BAB III SEJARAH

A. KRONOLOGI BERDIRINYA SAREKAT ISLAM DI INDONESIA 1. LatarBelakangBerdirinyaSarekatDagang Islam. Kondisi rakyat Indonesia yang sangat tertekan oleh penjajah Belanda yang menggunakan berbagai tipu dan intimidasi, justru melahirkan semangat kebersamaan dan perlawanan. Kebutuhan yang sangat mendesak untuk diatasi waktu itu adalah bidang ekonomi dan kesejahteraan.Dalam bidang ekonomi orang Tionghoa yang menduduki pemasaran khas menengah batik, tidak hanya berdagang bahan batik tetapi juga mempunyai perusahaan – perusahaan pembatikan, tidak heran jika mereka dapat menjual batik dengan harga yang murah, karena bahan-bahannya di beli langsung dari importir bangsa Eropa. Sebaliknya harga batik dari perusahaan-perusahaan orang pribumi menjadi lebih tinggi, karena orang-orang pribumi mendapatkan bahan baku batik dari khas 1 perantara. Maka untuk menghadapi persaingan di dalam perdagangan batik ini maka Pada tanggal 16 Oktober 1905, Haji mendirikan Sarekat Dagang Islam. Pendirian SDI ini merupakan sebagai respon terhadap kondisi sosial ekonomi yang menyengsarakan rakyat. Jadi latar belakang berdirinya Sarekat Dagang Islam adalah dikarenakan perubutan pemasaran kelas menengah antara orang-orang Tionghoa. Ditambah lagi dengan sikap yang sombong dan demonstratif dari orang-orang Tionghoa setelah berhasilnya Revolusi Cina pada tahun 1911, mengakibatkan terjadinya konflik yang memuncak antara keduanya.2 Kiprah perjuangan Sarekat Dagang Islam dalam membangun ekonomi umat dan mengahadapi tantangan kapitalis menyebar begitu cepat. Agama Islam

1M Mansyur Amin, Sarikat Islam Obor Kebangkitan Nasional ( 1905-1942), (Komplek IAIN Sunan Kalijaga : Al Amin Press, 1996), hlm 27

2Saefullah Wiradipraja,Satu Abad Dinamika Perjuangan Sarekat Islam, ( : Dewan Pimpinan Wilayah Sarekat Islam Jawa Barat, 2005), hlm 7

39 sebagai sumber inspirasi menjadi motor penggerak persaingan ekonomi. Nama Islam menjadi sumber inspirasi timbulnya gerakan nasional, bagi rakyat Indonesia. Islam diartikan sebagai “tanah air dan bangsa, serta anti penjajah”, yang diambil dari pendapat . Dan lebih lanjut GeorgeMc Turnan Kahin dalam “Nasionalism and Revolution in Indonesia” menjelaskan faktor terpenting yang mendorong integritas nasional adalah : pertama, Agama Islam dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia. Kedua, Agama Islam tidak hanya mengajari tentang perlunya berjama‟ah, tetapi juga mendidik penganutnya untuk menjadi anti penjajah. Ketiga, umat Islam menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang mampu mengekspresikan aspirasi perjuangan.3 Usaha yang mendasar dari lahirnya Sarekat Dagang Islam adalah untuk mencegah kehancuran ekonomi rakyat dan menumbuhkan jiwa nasionalisme sesuai dengan identitas ke-Islamannya. Dibukanya Politik Pintu Terbuka, ternyata menghancurkan perekonomian bangsa Indonesia yang sudah parah itu. Orang Cina sebagai perantara perdagangan batik yang di tunjuk Belanda, akhirnya memonopoli seluruh lini perdagangan.4 Sejalan dengan kondisi di atas, kemudian lahirlah gerakan Sarekat Dagang Islam, tujuan lahirnya Sarekat Dagang Islam adalah :5 1. Guna mengahadapi persaingan dagang dengan orang Cina dan sikap superioritas mereka terhadap orang Indonesia sehubungan dengan berhasilnya Revolusi Cina di kota-kota besar, para pedagang Cina mendidirikan Sianghwee ( kamar dagang ), yang di dukung oleh ordonansi pemerintah pemerintah belanda yang menyatakan, bahwa orang Cina di beri kebebasan bergerak lebih besar demi perubahan dan demi kepentingan perdagangan serta lalu lintas. Dengan demikian, mereka dapat membeli bahan-bahan langsung dari bahan importir. Sebaliknya, dalam kasus usaha batik, misalnya, para pebgusaha batik bangsa jawa harus membeli bahan

3Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 7

4Ibid.

5Ahmad Dainuri, Ini Dadaku, ( Jakarta : CV Tursina, 1996), hlm 36

40

dari pedagang Timur Asing, khususnya pedagang Cina. Akibatnya, harga batik dari perusahaan Jawa lebih tinggi di banding harga batik dari perusahaan Timur Asing, sehingga pemasaran batik di kuasai oleh bangsa Cina. 2. Untuk mengatasi tekanan dari bangsawan yang di rasakan oleh masyarakat Indonesia di Solo ketika itu. 3. Untuk membuat Front perlawanan menghadapi semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera. 4. Sebagai perlawanan terhadap kecurangan dan penindasan yang dilakukan pihak pegawai bumi putera dan Eropa terhadap rakyat.6 Konsekuensi logis dari diskriminasi perdagangan, menjadikan orang-orang Cina di pandang rakyat menjadi sangat angkuh dan sombong. Dengan dalih emansipasi7, orang-orang Cina merasa dirinya akan besar ketimbang orang-orang pribumi, merasa bangga sebagai kik bing tong( partai revolusioner ), yang memandang rendah kalangan bumi Putera. Bagi sebagian rakyat keadaan demikian menumbuhkan keresahan karena menganak emaskan orang-orang Cina. Sementara itu bagi warga pribumi lainnya dipandang sebagai kewajaran saja karena, sifat penjajah yang ingin slalu melanggengkan ikatan penjajahannya.8 Walaupun terjadi diskriminasi perekonomian yang benar-benar nyata, tetapi Haji Samanhudi mampu menembus permainan buruk Belanda. Beliau berhubungan secara langsung dengan para importir Eropa, tidak melalui orang- orang Cina. Karena itu dengan semangat nasionalismenya, beliau menghimpun

6Ahmad Dainuri, Op. Cit, hlm 36

7Karena Pengertian “emansipasi” memainkan peranan penting dalam pengertian ini, perlu lebih dulu dikemukakan apa yang dimaksud dengan istilah ini. Yang dimaksud dengan “emansipasi” adalah gejala-gejala berikut, secara tersendiri atau bersama-sama. Pertama, cita-cita suatu pengkelompokan orang-orang tertentu menuju penjabaran diri dan perkembangan batin, kedua, berusaha agar diauki sebagai bagian masyarakat yang sepenuhnya dan dengan demikian memiliki pula peluang dan hak yang sama seperti golongan-golongan yang lebih diistimewakan dalam masyarakat itu, ketiga, mengusahakan pemutusan hubungan dengan golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Kata “emansipasi” ini seperti diartikan di sini jadi lebih luas.

8Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 10

41 para pedagang batik bumi putera, supaya tidak membeli bahan baku batik dari orang-orang Cina yang harganya membumbung tinggi itu. Gerakan sarekat islam di picu oleh konflik antara orang Cina dan Jawa. Akan tetapi konflik ini lebih bersifat politis dan sosial dari pada ekonomis. Kondisi yang semakin rumit dirasakan pula oleh rakyat Indonesia. Alat perjuangan yang semula terkonsentrasi pada bidang perdagangan saja dirasa kurang memadai. Persoalanmendesak lainnya yang juga tidak kalah pentingnya adalah: sosial,politik dan pendidikan. Dalam rangka memperluas jangkauan perjuangannya, Haji Samanhudi mengubah nama organisasi perjuangannya dari Sarekat Dagang Islam menjadi ( SDI ), menjadi Sarekat Islam ( SI ).9 2. Perubahan Sarekat Dagang Islam ke Sarekat Islam. Waktu untuk mengadakan perubahan akhirnya datang pula. Struktur penjajahan yang menekan kehidupan rakyat telah melahirkan semangat patriotisme. Penindasan yang diderita telah menumbuhkan persamaan nasib. Islam bagi bangsa Indonesia dianggap edentik dengan tanah air. Dengan tekad dan semangat yang penuh pengorbanan dicetuskan suatu nama lanjutan dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam, dimaksudkan lebih luas lagi sasaran perjuangannya sehingga diperoleh kemerdekaan yang sejati. Sejalan dengan itu tujuan didirikannya Sarekat Islam adalah:10  Memajukan semangat dagang di kalangan bumiputra11.  Memberikan bantuan kepada para anggota perkumpulan, yang bukan karena kesalahannya dan tiada dengan kesengajaan berada dalam macam- macam kesulitan.  Memajukan pendidikan rohani dan kepentingan materil bumiputra dengan demikian juga membantu meningkatkan kedudukan bumiputra menghilangkan salah pengertian mengenai Agama Islam dan memajukan

9Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 10

10Ibid.

11“Bumiputra” adalah : anaknegeri, pendudukasli

42

kehidupan keagamaan di kalangan bumiputra sesuai dengan hukum tata cara dan agama tersebut, menempuh segala cara dan menggunakan semua jalan yang diperkenankan dan tidak bertentangan dengan ketentraman umum dan adat istiadat yang baik.12 Semangat dan motivasi yang kuat untuk membela nasib rakyat secara komprehensif muncul, karena itu Haji Samanhudi mengubah organisasi Sarekat Dagang Islam ( SDI ) yang berdiri pada tanggal 1905, menjadi Sarekat Islam pada tahun 190613. Pendapat yang umum tentang waktu berdirinya Sarekat Islam adalah pada tahun 1911, disamping bermacam-macam pendapat tentang pendiri pertama dan tempat berdirinya Sarekat Islam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Sarekat Islam berdiri di Jakarta, kemudian di Bogor, selanjutnya di Sala. Ada pula yang berpendapat di Sala. Demikian pendapat tentang pendirinya ada yang berpendapat Samanhudi dan ada pula Tirtoadisuryo. Tetapi kemudian dalam wawancara Tamar Jaya dengan Samanhudi di Jakarta pada tahun 1955, Haji Samanhudi memberikan keterangan sebagai berikut : Dengan ikhlas, untuk kemurnian sejarah pergerakan Indonesia, dengan ini saya terangkan bahwa Sarekat Dagang Islam di lahirkan pada tanggal 16 Oktober 1905, di rumah saya di kampung Sandakan Sala dengan delapan orang teman yaitu: saudara Sumawardoyo, Wiryotirto, Suwandi, Suropranoto, Jarmani, Hardjo Sumarto, Sukir, Martodikoro. Inilah panitia pertama pendirian tersebut. Kemudian setelah didapat kata sepakat mendirikan Sarekat Dagang Islam, maka di bentuklah pengurus baru.14 Pada saat ini Sarekat Dagang Islam mengambil asas dan tujuan :  Mengutamakan sosial ekonomi.  Mempersatukan pedagang-pedagang batik.  Memajukan agama dan sekolah-sekolah Islam. Di dalam pidato pembukaannya Haji Samanhudi mengemukakan tentang nasib bangsa Indonesia, “Di negri ini, bangsa adalah yang kelas satu, bangsa Tionghoa menjadi kelas dua. Adapun bangsa Indonesia di anggap bangsa kelas

12Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 11

13Ahmad Mansyur Suryanegara, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, ( : Mizan, 1995), hlm 244

14M Mansyur Amin, Op.Cit, hlm 29

43 kambing dan sebut inlander. Pendapat Samanhudi hasil wawancara dengan Tamar Jaya ini, menjadi bahan kunci yang menarik sebab ini merupakan sumber langsung dari pelaku sejarah. Hanya saja kelemahannya Samanhudi tidak memberikan dokumen historis yang tertulis sehingga ada kemungkinan lupa, dan lain-lainnya. Semisal menurut beliau, perubahan Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam adalah atas usul Cokroaminoto, agar keanggotaan dan kegiatan Sarekat Islam tidak hanya terbatas atas perdagangan dan di lapangan perdagangan saja. Kemudian kata “dagang” di hapus padatahun 1906 dan setelah itu pada tanggal 10 September 1912 Sarekat Islam mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum di depan Notaris B. Ter Kuileb di Surakarta.15 Untuk sementara penulis memegangi pendapat yang baru, sebab keterangan Samanhudi lebih jelas terutama dalam hal proses terjadinya, serta keterangan yang lain. Sedangkan pendapat yang lama tidak pernah memperlihatkan proses terjadinya secara jelas mengenai perubahan Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam, penulis memegangi pendapat yang mengatakan bahwa perubahan Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam itu pada tahun 1906dan setelah itu pada tanggal 10 September 1912 Sarekat Islam mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum di depan Notaris B. Ter Kuile di Surakarta. B. PERIODISASI SEJARAH SAREKAT ISLAM 1. Masa Perkembangan Sarekat Islam. a. Periode awal Saerekat Islam ( 1905- 1911 ) Pada masa-masa awal berdirinya Sarekat Islam diinisiasi oleh gerakan reformasi di bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyat, yang bernama Sarekat Dagang Islam. Orientasi dan gerak langkah organisasi tersebut dapat dicermati dari tujuannya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam. Pada saat itu Sarekat Dagang Islam mengambil asas dan tujuan sebagai berikut:16  Mengutamakan sosial ekonomi.  Mempersatukan pedagang-pedagang batik.

15M Mansyur Amin, Op.Cit, hlm 30

16Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 29

44

 Mempertinggi derajat bumi putra.  Memajukan agama dan sekolah-sekolah Islam. Keempat tujuan terebut merupakan jawaban terhadap kondisi sosial ekonomi pribumi saat ini. Haji Samanhudi sebagai saudagar batik, memiliki jiwa sosial yang besar dan hubungan dagang yang luas, terpanggil untuk memeperbaiki nasib sesama umat. Data-data tertulis tentang seberapa jauhkah tujuan itu dijalankan, hanya sedikit yang mengungkapkannya. Sebuah sumber menyebutkan bahwa pada saat itu Sarekat Dagang Islam mendirikan toko-toko koperasi, mengimpun para pedagang bati, menolong orang-orang yang sedang kesusahan dan mendirikan masjid-masjid.17 Setelah wawasan Haji Samanhudi bertambah luas, tahun 1906 mengubah organisasinya menjadi “Sarekat Islam”. Dengan menghilangkan nama “dagang”- nya maka sasaran perjuangannya semakin luas. Jangkauan anggotanya pun semakin bertamba, tidak hanya para pedagang saja, kalangan haji dan kiyai pun banyak yang menjadi anggota Sarekat Islam.Mengapa Haji Samanhudi menamakan organisasinya itu dengan menggunakan terminologi “Islam”? tampaknya beliau memahami situasi politik masa itu. Istilah “Islam” pada saat itu identik dengan bangsa (pribumi), identik dengan tanah air, dan identik dengan anti penjajah. Jadi dengan menggunakan istilah “Islam” untuk menunjukan sifat “ikatan persaudaraan bangsa” dari organisasi yang didirikan itu. Hal ini juga dinyatakan oleh HOS Tjokroaminoto sebagaimana keterangan berikut : HOS Tjokroaminoto dengan tegas menyatakan : “memang Sarekat Islam memakai nama agama sebagai ikatan persatuan bangsa, buat mencapai cita cita sebenarnya, dan agama tidak akan mengahambat kita mencapai tujuan itu”.18 Di saat orang-orang Cina dijadikan “perantara” perdagangan bahan baku batik Eropa-Pribumi, orang-orang Cina menjadi sangat diuntungkan dan merasa mendapat keistimewaan.Dengan dalih emansipasi, orang-orang Cina merasa dirinya akan lebih besar ketimbang orang-orang pribumi. Rakyat Indonesia yang berada di Tuban Barat mengeluh terhadap orang-orang Cina, di karenakan orang-

17Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 29

18Ibid, hlm 30

45 orang Cina mempengaruhi harga dan pemasaran pada tingkat akhir. Kondisi yang sedemikian ini, menjadikan kehadiran Sarekat Islam semakin subu dan mendapat sambutan baik di kalangan pribumi.19 Gerakan langkah perjuangan Sarekat Islam sempat menggemparkan penjajah, bahkan mereka sangat khawatir akan kekuatannya yang dapat menggoyah kedudukan penjajah. Para pengamat mengaggap bahwa pemerintah kolonial bertindak terlalu lemah. Kepanikan penjajah Belanda dengan gerak maju Sarekat Islam bukannya tidak beralasan, alasan yang paling mendasar terjadinya kepanikan dalah karena merek memperkirakan kekuatan Sarekat Islam dapat mengusir orang-orang Belanda. Fanatisme Islam yang menjadi semangat perjuangan dapat menjadi energi yang besar untuk mencapai tujuannya, sehingga Belanda dan pamongpraja menilai negatif terhadap Sarekat Islam. Dikemukakan oleh Korver di bawah ini : Wakil-wakil kelompok kedua menganggap gerakan ini merupakan ancaman yang berat bagi keamanan dan ketertiban. Mereka mengkhawatirkan ucapan-ucapan fanatisme Iislam dsn mereka yakin bahwa di samping tujuan-tujuan yang berbahaya terdapat tujuan yang secara hati-hati dirahasiakan. Tujuan terakhir ini bermaksud mengusir orang-orang Belanda.20 Pandangan mereka tentang kader Sarekat Islam umumnya negatif. Khas bagi mentalitas pamong praja ini adalah luapan perasaan residen Madura beriku ini, “Selama 15 tahun terakhir ini, Madura tenang seluruhnya. Rakyat disini tidak hanya memerlukan tangan keras, tetapi bahkan akan menghargai sikap ini. Namun janganlah mereka diberi mainan yang berbahaya seperti Sarekat Islam!”. Tidaklah mengherankan jika di daerah yang diperintah oleh residen begini, Sarekat Islam dihalangi dengan keras.21

Setelah terjadi revolusi di Cina, tepatnya tahun 1911diadakan kerjasama antara Sarekat Islam dengan Cina dan mendirikan “ Kong Sing”22. Anggota- anggotanya Kong Sing itu terdiri dari orang-orang Cina dan orang-orang pribumi. Namun Cina pun tidak mau tersaingi. Keanggotaan Kong sing didominasi oleh

19Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 30

20A.P.E Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?, ( Jakarta: Grafiti Press, 1985), hlm 25

21Ibid.

22“Kong Sing” adalah perkumpulan rahasia perkumpulan ini terdiri dari orang-orang Tionghoa dan Jawa, yang di “orang-orang sopan Tionghoa” dianggap sebagai gerombolan dengan reputasi yang buruk, tujuan “Kong Sing” antara lain saling membantu.

46 orang-orang Cina, sekalipun ketuanya terdiri dari seorang Sarekat Islam dan seorang Cina.23 Dalam beberapa bulan saja, kerjasama Sarekat Islam dengan Cina sudah berjalan dengan sangat baik. Orang-orang Cina merasa terbantu oleh orang-orang Sarekat Islam. Demikian pula dengan orang-orang dari Sarekat Islam merasa terbantu oleh orang-orang Cina, khususnya dalam kalangan Kong Sing. Keadaan demikian tentu saja tidak dikehendaki oleh penjajah Belanda. Pemerintah kolonial menilai peristiwa ini sebagai perkembangan baru yang membahayakan stabilitas kekuasaannya.24 Pemerintah kolonial mengetahui bahwa tidak setiap orang Cina merasa senang dengan berdirinya Kong Sing. Terdapat dua kelompok Cina, yaitu di satu pihak Cina yang mengadakan kerjasama dengan orang-orang Islam dan di lain pihak orang Cina yang menginginkan menguasai orang-orang pribumi, kemudian dimanfaatkan oleh Belanda. Dilakukan provokasi oleh penjajah Belanda, suatu propaganda yang mengadu domba dan memecah-belah orang-orang pribumi dan orang-orang Cina.25 Provokasi Belanda berhasil. Sekitar bulan April 1912 meletuslah huru-hara anti Cina. Dimulai di kota Surakarta, kemudian menjalar ke kota-kota lainnya. Bentrokan terjadi antara golongan Cina dengan sebagian anggota Sarekat Islam. Dalam keadaan demikian, menyusuplah kelompok lain kedalam pertikaian itu. Kelompok lain yang dimaksud adalah “Perkumpulan Pemuda Soetarsomoeljah”. Berkali-kali anggota organisasi ini menyerang pemuda-pemuda Cina, dengan tongkat dan senjata-senjata lainnya.26 Melihat kejadian demikian, maka pengurus Sarekat Islam segera mengambil tindakan. Konflik ini dipandang oleh pengurus Sarekat Islam sudah keterlaluan. Segeralah pada bulan Mei 1912 diambil tindakan untuk mencegah terjadinya

23Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 31

24Ibid.

25Ibid.

26Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 32

47 bnetrokan lebih lanjut, yaitu selama berangsungnya pesta-pesta Cina di bulan itu. Selama beberapa hari kampung-kampung Cina di jaga oleh anggota-anggota Sarekat Islam. Pesta –pesta Cina pun dapat berlangsung dengan aman, tanpa insiden.27 Kejadian-kejadian demikian dimanfaatkan oleh Sarekat Islam untuk meminta pengesahaan Anggaran Dasar Sarekat Islam. Untuk memperoleh status badan hukum ternyata tidak mudah, diperlukan syarat-syarat yang sangat berat. Berkat usaha yang gigih dari pimpinan Sarekat Islam, khususnya HOS Tjokroaminoto, akhirnya permintaan. Sarekat Islam tersebut dikabulkan juga. Untuk mendapatkan status badan hukum, diajukanlah permintaan terhadap pemerintahan dengan segala persyaratan yang diharuskan. Tetapi permintaan itu ditolak dengan syarat oleh pemerintah. Sarekat Islam hanya diakui statusnya percabang artinya, setiap cabang diakui pemerintah sebagai organisasi yang sah di tempat cabang-cabang itu didirikan. Pengesahan dengan cara demikian itu tidak menyebabkan para pemimpin Sarekat Islam kehabisan akal, karenanya pertumbuhan Sarekat Islam tetap berjalan. Jumlah anggota mereka tetap bertambah setiap hari.28 b. Periode Penegasan Identitas ( 1912- 1915 ) Sekalipun secara de facto29 Sarekat Islam telah berdiri pada tahun 1906 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang lahir pada 16 Oktober 1905, akan tetapi sampai tahun 1911belum memperoleh status badan hukum formal dari penjajah. Hal ini cukup beralasan, sebab kekhawatiran akan gerakan Sarekat Islam yang dapat mengusir mereka, sehingga terjadi kepanikan di kalangan penjajah.

27Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 32

28Anhar Gonggong, HOS Tjokroaminoto, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985) hlm 35

29De facto dalam bahasa Latin adalah ungkapan yang berarti "pada kenyataannya" atau "pada praktiknya".Istilah ini biasa digunakan sebagai kebalikan dari de jure (yang berarti "menurut hukum") ketika orang mengacu kepada hal-hal yang berkaitan dengan hukum, pemerintahan, atau hal-hal teknis (seperti misalnya standar), yang di temukan dalam pengalaman sehari-hari yang diciptakan atau berkembang tanpa atau berlawanan dengan peraturan. Bila orang sedang berbicara tentang suatu situasi hukum, de jure merujuk kepada apa yang dikatakan hukum, sementara de facto merujuk kepada apa yang terjadi pada praktiknya.

48

Pada tahun 1912, atas usaha HOS Tjokroaminoto, disususnlah anggaran dasar baru Sarekat Islam untuk memperoleh pengesahan sebagai badan hukun oleh pemerintahan Belanda. Pada bulan September 1912, berdasarkan akta notaris, ditetapkan anggaran dasar baru Sarekat Islam oleh Tjokroaminoto, serta dimajukannnya permohonan resmi untuk mendapatkan pengakuan badan hukum bagi perkumpulan baru ini.30 Baru pada tanggal 1 September 1912 Anggaran Dasar yang baru disusun kemudian dimintakan pengesahannya di depan Notaris B. Turtukel, di Solo. Sarekat Islam untuk selanjutnya mendapatkan pengesahan badan hukum di depan Notaris B. Ter Kuilr pada 10 September 1912. Akan tetapi turunnya ketetapan Sarekat Islam sebagai badan hukum hanya berlaku bagi distrik31setempat yang memperoleh izin, tidak berlaku untuk kegiatan yang bersekala nasional.32 Pada bulan Juni 1913 jatuhlah keputusan Gubernur Jendral Idenburg mengetahui tentang status badan hukum Sarekat Islam. Seperti yang telah di ungkapkan diatas status badan hukum ini hanya diberikan kepada cabang setempat di ibu kota distrik, kabupaten atau daerah. Untuk memberikan pimpinan pusat kepada perkumpulan-perkumpulan ini, dalam kalangan Sarekat Islam diutuskan untuk mendirikan suatu Central Sarekat Islam ( CSI ) yang terdiri dari perkumpulan-perkumpulan setempat. Orang perorangan hanya dapat menjadi anggota cabang lokal, tidak menjadi anggota CSI sendiri. Pengurus CSI dibentuk oleh Central Comite.33 Setelah Sarekat Islam dapt memenangkan kota Solo, dua bulan berikutnya organisasi ini pada 26 Januari 1913 mengadakan kongresnya yang pertama setelah mendapat pengesahan dari Notaris. Hasil terpenting dari kongres itu ialah

30Anhar Gonggong, Op.Cit, hlm 35

31Distrik:bagian kota atau Negara yg dibagi untuk tujuan tertentu.

32Ahmad Mansyur Suryanegara, Op.Cit, hlm 248

33A.P.E Korver, Op.Cit, hlm 166

49 pembagian wilayah ( komisi ) Sarekat Islam. Sarekat Islam dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu :34 o Sarekat Islam Jawa Barat, meliputi Jawa Barat dan Sumatera, denga berpusat di Jawa Barat. Pimpinannya adalah Raden Gunawan. o Sarekat Islam Jawa Tengah, meliputi Jawa Tengah dan Kalimantan berpusat di Solo. Pimpinannya Haji Samanhudi. o Saekat Islam Jawa Timur, meliputi Jawa Timur, Sulawesi, dan Nusatenggara, berpusat di Surabaya. Pimpinannya Haji . Pada kongres pertama ini, HOS Tjokroaminoto tampil ke depan dalam memimpin suatu organisasi yang sudah semakin membesar, tidak seperti tahun- tahun sebelumnya dimana Sarekat Islam lebih merpukan gerakan yang bercorak sosial dan ekonomi. Mulai kongres pertama ini HOS Tjokroaminoto meniupkan nuansa politik, sebagaimana dapat disimak dalam pernyataan pak Tjokro di bawah ini :35 Tidak pantas lagi Indonesia diperintah oleh negeri Belanda, bagaikan tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya. Tidak pada tempatnya menganggap Indonesia sebagai ekor sapi perahan yang hanya diberi makan demi susunya. Tidaklah pantas untuk menganggap negri ini sebagai tempat kemana orang berdatangan hanya untuk mendapatkan keuntungan, dan sekarang sudah tidak pada tempatnya lagi, bahwa penduduknya, terutama anak negerinya sendiri, tidak mempunyai hak turut bicara dalam soal-soal pemerintah yang mengatur nasib mereka.36

Di balik semangat gerakan modern dari Sarekat Islam untuk memperjuangkan nasib rakyat, muncul pula kepercayaan-kepercayaan mesianistik37 yang mengaggap akan datang Ratu Adil. Kondisi ini dapat dimaklumi setelah sekian lama bangsa Indonesia sangat menderita, kemudian

34Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 33

35Ibid, hlm 34

36Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 34

37Mesianistik : kepercayaan akan datangnya juru selamat yang akan membawa masyarakat keluar dari penderitaan.

50 dibuai oleh dongeng-dongeng kosong. Setelah itu lahir suatu gerakan yang telah lama dinantikan, seakan-akan ramalan-ramalan Jayabaya38menjadi kenyataan.39 Dengan menyebarnya masyarakat Islam, ramalan-ramalan Jayabaya segera akan menjadi kenyataan. Pada umumnya orang menganggap telah tiba waktunya untuk melakukan “perang akbar” terhadap orang belanda. Dengan meningkatnya kedudukan ekonomi, orang Jawa harus pula membebaskan diri dari orang Cina, yang mestinya kembali saja lagi ke negeri kelahirannya. Beberapa koran Cina memberitakan pada waktu yang sama, awal 1913, bahwa mencari anggot dan proagandis40Sarekat Islam rupanya terus menerus membicarakan perang yang akan datang, danpengusiran orang Eropa. Semua ini menjadikan para pengikut Sarekat Islam kebal akan soal-soal yang demikian.41 Dalam rangka mengefektifkan gerakannya, maka Sarekat Islam mengintensifkan kegiatannya pada empat hal:42  Meningkatkan semangat dagang dalam rangka memenuhi kebutuhan material.  Memberikan kepada orang yang dalam kesulitan.  Meningkatkan pendidikan  Meningkatkan kehidupan beragama. Dalam rangka memenuhi kebutuhan eksternal organisasi maka dibutuhkanlah badan pengurus cabang yang sebanyak-banyaknya hanya boleh duduk seorang pamong praja43dan satu orang wakil Arab di Indonesia. Sarekat

38Ramalan Jaya baya atau sering disebut jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga.

39Ibid.

40Propagandis: orang yg pekerjaan tetapnya melakukan propaganda.

41A.P.E Korver, Op.Cit, hlm 82

42Ibid, hlm 22-108

43Istilah Pamong Praja berasal dari dua kata yaitu ”pamong” dan ”praja”. Pamong mempunyai arti pengurus, pengasuh atau pendidik.Sedangkan Praja memiliki arti kota, negeri atau kerajaan. Sehingga secara harfiah Pamong Praja dapat di artikan sebagai pengurus kota.

51

Islam adalah suatu organisasi bersifat Modern yang terlihat dalam karekter beerikut :44  Pemimpin pusat berhubungan dengan cabang-cabang dengan mempergunakan alat-alat komunikasi modern.  Struktur organisasi yang menggunakan istilah-istilah : presiden, sekretaris, thesaurier, dan komisaris.  Manajemen organisasi yang digunakan klasifikasi distrik dan commite sentral serta digunakannya nama “Kongres Nasional”. Ditetapkan dalam kongresdi surakarta pada bulan Maret 1911, dalam pengurus cabang sebanyak-banyaknya hanya boleh duduk seorang pegawai pamong paja Indonesia.Perbatasan demikian juga berlaku bagi wakil-wakil minoritas Arab di Indonesia. Pada tingkat puat, organisasi Sarekat Islam sifatnya agak Barat modern. Hal ini terlihat jelas dalam beberapa hal. Pertama, pemimpi- pemimpin pusat berhubungan dengan cabang-cabang dengan menggunakan alat- alat komunikasi modern kesebagian terbesar daerah di Indonesia. Ketika Samanhudi menjadi ketua, setiap hari hadir di kantor Central Comite, dan melakukan hubungan telegram serta telepon dengan cabang-cabang perkumpulan yang penting. Tjokroaminoto, Goenawan, dan anggota-anggota pengurus pusat lainnya melakukan perjalanan dengan kereta api, kapal laut, dan keseluruhan Indonesia untuk mengunjungi cabang-cabang yang baru terbentuk. Mereka memberikan bantuan mendirikan perkumpulan lokal, dan berbicara pada rapat- rapat umum.45 Dan dua bulan setelah kongresnya yang pertama, yaitu pada bulan Maret 1913 Sarekat Islam mengadakan kongresnya yang kedua, di kota Solo. Kongres ini di hadiri oleh anggota Sarekat Islam sekitar 50.000 orang. Kesadaran politik rakyat padakongres ini diperlihatkan secara jelas, yaitu keinginan bebas dari pemerintah kolonial Belanda untuk mendirikan pemerintahan sendiri. Pada tanggal 29 Maret 1913, pemimpin Sarekat Islam yang di wakili oleh HOS

44Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 35

45A.P.E Korver, Op.Cit, hlm 167

52

Tjokroaminoto mengadakan dialog dengan Gubernur Jendral Indenburg di istana Buiten Burg. Dalam dialog tersebut pak Tjokro berusaha meyakinkan pemerintah kolonial bahwa Sarekat Islam sama sekali tidak bermaksud memusi pemerintah bangsa lain dan ridak pula bermaksud memusuhi pemeluk agama lain. Melalui usaha tersebut ini diharapkan pemerintah kolonial mau mengakui eksistensi Sarekat Islam.46 c. Periode Puncak Sarekat Islam ( 1915-1919 ) Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya pemerintah kolonial tidak berkeberatan bila diantar cabang Sarekat Islam itu mengadakan kerjasama di bawah pemimpin suatu badan pusat. Badan pusat ini suatu badan pusat ini memang pada perkembangan berikutnya, yaitu tanggal 18 Maret 1916, diakui sebagai badan hukum. Dan diakuinya badan pusat ini, maka lahir “Central Sarekat Islam”, berfungsi sebagai penghubungan cabang-cabang Sarekat Islam yang tersebar di berbagai daerah di tanah air.47 Central Sarekat Islam sebenarnya merupakan suatu badan yang berbentuk federasi antar cabang Sarekat Islam. Jadi, Central Sarekat Islam ini merupakan kordinator antara cabang-cabang tersebut. Dalam program kerjanya, Centran Sarekat Islam tidak secara langsung mimbina cabang. Geraknya lebih banyak di arahkan keluar, yakni ditunjukan kepada pihak pemerintah kolonial. Adapun gerakan cabang-cabang terbatas dilingkup daerahnya dan secara langsung berhubungan dengan anggota pendukungnya. Sekalipun demikian, gerakan langsung Sarekat Islam yang demikian ini di takuti pihak belanda.48 Sarekat Islam, yang saat ini sebagai organisasi masa berlingkup nasional, secara berkala menyelanggarakan pertemuan nasional untuk mempertemukan para pemimpin cabangnya. Peremuan tingkat nasional pada saat itu disebut “kongres”. Di dalam kongres di bahas: pertanggung jawaban pengurus pusat , program nasional, dan pemilian pengurus pusat. Pertemuan demikian merupakan media

46Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 36

47Ibid.

48Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 36

53 penyaluran atau penampungan aspirasi anggota Sarekat Islam. Aspirasi yang disalurkan melalui para wakil cabang kemudian di rumuskan dan diputuskan berdasarkan kesepakatan anggota kongres pada masa kepemimpinan HOS Tjokroaminoto terdapat sebuah kongres yang mempunyai arti penting bagi sejarah, baik bagi Sarekat Islam sendiri ataupun bagi bangsa Indonesia, yaitu kongres ke 3. Kongres ini di selenggarakan di Bandung, pada tanggal 17-24 Juni 1916. Kongres ini disebut Nationa IndischeConggres I atau disingkat “NATICO”. Arti penting kongres ini tersirat dibalik namanya, yaitu untuk pertama kalinya kongres Sarekat Islam disebut secara resmi sebagai kongres nasional.49 Pada saat itu belum ada satu perkumpulanpun yang berani menggunakan istilah nasional, kecuali Sarekat Islam.tentang nasionalitas kongres Sarekat Islam di ungkap dalam pidato HOS Tjokroaminoto dimuka kongres nasional (Majelis Tahkim) tersebut tentang arti dan maksud penggunaan nama “Natico” sebagai berikut: “Dengan perkataan nasional dimaksud bahwa partai Sarekat Islam Indonesia menuju kearah persatuan bangsa – terdiri dari semua golongan bangsa Indonesia untuk mencapai terbentuknya suatu nanti, lambat laun dengan jalan evolusi, perjuangan mencapai pemeritahan sendiri”.50 Penyebut itu memang dimaksudkan untuk menegaskan sifat kenasionalan gerakan Sarekat Islam dalam rangkat menggemakan perjuangan membena “kesatuan” bangsa Indonesia. Tak pelak lagi kongres ini merupakan tonggak sejarah Sarekat Islam sebagai organisasi kesatuan yang memantapkan kesadaran kebangsaan dan jiwa kemerdekaan di kalangan masyarakat Indonesia. Asal daerah para peserta yang menghadiri kongres oun mencerminkan sifat kenasionalan organisasi ini, NATICO I dihadiri oleh 360 orang utusan yang mewakili 80 organisasi Sarekat Islam lokal ( cabang ) dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.51

49Ibid, hlm 37

50Ahmad Dainuri, Op.Cit, hlm 21

51Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 38

54

Isi pidato bersejarah HOS. Tjokroaminoto pada kongres Central Sarekat Islam pertama 1916 di Bandung tersebut yang menunjukan cita-cita perjuangan. Islam dijadikan sumber nilai dan kekuatan untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Keinginan untuk mendirikan pemerintahan sendiri menjadi cita-cita yang dikemukakan dalam kongres tersebut, sebagaimana dinyatakan HOS Tjokroaminoto dalam kongres tersebut : Kita cinta bangsa sendiri dan dengan kekuatan ajaran kita, Agama Islam, kita berusaha untuk mempersatukan seluruh bangsa kita, atau sebagian besar dari bangsa kita. Kita cinta tanah air, dimana kita dilahirkan, dan kita cinta pemerintah yang melindungi kita. Karena itu, kita tidak takut untuk minta perhatian atau segala sesuatu yang kita anggap baik, dan menuntut apa saja yang dapat memperbaiki bangsa kita, tanah air kita, dan pemerintah kita. Untuk mencapai tujuan kita, dan untuk memeudahkan cara kerja kita agar rencana besar itu dapat dilaksanakan, maka perlulah, dan kita harap dengan sangat agar diadakan peraturan, yang memberikan kita penduduk bumiputra hak untuk ikut serta dalam mengadakan bermacam-macam peraturan, yang sekarag sedang kita pikirkan. Tidak boleh terjadi lagi bahwa dibuat perundang-undanganuntuk kita, bahwa kita diperintah tanpa kita, dan tanpa ikut serta dari kita.52 Meskipun jiwa kita penuh harapan dan keinginan yang besar, kita tidak pernah bermimpi tentang datangnya Ratu Adil53, atau kejadian yang bukan-bukan, yangkenyataannya tidak akan terjadi. Tapi kita akan terus mengharapkan dengan ikhlas dan jujur akan datangnya „status berdiri sendiri bagi Hindia Belanda‟ paling sedikit dewan jajahan, agar kita dapat ikut berbicara dalam urusan pemerintahan. Tuan-tuan jangan takut,bahwa kita dalam rapat ini berani mengucapkan perkataan “pemerintahan sendiri”. Dengan sendirinya kita tidak takut untuk memakai perkataan itu, karena ada undang-undang, yang harus dibaca oleh tiap-tiap penduduk, yang juga menggunakan perkataan “pemerintahan sendiri” yaitu undang-undang 23 Juli 1903, tentang “desentralisasi dari pemerintah Hindia Belanda”, yang memuat keputusan Sri Ratu wilhelmina, dimana Sri Ratu memandang perlu, agar untuk keresidenan atau bagian-bagian daerah membuka kemungkinan untuk mencapai “pemerintahan sendiri”. Berhubung dengan sabda Ratu tersebut diatas, yang menyebabkan kita berani berbicara tentang “pemerintah sendiri”, dan karena itu juga kita dapat memikirkan lebih lanjut bagaimana keinginan Ratu itu dapat selekas mungkin dan dengan sempurna di laksanakan. Dalam permulaan Sri Ratu hanya mengharapkan tercapainya “pemerintahan sendiri” dari daerah-daerah atau sebagian dari daerah, akan tetapi kita yakin, bahwa dalam harapan SriRatu itu tersimpul maksud agar pada saatnya juga untuk seluruh Hindia Belanda mencapai status “pemerintahan sendiri”. Pada bagian penutup pidatonya pak Tjokro berkata : Kongres yang terhormat,bangsaku dan kawan-kawa separtai yang saya cintai. Maka perlu sekali kita bekerja keras. Meskipun pemerintahan yang maju mampu, dan tentu bersedia, mendidik anak buahnya dan membangkitkan energi anak buahnya, agar mereka semakin maju dalam kehidupannya, hak-hak dan kebebasan politik baru diberikan kepada satu rakyat kalau rakyat itu meminta sendiri dengan memaksa, jarang sekali terjadi bahwa hak dan kebebasan semacam itu

52Ibid, hlm 39

53Ratu Adil merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Raja tersebut disebut juga "Erucokro".Ramalan tentang datangnya Ratu Adil ini berasal dari ramalan Jayabaya. Pertanda kedatangan RatuAdil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti. Pemerintahan yang mengganti raja yang ditakuti tidak berlangsung lama.

55 diberikan sebagai hadiah oleh suatu pemerintah. Dibawah pemerintah yang tiranik dan dzolim, hak-hak dan kebebasan itu dicapai dengan revolusi, gerakan yang patut. Kita berharap, bahwa gerakan evolusi ini senantiaa akan berlangsung di bawah naungan Sang Tiga Warna ( Belanda ). Tapi bagaimanapun juga, rakyat harus bekerja untuk menentukan nasibnya sendiri.54

Demikianlah pokok isi dari pidatopak Tjokro dalam NATICO I ( pertama ) di Bandung. Dari isi pidatonya pak Tjokro berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah secara evolusi, bukannya secara revolusi. Pak Tjokromeminta kepadapemerintah penjajah supaya bangsa Indonesia diberi kebebasan untuk mendirikan “pemerintah sendiri”, namun tetap menjalani kerjasama dengan pemerintahan Netherland.Berdasarkan situasi dan kondisi politik saat itu cara-cara dilakukan oleh HOS Tjokroaminoto memang suatu kebijakan yang layak. Dengan cara yang seperti itu pak Tjokroaminoto tidak bermaksud untuk melanggengkan penjajahan di bumi Indonesia. Namun secara bertahap dengan cara kerjasama terlebih dahulu , dikelak kemudian hari dapat berdiri suatau negara Indonesia yang berdaulat, tidak dibawah naungan Sang Tiga Warna ( Belanda ).55 NATICO II dan seterusnya di laksanakan di tempat yang berbeda-beda. Hal ini meunjukan bahwa Sarekat Islam dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang pesat. Kota-kota yang menjadi tempat penyelenggaraan kongres dipilih kota yang menjadi pendukung untama organisasi Sarekat Islam. Tuntutan Sarekat Islam agar bangsa Indonesia ikut berbicara dalam menerapkan kebijakan bangsanya dipenuhi pemerintah kolonial dengan didirikannya “Volksraad” (semacam DPR ). Tahun 1918 Sarekat Islam mempnyai dua orang wakil di Volksraad,yaitu HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis. Kedua wakil Sarekat Islam itu menempatkan diri sebagai golongan oposisi terhadap pemerintah kolonial. Oleh karena itu mereka lebih banyak menyampaikan tuntutan-tuntutan perbaikan bagi rakyat dan kritik-kritik yang tajam terhadap pemerintah Belanda.56

54Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 39

55Ibid, hlm 45

56Ibid.

56

Volksraad dibuka untuk pertama kalinyapada tanggal 18 Mei 1918. Sebagaimana dikatakan di atas tadi, Sarekat Islam menerima pengadaan dewan rakyat ini sebagai kembaga untuk menyuarakan kehendak rakyat, walupun kenyataannya dewan ini tidak dapat memeberikan apa-apa terhadap tujuan yang diingini oleh Sarekat Islam, untuk mewakilinya, Sarekat Islam mengirimkan Tjokroaminoto (berdasarkan pengangkatan) dan Abdul Muis (berdasar atas pilihan). Dalam Volksraad itu, Tjokroaminoto dan Abdul Muis telah memberikan reaksi-reaksinya yang jelas dan tegas terhadap pelaksanaan pemerintahan ketika itu. Karena sikapnya yang demikian itu, maka Tjokroaminoto dan Abdul Muis menjadi oposisi.57 Setelah dibuka Volksraaddiselenggarakan kongres nasional Sarekat Islam yang ketiga di Surabay. Berdasarkan keputusan NATICO III tahun 1918, Sarekat Islam menuntut : (1) dihapuskannya kerja rodi atau kerja paksa, (2) diturunkannya pajak (3) dihapuskannya tanah partikelir demi kepentingan rakyat, serta menentang pemerintahan kolonial yang melindungi kaumbermodal dengan mengabaikan kaum buruh dan tani.58 Salah satu kasus yang berkaitan dengan hasil NATICO III di Surabaya adalah gerakan kaum partikelir59di Surabay. Pada saat itu Sarekat Islam bertindak untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dalam proses penyelesaian tanah partikeliritulah ISDV menyusup dibawah pmpinan Hendrik Sneevliet untuk bekerja sama dengan Sarekat Islam. Sejalan dengan keberanian warga pribumi, maka gerakan politik Sarekat Islam di tengah-tengah masyarakat sering menimbulkan letupan protes dan aksi-aksi sosial berupa pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda sebagai contoh, pada tanggal 5 Juli 1919 terjadi pemberontakan di Toli-Toli yang menyebabkan terbunuhnya J.P. Dekat Anglino dan beberapa orang pegawai negeri pemerintah kolonial. Pada waktu yang sama

57Anhar Gonggong, Op.Cit, hlm 41

58Ibid.

59Partikelir :bukan untuk umum; bukan kepunyaan pemerintah; bukan (milik) dinas.

57 terjadi pula pemberontakan di Garut yang terkenal dengan istilah “Cireme Drame” akibat pemberontakan-pemberontakan tersebut oemerintahan kolonial mengambil tindakan keras, namum berkat kemahiran pak Tjokro dalam siyasah, tindakan pemerintah kolonial tersebut dapat dilunakan.60 Pada NATICO IV yang di selenggarakan di Surabaya pada tanggal 26 Oktober- 2 Nopember 1919, anggota Sarekat Islam telah mencapai 2,25 juta orang. Kepesatan perkembangan Sarekat Islam ini terjadi berkat kemampuan organiasi dalam membina basis sosial lapisan rakyat bahwa, baik di kota-kota ataupun di desa-desa, serta keberhasilan organisasi dalam melaksanakan dakwah Islam. Salah satu peserta besar Sarekat Islam di bidang dakwah ialah penyiaran Agama Islam di Sulawesi Utara. Penyelenggaraan dakwah secara sistematis wilayah ini dimaksudkan pula untuk menanggulangi kristenisasi yang di kosong pemerintah kolonial. Pengurus pusat Sarekat Islam secara periodik mengirimkan para mubaligh dari Jawa ke Sulawesi Utara. Oprasi dakwah, seperti proses Islamisasi lainnya di setiap wilayah Nusantara, dilakukan melalui jalur dagang dan pendidikan. Salah seorang mubaligh yng sangat gigih melakanakan dakwah ialah Kiyai Djazu Kartawinata dari Garut, Jawa Barat. Demikian juga dengan bidang pendidikan, Sarekat Islam mengirim tokoh pendidikan ke Sulawesi Utara, yaitu Moh. Syafei Wirakusumah dari Bandung. Berkat usaha keras Sarekat Islam dalam melakanakan dakwah dan pendidikan bagi para kadernya, provinsi Sulawesi Utara hingga kini merupakan pendukung Sarekat Islam yang cukup kuat.61 Pada tahun diadakannya NATICO IV ini, Sarekat Islam melancarkan aksi demokrasi anti feodal, dengan nama Program Aksi Jawa Dwipa.Aksi tersebut bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi perbedaan kelas dalam masyarakat. Caranya ialah merombak kebiasaan etika masyarakat feodal di lingkungan masyarakat Jawa. Membentuk aksi tersebut antara lain menggunakan

60Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 41

61Ibid, hlm 42

58

“Bahasa Ngoko”62dalam pembicara dengan siapa saja, baik dengan rakyat biasa ataupun dengan kaum bangsawan, tidak berjongkok atau membungkuk bila beremu dengan pembesar atau pegawai pemerintah kolonial, dan tidak turun dari sepeda bila melewati rumah-rumah Raja dan pembesar pemerintah kolonial. Upaya ini dimaksudkan untuk menanamkan rasa harga diri dan persamaanderajat manusia. Selain itu Sarekat Islam brusaha menaikkan tingkat kehidupan rakyat di bidang ekonomi. Tahun 1919 Sarekat Islam mendirikan Bank Qirodl, suatu bank yang dijalankan atas dasar koperasi. Inilah periode puncak dari kemajian Sarekat Islam sebelum kemerdekaan Indonesia.63 Pada tahun 1919 cabang Sarekat Islam tersebar hampir di seluruh pelosok tanah air. Sambutan masyarakat gegap gempita64 mengharapkan datangnya tahun ini disebutkan oleh berbagai penulis sebgai tahun puncaknya Sarekat Islam. Tahun berikut Sarekat Islam menghadapi permasalahan internal yang cukup rumit. Infiltrasi komunis dan perselisihan ideologi menjadi sebabnya Sarekat Islam mengalami penurunan.65 2. Cabang-Cabang Sarekat Islam di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya tumbuhlah cabang-cabang SI di berbagai daerah, seperti SI Semarang, SI Yogyakarta, SI Surakarta serta SI Surabaya dan tidak lupa dibentuk pula semacam SI pusat atau CSI dengan struktur modern. Selain itu Sarekat Islam dapat berkembang pesat di daerah Jawa Barat pada tahun belasan, organisasi Sarekat Islam didirikan pada tanggal 16 Oktober 1906 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam, dan pada tanggal 10 September 1912 Sarekat Islam telah diakui sebagai badan hukum oleh Belanda. Haji Samanhudi

62Bahasa ngoko :Ngoko adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua.

63Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 43

64Gegap gemita :ramai sekali; riuh rendah.

65Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 43

59 dan Haji Umar Said Tjokroaminoto bertindak sebagai pendiri dan pemimpin organisasi tersebut.66 Sarekat Islam dengan latar belakang faktor ekonomi dan Agama Islam pembentukan organisasi ini sebagai reaksi atas monopoli dagang antara oleh orang Cina dan rencana kristenisasi yang keduanya dilindungi dan di tunjang oleh pemerintah kolonial. Walaupun dalam anggaran dasarnya Sarekat Islam tidak menyatakan sebagai organisasi politik melainkan bergerak dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, dan agama. tetapi prakteknya Sarekat Islam melakukan kegiatan yang bersifat politik . dalam waktu yang relatif singkat Sarekat Islam berhasil menarik anggotanya dari segala lapisan masyarakat dan segala kelompok etnis di Indonesia.67 Pada tahun 1918 telah berhasil melebarkan sayapnya bukan saja di kota-kota kabupaten, tetapi juga sampai ke kota-kota kecamatan, bahkan ke dea-desa di Jawa Barat. Pada tahun 1912 telah terbentuk Sarekat Islam cabang Bandung . enam tahun kemudian Sarekat Islam cabang ini telah membentuk ranting- rantingnya di desa-desa, antara lain di kecamayan Majalaya, Paseh, Ujungberung, Ciparay. Dalam tahun 1912 di daerah kabupaten Majalengka didirikan Sarekat Islam di kota Majalengka, Karangsembung, Maja, dan Talaga.68 Hampir semua anggota dan pengurus perserikatan Ulama di Kuningan menjadi anggota Sarekat Islam tahun 1912. Di daerah Subang Sarekat Islam dibentuk pada tahun 1917, yaitu di Kota Subang, Sagala Herang, dan Parung. Sarekat Islam Cabang Garut telah mempunyai sepuluh ranting, Sarekat Islam cabang Garut berdiri tahun 1920, yaitu di Cilawu, Taragong, Bayongbong, Samarang, Bojongsalam, Leles, Cimurah ,Sodong, wanaraja, dan Malangbong. Di keresidenan Banten Sarekat Islam telah pula sampai ke desa-desa pedalaman

66SafrizalRambe, Sarekat. Islam PeloporBangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-1942, (Jakarta: YayasanKebangkitanInsanCendekia, 2008), hlm 45

67Ibid.

68Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentarisasi, 1981/1982), hlm. 62

60 seperti di distrik Koletet (Pandeglang), Rangks Bitung dan Menes (Banten Selatan), Labuan, Jamlang (Banten Barat), Serang (Banten Utara). Selain itu Sarekat Islam telah berdiri pula di Cirebon pada tahun 1921, dan Sarekat Islam berdiri pula i kota Tasikmalaya pada tahun 1918.69 Pemimpin-pemimpin Sarekat Islam di Jawa Barat dapat dikemukakan di sini, diantaranya yaitu: Abdul Muis Wignyadisastra, dan Suwardi Suryaningrat (cabang Bandung tahun 1912), Muhammad Jaid, Sastrosuwiryo, dan Bartanata (cabang Cirebon tahun 1921), Haji Abdul Halim, pendiri Perserikatan Ulama (cabang Majalengka tahun 1921), Raden Karyo dan Moh. Sujai (cabang Kuningan tahun 1920), Natawijaya (cabang Garut tahun 1920), Haji Islam (ranting Manonjaya, Tasikmalaya, 1918), R. Hasan Jayadiningrat (pengurus pusat dan cabang Serang tanggal 1918), Tubagus Haji Ahmad Hatib (ranting Labuan tanggal 1918), Entol Haji Yadin (ranting Menes tanggal 1918), Mas Astrawijaya, Pensiunan Patih Rangkasbitung (cabang Rangkasbitung tanggal 1918).70 Faktor agama dan sikap organisasi yang memungkinkan Sarekat Islam dapat tersebar luas di Jawa Barat. Sejak dulu penduduk Jawa Barat terkenal sebagai penganut Agama yang taat. Keadaan sejak abad ke-19 mendorong umat Islam di Indonesia makin menggiatkan kegiatan keagamaannya. Dan Sarekat Islam selalu bersikap membela rakyat dari penhinaan, penindasan, dan tinsakan sewenang- wenang pejabat pemerintah. Dengan sikap ini rakyat yang telah lama di tindas oleh pejabat-pejabat pemerintah kolonial merasa ada yang melindungi dan membela nasibnya. Kasus yang menimpa Sarekat Islam ranting Majalaya, Ciparay dan Paseh, Kepala Desa Cibodas (Majalaya) dan Mantri guru Cangkring (Ciparay) di tahan oleh penguasa setempat, karena dituduh memaksa penduduk untuk menjadi anggota Sarekat Islam. Dengan adanya kejadian ini HOS Tjokroaminoto pengurus Sarekat Islam, memerlukan datang ke tempat kejadian (Majalaya) untuk menyelesaikan kasus itu dan membela anggota-anggotanya. Pada tanggal 21 September 1918, HOS Tjokroaminoto berpidato di hadapan anggota-anggotana di

69Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, hlm 62

70Ibid.

61 suatu lapangan terbuka di Majalaya dengan disaksikan oleh penguasa setempat (Asisten Residen Bandung, Wedana Ciparay, Camat Majalaya, Kontrolur Cicalngka).71 3. Masa Saat Timbulnya Konflik Dalam Tubuh SI. Dalam menjalankan perjuangan di bidang politik, sebagai gerakan nasional yang melepaskan bangsa dari penjajahan belanda, maka tidaklah aneh bila ada kelompok lain yang menyusup kedalam tubuh Sarekat Islam untuk mengacaukan dari dalam. Tahun 1916 semaun dan kawan-kawan melakuakan infiltrasi komunisme kedalam tubuh Sarekat Islam. Semaun sendiri sebenarnya pengurus Sarekat Islam cabang Semarang.akan tetapi pada tahun 1920 ia menjadi ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) cabang Semarang tentu saja prilaku busuk Semaun sangat mengganggu eksistensi Sarekat Islam. Sebenarnya gerakan komunisme ini telah dirancang sejak tahun 1913 pada saat pertama kalinya Sneevliet datang ke Indonesia.72 Faham komunisme ini masuk ke Indonesia di bawa oleh Sneevliet pada tahun 1913,pada saat ia pertama kali datang ke Jawa, kemudian ia mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging ( ISDV) dengan tujuan sebagi alatan Pada awalnya Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia sebagi seorang penganut mistik katolik kemudian beralih ke ide-ide sosial demokrtis yang revolusioner. Karir selanjutnya bertindak sebagai agen Komintern di Cina dengan nama samaran G. Maring. Pada tahun 1914 kelompok Marxis ini mendirikan ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging) .73 Organisasi Sosial Demokrat Hindia Belanda, di Surabaya. Duduk sebagai pengurus besar ISDV adalah Semaun yang pad saat itu juga sebagai ketua cabang Sarekat Islam di Semarang.faham ini disebutnya sebagi faham „Revolusioner Socialitis‟. Lewat organisasi inilah kemudian gagasan-gagasan dan slogan-slogan Marxis diekspor di dalam tubuh SI.dengan menginfiltrasi SI diharapkan ISDV

71Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, hlm 62

72Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 43

73Ibid, hlm 44

62 dapat menguasi massa.Infiltrasi ini secara formal dibicarakan pada kongres Nasional IV SI tahun 1919 yang sempat menciptakan firiksi dan perpecahan.74 Tetapi beberapa cabang telah amat terpengaruh oleh kader radikal sosialisme yang sebenarnya ialah Marxis-leninisme atau komunisme.fraksi sosialisme ini di pimpin oleh Semaun. Keadaan politik bertambah keruh. Perintah Belanda menahan Sneevlite dan ia di buang keluar Indonesia. Ia berangkat ke Moskow 1918. Dalam kongres ke-IV Sarekat Islam, timbul perpecahan secara terang-terangan (tahun 1919). Pada tanggal 23 Mei 1920 sayap kiri Sarekat Islam dibawah pimpinan Semaun berubah menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia), dengan Sarekat Islam cabang Semarang sebagai pusatnya. Semaun dipilih sebagai ketuanya yang pertama, sekalipun pada waktu itu masih tetap sebagai anggota Sarekat Islam. Strategi dasar PKI ialah bagaimana menghancurkan pengaruh tokoh-tokoh Sarekat Islam yang lain dan membawa Sarekat Islam secara keseluruhan melalui infiltrasi kedalam kamp komunis. Pada mulanya anggota PKI juga tetap menjadi anggota Sarekat Islam.75 Setelah terbaca gelagat Semaun, segeralah pengurus Sarekat Islam melakukan berbagai langkah untuk menggulangi infiltrasi faham komunisme itu. Faham komunisme yang banyak dipropagandakan di kalangan kaum buruh, mendorong para pengurus Sareka Islam untuk melakukan konsulidasi di kalangan kaum buruh dengan membentuk Sarekat-Sarekat sekerja yang berazaskan Islam sebagai perwujudkan dari usaha tersebut, pada tahun 1920 dibentuk Vaksentral yang berkedudukan di Yogyakarta, dengan Suryopranoto dan Haji sebagai pimpinannya. Vaksentral tersebut beranggotakan : Sarekat pekerja pabrik gula, Sarekat Pekerja Pegadaian, Sarekat pekerja guru, dan Sarekat pekerja- pekerja umum.76

74Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 43

75Ibid.

76Ibid, hlm 45

63

Sejak itu tokoh-tokoh Sarekat Islam mulai kritis dan waspada terhadap adanya infiltrasi faham komunisme. Kemudian Sarekat Islam dengan tegas melakukan disiplin partai. Keputusan ini diambil atas usul Agus Salim dan Abdul Muis dalam kongres Central Sarekat Islam kelima di Surabaya pada tahun 1921. Dengan demikian Sarekat Islam sebagai organisasi berhadapan langsung dengan komunisme dan menolak secara tegas faham tersebut.77 Ketika Sarekan Islam pada tahun 1921 meberlakukan peraturan baru dalam rangka melaksanakan disiplin organisasi tidak lagi memperbolehkan adanya keanggotaan yang ganda. Akhirnya terjadilah perpecahan yang nyata dalam Sarekat Islam yang selanjutnya mempertegas wajah ke Islamannya. SI kemudian terpecah menjadi dua, yaitu SI Putih (dengan gerakan Pan-Islamisme di bawah pimpinan H. Agus Salim serta Abdul Muis dan dukungan Tjokroaminoto.78 Sedangkan SI Merah berada di bawah pimpinan Semaoen sejak 1922, setelah ia pulang mengasingkan diri ke Uni Soviet dan mulai membangun kembali serikat-serikat kerja PKI serta meningkatkan pengaruhnya pada cabang-cabang dan sekolah-sekolah SI.79 Pada tahun1923, diadakan kongres Sarekat Islam di Madiun. Hasil kongres ini memberikan arah baru Sarekat Islam dengan mengadakan beberapa perubaha. Central Sarekat Islam diputuskan untuk di ubah menjadi Partai Sarekat Islam. Resmilah kini golongan Islam mempunyai wadah, yang berupa partai sebagai alat perjuangannya. Kongres itu juga telah menegaskan pelaksanaan dari disiplin partai terhadap PKI.80 Sebagai akibat pelaksanaan dari disiplin partai terhadap PKI itu, maka PKI pun mengambil tindakan balasan. Pada 4 Maret 1923 PKI mengadakan pula kongresnya di Bandung. Kongres itu dihadiri oleh 16 buah cabang PKI dan 14

77Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 45

78Ibid, hlm 46

79Sartono Kartodirdjo, PengantarSejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme Jilid II, (Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama, 1993), hlm 35

80Saefullah Wiradipraja, Op.Cit, hlm 46

64 cabang Sarekat Islam merah. Dalam kongres ini serangan-serangan tajam kepada Partai Sarekat Islam ( nama baru Sarekat Islam) dilancarkan terutama oleh Semaun. Gerakan PKI pada saat itu memeliki jalinan dekat dengan moskow, sehingga kader-kader mereka memiliki hubungan langsung dengan Stalin hubungan erat antara Semaun dengan Stalin semakin kelihatan kuat tatkala konsekuensi politik ditanggungnya. Tatkala Semaun membuat konvensi pergerakan.81

81Ibid, hlm 47

65