BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tan Malaka adalah seorang pejuang dan revolusioner kemerdekaan . Dia ditetapkan sebagai pahwalan kemerdekaan nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No.53 dan ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963. Nama aslinya adalah Sutan Ibrahim, gelar Datoek Tan Malaka diberikan kepadanya dalam sebuah upacara adat, gelar ini menunjukan bahwa dia adalah orang yang istimewa. Ayahnya bernama Rasad Caniago dan ibunya bernama Sinah Simabur. Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897.1 Orangtuanya adalah kaum bangsawan yang bekerja sebagai pegawai pertanian Hindia-Belanda. Mereka selangkah lebih maju dibanding dengan penduduk lainnya, tetapi dalam hal kepemilikan dan kedudukan tidak jauh berbeda dari penduduk desa yang lain. Tan Malaka dapat mengenyam pendidikan di sekolah rendah dan meneruskan pendidikan sekolah guru pribumi (Inlandsche Kweekschool Voor Onderwijzers) di Bukit Tinggi tahun 1908-1913, gurunya G.H. Horensma sangat menyukai Tan Malaka, karena kecerdasannya dalam belajar, kemudian Horensma merekomendasikan Tan Malaka untuk meneruskan studinya ke Belanda, dengan sumbangan para Engku sebesar 50 f (50 rupiah) setiap bula, Tan Malaka berangkat ke Belanda, diusianya yang ke-17 tahun untuk belajar di Sekolah Pendidikan Guru Pemerintah (Rijksk Weekschool) di Harlem. Sumbangan para Engku ini ia anggap sebagai hutang dan suatu

1 Taufik Adi Susilo, Tan Malaka Biografi Singkat 1897-1949, (Jogjakarta: GARASI, 2008), p.12.

1 2

saat akan ia ganti, meski dikemudian hari Horensmalah yang melunasi hutang-hutang Tan Malaka. Tahun 1919 setelah Perang Dunia I usai, Tan Malaka pulang ke Indonesia untuk menjadi guru anak-anak para kuli kontrak di perkebunan tembakau di Deli (Sumatra Utara). Gajinya setara dengan guru Belanda pada umumnya, tetapi dengan norma-norma Kapitalis yang berlaku. Rekan-rekan Belandanya tidak menyukai dan memandang rendah Tan Malaka, oleh karenanya Tan Malaka menjadi orang yang penuh semangat mendalami politik dan mengaplikasikan ilmu dan pengalamannya yang ia peroleh di negeri Belanda. Pemikirannya semakin radikal dengan menggunakan ideologi kiri,2 Aksinya yang pertama adalah keterlibatannya terhadap pemogokan Buruh di Sumatra. Paska pemogokan buruh, Tan Malaka berhenti menjadi guru dan pindah ke Jawa pada Februari 1921. Di sana ia bergabung menjadi anggota Partai Komunis Indonesi (PKI). Bersama dengan PKI, Tan Malaka mendirikan sekolah-sekolah Proletar.3 Setelah Semaun4 pergi ia menjadi ketua PKI. Tan Malaka kemudian berupaya agar PKI dapat bekerjasama dengan (SI), untuk dapat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari kolonial Belanda. Perjuangannya untuk Indonesi tak henti-hentinya di berbagai daerah dan aksinya mendalangi pemogokan buruh pegadaian membuatnya dijatuhi hukuman Exorbitante Rechten oleh Gubernur Jendral, ia kemudian diasingkan dan dibuang dari Indonesia. Belanda

2 Kiri adalah pemikiran dan gerakan sosialis yang senantiasa melawan dan mengkritik dan memang terkadang nakal untuk menghancurkan segala hal yang berbau etablishmen, terutama kemapanan kekuasaan otoriter dan juga kapitalisme. 3 Proletar, menurut adalah masyarakat kelas dua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Banyak streotip memandang bahwa proletar adalah masyarakat kelas rendah. 4 adalah aktivis komunis dan pemimpin pemberontakan PKI 1926. 3

adalah tempat yang menjadi tujuan Tan Malaka. Atas aksinya yang dianggap membahayakan kolonial Belanda, Tan Malaka menjadi sorotan oleh polisi Hindia-Belanda. Sebagai buronan politik, Tan Malaka tidak menetap di Belanda melainkan ia pergi membawa identitas komunis ke negara-negara komunis di dunia. Tan Malaka pergi ke Moskow untuk melapor di Komintern (Komunis Internasional) sebagai wakil dari Indonesia dalam Kongres komintern ke-IV yang berlangsung selama sebulan terhitung dari tanggal 5 November sampai 5 Desember 1922. Tan Malaka sebagai perwakilan Komintern Asia mendapatkan hak berbicara di podium selama 5 menit, Tan Malaka menyampaikan gagasannya tentang komunis dan Panislamisme harus bersatu sebagai berikut : “Menurut Tan Malaka, komunis tak boleh mengabaikan kenyataan bahwa saat itu ada 250 juta Muslimin di dunia. Panislamisme sedang berjuang melawan imperialisme, perjuangan yang sama dengan gerakan komunisme. Menurut dia, gerakan itu perlu didukung. Namun dia tahu keputusan ada di tangan petinggi-petiggi partai yaitu para Bolshevik tua. Karena itu diakhir pidato dia berkata, “Maka dari itu saya bertanya sekali lagi, haruskah kita mendukung Pan-Ismamisme?”. 5

Gagasan Tan Malaka didukung penuh oleh delegasi Asia. Tetapi, kenyataan itu tidak terlalu disukai oleh Karl Raddek, pemimpin Komintern yang membawahkan urusan Asia dan setelahnya tidak ada respon dari Bolsyewik tua, meskipun begitu tidak menyurutkan

5 Taufik Adi Susilo, Tan Malaka Biografi Singkat 1897-1949, (Jogjakarta: GARASI, 2008), p.18. 4

semangat juangnya untuk kemerdekaan Indonesia, menurutnya masih ada jalan lain menuju Indonesia merdeka. Perjalanan Tan Malaka berlanjut ke Kanton sebuah kota kecil di Cina, di sana Tan Malaka ikut andil dalam persiapan Kongres Buruh Transpor Pasifik. Tan diminta membawa surat kabar (senja) tetapi karena kendala uang dan kesehatan ia tidak dapat melaksanakan tugas itu. Tan Malaka bukan hanya giat dalam kongres buruh, diam-diam dia mengawasi pergerakan PKI di tanah air, dan mencoba untuk menghalangi pemberontakan PKI karena pemberontakan tersebut terlalu dini dan belum mendapatkan aksi masa yang banyak. Dalam keadaan indonesia yang waktu itu mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari kolonial Belanda. Masyarakat Indonesia banyak yang bekerja sebagai juru tulis, para buruh ikut membaik, kehidupan pertanian dan perkebunan cukup baik pula. Terbukti dengan kemelesetan pemogokan di yang hanya terbatas pada buruh percetakan, Prauwenveer Semarang dan juru rawat Semarang, dan pemogokan buruh menjalar hanya di perusahaan besi di Surabaya.6 Kegagalan pemogokan ini menandakan bahwa persiapan pemberontakan belum tersusun rapih, pemberontakan hanya akan memdapatkan kekalahan dari pihak PKI. Kendati demikian pemberontakan PKI akhirnya pecah pada tahun 1926-1927 dan mengalami kekalahan. Akibatnya PKI dilarang dan tidak lagi merupakan Partai Politik. Tan Malaka keluar dari PKI dan mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI) di pada Juli 1927 bersama rekannya Soebakat dan Djamaloeddin Tamin. Mereka bertiga menerapkan paham dan nilai-nilai komunis dalam PARI, tetapi partai ini dibubarkan dan

6 Tan Malaka, Dari Penjara Ke Penjara, (: Penerbit Narasi, 2008), p.185. 5

para petinggi partai ditangkap atas tuduhan masing-masing, Tan Malaka dan PARI dinyatakan sebagai renegat dan dilecehkan sebagai Trotskyis.7 Tan Malaka yang berada di Amoy (Tiongkok) merasa tidak aman karena tiongkok jatuh oleh Jepang pada tahun 1937, akhirnya pada tanun 1942 secara ilegal dia kembali ke tanah kelahirannya, disebuah Kampung di dia tinggal dengan menyewa kontrakan dan dengan nama “Iljas Hussein” dia mengisi kesehariannya dengan pergi ke Perpustakaan terkemuka, menulis sebuah buku yang baginya sendiri dipandang sebagai buku terpenting yaitu: singkatan dari Materialisme, Dialektika dan Logika, dalam bukunya ini Tan Malaka menyesuaikan teori-teori Marx dalam pandangannya sendiri dalam situasi dan kondisi bangsa Indonesia. Dengan kurun waktu 8 bulan (15 Juli 1942 sampai 30 Maret 1943) berhenti 15 hari, 720 jam ialah kira-kira 3 jam sehari. Tan Malaka beristirahat selebihnya ia gunakan untuk menyelesaikan tulisannya.8 Madilog yang dia simpan dalam pikirannya selama bertahun- tahun akhirnya ia tuangkannya dalam sebuah tulisan bahkan karya terbesarnya untuk bangsa Indonesia, tujuan dari Madilog adalah membuka jalan berpikir yang berlogika dan sudah terbukti kebenarannya bukan hanya dongeng atau misteri semata. Tidak ada daftar pustaka dalam Madilog, bukan karena Madilog memang hasil karya dia murni melainkan tak ada satupun pustaka yang dapat dia selamatkan pada saat masa pembuangannya bertahun-tahun sebagai buronan polisi Hindia-Belanda, polisi Inggris dan mata-mata Amerika. Tan Malaka hanya menggunakan “Jembatan Keledai” sebagai sarana

7 Trotsky adalah nama orang Rusia yang menjadi pedoman Komunis Tan Malaka menurutnya Komintern akan membantu pergerakan disuatu negara jajahan dengan “Semangat Revolusi Komunis.” 8 Tan Malaka, Madilog, (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010), p.7. 6

menghapal istilah dan beberapa nama tokoh yang ia sebut dalam Madilog, meski pustaka hilang tetapi Tan Malaka tidak kehilangan isinyai dan meski berbeda tetapi tetaplah apa yang dimaksud para tokoh sama dengan yang ia tulis. Menurut Tan Malaka isi dalam Madilog cocok bagi bangsa Indonesia pada waktu itu. Agar terciptanya bangsa dengan kemerdekaan seratus persen. Kemunduran cara berpikir bangsa Indonesuia, yang kerap kali terjerumus dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Yaitu, kemiskinan yang menyebabkan kelaparan, membuat bangsa ini harus membanting tulang untuk bekerja kepada para penjajah dan kaum kapitalis, dengan bayaran yang sangat kecil. Di Indonesia ini, bukankah semua bumi dan kekayaan alamnya seharusnya milik kita bersama. Pertanian, perikanan, tambang emas, batu bara dan baja harusnya dikelola oleh bangsa Indonesia. Tetapi kita sebagai bangsanya hanya menjadi budak di rumah sendiri. Pandangan Tan Malaka pada bangsa Indonesia sangat kuat. Menurutnya, bangsa Indonesia dapat merebut kemerdekaan dari para kolonial Belanda, hanya saja, bangsa Indonesia terlalu takut sehingga mereka kehilangan pandangan dunia dan kemunduran cara berpikir. Menurut Tan Malaka bangsa Indonesia seharusnya menggunakan cara berpikir materialis untuk memerdekakan Indonesia, karena berpikir materialis berarti bertolak dari realitas yang nyata dan bukan dari tahayul.9 Tan Malaka bertujuan membuka tabir ketahayulan tersebut, agar bangsa Indonesia mempunyai pemikiran yang realistis dan logis bukan terperangkap oleh logika mistika. Permasalahannya adalah pemikiran Tan Malaka yang berlandaskan materialisme, membuat bangsa indonesia melupakan

9 Franz Magnis Suseno, Dalam Bayangan Lenin Enam Pemikir Marxizme dari Lenin sampai Tan Malaka, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), p.216. 7

namanya dan kiprahnya. Karena buah pikirannya yang berlandaskan komunis membuat Materialisme yang dianutnya merupakan idoelogi kiri yang dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia. Materialisme digadang-gadang sebagai idoelogi marxis dan komunis, yang tidak memiliki Tuhan dan lain sebagainya. Tetapi penulis di sini menginginkan agar pembaca lebih bersikap kritis mengkajinya dibanding selalu mengklaim buruk ideologi di luar islam. Sebenarnya seperti apa materialisme Tan Malaka, baik atau burukkah yang ia wariskan terhadap bangsa ini, bukankah paham materialis membawa bangsa kekehidupan yang penuh dengan kehancuran dan kemaksiatan dan bukankah mistisisme membawa orang indonesia lebih kepada jalan kebenaran.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yaitu : 1. Apa pemikiran materialisme yang mempengaruhi pemikiran Tan Malaka ? 2. Apa materialisme yang dianut Tan Malaka ? 3. Apa dampak positif dan negtif pemikiran materialisme ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian Adapun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pemikiran materialisme yang mempengaruhi pemikiran Tan Malaka. 2. Untuk mengetahui dan memahami materialisme yang dianut Tan Malaka. 3. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif pemikiran materialisme. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 8

1. Untuk menambah wawasan tentang filsafat materialisme di dalam kajian keislaman. 2. Menjadikan materialisme, dialektika dan logika Tan Malaka sebagai sarana pembuka pemikiran rasional. 3. Untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Filsafat Agama.

D. Kerangka Pemikiran 1. Materialisme Materialisme Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul Madilog berarti benda, semua yang ada di alam raya ini tidak lain adalah benda dan bahwa manusia yang terdiri dari jiwa dan jasmani adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena mustahil roh dapat hidup tanpa adanya jasmani.10

2. Dialektika Pada zaman Yunani Heraclitus11 mengatakan segala hal mengalir dan tak satupun yang tinggal diam, gagasan ini yang kemudian kita kenal sebagai dialektika.12 Kata dialektika berasal dari perkataan Yunani yaitu “dialego” yang berarti bercakap-cakap atau berdebat. Pada zaman Yunani dialektika digunakan sebagai cara mencari kebenaran dalam berdiskusi atau berdebat, mereka menggunakannya untuk berargumen yang menggunakan kontradiksi.

10 Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), p.124. 11 Seorang filosof pada zaman Yunani kuno, menurut Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (: PT Remaja Rosdakarya, 2009), p.49. 12 Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), p.294. 9

Dialektika yang diartikan oleh kaum materialis adalah sesuatu yang hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya dan hubungan ini adalah negasi.13 Dialektika yang diterangkan oleh Tan Malaka tidak lain adalah cara berpikir timbal balik.14 Dari kebatalan suatu benda ke pembatalan benda yang lain, atau menurut Hegel mengartikan dialektika dengan tesis, antitesis dan sistesis, sebagai contoh bahwa pulau adalah air (tesis), tetapi bukan hanya air komponen dari pulau melainkan tanah juga (antitesis), pulau adalah tanah yang dikelilingi oleh air laur (sintesis).15

3. Logika Logika adalah cara bernalar tepat dan masuk akal, memikirkan segala sesuatu yang bisa terindra dan diperalamkan adalah cara kerja logika.16 Tan Malaka menempatkan logika sebagai penyempurna materialis dialektisnya, berlogika berarti berpikir secara sederhana tetapi tidak berputar apa yang dimaksudkannya.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan Sejarah Pemikiran Tokoh dengan metode kualitatif, yaitu tekhnik penelaahan teks dengan penelitian buku (library research). Suatu

13 Franz Magnis Suseno, karl Marx Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), p.61. 14 Tan Malaka, Madilog..., p.222. 15 Franz Magnis Suseno, karl Marx Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme..., p.61. 16 Tan Malaka, Madilog..., p.219. 10

prosedur penelitian untuk menghasilkan data-data deskriptif berupa data-data yang tertulis..17 Metode ini menggunakan langkah:

2. Metode Heuristik Heuristik adalah tahap mencari dan mengumpulkan data. Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani heuristiken yang berarti mengumpulkan atau menemukan sumber.18 Penulis dengan tahapan ini melakukan studi pustaka yang secara tekhnis dilakukan dibeberapa tempat yakni: Perpustakaan Umum IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, perpustakaan Iran Corner Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab, perpustakaan Pemerintah Kabupaten Serang, dan Perpustakaan Daerah Banten. Sehingga penulis dapat berhasil mendapatkan beberaapa buku yang membantu pada permasalahan yang akan penulis kaji, data tersebut dibagi menjadi dua klasifikasi yakni: data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yang digunakan tentang Materialisme yaitu Materialisme Dialektika Logika (MADILOG) karya Tan Malaka. 2. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan adalah autobiografi Tan Malaka yaitu Dari Penjara ke Penjara serta buku yang diantaranya di tulis oleh Harry A. Poeze yang berjudul Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 1 dan 3 dan buku Taufik Adi Susilo yang berjudul Tan Malaka Biografi

17 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), p.3. 18 Suhartono, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), p.29. 11

Singkat dan edisi buku TEMPO yang berjudul, Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan. Guna melengkapi data premier dan sekunder, kajian ini juga memfokuskannya terhadap literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan obyek kajian yang diteliti. Dari literatur yang mengungkap dan membahas MADILOG ada beberapa literatur yang membahas seperti “Sanjifa Manurung dalam skripsinya yang berjudul “Materialisme, Dialektika, dan Logika Sebagai Kesatuan Epistemologi dalam Pemikiran Tan Malaka” yang berisi tentang perjuangan Tan Malaka membela tanah air dengan jalan epistemologi atau pengetahuan yang harus tertanam pada masyarakat Indonesia yaitu merdeka seratus persen berbeda dengan skripsi yang akan penulis sajikan lebih kepada penekanan atau penjelasan dari Materialisme. Penulis akan lebih menekankan perbedaan Materialisme Tan Malaka terhadap Materialisme dialektis atau historis milik Karl Marx. Adapun penyusunan skripsi ini penulis mengacu kepada buku Pedoman Penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin Dakwah dan Adab, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun 2015/2016 sebagai teknik penulisan karya ilmiah.

F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis mensistematikannya kedalam lima bab yaitu: Bab pertama, merupakan pendahuluan yang membuka latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metodologi penelitian dan sistematika penelitian. 12

Bab pertama ini penulis memfokuskan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mempermudah bab-bab selanjutnya karena bab ini lebih kepada indikator tulisan. Bab kedua, memaparkan biografi Tan Malaka, tentang sejarah dan kondisi sosial yang melingkupi, riwayat hidup dan pendidikan Tan Malaka dan pemikiran dalam karya-karya Tan Malaka. Bab ketiga, penulis memaparkan pemikiran materialisme untuk mengetahui pengertian materialisme dan pemikiran tokoh materialisme, dengan maksud membandingkan pemikiran tokoh materialisme dengan pemikiran materialisme Tan Malaka Bab ke empat, penulis memaparkan pengertian materialisme dialektis logis dan memaparkan pemikiran materialisme dialektis logis Tan Malaka serta penulis memaparkan analisis terhadap materialisme dialektis logis Tan Malaka. Bukan hanya itu, penulis juga memaparkan dampak positif dan negatif terhadap yang diakibatkan oleh pemikiran materialisme Tan Malaka. Bab ke lima, penutup pada bab terakhir ini berisikan kesimpulan yang merupakan isi atau garis besar yang telah dipaparkan dan saran-saran yang berisi atas kelemahan-kelemahan penulis serta adanya keterbukaan menerima kritik dan saran dari pembaca yang diakhiri dengan kata penutup.