Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Vol. 14, No. 3, November 2012: 228 - 236 ISSN 1411 - 0903 TIGILLARIUM MERUPAKAN BAGIAN PALINO KARAKTER DELTA PLAIN DI DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN

Winantris1., Syafri, I2., dan Rahardjo, AT.3 1,2,Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Bandung 3Program Studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung E-mail: [email protected]

ABSTRAK Delta Mahakam adalah salah satu delta terkenal sebagai penghasil minyak bumi. Delta ini termasuk tipe campuran yang dipengaruhi proses sungai dan pasang surut. Enam puluh sampel diambil dari delta plain dan delta front telah dianalisis. Pemisahan polen dari sedimen menggunakan metode asetolisis. Pola penyebaran polen Oncosperma tigillarium dianalisis dengan metode kluster. Uji beda Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan kelimpahan polen di delta plain dan delta front. Kelimpahan polen di delta plain lebih tinggi daripada delta front. Seluruh sampel dari delta plain mengandung polen Oncosperma tigillarium, tetapi tidak seluruh sampel dari delta front mengandung polen tersebut. Rata-rata jumlah polen Oncosperma tigillarium di delta plain 15,23 dan di delta front 3,6. Temuan ini menunjukkan bahwa delta plain mendapat pasokan polen Oncosperma tigillarium lebih banyak dan merata daripada delta front. Polen tersebut dapat menjadi salah satu penciri dataran delta bersama polen lain.

Kata kunci: Delta plain, polen Oncosperma tigillarium, palino karakter

ONCOSPERMA TIGGILARIUM IS A PART OF PALINO CHARACTER OF DELTA PLAIN IN MAHAKAM DELTA, KALIMANTAN

ABSTRACT Mahakam Delta is one of the famous deltas in the world because of its big size delta that produce hydrocarbon. The delta included mixed fluvial-tide dominated deltas. Sixty samples from delta plain and delta front were analyzed. Acetolyzed method was used to separate pollen from sediment. The patterns of distribution of Oncosperma tigillarium pollen was analyzed by cluster method. Mann Whitney test was used to know differences in pollen abundances between delta plain and delta front. All delta plain samples contain Oncosperma tigillarium with average 15.32. There are two samples from delta front which do not contain Oncosperma tigillarium. The average number of this species in delta front is only 3.6. This finding shows that all of delta plain surface get Oncosperma tigillarium pollen supply equally. Based on those results, Oncosperma tigillarium can be used as pollen character of delta plain.

Key word: Delta plain, Oncosperma tigillarium, pollen character PENDAHULUAN (Allen dan Chamber, 1998). Delta Mahakam diklasifikasikan kedalam tipemixed fluvial- Pulau Kalimantan adalah wilayah tide deltas (Storm dkk., 2005), tetapi Fisher dengan iklim tropik basah. Karakter vegetasi dkk., (1969) menyebutnya sebagai tipe fluvial hutan tropik basah memiliki keragaman dominated deltas. jenis sangat tinggi (Yacobs,1988) Topografi Morfologi delta tediri dari delta wilayah Kalimantan meliputi dataran rendah plain, delta front dan prodelta. (Walker dan sampai dataran tinggi, sehingga memung- Bhattacharya, 1992). Wilayah delta plain kinkan ditemui berbagai tipe vegetasi. berdasarkan tipe vegetasinya dibagi lagi Delta Mahakam adalah salah satu menjadi upper delta plain dan lower delta delta popular di dunia yang berada di plain (Allen dan Chamber, 1998). wilayah Kalimantan Timur. Sedimen Delta Luas Delta Mahakam keseluruhan Mahakam mencerminkan ciri-ciri fisik hasil mencapai 15.000 ha, berada pada posisi pengendapan arus sungai dan arus pasang surut geografis 0°21′-1°10′ LS dan 117°15′- 229 Winantris, Syafri, I.,, dan Rahardjo, AT.

117°40′BT. Permukaan delta ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan penghasil polen dan spora. Distribusi vegetasi Delta Mahakam dibagi menjadi empat zona terkait dengan morfologi delta (Allen dan Chamber, 1988; Salahudin, 2006). Zona vegetasi Delta Mahakam dari arah proximal menuju ke bagian distal delta adalah sebagai berikut: 1. Zona hutan tropik dataran rendah menempati bagian paling proksimal delta, zona ini berada di bagian upper delta plain 2. Zona hutan campuran dan palmae, posisi zona ini dimulai dari batas akhir zona hutan tropik dataran rendah hingga Gambar 1. Polen Oncosperma tiggilarium (Per- bagian tengah lower delta plain, besaran mikroskop 1000x) 3. Zona hutan rawa Nypa, menempati 1987), batuan sedimen Delta Mahakam berumur hampir separuh dari lower delta plain, Pliosen (Cartini dan Tissot, 1998) batuan dari batas hutan campuran sampai sedimen berumur Holosen dari Baratdaya Pulau perbatasan mud flat. Kalimantan (Thanikaimoni, 1987). 4. Zona hutan , zona ini Polen Oncosperma dikelompokan ke menempati bagian distal dari lower dalam sub lingkungan mangrove belakang. delta plain tepatnya di wilayah mud flat. Polen tersebut sering ditemukan bersamaan dengan polen dari lingkungan mangrove Pembentukan delta dikendalikan oleh (Haseldonckx, 1974). Hasil riset terdahulu masih pasokan sedimen yang diangkut melalui terbatas pada tingkat genus, belum teridentifkasi distributary channel dan tidal channel sampai spesies. Berkaitan dengan hal tersebut (Allen dan Chamber, 1988). Polen palmae di perlu dilakukan diferensiasi lebih lanjut sampai wilayah Delta Mahakam berasal dari wilayah tingkat spesies agar terhindar dari kekeliruan hulu. Polen palmae tersebut terangkut dan dalam memahami data lingkungan pengendapan terdistribusikan melalui distributary channel maupun sebagai indikator sumber sedimen. dari hulu menuju hilir delta. Seberapa Masalahnya di sedikitnya terdapat besar peran arus sungai mendistribusikan dua jenis Oncosperma, yaitu Oncosperma polen palmae tersebut akan tercermin dari tigillarium dan Oncosperma horridum. Kedua kelimpahan polen Oncosperma tigillarium Oncosperma tersebut tumbuh pada habitat yang diendapkan di wilayah delta. yang berbeda. Oncosperma horridum tumbuh Penelitian ini bertujuan untuk menge- di dataran tinggi yang menempati tebing-tebing, tahui penyebaran polen Oncosperma tigil- sedangkan Oncosperma tigillarium tumbuh di larium dari tempat tumbuhnya yaitu wilayah tepi sungai pada zona hutan mangrove belakang upper delta plain menuju ke lower delta mendekati daratan (Witono, 2005). plain dan delta front (Gambar 1). Dengan Oncosperma tigillarium dalam klasifi- diketahui pola penyebaran polen tersebut kasi adalah anggota familia Palmae, subfamili dapat digunakan sebagai salah satu penciri Arecoidae (Sowumni, 1972, Uhl dan Dransfield, lingkungan pengendapan delta. 1987). Tumbuhan Oncosperma tigillarium Oncosperma tigillarium mempunyai dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut: sinonim Oncosperma filamentosa. Masyarakat a. Tumbuhan tegak, tinggi 9-25 m, mem- lokal menyebutnya sebagai pohon nibung. bentuk rumpun. Fosil polen Oncosperma telah dilaporkan b. Batang berwarna abu-abu, berduri tajam oleh beberapa peneliti, antara lain dari batuan dengan panjang 2,5-6,5 cm, warna duri sedimen berumur Oligosen dari Kalimantan hitam, duri di bagian bawah rontok pada (Uhl dan Dransfield, 1987; Thanikaimoni, saat batang tumbuh dewasa Oncosperma Tigillarium Bagian Palino Karakter Delta Plain 230

c. Garis tengah batang antara 10-25 cm, lebih dari dua pada posisi distal. Faktanya tangkai daun coklat dan bersisik Oncosperma tigillarium memunyai aperture d. Panjang tandan 2,5-6,6 cm, bunga bisek- memanjang dengan perbandingan antara sual dan berada di bawah mahkota, panjang dan lebar >2, terletak pada posisi panjang daun 30-60 cm. distal, dengan demikian penamaan sulci untuk aperture Oncosperma tigillarium Ciri utama polen Oncosperma tigil- larium memenuhi terminologi Erdtman (1966) adalah ornamentasi bertipe clavae. (Gambar 1). maupun Hesse dkk (2009). Penamaan Pada tampak ekuatorial polen berbentuk eliptik, sulci inilah yang lebih popular digunakan aperture monocolpate. Colpus sama panjang dibandingkan dengan colpi. dengan sumbu ekuator, P 19.0 ± 1.9 1 μ,31 E

± 2.3, E2 25 ±1.4 μ (Sowumni, 1972). Uhl BAHAN DAN METODE dan Dransfield (1987), menyatakan bentuk polen lonjong sampai bundar dengan aperture Sebanyak 60 sampel acak diambil dari berjenis sulci berjumlah satu. sedimen permukaan delta plain dan delta Oncosperma tigillarium yang merupa- front dengan menggunakan grab sampler. kan anggota dari subtribe Oncospermatinae Untuk mengetahui pola penyebaran polen dikelompokan ke dalam sub tipe 1A, yaitu Oncosperma tigillarium secara kuantitatif, kelompok polen dengan aperture symmetric dilakukan pengelompokan menggunakan monosulcate. Ciri utama aperture sub metoda kluster dengan bantuan program tipe 1A adalah panjang sulci sama dengan SPSS. Fungsi dari analisis kluster adalah sumbunya dan mencapai ujung (Harley untuk mengelompokan data yang mempunyai dan Baker, 2001). Dalam hal ini terdapat kemiripan karakter di antara anggotanya perbedaan pemberian nama aperture antara (Santoso, 2010). Dalam penelitian ini yang Sowumni (1972), dengan Harley &Baker dikelompokan adalah anggota sampel yang (2001). Sowumni (1972), menyebut memiliki kemiripan dalam kuantitas. Oleh aperture sebagai bentuk colpi sedangkan karena itu, melalui analisis kluster akan dike- Harley & Baker (2001) menyebutnya lompokan titik-titik sampel yang memiliki sebagai sulci, namun demikian mereka kuantitas polen Oncosperma tigillarium ter- memberikan penjelasan yang sama untuk tentu, sehingga dapat diketahui tingkatan panjang aperture. Perbedaan penentuan jenis kelimpahan Oncosperma tigillarium wilayah aperture tersebut berlatar belakang pada delta. persepsi dari posisi distal dan ekuatorial. Uji statistik untuk melihat perbeda- Menurut Erdtmant (1966), colpi adalah an rata-rata kelimpahan polen yang ter- aperture yang mempunyai perbandingan endapkan di delta plain dan delta front antara panjang dengan lebar >2, membujur menggunakan Mann whitney test pada taraf pada posisi ekuatorial. Sementara Hesse α 5%. Pemilihan ini berdasarkan kepada dkk (2009), menyatakan bahwa colpi fungsi dari uji Mann whitney, yaitu untuk merupakan aperture yang memanjang membandingkan rata-rata dua kelompok dengan rasio panjang dan lebar lebih dari sampel independen ( Nasoetion dan Barizi, dua, berada pada bagian ekuatorial. Sulci 1985; Santoso, 2010). Sehingga dengan uji merupakan aperture yang memanjang terletak Mann whitney dapat diketahui signifikansi di bagian distal. Apabila membandingkan perbedaan kelimpahan polen Oncosperma kedua pendapat tersebut, ternyata untuk tigillarium di lingkungan delta plain dan terminologi colpi tidak ada perbedaan delta front. yang signifikan. Hesse dkk (2009), lebih Preparasi sampel bertujuan untuk sederhana dalam mendeskripsikan sulci, memisahkan polen dari sedimen dengan mereka hanya menitikberatkan pada posisi menggunakan metode asetolisis. Proses distal dari bentuk aperture yang memanjang, tersebut dilaksanakan di laboratorium Palino- sedangkan Erdtmant (1966), mensyaratkan logi Institut Teknologi Bandung. Asetolisis adanya perbandingan panjang dengan lebar merupakan reaksi kimia untuk menurunkan 231 Winantris, Syafri, I.,, dan Rahardjo, AT. polimer selulosa dan bahan organik melalui banyak. Morfologi polen tersebut dapat pergantian grup hidroksil dengan grup asetil. dengan jelas dibedakan dari jenis lain Penurunan polimer selulosa ini membentuk sehingga dapat dikenali dengan mudah. triasetat selulosa yang dapat larut dalam asam Polen Oncosperma tigillarium, ditemu- asetat. Keuntungan dari metode ini adalah kan pada seluruh sampel yang berasal dari menghasilkan polen lebih bersih sehingga delta plain, sedangkan dari delta front morfologi polen dapat terlihat lebih jelas terdapat dua sampel yang tidak mengandung di bawah mikroskop cahaya ( Hesse dkk., polen tersebut, yaitu pada sampel nomor 3 2009; Jones and Rowe,1999). dan 20, table 1. Data ini menggambarkan Deskripsi dan identifikasi polen dila- bahwa seluruh permukaan delta plain kukan dengan menggunakan mikroskop trans- mendapat pasokan polen Oncosperma misi Olympus tipe CX 21, pada perbesaran tigillarium. Sebaliknya wilayah delta front okuler 10x, perbesaran objektif 10x, 40x dan yang posisinya lebih mengarah ke laut tidak 100x. mendapat pasokan polen secara menyeluruh. Caratini dan Tissot (1998), mengidentifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN keberadaan polen Oncosperma tigillarium Tabel 1. Distribusi polen Oncosperma tiggi- Polen Oncosperma tigillarium adalah larium jenis palmae yang paling sering dan paling Kode Jumlah Polen banyak ditemui dalam endapan Delta Mahakam, sampel Delta plain (DP) Delta front (DF) sehingga penting untuk dikaji lebih lanjut 1 48 1 untuk dijadikan palino karakter melengkapi 2 10 8 temuan-temuan sebelumnya. Penulis terda- 3 0 hulu, menjadikan polen mangrove sebagai 3 4 8 5 kunci untuk mengidentifikasi lingkungan pengendapan delta. Hal tersebut dikarenakan 5 8 9 vegetasi mangrove tumbuh di perbatasan ling- 6 36 1 kungan darat dengan lingkungan laut. Caratini 7 8 1 dan Tissot (1998), menyatakan habitat dari 8 14 2 vegetasi mangrove berada di garis pantai. 9 9 2 Analisis polen dari endapan Delta Mahakam 10 12 2 mendapati polen palmae mencapai 15,53% 11 22 1 di delta plain dan 14% di delta front. Fakta ini 12 22 8 memberikan ciri tersendiri terhadap endapan 13 11 4 delta, sehingga berpotensi untuk dijadikan 14 7 4 penunjuk lingkungan pengendapan delta. 15 9 7 Suatu biota dapat digunakan untuk 16 10 1 penunjuk lingkungan, jika biota tersebut 17 17 17 hidup dalam lingkungan yang terbatas dengan 18 5 2 kondisi khas. Jenis biota demikian disebut 19 10 10 sebagai biota stenotopic (Allaby, 1999; 20 22 0 Cheetam, dkk 2001). Rahardjo dkk (1994), 21 10 5 menyatakan suatu takson dapat digunakan 22 15 1 penunjuk zona, yaitu takson tersebut harus 23 11 1 mudah dikenali, penyebarannya merata di 24 30 3 suatu wilayah dengan jumlah yang cukup. 25 1072 1 Habitat Oncosperma tigillarium terbatas 27 14 4 di wilayah upper delta plain, persisnya 3 259 di belakang mangrove, namun demikian 28 penyebaran polennya merata di lingkungan 29 36 1 delta plain dengan jumlah yang cukup 30 12 3 Oncosperma Tigillarium Bagian Palino Karakter Delta Plain 232 dari sampel sedimen delta plain berumur outlier. Berdasarkan perhitungan diperoleh Pliosen-Holosen. Pada endapan berumur nilai Z sebesar 5,28 untuk sampel nomor Pliosen Atas polen Oncosperma tigillarium 25 delta plain, 5,27 untuk sampel nomor 28 ditemukan bersama-sama dengan Nypa delta front. Dari hasil penelusuran tersebut fruticans. menunjukkan bahwa kedua data tersebut Rata-rata polen Oncosperma tigillarium termasuk dalam kategori outlier, dengan di delta plain 50,5 butir polen per sampel demikian keduanya harus dikeluarkan dari dengan median 11,5 sedangkan dari delta perhitungan. front rata-ratanya 13,2 dengan median 2. Setelah outlier data dikeluarkan dari Hasil uji beda rata-rata menunjukkan terdapat perhitungan, diperoleh rata-rata sebesar perbedaan yang sangat signifikan dari kelim- 15,23 untuk delta plain dan 3,6 untuk pahan polen Oncosperma tigil- larium di delta delta front (Tabel 3). Tampak angka rata- plain dengan di delta front ( Tabel 2). rata tersebut medekati angka mediannya, Kelimpahan ekstrim yang terjadi pada ini berarti bahwa sampel-sampel tersebut sampel nomor 25 delta plain dan nomor dalam kondisi baik sehingga rata-rata yang 28 delta front dikarenakan adanya kondisi terakhir ini yang lebih representatif. khusus. Setelah dilihat secara seksama Bedasarkan uji beda rata-rata Mann ternyata butir-butir polen yang ditemukan whitney, kelimpahan polen di delta plain pada sampel-sampel tersebut menunjukkan lebih tinggi dari pada di delta front (Tabel 2). tanda-tanda serupa, yaitu butir polen belum Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa posisi terpisah secara sempurna antara satu polen delta front lebih jauh dari sumber polen dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan Oncosperma tigillarium yang berada di upper bahwa polen yang terjatuh adalah polen yang delta plain. Transpor polen dari wilayah upper belum matang untuk proses penyerbukan, delta plain kuantitasnya akan berkurang sete- tetapi dikarenakan faktor lain. Situasi yang lah melalui proses sedimentasi di wilayah paling mungkin adalah tangkai bunga patah yang lebih proximal. Posisi upper delta plain atau pohonnya tumbang, sehingga terjadi berada paling proximal dan wilayah delta front akumulasi polen yang berlebihan. Dua lebih distal dengan sudut kemiringan landai. data tersebut selanjutnya di analisis untuk Kondisi tersebut sangat memungkinan aliran mendapatkan kepastian apakah termasuk sungai maupun aliran permukaan mentranspor dalam kategori outlier. Menurut Santoso sebagian polen Oncosperma tigillarium yang (2010), salah satu cara untuk mengetahui jatuh di upper delta plain ke arah lower bahwa data tergolong outlier adalah dengan delta plain dan selebihnya terangkut menuju melakukan standardisasi. Apabila data wilayah yang lebih distal yaitu menuju delta mempunyai nilai Z diluar rentang -2,5 front. Sabiham and Hisao (1986), menyatakan sampai + 2,5, maka data tersebut adalah bahwa penyebaran Oncosperma di Cekungan Tabel 2. Hasil Uji Mann Whitney terhadap rata-rata kelimpahan Oncosperma tiggilarium

Pengamatan Lokasi Rata-rata Median Z p-value

O. tiggilarium Delta plain 50,5 11,5 -5,252** 0

Delta front 13,2 2

**Uji signifikan pada α 1%, * Signifikan pada α 5%

Tabel 3. Hasil standardisasi data Pengamatan Lokasi Minimum Maximum Rata-rata O. tiggilarium Delta plain 3 48 15,2758621 Delta front 0 17 3,62068966 233 Winantris, Syafri, I.,, dan Rahardjo, AT.

Sungai Batang Hari berada pada wilayah Analisis kluster yang dilakukan ter- peralihan pada endapan Sungai dan pantai. hadap sampel delta front menghasilkan dua Sumawinata (1998), mengklasifikasikan kelas berdasarkan jumlah keterdapatannya. penyebaran polen Oncosperma filamentosa Kluster satu (— - —) menggambarkan sebagai inudated by exeptional tides di Ce- kelompok sampel dengan kandungan polen kungan Barito bawah. Penyebaran polen lebih sedikit, yaitu kurang dari tujuh butir. Oncosperma filamentosa yang merupakan Anggota dari kluster dua (–•–) ini adalah sinonim Oncosperma tigillarium berada pada sampel yang memiliki jumlah polen paling wilayah yang mengalami penggenangan arus sedikit 7. Posisi titik-titik sampel tersebut pasang laut dalam kondisi-kondisi tertentu seluruhnya bertepatan atau berdekatan saja. Hasil penelitian tersebut juga menjelsakan dengan muara atau ujung dari distributary bahwa penyebaran polen tersebut berada pada channel. Jika dilihat dari sisi utara delta lingkungan yang sangat terbatas. sampel nomor 2 tepat berada di depan Muara Untuk melihat pola distribusi polen Lerong. Lebih ke arah selatan hampir pada Oncosperma tigillarium berdasarkan kelim- bagian tengah dari delta front, sampel nomor pahannya di lingkungan delta plain dan delta 5 dan 19 berada di sekitar Muara Tambora. front masing-masing dibuat analisis kluster. Lebih ke selatan lagi yaitu sampel nomor 17 Berdasarkan analisis kluster di delta plain berlokasi di depan P. Pemankaran berdekatan diperolah dua kelas (Gambar 3). Masing-masing dengan Muara Pemankaran. Sampel 12 klaster digambarkan dengan garis yang berbeda. berada di ujung distributary channel yang Anggota kluster dua (--x--) dengan rata-rata berada didepan P. Muara Ulu, berdekatan kelimpahan lebih besar dari 22 butir dan anggota dengan Muara Ulu Kecil, dan sampel nomor kluster satu (–›–›–›) dengan rata-rata kurang dari 15 berada didepan P. Timbang berdekatan 22. Kluster satu meliputi wilayah tepi delta dengan Muara Bujit. Fakta tersebut mem- plain yang berhubungan dengan distributary berikan penguatan terhadap peranan distri- channel. Kluster dua berada di wilayah tengah butary channel dalam penyebaran butir polen lower delta plain yang terhubung oleh sungai Oncosperma tigillarium dari habitatnya yang lebih kecil. Wilayah ini menjadi tempat ditepian sungai di upper delta plain menuju pengendapan polen Oncosperma tigillarium wilayah lebih distal sampai ke muara-muara paling tinggi. Fakta tersebut memperlihatkan sungai yang berada disekitar wilayah delta bahwa transpor polen Oncosperma tigillarium front (Gambar 3). mengikuti pola channel (Gambar 2).

Gambar 2. Arah transpor ( → ) polen Oncosperma tiggilarium dari habitatnya upper delta plain (proksimal delta) menuju lower delta distal Oncosperma Tigillarium Bagian Palino Karakter Delta Plain 234

Gambar 3. Distribusi polen Oncosperma tiggilarium dari proksimal ke distal delta di wilayah Delta Mahakam SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Oncosperma tiggllarium merupakan tumbuhan Kami menyampaikan terima kasih dan stenotopic, tumbuhan ini meng- hasilkan polen penghargaan kepada: BP MIGAS dan dalam jumlah banyak. Polen Oncosperma TOTAL Indonesie atas pemberian izin untuk tiggllarium menyebar keseluruh lingkungan melakukan penelitian. Kepala Laboratorium delta plain. Penyebaran polen dominan pada Palinologi, Program Studi Geologi, ITB, yang lingkungan yang terkoneksi dengan distributary telah memberikan kesempatan untuk mela- channel. Morfologi polen Oncosperma kukan preparasi polen. Teman sejawat di tiggllarium sangat spesifik sehingga dengan Laboratorium Paleontologi Fakultas Teknik cepat dapat dikenali. Polen Oncosperma Geologi Universitas Padjadjaran Bandung atas tigillarium menjadi salah satu karakter sedimen berbagai dukungannya. dari lingkungan delta plain. Oncosperma tigilla- rium sangat sensitif terhadap perubahan DAFTAR PUSTAKA lingkungan yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Dengan demikian perubahan Allaby, M. 1999. A Dictionary of Zoology, kuantitas polen Oncosperma tigillarium dalam Encyclopedia.com, diunduh 17 April sedimen dapat dijadikan indikator perubahan 2011, melalui http://www.encyclopedia. lingkungan pengendapan. com/doc/1O8-stenotopic.html 235 Winantris, Syafri, I.,, dan Rahardjo, AT.

Allen, G.P. & Chambers, J.L.C. 1998. Sedimen- Rahardjo, A.T., Polhaupessy, A.A., Wiyono, tation in the modern and Miocene S., Nugrahaningsih, L. & Lelono, Mahakam Delta. Jakarta: Indonesian E.B. 1994. Zonasi Polen Tersier Pulau Petrol. Assoc. Jawa. Makalah PIT IAGI XXIII, 77-8. Boggs, S., 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy (4th edition). New Sabiham,S & Hisao, F. 1086. The Problem In Yersey: Pearson Prentice Hall. South Asia, Study of Floral Composition of Peat Soil in the Lower Batang Hari Caratini, C., Tissot.C. 1998. Paleogeographycal River Basin of Jambi, Sumatera. Journal Evolution of The Mahakam Delta in Southeast Asian Studies, 24. (2):113-132. Kalimantan, Indonesia During The Quarternary and Late Pliocene, Riview Salahudin, Husein, 2006. Memahami Proses of Paleobotanty and Palynology, 55: Alamiah Degradasi Lingkungan Delta Mahakam. http://io.ppi-jepang.org, 217-228. diunduh 13-8-2008. Cheetham, A.H., Jackson, J.B.C., Lidgard, S. & McKinney, F.K. 2001. Evolutionary Santoso, S. 2004. Statistik Multivariat, Konsep patterns: Growth, form, and tempo dan Aplikasi dengan SPSS. Elex in the fossil record in honor of Allan Media Komputindo. Jakarta: Kompas Cheetham. Illinois. Chicago: University Gramedia. of Chicago Press, Santoso, S. 2010. Statistik Nonparametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Elex Fisher, Brown, W.L., Scott, A.J. & McGowen, J.H. 1969. Delta System In the Media Komputindo. Jakarta: Kompas Exploration for Oil and Gas: A Reseach Gramedia. Colloquium. Texas Bureau of Economic Geology. Austin. University of Texas at Sowumni, M.A. 1972. Pollen Morphology of Austin. the Palmae and its bearing on Taxonomy. Amsterdam: Elsevier Publishing Company. Harley, M.M & Baker, W.J. 2001. Pollen aperture morphology in : application Storms, J. E..A., Hoogendoorn, R.M., Dam, whithin Phylogenetic analyses, and a R.A.C., Hoitink, A.J.F. & Kroonenberg, summary of the fossil record of palm-like S.B. 2005. Late Holocene evolution of Mahakam Delta, East Kalimantan, pollen. Grana, 40: 45-77 Indonesia. Journal Sedimentary Geology Hesse, M., Halbitter, H., Zetter, R., Weber, 18: 149-166 . M., Buchner, R., Froch-Radivo, A. & Ulrich, S. 2009. Pollen Terminology An Sumawinata, B. 1998. Sediments of the Lower Ilustrated handbook, New York: Springer. Barito Basin in South Kalimantan: Fossil Pollen Composition. Journal Southeast Asian Studies, 36 (3) 293-316. Haseldonckx, P. 1974. A palynological interpre- tation of palaeoenvironment in S.E. Asia. , Sains Malays, 3: 119–127. Thanikaimoni, G. 1987. Mangrove Palynology Institute Francais De Pondichery, Travaux Jones, T.P & Rowe., 1999. Fossil and de la Section Scientifique et Technique, Spores: Modern Techniques. London: 24:1-100. The Geological Society Uhl, N.W. & Dransfield, J. 1987. Genera Nasoetion, A.H. & Barizi, 1985. Metode Palmarum, a classification of the palms Statistika Untuk Penarikan Kesimpulan, based on the work of Harold E. Moore Jakarta: Gramedia. Jr. Liberty Hyde Bailey Hortorium Oncosperma Tigillarium Bagian Palino Karakter Delta Plain 236

and the International Palm Society, Witono, J.R. 2005. Keanekaragamaan Palm Kansas. Lawrence. (Palmae) di Gunung Lumut, Kalimantan Tengah. Biodiversitas, 6 (1): 22-30. Walker, G.R. & James, N.P. 1992. Facies Models; Response to Sea Level Change. Yacob, M. 1988. The Tropical Rain Forest Canada: Geological Association of A First Encounter. Berlin. Springer- Canada. Verlag.