric mean) dari veloping layer data). Setelah data layer ter- keempat variabel, yang dirumuskan sebagai bentuk, kemudian disusun peta tematik berikut: masing-masing layer, yang selanjutnya di overlay untuk dinterpretasikan sensitivitas- 4 푁퐾 = √푃 푥 퐽 푥 퐷 푥 푅 ...... (2) nya berdasarkan kriteria Indeks Kepekaan 푚푎푛푔푟표푣푒

Lingkungan yang ditetapkan. Berikut ini penentuan variabel-variabel dari

Nilai Konservasi (Tabel 2 sampai dengan 2.3.4. Tingkat Kerentanan Sumber: Damar (2008). Nilai tingkat kerentanan mangrove adalah 5 (modifikasi dari Sloan, 1993) yang juga menunjukkan tingkat kerentanan mak- Tabel 5. yang dimodifikasi dari Sloan (1993):

Tabel 2. Nilai konservasi mangrove berdasarkan variabel kerapatan (P).

Kriteria Kerapatan (P) Keterangan Kerapatan Skor Sensitivitas (Pohon/100 m²) 1-5 5 Sangat Peka Penentuan selang kelas kerapatan 6-10 4 Peka berdasarkan statistik kondisi 11-15 3 Cukup peka eksisting yang didapatkan dari 16-20 2 Agak Peka survei lapang >20 1 Tidak Peka Sumber: Damar (2008).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 361 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di . . .

Tabel 3. Nilai konservasi mangrove berdasarkan variabel jumlah jenis (J).

Kriteria Jumlah Jenis (J) Keterangan Jumlah Jenis Skor sensitivitas 0-1 5 Sangat Peka Penentuan selang kelas jumlah jenis 2 4 Peka berdasarkan statistik kondisi 3 3 Cukup peka eksisting yang didapatkan dari survei 4 2 Agak Peka lapang ≥5 1 Tidak Peka

Tabel 4. Nilai konservasi mangrove berdasarkan variabel jarak dari river bank (D).

Kriteria Jarak (R) Keterangan Jarak Skor Sensitivitas 0-5 5 Sangat Peka Penentuan selang kelas jarak dari 6-10 4 Peka river bank atau estuari, berdasarkan 11-15 3 Cukup peka statistik kondisi eksisting yang 16-20 2 Agak Peka didapatkan dari survei lapang >20 1 Tidak Peka Sumber: Damar (2008).

Tabel 5. Nilai konservasi mangrove berdasarkan variabel jarak air laut mencapai daratan (R).

Jarak Intrusi Air Asin Skor Sensitivitas Keterangan ke Hulu (m) 0-500 5 Sangat peka Penentuan selang kelas jarak dari 501-1000 4 Peka dari air laut berdasarkan statistik 1001-1500 3 Cukup peka kondisi eksisting yang didapatkan 1501-2000 2 Agak sensisitif dari survei lapang > 2.000 1 Tidak peka

3 2.3.6. Nilai Sosial Ekonomi 푁푆퐸푚푎푛푔푟표푣푒 = √퐽퐸 푥 퐴퐿 푥 푁퐵 ...... (3) Nilai sosial ekonomi pada layer mangrove dibangun dari 3 variabel yaitu jasa Prinsip umum variabel jasa ekosistem ekositem (JE), aturan lokal (AL), dan nilai (JE) adalah semakin banyak nelayan budaya (NB). Perhitungan nilai sosial setempat yang memanfaatkan ekosistem ekonomi (NSE) mangrove merupakan akar mangrove untuk kegiatan penangkapan ikan pangkat 3 dari perkalian ketiga variabel dan kegiatan pemanfaatan lainnya maka tersebut, atau merupakan rata-rata geometrik semakin bernilai sosial ekonomi (semakin (geometric mean) dari ketiga variabel, yang peka). Penjelasan lebih lanjut disampaikan dirumuskan sebagai berikut: pada Tabel 6 sampai .

Tabel 6. Nilai sosial ekonomi mangrove berdasarkan variabel Jasa Ekonomi (JE).

Jasa Ekosistem Skor Sensitivitas Sebagian besar nelayan setempat (>70%) memanfaatkan 5 Sangat peka ekosistem mangrove untuk sumber mata pencaharian

362 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

Jasa Ekosistem Skor Sensitivitas 50-69% nelayan setempat memanfaatkan ekosistem mangrove 4 Peka 30-49% nelayan setempat memanfaatkan ekosistem mangrove 3 Cukup peka 10-29% nelayan setempat memanfaatkan ekosistem mangrove 2 Agak sensitif <10% nelayan setempat memanfaatkan ekosistem mangrove 1 Tidak peka

Tabel 7. Nilai sosial ekonomi mangrove berdasarkan variabel Aturan Lokal (AL).

Aturan Lokal Skor Sensitivitas Terdapat aturan lokal dan ada kesepakatan kolektif dalam 5 Sangat peka pemanfaatannya Tidak terdapat aturan lokal dalam pemanfaatan mangrove 1 Tidak peka

Tabel 8. Nilai sosial ekonomi mangrove berdasarkan variabel Nilai Budaya (NB).

Nilai Budaya Skor Sensitivitas Terdapat nilai budaya inheren tentang keberadaan dan pemanfaatan 5 Sangat peka mangrove Tidak ada 1 Tidak peka

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Timur (0,55), Masama (0,61) dan Lamala (0,37), sedangkan keanekaraman sedang 3.1. Indeks Dominansi dan Keaneka- meliputi Balantak (1,31) dan Bualemo (1,16). ragaman Mangrove Hal ini menunjukkan komunitas memiliki Kisaran nilai indeks dominansi (C) kompleksitas sedang karena interaksi spesies pada setiap stasiun penelitian yaitu berkisar yang terjadi di dalam komunitas itu cukup antara 0,32-1. Nilai indeks dominansi yang baik. Menurut Indriyanto (2006) keaneka- didapatkan tergolong kategori dominansi ragaman spesies digunakan untuk mengukur sedang dan tinggi. Kecamatan yang memiliki stabilitas komunitas, kemampuan komunitas dominansi sedang meliputi Batui Selatan untuk menjaga dirinya tetap stabil. (0,54), Batui (0,50), Bualemo (0,32) dan Balantak (0,38), sedangkan dominansi tinggi Tabel 9. Indeks dominansi dan keaneka- meliputi Bulagi (0,9), Buko (1), Luwuk ragaman mangrove di lokasi Timur (0,63), Masama (0,68) dan Lamala penelitian. (0,79). Indriyanto (2006) menyatakan bahwa apabila indeks dominansi tinggi, maka Indeks Indeks dominansi (penguasaan) terpusat (terdapat) keaneka- Kecamatan Dominansi pada satu spesies. Tetapi apabila nilai indeks ragaman (C) dominansi rendah, maka dominansi terpusat (H’) (terdapat) pada beberapa spesies. Bulagi 0,90 0,20 Kisaran nilai indeks keanekaragaman Buko 1,00 0,00 (H’) pada setiap stasiun penelitian yaitu Batui Selatan 0,54 0,83 berkisar antara 0 – 1,31. Nilai indeks ke- Batui 0,50 0,69 anekaragaman (H’) yang didapatkan ter- Luwuk Timur 0,63 0,55 golong pada kategori rendah dan sedang. Masama 0,68 0,61 Kecamatan yang memiliki keanekaragaman Lamala 0,79 0,37 rendah meliputi Bulagi (0,20), Buko (0,00), Balantak 0,32 1,31 Batui Selatan (0,83), Batui (0,69), Luwuk Bualemo 0,38 1,16

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 363 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di . . .

3.2. Indeks Nilai Penting Mangrove terdiri dari 6 jenis mangrove sejati mayor Mengacu pada standar baku kerusa- meliputi Rhizophora mucronata, Bruguiera kan hutan mangrove (Kepmen LH No. 201 gymnorhiza, Bruguiera parviflora, Ceriops tahun 2004), Kabupaten Banggai dan tagal, Avicennia marina dan Sonneratia alba, Banggai Kepulauan memiliki mangrove 4 jenis mangrove sejati minor meliputi dengan kriteria baik dan rusak. Aegiceras corniculatum, Aegiceras floridum, Kecamatan yang memiliki hutan Xylocarpus granatum dan Excoecaria mangrove dengan kriteria baik adalah agallocha dan 4 jenis mangrove asosiasi Balantak (kerapatan 3.183 ind/ha), Bualemo meliputi Myristica hollrungii, Pandanus (1.639 ind/ha), Bulagi (1.450 ind/ha), Batui tectorius, Calophyllum inopillum dan Nypa Selatan (1.222 ind/ha), Masama (1.160 sp. Jenis Rhizophora mucronata hampir ind/ha) dan Lamala (1.117 ind/ha). Balantak ditemukan di setiap kecamatan, kecuali merupakan kecamatan pada lokasi penelitian Luwuk Timur. Kondisi ini disebabkan karena yang memiliki kerapatan mangrove tertinggi jenis Rhizophora merupakan jenis mangrove diantara kecamatan lainnya. Hal ini disebab- yang pertumbuhannya toleran terhadap kon- kan banyaknya sungai yang bermuara disi lingkungan, terutama terhadap kondisi sehingga daerah tersebut kaya akan nutrien, substrat, pasang surut, salinitas dan pasokan sedangkan kecamatan yang memiliki kondisi nutrien, serta penyebaran propagulnya yang mangrove pada kriteria rusak meliputi Batui sangat luas dapat tumbuh tegak pada (750 ind/ha), Buko (675 ind/ha) dan Luwuk berbagai tempat. Timur (550 ind/ha). Mangrove di Kecamatan Tanaman ini memiliki ciri-ciri yang Batui jumlah tegakan pohonnya tinggal mencolok berupa akar tunjang yang besar sedikit, disebabkan adanya penebangan dan berkayu, pucuk yang tertutup daun pohon mangrove untuk digunakan sebagai penumpu yang meruncing, serta buah yang kayu bakar dan material rumah oleh berkecambah serta berakar ketika masih di masyarakat sekitar dan perubahan fungsi pohon (vivipar). Pada Kecamatan Balantak lahan pantai. Rusaknya mangrove di Luwuk ditemukan 7 jenis tanaman mangrove, yang Timur disebabkan oleh pembukaan lahan merupakan keragaman jenis mangrove ter- oleh masyarakat setempat. Pertambahan jum- tinggi yang ditemukan dalam satu ke- lah penduduk yang tinggi tidak disertai camatan. Hal ini menandakan bahwa wilayah dengan penambahan lahan untuk tempat tersebut lebih bersifat heterogen dibanding- tinggal, sehingga terdapat kecenderungan kan wilayah lainnya cenderung homogen, masyarakat menebang hutan mangrove untuk sehingga dapat dikatakan kondisi lingkungan dijadikan tempat tinggal. Luwuk Timur baik salinitas dan substrat masih dapat merupakan kecamatan yang memiliki ditoleransi oleh berbagai jenis tumbuhan kepadatan tertinggi dibandingkan wilayah mangrove. studi lainnya. Pada tahun 1990 di wilayah studi pernah diberikan izin kepada pengusaha 3.2.2. Kerapatan Jenis Mangrove dari Taiwan, untuk mengambil dan selanjut- Kerapatan relatif jenis mangrove di nya mengekspor kayu mangrove ke luar lokasi penelitian berkisar antara 0,52 – negeri. Adanya kegiatan tersebut menga- 100%. Kerapatan relatif tertinggi miliki oleh kibatkan ekosistem mangrove di wilayah Rhizophora mucronata di Buko yaitu 100%, studi yang sebelum tahun 1990-an sangat yang merupakan nilai maksimal dari bagus, menjadi hampir punah. kerapatan relatif. Hal ini disebabkan karena pada wilayah tersebut hanya ditemukan satu 3.2.1. Komposisi jenis mangrove jenis mangrove. Rhizophora mucronata di Jenis mangrove yang ditemukan di Kecamatan Bulagi juga mempunyai nilai Kabupaten Banggai sebanyak 14 jenis yang yang tinggi yaitu 94,83%, sedangkan yang

364 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

terendah adalah Nipa sp., Pandanus maka bentuk akar pohon mangrove harus tectorius dan Calophyllum inopillum di bisa mencengkeram tanah supaya kuat untuk Kecamatan Balantak yaitu sebesar 0,52%. menopang batangnya yang cukup besar. Jenis Rhizophora mucronata memiliki nilai ke- buah pohon ini berbentuk buah buni, yang rapatan tertinggi hampir di setiap kecamatan, dilindungi oleh kelopak yang tidak pernah kecuali di Kecamatan Masama yang di- gugur. dominasi oleh Aegiceras floridum dan Luwuk Timur didominasi oleh Sonneratia 3.2.4. Penutupan Jenis Mangrove alba. Tingginya nilai kerapatan Rhizophora Nilai penutupan jenis tertinggi untuk mucronata pada tiap kecamatan disebabkan tiap kecamatan dimiliki oleh 5 jenis mang- kemampuan jenis mangrove tersebut untuk rove yang berbeda, dimana jenis Rhizophora beradaptasi terhadap salinitas, substrat dan mucronata tertinggi di lima kecamatan yaitu kebutuhan akan cahaya. Menurut Mukhtar et Batui Selatan (61,12%), Lamala (94,68%), al. (2017), tanaman mangrove Sonneratia Bualemo (56,33%), Bulagi (92,99%) dan sangat membutuhkan cahaya untuk pertum- Buko (100%). Bruguiera gymnorhiza ter- buhannya sehingga banyak ditemukan di tinggi di Kecamatan Batui (68,68%), daerah terbuka sementara Rhizophora di- Aegiceras floridum di Kecamatan Luwuk temukan di daerah berlumpur yang dalam. Timur (75,94%), Sonneratia alba di Sofian et al. (2012) menyatakan bahwa ke- Kecamatan Masama (76,81%) dan Aegiceras rapatan jenis tertinggi disebabkan oleh corniculatum di kecamatan Balantak habitat yang cocok, kurangnya eksploitasi (34,28%). dan kemampuan mangrove beradaptasi dengan lingkungan. 3.2.5. Indeks Nilai Penting Mangrove Indeks Nilai Penting (INP) ini mem- 3.2.3. Frekuensi Jenis Mangrove berikan suatu gambaran mengenai pengaruh Jenis Rhizophora memiliki nilai fre- atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove kuensi relatif tertinggi pada 6 kecamatan, dalam komunitas mangrove dengan skala 0- yaitu Batui Selatan (45,46%), Batui (80%), 300. Nilai INP jenis mangrove berbeda pada Lamala (80,33%), Bualemo (37,84%), Bulagi tiap kecamatan. Perbedaan tersebut disebab- (80%) dan Buko (100%). Jenis Aegiceras kan oleh fisiografi pantai setiap lokasi tertinggi di Luwuk Timur (83,33%) dan berbeda. Rhizophora mucronata memiliki Balantak (33,33%), sedangkan Soneratia INP tertinggi di enam kecamatan yaitu Batui alba tertinggi di Masama (66,67%). Selatan (177,49), Batui (161,32), Lamala Sonneratia alba hidup di substrat (266,08), Bualemo (149,76), Bulagi (267,82) pasir dengan akar pohonnya hanya tergenang dan Buko (300). Aegiceras floridum tertinggi di saat pasang, maka bentuk akar dari pohon di Luwuk Timur (235,03), Sonneratia alba di ini yaitu akar nafas (pneumatofora) yang Masama (224,51) dan Aegiceras cor- memiliki fungsi untuk mengambil oksigen niculatum di Balantak (84,36). dari udara di saat kondisi air laut surut dan Agustini (2016) menyatakan bahwa oksigennya akan disimpan dan digunakan jenis yang memperoleh INP tinggi berarti selama akar pohon ini tergenang dengan air. mempunyai nilai kumulatif penguasaan yang Selain mengambil oksigen dari akar, lebih besar dan lebih menguasai habitatnya. sebagian besar jenis-jenis vegetasi mangrove Jenis ini akan lebih unggul dalam meman- memiliki lentisel, lubang pori pada pepagan faatkan sumberdaya atau lebih dapat untuk bernapas. Karena kondisi tanah hidup- menyesuaikan diri dengan lingkungan setem- nya yang tidak kuat akibat pasang surut, pat.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 365 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di . . .

Tabel 10. Variabel struktur komunitas mangrove di Kabupaten Banggai.

Kecamatan Nama Jenis RDi (%) RFi (%) RCi (%) INP Rhizophora mucronata 70,91 45,46 61,12 177,49 Ceriops tagal 10,91 18,18 12,83 41,93 Batui Selatan Myristica hollrungii 0,91 9,09 0,62 10,62 Bruguiera gymnorhiza 17,27 27,27 25,42 69,97 Rhizophora mucronata 50,00 80,00 31,32 161,32 Batui Bruguiera gymnorhiza 50,00 20,00 68,68 138,68 Aegiceras floridum 75,76 83,33 75,94 235,03 Luwuk Timur Excoecaria agallocha 24,24 16,67 24,06 64,97 Sonneratia alba 81,03 66,67 76,81 224,51 Masama Rhizophora mucronata 12,07 16,67 10,14 38,88 Bruguiera gymnorhiza 6,90 16,67 13,04 36,61 Rhizophora mucronata 88,06 83,33 94,68 266,08 Lamala Aegiceras floridum 11,94 16,67 5,32 33,92 Aegiceras corniculatum 16,75 33,33 34,28 84,36 Bruguiera parviflora 24,08 16,67 20,85 61,60 Rhizophora mucronata 47,64 11,11 21,88 80,64 Balantak Ceriops tagal 9,95 22,22 19,87 52,04 Nipa sp, 0,52 5,56 0,89 6,96 Pandanus tectorius 0,52 5,56 1,30 7,38 Calophyllum inopillum 0,52 5,56 0,93 7,01 Avicenia marina 10,17 13,51 8,40 32,08 Xylocarpus granatum 20,00 27,03 19,39 66,41 Bualemo Rhizophora mucronata 55,59 37,84 56,33 149,76 Bruguiera gymnorhiza 14,24 21,62 15,89 51,74 Rhizophora mucronata 94,83 80,00 92,99 267,82 Bulagi Bruguiera gymnorhiza 5,17 20,00 7,01 32,18 Buko Rhizophora mucronata 100,00 100,00 100,00 300,00

3.3. Analisis Indeks Kepekaan Ling- miliki nilai kepekaan dari sedang/moderat kungan (IKL) Mangrove hingga peka. Kecamatan yang memiliki Indeks Kepekaan Lingkungan akan tingkat kepekaan sedang/moderat meliputi mengidentifikasi karakteristik dari kepekaan Buko, Batui, Luwuk Timur, Masama, lingkungan melalui pemetaan sumberdaya Lamala, dan Bualemo, sedangkan Kecamatan alam dan pemanfaatan lahan di wilayah Bulagi, Batui Selatan dan Balantak berada pesisir pantai Kabupaten Banggai dan pada tingkat peka seperti terlihat pada Tabel Banggai Kepulauan, Sulawesi Tenggah yang 11. dihitung dari Tingkat Kerentanan (TK), Nilai Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai Konservasi (NK) dan Nilai Sosial Ekonomi kepekaan tinggi diperoleh di lokasi Batui (NSE). Selatan, Bulagi dan Balantak oleh karena Berdasarkan perhitungan nilai Indeks terjadinya penurunan luas area hutan Kepekaan Lingkungan, wilayah studi me- mangrove akibat perubahan tata guna lahan

366 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

dan kerusakan lingkungan yang mengakibat- Tabel 11. Tingkat kepekaan di Kecamatan- kan pemanfaat sumberdaya ekosistem mang- Kecamatan pada Wilayah Studi. rove oleh masyarakat menjadi berkurang. Hal ini didukung oleh Balogun (2015) yang Ke- IKL Ke- IKL menyatakan bahwa menurunan luas kawsan camatan (Sedang) camatan (Peka) mangrove tidak hanya mengurangi degradasi Batui 21.57 Bulagi 57,54 tanaman dan hewan, tetapi juga untuk Luwuk pendapatan dari masyarakat, sedangkan IKL 23.74 Buko 38,24 sedang ditemukan di kecamatan Bualemo, Timur Batui Buko, Masama, Lamala, Luwuk Timur, dan Masama 20.56 49,35 Batui oleh karena lokasi ini masih diting- Selatan gali oleh masyarakat nelayan sehingga Lamala 22.09 - - masyarakat masih bergantung dengan ke Balantak 24.35 - - beradaan mangrove untuk mempertahankan Bualemo 16.78 - - sumberdaya perikanan yang ada. Sebaran mangrove di lokasi penelitian dan indeks kepekaan lingkungannya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta sebaran mangrove dan IKL.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 367 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (Ikl) di . . .

3.3.1. IKL dengan Kategori Sedang/ 30 m, sedangkan dengan air laut 100 m. Moderat Kondisi mangrove di wilayah ini dapat Pada Tabel 1, secara berurutan pada dikatakan agak peka. Apabila terjadi tum- tingkat kepekaan sedang/moderat dari ke- pahan minyak kemungkinan mangrove camatan yang memiliki skor IKL tertinggi tercemar hanya dimungkinkan dari pantai, sampai terendah meliputi Balantak (24,35), tidak dari sungai karena jaraknya yang cukup Luwuk Timur (23,74), Lamala (22,09), Batui jauh. Jasa ekonomi mangrove di wilayah ini (21,57), Masama (20,56) dan Bualemo juga pada tingkat kepekaan sedang karena (16,78). Berikut ini penjelasan detail me- hanya sebesar 60% masyarakat setempat ngenai tingkat kepekaan di masing-masing memanfaatkan ekosistem mangrove baik kecamatan yang tergolong kategori sedang. sebagai lokasi untuk mencari ikan dan ke- piting maupun untuk diambil kayunya 3.3.1.1.Kecamatan Balantak sebagai kebutuhan rumah tangga mereka. Mangrove di Kecamatan Balantak Masyarakat di wilayah ini belum memiliki juga termasuk kategori peka dengan skor aturan yang mengatur pemanfaatan ekosis- 24,35. Kerapatan mangrove di wilayah ini tem mangrove. Mangrove di wilayah ini juga adalah 32 individu/100m2 dengan jenis tidak memiliki nilai budaya bagi masyarakat Aegiceras cormiculatum, Bruguiera parvi- setempat. flora, Rhizophora sp., Ceriops tagal, Nipa sp., Tectorius panamus, dan Colophylum 3.3.1.3.Kecamatan Lamala inopillum. Jarak mangrove dengan sungai Kecamatan Lamala memiliki nilai adalah 30 m, jarak ini cukup jauh sehingga IKL sebesar 22,09, termaksud dalam kategori kecil kemungkinan mangrove tercemar dari sedang dengan kerapatan mangrove 12 2 sungai apabila terjadi tumpahan minyak. individu/100m dengan jenis Rhizopora sp. Sedangkan jarak dengan air laut cukup dekat dan Aegiceras floridum. Jarak mangrove yaitu 100 m. Jarak yang cukup dekat tersebut dengan sungai adalah 30 m, sedangkan menyebabkan besar kemungkinan mangrove dengan air laut 100 m. Kondisi mangrove di akan tercemar apabila terjadi tumpahan wilayah ini dapat dikatakan cukup peka. minyak. Sebanyak 57% masyarakat di Mangrove tercemar apabila terjadi tumpahan kecamatan tersebut memanfaatkan ekosistem minyak hanya dimungkinkan dari pantai, mangrove, baik sebagai lokasi untuk mencari tidak dari sungai karena jaraknya yang cukup kepiting maupun mengambil kayu mangrove. jauh. Jasa ekonomi mangrove di wilayah ini Tingginya pemahaman masyarakat setempat juga pada tingkat kepekaan cukup peka tentang peranan hutan mangrove menyebab- karena hanya sebesar 50% masyarakat kan adanya kesadaran masyarakat setempat setempat memanfaatkan ekosistem mangrove untuk menjaga kelestarian hutan mangrove. baik sebagai lokasi untuk mencari ikan dan Meskipun mangrove di Kecamatan Balantak kepiting maupun untuk diambil kayunya tidak memiliki nilai budaya, tetapi aturan sebagai kebutuhan rumah tangga mereka. yang mengatur tentang kelestarian hutan Masyarakat di wilayah ini belum memiliki mangrove telah diterapkan di wilayah ini. aturan yang mengatur pemanfaatan ekosis- tem mangrove. Mangrove di wilayah ini juga 3.3.1.2.Kecamatan Luwuk Timur tidak memiliki nilai budaya bagi masyarakat Kecamatan Luwuk Timur memiliki setempat. nilai IKL sebesar 23,74 termaksud dalam kategori sedang dengan kerapatan mangrove 3.3.1.4.Kecamatan Batui adalah 6 individu/100m2 dengan jenis Kecamatan Masama memiliki nilai Aegiceras floridum dan Excoecaria agallo- IKL sebesar 21,57, termaksud dalam kategori cha. Jarak mangrove dengan sungai adalah sedang dengan kerapatan mangrove adalah 8

368 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

individu /100m2 dengan jenis Rhizopora sp. cukup baik yaitu sebesar 17 individu/100m2, dan Bruguiera. Jarak mangrove dengan sehingga memiliki nilai konservasi variabel sungai adalah 30 m, sedangkan dengan air kerapatan pada tingkat sensitivitas agak peka. laut 100 m. Kondisi mangrove di wilayah ini Jenis mangrove yang ditemui di wilayah ini dapat dikatakan agak peka. Apabila terjadi meliputi Avicenia marina, Xylocarpus tumpahan minyak kemungkinan mangrove granatum, Rhizophora sp., dan Bruguiera tercemar hanya dimungkinkan dari pantai, gymnorhiza. Tanaman mangrove tersebut tidak dari sungai karena jaraknya yang cukup berjarak 31 meter dari sungai dan 100 meter jauh. Jasa ekonomi mangrove di wilayah ini dari bibir pantai. Ditinjau dari jaraknya juga pada tingkat kepekaan cukup peka terhadap sungai maka mangrove di wilayah karena hanya sebesar 40% masyarakat ini tidak peka terhadap tumpahan minyak setempat memanfaatkan ekosistem mangrove yang terbawa melalui sungai. Mangrove baik sebagai lokasi untuk mencari ikan dan tersebut sangat peka bila ditinjau dari bibir kepiting maupun untuk diambil kayunya pantai sehingga apabila terjadi tumpahan sebagai kebutuhan rumah tangga mereka. minyak, mangrove akan mudah terkonta- Masyarakat di wilayah ini belum memiliki minasi. aturan yang mengatur pemanfaatan ekosis- Berdasarkan nilai jasa ekonomi, tem mangrove. mangrove di lokasi Bualemo tergolong sedang karena sebesar 64% masyarakat 3.3.1.5.Kecamatan Masama sekitar memanfaatkan hutan mangrove baik Kecamatan Masama memiliki nilai sebagai lokasi untuk mencari ikan dan IKL sebesar 20,56, termaksud dalam kategori kepiting maupun untuk diambil kayunya sedang dengan kerapatan mangrove di sebagai kebutuhan rumah tangga mereka. Kecamatan Masama adalah 12 individu/ Mayarakat di wilayah ini belum memiliki 100m2 dengan jenis Sonneratia alba, aturan yang mengatur pemanfaatan ekosis- Rhizopora sp., dan Bruguiera, Jarak mang- tem mangrove. Apabila pemanfaatan ekosis- rove dengan sungai adalah 30 m, sedangkan tem tersebut dilakukan secara terus menerus dengan air laut 100 m. Berdasarkan kondisi tanpa adanya aturan yang mengaturnya maka ekosistem mangrove tersebut dan lokasinya ekosistem mangrove di wilayah ini akan terhadap sumber pencemaran maka mang- rusak. Mangrove di wilayah ini juga tidak rove di wilayah ini memiliki nilai konservasi memiliki nilai budaya bagi masyarakat pada tingkat kepekaan cukup peka. Jasa setempat. ekonomi mangrove di wilayah ini juga pada tingkat kepekaan peka karena sebesar 60% 3.3.2. IKL dengan Kategori Peka masyarakat setempat memanfaatkan ekosis- Berdasarkan hasil perhitungan IKL, tem mangrove baik sebagai lokasi untuk dari ketiga kecamatan yang memiliki ke- mencari ikan dan kepiting maupun untuk pekaan peka yaitu: Kecamatan Bulagi yang diambil kayunya sebagai kebutuhan rumah memiliki skor IKL tertinggi sebesar 57,54, tangga mereka. Masyarakat di wilayah ini lalu Kecamatan Batui Selatan dengan skor belum memiliki aturan yang mengatur 49,35, dan terakhir Kecamatan Buko dengan pemanfaatan ekosistem mangrove. Mangrove skor 38,24. Berikut ini penjelasan detail di wilayah ini juga tidak memiliki nilai mengenai tingkat kepekaan di masing- budaya bagi masyarakat setempat. masing kecamatan yang tergolong kategori peka. 3.3.1.6.Kecamatan Bualemo Kecamatan Bualemo memiliki nilai 3.3.2.1.Kecamatan Bulagi IKL sebesar 16,78, termaksud dalam kategori Mangrove di Kecamatan Bulagi sedang dengan kerapatan mangrove yang termasuk kategori peka dengan skor 44,92.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 369 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (Ikl) di . . .

Kerapatan mangrove di wilayah ini adalah 15 Batui Selatan memiliki nilai budaya bagi individu/100m2 dengan jenis Rhizopora sp. masyarakat setempat. dan Bruguiera. Jarak mangrove dengan Berdasarkan hasil wawancara dengan sungai adalah 10 m, sedangkan dengan air masyarakat sekitar, kondisi ekosistem mang- laut 50 m. Jarak yang cukup dekat tersebut rove yang semakin berkurang disebabkan menyebabkan besar kemungkinan mangrove pada tahun 1990 di wilayah studi pernah ada akan tercemar apabila terjadi tumpahan ijin untuk pengusaha dari Taiwan yakni PT minyak. Sebanyak 70% masyarakat di Tali Panjang, untuk mengambil dan selanjut- kecamatan tersebut memanfaatkan ekosistem nya mengekspor kayu mangrove ke luar mangrove, baik sebagai lokasi untuk mencari negeri. Adanya kegiatan tersebut menga- kepiting maupun mengambil kayu mangrove. kibatkan ekosistem mangrove di wilayah Tingginya pemanfaatan hutan mangrove studi yang sebelum tahun 1990-an sangat menyebabkan nilai jasa ekomoni mangrove bagus, menjadi hampir punah. Bahkan di di Kecamatan Bulagi tinggi. Meskipun desa Nonong Laut, Poisibololi, Gori- sebagian besar masyarakat setempat me- gori,Sinorang, dan Koyobunga, kondisi eko- manfaatkan ekosistem mangrove, kesadaran sistem mangrovenya sudah sangat meng- masyarakat setempat untuk melestarikan khawatirkan. Selain disebabkan oleh aktivitas ekosistem tersebut masih kurang. Belum penebangan liar oleh perusahaan, masyarakat adanya aturan tentang pemanfaatan mang- juga masih memanfaatkannya untuk berbagai rove bisa menyebabkan kerusakan pada keperluan yakni untuk kayu bakar, kayu ekosistem mangrove tersebut. Selain itu, rumah, dsb. Disisi lain ekosistem mangrove mangrove di Kecamatan Bulagi tidak dapat menentukan perekonomian keluarga, memiliki nilai budaya apapun. karena ekosistem mangrove merupakan lokasi penangkapan kepiting bakau dan 3.3.2.2.Kecamatan Batui Selatan menjadi sumber mata pencahariaan masya- Kecamatan Batui Selatan memiliki rakat. Selain itu hutan mangrove juga skor IKL tertinggi disebabkan karena kondisi merupakan daerah asuhan, tempat pemijahan mangrove di wilayah tersebut masih cukup dan tempat mencari makan berbagai biota air, baik dengan kerapatan 18 individu/100m2. sehingga akan meningkatkan produktivitas Jenis mangrove yang ditemukan di wilayah perairan. tersebut meliputi Rhizopora sp., Ceriops, Hal tersebut para nelayan juga sudah Meristica, dan Bruguiera. Mangrove di mengetahui peran mangrove terhadap pro- lokasi tersebut berjarak 30 meter dari sungai, duksi perikanan. Hal ini terungkap pada saat dan 100 meter dari air laut. Jarak dari sungai wawancara, yakni mereka mempercayai yang cukup jauh tersebut menyebabkan bahwa dengan adanya mangrove maka pro- kecilnya kemungkinan mangrove tersebut duksi ikan akan melimpah, mengingat mang- tercemar apabila terjadi tumpahan minyak. rove merupakan daerah pemijahan, daerah Jasa ekonomi mangrove di wilayah tersebut asuhan dan tempat untuk mencari makan. Hal juga tinggi dengan persentase 55% masya- ini juga didukung oleh jasa ekonomi rakat di kecamatan Batui Selatan memanfaat- mangrove, yang dalam hal ini hampir semua kan ekosistem mangrove untuk mencari ikan nelayan memanfaatkan ekosistem mangrove, dan kepiting. Hampir semua masyarakat di walau pemanfaatannya tidak maksimal. Oleh kecamatan Batui Selatan sudah memahami karenanya maka nilai kepekaan ekosistem fungsi dan peranan hutan mangrove bagi mangrove untuk jasa ekonomi termasuk kehidupan mereka, sehingga secara tidak dalam kategori sangat peka. Manfaat tertulis terdapat aturan untuk tidak merusak kekayaan sumberdaya perikanan di ekosis- ekosistem mangrove. Selain itu mangrove di tem mangrove tidak hanya dirasakan oleh penduduk setempat, namun juga oleh para

370 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

nelayan desa tetangga. Oleh karena itu maka mencari ikan dan kepiting maupun untuk ekosistem mangrove mempunyai jasa yang diambil kayunya sebagai kebutuhan rumah cukup besar untuk ekonomi. tangga mereka. Hal aturan lokal terhadap peman- Masyarakat di wilayah ini belum faatan ekosistem mangrove memperlihatkan memiliki aturan yang mengatur pemanfaatan bahwa pada umumnya masyarakat mengata- ekosistem mangrove. Mangrove di wilayah kan ada aturan lokal di masing masing desa ini juga tidak memiliki nilai budaya bagi pesisir. Kearifan lokal dan aturan pemerintah masyarakat setempat. daerah sangat berpengaruh dalam tata kelola pemanfaatan dan pelestarian ekosistem IV. KESIMPULAN mangrove. Hal ini berkaitan dengan semakin berkurangnya pohon mangrove di daerah Kondisi pesisir dan laut di Kabupaten pesisir akibat penebangan hutan mangrove Banggai dan Banggai Kepulauan masih untuk keperluan kayu dan bangunan rumah. didominasi oleh sumberdaya yang alami Oleh karena itu maka sangat wajar apabila sehingga diperlukan pemeliharaan dan kepekaan nilai sosial ekonomi dalam hal pengelolaan yang berkelanjutan, pada ekosis- aturan lokal termasuk pada kategori sangat tem magrove di temukan beberapa jenis, peka, namun ada beberapa lokasi mangrove diantaranya: Rhizopora mucronata dan yang masih belum memiliki aturan lokal. Bruguiera gymnorhiza, Rhizopora mucro- Mangrove di lokasi ini masih alami nata, Ceriops sp., Meristica sp., Aegiceras karena tidak ada desa di belakang barisan floridum, Excoecaria agallocha, Sonneratia mangrove. Upaya pelestarian ekosistem alba, Aegiceras cormiculatum, Avicenia mangrove di desa studi semakin diperkuat marina, Xylocarpus granatum, Rhizopora sp. dengan adanya budaya inheren dalam pe- hampir ditemukan di seluruh wilayah manfaatan mangrove. Budaya inheren ini penelitian, kecuali Luwuk Timur. berupa cerita-cerita orang tua mengenai Hasil analisis spasial IKL di wilayah adanya unsur keramat dari hutan mangrove. pesisir Kabupaten Banggai dan Banggai Kegiatan pemanfaatan hutan mangrove yang Kepulauan diperoleh kisaran nilai kepekaan tidak ramah lingkungan dianggap telah dari sedang dan peka. Daerah yang memiliki melanggar budaya inheren dari masyarakat tingkat kepekaan sedang adalah kecamatan setempat. Batui, Luwuk Timur, Masama, Lamala, Balantak, dan Bualemo dengan nilai antara 3.3.2.3.Kecamatan Buko 16,78-21,57. Kecamatan Buko memiliki nilai IKL Nilai IKL dengan kategori peka sebesar 38,24, termaksuk dalam kategori dengan rentang 49,35-57,54 pada kecamatan sedang dengan nilai konservasi berdasarkan Bulagi, Buko, dan Batui Selatan. Sebagian kerapatan dan jumlah jenisnya, mangrove besar penduduk meman-faatkan hutan memiliki tingkat kepekaan peka karena mangrove baik sebagai lokasi untuk mencari hanya memiliki kerapatan sebesar 7 ikan dan kepiting maupun untuk diambil individu/100m2 dan ditemukan hanya satu kayunya sebagai kebutuhan rumah tangga jenis mangrove yaitu Rhizopora sp. Namun mereka. Ada beberapa wilayah yang sudah mangrove tersebut sangat mudah tercemar ada peraturan khusus mengenai pemanfaatan apabila terjadi tumpahan minyak karena ekosistem magrove, namun ada juga wilayah hanya berjarak 10 m dari sungai dan 50 m yang belum ada aturan mengenai pe- dari laut. Meskipun kondisi mangrove di manfaatan mangrove, sehingga dikhawatir- wilayah ini tidak terlalu baik, tetapi sebesar kan terjadi pemanfaatan ekosistem magrove 80% masyarakat setempat memanfaatkan yang berlebihan. hutan mangrove baik sebagai lokasi untuk

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 371 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (Ikl) di . . .

DAFTAR PUSTAKA book for Southeast Asia. FAO and Wetlands International. Bangkok. Alaska Oil Spill Commission. 1990. Spill, 781p. the wreck of the Exxon Valdez: Gil-Agudelo, D.L., R.N. Bernal, and D.I. implications for safe transportation of Mojica. 2015. Environmental sensi- oil. In: Juneau, A.K.Allen, G.R. and tivity index for oil spills in marine R. Steene. (ed). Indo pacific coral reef and coastal areas in Colombia. J. of field guide, Tropical Reef Research. oil, gas and alternative energy Singapore. 111-128pp. sources, 6(1):17-28. Baderan, D.W.K. 2013. Model valuasi Gugliermetti, F. Cinquepalmi, and D.A. ekonomi sebagai dasar untuk reha- Garcia. 2007. The use of environ- bilitasi kerusakan hutan mangrove di mental sensitivity indices (ESI) Wilayah Pesisir Kecamatan Kwan- maps for the evaluation of oil spill dang Kabupaten Gorontalo Utara risk in Mediterranean coastlines and Provinsi Gorontalo. Disertasi. Fakul- coastal waters. J. Transactions on tas Geografi Universitas Gadjah Ecology and the Environment, Mada. Yogyakarta. 22hlm. 102:593-600. Baker, J.M. 1991. Guidelines on biologycal Kusmana, C., S. Wilarso, I. Hilwan, P. impacts of oil pollution. International Pamoengkas, C. Wibowo, T. Tir- Petrolium Industry Environmental yana, A. Triswanto, dan H. Yunasfi. Conservation Association (IPIECA). 2005. Teknik rehabilitasi mangrove. London. 15p. Fakultas Kehutanan Institut Per- Carvalho, M. and D.F.M. Gherardi. 2008. tanian Bogor. Bogor, . Mapping the environmental sen- 177hlm. sitivity to oil spill and land use/land Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Ke- cover using spectrally transformed putusan Menteri Negara Lingkungan Landsat 7 etm data. J. Aquat. Sci. Hidup nomor 201 tahun 2004 Technol, 12(2):1-9. tentang kriteria baku dan pedoman Dahuri, R. 2000. Impact of oil spills on kerusakan hutan mangrove. Jakarta. coastal and marine ecosystems: with 8hlm. special reference to Indonesia. In: National Oceanic and Atmospheric Environtmental sensitivity Index Administration (NOAA), 2002. (ESI) Mapping for Oil Spills, Ex- Environmental Sensitivity Index periences in Southeast Asian Seas. Guidelines. 3rd ed. Seattle. 89p. (ed). Proceedings of the International Ofiara, D.D. dan J.J Seneca. 2006. Review: Workshop ESI mapping, 23 Maret Biological effects and subsequent 2000, Tokyo. Water Quality Bureau economic effects and losses from Environtmental Agency of Japan. marine pollution and degradations in Japan Wildlife Research Center. 13- marine environments: Implications 21pp. from The Literature, Marine Davinsy, R., A. Kustanti dan R. Hilmanto. Polluton Bulletin, 52: 844-864. 2015. Kajian pengelolaan hutan Oyedepo, J. A., Adeofun C. O. 2011. mangrove di Desa Pahawang Ke- Environmental sensitivity index camatan Marga Punduh Kabupaten mapping of Lagos Shorelines. J. Pesawaran. J. Sylva Lestari, 3(3):95- Global NEST, 13(3):277-288. 106. Pedro W.M., T.R. Maria, P. Fernando, and Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zieren, and L. E.C. Maria. 2009. Environmental Scholten. 2006. Mangrove guide- sensitivity index (ESI) mapping of

372 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91 Putranto et al.

oil spill in the Amazon coastal zone: Sloan, N.A. 1993. Effect of oil on marine the PIATAM Mar project. Rev. resources: A Worlwide Literature Bras. Geof, 27(1): 7-22. Review Relevant to Indonesia. Rao, D.S., P.M. Pragada, and O.A. Kumar. Ministry of State for Environment, 2015. Floristic composition and Jakarta and School for Resource and ecological assessment of tree spe- Environmental Studies Dalhousie cies diversity in tropical forests of University, Halifax. 65p. Srikakulam and Vizianagaram Utantyo, Hartono, dan Sutikno. 2003. Apli- districts of Andhra Pradesh, India. kasi untuk pemetaan indeks ke- International J. of Fundamental & pekaan lingkungan, Studi Kasus di Applied Sciences, 4(1):23-29. Pesisir Cilacap dan Segara Anakan. Sanjarani, M., S.M. Fatemi, A. Danehkar, A. Pusat Studi Lingkungan Hidup Mashinchian, and A.H. Javid. 2015. Universitas Gadjah Mada Yogya- Environmental Sensitivity Index karta, Indonesia. Manusia dan (ESI) mapping for oil spills at Strait Lingkungan, 10(3):13l – 140. of Hormuz, Iran. J. of Fisheries and Hydrobiology, 10(9): 216-223. Diterima : 8 Mei 2017 Direview : 25 Mei 2017 Disetujui : 22 Juni 2017

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Juni 2017 373 Analisis dan Pemetaan Indeks Kepekaan Lingkungan (Ikl) di . . .

Lampiran 1.

Tabel 12. Tabel analisis indeks kepekaan lingkungan mangrove.

374 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt91