ANALISIS PARIWISATA Volume 16, Nomor 1 - 2016

DAFTAR ISI

PENERJEMAHAN KOSA KATA BUDAYA PADA BUKU TEKS INFORMASI PARIWISATA UNTUK GUIDE JEPANG I Made Sendra...... 1

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA PURBAKALA (HERITAGE TOURISM) BERBASIS MASYARAKAT DI DAS PAKERISAN, KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR Nyoman Sukma Arida, Made Adikampana...... 9

STRATEGI MENJADIKAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BRANDING KULINER DI PANTAI PANDAWA, DESA KUTUH, KABUPATEN BADUNG Ni Nyoman Sri Aryanti dan I Nyoman Tri Sutaguna...... 16

KOMODIFIKASI (KOMODITIFIKASI) DALAM INDUSTRI PERHOTELAN DI BALI Ni Putu Ratna Sari...... 23

PENGATURAN HUKUM TERHADAP PRIVATISASI SEMPADAN PANTAI OLEH PENGUSAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI Putri Kusuma Sanjiwani...... 29

PAKET WISATA PEDESAAN “BECOME PANGSANIAN” DI DESA WISATA PANGSAN, PETANG, BADUNG Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi ...... 35

PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PERKEMBANGAN AKOMODASI PARIWISATA, STUDI KASUS: DESA ADAT SEMINYAK, KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG, BALI Komang Trisna Pratiwi Arcana...... 52

Tinjauan Buku RELIGIOUS TOURISM IN ASIA AND THE PACIFIC (Islam and Tourism) I Made Adikampana...... 61 ANALISIS PARIWISATA Jurnal Fakultas Pariwisata

PENGELOLA Pelindung: Rektor Universitas Udayana Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

Dewan Editor Ketua Dewan Editor : I Nyoman Sukma Arida Sekretaris Dewan Editor: Ni Ketut Arismayanti

Anggota Editor 1. I Made Kusuma Negara 2. I Made Adikampana 3. Nyoman Ariana 4. I Nyoman Sudiarta 5. Ni Made Sofia Wijaya 6. I Nyoman Tri Sutaguna 7. Yohanes Kristianto 8. Gde Indra Baskara

Mitra Bestari 1. I.B. Adnyana Manuaba (Universitas Udayana) 2. I Wayan Ardika 3. Michael Hiccoch (University of North London) 4. Dae-Sik Je (Young San University-Korea Selatan) 5. Hans-Henje Hild (SES Bonn-Germany) 6. Wiendu Nuryanti (Universitas Gadjah Mada) 7. I Gede Pitana (Universitas Udayana) 8. I Nyoman Sirtha (Universitas Udayana)

Sekretariat 1. I Wayan Darma Santosa 2. Wayan Sudarma 3. I Gusti Putu Setiawan

ALAMAT Fakultas Pariwisata Jl. Dr. R. Goris No.7 Denpasar, Bali, 80114. Telepon : (0361)223798. Email : [email protected]/[email protected]. Website: www.fpar.unud.ac.id

ISSN : .....

ii PENGANTAR REDAKSI

urnal Analisis Pariwisata pada akhir tahun 2016 ini kembali menyapa pembacanya. Di tengah situasi dan kondisi kepariwisataan Nasional yang kembali menggeliat. Kementerian Pariwisata RI(2016) mencatat jumlah kunjungan wisatawan asing meningkat signifikan (per bulan Oktober mencapai 9 juta), branding Wonderfull Indonesia yang makin kuat di kancah global, serta pengembangan 10 destinasi prioritas baru yang mulai dikerjakan. Selain itu Kementerian juga merinci soal kinerja sektor pariwisata Indonesia pada tahun 2015. Sektor pariwisata menyumbangkan sekitar 4,23 persen terhadap produk domestik bruto dan menghasilkan devisa hingga 11,9 miliar dollar AS. Sebanyak 12, 6 juta orang bekerja pada sektor pariwisata. Peringkat daya saing pariwisata Indonesia, menurut Forum Ekonomi Dunia (WEF), juga meliuk naik dari peringkat ke-70 menjadi peringkat ke-20, dari 141 negara (Kompas, Senin, 5 Desember 2015). Namun di balik suasana optimistik tersebut, suasana kebatinan kehidupan berbangsa kita tengah diliputi kekhawatiran terkait isue SARA yang meluas ditandai dengan digelarnya beberapa aksi massa di DKI Jakarta. Hal ini sudah barang tentu akan ikut mempengaruhi situasi keamanan negara kita yang menjadi poin penting dalam pengembangan pariwisata. Di tengah dua sisi optimis dan pesimis tersebutlah, Jurnal Analisis Pariwisata edisi ini diterbitkan. Bagaimana pun perjalanan sektor pariwisata Tanah Air ke depan belum bisa dianggap mudah. Perjalanan masih berliku dan diliputi ketidakpastian. Beberapa tulisan yang diangkat dalam edisi kali ini mengangkat topik yang cukup beragam. Mulai dari topik persepsi dan respon masyarakat lokal, potensi wisata heritage, penerjemahan kosa kata budaya, branding kuliner, komodifikasi (komoditifikasi) dalam industri perhotelan , pengaturan hukum terhadap privatisasi sempadan pantai oleh pengusaha pariwisata, paket wisata pedesaan, dan telaah buku tentang pariwisata religius khususnya Islam di Kawasan Asia Pasifik. Keberagaman topik ini sekali lagi membuktikan bahwa Ilmu Kepariwisataan merupakan khasanah kajian yang kompleks dan multidimensi. Topik-topik yang diangkat juga mencerminkan keberagaman metodologis dan cara pandang terhadap obyek kajian. Akhirnya kami serahkan seluruh tulisan atau artikel edisi kali ini kepada sidang pembaca. Kami berharap isu-isu yang dikemukakan dapat menjadi pemantik diskusi (discourse), sehingga iklim akademis dalam keilmuan Kepariwisataan senantiasa bergairah dan dinamis. Selamat membaca!

Tim Redaksi

iii

ANALISIS PARIWISATA ❖ 16 [1] : 1 - Penerjemahan8 Kosa Kata Budaya Pada Buku Teks Informasi Pariwisata Bali Untuk Guide Jepang [I Made Sendra]

PENERJEMAHAN KOSA KATA BUDAYA PADA BUKU TEKS INFORMASI PARIWISATA BALI UNTUK GUIDE JEPANG

Oleh I Made Sendra Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Email:[email protected]

ABSTRACT

Japanese and Balinese culture have a lot of similarities especially on the nomenclature of cultural terms. Accordingly, it is very important to know the cross-cultural understanding in cultural terms of Balinese language and Japanese language. This article highlight the translation procedure of cultural terms from Balinese language to Japanese language.The article utilized the theory of functional equivalence from Nida and Teber and analysis of meaning component from Newmark. This analysis is aimed to get a closer approximation of meaning by comparing the differences and the similarities between Balinese and Japanese cultural terms. The result shows that the functional equivalence in translation could be attained by applying the parallel dichotomous symbolism approach. This approach is applied by comparing the differences and the similarities of the form and the function of cultural symbols which is embodied on cultural terms.

Keywords: functional equivalence, closer approximation of meaning, the parallel dichotomous symbol- ism approach

I. PENDAHULUAN laku, pandangan hidup, norma /kaidah keagamaan dan moral, norma kemasyarakatan dan lain-lain. 1.1. Latar Belakang (Fukuda Yuko (et.al.), 2004:68). Bahasa mencerminkan kebudayaan yang dimiliki Masyarakat Jepang dan masyarakat Bali memiliki oleh suatu bangsa. Bahasa dan kebudayaan banyak persamaan baik dalam wujud kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada kongkrit maupun abstrak. Persamaan dalam manusia. Kebudayaan adalah suatu sistem yang wujud kebudayaan abstrak bisa dilihat dari sistem mengatur interaksi manusia dalam bermasyarakat; unggah-ungguh (unda-usuk) bahasa yang disebut sedangkan bahasa merupakan sistem yang berfungsi dengan sonkeigo (alus singgih) dan kenjogo (alus sebagai sarana berlangsungnya interkasi tersebut. sor). (Sendra,2006:62-79). Juga persamaan dalam (Masinambow,1995:98; Hall,1959:58). Selain sistem kekerabatan, yaitu pentingnya peranan berfungsi sebagai sarana pergaulan sosial, bahasa purusa (patrilineal) sebagai penerus nama keluarga juga berfungsi sebagai pelambang sistem budaya, (klan/soroh), pemujaan leluhur, profesi tradisional sistem sosial dan kebudayaan materiil. keluarga. (Sendra,2003:32-38). Persamaan Kekayaan kasanah kosa kata yang dimiliki oleh dalam unsur-unsur kepribadian budaya, seperti suatu bahasa sangat terkait erat dengan adat budaya malu (haji no bunka), budaya kelompok istiadat, tradisi yang dimiliki oleh penutur bahasa (shuudanshugi), hutang budi (ongaeshi), pemujaan yang bersangkutan. Bahasa merupakan sistem leluhur (sosen suuhai), dan keyakinan akan spirit lambang lisan dan tertulis suatu kebudayaan. yang ada pada benda-benda di sekitar alam semesta (Nida,1964:50). Kosa kata dari suatu kebudayaan (shizenbutsu), pada fenomena alam (shizen genshoo) dapat mengungkapkan konsep-konsep yang hadir yang melahirkan kepercayaan animisme (Shinto), dalam kebudayaan masyarakat tersebut. Kebudayaan persamaan dalam sikap dan tingkah laku keagamaan memiliki wujud abstrak dan kongkrit. Wujud kongkrit yang bersifat religius magis (shukyoteki jujutsuteki), kebudayaan berupa benda-benda materiil, seperti seperti kepercayaan terhadap profesi shaman dan arsitektur bangunan, pakaian tradisional, benda- dewa-dewa, seperti Dewa Matahari (Amaterasu benda seni dan simbol agama, kerajinan tangan, Omikami), Dewi Bula (Tsuki no megami), Dewa peralatan rumah tangga dan lain-lain. Kebudayaan Angin (Kamikaze), Dewa Dapur (Kamadogami), dalam wujud abstrak seperti sistem nilai dan tingkah Dewa Penunggun Karang (Yashikigami), Dewa

1 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Dapur (Kamadogami), Dewa Klan (Ujigami), maknanya. (Nida dan Teber,1982:32). Dalam kepercayaan kepada roh-roh halus, seperti Memedi penerjemahan proses utama dalam analisis komponen (Tengu), roh gentayangan (Yure), setan (Obake) makna adalah perbandingan antara kata dalam Bsu dan lain-lain. (Sendra, 2005; Sendra, 2010; Toyoda dan kata dalam Bsa yang memiliki makna serupa Hoka,1991). dan bukan kesetaraan satu lawan satu. (Newmark, Dalam penerjemahan terhadap kosa kata budaya 1988:114).Analisis komponen makna bertujuan untuk untuk memberikan informasi kepariwisataan, memperoleh a closer approximation of meaning maka penting untuk memperhatikan pemahaman (perkiraan makna paling dekat). Menurut Nida terhadap pengetahuan silang budaya (cross-cultural dan Teber (1974:77), terdapat tiga jenis komponen understanding). Hal ini bertujuan untuk menghindari makna yaitu: (1) komponen makna bersama (similar terjadinya salah pengertian (misunderstanding) component) adalah satuan makna terkecil yang dalam pemahaman terhadap unsur-unsur budaya dimiliki bersama oleh beberapa kata; (2) komponen Bali oleh wisatawan Jepang. Salah satu cara yang makna pembeda (diagnostic component) adalah bisa dilakukan adalah melakukan komodifikasi istilah satuan makna terkecil yang dapat digunakan untuk kosa kata bermuatan budaya dengan pendekatan membedakan makna; (3) komponen makna tambahan parallel dichotomous symbolism (pemadanan (supplementary component) adalah komponen dikotomi terhadap simbol-simbol) dua budaya yang makna yang tidak selalu dimiliki oleh suatu kata, berbeda. (Sendra, 2013:45-57). sifatnya hanya sebagai tambahan (keterangan). Buku teks Bari Kankoo Annai Tekisuto: Nihongo Kosa kata bermuatan adalah kata yang maknanya Gaidoyoo (Teks Informasi Pariwisata Bali) adalah hanya ada di dalam konteks suatu kebudayaan salah satu buku teks standar yang diterbitkan oleh tertentu, sehingga tidak dapat diterjemahkan secara JTB (Japan Travel Bureau) untuk dipergunakan oleh harfiah (kata demi kata) ke Bsa. Kosa kata bermuatan para guide JTB untuk memberikan informasi tentang budaya mengungkapkan kebudayaan materiil, sosial, objek tinggalan sejarah Bali, tradisi dan budaya Bali dan religi.Untuk dapat memahaminya diperlukan kepada wisatawan Jepang. Buku ini diterjemahkan penjelasan yang berdasarkan pola pikir, dan latar oleh PT JTB Indonesia dari teks sumber (Tsu) bahasa belakang tradisi dan kehidupan sosial budaya Indonesia ke dalam teks bahasa sasaran (Tsa) bahasa penutur asli bahasa tersebut. Newmark (1988), Jepang. Buku teks ini menarik untuk dikaji untuk mengklasifikasikan kosa kata bermuatan budaya melihat pemadanan dikotomi istilah-istilah simbol sebagai berikut: (1) kata yang berkaitan dengan tradisi dan budaya ketika dilakukan penerjemahan ekologi, seperti nama jenis tumbuhan, binatang, ke dalam bahasa sasaran. geografis; (2) kata yang berkaitan dengan kebudayaan materiil, seperti makanan, pakaian, bangunan tempat 1.2. Rumusan Masalah tinggal; (3) kata yang berkaitan dengan kebutuhan Dari uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan sosial, seperti organisasi sosial, istilah kekerabatan, permasalahan antara lain “prosedur penerjemahan pekerjaan, hiburan, kesenian, olah raga; (4) kata yang apa yang ditempuh dalam menerjemahkan kosa kata berkaitan dengan adat-istiadat, konsep organisasi, bermuatan budaya dari teks bahasa sumber (TBsu) seperti administrasi, politik, istilah keagamaan; bahasa Indonesia ke teks bahasa sasaran (TBsa) (5) kata yang berkaitan dengan bahasa isyarat dan bahasa Jepang?” tradisi. Untuk menerjemahkan kosa kara budaya 1.3. Krangka Konsep dan Teori dipergunakan teori kesepadanan dalam penerjemahan Penerjemahan adalah pemindahan/pengalihan yang disebut natural equivalence (padanan makna sebuah perangkat simbol berpola dalam yang wajar) atau padanan fungsional (functional suatu kebudayaan yang berbeda. (Larson,1988:57). equivalence). Nida dan Teber (1982:24) menyebut Pengalihan ini dilakukan dari bentuk Bsu ke Bsa dengan istilah padanan dinamis. Penerjemahan melalui struktur semantik (struktur batin bahasa). padanan dinamis adalah penterjemahan dengan Ini berarti dalam penerjemahan makna yang harus mengalihkan pesan yang terdapat dalam teks asli dipertahankan sedangkan bentuk bisa berubah. sedemikian rupa, sehingga respon yang membaca atau Unsur terkecil dari makna adalah komponen makna. mendengar pesan yang dialihkan sama dengan respon (Larson, 1988:30). Ada kata-kata yang maknanya orang yang membaca teks aslinya. Penerjemahan berdekatan, mirip, sama atau bertentangan. Untuk padanan fungsional dibahas oleh Larson (1988) menentukan seberapa jauh kedekatan/kemiripan dalam masalah padanan leksikal untuk konsep kosa ataukan ketidaksamaan dianalisis komponen kata budaya yang tidak dikenal. Untuk memperoleh

2 Penerjemahan Kosa Kata Budaya Pada Buku Teks Informasi Pariwisata Bali Untuk Guide Jepang [I Made Sendra]

padanan bagi obyek-obyek yang tidak dikenal, perlu masyarakat Bali di pedesaan (menyiapkan sesajen, diketahui hubungan bentuk dan fungsi, ada kalanya pemasangan penjor, umbul-umbul, warisan turun suatu bentuk yang sama tidak terdapat dalam Bsa, temurun orang Bali, nama keluarga); (9) sejarah tetapi ada benda atau kejadian dalam kebudayaan Hindhu Bali, agama-agama di Indonesia, suku bangsa bahasa sasaran yang memiliki fungsi yang sama. dan lain-lain. Dari informasi pariwisata tersebut di Benda atau kejadian yang mempunyai fungsi yang atas akan dicari kosa kata budaya yang berkaitan sama itu merupakan padanan fungsional. Untuk dengan ekologi, kebudayaan materiil, adat-istiadat, mengetahui hubungan bentuk dan fungsi dari obyek- konsep organisai dan tradisi. obyek yang ada pada Bsu dan Bsa dianalisis dengan menggunakan pendekatan parallel dichotomous 2.3. Teknik Analisis Data symbolism (pemadanan dikotomi terhadap simbol- Analisis data dilakukan dengan menganalisis simbol) perbandingan dua budaya. Oleh karena penerjemahan Bsu (bahasa sumber) dari Bahasa itu dibutuhkan adanya pengetahuan pemahaman Indonesia ke Bsa (bahasa sasaran) bahasa Jepang. lintas budaya (cross-cultural understanding) Tahap pertama pengumpulan data dari buku Teks untuk membandingkan komponen makna bersama Informasi Pariwisata Bali Untuk Guide Jepang. Data (similar component) dan komponen makna pembeda diidentifikasi dengan mengambil kosa kata bermuatan (diagnostic component) dari kosa kata budaya (Kkb). budaya yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan, (Mulyana, 2010;Reisinger dan Lindsay Turner,2003). seperti religi, kebudayaan materiil dan kebudayaan Semakin banyak persamaan komponen makna sosial. Data yang telah dikumpulkan diidentifikasi bersama maka semakin besar padanan fungsional sesuai dengan klasifikasi menurut Newmark dalam penerjemahan Kkb, demikian pula sebaliknya. (1988). Setelah data dikumpulkan dianalisis dari Untuk kosa kata budaya yang berupa hasil-hasil segi semantik, struktur makna, komponen makna kebudayaan materiil perlu dianalisis fungsi dan kanji pembentuk Kkb tersebut dan terakhir analisis makna benda-benda tersebut dalam sudut pandang terjemahan. budaya dari masyarakat Bsu dengan budaya dari masyarakat Bsa. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODE PENELITIAN 3.1. Kosa Kata Bermuatan Budaya Pada Buku Teks Informasi Pariwisata Bali Untuk 2.2. Sumber Data Guide Jepang Data primer dari penelitian ini bersumber dari Buku Teks informasi Pariwisata Bali Untuk Guide buku teks Bari Kankou Annai Tekisuto Nihongo Jepang, besumber dari buku berjudul Bali: Objek dan Gaidoyou /バリ観光案内テキスト日本語ガイド Daya Tarik Wisata (Buku Panduan Pramuwisata). 用(Teks Informasi Pariwisata Bali Untuk Guide Diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali Jepang) yang diterbitkan oleh PT JTB Indonesia bekerjasama dengan DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Cabang Bali. Secara garis besarnya buku teks ini berisi Himpunan Pramuwisata Indonesia Daerah Bali informasi pariwisata tentang (1) objek peninggalan tahun 2003. Adapun jumlah data yang dikumpulkan sejarah, seperti , akan dikatagorikan sesuai dengan Newmark (1988), Bangli, , Pura Uluwatu, Musium mengklasifikasikan kosa kata bermuatan budaya Bali, Trunyan (Desa Bali Aga), , Goa sebagai berikut: (1) Kkb yang berkaitan dengan Gajah, Pura Besakuih, Pura , Kerta Gosa; tempat ibadah agama seperti Pura (Jiin); (2) Kosa , Alas Kedaton; (2) organisasi sosial kata budaya yang berkaitan dengan persembahan tradisional (Banjar); (Bercocok Tanam); (3) upacara (matsuri), seperti persembahan untuk buta tradisi upacara (Ngaben, Potong Gigi); (4) hari raya kala (akuryoo); (3) Kosa kata budaya yang berkaitan Hindhu (Nyepi, Galungan dan Kuningan); (4) tari- dengan festival (gyooji), seperti Galungan (Obon); tarian (Kecak dan Barong); (5) perjudian (Tajen); (5) (4) Kosa Kata Budaya yang Berkaitan dengan tarian pohon untuk bahan-bahan upacara (beringin, kelapa, tradisional (buyoo), seperti tari Barong (Shishimai). pisang dan bambu); (6) kerajinan tangan (patung batu, kerajinan perak dan emas, gambelan, lontar, bambu, batik); (7) daya tarik wisata (Art Center, Monkey Forest, Taman Burung, Penglipuran, Pura Ulun Danu Beratan, Handara Golf Course, Yeh Panas, Rice Terrace, istana Amlapura,); (8) kebiasaan hidup

3 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

3.2. Analisis Kosa Kata Budaya (Kkb) yang bahwa salah satu cara untuk menyampaikan Berkaitan dengan Agama (Shuukyoo) makna Kkb dari TBsu adalah pemadanan bentuk Teks Bahasa dan fungsi. Pemadanan bentuk dan fungsi dilakukan Teks Sasaran (TBsa) Sumber (TBsu) dengan cara parallel dichotomous symbolism Dua hari sebe- Nyupi no futsuka mae ni narimasuto, (pemadanan dikotomi terhadap simbol-simbol) lum nyepi bi- fudan wa jiin ni osamerarete iru dua budaya. Semiotika budaya dipergunakan untuk asanya di pura Barong Landung to yobareru ningen dipersembahkan no katachi wo shita ningyoo ga hakobi- menginterpretasikan fungsi dan makna dari tanda- tarian Barong dasaremasu.(ニュピの二日前になりま tanda (simbol) budaya. Semiotika budaya mempelajari Landung yaitu すと、普段は寺院におさめられているバ makna pesan dan cara pesan disampaikan melalui boneka yang ロンランドンと呼ばれる人間の形をした tanda-tanda (simbol) dari suatu budaya. (Danesi, berbentuk 人形が運び出されます) manusia di arak 2011:13). Dalam terminologi semiotika terdapat keluar. hubungan erat antara sebuah tanda dan refrensinya (Sumber: JTB, 2008:116). pada realitas (referent). Pemadanan fungsional akan terjadi apabila Kkb dari Bsu diterjemahkan maknanya a. Analisis Semantik ketika penerjemahan tanda (simbol) budaya tersebut Menurut kamus Nihongo Daijiten (1989:13), Jiin mempunyai hubungan yang relatif simetris dengan adalah Bukkyoo no doojoo, bukkyoo wo matsuri, refrensi realitasnya (referent). Oleh karena itu, shuugyoo, sekkyoo, hooyoo wo suru tokoro (仏 seorang penerjemah dituntut untuk memiliki 教の道場、仏教を祭り、修業、説教、法要をす pengetahuan tentang pemahaman dua budaya (cross- るところ(tempat pelatihan agama Buda, tempat cultural understanding) antara budaya masyarakat untuk memuliakan Sang Buda, tempat bersemadi, Bsu dan Bsa. (Piliang,2012:45). Dalam kosa kata berkotbah dan peribadatan agama Buda) kebudayaan Hindhu Bali kata Pura mengacu pada sebuah bentuk bangunan yang menggunakan arsitek b. Analisis Struktur Makna tradisional Hindhu yang memiliki fungsi sebagai Ortografis Bacaan Makna Struktur Makna tempat peribadatan umat Hindhu; sedangkan kosa (Tata Tulis) Tunggal kata budaya Jiin dalam kebudayaan Jepang mengacu 寺院 Jiin Kuil Buda Ji atau tera pada tempat untuk memuliakan Sang Buda, tempat artinya kuil. In bersemadi, berkotbah dan peribadatan agama Buda. artinya kuil, istana, sekolah. (Ananda Kusuma,1986:154; Kodansha,1989:822).

3.3. Analisis Kosa Kata Bermuatan Budaya c. Analisis Komponen Makna Jiin dan Pura yang Terkait dengan Upacara (Matsuri) Bahasa Teks Bahasa Sumber Teks Bahasa Sasaran (TBsa) Bahasa Bali No. Komponen Makna Jepang (TBsu) (Pura) (Jiin) Ogoh ogoh dibuat Ogoh ogoh wa akuryoo no kes- 1 Istilah keagamaan + + sebagai personifikasi hin toshite tsukuraremasukara, 2 Khusus istilah agama - + dari buta-kala yang doremo ga osoroshii kao wo shite Buda mempunyai wajah imasu.(オゴオゴは悪霊の化身と yang menakutkan. してつくられますから、どれもが 3 Bangunan untuk beriba- + + 恐ろしい顔をしています)。 dah (JTB: 2008:117) (Sumber: Diolah dari hasil Penelitian 2016)

Jiin (kui Buda) secara semantik tidak sama a. Analisis Semantik dengan Pura, karena kedua kata tersebut memiliki Kosa kata budaya (Kkb) akuryoo menurut kamus komponen makna pembeda, yaitu jiin adalah tempat Nihongo Dai Jiten (1989:25) memiliki makna “tatari peribadatan agama Buda di Jepang, sedangkan Pura wo suru shijin no tamashi (たたりをする死人のた tempat peribadatan agama Hindhu Bali まし「evil spirit」)”yaitu roh orang mati yang kena kutukan”. Matsuura (1994:13) menjelaskan makna d. Analisis Terjemahan akuryoo sebagai roh atau mahluk halus yang bersifat Kosa kata budaya (Kkb) Pura memperoleh jahat. pemadanan fungsional dalam bahasa sasaran (Bsa) yaitu bahasa Jepang. Penerjemah menerapkan prosedur pemadanan fungsional (fungsional equivalence). Larson (1988:174) mengemukakan

4 Penerjemahan Kosa Kata Budaya Pada Buku Teks Informasi Pariwisata Bali Untuk Guide Jepang [I Made Sendra]

b. Analisis Struktur Makna manusia dapat diberikan persebahan dalam bahasa Ortografis Makna Bali disebut segehan, dalam bahasa Jepang disebut Bacaan Struktur Makna (Tata Tulis) Tunggal oniharaimono. 悪霊 Akuryoo Roh atau Aku (悪) mahluk halus (warui):buruk, yang jahat. jahat,merusak. Rei( 3.4. Analisis Kosa Kata Budaya yang Berkai- 霊): roh, jiwa. tan dengan Festival/Gyooji) (Sumber: Nelson,1994:53 dan 5056). Teks Bahasa Sumber (TBsu) Teks Bahasa Sasaran (TBsa) Hari raya galungan diraya- Galungan wa tengoku ni c. Analisis Komponen Akuryoo dan Buta Kala kan sebagai hari turun- iru sosen no rei ga kami to nya roh leluhur dari sorga tomoni ie ni modotte kuru hi Bahasa Bahasa Bali bersama sama dengan para desu. Kuningan wa rei ga No. Komponen Makna Jepang (buta kala) dewa. Hari raya kuningan tengoku ni modoru hi desu. (akuryoo) adalah hari kembalinya Nihon no (obon) to, yoku 1 Istilah keagamaan + + arwah leluhur menuju sorga. nite imasu. (ガルンガンは 2 Khusus istilah agama Buda - + Mirip dengan hari raya obon 天国にいる祖先の霊が神と di Jepang. ともに家に戻って来る日で 3 Istilah menunjukkan + + す。(クニンガン)は霊が天国 roh (mahluk halus) yang に戻る日です。日本の「御 bersifat jahat, merusak dan 盆」と、よく似ています). mengganggu. (Sumber: JTB, 2008: 118) 4 Bagian dari kepercayaan + + animisme (Sumber: Diolah dari hasil Penelitian 2016) a. Analisis Semantik Obon menurut kamus Nihongo Daijiten d. Analisis Terjemahannya (Kodansha,1989:280) dijelaskan sebagai berikut: Kosa kata budaya (Kkb) buta kala memperoleh “urabon no ryakushou (盂蘭盆の略称) bon singkatan pemadanan fungsional dalam bahasa sasaran dari urabon yang artinya memuliakan arwah leluhur (Bsa) menjadi akuryoo dalam bahasa Jepang. menurut agama Budha. Festival untuk memperingati Penerjemah menerapkan prosedur pemadanan ini disebut bon odori (festival bon). (Matsuura, fungsional (fungsional equivalence). Larson 1994:78). (1988:174) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menyampaikan makna Kkb dari TBsu b. Analisis Struktur Makna adalah pemadanan bentuk dan fungsi. Pemadanan Ortografis Makna Bacaan Struktur Makna bentuk dan fungsi dilakukan dengan cara parallel (Tata Tulis) Tunggal 御盆 御 dichotomous symbolism (pemadanan dikotomi obon Hari raya o ( ) adalah awalan hormat obon ditambahkan pada kata terhadap simbol-simbol) dua budaya. Semiotika benda yang berasal dari kosa budaya dipergunakan untuk menginterpretasikan kata asli Jepang (wago), bon 盆 fungsi dan makna dari tanda-tanda (simbol) budaya. ( ) festival kematian/festi- val lentera untuk mengantar- Dalam kosa kata kebudayaan Hindhu Bali kata buta- kan arwah leluhur kembali kala adalah mahluk halus yang bersifat demonis ke sorga melewati gunung yang dipercaya dapat menganggu ketentraman dan shide no yama. bahkan mencelakai kehidupan manusia. Konsepsi (Sumber: Nelson,1994:178). keyakinan terhadap mahluk-mahluk halus juga dikenal dalam kosa kata budaya Jepang yang disebut c. Analisis Komponen makna obon dan ga- dengan akuryoo, yaitu mahluk atau roh halus yang lungan bersifat jahat. Keyakinan terhadap eksistensi buta Bahasa Bali Bahasa kala (akuryoo) dalam Kkb Bali dan Jepang bentuk No. Komponen Makna (galungan/ Jepang kuningan) (obon) (wujud) mereka berupa mahluk halus (roh halus) 1 Istilah keagamaan + + yang diyakini memiliki sifat-sifat dapat menganggu 2 Khusus istilah agama Buda - + ketenangan dan ketentraman kehidupan manusia. 3 Upacara obon mengandung + + Dasar keyakinan ini berasal dari kepercayaan makna turunnya roh para dari agama-agama animisme di Jepang disebut leluhur dari sorga untuk kepercayaan Shinto dan di Bali agama Hindhu memberkati keluarga mereka. sangat kental bercampur dengan keyakinan bersifat (Sumber: Diolah dari hasil Penelitian 2016) animisme. Dalam agama-agama animisme, seperti Hindhu dan Shinto meyakini bahwa keberadaan d. Analisis Terjemahannya mahluk halus supaya tidak menganggu kehidupan Kosa kata budaya (Kkb) galungan memperoleh

5 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

pemadanan budaya (cultural equivalence) dalam (api) untuk menerangi jalan untuk mengantarkan bahasa sasaran (Bsa) menjadi o-bon dalam bahasa kembalinya roh para leluhur ke alam nirwana melalui Jepang. Pemadanan budaya dapat diterapkan secara gunung Shide no Yama. Oleh karena itu, di Jepang efektif dan efisien apabila penerjemah menguasai dikenal dengan nama festival lentera. Di Bali upacara pengetahuan silang budaya (cross-cultural ini disebut dengan upacara ngulihang galungan understanding). Pemadanan budaya dapat dilakukan yang biasanya jatuh pada hari Sabtu Pon Dungulan dengan cara parallel dichotomous symbolism yang disebut dengan hari Pemaridan Guru, yaitu (pemadanan dikotomi terhadap simbol-simbol) dua ngeluhurnya (kembalinya) roh para leluhur (Sang budaya dengan mencari persamaan makna dari Kkb Pitara) menuju ke alam sorga. (Sendra, 2008:41-44). tersebut. Dari uraian di atas, dapat disimak bahwa pada Hari raya galungan/ kuningan dan festival o-bon mulanya penerjemah menggunakan prosedu memiliki makna yang hampir sama. Secara struktur transferasi (transference), yaitu proses pemindahan ortografis Kkb bon singkatan dari kata urabon yang suatu kata Bsu ke dalam Bsa (New Mark,1988:81). berasal dari bahasa Sansekerta Ullambana berasal Prosedur transfer meliputi trasliterasi, yaitu dari kata kerja avalambate yang berarti menggantung pengkonversian aksara yang berbeda dari aksara secara terbalik. (Francis,1972:45). Menurut Watanabe latin ke huruf katakana. Hasil dari prosedur ini (1970:68), upacara obon berasal dari kitab Sutra adalah berupa kosa kata pinjaman (loanword). Urabon (Urabon-kyoo), menceritakan tentang Penerjemah menerapkan prosedur transferasi murid Budha yang bernama Mokuren dalam bahasa bertujuan untuk memberikan warna lokal disamping Sansekerta disebut Maudgalyayana. Cerita ini juga juga menumbuhkan rasa akrab diantara teks dan ada dalam versi agama Hindhu Bali dengan tokohnya pembacanya. Karena transferasi membantu pembaca bernama Sang Jaratkaru. Diperkirakan cerita versi untuk mengenal referen yang dimaksud oleh teks Hindhu-Bali ini juga berasal dari India. Cerita ini Bsu. Kemudian penerjemah menerapkan pemadanan diperkirakan masuk ke China kemudian ke Jepang. budaya (cultural equivalence) atau adaptasi dari Kkb Upacara obon dan galungan/kuningan mempunyai dalam Bsu ke dalam Kkb Bsa. (Hoed, et.al.,1993:27). fungsi yang sama, yaitu untuk memperingati turunnya roh para leluhur dari alam sorga untuk 3.5. Analisis Kosa Kata Budaya yang Berkaitan memberikan berkat kepada keturunannya, setelah itu dengan Tarian Tradisional (Buyoo) arwah leluhur akan kembali lagi ke sorga. Perjalanan Teks Bahasa Sumber Teks Bahasa Sasaran (TBsa) ini melewati gunung yang dianggap suci (gunung (TBsu) Shide no Yama) sebagai jalan bagi roh para leluhur. Tarian Barong sangat Barong wa Nihon ya Chuugoku mirip dengan tarian ni aru Shishimai no Shishi to Bentuk rangkaian dari upacara obon dan galungan Shishimai (Barongsai) yoku nite imasu. (バロンは日本 memiliki kemiripan makna yaitu: (1) persiapan untuk yang dikenal di Jepang や中国にある獅子舞の獅子とよ く似ています 。 menyambut datangnya roh para leluhur di Jepang dan China. ) dipandu dengan menyalakan api selamat datang (Sumber: JTB, 2008: 13) disebut mukaebi, ditaruh di depan rumah untuk memberikan petunjuk rumah tempat tinggal keluarga a. Analisis Semantik mereka. Roh para leluhur diistanakan di altar khusus Shishimai menurut kamus Nihongo Daijiten disebut dengan bondana yang dibuat untuk menaruh (Kodansha, 1989:843) dijelaskan sebagai berikut: ihai (papan arwah), yaitu sebilah papan yang ditulisi shishi atama wo tsukete mau minzoku geinou; nama keluarga yang sudah menjadi leluhur). Di depan shishi odori( 獅子頭をつけて舞う民俗芸能;獅子踊) altar terdapat sebuah piring besar tempat menaruh (kesenian dalam kepercayaan rakyat yang ditarikan sesajian dipersembahkan untuk para leluhur. Di dengan menggunakan topeng singa; tarian singa). Bali turunnya roh para leluhur diperingati pada hari Sugihan dengan menghaturkan sesajen (banten) b. Analisis Struktur Makna pengerebuan di merajan/sanggah (kuil keluarga). Ortografis Bacaan Makna Tunggal Struktur Makna Biasanya di depan rumah dinyalakan api cakepan (Tata Tulis) 獅子舞 獅子 terbuat dari dua helai sabut buah kelapa yang telah Shishimai Barongsai (Shishi): singa (Tari Barong) dan 舞 (Mai): dibakar, kemudian dipertemukan secara menyilang tarian sebagai petunjuk bagi roh para leluhur (Sang Pitara) (Sumber: Nelson,1994: 605 dan 762). untuk menemukan rumah keluarga mereka; (2) upacara mengantarkan kembali roh para leluhur dengan menyalakan lentera okuribi yaitu lentera

6 Penerjemahan Kosa Kata Budaya Pada Buku Teks Informasi Pariwisata Bali Untuk Guide Jepang [I Made Sendra]

c. Analisis Komponen makna Shishimai dan pengkonversian aksara yang berbeda dari aksara Tari Barong. latin ke huruf katakana. Hasil dari prosedur ini Bahasa Bali Bahasa Jepang adalah berupa kosa kata pinjaman (loanword). No. Komponen Makna (Tari Penerjemah menerapkan prosedur transferasi Barong) (Shishimai) 1 Istilah kesenian keaga- + - bertujuan untuk memberikan warna lokal disamping maan juga menumbuhkan rasa akrab diantara teks dan 2 Kesenian untuk persem- + - pembacanya. Karena transferasi membantu pembaca bahan kepada dewa- untuk mengenal referen yang dimaksud oleh teks dewa. Bsu. Kemudian penerjemah menerapkan pemadan 3 Artepak tarian berupa + + topeng yang berwujud budaya (cultural equivalence) atau adaptasi dari Kkb singa. dalam Bsu ke dalam Kkb Bsa. (Hoed, et.al.,1993:27), (Sumber: Diolah dari hasil Penelitian 2016) dengan mengkaitkan bentuk artistik dari artepak tarian Shishimai di Jepang dengan tari Barong Sai d. Analisis Terjemahannya di China. Hal ini dilakukan karena prototype (asal Kosa kata budaya (Kkb) Tari Barong memperoleh mula) kebudayaan Jepang berinduk pada kebudayaan pemadanan budaya (cultural equivalence) dalam China, seperti tulisan kanji, agama Budha (Bukkyou) bahasa sasaran (Bsa) menjadi Shishimai dalam dan Konfutsu (Juukyou), seni arsitek pembangunan bahasa Jepang. Shishimai dalam Kkb memiliki kuil, sistem pemerintahan dan lain-lain. (Toyoda persamaan dengan tari Barong Sai, yaitu kesenian Hoka, 1991:4-5) yang dipertunjukkan pada hari raya pergantian tahun Baru China. Di Jepang dikenal dengan IV. SIMPULAN istilah tarian Shishimai. Bentuk (wujud) Singa pada tarian Shishimai di Jepang dan Tarian Barong di Masyarakat Jepang dan masyarakat Bali memiliki Bali diperkirakan berasal dari kebudayaan China banyak persamaan baik dalam wujud kebudayaan yang masuk ke Bali kira-kira abad ke-11. Dalam kongkrit maupun abstrak. Persamaan dalam folklore diceritakan pernah terjadi perkawinan wujud kebudayaan kongkrit seperti Kamidana dan antara seorang putri dari China yang bernama Kang Butsudan untuk pemujaan leluhur di Jepang, dan di Chin Wei yang menjadi istri ke dua dari Raja Sri Bali disebut dengan Sanggah (Merajan). Persamaan Haji Jaya Pangus. Tinggalannya sekarang berupa dalam wujud kebudayaan abstrak bisa dilihat dari sebuah Pura yang disebut Pura Dalem Balingkang unsur-unsur kebudayaan, seperti sistem unggah- di Kintamani Kabupaten Bangli. Tinggalan artepak ungguh (unda-usuk) bahasa, sikap dan prilaku dari perkawinan raja Bali Kuno dengan putri dari budaya malu (haji no bunka), kesadaran kelompok Dinasti Kang di China ini diwarisi oleh masyarakat (shuudan ishiki), hutang budi (ongaeshi), sikap Bali berupa kesenian Barong Landung, dan dan tingkah laku keagamaan yang bersifat religius- kesenian Gong Beri (Gendrang Perang) dan juga magis (shuukyoo teki-jujutsu teki), seperti pemujaan kesenian Barong. Selain itu, tinggalan berupa uang leluhur, shaman, dan kepercayaan animism (Shinto). kepeng China yang beredar di Bali sejak terjadinya Dalam penerjemahan terhadap kosa kata budaya kontak antara Bali dengan China. Berdasarkan untuk memberikan informasi kepariwisataan, Prasasti Bulian yang dikeluarkan atas nama Raja maka penting untuk memperhatikan pemahaman Jayapangus menyebutkan adanya istilah Juru Kling terhadap pengetahuan silang budaya (cross- (Juru Banyaga), yaitu petugas yang bertugas cultural understanding). Hal ini bertujuan untuk untuk mendata penduduk asing, seperti saudagar/ memudahkan pemahaman terhadap informasi pedagang dari China, India, Annam (Vietnam) yang kepariwisataan khususnya terhadap unsur-unsur bermukim di sekitar kota-kota pelabuhan di Pesisir budaya yang memiliki bentuk dan fungsi yang Bali Utara (Julah, Manasa) dan juga pesisir Bali hampir sama. Selain itu juga untuk menghindari Selatan (Blanjong-Sanur). Saudagar China membawa terjadinya salah pengertian (misunderstanding), serta uang kepeng sebagai alat tukar. (Adika, et.al. dalam pemahaman terhadap persamaan dan 2015:212-213; Harthawan, 2011: 120-121). perbedaan unsur-unsur kedua budaya oleh wisatawan Dari uraian di atas, dapat disimak bahwa pada Jepang. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mulanya penerjemah menggunakan prosedur melakukan komodifikasi istilah kosa kata bermuatan transferasi (transference), yaitu proses pemindahan budaya dengan menggunakan pendekatan parallel suatu kata Bsu ke dalam Bsa (New Mark,1988:81). dichotomous symbolism, yaitu pemadanan secara Prosedur transferasi meliputi trasliterasi, yaitu dikotomi simbol-simbol kedua budaya.

7 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Pendekatan pemadanan dikotomi terhadap Arcan. simbol-simbol budaya dapat dilakukan dengan Mashinambow, E.K.M.1985.”Perspektif Kebahasaan Terhadap Kebudayaan” dalam Alfian (ed.,).Persepsi melakukan perbandingan untuk menemukan Masyarakat Tentang Kebudayaan. Jakarta: persamaan dan perbedaan bentuk dan fungsi dari Gramedia. kosa kata budaya yang dikenal pada ranah agama, Matsuura, Kenji.1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. upacara, kesenian, dan festival budaya. Kesimpulan Kyoto: Kyoto Sangyo University Press. yang didapat adalah “semakin banyak persamaan Mulyana, Deddy.2010. Komunikasi Lintas Budaya. komponen makna bersama maka semakin dekat Bandung PT Remaja Rosdakarya padanan fungsional dalam penerjemahan Kkb, Mark, New P. 1988. Text Book of Translation. New York: demikian pula sebaliknya”. Untuk kosa kata budaya Prentice Hall. Nida, E.A. 1974. Toward A Science of Translating. yang berupa hasil-hasil kebudayaan materiil perlu London: E.J. Brill. dianalisis fungsi dan makna benda-benda tersebut ______dan C.R.Teber. 1982. The Teory and Practice dalam sudut pandang budaya dari masyarakat Bsu of Translation. Leiden: E.J. Brill. (Bahasa Sumber) dengan budaya dari masyarakat Piliang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hiper Bsa (Bahasa Sasaran). Semiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari. DAFTAR PUSTAKA JTB. 2008. Baritoo Kankoo Annai Tekisuto Nihongo Gaidoyoo (バリ観光案内テキスト日本語ガイド Anandakusuma, Sri Reshi.1986. Kamus Bahasa Bali: Bali- 用) (Teks Informasi Pariwisata Bali: Untuk Guide Indonesia, Indonesia-Bali. Denpasar: CV Kayumas. Jepang). Denpasar: PT JTB Indonesia. Ardika, I Wayan (et.al).2015. Sejarah Bali: Dari Nelson, Andrew N. 1994. Kamus Kanji Modern Jepang Prasejarah Hingga Modern. Denpasar: Udayana Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc. University Press. Reisinger, Yvette dan Lindsay Turner. 2003.Cross- Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda dan Makna: Cultural Behaviou in Tourism: Concept and Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Analysis. Oxford: Butterworth Heinemann. Komunikasi.Yogyakarta: Jalasutra. Sendra, I Made.2006. “Unda Usuk Bahasa Jepang Francis, John D.1988. Thing Japanese in Hawai. Dalam Pariwisata (Level of Speech in Japanese for Honolulu: The University Press of Hawai. Tourism)” dalam Jurnal Analisis Pariwisata Vol. Hall, Edwar T.1959. The Silent Language. New York: 7. Nomor 2). Doubleday. ______.2003.“Kedudukan dan Peranan Purusa (laki- Harthawan, I Dewa Nyoman Putra. 2011. Uang Kepeng laki) Dalam Sistem Kekerabatan Masyarakat Jepang” Cina Dalam Ritual Masyarakat Bali. Denpasar: dalam Junal Analisis Pariwisata Vol. 5. Nomor1. Pustaka Larasan. ______.2005. “Karakteristik Wisatawan: Analisis Hoka, Toyoda. 1991. Nihon no Rekishi(日本の歴史) Kepribadian Wisatawan Jepang” dalam Jurnal (Sejarah Jepang). Tokyo: Bojinsha. Analisis Pariwisata Vol.7. Nomor 1. Hood (et.al). 1993. “Pengetahuan Dasar Tantang ______2008. “Ancestor Worship in Japanese and Penerjemahan” dalam Lintas Budaya, No.1/7/1993. Balinese Kinship System: A Comparative Studies” Jakarta: Pusat Penerjemahan Fakultas Sastra UI. dalam Jurnal Analisis Pariwisata, Vol 8, No. 2. Kodansha, 1989. Nihongo Dai Jiten (日本語大辞典) ______.2010“Shamanism: Sebuah Pendekatan (Kamus Besar Bahasa Jepang). Tokyo: Kodansha. Teologi Terhadap Sikap dan Tingkah Laku Larson, M.1988. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Keagamaan Masyarakat Jepang” dalam Sphota Pedoman Untuk Pemadanan Antar Bahasa. Jurnal Linguistik dan Sastra. Volume 2. Nomor 3. Diterjemahkan oleh Kencanawati Taniran. Jakarta: STIBA Saraswati Denpasar . ______.2013.“Komodifikasi Informasi Pariwisata Budaya Fungsi dan Makna Upacara Memasuki Upacara Dewasa Di Jepang dan Bali” dalam Jurnal Analisis Pariwisata Vol 13. Nomor 1 Thn 2013. Watanabe,Shoko. 1970. Japanese Buddhism: A Critical Appraisal: Kokusai Bunka Shinkoku. Honolulu: The University Press of Hawai. Yuko, Fukuda (et.al.), 2004.Dokkai wo Hajimeru Anata e 読解を始めるあなたへ)(Pemahaman Tentang Jepang Untuk Anda). Tokyo:Bojinsha.

8 ANALISISPengembangan PARIWISATA Potensi ❖ 16 Wisata [1] Purbakala: 9 - 15 (Heritage Tourism) Berbasis Masyarakat di DAS Pakerisan,..... Nyoman Sukma Arida dan Made Adikampana]

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA PURBAKALA (HERITAGE TOURISM) BERBASIS MASYARAKAT DI DAS PAKERISAN, KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR

Oleh: Nyoman Sukma Arida, Made Adikampana Email:[email protected], [email protected]

ABSTRAKS

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata heritage yang ada di dalam kawasan DAS Pekerisan, khususnya yang ada di wilayah Kecamatan Tampaksiring, maupun yang terdapat di kawasan sekitar destinasi inti. Tujuan ini dicapai dengan melakukan kajian yang bercorak kualitatif dengan serangkaian diskusi terbatas terarah, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan DAS Pekerisan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah-satu wisata minat khusus di Gianyar. Potensi tersebut dapat dipilah menjadi potensi inti (core) dan pendukung. Sedangkan respon masyarakat setempat dalam mengembangkan potensi yang ada tergolong positif atau siap untuk terlibat dalam pengembangan destinasi. Strategi yang dapat dtempuh dalam mengembangkan kawasan wisata heritage DAS Pekerisan antara lain: konektifikasi, revitalisasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Keyword: heritage, minat khusus, respon

1. LATAR BELAKANG diteruskan untuk generasi yang akan datang. Tulisan ini difokuskan pada salah satu situs Kabupaten Gianyar memiliki berbagai macam cagar budaya yang berada di Daerah Aliran Sungai potensi alam, budaya dan buatan yang masih dapat Pakerisan, yaitu Pura Mengening. Pura Mengening dikembangkan secara optimal guna meningkatkan yang juga sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat kunjungan wisatawan. Kabupaten Gianyar memiliki ini terletak di Banjar Saraseda atau sebelah Utara sebuah Daerah Tujuan Wisata Khusus yaitu situs dari daya tarik wisata Tirta Empul. Pura mengening warisan budaya DAS Pekerisan yang terletak di sendiri memilki potensi- potensi yang sangat Kecamatan Tampaksiring. Kawasan ini memiliki situs mendukung untuk dikembangkan menjadi daya - situs cagar budaya yang menjadi daya tarik wisata tarik wisata unggulan. Selain untuk meningkatkan di antaranya Tirta Empul, Pura Mengening, Pura popularitas Pura Mengening pengembangan Gunung Kawi dan Goa Garba. Melihat makna penting dilakukan guna sebagai wadah untuk memproteksi lanskape yang ada membuat kawasan ini ditetapkan situs Pura Mengening sebagai salah satu situs cagar oleh UNESCO ( United Nation Educational, Sientific budaya. and Cultural Organization ) sebagai salah satu kawasan warisan budaya dunia di Bali. 2. METODOLOGI Pengembangan cultural heritage tourism sangat diperlukan untuk menopang predikat Daerah Penulisan paper ini bercorak riset kualitatif Aliran Sungai Pakerisan sebagai salah satu warisan dengan mengandalkan penggalian data empirik budaya dunia. Maka stakeholders pariwisata perlu secara mendalam melalui serangkaian teknik. Dalam bekerjasama guna menyelenggarakan kepariwisataan penelitian yang menunjang hadirnya tulisan ini yang harmonis. Menurut Kode Etik Pariwisata dunia menggunakan beberapa teknik pengumpulan data pasal empat disebutkan bahwa “Kepariwisataan guna memenuhi kriteria data yang dibutuhkan, sebagai pemakai warisan budaya kemanusiaan, diantaranya : serta sebagai penyumbang pengembangan warisan budaya itu sendiri”. Oleh karena itu perhatian khusus a. Observasi sudah seharusnya diberikan dalam hal kebijakan Dalam penelitian ini tim peneliti menggunakan pembangunan kepariwisataan, terutama pada metode observasi dalam proses pengumpulan data. kawasan yang sudah menjadi warisan budaya dunia Peneliti mengamati langsung kondisi eksisting yang dan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan ada di lokasi amatan. Observasi ini dilakukan untuk

9 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

mendapatkan data mengenai kondisi eksisting dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang wilayah perencanaan, potensi-potensi (alam, budaya disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan buatan) yang ada di Pura Mengening, dan dan Pemerintah Daerah. Sedangkan Daya Tarik keterkaitan antar potensi yang ada. Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman b. Wawancara kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia Tim peneliti terlibat langsung untuk mendapatkan yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan informasi dari narasumber melalui wawancara wisatawan. mendalam sehingga peneliti bisa mendapatkan Menurut Inskeep (1991;77) daya tarik dapat dibagi data secara rinci dan akurat. Melalui metode menjadi 3 kategori, yaitu : wawancara mendalam juga memudahkan peneliti a) Natural attraction : berdasarkan pada bentukan untuk membangun pandangan mereka yang diteliti lingkungan alami (emik) sehingga hasil penelitian benar-benar akurat. b) Cultural attraction :berdasarkan pada aktivitas Wawancara ini digunakan untuk memperoleh manusia informasi terkait sejarah Pura Mengening, potensi c) Special types of attraction : atraksi ini tidak budaya, serta respon dan harapan masyarakat berhubungan dengan kedua kategori diatas, tetapi terhadap pengembangan daya tarik wisata Pura merupakan atraksi buatan` Mengening. c. Konsep Pengembangan Pariwisata c. Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan pariwisata merupakan suatu FGD dilakukan dengan cara mengundang rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan sejumlah orang/tokoh (10-20 orang) yang dianggap dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengetahui isue atau topik dalam sebuah diskusi mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar terfokus guna memperoleh perspektif sekelompok pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun orang terhadap topik tertentu. tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata. (Swarbrooke 1996). Terdapat beberapa d. Dokumentasi jenis pengembangan, yaitu : Metode ini digunakan untuk memperoleh data- a) Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun data geografis Pura Mengening, serta peta zonasi Pura atraksi di situs yang tadinya tidak digunakan Mengening. Pengumpulan data dilakukan melalui sebagai atraksi. dokumentasi terhadap laporan, arsip, dan dokumen- b) Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang dokumen lain yang relevan. Dokumentasi dilakukan sebelumnya telah digunakan sebagai atraksi. di sejumlah instansi seperti Balai Perlindungan Cagar c) Pengembangan baru secara keseluruhan pada Budaya Pejeng, Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, keberadaan atraksi yang dibangun untuk menarik dan Kantor Kepala Dusun Banjar Saraseda. pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebih 3. TINJAUAN PUSTAKA luas, dengan meraih pangsa pasar yang baru. d) Pengembangan baru pada keberadaan atraksi a. Potensi Pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas Potensi pariwisata menurut Yoeti (1983) pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya merupakan segala sesuatu yang terdapat di daerah pengeluaran sekunder oleh pengunjung. tujuan wisata dan merupakan daya tarik agar orang- e) Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. dari kegiatan yang berpindah dari satu tempat ke Pemetaan potensi dan pengembangan daya tarik tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan wisata diharapkan mampu mendorong baik potensi modifikasi bangunan dan struktur. ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali 3. POTENSI WISATA HERITAGE DAN berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati RESPON MASYARAKAT LOKAL secara terpadu. Potensi wisata yang diidentifikasi dalam penelitian b. Daya Tarik Wisata mencakup potensi yang ada di beberapa destinasi, Pariwisata dalam Undang-Undang Nomor 10. yakni Pura Mengening, Desa Saraseda, dan Desa Tahun 2009 yaitu berbagai macam kegiatan wisata Pejeng Kelod. Hal ini karena mengingat ketiga lokus

10 Pengembangan Potensi Wisata Purbakala (Heritage Tourism) Berbasis Masyarakat di DAS Pakerisan,..... Nyoman Sukma Arida dan Made Adikampana]

tersebut dipandang sudah cukup mewakili keagaman n. Tirta Gelung bermanfaat untuk kecantikan atau potensi yang ada di dalam kawasan DAS Pekerisan, ketampanan pada mahkota. Tampaksiring. • Permandian A. Pura Mengening Di dekat areal paling bawah dari Pura Mengening a.Potensi Wisata itu terdapat dua permandian yaitu permandian untuk Pura Mengening merupakan salah satu Pura laki-laki dan perempuan. Masing-masing permandian Kahyangan Jagat yang memiliki potensi-potensi yang tersebut mempunyai tiga buah pancuran. Permandian mendukung untuk dijadikan sebuah atraksi wisata tersebut biasa digunakan oleh masyarakat untuk guna menjadikan Pura Mengening sebagai salah melakukan penglukatan. Permandian ini ketika satu daya tarik wisata unggulan yang baru. Adapun menjelang hari raya sangat penuh dengan warga potensi-potensi tersebut antara lain : yang ingin melukat, yang diyakini agar terhindar (i) Potensi Alam dari segala jenis mala (kotoran niskala). • Mata Air (tirta) Potensi alam yang sangat terlihat di Pura • Ceburan Mengening Mengening yaitu banyaknya mata air yang diyakini Ceburan (ceburan~air terjun) mengening memiliki manfaat penyembuhan maupun sakral merupakan sebuah air terjun kecil yang berada (tirta) . Ada 14 tirta di Pura Mengening yang masing- di perbatasan antara Banjar Saraseda dan Banjar masing mempunyai kegunaan yaitu: Penaka. Ceburan ini tempatnya sangat strategis a. Tirta Kamening (Mangening) : merupakan pusat yang memiliki air yang masih sangat jernih serta mata air pertama, yang digunakan saat selesainya didukung juga dengan suasana yang masih asri dan segala upacara yang telah digelar dan agar tercapai alami. Ceburan mengening juga sering digunakan segala sesuatu yang diinginkan. Tanpa percikan tirta masyarakat setempat maupun luar daerah untuk kamening acara tidak akan berjalan lancar karena melakukan tirta yatra karena suasana ceburan tirta kamening adalah sari dari tirta kamandalu. mengening yang hening dan sunyi. b. Tirta Keris yaitu tirta yang berada pada akar Air dari ceburan mengening berwarna kebiruan pohon beringin kegunaannya untuk piodalan serta sangat jernih yang mengundang siapa saja senjata pada saat tumpak landep (Pasupati untuk datang dan membuat wisatawan tergoda senjata/Keris). untuk menceburkan diri serta bermain air di sana. c. Tirta Keben bermanfaat untuk memohon Sehingga ceburan mengening merupakan salah satu keselamatan biasanya digunakan untuk melaspas potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan kotak tempat jualan (perdagangan) dan menjadi salah satu pos peristirahatan dalam d. Tirta Soka bermanfaat untuk kecantikan atau jalur trekking. ketampanan yang letaknya di kepala (mahkota) e. Tirta Malela bermanfaat untuk kecantikan atau (ii) Potensi Budaya ketampanan pada rambut A. Benda Peninggalan Sejarah f. Tirta Dedari bermanfaat untuk ketampanan atau Di kawasan Pura Mengening terdapat beberapa kecantikan benda peninggalan sejarah yang dapat menarik minat g. Tirta Sudamala bermanfaat untuk melukat wisatawan diantaranya: penyucian atau pembersihan diri (Pengeleburan 1. Arca Lingga Yoni dari segala noda) Arca Lingga Yoni merupakan salah satu benda h. Tirta Telaga Waja/ bermanfaat untuk melukat peninggalan sejarah yang ada di Pura Mengening. atau penyucian/pembersihan diri dari segala mala Lingga berarti bapak (unsur purusa) dan yoni (Dasa Mala) artinya ibu (unsur Pradana). i. Tirta Pancoran Solas (sebelas pancoran) 2. Arca Ratu Ngurah Agung bermanfaat untuk mebayuh atau oton. Arca Ratu Ngurah Agung yang berposisi sebagai j. Tirta Pangentas untuk upacara Pitra Yadnya. penjaga gerbang merupakan peninggalan sejarah k. Tirta Mertasari bermanfaat untuk upakara pisang di Pura Mengening. kukung yang biasanya pada saat upacara Dewi Sri l. Tirta Siwa Maya Sampurna bermanfaat untuk B. Pura Pucak Tegal Suci melukat (penyucian diri karena baunya harum) Pura Pucak Tegal Suci ini terletak di sebelah m. Tirta Tunggang bermanfaat untuk kekuatan atau timur dari Pura Mengening, tempatnya yang sangat tenaga strategis dan didukung oleh suasana alam yang alami

11 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Gambar 4.8 Pura Pucak Tegal Suci

Gambar 4.9 Pemandian laki-laki dengan perempuan berbeda Sumber : Dokumentasi Penelitian tanggal 03-04-2016 dan hening. Sehingga ketika melakukan kegiatan bangunan fisik yang dibangun. Namun, di area parkir persembahyangan di Pura Pucak Tegal Suci ini masih Pura Mengening terdapat sebuah kolam ikan yang sangat hening dan khusyuk. Masyarakat setempat dapat menunjang kegiatan wisatawan nantinya. biasanya melakukan persembahyangan di pura Kolam pancing dibuka setiap enam bulan sekali tersebut pada upacara odalan dan hari-hari suci karena adanya dagang musiman saat Galungan Hindu lainnya. dan Kuningan. Hal ini disebabkan karena saat dibuka pasar malam tidak berhasil, masyarakat C. Kesenian lebih cenderung mengunjungi Pejeng Kelod. Pada waktu tertentu di Pura Mengening biasanya Selain untuk kepentingan galungan dan kuningan, digelar banyak pagelaran seni tari. Beberapa jenis sebenarnya kolam pancing ini bisa dimanfaatkan di antaranya merupakan tari wali (sakral), dan oleh masyarakat lokal untuk kegiatan sehari- hari. beberapa yang lainnya merupakan tari bali-balihan Kegiatan memancing bisa dilakukan oleh wisatawan (pertunjukan) sehingga bisa disaksikan oleh maupun penduduk lokal. Dengan demikian kolam wisatawan. Seni tari yang biasa ditampilkan antara ikan yang sudah tersedia bisa dimanfaatkan secara lain: tari topeng sidakarya, baris gede, baris pendet, maksimal. baris tamiang, rejang playon, dan rejang renteng. b. Potensi di Sekitar Destinasi (iii) Potensi Buatan Di luar destinasi utama berupa peninggalan Pura Mengening merupakan salah satu situs cagar heritage, kawasan DAS Pakerisan juga dikitari oleh budaya yang ada di daerah aliran sungai Pakerisan. berbagai potensi wisata pendukung yang amat Oleh karena itu di kawasan ini tidak terlalu banyak potensial bila dikembangkan. Dengan menggunakan

12 Pengembangan Potensi Wisata Purbakala (Heritage Tourism) Berbasis Masyarakat di DAS Pakerisan,..... Nyoman Sukma Arida dan Made Adikampana]

Gambar 4.9 Atraksi seni tari di Pura Mengening

mendalam merupakan sesuatu yang sublim, nir rupa, dan tak terindera. Tinggalan saujana memiliki akar sejarah yang jauh ke belakang melintasi bilangan abad, bahkan juga milenium. Legacy atau warisan tersebut bisa tetap utuh melampaui jaman berkat aliran tradisi dan sistem keyakinan yang terbungkus dalam sistem adat dan agama masyarakat setempat. Di DAS Pakerisan, sistem saujana tersebut mewujud dalam pertautan penting tiga sub sistem; lanskape persawahan yang ditopang sistem Subak, aliran sungai Pakerisan, dan sistem sosial desa adat dan subak yang bermukim dan beraktifitas di atasnya. Dengan dikembangkannya pariwisata di kawasan DAS, semestinya bisa memperkuat ketiga Peta Persebaran Potensi Fisik Pura Mengening sub sistem tersebut, bukan malah melemahkan (Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali dan Survey Lapangan 2016) bahkan merusaknya. konsep pengembangan core (inti)-buffer (penyangga) Respon Masyarakat kawasan tersebut bisa dikembangkan sehingga dapat Besarnya potensi wisata yang dimiliki oleh saling mendukung. Beberapa potensi pendukung di kawasan DAS Pekerisan tidak serta merta berdampak sekitar destinasi inti antara lain; terhadap kehidupan perekonomian warganya. Hal ini akibat adanya beberapa kendala yang dihadapi dalam Lanskape persawahan pengembangan berbagai potensi yang ada. Beberapa Kawasan DAS Pekerisan yang terletak di daerah kendala tersebut antara lain : dataran rendah hingga sedang memiliki hamparan 1. Hambatan permodalan/dana, lembaga-lembaga persawahan dengan kultur kehidupan agraris yang keuangan formal belum bisa memberikan kaya. Lanskape persawahan tersebut meliputi dua permodalan secara maksimal kepada warga subak yang menjadi WBD (Warisan Budaya Dunia), masyarakat yang bekerja di berbagai bidang usaha yakni subak Kulub bawah dan Pulagan. pariwisata. 2. SDM, dimana kurangnya SDM yang berkualitas Tebaran Potensi Saujana dalam berbagai keahlian di industri pariwista, Berbagai tebaran potensi yang telah dideskripsikan karena banyak dari mereka lebih memilih untuk di atas merupakan sebuah sistem alam, sosial, dan merantau dan bekerja ke luar daerah. budaya yang saling mengait membentuk sebuah 3. Sebagian besar warga masyarakat masih kesulitan saujana (the spirit and inteligents of local culture dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris (asing lanscape). Saujana memang merupakan ciri khas lainnya) dengan wisatawan. Tak pelak faktor ini peradaban dunia Timur yang dilandasi oleh hal- menyebabkan minimnya kemampuan warga hal yang tidak semata soal dunia fisik, namun lebih dalam menyampaikan informasi seputar potensi

13 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

wisata yang dimiliki kepada calon wisatawan. menjalankannya. Dana Desa lebih banyak dihabiskan 4. Kesadaran masyarakat, dimana opini masyarakat untuk proyek-proyek fisik yang lebih populis yang selalu menginginkan agar hasil dari suatu tinimbang untuk menginisiasi program-program proses pariwisata tersebut dapat dinikmati dalam pemberdayaan dan penumbuhan kreatifitas ekonomi tempo yang cepat (instant), padahal agar proses warga desa. tersebut dapat berjalan dengan baik, waktu yang Di desa-desa penelitian ini dikerjakan fenomena dibutuhkan akan cukup lama. demikian juga terjadi. Simak saja misalnya kasus di 5. Rendahnya inovasi dan kreatifitas warga dalam Desa Pejeng Tengah, di mana Kepala Desa secara mengelola potensi yang dimiliki. Sangat sulit terbuka mengungkapkan penolakannya terhadap menemukan figur-figur yang berani berpikir upaya menjadikan desanya sebagai desa wisata. ‘keluar cangkang’ (out of the box) di daerah Menurutnya, pencanangan sebagai desa wisata penelitian. Sebagian besar warga masih menganut tidak akan menghasilkan manfaat ekonomi dalam cara berpikir normal yang bussinise as usuall. jangka pendek bagi desanya. Ia sama sekali tidak Berperilaku, berucap, dan berpikir sebagaimana bisa melihat peluang pengembangan berbagai potensi lazimnya orang lain pada umumnya. desanya apabila bisa mengembangkan desa wisata. 6. Status tinggalan purbakala yang disandang oleh berbagai obyek wisata memengaruhi inisiatif UCAPAN TERIMAKASIH warga dan desa adat dalam mengembangkan pemanfaatan situs sebagai destinasi wisata. Tulisan ini bisa terbit dari hasil penelitian skim Hibah Unggulan Program Studi yang diberikan Kondisi-kondisi ini menimbulkan kesan bahwa oleh LPPM Udayana dengan kontrak No:4459G/UN respon masyarakat kurang baik dalam mengelola 14.1.11.II/PNL.01.00.00/2016, tanggal 20 Juni 2016. segenap potensi yang ada. Masyarakat seakan-akan Oleh karena itu penulis menyampaikan ungkapan tidak bisa memanfaatkan potensi yang ada untuk bisa rasa terimakasih kepada Ketua LPPM Unud dan menarik minat kunjungan wisatawan. Berbagai faktor Rektor Universitas Udayana atas hibah yang telah hambatan internal sebagaimana yang diutarakan diberikan. Penulis juga menyampaikan terimakasih pada butir-butir di atas menjelma menjadi virus yang kepada seluruh informan di lapangan, khususnya mengkandaskan berbagai potensi yang sesungguhnya para bendesa adat dan prajuru, kepala BPCB Pejeng sangat kaya. Masyarakat, baik elite maupun warga, dan Kadis Pariwisata Kabupaten Gianyar. terperangkap dalam sikap dan cara berpikir yang instant, tidak mau repot, dan menggantungkan 5. KESIMPULAN segalanya kepada Pemerintah. Dalam berbagai FGD dan interview tergambarkan 1. Potensi wisata yang dimiliki oleh berbagai desa dengan jelas, bagaimana besarnya tingkat yang tercakup dalam DAS Pekerisan sangat ketergantungan warga masyarakat terhadap langkah- besar, khususnya dalam sektor wisata heritage, langah yang diambil oleh pemerintah, dalam hal ini agrowisata, dan wisata budaya. Potensi tersebut pihak Dinas Pariwisata Kabupaten. “Kami sangat tidak hanya tersedia pada situs-situs arkeologi, berharap, pihak Dinas Pariwisata, sungguh peninggalan peradaban Dinasti Udayana, namun memberikan perhatian bagi pengembangan juga tersebar pada desa-desa yang ada di sekeliling potensi pariwisata yang dimiliki desa kami’, adalah situs. ungkapan yang jamak muncul dalam acara-acara 2. Besarnya potensi wisata heritage dan desa wisata yang diadakan oleh Dinas semisal acara sosialisasi belum diikuti oleh tingginya tingkat kunjungan desa wisata atau acara –acara lainnya. Masyarakat wisatawan ke destinasi yang ada. Hal ini disebabkan menganggap pemerintah bisa melakukan segalanya oleh belum maksimalnya pengembangan potensi bagi kepentingan mereka. Pola dan sikap mental situs dalam 4 aspek produknya, yakni; atraksi, demikian juga tidak berubah banyak manakala akses, amenity, dan ancellary. Demikian juga, rezim pemerintahan desa sedang mendapatkan stakeholder pariwisata yang terlibat (pemerintah, kucuran dana desa dalam tiga tahun terakhir. UU industri, dan pemerintah) belum mengambil Desa mengamanatkan agar pemerintah desa kreatif langkah-langkah yang cerdas dan strategis dalam menggali potensi yang dimiliki desa. Bahkan dalam upaya pengembangan potensi wisata yang desa dimandatkan untuk membentuk Bumdes dimiliki. (badan Usaha Milik Desa). Namun ketentuan ini 3. Respon masyarakat dalam mengembangkan dan belum mampu memaksa pemerintah desa guna mengelola potensi wisata yang ada terlihat masih

14 Pengembangan Potensi Wisata Purbakala (Heritage Tourism) Berbasis Masyarakat di DAS Pakerisan,..... Nyoman Sukma Arida dan Made Adikampana]

minimal. Respon minimal ini terlihat baik dalam DAFTAR PUSTAKA dimensi persepsi, sikap, pengetahuan, maupun perilaku. Hal ini dominan diakibatkan oleh masih Arida, dkk, 2014, Dinamika Ekowisata Tri Ning Tri di Bali, rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman Problematika dan Strategi Pengembangan Ekowisata yang dimiliki warga terkait dengan keberadaan di Bali, Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora KAWISTARA UGM, Vol 4, Nomor 2, Agustus 2014. situs dan peluang pengembangnannya. Cebbalos, H. dan Lesurain, 1995, Ekoturisme sebagai Suatu Gejala yang Menyebar ke Seluruh Dunia, 6. SARAN dalam Ekoturisme: Petunjuk untuk Perencana dan Pengelola, Lindberg, K. dan Hawkins, D.E.(ed), 1. Masyarakat lokal diharapkan agar lebih Jakarta: PACT dan Alami. meningkatkan kepedulian terhadap situs- Fandeli, dkk. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta situs kepurbakalaan yang ada di wilayahnya. . Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Kepedulian bisa diwujudkan dengan meningkatkan Suardika, I Wayan. 2005. Pengembangan Ekowisata di pemahaman dan pengetahuan terhadap arti Taman Wisata Alam Danau Buyan – Tamblingan. Tesis Program Pasca Sarjana. Denpasar. Universitas dan sejarah situs, memelihara keberadaan situs Udayana. dari ancaman dan gangguan, serta mempelajari Sudarto, Gatot. 1998. Ekowisata, Wahana Kegiatan kemungkinan atau peluang pengembangan situs Ekonomi yang Berkelanjutan, Pelestarian sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi bagi Lingkungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Kecil kehidupan warga maupun pertumbuhan ekonomi Sektor Pariwisata, MEI. wilayah. Western, D., 1997, Memberi Batasan Tentang Ekotourisme, 2. Pemerintah daerah hendaknya membuat kebijakan North Bennington Vermont: Ecotourism Society. dan program pembangunan yang lebih tepat Wilson, M., 1987, Nature-Oriented Tourism in Ecuador: sasaran terkait pengembangan destinasi wisata Assessment of Industry Structure and Development Needs. FPEI Working Paper No. 20., Research pada situs-situs purbakala di daerah penelitian. Institute Triangle Park, NC: Southeastern Center for Pemda juga harus berkoordinasi dengan Forest Economic Research. lembaga terkait, seperti BPCB yang memiliki kewenangan dalam pemeliharaan situs, sehingga dalam pengembangannya terwujud sinergi dan koordinasi. 3. Para peneliti (akademisi) hendaknya melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait dengan keberadaan situs dan masyarakat sekitar situs sehingga terdapat data-data yang lebih sahih dan komprehensif dalam pengembangan situs-situs tersebut nantinya. Penelitian bisa diarahkan untuk mengungkap arti sejarah situs-situs yang ada dan kesiapan masyarakat dalam pengembangan situs.

15 ANALISIS PARIWISATA PARIWISATA • VOL. ❖ 16, 16 NO. [1] 1 :- 201616 - 22

STRATEGI MENJADIKAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BRANDING KULINER DI PANTAI PANDAWA, DESA KUTUH, KABUPATEN BADUNG

Oleh Ni Nyoman Sri Aryanti dan I Nyoman Tri Sutaguna Email: [email protected]

ABSTRAK

Sebelum dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata Pantai Pandawa merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut yang ada di Bali. Tersedianya bahan baku rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat di kawasan pantai pandawa tersebut merupakan potensi yang sangat potensial untuk mengembangkan wisata kuliner. Menghadirkan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut di pantai pandawa tentu akan memberikan keunikan dan kesan tersendiri bagi pengunjung di Pantai Pandawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengnjung pantai Pandawa terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut dan juga strategi yang dapat dilakukan untuk dapat menjadikan sajian rumput laut menjadi branding kuliner di pantai pandawa. Kajian-kajian dan teori tentang kuliner, gastronomi dan juga branding akan digunakan sebagai landasan untuk membahas permasalahan yang akan diteliti. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif sehingga dapat memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengunjung pantai pandawa menyukai sajian berbahan dasar rumput laut dan sangat ingin menikmati sajian kuliner ini saat berkunjung ke pantai pandawa. Sajian berbahan rumput laut yang sangat ingin dinikmati pertama adalah keripik rumput laut, agar-agar kemudian es/jus rumput laut. Harga yang bersedia dibayar mayoritas pada kisaran harga 10-25 ribu rupiah per porsi sajian berbahan dasar ruput laut. Strategi untuk menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumputlaut sebai branding kuliner yaitu melakukan analisis pasar salah satunya mengetahui persepsi pengunjung terhadap sajian kuliner ini, menetapkan image atau branding yang diharapkan dari sajian kuliner ini, memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi tentang sajian berbahan dasar rumput laut ini dan mengimplementasikan branding ini dengan melakukan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait.

Kata kunci : strategi, branding, dan kuliner I. PENDAHULUAN tujuan wisata dengan daerah tujuan wisata lainnya. Persaingan yang muncul di daerah tujuan wisata Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata menjadikan sumber budaya lokal yang memiliki yang memiliki berbagai atraksi wisata yang dapat kekhasan tersendiri menjadi sangat penting untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jumlah ditonjolkan sehingga dapat menjadi penciri suatu kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali terus daerah tujuan wisata dengan daerah tujuan wisata meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan pada lainnya. Tidak terkecuali dengan budaya kuliner lokal akhir tahun 2014 telah mencapai 3.7 juta wisatawan. yang merupakan bagian dari budaya masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan Kuliner baik yang berupa makanan maupun pariwisata telah memberikan dampak positif pada minuman merupakan kebutuhan dasar umat masyarakat Bali setidaknya dari sudut ekonomi. manusia yang tidak dapat terlepas dari kegiatan Penghasil devisa bagi Negara, Peningkatan apapun termasuk dalam berwisata. Pentingnya posisi pendapatan daerah, dan tersedianya lapangan kuliner dalam dunia pariwisata tidak saja hanya pekerjaan merupakan contoh dampak positif dari untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, namun segi ekonomi. Hal ini mengakibatkan daerah- kuliner khas suatu daerah juga dapat menjadi daerah yang memiliki potensi dan daya tarik wisata branding daerah tersebut. Sebagai contoh Pantai berlomba- lomba melakukan pembangunan disektor Jimbaran yang identik dengan ikan bakar atau sea pariwisata guna dapat meraih keuntungan ekonomi food, sajian babi guling dan ayam betutu dari kota yang pada akhirnya juga memunculkan persaingan Gianyar dan Ubud, sate languan yang identik dengan baik pada industry pariwisata maupun bagi daerah Pantai Lebih Gianyar, Siobak sebagai sajian khas

16 Strategi Menjadikan Rumput Laut Sebagai Branding Kuliner di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, ..... [Ni Nyoman Sri Aryanti dan I Nyoman Tri Sutaguna]

dari daerah Buleleng, dan daerah Kintamani yang datang khususnya dibidang branding destinasi. terkenal dengan ikan mujairnya. Dengan mengetahui strategi branding kuliner di Pantai pandawa merupakan salah satu daerah Pantai Pandawa Desa Kutuh diharapkan nantinya tujuan wisata yang baru diresmikan pada tahun 20012 dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi yang terletak di desa Kutuh, kabupaten Badung. baik bagi pemerintah maupun pihak-pihak yang Sebagai daerah tujuan wisata Pantai Pandawa berkepentingan untuk menyusun program- menawarkan atraksi wisata pantai dengan beberapa program pembangunan yang berkaitan dengan kegiatan wisata tirta sama halnya seperti daerah- branding sebuah destinasi sehingga akan terwujud daerah tujuan wisata pantai di sekitarnya seperti pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran ataupun Pecatu. kesejahteraan yang merata bagi masyarakat. Mengingat banyaknya daya tarik wisata pantai yang Bagi daerah-daerah pesisir lainnya yang ingin dekat dengan Pantai Pandawa, menjadi penting bagi mengembangkan pembangunan pariwisata di daerah tujuan wisata Pantai Pandawa untuk memiliki daerahnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah bermanfaat sebagai sumber referensi di dalam tujuan wisata pantai lainnya. merencanakan pembangunan pariwisata guna Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. menciptakan keunikan atau kekhasan Pantai Pandawa adalah melalui sajian atau wisata kuliner II. METODE PENELITIAN yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Sebelum dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, 2.1. Lokasi Penelitian Pantai Pandawa merupakan salah satu sentra Penelitian ini mengambil lokasi di Pantai Pandawa, penghasil rumput laut yang ada di Bali. Sebagian Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Dipilihnya lokasi besar penduduknya merupakan petani rumput ini karena di pantai Pendawa ini merupakan ladang laut yang hingga kini masih dilakoni meskipun rumput laut masyarakat setempat yang hingga saat beberapa diantaranya telah beralih profesi sejak ini masih berproduksi. Meskipun menjadi salah satu dibukanya Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan penghasil rumput laut namun olahan rumput laut wisata. Tersedianya bahan baku rumput laut yang belum menjadi kuliner yang dapat dinikmati oleh dibudidayakan oleh masyarakat setempat di kawasan pengunjung Pantai Pandawa. pantai pandawa tersebut merupakan potensi yang sangat potensial untuk mengembangkan wisata 2.2. Rancangan Penelitian dan Identifikasi kuliner sehingga akan memberikan nilai tambah Variabel pada citra pantai pandawa sebagai daerah tujuan Strategi menjadikan rumput laut sebagai branding wisata dan juga bagi masyarakat di wilayah tersebut kuliner di Pantai Pandawa akan dianalisis dengan khususnya para petani rumput laut. berpedoman pada teori destination branding dimana Menghadirkan sajian kuliner yang berbahan dasar disebutkan terdapat lima tahapan dalam melakukan rumput laut di pantai pandawa tentu akan dapat destination branding yang sekaligus menjadi variabel memberikan kesan yang lebih bagi pengunjung dalam penelitian ini yaitu : Pantai Pandawa, tidak hanya terkesan dengan 1. Market investigation, analysis and strategic keindahan pantainya namun juga kuliner yang dapat recommendations yang dimaksud dalam dinikmati di pantai tersebut. penelitian ini adalah usaha untuk menganalisis Berdasarkan uraian latar belakang diatas menarik kondisi pasar dalam hal ini adalah pengunjung untuk diteliti bagaimana persepsi pengunjung Pantai Pantai Pandawa sehingga pada tahap ini akan Pandawa terhadap sajian kuliner yang berbahan disebarkan kuesioner untuk mengetahui persepsi dasar rumput laut serta bagaimana strategi yang pengunjung pantai pandawa sebagai konsumen dapat dilakukan untuk menjadikan sajian yang terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner rumput laut. pantai Pandawa. 2. Brand identity development yang dimaksud dalam Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat penelitian ini adalah bentuk dari brand yang ingin bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang diwujudkan di benak pengunjung sehingg pada pariwisata khususnya yang berkaitan dengan tahap ini pengumpulan data akan difokuskan pada pengetahuan tentang branding destinasi. Hasil wawancara baik dengan masyarakat setempat penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi maupun perangkat desa Kutuh, Kabupaten informasi yang bermanfaat bagi peneliti di masa Badung sebagai pemangku kepentingan di Pantai

17 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Pandawa. Iklim Desa Kutuh merupakan iklim tropis dengan 3. Brand launch and introduction yang dimaksud suhu minimum rata-rata 24o C dan maksimum 32oC, dalam penelitian ini adalah usaha-usaha yang dimana musim kemarau umumnya sedikit lebih dapat dilakukan untuk memperkenalkan sajian panjang dari musim hujan yang hanya 5 bulan setiap berbahan dasar rumput laut yang akan menjadi tahunnya dengan rata-rata curah hujan 1000 s/d brand / merek kuliner dari Pantai Pandawa. 2000 mm pertahun. 4. Brand implementation yang dimaksud dalam Kurang lebih 5.000 Ha wilayah desa Kutuh bagian penelitian ini adalah usaha-usaha yang dapat selatan merupakan wilayah pesisir yang berpasir dilakukan untuk mewujudkan rumput laut sebagai Putih dari total luas wilayah desa 976.800 Ha yang branding kuliner di Pantai Pandawa. merupakan wilayah yang berbukit-bukit. Pantai Pandawa merupakan wilayah pesisir desa 2.3. Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Kutuh yang dulunya disebut pantai melasti oleh Data masyarakat desa kutuh dan juga sempat dijuluki Metode pengumpulan data yang digunakan dalam “secret beach” oleh para wisatawan asing yang penelitian ini menggunakan teknik (1) Observasi berkunjung kesana sebelum berubah nama menjadi yaitu melaksanakan pengamatan langsung di lokasi pantai Pandawa. penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai Sebelum diresmikan sebagai daerah tujuan wisata pembangunan pariwisata di Desa Kutuh khususnya pada tahun 2012, pantai Pandawa merupakan salah di Pantai Pendawa yang dibantu dengan catatan satu sentra penghasil rumput laut. Pada tahun kecil dan pemotretan, (2) Wawancara berstruktur 2012 tercatat terdapat lima kelompok nelayan dan dilakukan dengan menggunakan instrumen daftar rumput laut yang ada di desa kutuh dan menyebar pertanyaan atau kuesioner yang diberikan kepada disepanjang pantai Pandawa . Namun seiring dengan pengunjung Pantai Pandawa dan juga dilakukan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan wawancara mendalam (depth interview) untuk ke pantai Pandawa kegiatan kelompok nelayan dan mengetahui secara lebih rinci data primer yang petani rumput laut semakin berkurang. Menurut dicari dan terakhir yaitu (3) Studi kepustakaan, data keterangan Bapak Waya Kasim data terakhir jumlah kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini nelayan yang masih bertani rumput laut sekitar 12 terdiri atas buku, jurnal ilmiah, dokumen organisasi, orang saja. berita atau liputan media massa, internet, dan lain- Selain kelompok nelayan juga terdapat kelompok lain. Bahan-bahan pustaka tersebut diperoleh di wanita tani (KWT) yang anggotanya merupakan para berbagai lembaga dan instansi, baik lembaga formal istri nelayan di Pantai Pandawa. Awal mulanya KWT pemerintah maupun lembaga non pemerintah. dibentuk untuk mengakomodir kegiatan para ibu- Analisis kuantitatif akan digunakan untuk ibu dalam mengolah hasil tangkapan serta rumput mengolah data yang diperoleh dari kuesioner laut yang dihasilkan oleh kelompok nelayan sehingga sehingga dapat mendukung analisis kualitatif memberikan nilai tambah terhadap hasil tangkapan guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang maupun rumput laut yang dihasilkan. Seperti halnya permasalahan yang dibahas. kelompok nelayan yang ada di Pantai Pandawa, Analisis kualitatif akan digunakan untuk mereduksi kelompok wanita tani ini pun mengalami hal yang data data yang dikumpulkan, sehingga memperoleh sama karena kegiatan para ibu-ibu nelayan telah gambaran tentang strategi branding kuliner Pantai beralih profesi ke bidang pariwisata seperti pedagang Pendawa di desa Kutuh Kabupaten Badung dan tukang pijat bagi wisatawan. Penataan pantai Pandawa terus dilakukan oleh III. HASIL DAN PEMBAHASAN Badan Pengelola Kawasan wisata Pantai Pandawa yang berada dibawah pemerintah Desa Kutuh kabupaten 3.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Badung. Gudang-gudang bekas penyimpanan hasil Desa Kutuh merupakan bagian dari wilayah rumput laut yang tersebar di sepanjang pantai ditata Kecamatan Kuta selatan, Kabupaten Badung, Privinsi kembali menjadi warung-warung yang menjual Bali yang berbatasan langsung dengan Kelurahan berbagai makanan dan minuman serta souvenir. Jimbaran di sebelah utara, Keluraha benoa disisi Lapangan parkir serta pedestrian sepanjang pantai sebelah timur Samudera Indonesia di bagian selatan juga dibangun untuk memberikan kenyamanan bagi dan Desa Ungasan di sebelah barat. Ketinggian pengunjung saat datang menikmati pemandangan Desa Kutuh berada pada rata-rata 180 meter diatas pantai pandawa. permukaan air laut. Seiring bertambahnya jumlah pengunjung ke

18 Strategi Menjadikan Rumput Laut Sebagai Branding Kuliner di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, ..... [Ni Nyoman Sri Aryanti dan I Nyoman Tri Sutaguna]

pantai Pandawa, jumlah pedagang maupun penjual sekarang menjadi pedagang makanan dan minuman jasa di pantai pandawa juga semakin bertambah. merupakan anggota KWT yang pernah mendapat Menurut bapak Wayan Kasim saat ini jumlah pelatihan dalam pengolahan rumput laut menjadi pedagang yang mencari nafkah dari kedatangan produk-produk makanan seperti kerupuk, keripik, wisatawan di pantai pandawa mencapai 150 orang sirop dan jus. Namun sajian kuliner yang berbahan dimana 80 persennya merupakan bekas nelayan dasar rumput laut justru tidak banyak dijual di pantai maupun petani rumput laut yang dulu beroperasi di Pandawa. Menurut bapak Wayan Letera seorang pantai pandawa (wawancara tgl 15 september 2015). pengurus pengelolaan pantai pandawa, hal ini disebabkan karena produk-produk berbahan dasar 3.2. Sajian Kuliner di Pantai Pandawa rumput laut yang dihasilkan oleh ibu-ibu KWT kalah Sebagai daerah tujuan wisata kehadiran pedagang bersaing dengan produk-produk berbahan dasar makanan dan minuman merupakan salah satu rumput laut dalam kemasan yang diproduksi oleh sarana yang cukup penting mengingat makan dan perusahaan-perusahaan besar, baik dari segi rasa minum merupakan kebutuhan dasar setiap manusia maupun kemasan. sehingga wisatawanpun membutuhkan makanan dan minuman saat berkunjung ke suatu daerah tujuan 3.3. Persepsi Pengunjung Terhadap Sajian wisata. Demikian pula halnya di Pantai pandawa, Kuliner Berbahan Dasar Rumput Laut dari berbagai usaha dagang yang ada di sepanjang Untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap pantai pandawa, pedagang makanan dan minuman sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut, lebih mendominasi selain penjual baju dan souvenir. kuesioner disebarkan kepada 100 orang pengunjung Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar wisa- yang datang ke pantai pandawa. Pengunjung yang tawan akan makanan dan minuman, sajian kuliner dijadikan sample / responden pada penelitian ini di suatu daerah tujuan wisata juga dapat memberi- dipilih secara acak namun memiliki kemampuan kan ciri khas tempat tersebut sehingga sajian ku- untuk membaca dan menulis serta telah cukup liner dapat menjadi suatu motivasi bagi wisatawan dewasa untuk dapat memberikan pendapat. untuk berkunjung ke suatu daerah. Beberapa daerah Menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumput tujuan wisata di Bali bahkan lebih dikenal karena laut sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa sajian kulinernya yang khas seperti misalnya pantai perlu dibentuk melalui penyususnan strategi yang Jimbaran yang terkenal karena sajian seafoodnya, baik. Untuk dapat menjadikan rumput laut sebagai daerah Gianyar dengan ayam betutu dan babi gul- sajian kuliner yang khas perlu diketahui terlebih ingnya ataupun pantai Lebih Gianyar yang terkenal dahulu bagaimana persepsi pengunjung pantai sebagai sentra penjual sate ikan (languan). Pandawa tentang sajian kuliner yang berbahan dasar Seiring dengan banyak kunjungan wisatawan baik rumput laut sehingga strategi untuk menjadikan domestik maupun mancanegara, penjual makanan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut ini dapat dan minuman juga semakin bertambah jumlahnya. dilakukan sesuai dengan persepsi dan harapan Namun jenis makanan dan minuman ataupun sajian pengunjung pantai Pandawa. Persepsi responden kuliner yang dijual hampir mirip antara pedagang pengunjung Pantai Pandawa terhadap beberapa satu dengan lainnya seperti misalnya jagung bakar, penyataan dapat dilihat pada table berikut : es kelapa muda, mie, nasi goreng, ikan bakar, Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan sandwich, kentang goreng dan bakso ayam atau sapi. kepada 100 orang pengunjung pantai Pandawa, 80 % Para pedagang makanan dan minuman di pantai menyatakan menyukai sajian makanan atau kuliner pandawa lebih memilih menjual sajian kuliner yang yang berbahan dasar rumput laut. Dari pilihan sajian praktis dan mudah baik dalam penyajian maupun kuliner yang berbahan dasar rumput laut 54 orang pembuatannya. pengunjung lebih menyukai dalam bentuk keripik Jika dikaitkan dengan sejarah dan latar belakang atau kerupuk rumput laut, 18 orang menyukai jus pantai pandawa yang merupakan sentra penghasil atau es rumput laut, 17 orang memilih olahan agar- rumput laut dan juga desa nelayan sebelum agar atau pudding. Pilihan bentuk sajian kuliner yang menjadi daerah tujuan wisata, akan sangat ideal berbahan dasar rumput laut yang meliputi agar-agar bila sajian kuliner yang dijual ataupun disediakan atau pudding, jus atau es, keripikatau kerupuk dan oleh pedagang di pantai pandawa dapat berbahan rujak ini di buat atau dipilih dengan pertimbangan dasar rumput laut ataupun ikan sehingga dapat sajian ini telah umum diketahui oleh masyarakat luas memberikan ciri khas dibandingkan dengan daerah dan para pedagang yang sebagaian besar merupakan tujuan wisata pantai lainnya. Selain itu ibu-ibu yang mantan anggota kelompok wanita tani juga mampu

19 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Tabel Persepsi Pengunjung Terhadap Sajian Kuliner untuk sajian kuliner yang berbahan dasar rumput Berbahan Dasar Rumput Laut laut ini, 44 orang responden bersedia membayar No Pernyataan Jawaban Responden Jumlah seharga 10.000,- sampai dengan 25.000,- rupiah, 1 Apakah menyukai sa- ya 80 31 responden hanya bersedia membayar dibawah jian berbahan rumput tidak 20 laut sebe­lumnya ? harga 10 ribu rupiah. Total 100 Selain menikmati sajian rumput laut 75% 2 Sajian manakah yang agar-agar / puding 17 responden pengunjung pantai pandawa juga paling disukai? Jus / es rumput laut 18 menyatakan ingin melihat proses pembuatan rumput segar keripik / kerupuk 54 laut menjadi sajian kuliner. Tanggapan responden ini rumput laut dapat dilihat pada table 4.4 diatas. rujak rumput laut 9 Saat responden dimintai tanggapan tentang sajian lainnya 2 kuliner yang menurutnya dapat menjadi penciri dan Total 100 ingin dinikmati di pantai pandawa selain sajian yang 3 Apakah ingin ya 91 berbahan dasar rumput laut dari 41 orang responden menikmati sajian tidak 9 yang memberikan tanggapan, masing masing tujuh kuliner rumput laut orang memilih es kelapa muda dan keripik, selebihnya saat berkunjung ke Total 100 Pantai Pandawa menyebutkan makanan lain seperti rujak, ayam/ 4 Sajian rumput laut agar-agar / puding 21 bebek betutu, seafood, onde-onde, jagung bakar, sate yang paling ingin Jus / es rumput laut 15 dan makanan lainnya. dinikmati saat berkun- segar jung ke Pantai Pan- keripik / kerupuk 49 dawa 3.4. Strategi menjadikan sajian yang berba- rumput laut han dasar rumput laut sebagai branding rujak rumput laut 8 kuliner Pantai Pandawa lainnya 2 Branding kuliner merupakan salah satu kombinasi tidak menjawab 5 atribut suatu daerah tujuan wisata yang dapat Total 100 5 Harga yang bersedia < 10.000,- 31 menyampaikan keunikan dan karakteristik lokasi dibayarka untuk sajian 10.000 - 25.000,- 44 atau daerah tujuan wisata yang berbeda dari berbahan dasar rum- 26.000 - 50.000,- 10 kompetitornya. Untuk menjadikan sajian berbahan put laut 51.000-75.000,- 7 dasar rumput laut sebagai branding kuliner Pantai >75.000 3 pandawa memerlukan usaha dan waktu yang cukup tidak menjawab 5 panjang. Total 100 Berdasarkan tahapan branding yang disampaikan 6 Apakah Ingin melihat ya 75 oleh Morgan & Pritchard, usaha-usaha yang dapat pengolahan rumput tidak 21 dilakukan untuk menjadikan sajian kuliner berbahan laut menjadi sajian tidak menjawab 4 kuliner? dasar rumput laut sebagai branding kuliner Pantai Total 100 Pandawa antara lain : (Sumber: Data olahan penelitian tahun 2015) • Tahap Brand implementation. Pada tahap ini dilakukan riset pemetaan potensi pasar. Jika membuat sajian ini. dilihat dari hasil persepsi pengunjung terhadap Sebagian besar pengunjung pantai pandawa sajian kuliner berbahan dasar rumput laut juga sangat ingin menikmati sajian kuliner yang tampak bahwa sajian kuliner ini memiliki potensi berbahan dasar rumput laut. Hal ini ditunjukkan pasar yang cukup baik mengingat sajian kuliner oleh jawaban responden yang mencapai 91% ingin berbahan dasar rumput laut sudah dikenal oleh menikmati sajian tersebut. Dari kelima pilihan sajian masyarakat luas dan sebagian besar pengunjung yang berbahan dasar rumput laut ini pengunjung menginginkan sajian kuliner ini tersedia di pantai lebih memilih keripik atau kerupuk sebagai sajian Pandawa. pertama yang sangat ingin untuk dinikmati di pantai • Tahap Brand identity development. Pada tahap ini pandawa, disusul kemudian oleh olahan agar-agar penting untuk menentukan identitas / brand yang atau pudding baru kemudian es atau jus rumput ingin diwujudkan di benak pengunjung terhadap laut sebagai hidangan yang sangat ingin dinikmati sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini. di pantai pandawa. Hal ini sejalan dengan bentuk Berdasarkan wawancara dengan pengelola Pantai sajian yang sangat disukai oleh responden. Pandawa bapak Wayan Kasim, pihak pengelola Dari sisi harga yang rela mereka bayarkan belum menjadikan sajian kuliner sebagai

20 Strategi Menjadikan Rumput Laut Sebagai Branding Kuliner di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, ..... [Ni Nyoman Sri Aryanti dan I Nyoman Tri Sutaguna]

prioritas utama untuk membentuk branding rumput laut ini sebagai branding kuliner di Pantai pantai Pandawa. Branding Pantai pandawa yang Pandawa. Mengaktifkan kembali kelompok wanita ingin dibentuk pada awalnya adalah pemandangan tani sebagai generator penggerak untuk menyediakan tebing dengan patung-patung para tokoh pandawa sajian-sajian yang berbahan dasar rumput laut, dalam epos Mahabrata serta budaya kehidupan mendorong kembali nelayan untuk membudidayakan nelayan dengan budidaya rumput lautnya. rumput laut meskipun dalam jumlah yang terbatas Meskipun belum menjadi prioritas utama serta membangun kesadaran masyarakat khusunya untuk menjadikan sajian kuliner yang berbahan di kawasan pantai Pandawa akan pentingnya dasar rumput laut ini sebagai branding Pantai pembentukan branding kuliner sebagai salah satu Pandawa, namun usaha-usaha kearah tersebut identitas Pantai Pandawa yang dapat menari lebih telah dilakukan antara lain dengan memberikan banyak pengunjung. pelatihan pengolahan dan pengemasan rumput laut sebagai sajian kuliner. Hal ini sejalan dengan IV. SIMPULAN DAN SARAN usaha untuk meningkatkan nilai tambah hasil budidaya rumput laut yang dihasilkan. 4.1. Saran Namun saat penelitian ini dilakukan tampaknya Persepsi pengunjung pantai pandawa terhadap usaha budidaya rumput laut sudah mulai ditinggalkan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut oleh para nelayan. Menurut bapak Wayan Kasim dan dapat disimpulkan dari jawaban 100orang responden ibu Nyoman Rupini hal ini disebabkan antara lain bahwa 80%pengunjung pantai pandawa pernah dan karena jatuhnya harga rumput laut dipasaran, faktor menyukai sajian yang berbahan dasar rumput laut alam yang tidak lagi memungkinkan untuk ditanami dan 54% menyukai sajian yang berbentuk keripik rumput laut karena maraknya aktivitas pariwisata atau kerupuk rumput laut. Sebilan puluh satu persen serta para nelayan sendiri yang mulai beralih profesi responden menginginkan sajian kuliner berbahan ke sector pariwisata. Namun demikian sajian dasar rumput laut ini dinikmati saat berkunjung kuliner berbahan dasar rumput laut ini masih dapat ke Pantai pandawa sedangkan bentuk sajian yang diusahakan meskipun tidak saja hanya sebagai sajian ingin dinikmati secara berurut adalah kerupuk kuliner semata namun juga dapat menjadi sarana atau keripik rumput laut sebanyak 49%, agar-agar untuk mengingatkan sejarah pantai pandawa sebagai 21%, jus/es rumput laut sebanyak 15% sedangkan salah satu sentra penghasil rumput laut. Tentu saja sisanya berupa rujak dan sajian lainnya. Harga yang konsekuensinya akan terkendala pada bahan baku rela mereka bayarkan untuk sajian kulner berbahan sajian kuliner ini yang harus didatangkan dari luar dasar rumput laut ini berkisar antara 10.000 -25.000 kawasan pantai pandawa. rupiah sebanyak 44% dan 31% bersedia membayar Tahap Brand launch and introduction. Pada tahap dengan harga kurang dari 10.000,- rupiah. Selain ini merupakan usaha untuk mengkomunikasikan ingin menikmati sajian kuliner yang berbahan dasar brand kepada pengunjung Pantai Pandawa. Setelah rumput laut 75% responden juga ingin melihat proses menetapkan branding sajian kuliner yang ingin pengolahan rumput laut menjadi sajian kuliner. disematkan di benak pengunjung pantai pandawa, Strategi untuk menjadikan rumput laut sebagai perlu dilakukan usaha-usaha yang memudahkan branding kuliner di pantai pandawa dapat dilakukan pengunjung untuk mengenali dan menemukan sajian melalui 4 tahap yaitu (1)Market investigation, kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini. Hal ini analysis and strategic recommendations, (2) dapat dilakukan antara lain dengan mengajak semua Brand identity development, (3)Brand launch pedagang makanan dan minuman di Pantai Pandawa and introduction, (4) Brand implementation. Dari untuk menyediakan sajian kuliner yang dimaksud keempat tahap tersebut dapat disimpulkan bahwa dan memasang poster-poster tentang informasi branding ini sangat besar peluangnya untuk dibentuk sajian kuliner yang dimaksud. mengingat sebagian besar pengunjung menginginkan Tahap brand implementation. Pada tahap ini adanya sajian yang berbahan dasar rumput laut ini perlu adanya kerjasama yang baik antar pihak- tersedia di Pantai pandawa. Perlu ditentukan image pihak yang terkait seperti pihak pengelola Pantai yang ingin dibentuk melalui sajian kuliner yang Pandawa, masyarakat di kawasan pantai pandawa berbahan dasar rumput laut ini. Memperkenalkan pada khususnya dan masyarakat desa Kutuh image atau kesan dari sajian kuliner ini kepada pada umumnya, pemerintah desa Kutuh dan juga masyarakat luas khususnya kepada pengunjung kelompok-kelompok masyarakat lainnya untuk dapat maupun calon pengunjung Pantai Pandawa. Usaha mewujudkan sajian kuliner yang berbahan dasar untuk mewujudkan sajian kuliner berbahan dasar

21 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

rumput laut sebagai branding kuliner perlu kerjasama DAFTAR PUSTAKA dan usaha yang baik antar pihak yang terkait. Darma Putra, I Nyoman. 2014. Empat Srikandi Kuliner Bali: Peran Perempuan dalam Pembangunan V. SARAN Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Master Pariwisata Vol. 01 No. 01 Juli 2014. Universitas Udayana Menciptakan branding atau kesan terhadap Gillesoie C, Cousin JA.2001.European Gastronomy suatu daerah tujuan memerlukan usaha yang terus Into the 21st Century dalam Wikipedia. Tta. berkelanjutan dan tidak terputus dan waktu yang Gastronomi. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/ panjang. Menjadikan sajian kuliner berbahan dasar wiki/Gastronomi pada tanggal 14 April 2014 rumput laut sebagai branding kuliner di pantai Kaplanidou, Kiki. (2003). Destination Branding: Pandawa harus dimulai dari penyediaan bahan baku Concept and measurement. Department of Park, pembuatan sajian kuliner tersebut. Pembagian zona Recreation and Tourism Resource. Machigan State pemanfaatan wilayah pesisir pantai pandawa yang University. Diakses pada 3 Juli 2013, dari http:// pernah direncanakan sebaiknya diimplementasikan www.travelmichigannews.org/mtr/ pdf/White paper_branding_final. secara lebih serius sehingga kegiatan pembudidayaan Murfianti, Fitri. (2012). Pencitraan Solo Melalui rumput laut masih dapat dipertahankan. Dengan Event Karnaval Sebagai Upaya Destinations demikian akan lebih memudahkan image sajian Branding Wisata Budaya. Proceeding Strategi kuliner berbahan dasar rumput laut dari pantai Communications Branding Di Era Industri Pandawa lebih mudah dibentuk karena sekaligus kreatif. Proceeding Dipresentasikan di Nation pantai pandawa dikenal sebagai penghasil rumput Conference on Communication Branding Ilmu laut. Komunikasi,Universitas Brawijaya: Malang Pembangunan pariwisata di pantai pandawa Savarin, Jean Anthelme Brillat. 2009. The Physiology of sebaiknya berbasis pada asset dasar yang dimiliki taste or Meditations on transcendental Gastronomy (Translated by M.F.K. Fisher). Random House LLC. dalam hal ini asset fisik yang berupa pantai Diunduh pada tanggal 14 April 2004 dari http:// yang berpasir putih dan juga asset non fisik yang books.google.co.id/books?id= djEEAAAAYAAJ&pr berupa budaya masyarakat nelayan yang juga intsec=frontcover&dq=gastronomy&hl=id&sa=X& membudidayakan rumput laut. Hal ini mengandung ei=6FLU8DQGeT40gHbqoDAAw&redir_esc=y#v konsekuensi bahwa budaya masyarakat nelayan =onepage&q=gastronomy&f=false. dan pembudidaya rumput laut seharusnya tetap Sunada, I Nyoman. 2013. Potensi Makanan Tradisional menjadi perhatian yang utama dalam pembangunan Bali Berbasis Masyarakat sebagai Daya Tarik Wisata sedangkan pembangunan pariwisata sedapat mungkin di Pasar Umum Gianyar. Jurnal Kepariwisataan, Vol 12,No 2 : 118-136 diarahkan untuk menguatkan dan mempertahankan asset dasar yang dimiliki tersebut mengingat bahwa industri pariwisata sangat sensitive terhadap berbagai isu sehingga sulit untuk tetap menjaga stabilitas keberlangsunganya.

22 ANALISIS PARIWISATA ❖ 16 [1] : 23 - 28 Komodifikasi (Komoditifikasi) Dalam Industri Perhotelan di Bali [Ni Putu Ratna Sari]

KOMODIFIKASI (KOMODITIFIKASI) DALAM INDUSTRI PERHOTELAN DI BALI

Oleh Ni Putu Ratna Sari [email protected]

ABSTRACT

Comodification or comoditification has occured in tourism industry, but unfortunately scientific information on it, especially in the hotel sector is very limited. Thus, cunducting research on such issue and write down the article on the issue has been encouraged, especially on comoditification in hotel industries in Bali. The reserach was undertaken in some hotels in Bali. Data were collected through field observation, conducting interview, and checking documnets (literature review). Data were analysed in a descriptive qualitative analysis. Results of this research showed that there were some forms of comodification or comoditification observed in hotel sectors in Bali such as on building the temple in the hotel, the use of top of building as a restaurant, placement of solar cell on the top-flated roof of buildings, the placement of Boma carving on “madya mandala” of hotel, klumpu or jineng which was modified into resting room, the use of modified “canang” as decoration, umbul-umbul, kober and other ceremony facilities for decoration in daily businesses, mis management of Nyepi package, inapropriate management of pura hotel, etc.

Keywords: tourism, comoditification / comodification, carving/ornament, tri angga, hotel, Bali

I. PENDAHULUAN pariwisata khususnya diskusi tentang komodifikasi dan authenticity mencuat sejak Dean Mac Komodifikasi (commodification) sebenarnya Cannel mempublikasikan tulisannya yang sangat adalah suatu konsep yang tidak hanya menyangkut berpengaruh, yaitu The Tourist, pada tahun 1976 tentang masalah produksi komoditas atau barang (Macleod, 2006). Namun istilah ini relatif agak baru dalam pengertian perekonomian yang sempit tentang dikenal di Indonesia (Surbakti, 2008). Ada beberapa barang-barang yang diperjual-belikan saja, namun tulisan yang telah memuat tentang komodifikasi yang menyangkut lebih daripada itu, yakni tentang berkaitan dengan dunia pariwisata di Bali, antara lain bagaimana barang-barang itu didistribusikan dan Sukmawati (2011), Ruastiti (2011), dan sebagainya. dikonsumsi (Fairclough, 1995). Konsep ini bukanlah Sebagai gejala ekonomi yang cenderung sesuatu hal yang baru, melainkan telah terjadi sejak bersifat kontemporer, di dunia pariwisata tidak dahulu sehingga seakan telah menjadi bagian dari terelakkan lagi telah terjadi proses komodifikasi kehidupan masyarakat (Keat and Abercrombie, (commodification). Mengingat terbatasnya informasi 1990). Munculnya gejala komodifikasi ini karena tentang komodifikasi di dunia perhotelan, maka adanya spirit ekonomi uang untuk memperoleh penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kasus keuntungan (Max Weber di dalam Turner, 1992). komodifikasi di bidang perhotelan di Bali Dalam dunia pariwisata, komodifikasi dikenal juga sebagai turistifikasi (touristification), yakni upaya II. TINJAUAN PUSTAKA menjadikan masyarakat tujuan wisata sebagai produk pariwisata. Hal ini dikemukakan oleh Picard (1996) Piliang (2005: 191) Ciri dari masyarakat posmodern di dalam Surbakti (2008), walaupun sejumlah pakar adalah menjadikan hampir semua sisi kehidupan di Bali lebih suka memakai istilah komersialisasi atau menjadi komoditas yang bisa perjualbelikan, komoditisasi (Surbakti, 2008). Istilah komodifikasi sehingga masyarakat posmodern dikatakan dan komoditisasi kadang-kadang memiliki makna sebagai masyarakat konsumer. Komodifikasi sama (sinonim), khususnya pada tulisan yang telah merambah pada bidang-bidang pendidikan, menguraikan proses membuat komoditi dari segala kebudayaan, keagamaan, tubuh, hasrat, bahkan sesuatu yang belum biasa ada dalam perdagangan kematian. Menurut Barker (2004: 14), komoditas sebelumnya (Fyke, undated). adalah produk yang mengandung nilai guna dan Diskusi tentang komodifikasi dalam dunia nilai tukar. Komoditas merupakan sesuatu yang

23 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

tersedia untuk dijual di pasar dan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme, yaitu objek, kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas. Pendapat yang senada diungkapkan oleh Mulyanto (2012: xviii) bahwa komoditas adalah hasil kerja manusia (barang atau jasa) yang sengaja diproduksi untuk dipertukarkan melalui mekanisme pasar. Komodifikasi (komoditisasi) adalah proses menjadikan sesuatu yang bukan komoditas menjadi atau diperlakukan seperti halnya komoditas yang bisa diperjualbelikan demi laba. Komodifikasi merupakan ciri mendasar dari kapitalisme yang hampir menjadikan semua barang dan jasa, termasuk tanah, dan tenaga kerja, yang sebetulnya bukan Gambar 1. Foto pura utama salah satu hotel di Bali komoditas menjadi komoditas.Bilamana pandangan- yang sangat sempit (kiri) dan malahan pandangan di atas dirangkum, maka sesuatu yang bukan hanya di depan dan di belakang dikomodifikasi tidak hanya terbatas pada hasil kerja puranya dipakai sebagai tempat menaruh manusia berupa barang dan jasa yang mengandung tong sampah (gambar kiri) tetapi malahan nilai guna dan nilai tukar, tetapi juga tanah, tenaga di dalam puranya dipakai sebagai lubang kerja, dan kemudian merambah pada bidang-bidang tempat sampah (gambar kanan) pendidikan, kebudayaan, keagamaan, tubuh, hasrat, bahkan kematian dan semua itu diasosiasikan dengan dalam puranya dibuat lubang tempat membuang dan kapitalis. membakar sampah dari lingkungan hotel, sehingga tidak sesuai dengan konsep pura sebagai kawasan III. METODE PENELITIAN yang lebih disucikan dibandingkan kawasan lainnya di lingkungan hotel tersebut. Penelitian ini berlokasi di beberapa hotel di Bali. Struktur bangunan hotel ada yang diubah dari Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung di struktur arsitektur bangunan yang sesuai dengan hotel, wawancara dan studi kepustakaan. .Analisis konsep “tri angga” dalam arsitektur tradisional data dilakukan dengan secara deskriptif kualitatif. Bali. Atap bangunan di Bali yang secara tradisional biasanya berbentuk limas, ada yang dimodifikasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi datar sehingga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan restoran, atau kolam renang di atas Komodifikasi yang terjadi pada industri perhotelan bangunan tersebut, sehingga dikenal sebagai “roof di Bali dapat dilihat dari beberapa kasus. Seperti top restaurant”, “roof top swimming pool”, dan misalnya ukuran ruang dan fungsi “utama mandala” sebagainya. Malahan ada hotel yang memiliki “roof pada hotel banyak yang sudah berubah dari yang top” yang dianggap istimewa karena letaknya tinggi seharusnya. Ruang utama mandalanya rata-rata dan dari sana bisa mendapatkan tempat untuk sempit dan tempat sucinya kadang-kadang dianggap melihat di kejauhan atau melihat atau pemandangan sebagai pelengkap saja, sebagai hiasan, dan kurang yang lepas jauh. terawat. Ruang untuk tempat suci atau utama mandala Juga ada sebagian hotel yang memanfaatkan pada sebagian besar hotel yang pernah diaudit di bagian atas bangunan sebagai tempat mesin-mesin, Bali nampak relatif sempit jika dibandingkan dengan tempat tangki air (water tank), tempat penyimpanan seharusnya yang meliputi wilayah minimal 1/9 atau barang sejenis gudang dan sebagainya. Tangki air sekitar 11 % dari luas lahan keseluruhannya. Hal sering kali ditaruh di bagian atas hotel, dan ada ini terjadi karena pengusaha perhotelan mungkin diantaranya yang menaruhnya di bagian “atap” hotel menganggap terlalu boros atau tidak menguntungkan yang dibuat datar berbeton. Jadi bagian atap hotel (dari segi ekonomi) jika menyediakan lahan untuk itu menjadi lebih fungsional. pura (utama mandala) yang terlalu besar. Malahan Beberapa hotel ada menggunakan hiasan ukiran ada satu hotel di Kuta yang pura hotelnya dibongkar yang tidak semestinya. Dalam pengamatan penulis, dan digantikan dengan restoran akhir-akhir ini, ada hotel yang memakainya ukiran Boma sebagai mungkin karena mengganggap sia-sia memiliki hiasan pada dinding kamar hotel, di atas pintu pura. Di samping itu, ada kasus sebuah hotel yang di kamar, di gerbang masuk ke wilayah hotel dan

24 Komodifikasi (Komoditifikasi) Dalam Industri Perhotelan di Bali [Ni Putu Ratna Sari]

Gambar 2: Contoh roof top restaurant di hotel (gam- bar dari web, disitasi 12 11 2015). Gambar 4. Ukiran Boma yang seharusnya dipasang pada pintu masuk atau di tempat kawasan yang disucikan ini dipasang pada pintu masuk ke bagian “madya mandala” hotel karena dianggap sebagai hiasan belaka oleh pihak arsitek hotel.

Gambar 3. Bagian paling atas dari hotel yang dibuat datar, tidak berbentuk limas, kemudian diisi pembangkit listrik tenaga surya (so- lar cell). sebagainya. Menurut para ahli agama, penggunaan ini tidak tepat. Boma yang merupakan representasi dari Tuhan (putra Betara Wisnu) hanya dipakai hiasan saja pada lingkungan “madya mandala” dari hotel, padahal seharusnya ditempatkan di kawasan Gambar 5. Wisatawan menikmati ruang terbuka di suci atau di gerbang masuk ke kawasan yang suci, depan klumpu atau jineng. Klumpu atau misalnya gerbang masuk ke pura atau merajan hotel, jineng ini yang ada dimodifikasinya men- kecuali hiasan Boma bersayap yang bisa dipakai untuk jadi sarana bermalam wisatawan hiasan pada bade atau bengko untuk kelengkapan upacara ngaben dan ngasti di Bali (Ngurah Oka Supartha, ahli agama, pers.comm., 2000). tamu yang datang. Hal ini tidak tepat, karena patung- Patung-patung dewa sebagai manifestasi Tuhan patung dewa sebagai manifestasi Tuhan seharusnya ada yang dipakai sebagai hiasan pada hotel. Ada ditempatkan pada tempat yang layak, sesuai dengan hotel yang menempatkan patung-patung manifestasi makna dan fungsinya, atau manifestasi Tuhan yang Tuhan ini sebagai hiasan kebun, atau sebagai hiasan dipuja. penyambut tamu yang dipasang langsung di lantai Fungsi fasilitas dalam hotel juga bisa dirubah dari di bagian depan loby hotel. Jika dipasang pada loby fungsi aslinya. Misalnya, ada klumpu atau jineng hotel, saat turis tiba di hotel dan masuk ke loby, yang dimanfaatkan sebagai kamar tempat tinggal maka patung-patung ini seolah-olah menyambut untuk bermalam bagi para turis padahal sebenarnya

25 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Gambar 7. Umbul-umbul, kober dan lain-lain dengan hiasan gambar para Dewa atau manifesta- Gambar 6. Canang yang lengkap di samping berisi sinya merupakan sarana upacara yang bunga, juga berisi pinang, kapur, sirih. disucikan umat Hindu. Ada hotel yang Ada hotel yang memakai canang tanpa memakai sarana upacara ini sebagai bagian pinang, kapur dan sirih dan canang ini dari hiasan untuk kegiatan bisnis sehari- dipakai sebagai hiasan harinya. atau aslinya jineng atau klumpu tersebut berfungsi Dewa atau Hanoman dan sebagainya, yang menurut sebagai tempat penyimpanan hasil panen. tafsir agama Hindu tidak bisa dipakai sebagai hiasan Ada juga hotel yang membuat bale kulkul namun sembarangan. Syukurnya akhir-akhir ini, temuan hanya sebagi hiasan belaka. Kulkul yang ada sejenis ini sudah semakin jarang. pada bale kulkul ini tidak pernah dipakai untuk Ada beberapa hotel yang menamai bangunannya semestinya, misalnya untuk penanda/panggilan atau ruangannya menyamai nama Tuhan/Ida Sang untuk pertemuan, kejadian kemalingan, kematian, Hyang Widhi Waca atau manifestasinya, misalnya dan sebagainya untuk warga banjar, atau untuk Bayu, Wisnu dan sebagainya. Menurut beberapa sarana komunikasi warga subak, penanda odalan tokoh agama Hindu, penggunaan nama-nama Tuhan di pura, penanda ada hal-hal penting di , dan atau manifestasinya harus tepat dan tidak boleh sebaginya. Bale kulkul ini hanya dipakai sebagai dipakai sembarangan. hiasan agar menarik bagi turis. Ada beberapa hotel di Bali yang mengkomersialkan Pada beberapa hotel, bahan-bahan upacara ada hari raya umat Hindu. Misalnya penjualan produk yang dimodifikasi sebagai hiasan belaka. Misalnya, Paket Hari Raya Nyepi di hotel. Hari Raya Nyepi canang “yang tidak lengkap” dipakai sebagai hiasan yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali setiap tahun meja makan di beberapa restoran milik hotel tertentu. sekali adalah dalam rangka menyambut tahun baru Canang ini sudah kehilangan nilai magisnya, karena Caka. Namun acara ini sering dikemas dalam paket unsur utamanya tidak lengkap dalam “canang hiasan” wisata Nyepi di beberapa hotel di Bali. Walaupun tersebut, yaitu tidak berisi buah pinang, kapur dan turis dilarang bepergian ke luar hotel saat hari raya sirih (atau base dalam bahsa Balinya), yang mana Nyepi, namun berbagai kegiatan tetap dijalankan ketiganya merupakan simbul dari Tri Murti, Tuhan dalam “syarat-syarat” teretentu di dalam hotel. dalam tiga fungsi utama, sebagai pencipta, pemelihara Masalahnya jika paket ini tidak dikelola dengan baik, dan pemrelina atau pelebur (buah pinang berwarna misalnya jika aktivitas ini terlihat dan terdengar dari merah sebagai simbul Brahma atau Tuhan sebagai luar hotel, menimbulkan kebisingan atau kegaduhan, pencipta, base berwarna hitam kalau dihancurkan tentu ini bisa mengganggu kekusyukan perayaan hari berwarna hitam sebagai simbul Wisnu atau dewa raya Nyepi oleh umat Hindu. penjaga/pemelihara alam semesta beserta isinya, sedangkan kapur berwarna putih sebagai simbul Beberapa hotel membiarkan turisnya yang Ciwa yaitu Tuhan dalam fungsinya sebagai pelebur menginap di hotel untuk jalan-jalan kemudian atau pemrelina, pengembali ke unsur asal). memasuki pura hotel tanpa peringatan sama sekali, Ada hotel yang memanfaatkan kober atau umbul- yang penting turisnya puas tinggal di hotel tersebut, umbul atau sarana upacara Hindu lainnya sebagai walaupuan ada yang sudah memperingatkan. hiasan belaka dari bebagai acara yang digelar di hotel. Sebagian turis di antaranya ada yang menaiki Kober dan umbul-umbul ini biasanya berisi lukisan “pelinggih” pura dan berpose sambil berfoto di sana,

26 Komodifikasi (Komoditifikasi) Dalam Industri Perhotelan di Bali [Ni Putu Ratna Sari]

Paket Nyepi | Hotel Murah di Bali www.hoteldomestik.com › Paket spesial � � Translate this page Mar 22, 2015 - Paket Nyepi Di Pop Kuta Beach / Pop Legian Dewi Sri / Pop Hardys Singaraja ... Paket Nyepi di The Alea Hotel Seminyak .... Kirana Bali Wisata Paket Nyepi di Hotel Bali 3 Hari 2 Malam - wisata di Bali www.wisatabaliaga.com/paket-nyepi-di-hotel- Gambar 10. Pura hotel yang tidak dipagar (diseng- bali-3-h... ker) rawan dimasuki turis untuk berfoto, � termasuk naik ke atas ‘pelinggih’, dan Translate this page pura ini rawan dimasuki turis yang tidak Selain itu, di hampir semua hotel – hotel di Bali seharusnya (misalnya turis yang sedang menawarkan paket nyepi dengan harga murah datang bulan) spesial untuk wisatawan yang ingin menikmati suasana damai di ... ada dimodifikasinya menjadi sarana bermalam wisatawan, canang sebagai hiasan belaka, umbul- umbul, kober dan lain-lain dengan hiasan gambar Gambar 8. Contoh informasi dan iklan paket Nyepi para Dewa atau manifestasinya merupakan sarana di Bali yang marak ditawarkan di web site upacara yang disucikan umat Hindu dipakai dalam kegiatan bisnis sehari-harinya, iklan paket Nyepi di atau pura dipakai sebagai latar belakang berfoto Bali yang marak ditawarkan di web site, Pura hotel karena dianggap menarik dan dipakai sebagai ciri/ yang tidak dipagar (disengker) rawan dimasuki turis bukti sudah mengunjungi Bali. Mungkin dalam kasus untuk berfoto, termasuk naik ke atas ‘pelinggih’, dan ini pura dianggap sebagai hiasan belaka. Maka ini pura ini rawan dimasuki turis yang tidak seharusnya menjadi masalah dalam kaitan dengan kesucian pura, (misalnya turis yang sedang datang bulan). terutama kalau ada misalnya turis yang datang bulan masuk pura dan naik ke pelinggih. 5.2. Saran Di samping itu, ada yang pura hotelnya dibiarkan 1. Pihak hotel harus memperhatikan dan menerapkan terbuka tanpa pintu pagar dan tanpa peringatan atau nilai-nilai Tri Hita Karana pada operasional larangan masuk bagi wanita yang sedang datang hotelnya. bulan. Bagi sebagian hotel yang konsen masalah 2. Hendaknya pihak hotel lebih bisa memahami budaya, mereka seharusnya memasang “alert sign” dalam menerapkan arsitektur Bali agar kesucian dan larangan bagi turis yang datang bulan untuk dari makna atau simbol agama tetap terjaga masuk pura, serta juga larangan bagi semua turis kesakralannya menaiki pura tanpa ijin apalagi hanya untuk berfoto. 3. Pihak pemerintah juga perlu melakukan pengawasan terhadap semua pembangunan dan V. SIMPULAN DAN SARAN operasional hotel agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan simbol-simbol yang dianggap 5.1. Simpulan sakral tidak pada tempatnya. Ada berbagi bentuk komodifikasi pada industri perhotelan di Bali yaitu pada pembangunan Pura DAFTAR PUSTAKA hotel, penggunaan struktur bangunan atap hotel yang dijadikan restoran, atap hotel yang dijadikan Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. tempat pemanas air, ukiran Boma yang seharusnya Kreasi Wacana: Yogyakarta. dipasang pada pintu masuk atau di tempat kawasan Fiske, R. H. (undated). Robert Hartwell Fiske’s Dictionary of Unendurable English: A Compendium of Mistakes yang disucikan ini dipasang pada pintu masuk ke in Grammar, Usage, and Spelling with commentary bagian “madya mandala” hotel karena dianggap on lexicographers and linguists. p. 99 di dalam sebagai hiasan, Klumpu atau jineng ini yang https://en.wikipedia.org/wiki/Commodi fication,

27 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

cited 10 November 2015. Piliang, Yasraf Amir. 2005. Transpolitika: Dinamika Politik Fairlough, N. 1995. Discourse and Social Change. di Dalam Era Virtualitas. Yogyakarta: Jalasutra Cambridge : Potity Press. Ruastiti, N.M. 2011. Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Keat, R and N. Abercrombie. 1990. Enterprise Culture. Agung Ubud, bagian I (laporan penelitian). http:// London: Routledge. repo.isi-dps.ac.id/976/1/Komodifikasi_Obyek_ Macleod, N. 2006. Cultural Tourism: Aspects of Wisata _Puri_Saren_Agung_Ubud%2C_bagian_I. Authenticity and Commodification. Pp. 177-190 in pdf, cited 12 11 2015. “Cultural and Tourism Change: Cultural Tourism in Sukmawati, N. M. R. 2011. Komodifikasi Kerajinan a Changing World: Politics, Participation and (Re) Seni Patung Kayui di Desa Mas, Kecamatan presentation” ed by M. K. Smith and M. Robinson. Ubud, Kabupaten Gianyar. Thesis. Denpasar: Great Britain: MPG Books. Program magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Mulyanto, Dede. 2012. Genealogi Kapitalisme: Antropologi Pascasarjana, Universitas Udayana. dan Ekonomi Politik Pranata Eksploitasi Kapitalistik. Surbakti, A. 2008. Komodifikasi Budaya Populer dalam Yogyakarta: Resist Book Pariwisata. Jurnal Analisis Pariwisata, Fakultas Picard, M. 1996. Cultural Tourism and Touristic Culture. Pariwisata Unud Vol. 8 No. 2 (hal. 7-24). Singapore: Archipelago Press. Turner, B.S. 1992. Max Weber : From History to Modernity. London : Routledge.

28 ANALISIS PARIWISATA ❖ Pengaturan16 [1] : 29 Hukum - 34 Terhadap Privatisasi Sempadan Pantai oleh Pengusaha Pariwisata di Provinsi Bali [Putri Kusuma Sanjiwani]

PENGATURAN HUKUM TERHADAP PRIVATISASI SEMPADAN PANTAI OLEH PENGUSAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI

Oleh Putri Kusuma Sanjiwani Fakultas Pariwisata Universitas Udayana email : [email protected]

ABSTRACT

The research titled “Legal Arrangements of the Privatization of Coastal Line by Entrepreneur Tourism in Bali Province”. This research is motivated by the practice of privatization of tourism entrepreneurs on the coastal line in the coastal area of the Bali island. Coastal line is a public space and regulated in the legislation, coastal line should not be owned privately. Local communities are the most disadvantaged on the privatization practices. Local communities lose public space, lose the right and freedom to enjoy public facilities, loss of access and place for carry out religious rituals, and children lost their playground. The issue that arises is how the legal arrangements regarding the privatization of coastal line by tourism entrepreneurs in the province of Bali? How the Bali Provincial Government policies in addressing the privatization of coastal line in the province of Bali? Method used in the writing of the journal of the rule of law against the privatization of the coastal line in the province of Bali tourism entrepreneurs are using normative legal research methods. Method used in the writing of the journal of the rule of law against the privatization of the coastal line in the province of Bali tourism entrepreneurs are using normative legal research methods. Writing this journal approach and conceptual legislation to be able to analyze the problems with the theory of law to analyze a problem with the applicable rules in accordance with the legislation in the hierarchy of the sort order for the legislation in force in Indonesia. Explores the concept of policy in assessing the direction of government policy in issuing policies towards the privatization of coastal line by tourism entrepreneurs. The results showed the regulation of coastal line is already regulated in legislation but there is vagueness that occurs in the utilization norms coastal line for the sake of tourism. The local government has the authority to crack down on the practice of privatization by tourism entrepreneurs. Need formation of the governing body of the local government consisting of local communities to restore the function and benefits of coastal line as a public space. Practice privatization should be subject to sanctions explicitly either civil penalties or criminal sanctions. Legal framework established to overcome this problem is in the form of regulations governing the use of coastal line to the area of tourism and rules of the governing body coastal border.

Keyword : tourism law, coastal line, bali province

PENDAHULUAN Usaha penyediaan akomodasi seperti pemilik villa, hotel berbintang dan hotel melati. Latar Belakang Usaha penyediaan jasa makanan dan minuman Pariwisata Bali dapat diibaratkan seperti bunga seperti restaurant dan beach club. yang memiliki nektar sebagai incaran para lebah, Bentuk privatisasi berupa kepemilikan secara lebah-lebah tersebut merupakan perumpamaan pribadi sempadan pantai yang masih alami (virgin) dari para investor dan pengusaha pariwisata yang dan sempadan pantai yang menjadi fasilitas umum. ingin mendapatkan keuntungan dengan cara Pantai merupakan pertemuan antara batas terluar berinvestasi dalam usaha pariwisata. Beberapa laut dengan batas terluar daratan yang dapat diukur titik sentral pengembangan pariwisata Bali sedang pada saat pasang tertinggi air laut dan surut terendah. mengalami demam privatisasi kawasan sempadan Menurut peraturan perundang-undangan, sempadan pantai. Privatisasi tersebut dilakukan oleh investor/ pantai adalah : pengusaha pariwisata yang bergerak di dalam usaha Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya pariwisata sebagai berikut : proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai,

29 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang sebelum hari raya Nyepi untuk menyucikan diri dan tertinggi ke arah darat. lambang-lambang keagamaan untuk menyambut hari Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan raya Nyepi dan dilakukan oleh semua umat Hindu di kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan Bali. Penutupan jalur untuk akses Melasti memaksa jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik masyarakat lokal memilih jalur lain atau bahkan pantai. membuka jalur baru untuk dapat melakukan ritual Privatisasi sempadan pantai yang dilakukan Melasti, banyak diantara masyarakat Hindu di Bali para pengusaha pariwisata rata-rata menggunakan harus berpindah tempat untuk melaksanakan ritual alasan untuk kenyamanan wisatawan. Privatisasi di pantai yang cukup jauh dari pura mereka karena merugikan masyarakat umum dan masyarakat arogansi pengusaha pariwisata. Anak-anak Bali lokal. Masyarakat lokal mengalami gangguan dalam menjadi kehilangan hak mereka untuk menikmati berekreasi, melaksanakan ritual keagamaan dan pantai secara gratis, kehilangan tempat mereka untuk kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat publik. bermain atau melaksanakan kegiatan secara leluasa. Masyarakat mengalami perlakuan buruk atau kurang Pemerintah, pengusaha dan masyarakat menyenangkan dari pihak keamanan usaha pariwisata merupakan subyek pariwisata dalam sistem mulai dari pelarangan bahkan sampai pengusiran pariwisata, mereka memiliki kekuatan untuk dari sempadan pantai. Pantai merupakan ruang mengendalikan sesuatu dan memiliki kemampuan publik milik negara yang tidak boleh dimiliki secara bertahan dari tekanan. Pemerintah sebagai pemegang pribadi oleh orang - perseorangan atau perusahaan kuasa penuh akan pengelolaan sempadan pantai swasta. Provinsi Bali mengeluarkan Perda No. 16 sebagai ruang publik yang dapat dinikmati secara Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah gratis oleh masyarakat harus mampu memegang Provinsi yang menyatakan bahwa sempadan pantai kendali dalam praktik privatisasi pengusaha dalam penggunaan lahan pesisir termasuk alam dan pariwisata. Perlu adanya tinjauan yuridis tentang pantai sebagai bagian dari hak publik. pengaturan sempadan pantai di Provinsi Bali untuk Ekspansi kapital pengusaha pariwisata yang begitu dapat menekan praktik privatisasi sempadan pantai masif dalam penguasaan sempadan pantai sudah yang marak terjadi dan perlu adanya kesadaran serta dalam batas tidak wajar atau sangat memerlukan pemahaman masyarakat dan pemerintah dalam kontrol atau pengawasan dari Pemerintah. Praktik pemanfaatan ruang publik. privatisasi terjadi di beberapa areal pantai yang mengalami privatisasi oleh pihak pengusaha METODE PENELITIAN pariwisata ada di daerah : 1. Daerah Nuda Dua (khususnya kawasan ITDC Metode penulisan yang digunakan dalam dan Tanjung Benoa) di Kabupaten Badung; penulisan jurnal mengenai pengaturan hukum 2. Daerah Seminyak – Kuta Selatan di Kabupaten terhadap privatisasi sempadan pantai oleh Badung; pengusaha pariwisata di Provinsi Bali adalah dengan 3. Daerah Bukit Unggasan di Kabupaten Badung; menggunakan metode penelitian hukum normatif. 4. Daerah Sanur – Denpasar Selatan di Kotamadya Penulisan jurnal ini menggunakan pendekatan Denpasar; undang-undang dan konseptual untuk dapat 5. Daerah Canggu di Kabupaten Badung; menganalisis permasalahan sesuai dengan teori 6. Daerah Candi Dasa di Kabupaten Karangasem; perundang-undangan untuk menganalisis suatu Praktik privatisasi yang semakin marak terjadi di permasalahan dengan aturan yang berlaku sesuai kawasan sempadan pantai pulau Bali melupuhkan dengan peraturan perundang-undangan di dalam kegunaan dan fungsi pantai sebagai areal publik, hierarki tata urutan perundang-undangan yang khsusnya melumpuhkan perekonomian nelayan. berlaku di Indonesia. Mengetengahkan konsep Nelayan tidak leluasa dalam menambatkan jungkung kebijakan dalam mengkaji arah kebijakan pemerintah atau perahu di pinggir pantai, nelayan tidak leluasa dalam mengeluarkan kebijakan terhadap privatisasi menurunkan hasil tangkapan mereka di pinggir pantai, sempadan pantai oleh pengusaha pariwisata. mereka hanya boleh menurunkan hasil tangkapan Penelitian ini menggunakan bahan hukum yaitu mereka di tempat-tempat tertentu saja, nelayan juga bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. tidak leluasa mengadakan transaksi perdagangan di Bahan hukum primer yang digunakan adalah pinggir pantai. Masyarakat Hindu di Bali kehilangan keseluruhan peraturan sesuai hierarki tata urutan akses menuju pantai untuk melaksanakan ritual perundang-undangan dimulai dari Undang- Undang Melasti. Melasti merupakan upacara yang dilakukan Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang-

30 Pengaturan Hukum Terhadap Privatisasi Sempadan Pantai oleh Pengusaha Pariwisata di Provinsi Bali [Putri Kusuma Sanjiwani]

Undang, Peraturan Pemerintah dan seterusnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Bahan hukum sekunder adalah pandangan-pandangan para sarjana mengenai privatisasi sempadan pantai oleh pengusaha pariwisata, sumber-sumber data yang di dapat dari buku berbahasa Indonesia atau berbahasa asing yang berhubungan dengan penulisan jurnal ini serta kajian-kajian terbaru dari jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Bahan-bahan hukum maupun informasi penunjang lainnya yang diperoleh penulis akan diolah dan dianalisis melalui langkah-langkah deskripsi, evaluasi, argumentasi dan sitematis. Gambar. 1 Privatisasi Sempadan Pantai oleh Pen- gusaha Pariwisata. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Privatisasi Sempadan Pantai oleh Pen- tinggi. Indonesia menganggap pariwisata sebagai gusaha Pariwisata sebuah industri yang bersifat mahal (luxury/ Pariwisata memiliki makna yang berbeda jika dilihat exclusive). dari sudut pandang negara-negara di dunia. Negara Perubahan komoditi utama perekonomian maju memandang pariwisata sebagai sebuah hadiah Indonesia dari komoditi pertambangan dan migas atau bonus untuk perekonomian negara sedangkan menjadi komoditi industri pariwisata tergolong negara berkembang memandang pariwisata sebagai mengalami perubahan secara instan. Perubahan yang primadona perekonomian negara. Sebuah negara terlalu cepat membuat pemerintah, pengusaha dan memerlukan tahapan-tahapan pendewasaan dalam masyarakat tidak siap untuk menerima dan mengikuti menyikapi kehadiran pariwisata, yaitu : ritme perubahan instan tersebut. Ketidaksiapan 1. Negara harus melalui proses/ tahapan ini tercermin dalam timbulnya praktik privatisasi perkembangan industri yaitu dimulai dari sempadan pantai oleh pengusaha pariwisata. Bagi industri barang/manufacturing menuju pengusaha pariwisata, pariwisata merupakan alat pengembangan industri perdagangan, industri yang mampu menambah pundi-pundi kekayaan energi dan terakhir memasuki industri jasa; dalam waktu singkat sehingga pengusaha berupaya 2. Kemapanan industri barang/manufacturing semaksimal mungkin dalam pemanfaatan kawasan sebagai pemenuhan kebutuhan primer akan yang mereka miliki sampai pemanfaatan ruang membawa industri jasa sebagai industri yang publik yang melekat pada kawasan mereka. memenuhi kebutuhan tersier dalam kehidupan Privatisasi secara umum dapat berarti proses masyarakat di suatu negara; pengalihan kepemilikan yaitu dari kemepemilikan 3. Negara maju dengan kemapanan sektor industri umum menjadi kepemilikan pribadi. Privatisasi primer mampu memandang wisatawan dan sempadan pantai merupakan pengambilalihan areal masyarakat dengan posisi yang sejajar tanpa publik berupa sempadan pantai oleh pihak swasta harus memperlakukan wisatawan secara atau pengusaha pariwisata sebagai areal privat istimewa dibandingkan masyarakat lokal. (milik pengusaha/swasta) sehingga menyebabkan Indonesia memiliki sejarah panjang sebelum fungsi sempadan pantai yang dapat dinikmati secara akhirnya menjadikan pariwisata sebagai salah umum oleh masyarakat umum dan masyarakat lokal satu unggulan penggerak perekonomian negara. menjadi hanya dapat dinikmati oleh wisatawan. Indonesia merupakan negara yang mengandalkan Bentuk privatisasi oleh pengusaha pariwisata berupa sektor industri jasa pariwisata sebagai salah satu pengkaplingan lahan sempadan pantai, praktik penghasilan utama untuk pendapatan negara. tersebut sebagian besar terjadi di Bali Selatan. Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa Bentuk-bentuk nyata dalam privatisasi pantai dalam eksotisme pesisir dan bahari, 59 pulau yang dilakukan dengan beberapa metode berikut ini yaitu : memiliki potensi sebagai daya tarik wisata dan 13 Pemasangan pembatas berupa pelampung atau pulau unggulan pariwisata sudah dimasuki oleh bendera yang membentang di sisi batas wilayah usaha investor. Investasi tersebut merupakan potret yang pariwisata yang terjadi di areal pantai Sanur dan memberikan kesimpulan bahwa wilayah pesisir dan menempatkan fasilitas di atas air untuk wisatawan bahari di Indonesia memiliki nilai investasi yang sehingga area tersebut tidak dapat digunakan,

31 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

dilewati atau dimanfaatkan masyarakat;

Pemasangan beton di areal pantai yang terletak di depan view laut usaha pariwisata untuk menghalangi nelayan menancabkan perahu atau bertransaksi jual beli hasil tangkapan nelayan seperti yang terjadi di daerah Candi Dasa;

mereka untuk pemenuhan kebutuhan harian mereka dan tanpa sengaja memutus mata rantai perdagangan di tataran siklus kehidupan masyarakat lokal. Privatisasi sempadan pantai tidak hanya terjadi di Provinsi Bali tetapi juga terjadi di Pantai Pede dan Labuan Bajo yang terletak di kawasan Indonesia Timur. 3.2. Pengaturan Sempadan Pantai di Provinsi Bali Indonesia merupakan negara kepulauan dan Penutupan akses tangga menuju pantai yang merupakan salah satu negara yang memiliki garis terletak di bawah tebing dan menjadikan jalur pantai terpanjang dari beberapa negara lainnya di tersebut sebagai akses privat usaha pariwisata, terjadi dunia. Akhir-akhir ini konsentrasi LSM dan pemerhati di daerah Bukit Jimbaran. lingkungan mulai mengkritik tentang pemanfaatan Privatisasi sempadan pantai telah memberikan sempadan pantai sebagai pemanfaatan pariwisata trauma tersendiri kepada masyarakat lokal, privatisasi oleh pengusaha pariwisata. Sempadan pantai tersebut telah merenggut hak dan kebebasan merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah masyarakat untuk memperoleh manfaat dari sumber pusat dan ditetapkan sebagai bagian dari kawasan daya alam. Masyarakat adalah lapisan pertama yang lindung nasional. Pemerintah memiliki kewenangan merasakan dampak dari privatisasi sempadan pantai. penuh terhadap kawasan sempadan pantai yang ada Masyarakat lokal dijadikan sebagai penonton oleh di sepanjang garis pantai di Indonesia. Sempadan para investor yang digarisbawahi sebagai pengusaha pantai termasuk kedalam kawasan perlindungan pariwisata. Masyarakat lokal tidak mendapatkan setempat. Pemerintah memandang sempadan pantai manfaat secara utuh dari sebuah pariwisata karena merupakan kawasan yang sangat rentan mengalami ruang gerak masyarakat lokal yang semakin dibatasi pengerusakan oleh tangan-tangan yang tidak secara paksa oleh investor/pengusaha pariwisata. bertanggungjawab dikarenakan sempadan pantai Secara perlahan-lahan masyarakat lokal di daerah merupakan bagian alam yang mudah dijangkau oleh pesisir yang menggantungkan hidupnya dari kekayaan manusia. laut akan kehilangan akses menuju lapangan kerja 1. Pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam

32 Pengaturan Hukum Terhadap Privatisasi Sempadan Pantai oleh Pengusaha Pariwisata di Provinsi Bali [Putri Kusuma Sanjiwani]

peraturan perundang-undangan untuk undangan dan penerapan hukum dari peraturan perlindungan sempadan pantai yang tertuang di perundang-undangan. Pemerintah memiliki dalam : kewenangan mutlak untuk mengatur kawasan yang 2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang berada di bawah wilayah kekuasaan Negara Kesatuan Perubahan atas Undang-Undang No.27 Tahun Republik Indonesia. Salah satu bentuk perwujudannya 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan adalah mengeluarkan kebijakan terhadap kawasan Pulau-Pulau Kecil tertentu secara hukum. Implementasi kebijakan 3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang tersebut adalah produk hukum dalam melindungi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan 4. Peraturan Presiden No. 51 Tahun 2016 tentang pantai dari gempuran pengembangan pariwisata. Batas Sempadan Pantai Asas desentralisasi dan penerapan otonomi daerah 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 9/ yang dianut sistem pemerintahan di Indonesia PRT/M/2010 tentang Pedoman Pengamanan menuntut pemerintah untuk membagi urusan Pantai pemerintahan menjadi tiga kewenangan, pemerintah 6. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun memiliki perpanjangan tangan dalam menjalankan 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kewenangan tersebut berupa pendelegasian tugas Provinsi Bali Tahun 2009-2029 kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan dilanjutkan Belum adanya pengaturan secara khusus dalam kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintahan menindaklanjuti praktik privatisasi sempadan Indonesia dibagi menjadi tiga pembagian urusan pantai yang dapat memberikan efek jera bagi para rumah tangga pemerintahan yaitu : pengusaha pariwisata. 1. Pemerintah Pusat Norma-norma yang mengatur sempadan pantai 2. Pemerintah Daerah Provinsi di dalam peraturan perundang-undangan hanya 3. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota menyatakan bahwa pantai merupakan ruang publik Pemerintah Daerah Provinsi Bali memiliki umum yang tidak boleh dikuasai secara pribadi. kewenangan penuh dalam pengelolaan sempadan Tidak adanya norma yang menyatakan secara tegas pantai disamping adanya Pemerintah Daerah dalam penindakan hukum atas privatisasi yang jelas- Kabupaten/Kota yang juga memiliki kewenangan jelas terjadi kawasan pariwisata di Provinsi Bali, dalam pengelolaan sempadan pantai tersebut. terjadi kekaburan norma dalam penegakan hukum Sempadan pantai merupakan bagian penting dari tersebut. Kekaburan norma menyebabkan peraturan lingkungan hidup. Daya tarik wisata alam yang perundang-undangan menjadi abu-abu dalam menjadi salah satu keunggulan pariwisata Bali memberikan sangsi secara tegas kepada pengusaha disamping pariwisata budaya merupakan kawasan pariwisata. Sampai saat ini praktik privatisasi yang bersinggungan dengan konservasi atau sempadan pantai masih tetap terjadi dan belum ada pelestarian lingkungan hidup. Pariwisata harus bisa tindakan yang dilakukan dari pihak pemerintah baik berjalan seirama dengan pelestarian lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. untuk kepentingan keberlanjutan hidup manusia dan pariwisata berkelanjutan. 3.3. Bentuk Kebijakan Pemerintah Provinsi Upaya yang dapat ditempuh Pemerintah Daerah Bali dalam Menghapus Praktik Privatisasi Provinsi Bali dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Sempadan Pantai Kota yang mengalami praktik privatisasi sempadan Pemerintah merupakan organ dari tubuh yang pantai di pesisir pantai terhadap kawasan pesisir disebut negara, berbentuk organisasi dan memiliki yang berada dibawah kewenangan mereka adalah : kewenangan atribusi (kewenangan yang sudah diatur Membentuk badan pengelola sempadan pantai atau ditetapkan di dalam peraturan perundang- yang bertugas untuk memulihkan fungsi sempadan undangan). Menurut Dye yang dikutip oleh Winarno, pantai sebagai ruang publik, memulihkan fungsi kebijakan adalah sebagai pilihan pemerintah untuk sempadan pantai sebagai kawasan yang dilindungi, melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever dan memulihkan fungsi sempadan pantai untuk governments choose to do or not to do) 1. Salah satu kepentingan religius masyarakat lokal dalam kewenangan pemerintah adalah membuat sebuah melaksanakan keyakinan mereka; kebijakan. Kebijakan hukum adalah kebijakan Pengeluaran produk hukum berupa peraturan yang menghasilkan produk peraturan perundang- pemerintah yang dapat menjadi payung hukum badan pengelola sempadan pantai dalam melaksanakan 1 Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo,Yogyakarta. tugas dan fungsinya;

33 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Pengeluaran kebijakan tentang pengaturan kegiatan pariwisata. Pemerintah Daerah Provinsi sempadan pantai untuk pemanfaatan pariwisata yaitu Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota memegang produk hukum berupa Peraturan Daerah, Keputusa kewenangan untuk pengelolaan sempadan pantai Gubernur atau Keputusan Bupati untuk menekan di Provinsi Bali. Pemerintah Daerah berwenang dan meniadakan praktik privatisasi. membentuk badan pengelola sempadan pantai dengan Badan pengelolaan sempadan pantai harus beranggotakan masyarakat lokal untuk melaksanakan beranggotakan masyarakat setempat, hal ini menjadi tugas memulihkan fungsi sempadan pantai sebagai pertimbangan penting dikarenakan masyarakat lokal ruang publik serta memulihkan fungsi sempadan yang paling paham akan kelestarian lingkungan, pantai sebagai kawasan yang dilindungi, memulihkan perlindungan lingkungan, pemanfaatan lingkungan fungsi sempadan pantai untuk kepentingan religius dan lain-lain dalam pengelolaan sempadan pantai masyarakat lokal dalam melaksanakan keyakinan untuk kepentingan masyarakat umum, masyarakat mereka. Pemerintah Daerah harus mengeluaran lokal dan wisatawan. Pemerintah hanya bertindak kebijakan berupa produk hukum sebagai payung mengawasi jalannya badan pengelola sempadan hukum untuk menjamin badan pengelola dalam pantai dan memberikan pengarahan tentang melaksanakan tugas-tugasnya. pengelolaan sempadan pantai; Badan pengelola sempadan pantai akan menjadi Saran penengah diantara pengusaha pariwisata dan Perlunya penanaman pemahaman baik dari masyarakat lokal, badan pengelola sempadan pantai pemerintah, pengusaha pariwisata dan masyarakat juga akan mensinergikan kebutuhan pariwisata dengan lokal dalam pemanfaatan kawasan sempadan pantai kebutuhan masyarakat umum/masyarakat lokal. untuk pemanfaatan pariwisata. Pariwisata bukanlah Pemerintah Daerah Provinsi Bali harus mampu industri luxury yang harus mengenyampingkan menanamkan pemahaman bahwa kepentingan masyarakat lokal dan mendewakan wisatawan tetapi umum (masyarakat umum/masyarakat lokal) harus lebih baik wisatawan dan masyarakat lokal sejajar didahulukan dibandingkan kepentingan pribadi dalam industri pariwisata karena tanpa masyarakat (pengusaha pariwisata) karena keseimbangan budaya lokal sebagai aktor pariwisata, pariwisata Bali tidak akan memberikan bonus untuk keberlangsungan akan sempurna. pariwisata. Pengusaha pariwisata harus mampu untuk menghilangkan doktrin pariwisata sebagai DAFTAR PUSTAKA industri mahal (luxury) karena tanpa adanya masyarakat lokal sebagai pendukung atau aktor dari Literatur drama pariwisata maka pariwisata tidak akan ada Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. artinya. Pemerintah Daerah harus mampu untuk Media Pressindo,Yogyakarta William N. Dunn. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gajah membenahi infrastuktur di kawasan sempadan pantai Mada University Press, Yogyakarta. yang nyaman bagi masyarakat dan wisatawan tanpa harus membeda-bedakan perlakuan dari masyarakat Peraturan Perundang-Undangan dan wisatawan. Pemerintah Daerah harus mampu Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan memegang kendali kuat dalam pariwisata agar atas Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang pengusaha pariwisata tidak dapat menggunakan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil daya upaya untuk menguasai sebuah kawasan demi (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia kepentingan pribadi. Nomor 5490). Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Tambahan SIMPULAN DAN SARAN Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4833). Kesimpulan Peraturan Presiden No. 51 Tahun 2016 tentang Batas Pengaturan sempadan pantai belum diatur secara Sempadan Pantai (Lembaran Negara Republik khusus dalam menindaklanjuti praktik privatisasi Indonesia Tahun 2016 Nomor 113). sempadan pantai yang dapat memberikan efek jera Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 9/PRT/M/2010 bagi para pengusaha pariwisata. Terjadi kekaburan tentang Pedoman Pengamanan Pantai. norma dalam penegakan hukum tersebut, norma yang Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang ada tidak menyatakan secara tegas dan terkesan abu- Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 (Tambahan Lembaran Daerah Provinsi abu dalam tindakan privatisasi pengusaha pariwisata Bali Nomor 15). terhadap pemanfaatan sempadan pantai untuk

34 ANALISIS PaketPARIWISATA Wisata Pedesaan ❖ 16 “ Become[1] : 35 Pangsanian - 51 ” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

PAKET WISATA PEDESAAN “BECOME PANGSANIAN” DI DESA WISATA PANGSAN, PETANG, BADUNG

Oleh Ni Gusti Ayu Susrami Dewi Email: [email protected] Luh Gede Leli Kusuma Dewi Email: [email protected]

ABSTRAK

Paket wisata pedesaan merupakan paket wisata yang unik dan menarik. Menjadikan kehidupan sehari- hari warga desa sebagai daya tarik utama, merupakan salah satu yang membuat paket wisata ini berbeda. Kehidupan warga yang khas digabungkan dengan daya tarik alam dan keunikan tradisi budaya khususnya yang berkaitan dengan hari raya Nyepi, mampu menjadikan paket wisata ini menarik khususnya bagi wisatawan mancanegara. Pengemasan paket wisata pedesaan ini, didukung dengan keberadaan Desa Wisata yang dapat dijadikan sebagai tempat pengaplikasian paket unik ini. Desa Wisata Pangsan terletak di Kecamatan Petang Kabupaten Badung yang merupakan salah satu Desa Wisata yang sedang berkembang dan membutuhkan variasi produk wisata. Berdasarkan fenomena tersebut di atas maka ingin diketahui mengenai potensi Desa Wisata Pangsan sehingga dapat dikemas menjadi paket wisata pedesaan berdasarkan pada potensi yang dimiliki. Menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data antara lain: observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Adapun diperoleh hasil: 1) potensi alam: pemandangan yang indah dan hamparan persawahan, perkebunan; 2) potensi budaya: Tradisi Urak, adanya sekeha kesenian tradisional; 3) potensi buatan manusia: jalur trekking, jalur rafting, jalur cycling, organisasi masyarakat seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), PKK, karang taruna, pegelaran kesenian masyarakat, fasilitas pariwisata. Berdasarkan potensi tersebut, maka dikemas suatu paket wisata pedesaan yang diberi tajuk “Became a Pangsanian” 5 hari 4 malam dengan harga USD 446. Diharapkan melalui paket ini memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Desa Wisata Pangsan.

Kata kunci : Paket Wisata Pedesaan, Desa Wisata Pangsan

I. PENDAHULUAN sosial, ekonomi, budaya masyarakat setempat sampai dengan keberlanjutan dari alamnya. Melalui Paket wisata pedesaan merupakan bentuk paket pengemasan paket wisata pedesaan sangat membantu wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri. Paket pelestarian alam, budaya dari kehidupan warga desa ini akan sangat berbeda dengan paket wisata lainnya, dan diharapkan memberikan dampak positif bagi dikarenakan yang ditonjolkan untuk menjadi daya perekonomian warga desa. tarik adalah kehidupan keseharian dari warga Dewasa ini pemerintah daerah di Bali sedang desa. Berdasarkan pada definisi wisata pedesaan gencar-gencarnya melakukan pengembangan desa- yang dikemukakan oleh Depbudpar (2001) wisata desa wisata. Setiap desa yang dinilai memiliki daya pedesaan adalah suatu kegiatan pariwisata yang tarik ditetapkan sebagai desa wisata. Pemerintah dikembangkan di suatu wialyah pedesaan dengan Daerah (Pemda) Kabupaten Badung adalah salah menjadikan keseluruhan daya tarik yang dimiliki satunya. Sampai saat ini Pemda Badung melalui suatu desa baik dari kehidupan sosial, ekonomi, adat Peraturan Bupati (Perbub) No. 47 Tahun 2010 istiadat, arsitektur bangunan dan lainnya sebagai menetapkan 11 Desa Wisata. Salah satu Desa Wisata daya tarik utama. yang dikembangkan adalah Desa Wisata Pangsan. Pengemasan paket wisata pedesaan akan sangat Desa Wisata Pangsan terletak di Kecamatan mendukung konsep pariwisata berkelanjutan. Konsep Petang, Kabupaten Badung. Desa ini dicanangkan pariwisata berkelanjutan sendiri sangat menekankan menjadi pilot project dari Kabupaten Badung adanya suatu keberlanjutan dari segala aspek baik dalam pengembangan Desa Wisata, namun sangat

35 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

disayangkan semenjak ditetapkan sebagai desa yang acara, lamanya waktu wisata, tempat-tempat wisata pada tahun 2010 sampai saat ini desa ini yang akan dikunjungi, akomodasi, transportasi, serta belum mengalami perkembangan yang berarti. makanan dan minuman telah ditentukan oleh biro Seperti yang dilansir dari surat kabar online Denpost perjalanan dalam suatu harga yang telah ditentukan tertanggal 20 April 2016 bertajuk “Desa Wisata Di jumlahnya. Paket wisata juga didefinisikan oleh Badung Dinilai Mati Suri”. Pada artikel tersebut Desky (2001) sebagai perpaduan beberapa produk IGN Rai Suryawijaya menyebutkan bahwa dari 11 wisata minimal dua produk yang dikenal menjadi Desa Wisata yang telah ditetapkan hanya tiga desa satu kesatuan harga yang tidak dapat dipisahkan satu wisata yang masih hidup, sedangkan delapan lainnya sama lain. Menurut Lehman (dalam Yoeti 2001), paket “hidup segan mati tak mau” atau dengan kata lain wisata didefiniskan sebagai “any advertised tour or mati suri. (www.denpostnews.com). Ungkapan “mati single destination tour, including transportation and suri” yang dikatakan oleh Ketua HPRI tersebut other tour elements or an offering (line a cruise) diperkuat dengan pernyataan dari Ketua Kelompok providing a holiday.” Jika diartikan secara bebas Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Pangsan maka pengertian Lehman paket wisata adalah setiap yaitu Bapak I Nyoman Kitha, yang membenarkan perjalanan wisata yang dipublikaiskan atau perjalanan bahwa kondisi itulah yang sedang terjadi di desanya untuk satu destinasi, termasuk transportasi dan (hasil wawancara, 09 November 2016). Berangkat komponen perjalanan wisata lainnya atau suatu dari fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk penawaran yang menyediakan sebuah liburan. mengangkat topik mengenai pengemasan paket Berdasarkan pada sifatnya paket wisata itu sendiri wisata pedesaan di Desa Wisata Pangsan Kecamatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ready Petang Kabupaten Badung. Melalui pengemasan made tour dan tailor made tour (Nuriata, 1992). paket wisata pedesaan di Desa Wisata Pangsan Yang dimaksud dengan ready made tour adalah diharapkan mampu memberikan kontribusi positif suatu produk paket wisata di mana komponen- bagi perkembangan desa wisata Pangsan. komponennya sudah ditetapkan, tidak dapat diubah- ubah dan dapat langsung dibeli oleh wisatawan. 1.1 Rumusan Masalah Sedangkan untuk tailor made tour suatu paket 1.1.1 Bagaimana potensi yang dimiliki Desa Wisata wisata yang sifatnya paketnya dapat diubah-ubah Pangsan Kecamatan Petang Kabupaten Badung? komponen- komponennya sesuai dengan kebutuhan 1.1.2 Bagaimana bentuk pengemasan Paket Wisata dan keinginan konsumen. Pedesaaan di Desa Wisata Pangsan Kecamatan Menurut Suyitno (1999) salah satu bagian dalam Petang Kabupaten Badung? paket wisata ialah susunan dari perjalanan wisata itu sendiri, untuk itu diperlukan susunan acara wisata II. TINJAUAN PUSTAKA dalam bentuk konkret di mana acara wisata itu sendiri merupakan sebuah dokumen yang memuat 2.1 Konsep Paket Wisata tentang penyelenggaraan wisata sejak keberangkatan, Berdasarkan pada definisi Paket Wisata menurut di tempat tujuan hingga kembali ke tempat Isamayanti (2010) adalah perjalanan yang dibuat asalnya. Terdapat beberapa konponen yang harus oleh biro perjalanan wisata meliputi transportasi, mendapatkan perhatian khusus dalam menyusun akomodasi, serta konsumsi dalam satu harga. Definisi acara wisata berkaitan dengan waktu, antara lain: mengenai paket wisata juga dikemukakan oleh 1. Rute Perjalanan Damarjati dalam Suyitno (2001), mendefinisikan Rute sebaiknya berbentuk circle atau putaran, paket wisata sebagai suatu rencana atau acara kecuali kondisi tidak memungkinkan (jarak objek perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap yang terlalu dekat); dengan harga-harga tertentu yang telah termasuk 2. Variasi Daya Tarik Wisata pula biaya-biaya untuk transfer,/pengangkutan, Variasi daya tarik wisata yang dikunjungi secara fasilitas akomodasi/hotel, serta darma wisata/ sight berurutan disusun sedimikan rupa sehingga tidak seeing di kota/kota- kota, objek-objek wisata dan terkesan monoton. Dasar pertimbangan untuk atraksi yang telah tercantum dalam acara itu. membuatnya jadi bervariasi berdasarkan karakteristik Definisi mengenai paket wisata juga dikemukakan daya tarik wisata tersebut. oleh Yoeti (1997), dengan mendefinisikan paket 3. Tata urutan Kunjungan wisata sebagai suatu perjalanan yang direncanakan Tata urutan kunjungan menyangkut pemilihan dan diselenggarakan oleh suatu travel atau biro daya tarik wisata mana yang dikunjungi terlebih perjalanan atas resiko dan tanggung jawab sendiri, dahulu atau yang diletakkan pada akhir perjalanan,

36 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

serta daya tarik wisata mana yang waktunya sudah potensi untuk dikembangkan berbagai komponen ditentukan, sehingga dalam menyusun urutan daya kepariwisataan. Masih menurut Prastyo (2005) dalam tarik wisata kunjungan dapat didasarkan pada: bukunya suatu desa wisata juga mampu menyediakan kondisi dan kebutuhan wisatawan. dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan Acara Wisata dapat dibagi ke dalam tiga bentuk, wisata, baik dari aspek daya tarik maupun berbagai antara lain: fasilitas pendukungnya. Adapun unsur-unsur dari 1. Bentuk Uraian (essai style) desa wisata antara lain: Acara wisata disajikan dalam uraian singkat 1. Memiliki potensi pariwisata, seni dan budaya khas tentang program yang akan dilakukan dan daerah setempat; umumnya memuat hari atau tanggal pelaksanaan 2. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah serta kegiatan yang dilakukan setiap harinya. pengemebangan pariwisata atau setidaknya 2. Bentuk Tabel (tabulated style) berada dalam koridor dan rute perjalanan wisata Penyajian berupa tabel dengan kolom-kolom yang sudah dijual; antara lain:1) Hari/tanggal (day/date); 2) Tempat 3. Diutamakan sudah tersedia tenaga pengelola, (place); 3) Waktu (time); 4) Acara (itinerary); pelatihan dan pelaku-pelaku pariwisata yang 5) Keterangan (remark) Bentuk Grafik (graphic sudah dijual style) 4. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung Acara wisata disajikan dalam bentuk gambar/ program desa wisata; grafik, berupa lambang-lambang komponen yang 5. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan digunakan berdasarkan urutan acara. Dalam kebersihan (Prastyo, 2005) penyusunan acara wisata, sebaiknya selalu Definisi desa wisata lainnya dikemukakan oleh memperhatikan pendistribusian waktu agar sesuai Suwatoro (1997) menurutnya desa wisata adalah suatu dengan kebutuhannya. wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan Berdasarkan beberapa definisi ahli mengenai suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik paket wisata, maka paket wisata yang dimaksud dari tata ruang, arsitektur, bangunan, maupun pola dalam penelitian ini adalah suatu rencana atau kehidupan social- budaya masyarakat, adat istiadat acara perjalanan wisata yang telah tersusun atau keseharian serta mampu menyediakan komponen- dikemas secara tetap dengan beberapa produk wisata komponen kebutuhan pokok wisatawan seperti didalamnya dengan harga-harga tertentu. Harga yang akomodasi, makanan dan minuman, cinderamata, diberikan pada paket wisata ini telah termasuk biaya dan atraksi-atraksi wisata. penginapan homestay di Desa Wisata Pangsan, guide Konsep desa wisata yang dimaksud adalah suatu fee, makan dan minum, atraksi wisata, donasi. wilayah pedesaaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan, 2.2 Konsep Desa Wisata baik dari segi kehidupan sosial ekonomi, sosial Terdapat beberapa definisi mengenai desa wisata, budaya, adat istiadat, arsitektur, bangunan dan tata salah satunya dikemukakan oleh Muljadi (2009) yang ruang desa yang khas, serta memiliki potensi untuk mendefinisikan desa wisata sebagai suatu produk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan. wisata yang melibatkan anggota masyarakat desa Adapun desa wisata yang dimaksud dalam penelitian dengan segala perangkat yang dimilikinya. Desa ini adalah Desa Wisata Pangsan, Kecamatan Petang, wisata tidak hanya berpengaruh pada ekonomi, Kabupaten Badung. tetapi juga sekaligus dapat melestarikan lingkungan alam, social budaya masyarakat terutama berkaitan 2.3 Konsep Potensi Pariwisata dengan nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan, Sebuah destinasi wisata wajib memiliki potensi kegotongroyongan dan lain-lain. Dengan demikian, pariwisata. Potensi inilah yang akan menjadi daya kelestarian alam dan social budaya masyarakat akan tarik bagi wisatawan untuk datang atau berkunjung menjadi daya tarik bagi wisatawan yang melakukan ke suatu destinasi pariwisata. Pengertian potensi perjalanan wisata. dikemukakan oleh J.S Badudu (1995) sebagai Definisi desa wisata oleh Prasetyo (2005) suatu kemampuan yang mempunyai kemungkinan adalah suatu wilayah pedesaaan yang menawarkan untuk dikembangkan, kekuatan, kemampuan, keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian dan kesanggupan daya. Sedangkan pengertian pedesaaan, baik dari segi kehidupan sosial ekonomi, untuk potensi pariwisata itu sendiri salah satunya sosial budaya, adat istiadat, arsitektur, bangunan dikemukakan oleh R.S Damardjati (2001) yang dan tata ruang desa yang khas, serta memiliki mendefinisikan potensi pariwisisata sebagai segala

37 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

hal dan keadaan baik yang nyata atupun dapat diraba, dan ± 36 km dari Kota Denpasar. Lokasi ini dipilih maupun yang tidak dapat diraba, yang digarap, atur, didasarkan pada beberapa pertimbangan antara disediakan sedemikian rupa sehingga bermanfaat atau lain: 1) Desa Wisata Pangsan merupakan salah satu dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, dari sebelas desa wisata di Kabupaten Badung yang faktor dan unsur yang diperlukan atau menentukan sedang berkembang dan dipromosikan; 2) Desa bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik Wisata Pangsan memiliki banyak variasi kegiatan itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan wisata; 3) Desa Wisata Pangsan memiliki potensi atau jasa. alam dan budaya yang dapat dijadikan daya tarik Didasarkan pada definisi potensi pariwisata di dalam paket wisata pedesaan; 4) Kurangnya produk atas, yang dimaksud dengan potensi pariwisata wisata yang ditawarkan kepada wisatawan; 5) Telah pada tulisan ini yaitu segala hal dan keadaan memiliki kerja sama dengan beberapa travel agent baik yang nyata atau dapat diraba, maupun yang overseas sebagai saluran distribusi paket ini pada tidak dapat diraba yang dimiliki oleh Desa Wisata nantinya. Pangsan yang bermanfaat atau dapat dimanfaatkan sebagai kemampuan, faktor pendukung dan unsur 3.3 Jenis dan Sumber Data yang diperlukan dalam pengemasan Paket Wisata Jenis dan sumber data dalam penelitian ini Pedesaan berbasis masyarakat lokal. Adapun potensi terdiri dari jenis data kualitatif dan kuantitatif dan dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam tiga bentuk, untuk sumber data berasal dari ata primer dan data yaitu alam, budaya, hasil karya buatan manusia baik sekunder. Untuk lebih jelasnya akan dapat dilihat yang berwujud fisik (berwujud) maupun non fisik dari penjelasan di bawah ini. (tidak berwujud). 3.3.1 Jenis Data III. METODE PENELITIAN a. Data kualitatif, adalah data yang tidak berupa angka-angka yang relevan dengan penelitian ini, 3.1 Kerangka Penelitian seperti: gambaran umum mengenai Desa Pangsan Metode yang digunakan dalam menganalisis data yakni potensi alam, budaya dan buatan manusia, adalah metode deskriptif kualitatif, dengan teknik serta bentuk pengemasan paket wisata pedesaan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, di Desa Wisata Pangsan. studi kepustakaan dan dokumentasi. Observasi b. Data Kuantitatif, data yang berupa angka-angka, dilakukan di Desa Wisata Pangsan untuk mengetahui seperti: harga paket wisata pedesaan, harga potensi yang ada di desa bersangkutan. Untuk variabel fix dan variabel cost paket wisata, jumlah wawancara, penulis melakukan wawancara terstuktur sarana wisata yang ada di Desa Pangsan, jumlah dengan informan pngkal yakni Bapak I Wayan anggota kelompok sadar wisata di Desa Wisata Jarwa dan Bapak I Nyoman Kitha sebagai informan Pangsan. kunci. Untuk studi kepustakaan dilakukan pada jurnal dan penelitian sebelumnya mengenai paket 3.3.2 Sumber Data wisata dan Desa Wisata Pangsan, konsep dan teori a. Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung mengenai potensi wisata, paket wisata, desa wisata dari informan pangkal dan kunci. Data primer serta pariwisata pedesaan. Sumber data primer dan diperoleh dari hasil wawancara kepada informan sekunder yang didapat melalui beberapa teknik atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pengambilan data khususnya mengenai potensi oleh peneliti mengenai potensi, fasilitas wisata, desa di atas akan dianalisis kemudian dilakukan atraksi wisata di Desa Wisata Pangsan, rangkaian penggabungan beberapa potensi yang akan dikemas upacara Nyepi di Desa Pangsan, serta mengenai ke dalam bentuk paket wisata pedesaan. Penyajian karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa tulisan dilakukan secara formal yakni dengan Wisata Pangsan. Informan dalam penelitian ini menggunakan tabel dan secara informal dengan antara lain: Bapak I Nyoman Kitha selaku ketua menggunakan naratif (Sugiono, 2013). kelompok sadar wisata Desa Wisata Pangsan, pemilik homestay serta pengelola usaha wisata di 3.2 Lokasi Desa Wisata Pangsan, serta Bapak I Made Jarwa Lokasi yang dipilih sebagai lokasi pengemasan selaku Kepala Desa Pangsan. paket wisata pedesaan adalah Desa Wisata Pangsan b. Sumber Data sekunder adalah data yang diperoleh Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Desa Wisata bukan dari pihak pertama, melainkan dari pihak- Pangsan terletak ± 30 km dari Kabupaten Badung pihak yang yang terkait dengan topic penelitian ini

38 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

baik berupa arsip, dokumen dan lain sebaginya. terlibat langsung dengan kegiatan objek yang diteliti. Adapun data sekunder yang digunakan dalam Observasi dilakukan untuk mengetahui potensi baik penelitian ini antara lain: profil Desa Pangsan, alam, budaya dan buatan manusia Desa Wisata artikel dalam surat kabar online Denpost. Pangsan sebagai bahan dalam pengemasan kembali paket wisata pedesaan. 3.4 Teknik Penentuan Informan Teknik penentuan informan pangkal dalam b. Wawancara mendalam (in-depth interview) penelitian ini dilakukan secara purposive. Penentuan Wawancara mendalam dilengkapi dengan informan mengenai potensi, usaha wisata yang pedoman wawancara yang berisi jabaran pokok ada di Desa Wisata Pangsan dalam penelitian ini permasalahan dengan melakukan probing. Probing dilakukan dengan menetapkan beberapa kriteria ialah mengadakan penggalian lebih mendalam atau antara lain:1) Orang tersebut mengetahui dan menyelami lebih menyeluruh dan lebih seksama memahami pengembangan Desa Wisata Pangsan; 2) dari jawaban-jawaban yang dirasakan belum cukup Dapat mengintrodusir ke informan lainnya; 3) Sehat (Subyantoro, 2006: 102). Teknik wawancara yang jasmani dan rohani saat dilakukan wawancara; 4) digunakan adalah teknik wawancara terpimpin dan Terlibat secara tidak langsung dalam pengembangan berstruktur. Pada teknik ini interviewer berperan Desa Wisata Pangsan; 5) Bersedia untuk diwawancara sebagai pengarah melalui pertanyaan-pertanyaan oleh peneliti. dari pokok persoalan yang tercatat dalam pedoman Penentuan informan kunci dalam penelitian ini wawancara dan pewawancara telah menyiapkan dilakukan dengan menetapkan beberapa kriteria, terlebih dahulu pertanyaan yang ingin ditanyakan antara lain: 1) Orang tersebut berperan secara (Subyantoro, 2006: 10). Wawancara dilakukan langsung dalam kegiatan wisata Desa Wisata Pangsan; kepada informan pangkal yakni Bapak I Made 2) Orang tersebut mengetahui secara detail mengenai Jarwa selaku Kepala Desa dan Bapak I Nyoman pengelolaan Desa Wisata Pangsan; 3) Orang tersebut Kitha selaku Ketua Pokdarwisa Desa Wisata Pangsan mengetahui dan memahami potensi pariwisata di selaku informan kunci. Desa Wisata Pangsan; 4) Sehat jasmani dan rohani saat dilakukan wawancara; 5) Bersedia diwawancara c. Studi Pustaka oleh peneliti. Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan Berdasarkan lima kriteria informan pangkal di atas, dengan cara mengumpulkan artikel, penelitian maka informan pangkal adalah Bapak I Wayan Jarwa terdahulu, buku-buku ataupun berbagai macam selaku perbekel Desa Pangsan. Sedangkan sebagai sumber pustaka yang relevan dengan penelitian ini. informan kunci adalah Bapak I Nyoman Kitha, dikarenakan Bapak Nyoman Kitha merupakan ketua 3.6 Teknik Analisis Data pengelola Desa Wisata Pangsan, beliau juga ketua Analisis data yang digunakan dalam penelitian Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian Pangsan, serta beliau juga selaku guide sekaligus deskriptif dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan pemilik beberapa usaha wisata di Desa Pangsan mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial seperti penginapan yang bernama Campuhan Hilltop dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel dan Surya Dewata Rafting. yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Faisal, 2001: 20). Penelitian ini dimaksudkan untuk 3.5 Teknik Pengumpulan Data mengeksplorasi potensi alam, budaya dan buatan a. Observasi manusia yang dimiliki Desa Wisata Pangsan untuk Observasi adalah melakukan pengamatan langsung dikemas ke dalam suatu paket wisata pedesaan yang ke lokasi penelitian dalam hal ini Desa Wisata unik dan menarik. Pangsan. Observasi dilakukan berupa observasi non partisipasi. Observasi non partisipasi yaitu peneliti 3.7 Penyajian Hasil Analisis Data datang di tempat kegiatan yang diamati, tetapi tidak Untuk penyajian hasil analisis data dilakukan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2007: dalam bentuk formal berupa tabel dan dalam bentuk 66). Pada observasi non partisipasi pengamat hanya informal melalui narasi. Data – data mengenai melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan potensi akan disajikan dalam bentuk uraian dan (Moleong, 2002: 126). Penggunaan observasi non untuk paket wisata akan ditampilkan dalam bentuk partisipasi pada penelitian ini disebabkan peneliti tabel dan uraian. hanya menjadi pengamat secara penuh dan tidak

39 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN wilayah administrative, sebagai berikut: Utara : Berbatasan dengan DesaPetang 4.1 Gambaran Umum Desa Wisata Pangsan Timur : Berbatasan dengan Sungai Ayung / Pada gambaran umum ini akan dibahas mengenai Kabupaten Gianyar gambaran Desa Wisata Pangsan dari asal mula Desa Barat : Berbatasan dengan Sungai penet / Pangsan, gambaran geografis dan administrative KabupatenTabanan Desa Wisata Pangsan, gambaran social Demografis Selatan : Berbatasan dengan Desa Getasan Desa Wisata Pangsan and sarana pariwisata yang Sesuai dengan keberadaan desa-desa di Bali, maka terdapat di Desa Wisata Pangsan. Desa Wisata Pangsan juga memiliki dua jenis system banjar, yakni banjar dinas dan banjar adat. Desa 4.1.1 Asal Mula Lahirnya Desa Pangsan Wisata Pangsan terdiri dari lima banjar adat, antara Berdasarkan pada infromasi yang didapatkan lain Banjar Adat Sekarmukti, Banjar Adat Kasianan, dari tokoh masyarakat Desa Wisata Pangsan yang Banjar Adat Pundung, Banjar Adat Tengah dan Banjr juga sekaligus sebagai penggerak Darwis yakni Adat Dalem. Adapun untuk banjar Dinas berjumlah Bapak Kitha dan profil dari Desa Pangsan, lahirnya empat, yaitu Banjar Dinas Sekarmukti, Banjar Dinas Desa Pangsan bermula dari ditemukannya sebuah Kasianan, Banjar Dinas Pundung dan Banjar Dinas peninggalan dalam suatu prasasti pada abad ke XII Pangsan. Untuk bagunan banjar sendiri, Banjar Dinas (dua belas) yang berupa sebuah lempengan tembaga, Pundung dan Sekarmukti menjadi satu bangunan. yang memiliki ukuran panjang 41 cm dengan lebar 10 cm. Keberadaan prasati yang merupakan awal mula 4.1.3 Sarana Pariwisata Yang Terdapat Di Desa sejarah lahirnya Desa Pangsan sampai saat ini masih WisataPangsan tersimpan di Pura Agung Desa Pangsan. Desa Pangsan telah ditetapkan sebagai salah satu Prasasti yang berupa lempengan tembaga Desa Wisata terhitung semenjak dikeluarkannya tadi berhasil dialih bahasakan oleh Bapak M.M Peraturan Bupati Badung No. 47 pada bulan Oktober Sukarto K. Aimojo, yang mana beliau pada saat itu 2010, sudah tentu harus memiliki sarana pariwisata bekerja pada Lembaga Purbakala dan Peninggalan yang keberadaaannya ditujukan untuk mendukung Nasional Di Kabupaten Gianyar pada tanggal 14 aktivitas kegiatan wisata dan memenuhi kebutuhan September 1974. Dari hasil pengamatan ditafsirkan wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Pada tabel 1 Lempengan Tembaga tersebut dibuat pada Abad akan ditampilkan beberapa sarana pariwisisata yang ke XII pada masa pemerintahan Raja Jaya Pangus terdapat di Desa Wisata Pangsan. pada tahun 1811M.Adapun isi yang tertuang dalam lempengan tersebut adalah mengenai adanya Tabel 1 Sarana Dan Aktivitas Wisata Di Desa Wisata Paruman Nungnung. Berdasarkan informasi lembaga Pangsan Tahun 2016 purbakala, diperkirakan permasalah yang dibahas No Jenis Sarana dan Aktivitas Wisata Jumlah pada Paruman Nungnung adalah mengenai pajak 1 Penginapan 1 dan pemberian hadiah dari Raja Jaya Pangus kepada 2 Restoran 2 Desa Paruman, yang mana pengesahannya dilakukan 3 Rafting 2 di lokasi Desa Pangsan berada saat ini. 4 Trekking 1 Masih berdasarkan pada informasi yang tertuang 5 Cycling 1 dalam Lempengan Tembaga tersebut, dalam Paruman Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Nungnung disebutkan bahwa tempat tersebut diberi nama “PANGSAN”, yang asal mula katanya berasal Berdasarkan pada Tabel 1 di atas, maka dapat dari dua kata, yakni pengesahan (dikarenakan dilihat bahwa di Desa Wisata Pangsan sendiri adanya pengesahan Paruman Nungnung) dan telah dibangun sarana pokok pariwisata seperti depang san (biarkan sudah). Dari dua kata tersebut penginapan 1 buah, restoran 2 buah dan salah pada akhirnya lahirlah Desa Pangsan. satu rafting yang bernama Surya Dewata Rafting dimiliki oleh masyarakat lokal sendiri yaitu Bapak 4.1.2 Letak Geografis dan Administratif Desa Kitha. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa WisataPangsan minimnya sarana akomodasi (homestay) ataupun Jika ditinjau dari segi administrative, maka restoran dikarenakan tidak adanya bantuan dana Desa Wisata Pangsan masih menjadi bagian dari dari pemerintah untuk pembangunan sarana pokok Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.Desa ini tersebut dan kurangnya modal dan pengetahuan memilihi luas wiayah 576 Ha. Dengan batas – batas masyarakat mengenai pengelolaannya. Terlebih

40 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

lagi sebagain besar dari masyarakat belum terlalu wisatawan untuk datang berkunjung dan menikmati aktif dalam kegiatan pariwisata di Desa Pangsan. pesonanya. Sedangkan untuk fasilitas dan sarana penunjang Menurut data yang didapatkan dari profil Desa pariwisata lainnya seperti salah satu rafting yang Pangsan, kisaran suhu udara yang ada di Desa Wisata bernama Fantasi Ayung Rafting dimiliki oleh Pangsan, pada pagi hari bersuhu sekitar 20 derajat investor Korea yang menajalin kerjasama dengan celcius, sedangkan pada siang harinya bersuhu KUD Otonom Desa Petang. Untuk kegiatan wisata sekitar 23 derajat Celsius dan malam harinya tracking dan cycling merupakan bentuk aktivitas kembali pada suhu 20 derajat celcius. Iklim yang wisata yang merupakan suatu paket wisata yang sejuk ini merupakan salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh pihak travel agent yang berada di mendukung kegiatan wisata alam yang dilakukan Denpasar dan bekerja sama dengan Desa Wisata oleh wisatawan mancanegara. Dengan udara yang Pangsan melalui kelompok sadar wisatanya (yang sejuk, maka wisatawan tidak akan cepat merasakan diketuai oleh Bapak Kitha). Bentuk kerja sama ini kepenatan dan kelelahan dalam melakukan kegiatan adalah berupa pencarian jalur cycling dan tracking wisata alamnya. yang akan dilalui, serta pelayanan pemandu wisata lokal. Melalui wawancara yang dilakukan diketahui 4.2.1.2 Bentangan Areal Persawahan, Perke- juga bahwa dalam proses pengembangan Desa bunan dan Tegalan Wisata Pangsan mengalami Kendala, khususnya pada Desa Wisata Pangsan merupakan suatu desa yang aspek promosi, walaupun disatu pihak mereka telah memiliki panorama yang indah, areal persawahan, mengadakan kerjasama dengan pihak travel agent, perkebunan dan tegalan yang luas. Daya tarik namun sampai saat ini belum ada website khusus wisata alam ini telah disadari dan secara maksimal sebagai sarana promosi Desa Wisata Pangsan. Selain dikembangkan oleh masyarakat lokal. Salah itu belum tersedianya paket-paket wisata ataupun satu pengembangannya adalah dengan cara giat atraksi-atraksi wisata yang dikelola secara mandiri melakukan penanaman tanaman-tanaman produk oleh warga desa, menyebabkan belum maksimalnya agrobisnis seperti: kakao, jagung, kacang kedelai, pemasukan bagi desa melalui sector ini. buah durian, kopi, kacang tanah, buah salak dan beberapa tanaman yang sering digunakan dalam 4.2 Potensi Pariwisata Di Desa Wisata Pang- upacara keagamaan. san Penanaman tanaman ini bukan tidak bertujuan, Potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata selain hasilnya bisa dijual sebagai hasil produk Pangsan akan dijelaskan dalam tiga aspek, yaitu agrobisnis, namun pemandangan perkebunan dan alam, budaya dan buatan manusia. Adapun atraksi penanaman, pemeliharaan dan pemetikan pembahasan mengenai potensi ini nantinya akan hasil dapat menjadi salah satu atraksi wisata yang dikemas dalam suatu Paket Wisata Pedesaan yang unik untuk disajikan untuk wisatawan yang pada berbasis masyarakat lokal di Desa Wisata Pangsan. saat itu kebetulan melakukan kegiatan wisatanya di sekitar lahan perkebunan tersebut. Masyarakat lokal 4.2.1 Potensi Alam yang sadar akan daya tarik alam yang dimilikinya Potensi alam yang dimiliki oleh Desa Wisata sampai saat ini berusaha mempertahankan tata guna Pangsan yang dapat menarik minat wisatawan untuk lahan yang ada. Berdasarkan pada rincian tata guna datang berkunjung ke sana. Adapun potensi alam lahan tahun 2011, diketahui bahwa sebanyak 198,59 yang dapat dijadikan sebagai daya tarik antara lain : Ha atau sekitar 35,02% adalah digunakan untuk tegalan, 142,53 Ha atau sekitar 25,14% digunakan 4.2.1.1 Pemandangan Alam yang Indah sebagai persawahan dan sejumlah 132,23% atau Desa Wisata Pangsan memiliki potensi alam yang sekitar 23,32% digunakan untuk perkebunan. Jika sangat indah dan elok dipandang mata.Sebagai dihitung secara keseluruhan maka sejumlah 366.26 sebuah desa yang terletak di dataran tinggi, desa Ha atau sekitar 83,48% lahan di Desa Wisata ini dikaruniai panorama alam yang sangat indah. Pangsan digunakan untuk tegalan, persawahan dan Keindahan panorama didukung oleh iklim yang perkebunan. Daya tarik alam ini akan sangat mampu sejuk, karena memiliki curah hujan yang cukup menjadi suatu magnet khusus bagi wisatawan tinggi, melengkapi daya tarik alam yang dimiliki oleh mancanegara yang menggemari kegiatan wisata alam. Desa Wisata Pangsan.Panorama atau pemandangan Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan alam pedesaan yang alami dan sejuk ini merupakan terhadap Bapak I Nyoman Kitha dan pihak travel salah satu daya tarik alam yang dapat menarik minat agent dan empat orang guide freelance yang kebetulan

41 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

ditemui, diketahui bahwa sebagian besar wisatawan 2. Rangkaian Upacara Nyepi yang datang berkunjung ke Desa Wisata Pangsan Selain empat tradisi yang dimiliki Desa Wisata adalah wisatawan mancanegara yang berasal dari Pangsan, rangkaian kegiatan keagamaan menyambut Denmark. Adapun karakteristik wisatawan tersebut hari raya Nyepi pun dapat dijadikan daya tarik antara lain: 1) Pada umumnya mereka berusia paruh bagi wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata baya (yang telah mapan secara ekonomi dansocial), Pangsan. Wisatawan dapat merasakan dan ikut serta 2) Amat menyukai kesederhanaan, 3) Menyukai dalam melaksanakan serangkaian kegiatan spiritual kegiatan di alam terbuka, 4) Menaruh penghargaan masyarakat desa yang memeluk agama Hindu untuk pada kearifan budaya lokal, dan 5) Sangat hormat menyambut dan melaksanakan Hari Raya Nyepi. dan peduli terhadap pelestarian lingkungan, dan Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nyoman Kitha, sangat peduli dengan konsep Go Green. beliau juga sependapat bahwa rangkaian kegiatan upacara keagamaan menyambut hari Raya Nyepi 4.2.2. Potensi Budaya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Budaya tidaklah dapat dilepaskan dari suatu untuk menikmati cara berlibur dan berwisata peradaban. Keberadaan suatu daerah tidak lepas dengan cara dan pengalaman yang sangat berbeda. dari budaya yang sudah melekat dari jaman nenek Beikut akan dijelaskan mengenai rangkaian kegiatan moyang terdahulu, yang berupa tradisi dan adat keagamanaan menyambut hari Raya Nyepi di Desa istiadat.Melalui tradisi dan adat istiadat inilah suatu Wisata Pangsan. masyarakat adat di Bali khususnya mempunyai suatu 2.1 Melasti ciri khas atau keunikan atau bahkan sampai menjadi Tiga hari sebelum hari raya Nyepi, umat Hindu di sebuah identitas bagi masyarakat atau bahkan secara Desa Pangsan melakukan upacara Melasti atau biasa lebih luas desa tempat mereka berasal. Begitu disebut dengan upacara pembersihan diri. Melasti pula dengan Desa Wisata Pangsan, yang memiliki dilakukan dengan berjalan kaki bersamaan menuju beberapa tradisi dan adat istiadat yang unik dan Pantai Batu Bolong, yang dimulai pada pukul 09.00 mampu menjadi daya tarik budaya bagi wisatawan WITA sampai dengan pukul 13.00 WITA. untuk datang melihatnya dan dapat dikemas dalam 2.2 Ngerupuk suatu Paket Wisata Pedesaan nantinya. Upacara pengerupukan dilakukan dengan mengarak ogoh-ogoh oleh sekaha teruna teruni 4.2.2.1 Tradisi Masyarakat setiap banjar dengan berkeliling desa sejauh 3 km Sebagai salah satu desa yang berada Di Bali, sudah dimulai pada pukul 16.30 sampai dengan pukul 21.00 tentu desa ini juga memiliki tradisi upacara dan adat WITA. istiadat yang diturunkan secara turun temurun oleh 2.3 Nyepi para leluhur pendahulu mereka.Di Desa Wisata Upacara Nyepi di Desa Pangsan dilakukan sama Pangsan terdapat beberapa upacara dan tradisi yang dengan daerah lain di Bali. Seluruh umat Hindu dilakukan pada saat waktu tertentu ataupun tradisi diwajibkan menjalankan catur berata penyepian. yang dilakukan oleh masyarakat setiap harinya. Nyepi dimulai pada pukul 06.00 WITA sampai Adapun upacara keagamaan dan tradisi yang sampai dengan 06.00 WITA keesokan harinya. saat ini masih ada dan lestari dan cocok dikemas 2.4 Ngembak Geni dalam suatu paket wisata: Ngembak Geni diawali dengan pemukulan kul-kul 1. Tradisi Urak pada pukul 06.00 WITA sebagai akhir dari hari raya Tradisi ini ialah tradiis dilakukan melalui sebuah Nyepi di Desa Pangsan. Pada hari Ngembak Geni upacara pada Pura Puncak Manik serta Perempatan umumnya dimanfaatkan untuk mengunjungi saudara Desa atau dalam bahasa Bali sering disebut dengan ataupun mengunjungi pantai terdekat. istilah Catus Patha Desa yang dilakukan oleh setiap rumah tangga dan dilakukan secara bergantian pada 4.2.2.2 Keberadaan kelompok seni tradisional setiap harinya dengan mempergunakan simbolik (sekeha) bumbu sebagai alat serah terima. Dikarenakan tradisi Organisasi tradisional sebagai wadah perkumpulan ini dilakukan setiap hari, maka tradisi ini cocok muda mudi ataupun warga desa untuk menyalurkan untuk dikemas dalm Paket wisata pedesaan sebagai hobi dan aspirasi mereka di Bali dikenal dengan salah satu aktivitas budaya yang dilakukan oleh sebutan sekeha. Berdasarkan pada wawancara masyarakat lokal sebagai salah satu atraksi budaya dengan Bapak Nyoman Kitha, dikatakan bahwa bagi wisatawan. organisasi perkumpulan muda mudi ini difungsikan sebagai wadah dalam mengembangkan kreativitas

42 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

remaja pada satu sisi dan di sisi lain diharapkan wujud pengembangan daya tarik wisata alam dan menjadi wadah pelestarian budaya serta tradisi sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat melalui setempat. Selain itu juga diharapkan sekeha ini keterlibatan mereka dalam suatu organisasi untuk nantinya mampu dilibatkan dalam kepariwisataan berpartisipasi dalam menciptakan suatu atraksi sebagai wadah bagi wisatawan untuk mempelajari wisata yang unik dan menarik yang dapat ditawarkan budaya Bali. Jumlah dan nama sekeha-sekeha yang kepada wisatawanyang berkunjung ke Desa Wisata ada di Desa Wisata Pangsan dapat dilihat pada tabel Pangsan. 2 berikut. Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 agustus 2016 terhadap operational Tabel 2 Nama dan Jumlah Sekeha yang Ada di Desa manager BAT tours, 2 orang guide freelance yang Wisata Pangsan kebetulan ditemui di lapangan, serta hasil wawancara No Jenis Sekeha Nama Sekeha Jumlah dengan Bapak Nyoman Kitha selaku Ketua Pokdarwis 1 Sekeha Teruna Darma, 3 Desa Wisata Pangsan, diketahui bahwa, wisatawan Teruna-Teruni Dharma Kanti, yang banyak melakukan kunjungan ke Desa Wisata Sekar Jepun Pangsan adalah wisatawan berasal dari negara 2 Sekeha Topeng I Wayan Sukardi 1 Eropa, Prancis maupun Denmark. Jika dilihat dari 3 Sekeha Shanti Kasianan, Pangsan, 4 Pundung, Dharma karakteristik wisatawan yang banyak berkunjung Kanti ke Desa Wisata Pangsanmelalui hasil wawancara 4 Sekeha Gong Sida Eka Buana, 3 secara umum karakteristik wisatawan yang menyukai Dasa Wisama kegiatan di alam seperti adventure dan menyukai Sekar Jepun, daerah tujuan wisata yang sepi akan pengunjung Dharma Kanti 5 Sekeha Dharma Tunggal, 2 dengan kata lain belum popular. Adapun beberapa Angklung Guna Karya daya tarik buatan yang berwujud fisik dan sengaja Total 13 dibuat guna mendukung aktivitas atau kegiatan wisata bagi wisstawan antara lain: jalur rafting, Sumber: Hasil Penelitian, 2016 trekking, dan cycling.

Berdasarkan pada tabel 2 di atas, terdata bahwa 1. Jalur Arung Jeram (Rafting) di Desa Wisata Pangsan terdapat lima jenis sekeha, Sebagai wujud pengembangan daya tarik wisata yakni teruna teruni berjumlah 3 sekeha, sekeha alam yang melintasi beberapa desa, yang salah satunya topeng berjumlah 1 sekeha, sekeha shanti berjumlah adalah Desa Pangsan maka dikembangkanlah Sungai 4 sekeha, di mana sekeha ini dimiliki oleh masing- Ayung sebagai lokasi untuk diselenggarakannya masing banjar yang ada di Desa Wisata Pangsan, kegiatan wisata adventure yaitu rafting. Di Desa sekeha gong berjumlah 3 sekeha, dan sekeha Pangsan sendiri sampai saat ini terdapat dua buah angklung berjumlah 2 sekeha. Keberadaan sekeha perusahaan rafting yang beroperasi, yaitu Fantasi ini akan sangat membantu dalam penyediaan sumber Ayung Rafting dan Surya Dewata Rafting. daya manusia yang akan dilibatkan dalam salah satu Jalur rafting yang digunakan oleh kedua usaha kegiatan budaya yang akan ditawarkan pada Paket wisata rafting tersebut adalah sepanjang 12 kilometer Wisata Pedesaan sebagai salah satu atraksi wisata yang sekiranya membutuhkan waktu selama 1,5 – 2 yang menarik bagi wisatawan. jam dari garis start sampai pada garis finish. Starting point dilakukannya kegiatan rafting terletak di Desa 4.2.3 Potensi Buatan Manusia Petang dan finish pointnya berlokasi di Desa Pangsan. Selain memiliki daya tarik alam dan budaya, Jalur rafting sepanjang 12 kilometer di Sungai Ayung Desa Wisata Pangsan juga memiliki potensi yang ini merupakan salah satu jalur rafting yang paling bersumber dari hasil buatan manusia yang mampu memacu adrenalin. Dikatakan demikian karena jika menjadi potensi yang sangat mendukung dalam hal dilihat dari rapids atau arus sungaianya berada pada menarik wisatawan jika digabungkan dan dikemas level 3 rapids di musim kemarau dan 4 rapids pada menjadi suatu kegiatan atraksi wisata di Desa musim hujan. Keberadaan atraksi rafting ini akan Wisata Pangsan. Daya tarik buatan ini sengaja menjadi salah satu saya tarik buatan yang dapat dibuat oleh Bapak Kitha dengan bantuan beberapa dijadikan salah satu kegiatan adventure yang dapat travel yang telah bekerjasama dengan desa Pangsan dikemas dalam Paket Wisata Pedesaan berbasis selama ini, salah satunya adalah Bali Adventure masyarakat lokal di Desa Wisata Pangsan. Tour (BAT). Daya tarik buatan ini dibuat sebagai

43 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

2. Jalur Bersepeda (Cycling) tarik terebut cocok untuk dimasukkan sebagai salah Cycling merupakan salah satu aktivitas wisata alam satu kegiatan atau atraksi yang akan ditawarkan yang ditawarkan oleh Desa Wisata Pangsan.Dibuatnya kepada wisatawan.Selain daya tarik buatan yang jalur cycling ini juga merupakan salah satu usaha sifatnya fisik seperti di atas, sebagai suatu desa dari travel agent dan pihak pengelola kelompok sadar wisata dan desa yang ada di Bali, maka Desa Wisata wisata di Desa Pangsan untuk memaksimalkan daya Pangsan juga memliki daya tarik atau potensi yang tarik alam yang berupa pemandangan persawahan, wujudnya non fisik. Di mana nantinya potensi non perkebunan yang indah, pemukiman penduduk fisik yang dimiliki ini akan menjadi pendukung yang unik dan topografi yang menarik. Jalur cycling dikembangkannya suatu aktivitas atau atraksi wisata dimulai dari Sarana Dewata Rafting sebagai starting yang baru dan belum pernah ditawarakan di Desa point dan kemudian berkeliling desa Pangsan dan wisata Pangsan sebelumnya. Adapun potensi non berakhir di desa Pangsan tersebut. Jalur cycling yang fisik yang dimiliki antara lain: merupakan daya tarik buatan ini merupakan salah satu daya tarik buatan yang dapat menyuguhkan 1. Keberadaan Kelompok Sadar Wisata berbagai jenis atraksi yang dapat dinikmati oleh Keberadaan kelompok sadar wisata yang diketuai wisatawan, seperti alam, kegiatan atau aktivitas oleh Bapak Nyoman Kitha merupakan salah satu penduduk dan budaya. potensi non fisik buatan manusia yang dapat mendukung pelaksanaan Paket Wisata Pedesaan 3. Jalur Trekking berbasis masyarakat lokal di Desa Wisata Pangsan. Trekking merupakan salah satu lagi pengembangan Kelompok sadar wisata ini beranggotakan 43 orang daya tarik wisata alam sebagai usaha untuk sebagai pengurus yang dibagi menjadi 7 buah seksi, memaksimalkan daya tarik alam yang dimiliki ke yang terdiri dari seksi kerohanian, kesenian, informasi dalam suatu wujud aktivitas wisata yang dapat dan humas, keamanan, pemasaran, kebersihan dan ditawarkan kepada wisatawan. Jalur tracking ini penataan dan pembantu umum. Kelompok sadar dikemas sedemikian rupa sehingga wisatawan yang wisata ini nantinya akan bergerak sebagai salah satu sedang melakukan kegiatan wisata tracking ini secara penggerak pemasaran paket wisata pedesaan ini. maksimal dapat menikmati daya tarik yang dimiliki oleh Desa Wisata Pangsan. Jalur tracking ini terdiri 2. Keberadaan Guide Lokal dari pemberangkatan (tracking starting point), Melalui kelompok sadar wisata ini dibentuk tempat peristirahatan, danfinish. perkumpulan guide lokal yang pada saat ini Jalur trekking dibuat sedemikian rupa sehingga berjumlah 15 orang. Pada saat ini pemandu wisata wisatawan dapat menikmati setiap atraksi dan lokal atau guide local bekerja merangkap sebagai daya tarik yang ada di Desa Wisata Pangsan secara river guide saat wisatawan melakukan aktivitas utuh. Jalur tracking ini dibuat agar wisatawan rafting, trekking maupun cycling. Guide lokal inilah dapat menikmati beberapa atraksi wisata antara juga nantinya akan menjadi pemandu wisatawan lain memetik buah dari pohonnya dan langsung dalam melaksanakan kegiatan ataupun menjelaskan menikmatinya, selain itu wisatawan juga diajak atraksi-atraksi wisata yang ditawarakan pada Paket untuk mengenal beberapa jenis tanaman perkebunan Wisata Pedesaan di Desa Wisata Pangsan. yang ditanam oleh penduduk setempat. Jalur wisata tracking ini ditawarkan cukup bervariasi, 3. Keberadaan Kelompok PKK dalam hal lamanya perjalanan yang diinginkan oleh Setiap banjar yang ada di Desa Wisata Pangsan wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara, wisatawan memiliki kelompok PKK yang beranggotakan ibu- lebih banyak tertarik untuk melakukan perjalanan ibu. Kelompok ini telah beberapa kali mendapatkan tracking dengan menghabiskan waktu antara 1 penyuluhan danpelatihan mengenai tata cara sampai 3 jamperjalanan,Adapun jalur trekking penyambutan tamu, memasak makanan tradisional dimulai dari start tracking, rest area tracking, finish hingga cara menghidangkannya di depan wisatawan, area tracking. Dalam melakukan kegiatan tracking dilatih mejejaitan dan diajarkan berbahasa inggris wistawan akan ditemani oleh guide lokal yang akan yang baik dan benar. Pelatihan ini dilakukan setiap menyampaikan informasi mengenai segala sesuatu triwulan dan dilakukan selama 7 hari. Biasanya yang dilihat pada saat melakukan tracking. mereka mendapatkan uang sebesar Rp. 25.000 – Berdasarkan pada tiga daya tarik wisata buatan Rp. 50.000 jika mereka dilibatkan dalam atraksi berwujud fisik yang ada dan telah dikembangkan wisata seperti cooking class, dan atraksi lainnya. yakni rafting, cycling dan tracking maka ketiga daya Keberadaan ibu-ibu PKK yang sudah cukup terlatih

44 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

ini akan sangat mendukung kegiatan atau atraksi Pangsan adalah berasal dari negara Jerman, Perancis yang akan ditawarkan pada paket wisata pedesaan dan Denmark. Adanya kerja sama yang telah terjalin berbasis masyarakat lokal yaitu cooking class dan ini akan menjadi salah satu potensi yang sangat mejejaitan. Kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam menguntungkan dalam pemasaran paket wisata kelompok PKK akan menjadi trainer bagi para pedesaan nantinya. wisatawan dalam melakukan kegiatan dalam cooking lesson dan mejejaitan. 4.3 Pengemasan Paket Wisata Pedesaan Ber- basis Masyarakat Di Desa Wisata Pangsan 4. Pangsan Village Culture Show Berdasarkan pada beberapa daya tarik 1) alam Pangsan Village Culture Show adalah salah satu berupa pemandangan dan topografi yang menarik, kegiatan yang digelar oleh masyarakat lokal Desa areal persawahan dan perkebunan yang indah; 2) Wisata Pangsan sebagai bentuk pagelaran seni dan budaya berupa tradisi urak, rangkaian kegiatan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat.Pada Nyepi (melasti, ngerupuk dan Nyepi), 3) keberadaan awalnya kegiatan ini dilakukan oleh sekeha truna sekeha; sedangkan untuk daya tarik buatan fisik truni, dan kelompok PKK sebagai penyambutan bagi yang dimiliki oleh Desa Wisata Pangsan berupa wisatawan yang datang mengunjungi Desa Wisata jalur rafting, cycling dan trekking , sedangkan Pangsan. Adapun untuk waktu pelaksanaannya dapat untuk potensi non fisik yang dimiliki antara lain disesuikan dengan kebutuhan ataupun permintaan. keberadaan kelompok sadar wisata , guide lokal, Pagelaran budaya ini yang merupakan salah satu dan keberadaan kelompok PKK. Dari berbagai daya potensi yang dapat difomulakan untuk digabungkan tarik dan potensi yang dimiliki Desa Wisata Pangsan, dengan atraksi lain yang ada dan akan melibatkan maka dapat dikemas tiga Paket Wisata Pedesaan yang wisatawan secara aktif di dalamnya. berbasis masyarakat lokal di Desa Wisata Pangsan sebagaiberikut. 5. Keberadaan Karang Taruna Karang Taruna Desa Wisata Pangsan diberi nama 4.3.1 Paket “Become Pangsanian” (5 Hari 4 Catur Buana, yang merupakan gabungan dari tiga Malam) sekeha truna truni yang ada di tiga banjar di Desa Paket ini akan ditawarkan selama 5 hari 4 malam Wisata Pangsan. Keberadaan Karang Taruna ini dan dibuat dengan tujuan agar para wisatawan benar- merupakan salah satu potensi yang dapat dikemas benar dapat merasakan pengalaman sesungguhnya dalam Paket Wisata Pedesaan. Organisasi Karang menjadi masyarakat lokal desa Pangsan. Adapun Taruna akan ambil bagian dalam paket wisata untuk penjelasan lebih lengkap mengenai kegiatan pedesaan yang diimplementasikan dalam kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan selama 5 hari 4 penyambutan tamu, serta sebagai trainer wisatawan malam tersebut akan dipaparkan melalui uraian dan dalam membuat ogoh-ogoh dan mengarak ogoh- tabel di bawah ini. ogoh pada saat pengerupukan. 4.3.1.1 Bentuk Uraian 6. Kerjasama Desa Wisata Pangsan dengan Hari Ke 1: Travel Agent Saat wisatawan sampai di Desa Wisata Pangsan, Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Desa wisatawan akan disambut oleh dua orang Wisata Pangsan telah memiliki kerjasama dengan truna truni dengan mengalungkan bunga dan salah satu travel agent di Denpasar yaitu Buffalo memberikan welcome drink berupa kelapa muda. Tour dan salah satu travel agent dengan segemen Setelah wisatawan menyegarkan diri dengan air market Jerman dan menjalin kerjasama dengan kelapa muda, maka wisawatan akan diajak untuk agent overseas dengan market Denmark. Melalui mengikuti rangkaian upacara Melasti bersama- kerjasama ini, Desa Wisata Pangsan kerap dikunjungi sama dengan seluruh warga desa. Melasti dilakukan oleh wisatawan yang berasal dari Eropa, seperti dengan berjalan menuju Pantai Batu Bolong. Seusai Jerman, Denmark dan Perancis. Travel agent melaksanakan upacara melasti, wisatawan akan dengan segmen market Denmark secara rutin dan diajak untuk menikmati makan siang dengan menu berkala mengirimkan wisatawan berpasangan untuk tradisional yang sederhana di sebuah restaurant di mengunjungi Desa Wisata Pangsan. Berdasarkan Desa Wisata Pangsan. Setelah menikmati makan wawancara yang dilakukan terhadap Bapak Nyoman siang dan beristirahat sejenak. Wisatawan akan Kitha selaku ketua Kelompok Darwis, wisatawan diajak untuk bergabung dengan warga desa dalam yang mendominasi jumlah kunjungan ke Desa Wisata berlatih tari atau megamel atau bermain angklung

45 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

guna persiapan untuk pegelaran Pangsan Village beristirahat sambil menikmati teh hangat ditemani Culture Show. Setelah berlatih selama dua jam, dengan makanan tradisional ringan yang telah wisatawan akan diajak untuk bersantai sejenak di disediakan oleh warga desa. Setelah membersihkn homestay dengan menikmati suguhan teh hangat diri dan menikmati teh hangat, maka wisatawan ditemani dengan makanan ringan tradisional sambil akan diajak menuju pura puncak manik guna berbincang-bincang ringan dengan pemilik homestay menyaksikan atraksi budaya yaitu tradisi urak yang dan wisatawan lainnya. Setelah wisatawan menikmati akan dilakukan oleh warga dengan menggunakan suguhan teh hangat dengan makanan ringan, maka pakaian adat ringan yang telah disediakan. Selesai wisatawan diajak untuk mendengarkan informasi- menyaksikan tradisi urak maka wisatawan akan informasi mengenai nilai-nilai luhur universal diantarkan untuk melihat proses pembuatan ogoh- yang dimiliki oleh Agama Hindu, seperti Tri Hita ogoh ke salah satu banjar di Desa Wisata Pangsan. Karana dan nilai-nilai yang termuat dalam setiap Usai melihat proses pembuatan ogoh-ogoh maka rangkaian kegiatan menyambut upacara Nyepi. wisatawan dapat melakukan kegiatan bebas atau Setelah mendengarkan nilai-nilai luhur yang bersifat beristirahat di homestay. universal tersebut maka wisatawan diberikan waktu untuk beristirahat dan membersihkan diri guna Hari ke-3: mempersiapkan diri mengikuti persembahyangan Hari ketiga diawali dengan menikmati makan pagi bersama dengan pemilik homestay. Pada pukul 18.00 dengan menu sederhana di homestay, kemudian Wita, wisawatan akan diajak untuk bersama-sama dilanjutkan dengan bersepeda dan village tour melakukan persembahyangan dengan menggunakan berkeliling menikmati suasana pedesaan sesuai pakaian adat ringan yang telah disediakan. Setelah dengn jalur bersepeda yang telah ada sebelumnya. selesai melakukan persembahyangan maka wisatawan Setelah lelah bersepeda maka wisatawan akan akan diajak untuk menikmati makan malam dengan diajak untuk beristirahat sejenak di sebuah kubu di menu sederhana yang telah disiapkan oleh pemilik tengah-tengah persawahan sambil menunggu waktu homestay. Usai menikmati makan malam sederhana, makan siang. Wisatawan akan menikmati makan maka wisatawan diberikan waktu untuk melakukan siang dengan menu yang sederhana. Setelah puas kegiatan bebas dan beristirahat guna mengikuti menikmati makan siang maka wisatawan akan diajak kegiatan di esok hari. untuk berlatih menari atau megamel atau bermain angklung. Seusai mengikuti latihan, wisatawan akan Hari ke-2 : diajak untuk menikmati teh hangat dengan makanan Hari ke-2 diawali dengan menikmati breakfast yang ringan. Sesudah wisatawan menghangatkan badan disediakan oleh pemilik homestay. Seusai menikmati dengan teh yang telah disajikan maka wisatawan makan pagi, dilanjutkan dengan melakukan kegiatan akan diajak untuk kembali ke homestay dan mengunjungi areal persawahan salah satu warga desa beristirahat dan membersihkan diri guna melakukan guna melakukan penanaman padi yang kemudian upacara mecaru. Kegiatan akan dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan kunjungan ke salah satu areal menyaksikan acara mecaru di salah satu banjar perkebunan warga guna melakukan pemetikan atau di homestay. Mecaru usai maka wisatawan buah atau bungayang sudah siap dipanen. Kegiatan akan diajak menuju ke salah satu banjar untuk ikut bercocok tanam sudah selesai maka wisatawan akan mengarak ogoh-ogoh bersama dengan sekeha truna diajak untuk melakukan latihan tari, megamel atau truni dengan memakai seragam sekeha truna truni angklung lanjutan yang telah dilakukan sebelumnya yang telah disediakan sebelumnya. Pengerupukan guna mempersiapkan acara puncak nantinya. Setelah usai, maka wisatawan dapat melakukan kegiatan usai melakukan latihan menari, megamel atau bebas dan beristirahat di homestay. angklung, wisatawan akan diajak untuk mengikuti kelas memasak makanan tradisional yang akan Hari ke – 4: Nyepi dibimbing oleh ibu-ibu PKK warga desa Pangsan. Hari ini adalah hari Nyepi. Mengawali hari ini Makanan hasil kelas memasak tersebut akan wisatawan diajak untuk melakukan meditasi selama 1 dinikmati oleh wisatawan itu sendiri pada saat makan jam yang kemudian dilanjutkan dengan makan pagi. siang. Seusai makan siang maka wisatawan akan Seusai makan pagi maka wisawatan akan diajak melanjutkan kegiatan dengan melakukan persiapan untuk melakukan beberapa kegiatan seperti menulis rafting menuju ke Surya Dewata Rafting. Wisatwan lontar dan membuat beberapa kerajinan dari janur akan memacu adrenaline mereka di Sungai Ayung yang nantinya akan digunakan untuk mendekorasi selama 2 jam. Kemudian akan dilanjutkan dengan panggung untuk acara Pangsan Village Culture Show.

46 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

Seusai membuat kerajinan, maka wisatawan akan No Waktu Agenda Tempat Keterangan diajak untuk menikmati makan siang. Seusai makan 2 09.00- Bersembah-yang Batu Bolong Wisatawan akan siang, maka wisatawan akan diajak untuk mejejaitan 13.00 & Melasti Beach diajak untuk melakukan ritual membuat canang sari dan mengulat tipat, yang mana melasti yang tidak tipatnya akan dihidangkan pada makan malam. lain merupakan ritual penyucian Seusai mejejaitan dan mengulat tipat maka wisatwan sebelum datangnya diberikan waktu beristirahat dengan membaca buku- hari raya Nyepi dengan berjalan buku yang telah disediakan. Setelah beristirahat bersama-sama selama 3 jam, maka wisatawan akan diajak untuk dengan masyarakat menikmati makan malam, menikmati tipat cantok setempat menuju makanan khas Bali, dan setelahnya wisatawan dapat Pantai BatuBolong menikmati suasana tenang pedesanaan dan ikut 3 13.00- Makan Siang Restaurant Makanan yang 14.00 setempat disajikan adalah bergelut dalam keheningan dan pekatnya malam makanan dengan Nyepi di Desa Pangsan. menu tradisional Bali Hari ke - 5: 4 14.00- Kelas Menari/ Salah satu Wisatawan akan 15.00 Megamel Banjar yang berlatih bersama Hari pertama setelah Nyepi akan dibuka wisatawan berada di dengan salah satu dengan bangun di pagi hari untuk melakukan Desa Wisata sekeha yang berada Pangsan di Desa Pangsan trekking berkeliling desa sesuai dengan trekking yang berada yang nantinya akan track sambil menyapa warga desa yang ditemui. di Desa ditampilkan 1 hari setelah hari Nyepi Setelah itu wisatawan akan diajak untuk kembali dalam pagelaran ke homestay untuk menikmati makan pagi dan Pangsan Village beristirahat sejenak. Kegiatan dilanjutkan dengan Culture Show 5 15.00 – Minum The Homestay Wisatawan akan melakukan gladi bersih dan mendekorasi banjar 16.00 disuguhkan guna mengikuti acara Pangsan Village Culture Show. makanan ringan khas Bali buatan Saatnya wisatawan untuk mempertunjukkan tarian warga Pangsan ataupun gamelan yang telah dilatih beberapa hari ditemani dengan sebelumnya. Setelah pertunjukan maka wisatawan hangatnya Teh atau Kopi Bali. akan diajak untuk menikmati makan siang yang 6 16.00 – Kelas Agama Homestay Pemberian setelahnya disambung acara perpisahan dengan 17.00 Hindu informasi berkaitan pengambilan foto bersama sebagai akhir dari dengan damainya nilai-nilai yang rangkaian paket wisata “Menjadi Orang Pangsan”. terkandung didalam kepercayaan Hindu, termasuk 4.3.2. Bentuk Tabel keseimbangan yang Paket wisata “Menjadi Orang Pangsan” juga tercantum pada Tri Hita Karana, dan disajikan dalam bentuk tabel untuk lebih memperjelas rangkaian upacara dan penguraian secara rinci mengenai kegiatan per Nyepi 7 17.00 – Istirahat Homestay Setelah kegiatan yang akan dilakukan oleh wisatawan sesuai 18.00 memperoleh jam, tempat dan kegiatan yang dilakukan. Paket informasi mengenai wisata “Menjadi Orang Pangsan” akan disajikan pada nilai-nilai luhur yang bersifat Tabel 3 berikut. universal dalam agama hindu maka wisatawan diijinkan Tabel 3 Paket Wisata Pedesaan “Become Pang- untuk beristirahat sanian” dan membersihkan diri guna bersipa Hari ke – 1 untuk melakukan No Waktu Agenda Tempat Keterangan persembahyangan 8 18.00 – Puja Tri SandhyaHomestay Wisatawan akan 1 08.30- Penyambutan Salah satu Wisatawan akan 18.15 berdoa dengan 08.45 Banjar Di disambut oleh dua pengarahan Desa Pangsan orang pemuda dan dari instruktur pemudi (sekeha yang disediakan truna truni) dengan Wisatawan mengalungkan menggunakan bunga dan pakaian adat memberikan air ringan yang telah kelapa sebagai disediakan welcome drink

47 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

No Waktu Agenda Tempat Keterangan No Waktu Agenda Tempat Keterangan

9 18.15 – Makan Malam Restaurant Wisatawan akan 8 16.30 – Tradisi Urak Pura Pucak Wisatawan akan 19. 15 disuguhkan menu 17.30 Manik diajak untuk bersama-sama tradisional yang dengan masyarakat sederhana lokal menikmati tradisi unik urak yaitu tradisi Hari ke 2 melakukan No Waktu Agenda Tempat Keterangan upacara di Pura Pucak Manik yang 1 07.30 – Breakfast Homestay Wisatawan akan dilakukan oleh 08.00 disuguhkan setiap Pengayah makanan lokal (Rumah Tangga) yang sederhana yang dilaksanakan sesuai dengan secara bergilir permintaan dengan menggunakan 2 08.00 – Menanam Padi Areal Wisatawan simbolik bumbu 09.30 dan memetik Persawahan akan diajak sebagai serah hasil kebun dan untuk menanam terima perkebunan padi layaknya warga petani di lahan 9 17.30 – Melihat dan ikut Salah Satu Wisatawan akan pertanian yang 19.00 serta membuat Banjar di Desa diajak untuk telah disediakan. Ogoh-Ogoh Pangsan bergabung Setelah menanam bersama dengan padi, wisatwan muda-mudi desa akan diajak untuk Pangsa turut serta mengunjungi membuat ogoh- kebun buah ogoh yang nantinya coklat dan jagung akan diarak saat milik warga dan pengerupukan memetik buah berlangsung. yang sudah siap Ogoh-ogoh dipanen merupakan symbol atas roh jahat 3 09.30 – Belajar Menari Salah satu Di hari kedua yang ada di muka 11.00 dan Megamel banjar di Desa wisatawan masih bumi, akan hal atau angklung Pangsan akan berlatih itu pada akhir untuk bersama acara ngerupuk, menampilkan umumnya ogoh- suguhan di acara ogoh akan dibakar Pangsan Village sebagai bentuk Cultural Show pemusnahan 4 11.00 – Kelas Memasak Salah satu PKK Desa Pangsan roh jahat di 13.00 dan Makan rumah warga akan membimbing mukabumi. Siang desa dengan wisatawan pengerupukan peralatan untuk memasak berlangsung. masak yang masakan khas Bali Ogoh-ogoh tradisional yang terdiri dari merupakan symbol makanan ringan atas roh jahat sebagai dessert yang ada di muka dan makanan bumi, akan hal berat sebagai itu pada akhir main course dan acara ngerupuk, pada akhir sesi, umumnya ogoh- wisatawan akan ogoh akan dibakar menikmati hasil sebagai bentuk masakan mereka pemusnahan roh jahat di mukabumi. 5 13.00 – Menuju Surya Starting point Wisatwan 13.30 Dewata Rafting Surya Dewata akan diberikan 10 19.00 Makan Malam Homestay Wisatawan akan dan Persiapan Rafting Pembekelan dan beristirahat diajak kembali untuk Rafting tentang ke homestay keselamatan dan untuk menikmati aturan Rafting makan malam dan dapat melakukan 6 13.30 – Rafting Sungai Ayung Wisatawan kegiatan bebas 15.30 akan diajak untuk memacu adrenaline melawan derasnya arus sungai Ayung, Hari ke-3 untuk jalur rafting No Waktu Agenda Tempat Keterangan akan disesuaikan dengan jalur yang sudah ada 1 08.30 – Breakfast Homestay Wisatawan akan sebelumnya 09.00 disuguhkan menu sederhana sesuai 7 15.30 – Istirahat dan Finish Point Wisatawan akan dengan pilihan 16.30 MinumThe Surya Dewata disuguhkan dengan mereka Rafting makanan ringan khas Bali buatan 2 09.00 – Persiapan Starting Wisatawan akan di- warga Pangsan 09.30 Bersepeda point ber- berikan Pembeka- dan Teh atau sepeda lan tentang kesela- Kopi Bali sembari matan bersepeda berbincang- dan jalur yang akan bincang santai dilalui

48 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

No Waktu Agenda Tempat Keterangan Hari ke-4 3 09.30 – Bersepeda Jalur cycling Wisatawan akan No Waktu Agenda Tempat Keterangan 11.30 dan Villag- Desa Pang- diajak berkeliling eTour san dengan sepeda 1 08.00 – Meditasi Homestay Di pagi hari melakukan village 10.00 memulai hari tour dan melalui Nyepi dengan jalur cycling yang meditasi untuk telah ada lebih menikmati ketenangan hari 4 11.30 – Istirahat Kubu Di Wisatawan akan Nyepi. Meditasi 12.00 Tengah diajak beristirahat juga akan Sawah di kubu di tengah membersihkan sawah milikwarga kepenatan wisatawan. 5 12.00 – Makan Siang Salah satu Wisatawan akan 13.00 Kubu di ten- disuguhkan menu 2 10.00 – Makan Pagi Homestay Wisatawan akan gah sawah makanan tradis- 10.30 disuguhkan atau ional Bali sebagai makanan sederhana areal perke- menu makan siang dengan ditemani bunan warga teh atau kopi 6 13.00 – Latihan Salah satu Untuk memaksi- 3 10.30 – Kesenian Homestay Wisatawan akan 15.00 Menari dan- Banjar yang malkan hasil yang 12.30 Tulis diajarkan seni Megamel ada di Desa akan dicapai pada Lontar dan membuat tulisan Pangsan Pangsan Village membuat di atas daun lontar Culture Show, wisa- dekorasi dan kerajinan tawan akan berlatih panggung dari batok kelapa, dengan salah satu dimana hasilnya sekeha dapat dijadikan 7 15.00 – Minum Teh Areal per- Wisatawan akan cindera mata 16.00 sawahan disuguhkan makan- yang telah an ringan tradision- 4 12.30 – Makan siang Homestay Wisaatawan akan disediakan al ditemani dengan 13.30 disuguhkan menu teh dan kopi sederhana 8 16.00 – Istirahat Homestay Wisatawan diijink- 5 13.30 – Mejejaitan, Homestay Mejejaitan 17.00 an untuk kembali 15.00 ngulat tipat merupakan ke homestay untuk kegiatan berupa membersihkan diri membuat canang dan bersiap untuk sari sebagai sarana mengikuti upacara persembahyangan mecaru umat Hindu. Wisatawan juga 9 17.00 – Mecaru Salah satu Mecaru merupakan akan diajak 18.00 banjar di rangkaian kegiatan mengulat tipat Desa Pang- Nyepi dalambentuk untuk makan san Membersihkan malam. daerah sekitar den- gan adat tertentu. 6 15.00 – Kegiatan Homestay Wisatawan Wisatawan akan 18.00 Bebas dibebaskan untuk diajak untuk meli- beristirahat dan hat ataupun dapat menjalani prinsip ikut serta dalam dasar Nyepi yaitu rangkaian upacara amati karya, mecaru ini. amati geni, amati lelungan dan 10 18.00 – Persiapa- Banjar Desa Wisatawan akan amati lelanguan. 19.00 nuntuk upa- Pangsan diantarkan ke salah Wisatawan cara peng- satu banjar dan disediakan buku- erupukan bersiap untuk men- buku bacaan garak ogoh-ogoh mengenai Bali dan bersama sekeha Hindu sehingga truna truni banjar tidakbosan setempat dengan menggunakan 7 18.00 – Makan Homestay Wisatawan akan pakaian seragam 19.00 Malam disuguhkan sekeha truna truni- makanan dengan setempat menu yang sederhana dengan 11 19.00 – Ngerupuk Desa Pang- Merupakan ditemani minuman 21.00 san acara puncak pada hangat yaitu teh malam sebelum atau kopi Bali Nyepi, Pawai Ogoh- ogoh merupakan 8 19.00 Acara Bebas Homestay Wisatawan hal yang paling diberikan waktu dinanti sebelum untuk melakukan datangnya hari kegiatan lainnya Nyepi 12 21.00 Acara Bebas Homestay Wisatawan diper- kenankan untuk beristirahat atau- pun melakukan kegiatan lainnya

49 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Hari ke-5 No Object Fix Cost (Rp) Variable Cost No Waktu Agenda Tempat Keterangan (Rp) g. Mejejaitan dan dekorasi Rp. 50.000,00 1 06.00 – Trekking Desa Wisatawan diajak 08.00 Pangsan untuk berkeliling desa h. Kelas agamaHindu Rp. 100.000,00 menanti matahari i. Menanam Padi Rp. 100.000,00 terbit dan menyapa dan berkebun masyarakat setempat j. Farewell Party (Culture Rp. 100.000,00 sebelum Show Donation) menikmati hidangan j. Latihan Menari/ Rp. 200.000,00 makanpagi Megambel/ Angklung 2 08.00 – Makan Pagi Homestay Wisatawan k. Menulis lontar Rp. 100.000,00 09.30 dan istirahat disuguhkan menu 3 Penyewaan baju adat bali Rp. 100.000,00 sederhana dengan ditemani teh atau 4 Guide Fee : kopi hangat, setelah a. Cooking class Rp. 50.000,00 itu wisatawan b. Menanam Padi dan Rp. 100.000,00 dipersilahkan Berkebun membersihkan diri untuk melanjutkan ke c. Melasti Rp. 100.000,00 acara berikutnya d. Cycling Rp. 50.000,00 3 09.30 – Gladi Bersih Balai Banjar Wisatawan akan f. Rafting Rp. 50.000,00 10.30 dan mendeko- melakukan geladi g. Ngerupuk Rp. 100.000,00 rasi banjar resik sebelum menampilkan hasil i. Mecaru Rp. 50.000,00 latihan mereka j. Trekking Rp. 50.000,00 selama beberapa harikebelakang. k. TradisiUrak Rp. 50.000,00 Selain itu wisatawan 5 Teruna Teruni T-Shirt Rp. 50.000,00 akan diajak untuk (Ngerupuk) mendekorasi 6 Food and Beverages : panggung tempat pertunjukan secara a. Makan Pagi (5 kali Rp. 125.000,00 bersama-sama @ (25.000) dengan sekeha truna b. Makan Siang (5 kali Rp. 150.000,00 truni @30.000) 4 11.00 – Pangsan Balai Banjar Wisatawan bersama c. Makan Malam ( 3 kali Rp. 90.000,00 12.30 Village dengan muda-mudi @30.000) Cultural Show akan menampilkan d. Tea Time (3 kali Rp. 60.000,00 pertunjukan @20.000) budaya sebagai perayaan setelah 7 Promotion Rp. 200.000,00 berakhirnyaNyepi. 8 Other Expenses Rp. 200.000,00 Total Cost Rp.1.600.000,00 Rp.3.475.000,00 5 12.30 – Makan siang Homestay Merupakan kegiatan 14.30 dan acara akhir dari rangkaian perpisahan tour I am Pangsanian. Fix Cost PerPerson Rp. 800.000,00 Wisatawan akan Cost PerPerson Rp. 4.275.000,00 disuguhkan makanan tradisional bersama- sama dengan warga Surcharge 25% Rp. 1.068.750,00 desa lainnya, dan melakukan foto Nett Price Rp. 5.343.750,00 bersama sebelum Selling Prices Rp. 5.344.000,00 meninggalkan desa Convertion to USD $ 445,33 Selling Prices in USD $ 446,00

4.3.3 Rincian Biaya dan Harga Paket Wisata “Become a Pangsanian” V. SIMPULAN DAN SARAN Rincian biaya untuk Paket Wisata “Menjadi Orang Pangsan” dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. 5.1 Simpulan 1. Potensi Desa Wisata Pangsan yang dapat Tabel 4 Paket Wisata Menjadi Orang Pangsan dikemas ke dalam Paket Wisata Pedesaan Berbasis

No Object Fix Cost (Rp) Variable Cost Masyarakat Lokal antara lain: 1) Potensi alam berupa (Rp) pemandangan areal persawahan dan perkebunan, 1 Penginapan 5 hari 4 Rp.1.400.000,00 malam iklim yang sejuk, Sungai Ayung; 2) Potensi Budaya 2 Biaya Atraksi : berupa tradisi masyarakat yaitu tradisi Urak a. Penyambutan Rp. 50.000,00 dan rangkaian upacara keagamaan menyambut b. Bersepeda Rp. 250.000,00 Nyepi yaitu Melasti, Mecaru, Pengerupukan dan c. Ogoh-ogoh Rp. 500.000,00 d. Trekking Rp. 200.000,00 Nyepi itu sendiri, 3) Potensi buatan manusia e. Rafting Rp. 250.000,00 yang berwujud fisik berupa jalur rafting, tracking f. Kelas Memasak Rp. 150.000,00 dan cycling, sedangkan potensi buatan manusia f. Meditasi Rp. 50.000,00 yang tidak berwujud fisik antara lain keberadaan

50 Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” di Desa Wisata Pangsan, Petang, Badung [Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi]

kelompok sadar wisata, keberadaan sekeha-sekeha, DAFTAR PUSTAKA keberadaan perkumpulan PKK, keberadaan Karang Taruna Catur Buana, acara Pangsan Village Culture Anonim.Peraturan Bupati Badung Nomor: 47 tahun Show dan kerja sama dengan pihak travel agent. 2010 Tentang Penetapan Desa Wisata di Kabupaten 2. Paket Wisata Pedesaan yang berbasis masyarakat Badung Bali Post, Edisi No. 127 tertanggal 29 Februari – 06 Maret lokal Desa Wisata Pangsan dalam penelitian ini 2016. “Paket Nyepi Tidak Lagi Berseri”. Denpasar: adalah Paket Wisata Pedesaan “Become Pangsanian” Bali Post ditawarkan selama 5 hari 4 malam dengan harga Disky, Mahidin Atin.2001. Pengantar Biro Perjalanan USD 446. Wisata. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Faisal, Sanapiah. 2001. Format Format Penelitian Sosial. 5.2 Saran Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Adapun saran yang dapat irekomendasikan pada Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT. penelitian ini antara lain: Grasindo 1. Pihak akademisi diharapkan untuk berperan aktif Jennings, Gayle. 2001. Tourism Research. Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd. dalam proses inventarisasi potensi bagi Desa Muljadi, A. J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Wisata Pangsan sehingga setiap potensi baik Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. alam, budaya dan buatan manusia yang dimiliki Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. oleh Desa Wisata Pangsan dapat dikembangkan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya secara maksimal. Nuriata, T. 1992. Perencanaan Perjalanan Wisata. 2. Pihak Pemerintah Daerah diharapkan secara aktif Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan Sagita, Putu Agus Wikanatha. 2012. “Strategi desa wisata Pangsan dan mengadakan urun Pengembangan Desa Pangsan sebagai Desa Wisata Di rembug secara berkala mengenai kendala- Kecamatan Petang Kabupaten Badung”. Denpasar: Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana kendala yang dihadapi desa sehingga desa bisa Subagiasta, I Ketut. 2013. Hari-hari Suci Hindu. Denpasar: berkembang sebagaimana yang sepatutnya. Pustaka Bali Post 3. Mengadakan kerjasama antara Pemda dan Subyantoro, Arief, FX. Suwarto. 2006. Metode & Teknik akademisi dalam membina Desa Wisata Pangsan Penelitian Sosial. Yogyakarta: ANDI khususnya dalam upaya peningkatan sumber Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. daya manusia dengan mengadakan penyuluhan Bandung : ALFABETA – penyuluhan bagi warga desa sehingga Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata Tour Planning. membangkitkan keinginan dan kesadaran mereka Yogyakarta: Kanisius Swandewi, Luh Putu. 2014. “Pengemasan Paket Wisata akan kegiatan pariwisata di Desa Wisata Pangsan. Tirta Di kabupaten Buleleng”. Denpasar: Fakultas 4. Akademisi dan swasta dalam hal ini travel agent Parwisata. bekerjasama untuk mengemas paket-paket wisata Yoeti, Oka. 1997. Perencanaan dan Pengembangan yang unik dan menarik sesuai dengan segmen Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita. Website: pasar wisatawan yang akan disasar. www.disparda.baliprov.go.di (diaskes pada tanggal 03 Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk Maret 2016, pk. 11.00 wita) http://ojs.unud.ac.id/ melakukan penelitian mengenai beberapa hal index.php/jum/article (diaskes pada tanggal 04 antara lain: persepsi masyarakat terhadap Maret 2016, pk. 10.00 wita) www.badungtourism.com perkembangan pariwisata di Desa Wisata Pangsan, (diakses pada tanggal 13 Maret 2016, pk. 14.05 wita) http://badungtourism.com/villages-Pangsan_Village. membuat jenis paket wisata lainnya yang sesuai html (diakses pada tanggal 18 Juli 2016, pk. 19.50 dengan potensi Desa Pangsan, serta mengenai wita) factor-faktor yang menghambat perkembangan https://badungkab.bps.go.id/web5103/website/pdf_ Desa Wisata Pangsan. publikasi/Kecamatan%20Petang%20Dalam%20 Angka%202016.pdf (diakses pada tanggal 29 Juli 2016, pk. 13.48)

51 ANALISIS PARIWISATA PARIWISATA • VOL. ❖ 16, 16 NO. [1] 1 -: 201652 - 60

PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PERKEMBANGAN AKOMODASI PARIWISATA, STUDI KASUS: DESA ADAT SEMINYAK, KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG, BALI

Oleh Komang Trisna Pratiwi Arcana Email: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan akomodasi pariwisata (Villa) di Kecamatan Kuta Utara yang begitu pesat dan cenderung tidak terkendali telah menimbulkan kekhawatiran pada dampak yang mungkin muncul (aspek sosial-budaya, lingkungan dan ekonomi). Kesenjangan antara benefit dan cost dari fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana persepsi, respon, perubahan perilaku budaya dan pola pikir masyarakat lokal terhadap perkembangan akomodasi wisata didaerah mereka. Untuk mengkaji kasus tersebut, penelitian ini mengkombinasikan kedua bentuk metodologi baik kuantitatif dan kualitiatif (multi-method). Metode kualitatif dilakukan dengan cara melakukan observasi ke lokasi penelitian untuk melihat perilaku masyarakat lokal di Desa Seminyak dan melakukan pembicaraan informal (interview) yang dipandu oleh pedoman wawancara terkait dengan persepsi masyarakat lokal, kepala desa, dan para pengelola akomodasi (villa). Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat lokal (90 reponden) yang dipilih secara acak. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa reaksi atau respon masyarakat terhadap perkembangan akomodasi berada pada fase Euphoria. Hal ini dilihat dari beberapa gejala, dimana secara umum respon masyarakat cenderung lebih fokus terhadap keuntungan dari aspek ekonomi dan seolah-olah mengesampingkan dampak lain yang timbul seperti dalam aspek sosial-budaya dan lingkungan.

Keywords : persepsi, masyarakat lokal, akomodasi pariwisata.

1. PENDAHULUAN yang cenderung terus meningkat dikhawatirkan pertumbuhan akomodasi semakin tidak terkendali. Tanpa diragukan lagi, dalam beberapa dekade Kekhawatiran ini didasarkan pada data sebaran terakhir pariwisata telah tumbuh menjadi sektor yang pertumbuhan akomodasi tersebut, dimana sebesar diandalkan untuk mendorong perekonomian dalam 64.3% berada pada kawasan Kabupaten Badung lingkup internasional dan nasional. UNWTO (2016) dan sisanya tersebar berturut-turut 13.7% di mencatat bahwa pada tahun 2015, pertumbuhan Kota Denpasar, 8% di Kabupaten Gianyar, 6% di wisatawan internasional mencapai angka 1.184 Kabupaten Buleleng, 3% di Kabupaten Karangasem juta wisatawan, atau tumbuh sebesar 4.4% dari dan Klungkung, dan sebesar 0.8% di Kabupaten tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan terbesar Jembrana dan Tabanan. terjadi pada kawasan Asia dan Pasifik sebesar Tidak meratanya pertumbuhan pariwisata pada 4-5%. Sedangkan Bali sebagai salah satu destinasi suatu destinasi tentu akan membebankan pengaruh, wisata andalan di Indonesia mencatat pertumbuhan baik berupa dampak negative (cost) maupun benefit kunjungan wisatawan pada tahun 2015 mencapai dari kegiatan pariwisata terhadap sebagian daerah, 6.42% atau sebesar 4 juta wisatawan dibandingkan dalam hal ini Kabupaten Badung. Salah satu tahun 2014 (3.7 juta). Fenomena pertumbuhan dampak pengembangan akomodasi pariwisata di kunjungan wisatawan ke Bali tentu akan mendorong Kabupaten Badung diantaranya adalah alih fungsi peningkatan kebutuhan atau permintaan wisatawan, lahan, dimana lahan-lahan produktif (pertanian) salah satunya adalah dari sektor akomodasi. Badan dimanfaatkan sebagai akomodasi wisata (Evita et Pusat Statistik provinsi Bali (2016) mencatat, bahwa al., 2012). Fenomena tersebut pada akhirnya akan pada tahun 2013 terjadi pertumbuhan jumlah mempengaruhi kebiasaan masyarakat lokal, dimana akomodasi (hotel berbintang) sebesar 4.1% atau kebudayaan Bali yang dibangun berdasarkan nilai- menjadi sebanyak 227 hotel dari tahun 2012 sebesar nilai budaya agraris akan berangsur-angsur berubah 218 hotel. Dengan tren pertumbuhan wisatawan seiring perubahan kondisi geografis.

52 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Akomodasi Pariwisata, Studi Kasus: Desa Adat Seminyak, ..... [Komang Trisna Pratiwi Arcana]

Perubahan perilaku budaya dan pola pikir lokal (Yasothornsrikul dan Bowen, 2015), pariwisata masyarakat lokal terhadap perkembangan pariwisata, menyebabkan perkembangan obat-obatan terlarang, khususnya dalam aspek akomodasi wisata di alcohol, dan prostitusi (Smith, 2003; Monterrubio Kabupaten Badung selanjutnya menjadi isu yang et al., 2011), pariwisata menyebabkan kemacetan menarik untuk dikaji. Penelitian ini memiliki fokus (Wiersma dan Robertson, 2003). untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Sedangkan dalam aspek lingkungan, beberapa lokal di Desa Adat Seminyak, Kecamatan kuta, penelitian telah mengkaji beberapa fokus diantaranya: Kabupaten Badung terhadap perkembangan pariwisata dapat menyebabkan deradasi lingkungan akomodasi pariwisata. Kajian ini terinspirasi oleh fisik dan ekologi (United Nations Research Institute for beberapa penelitian (Doxey, 1975; Monterrubio Social Development, 1994), pariwisata menyebabkan dan Bello, 2011) yang meyakini bahwa, persepsi pencemaran lingkungan (Scott, 2008; Tapper et masyarakat lokal akan terus berubah seiring dengan al., 2011), pariwisata menyebabkan peningkatan intensitas interaksi antara aktivitas pariwisata alih fungsi lahan (Howe, 2006; Jeff dan Belinda, dan masyarakat lokal. Perubahan tersebut dapat 2009; Pringle, 2004; Windia, 2015), pariwisata juga dipengaruhi oleh seberapa besar manfaat atau meningkatkan alih kepemilikan lahan (Sveinsdóttir, benefit dan dampak negative (cost) yang diterima 2014), pariwisata menyebabkan perubahan perilaku oleh masyarakat lokal. Oleh Karena itu, penelitian ini fauna lokal (Saputra et al., 2014; Pelletier, 2006), tidak lagi membahas tentang dampak yang dihasilkan pariwisata berkontribusi terhadap perubahan iklim dari kegiatan pariwisata, namun lebih terfokus pada (Scott, 2008). Umumnya dalam kedua aspek tersebut bagaimana penerimaan (persepsi) masyarakat lokal baik sosial-budaya dan lingkungan, pariwisata sering terhadap perkembangan pariwistaa itu sendiri. kali dipandang sebagai industri yang “tidak ramah”. Namun lain halnya dalam aspek ekonomi, 2. KAJIAN PUSTAKA beberapa penelitian cenderung melihat pariwisata sebagai indutri yang membawa benefit, diantaranya: 2.1. Dampak Pariwisata pariwisata dapat mendorong pembangunan Pariwisata merupakan sebuah industri yang infrastruktur, meningkatkan pendapatan dan daya melibatkan berbagai dimensi. Fenomena ini beli masyarakat, membuka lapangan pekerjaan baru, disebabkan karena dalam prosesnya, wisatawan hingga dampak berganda (multiplier effect) lainnya, yang melakukan perjalanan ke suatu destinasi akan seperti peran pada ekspor dan impor. membawa kebiasaan dan budaya mereka, serta Dalam konteks penelitian ini, beberapa benefit berinteraksi dengan masyarakat lokal, termasuk dan dampak diatas diyakini dapat mempengaruhi elemen-elemen sosial-budaya (socio-cultural), persepsi masyarakat lokal terhadap perkembangan lingkungan (environmental), dan ekonomi pariwisata di suatu destinasi. Berbagai referensi (economic) mereka. Interaksi tersebut berpotensi mengenai pengaruh pariwisata tersebut digunakan mempengaruhi (influence) tiap-tiap elemen, tidak sebagai bahan untuk mencari informasi tentang hanya bagi masyarakat lokal, namun juga bagi persepsi masyarakat lokal di Desa Seminyak. wisatawan itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, baik postif (benefits) 2.2. Persepsi masyarakat lokal terhadap pari- maupun dampak negatif (costs). Isu tersebut juga wisata telah banyak dikaji oleh banyak penulis diantaranya Meskipun pengaruh pengembangan akomodasi adalah: pariwisata tidak sepenuhnya hanya diterima Aspek sosial-budaya; pariwisata sebagai sarana masyarakat lokal, namun penerimaan masyarakat melestarikan seni dan budaya (Howe, 2006; lokal terhadap dampak negative maupun benefit Setyagung et al., 2013; Ismalasari dan Suparwoto, pariwisata menjadi penting untuk dikaji. Hal ini 2014), pariwisata sebagai bentuk komoditisasi dan dikarenakan masyarakat lokal mempunyai peranan komersialisasi seni, budaya dan agama (Shepherd, yang sangat penting dalam menentukan keberlanjutan 2002; Greenwood, 1977; Cohen, 1988; Cole, suatu perkembangan pariwisata di suatu destinasi. 2008; Lisette, 2013; Kontogeorgopoulos et al., Oleh karena itu beberapa peneliti memandang perlu 2015), pariwisata merupakan bentuk akulturasi untuk melakukan kajian tentang persepsi masyarakat budaya (Smith, 2003; Holden, 2005; Berry, 2005), lokal terkait dengan perkembangan pariwisata di pariwisata menyebabkan marginalisasi masyarakat daerah mereka. Hal ini sangat membantu dalam lokal (Azhar, 2013; Pandit, 2012), pariwisata memberikan informasi tentang perubahan persepsi menyebabkan demonstration effect pada masyarakat atau sudut pandang masyarakat lokal seiring dengan

53 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

berjalannya perkembangan pariwisata di lingkungan Untuk mengkaji fenomena tersebut, penelitian ini mereka. Meskipun, Cordero (2008) berpendapat mengkombinasikan kedua bentuk metodologi baik bahwa kajian persepsi masyarakat lokal terhadap kuantitatif dan kualitiatif atau yang biasa dikenal pariwisata masih keterbatasan metodologi dan dengan pendekatan “multi method” (Jonker and teori-teori yang mendukung, maka kajian ini masih Pennink, 2010; Sugiyono, 2007). Metode kualitatif memiliki beberapa keterbatasan dari sudut pandang dilakukan dengan cara melakukan observasi akademis terutama dalam mengukur perilaku nonpartisipan (non-participant observation) ke lokasi masyarakat lokal. penelitian untuk melihat perilaku masyarakat lokal Adapun salah satu penelitian yang telah dilakukan di Desa Seminyak, dimana selanjutnya pengumpulan terkait dengan persepsi masyarakat lokal adalah, data dalam periode tersebut dilakukan dengan teknik penelitan yang dilakukan di Tafi Athome, Ghana wawancara (Sugiyono, 2007) atau pembicaraan dengan tulisan “Residents’ Perception of Socio- informal yang dipandu oleh instrument atau pedoman economic Impacts of Tourism” (Mensah, 2012). wawancara terkait dengan persepsi masyarakat lokal, Tulisan ini menemukan bahwa persepsi masyarakat kepala desa, dan para pengelola akomodasi (villa) lokal tentang perkembangan pariwisata di daerah (sampling purposive) terhadap manfaat serta dampak tersebut cenderung positif, khususnya jika dilihat pengembangan akomodasi pariwisata. dari perspektif pengaruhnya terhadap elemen sosial Sedangkan pada metode kuantitatif dilakukan dan ekonomi. Secara spesifik masyarakat lokal dengan menyebarkan kuesioner atau teknik berpandangan bahwa pariwisata ikut berkontribusi pengumpulan data dengan memberi seperangkat terhadap pelestarian satua asli yaitu kera yang ada pertanyaan (dengan skala pengukuran rating scale) di Mona dan melihat bahwa satwa asli tersebut kepada masyarakat lokal (90 responden) yang dipilih tidak terganggu oleh aktivitas pariwisata. Selain secara acak (simple random sampling) terkait dengan itu masyarakat lokal juga merasakan keuntungan persepsi/respon mereka terhadap pengembangan ekonomi dengan terbukanya lapangan pekerjaan, sektor akomodasi wisata. Dimana selanjutnya data meskipun belum banyak inverstor yang tertarik dianalisis menggunakan teknik statistic deskriptif untuk menanamkan modalnya di lingkungan atau dengan cara mendeskripsikan data yang telah mereka. Jika dilihat melalui konsep Doxey’s Irridex terkumpul dan disajikan melalui tabel (Sugiyono, maka masyarakat lokal tersebut masih ada dalam 2007). fase “euphoria” atau sedang menikmati keuntungan dari aktivtas pariwisata yang ditandai dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN keterbukaan masyarakat lokal terhadap wisatawan dan investor serta kurangnya perencanaan dalam 4.1 Profile Masyarakat dan Desa Adat Seminyak mengembangkan pariwisata. Desa Adat Seminyak berlokasi di Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 3. METODOLOGI Kelurahan Seminyak terdiri atas dua Banjar yaitu Penelitian ini menggunakan teori irritation index Banjar Basangkasa yang warganya masuk Desa Adat (Irridex) Doxey sebagai alat ukur utama dalam Kerobokan dan Banjar Seminyak yang warganya membahas tentang persepsi/respon masyarakat masuk Desa Adat Seminyak. Kedua Desa tersebut terhadap pengembangan sektor pariwisata, dimana merupakan lokasi dari penelitian ini dan disebar secara lebih spesifik mengkaji tentang interaksi dan pada beberapa kawasan diantaranya kawasan Umalas hubungan antara wisatawan dan masyarakat lokal. Kauh dan Kangin, kawasan Umasari, Desa Canggu Kajian ini menggambarkan bahwa opini masyarakat dan Desa Kerobokan. Kabupaten Badung dipilih lokal terhadap kegiatan pariwisata dapat terus menjadi lokasi penelitian ini dikarenakan dalam berkembang seiring dengan manfaat atau dampak beberapa tahun terakhir, pembangunan akomodasi (baik secara langsung maupun tidak langsung) yang pariwisata khususnya villa berkembang begitu mereka terima. Isu tersebut relevan dengan kondisi pesat terutama di daerah Kuta. Dimana persentase aktual yang sedang berkembang di Desa Seminyak, terbesar berada di kawasan Kuta Utara (45,6%) yang Kecamatan Kuta, Bali. Dimana Desa tersebut telah memiliki luas wilayah 33,86 km², Kecamatan Kuta berkembang begitu pesat, terutama dalam sektor sebesar 18,31%, Kuta Selatan 17,78%, Mengwi 17,61%, akomodasi pariwisata (Villa), hal ini tentu berpotensi dan Abiansemal sebesar 0,70%. Adapaun sebaran menimbulkan persepsi masyarakat lokal yang pembangunan villa tersebut adalah 57,41% berada beragam yang dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata pada daerah pedesaan dan sisanya berada pada di daerah tersebut. pesisir pantai (Evita et al., 2012). Berdasarkan latar

54 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Akomodasi Pariwisata, Studi Kasus: Desa Adat Seminyak, ..... [Komang Trisna Pratiwi Arcana]

Tabel 1.Residents’ Responds of socio-culture impact of tourism Sangat Tidak Tidak Sangat Tidak Tahu Signifikan No Keterangan Signifkan signifikan Signifikan ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 1. Pelestarian seni dan budaya di desa anda ? 12 13.33 3 3.33 6 6.67 33 36.67 36 40.00 2. Perilaku masyarakat di desa anda ? 12 13.33 9 10.00 9 10.00 33 36.67 27 30.00 3. Moral masyarakat di desa anda ? 6 6.67 12 13.33 21 23.33 36 40.00 15 16.67 4. Kasus kriminalitas individual ? 30 33.33 18 20.00 15 16.67 24 26.67 3 3.33 5. Kasus kriminalitas kelompok ? 42 46.67 24 26.67 12 13.33 12 13.33 0 - 6. Keberadaan obat-obatan terlarang (Drugs) 27 30.00 12 13.33 30 33.33 18 20.00 3 3.33 di masyarakat ? 7. Keberadaan minuman beralkohol di 24 26.67 3 3.33 6 6.67 33 36.67 24 26.67 masyarakat ? 8. Perubahan cara berpikir masyarakat? 18 20.00 3 3.33 3 3.33 39 43.33 27 30.00 9. Keberadaan prostitusi di masyarakat? 24 26.67 27 30.00 21 23.33 9 10.00 9 10.00 10. Keberadaan perilaku sex bebas? 24 26.67 30 33.33 24 26.67 3 3.33 9 10.00 11. Kemacetan lalu lintas di daerah anda ? 6 6.67 33 36.67 0 - 24 26.67 27 30.00 12. Kebisingan (polusi suara) di desa anda ? 18 20.00 24 26.67 3 3.33 24 26.67 21 23.33 13. Kegiatan upacara keagamaan ? 24 26.67 9 10.00 0 - 15 16.67 42 46.67 Total belakang tersebut, maka penelitian ini difokuskan bentuk tabel dan selanjutnya akan dideskripsikan pada wilayah Kuta Utara dimana tercatat memiliki dalam bentuk kalimat. pertumbuhan villa yang sangat signifikan jika dibandingkan wilayah lainnya. 4.2.1 Residents’ Responds of socio-culture im- Berdasarkan data BPS (2016) Dependency Ratio pact of tourism masyarakat di Kuta Utara dapat dikatakan stabil, Pertanyaan pertama merupakan kelompok dimana berturut-turut mulai dari tahun 2013 hingga pertanyaan terkait dengan aspek sosial budaya. 2015 berada pada angka 42.730, 42.550 dan 42.330 Para responden diberi pertanyaan tentang, apakah jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk dari tahun perkembangan pariwisata (akomodasi pariwisata) 2013 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan memberikan pengaruh pada 18 variabel yang yang tercatat berada pada angka 3.427,35 jiwa/km², terkait dengan aspek-aspek sosial budaya. Dimana 3.538,39 jiwa/km² dan pada tahun 2015 diangka selanjutnya disediakan pilihan jawaban mulai dari 3.651,21 jiwa/km². Angka tersebut merupakan kedua sangat tidak signifikan, tidak signifikan, tidak tahu, tertinggi dari tujuh kawasan lainnya setelah Kuta. signifikan dan sangat signifikan. Daftar pertanyaan Kuta Utara juga merupakan Kecamatan dengan tersebut juga dilengkapi dengan kolom atau bagian laju pertumbuhan penduduk tertinggi (6,97%) dari keterangan yang dapat digunakan oleh responden tahun 2000-2010, setelah Kuta Selatan dengan untuk menjelaskan alasan yang lebih spesifik. angka 9,13%. Berdasarkan data tersebut, maka Informasi tersebut juga sangat membantu dalam dapat terlihat secara umum Kecamatan Kuta Utara mendeskripsikan respon dari responden tersebut. mulai mengalami pertumbuhan yang pesat, dimana Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada 90 hal tersebut juga beriringan dengan pertumbuhan responden, maka dapat diketahui respon masyarakat kegiatan wisata, khususnya dalam hal perkembangan lokal terhadap pengaruh perkembangan akomodasi akomodasi wisata (villa). terhadap faktor-faktor sosial budaya seperti tertera pada tabel diatas. Adapun respon masyarakat lokal 4.2 Residents’ Responds of tourism impacts diantaranya sebesar 76.67% responden berpendapat (Accommodation-Villa) bahwa perkembangan akomodasi berpengaruh positif Hasil kajian dari penelitian ini adalah respon para (40% sangat signifikan dan 36,67% signifikan) responden yang terdiri dari 90 orang masyarakat terhadap pelestarian seni dan budaya di daerah lokal yang dipilih secara acak, namun dibatasi oleh mereka. Sedangkan respon masyarakat terkait letak geografis Desa Seminyak. Adapun respon dengan perilaku masyarakat di desa Seminyak, masyarakat dikelompokan menjadi tiga bagian, sebesar 66.67% responden berpendapat positif dimana diantaranya respon masyarakat lokal dimana 36,67% berpendapat signifikan dan 30% terhadap perkembangan akomodasi yang terkait sangat signifikan. Respon positif juga diberikan dengan aspek sosial budaya, aspek lingkungan dan terkait dengan pengaruh pada moral masyarakat, aspek ekonomi. Hasil kajian tersebut disajikan dalam dimana 40% responden berpendapat signifikan dan

55 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Tabel 2. Residents’ Responds of environmental impact of tourism Sangat Tidak Tidak Sangat Tidak Tahu Signifikan No Keterangan Signifkan signifikan Signifikan ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 1. Alih fungsi lahan di desa anda? 12 13.33 3 3.33 0 - 36 40.00 39 43.33 2. Alih kepemilikan lahan dari masyarakat lokal ke investor ? 12 13.33 3 3.33 3 3.33 27 30.00 45 50.00 3. Perubahan fisik (struktur, porsi) lingkungan di desa anda? 12 13.33 3 3.33 9 10.00 27 30.00 39 43.33 4. Pelestarian lingkungan di desa anda? 3 3.33 27 30.00 6 6.67 42 46.67 12 13.33 5. Pelestarian fauna asli di desa anda? 36 40.00 18 20.00 21 23.33 12 13.33 3 3.33 6. Pencemaran lingkungan (sungai, sawah) di desa anda ? 18 20.00 3 3.33 9 10.00 33 36.67 27 30.00 7. Ketersediaan air di lingkungan desa anda? 9 10.00 15 16.67 0 - 36 40.00 30 33.33 Total

16,67% sangat signifikan. 4.2.2 Residents’ Responds of environmental Sedangkan pengaruh perkembangan pariwisata impact of tourism terhadap peningkatan kasus kriminalitas individual, Sedangkan pertanyaan kedua merupakan kelompok sebesar 33,33% responden berpendapat sangat tidak pertanyaan terkait dengan aspek lingkungan. Dimana signifikan dan 20% tidak signifikan. Begitupula para responden diberi pertanyaan tentang, apakah pengaruhnya terhadap adanya kasus kriminalitas perkembangan pariwisata (akomodasi pariwisata) kelompok sebanyak 46,67% responden berpendapat memberikan pengaruh pada 7 variabel yang terkait sangat tidak signifikan dan 26,67% tidak signifikan. dengan aspek-aspek lingkungan. Seperti pada Sedangkan pengaruhnya terhadap keberadaan obat- bagian sosial-budaya, kelompok pertanyaan ini juga obatan terlarang (Drugs) sebesar 33,33% responden dilengkapi dengan kolom atau bagian keterangan yang berpendapat tidak tau dan 30% berpendapat sangat dapat digunakan oleh responden untuk menjelaskan tidak signifikan. Namun, respon masyarakat tentang alasan yang lebih spesifik terkait dengan respon para keberadaan minuman beralkohol di masyarakat, responden pada aspek lingkungan. sebesar 36,67% menyatakan signifikan dan 26,67% Secara umum perkembangan akomodasi sangat signifikan. Perkembangan pariwisata secara pariwisata dianggap sangat mempengaruhi kondisi signifikan juga dianggap berpengaruh terhadap lingkungan di Desa Seminyak. Berdasarkan data perubahan cara berpikir masyarakat (43,33% dari penelitian ini, sebanyak 83,33% responden signifikan, 30% sangat signifikan). Hal ini bertolak berpandangan bahwa alih fungsi lahan dipengaruhi belakang bila dikaitkan dengan keberadaan prostitusi secara signifikan (40% signifikan, 43,33% sangat di masyarakat, dimana sebagian besar reponden signifikan) oleh perkembangan akomodasi berpendapat tidak signifikan (26,67% sangat tidak pariwisata. Sedangkan 80% responden (30% signifikan, 30% tidak signifikan). Respon serupa signifikan, 50% sangat signifikan) berpendapat juga terlihat pada variabel keberadaan perilaku bahwa perkembangan tersebut juga mempengaruhi sex bebas, dimana sebesar 26,67% responden fenomena alih kepemilikan lahan dari masyarakat berpendapat sangat tidak signifikan dan 33,33% lokal kepada investor. Lebih dari 70% responden (30% tidak signifikan. Perkembangan akomodasi terhadap signifikan, 43,33% sangat signifikan) menyatakan tingkat kemacetan lalu lintas di daerah juga dianggap signifikan bahwa perubahan fisik (struktur dan tidak signifikan oleh 36,67% responden, namun porsi) lingkungan di Desa Seminyak disebabkan dianggap signifikan oleh 56,67% responden (26,67% oleh perkembangan akomodasi pariwisata. Namun signifikan dan 30% sangat signifikan). Yang menarik dalam hal pelestarian lingkungan, meskipun lebih adalag pengaruh terhadap kebisingan (polusi suara), dari 50% responden (46,67% signifikan, 13,33% dimana sebesar 26,67% tidak signifikan, namun sangat signifikan) menyatakan signifikan dipengaruhi 26,67% responden berpendapat signifikan. Seperti oleh pengembangan akomodasi pariwisata, di sisi peran pariwisata terhadap faktor budaya, kegiatan lain sebanyak 30% responden menyatakan tidak upacara keagamaan juga dianggap dipengaruhi signifikan. Begitu pula dari sisi pelestarian fauna asli di secara signifikan oleh 16,67% responden dan 46,67% Desa Seminyak, sebanyak 60% responden (20% tidak menyatakan sangat signifikan. signifikan, 40% sangat tidak signifikan) menyatakan perkembangan tersebut tidak mempengaruhi atau tidak berpengaruh signifikan. Lain halnya dengan

56 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Akomodasi Pariwisata, Studi Kasus: Desa Adat Seminyak, ..... [Komang Trisna Pratiwi Arcana]

Tabel 3. Residents’ Responds of economic impact of tourism Sangat Tidak Tidak Sangat Tidak Tahu Signifikan No Keterangan Signifkan signifikan Signifikan ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % 1. Terciptanya lapangan pekerjaan baru di lingkungan desa anda? 9 10.00 0 0 3 3.33 30 33.33 48 53.33 2. Pembangunan sarana prasarana belajar mengajar (sekolah) di desa anda? 18 20.00 9 10.00 18 20.00 36 40.00 9 10.00 3. Pembangunan sarana prasarana kesehatan (Rumah sakit) di desa anda ? 21 23.33 12 13.33 12 13.33 30 33.33 15 16.67 4. Pembangunan sarana prasarana akses jalan di desa anda? 12 13.33 9 10.00 6 6.67 33 36.67 30 33.33 5. Pembangunan sarana prasarana olah raga dan hiburan masyarakat? 30 33.33 18 20.00 12 13.33 15 16.67 15 16.67 6. Meningkatkan daya beli masyarakat? 6 6.67 12 13.33 6 6.67 39 43.33 27 30.00 7. Meningkatkan pendapatan masyarakat? 9 10.00 12 13.33 3 3.33 33 36.67 33 36.67 8. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat? 15 16.67 6 6.67 3 3.33 21 23.33 45 50.00 9. Perubahan mata pencaharian masyarakat lokal? 9 10.00 3 3.33 9 10.00 30 33.33 39 43.33 10. Pembangunan sarana prasarana kebersihan di desa anda? 12 13,33 9 10 6 5,67 39 43,33 24 26,67 Total pencemaran lingkungan (sungai dan sawah), lebih signifikan) berpendapat bahwa perkembangan dari 60% responden (36,67% signifikan, 30% akomodasi pariwisata berpengaruh signifikan sangat signifikan) menyatakan berpengaruh secara terhadap terciptanya lapangan pekerjaan baru signifikan. Seperti pada fenomena perkembangan di lingkungan Desa Seminyak. Meskipun disaat akomodasi di daerah lain, pada Desa Seminyak bersamaan, lebih dari 70% (33,33% signifikan, ketersediaan air di lingkungan desa juga dipengaruhi 43,33% sangat signifikan) responden berpandangan secara signifikan (40% responden menyatakan bahwa hal tersebut juga menjadi penyebab perubahan signifikan dan 33,33% sangat signifikan) mata pencaharian masyarakat lokal. Sedangkan sebanyak 50% responden (40% 4.2.3 Residents’ Responds of economic impact signifikan, 10% sangat signifikan) berpandangan bahwa of tourism pembangunan sarana prasarana belajar mengajar Selanjutnya pada bagian pertanyaan ketiga, (sekolah) dipengaruhi secara signifikan. Begitu pula merupakan kelompok pertanyaan terkait dengan aspek terhadap pembangunan sarana prasarana kesehatan ekonomi. Dimana para responden diberi pertanyaan seperti rumah sakit (33,33% signifikan, 16,67% tentang, apakah perkembangan pariwisata (akomodasi sangat signifikan, 23,33% sangat tidak signifikan) dan pariwisata) memberikan pengaruh pada 10 variabel pembangunan sarana prasarana akses jalan di desa yang terkait dengan aspek-aspek ekonomi. Seperti (36,67% signifikan, 33,33% sangat signifikan). Namun pada bagian sebelumnya, kelompok pertanyaan ini juga perkembangan akomodasi pariwisata dianggap tidak dilengkapi dengan kolom atau bagian keterangan yang berpengaruh (20% tidak signifikan, 33,33% sangat dapat digunakan oleh responden untuk menjelaskan tidak signifikan) signifikan terhadap pembangunan alasan yang lebih spesifik terkait dengan respon para sarana prasarana olah raga dan hiburan masyarakat. responden pada aspek ekonomi. Selanjutnya lebih dari 70% responden (36,67% Berdasarkan data pada tabel diatas, secara signifikan, 36,67% sangat signifikan) berpendapat umum perkembangan akomodasi pariwisata peningkatkan pendapatan masyarakat dipengaruhi dianggap memberikan pengaruh positif dalam secara signifikan, dimana hal tersebut juga aspek ekonomi di Desa Seminyak. Hal ini tentu mempengaruhi secara signifikan (43,33% signifikan, tidak begitu mengejutkan, hal ini dikarenakan 30% sangat signifikan) pada peningkatan daya beli umumnya perkembangan pariwisata dalam berbagai masyarakat. Sebanyak 73,33% responden (23,33% sektor cenderung memberikan keuntungan dari signifikan, 50% sangat signifikan) berpandangan aspek ekonomi. Namun penelitian ini mencoba bahwa kualitas hidup mereka juga dipengaruhi positif untuk mengetahui respon masyarakat lokal terkait secara signifikan oleh perkembangan akomodasi dengan keuntungan ekomomi yang mereka terima. pariwisata. Begitu pula terhadap pembangunan sarana Penelitian ini menemukan fakta bahwa lebih dari prasarana kebersihan di Desa Seminyak (43,33% 80% responden (33,33% signifikan, 53,33% sangat signifikan, 26,67% sangat signifikan).

57 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

KESIMPULAN terhadap kesadaran pada pelestarian lingkungan di Desa Seminyak. Berdasarkan data diatas, penelitian ini menemukan Berbeda dengan pendapat masyarakat lokal fakta bahwa masyarakat lokal di Desa Seminyak masih terhadap pengaruh perkembangan akomodasi memberikan respon positif terhadap perkembangan pariwisata pada aspek lingkungan yang cenderung pariwisata di daerah mereka, khusunya dalam hal negatif. Dalam aspek ekonomi respon masyarakat perkembangan akomodasi pariwisata (villa). Hal ini lokal cenderung sebaliknya (positif), hal ini tentu dapat dilihat dari respon masyarakat lokal terhadap tidak begitu mengejutkan mengingat pengaruh positif fenomena tersebut dalam beberapa aspek yakitu; yang umumnya dirasakan oleh masyarakat dalam sosial-budaya, lingkungan, dan ekonomi. Dalam aspek jangka waktu yang cepat adalah pada sektor ekonomi. sosial-budaya, masyarakat cenderung berpendapat 90% variabel ekonomi dinyatakan berpengaruh positif terhadap pengaruh perkembangan akomodasi positif dan signifikan, diantaranya adalah; terciptanya pariwisata di daerah mereka. Hal tersebut dapat dilihat lapangan pekerjaan baru yang berpengaruh pada bagaimana masyarakat lokal berpandangan bahwa peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat, perkembangan akomodasi pariwisata berpengaruh sehingga bermuara pada peningkatan kualitas hidup. signifikan terhadap pelestarian seni dan budaya, serta Selain itu perkembangan akomodasi pariwisata juga kegiatan upacara keagmaan. Kegiatan pariwisata berpengaruh pada pembangunan akses jalan, sarana juga dianggap tidak mempengaruhi secara signifikan prasarana belajar mengajar (sekolah), rumah sakit, atas keberadaan atau perkembangan obat-obatan dan sarana prasarana kebersihan desa. Namun terlarang, kegiatan prostitusi dan sex bebas, serta masyarakat berpendapat bahwa pembangunan kasus kriminalitas, baik individu maupun kelompok. sarana prasarana olah raga dan hiburan masyarakat Namun perkembangan akomodasi pariwisata di Desa belum dipengaruhi secara signifikan. Adapun hal Seminyak telah memberikan pengaruh signifikan yang mengkhawatirkan adalah perubahan mata terhadap perilaku dan moral masyarakat lokal, pencaharian masyarakat lokal, terutama jika mata serta keberadaan minuman beralkohol. Hal tersebut pencaharian sebelumnya adalah petani. Seiring merupakan bagian dari dampak demonstration berjalannya waktu, hal ini tentu akan berpengaruh effect, yang diterima masyarakat akibat adanya pada kelestarian pertanian di Desa Seminyak. interaksi dengan wisatawan. Adapun variabel lain Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat yang dianggap masyarakat lokal berpengaruh negatif dilihat bahwa respon masyarakat lokal terhadap secara signifikan adalah kemacetan dan timbulnya perkembangan akomodasi wisata di Desa Seminyak kebisingan atau polusi suara, meskipun sebagian masih cenderung positif atau dengan kata lain masih (lebih dari 40% responden) masyarakat lokal menerima dengan baik adanya aktifitas wisata. berpendapat sebaliknya (tidak berpengaruh secara Secara spesifik jika dikaji melalui teori Doxey, signifikan). maka kecenderungan reaksi atau respon masyarakat Sedangkan dalam aspek lingkungan, secara umum terhadap perkembangan akomodasi adalah ada pada masyarakat lokal cenderung perpendapat bahwa fase Euphoria. Hal ini dapat dilihat dari indikator- perkembangan akomodasi wisata di Desa mereka indikator yang muncul diantaranya adalah masyarakat membawa dampak negative secara signifikan. lokal masih mendukung pembangunan pariwisata Beberapa dampak negatif yang dirasakan oleh dan telah terbiasa hidup berdampingan dengan masyarakat lokal adalah alih fungsi dan kepemilikan wisatawan dalam kesehariannya. Secara umum, lahan, dimana pendapat ini juga sejalan dengan masyarakat lokal masih cenderung merasakan benefit hasil wawancara dengan kepala Banjar Umasari, atau keuntungan dari kegiatan pariwisata seperti Bpk. Suardika (2015) yang berpendapat bahwa adanya peluang kerja baru, meningkatnya pendapatan “didaerahnya telah banyak terjadi alih fungsi lahan, dan daya beli masyarakat, yang selanjutnya dimana telah mempengaruhi mata pencaharian berpengaruh pada meningkatannya kualitas hidup masyarakat lokal yang dulunya sebagai petani namun masyarakat lokal. Selain manfaat secara individu, sekarang lebih memilih menjual lahannya untuk masyarakat lokal juga secara sadar ikut merasakan dimanfaatkan sebagai akomodasi wisata”. Selain keuntungan perkembangan akomodasi pariwisata itu, beberapa dampak lain diantaranya perubahan yang berpengaruh pada pembangunan akses jalan, fisik (struktur dan porsi), pencemaran lingkungan sarana prasarana belajar mengajar (sekolah), pada lingkungan persawahan dan sungai, serta rumah sakit, dan sarana prasarana kebersihan desa. mempengaruhi ketersediaan air bersih. Namun, Menurut teori, tahapan ini terjadi ketika kondisi perkembangan akomodasi pariwisata juga berperan ekonomi masyarakat lokal sedang mengalami

58 Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Akomodasi Pariwisata, Studi Kasus: Desa Adat Seminyak, ..... [Komang Trisna Pratiwi Arcana]

stagnasi dan pariwisata dipandang sebagai sektor Berkelanjutan di Bali: Jurnal Ilmiah Pariwisata, yang memberikan solusi atau alternative untuk ISSN: 1858-070x, Volume 2 No.1 Hal 109-222 September 2012 keluar dari situasi tersebut. Respon masyarakat ini Greenwood, Davydd J., (1977). “Culture by the pound: an juga cenderung lebih fokus terhadap keuntungan dari Anthropological Perspective on Tourism as Cultural aspek ekonomi dan seolah-olah mengesampingkan Commoditization.” From Smith, Valene L., Host and dampak lain yang timbul seperti dalam aspek sosial- Guest: the Anthropology of Tourism. Pp. 129-138, budaya dan lingkungan. 301 H67: Blackwell Publisher. Pg. 130-136 Holden, Andrew. (2005). Tourism Studies and the Social DAFTAR PUSTAKA Sciences. Routledge, 2 Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon OX14 4RN. Pg. 39, 156-159 Howe, Leo. (2006). The Changing World of Bali. Religion, society and tourism. Routledge 270 Madison Ave, Anonim. (2016). “UNWTO 2016”. Tourism Highlights New York, NY 10016. Pg. 144, 145 2016 Edition. Volume 14, Advance Release January Ismalasari, Meita Rini dan Suparwoto. (2014). 2016 PERKEMBANGAN KESENIAN PAGUYUBAN Anonim. (2016). “Banyaknya Hotel Berbintang di Bali WAYANG ORANG BHARATA DI JAKARTA TAHUN Menurut Lokasi dan Kelas Hotel Tahun 2013”. Badan 1972-2012. AVATARA, e-Journal Pendidikan Pusat Statistik. http://bali.bps.go.id/tabel_detail. Sejarah. Volume 2, No. 1, Maret 2014. Pg. 210 php?ed=611003&od=11&id=11 Jeff Lewis and Belinda Lewis. (2009). Bali’s Silent Anonim. (2016). “Dependency Ratio Menurut Kecamatan, Crisis, Desire, Tragedy, and Transition. A division 2010-2020 (000 Jiwa)”. http://badungkab.bps. of Rowman & Littlefield Publishers, Inc. A wholly go.id/linkTabelStatis/view/id/38 owned subsidiary of The Rowman & Littlefield Anonim. (2016). “Kedatangan Wisatawan Mancanegara Publishing Group, Inc. 4501 Forbes Boulevard, Suite yang Langsung ke Bali Berdasarkan Negara Pasar 200. Lanham, MD 20706. United Kingdom. Pg. 67 Utama: Th.2012, Th.2013, Th.2014, Th.2015, 2016”. Kontogeorgopoulos, Nick et al. (2015). Homestay Tourism http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2 and the Commercialization of the Rural Home in Azhar, Muhamad Ali. (2013). MARGINALISASI Thailand. Asia Pacific Journal of Tourism Research. MASYARAKAT DI DAERAH PARIWISATA (Studi Vol. 20, No. 1, 29–50, http://dx.doi.org/10.1080/10 Kasus di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan 941665.2013.852119 Kabupaten Badung). Jurnal Ilmiah Administrasi Lisette, Van Der Burg. (2013). COMMODITIZATION Publik dan Pembangunan, Vol. 4, No.2, Juli- OF THE JU/’HOANSI CULTURE: DESTROYING Desember 2013. AUTHENTICITY OR REVITALIZING TRADITION?, Berry, John W. (2005). Acculturation: Living successfully A Study on the Impacts of Cultural Tourism on the in two cultures. International Journal of Intercultural Ju/’hoansi San in the Nyae Nyae Conservancy, Relations. 29 (2005) 697–712. Pg. 699 Namibia. Thesis of University of Leiden. Pg. 79-80 Buhalis, D. (2000). Marketing the Competitive Destination Mensah, Christopher. (2012). Residents’ Perception of of Future. Tourism Management 21 97-116 dalam Socio-economic Impacts of Tourism in Tafi-Atome, http://www.elsevier.com/locate/tourman, diakses Ghana: Asian Social Science; Vol. 8, No. 15; 2012. 14 Februari 2013. Pg. 274-287. ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025. Cohen, Erik. (1988). Authenticity and Commoditization Published by Canadian Center of Science and in Tourism. Annal of Tourism Research, Vol. 13, pp. Education. 371-386. Pg. 371-383 Monterrubio, Juan Carlos dan Bello, Anallely. (2011). Cole, Stroma. (2008). Tourism, Culture and Development, Local community attitude towards the impact of Hopes, Dreams and Realities in East Indonesia. tourism on prostitution. Jurnal of Tourism No. 12: TOURISM AND CULTURAL CHANGE 12. Series 13-20. Pg. 17-18 Editors: Mike Robinson and Alison Phipps. British Pandit, Suman. (2012). Marginalization of the Tharu Library Cataloguing in Publication Data. CHANNEL Ethnic Group in Tourism Development in Nepal. VIEW PUBLICATIONS. Pg. 19-20, 23 TURIZAM, Volume 16, Issue 2, 40-49 (2012). Pg. 44 Cooper, Chris et al. (1996). “TOURISM Principles & Pelletier, F. (2006). EFFECTS OF TOURIST ACTIVITIES Practice”. Addison Wesley Longman Limited, ON UNGULATE BEHAVIOUR IN A MOUNTAIN Edinburg Gate, Harlow, Essex, CM20 2JE, England. PROTECTED AREA. Département de biologie, Pg. 80, 81, 94-96, 100 Université de Sherbrooke, 2500 boulevard de Cordero, Juan. (2008). Residents Perception of Tourism: l’Université, Sherbrooke, Qc, J1K 2R1 Canada fanie. A Critical Theoretical and Methodological Review: [email protected]. J. Mt. Ecol., 8: 2006: CIENCI Aergosum, Vol. 1 5- 1, marzo- junio 2008. 15-19. Pg. 17 Universidad Autó nomadel Estadode México, Toluca, Pringle, Robert. (2004). A SHORT HISTORY OF BALI, México. Pp. 35-44. INDONESIA’S HINDU REALM. Allen & Unwin. Evita et al. (2012). Dampak Perkembangan Pembangunan Pg. 191, 195 Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata

59 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

Saputra, Komang Gede Wahyu et al. (2014). AKTIVITAS Tapper et al., (2011). “The impact of the tourism HARIAN KERA EKOR PANJANG (Macaca industry on freshwater resources in countries in the fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SANGEH, Caribbean, Mediterranean, North Africa and other KABUPATEN BADUNG, BALI. Jurnal Biologi regions”. Research project for the Travel Foundation. Volume 18 No.1 JUNI 2014. Pg. 14-15 Tourism & Freshwater Resources: Report to the Setyagung, Estav H et al. (2013). Preserving Cultural Travel Foundation. Pg. 15 Heritage: The Harmony between Art Idealism, Wiersma, Joshua dan Robertson, Robert. (2003). TRAFFIC Commercialization, and Triple-Helix Collaboration. CONGESTION AND TOURISM DISPLACEMENT American Journal of Tourism Management 2013, IN THE NH ROUTE 1A/1B CORRIDOR: DOES 2(1): 22-28. Pg. 27 SAMPLING METHOD MATTER?. Proceedings Shepherd, Robert. (2002). Commodification, culture and of the 2003 Northeastern Recreation Research tourism. Sage publications London, Thousand Oaks Symposium. Pg. 157 and New Delhi, Tourism Studies. Vol 2(2) 183–201. Yasothornsrikul, Paradee dan Bowen, David. (2015). Pg. 195 Tourism Demonstration and Value Change. Smith, Melanie K. (2003). Issues in Cultural Tourism International Journal of Tourism Research, Int. J. Studies. Routledge is an imprint of the Taylor and Tourism Res., 17: 96–104 (2015). Pg. 99 Francis Group, This edition published in the Taylor & Francis e-Library, 2003. Pg. 50-53 Document Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabet Scott, Daniel. (2008). Climate Change and Tourism: Bandung. Pg. 134-207 Responding to Global Challenges. CTO/ CRSTDP Sveinsdóttir, Anna Guðbjört. (2014). Land Tenure Regional Workshop The Bahamas, 18-19 March and Tourism Development in Nicaragua. A case 2008. study from Playa Gigante. Thesis for the Degree of Master of Philosophy in Culture, Environment and Sustainability. Centre for Development and the Environment University of Oslo Blindern, Norway. Pg. 106

60 ANALISIS PARIWISATA ❖ 16 [1] : 61 - 63

TINJAUAN BUKU

RELIGIOUS TOURISM IN ASIA AND THE PACIFIC (ISLAM AND TOURISM)

Oleh I Made Adikampana

RINGKASAN Judul buku : Religious Tourism in Asia and the Pacific Halaman : 398 Tulisan tentang Islam dan Pariwisata bertujuan Penyusun : World Tourism Organization (UNWTO) untuk mengetahui volume, pertumbuhan serta Penerbit : World Tourism Organization, Madrid, Spain beragam nilai, baik ekonomi, politik, sosial, maupun Tahun : 2011 budaya, khususnya dari kegiatan pariwisata yang Bagian buku yang direview : Section 2: Regional Marketing dilakukan oleh umat Muslim. Memang masih and Thematic Studies, Nomor 5: Islam and Tourism banyak yang belum memahami dengan jelas tentang Islam dan Muslim. Islam adalah sebuah agama, sedangkan Muslim merupakan sebutan untuk para pengikutnya atau penganut agama Islam. Dalam dari luar Arab Saudi. Jika dibandingkan dengan Islam, Quran (kitab suci Islam) menjadi aturan dari ibadah Haji tahun sebelumnya, jumlah Muslim setiap kegiatan, termasuk dalam kegiatan mengisi yang berasal dari luar ini mengalami pertumbuhan waktu luang (rekreasi : pariwisata). Dengan demikian sebesar 1,3 %. Angka pertumbuhan tersebut sangat berkegiatan pariwisata oleh umat Muslim tidak hanya dipengaruhi oleh kuota Haji setiap negara asal. ditentukan oleh keputusan pribadi, namun harus Selain itu jutaan umat Muslim dunia setiap tahun mengikuti aturan atau hukum Islam. Hukum ini lebih juga mengadakan perjalanan Umrah ke Arab Saudi. menekankan pada keseimbangan antara kebutuhan Umrah merupakan perjalanan ibadah yang dapat individu dan kepentingan sosial umat Muslim. dilaksanakan sepanjang tahun/tidak harus pada Penganut Islam tersebar di berbagai negara, dengan musim Haji. Jumlah umat Muslim yang melaksanakan keragaman budaya dan kelompok etnis. Sehingga Umrah pada tahun 2008 diketahui sebesar 2,25 juta dalam memahami Islam, sangat penting untuk orang. Perjalanan umat Muslim ke Arab Saudi, baik membedakan antara agama dengan isu-isu budaya untuk menunaikan Haji ataupun Umrah lebih banyak atau etnis. Disamping itu penganut Islam juga terbagi memanfaatkan angkutan udara. Selain itu berbagai ke dalam beberapa kelompok aliran keyakinan seperti fasilitas telah disediakan oleh pemerintah Arab Saudi Syiah, Sunni, dan kelompok lainnya. Jumlah umat untuk memenuhi kebutuhan umat Muslim selama Muslim seluruh dunia berdasarkan estimasi tahun menunaikan ibadah Haji dan Umrah. Perjalanan lain 2009 sebesar 23 % dari total populasi dunia atau terkait dengan ibadah keagamaan yang dilakukan sekitar 1,57 miliar orang. Dari jumlah tersebut, 60 umat Muslim adalah Ziarah atau mengunjungi % berada di Asia, 20 % tinggal di Timur Tengah dan Masjid dan tempat-tempat yang dianggap suci oleh Afrika bagian utara, sedangkan sisanya tersebar di umat Muslim. Ziarah merupakan ekspresi budaya bagian benua lainnya. simbolis umat Muslim terutama di negara-negara Walaupun terdapat perbedaan dan kompleksitas yang berada di luar Jazirah Arab. Diperkirakan dalam Islam, namun ada satu hal yang menjadi jumlah yang melakukan Ziarah lebih besar lagi, pemersatu umatnya yaitu menunaikan Haji atau mengingat mayoritas umat Muslim berada di wilayah perjalanan ibadah ke Mekah (tempat kelahiran Nabi Asia dan mempunyai budaya mengunjungi tempat- Muhammad), Arab Saudi. Ibadah Haji merupakan tempat tertentu untuk mempertebal kepercayaan dan rukun Islam kelima yang wajib dilakukan umat keyakinannya. Muslim jika mempunyai kemampuan fisik dan Berbagai bentuk perjalanan yang dilakukan oleh finansial. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan pada umat Muslim terutama Haji, Umrah, dan Ziarah musim Haji setiap tahun. Tercatat ada sekitar 2,5 juta menunjukkan adanya kecenderungan untuk memilih umat Muslim pada tahun 2008 yang melaksanakan destinasi islami atau destinasi yang menawarkan ibadah Haji. Dari data tersebut, sekitar 68 % berasal produk pariwisata berbasis Islam. Pemilihan ini

61 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

dimaksudkan untuk mendorong pengembangan kualititif terkait dengan argumentasi mengenai nilai- pariwisata islami dan meminimalkan dampak nilai yang muncul dari perjalanan tersebut. Islam negatif sosial budaya yang mungkin akan terjadi. tidak terlepas dari Quran sebagai dasar ajarannya. Pasar pariwisata islami (Muslim) mempunyai Umat Muslim merupakan masyarakat atau struktur peran penting dalam pengembangan pariwisata, yang sepakat mengikuti ajaran Islam. Dalam struktur tidak hanya di Asia namun juga pariwisata dunia. Muslim akan terbentuk hubungan atau interaksi Setiap tahun, jumlah Muslim yang melaksanakan yang menciptakan suatu sistem sosial. Pariwisata- perjalanan ibadah Haji, Umrah, dan Ziarah selalu pun adalah sebuah sistem, yang terdiri dari produk, mengalami peningkatan dan diperkirakan akan terus pasar dan komponen penghubungnya. Setiap sistem berkembang seiring dengan peningkatan populasi akan dapat berjalan dengan optimal apabila terdapat Muslim global. Secara politik, pariwisata islami harmonisasi, konsistensi, dan keseimbangan antara juga dipandang sebagai instrumen penting untuk komponennya. pengembangan ekonomi nasional dan pembangunan Analisis data dalam tulisan Islam dan Pariwisata karakter bangsa. Pengembangan pariwisata islami didasarkan atas pemikiran harmonisasi, konsistensi, diarahkan untuk penyediaan produk dan layanan dan keseimbangan antara komponennya guna yang dapat melengkapi kegiatan ibadah dan juga optimalisasi sistem, yaitu sistem pariwisata harus sensitif terhadap kebutuhan masyarakat islami. Teori yang digunakan untuk analisis data lokal serta umat Muslim yang menjadi wisatawan. dalam penelitian Islam dan Pariwisata adalah Dengan demikian pariwisata islami akan mampu Teori Fungsionalisme-Strukturalisme. Teori menciptakan secara intensif pengalaman pribadi Fungsionalisme-Strukturalisme termasuk dalam dan sebagai media untuk berbagi pengetahuan dan Teori Konsensus, yang cenderung memandang pemahaman mendalam tentang Islam. masyarakat sebagai suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan PEMBAHASAN dipelihara oleh suatu mekanisme keseimbangan (Pitana dan Gayatri, 2005). Teori Fungsionalisme- Paradigma Strukturalisme menghasilkan perspektif yang Berdasarkan ringkasan di atas, dapat disebutkan menekankan harmoni dan regulasi karena dibangun bahwa tulisan Islam dan Pariwisata menggunakan atas asumsi keseimbangan atau keadaan ekuilibrium/ pola pikir positivistik. Ciri khas dalam pola pikir homeostatis (Maliki, 2003). Beberapa asumsi pokok positivistik adalah adanya pertalian sebab akibat Teori Fungsionalisme-Strukturalisme diantaranya: (kausalitas) guna membangun generalisasi. • Masyarakat sebagai sistem sosial terdiri Generalisasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai dari bagian-bagian (sub-sistem) yang saling teori dan dasar pemikiran untuk memprediksi ketergantungan. Masing-masing sub-sistem fenomena. mempunyai peran-peran tertentu untuk menjaga Dalam tulisan Islam dan Pariwisata, penulis eksistensi dan berfungsinya sistem secara berusaha menalikan antara volume, pertumbuhan, keseluruhan. dan nilai perjalanan ibadah yang dilakukan • Setiap sub-sistem harus dikaji dalam hubungannya umat Muslim (Haji, Umrah, dan Ziarah) dengan dengan fungsi dan peranannya terhadap sistem. fenomena pariwisata. Hasil dari pertalian tersebut Yang dilihat adalah berfungsi atau tidaknya sub- menghasilkan sebuah pernyataan atau generalisasi sistem tersebut dan akibat yang ditimbulkan tentang pariwisata islami. Berdasarkan generalisasi oleh perilaku sub-sistem. Sehingga yang diamati yang terbangun, kemudian penulis memberikan adalah fungsi real dan bukan fungsi seharusnya. gagasan prediktif dalam pengembangan pariwisata • Kalau suatu sistem dapat mempertahankan batas- islami, baik dalam penyediaan produk dan layanan batasnya, maka sistem tersebut akan stabil pariwisata islami maupun pengembangan masyarakat • Berfungsinya masing-masing sub-sistem dalam lokal dan pasar (Muslim). suatu sistem, akan menyebebkan sistem berada dalam keadaan ekuilibrium. Masyarakat yang Analisis Data ekuilibrium adalah masyarakat yang stabil Data dalam tulisan Islam dan Pariwisata berupa data dan normal, karena semua faktor yang saling kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif digunakan bertentangan telah melakukan keseimbangan. untuk menjelaskan volume dan pertumbuhan • Apabila terjadi disfungsi pada suatu sub-sistem, perjalanan yang dilakukan oleh Muslim baik dengan maka akan muncul kondisi abnormal, sehingga alasan ibadah maupun motif pribadi. Sedangkan data keadaan ekuilibrium terganggu. Namun berfungsi

62 Tinjauan Buku : Religious Tourism in Asia and The Pacific (Islam And Tourism) [I Made Adikampana]

atau disfungsi suatu sub-sistem pada akhirnyaakan Muslim dalam rangka meningkatkan keyakinannya. menciptakan ekuilibrium baru melalui proses self Ekspresi sosial budaya adalah manifestasi interaksi regulation. antara Muslim dengan lingkungannya. Demikian juga • Masing-masing sub-sistem mempunyai fungsi dengan fenomena pariwisata, yang pada dasarnya manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest merupakan proses interaksi antara pengunjung merupakan fungsi yang diharapkan, sedangkan dengan yang dikunjungi (host dan guest). Kedua; fungsi latent adalah fungsi yang tidak dirancang, data dan informasi detil tentang Ziarah sangatlah tidak diharapkan, atau tidak disadari. minim, padahal potensinya sangat besar jika dikaitkan dengan pengembangan pariwisata dan TINJAUAN KRITIS masyarakat lokal. Untuk mendalami kedua tema penting Ziarah, penelitian sebaiknya tidak hanya Tulisan Islam dan Pariwisata menekankan pada mendasarkan pada pola pikir positivistik, melainkan kajian perjalanan yang dibangkitkan oleh Islam juga menggunakan paradigma fenomenologi, karena maupun alasan pribadi umat Muslim. Bentuk butuh pendalaman tentang berbagai fenomena perjalanan yang dikaji berupa kunjungan ke Arab sosial budaya dalam masyarakat. Selain itu, perlu Saudi untuk menunaikan ibadah Haji dan Umrah, mendapatkan perhatian juga adalah fenomena maupun Ziarah ke Masjid dan tempat-tempat lain umat Muslim dalam mengisi waktu luang terutama yang berhubungan dengan Islam. Hasil kajian untuk kegiatan pariwisata. Masih sangat jarang menunjukkan bahwa perjalanan yang dilakukan kajian tentang perilaku perjalanannya. Hal ini patut oleh umat Muslim, terutama untuk ibadah Haji dilakukan guna memberikan gambaran utuh dan dan Umrah mempunyai peran penting dalam lengkap tentang Islam dan Pariwisata pembangunan pariwisata, tidak hanya di Asia yang memiliki populasi Muslim terbesar dunia namun juga DAFTAR PUSTAKA pariwisata global. Dalam kaitannya dengan peran tersebut, tulisan Islam dan Pariwisata sayangnya Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G., 2005, Sosiologi tidak mengkaji lebih mendalam kontribusi Ziarah Pariwisata, Penerbit ANDI Yogyakarta terhadap pariwisata. Padahal Ziarah sangat menarik Maliki, Zainudin, 2003, Narasi Agung: Tiga Teori Sosial Hegemonik, Ipam Surabaya. untuk dielaborasi dalam konteks pariwisata, karena World Tourism Organization (UNWTO), 2011, Islam and sedikitnya memiliki dua tema penting. Pertama; Tourism in Religious Tourism in Asia and the Pacific, Ziarah merupakan simbol ekspresi sosial budaya umat World Tourism Organization, Madrid, Spain

63 ANALISIS PARIWISATA • VOL. 16, NO. 1 - 2016

64