PENAPISAN HEMAGGLUTININ DARI ALGA HIJAU GENUS (Chlorophyceae, )

SCREENING OF HEMAGGLUTININS FROM THE GREEN ALGAL GENUS Codium (Chlorophyceae, Codiaceae)

Danar Praseptiangga1) 1) Staf Pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta email: [email protected] ABSTRACT Lectins (hemagglutinins) are widely distributedin nature and also good candidates in such prospecting of marine algae. The most important property of a lectin is the ability to bind to carbohydrates and hence agglutinate cells.Lectins are useful as convenient tools to discriminate differences in carbohydrate structures and reveal various biological activities through binding and interacting to carbohydrates. There is a considerable interest in discovering and isolating novel lectins from the perspective of their applications, particularly in glycomics and in the medical field. Crude lectin fractionsfrom six green algae of the genus Codium were prepared and examined for their hemagglutination activities with trypsin-treated rabbit erythrocytes. The positive result of five crude lectin fractions of the green algal genus Codium on hemagglutination assayindicates that lectins (hemagglutinins) are present in these species. However, further researches on lectins purificationand characterization of their biochemical propertiesare still needed. Keywords: lectins (hemagglutinins), thegreen algal genus Codium, hemagglutination activity ABSTRAK Lektin (hemagglutinin) tersebar secara luas di alam dan memiliki potensi yang baik terkait dengan prospeksinya dari alga laut. Sifat terpenting lektin adalah kemampuannya untuk mengikat karbohidrat dan mengaglutinasi sel. Lektin dapat berguna sebagai alat yang mudah digunakan untuk menunjukkan perbedaan struktur karbohidrat dan mempunyai berbagai macam aktifitas biologis terkait dengan pengikatan dan interaksinya dengan karbohidrat, sehingga terdapat ketertarikan yang besar dalam upaya untuk menemukan dan mengisolasi lektin baru dari perspektif penggunaan lektin, khususnya dalam bidang glycomics dan medis. Fraksi kasar lektin dari enam spesies alga hijau genus Codium disiapkan dan diuji aktifitas hemaglutinasinya dengan menggunakan trypsin-treated rabbit erythrocytes. Hasil positif pada limaspesies alga hijau genus Codium yang diuji dalam hemagglutination assay mengindikasikan keberadaan lektin (hemagglutinin) pada spesies-spesies tersebut. Namun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pemurnian lektin dan karakterisasi sifat biokimianya.

Kata kunci : lektin (hemagglutinin), alga hijau genus Codium, aktifitas hemaglutinasi

PENDAHULUAN dengan sel, sebagai contoh eritrosit, mereka tidak hanya akan berinteraksi dengan gula Lektin (hemagglutinin) atau yang ada pada pada permukaan, melainkan carbohydrate-binding proteins tersedia juga akan berinteraksi membentuk ikatan melimpah di alam pada berbagai organisme, silang dengan molekul-molekul polisakarida dari tanaman, hewan, bakteri, fungi, virus, atau glikoprotein dan menginduksi terjadinya sampai ke manusia dan memegang peranan presipitasi dalam interaksinya tersebut yang penting sebagai molekul pengenal atau merupakan fenomena yang disebut sebagai pelacak dalam interaksi antara sel-sel atau aglutinasi (Sharon dan Lis, 2003, Brooks et sel-matriks (Hori et al., 2000, Sharon dan al., 2002., Varki et al., 1999). Aglutinasi Lis, 2003).Lektin mengikat karbohidrat eritrosit oleh lektin (hemagglutinin) adalah dengan spesifisitas yang tinggi, namun tidak sifat utama dari protein ini dan umum memiliki aktifitas katalitik seperti halnya digunakan secara rutin untuk deteksi dan enzim. Lektin berbeda dengan antibody dan karakterisasi lektin (hemagglutinin). bukan merupakan produk dari respon imun. Sejumlah kegunaan lektin telah Setiap molekul lektin biasanya mempunyai ditemukan dalam riset kimiawi dan dua atau lebih carbohydrate-binding sites, biokimiawi, termasuk kegunaannya dalam oleh karena itu ketika mereka bereaksi proses pemurnian dan analisa glikoprotein

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No. 1, Februari 2013 1 yang memberikan kontribusi signifikan dicapai dalam karakterisasi kimia-biokimia terhadap bidang glycobiology serta sebagai dan molekuler lektin dari alga, informasi alat untuk memecahkan kode struktur tambahan masih diperlukan untuk karbohidrat pada permukaan sel dan dalam mendapatkan pemahaman yang lebih cairan tubuh yang disebabkan oleh komprehensif tentang sifat, struktur, dan keragaman lektin yang terkait dengan fungsi biologis serta peranan fisiologis lektin spesifisitas pengikatannya terhadap dari alga (Hori et al., 2000, 2007). karbohidrat sehingga sangat memungkinkan Lektin dari alga (khususnya alga untuk digunakan di bidang kedokteran dalam merah) pada umumnya mempunyai era glycomics (Brooks et al., 2002., Varki et karakteristik seperti berat molekul rendah, al., 1999). tidak memerlukan adanya kation divalen Lektin (hemagglutinin) dari alga untuk aktifitas hemaglutinasinya, dan pertama kali dilaporkan melalui survei alga memiliki afinitas untuk glikoprotein tetapi di Puerto Rico (Boyd et al., 1966).Penelitian tidak untuk monosakarida (Hori et al., 1990, selanjutnya di beberapa negara, antara lain 2000, 2007). Namun uniknya, beberapa Inggris (Blunden et al., 1975, 1978, Rogers lektin yang telah berhasil dimurnikan dan et al., 1980), Jepang (Hori et al., 1981, dikarakterisasi dari alga hijau genus Codium 1986), Spanyol (Fabregas et al., 1985, 1992), mempunyai kemiripan karakteristikdengan Amerika (Chiles dan Bird 1989, Bird et al., lektin yang berasal dari tanaman darat,antara 1993), dan Brasil (Ainouz dan Sampaio lain mempunyai afinitas terhadap 1991, Ainouz et al., 1992,. Freitas et al., monosakarida dan berat molekul relatif 1997) menunjukkan bahwa lektin besar, sehingga terkadang dapat dijumpai (hemagglutinin) dapat ditemukan pada lebih dalam bentuk polimerik dan memiliki dari dua ratus spesies alga (Hung et al., struktur sub unit. Kemiripan karakteristik 2009). antara lektin dari alga hijau genus Codium Apabila lektin dari alga dibandingkan dan tanaman darat ini mungkin disebabkan dengan lektin dari tanaman darat dan hewan oleh kedekatan jarak evolusi antara dua yang telah berhasil dimurnikan dan kelompok ini. Hal ini dimungkinkan oleh dikarakterisasi dengan baik, memang masih karena alga hijau genus Codium berada pada ada keterbatasan informasi terkait dengan posisi menengah di antara alga (alga coklat, karakteristik kimia-biokimia dan merah, dan yang lainnya) dan tanaman darat molekulernya. Namun, akhir-akhir ini jumlah dalam posisi filogenetiknya (Verbruggen et lektin dari alga yang telah berhasil al., 2007). Selain itu, sejauh ini hanya dimurnikan dan dikarakterisasi mengalami beberapa lektin dari genus Codium seperti peningkatan. Selama dua dekade terakhir Codium fragile ssp. tomentosoides, C. fragile dilaporkan bahwa lektin telah berhasil ssp. atlanticum, C. tomentosum,C. girrafa, dimurnikan dari lebih dari lima puluh spesies dan C. barbatum(Rogers et al., 1986., alga (Sato dan Hori, 2009, Hung et al., Fabregas et al., 1988, Alvarez-Hernandez et 2009.). Penelitian akhir-akhir ini juga al., 1999, Praseptiangga et al., 2012) yang mengungkapkan bahwa lektin dari alga berhasil dimurnikan dan dikarakterisasi memiliki spesifisitas tinggi terhadap secara parsial, sehingga dalam penelitian beberapa struktur oligosakarida tertentu dan iniakan dilaporkan hasil penapisan lektin dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis (hemagglutinin) dari alga hijau genus berdasarkan spesifisitas pengikatan terhadap Codium dari persepektif bioprospeksi alga, oligosakarida (Sato et al., 2007, Hori et al., khususnya alga hijau dari genus Codium 2007). Oleh karena itu, alga berpotensi untuk sebagai kajian pendahuluan dalam upaya menjadi sumber penemuan lektin baru yang penemuan sumber lektin baru. dapat dimanfaatkan secara luas dalam penelitian dasar dan terapan antara lain di bidang kimia-biokimia, biologi molekuler, kesehatan, dan juga ilmu pangan. Namun demikian, terlepas dari kemajuan yang telah

2 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No. 1, Februari 2013 METODE PENELITIAN Proses ekstraksi dilakukan dengan cara menambahkan 20 mM larutanphosphate Bahan dan Alat buffer yang mengandung 0,85% NaCl dan Beberapa spesies alga hijau dari 0,02% NaN3 (PBSA, pH 7.0) ke dalam genus Codium yaitu, Codiumintricatum, C. sampel yang telah menjadi bubuk dengan spongiosum, C. subtubulosum, C. arabicum, rasio 1:2 (b/v). Campuran sampel dan buffer C. latum danC. cylindricum yang diperoleh PBSA kemudian diaduk dengan dari hasil sampling di pantai dan perairan laut menggunakan stirer selama semalam pada pulau Kyushu dan Shikoku, Jepang suhu 4ºC. Setelah itu, campuran tersebut digunakan sebagai bahan baku utama dalam disentrifugasi (13,500 g) pada suhu 4ºC penelitian ini. Bahan pendukung yang selama 30 menit dan ammonium sulfat padat digunakan antara lain larutan buffer yang telah dihaluskan ditambahkan ke dalam phosphate buffered saline (PBS), ammonium supernatan yang diperoleh untuk mendapatkan konsentrasi akhir kejenuhan sulfat (NH4)2SO4, sodium azide (NaN3), sodium klorida (NaCl), darah (eritrosit) 75%. Selanjutnya campuran disimpan kelinci, trypsin, nitrogen cair, air miliQ, dan semalam pada suhu 4ºC dan disentrifugasi bahan kimia untuk pengujian protein. Semua kembali (13,500 g) pada suhu 4ºC selama 30 bahan kimia yang digunakan dalam menit. Presipitat yang diperoleh kemudian penelitian ini adalah analytical grade dengan dilarutkan kembali dengan penambahan tingkat kemurnian tertinggi. buffer sesedikit mungkin dan didialisis Alat yang digunakan dapat dibedakan dengan menggunakan PBSA. Setelah dialisis, menjadi dua macam, yaitu alat yang fraksi bagian dalam (inner fraction) digunakan untuk preparasi ekstrak alga dan disentrifugasi lebih lanjut (10,000 g) pada presipitat ammonium sulfat, antara lain suhu 4ºC selama 30 menit dan supernatant yang diperoleh disebut sebagai fraksi kasar blender (Hamilton dan Waring), gunting, pinset, spatula, tabung nitrogen cair, gelas lektin atau sering disebut salting-out fraction. beker, gelas ukur, neraca, neraca analitik, Salting-out fraction ini kemudian disimpan magnetic stirrer, refrigerated centrifuged dalam lemari pendingin suhu -30ºC setelah (tipe Sakuma dan Sorvall), centrifuge tubes, digunakan untuk analisa lebih lanjut, yaitu uji hot plate, pH meter, pipet, dialysis tubes, aktifitas hemaglutinasi dan kandungan penjepit dialysis tubes, sample tubes dan alat protein. yang digunakan untuk analisa, antara lain 96- Preparasi Trypsin-treated Rabbit well microtiter V-plate, vortek, micro mixer, Erythrocytes (TRBC) tabung reaksi, spektrofotometer UV-vis, Trypsin-treated Rabbit Erythrocytes inkubator, dan mikropipet. (TRBC) disiapkan dari darah (eritrosit) Tahapan Penelitian kelinci yang diperoleh dari laboratorium penelitian hewan (Hiroshima, Jepang). Preparasi Ekstrak Alga dan Presipitat Eritrosit dicuci tiga kali dengan 50 volum Ammonium Sulfat saline (0,85 % NaCl) dan disuspensikan ke Sampel beku dari beberapa spesies dalam saline untuk memberikan 2% (v/v) alga hijau, Codium intricatum, C. suspensi dari native eritrosit. Kemudian 0,5 spongiosum, C. subtubulosum, C. arabicum, % (w/v) trypsin dalam saline (1/10 bagian C. latum, danC. Cylindricum dikeluarkan volum) ditambahkan ke dalam 2 % suspensi dari lemari pendingin suhu -30ºC, dicairkan, dari native eritrosit dan campuran tersebut dan kemudian ditimbang masing-masing 50 kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama gram. Pengecilan ukuran dilakukan dengan 60 menit. Setelah itu, campuran dicuci empat memotong-motong sampel yang telah kali dengan saline dan 2 % suspensi TRBC dipersiapkan dan selanjutnya digunakan dipersiapkan dalam saline. blender serta ditambahkan nitrogen cair dengan maksud agar sampel lebih cepat menjadi bubuk dan homogen.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No. 1, Februari 2013 3 Hemagglutination Assay hemaglutinasi tersebut, dapat diindikasikan Pengujian aktifitas hemaglutinasi bahwa Codium latum dan C. spongiosum ditentukan berdasarkan metode Hori et al. mempunyai potensi yang lebih besar (1986).Aktifitas hemaglutinasi ini dilakukan dibandingkan spesies alga hijau genus dalam96-well microtiter V-plate dengan Codium yang diuji lainnya untuk dapat menggunakan TRBC dan dilakukan dengan memasuki tahapan lanjut pemurnian lektin tiga kali ulangan. Pengenceran dua kali lipat (hemagglutinin). Kandungan protein tertinggi secara seri (masing-masing 25 µl) dilakukan diperlihatkan oleh Codium latum (3.9 mg/ml) dari sampel yang dianalisa dan dipersiapkan (Tabel 1). di dalam saline terlebih dahulu, kemudian ke Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam tiap sumuran ditambahkan 25 µl karakteristik yang paling penting dari lektin TRBC. Microtiter plate kemudian diguncang adalah kemampuan mereka untuk mengikat perlahan dan merata serta diinkubasi pada karbohidrat dan mengaglutinasi sel. suhu kamar selama 1 jam. Hemaglutinasi Aglutinasi ini disebabkan oleh fakta bahwa diamati secara makroskopik dan dinilai lektin setidaknya memiliki dua sisi positif apabila lebih dari 50 % dari TRBC pengikatan sehingga dapat berikatan silang dalam sumuran teraglutinasi. Aktifitas dengan sel melalui interaksinya dengan hemaglutinasi ini dinyatakan sebagai titer, karbohidrat pada membran sel (Sharon dan yang berarti kebalikan dari pengenceran dua Lis, 2003). Sebagian besar peneliti telah kali lipat tertinggi yang menunjukkan mendeteksi lektin melalui penelitian hemaglutinasi positif. mengenai aglutinasi dengan menggunakan eritrosit manusia dan hewan dan / atau sel Penentuan Kandungan Protein lainnya. Oleh karena itu, pengujian aktifitas Kandungan protein ditentukan hemaglutinasi pada penelitian ini dengan metode Lowry et al. (1951) dengan menggunakan eritrosit dari kelinci dengan menggunakan bovine serum albumin (BSA) perlakuan enzim tripsin (trypsin-treated sebagai standar dan dilakukan dengan dua rabbit erythrocytes) berdasarkan kali ulangan. pertimbangan bahwa lektin (hemagglutinin) dari alga lebih sensitif terhadap eritrosit HASIL DAN PEMBAHASAN hewan, terutama eritrosit kelinci daripada eritrosit manusia dan perlakuan enzim yang Aktifitas hemagglutinasi dan dalam hal ini digunakan tripsin (meskipun kandungan protein dari beberapa alga hijau enzim lain dapat digunakan, seperti misalnya genus Codium dapat dilihat pada Tabel 1. papain) mengakibatkan sensitifitasnya Hasil pengujian aktifitas menjadi semakin tinggi (Hori et al., 1988). hemaglutinasi yang dilakukan pada beberapa Hal ini didukung dengan penelitian Hori et fraksi kasar lektin (salting-out fraction) al. (1990) yang mengungkapkan bahwa spesies alga hijau genus Codium ketika ekstrak dari spesies alga diuji aktifitas menunjukkan bahwa lima spesies Codium hemaglutinasinya terhadap native eritrosit intricatum, C. spongiosum, C. subtubulosum, dan berbagai perlakuan enzim (enzyme- C. arabicum, dan C. latum mampu treated erythrocytes), mereka menunjukkan mengaglutinasi trypsin-treated rabbit kecenderungan untuk menggumpalkan lebih erythrocytes (TRBC). Aktifitas kuat pada eritrosit, terutama eritrosit kelinci, hemaglutinasi yang kuat diperlihatkan oleh yang sebelumnya telah dilakukan perlakuan Codum latum (29 atau 512) dan Codium dengan enzim (enzyme-treated erythrocytes), spongiosum (28 atau 256). Sedangkan khususnya tripsin. Penelitian yang dilakukan Codiumintricatum, Codium subtubulosum, oleh Blunden et al. (1975) juga menunjukkan dan Codium arabicum menunjukkan aktifitas bahwa lektin (hemagglutinin) dari sejumlah hemaglutinasi yang relatif kuat, akan tetapi besar spesies alga dapat ditunjukkan pada Codiumcylindricum tidak menunjukkan saat eritrosit yang digunakan untuk aktifitas hemaglutinasi pada pengujian ini mendeteksi aktifitas hemaglutinasinya telah (Tabel 1). Dari hasil pengamatan aktifitas

4 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No. 1, Februari 2013 Tabel 1. Aktifitas Hemaglutinasi dan Kandungan Protein Alga Hijau Genus Codium No. Spesies alga Aktifitas Hemaglutinasi Kandungan Proteinb (HA)a (mg/ml) 1. Codium intricatum 32 2.6 2. Codium spongiosum 256 0.6 3. Codium subtubulosum 64 2.2 4. Codium arabicum 32 2.6 5. Codium latum 512 3.9 6. Codium cylindricum -c 1.3 a Aktifitas Hemaglutinasi (HA), dinyatakan sebagai titer, yang berarti kebalikan dari pengenceran dua kali lipat tertinggi yang menunjukkan hemaglutinasi positif b Kandungan protein ditentukan dengan metode Folin-Lowry (1951) c Tidak terdeteksi diberi perlakuan dengan enzim, seperti 1992.Agglutination of enzyme treated papain. erythrocytes by Brazilian marine algae. Berdasarkan laporan yang Bot. Mar. 35, 475–479. disampaikan oleh Verbruggen et al. (2007), Alvarez-Hernandez, S., De Lara-Isassi, G., alga hijau genus Codium telah digunakan Arreguin-Espinoza, R., Arreguin, B., sebagai sumber senyawa bioaktif yang di Hernandez-Santoyo, A., Rodriguez- antaranya berpotensi sebagai anti-cancer Romero, A., 1999.Isolation and partial agents dan antibiotik. Lebih lanjut, terkait characterization of giraffine, a lectin dengan kegunaan lektin dari alga hijau genus from the Mexican endemic alga Codium Codium, Wu et al. (1997) mengungkapkan giraffe Silva. Bot. Mar. 42, 573-580. bahwa N-asetil galaktosamin spesifik lektin Bird, K.T, Chiles, T.C., Longley, R.E., dari Codium fragile ssp. tomentosoides Kendrick, A.F., Kinkema, M.D., menunjukkan afinitas khusus pada forsmann 1993.Agglutinins from marine antigen sugar chain yang merupakan macroalgae of the Southeastern United penanda kanker dan dapat dimanfaatkan States. J. Appl. Phycol. 5, 212–213. dalam bidang medis. Selain itu, sejauh ini Blunden, G., Rogers, D.J., Farnham, W.F., baru beberapa lektin (hemagglutinin) yang 1975. Survey of British seaweeds for berhasil dimurnikan dari alga hijau genus hemagglutinins.Lloydia. 38, 162-168. Codium, sehingga lektin dari genus Codium Blunden, G., Rogers, D.J., Farnham, W.F., ini merupakan target yang menarik untuk 1978. Hemagglutinins in British marine dikaji lebih lanjut, khususnya yang terkait algae and their possible taxonomic dengan aplikasinya di bidang kesehatan value.In: Irvine, D.E.G., Price, J.H. (eds), dalam era glycomics dan bidang pangan gizi, Modern approaches to the of mengingat beberapa spesies dari genus ini red and brown algae, pp 21-45. dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan, Academic, London. selain juga diharapkan dapat memberikan Boyd, W.C., Almodovar, L.R., Boyd, L.G., wawasan secara menyeluruh dan 1966. Agglutinins in marine algae for komprehensif untuk mengungkap hubungan human erythrocytes.Transfusion. 6, 82- evolusi antara alga dan tanaman darat. 83. Brooks, S.A., Dwek, M., Schumacher, U., DAFTAR PUSTAKA 2002.Functional and molecular glycobiology. Garland Science. UK. Ainouz, I.L., Sampaio, A.H., 1991. Chiles, T.C., Bird, K.T., 1989. A comparative Screening of Brazilian marine algae for study of the animal erythrocyte hemagglutinins. Bot. Mar. 34, 211–214. agglutinins from marine algae. Comp. Ainouz, I.L., Sampaio, A.H., Benevides, Biochem. Physiol. B. 94, 107-111. N.M.B., Freitas, A.L.P., Costa, F.H.F., Carvalho, M.C., Pinheiro-Joventino, F.,

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No. 1, Februari 2013 5 Fabregas, J., Llovo, J., Muñoz, A., 1985. Praseptiangga, D.,Hirayama, M., Hori, K., Hemagglutinins in red seaweeds.Bot. 2012.Purification, characterization, and Mar. 28, 517-520. . cDNA cloning of a novellectin from the Fabregas, J., Muñoz, A., Llovo, J., green alga, Codium barbatum. Biosci. Carracedo, A., 1988. Purification and Biotechnol.Biochem. 76:805-811. partial characterization of tomentine.An Rogers, D.J, Blunden, G., Topliss, J.A., N-acetylglucosamine specific lectin from Guiry, M.D., 1980. A survey of some the green alga Codium tomentosum marine organisms for haemagglutinins. (Huds.)Stackh.J Exp. Mar. Biol. Ecol. Bot. Mar. 23:569–577. 124, 21-30. Rogers, D.J., Loveless, E.W., Balding, P., Freitas, A.L.P., Teixeira, D.I.A., Costa, 1986.Isolation and characterization of F.H.F., Farias, W.R.L., Lobato, A.S.C., the lectins from subspecies of Codium Sampaio, A.H., Benevides, N.M.B., fragile.In: Kilpatrick, D.C., Van 1997. A new survey of Brazilian marine Driessche, E., Bog Hansen, T.C. (eds.), algae for agglutinins. J. Appl. Phycol. 9, Lectins: Biology, Biochemistry, Clinical 495–501. Biochemistry, vol. 5, pp. 155-160. Walter Hori, K., Miyazawa, K., Ito, K., 1981. de Gruyter, Berlin, Germany. Hemagglutinins in marine algae. Bull. Sato, T., Hori, K., 2009.Cloning, expression, Japan. Soc. Sci. Fish. 49, 793-398. and characterization of a novel anti-HIV Hori, K., Miyazawa, K., Ito, K., 1986. lectin from the cultured cyanobacterium, Preliminary characterization of Oscillatoria agardhii.Fish. Sci. 75, 743- agglutinins from seven marine algal 753. species. Bull. Jpn. Soc. Sci. Fish. 52, Sato, Y., Okuyama, S., Hori, K., 323-331. 2007.Primary structure and Hori, K., Oiwa, C., Miyazawa, K., Ito, K., carbohydrate binding specificity of a 1988. Evidence for wide distribution of potent anti-HIV lectin isolated from the agglutinins in marine algae.Bot. Mar. 31, filamentous cyanobacterium, Oscillatoria 133-138. agardhii. J. Biol. Chem. 282, 11021- Hori, K., Miyazawa, K., Ito, K., 1990. Some 11029. common properties of lectins from Sharon, N., Lis, H., 2003. Lectins 2nded. marine algae. Hydrobiologia. 204/205, Kluwer, The Netherlands. 561-566. Varki, A., Cummings, R., Esko, J., Freeze, Hori, K., Matsubara, K., Miyazawa, K., H., Hart, G., Marth, J., 1999. Essentials 2000. Primary structures of two of glycobiology.Cold Spring Harbor hemagglutinins from the marine red alga, Laboratory Press. New York. Hypnea japonica.Biochim. Biophys. Acta Verbruggen, H., Leliaert, F., Maggs, C.A., 1474, 226-236. Shimada, S., Schils, T., Provan, J., Booth, Hori, K., Sato, Y., Ito, K., Fujiwara, Y., D., Murphy, S., Clerck, O., Littler, D.S., Iwamoto, Y., Makino, H., Kawakubo, A., Littler, M.M., Coppejans, E.., 2007. 2007.Strict specificity for high mannose- Species boundaries and phylogenetic type N-glycans and primary structure of relationships within the green algal a red alga Eucheuma serra genus Codium () based on lectin.Glycobiology. 17, 479-491. plastid DNA sequences. Mol. Phyl. Evol. Hung, L.D., Hori, K., Nang, Q., 44, 240–254. 2009.Screening and preliminary Wu, A.M., Song, S.C., Chang, S.C., Wu, characterization of hemagglutinins in J.H., Chang, K.S., Kabat, E.A., Vietnamese marine algae. J. Appl. 1997.Further characterization of the Phycol. 21, 89-97. binding properties of a GalNAc specific Lowry, O.H., Rosebrough, N.J., Farr, A.L., lectin from Codium fragile subspecies Randall, R.J., 1951.Protein measurement tomentosoides.Glycobiology 7, 1061- with the folin phenol reagent. J. Biol. 1066. Chem.193, 265-275.

6 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No. 1, Februari 2013