Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, , Maluku Utara

Eruption characteristic and potential hazards of Mount Dukono, Halmahera, Deden Wahyudin Badan Geologi, Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122

Abstrak

Gunung Dukono (1087 m dpl.) dengan kawah aktif Malupang-Warirang merupakan salah satu gunung api aktif dan sering meletus sampai saat ini, terletak di wilayah Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Gunung api ini merupakan yang paling muda dan masih aktif di antara gunung api lainnya yang sudah tidak aktif yang tumbuh dalam suatu zona depresi vulkanik. Dari data geologi yang tercermin dari batuan penyusun Kompleks Gunung Dukono-Warirang dan sejarah erupsi Gunung Dukono sejak 1550 sampai saat ini, karakteristik erupsi gunung api ini bersifat eksplosif dan efusif yang menghasilkan abu, lontaran batu pijar, aliran piroklastika, dan aliran lava. Dengan memperhatikan jenis, volume, dan pelamparan produk erupsi di masa lalu maupun sampai sekarang, erupsi Gunung Dukono dapat diklasifikasikan ke dalam erupsi eksplosif dan efusif bertipe Stromboli – Vulkano berskala kecil sampai menengah. Potensi bahaya primer erupsi Gunung Dukono terdiri atas aliran piroklastika (awan panas), jatuhan piroklastika (lontaran batu dan abu vulkanik), gas beracun, dan aliran lava. Sedangkan jenis bahaya sekunder adalah aliran lahar. Dari potensi bahaya erupsi Gunung Dukono teridentifikasi tiga kawasan rawan bencana gunung api, yaitu Kawasan Rawan Bencana III, II, dan I. Kata kunci: Dukono, karakteristik erupsi, potensi bahaya, Maluku Utara

ABSTRACT

Mt. Dukono (1087 m asl) with the active crater Malupang-Warirang is an active volcano and often erupting up to now, located in North Halmahera , North Maluku Province. This volcano is the youngest and still active in between the other dormant volcanoes which is located and appeared in a volcanic depression zone. From geological data which shown by the rock composition of Dukono-Malupang Warirang volcanic complex and historical eruption of Dukono volcano since 1550 up to present time, the eruption characteristic of Dukono volcano is explosive and ef- fusive, produced ash, ejection of incandescent rocks, pyroclastic flows, and lava flows. Based on the type, volume, and distribution of the last eruption products of Dukono volcano, the eruption of the volcano is classified as explosive and effusive eruptions with Strombolian-Vulcanian types from small to medium in scale. The potential primary hazard of Dukono eruption consists of pyroclastic flows (nue ardantes), pyroclastic falls (ballistic rocks and volcanic ash), poisonous gas and lava flows. Whereas the secondary hazards are lahar flows. From the potential hazards of Dukono eruption can be identified there are three volcanic hazard zones namely Volcanic Hazard Zones III, II, and I. Keywords: Dukono, eruption characteristic, potensial hazards, North Maluku

Naskah diterima 5 Oktober 2013 selesai direvisi 12 November 2013 Korespondensi, email: [email protected] 219 220 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

PENDAHULUAN dipisahkan oleh selat, menjadi bersatu dengan Pulau Halmahera oleh produk letusannya beru- Latar Belakang pa aliran lava dan mungkin juga aliran pirokla- Gunung Dukono atau nama lain Doekono, stika (Surmayadi et al., 1998). Dukoko, Dodoeko, Dukoma, Tala, dan Tolo Potensi bahaya Gunung Dukono yang akan (Kusumadinata et al., 1979) merupakan salah datang dapat diperkirakan berdasarkan data ge- satu gunung api aktif tipe A yang berada di ologi Kompleks Gunung Dukono maupun se- ujung utara Pulau Halmahera. Secara adminis- jarah erupsi Gunung Dukono sejak tahun 1550 tratif gunung api ini terdapat di wilayah Ka- sampai saat ini. Dalam rangka mitigasi bencana bupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku erupsi Gunung Dukono dilakukan pula iden- Utara. tifikasi Kawasan Rawan Bencana Gunung Du- Gunung Dukono merupakan gunung api pa­ kono. ling muda di antara gunung api lainnya yang Lokasi dan Pencapaian Daerah sudah tidak aktif yang tumbuh dalam zona depresi vulkanik. Gunung api lainnya yang Gunung Dukono (+ 1087 m dpl) secara admi- tumbuh dalam zona depresi tersebut adalah nistratif termasuk ke dalam wilayah Kabupa­ Gunung Mede, Gunung Gogodom, Gunung ten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, Dilekene, Gunung Telori, Gunung Mancile, meliputi dua kecamatan, yakni Kecamatan dan Gunung Kariang yang membentuk Kom- , dan Kecamatan Utara (Gambar pleks vulkanik Dukono. 1). Posisi geografis puncak Gunung Dukono (posisi Kawah Malupang - Warirang), terle- Aktivitas vulkanik Gunung Dukono saat ini tak pada koordinat 01o42’ Lintang Utara, dan berlangsung di Kawah Malupang Warirang 127o52’00” Bujur Timur (Kusumadinata et al., yang berbentuk hampir bulat. Berdasarkan 1979; Rasyid, 1990), karakterisitik erupsinya, Gunung Dukono ter- masuk gunung api yang bersifat eksplosif dan Gunung Dukono dapat dicapai dari Pulau efusif. Dari data sejarah kegiatannya Gunung menuju Kota , Ibukota Provinsi Dukono cukup sering meletus, bahkan sampai Maluku Utara di Pulau Halmahera. Dari Sofifi beberapa tahun terakhir ini erupsi masih sering dilanjutkan dengan jalan darat ke arah utara terlihat. Pulau Halmahera menuju Kecamatan Tobelo dan Galela, Kabupaten Halmahera Utara. Dalam catatan sejarah kegiatannya Gunung Dukono pernah mengalami letusan cukup be- Untuk sampai di puncak Gunung Dukono sar di antaranya terjadi pada tahun 1550 dan (kawah Malupang - Warirang), umumnya per- 1933 yang mengakibatkan banyak daerah di jalanan dilakukan dari Desa Mamuya, tempat sekitarnya rusak. Menurut Van Padang (1939, Pos Pe­ngamatan Gunung api Dukono berada dalam Kusumadinata et al., 1979), letusan Gu- dengan ketinggian lk. 10 m dpl. Pendakian gu- nung Dukono tahun 1550 mengakibatkan Gu- nung api ini dilakukan melalui lereng bagian nung Mamuya yang berjarak lk. 10 km di se- utara. Lama perjalanan lk. 8 jam, melewati belah utara Gunung Dukono yang sebelumnya perkebunan penduduk dan hutan belukar. Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 221 Maluku Utara - Deden Wahyudin

Gambar 1. Lokasi Gunung Dukono di Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

Metode Penyelidikan Dalam upaya mitigasi bencana gunung api, dilakukan pemetaan kawasan rawan bencana Dari data geologi Kompleks Gunung Duko- Gunung Dukono dengan cara mengidentifikasi no oleh para penyelidik terdahulu seperti van beberapa kawasan di sekitar Gunung Dukono Padang (1951) dan Surmayadi et al. (1998) berdasarkan tingkat kerawanannya. serta didukung catatan sejarah kegiatan vul- kanik Gunung Dukono sejak 1550 sampai saat GEOLOGI KOMPLEKS Gunung DU- ini, maka secara umum dapat diketahui karak­ KONO teristik erupsinya. Berdasarkan data itu dapat diperkirakan pula tipe erupsi dan potensi baha- Gunung Dukono dengan kawahnya bernama ya Gunung Dukono yang akan datang. Selain Malupang Warirang merupakan salah satu bahaya erupsi langsung (primer) kemungkinan gunung api termuda di kompleks gunung api terjadi pula bahaya tidak langsung (sekunder) yang tumbuh di dalam zona depresi vulkanik yang dapat menimbulkan bencana. berbentuk tapal kuda dengan bukaan ke arah 222 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

timur laut. Gunung api lainnya yang tumbuh dua, yaitu Morfologi Gunung api Tua dianta- dalam zona depresi ini dan sekarang sudah ti- ranya Gunung Mamuya, (Gambar 3) dan Mor- dak aktif adalah: Gunung Mede (1.000 m), Gu- fologi Kompleks Gunung Dukono. nung Gogodam (1.100 m), Gunung Dilekene, Morfologi Kompleks Gunung Dukono, meru- Gunung Telori (750 m), Gunung Mancile, dan pakan kumpulan gunung api yang tumbuh di Gunung Kariang yang membentuk Kompleks dalam suatu zona depresi. Masing-masing gu- Gunung Dukono (Surmayadi et al., 1998). Di nung api tersebut merupakan titik erupsi yang sekitar puncak Gunung Dukono (Gambar 2), berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya di terdapat sejumlah kawah yang beberapa dianta- dalam zona depresi. Morfologi Kompleks Gu- ranya telah padam, yaitu Tanah Lapang, Dile- nung Dukono terbagi dua, yaitu Morfologi Per- kene A dan B, Malupang Magiwe (C), Telori bukitan Dukono tua (Gunung Mede, Gunung (D), Heneowara (G) dan kawah yang masih Gogodom, Gunung Dilekene, Gunung Telori Aktif Malupang-Warirang. dan Gunung Mancile) dan Morfologi Perbuki- tan Dukono (meliputi Gunung Kariang dan Gunung Dukono dengan Kawah Malupang Warirang berada di dalam Kawah Kariang). Sungai-sungai yang terdapat di bagian tubuh Gunung Dukono memperlihatkan pola aliran radier-sub radier, umumnya sangat terjal, akan tetapi mulai dari ketinggian lk. 100 m dpl. ke bawah semakin melandai dan melebar di dekat muaranya. Gambar 2. Morfologi Gunung Dukono terletak di antara Pembentukan Gunung Dukono erat kaitannya Gunung Mede (kiri) dan Gunung Gogodom (kanan). Ba- gian paling kanan adalah morfologi bagian lereng Gunung dengan gunung api lainnya di Kompleks Gu- Balewale (sumber: Deden Wahyudin). nung Dukono (Gambar 4) yang tumbuh dalam

Kawah Malupang-Warirang di puncak Gunung Karirang merupakan pusat kegiatan dan kawah paling aktif di Kompleks Gunung Dukono saat ini. Lokasi kawah ini terletak pada ketinggian antara 1.000 - 1.100 m dpl, berbentuk corong dengan diamater antara 400 – 500 m dan ke- dalamannya lk. 150 – 250 m. Dasar kawah terisi bahan-bahan vulkanik lepas seperti abu, pasir, lapili dan bongkah-bongkah lava. Gambar 3. Morfologi Gunung Mamuya (kanan) yang Secara garis besar morfologi Kompleks Gunung merupakan gunung api tua terletak di sebelah utara Kom- Dukono dan sekitarnya dapat dibagi menjadi pleks Gunung Dukono (sumber: Deden Wahyudin). Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 223 Maluku Utara - Deden Wahyudin suatu zona depresi. Vulkanisme di dalam zona Gunung Dukono terletak pada Kawah Gunung depresi tersebut berpindah-pindah membentuk Kariang, yang erupsinya tercatat dalam sejarah suatu jalur berarah barat laut-tenggara dengan dimulai pada tahun 1550 dengan erupsi be- jarak lk. 1,25 – 2,5 km. Vulkanisme pertama sar yang menghasilkan aliran lava yang meng- terjadi pada Gunung Mede yang menghasilkan hubungkan Pulau Halmahera dengan Gunung beberapa aliran lava andesitis. Titik erupsi ber- Mamuya yang sebelumnya berupa selat (Van pindah ke arah barat laut membentuk Gunung Padang, 1939, dalam Kusumadinata et al., Gogodom, menghasilkan beberapa aliran lava 1979) andesitis – basaltis serta kerucut sinder Dile­ Menurut Surmayadi, dkk. (1998), produk Gu- kene dan Telori. nung Kariang dan Gunung Malupang-Warirang Vulkanisme di Gunung Mancile dimulai de­ (merupakan 2 gumuk dari Gunung Dukono), ngan erupsi efusif, menghasilkan aliran lava didominasi oleh aliran lava andesitik dan ande­ andesitis-basaltis, serta kerucut sinder Mancile. sit-basaltik, sedangkan produk minornya beru- Titik erupsi berpindah ke arah tenggara mem- pa aliran piroklastika dan jatuhan piroklastika. bentuk Gunung Kariang, menghasilkan bebera­ Batuan produk erupsi Gunung Dukono dike- pa aliran lava andesit-basaltis. Pembentukan lompokkan ke dalam seri kalk-alkali sampai

Gambar 4 . Peta Geologi Kompleks G. Dukono (disederhanakan dari Surmayadi drr, 1998). 224 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

kalk-alkali kaya akan Kalium. Berdasarkan ana­lisis kimia batuan, lava produk 1933, bom ke­rak roti yang diambil dari sekitar kawah dan abu produk erupsi paling akhir, semuanya berkomposisi andesit dengan kandungan SiO2= 55,50 – 59,66% (Zaennudin dan Purbawinata, 1992). Conto lava produk erupsi Gunung Dukono yang dianalisis oleh Prayitno dan Kraeff (1953, Gambar 5. Pematang Kawah Gunung Malupang Wari- dalam Kusumadinata et al., 1979) adalah ber- rang dengan aliran lava muda terletak di bagian lerengnya jenis basal hipersten – basal hipersten augit. (sumber: Deden Wahyudin, 2008). Conto lava lain berjenis andesit basaltik den- gan kandungan SiO sebesar 56,34% (Reksow- 2 KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG irogo, 1971). Suhu solfatara di sekitar Kawah Tanah Lapang dan di Gunung Dilekene tercatat DUKONO o berkisar 86 – 96 C. Temperatur beberapa sum- Gunung Dukono termasuk gunung api yang ber mata air panas di sekitar Gunung Mamuya sering meletus baik tercatat maupun yang tidak o berkisar 35 – 68 C, pH umumnya normal (Di- tercatat dalam sejarah. Aktivitas erupsi Gunung rektorat Vulkanologi, 2000). Dukono silih berganti antara erupsi eksplosif Struktur sesar di Kompleks Gunung Dukono dan efusif yang menghasilkan endapan pirokla- berupa Sesar Normal yang merupakan suatu stika dan aliran lava. zona depresi yang membentuk tapal kuda ter- Sejak tahun 1550 sampai 1978 paling sedikit buka ke arah timurlaut. Zona depresi ini me- telah terjadi 12 kali erupsi Gunung Dukono. miliki diameter sekitar 7000 m yang di dalam- Letusan-letusan kecil sering terjadi sejak 1980 nya tumbuh beberapa kerucut gunung api yang sampai beberapa tahun terakhir ini (Tabel 1 dan terangkum dalam Kompleks Gunung Dukono. Gambar 6). Suara dentuman dan erupsi abu Sesar Normal Gunung Kua terbentuk pada le- produk Gunung Dukono sering terdengar dan reng bagian barat Gunung Kua yang memben- melanda daerah Tobelo dan Galela. tuk suatu jalur sesar berarah barat laut – teng- Pada umumnya erupsi Gunung Dukono ini gara (Surmayadi et al., 1998). berupa letusan strombolian dari kawah pusat. Paling sedikit terdapat 9 struktur kawah di dae- Erupsi Gunung Dukono ini sering mengeluar- rah penyelidikan, yaitu Kawah Gunung Gosa- kan aliran lava dan endapan piroklastika meli- na, Kawah Gunung Mamuya, Kawah Gunung puti aliran piroklastika dan jatuhan piroklastika Mede, Kawah Tanah Lapang di Gunung Gogo- yang dapat menimbulkan bencana bagi pen- dom, Kawah Gunung Telori, Kawah Gunung duduk di sekitar bagian utara gunung api. Dilekene, Kawah Gunung Mancile, Kawah Erupsi Gunung Dukono tahun 1550 merupa­ Gunung Kariang, dan Kawah Malupang Wari- kan erupsi cukup besar dari kawah pusat yang rang (Gambar 5) di Gunung Dukono. Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 225 Maluku Utara - Deden Wahyudin menghasilkan aliran lava (van Padang, 1939, dalam Kusumadinata et al., 1979) dan kemung- kinan endapan aliran piroklastika (Surmayadi et al., 1998). Aliran lavanya mengalir ke arah utara sepanjang 12 km hingga mampu meng- hubungkan Gunung Mamuya dengan Pulau Halmahera yang sebelumnya dipisahkan oleh selat (Van Padang, 1939, dalam Kusumadinata et al., 1979). Letusan dengan VEI = 3 ini meng- Gambar 6. Aktivitas vulkanik Gunung Dukono masih hasilkan tefra dengan total volume: 5,1 ± 5,0 x terus terjadi berupa erupsi asap dan abu halus menyem- 3 108 m (Global Volcanism Program, 2012). bur dari Kawah Malupang Warirang (sumber: Deden Wahyudin, 2008). Pada umumnya erupsi Gunung Dukono terjadi di kawah pusat, tetapi menurut catatan Global Volcanism Program (2012), pada 1719 terjadi menghasilkan abu, dan pada 1982 letusan abu erupsi samping (erupsi eksentrik) terjadi di le- terjadi setiap 10 -15 menit, mirip seperti akti- reng bagian timur Gunung Tala. Erupsi efusif vitas Gunung Semeru di Jawa Timur (Wittiri, ini menghasilkan aliran lava. 2003). Pada 1861 sampai 1869 terjadi erupsi di kawah Sejak 1980 sampai saat ini sering terjadi pe­ pusat dan daerah di sekitar puncaknya terba- ningkatan kegiatan seperti peningkatan kegem- kar. Pada tahun 1901 terjadi erupsi yang titik paan, terjadi letusan-letusan abu dan asap yang kegiatannya pindah ke sekitar Tanah Lapang. disertai dengan suara gemuruh dari kawah. Erupsi ini merupakan erupsi eksplosif dengan Pada saat kegiatan vulkanik Gunung Dukono kekuatan letusan (VEI) = 2 (Global Volcanism meningkat letusan atau hembusan asap terjadi Program, 2012). disertai abu berwarna putih kelabu sampai ke- hitaman dengan tinggi asap mencapai 1.000 Erupsi cukup besar dengan VEI = 3 (Global Vol- m di atas puncak seperti yang terjadi pada Mei canism Program, 2012), terjadi pada 13 Agus- 2008 (Zainuddin et al., 2008). tus 1933 dari kawah pusat yang menghasilkan aliran lava ke arah utara. Erupsi ini mengakibat- Interval antara dua kenaikan kegiatan/erupsi kan terjadinya aliran lahar yang merusak lahan Gunung Dukono adalah berkisar 1 – 6 tahun dan infrastruktur. Pada tahun 1937 dan 1938 (interval terpendek), 16 – 32 tahun (interval terjadi lagi letusan dari kawah pusat Malupang menengah), dan 169 tahun (interval terpan- Walirang. jang). Data kegiatan vulkanik Gunung Duko- no, di Halmahera utara disajikan dalam Tabel Pada tahun 1941-1942, 1945, 1946, 1952, 1. 1969, 1971 terjadi erupsi eksplosif berskala kecil, menghasilkan asap hitam dan hujan abu Kegempaan di Gunung Dukono dipantau (Kusumadinata et al., 1979). Pada tahun 1973 dengan­ menggunakan seismograf satu kom- - 1978 terjadi kegiatan erupsi secara beruntun ponen, yang dioperasikan secara sistem radio 226 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

telemetri (RTS). Seismometer ditempatkan vulkanik dalam (VA), gempa vulkanik dangkal pada satu lokasi di lereng bagian utara Gunung (VB), gempa hembusan dan gempa letusan. Dukono dengan ketinggian lk. 800 m dpl. Se- Pada saat peningkatan kegiatan vulkanik, dangkan perekam gempa di operasikan di Pos kondisi kegempaan Gunung Dukono umum- Pengamatan Gunung api (PGA) Gunung Du- nya didominasi oleh gempa-gempa letusan dan kono, di Desa Mamuya, Kecamatan Galela, jumlahnya dapat mencapai 70 kejadian perhari Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku seperti yang terjadi pada awal tahun 2007 (Ba- Utara. Jenis gempa yang terekam di Gunung suki et al., 2007). Gempa letusan ini seringkali Dukono umumnya terdiri atas gempa tektonik diikuti oleh gempa tremor hembusan yang si- lokal (TL), gempa tektonik jauh (TJ), gempa fatnya menerus (Gambar 7) seperti yang terjadi

Gambar 7. Contoh rekaman gempa letusan dan hembusan, pada saat peningkatan kegiatan Gunung Dukono 29 Mei 2008 (sumber: Zainuddin, 2008).

Tabel 1. Sejarah Kegiatan Vulkanik Gunung Dukono, Maluku Utara (Sumber: Van Padang, 1951; Kusumadinata drr, 1979; Global Volcanism Program, 2012; Volcano News. Com, 2013)

Tahun 1550 O↑ ꜛ Nov. ► » ◙ + 1719 O= ► 1868 (?) O↑ ꜛ ◙

1901 O↑ ꜛ⋇

⋇ Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 227 Maluku Utara - Deden Wahyudin

Tabel 1. Sejarah Kegiatan Vulkanik Gunung Dukono, Maluku Utara (Sumber: Van Padang, 1951; Kusumadinata drr, 1979; Global Volcanism Program, 2012; Volcano News. Com, 2013) (Lanjutan)

Tahun 1933 O↑ ꜛ Agust.► → ◙ + 1941-1942 (O↑)

1945 O↑ ⋇ꜛ 1946 O↑ ꜛ Juli-Agust 1952 O↑ ꜛ 1969 O↑ ꜛ 1971 O↑ ꜛ 1978 O↑ ꜛ Juli 1991 O↑ ꜛ Juni → 1992 O↑ ꜛ Mei 1993 O↑ ꜛ Juni 1994 (O↑ ?) Nov-des 1995 O↑ ꜛ Jan (Feb?), Sept (Okt ?) 2003 O↑ ꜛ Maret, Juni-Des 2004 O↑ ꜛ Jan-Sep 2005 O↑ ꜛ Feb, Mei, Juni, Agust, Okt, Nov 2006 O↑ ꜛ Jan, Agust, Nov, Des 2007 O↑ ꜛ Jan, Juni 2008 O↑ ꜛ Mei-Des 2009 O↑ ꜛ Jan-Feb, April-Des 2010 O↑ ꜛ Feb 2011 O↑ ꜛ 22 Des 2012 O↑ ꜛ Feb (3km), Mei (3km), Juni (4,5 km), Sept, Nov 2013 O↑ ꜛ Feb, Maret, April Mei

Keterangan: ► : Aliran lava

O↑ : Erupsi pusat : Sinar api/kebakaran di puncak

O= : Erupsi samping (eksentrik) →⋇ : Aliran lahar

ꜛ : Letusan asap/abu/jatuhan piroklastika ◙ : Kerusakan lahan dan infrastruktur

» : Aliran piroklastika + : Korban 228 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

pada Mei 2008 (Zainuddin et al., 2008). pakan suatu aliran massa yang terdiri dari pen- campuran antara gas dan material lepas berbagai POTENSI BAHAYA ukuran yang mengalir dengan kecepatan tinggi Berdasarkan data geologi Kompleks Gunung (V= 70 - 150 km/jam), bersuhu tinggi (300 - o Dukono (Surmayadi et al., 1998), jenis erupsi 500 C), bergumpal-gumpal seperti wujudnya Gunung Dukono yang dihasilkan dari Kawah awan. Umumnya aliran piroklastika (awan pa- aktif Malupang - Warirang umumnya berupa nas) ini, adalah produk erupsi magmatik/frea- erupsi magmatik efusif (berupa beberapa aliran to-magmatik eksplosif tipe Strombolian sampai lava), dan erupsi magmatik eksplosif (berupa Plinian. Letusan eksplosif tersebut berdasarkan endapan jatuhan dan aliran piroklastika). skala kekuatan letusan gunung api (Volcanic Explosivity Index = VEI ) yang di perkenalkan Dalam waktu sejarah, tercatat puluhan kejadian oleh Newhall dan Self (1982) mempunyai skala erupsi Gunung Dukono sejak 1550 sampai saat letusan (VEI) berkisar antara 2 - 5. ini. Erupsi magmatik cukup besar dengan VEI = 3 (Global Volcanism Program, 2012) terjadi Jatuhan Piroklastika (Lontaran Batu Pijar pada tahun 1550, menghasilkan tefra dan lava dan Hujan Abu) dan mungkin juga aliran piroklastika (Surma­ Besar/kecilnya bahaya erupsi akan sangat ter- yadi et al., 1998). Erupsi eksplosif cukup besar gantung kepada jenis dan tipe erupsinya. Un- dengan­ VEI = 3 (Global Vulcanism Program, tuk jenis magmatik tipe Plinian yang bersifat 2012), juga terjadi pada tahun 1933, meng- eksplosif cukup membahayakan karena pada hasilkan aliran lava ke utara dan hujan abu umumnya dapat menghasilkan endapan jatu- mencapai Tobelo. Erupsi eksplosif skala kecil han piroklastik yang tersebar jauh hingga ber- sering terjadi sejak tahun 1941 sampai dengan jarak puluhan km dari pusat erupsi. Begitu juga tahun 2013 ini dengan diselingi masa istirahat bahan lontaran batu (pijar) yang berukuran < 1- 16 tahun. Erupsi berskala kecil ini meng- 2 cm dapat tersebar dalam radius lk. 8 km. Se- hasilkan asap, abu vulkanik dan kadang-kadang mentara bahan lontaran batu (pijar) yang beru- lontaran batu (pijar). kuran > 2 cm dapat tersebar dalam radius lk. Potensi bahaya Gunung Dukono, terdiri dari 5 km dari pusat erupsi. Kegiatan tahun 2006 bahaya langsung (bahaya primer) dan bahaya sampai saat ini vulkanisme Gunung Dukono tidak langsung (bahaya sekunder). Jenis bahaya masih terjadi erupsi strombolian yang meng- primer, terdiri dari aliran piroklastika (awan pa- hasilkan asap dan hujan abu dengan kolom le- nas), jatuhan piroklastika, lontaran batu (pijar), tusan mencapai 1.000 m di atas kawah, disertai hujan abu lebat, dan aliran lava. Sedangkan je- suara gemuruh dari arah Kawah aktif Malupang nis bahaya sekunder adalah aliran lahar. Warirang.

Aliran Piroklastika (awan panas) Aliran Lava Derajat bahaya paling tinggi produk erupsi Gu- Aliran lava adalah aliran massa pijar bersuhu nung Dukono adalah aliran piroklastika (awan tinggi (600 -1000o C) yang mengalir secara per- panas). Aliran piroklastika (awan panas) meru- lahan dan selalu mengalir melalui lereng dan Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 229 Maluku Utara - Deden Wahyudin lembah menuju ke tempat-tempat yang lebih (Global Volcanism Program, 2012) sehingga rendah. Oleh karenanya aliran lava ini walau- terjadi aliran lava bervolume besar ke arah utara pun bersuhu sangat tinggi, derajat bahayanya (van Padang, 1951) dan aliran lahar yang me- tidak terlalu tinggi karena umumnya kecepatan nimbulkan kerusakan lahan dan infrastruktur alirannya relatif lambat. Aliran lava (Gambar 8) (Global Volcanism Program, 2012). merupakan produk erupsi efusif magmatik tipe Lahar Produk erupsi Gunung Dukono didominasi aliran lava dan endapan piroklastika. Endapan piroklastika (jatuhan dan aliran piroklastika) berpotensi sebagai bahan pembentuk lahar. Umumnya material lepas ini dialirkan melalui media air, dan masuk ke dalam sungai-sungai besar. Jenis potensi lahar di sekitar Gunung Du- kono, yakni lahar hujan.

Gambar 8. Aliran lava muda dari Kawah Malupang Wari- Pembentukan lahar hujan, sangat dimungkin­ rang mengalir mencapai Kawah Tanah Lapang di Gunung kan karena selain produk erupsi Gunung Du- Gogodom (Sumber: Deden Wahyudin, 2008). kono di masa silam banyak menghasilkan enda- pan piroklastika yang bersifat urai, juga karena Stromboli Gunung Dukono berskala letusan kemiringan lereng Gunung Dukono sangat relatif kecil (VEI; 0 - 1). memungkinkan untuk terjadinya aliran lahar, terutama ke arah timur laut dan barat laut. Pada Pola erupsi pada beberapa erupsi besar Gunung kedua daerah tersebut terdapat unit pemuki- Dukono, umumnya relatif identik seperti dua man dengan jumlah penduduk cukup padat. kejadian erupsi besar Gunung Dukono yang Di sektor barat laut terdapat unit pemukiman tercatat dalam waktu sejarah, yaitu pada tahun Desa Mamuya, Kecamatan Galela dan di sektor 1550 dan 1933. Erupsi 1550 berupa erupsi timurlaut adalah unit pemukiman Desa Ruko, magmatik berskala cukup besar dengan VEI Kokotajaya, Mede dan Papilo yang termasuk = 3 yang menghasilkan tefra dan aliran lava Kecamatan Galela. (mengalir ke sektor timurlaut melalui A. Ruko dan A. Mede), sehingga menyambungkan selat Bencana yang ditimbulkan oleh lahar dapat di- antara Gunung Mamuya dengan Pulau Halma- tanggulangi dengan cara membuat bangunan hera menjadi daratan (Van Padang, 1939, pelindung yang dapat mencegah penyimpangan dalam Kusumadinata et al., 1979). Kemung- aliran lahar ke daerah pemukiman penduduk kinan erupsi ini juga disertai erupsi magmatik dan lahan pertanian. Bangunan pelindung yang eksplosif menghasilkan aliran piroklastika atau dapat dibuat di sepanjang sungai-sungai besar/ awan panas (Surmayadi et al., 1998). Erupsi kecil (yang berpotensi sebagai media transpor- Gunung Dukono tahun 1933 berupa erupsi tasi lahar), yaitu berupa: tanggul (berfungsi magmatik yang cukup besar dengan VEI =3 untuk mengendalikan perluasan aliran lahar), 230 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

check-dam (berfungsi sebagai pengendali arah terjadi pada masa mendatang, Kawasan Rawan aliran lahar), dam konsolidasi/dam pengelak Bencana Gunung api Dukono dibagi ke dalam dan sabo-dam (berfungsi untuk mengendapkan tiga kawasan (Gambar 9), yaitu Kawasan Rawan material lahar dan mencegah agar produk erup- Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan si tidak tertransportasi ke arah hilir yang me- Kawasan Rawan Bencana I. nyebabkan kerusakan lebih besar), dan kantong Kawasan Rawan Bencana (KRB) III lahar/pasir (berfungsi sebagai tempat penam- pungan lahar/pasir). KRB III adalah kawasan sumber erupsi, daerah puncak dan sekitarnya yang sangat berpotensi KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG terlanda oleh berbagai macam hasil erupsi. Ka- API wasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Kawasan rawan bencana gunung api adalah a. KRB III terhadap aliran massa adalah ka- kawasan yang pernah terlanda atau diidentifi- wasan yang sangat berpotensi terlanda aliran kasikan berpotensi terlanda bahaya erupsi baik piroklastika (awan panas), aliran lava dan langsung (primer) maupun tidak langsung mungkin gas vulkanik beracun. Kawasan ini (sekunder). diperlihatkan pada peta berupa daerah ber- warna merah tua. Perluasan dari penyebaran Berdasarkan pada potensi bencana yang dapat

Gambar 9. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Dukono, Halmahera (Wahyudin drr, 2008). Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 231 Maluku Utara - Deden Wahyudin

awan panas dapat terjadi ketika erupsi Gu- diameter 2 – 6 cm dilontarkan sejauh 5 km nung Dukono yang akan datang lebih besar dari pusat erupsi. dari erupsi terdahulu. Kawasan Rawan Bencana (KRB) I b. KRB III terhadap jatuhan adalah kawasan Kawasan Rawan Bencana I ini dibedakan men- yang sangat berpotensi terlanda bahan lon- jadi dua bagian, terdiri dari: taran dan jatuhan seperti lontaran fragmen batuan (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan a. KRB I terhadap aliran massa yaitu kawasan ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk yang berpotensi terlanda aliran lahar, dan lingkaran putus-putus diarsir berwarna kemungkinan perluasan awan panas, ter- merah dengan radius sekitar 1,5 km dari letak di sepanjang daerah aliran sungai, di pusat erupsi. Berdasarkan sejarah produk dekat lembah sungai atau di bagian hilir erupsi Gunung Dukono, bahan lontaran sungai yang berhulu di daerah puncak. Ka- dengan diameter 2 – 6 cm dilontarklan se- wasan ini diperlihatkan dalam peta berupa jauh 1,5 km dari pusat erupsi. Ketika terjadi daerah berwarna kuning. erupsi besar, penyebaran dari jatuhan pirok- Secara garis besar jalur aliran sungai di sekitar lastika mengikuti batas dari Kawasan Rawan Gunung Dukono yang dapat menjadi pemben- Bencana II untuk batuan lontaran. tukan lahar yaitu: Kawasan Rawan Bencana (KRB) II • Aliran Sungai ke arah utara - barat laut KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlan- Pada jalur ini terdapat dua buah sungai besar da awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu yang berpotensi sebagai media transportasi (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini dibe- aliran lahar, yakni: Ake Mamuya (Gambar dakan menjadi dua bagian, yaitu: 9), dan Ake Auluto. Sungai-sungai besar di a. KRB II terhadap aliran massa adalah ka- sektor ini, umumnya mengalir ke arah utara wasan yang berpotensi terlanda awan panas, barat laut dengan menampilkan pola aliran aliran lava dan aliran lahar. Kawasan ini di- sub-paralel, semuanya bermuara di Laut perlihatkan dalam peta berupa daerah ber- Halmahera. Jarak dari bagian hulu (dekat warna merah muda. daerah puncak Gunung Dukono) hingga Laut Halmahera mencapai 11 km. a. KRB II terhadap jatuhan adalah kawasan yang berpotensi terlanda bahan lontaran • Aliran Sungai ke arah timur laut dan jatuhan seperti lontaran fragmen batu- Sungai besar yang berpotensi terbentuknya an (pijar), dan hujan abu lebat. Kawasan ini lahar di sektor ini, adalah Ake Mede (Gam- diperlihatkan pada peta dalam bentuk ling- bar 10) dan Ake Ruko yang bermuara lang- karan putus-putus diarsir berwarna merah sung ke Laut Halmahera. Jarak dari bagian muda dengan radius sekitar 5 km dari pusat hulu (daerah puncak Gunung Dukono) erupsi. Berdasarkan sejarah produk erupsi hingga Laut Halmahera mencapai 12 km. Gunung Dukono, bahan lontaran dengan • Aliran sungai ke arah barat 232 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

Pada jalur ini hanya terdapat satu buah (Desa Luari, Ruko, Kokotajaya dan Mede) sungai besar yang berpotensi terbentuknya yang berjumlah 773 Kepala Keluarga (KK) atau lahar, yakni Ake Mancile yang mengalir ke 3125 Jiwa, serta penduduk Desa Mamuya, Ke- arah barat dan baratlaut dengan pola aliran camatan Tobelo Utara yang berjumlah 439 Ke- sub-dendritik. Sungai ini menyatu di bagian pala Keluarga (KK) atau 2038 jiwa. hilir dengan Sungai Ake Sioso dan seterus- nya menuju Laut Halmahera. Jarak dari ba- DISKUSI gian hulu hingga Laut Halmahera > 15 km. Dari sejarah kegiatannya, erupsi Gunung Du- b. KRB I terhadap jatuhan adalah kawasan kono didominasi oleh erupsi eksplosif bersekala yang berpotensi terlanda jatuhan piroklas- kecil sampai cukup kuat. Berdasarkan estimasi tika/lontaran berupa hujan abu tanpa mem- kekuatan letusan atau Volcanic Explosivity In- perhatikan arah tiupan angin (saat terjadi le- dex (VEI ) yang di klasifikasikan oleh Newhall tusan), dan kemungkinan terkena lontaran dan Self (1982) seperti pada Gambar 10 adalah batu. Kawasan ini berpotensi terlanda oleh berkisar: 0 – 3. Erupsi Gunung Dukono ini jatuhan abu dan fragmen batuan < 2 cm menghasilkan aliran piroklastika (awan panas), dalam radius 8 km dari pusat erupsi. Daerah jatuhan piroklastika (lontaran batu pijar dan ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk abu vulkanik), serta erupsi efusif yang meng- lingkaran putus-putus diarsir berwarna ku­ hasilkan aliran lava. ning. Hingga saat ini, Gunung Dukono masih aktif Kependudukan dengan terjadinya erupsi yang mengeluarkan asap, abu dan kadang-kadang lontaran batu pi- Konsentrasi penduduk yang bermukim tetap jar, disertai suara gemuruh dari Kawah Malu- di sekitar Gunung Dukono terdapat di bagian pang- Warirang yang terdengar sampai jarak lk lereng bawah dan kaki bagian utara-timur laut 12 km. Apabila tidak terjadi perubahan, maka (Desa Mede, Desa Ruko, Desa Kokotajaya, pola erupsi Gunung Dukono di masa men- Desa Papilo, Kecamatan Tobelo Utara) dan datang relatif identik dengan pola erupsi pada daerah barat laut (Desa Mamuya, Kecamatan waktu lampau – berupa erupsi eksplosif mag- Galela) dengan kepadatan penduduk bervariasi matik tipe Strombolian - Vulcanian yang meng- dari sedang hingga cukup tinggi. Sementara hasilkan aliran piroklastika (awan panas), jatu- penduduk yang bertempat tinggal di sekitar le- han piroklastika (lontaran batu pijar dan abu reng tengah bagian timur laut, barat laut, barat- vulkanik), serta erupsi magmatik efusif yang daya, dan tenggara relatif sedikit, digolongkan menghasilkan aliran lava. ke dalam kepadatan penduduk rendah-sangat Secara umum, kemungkinan karakter, tipe dan rendah. skala erupsi Gunung Dukono di masa men- Penduduk yang bermukim tetap di KRB I ber- datang adalah erupsi berskala kecil sampai jumlah 1212 Kepala Keluarga (KK) atau 5164 menengah dengan Nilai Indeks Letusan Gu- jiwa (Data tahun 2008). Jumlah penduduk ini nung api (VEI atau Volcanic Explosity Index): terdapat di 4 Desa di Kecamatan Tobelo Utara 0 – 3. Tipe erupsinya adalah Stromboli (Strom- Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 233 Maluku Utara - Deden Wahyudin bolian) - Vulkano (Vulcanian) disertai dengan skala besar mempunyai ciri-ciri berikut; nilai aliran lava yang bersumber dari kawah pusat. indeks letusan gunungapi (VEI= 4 ), tipe erupsi Potensi bahayanya, terdiri dari awan panas (ali- Vulkano kuat hingga tipe Plinian (Newhall dan ran piroklastika), aliran lava, lontaran batu (pi- Self, 1982). Potensi bahayanya diperkirakan jar), serta hujan abu dan pasir dan kemungki- terdiri dari aliran piroklastika (awan panas), nan gas beracun. Material letusan yang bersifat lontaran batu (pijar) dapat mencapai 3-4 km aliran seperti aliran piroklastika (awan panas) dari pusat erupsi, aliran lava, hujan pasir dan dan aliran lava kemungkinan hanya akan men- abu lebat serta lahar. Produk awan panasnya jangkau daerah sempit di sekitar Gunung Du- dapat mencapai jarak puluhan kilometer, ber- kono (terutama daerah puncak). Hal ini dapat gantung kepada tinggi kolom erupsi dan arah terjadi, karena dinding kawah Gunung Du- robohnya kolom erupsi. Bahan jatuhan pirok- kono dan tubuh beberapa bukit kecil di seki- lastika berbutir kasar dan bahan lontaran batu

Gambar 10. Kriteria untuk estimasi kekuatan letusan gunung api VEI menurut Newhall dan Self (1982).

tar puncak akan mampu menghalangi produk (pijar), kemungkinan besar dapat mencapai letusan berskala kecil tipe Stromboli atau Vul- jarak 5-10 km dari pusat erupsi. Tipe vulkano kano lemah menyebar ke arah bawah. Semen- kuat ini diimplementasikan oleh letusan Gu- tara produk letusan berupa jatuhan piroklastika nung Dukono dimasa silam atau pra sejarah berbutir halus dapat menjangkau daerah yang yang menghasilkan aliran piroklastika (awan lebih jauh dari pusat erupsi. panas), jatuhan piroklastika berikut bahan lon- taran batu (pijar) berupa bom vulkanik yang Kemungkinan lain adalah terjadinya erupsi ber- 234 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 3 Desember 2013: 219-235

mencapai jarak maksimum antara 5-8 km dari eksplosif dan efusif bertipe Stromboli – Vul- pusat erupsi (Surmayadi et al., 1998). kano berskala kecil sampai menengah dengan kekuatan letusan (VEI): 0 – 3. Erupsi berskala sangat besar (Paroxysmal) de­ ngan tipe erupsi Ultra Plinian kemungkinan Berdasarkan potensi bahaya erupsi Gunung bisa pula terjadi mempunyai ciri-ciri berikut; Dukono diidentifikasi tiga kawasan rawan ben- nilai indeks letusan gunung api (VEI > 5), yang cana gunung api, yaitu: Kawasan Rawan Ben- acapkali disertai dengan longsoran/guguran cana (KRB) III, II dan I. Beberapa aliran sungai puing. Potensi bahayanya diperkirakan berupa yang termasuk KRB I dan berpotensi sebagai aliran piroklastika (awan panas) letusan, long- media transportasi lahar di sekitar lereng dan soran/guguran puing, lontaran batu (pijar), kaki Gunung Dukono antara lain aliran su­ngai hujan abu lebat dan lahar. Letusan berskala A. Mamuya dan A. Auluto ( wilayah utara- besar ini sangat kecil kemungkinannya terjadi baratlaut); A. Mede dan A. Ruko ( wilayah pada erupsi Gunung Dukono, kecuali ada pe- timurlaut) dan A. Mancile (wilayah barat). nyimpangan dari sifat/karakter, tipe, dan skala Bencana yang ditimbulkan oleh lahar dapat letusan Gunung Dukono selama ini. Apabila dimitigasi dengan cara membuat infra struktur letusan besar ini terjadi di masa datang, maka yang berfungsi untuk pengendali dan pengelak daerah yang akan terlanda produk erupsi Gu- aliran lahar seperti tanggul, checkdam, Sabo nung Dukono akan jauh lebih luas. dam dan kantong lahar. KESIMPULAN ACUAN Karakteristik erupsi Gunung Dukono yang Basuki, A., Hendrasto, M., dan Hinondaleng, tercermin dari data geologi dan sejarah erupsi D., 2007, Laporan Peringatan Dini Bahaya Gu- Gunung Dukono yang terekam sejak 1550 nungapi G. Dukono, Maluku Utara. Pusat Vul- sampai saat ini, berupa erupsi bersifat eksplosif kanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Tidak dan efusif menghasilkan produk erupsi gunung diterbitkan. api yang dapat menimbulkan bencana terhadap wilayah di sekitarnya. Direktorat Vulkanologi, 2000, Laporan Tahu- nan Direktorat Vulkanologi Tahun 1999/2000. Potensi bahaya langsung (primer) erupsi Gu- Direktorat Vulkanologi, hal. 184-185 nung Dukono terdiri atas aliran piroklastika (awan panas), jatuhan piroklastika (lontaran Global Volcanism Program, 2012, Dukono: batu pijar dan hujan abu vulkanik), aliran lava Eruption History. http//www.volcano. si.edu/ dan kemungkinan gas beracun. Sedangkan po- volcano.cfm/um = 268010 (14 Agustus 2013). tensi bahaya sekunder adalah lahar hujan. Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Dengan memperhatikan tipe erupsi serta jenis, Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunung volume dan pelamparan produk erupsi di masa api : G. Dukono, Bandung: Dit. Vul- lalu maupun sampai sekarang, erupsi Gunung kanologi. Dukono dapat diklasifikasikan ke dalam erupsi Newhall, C.G. and Self, S., 1982, The Volcanic Karakteristik erupsi dan potensi bahaya Gunung Dukono, Halmahera, 235 Maluku Utara - Deden Wahyudin

Explosivity Index (VEI): An Estimate of Explo- news & eruption updates. http//www. volcano- sive Magnitude for Historical Volcanism, Jour- news com/volcano news/Indonesia/halmahera/ nal of Geophysical Research, Vol. 86, No C2, P. Dukono/eruption updates.html (15 Agustus 1231-1238. 2013). Rasyid, S.A., 1990, G. Dukono, Berita Berkala Wahyudin, D., Karim, A., Nursalim, A., dan Vulkanologi, Edisi Khusus No. 137. Bandung: Purwoto, 2008, Peta Kawasan Rawan Bencana Direktorat Vulkanologi. G. Dukono, Propinsi Maluku Utara. Pusat Vul- kanologi dan mitigasi Bencana Geologi Reksowirogo, L.D., 1971, G. Dukono di P. Halmahera dengan Daerah Bahaya Sementara­ Wittiri, S.R., 2003, Gunungapi yang Meletus nya, Bandung: Direktorat Geologi. Tidak diter- 1995 – 2003. Direktorat Vulkanologi dan Miti- bitkan. gasi Bencana Geologi. Surmayadi, M., Pribadi, A., Mulyadi, D., dan Zaennudin, A., dan Purbawinata, M.A., 1992, Haerani, N., 1998, Laporan Pemetaan Geologi Penelitian Petrokimia G. Dukono, Halmahera Komplek Gunungapi Dukono, Maluku Utara, Utara, Bandung: Direktorat Vulkanologi. Tidak Bandung: Dit. Vulkanologi. Tidak diterbitkan. diterbitkan. Van Padang, N. M., 1951, Catalogue of the ac- Zainuddin, Pamungkas, H., dan Indrastuti, tivity volcanoes of the world including solfatara N., 2008. Laporan Tanggap Darurat Letusan fields, vol. :1 Indonesia, p. 254 - 257. Gunungapi G. Dukono, Maluku Utara. Tidak diterbitkan. Volcano News. Com, 2013, Dukono volcano